Jurnal Siliwangi Vol. 1 No. 1 Des 2015 ISSN Seri Pengabdian Pada Masyarakat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Siliwangi Vol. 1 No. 1 Des 2015 ISSN Seri Pengabdian Pada Masyarakat"

Transkripsi

1 SAYURAN INDIGENOUS SEBAGAI SUBSTITUSI GIZI BAGI SANTRI DI PONDOK PESANTREN MABDAUL ULUM DI KELURAHAN MULYASARI KECAMATAN TAMANSARI KOTA TASIKMALAYA Dwi Pangesti Soesiawaningrini* 1, Tini Sudartini 2, Dedi Natawijaya 3 1 Program Studi Agroteknologi Fakultas PertanianUniversitas Siliwangi, 1 dwi_pangesti@yahoo.com, 2 tinisudartini@yahoo.com, 3 dedinatawijaya@yahoo.com Abstrak Para remaja yang tinggal di pondok pesantren Mabdaul Ulum yang terletak di Kel. Mulyasari, Kec. Tamansari, Kota Tasikmalaya pada umumnya merupakan kelompok remaja yang biasa hidup sederhana karena kondisi yang mereka alami jauh dari orang tua, sementara orangtua merekapun kondisinya tidak terlalu berlebihan. Untuk konsumsi hariannya, kadangkala bila akhir bulan, pada saat keuangan para santri menipis, maka konsumsi laukpun menjadi ala kadarnya. Hal inilah yang menyebabkan AKG menjadi tidak terpenuhi, dan akibatnya akan menyebabkan aktifitas belajar serta pertumbuhan fisik para santri akan terganggu.untuk mengatasi keadaan itu, maka perlu dilakukan suatu kegiatan yang membantu mengenalkan bahan baku makanan yang ada disekitar mereka yang ternyata dapat membantu pemenuhan gizi harian. Bahan makanan tersebut adalah sayuran tradisional yang sekarang lebih dikenal dengan nama sayuran. ini ada di sekeliling kita, namun para santri belum mengetahui yang mana saja tanaman yang ada di sekitar mereka yang berpotensi sebagai sayuran. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan dua metode yaitu survey dan melaksanakan penyuluhan serta pelatihan. Kesimpulan, peserta dan pimpinan Pontren baru mengetahui bahwa sayuran yang terdapat disekitar lingkungan tinggal mereka, memiliki nilai gizi yang tinggi untuk pemenuhan gizi harian mereka, juga dapat digunakan sebagai pengobatan herbal. Saran, perlu waktu yang cukup untuk melatih budidaya dan mengolah sayuran menjadi berbagai resep makanan. Juga perlu dilakukan monitoring secara berkala agar pelaksanaan di lapangan terkontrol dan pemanfaatan sayuran untuk substitusi gizi juga dilaksanakan oleh para santri. Keyword: santri pontren Mabdaul Ulum, gizi, sayuran Abstract Adolescents who live in Pondok Pesantren Mabdaul'Ulum located at Kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari, Tasikmalaya city in general are a group of usual teenagers living simply because the conditions they experience far from their parents, while condition their parent also is not too excessive. For daily consumption, sometimes when the end of the month, at the time the students depleted finances, the consumption food be perfunctory. This is what causes the AKG (angka kebutuhan gizi) is not consummated, and consequently will causing learning activities as well as physical growth of the students will be disrupted.to overcome this situation, it is necessary to do an activity that helps introduce vegetables around them who was able to help meet the daily nutrition. The food ingredients are traditional vegetables that are now better known by the name of vegetables. These vegetables are all around us, but the students do not know that any plants that are around them potentially as vegetables.this activitiesis carried out by two methods: survey and counseling and training.in conclusion, students and leaders Pontren learned that vegetables found around their living environment, have a high nutritional value for their daily nutrition, can also be used as a herbal medicine. Suggestions, needs sufficient time to training the cultivation and processing of vegetables into a variety of recipes. Also need to be done periodically in order to monitoring the implementation in the field of control and utilization of vegetables for nutritional substitution also carried out by the students. Keyword: students pontrenmabdaul'ulum, nutrition, vegetable 13

2 1. PENDAHULUAN Pondok pesantren Mabdaul Ulum terletak di Kel. Mulyasari, Kec. Tamansari, Kota Tasikmalaya, berdiri sejak 1991 dan kini dipimpin oleh KH Ateng Jaelani. Pesantren Mabdaul Ulum adalah pesantren yang mayoritas santrinya berusia sekitar 13 sampai 18 tahun. Terdiri dari santri setingkat SLP berjumlah tujuh orang terdiri dari empat santri putra dan tiga santri putri; santri setingkat SMU berjumlah 47 orang, terdiri dari 24 santri putra dan 15 santri putri; serta santri yang telah kuliah sejumlah 16 orang terdiri dari sepuluh orang santri putra dan enam orang santri putri. Selain itu ada pula santri yng hanya masantren tidak bersekolah formal, berjumlah sepuluh orang, terdiri dari enam santri putra dan empat santri putri. Hurlock (1980) dalam Hazelia (2012) mengemukakan bahwa perkembangan remaja berlangsung mulai umur 13 tahun sampai 18 tahun. Kelompok umur remaja menunjukkan fase pertumbuhan yang pesat, yang disebut adolescence growth spurt. Pada fase pertumbuhan ini, tubuh memerlukan zat-zat gizi yang relatif besar jumlahnya, yang dapat dipenuhi dari konsumsi pangan sehari-hari. Para santri di pondok pesantren ini sebagian besar berasal dari daerah di sekitar kabupaten Tasikmalaya, yang dititipkan oleh orangtua mereka di pontren Mabdaul Ulum karena mereka menghendaki agar putra putri mereka kelak menjadi orang yang beriman dan bertaqwa ke pada Allah SWT sebagai umat muslim yang taat. Pihak pesantren memahami kondisi para orangtua, sehingga tidak memungut biaya besar untuk proses belajar mengajar serta asrama bagi para santri tersebut. Hal ini berdampak pula pada pola konsumsi harian para santri yang terkesan seadanya tanpa melihat Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan. Meskipun konsumsi makanan harian dikelola oleh pihak pesantren, namun masalah gizi tergantung dari ketersediaan uang para santri setiap bulannya. Kadangkalabila akhir bulan, pada saat keuangan para santri menipis, maka konsumsi laukpun menjadi ala kadarnya. Hal inilah yang menyebabkan AKG menjadi tidak terpenuhi, dan akibatnya akan menyebabkan aktifitas belajar serta pertumbuhan fisik para santri akan terganggu.sejalan dengan pendapat Riyadi, 2001, yang menyatakan bahwa gizi merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan yang dapat memberikan konstribusi dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andi Reski Amelia, Aminuddin Syam, St. Fatimah (2013) yang menyimpulkan bahwa para santri putri di pondok pesantren Hidayatullah Makassar Sulawesi Selatan memiliki asupan zat gizi makro, asupan lemak santri sebagian besar termasuk dalam kategori cukup banyak, asupan protein santri termasuk dalam kategori cukup dan asupan karbohidrat santri sebagian besar termasuk dalam kategori kurang jika dibandingkan dengan AKG. Asupan zat gizi mikro semua responden termasuk dalam kategori kurang jika dibandingkan dengan AKG. Terdapat korelasi positif antara asupan energi, protein dan zink dengan status gizi santri. Sesuai dengan pendapat tersebut di atas, Cakrawati, 2011, mengemukanan bahwa asupan energi anak perempuan pada tiga tahap perkembangan (pra -pubertas, tumbuh cepat, danpasca pubertas) berhubungan dengan tingkat perkembangan fisiologis, bukan dengan usia. Kebutuhan lemak pada remaja dihitung sekitar 37 persen dari asupan energi total remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Remaja sering mengkonsumsi lemak yang berlebih sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah gizi. Cara yang dipergunakan untuk mengurangi diet berlemak adalah memanfaatkan aneka buah dan sayur serta produk padi-padian dan sereal, juga dengan memilih produk makanan rendah lemak. adalah tanaman asli Indonesia dari beberapa daerah yang terdapat di Indonesia yang sebetulnya telah dikomsumsi oleh masyarakat kita sejak jaman nenek moyang, bahkan sebagian dimanfaatkan sebagai obat-obatan herbal. Namun selain tanaman asli Indonesia, juga ada sayuran introduksi yang sudah beradaptasi dengan iklim di Indonesia dan 14

3 juga sudah akrab dengan lidah masyarakat kita di beberapa daerah di seluruh Indonesia dan disebut juga sayuran. Nuri dan Fitri, 2012, telah mengidentifikasi sayuran dari Indonesia yang memiliki kandungan nilai gizi yang penting bagi kesehatan tubuh manusia. tersebut antara lain: turi (Sesbania grandiflora (L.) Pers.),takokak (Solanum torvum Swartz), daun pucuk mengkudu ( Morinda citrifolia L.), daun kacang panjang ( Vignaunguiculata (L.) Walp.),terubuk ( Saccharum edule Hassk), daun labu siam ( Sechium edule (Jacq.) Swartz.), bunga pepaya (Carica Papaya L.), kenikir (Cosmos caudatus H.B.K), beluntas (Pluchea indica Less.), mangkokan (Nothopanax scutellarium), kecombrang (Nicolaia speciosa Horan), kemangi (Ocimum sanctum Linn.), katuk ( Sauropus androgynus). Akhir-akhir ini sayuran semakin populer, namun ternyata sebagian besar masyarakat kita masih belum banyak yang mengenal dan memanfaatkan peluang untuk perbaikan gizi, pengembangan, dan budidaya serta meningkatkan nilai ekonomisnya. Masyarakat kita masih belum banyak yang mengetahui bahnwa sayuran memiliki beberapa karakteristik yang cukup menjanjikan, yaitu dapat beradaptasi baik dalam kondisi lingkungan yang beragam dan juga merupakan sumber protein, antioksidan, vitamin, mineral (Suryadi dan Kusmana, 2004), mengandung senyawa-senyawa fenolik yang bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran tubuh (Nuri dan Fitri, 2012) dan mengandung serat yang cukup tinggi, serta secara tradisional sudah merupakan salah satu komponen pola tanam, khususnya dalam pemanfaatan pekarangan dan relatif tahan terhadap cekaman lingkungan (Putrasameja, 2005). Berangkat dari kondisi pesantren Mabdaul Ulum yang berlokasi di kelurahan Mulyasari, Kec. Tamansari, Kota Tasikmalaya, permasalahan yang masih dihadapi oleh para santri adalah sebagai berikut : 1. Keterbatasan pengetahuan tentang gizi yang terkandung di dalam sayuran, terutama sayuran 2. Belum mengetahui budidaya sayuran 3. Cara memproses sayuran untuk dijadikan menu masakan 4. Lahan kosong yang belum termanfaatkan, yaitu lahan pekarangan pontren. Solusi untuk mengatasi permasalahan gizi tersebut, maka kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan dan menunjukkan bahwa tanaman yang berpotensi sayuran dan bergizi tinggi yang ada disekitar lingkungan pesantren adalah tanaman sayuran. 2. Memberikan metode budidaya sayuran, agar sayuran dapat terangkat ke permukaan, sehingga bisa meningkatkan nilai ekonomis sayuran, yang dampaknya dapat menambah penghasilan para santri khususnya dan umumnya masyarakat sekitar pondok pesantren Mabdaul Ulum 3. Memperkenalkan dan memkan berbagai resep untuk lauk pauk yang berbahan dasar sayuran yang bergizi tinggi 2. METODE 2.1.Tahap Persiapan. Persiapan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini tersusun sebagai berikut: 1.Mengadakan koordinasi dengan pimpinan pesantren Mabdaul Ulum, untuk menyampaikan rencana program. 2.Kegiatan survey lapangan untuk melihat dan menemukan serta mengidentifikasi sayuran yang belum diketahui oleh para santri dan masyarakat sekitarnya. 3.Tahap berikutnya pertemuan dengan para santri untuk menyampaikan penyuluhan dan pelatihan. 4.Pemantauan hasil pelatihan budidaya sayuran 2.2.Metode Kegiatan 15

4 Metode kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan dan pelatihan terhadap para santri baik putra maupun putri dari pesantren Mabdaul Ulum, di kelurahan Mulyasari, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya. Santri yang akan dilibatkan dibatasi sejumlah 30 orang. Adapaun keterkaitannya antara tujuan dan metode, dapat dilihat dalam Tabel2. Tabel 2. Keterkaitan antara tujuan dan metode yang dipakai. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Seluruh kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat meliputi persiapan dan pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan sayuran dilakukan dari bulan September sampai dengan Nopember Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini. a. Penyuluhan Penyuluhan materi teori dilaksanakan di dalam ruangan pertemuan di Pontren Mabdaul Ulum. Adapun materi penyuluhan dan narasumber ada pada Tabel 1. Tabel 1. Materi Penyuluhan dan Narasumber No Materi Narasumber 1. Penyuluhan Pengenalan 2 Penyuluhan Pengenalan Resep Berbahan 3 Penyuluhan Budidaya Kecipir, Koro 4 Penyuluhan Budidaya Roay, Introduksi Chaya 5 Penyuluhan Nilai Ekonomis Dwi Pangesti S., Ir.M.P Dwi Pangesti S., Ir.M.P Tini Sudartini, Ir. M.P. Tini Sudartini, Ir. M.P. Ery Cahrial, Ir. M.P. sayuran Para santri sangat menyimak teori serta banyak yang bertanya kepada ke pemateri pada saat ceramah di kelas. Mereka sangat No Tujuan Metode Bentuk kegiatan 1 Mengenalkan tentang sayuran h dan nilai gizi yang dikandungnya 2 Penyuluhan dan Pelatihan budidaya sayuran 3 Penyuluhan dan Pelatihan memasak berbagai resep berbahan baku sayur 4 Penyuluhan dan pelatihan pemanfaatan lahan kosong dan pekarangan rumah 5 Mengenalkan nilai ekonomis dan komersial dari sayuran h dan h dan h dan h ingin mengetahui lebih dalam tentang manfaat sayuran dan daun chaya dari segi kesehatan maupun manfaat untuk mengobati berbagai macam gangguan kesehatan serta cara budidayanya dan juga pemasarannya. Semua peserta melakukan secara aktiv setiap kegiatan budidaya tanaman sayuran dan tanaman chaya di kebun. Mulai dari pembuatan lubang tanam, pemberian pupuk materi dan diskusi materi dan budidaya sayuran materi dan memasak materi dan pemanfaatan lahan kosong dan pekarangan rumah materi dan diskusi 16

5 kandang, penanaman dan pemeliharaan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh instruktur. Pada kesempatan ini, kami menyumbangkan bibit chaya sebanyak 80 bibit yang telah tumbuh, yang sebagian dibagikan kepada masyarakat sekitar pontren dan sebagian lagi di tanam di lahan milik Pontren Mabdaul Ulum. b. Pelatihan Setelah diberi berbagai ilmu pengetahuan materi teori tentang sayuran dan chaya, dilanjutkan dengan pelatihan pembuatan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pasca panen dilaksanakan di lahan seluas 490 meter persegi, milik pimpinan Ponpes Mabdaul Ulum Bp. KH Ateng Jaelani. Lahan tersebut diserahkan untuk dijadikan demplot yang akan dipelihara oleh para santri peserta pelatihan, yang pada gilirannya bila telah tumbuh dan berkembang dapat menjadi pusat pembibitan sayur di kelurahan Mulyasari khususnya, kecamatan Tamansari, kota Tasikmalaya. Jumlah peserta 25 orang santri putra dan putri yang sedang melaksanakan pendidikan di tingkat SMK. Tabel 2 berikut menyajikan materi pelatihan. Tabel 2. Materi Pelatihan dan Narasumber. No Materi Narasumber 1 Pelatihan Budidaya (Kecipir, Koro, Roay, Chaya) Tini Sudartini, Ir.M.P. 2 Pelatihan Pemanfaatan Lahan Kosong dan Pekarangan Rumah 3 Demo Memasak Tini Sudartini, Ir.M.P. Dwi Pangesti S,Ir.M.P Adapun demo pemanfaatan sayuran meliputi teori pembuatan nasi pepes, tahu isi chaya goreng, chaya isi bumbu goreng, dan pelaksanaan membuat pecel sayuran dan chaya, kemudian hasilnya dicicipi bersama-sama oleh seluruh peserta demo. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Peserta dan pimpinan Pontren sangat antusias, mereka baru mengetahui bahwa sayuran yang terdapat disekitar lingkungan mereka memiliki nilai gizi yang tinggi untuk pemenuhan gizi harian mereka, juga dapat digunakan sebagai pengobatan herbal dan berharap kegiatan ini akan diteruskan, terutama untuk pegembangan tanamanan dan budidayanya juga pengolahan makanan berbahan sayuran. Saran Perlu waktu yang cukup untuk pengembangan dan pengenalan sayuran, karena setelah melatih budidaya dan mengolah sayuran menjadi berbagai resep makanan perlu dilakukan monitor secara berkala agar pelaksanaan di lapangan terkontrol dan pemanfaatan sayuran untuk substitusi gizi juga dilaksanakan oleh para santri, sampai menjadi kebiasaan memelihara dan memanfaatkan sayuran dengan baik. Karena bila sayuran telah mencukupi, bahkan bila hasil panennya berlebih untuk konsumsi harian, maka 17

6 sayuran tersebut dapat dijual dengan kualitas yang baik, dan selanjutnya dapat melakukan kerja sama dengan beberapa supermarket di sekitar kota dan kabupaten Tasikmalaya untuk menyuplai sayuran secara kontinyu. 5. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ketua LPPM Universitas Siliwangi beserta jajarannya yang telah berkenan mendanai Pengabdian pada Masyarakat yang dilaksanakan di Pontren Mabdaul Ulum di kota Tasikmalaya. 2. Pimpinan Pontren Mabdaul Ulum beserta jajarannya dan juga para santrinya yang telah bersedia menerima penyuluhan dan pelatihan yang kami berikan, juga Pimpinan Pontren telah menyediakan sebidang tanah untuk di jadikan sebagai lahan pelatihan dan pelaksanaan budidaya sayuran dan sayuran cahya. Putrasamedja,S. 2005, Balai Penelitian Tanaman, Lembang, Buletin Plasma Nutfah,Vol.11 No.1 Th.2005 ( indoplasma.or.id/publikasi/buletin_ pn/pdf/ buletin_pn_11_1_2005_16-20_ sartono pdf), (diakses pada tanggal 2 Oktober 2014 Putrasamedja,S. 2005, Balai Penelitian Tanaman, Lembang, Buletin Plasma Nutfah,Vol.11 No.1 Th.2005 ( indoplasma.or.id/publikasi/buletin_ pn/pdf/ buletin_pn_11_1_2005_16-20_ sartono pdf), (diakses pada tanggal 2 Oktober 2014) Riyadi H., 2001, Metode Penilaian Status Gizi. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor : Bogor. Suryadi dan Kusmana, 2004, Mengenal sayuran indijenes, Balai Peneltian Tanaman, Pusat Penelitian dan pengembangan hortikultura, Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian, Monografi no. 25,ISBN:979-* DAFTAR PUSTAKA Cakrawati, Dewi, dkk., Bahan pangan gizi dan kesehatan. Alfabeta :Bandung. Hazelia, D. A. (2012) Hubungan Pengetahuan Gizi serta Tingkat Konsumsi terhadap Status Gizi Santri Putri di Dua Pesantren Modern di Kab. Bogor, handle/ /54918 (diakses pada tanggal 3Oktober2014). Nuri Andarwulan dan RH Fitri Faradilla, 2012, Senyawa Fenolik pada beberapa sayuran dari Indonesia, Tropical Plant Curriculum (TPC) Project, South East Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2012, Perpustakaan Nasional: Katalog dalam terbitan ISBN

SENYAWA FENOLIK PADA BEBERAPA SAYURAN INDIGENOUS

SENYAWA FENOLIK PADA BEBERAPA SAYURAN INDIGENOUS TROPICAL PLANT CURRICULUM (TPC) PROJECT SENYAWA FENOLIK PADA BEBERAPA SAYURAN INDIGENOUS DARI INDONESIA Nuri Andarwulan RH Fitri Faradilla Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST)

Lebih terperinci

PEWARNA ALAMI UNTUK PANGAN

PEWARNA ALAMI UNTUK PANGAN DISCLAIMER This publication is made possible by the generous support of the American people through the United States Agency for International Development (USAID). The contents are the responsibility of

Lebih terperinci

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016 142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016 ANALISIS PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI ASUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI Analysis Of Reproductive Health Knowledge Of Exposure

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu. faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan program

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu. faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan program pembangunan nasional. Untuk meningkatkan kualitas SDM

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY LAPORAN HASIL PENELITIAN Gambaran Pengetahuan Tentang Diet Seimbang pada Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2011 Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY 080100424 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Lebih terperinci

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL TANTANGAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL SEAFAST Center LPPM Dept Ilmu dan Teknologi Pangan INSTITUT PERTANIAN BOGOR Presentasi disampaikan pada acara Seminar dan Sosialisasi Program Indofood Riset Nugraha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Santri merupakan sebutan untuk murid yang bertempat tinggal di suatu pondok pesantren. Sebagian besar dari jumlah santri merupakan usia remaja. Menurut Soetjiningsih

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga

Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Neneng Ratna, Erni Gustiani dan Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO. HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 1 KOTA MANADO. Puput Dewi Purwanti 1), Shirley E.S Kawengian 1), Paul A.T. Kawatu 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeritas

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR

PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR LATAR BELAKANG Lebih dari 50 % dari total penduduk indonesia adalah wanita (BPS,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh, zat gizi dibagi menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA PROBOLINGGO DENGAN

Lebih terperinci

Menggali Potensi Komponen Bioaktif Sayuran Indigenos sebagai Zat Pengatur Kesehatan dan Ingridien Pangan Fungsional

Menggali Potensi Komponen Bioaktif Sayuran Indigenos sebagai Zat Pengatur Kesehatan dan Ingridien Pangan Fungsional Menggali Potensi Komponen Bioaktif Sayuran Indigenos sebagai Zat Pengatur Kesehatan dan Ingridien Pangan Fungsional Pendahuluan Prof.DR.Ir. Nuri Andarwulan, MSi Guru Besar Tetap Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan segala aktivitas fisik yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan potensi jasmani, rohani dan sosial

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh RATNA BATARI F

SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT. Oleh RATNA BATARI F SKRIPSI IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA SAYURAN INDIGENOUS JAWA BARAT Oleh RATNA BATARI F24103120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA

Lebih terperinci

GAMBARAN ASUPAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KEPUASAN SANTRI PONDOK PESANTREN HUBULO GORONTALO

GAMBARAN ASUPAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KEPUASAN SANTRI PONDOK PESANTREN HUBULO GORONTALO GAMBARAN ASUPAN, STATUS GIZI DAN TINGKAT KEPUASAN SANTRI PONDOK PESANTREN HUBULO GORONTALO Description Intake, Nutritional Status and Level of Student Satisfaction Hubulo Islamic Center Gorontalo Harniko

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP... v SURAT PERNYATAAN... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN

PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN PENGANEKARAGAMAN dan KEDAULATAN PANGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Seafast center LPPM Departemen Ilmu & Teknologi Pangan KETAHANAN PANGAN (Food Security) UU No 7 (1996) Kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung dari pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut

Lebih terperinci

ejournal Boga, Volume 3 Nomor 3, Yudisium Oktober Tahun 2014 Halaman 47-50

ejournal Boga, Volume 3 Nomor 3, Yudisium Oktober Tahun 2014 Halaman 47-50 47 PENDAHULUAN Pola konsumsi makanan remaja adalah kebiasaan makan meliputi jenis dan jumlah makanan, serta frekuensi makan yang dikonsumsi remaja pada waktu tertentu (Suhardjo, 1989). Remaja adalah individu

Lebih terperinci

ASUPAN GIZI MAKRO, PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI KAWASAN PEMBUANGAN AKHIR MAKASSAR

ASUPAN GIZI MAKRO, PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI KAWASAN PEMBUANGAN AKHIR MAKASSAR Artikel Penelitian ASUPAN GIZI MAKRO, PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI KAWASAN PEMBUANGAN AKHIR MAKASSAR MACRO NUTRITIONAL INTAKE, INFECTIOUS DISEASE AND THE GROWTH STATUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING KES MAS ISSN : 1978-0575 PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING Niken Putri Sukendro, Sunarti Fakultas

Lebih terperinci

Sayuran Indigenous alternatif sumber pangan bernilai gizi tinggi

Sayuran Indigenous alternatif sumber pangan bernilai gizi tinggi iptek hortikultura Sayuran Indigenous alternatif sumber pangan bernilai gizi tinggi Satu-satunya cara berkelanjutan untuk memperbaiki status mikronutrien tubuh manusia adalah melalui pengintegrasian bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengetahuan Pengetahuan adalah, kata dasarnya tahu, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi menurut susunan perkataannya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan permasalahan besar yang dapat mempengaruhi pembangunan bidang kesehatan dan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan memperbaiki kualitas konsumsi pangan masyarakat. Konsumsi yang berkualitas dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Oleh karena itu peningkatan konsumsi protein perlu digalakkan, salah satunya melalui penganekaragaman

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN Astini Syarkowi *) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat sehingga memiliki kecakapan memilih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI YAYASAN PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH MAKASSAR SULAWESI SELATAN TAHUN 2013

HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI YAYASAN PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH MAKASSAR SULAWESI SELATAN TAHUN 2013 HUBUNGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI SANTRI PUTRI YAYASAN PONDOK PESANTREN HIDAYATULLAH MAKASSAR SULAWESI SELATAN TAHUN 23 CORRELATION OF ENERGY INTAKE AND NUTRIENT INTAKE WITH NUTRITIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai wilayah di Indonesia memiliki lahan pertanian yang dapat ditanami berbagai tanaman komoditas pangan sehingga dapat menghasilkan bermacammacam produk pangan.

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN Oleh : SERGIO PRATAMA 120100202 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Titik berat dari pembangunan Bangsa Indonesia adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja. Salah satu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

METODE PENELITIAN. n = N 1+ N (d 2 ) keterangan : N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study karena pengambilan data dilakukan pada suatu waktu. Penelitian dilaksanakan di Pesantren di

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO. HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR DI SMP NEGERI 13 KOTA MANADO. Waruis,Atika 1), Maureen I Punuh 1), Nova H. Kapantow 1) 1) Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO Agustian Ipa 1 1 Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan, Makassar ABSTRACT Background : Physical growth and maturation

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Tuti Rahmawati Prodi S1 Gizi, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Tuti Rahmawati Prodi S1 Gizi, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA GIZI SEMESTER 3 STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA THE CORRELATION OF NUTRIENT INTAKE WITH NUTRITIONAL STATUS OF STUDENTS IN NUTRITIONAL PROGRAM 3 RD

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI MAHASISWI PONDOK PESANTREN WAHID HASYIM YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI MAHASISWI PONDOK PESANTREN WAHID HASYIM YOGYAKARTA Hubungan Perilaku Konsumsi (Stevia Tafdhila Ramadhani) 1 HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN SEHAT DENGAN STATUS GIZI MAHASISWI PONDOK PESANTREN WAHID HASYIM YOGYAKARTA RELATIONS WITH HEALTHY FOOD CONSUMPTION

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015.

Penelitian akan dilaksanakan di R.S.U Dr. Pirngadi Medan pada bulan Januari 2014 Juli 2015. 2 DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif, jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan (Hartati, 2008). Menurut keterangan Supriadi (2009), terlihat

Lebih terperinci

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2

BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF. (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 BUDIDAYA PEPAYA BERBASIS RAMAH LINGKUNGAN DENGAN TEKNOLOGI KOMPOS AKTIF 1 M. Syarif, 2 Wiwaha Anas Sumadja dan 1 H. Nasution 1 (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi) 2 (Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan makan dan zat gizi yang digunakan oleh tubuh. Ketidakseimbangan asupan makan tersebut meliputi kelebihan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA CICA YULIA, S.Pd, M.Si Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun

Buletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU GIZI

DASAR-DASAR ILMU GIZI Tujuan Pembelajaran DASAR-DASAR ILMU GIZI Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat 1. Memahami kompetensi/tujuan mata kuliah gizi dasar 2. Memahami ruang lingkup mata kuliah 3. Menjelaskan definisi

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR

POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR POTENSI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK JANGKRIK DI KELURAHAN RANGKAPANJAYA BARU, KECAMATAN PANCORAN MAS, KOTA DEPOK SKRIPSI REINA SANTI SIREGAR PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN SISWA SLTP NEGERI (PENELITIAN) ( Chudus Mariawati, Pembimbing: Surja Tanurahardja, dr, MPH, DTM&H)

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN SISWA SLTP NEGERI (PENELITIAN) ( Chudus Mariawati, Pembimbing: Surja Tanurahardja, dr, MPH, DTM&H) ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN SISWA SLTP NEGERI (PENELITIAN) 18 BANDUNG ( Chudus Mariawati, 2003. Pembimbing: Surja Tanurahardja, dr, MPH, DTM&H) Latarbelakang Anak-anak masa kini adalah harapan nusa dan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia sekolah merupakan masa pertumbuhan bagi anak sehingga memerlukan gizi yang cukup dan seimbang. Defisiensi gizi pada usia sekolah dapat menyebabkan anak menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3

Lebih terperinci

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali

Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pendahuluan Sri Murtiati dan Nur Fitriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Jln. BPTP No. 40 Sidomulyo, Ungaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Oleh : Nia Sylviana Junaz 1, Jumirah 2, Albiner Siagian 2 1 Alumni Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis merupakan suatu mega sektor karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya), maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... i ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR GRAFIK...xiii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi, kandungan nutrisi yang relatif

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia sejak tahun 1968. Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya

Lebih terperinci

MENGATASI HAMBATAN PEMELIHARAAN ITIK SECARA EKSTENSIP (DIGEMBALAKAN)

MENGATASI HAMBATAN PEMELIHARAAN ITIK SECARA EKSTENSIP (DIGEMBALAKAN) MENGATASI HAMBATAN PEMELIHARAAN ITIK SECARA EKSTENSIP (DIGEMBALAKAN) SURYANI. N.N, K.BUDAARSA, D. P.M. A.CANDRAWATI DAN N. P. MARIANI Fakultas Peternakan Universitas Udayana ABSTRACT The public service

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bawang daun merupakan salah satu jenis sayuran yang tergolong ke dalam jenis sayuran daun yang banyak digunakan untuk campuran masakan dan mengandung gizi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Strategi Pengembangan dan Riset Jagung untuk Diversifikasi Pangan

Strategi Pengembangan dan Riset Jagung untuk Diversifikasi Pangan ferfr/t CENTER Strategi Pengembangan dan Riset Jagung untuk Diversifikasi Pangan Oleh Dahrul Syah Dian Herawati Antung Sima Firlieyanti Ratih Dewanti Hariyadi Feri Kusnandar Nurtleni Sri Palupi Sutrisno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi yang dialami oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan berbagai dampak pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Kimia Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara kadar Zn, Se, dan Co pada rambut siswa SD dengan pendapatan orang tua yang dilakukan pada SDN I Way Halim Lampung

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG PADA BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea L.) SECARA ORGANIK. Oleh : Ika Kartika Wati

KARYA ILMIAH TENTANG PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG PADA BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea L.) SECARA ORGANIK. Oleh : Ika Kartika Wati KARYA ILMIAH TENTANG PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG PADA BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea L.) SECARA ORGANIK Oleh : Ika Kartika Wati NPM 10712019 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN

Lebih terperinci

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY)

(PERFORMANCE ANALYSIS OF FARMER GROUP AND ITS RELATIONSHIP WITH HOUSEHOLD FOOD SECURITY LEVEL (CASE STUDY IN RASANAE TIMUR SUBDISTRICT BIMA CITY) AGRISE Volume XIV No. 2 Bulan Mei 2014 ISSN: 1412-1425 ANALISIS TINGKAT KINERJA KELOMPOK TANI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI (STUDI KASUS DI KECAMATAN RASANAE TIMUR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Rumusan Masalah Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, pekerja perkebunan, para prajurit, orang. sakit, penghuni asrama atau panti asuhan,narapidana dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, pekerja perkebunan, para prajurit, orang. sakit, penghuni asrama atau panti asuhan,narapidana dan sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Oleh karena itu penyelenggraan makanan merupakan suatu keharusan, baik dilingkungan keluarga maupun diluar lingkungan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR AgroinovasI SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR Sayuran dan buah merupakan satu dari empat pilar pangan berimbang selain biji-bijian, protein dan sedikit susu yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012 Mulinatus Saadah 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan

Lebih terperinci

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI Qanytah dan Trie Reni Prastuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek,

Lebih terperinci

Hubungan Daya Terima Makanan dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Taruna di Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang

Hubungan Daya Terima Makanan dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Taruna di Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang Hubungan Daya Terima Makanan dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Taruna di Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang ABSTRACT Hidayatus Sholehah, Agus Sartono 2, Mufnaetty 3,2,3 Program Studi Gizi

Lebih terperinci

Tanggungjawab Industri Pangan untuk Pencapaian Populasi Penduduk yang Aktif, Sehat dan Produktif

Tanggungjawab Industri Pangan untuk Pencapaian Populasi Penduduk yang Aktif, Sehat dan Produktif Tanggungjawab Industri Pangan untuk Pencapaian Populasi Penduduk yang Aktif, Sehat dan Produktif Southeast Asian Food & Agricultural Science & Technology (SEAFAST) Center dan Departemen Ilmu & Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja masa yang sangat penting dalam membangun perkembangan mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan periode kehidupan anak dan dewasa,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Asrama 2 Al-khodijah merupakan salah satu asrama putri yang berada di

BAB V HASIL PENELITIAN. Asrama 2 Al-khodijah merupakan salah satu asrama putri yang berada di BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Asrama 2 Al-khodijah merupakan salah satu asrama putri yang berada di bawah yayasan Pondok Pesantren Darul Ulum, berada di Desa Rejoso, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :... KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG 1. Nomor Responden :... 2. Nama responden :... 3. Umur Responden :... 4. Pendidikan :... Jawablah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pondok Pesantren

TINJAUAN PUSTAKA Pondok Pesantren TINJAUAN PUSTAKA Pondok Pesantren Istilah pondok pesantren terdiri dari dua kata yaitu pondok dan pesantren. Ada yang menyebut pondok saja, atau pesantren saja, namun kebanyakan menyebut dengan lengkap

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO 1 HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III

Lebih terperinci

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT

PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT PANGAN LOKAL SEBAGAI SUMBER KARBOHIDRAT Oleh : ENDANG SUPRIYATI, SE KETUA KWT MURAKABI ALAMAT: Dusun Kenteng, Desa Puntukrejo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. APA YANG ADA dibenak dan PIKIRAN

Lebih terperinci