LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI UNTUK URBAN POVERTY PROGRAM DAN KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI UNTUK URBAN POVERTY PROGRAM DAN KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT"

Transkripsi

1 LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI UNTUK URBAN POVERTY PROGRAM DAN KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT NAGARADANA RAKCA DIREKTORAT EVALUASI, AKUNTANSI DAN SETELMEN SUBDIREKTORAT MONITORING DAN EVALUASI PHLN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2 EXECUTIVE SUMMARY Urban Poverty Program (UPP) dan Kecamatan Development Project (KDP) merupakan pinjaman Bank Dunia yang bertujuan untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan melalui penguatan kelembagaan masyarakat, pemberdayaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal serta penguatan kelembagaan masyarakat. Selama kurun waktu pelaksanaan pinjaman, UPP dan KDP dianggap telah berhasil dan cukup efektif dalam penanggulangan kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat. Dalam rangka mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu, maka kegiatan UPP dan KDP akan dijadikan model pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, terhadap pinjaman untuk UPP II dan KDP 3a telah dilakukan perluasan program dengan melakukan penambahan dana pinjaman dalam rangka mendukung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2006 yang lalu. Pada tanggal Juli 2007 telah dilaksanakan kunjungan on-site ke lokasi kegiatan UPP dan KDP di 6 kota/kabupaten yang dipilih secara sampel dan diharapkan dapat diperoleh informasi dan masukan yang dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan PNPM nantinya. Adapun hal-hal yang ditemui dan menjadi kendala-kendala dalam pelaksanaan UPP dan KDP antara lain masalah penetapan lokasi dan alokasi dana BLM, kurang siapnya Pemerintah Daerah dalam mengalokasikan dana pendukung dalam APBD, biaya operasional konsultan yang relatif rendah, proses pendampingan yang kurang maksimal karena kurangnya tenaga fasilitator, dan adanya interpretasi KPPN yang berbeda-beda tentang tata cara pencairan dana serta kurang siapnya Pemda mengambilalih tanggung jawab pelaksanaan pemberdayaan masyarakat setelah Program UPP dan KDP berakhir. Rencana tindak yang perlu dilakukan meliputi percepatan penetapan lokasi dan alokasi dana sehingga Pemerintah Daerah mempunyai cukup waktu untuk menyediakan dana pendukung dalam APBD, perlunya penambahan tenaga fasilitator dengan memperhatikan letak geografis dan tingkat kesulitan pada daerah terisolasi, perlunya sosialisasi dan persamaan persepsi kepada KPPN tentang tata cara pencairan dana pinjaman dan mendorong Pemda dapat secara ektif dalam proses pengambilalihan tanggung jawab pemberdayaan masyarakat setelah Program UPP dan KDP berakhir. Berdasarkan hasil monitoring tersebut, perlu dilakukan koordinasi masing-masing pihak sehingga apabila ada hambatan dan kendala dapat segera diatasi. Disamping itu, untuk pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Pemerintah Pusat hendaknya dapat mengadopsi proses-proses yang dilakukan seperti pada UPP dan KDP yang telah terbukti cukup baik dan efektif.

3 DAFTAR ISI EXECUTIVE SUMMARY I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tujuan I. GAMBARAN UMUM 1. Urban Poverty Program (UPP) Kecamatan Development Project (KDP)... 7 II. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT 1. Urban Poverty Program (UPP) Kecamatan Development Project (KDP) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).. 11 IV KESIMPULAN DAFTAR LAMPIRAN

4 LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI UNTUK URBAN POVERTY PROGRAM DAN KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Untuk memenuhi amanat sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri Bab VII pada Pasal 23 dan 24, telah ditetapkan Sub Direktorat Monitoring dan Evaluasi PHLN, Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 466/KMK/01/2006 tanggal 13 Juli Sesuai pasal 1271 KMK tersebut, Subdit Monitoring dan Evalusi PHLN melaksanakan tugas untuk mengumpulkan bahan bagi pemantauan kinerja perkembangan pelaksanaan pinjaman dan hibah luar negeri; melakukan analisis terhadap perkembangan pelaksanaan pinjaman dan hibah luar negeri; melakukan evaluasi terhadap cakupan pencairan pinjaman dan efektifitas pinjaman dan hibah luar negeri. Berbagai permasalahan yang sering ditemui dalam pelaksanaan pengelolaan pinjaman dan hibah luar negeri adalah relatif rendahnya daya serap dana pinjaman sehingga dapat berdampak pada sering dilakukannya perpanjangan loan/grant closing date, sehingga dari segi biaya (cost of borrowing) baik berupa commitment fee maupun interest rate akan terjadi peningkatan di samping keterlambatan penyelesaian kegiatan dan pencapaian target serta adanya opportunity lost dalam peningkatan pendapatan nasional. Permasalahan tersebut apabila tidak segera ditangani secara sistematis akan menjadi hambatan tersendiri yang berakibat pada tidak efisien dan efektifnya suatu pinjaman/hibah luar negeri. Untuk mengetahui dan memantau perkembangan dan permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan yang dibiayai pinjaman/hibah luar negeri, maka pada tanggal Juli 2007 telah dilaksanakan kunjungan on-site secara sampel di 6 kabupaten/kota lokasi kegiatan yaitu : - Urban Poverty Program di Kabupetan/Kota Bukittinggi, Makasar dan Jombang. - Kecamatan Development Project di Kabupaten/Kota Solok, Jombang, Maros dan Jayapura

5 2. Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan monitoring terhadap Urban Poverty Program dan Kecamatan Development Project ini adalah: a. Mengetahui sejarah pelaksanaan pinjaman UPP dan KDP sebagai bahan dalam persiapan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) b. Mengetahui perkembangan tingkat penyerapan kegiatan yang dibiayai dari pinjaman luar negeri. c. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di daerah sehingga diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pelaksanaan PNPM. d. Menyusun alternatif pemecahan terhadap masalah yang dihadapi.

6 II. GAMBARAN UMUM 1. Urban Poverty Program (UPP) / Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) 1.1. Deskripsi lengkap terms and conditions Loan/Credit UPP sebagaimana tabel 1 terlampir Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) merupakan program pemerintah yang secara substansi berupaya dalam penanggulangan kemiskinan melalui konsep memberdayakan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat, sehingga dapat terbangun "gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan", yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsipprinsip universal. Program UPP/P2KP ini dibiayai melalui pinjaman Bank Dunia (IDA Credit dan IBRD Loan) yaitu: a) IBRD Loan No IND/IDA Credit No IND (UPP II) sebesar USD 29,500,000 dan SDR 55,713,000 b) IBRD Loan No IND/IDA Credit No IND (UPP III) sebesar USD 67,300,000 dan SDR 47,400, Tujuan yang hendak dicapai dari P2KP adalah: Terbangunnya lembaga masyarakat berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan berorientasi pembangunan berkelanjutan, yang aspiratif, representatif, mengakar, mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin, mampu memperkuat aspirasi/suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan lokal, dan mampu menjadi wadah sinergi masyarakat dalam penyelesaian permasalahan yang ada di wilayahnya; Meningkatnya akses bagi masyarakat miskin perkotaan ke pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan (modal), termasuk membangun kerjasama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait, dengan menciptakan kepercayaan pihak-pihak terkait tersebut terhadap lembaga masyarakat (BKM); Mengedepankan peran Pemerintah kota/kabupaten agar mereka makin mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin, baik melalui pengokohan Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) di wilayahnya, maupun kemitraan dengan masyarakat serta kelompok peduli setempat.

7 1.4. Berdasarkan data DMFAS, tingkat penyerapan dana P2KP/UPP adalah sebagai berikut: IDA Credit (SDR) IBRD Loan (USD) No. Project Credit Amount DSB UN-DSB Loan Amount DSB UN-DSB 1. UPP II UPP III Dari tabel tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa : a. UPP II, dalam kurun waktu pelaksanaan selama 5,5 tahun(closing date 30 Juni 2008), tingkat realisasi penarikan dana pinjaman/actual Disbursement Ratio (ADR) mencapai 99,51% (IDA Credit) dan 86.59% (IBRD Loan), dan Expected Disbursement Ratio (EDR) sebesar 84.42% (IDA Credit) dan 84,67% (IBRD Loan) dengan Progress Varian (PV) masing-masing sebesar 15,09% dan 1.92%. b. UPP III, dalam kurun waktu pelaksanaan selama 2 tahun (closing date 31 Maret 2011), tingkat realisasi penarikan dana pinjaman/actual Disbursement Ratio (ADR) mencapai 72.62% (IDA Credit) dan 12,39% (IBRD Loan), dan Expected Disbursement Ratio (EDR) sebesar 36,21% (IDA Credit) dan 36.21% (IBRD Loan) dengan Progress Varian (PV) masing-masing sebesar 35,41% dan 23,82%. 2. Kecamatan Development Project (KDP) / Proyek Pengembangan Kecamatan (PPK) 2.1. Deskripsi lengkap terms and conditions Loan/Credit KDP sebagaimana tabel 2 terlampir KDP/PPK ini dibiayai melalui pinjaman Bank Dunia (IDA Credit dan IBRD Loan) yaitu: a. IBRD Loan/IDA Credit No. 4330/3453-IND : KDP 1 (telah closing date tanggal 31 Desember 2002) sebesar USD 225,000,000 dan SDR 37,810,000 b. IBRD Loan/IDA Credit No. 4627/3535-IND : KDP 2 sebesar USD 208,900,000 dan SDR 87,500,000 c. IBRD Loan/IDA Credit No.4710/3806-IND KDP 3a Slicing 1 sebesar USD 45,500,000 dan SDR 32,160,000 d. IBRD Loan/IDA Credit No. 4771/4045-IND KDP 3b Slicing 2 sebesar USD 80,000,000 dan SDR 51,650, Tujuan yang hendak dicapai dalam Program KDP ini meliputi: i. Terbangunnya lembaga masyarakat berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan berorientasi pembangunan berkelanjutan, yang aspiratif, representatif, mengakar,

8 mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin, mempu memperkuat aspirasi/suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan lokal, dan mampu menjadi wadah sinergi masyarakat dalam penyelesaian permasalahan yang ada di wilayahnya. ii. Meningkatkan akses masyarakat miskin perkotaan ke pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan, termasuk membangun kerja sama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait dengan menciptakan kepercayaan pihak-pihak terkait tersebut ke lembaga masyarakat (BKM) iii. Mengedepankan peran Pemkab/kota agar makin mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin, baik melalui pengkokohan Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) di wilayahnya maupun kemitraan dengan masyarakat serta kelompok peduli Berdasarkan data DMFAS, tingkat penyerapan dana KDP adalah sebagai berikut: IDA Credit (SDR) IBRD Loan (USD) No. Project Credit Amount DSB UN-DSB Loan Amount DSB UN-DSB 1. KDP KDP 3a KDP 3b Dari tabel tersebut di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa : a. KDP 2, dalam kurun waktu pelaksanaan selama + 5,5 tahun (closing date 31 Desember 2007), tingkat realisasi penarikan dana pinjaman/actual Disbursement Ratio (ADR) mencapai 99,07% (IDA Credit) dan 98.58% (IBRD Loan), dan Expected Disbursement Ratio (EDR) sebesar 94.04% (IDA Credit) dan 80.74% (IBRD Loan) dengan Progress Varian (PV) masing-masing sebesar 5,03% dan 17.84%. b. KDP 3a, dalam kurun waktu pelaksanaan selama + 3 tahun (closing date 31 Desember 2008), tingkat realisasi penarikan dana pinjaman/actual Disbursement Ratio (ADR) mencapai 98.25% (IDA Credit) dan 98.58% (IBRD Loan), dan Expected Disbursement Ratio (EDR) sebesar 68,74% (IDA Credit) dan 80.74% (IBRD Loan) dengan Progress Varian (PV) masing-masing sebesar 29.51% dan 17.84%. c. KDP 3b dalam kurun waktu pelaksanaan selama 2 tahun (closing date 31 Desember 2008), tingkat realisasi penarikan dana pinjaman/actual Disbursement Ratio (ADR) mencapai 80.09% (IDA Credit) dan 46.82% (IBRD Loan), dan Expected Disbursement Ratio (EDR) sebesar 60.02% (IDA Credit) dan 60.02% (IBRD Loan) dengan Progress Varian (PV) masing-masing sebesar 20,07% dan 13,20%.

9 III. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT 1. Urban Poverty Program (UPP) / Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) 1.1. Dalam pelaksanaan kunjungan Tim Monitoring dan Evaluasi PHLN yang beranggotakan perwakilan dari Direktorat Evaluasi, Akuntansi dan Setelmen dan Direktorat Pinjaman dan Hibah Luar Negeri telah dilakukan serangkaian pertemuan dengan instansi pemerintah daerah, Koordinator Majamenen Wilayah (KMW) dan Koordinator Kota (Korkot) serta tenaga fasilitator pendamping masyarakat. Selain itu, Tim Monitoring juga bertemu langsung dengan masyarakat penerima manfaat (Badan Keswadayaan Masyarakat/BKM) Dalam pertemuan dimaksud, diperoleh beberapa informasi dan masukan terhadap pelaksanaan Program P2KP yaitu: a. Tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan UPP telah menampakkan hasil yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari semakin tumbuhnya sifat kritis dalam masyarakat dan semakin meningkatnya partisipasi masyarakat untuk berinisiatif membangun daerahnya dan adanya rasa memiliki hasil kegiatan yang telah dilaksanakan. b. Faktor penghambat dalam pelaksanaan program UPP antara lain: (i) Adanya kesalahan dalam pengalokasian dana dalam DIPA (khususnya pada TA 2007 ini) sehingga di beberapa kabupeten/kota alokasi dananya kurang, sedangkan di kabupaten/kota lainnya berlebih. Atas kesalahan pengalokasian tersebut diperlukan adanya revisi DIPA yang memerlukan waktu. (ii) Berkenaan dengan belum selesainya revisi DIPA tersebut, saat ini BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) selaku penerima dana/manfaat belum dapat melakukan penarikan dana BLM Tahap II sehingga mengganggu pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat. (iii) Kekurangsiapan Pemerintah Daerah untuk mengambil alih meneruskan program pemberdayaan masyarakat dengan pola UPP setelah kegiatan UPP selesai Rencana tindak lanjut: b. Perlunya percepatan revisi perubahan DIPA 2007 sehingga proses pelaksanaan pencairan dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) dapat segera dilakukan. c. Pihak executing agency perlu mendorong Pemerintah Daerah untuk secara aktif dapat melakukan pengambilalihan tanggung jawab pelaksanaan

10 pemberdayaan masyarakat setelah UPP berakhir. Hal ini diperlukan agar hasil-hasil yang telah dicapai khususnya dalam hal proses pembelajaran tentang pemberdayaan masyarakat dapat terus berjalan secara berkelanjutan. 2. Kecamatan Development Project (KDP) / Program Pengembangan Kecamatan (PPK) 2.1. Dalam kunjungan on-site ke lokasi KDP, Tim Monitoring dan Evaluasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri melakukan pertemuan dengan pejabat Pemerintah Kabupaten peserta KDP, Konsultan Manajemen Propinsi, Konsultan Manajemen Kabupaten. Selain itu, juga melakukan kunjungan ke distrik/kecamatan penerima program KDP dan melakukan pertemuan dengan fasilitator kecamatan, Kepala Distrik/Camat dan tokoh masyarakat setempat Dalam serangkaian pertemuan dimaksud, diperoleh informasi dan masukan sebagai berikut: a. Masyarakat peserta Program KDP sangat antusias serta ikut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan kegiatan. b. Masyarakat berharap agar pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan oleh Pemerintah Pusat dapat mengadopsi Program KDP dengan melibatkan secara langsung peran serta masyarakat. c. Tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan KDP telah menampakkan hasil yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari semakin terbukanya aksesakses perekonomian antar desa/kecamatan, partisipasi masyarakat yang semakin meningkat dalam setiap tahapan kegiatan, tumbuhnya kembali budaya gotong royong, pengelolaan kegiatan yang semakin transparan dan timbulnya sikap kritis masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan. d. Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan Program KDP antara lain: (i) (ii) (iii) Dalam rangka tugas pendampingan masyarakat, tenaga fasilitator kecamatan sebagai ujung tombak Pemerintah memegang peranan yang sangat penting dalam pemberdayaan masyarakat. Namun dalam melaksanakan tugas pendampingan tersebut, biaya operasioanl bagi konsultan/fasilitator sangat kecil, sehingga tidak mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari terutama untuk daerah yang sangat terpencil dan terisolasi. Belum adanya upaya Pemerintah Daerah dalam pelestarian program KDP selanjutnya. Dalam pelaksanaan kegiatan KDP ini, khususnya mengenai penetapan biaya operasional yang dikelola oleh Unit Pengelola Kegiatan, masyarakat berpendapat bahwa besaran dana yang ditetapkan (2% dari jumlah dana yang dikelola) sudah tidak mencukupi dan relatif sangat kecil. Untuk itu, masyarakat berhadap agar Pengelola Kegiatan di Pusat dapat mempertimbangkannya kembali.

11 (iv) Khusus untuk pelaksanaan KDP di Propinsi Papua, kriteria pembagian dana KDP sangat merugikan Propinsi Papua antara lain jumlah penduduk yang relatif sangat kecil dan tidak diperhitungkannya tingkat kesulitan geografis lokasi kegiatan. Selain itu, hambatan yang dijumpai adalah jumlah tenaga konsultan dan fasilitator yang sangat sedikit, sedangkan daerah yang dijadikan sasaran pendampingan sangat sulit untuk dijangkau dan terisolir. (v) (vi) 2.3. Rencana tindak lanjut Dalam penetapan lokasi dan alokasi dana per kecamatan sebagai sasaran kegiatan sering berubah-ubah sehingga menghambat proses pelaksanaannya. Hal ini akibat harus menunggu penetapan lokasi secara definitif. Selain itu, Pemerintah Kabupaten mengalami kesulitan dalam penyediaan dana cost sharring dalam APBD. Intepretasi KPPN yang berbeda-beda dalam proses pencairan dana sering menjadi hambatan tersendiri baik bagi pelaksana kegiatan maupun bagi masyarakat penerima manfaat Dalam hal penentuan alokasi dan lokasi kegiatan agar dilakukan sebelum daerah menyusun RAPBD, hal ini berkenaan dengan kesiapan daerah dalam pengalokasian dana cost sharring Khusus untuk Papua, agar diperhatikan karakteristik daerah tersebut sehingga dalam memutuskan pelaksanaan program KDP tidak dapat dilaksanakan secara umum dan perlakuannya sama dengan daerah lain seperti Pulau Jawa misalnya Perlunya duduk bersama-sama untuk mendiskusikan mengenai penetapan biaya operasional bagi tenaga konsultan dan fasilitator, mengingat perannya yang sangat penting dalam pelaksanaan kegiatan KDP. Hal ini diperlukan agar tenaga konsultan dan fasilitator dapat bekerja lebih keras tanpa harus dibebani masalah biaya hidup Perlunya dukungan Pemerintah Daerah dalam pelestarian dan kesinambungan pelaksanaan Program KDP selanjutnya seperti penetapan Perda atau Keputusan Bupati yang mengatur tentang pelestarian Program KDP Perlunya sosialisasi ke daerah-daerah termasuk KPPN sebagai salah satu pelaksana dalam proses pencairan dana mengenai peraturan dan tata cara pencairan dana; 3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Pada tanggal 16 Agustus 2006, Presiden Republik Indonesia telah mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) guna percepatan penanggulangan kemiskinan secara terpadu. Untuk itu, Pemerintah telah memutuskan untuk melakukan perluasan program pemberdayaan masyarakat yang selama ini dianggap cukup efektif dalam penanggulangan

12 kemiskinan. Sebagai tahap awal, pada TA 2007 ini, perluasan PNPM akan dimulai dar UPP II dan KDP 3b Dalam rangka mendukung pelaksanaan PNPM tersebut, Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia (IDA Credit) telah sepakat melakukan penambahan dana pinjaman dengan melakukan penandatanganan 2 Credit Agreement yaitu pada tanggal 25 Mei 2007 untuk No IND (Kecamatan Development Program Phase 3b) sebesar SDR 81,950,000 dan pada tanggal 7 Juni 2007 untuk No IND (Urban Poverty Program II) sebesar SDR 89,550,000. Saat ini, kedua Credit Agreement dimaksud dalam proses persiapan pengefektifan (diharapkan akan efektif pada September 2007) Namun demikian, untuk persiapan pelaksanaan PNPM, kondisi yang ditemui saat ini di lapangan adalah masyarakat awam belum dapat memahami secara baik bahwa pelaksanaan PNPM merupakan perluasan UPP dan KDP dan akan dilakukan dengan mengadopsi proses-proses yang dilaksanakan dalam UPP dan KDP tersebut. Untuk itu, diperlukan adanya sosialisasi kepada masyarakat sehingga timbul pemahaman yang lebih baik Salah satu masukan dari tenaga fasilitator di lapangan untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat adalah perlunya pencetakan kembali brosurbrosur yang dapat mempermudah penggambaran tentang pelaksanaan PNPM sebagai kelanjutan dari Program KDP dan UPP sehingga diharapkan pemahaman masyarakat tentang PNPM dapat lebih baik.

13 IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pinjaman Bank Dunia untuk UPP dan KDP dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dibiayai pinjaman berjalan dengan baik. Hal ini tergambar dari perhitungan Actual Disbursement Ration (ADR), Expected Disbursement Ratio (EDR) dan Progres Varian (PV) yang sangat baik sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan UPP dan KDP telah menampakkan hasil yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari semakin terbukanya akses-akses perekonomian antar desa/kecamatan, partisipasi masyarakat yang semakin meningkat dalam setiap tahapan kegiatan, tumbuhnya kembali budaya gotong royong, pengelolaan kegiatan yang semakin transparan dan timbulnya sikap kritis masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan. Bercermin dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran pemberdayaan masyarakat pada UPP dan KDP tersebut di atas, kiranya dapat mengadopsi proses-proses yang telah dilakukan pada kegiatan UPP dan KDP sehingga masyarakat merasa ikut memiliki program dimaksud dan selanjutnya ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam usaha untuk pengentasan kemiskinan. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, Pemerintah melalui Presiden Republik Indonesia pada tanggal 16 Agustus 2006 telah mencanangkan Program Nasional Permberdayaan Masyarakat (PNPM). Dalam rangka mensukseskan kegiatan PNPM tersebut, Pemerintah telah menetapkan perluasan sasaran program dengan melakukan penambahan dana melalui pinjaman Bank Dunia untuk UPP 2 dan KDP3a dalam rangka percepatan pengentasan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan Untuk mendukung suksesnya pelaksanaan PNPM tersebut diperlukan pemantauan secara berkelanjutan atas implementasi PNPM di daerah, sehingga diharapkan dapat berjalan lebih baik dan semakin mempercepat keberhasilan pencapaian pengentasan kemiskinan dalam masyarakat.

14 Tabel 1 Deskripsi Credit/Loan UPP Second Urban Poverty Program IDA Credit IBRD Loan a. Project Name : Second Urban Poverty Program (UPP II) b. Credit/Loan No : 3658-IND 4664-IND c. Terms and Conditions - Grace Period : 10 tahun 5 tahun - Maturity : 35 tahun 20 tahun - Font End Fee : - 1 % - Commitment Fee : 0.5% pa 0.75% pa - Interest Rate : - LIBOR Base Rate + LIBOR Total Spread - Service Charge : 0.75% pa d. Signing Date : 20 Agustus 2002 e. Effective Date : 20 Desember 2002 f. Closing Date : 30 Juni 2008 g. Mekanisme penarikan dana : Reksus h. Loan Amount : SDR 55,713,000 USD 29,500,000 i. Initial Deposit : Proyeksi kebutuhan 6 bulan j. Executing Agency : Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum k. Lokasi kegiatan : DKI Jakarta, Kalbar, Karteng, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulsel, Sultra, NTB, Banten, Jateng, Jatim, Jabar, DIY dan NAD Third Urban Poverty Program IDA Credit IBRD Loan a. Project Name : Third Urban Poverty Program (UPP III) b. Credit/Loan No : 4063-IND 4779-IND c. Terms and Conditions - Grace Period : 10 tahun 5 tahun - Maturity : 35 tahun 20 tahun - Font End Fee : - 1 % - Commitment Fee : 0.5% pa 0.75% pa - Interest Rate : - LIBOR Base Rate + LIBOR Total Spread - Service Charge : 0.75% pa d. Signing Date : 2 Agustus 2005 e. Effective Date : 28 Oktober 2005 f. Closing Date : 31 Maret 2011 g. Mekanisme penarikan dana : Reksus h. Loan Amount : SDR 47,400,000 USD 29,500,000 i. Initial Deposit : Proyeksi kebutuhan 6 bulan j. Executing Agency : Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum k. Lokasi kegiatan : NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Kep. Babel, Kep. Riau, NTT, Kaltim, Maluku, Maluku Utara dan Papua

15 Tabel 2 Deskripsi Credit/Loan KDP Second Kecamatan Development Program IDA Credit IBRD Loan a. Project Name : Second Kecamatan Development Program (KDP 2) b. Credit/Loan No : 3535-IND 4627-IND c. Terms and Conditions - Grace Period : 10 tahun 5 tahun - Maturity : 35 tahun 20 tahun - Font End Fee : - 1 % - Commitment Fee : 0.5% pa 0.75% pa - Interest Rate : - LIBOR Base Rate + LIBOR Total Spread - Service Charge : 0.75% pa d. Signing Date : 30 Agustus 2001 e. Effective Date : 30 November 2001 f. Closing Date : 31 Desember 2006 (orgnl) diperpanjang 31 Desember 2007 g. Mekanisme penarikan dana : Reksus h. Loan Amount : SDR 87,500,000 USD 208,900,000 i. Initial Deposit : Proyeksi kebutuhan 6 bulan j. Executing Agency : Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Depdagri k. Lokasi kegiatan : Sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, NTT, Kalteng, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulsel, Sulbar, Sultra, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irjabar Third Kecamatan Development Program Slincing 1 (KDP 3a) IDA Credit IBRD Loan a. Project Name : Third Kecamatan Development Program Slicing 1 (KDP3a) b. Credit/Loan No : 3806-IND 4710-IND c. Terms and Conditions - Grace Period : 10 tahun 5 tahun - Maturity : 35 tahun 20 tahun - Font End Fee : - 1 % - Commitment Fee : 0.5% pa 0.75% pa - Interest Rate : LIBOR Base Rate + LIBOR Total Spread - Service Charge : 0.75% pa d. Signing Date : 2 Juni 2004 e. Effective Date : 2 September 2004 f. Closing Date : 31 Desember 2008 g. Mekanisme penarikan dana : Reksus h. Loan Amount : SDR USD i. Initial Deposit : Proyeksi kebutuhan 6 bulan j. Executing Agency : Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Depdagri k. Lokasi kegiatan : Sumut, Sumbar, Riau, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, NTT, Kalteng, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulsel, Sulbar, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irjabar.

16 Third Kecamatan Development Program Slicing 2 (KDP 3b) IDA Credit IBRD Loan a. Project Name : Third Kecamatan Development Program Slicing 2 (KDP3b) b. Credit/Loan No : 4045-IND 4771-IND c. Terms and Conditions - Grace Period : 10 tahun 5 tahun - Maturity : 35 tahun 20 tahun - Font End Fee : - 1 % - Commitment Fee : 0.5% pa 0.75% pa - Interest Rate : LIBOR Base Rate + LIBOR Total Spread - Service Charge : 0.75% pa d. Signing Date : 2 Agustus 2005 e. Effective Date : 2 November 2005 f. Closing Date : 31 Desember 2008 g. Mekanisme penarikan dana : Reksus h. Loan Amount : SDR USD i. Initial Deposit : Proyeksi kebutuhan 6 bulan j. Executing Agency : Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Depdagri k. Lokasi kegiatan : Sumut, Sumbar, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumsel, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng, Kalsel, Kaltim, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulsel, Sulbar, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Irjabar

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT DISUSUN OLEH : DIREKTORAT EVALUASI, AKUNTANSI DAN SETELMEN SUBDIREKTORAT MONITORING DAN EVALUASI

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI SECOND EASTERN INDONESIA REGION TRANSPORT PROJECT (EIRTP II)

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI SECOND EASTERN INDONESIA REGION TRANSPORT PROJECT (EIRTP II) LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI SECOND EASTERN INDONESIA REGION TRANSPORT PROJECT (EIRTP II) DISUSUN OLEH : DIREKTORAT EVALUASI, AKUNTANSI DAN SETELMEN SUBDIREKTORAT

Lebih terperinci

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PELAKSANAAN PENYALURAN 1. Penyaluran melalui KPPN dilaksanakan berdasarkan PMK nomor 112/PMK.07/2017 tentang Perubahan PMK nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

STATUS : 18 AGUSTUS 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

STATUS : 18 AGUSTUS 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DI LINGKUNGAN DITJEN CIPTA KARYA STATUS : 18 AGUSTUS 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 1 PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN CIPTA KARYA TAHUN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI DISAMPAIKAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM SOSIALISASI

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH

DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH DESKRIPTIF STATISTIK PONDOK PESANTREN DAN MADRASAH DINIYAH Deskriptif Statistik Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pendataan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Tahun 2007-2008 mencakup 33 propinsi,

Lebih terperinci

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012

PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 No Kode PAGU SATUAN KERJA DITJEN BINA MARGA 2012 Nama Satuan Kerja Pagu Dipa 1 4497035 DIREKTORAT BINA PROGRAM 68,891,505.00 2 4498620 PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI JATENG 422,599,333.00

Lebih terperinci

STATUS : 15 JULI 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

STATUS : 15 JULI 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA KEMAJUAN PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DI LINGKUNGAN DITJEN CIPTA KARYA STATUS : 15 JULI 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA 1 PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN CIPTA KARYA TAHUN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung

Propinsi Kelas 1 Kelas 2 Jumlah Sumut Sumbar Jambi Bengkulu Lampung 2.11.3.1. Santri Berdasarkan Kelas Pada Madrasah Diniyah Takmiliyah (Madin) Tingkat Ulya No Kelas 1 Kelas 2 1 Aceh 19 482 324 806 2 Sumut 3 Sumbar 1 7-7 4 Riau 5 Jambi 6 Sumsel 17 83 1.215 1.298 7 Bengkulu

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 16/PB/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENCAIRAN DANA PINJAMAN LOAN IBRD

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI JRF Grant TF-090014 IND (Community-Based Settement Rehabilitation and Reconstruction Project for Central and west Java and Yogyakarta

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN USK FMR

LAPORAN KEMAJUAN USK FMR LAPORAN KEMAJUAN USK FMR (Periode Agustus 2009).. A. Kemajuan Kegiatan Kemajuan atas pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan pada Bulan Agustus 2009 khususnya terkait dengan menagemen pengelolaan dana

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 36 /PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENCAIRAN DANA LOAN/CREDIT IBRD/IDA NO. 4790-IND/4078-IND

Lebih terperinci

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 Penilaian Status Capaian Pelaksanaan Kegiatan/ Program Menurut e-monev DJA CAPAIAN KINERJA

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DKI JAKARTA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH KINERJA TATA KELOLA PROVINSI ACEH SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO KINERJA TATA KELOLA PROVINSI GORONTALO SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 Workshop Perencanaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2015

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

Historical cakupan lokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan

Historical cakupan lokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan Historical cakupan lokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan A. Tahun 2006 Pada tahun 2006 merupakan lokasi P2KP yang terdiri dari lokasi P2KP-I, P2KP-II DAN P2KP-III. Adapun pembagian lokasi sasaran adalah

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULTENG SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SUMATERA SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY KINERJA TATA KELOLA PROVINSI DIY SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

DATA INSPEKTORAT JENDERAL

DATA INSPEKTORAT JENDERAL DATA INSPEKTORAT JENDERAL 1. REALISASI AUDIT BERDASARKAN PKPT TAHUN 2003-2008 No. Tahun Target Realisasi % 1 2 3 4 5 1 2003 174 123 70,69 2 2004 174 137 78,74 3 2005 187 175 93,58 4 2006 215 285 132,55

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR KINERJA TATA KELOLA PROVINSI JAWA TIMUR SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BENGKULU SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT KINERJA TATA KELOLA PROVINSI PAPUA BARAT SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT BAMBANG WIDIANTO DEPUTI BIDANG KESRA KANTOR WAKIL PRESIDEN RI APRIL, 2010 KLASTER 1: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN KELUARGA/RUMAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN

KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN STRATEGIS PNPM MANDIRI KE DEPAN DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN SELAKU SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LAND MANAGEMENT AND POLICY DEVELOPMENT PROJECT (LMPDP)

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LAND MANAGEMENT AND POLICY DEVELOPMENT PROJECT (LMPDP) LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI LAND MANAGEMENT AND POLICY DEVELOPMENT PROJECT (LMPDP) DISUSUN OLEH : DIREKTORAT EVALUASI, AKUNTANSI DAN SETELMEN SUBDIREKTORAT MONITORING

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/11/18.Th.V, 5 November 2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN III-2015 DAN PERKIRAAN TRIWULAN IV-2015 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN III-2015 SEBESAR

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BALI SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat ini

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI BANTEN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif. Pada saat

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI

PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI PENYELENGGARAAN PROGRAM DI TINGKAT PROVINSI INPUT Kebijakan nasional Peraturan dan perundangan Pedoman /Juknis/Juklak Kurmod Bahan Advokasi Kit Pelatihan, Sosialisasi, Orientasi, Pembinaan Pencatatan dan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN CIPTA KARYA TAHUN ANGGARAN 2009

PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN CIPTA KARYA TAHUN ANGGARAN 2009 PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN CIPTA KARYA TAHUN ANGGARAN 2009 STATUS : 25 MEI 2009 TOTAL DITJEN CIPTA KARYA TAHUN ANGGARAN 2009 SEBESAR Rp. 8,830 TRILIUN (RUPIAH MURNI Rp. 5,324 TRILIUN DAN PLN Rp. 3,506

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PETUGAS PENGAMAT OPT PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Pelatihan

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1.

Lebih terperinci

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN KINERJA TATA KELOLA PROVINSI SULAWESI SELATAN SEKILAS TENTANG IGI Indonesia Governance Index (IGI) adalah pengukuran kinerja tata kelola pemerintahan (governance) di Indonesia yang sangat komprehensif.

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Maret Wilayah II. (OC 5 s/d OC 9)

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Maret Wilayah II. (OC 5 s/d OC 9) Wilayah II KMP Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut Papua Barat Papua Pendahuluan Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Maret

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2016 SEBESAR 101,55

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN USK FMR

LAPORAN KEMAJUAN USK FMR LAPORAN KEMAJUAN USK FMR (Periode Oktober 2009) A. Kemajuan Kegiatan Kemajuan atas pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan pada Bulan Oktober 2009 khususnya terkait dengan menagemen pengelolaan dana

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013 DIREKTUR PUPUK DAN PESTISIDA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Pada Konsolidasi Hasil Pembangunan PSP

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN TA Pusat Ketersediaan Dan Kerawanan Pangan Bali, Juni 2014

RENCANA KEGIATAN TA Pusat Ketersediaan Dan Kerawanan Pangan Bali, Juni 2014 RENCANA KEGIATAN TA.2015 Pusat Ketersediaan Dan Kerawanan Pangan Bali, Juni 2014 1 o. Sub Kegiatan Vol. A Penanganan Rawan Pangan 1 Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan) 1) Pembinaan lanjutan Demapan

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun

Lebih terperinci

Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010

Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010 Profil Keaksaraan: Hasil Sensus Penduduk 2010 Razali Ritonga, MA razali@bps.go.id Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik 15 SEPTEMBER 2012 1 PENGANTAR SENSUS: Perintah

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT Tujuan dari pemetaan dan kajian cepat pemetaan dan kajian cepat prosentase keterwakilan perempuan dan peluang keterpilihan calon perempuan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT) Pemilu 2014 adalah: untuk memberikan

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF

LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF LAPORAN QUICK COUNT PEMILU LEGISLATIF 9 APRIL 2009 Jl Terusan Lembang, D57, Menteng, Jakarta Pusat Telp. (021) 3919582, Fax (021) 3919528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id METODOLOGI Quick

Lebih terperinci

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Desember Wilayah II. (OC 5 s/d OC 9)

Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Desember Wilayah II. (OC 5 s/d OC 9) Wilayah II KMP Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulbar Maluku Malut Papua Barat Papua Pendahuluan Progres PPM PNPM Mandiri Perkotaan Periode Desember

Lebih terperinci

SELAYANG PANDANG SIMLUH KP

SELAYANG PANDANG SIMLUH KP SELAYANG PANDANG SIMLUH KP Jakarta, 29 April 2014 PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 IMPLEMENTASI SISTEM PENYULUHAN

Lebih terperinci

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012

4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Tahun Akademik 2011/2012 4.01. Jumlah Lembaga Pada PTAIN dan PTAIS Jumlah Lembaga No. Provinsi PTAIN PTAIS Jumlah 1. Aceh 3 20 23 2. Sumut 2 40 42 3. Sumbar 3 19 22 4. Riau 1 22 23 5. Jambi 2 15 17 6. sumsel 1 13 14 7. Bengkulu

Lebih terperinci

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014)

INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) F INDEK KOMPETENSI SEKOLAH SMA/MA (Daya Serap UN Murni 2014) Kemampuan Siswa dalam Menyerap Mata Pelajaran, dan dapat sebagai pendekatan melihat kompetensi Pendidik dalam menyampaikan mata pelajaran 1

Lebih terperinci

PROGRAM PENUNTASAN REHABILITASI SEKOLAH RUSAK

PROGRAM PENUNTASAN REHABILITASI SEKOLAH RUSAK PROGRAM PENUNTASAN REHABILITASI SEKOLAH RUSAK Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2011 1 1 Penuntasan Pendidikan Dasar Sembilan

Lebih terperinci

Ir. ISMINTARTI, M.Si. Kepala Bidang Program dan Materi, Pusat Pelatihaan Masyarakat Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigraasi

Ir. ISMINTARTI, M.Si. Kepala Bidang Program dan Materi, Pusat Pelatihaan Masyarakat Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigraasi Ir. ISMINTARTI, M.Si. Kepala Bidang Program dan Materi, Pusat Pelatihaan Masyarakat Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigraasi EVALUASI : NEGARA KAYA POTENSI SUMBER DAYA ALAM MENGAPA,

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th.VII, 7 Agustus 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2017 SEBESAR

Lebih terperinci

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 ARAHAN WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN TINGKAT NASIONAL (MUSRENBANGNAS) 28 APRIL 2010

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH

DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH DESKRIPTIF STATISTIK RA/BA/TA DAN MADRASAH Deskriptif Statistik RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs, dan MA) A. Lembaga Pendataan RA/BA/TA dan Madrasah (MI, MTs dan MA) Tahun Pelajaran 2007/2008 mencakup 33

Lebih terperinci

PENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015

PENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015 PENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN 2015 BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015 PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada: SEMINAR NASIONAL FEED THE WORLD JAKARTA, 28 JANUARI 2010 Pendekatan Pengembangan Wilayah PU Pengembanga n Wilayah SDA BM CK Perkim BG AM AL Sampah

Lebih terperinci

Suatu model pembelajaran yang memanfaatkan media audio sebagai sumber belajar dengan bimbingan guru. Pengertian

Suatu model pembelajaran yang memanfaatkan media audio sebagai sumber belajar dengan bimbingan guru. Pengertian Suatu model pembelajaran yang memanfaatkan media audio sebagai sumber belajar dengan bimbingan guru. Pengertian Latar Belakang Kebijakan pemerintah ditekankan pada peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan

Lebih terperinci

II. PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Pengaduan Informatif dan Masalah

II. PROGRESS PPM WILAYAH I 1. Pengaduan Informatif dan Masalah I. PENDAHULUAN Berdasarkan progress capaian pengaduan pada periode Maret 2012 jumlah pengaduan yang masuk sebanyak 801 pengaduan dan secara akumulatif sampai dengan bulan Maret 2012 jumlah pengaduan yang

Lebih terperinci

Buku Indikator Kesehatan

Buku Indikator Kesehatan Buku Indikator Kesehatan www.dinkes.sulbarprov.go.id Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Kurungan Bassi no 19 Mamuju Telpon 0426-21037 Fax : 0426 22579 BUKU INDIKATOR KESEHATAN PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

Kesehatan Gigi danmulut. Website:

Kesehatan Gigi danmulut. Website: Kesehatan Gigi danmulut Latar Belakang Survey gigi bersifat nasional Dilaksanakan secara periodik yaitu : SKRT 1995 SKRT 2001 SKRT 2004 RISKESDAS 2007 RISKESDAS 2013 Data diperlukan untuk advokasi, peremcanaan,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 Petani sering merugi Bulog belum hadir di petani Rantai pasok panjang Struktur

Lebih terperinci

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website:

FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL. Website: FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL RUANG LINGKUP Obat dan Obat Tradisional (OT) Obat Generik (OG) Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad) TUJUAN 1. Memperoleh informasi tentang jenis obat

Lebih terperinci

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK RISET KESEHATAN DASAR 2 BLOK KESEHATAN ANAK JENIS DATA Jenis data yang disajikan : berat badan lahir kepemikilan KMS dan Buku KIA, penimbangan balita, kapsul vitamin A, pemberian ASI proses mulai menyusui

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA TAHUN 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

PROGRAM KERJA TAHUN 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH PROGRAM KERJA TAHUN 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH Oleh: EUIS SAEDAH Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian B A H A N

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS INSENTIF PETUGAS PENGAMAT TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Insentif Petugas

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/08/18/Th. VI, 5 Agustus 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 DAN PERKIRAAN TRIWULAN III-2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN II-2016 SEBESAR

Lebih terperinci

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama

Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama Dr. Ir. Kemas Danial, MM Direktur Utama KONDISI KOPERASI 1. Total Koperasi : 209.488 Unit 2. Koperasi Aktif : 147.249 Unit (NIK) dan didalamnya telah RAT sebanyak 80.000 Unit 3. Koperasi Tidak Aktif :

Lebih terperinci

CEDERA. Website:

CEDERA. Website: CEDERA Definisi Cedera Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya Definisi operasional: Cedera yang

Lebih terperinci

Yang Terhormat: 1. Menteri Kelautan RI / Eselon 1 di KKP. 2. Kepala Staf Kantor Kepresidenan. 3. Ketua Satgas IUU Fishing

Yang Terhormat: 1. Menteri Kelautan RI / Eselon 1 di KKP. 2. Kepala Staf Kantor Kepresidenan. 3. Ketua Satgas IUU Fishing SAMBUTAN PIMPINAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM KEGIATAN RAPAT MONEV KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM SEKTOR KELAUTAN 3 PROVINSI (SULAWES SELATAN, SULAWESI TENGAH

Lebih terperinci

Thn Thn Thn Thn JUMLAH 91

Thn Thn Thn Thn JUMLAH 91 I. PENDAHULUAN Pada bulan September 2013 direncanakan akan dilakukan penutupan data SIM PPM sampai dengan akhir tahun 2010. Penutupan data tersebut bertujuan data di bawah tahun 2010 tidak ada lagi data

Lebih terperinci

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010

Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 PENCAPAIAN DAN UMPAN BALIK PELAPORAN INDIKATOR PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT 2010 Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesmas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 23 Nopember 2010 SASARAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 10/05/18/Th. VII, 5 Mei 2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN I-2017 DAN PERKIRAAN TRIWULAN II-2017 INDEKS TENDENSI KONSUMEN LAMPUNG TRIWULAN I-2017 SEBESAR 101,81

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara, baik negara ekonomi berkembang maupun negara ekonomi maju. Selain pergeseran

Lebih terperinci

Disabilitas. Website:

Disabilitas. Website: Disabilitas Konsep umum Setiap orang memiliki peran tertentu = bekerja dan melaksanakan kegiatan / aktivitas rutin yang diperlukan Tujuan Pemahaman utuh pengalaman hidup penduduk karena kondisi kesehatan

Lebih terperinci

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya No Kategori Satuan Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri Potensi Lahan Ha Air 76.7 0 7.9 690.09 0.9 60. 069.66 767.9 79.6. Air

Lebih terperinci