18 Media Bina Ilmiah ISSN No

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "18 Media Bina Ilmiah ISSN No"

Transkripsi

1 18 Media Bina Ilmiah ISSN No KARAKTERISTIK DAS DI WILAYAH DAS DODOKAN KOTA MATARAM KABUPATEN LOMBOK BARAT Oleh : Mareta Karlin Bonita Dosen Fakultas Ilmu Kehutanan UNTB, Mataram Abstrak : DAS merupakan satuan ekosistem yang memiliki karakteristik yang berbeda, tergantung dari hasil interaksi manusia dan lingkungan sekitar DAS tersebut. Karakteristik DAS merupakan ciri khas atau karakter dari suatu DAS yang dipengaruhi oleh sistem hidrologi, sehingga dapat mempengaruhi besar atau kecilnya debit erosi yang terjadi pada suatu sungai, selain itu dalam tata guna lahan juga dapat mempengaruhi erosi dan debit sungai. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Karakteristik morfometri DAS pada DAS Dodokan Kota Mataram, mengetahui tipe karakteristik fisik DAS pada setiap penggunaan lahan di wilayah DAS Dodokan Kota Mataram, serta mengetahui indeks penutupan lahan permanen pada DAS Dodokan Kota Mataram. Analisis yang digunakan adalah analisis hubungan variable-variabel yang menyusun komponen DAS dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Hal ini dilakukan pada data fisik DAS Dodokan. Hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik DAS Dodokan Kota mataram memiliki bentuk agak membulat dengan nilai Circularity Ratio sebesar 0,402. Berdasarkan kondisi morfometrinya, DAS Dodokan ini berkelok memutar dengan panjang sungai yang dua kali lebih panjang dari panjang DAS (selisih + 37,552 km) dari panjang sungai Utama DAS Dodokan sebesar 30,985 km. dengan panjang anak sungai 1.104,3338 km dari panjang sungai total seluas 1.172,874 km. memiliki lebar DAS 28,541 km, keliling DAS 132,568 km, Kerapatan sungai Dodokan adalah 2,085. Gradien sungai 0,481% serta memiliki pola aliran dendritik. Kemudian tipe karakteristik fisik pada setiap penggunaan lahan hasil pengamatan pada bentuk lahan, DAS Dodokan merupakan bentuk lahan dataran (72,88%), perbukitan (15,88%), dataran Alluvial (6,80%), Pegunungan (3.96%), pantai (0.32%) dan rawa pasang surut (0.15%). Sebagian besar pegunungan ditutupi oleh hutan lahan kering sekunder. Keberadaan sawah paling banyak pada lokasi dataran, perbukitan dan dataran alluvial yang berpotensi subur untuk lahan sawah. Variable jenis tanah, sebaran jenis tanah paling dominan adalah jenis Kompleks Mediteran Coklat dan Mediteran Coklat Kemerahan yang terdapat di daerah selatan wilayah DAS Dodokan dengan luasan sebesar ,695 ha sedangkan jenis tanah yang terdapat pada luasan yang paling sedikit adalah Kompleks Mediteran Coklat dan Litosol yang terdapat di sebelah timur laut wilayah DAS Dodokan dengan luasan 1.435,615 Ha. Serta variable kelerangan, pada DAS Dodokan memiliki lahan dengan lereng agak curam (25-40%) didominasi oleh hutan lahan kering sekunder dengan luas total 619,447 Ha. Sementara lereng curam (>40%) didominasi oleh pertanian lahan kering campuran dengan luas total sebesar 465,955 ha. Disisi lain jika yang cukup berarti hingga tersisa lahan-lahan terbuka ataupun tersisa sebagai hutan sekunder. Kemudian untuk Indeks Penutupan Lahan wilayah DAS Dodokan sebagian besar didominasi oleh persawahan serta pertanian lahan kering. persawahan dan pertanian lahan kering pada lokasi tersebut memiliki luas ,605 Ha dan ,532 Ha. Sementara tanah terbuka kering dan tambak merupakan daerah yang paling kecil luasannya yakni 0.35% dan 0.3%. Indeks Penutupan Lahan permanen (IPLP) DAS Dodokan adalah 8,97% yang berasal dari penutuan hutan dan semak belukar. Kata kunci : DAS Dodokan, karakteristik fisik, penutupan lahan PENDAHULUAN Sumber daya air sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia, flora dan fauna, oleh sebab itu sumber daya air perlu dikelola secara baik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pembangunan. Kekurangan air dapat menimbulkan kekeringan dan berdampak pada kehidupan spesies

2 ISSN No Media Bina Ilmiah19 yang semakin rentan pada kesehatan, panen dan kepunahan. Di sisi lain, kelebihan air yang ekstrim dapat juga berdampak buruk pada kehidupan manusia, pertanian dan spesies tertentu. Salah satu bentuk pengelolaan yang dilaksanakan oleh berbagai pihakdalam mempertahankan sumberdaya alam adalah mengkonservasi tanah dan air serta manajemen DAS. Upaya-upaya tersebut dilakukan agar sumber daya alam dan pemanfaatannya dapat optimal, berkelanjutan dan lestari. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini terbagi atas 18 (delapan belas) Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS, terdiri dari 4 SWP DAS berada di Pulau Lombok dan 14 SWP DAS lainnya berada di Pulau Sumbawa. Total DAS di NTB berjumlah 627 DAS, dengan sebaran 145 DAS berada di Pulau lombok dan 482 DAS berada di pulau Sumbawa. Salah satu dari 38 DAS yang termasuk dalam SWP DAS Dodokan diantaranya adalah DAS Dodokan yang berada di wilayah administratif Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Tengah. Kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS di Provinsi NTB telah teridentifikasi seperti ditunjukkan dengan fenomena sering terjadinya bencana banjir, erosi, sedimentasi dan tanah longsor. Berdasarkan hasil identifikasi dan inventarisasi lahan kritis Provinsi NTB tahun 2009 yang dilaksanakan oleh Balai Pengelolaan DAS Dodokan Moyosari (BPDAS DMS), luas lahan kritis Provinsi NTB adalah ,2 ha atau sekitar 22,04% dari luas total wilayah Provinsi NTB. Sedangkan luas lahan kritis di DAS Dodokan adalah ha atau 12,8% dari luas total wilayah DAS Dodokan. Sungai Dodokan khususnya dan sungai - sungai lainnya di Pulau Lombok umumnya merupakan sungai yang berperan sangat penting untuk memenuhi berbagai keperluan, diantaranya sebagai sumber air bersih maupun irigasi. Disamping itu, sebagian wilayah DAS Dodokan juga berperan penting dalam fungsinya sebagai kawasan konservasi. Seiring dengan usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, perkembangan kawasan untuk berbagai pemenuhan kebutuhan (sarana pemukiman, perdagangan & industri, perhubungan, perkantoran, pariwisata dan lain-lain) akan meningkat dengan cepat. Dengan adanya perubahan penggunaan lahan tersebut maka implikasinya adalah adanya perubahan perilaku hidrologis sungai maupun perubahan kualitas sumberdaya air sungai tersebut. Perubahan perilaku hidrologis pada DAS Dodokan antara lain berupa ; abrasi, sedimentasi, serta kurang idealnya neraca air (seperti terjadinya kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan). Oleh karena itu untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul di dalam sistem DAS sebagai upaya dalam menjaga keutuhan maka diperlukan wawasan dan informasi mengenai karakteristik DAS yang mendukung dalam pengelolaan DAS tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut penelitian ini diberi judul Karakteristik Daerah Aliran Sungai di wilayah DAS Dodokan Kota Mataram yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik morfometri DAS pada DAS Dodokan Kota Mataram, mengetahui tipe karakteristik fisik DAS pada setiap penggunaan lahan di wilayah DAS Dodokan Kota Mataram, serta mengetahui Indeks Penutupan Lahan pada DAS Dodokan Kota Mataram. METODE PENELITIAN Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi dan pengukuran langsung di lapangan. Pengumpulan data melalui kegiatan observasi dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap obyek-objek yang menjadi fokus studi. informasi yang diperoleh atau obyek yang diamati didokumentasikan dalam bentuk gambar. Pengamatan bertujuan untuk memudahkan peneliti yang selanjutnya dijadikan bahan atau data serta mengumpulkan keterangan dari pihak lain yang lebih dulu telah mengumpulkan informasi yang sama. Pada aspek yang bersifat biofisik, survei dilakukan dengan cara pengukuran langsung mempergunakan parameter Morvometri (luas, keliling, lebar panjang DAS, panjang sungai utama, panjang anak sungai, panjang sungai total, kerapatan sungai,bentuk DAS, gradient sungai, Pola Aliran dan IPLP). Sedangkan parameter tipe karakteristik Fisik DAS pada setiap penggunaan lahan diukur dari variable geologi, bentuk lahan, jenis tanah dan kelerangan. Volume 8, No. 5, Agugstus 2014

3 20 Media Bina Ilmiah ISSN No Studi dokumen atau pustaka digunakan untuk mendapatkan data dan informasi dari non-human resources berupa hasil-hasil penelitian terdahulu, peta, data statistik, dan dokumen-dokumen terkait lainnya. Untuk melengkapi proses pengumpulan data, photo digunakan untuk mempertegas objek- terkumpul objek di lapangan. Selanjutnya, data yang sudah dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Analisis data yang dilakukan meliputi : analisis spasial (Sistem Informasi Geografis - SIG) ), analisis citra satelit, dan analisis data kuantitatif-kualitatif (analisis deskriptif) pada variabel fisik DAS. HASIL PENELITIAN Sesuai dengan tujuan penelitian maka hasil pengamatan dan pengukuran diuraikan dibawah ini: a. Karakteristik Morfometri DAS Dodokan Kondisi morfometri DAS dodokan secara kuantitatif dinyatakan beberapa parameter antara lain nilai Circularity Ratio sebesar 0,402 hal ini menunjukkan bahwa DAS Dodokan memiliki bentuk agak membulat. Bentuk DAS ini akan mempengaruhi karakteristik debit sungai. Tabel 1. Morfometri DAS Dodokan sebesar 30,985 km. Sungai utama yang panjang menyebabkan waktu mencapai puncak atau waktu konsentrasi menjadi lama, sehingga adanya potensi banjir akibat bentuk DAS Dodokan dan panjangnya sungai utama Dodokan akan mereduksi debit banjir. Hasil perhitungan morfometri DAS Dodokan dapat dilihat pada tabel 1. Kerapatan sungai Dodokan adalah 2,085 sedikit lebih kecil dari batas atas untuk ciri DAS berpengatusan (drainage) baik/mudah mengalami kekeringan. Menurut Linsley (1949) dalam Handayani (2006) kerapatan sungai kurang dari 0,62 km/km 2 akan menyebabkan DAS mudah mengalami penggenangan, sedangkan nilai lebih besar dari 3,1 km/km 2 akan menyebabkan DAS sering mengalami kekeringan. Dengan demikian DAS Dodokan termasuk kriteria DAS berpengatusan baik yang berpotensi mengalami kekeringan. b. Karakteristik Fisik DAS pada setiap Penggunaan Lahan 1. Geologi Batuan tertua di Pulau Lombok umumnya dan DAS Dodokan khususnya adalah dari Formasi Pengulung terdiri dari satuan batuan breksi volkanik, tufa andesit, dasit piroklastik, lava andesit dan batuan G. Api tua tak terpisahkan. Sebaran batuannya dijumpai di bagian Barat dan Selatan. [[[[ Pada DAS yang agak membulat menyebabkan waktu konsentrasi debit banjir agak cepat sehingga debit puncak berpotensi menyebabkan banjir. Namun sungai utama DAS Dodokan ini berkelok memutar dengan panjang sungai yang dua kali lebih panjang dari panjang DAS (selisih + 37,552 km) dari panjang sungai Utama DAS Dodokan Gambar 1. Peta Geologi DAS Dodokan

4 ISSN No Media Bina Ilmiah21 Pada gambar 1 DAS Dodokan didominasi oleh tanah datar (plains) yang memiliki jenis kandungan batuan basalt, gabbro, andesite dan breccias. Sementara dibagian selatan DAS Dodokan merupakan daerah perbukitan (berbatuan andesit dan basalt) dan di bagian timur terdapat daerah dataran alluvial, pegunungan dan pantai (beaches). Tabel 2. Luas Tipe Batuan Geologi (Lithologi) pada Setiap Penggunaan Lahan DAS Dodokan Keterangan : G1 : Basalt, andesite, breccia G2 : Basalt, gabbro G3 : Limestone, coral G4 : Andesit, basalt G5 : Alluvium, recent riverine, alluvium estuarine marine, peat G6 : Alluvium, recent marine (beach sands gravels) G7 : Alluvium, recent estuarine-marine (saline) Terdapat tujuh jenis batuan geologi (lithologi) di dalam DAS Dodokan. Seperti pada tabel 2 terlihat bahwa jenis batuan Basalt, Andesite, Breccia merupakan jenis batuan yang paling banyak tersebar di tengah DAS Dodokan dengan wilayah seluas Ha (51% dari total luas DAS Dodokan). Sementara jenis Alluvium, recent estuarine-marine (saline) merupakan jenis batuan yang paling sedikit terdapat pada wilayah DAS Dodokan dengan luasan yang hanya Ha atau 0% dari total luas. Jenis batuan tersebut dapat dijumpai pada wilayah pesisir pantai di sebelah barat wilayah DAS Dodokan. 2. Bentuk Lahan Berdasarkan hasil pengamatan lapangan berkaitan dengan bentuk lahan yang diperkuat juga dengan hasil penelitian Handayani (2006) menunjukkan bahwa Land System DAS Dodokan, terdapat 4 (empat tipe dataran, yaitu Ampang (dataran datar/berombak vulkanik basa/ sedang pada daerah kering), Benteng (sisipan aliran lava sedang/basa), Piaga (dataran hingga berombak vulkanik basa/sedang) dan Sakra (dataran vulkanik rolling dengan bukit-bukit kecil pada daerah kering). Selain itu terdapat pegunungan yang terdiri dari Gunung Beliling (punggung gunung di atas vulkanik sedang hingga basa pada daerah kering) dan Gamkonora (gunung api atrato di atas vulkanik sedang hingga basa). Terdapat pula perbukitan yang terdiri dari Belo (bukit sangat curam di atas vulkanik sedang/basa pada daerah kering) dan Konang (bukit karst tidak beraturan pada daerah kering). Dalam liputan spasial DAS yang tersempit, terdapat rawa pasang surut dengan Land System Kajapah (Inter-tidal mudflats under halophytic vegetation). Terakhir terdapat Dataran Aluvial (Alluvial Plain) dengan land System Nanga Nae (Coalescent estuarine/ riverine plains in dry areas) serta pantai dengan land system Putting (Coastal beach ridges and swales). Berdasarkan Land System tersebut maka DAS Dodokan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk lahan, yaitu dataran (Plain), pegunungan, perbukitan, rawa pasang surut (Tidal Swamp), dataran Alluvial dan pantai (Beaches). Tabel 3. Luas Tipe Bentuk Lahan pada Setiap Penggunaan Lahan DAS Dodokan. Volume 8, No. 5, Agugstus 2014

5 22 Media Bina Ilmiah ISSN No Pada tabel 3 tampak bahwa sebagian besar DAS Dodokan merupakan bentuk lahan dataran (72,88%), kemudian perbukitan (15,88%) dan dataran Alluvial (6,80%). Sebagian besar pegunungan ditutupi oleh hutan lahan kering sekunder. Keberadaan sawah paling banyak pada lokasi dataran, perbukitan dan dataran alluvial yang berpotensi subur untuk lahan sawah. 3. Jenis Tanah Sebaran jenis tanah paling dominan adalah jenis Kompleks Mediteran Coklat dan Mediteran Coklat Kemerahan yang terdapat di daerah selatan wilayah DAS Dodokan dengan luasan sebesar ,695 ha sedangkan jenis tanah yang terdapat pada luasan yang paling sedikit adalah Kompleks Mediteran Coklat dan Litosol yang terdapat di sebelah timur laut wilayah DAS Dodokan dengan luasan 1.435,615 Ha. Luas Jenis Tanah berdasarkan setiap Penggunaan Lahan diuraikan pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Luas Jenis Tanah pada Setiap Penggunaan Lahan DAS Dodokan T5 : Komp Reg Klb & Litosol T6 : Komp Med Cok & Litosol Luas sebaran jenis tanah pada setiap penggunaan lahan antara lain sawah, pertanian lahan kering, semak belukar, hutanlahan kering sekunder, pertanian lahan kering campuran, pemukiman, tubuh air, tanah terbuka kering dan tambak. Luas jenis tanah dominan yaitu T1 seluas Ha atau %, T2 seluas Ha atau %, T3 seluas Ha atau %, kemudian T4 seluass Ha atau 13,62 %, T5 seluas Ha atau 3.62 % dan T6 seluas Ha atau 2.55 %. 4. Kelerengan Kemiringan lereng DAS akan mempengaruhi sistem erosi dan sedimentasi. Pada awalnya hujan yang jatuh di permukaan tanah memiliki daya penghancur agregat tanah menjadi butiran-butiran tanah sebagai materi erosi dan pada hujan selanjutnya terbentuk daya angkut yang membawa material erosi ke daerah pengendapan. Pada lereng datar atau landai, daya pengangkutan hujan berkurang karena terdapat kesempatan hujan meresap ke dalam tanah, tetapi sebaliknya pada lereng terjal, daya pengangkutan hujan bertambah besar karena berkurangnya kesempatan air hujan meresap ke dalam tanah. Kondisi Kelerengan Wilayah DAS Dodokan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. Kondisi Kelas Kelerengan di Wilayah DAS Dodokan No Kelas Lereng Luas (Ha) Prosentase (%) 1 0-8% 19,294,195 34% % 19,079,349 34% % 7,011,984 12% % 3,163,343 6% 5 >40% 7,704,172 14% Jumlah 56,253, % Sumber : DAS Dodokan Tahun 2008 BPDAS Dodokan Moyosari Keterangan : T1 : Komp Med Cok & Med Cok Kemerahan T2 : Komp Med Cok & Grum Klb Reg Cok dan Litosol T3 : Komp Reg Cok & Kelabu & Litosol T4 : Komp Regosol Coklat & Litosol

6 ISSN No Media Bina Ilmiah23 Sebagian besar wilayah DAS Dodokan berada pada lereng datar (0-8%) dan landai (8-15%) dengan luas masing-masing ,363 ha dan ,142 ha (tabel 5). Dengan demikian DAS Dodokan memiliki karakter yang cenderung meredam terjadinya daya angkut hujan terhadap material erosi. Tanpa pengatusan yang baik dari sistem pengatusan sungai dan daya serap tanah (Infiltrasi atau permeabilitas), maka DAS dapat mengalami penggenangan pada saat hujan berlebih. Tabel 6. Kondisi Kemiringan Lereng Pada Setiap Penggunaan Lahan DAS Dodokan. pada wilayah DAS Dodokan seperti yang terlihat pada tabel 7. Tabel 7. Luas Penutupan Dodokan Lahan di Wilayah DAS Indeks Penutupan Lahan permanen (IPLP) DAS Dodokan adalah 8,97% yang berasal dari penutuan hutan dan semak belukar. Dengan demikian hanya 8,97% luas lahan DAS yang dapat terlindungi dengan cukup baik oleh tajuk-tajuk tanaman. Sumber : Karakteristik Lahan DAS Dodokan, 2008 Lahan dengan lereng agak curam (25-40%) didominasi oleh hutan lahan kering sekunder dengan luas total 619,447 Ha. Sementara lereng curam (>40%) didominasi oleh pertanian lahan kering campuran dengan luas total sebesar 465,955 ha. Disisi lain jika yang cukup berarti hingga tersisa lahan-lahan terbuka ataupun tersisa sebagai hutan sekunder. 3. Indeks Penutupan Lahan Gambar 4. Peta Penutupan Lahan di Wilayah DAS Dodokan Pada gambar 4 terlihat bahwa wilayah DAS Dodokan sebagian besar didominasi oleh persawahan serta pertaniann lahan kering. Persawahan dan pertanian lahan kering pada lokasi tersebut memiliki luas ,605 Ha dan ,532 Ha. Sementara tanah terbuka kering dan tambak merupakan daerah yang paling kecil luasannya yakni 0.35% dan 0.3% yang terdapat PENUTUP a. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Karakteristik DAS Dodokan Kota mataram memiliki bentuk agak membulat dengan nilai Circularity Ratio sebesar 0,402. Berdasarkan kondisi morfometrinya, DAS Dodokan ini berkelok memutar dengan panjang sungai yang dua kali lebih panjang dari panjang DAS (selisih + 37,552 km) dari panjang sungai Utama DAS Dodokan sebesar 30,985 km. dengan panjang anak sungai 1.104,3338 km dari panjang sungai total seluas 1.172,874 km. memiliki lebar DAS 28,541 km, keliling DAS 132,568 km, Kerapatan sungai Dodokan adalah 2,085. Gradien sungai 0,481% serta memiliki pola aliran dendritik. Berdasarkan bentuk morfometri tersebut, DAS Dodokan memiliki potensi banjir serta baik/mudah mengalami kekeringan. 2. Tipe Karakteristik Fisik pada setiap Penggunaan Lahan Volume 8, No. 5, Agugstus 2014

7 24 Media Bina Ilmiah ISSN No a) Bentuk Lahan DAS Dodokan merupakan bentuk lahan dataran (72,88%), perbukitan (15,88%), dataran Alluvial (6,80%), Pegunungan (3.96%), pantai (0.32%) dan rawa pasang surut (0.15%). Sebagian besar pegunungan ditutupi oleh hutan lahan kering sekunder. Keberadaan sawah paling banyak pada lokasi dataran, perbukitan dan dataran alluvial yang berpotensi subur untuk lahan sawah. b) Jenis Tanah Sebaran jenis tanah paling dominan adalah jenis Kompleks Mediteran Coklat dan Mediteran Coklat Kemerahan yang terdapat di daerah selatan wilayah DAS Dodokan dengan luasan sebesar ,695 ha sedangkan jenis tanah yang terdapat pada luasan yang paling sedikit adalah Kompleks Mediteran Coklat dan Litosol yang terdapat di sebelah timur laut wilayah DAS Dodokan dengan luasan 1.435,615 Ha. c) Kelerangan Lahan dengan lereng agak curam (25-40%) didominasi oleh hutan lahan kering sekunder dengan luas total 619,447 Ha. Sementara lereng curam (>40%) didominasi oleh pertanian lahan kering campuran dengan luas total sebesar 465,955 ha. Disisi lain jika yang cukup berarti hingga tersisa lahan-lahan terbuka ataupun tersisa sebagai hutan sekunder. 3. Indeks Penutupan Lahan Wilayah DAS Dodokan sebagian besar didominasi oleh persawahan serta pertanian lahan kering. Persawahan dan pertanian lahan kering pada lokasi tersebut memiliki luas ,605 Ha dan ,532 Ha. Sementara tanah terbuka kering dan tambak merupakan daerah yang paling kecil luasannya yakni 0.35% dan 0.3%. Indeks Penutupan Lahan permanen (IPLP) DAS Dodokan adalah 8,97% yang berasal dari penutuan hutan dan semak belukar. b. Saran 1. Berdasarkan karakteristik DAS Dodokan yang memiliki potensi banjir dan baik/mudah mengalami kekeringan maka disarankan untuk melakukan studi/kajian mengenai potensi sumber daya air baik dari segi iklim (curah hujan, suhu, kelembaban), potensi debit air dan mata air, pola aliran serta kualitas air. 2. Saran bagi instansi atau para pihak yang berkepentingan di wilayah DAS Dodokan perlu adanya kepedulian bersama menjaga lingkungan yang lestari baik dari hulu tengah dan hilir DAS sehingga tujuan pembangunan dapat tercapai. DAFTAR PUSTAKA BPDAS DMS 2008.Laporan Identifikasi Karakteristik DAS Dodokan Tahun 2008 Balai Pengelolaan DAS Dodokan Moyosari. Mataram BPDAS DMS., Laporan Hasil identifikasi dan Inventarisasi Lahan Kritis Provinsi NTB Balai Pengelolaan DAS Dodokan Moyosari. Mataram

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai dan Permasalahannya Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN Oleh Yudo Asmoro, 0606071922 Abstrak Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melihat pengaruh fisik dan sosial dalam mempengaruhi suatu daerah aliran sungai.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran. 25 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST) terletak di Sub DAS Kali Madiun Hulu. Secara geografis Sub-sub DAS KST berada di antara 7º 48 14,1 8º 05 04,3 LS

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI

ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 06 ISBN: 978-60-6-0-0 ANALISIS SPASIAL KEMAMPUAN INFILTRASI SEBAGAI BAGIAN DARI INDIKASI BENCANA KEKERINGAN HIDROLOGIS DI DAS WEDI, KABUPATEN KLATEN-BOYOLALI Agus

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Lombok memiliki luas 467.200 ha. dan secara geografis terletak antara 115 o 45-116 o 40 BT dan 8 o 10-9 o 10 LS. Pulau Lombok seringkali digambarkan sebagai

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

BAB 5: GEOGRAFI DINAMIKA HIDROSFER

BAB 5: GEOGRAFI DINAMIKA HIDROSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Proses penguapan air yang ada di permukaan bumi secara langsung melalui proses pemanasan muka bumi disebut a. Transpirasi b. Transformasi c. Evaporasi d. Evapotranspirasi e.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha Luas DAS Konaweha adalah 697.841 hektar, yang mencakup 4 (empat) wilayah administrasi yaitu Kabupaten Konawe, Kolaka, Konawe Selatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat manusia. Pengertian lahan dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998), yaitu : Lahan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam tampak semakin meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh proses alam maupun manusia itu sendiri. Kerugian langsung berupa korban jiwa, harta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1997) penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan lahan juga diartikan sebagai setiap

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Yogyakarta, 21 September 2012 BAPPEDA DIY Latar Belakang UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Kondisi Geomorfologi Bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses endogen adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Curah Hujan Data curah hujan sangat diperlukan dalam setiap analisis hidrologi, terutama dalam menghitung debit aliran. Hal tersebut disebabkan karena data debit aliran untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan

Lebih terperinci

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA PULAU BALI 1. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" -

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh 1 Hairul Basri, 2 Syahrul, 3,4 *Rudi Fadhli 1 Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah

Lebih terperinci

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR BENTUK LAHAN MAYOR BENTUK LAHAN MINOR KETERANGAN STRUKTURAL Blok Sesar Gawir Sesar (Fault Scarp) Gawir Garis Sesar (Fault Line Scarp) Pegunungan Antiklinal Perbukitan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun 1621, 1654 dan 1918, kemudian pada tahun 1976, 1997, 2002 dan 2007. Banjir di Jakarta yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air BAB I PENDAHULUAN I. Umum Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Biru terletak di Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Kecamatan Purwantoro dan Kecamatan Bulukerto. Lokasinya terletak di bagian lereng

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh : Sri Harjanti W, 0606071834 PENDAHULUAN Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan wilayah tata air dan ekosistem yang di dalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK i UCAPAN TERIMA KASIH ii DAFTAR ISI iii DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR TABEL viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1) A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Cisangkuy merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hulu yang terletak di Kabupaten Bandung, Sub DAS ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan peristiwa alam yang tidak bisa dicegah namun bisa dikendalikan. Secara umum banjir disebabkan karena kurangnya resapan air di daerah hulu, sementara

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAS TERPADU

PENGELOLAAN DAS TERPADU PENGELOLAAN DAS TERPADU PENGELOLAAN DAS 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Monitoring dan Evaluasi 4. Pembinaan dan Pengawasan 5. Pelaporan PERENCANAAN a. Inventarisasi DAS 1) Proses penetapan batas DAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir

LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir LAMPIRAN DATA Lampiran 1. Matriks Pendapat Gabungan Berdasarkan Kriteria Faktor Utama Penyebab Banjir Faktor Penyebab Banjir ta 1 ta 2 ta 3 ta 4 RG VP Curah hujan 0.315 0.057 0.344 0.359 0.217 0.261 Jenis

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM WILAYAH

III. KEADAAN UMUM WILAYAH III. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Letak dan Luas Wilayah KPH Wilayah KPHP Maria Donggomasa berdasarkan administrasi pemerintahannya berada di dua Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat Yaitu : 1. Kota Bima, meliputi

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK DAS Citarum merupakan DAS terpanjang terbesar di Jawa Barat dengan area pengairan meliputi Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Bekasi, Cianjur, Indramayu,

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN CIMANDIRI

DAERAH ALIRAN CIMANDIRI DAERAH ALIRAN CIMANDIRI Oleh : Alfaris, 0606071166 Departemen Geografi- FMIPA UI Pendahuluan Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang dibatasi oleh topografi dimana iar yang berada di wilayah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan bagian bentang alam (landscape) yang mencakup komponen fisik yang terdiri dari iklim, topografi (relief), hidrologi dan keadaan vegetasi alami (natural

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan menegaskan bahwa air beserta sumber-sumbernya, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perbandingan Data Elevasi 1. DEM dan Kontur BIG Perbandingan antara data elevasi DEM dan Kontur BIG disajikan dalam perbandingan 100 titik tinjauan elevasi yang tersebar merata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penggunaan Lahan Sawah dan Tegalan di Kabupaten Bogor Penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 1990, 2001, 2004, dan 2008 masih didominasi oleh lahan pertanian yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, pasal 6 ayat (1), disebutkan bahwa Penataan Ruang di selenggarakan dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek, diantaranya menurut kamus penataan ruang dan wilayah,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan sektor pertanian yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya melaksanakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hubungan Curah Hujan dengan Koefisien Regim Sungai (KRS) DAS Ciliwung Hulu Penggunaan indikator koefisien regim sungai pada penelitian ini hanya digunakan untuk DAS Ciliwung

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan lahan untuk pembangunan berbagai sektor berbasis lahan.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan lahan untuk pembangunan berbagai sektor berbasis lahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengguna lahan maupun penentu kebijakan di Indonesia dihadapkan pada tantangan agar pembangunan di berbagai bidang dapat terus dilakukan, dengan tanpa mengorbankan

Lebih terperinci

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4

Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4 Analisis Sedimentasi Sungai Jeneberang Menggunakan Citra SPOT-4 Andi Panguriseng 1, Muh. Altin Massinai 1, Paharuddin 1 1 Program Studi Geofisika FMIPA Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu kejadian dan fenomena baik alam non alam dan sosial yang terjadi di kehidupan manusia. Itu terjadi dikarenakan proses alam dan tatanan kehidupan

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan wilayah yang dikelilingi dan dibatasi oleh topografi alami berupa punggung bukit atau pegunungan, dan presipitasi yang jatuh di

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Morfometri Sungai Berdasarkan hasil pengukuran morfometri DAS menggunakan software Arc-GIS 9.3 diperoleh panjang total sungai di Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Sekayu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009, DAS adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak

Lebih terperinci