DESTILASI ASAM LEMAK IR. M. YUSUF RITONGA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESTILASI ASAM LEMAK IR. M. YUSUF RITONGA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 DESTILASI ASAM LEMAK IR. M. YUSUF RITONGA FAKULTAS TEKNIK OGRAM STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENDAHULUAN 1.1 Pengenalan Minyak Dan Lemak Minyak dan lemak merupakan ester asam lemak dan gliserol atau gliserin. Dalam sain dikenal juga dengan nama trigliserida. Dalam ilmu kimia dasar, strukturnya digambarkan sebagai berikut : H 2 C O C HC O C H 2 C O C O R 1 O R 2 O R 3 Rumus molukulnya dikenal sebagai C 3 H 5 (COOR) 3 jika gugus alkil adalah sama. Minyak dan lemak merupakan senyawa organik yang sangat penting terdapat dalammakanan, karena dapat langsung dicerna dalam tubuh manusia menjadi sumber energi. Minyak dan lemak tidak hanya dikenal sebagai sumber makan bagi manusia, tetapi merupakan bahan baku lilin, margarin, ditergent, kosmetika, obat-obatan dan pelumas.tentunyan diolah dengan proses yang berbeda.untuk digunakan dasar indusri sebagai bahan kosmetika dan konsumer produk trigliserida harus dihidrolisa yang menghasilkan asam lemak dan gliserin. Asam lemak lanjut dihidrogenasi menjadi alkohol. Keduanya asam lemak dan alkohol merupakan bahan baku pembuatan berbagai jenis kosmetik dan consumer product. Minyak dan lemak dibedakan berdasarkan titik lelehnya. Minyak merupakan cairan pada suhu kamar, sedangkan lemak membeku berupa padatan atau semi padatan. Perbedaan ini tidak begitu mencolok, tergantung keadaan alam dan iklim tempat minyak dan lemak berada.

2 Trigliserida atau gliserida yang terbentuk dari asam lemak januh dengan rantai yang panjang, memiliki titik didih atau titik cair lebih tinggi daripada asam-asam lemak jenuh rantai pendek. Demikian juga dengan asam-asam lemak tak jenuh. Titik cair asam-asam lemak yang tedapat dalam minyak dan lemak ditampilkan pada TABEL.1 berikut ini. TABEL.1. Titik cair berbagai asam lemak pada minyak dan lemak. Jenis Jumlah Nama umum dan rumuskimia Titik asam atom C cair 0 C Lemak Asam 4 Asam butirat (C 3 H 7 COOH) - 7,9 Lemak 6 Asam karoat (C 5 H 11 COOH) - 3,4 Jenuh 8 Asam kaprilat (C 7 H 15 COOH) 16,7 12 Asam laurat (C 11 H 23 COOH) 44,2 14 Asam muislat (C 13 H 27 COOH) 54,4 16 Asam palmitat (C 15 H 31 COOH) 62,9 Asam stearat (C 17 H 35 COOH) 69,9 Asam Asam oleat emak CH 3 (CH 2 ) 7 CH=CH(CH 2 ) 7 COOH 16,3 Tak Asam linoleat Jenuh CH 2 (CH 2 ) 4 CH=CHCH 2 CH=CH(CH 2 ) 7-5 Asam linolenat CH 3 CH 27 CH=CHCH 2 CH=CHCH 2 CH=CH(CH 2 ) 7 COOH - 11 Pada lemak dan minyak berasal dari tumbuh-tumbuhan terutama biji-bijian terdapat lechitinyang dapat menyebabkan lendir. Minyak yang berasak dari tanaman yang mengandung klorofil akan berwarna kehijauan. Besarnya kandungan bahan ini tidak sama, kendati diperoleh dari tanaman yang sejenis, tergantung tempat tanaman dibudidayakan. Bahan-bahan yang terkandung dalam lemak dan minyak, bukan hanya lichtindan klorofil. Sesungguhnya masih cukup bantak bahan impuritis terkandung dengan jumlah yang

3 berbeda, oleh sebab iotu pengolahan lemak dan minyak adalah spesifik tergantung sifat alami minyak dan lemak dan hasil akhiryang diinginkan Penggolongan Minyak dan Lemak Perbedaan fisis sangat erat hubungannya susunan asam lemak, sehingga ddibedakan atas tiga jenis, yaitu : a. minyak tak mengering, adalah minyak/ lemak yang memiliki bilangan Iod (IV) dibawah 100. Minyak kelapa, minyak sawit dan minyak inti sawit dimasukkan dalam golongan ini. b. minyak semi mengering, adalah minyak/lemak yang memiliki bilangan iod sekitar Asam lemaknya terutama asam lemak tak jenuh, diantaranya linoleat dan asam linolenat. Yang termasuk golongan ini adalah minyak kacang kedele. c. minyak mengering, adalah minyak/lemak yang memiliki bilangan iod diatas 130. asam lemaknya terutama asam lemak tak jenuh dan sedikit sekali asam lemak jenuh, diantaranya asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat, biasanya jenis minyak ini dipakai sebagai bahan baku pembuatan cat. Asam lemak jenuh lebih stabil dibandingkan asam lemak tidak jenuh, akibatnya titik leleh asam lemak jenuh lebih tinggi. Kestabilan asam lemak jenuh mudah dipengaruhi oleh temperatur. Tingkat sifat mengering minyak/lemak selain ditentukan oleh jumlah ikatan rangkap asam lemaknya juga dipengaruhi oleh posisi ikatan rangkap tersebut pada eantai asam lemak yang terikat pada gliserida, sehingga dikenal asam lemak yang berkonjugasi dan tidak berkonjugasi. Jenis minyak yang memiliki asam lemak tidak jenuh yang tinggi memiliki sifat mengering yang kuat bila dibandingkan dengan minyak memiliki asam lemak tidak jenuh yang tinggi tetapi tidak berkonjugasi. Berikut ditampilkan asam lemak tak berkonjugasi dan berkonjugasi. H H H H H H H H H H H - C - C = C - C - H H - C - C = C - C = C - C - H H H H H Tak berkonjugasi berkonjugasi Penggolongan minyak dan lemak seperti ini sangat diperlukan, karena sangat mempengaruhi produk hasil hidrolisa trigliserida dan destilasi asam lemak. Dalam hal ini salah satu parameter utama untuk menghidrolisa trigliserida adalah bilangan iod (IV), disamping parameter lain. Hal ini disebabkan bilangan iod sangat dipengaruhi performa proses hidrolisa trigliserida dan destilasi asam lemak. Hal ini akan dibahas lebih mendalam pada pokok bahasan hidrolisa trigliserida.

4 1.3. komponen pembentukan trigliserida. Komponen utama pembentuk minyak atau lemak adalah trigliserida. Bahan ini merupakan hasil esterifikasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak yang menghasilkan tiga molekul air dan satu molekul trigeliserida. C 3 H 5 (OH) 3 + RCOOH C 3 H 5 (COOR) 3 + 3H 2 O Gliserol as. Lemak Trigliserida air Disamping trigliserida, secara alami minyak atau lemak juga mengandung digliserida dan monogliserida. Kedua jenis ini terdapat secara alami pada minyak dan lemak. Kandungan air pada minyak dan lemak mentah menyebabkan hidrolisa terhadap trigliserida membentuk di dan mono gliserida dengan bantuan enzim lipase pada daging buah. Pembentukan kedua bahan ini akan semakin erat bila suhu lingkungan semakin meningkat. Demikian juga bila waktu hidrolisa bertambah. Reaksi kimia berikut menggambarkan tahap pembentukan di dan mono gliserida. a. trigliserida + air digliserida + as. Lemak bebas C 3 H 5 (OOCR) 3 + H 2 O C 3 H 5 (OH)(OOCR) 2 + RCOOH b. digliserida + air monogliserida + as.lemak bebas C 3 H 5 (OH)(OOCR) 2 + H 2 O C 3 H 5 (OH) 2 (OOCR) + RCOOH Berdasarkan reaksi di atas, kandungan air pada minyak atau lemak dapat menyebabkan kandungan as. Lemak bebas dan dua gliserida terakhir cendrung bertambah. Ini juga berarti kandungan impuritis pada minyak dan lemak cendrung bertambah. Beberapa jenis impuritis lain yang terdapat pada minyak dan lemak, adalah : a. as. Lemak bebas (free fatty acid) b. senyawa pospatida c. senyawa tak tersabunkan d. senyawa peroxida e. senyawa sterol f. sedikit logam (trace metals) g. senyawa penyebab warna (colour bodies) h. senyawa pestisida Bahan impuritis atau by product di atas harus dikurangi pada tingkat tertentu agar dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan asam lemak yang digunakan pada destilasi asam lemak atas golongan asam lemak blended dan asam lemak murni. Berikut ditampilkan komposisi beberapa minyak dan lemak untuk menggambarkan perbedaan kandungannya dan sebagai dasar pertimbangan pemilihan bahan baku pembuatan asam lemak untuk didestilasi. Tabel 2. Komposisi terigliserida pada beberapa minyak dan lemak. As. lemak Minyak kelapa sawit (%) Minyak inti sawit (%) Minyak kelapa As. Kaprilat As. Kaproat

5 As. Laulat As. Mirislit As. Palmitat As. Stearat As. Oleat As. linoleat - 1,1 2, ,6 4, ,5 9 1,0 2, ,5 2 6,3 7,3 17,5 8,3 10,2 0, Pengolahan awal minyak (pretreatment) Dari ketiga golongan minyak dan lemak yang telah diuraikan di depan pada pokok bahasan 1.2, minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit merupakan pilihan utama sebagai bahan baku pembuatan asam lemak. Ketiganya memiliki bilangan iod di bawah 100 serta distribusi jumlah atom C pada masing-masing lebih menyebar mulai dari C 6 sampai C 20 (lihat kembali tabel 2). Denganbilangan iod 100, proses hidrolisa akan dapat berjalan lebih effisien karena reaktor hidrolisa (spliter) dapat dioperasikan sepanjang tahun. Hal ini disebabkan senyawa polimer yang terbentuk selama proses hidrolisa tidak banyak berpengaruh dibandingkan jika menggunakan minyak dan lemak dengan bilangan iod diatas 100. Senyawa polimer yang terbentuk lebih banyak dapat mengurangi efektivitas perpindahan panas selama proses hidrolisa, sehingga tidak ekonomis. Pada dasarnya minyak kelapa (Crude Coconut Oil) dan minyak inti sawit (Crude Palm Kernel Oil) yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan asam lemak lewat jalur hidrolisa sudah diolah pada tingkat tertentu, untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan fraksifraksi asam lemak, Crude coconut oil (CNO) dan crude palm kernel oil (CPKO) harus diolah lebih dahulu, sehingga memenuhi kualitas yang lebih baik. Pada pengolahan awal ini proses yang dilakukan melalui dua tahap, yaitu : a. proses degumming b. proses pemucatan Proses degumming bertujuan untuk mengurangi senyawa pospolipida, protein, stack, tsace metal Fe, Cu; garam-garam Ca dan Mg serta garam-garam pospolipida. Proses ini berlangsung pada suhu C dan tekanan 25 mbar dengan menggunakan asam pospat (H 3 PO 4 ). Proses degumming juga bertujuan untuk mengurangi pemakaian tanah pemucat atau campuran tanah pemucat dengan arang aktif pada proses pemucatan. Dengan melalui step ini upaya mengurangi dengan efektif senyawa pospolipida atau klarefit dan sejumlah zat-zat pewarna (colour bodies) lain akan dapat dicapai. Warna hasil pengolahan awal ini ditetapkan pada range 1,5R 2R, sehingga layak digunakan sebagai bahan bakar pembuatan fraksifraksi asam lemak yang berkualitas internasional. Pemakaian tanah pemucat untuk masing-masing CNO dan CPKO berbeda jumlahnya. Umumnya pemakaian tanah pemucat untuk pemucatan CNO lebih besar dibandingkan pada pemucatan CPKO, karena kandungan impuritisnya lebih besar. Pemakaian tanah pemucat pada proses pemucatan berkisar 5% dari jumlah minyak yang diolah. Angka ini bisa berubah jika minyak yang digunakan mengandung komposisi yang berbeda Hidrolisa trigliserida Hidrolisa trigliserida dari CNO atau CPKO merupakan awal dari pembuatan asam lemak, fatty alkohol, surfaltant, detergen, kosmetik, konsumer product dan farmasi. Hidrolisa ini

6 menjadi sangat penting dalam industri oleokimia, karena dengan proses lanjutan yang spesifik dapat dihasilkan bahan-bahan di atas dapat diproduksi. Hidrolisa CNO atau CPKO berlangsung menurut reaksi sebagai berikut: 1. C 3 H 5 (OOCR) 3 + H 2 O C 3 H 5 (OH)(OOCR) 2 + RCOOH trigliserida digliserida as. Lemak 2. C 3 H 5 (OH)(OOCR) 2 + H 2 O C 3 H 5 (OH) 2 (OOCR) + RCOOH digliserida monogliserida as. Lemak 3. C 3 H 5 (OH) 2 (OOCR) + H 2 O C 3 H 5 (OH) 3 + RCOOH monogliserida gliserida as. Lemak Keseluruhan reaksi di atas akan memenuhi persamaan reaksi sebagai berikut : C 3 H 5 (OOCR) 3 + 3H 2 O C 3 H 5 (OH) 3 + 3RCOOH Hidrolisa ini berlangsung pada reaktoer yang disebut spliter, dengan menggunakan trafo bertekanan 63 bar. Asam lemak yang dihasilkan dikeluarkan dari bagian atas reaktor berdasarkan perbedaan berat jenis, sedangkan gliserin yang dihasilkan dikeluarkan dari bagian bawaah reaktor. Derajat hidrolisa atau splitting degree proses hidrolisa CNO atau CPKO bisa mencapai 98%. Untuk memperoleh gambaran umum hasil hidrolisa CO atau CPKO, berikut dilanjutkan data-data sebagai berikut : Tabel 3 a. derajat hidrolisa b. pemakaian steam c. kadar gliserin (%berat) d. bilangan asam asam lemak (AV) e. kadar air asam lemak (%berat) f. warna asam lemak (Red / Yellow) g. komposisi asam lemak (%berat) CNO 98% 17% (min) 264 (min) 1,5% (max) 2,5R (max) BAHAN BAKU CPKO 98% 16% (min) 248 (min) 1,5% (max) 2,5R (max) C 6 = 1,0 % C 14 = 17,5 % C 8 = 9,1 % C 16 = 8,3 % C 10 = 6,3 % C = 10,2 % C 12 = 47,3 % C 20 = 0,2 % Asam lemak dari hasil hidrolisa di atas, tidak hanya mengandung trigliserida pada TABEL-3, tetapi tetap mengandung impuritis atau by product dalam jumlah kecil. Dengan penjelasan ini kualitas asam lemak hasil hidrolisa sangat menentukan kualitas fraksi-fraksi asam lemak dari proses destilasi.

7 Untuk lebih memahami proses hidrolisa CNO dan CPKO secara umum, di bawah ini digambarkan diagram blok proses pretreatment dan hidrolisa. AS. LEMAK B. EARTH/A.CARBON KE UNIT H 3 PO 4 DISTILASI CNO/ CPKO DRIER RETENTION VESSEL SPLI TER STEAM BER- TEKANAN 63 BAR GLISERIN WATER KEUNITPEEAT MEN GLISERIN OSES DEGUMMING DAN PEMUCATAN UNIT A OSESHIDROLISA UNIT B Gbr 1. Blok diagram proses degumming, pemucatan dan hidrolisa CNO/CPKO Bahan baku CNO, sebelum dihidrolisa selalu terlebih dahulu harus diolah pada unit-a. Berbeda dengan CPKO yang tidak selalu harus diolah pada unit-a. Hal ini disebabkan CNO secara alami memang lebih banyak mengandung impuritis dibandingkan dengan CPKO, sehingga jarang memenuhi kualitas CNO yang layak dihidrolisa untuk menghasilkan fraksifraksi asam lemak yang bermutu tinggi. DISTILASI ASAM LEMAK 2.1 Tujuan Distilasi Asam Lemak. Seperti telah diungkapkan pada hidrolisa CNO dan CPKO, bahwa sebagian impuritis pada CNO dan CPKO tetap terikut dalam asam lemak. Impuritis ini harus dipisahkan untuk mendapatkan fraksi-fraksi asam lemak yang berkwalitas tinggi. Distilasi asam lemak, disamping terutama untuk memisahkan fraksi-fraksi asam lemak, juga untuk memisahkan impuritis dari fraksi-fraksi asam lemak. Fraksi-fraksi asam lemak yang diperoleh pada distilasi asam lemak terbagi atas dua fraksi utama, yakni fraksi asam lemak C 6-10 dan fraksi asam lemak C 12-. Sekitar 30% impuritis bertitik didih diatas 270 o C pada tekanan 8 mbar serta sebagian kecil asam lemak beratom C 2O, yang lazim disebut fraksi residue, dapat dihidroksi ulang pada splitter

8 2.2. Uraian Proses Distilasi Diagram blok proses distilasi asam lemak atas dua bagian fraksi C 6-10 dan C 12- dapat digambarkan sebagai berikut As.lemak as. Lemak KOLOM as. lemak DRIER DISTILA SI - I residu KOLOM DISTILA SI - II mentah mentah C residu Gambar 2. Diagram blok proses distilasi asam lemak Pada kenyataannya distilasi asam lemak (brude fatty acid) bisa lebih kompleks dari blok diagram di atas. Keadaan ini tergantung pada permintaan proses. Artinya kedua fraksi utama asam lemak C 6-10 dan C 12- dapat dipisahkan atas fraksi-fraksi tunggal pembentuknya, yaitu asam lemak C 6, C 8, C 10, C 12, C 14, C 16, dan C. Untuk tujuan ini, kolom distilasi yang dipakai lebih banyak dari blok diagram di atas dengan spesifikasi alat yang berbeda tentunya. Kendati demikian prinsip utama tujuan proses distilasi asam lemak tidak berbeda. Umumnya proses distilasi asam lemak dimulai dengan pengeringan. Pada proses pengeringan ini, air yang terkandung pada asam lemak dikurangi sampai tingkat tertentu hingga tidak mengganggu proses distilasi. Dengan melalui proses pengeringan ini, air yang terkandung pada asam lemak dapat dikurangi sampai lebih dari sebagian besar kandungan awal. Kadar air asam lemak yang layak untuk proses distilasi sekitar 2% berat. Pengeringan asam lemak tidak hanya bertujuan untuk mengurangi kadar air, tetapi juga untuk mengurangi kandungan impuritis yang bertitik didih sekitar 100 o C pada tekanan 8 mbar. Impuritis yang bertitik didih di atas 100 o C, dikurangi sampai pada tingkat tertentu pada suhu sekitar 235 o C pada tekanan sekitar 48 mbar pada kolom pertama. Kondisi ini juga merupakan temperatur yang ideal untuk memisahkan asam lemak C 6-10 dengan campuran asam lemak C 12- dengan residu. Sebagian kecil air yang terkandung pada asam lemak ditekan sampai tingkat tertentu. Dengan kondisi ini pula, dapat diharapkan kwalitas asam lemak C 6-10 sebagai berikut : a. bilangan asam (AV) = b. bilangan Iod (IV) = 1.0 (maksimum) c. warna = R d. kadar air (%berat) = 0.1 % (maksimal) e. komposisi (%berat) C 6 = 5% (maksimal) C 8 = 56 58% C 10 = 37 39% C 12 = 1.0 (maksimal)

9 Pada kolom pertama asam lemak C 6-10 yang dihasilkan besarnya (secara kwantitatif) berkisar 7 9 % dari bahan baku asam lemak yang dipergunakan. Jika asam lemak berasal dari hidrolisa CPKO. Harga diatas akan berubah menjadi 13-15% dari asam lemak yang dipergunakan, jika asam lemak berasal dari hidrolisa CNO. Secara alami kandungan C 6-10 pada CNO lebih banyak dari jumlah C 6-10 pada CPKO. Kwantitas ini memberikan sedikit dampak terhadap perencanaan pabrik proses distilasi asam lemak berbahan baku asam lemak dari hidrolisa CNO. Perbedaan ini dapat diperhatikan pada diagram alir proses distilasi asam lemak dari hidrolisa CNO dan CPKO pada gambar 3. dan gambar 4. Berbeda dengan asam lemak C 6-10 dari asam lemak CPKO, asam lemak C 6-10 dari asam lemak CNO akan berkwalitas lebih rendah, jika jumlah C 6 yang lebih banyak pada asam lemak CNO tidak dipisahkan dan dikurangi pada jumlah tertentu. Khususnya terhadap penampilan warna dan kandungan ikatan rangkap pada rantai atom C asam lemak C 6-10 cenderung menurunkan kwalitas alkohol dari asam lemak (fatty alkohol). Untuk menghasilkan asam lemak C 6-10 dari asam lemak CNO yang setara dengan kwalitas asam lemak C 6-10 dari asam lemak CPKO, jumlah asam lemak C 6 yang harus diambil berkisar % dari asam lemak yang dipergunakan. Pada fraksi inilah sebagian besar impuritis penyebab warna dipisahkan. Tentu saja bercampur sedikit dengan asam lemak C 6-10 dalam jumlah kecil. Asam lemak C 12- yang bercampur dengan residu dikeluarkan dari bagian bawah kolom distilasi dan selanjutnya dipisahkan pada kolom kedua. Pemisahan pada kolom ini berlangsung pada suhu o C dan tekanan 15- mbar. Pada kolom ini impuritis yang masih terkandung pada C 12- dipisahkan dari bagian atas dan bawah kolom distilasi. Dengan proses ini diharapkan dapat dihasilkan asam lemak C 12- dengan spesifikasi sebagai berikut : a. bilangan asam (AV) = b. bilangan Iod (IV) = 0.1 (maksimum) c. warna = 0.82 (maksimum) d. kadar air (% berat) = 0.1% (maksimum) e. komposisi (% berat) C 8 = 0.1 % C 10 = 1.0 % (maksimum) C 12 = % C 14 = % C 16 = % C = % C 20 = 0.1 % (maksimum)

10 WC WC FRC D5 5G3 5D4 5D1 5D2 5D3 5D7 5G LIC LAH FRC C FR LC LAH LIC WC WC RESIDUE TO TANK 10T14 OR TANK 10T16 RESIDUE FAT 2101 FAT AP CO SH S 5G9 5D6 5G15-2 5G F3 WCT 5E11 5G12 5G13 5E8 5E10 5E9 5G1 5G4 5F2 5G3 5E4 5G11 5E1 5G2 WCT

11 WC WC FRC D5 5G3 5D4 5D1 5D2 5D3 5D7 5G LIC LAH FRC C FR LC LAH LIC WC WC RESIDUE TO TANK 10T14 OR TANK 10T16 RESIDUE FAT 2101 FAT AP CO SH S 5G9 5D6 5G15-2 5G F3 WCT 5E11 5G12 5G13 5E8 5E10 5E9 5G1 5G4 5F2 5G3 5E4 5G11 5E1 5G2 WCT

12 Impuritis yang dipisahkan pada bagian bawah kolom kedua berupa : a. digliserida b. monogliserida c. asam lemak C -20 d. trigliserida e. colour bodies Gliserida yang terkandung pada residu, merupakan bagian yang tidak terkonversi seutuhnya menjadi asam lemak dan gliserin pada hidrolisa trigliserida CNO atau CPKO, oleh sebab ini fraksi residu ini dapat diolah kembali menjadi asam lemak dan gliserin. Disamping memenuhi kwalitas asam lemak C 12-, residu yang dihasilkan merupakan pembatas pada distilasi ini. Proses pemisahan asam lemak C 12- dengan fraksi residu baru ideal jika harga bilangan asamnya lebih kecil atau sama dengan 10 dan jumlah residu yang dihasilkan berkisar sebanyak 3% dari asam lemak yang digunakan. Jika jumlah residu lebih besar dari 3%, maka proses ini menjadi sedikit kurang fisible. Keadaan ini akan menyebabkan kapasitas produksi menurun, akibat asam lemak C 12- yang dihasilkan akan semakin berkurang dan rentang waktu pengolahan kembali residu menjadi lebih pendek. Hidrolisa residu dan distilasi asam lemak dari residu secara keseluruhan lebih mahal dan jumlah perolehan produk adalah relatif jauh lebih kecil Tekanan vakum Pada uraian ringkas proses distilasi asam lemak pada pokok bahasan 2.2, kondisi tekanan selalu dibawah 1 atm. Besar tekanan vakum rata-rata dibawah 50 mbar. Terdapat 2 hal pokok yang melatar belakangi kondisi vakum ini, antara lain : effisiensi pemakaian energi meningkatkan mutu asam lemak yang dihasilkan. Untuk lebih memahami kedua hal di atas, masing-masing dibahas pada subpokok bahasan tersendiri Effisiensi pemakaian energi. Proses distilasi pada prinsipnya adalah pemisahan suatu bahan cair atas komponen-komponennya atas perbedaan titik didihnya. Untuk tujuan ini tentu saja bahan cair tersebut harus dipanaskan, diuapkan lalu dipisahkan pada suhu dan tekanan tertentu, sesuai dengan produk yang diinginkan. Penguapan bahan cair tentu saja menyangkut titik didih dan tekanan lingkungan bahan cair yang diuapkan atau dipisahkan dan ini berarti menyangkut energi panas yang dibutuhkan untuk penguapan. Sekarang timbul pertanyaan : bagaimana tekanan vakum dapat menurunkan pemakaian energi panas pada proses distilasi asam lemak? Jawabannya sangatlah sederhana. Secara alami bahan cair dapat mendidih pada suhu yang berbeda-beda. Bisa lebih tinggi atau lebih rendah dari titik didihnya pada tekanan atmosfer. Bagaimana hal ini bisa jadi kenyataan? Tekanan lingkungan bahan cair diatur lebih rendah atau lebih tinggi dari tekanan udara luar. Jika tekanan lingkungan dibuat lebih rendah dari satu atmosfer, bahan cair akan mendidih dan menguap pada suhu yang lebih rendah. Sebaliknya bahan cair akan mendidih dan menguap pada suhu yang lebih tinggi, jika

13 tekanan lingkungan dibuat lebih tinggi dari tekanan udara luar (1 atm). Apakah artinya ini, jika dikaitkan dengan pemakaian energi panas untuk menaikkan dan menurunkan suhu bahan cair pada proses penguapan?. dari penjelasan sederhana di atas, dapat disimpulkan pemakaian energi panas akan semakin kecil jika tekanan lingkungan bahan cair dibuat semakin rendah. Penjelasan di ataslah yang mendasari distilasi asam lemak dilakukan pada tekanan vakum. Jauh di bawah tekanan satu atmosfer. Akan tetapi hal ini tidak terlepas dari kwalitas produk distilasi asam lemak yang akan dibahas pada subpokok bahasan berikut. Tekanan vakum pada proses distilasi asam lemak dicapai dengan menggunakan peralatan mekanis seperti ejektor atau pompa vakum yang menjadi bagian dari peralatan proses distilasi yang berlangsung secara berkesinambungan. Dengan peralatan ini tekanan vakum dapat dicapai sampai 5 mbar pada kolom distilasi, saat telah dibebani oleh penguapan bahan cair dan 10 s/d 70 mbar pada saat dibebani oleh penguapan pada kolom yang berbeda Meningkatkan mutu asam lemak. Asam lemak yang dihasilkan pada proses distilasi asam lemak dibedakan atas fraksi-fraksi C 6-10 dan C 12- serta fraksi tunggal masing-masing asam lemak yang membentuk brude fatty acid (asam lemak kasar) dari hidrolisa trigliserida CNO, seperti asam lemak C 6, C 8, C 10, C 12, C 14, C 16, dan C. Proses distilasi asam lemak kasar pada tekanan vakum bertujuan untuk meningkatkan kwalitas asam lemak tersebut di atas. Bagaimana tujuan di atas dicapai?. Bukankah proses distilasi hanya untuk memisahkan asam lemak kasar atas komponen-komponen pembentuknya?. Sekilas proses distilasi asam lemak kasar, hanya untuk memisahkan atas komponen-komponen pembentuknya dengan tingkat persentase tertentu. Memang inilah yang menjadi tujuan utama distilasi asam lemak kasar. Tetapi hal ini saja tidak cukup, karena masih terdapat beberapa faktor lain yang menunjang mutu fraksi-fraksi asam lemak, sehingga lebih kompetitif di pasar industri oleokimia, untuk kebutuhan pembuatan kosmetik, detergent dan sebagainya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, kita kembali pada materi penyusun trigliserida minyak kelapa kopra (crude coconut oil). Selain komposisi fraksi fraksi asam lemak, faktor-faktor berikut perlu mendapat perhatian. Pada proses distilasi asam lemak terdapat beberapa faktor yang harus dikontrol dengan baik untuk memisahkan kwalitas fraksi asam lemak yang baik, adapun faktor-faktor tersebut ialah : a. kadar air pada tiap fraksi distilasi. b. warna pada tiap fraksi distilasi. c. ikatan rangkap pada asam lemak jenuh. Disamping komposisi asam lemak pembentuk tiap fraksi asam lemak serta besar bilangan asamnya (acid value). Dua faktor terakhir di atas yakni warna dan ikatan rangkap pada fraksi distilasi, merupakan faktor yang dapat berubah secara fisis dan kimiawi pada saat proses distilasi berlangsung. Terutama jika proses pemisahan berlangsung pada tekanan udara atmosfer. Pada proses distilasi dengan tekanan atmosfer, terdapat udara yang cukup banyak di dalam peralatan. Udara, dalam hal ini oksigen yang cukup yang terdapat di dalam udara akan mengoksidasi ikatan jenuh asam lemak serta ikatan tidak jenuh

14 pada asam lemak. Pembentukan ikatan rangkap ini dimungkinkan karena suhu proses destilasilebih tinggi pada tekanan atmosfer. Dengan adanya ikatan rangkap pada fraksi-fraksi destilasi asam lemak, warna fraksi destilasi cenderung bertambah. Kecenderungan bertambahnya ikatan rangkap dan warna pada tiap fraksi akan semakin besar bila temperatur pemisahan semakin tinggi. Dengan tekanan vakum, destilasi asam lemak dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah. Dengan tekanan vakum, kadar oksigen di dalam peralatan pemisah dapat ditekan serendah mungkin, sehingga dapat menekan reaksi oksidasi ikatan jenuh pada asam lemak menjadi ikatan rangkap. Pada akhirnya dapat menekan warna pada produk destilasi asam lemak dari minyak kelapa kopra. Inilah yang paling pokok yang mendasari proses pemisahan asam lemak dengan destilasi, dilakukan pada tekanan vakum. Faktor kadar air, berpengaruh secara tidak langsung pada perubahan warna dan ikatan rangkap fraksi destilasi asam lemak. Jumlah kadar air di atas 1,5 % pada asam lemakkasar, membutuhkan suhu destilasi yang lebih tinggi. Kendatipun proses destilasi berlangsung pada tekanan vakum, kenaikan suhu tetap memungkinkan perubahan-perubahan (kenaikan). Warna dan ikatan rangkap pada product destilasi asam lemak. Dengan demikian kenaikan kadar air pada asam lemak kasar dapat menaikan warna dan ikatan rangkap pada fraksi destilasi asam lemak. Tidak hanya kedua faktor ini mengalami kenaikan, proses pemisahan pun dapat terganggu. Kelancaran dang kapasitas produksi dapat berkurang sampai 50%, di samping terjadi penyimpangan komposisi asam lemak pembentuk fraksi destilasi asam lemak akibat kenaikan kadar air pada umpan asam lemak. Dengan penjelasan singkat di atas penulis yakin para pembaca dapat memahami alasan proses pemisahan asam lemak dari minyak kelapa sawit dari minyak kelapa kopra dengan proses destilasi bertekanan vakum. BILANGAN ASAM ODUK DESTILASI 3.1. BILANGAN ASAM FRAKSI TUNGGAL ASAM LEMAK Dalam proses destilasi, mengontrol secara berkesinambungan nilai bilangan asam fraksi-fraksi destilasi asam lemak sangat diperlukan untuk menjaga kualitas produk destilasi asam lemak. Pengontrolan dapat dilakukan melalui hasil analisa laboratorium secara berkala maupun secara teoritis dari formulasi yang ada. Pengontrolan bilangan asam dengan cara terakhir ini mutlak perlu dilakukan jika pengontrolan lewat hasil analisa laboratorium tidak dapat dilakukan, karena kerusajkan analisa bilangan asam. Menentukan bilangan asam fraksi destilasi asam lemak secara praktis sangat mudah dilakukan. Besar bilangan asam lemak tergantung dari dua hal pokok, yaitu : 1. komposisi asam lemak 2. bilangan asam fraksi tunggal asam lemak. Secara alami bilangan asam lemak dengan rantai karbon lebih pendek adalah lebih besar, dibanding asam lemak dengan rantai karbon lebih panjang, karena berat molekulnya lebih kecil. Sehingga jika asam lemak merupakan campuran beberapa asam lemak, bilangan asam campuran cenderung bertambah besar jika komposisi lebih ringan cenderung bertambah banyak. Kecenderungan berkurangnya bilangan asam merupakan indikasi berkurangnya komposisi asam lemak lebih ringan atau bertambahnya komposisi asam lemak lebih berat (heavy component).

15 Besarnya bilangan asam untuk asam lemak fraksi tunggal dapat ditentukan sebagai berikut : AV = 56,108 BM Dimana : AV = bilangan asam fraksi tunggal asam lemak BM = berat molekul asam lemak tunggal. Berikut ini diberikan bilangan asam fraksi tunggal asam lemak (pure fatty acid). Tabel 3.1. Bilangan Asam Fraksi Tunggal Asam Lemak No Asam lemak AV (bilangan asam) C 6 fatty acid C 8 fatty acid C 10 - fatty acid C 12 - fatty acid BILANGAN ASAM CAMPURAN ASAM LEMAK Produk destilasi asam lemak dapat berupa campuran C 6-10 artinya terdiri dari sejumlah tertentu fraksi tunggal asam lemak C 6, C 8, C 10 dan sejumlah kecil asam lemak C 12 seperti dicantumkan pada spesifikasi C 6-10 asam lemak. Produk asam lemak yang lain dapat berupa C 12- asam lemak artinya terdiri dari sejumlah teretntu fraksi tunggal asam lemak C 10 (sangat sedikit), C 12, C 14, C 16, C dan sejumlah kecil C 20, seperti dicantumkan pada spesifikasi C 12- asam lemak. Bilangan asam campuran asam lemak dapat ditentukan secara teoritis dengan formula berikut : AV = (A x a) + (B x b) + (C x c) + (D x d) Dimana : A, B, C dan D = bilangan fraksi tunggal asam lemak. A, b, c dan d = komposisi masing-masing fraksi tunggal dalam campuran (dalam % berat). DAFTAR PUSTAKA 1. Lurgi. GmBh, operasi manual fatty acid distilation, frankfurt, S. kataren, Minyak dan lemak pangan Universitas indonesia press, jakarta, Siid chemie indonesia, highly active bleaching eart for processing of fats and oils, cimapag, Lurgi GmBh, spliting process of fats and oils, frank furt, Seminar bleaching eart, siid chemie indonesia, medan, Lurgi, GmBh, manual prosess of hidrolisys crude palm kernel oil, frankfurt, 1990.

PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Minyak sawit (Crude Palm Oil) adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari golongan palem yang dapat menghasilkan asam oleat adalah kelapa sawit (Elaenisis guineensis jacq) yang terkenal terdiri dari beberapa varietas, yaitu termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari beberapa tanaman golongan Palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ). kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ), merupakan komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Salah satu parameter mutu asam stearat blended bermutu premium, adalah heat stability/kestabilan warna, selain warna, bilangan iodium dan komposisi asam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan Minyak Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

PABRIK ASAM OLEAT DARI MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN PROSES CONTINUOUS HIGH PRESSURE SPLITTING AND FRACTIONAL DITILLATION L/O/G/O

PABRIK ASAM OLEAT DARI MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN PROSES CONTINUOUS HIGH PRESSURE SPLITTING AND FRACTIONAL DITILLATION L/O/G/O PABRIK ASAM OLEAT DARI MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN PROSES CONTINUOUS HIGH PRESSURE SPLITTING AND FRACTIONAL DITILLATION Disusun Oleh : 1. WULAN SARI (2308030077) 2. KHINI ATU HIMMI (2308030083) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat dikarenakan industri kimia banyak memproduksi barang mentah maupun barang jadi untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III RENCANA PENELITIAN

BAB III RENCANA PENELITIAN BAB III RENCANA PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Untuk pembuatan MCT yang memenuhi kualitas pangan dari asam lemak dan gliserol maka perlu dilakukan : a. Penelitian keefektifan metode Hartman dkk tentang

Lebih terperinci

PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU

PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU Penyusun : Riyo Eko Prasetyo 2307030067 Wicaksono Ardi Nugroho 2307030078 Dosen Pembimbing : Ir. Elly Agustiani, M. Eng 19580819 198503

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK 8 LEMAK DAN MINYAK A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK Lipid berasal dari kata Lipos (bahasa Yunani) yang berarti lemak. Lipid didefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperatur kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MINYAK SAWIT 2.1.1. Komposisi Minyak Sawit Crude Palm Oil yang dihasilkan dari ekstraksi tandan buah segar kelapa sawit dengan komposisi produk 66% minyak (range 40-75%), 24%

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Minyak atau lemak merupakan ester dari gliserol dan asam lemak, tersusun atas campuran sebagian besar triasilgliserol dan sebagian kecil senyawa pengotor (di-gliserida dan

Lebih terperinci

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Pada suhu kamar : - lemak

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari x BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lipid Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari zat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, (C 17 H 35 COO Na+).Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan melalui kekuatan pengemulsian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Minyak Kelapa Sawit 2.1.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis) berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

Lebih terperinci

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C Lipid Sifat fisika lipid Berbeda dengan dengan karbohidrat dan dan protein, lipid bukan merupakan merupakan suatu polimer Senyawa organik yang terdapat di alam Tidak larut di dalam air Larut dalam pelarut

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA

KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA Oleh : BENNY RIO FERNANDEZ 2015 KELAPA SAWIT dan MANFAATNYA Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika Barat, terutama disekitar

Lebih terperinci

Lisa Monica Rakhma Yuniar Aulia Ningtyas

Lisa Monica Rakhma Yuniar Aulia Ningtyas TUGAS AKHIR PABRIK ASAM LEMAK DARI BIJI BUNGA MATAHARI DENGAN PROSES HIDROLISIS SECARA COUNTINUOUS COUNTERCURRENT Disusun oleh: Lisa Monica Rakhma 2307 030 054 Yuniar Aulia Ningtyas 2307 030 058 Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak nabati adalah cairan kental yang diambil atau diekstrak dari tumbuhtumbuhan. Komponen utama penyusun minyak nabati adalah trigliserida asam lemak, yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sabun mandi padat sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar masyarakat menggunakan sabun mandi padat untuk membersihkan badan. Hal ini karena sabun mandi

Lebih terperinci

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas BAB II PUSTAKA PENDUKUNG 2.1 Bahan Bakar Nabati Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas mengarah kepada penggunaan energi asal tanaman. Energi asal tanaman ini disebut sebagai

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Minyak Kelapa Dara (Virgin Coconut il) Minyak kelapa dara adalah minyak kelapa yang hanya bisa diperoleh dengan menggunakan daging kelapa segar atau disebut non-kopra. Karena

Lebih terperinci

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol )

JENIS LIPID. 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) JENIS LIPID 1. Lemak / Minyak 2. Lilin 3. Fosfolipid 4 Glikolipid 5 Terpenoid Lipid ( Sterol ) Lipid Definisi Lipid adalah Senyawa organik yang dibentuk terutama dari alkohol dan asam lemak yang digabungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Nabati Minyak Nabati ialah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah minyak kelapa sawit, minyak kemiri,

Lebih terperinci

sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari Arina Nurlaili R

sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari Arina Nurlaili R sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari 2310 030 003 2. Arina Nurlaili R 2310 030 081 24 juni 2013 Latar Belakang Penggunaan minyak goreng secara

Lebih terperinci

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. DEFINISI defines lipids as a wide variety of natural products including fatty acids and their derivatives, steroids, terpenes, carotenoids, and bile acids, which have in

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Sawit Mentah / Crude Palm Oil (CPO) Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan

Lebih terperinci

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P Lipid Dr. Ir. Astuti,, M.P Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid bukan merupakan suatu polimer Suatu molekul dikategorikan dalam lipid karena : mempunyai kelarutan yg rendah di dlm air larut dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak, Lemak dan Asam Lemak 2.1.1 Minyak dan Lemak Minyak dan lemak termasuk salah satu golongan lipida yaitu lipida netral. Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan

Lebih terperinci

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE

OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE OPTIMASI RASIO PALM FATTY ACID DESTILATE ( PFAD ) DAN SABUN LOGAM PADA PEMBUATAN PELUMAS PADAT (GREASE ) BIODEGRADABLE 1* Sukmawati, 2 Tri Hadi Jatmiko 12 Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia

ISOLASI BAHAN ALAM. 2. Isolasi Secara Kimia ISOLASI BAHAN ALAM Bahan kimia yang berasal dari tumbuhan atau hewan disebut bahan alam. Banyak bahan alam yang berguna seperti untuk pewarna, pemanis, pengawet, bahan obat dan pewangi. Kegunaan dari bahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

MEMPELAJARI TINGKAT KEVAKUMAN DI SCRUBER DAN DAN SUHU RBDPO DI PRE STRIPER TERHADAP PFAD YANG DI HASILKAN

MEMPELAJARI TINGKAT KEVAKUMAN DI SCRUBER DAN DAN SUHU RBDPO DI PRE STRIPER TERHADAP PFAD YANG DI HASILKAN MEMPELAJARI TINGKAT KEVAKUMAN DI SCRUBER DAN DAN SUHU RBDPO DI PRE STRIPER TERHADAP PFAD YANG DI HASILKAN Adi Ruswanto, Suroso, Dedi Sugiarto Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

Biodiesel Dari Minyak Nabati

Biodiesel Dari Minyak Nabati Biodiesel Dari Minyak Nabati Minyak dan Lemak Minyak dan lemak merupakan campuran dari ester-ester asam lemak dengan gliserol yang membentuk gliserol, dan ester-ester tersebut dinamakan trigliserida. Perbedaan

Lebih terperinci

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) DASAR TEORI Penggolongan lipida, dibagi golongan besar : 1. Lipid sederhana : lemak/ gliserida,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN SNI (1994) mendefinisikan sabun sebagai pembersih yang dibuat melalui reaksi kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT Jurnal Reaksi (Journal of Science and Technology) PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI Pardi Satriananda ABSTRACT Ethyl ester and gliserol produce by reacting coconut

Lebih terperinci

Judul PEMBUATAN TRIGLISERIDA RANTAI MENENGAH (MEDIUM CHAIN TRIGLYCERIDE) Kelompok B Pembimbing

Judul PEMBUATAN TRIGLISERIDA RANTAI MENENGAH (MEDIUM CHAIN TRIGLYCERIDE) Kelompok B Pembimbing TK-40Z2 PENELITIAN Semester I 2006/2007 Judul PEMBUATAN TRIGLISERIDA RANTAI MENENGAH (MEDIUM CHAIN TRIGLYCERIDE) Kelompok Sarastri Cintya Hapsari (130 03 009) Pilandari Lembono (130 03 095) Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu unsur penting dalam industri pengolahan makanan. Dari tahun ke tahun industri pengolahan makanan semakin meningkat sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET Dwi Ardiana Setyawardhani*), Sperisa Distantina, Hayyu Henfiana, Anita Saktika Dewi Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada umumnya hasil proses hidrogenasi parsial akan terbentuk trans fatty acid (TFA) yang tidak diinginkan. Asam lemak trans cenderung meningkatkan kadar kolesterol

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG MENGGUNAKAN PEMANASAN GELOMBANG MIKRO Dosen Pembimbing : Dr. Lailatul Qadariyah, ST. MT. Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA. Safetyllah Jatranti 2310100001 Fatih Ridho

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katalis Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi tetapi tidak terkonsumsi oleh reaksi. Katalis meningkatkan laju reaksi dengan energi aktivasi Gibbs

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Proses pembuatan MCT dapat melalui dua reaksi. Menurut Hartman dkk (1989), trigliserida dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak kaprat/kaprilat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, namun perlu dipahami bahwa makan untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga kelangsungan

Lebih terperinci

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA 1629061030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARAJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2017 SOAL: Soal Pilihan Ganda 1. Angka yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk memperoleh minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) dari daging buah dan inti sawit (kernel)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber energi dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Metode yang akan digunakan untuk pembuatan monogliserida dalam penelitian ini adalah rute gliserolisis trigliserida. Sebagai sumber literatur utama mengacu kepada metoda konvensional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa sawit yang ada. Tahun 2012 luas areal kelapa sawit Indonesia mencapai 9.074.621 hektar (Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini Indonesia masih mengimpor monogliserida dan digliserida yang dibutuhkan oleh industri (Anggoro dan Budi, 2008). Monogliserida dan digliserida dapat dibuat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Bahan Baku Sebelum digunakan sebagai bahan baku pembuatan cocodiesel, minyak kelapa terlebih dahulu dianalisa. Adapun hasil analisa beberapa karakteristik minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN PERCBAAN Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak 1.2 DASAR TERI 1.2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm

I. PENDAHULUAN (Ditjen Perkebunan, 2012). Harga minyak sawit mentah (Crude Palm I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia dengan volume ekspor minyak kelapa sawit mencapai16,436 juta ton pada tahun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK MINYAK SAWIT DAN OLEIN SAWIT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sawit, olein sawit 1, dan olein sawit 2. Ketiganya diambil langsung dari

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN BAHAN BAKU 1. Bilangan Iod Bilangan iod menunjukkan jumlah rata-rata ikatan rangkap yang terdapat pada sampel minyak sehingga selain menunjukkan tingkat ketidakjenuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses produksi glukosa ester dari beras dan berbagai asam lemak jenuh dilakukan secara bertahap. Tahap pertama fermentasi tepung beras menjadi glukosa menggunakan enzim

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Kelapa Sawit Minyak sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening, margarin,

Lebih terperinci

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah campuran ester dari asam lemak dan gliserol. Lemak dan minyak dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik dari tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak dan minyak (trigliserida) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak dan minyak (trigliserida) yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan Minyak Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak dan minyak (trigliserida) yang

Lebih terperinci

DEFINISI. lipids are those substances which are

DEFINISI. lipids are those substances which are MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. DEFINISI lipids are those substances which are insoluble in water; soluble in organic solvents such as chloroform, ether or benzene; contain long-chain hydrocarbon groups

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di kebun raya Bogor. Tanaman kelapa sawit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang begitu pesat telah menyebabkan penambahan banyaknya kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Salah satu bahan baku dan bahan penunjang

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan industri merupakan bagian dari usaha pembangunan ekonomi jangka panjang, yang diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

Jalan Raya. Sungai. Out. Universitas Sumatera Utara

Jalan Raya. Sungai. Out. Universitas Sumatera Utara In 17 15 1 1 1 Jalan Raya 3 5 7 9 Sungai 1 1 1 11 1 13 19 Out 17 1 0 LA-1 LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA Pabrik Minyak Makan Merah ini direncanakan berproduksi dengan kapasitas 50.000 ton minyak makan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses hidrolisis minyak/lemak menjadi asam lemak dan gliserol secara komersial yang sampai kini digunakan, beroperasi pada suhu 240-250 o C dan tekanan 45-50 bar.

Lebih terperinci

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi Rita Arbianti *), Tania S. Utami, Heri Hermansyah, Ira S., dan Eki LR. Departemen Teknik Kimia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan kelapa yang mencapai 3.187.700 ton pada tahun 2013 (BPS, 2014).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Pertumbuhan industri kimia di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini terbukti dengan banyaknya pendirian pabrik yang menggunakan

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN : PENGARUH PENAMBAHAN KATALIS KALIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU PADA PROSES TRANSESTERIFIKASI BIODIESEL MINYAK BIJI KAPUK Harimbi Setyawati, Sanny Andjar Sari, Hetty Nur Handayani Jurusan Teknik Kimia, Institut

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci