BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak, Lemak dan Asam Lemak Minyak dan Lemak Minyak dan lemak termasuk salah satu golongan lipida yaitu lipida netral. Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya, mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida (bahan pengotor atau impurities), yaitu asam lemak bebas, hidrokarbon, pigmen yang larut dalam lemak, sterol dan lipida kompleks seperti fosfatida dan lesitin. Komponen tersebut mempengaruhi warna dan kadar produk serta berperan pada proses ketengikan (Thomas, 1985). Asam lemak bebas merupakan komponen trigliserida yang dapat disabunkan, sedangkan sterol, pigmen dan hidrokarbon merupakan fraksi yang tidak tersabunkan (unsaponiable matter) (Ketaren, 1986 ; Bernardini, 1985). Minyak dan lemak (trigliserida) mempunyai sifat fisika-kimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan jumlah dari jenis ester di dalamnya. Minyak dan lemak merupakan ester 1 mol gliserol dengan 3 mol asam lemak mengikat asam lemak yang sama atau yang berbeda, umumnya berantai lurus monokarbosilat beratom karbon genap. Trigliserida dapat berwujud cair atau padat, hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya (Thomas, 1985). Semakin banyak asam lemak tidak jenuh seperti asam oleat, linoleat atau asam linolenat pada suatu trigliserida, maka titik cairnya lebih rendah atau sebaliknya trigliserida yang lebih banyak mengandung asam palmitat dan stearat, titik cairnya lebih tinggi. Pigmen atau zat warna sebagai salah satu fraksi tidak tersabunkan pada minyak dan lemak terdapat secara alami. Zat warna tersebut antara lain terdiri dari α- dan β- karoten, xantofil, klorofil dan antosianin. Zat warna ini menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan (Ketaren, 1986). Beberapa reaksi kimia minyak dan lemak, adalah reaksi hidrolisis, oksidasi dan hidrogenasi. Ketiga reaksi ini diperkirakan saling berkaitan dan terkait dengan penelitian ini. Reaksi hidrolisa menghasilkan flavour dan bau tengik pada minyak atau lemak dan produk turunannya (Thomas, 1985). Reaksi oksidasi menyebabkan

2 bau tengik pada minyak dan lemak. Reaksi tingkat lanjut mengakibatkan terurainya asam lemak menjadi aldehid, keton, alkohol, aromatik dan hidrokarbon, hasil reaksi ini juga menyebabkan bau produk turunannya juga terpengaruh (Thomas, 1985). Secara menyeluruh reaksi oksidasi minyak dan lemak lebih khusus kepada asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh semakin reaktif terhadap oksidasi dengan bertambahnya ikatan rangkap pada rantai molekul. Reaksi oksidasi tidak hanya merusak asam lemak atau lemak itu sendiri, juga merusak karotenoid, sehingga berwarna gelap. Hal ini menyebabkan warna asam lemak atau lemak cenderung semakin gelap (Thomas, 1985). Reaksi hidrogenasi merubah ikatan rangkap menjadi ikatan jenuh yang terdapat pada asam lemak maupun bahan pengotor (impurities) dalam minyak atau lemak, sehingga menjadi lebih stabil. Reaksi ini juga sangat diperlukan untuk membuat produk - produk asam lemak bermutu premium setelah melalui proses distillasi atau fraksinasi, sebagai tahap pemurnian akhir asam lemak (Patterson, 2000) Asam lemak Untuk memperoleh asam lemak dengan rantai karbon di atas C 14 seperti asam palmitat C 16, asam stearat C 18, asam oleat C 18-1 asam linoleat C 18-2 umumnya dipakai minyak kelapa sawit ( crude palm oil ). Crude Palm Oil (CPO) termasuk golongan lemak dan merupakan bahan baku pembuatan RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin). Secara umum pembuatan dan pemurnian RBDPS melalui tahapan pengolahan awal CPO yang mencakup tahap degumming dan pemucatan (bleaching), deodorisasi dan fraksinasi basah atau kering atas fraksi olein dan stearin (RBDPS). Pengolahan ini bertujuan untuk menekan kandungan impurities (bahan pengotor) serendah mungkin, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan asam stearat berbasis RBDPS (C 18 = %) bermutu premium pada industri oleokimia. Asam stearat yang diproduksi pada industri oleokimia sangat luas pemanfaatannya dalam kehidupan manusia, khususnya asam stearat berbasis RBDPS banyak dimanfaatkan untuk pembuatan : sabun, lilin, krayon, kosmetik, pelumas, penyetabil PVC, monogliserida, bahan pengkilat, obat obatan, metil stearat, pengemulsi makanan (Thomas, 1985).

3 Salah satu route proses pembuatan dan modifikasi asam lemak yang digunakan untuk pembuatan asam stearat berbasis RBDPS (C 18 = %), ditampilkan pada diagram balok Gambar 2.1. Route proses ini juga dapat digunakan untuk pembuatan asam stearat berbasis CPO (C 18 = %) dan asam stearat berbasis PKO (C 18 = %). H3 PO4, 85% Air Lunak Air Lunak Gas Hidrogen Fraksi ringan RBDPS DRBDPS SRBDFA Degumming Splitting Hidrogenasi Distilasi Asam Stearat Distilat asam Sterat Steam bertekanan 64 bar Sweet Water Residue Acid Katalisator Ni Gambar 2.1 : Pembuatan dan modifikasi asam stearat berbasis RBDPS (C 18 = 37-42%) (PT. Flora Sawita Chemindo) Catatan : RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin ); DRBDPS (Degummed RBDPS ) ; SRBDPSFA (Spllited RBDPS Fatty Acid) Jenis asam stearat di atas merupakan sebagian kecil dari jenis asam stearat yang dapat diroduksi sampai saat ini pada industri oleokimia dan masih banyak yang ragamnya. Asam stearat lainnya dapat dibuat dari bahan baku yang berbeda dengan mutu yang berbeda pula (Ritonga, 2004 : 2008). Perbedaan mutu tidak saja disebabkan oleh perbedaan bahan baku, tetapi juga disebabkan oleh perbedaan tahapan pengolahan yang dilakukan dan kemampuan fasilitas pemurnian. Asam stearat yang merupakan fraksi tunggal dengan kemurnian di atas 90 % dapat dibuat melalui proses fraksinasi sebagai tahap pemurnian lanjut setelah distillasi (Ritonga, 2007). Jumlah perolehan asam stearat ini dari bahan baku yang berbeda sangat dipengaruhi mutu bahan baku dan tingkat kemampuan peralatan pemurnian yang dipergunakan. Secara teori jumlah asam stearat dari bahan baku yang berbeda dapat ditentukan dari komposisi asam stearat pada bahan baku yang dipergunakan. Bahan pengotor (impurities) yang terkandung pada bahan baku yang dipergunakan, merupakan salah faktor penyebab penentu jumlah perolehan asam stearat (Ritonga, 2006). Kandungan bahan pengotor yang lebih banyak pada bahan baku, cenderung

4 menekan jumlah perolehan asam stearat. Guna mendapatkan asam stearat dengan jumlah yang sesuai dengan komposisinya pada bahan baku dan untuk mendapatkan asam stearat dengan mutu yang lebih baik, diperlukan pemurnian awal yang sesuai dengan kebutuhan. Asam lemak kasar berbasis RBDPS yang dihasilkan dari splitting memiliki komposisi dan jenis kandungan yang sama dengan minyak atau lemak yang dipergunakan sebagai bahan baku, tetapi masih mengandung minyak dan lemak yang Tabel Mutu Bahan Baku RBDPS (Asam lemak bebas = 0,2%, Bilangan penyabunan = : Bilangan iodium = 34-37; Warna = 3,0 R maksimum ; Air = 0,15 % maksimum). Jumlah Jumlah ikatan Komposisi No Nama Asam Lemak Simbol Karbon rangkap (% berat) 1 Asam laurat C 12 0 C 12 1 maks 2. Asam miristat C 14 0 C 14 2 maks 3 Asam palmitat C 16 0 C Asam stearat C 18 0 C Asam oleat C C Asam linoleat C C Asam arakidat C 20 0 C 20 1 maks Sumber : PT. Flora Sawita Chemindo, 2008 tidak terhidrolisa pada operasi splitting, yang menjadi salah satu bagian fraksi bertitik didih tinggi (High Boiling Component). Fraksi bertitik didih rendah pada asam lemak adalah material-material penyebab bau (odor) seperti aldehid, keton dan sebagai bahan tak tersabunkan (Unsapniable matter )(Brown,1979). Asam lemak yang dapat dihasilkan dari hidrolisis RBDPS mengandung fraksi ringan (light end) beratom karbon C 14 dan lebih rendah. Fraksi berat (heavy component) beratom karbon C 16 sampai C 20 dengan range komposisi asam lemak hasil hidrolisis RBDPS ditampilkan pada Tabel -2. di atas. Sifat fisika asam lemak tergantung pada komposisi asam lemak pembentuknya. Jika asam lemak pembentuknya banyak mengandung asam palmitat C 16 dan asam stearat C 18 maka titik cairnya semakin tinggi. Jika asam lemak pembentuknya banyak mengandung asam oleat C 18-1, asam linoleat C 18-2 dan asam linolenat C 18-3 maka titik didih dan cairnya akan semakin rendah.

5 Asam lemak dari RBDPS membeku pada suhu kamar, sebab banyak mengandung asam palmitat dan stearat. Asam lemak dari minyak inti kelapa sawit berwujud cair pada suhu kamar, sebab banyak mengandung asam kaprilat C 8 sampai asam miristat C 14 sampai 63 % berat Karakteristik Beberapa karakteristik asam lemak yang penting dapat diperhatikan pada pokok bahasan berikut ini : Titik Didih (Boiling Point) Titik didih asam lemak bertambah dengan kenaikan berat molekul asam lemak. Asam lemak tidak jenuh dengan jumlah atom C yang sama dengan asam lemak jenuh memiliki titik didih yang lebih rendah (Lurgi, 1989). Titik didih beberapa asam lemak dengan jumlah rantai lurus ditampilkan pada Tabel -2.2 (Bernardini, 1985). Tabel 2.2. Titik Didih Asam Lemak Jenuh ( 0 C). No Nama asam lemak Jml atom C Tekanan (mmhg) Asam Kaproat C 6 61,7 71, 9 82,8 94,6 107,3 2 Asam Kaprilat C 8 87,5 97,9 109,1 121,3 134,6 3 Asam Kaprat C ,3 121,2 132,7 145,5 159,4 4 Asam Laurat C ,2 141,8 154,1 167,4 181,8 5 Asam Miristat C ,2 161,1 177,9 187,6 202,4 6 Asam palmitat C , ,2 200,1 221,5 7 Asam stearat C ,6 195,9 209,2 224,0 240, Titer Titer adalah titik beku asam lemak. Titer asam lemak bertambah dengan pertambahan berat molekul dan berkurang dengan pertambahan ketidakjenuhan asam lemak. Nilai titer dapat dikorelasikan dengan tingkat ketidakjenuhan suatu asam lemak dan digunakan secara luas untuk mengidentifikasikan kemurnian asam lemak (Unichema International, 1998). Pada Tabel -2.3 ditampilkan nilai titer beberapa asam lemak (Unichema International, 1998).

6 Tabel Titer Beberapa Asam Lemak No Nama asam lemak Simbol nama Titer, o C 1 Asam laurat C 12 44,10 2 Asam miristat C 14 54,20 3 Asam palmitat C 16 62,80 4 Asam stearat C 18 69,60 5 Asam oleat C ( ): 16,3 ( ) 6 Asam linoleat C ,0 7 Asam aracidat C 20 75, Warna Warna dari asam lemak cair merupakan salah satu indikasi mutu dan atau kemurnian asam lemak. Warna dapat diukur secara visual dengan membandingkan sampel dengan warna standar. Pengukuran warna asam lemak dilakukan dengan pengukuran warna Lovibond (Unichema International, 1998) Komposisi Lemak Komposisi campuran asam lemak beratom karbon C 6-24 dapat ditentukan untuk asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dengan Gas Chromatography (GC) (Unichema International, 1998) Bilangan Iodium (Iodine Value) Bilangan iodium adalah suatu ukuran total dari ketidakjenuhan suatu asam lemak tetapi tidak bisa digunakan untuk menyimpulkan kandungan dari asam lemak jenuh. Bilangan Iodium ini dinyatakan sebagai jumlah gram iodin yang dise rap per 100 gram sampel (% iodin diserap) (Unichema International, 1998) Bilangan Asam (Acid Value) Bilangan asam adalah suatu ukuran jumlah asam lemak yang bebas dan didefinisikan sebagai jumlah milligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dari satu gram sampel. Penentuan bilangan asam digunakan untuk mengidentifikasi dan kemurnian asam lemak (Unichema International, 1998) Bahan Tidak tersabunkan (Unsaponiable matter).

7 Bahan tidak tersabunkan termasuk semua bahan yang tidak tersabunkan oleh alkali dan hanya larut pada pelarut lemak tertentu. Bahan yang tidak tersabunkan, adalah alkohol alipatik, sterol, zat warna dan hidrokarbon. Asam lemak secara normal mengandung sejumlah persentase kecil bahan tidak tersabunkan. Jika terdapat jumlah bahan yang tidak tersabunkan pada asam lemak, mutu asam lemak yang rendah sudah terindikasi (Unichema International, 1998 ) Stabilitas Warna (Heat stability). Stabilitas warna atau heat stability dihubungkan dengan kenaikan suhu, adalah sangat penting pada penggunaan komersil asam lemak. Kondisi yang dibuat pada saat pengukuran stabilitas warna, seperti suhu, lama pemanasan, waktu mencapai suhu yang diperlukan dan kontak dengan udara mempengaruhi hasil akhir analisa (Unichema International, 1998). Nilai heat stability yang semakin besar menunjukkan kestabilan warna yang semakin rendah, artinya warna akan cenderung semakin gelap jika disimpan dan masa simpan yang lebih pendek. Nilai heat stability yang lebih tinggi menunjukkan kandungan bahan pengotor penyebab warna yang lebih banyak (sangat riskan menjadi lebih gelap karena teroksidasi oleh oksigen yang diudukung oleh suhu dan kenaikannya) dan perlu diperbaiki lebih rendah jika diperlukan melalui refinery, hidrogenasi adan/atau distillasi. Penentuan nilai heat stabiltiy dilakukan dalam suatu oil bath pada suhu 205 o C selama 2 jam tanpa diblanketing dengan gas nitrogen (gas N2). Nilai heat stability dinyatakan dalam satuan warna, misalnya Lovibond Hubungan Bilangan Iodium dan Warna Asam Lemak Kerusakan pada minyak dan lemak pada dasarnya, adalah kerusakan pada asam lemak penyususnnya serta konstituen atau bahan pengotor non asam lemak yang terkandung di dalamnya, seperti pigmen karoten, tirgliserida, aldehid, keton dan pospolipida, yang terjadi secara bersamaan dengan kerusakan asam lemak. Kerusakan asam lemak dan bahan pengotor di dalamnya tidak ditentukan oleh jumlah asam lemak atau bahan pengotor di dalamnya, tetapi ditentukan oleh intensitas bilangan iodium (iodine value) asam lemak dan suhu. Kerusakan asam lemak dimulai pada bagian asam lemak yang paling labil atau sensitif terhadap oksidasi oleh udara dan dipercepat oleh panas. Semakin banyak ikatan rangkap yang

8 dikandung asam lemak, semakin mudah atau semakin sensitif terhadap kerusakan asam lemak. Demikian pula kerusakan konstituen non asam lemak yang terkandung di dalamnya. Pigmen karoten merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh (memiliki intensitas bilangan iodium tertentu) yang juga bersifat labil atau sensitif terhadap oksidasi oleh oksigen dan dipercepat oleh panas. Bilangan iodium pada asam lemak menandai jumlah ikatan rangkap yang dikandung asam lemak itu sendiri dan bahan pengotor yang mengandung ikatan rangkap di dalamnya. Bilangan iodium ini sangat mempengaruhi warna asam lemak, karena sifatnya yang labil atau sensitif terhadap oksidasi oleh udara dan dipercepat oleh kenaikan suhu atau panas. Oksidasi asam lemak tidak jenuh menghasilkan aldehid dan keton dengan berat molekul yang lebih rendah dan dengan intensitas warna yang berbeda, tergantung dari berat molekulnya. Semakin besar berat molekulnya semakin gelap warna yang dihasilkan. Hasil oksidasi ini menyebabkan stabilitas warna asam lemak semakin tidak stabil. Dengan demikian tingkat oksidasi asam lemak, sangat ditentukan oleh perubahan suhu atau panas dan bilangan iodium asam lemak serta sangat menentukan intensitas warna atau stabilitas warna asam lemak yang dihasilkan (Ketaren, 1986). Dengan demikian bilangan iodium dan suhu mempengaruhi stabiltas warna (heat stability) asam lemak Mekanisma dan Hasil Oksidasi Asam Lemak Oksidasi asam lemak dimulai dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida asam lemak sebagai produk primer (yang bersifat labil dan akan mudah mengalami dekomposisi oleh proses isomerisasi dan polimerisasi), selanjutnya terurainya asam lemak disertai konversi hidroperoksida menjadi aldehid dan keton (senyawa karbonil) serta asam lemak dengan berat molekul yang lebih rendah (terutama dengan jumlah atom karbon C 1 C 9 ) dan persenyawaan tidak jenuh yang labil terhadap oksidasi dan perubahan panas, yang cenderung berbau tidak enak dan berwarna lebih gelap. Pembentukan peroksida cenderung bertambah dengan bertambahnya bilangan iodium (iodine value) dan kenaikan suhu. Dengan demikian intensitas ikatan rangkap atau bilangan iodium asam lemak, sangat mempengaruhi intensitas warna asam lemak sebagai hasil oksidasi asam lemak. Semakin besar nilai bilangan iodium semakin mudah teroksidasi atau semakin mudah pada pembentukan warna asam lemak yang lebih gelap. Hal ini dipengaruhi

9 juga oleh suhu. Kenaikan suhu memepercepat perubahan warna asam lemak yang lebih gelap (Ketaren, 1986). Mekanisma oksidasi asam lemak ditunjukkan pada Gambar -2.2 dan pengaruh oksidasi ikatan rangkap asam lemak terhadap mutu asam lemak dapat diperhatikan pada Gambar Oksidasi asam lemak dimulai dengan pembentukan peroksida dan hiperoksida (Ketaren, 1986). Dimer, polimer Polimerisasi Hidroperoksida Asam Lemak Oksidasi lebih lanjut Penguraian Dehidrasi Oksidasi ikatan -CH = CH atau - aldehid molekul lain Diperoksida - semi aldehid - senyawa OH Keto gliserida Polimer Asam - epoksidasi - OH Gliserida - Di OH gliserida Gambar 2.2. Mekanisma Oksidasi Asam lemak

10 Asam Lemak Tidak Jenuh Lipo peroksida, aldehid, asam, ketohidroksi, epoksi, polimer menyebabkan Off odour/flavor, destruksi asam lemak essensial, browning dengan protein, kemungkinan menimbulkan keracunan. Oksidasi berantai menyebabkan Dekstruksi konstituen aroma, flavor, warna, vitamin Gambar Pengaruh Oksidasi Ikatan Rangkap Asam Lemak Pada Mutu Asam lemak 2.4. Membuat Distillat Asam Lemak dengan Stabilitas Warna yang Stabil Senyawa peroksida tidak terbentuk pada suasan vakum (Ketaren, 1986). Dengan demikian tekanan vakum dapat menekan oksidasi ikatan rangkap asam lemak dan bahan pengotornya untuk menekan perubahan warna asam lemak pada proses pembuatan dan pemurniannya dengan fraksinasi dan/atau distillasi yang umumnya dilakukan pada suhu tinggi ( o C). Tekanan vakum yang lebih tinggi, lebih baik bagi untuk stabilitas warna distillat asam lemak yang lebih stabil. Jika demikian halnya, maka upaya menekan warna atau menaikkan kestabilan warna asam lemak dapat dilakukan dengan memisahkan bahan pengotor yang terdapat dalam umpan asam lemak pada kondisi pemisahan pada tekanan vakum yang sesuai untuk menghasilkan distillat asam lemak dengan mutu yang spesifik pula. Bahan pengotor digolongkan pada fraksi ringan dan berat berdasarkan titik didihnya. Satu satunya reaksi oksidasi yang mungkin terjadi pada proses pemurnian asam lemak dengan fraksinasi dan/atau distillasi (tanpa kehadiran oksigen), adalah thermal polimerisasi yang membentuk senyawa siklik (C 6 ) dari asam lemak tidak jenuh (asam oleat dan linoleat) yang terjadi pada suhu sekitar 250 o C (Ketaren, 1986). Asam lemak kasar dari CPO mengandung sekitar 2 % berat minyak yang tidak terhidolisa pada saat konversi minyak menjadi asam lemak kasar dan gliserin.

11 Dengan demikian asam lemak kasar mengandung sejumlah kecil asam oleat dan linoleat yang digolongkan pada fraksi berat karena berada dalam bentuk minyak. Guna menekan pengaruh oksidasi asam lemak ini (tanpa oksigen) terhadap stabilitas warna asam lemak pada proses pemurnian asam lemak (dengan proses fraksinasi dan/atau distillasi) pencampuran asam lemak yang dihasilkan dari step pemurnian yang mengandung fraksi berat ini, mungkin sebaiknya dihindarkan (Gmbar 1.2), disamping memisahkan bahan pengotor fraksi ringan tentunya pada kondisi yang sesuai dan tertentu untuk produk asam lemak dengan mutu yang tertentu dan spesifik. Prinsipnya menekan bahan pengotor pada produk distillat yang diinginkan seoptimum mungkin yang disesuaikan dengan mutu produk yang diinginkan Prinsip Dasar Distilasi atau Fraksinasi Proses distilasi atau fraksinasi adalah suatu proses pemisahan suatu komponen komponen pembentuk suatu campuran cairan, berdasarkan perbedaan titik didih komponen komponennya. Kondisi proses ini sangat dipengaruhi suhu, tekanan dan kecepatan aliran fluida dalam proses ini. Kondisi proses distilasi atau fraksinasi harus dalam keadaan seimbang untuk mendapatkan mutu produk yang spesifik (Hermann,1990). Variabel variable suhu, tekanan dan kecepatan aliran adalah tiga kunci utama pada proses distilasi atau fraksinasi. Perubahan dapat dilakukan terhadap satu atau lebih variabel variabel di atas untuk mendapatkan kondisi operasi yang spesifik dan spesifikasi mutu produk yang dihasilkan (Edgar, 1985 ; Hermann,1990 ; Ritonga, 1994) Suhu Pada proses distilasi atau fraksinasi komposisi produk yang dihasilkan sangat ditentukan oleh titik didihnya dan komposisi umpan yang akan dipisahkan. Komposisi umpan yang berbeda akan menghasilkan komposisi produk yang berbeda. Berdasarkan hal ini selama proses dilakukan komposisi umpan sangat penting dianalisa, karena setiap perubahan komposisi umpan akan menyebabkan perubahan pada kondisi operasi proses distilasi atau fraksinasi (Ritonga, 1997; P.Zacchi et al ; Prieto et all, 2007).

12 Secara umum jika suhu pemisahan lebih tinggi dari titik didih umpan yang dipisahkan, produk yang dihasilkan banyak mengandung komponen yang bertitik didih lebih tinggi (heavy component). Demikian sebaliknya (Ritonga, 1994) Tekanan Selama proses berlangsung tekanan operasi kolom harus dijaga dengan seksama. Mengubah tekanan operasi kolom berarti mengubah kwalitas seluruh produk yang dihasilkan, karena perubahan tekanan kolom menyebabkan perubahan pada titik didih material yang dihasilkan. Jika tekanan operasi kolom ditambah, titik didih material yang diolah juga bertambah. Demikian sebaliknya. Kenaikan tekanan kolom akan menyebabkan distilat mengandung lebih kecil heavy component dan produk bawah mengandung light component yang lebih besar (Ritonga, 1994) Laju alir Laju alir yang dimaksud, adalah laju alir umpan masuk pada kolom ditilasi atau fraksinasi, laju alir distilat, laju alir produk bawah dan laju alir refluks yang kembali ke kolom distilasi atau fraksinasi. Keempat laju alir ini harus dijaga dengan baik. Jika laju alir umpan berkurang dan/atau laju alir distilat bertambah, produk distilat akan mengandung lebih banyak heavy component. Demikian sebaliknya. Jika laju alir produk bawah bertambah, produk ini akan mengandung light component yang lebih besar (Ritonga, 1994). Perubahan pada laju alir refluks, menyebabkan perubahan pada komposisi produk produk distilasi. Jika laju alir refluks berkurang, suhu bagian atas kolom distilasi atau fraksinasi akan bertambah, sehingga over head product atau distilat mengandung lebih banyak komponen bertitik didih lebih tinggi (heavy componet). Demikian sebaliknya (Ernest,1989 ; Ritonga, 1994). Jika suhu bagian atas kolom distilasi atau fraksinasi lebih atau terlalu tinggi dari yang dibutuhkan, maka distillate product atau over head distillate atau distilat banyak mengandung heavy component dan jumlahnya lebih banyak. Sebaliknya jika suhu bagian atas kolom distilasi atau fraksinasi lebih atau terlalu rendah dari yang dibutuhkan, maka distillate product atau over head distillate atau distilat banyak

13 mengandung komponen bertitik didih lebih rendah (light component) dan jumlahnya lebih sedikit. Jika suhu bagian bawah kolom distilasi atau fraksinasi lebih atau terlalu rendah dari yang dibutuhkan, bottom product atau produk bawah yang dihasilkan mengandung light component yang lebih besar dan jumlahnya lebih banyak dari keadaan normal operasi. Sebaliknya jika suhu bagian bawah kolom distilasi atau fraksinasi lebih atau atau terlalu tinggi dari yang dibutuhkan, bottom product atau produk bawah yang dihasilkan mengandung light component yang lebih kecil dan jumlahnya lebih kecil dari keadaan normal operasi (Ritonga, 1994) Distilasi Asam Lemak Asam lemak kasar yang dihasilkan dari splitting mengandung sejumlah bahan pengotor bertitik didih tinggi (high boiling impurities), seperti gliserida yang tidak bereaksi, gliserol, sterol, fosfatida dan juga bahan pengotor bertitik didih rendah (low boiling material), seperti hidrokarbon berberat molekul rendah, aldehida dan metilketon. Bahan bahan pengotor ini dipisahkan dengan distillasi (Brown,1979). Kerusakan asam lemak disebabkan oleh oksidasi, dekomposisi, polimerisasi dan polikondensasi. Kerusakan ini akan semakin bertambah secara eksoponensial dengan kenaikan suhu dan kerusakan ini akan meyebabkan kerusakan warna bau serta mengurangi jumlah perolehan distilat. Atas alasan ini suhu distilasi harus dibuat lebih rendah dengan aplikasi tekanan vakum. Asam lemak disirkulasikan dan diuapkan dengan cepat pada reboiler, uap yang dihasilkan dikondensasi secara parsial atau total dan dibersihkan dengan refluks. Distilat dan residue asam lemak dikeluarkan secara berkesinambungan. Fraksi ringan secara umum dipisahkan, sehingga material bertitik didih lebih rendah (lower boiling point substances) penyebab warna dan bau dapat dipisahkan dari distilat. Residue asam lemak dipisahkan untuk memisahkan sisa asam lemak yang belum terpisahkan, sehingga jumlah perolehan distilat lebih banyak tetapi sesuai dengan mutu yang dibutuhkan untuk dihasilkan (Brocmann et al. 1987). Beberapa metode distillasi yang dipakai dalam industri oleokimia dapat diperhatikan pada Gambar 2.4 (versi Lurgi GmbH), Gambar 2.5 (versi Budger Engineering) dan Gambar 2.6 (versi Feld Und Hahn).

14 Vacum Vacum e f d Light Ends a b g Crude Fatty Acid c Distillate Steam jenuh Bertekanan 3 bar Residue Heavy End Gambar 2.4 : Distilasi asam lemak berkesinambungan versi (Lurgi GmbH). a) pemanas umpan. b) driyer dan degasser c) pemanas umpan dan pendingin distilat. d) kolom distilasi dengan pemanas Mamut. e) kondensor asam lemak. f) demister. g) kondensor fraksi berat (Brochmann et al, 1987). Evaporator terdiri dari beberapa heating candles yang tersusun seri. Cairan mengelilingi bagan vertikal eleman pemanas dan secara kontiniu disirkulasikan dengan menginjeksikan steam. Dengan ini asam lemak memancar pada satu plate payung lalu menguap. Residue dikeluarkan dari candle terakhir. Karena asam lemak bergerak mengelilingi susunan candle, pemisahan pada tingkat tertentu dicapai. Distilat dikembalikan ke bagian atas kolom dan dipanaskan pada hampir titik didihnya sehingga yang bertitik didih lebih rendah menguap dan dipisahkan pada demister serta dikeluarkan sebagai light end ( fraksi ringan ).

15 Vacum d Crude fatty Acid a b e e f Distillat Super Heated steam Residue Light End Gambar 2.5 : Distilasi Asam Lemak Berkesinambungan versi (Budger Enginerss). a) pemanas umpan dan pendingin distilat. b) pemanas umpan akhir. c) kolom distilat dengan sieve plate. d) internal condenser e) reboiler. f) pendingin reflux (Berger and Macs, 1979). Umpan asam lemak dan yang disirkulasikan ke kolom dipanaskan dan diinjeksikan dengan steam jenuh sebelum pemanas akhir umpan dan pada bagian bawah kolom distillasi. Uap naik lewat sejumlah seri sieve plate dan mengkondensasi pada bagian atas kolom. Sejumlah kecil fraksi yang tidak terkondensasi mengandung sangat kecil asam lemak, meninggalkan bagian atas kolom ke sistem vacum. Panas diatas kolom dikontrol oleh reflux. Kondensor utama dikeluarkan dari sekitar bagian tengah kolom dan panasnya ditransfer ke dalam crude fatty acid. Diantara bagian masuk crude fatty acid dan bagian keluar distillat terjadi pemisahan pada tingkat tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan ialah komposisi/mutu umpan, suhu atas dan bawah kolom, suhu bagian distillat keluar serta tekanan kolom pemisah. Asam stearat yang dipergunakan mengandung bahan pengotor yang sama dengan bahan baku RBDPS. Bahan bahan ini dapat dipisahkan dengan distillasi (Zilch,1979) Mekanisme Pewarnaan Pada Proses Distillasi Pada prinsipnya distillasi, adalah salah satu teknik pemurnian suatu umpan liquid yang terdiri dari beberapa komponen dengan titik yang berbeda. Umpan

16 HSRBDPSFA, disamping mengandung asam palmitat C 16, asam stearat C 18 juga mengandung asam laurat C 12, asam miristat C 14, sejumlah kecil hidrokarbon, zar warna karoten, aldehid dan atau keton sebgai fraksi ringan (lower boiling point) dan asam aracidat C 20, trigliserida RBDPS (yang mengadung asam oleat dan linoleat dan tidak terkonversi saat hidrolisa) atau zat warna, sebagai residue yang memiliki titik didih tertinggi (higher boiling point) dari fraksi ringan dan C Fraksi ringan dan residue, adalah komponen yang sangat mempengaruhi warna, odor dan flavor umpan asam lemak kasar HSRBDPSFA. Pemisahan komponen ini akan mengurangi densitas warna C Mengingat fraksi ringan bertitik didih paling rendah, maka komponen ini dipisahkan selau paling awal, baru memisahkan residue pada tahap ke-2, untuk memperoleh produk utama C Pemisahan fraksi ringan membuat warna C lebih baik dan lebih baik lagi, setelah residue dipisahkan. Jumlah pemisahan yang berbeda atas fraksi ringan dan residue, menghasilkan jumlah dan mutu C yang relatif berbeda, kendati pada mutu umpan yang sama, pada kondisi tertentu. Jika jumlah fraksi ringan yang dipisahkan lebih rendah (dengan membuat suhu lebih rendah), warna C cenderung naik atau sebaliknya. Jika residue dipisahakan lebih sedikit atau C lebih banyak (dengan membuat suhu lebih tinggi), warna C cenderung naik atau sebaliknya. Dalam hal ini suhu sangat berpengaruh pada pemisahan fraksi ringan dan residue untuk memperbaiki warna C Pemisahan residue pada suhu lebih tinggi dari normal ( o C dan 3 mbar), cenderung menghasilkan warna lebih tinggi. Hal ini disebabkan lebih banyak bahan pewarna terikut bersama C dan terjadi polimerisasi termal (tanpa oksigen). Hal ini dapat dicegah dengan menurunkan suhu pemanasan pada pemisahan residue pada titik maksimum yang aman terhadap warna produk utama yang diinginkan. Polimerisasi termal terjadi pada senyawa yang mengandung ikatan rangkap pada gliserida yang mengandung asam oleat dan linoleat dengan ikatan rangkap lain pada senyawa yang berbeda, seperti karotenoid dalam campuran C dan residue. Ikatan rangkap ini berasal dari bahan baku yang tidak terkonversi dengan sempurna pada saat dihidrolisa pada bagian splitting bahan baku minyak RBDPS. Tingkat konversi bahan baku minyak atau splitting degree pada bagian splitting tidak bisa mencapai sempurna100 %. Dengan alat reaktor hidrolisa yang ada sekarang, tingkat

17 50 konversi bahan baku minyak pada reaktor splitting hanya bisa dicapai pada tingkat maksimum 98 %.

18 26 Air 3 bar Uap air 11 bar Uap C8-C14 (fraksi ringan) Uap Air 21 mbar Air pendingin keluar Reflux Air pendingin masuk 7. Kondensor Uap asam lemak C16,C18,C18-1,C Ejector 8.Kondensor Air pendingin keluar Air pendingin masuk 10. Baro metrik C Crude HSRBDPSFA 5 mt / jam 1. Drier mbar C C Distillat Fraksi Ringan C8 C14 asam lemak 2. Kolom Precut 3. Main Distiller Distilat asam Stearat ( C16-C18 II. Hotwell OTH keluar OTH Masuk OTH keluar OTH keluar 4. Preheater OTH masuk OTH masuk C 5. Reboiler 50 m 3 / jam mbar 15 m 3 / jam 6. Reboiler Asam lemak C16-18 dan Residue Residue asam lemak (asam lemak, tri, di & mono gliserida) Gambar 2.6 Diagram Proses Distillasi Pemurnian Asam Stearat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Salah satu parameter mutu asam stearat blended bermutu premium, adalah heat stability/kestabilan warna, selain warna, bilangan iodium dan komposisi asam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan Minyak Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari beberapa tanaman golongan Palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ). kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ), merupakan komoditas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel) Minyak nabati (CPO) yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak nabati dengan kandungan FFA rendah yaitu sekitar 1 %. Hal ini diketahui

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, telah beredar asumsi di masyarakat bahwa minyak goreng yang lebih bening adalah yang lebih sehat. Didukung oleh hasil survey yang telah dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA. Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara PENGARUH BILANGAN ASAM TERHADAP HIDROLISA MINYAK KELAPA SAWIT M.YUSUF RITONGA Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Minyak sawit (Crude Palm Oil) adalah

Lebih terperinci

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. DEFINISI defines lipids as a wide variety of natural products including fatty acids and their derivatives, steroids, terpenes, carotenoids, and bile acids, which have in

Lebih terperinci

4.1. Persepsi dan Kondisi di Masyarakat seputar Minyak Goreng

4.1. Persepsi dan Kondisi di Masyarakat seputar Minyak Goreng 4. PEMBAHASAN 4.1. Persepsi dan Kondisi di Masyarakat seputar Minyak Goreng Berdasarkan survey yang telah dilaksanakan, sebanyak 75% responden berasumsi bahwa minyak goreng yang warnanya lebih bening berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu dari golongan palem yang dapat menghasilkan asam oleat adalah kelapa sawit (Elaenisis guineensis jacq) yang terkenal terdiri dari beberapa varietas, yaitu termasuk dalam

Lebih terperinci

DESTILASI ASAM LEMAK IR. M. YUSUF RITONGA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DESTILASI ASAM LEMAK IR. M. YUSUF RITONGA FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DESTILASI ASAM LEMAK IR. M. YUSUF RITONGA FAKULTAS TEKNIK OGRAM STUDI TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENDAHULUAN 1.1 Pengenalan Minyak Dan Lemak Minyak dan lemak merupakan ester asam lemak dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit Sumber minyak dari kelapa sawit ada dua, yaitu daging buah dan inti buah kelapa sawit. Minyak yang diperoleh dari daging buah disebut dengan minyak kelapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak dan Lemak Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Minyak Kelapa Dara (Virgin Coconut il) Minyak kelapa dara adalah minyak kelapa yang hanya bisa diperoleh dengan menggunakan daging kelapa segar atau disebut non-kopra. Karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan tiga molekul asam lemak. Di alam,bentuk gliserida yang lain yaitu digliserida

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan tiga molekul asam lemak. Di alam,bentuk gliserida yang lain yaitu digliserida BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan minyak Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida.trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak dan minyak (trigliserida) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak dan minyak (trigliserida) yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak dan Minyak Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Lemak dan minyak (trigliserida) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Goreng Kelapa Sawit Minyak sawit terutama dikenal sebagai bahan mentah minyak dan lemak pangan yang digunakan untuk menghasilkan minyak goreng, shortening, margarin,

Lebih terperinci

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia PENGARUH PEMANASAN TERHADAP PROFIL ASAM LEMAK TAK JENUH MINYAK BEKATUL Oleh: Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia Email:

Lebih terperinci

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak

B. Struktur Umum dan Tatanama Lemak A. Pengertian Lemak Lemak adalah ester dari gliserol dengan asam-asam lemak (asam karboksilat pada suku tinggi) dan dapat larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari x BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lipid Pengertian lipid secara umum adalah kelompok zat atau senyawa organik yang jika disentuh dengan ujung-ujung jari akan terasa berlemak. Ciri khusus dari zat

Lebih terperinci

DEFINISI. lipids are those substances which are

DEFINISI. lipids are those substances which are MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. DEFINISI lipids are those substances which are insoluble in water; soluble in organic solvents such as chloroform, ether or benzene; contain long-chain hydrocarbon groups

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan di Indonesia. Dewasa ini, perkebunan kelapa sawit semakin meluas. Hal ini dikarenakan kelapa sawit dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sabun Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, (C 17 H 35 COO Na+).Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan melalui kekuatan pengemulsian

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kimia memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat dikarenakan industri kimia banyak memproduksi barang mentah maupun barang jadi untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI TINGKAT KEVAKUMAN DI SCRUBER DAN DAN SUHU RBDPO DI PRE STRIPER TERHADAP PFAD YANG DI HASILKAN

MEMPELAJARI TINGKAT KEVAKUMAN DI SCRUBER DAN DAN SUHU RBDPO DI PRE STRIPER TERHADAP PFAD YANG DI HASILKAN MEMPELAJARI TINGKAT KEVAKUMAN DI SCRUBER DAN DAN SUHU RBDPO DI PRE STRIPER TERHADAP PFAD YANG DI HASILKAN Adi Ruswanto, Suroso, Dedi Sugiarto Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K.

MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. MINYAK DAN LEMAK TITIS SARI K. DEFINISI defines lipids as a wide variety of natural products including fatty acids and their derivatives, steroids, terpenes, carotenoids, and bile acids, which have in

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, proses pembuatan monogliserida melibatkan reaksi gliserolisis trigliserida. Sumber dari trigliserida yang digunakan adalah minyak goreng sawit.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang artinya lemak). Lipida larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam air.

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MINYAK SAWIT 2.1.1. Komposisi Minyak Sawit Crude Palm Oil yang dihasilkan dari ekstraksi tandan buah segar kelapa sawit dengan komposisi produk 66% minyak (range 40-75%), 24%

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS Zul Alfian Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES 2.1 Minyak Kelapa Sawit 2.1.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis) berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak

BAB I PENDAHULUAN Pengertian Minyak dan Lemak 1.1 TUJUAN PERCOBAAN. Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak BAB I PENDAHULUAN 1.1 TUJUAN PERCBAAN Untuk menentukan kadar asam lemak bebas dari suatu minyak / lemak 1.2 DASAR TERI 1.2.1 Pengertian Minyak dan Lemak Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Proses pembuatan MCT dapat melalui dua reaksi. Menurut Hartman dkk (1989), trigliserida dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak kaprat/kaprilat

Lebih terperinci

PABRIK ASAM OLEAT DARI MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN PROSES CONTINUOUS HIGH PRESSURE SPLITTING AND FRACTIONAL DITILLATION L/O/G/O

PABRIK ASAM OLEAT DARI MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN PROSES CONTINUOUS HIGH PRESSURE SPLITTING AND FRACTIONAL DITILLATION L/O/G/O PABRIK ASAM OLEAT DARI MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN PROSES CONTINUOUS HIGH PRESSURE SPLITTING AND FRACTIONAL DITILLATION Disusun Oleh : 1. WULAN SARI (2308030077) 2. KHINI ATU HIMMI (2308030083) Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran bilangan peroksida sampel minyak kelapa sawit dan minyak kelapa yang telah dipanaskan dalam oven dan diukur pada selang waktu tertentu sampai 96 jam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SABUN TRANSPARAN SNI (1994) mendefinisikan sabun sebagai pembersih yang dibuat melalui reaksi kimia antara basa natrium atau kalium dengan asam lemak dari minyak nabati atau lemak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II-1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tetradecene Senyawa tetradecene merupakan suatu cairan yang tidak berwarna yang diperoleh melalui proses cracking senyawa asam palmitat. Senyawa ini bereaksi dengan oksidan

Lebih terperinci

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Penggolongan minyak Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri Definisi Lemak adalah campuran trigliserida yang terdiri atas satu molekul gliserol yang berkaitan dengan tiga molekul asam lemak.

Lebih terperinci

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair

Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya. Pada suhu kamar : - lemak berwujud padat - minyak berwujud cair Perbedaan minyak dan lemak : didasarkan pada perbedaan titik lelehnya Minyak dan lemak tidak berbeda dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda dalam bentuk (wujud). Pada suhu kamar : - lemak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pada penelitian yang telah dilakukan, katalis yang digunakan dalam proses metanolisis minyak jarak pagar adalah abu tandan kosong sawit yang telah dipijarkan pada

Lebih terperinci

A. Sifat Fisik Kimia Produk

A. Sifat Fisik Kimia Produk Minyak sawit terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0 (jenuh),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand dan Papua BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa sawit Kelapa sawit (Elaeis guinensis jack) berasal dari Nigeria dan Afrika barat, tetapi ada juga yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Varietas Kelapa Sawit 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietasvarietas itu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan pada produk sabun transparan yang dihasilkan berasal dari

Lebih terperinci

BAB III RENCANA PENELITIAN

BAB III RENCANA PENELITIAN BAB III RENCANA PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Untuk pembuatan MCT yang memenuhi kualitas pangan dari asam lemak dan gliserol maka perlu dilakukan : a. Penelitian keefektifan metode Hartman dkk tentang

Lebih terperinci

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak

Penentuan Bilangan Asam dan Bilangan Penyabunan Sampel Minyak atau Lemak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah campuran ester dari asam lemak dan gliserol. Lemak dan minyak dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik dari tumbuh-tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Bahan dan Peralatan 3.1.1 Bahan yang digunakan Pada proses distilasi fraksionasi kali ini bahan utama yang digunakan adalah Minyak Nilam yang berasal dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka A. Minyak Sawit Bab II Tinjauan Pustaka Minyak sawit berasal dari mesokarp kelapa sawit. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Minyak atau lemak merupakan ester dari gliserol dan asam lemak, tersusun atas campuran sebagian besar triasilgliserol dan sebagian kecil senyawa pengotor (di-gliserida dan

Lebih terperinci

4 Pembahasan Degumming

4 Pembahasan Degumming 4 Pembahasan Proses pengolahan biodiesel dari biji nyamplung hampir sama dengan pengolahan biodiesel dari minyak sawit, jarak pagar, dan jarak kepyar. Tetapi karena biji nyamplung mengandung zat ekstraktif

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS LEMAK

TUGAS ANALISIS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS LEMAK TUGAS ANALISIS AIR, MAKANAN DAN MINUMAN ANALISIS LEMAK OLEH: KELOMPOK 7 NI NYOMAN MELINDAWATI (P07134013002) NI MADE YUNI LESTARI (P07134013025) DEWA AYU YUNI DEWANTARI (P07134013026) NI KADEK LINA WINATI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN Bahan baku pada penelitian ini adalah buah kelapa segar yang masih utuh, buah kelapa terdiri dari serabut, tempurung, daging buah kelapa dan air kelapa. Sabut

Lebih terperinci

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Penelitian penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan jenis penstabil katalis (K 3 PO 4, Na 3 PO 4, KOOCCH 3, NaOOCCH 3 ) yang

Lebih terperinci

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA

SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA SAINS II (KIMIA) LEMAK OLEH : KADEK DEDI SANTA PUTRA 1629061030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA PROGRAM PASCASARAJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2017 SOAL: Soal Pilihan Ganda 1. Angka yang menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kelapa (Cocos Nucifera Linn.) merupakan tanaman yang tumbuh di negara yang beriklim tropis. Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia. Menurut Kementerian

Lebih terperinci

sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari Arina Nurlaili R

sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari Arina Nurlaili R sidang tugas akhir kondisi penggorengan terbaik pada proses deep frying Oleh : 1. Septin Ayu Hapsari 2310 030 003 2. Arina Nurlaili R 2310 030 081 24 juni 2013 Latar Belakang Penggunaan minyak goreng secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber energi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Penentuan ph optimum dan rendemen VCO VCO diproduksi dengan menggunakan metode pengasaman, oleh sebab itu perlu dilakukan penentuan ph optimum dari krim kelapa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sabun mandi padat sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar masyarakat menggunakan sabun mandi padat untuk membersihkan badan. Hal ini karena sabun mandi

Lebih terperinci

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas BAB II PUSTAKA PENDUKUNG 2.1 Bahan Bakar Nabati Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas mengarah kepada penggunaan energi asal tanaman. Energi asal tanaman ini disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak merupakan triester asam lemak dengan gliserol. Trigliserida alami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak merupakan triester asam lemak dengan gliserol. Trigliserida alami BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lemak Lemak merupakan triester asam lemak dengan gliserol. Trigliserida alami adalah triester dari asam lemak berantai panjang dan gliserol merupakan penyusun utama lemak hewan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak goreng merupakan kebutuhan masyarakat yang saat ini harganya masih cukup mahal, akibatnya minyak goreng digunakan berkali-kali untuk menggoreng, terutama dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 5. Reaksi Transesterifikasi Minyak Jelantah Persentase konversi metil ester dari minyak jelantah pada sampel MEJ 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Sawit Mentah / Crude Palm Oil (CPO) Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya sangat penting dalam penerimaan devisa negara, penyerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Gliserol dengan nama lain propana-1,2,3-triol, atau gliserin, pada temperatur kamar berbentuk cairan memiliki warna bening seperti air, kental, higroskopis dengan rasa

Lebih terperinci

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK

A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK 8 LEMAK DAN MINYAK A. RUMUS STRUKTUR DAN NAMA LEMAK B. SIFAT-SIFAT LEMAK DAN MINYAK C. FUNGSI DAN PERAN LEMAK DAN MINYAK Lipid berasal dari kata Lipos (bahasa Yunani) yang berarti lemak. Lipid didefinisikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK SAWIT III. TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK SAWIT Minyak sawit merupakan minyak yang didapatkan dari buah tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) seperti yang terlihat pada Gambar 3. Menurut Hartley (1977) kelapa

Lebih terperinci

Biodiesel Dari Minyak Nabati

Biodiesel Dari Minyak Nabati Biodiesel Dari Minyak Nabati Minyak dan Lemak Minyak dan lemak merupakan campuran dari ester-ester asam lemak dengan gliserol yang membentuk gliserol, dan ester-ester tersebut dinamakan trigliserida. Perbedaan

Lebih terperinci

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P

Lipid. Dr. Ir. Astuti,, M.P Lipid Dr. Ir. Astuti,, M.P Berbeda dengan karbohidrat dan protein, lipid bukan merupakan suatu polimer Suatu molekul dikategorikan dalam lipid karena : mempunyai kelarutan yg rendah di dlm air larut dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI MINYAK Sabun merupakan hasil reaksi penyabunan antara asam lemak dan NaOH. Asam lemak yang digunakan untuk membuat sabun transparan berasal dari tiga jenis minyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elais guinensis jacq) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam family Palmae. Tanaman genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaion

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit pada awal mulanya didatangkan ke Indonesia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit pada awal mulanya didatangkan ke Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) bukan merupakan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari Afrika. Kelapa sawit pada awal mulanya didatangkan ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sekilas Sejarah Pabrik Minyak Sawit dan Perkebunan Kelapa Sawit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sekilas Sejarah Pabrik Minyak Sawit dan Perkebunan Kelapa Sawit BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sekilas Sejarah Pabrik Minyak Sawit dan Perkebunan Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili Palmae.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dimulai pada bulan Mei hingga Desember 2010. Penelitian dilakukan di laboratorium di Pusat Penelitian Surfaktan dan Bioenergi (Surfactant

Lebih terperinci

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) DASAR TEORI Penggolongan lipida, dibagi golongan besar : 1. Lipid sederhana : lemak/ gliserida,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROFIL MUTU MINYAK SAWIT KASAR Minyak sawit kasar (CPO) yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT Sinar Meadow Internasional Jakarta, PTPN VIII Banten, PT Wilmar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal

I. PENDAHULUAN. menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung merupakan salah satu daerah paling potensial untuk menghasilkan produk-produk dari buah sawit. Tahun 2008 total luas areal perkebunan kelapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Crude Palm Oil (CPO) Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa yunani

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan industri merupakan bagian dari usaha pembangunan ekonomi jangka panjang, yang diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ketertarikan dunia industri terhadap bahan baku proses yang bersifat biobased mengalami perkembangan pesat. Perkembangan pesat ini merujuk kepada karakteristik bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Murni Buah kelapa memilki cukup banyak manfaat, yaitu sebagai minyak makan atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat yang tinggi.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI Afifa Ayu, Farida Rahmawati, Saifudin Zukhri INTISARI Makanan jajanan sudah menjadi bagian

Lebih terperinci

EKA PUTI SARASWATI STUDI REAKSI OKSIDASI EDIBLE OIL MENGGUNAKAN METODE PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA DAN SPEKTROFOTOMETRI UV

EKA PUTI SARASWATI STUDI REAKSI OKSIDASI EDIBLE OIL MENGGUNAKAN METODE PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA DAN SPEKTROFOTOMETRI UV EKA PUTI SARASWATI 10703064 STUDI REAKSI OKSIDASI EDIBLE OIL MENGGUNAKAN METODE PENENTUAN BILANGAN PEROKSIDA DAN SPEKTROFOTOMETRI UV PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada umumnya hasil proses hidrogenasi parsial akan terbentuk trans fatty acid (TFA) yang tidak diinginkan. Asam lemak trans cenderung meningkatkan kadar kolesterol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman. 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Determinasi Tanaman Bahan baku utama dalam pembuatan VC pada penelitian ini adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda. Untuk mengetahui bahan baku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Kelapa Sawit Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama minyak sangat menentukan mutu minyak adalah asam lemaknya, karena asam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama minyak sangat menentukan mutu minyak adalah asam lemaknya, karena asam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Minyak Goreng 2.1.1. Mutu Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang telah mengalami proses pemurnian yang meliputi degumming, netralisasi, pemucatan dan deodorisasi. Secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIDIESEL Biodiesel merupakan sumber bahan bakar alternatif pengganti solar yang terbuat dari minyak tumbuhan atau lemak hewan. Biodiesel bersifat ramah terhadap lingkungan karena

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010

LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak. Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 LAPORAN PENELITIAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN MAKANAN Penentuan Asam Lemak Bebas, Angka Peroksida Suatu Minyak atau Lemak Oleh : YOZA FITRIADI/A1F007010 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci