BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang menggunakan analisis framing sejauh ini telah banyak dilakukan, namun yang paling banyak diteliti dengan analisis framing adalah media cetak, dalam hal ini surat kabar. Hal itu terlihat dari penelitian terdahulu seperti uruaian dibawah ini: Fista Novianti (2008), dengan judul Konstruksi Berita TV Lokal Atas Kasus Persengketaan Lahan (Analisis framing pemberitaan kasus pucung pada tvku Udinus dan tv Borobudur). Tujuan dari penelitian ini mau menggambarkan konstruksi (framing) yang muncul dalam pemberitaan kasus pucung pada media TVKU dan TVB, dan menggambarkan dinamika kinerja wartawan dan redaksi (TVKU dan TVB). Metode yang digunakan adalah kualitatif eksplanatoris dan deskriptif, dengan model framing Robert N.Entman. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa framing (konstruksi) yang muncul dalam pemberitaan wartawan dan redaksi TVB dan TVKU cenderung berbeda meskipun membingkai dalam kasus yang sama yaitu kasus pucung. Kemudian penelitian kedua dilakukan oleh Anna Marie Happy Handayani (2009), dengan judul Analisis Framing Dalam Majalah Gadis Periode (analisis rubrik versus dan rubrik kata cowok mengenai konsep kecantikan wanita). Tujuan dari penelitian ini mau menjelaskan perhubungan isi dan rubrik dalam majalah

2 Gadis dari , dan bagaimana konstruksi mengenai kecantikkan wanita yang ditampilkan dalam rubrik versus dan kata cowok. Metode yang digunakan kualitaif deskriptif, dengan model framing William A.Gamson. Hasil dari penelitian ini, diperoleh bahwa dari tahun ketahun majalah Gadis mengalami perkembangan terutama perkembangan isi rubrik dalam Majalah Gadis, serta rubrik kata cowok membentuk konstruksi bahwa kaum pria mempunyai kekuasaan terhadap wanita. Gadis mengalami ambiguitas dalam menyampaikan pesan kepada pembaca. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Wika Septiani (2011), dengan judul Pencitraan Kasus Prita Mulyasari Pada Koran Kompas (analisis framing teks berita kompas edisi 4 juni-31 desember 2009). Tujuan dari penelitian ini mau mengatahui bagaimana surat kabar melakukan pencitraan terhadap kasus Prita Mulyasari. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, dengan model framing Zhongdang Pan and Gerald M.Kosicki. Kemudian hasil dari penelitian ini diketahui bahwa, kompas dalam pemberitaanya netral, berdasarkan fakta dan membedah kasus tersebut secara kritis dan tetap pada prinsipnya sebagai media yang netral. Selanjutnya penelitian keempat dilakukan oleh Lusi Gresita Prasela (2010), dengan judul Berita Penayangan Tarian Pendet Dalam Iklan Visit Malaysia year 2009 (analisis framing tentang berita penayangan tarian pendet pada situs berita online okezone.com dan detik.com). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembingkaian pada situs berita online tentang pemberitaan penayangan tarian pendet dalam iklan visit Malaysia year 2009 lalu pada okezone.com dan detik.com. Metode yang digunakan deskriptif kualitatif, dengan perangkat framing Robert N. Entman, dan teori

3 penjaga gerbang (Gatekeeper Theory). Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa, media okezone.com memberikan pemberitaan yang sifatnya provokatif, sedangkan detik.com memberikan pemberitaan yang bersifat solutif. Berdasarkan penelitaian terdahulu, bisa dikatakan bahwa analisis framing bisa digunakan dalam berbagai penelitian media, dan model yang digunakan juga bisa bervariasi walaupun dalam satu objek, (surat kabar) ataupun media lainnya seperti televisi (tv) dan iklan ataupun media massa film Landasan Teori Realitas Sebagai Hasil Konstruksi Berger dan Lucman, dalam Bungin (2007:191) memisahkan kenyataan dengan pengetahuan. Realitas diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitasrealitas, yang diakui memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik. Pandangan Berger dan Lucman ini diperjelas oleh Eriyanto (2002:16), bahwa realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, dan tidak juga diturunkan oleh Tuhan tetapi sebaliknya dibentuk dan di konstruksi. Sebab setiap orang mempunyai pengalaman, prefrensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing. Eriyanto (2002:19-36) mendifinisikan media dan berita dalam paradigma konstruksionis sebagai berikut: 1. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi

4 Realitas itu besifat subjektif, realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi sudut pandang tertentu dari wartawan. Fakta atau realitas bukanlah sesuatu yang tinggal ambil dan menjadi bahan dari berita. Fakta atau realitas pada dasarnya dikonstruksi. Eriyanto dalam tahap pertama ini menekankan, bahwa fakta itu merupakan hasil dari konstruksi atas realitas, sebab kebenaran suatu fakta bersifat relatif berlaku sesuai konteks tertentu. 2. Media adalah agen konstruksi Dalam tahap ini media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendifenisikan realitas. Lewat bahasa yang dipakai, media dalam pemberitaanya dapat membingkai peristiwa tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak dapat memilihat dan memahami peristiwa dalam kaca mata tertentu. Dalam tahap ini Eriyanto lebih menekankan kepada media sebagai agen konstuksi pesan. 3. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas Berita itu diebaratkan seperti sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, tetapi potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Berita adalah hasil konstruksi sosial dimana selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu disajikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Dalam tahap ini Eriyanto menekankan bahwa berita tidak mungkin merupakan cermin dan refleksi dari realitas, karena berita yang terbentuk merupakan konstruksi atas realitas.

5 4. Berita bersifat subjektif atau konstruksi atas realitas Berita adalah produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan realitas yang berbeda pula. Kalau ada perbedaan antara berita dengan realitas yang sebenarnya, maka tidak dianggap sebagai kesalahan, tetapi memang seperti itulah pemaknaan mereka atas realitas. Penempatan sumber yang menonjol dibandingkan dengan sumber lain, menempatkan wawancara seorang tokoh lebih besar dari tokoh lain,liputan yang hanya satu sisi dan merugikan pihak lain, tidak berimbang dan secara nyata memihak satu kelompok. Semuanya tidaklah dianggap sebagai kekeliruan atau bias, tetapi dianggap memang itulah praktik yang dijalankan oleh wartawan. Dalam tahap ini yang ditekankan adalah bahwa berita bersifat subjektif, opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan persfektif dan pertimbangan subjektif. 5. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas Wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakannya, karena ia merupakan bagian yang intrinsik dalam membentuk berita. Lagipula berita bukan hanya produk individual, melainkan juga bagian dari proses organisasi dan interaksi antara wartawan. Wartawan dipandang sebagai aktor atau agen konstruksi. Wartawan bukan hanya melaporkan fakta, melainkan juga turut mendifinisikan peristiwa. Realitas dibentuk dan diproduksi tergantung pada bagaimana proses konstruksi berlangsung. Realitas bersifat subjektif,yang terbentuk lewat pemahaman dan pemaknaan subjektif dari wartawan, yang mau ditekankan dalam tahap ini adalah

6 wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial. 6. Etika, pilihan moral, dan keterampilan wartawan adalah bagian yang integral dalam produk berita Aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa yang dia lihat. Etika dan moral dalam banyak hal berarti keberpihakkan pada satu kelompok atau nilai tertentu, umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu. Bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas. Wartawan menulis berita bukan hanya sebagai penjelas, tetapi mengkonstruksi peristiwa dari dirinya sendiri dengan realitas yang diamati. Penekanan dalam tahap ini adalah, nilai,etika, atau keberpihakkan wartawan tidak dapat dipisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa. 7. Etika dan pilihan moral peneliti menjadi bagian yang integral dalam penelitian Peneliti bukan subjek yang bebas nilai. Pilihan, etika, moral atau keberpihakkan peneliti menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses penelitian. Peneliti adalah entitas dengan berbagai nilai dan keberpihakkan yang berbeda-beda. Yang ditekan oleh Eriyanto dalam tahap ini adalah, nilai, etika, dan pilihan moral bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian.

7 8. Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita Khalayak bukan dilihat sebagai subjek yang pasif. Ia juga subjek yang aktif dalam menafsirkan apa yang dia baca. Sebuah foto yang sebetulnya dimaksudkan untuk mengkomunikasikan stop kekerasan dan seksual, bisa jadi dimaknai pembaca sebagai penyebaran pornografi. Dalam tahapan ini yang mau ditekankan oleh Eriyanto adalah khalayak mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat berita. Dalam pandangan ini jelas sekali kaitan antara analisis framing dengan konstruksionis. Framing adalah sebuah analisis teks yang berada dalam konstruksionis. Analisis framing memandang realitas dalam isu sosial tidak hadir begitu saja, melainkan hasil dari konstruksi. Eriyanto (2002:37), mengatakan bahwa konsentrasi pada paradigma konstruksionis adalah bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Sementara Ibnu (2010:22), memperjelas, dengan mengatakan bahwa pembuatan frame itu sendiri didasarkan atas berbagai kepentingan internal media baik teknis, ekonomi, politis, ataupun ideologi.

8 Film Sebagai Realitas Tanda Secara umum film adalah medium merupakan bentuk jamak dari media. Berasal dari bahasa latin medius yang berarti, ditengah-tengah atau diantara. Media dalam hal ini film, bisa diartikan sebagai sistem tanda atau lambang tertentu yang berada ditengah khalayak, yang diekspresikan sebagai seni dan karya sastra kemudian ditungkan dalam isi pesan pada sebuah film. Sebagai realitas tanda, isi pesan film banyak dipandang sebagai gambaran simbolik (symbolic representation), dari suatu budaya dan latar belakang di masyarakat. Sehingga isi pesan dalam film yang disampaikan oleh sutradara (komunikator), merupakan cerminan dari realitas sosial yang berupa nilai-nilai, aturan, dan tatanan normatif, yang diangkat dari simbol-simbol realitas menjadi tontonan yang dipadukan antara berita dan hiburan. Tanda dalam realitas tersebut diangkat dari persepsi sutradara (komunikator) sendiri, yang dimaknai dari pengalaman yang didapat atau dilihat dari lingkungan sosial budaya. Sehingga film tidak semata membentuk realitas tapi memberikan penekanan persepsi di depan kamera. Hal ini diperkuat oleh pandangan Sobur (2003), bahwa film bukan semata-mata memproduksi realitas tetapi juga mendefinisikan realitas. Danesi (2010), membagi film kedalam tiga kategori yaitu film fitur, film dokumenter, dan film animasi yang biasa disebut dengan film kartun. 1. Film fitur, merupakan karya fiksi yang stukturnya berupa narasi yang dibuat dengan tiga tahap. Tahap praproduksi merupakan tahap ketika skenario diperoleh. Skenario ini bisa berupa adaptasi dari novel, cerita pendek atau

9 karya cetakan lainya. Bisa juga dibuat secara khusus untuk dibuat filmnya. Tahap produksi yaitu masa berlangsunganya pembuatan film berdasarkan skenario itu. Tahap terakahir, adalah pos-produksi (editing), ketika semua bagian film dalam pengambilan gambar tidak sesuai urutan cerita, disusun menjadi suatu kisah yang menyatu. 2. Film dokumenter, merupakan film yang nonfiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata, dengan setiap individu menggambarkan perasaannya dan pengalamanya dalam situasi apa adanya. Tanpa persiapan, langsung pada kamera dan pewawancara. Film dokumenter sering kali diambil tanpa skrip dan jarang ditampilkan di gedung bioskop seperti film fitur. Film jenis ini biasanya ditampilkan di televisi. 3. Film animasi, merupakan film yang menggunakan teknik ilusi gerakan dari serangkaian gambaran benda dua atau tiga dimensi. Penciptaan tradisional dari animasi gambar bergerak selalu diawali hampir bersamaan dengan peyusunan storyboard, yaitu serangkaian sketsa yang menggambarkan bagian penting cerita. Sketsa tambahan dipersiapkan kemudian untuk memberikan ilustrasi latar belakang, dekorasi serta tampilan dan karakter tokohya. Selain berbagai jenis film tersebut di atas, Ardianto (2004), mengelompokkan film menjadi 4 jenis salah satunya adalah film cerita (story film): Film cerita adalah film yang mengandung suatu cerita, dan biasanya cerita yang diangkat untuk membuat sebuah film jenis ini, bisa fiksi dan bisa juga berdasarkan kisah nyata yang sudah dimodifikasi oleh sutradara, supaya lebih terlihat menarik baik dari segi cerita maupun

10 dari segi gambarnya. Film yang penulis teliti merupakan film yang termasuk ke dalam jenis film cerita seperti yang telah disebutkan oleh Ardianto, karena isi pesan dalam film ini merupakan kisah nyata atau realitas sesungguhnya yang diangkat oleh sutradara menjadi sebuah film cerita Film Sebagai Media Massa Film adalah gambar yang bergerak yang diproduksi secara khusus untuk dipertunjukan di gedung-gedung pertunjukan (bioskop), film ini jenisnya teatrikal. Hal ini diperkuat dengan pendapat atau pandangan undang-undang nomor 8 tahun 1992, yang mengatakan bahwa film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan / atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan / atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, eletronik, dan / atau lainnya. Media massa (film) merupakan perpanjangan tangan dari masyarakat, sehingga apa yang terkandung dalam media tersebut merupakan gambaran realitas sosial di masyarakat, yang mempunyai kekuatan dalam menyampaikan suatu makna, tentunya dengan ide yang dituangkan oleh komunikator lewat berita dan hiburan yang dikemas dalam isi pesan media. McQuail (1987) mendefinisikan pandangannya tentang media sebagai berikut:

11 1. Media massa sebagai penterjemah yang menolong kita, menjadikan pengalaman diri menjadi suatu yang masuk akal. 2. Media adalah angkutan yang menyampaikan informasi. 3. Media merupakan sarana komunikasi interaktif yang memberikan kesempatan kepada khalayak atau masyarakat untuk memberikan tanggapan atau umpan balik.` 4. Media merupakan tanda yang memberikan intruksi dan menunjukkan arah. 5. Media merupakan filter yang memfokuskan kita pada beberapa bagian dari pengalaman pribadi dan mengalihkannya dari beberapa bagian yang lain. 6. Media merupakan cermin yang merefleksikan diri kita. 7. Media merupakan pagar pembatas yang memblokir suatu kebenaran. Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi Cangara (1998). Media massa juga mempunyai kemampuan yang kuat dalam mengubah perilaku khalayak (komunikan) melalui proses imitasi (belajar sosial). Hal ini dapat dilihat dari banyaknya stasiun televisi, radio, perusahaan media cetak, baik itu surat kabar, majalah, dan media cetak lainnya, sebab masyarakat selalu haus akan informasi, hiburan dan lain sebagainya yang disediakan oleh media massa. Hal ini dipertegas oleh McQuil (1987), yang mengatakan Media massa merupakan salah satu sarana untuk pengembangan kebudayaan, bukan hanya budaya dalam pengertian seni dan simbol tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata-

12 cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Sementara menurut Liliweri (2001), jenis media massa berorientasi pada 3 aspek penting. Pertama mengenai penglihatan (visual dan verbal) dalam hal ini media cetak, kedua mengenai pendengaran (audio) sematamata (radio, tape recorder), verbal vokal dan yang ketiga mengenai pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat verbal visual vokal. Bahkan menurut Nurudin (2007), media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Selain itu media massa juga mempunyai fungsi. Menurut Bungin (2007: 78-81) fungsi Komunikasi massa adalah fungsi pengawasan, fungsi social learning, fungsi penyampaian informasi, fungsi tranformasi budaya, dan fungsi hiburan. 1. Fungsi pengawasan, media massa merupakan sebuah medium dimana dapat digunakan untuk pengawasan aktivitas masyarakat pada umumnya. Fungsi pengawan ini bisa berupa peringatan dan kontrol sosial maupun kegiatan persuasif. 2. Fungsi social learning, fungsi utama dari komunikasi media massa adalah melakukan guiding dan pendidikan sosial kepada seluruh masyarakat. Media massa bertugas untuk memberikan pencerahan-pencerahan kepada masyarakat dimana komunikasi massa itu berlangsung. 3. Fungsi penyampaian informasi, komunikasi massa mengandalkan media massa, sebagai alat dalam proses penyampaian informasi kepada masyarakat luas. Komunikasi massa memungkinkan informasi dari institusi publik tersampaikan kepada masyarakat secara luas dalam waktu yang cepat dan singkat.

13 4. Fungsi transformasi budaya, merupakan fungsi yang yang bersifat dinamis. Komunikasi massa sebagaimana sifat-sifat budaya massa, maka yang terpenting adalah komunikasi massa menjadi proses transformasi budaya yang dilakukan bersama-sama oleh semua komponen komunikasi massa, terutama yang didukung oleh media massa. 5. Fungsi hiburan, komunikasi massa juga digunakan sebagai medium hiburan, terutama karena komunikasi massa menggunakan media massa. Jadi fungsi hiburan yang ada pada media massa, juga merupakan bagian dari fungsi komunikasi massa. Dengan demikian, maka fungsi hiburan dari komunikasi massa saling mendukung fungsi-fungsi lainnya dalam proses komunikasi massa Framing Pengertian Framing Framing merupakan salah satu metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif, gunanya untuk melihat media mengkonstruksi (tonjolkan/dibangun) mengenai suatu realitas dan realitas lain dikonstruksi (dikaburkan). Pada akhirnya akan diketahui mana yang lebih dominan dari setiap realitas yang diinterpretasi oleh media tersebut. Analisis framing pada dasarnya adalah metode yang digunakan untuk melihat gaya bercerita atau mengemas media tentang suatu peristiwa atau realitas. Eriyanto (2002:3) mendefinisikan bahwa analisis framing dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor,kelompok, atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkai tersebut tentu saja melalui proses konstruksi.

14 Sementara menurut pandangan Sobur (2006), framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menseleksi isu dan menulis berita. Ada beberapa definisi tentang framing oleh para ahli, seperti di bawah ini: Robert N. Entman William A. Gamson dan Andre Modigliani Todd Gitlin David E.Snow and Robert Benford Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyatakan penempatan informasiinformasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam sekema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima. Strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas. Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu,

15 Amy Binder Zhongdang Pan and Gerald M.Kosicki anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu. Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengedentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks kedalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa. Stategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita. Sumber: Eriyanto (2002: 67:68) Menurut Eriyanto (2002: 69-70), ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta / realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam pemilihan fakta ini terkandung dua kemungkinan, apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (exluded). Kedua, menuliskan fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat, dan proposisi apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya.

16 Ada beberapa model framing yang sering digunakan oleh para peneliti, dan salah satunya model yang paling populir digunakan adalah model Pan dan Kosicki. Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Ide tersebut dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita. Model ini mempunyai empat struktur : pertama, sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun fakta dalam sebuah berita. Kedua, skrip berhubungan bagaimana wartawan mengisahkan peristiwa kedalam bentuk berita. Ketiga, tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan menulis suatu peristiwa kedalam bentuk berita. Keempat, retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan suatu peristiwa kedalam sebuah berita. Model Gamson dan Modigliani adalah model yang mendasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media berupa realitas sosial, yang terdiri atas sejumlah kemasan (package) yang mengandung makna tertentu. Menurut Eriyanto (2002:224) Kemasan (package) adalah serangkaian ide-ide yang menunjukan isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan. Package adalah semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu-individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima. Dalam kemasan (package) terdapat dua strukstur, yaitu struktur core frame yaitu merupakan gagasan sentral, dan condensing symbol yaitu merupakan hasil pencermatan intraksi perangkat simbolik.

17 Menurut Gamson dan Modigliani (dalam Eriyanto 2002: 226), framing dalam model ini mereka pahami sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami dan memaknai suatu isu. Ide sentral ini akan didukung oleh perangkat wacana lain, sehingga antara satu bagian wacana dengan bagian lain saling kohensif, dan saling mendukung. Jelas perbedaan kedua model ini. Model Pan dan Kosicki lebih menekankan kepada pemberitaan media massa cetak (wartawan), sementara model William A. Gamson dan Andre Modigliani lebih bersifat umum, artinya bisa dipakai pada media cetak, maupun elektonik dan dalam model ini, sebagian besar berbicara tentang simbol yang terdapat dalam sebuah teks atau dialog yang ditekankan melalui perangkat penalaran Proses Framing Proses framing pada umumnya didefinisikan sebagai proses atau cara pengangkatan sebuah isu yang berkaitan dengan realitas sosial oleh pekerja media, sehingga disisi lain realitas tersebut ditonjolkan dan disisi lain lagi dikaburkan bahkan dihilangkan informasi tentang realitasnya. Ada 3 proses framing dalam kritisme media. 1. Proses framing sebagai metode penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibalikan secara halus dengan memberikan sorotan terhadap aspek-aspek tertentu saja dengan menggunakan istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu dengan bantuan foto, karikatur dan alat ilustrasi lainnya.

18 2. Proses framing merupakan bagian tak terpisahkan dari proses penyuntingan yang melibatkan semua pekerja dibagian keredaksian media cetak redaktur, dengan atau tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana, menentukan apakah laporan reporter akan dimuat ataukah tidak serta menentukan judul yang akan diberikan. 3. Proses framing tidak hanya melibatkan para pekerja pers tetapi juga pihak yang bersengketa dalam kasus-kasus tertentu yang masing-masing berusaha menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkan, sambil menyembunyikan sisi lain. Sumber : www. AG. eka wenatas w.com Model William A. Gamson dan Andre Modigliani Framing Perangkat Framing (framing devices) Perangkat penalaran (reasoning devices) 1. Methapors 1. Root (Perumpamaan atau pengadaian) 2. Catchphrases (Frase berupa jargon-jargon atau slogan) 3. Exemplaar (Uraian yang mengaitkan bingkai dengan contoh,bisa berupa perbandingan untuk memperjelas dan menguatkan persfiktif bingkai). 4. Depiction (Menggambarkan suatu isu yang bersifat konotatif, berupa kosakata, leksikon, untuk melabeli sesuatu). 5. Visual Image (Perangkat yang mendukung bingkai dalam bentuk gambar, grafis,citra, untuk menekankan pesan yang ingin disampaikan. Sumber : Eriyanto (2002) (Analisis kausal atau sebab akibat) 2. Appeals to principle (Merupakan premis dasar, klaim-kalim moral) 3. Consequences (Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai)

19 Dalam pendekatan model Gamson dan Modigliani ada dua aspek penting yang mendukung ide sentral atau gagasan sentral bisa diterjemahkan kedalam sebuah realitas. Pertama framing devices (perangkat framing), yang terdiri dari methapors, catcphrase, exemplar, depiction, dan visual image. Perangkat ini berhubungan langsung pada penekanan bingkai dalam sebuah realitas dalam teks yang berkaitan dengan isu tertentu. Kedua adalah Perangkat penalaran (reasoning devices), yang terdiri dari root, appeals to principle dan consequence. Perangkat penalaran ini berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari realitas dalam teks suatu isu tertentu. Methapors adalah sebuah cara memindahkan makna dengan menghubungkan (merelasikan) dua fakta analogi, atau menggunakan kiasan dengan memakai kata-kata (ibarat,bak, sebagai,perumpamaan, dan laksana). Methapors mempunyai arti atau peran yang ganda, yaitu sebagai perangkat diskursif, dan ekspresi mental. Serta berasosiasi dengan penilaian dan memaksa realitas dalam teks dan dialog untuk membuat sense tertentu. Catchphrases adalah bentuk kata atau istilah (frase) yang mencerminkan sebuah fakta yang merujuk pada pemikiran atau semangat sosial demi mendukung kekuasan tertentu. Dalam sebuah teks atau dialog, wujudnya berupa slogan, jargon, atau semboyan yang ditonjolkan.

20 Exemplaar adalah cara mengemas atau menguraikan sebuah fakta tertentu secara mendalam, supaya memiliki makna yang lebih untuk dijadikan rujukkan. Dalam exemplaar posisinya sebagai pelengkap dalam kesatuan wacana atau bingkai pada sebuah teks atau dialog mengenai isu tertentu. Tujuannya untuk memperoleh pembenaran isu sosial yang sedang diangkat, bisa berupa contoh, uraian, teori, dan perbandingan yang bisa memperjelas bingkai. Depictions adalah cara menggambarkan sebuah fakta atau isu tertentu yang berupa kalimat konotatif, istilah, kata, leksikon, untuk melabeli sesuatu supaya khalayak terarah ke citra tertentu. Dengan tujuan menguatkan harapan, ketakutan, posisi moral, dan perubahan. Serta pemakaian kata khusus diniatkan untuk membangkitkan prasangka, sehingga mampu menempatkan seseorang atau pihak tertentu pada posisi tidak berdaya karena kekuatan konotasinya mampu melakukan kekerasan simbolik. Visual image adalah perangkat yang dalam bentuk gambar, grafik, diagram, tabel, dan kartun dan sejenisnya juga citra tententu untuk mendukung dan menekankan pesan yang ingin ditojolkan atau disampaikan bingkai secara keseluruhan. Misalnya perhatian, penegasan, atau penolakan terhadap isu tertentu. Sifatnya natural, sangat mewakili realitas atau isu tertentu dan erat dengan ideologi pesan terhadap khalayak.

21 Root adalah pemberatan isu tertentu dengan menghubungkan suatu objek yang dianggap menjadi penyebab timbulnya hal yang lain. Tujuannya untuk memberikan alasan pembenaran dalam penyimpulan fakta berdasarkan hubungan kausal atau sebab-akibat yang digambarkan atau dijabarkan. Appeals to principle adalah upaya memberikan alasan tentang kebenaran suatu isu dengan menggunakan logika dan klaim moral, pemikiran,dan prinsip untuk mengkonstruksi suatu realitas. Berupa pepatah, mitos, doktrin, cerita rakyat, ajaran dan sejenisnya. Tujuannya manipulasi emosi supaya khalayak mengarah kepada waktu,tempat, sifat, dan cara tertentu. Consequences adalah konsekuensi yang didapat pada akhir pembingkaian tentang suatu isu tertentu dalam teks atau dialog dalam media yang sudah terangkum pada efek atau konsekuensi dalam bingkai.

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian analisis teks media.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat 44 BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe/Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat konsrtuksi dari iklan. Menurut Bogdan dan Taylor bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam berbagai aspek, paradigma membantu merumuskan apa yang harus dipelajari. Ia merupakan suatu kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu bidang ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kondisi empirik objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 25

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kondisi empirik objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini tipe yang digunakan adalah bersifat deskriptif kualitatif dimana, penelitian memberikan gambaran atau penjabaran tentang kondisi empirik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang terdapat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan 34 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: Analisis Framing Memahami analisis framing dalam Pemberitaan Media. Jenis analisis framing, framing dan ideologi. Fakultas 09Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian. diciptakan melalui tayangan program Minta Tolong di RCTI.

Bab III. Metodologi Penelitian. diciptakan melalui tayangan program Minta Tolong di RCTI. Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dimana penelitian ini berusaha melihat konstruksi realitas sosial yang diciptakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metode riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah yang

Lebih terperinci

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) oleh : Erma Restiani (056056) Galih Pratiwi (056471) Irma Yulita Silviani (057160) Rini Septiani (056411) FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik perhatian besar beberapa surat kabar dan menjadi berita hangat di beberapa surat kabar di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan konstruksionis. Dan pendekatan ini mempunyai paradigma yang mempunyai posisi dan pandangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang 32 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metodologi riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Judul penelitian ini adalah : Konstruksi Nilai Rancangan Pesan ESQ 165 Dalam Pembangunan Karakter Indonesia Emas (Analisis Framing Program Indonesia Emas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis framing dan menggunakan dokumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metodologi penelitian merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematik logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat paradigma. Pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat paradigma. Pendekatan kualitatif yang 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat paradigma. Pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sendiri berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara

BAB III METODE PENELITIAN. sendiri berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara 46 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian memiliki makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata method, yang berarti ilmu yang menerangkan cara-cara yang di tempuh untuk mencapai

Lebih terperinci

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI.

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI. Modul ke: Modul Perkuliahan IX Metode Penelitian Kualitatif Metode Analisis Framing Fakultas 09ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub Bahasan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Media Massa Media adalah pengantara atau saluran dalam menyebarkan suatu informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut McLuhan (Nova. 2009: 204) media massa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cara pandangnya terhadap dunia. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cara pandangnya terhadap dunia. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah seperangkat kepercayaan dasar yang menjadi prinsip dasar yang ada dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara pandangnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. film Kubur Kabar Kabur. Dari keseluruhan film, sutradara telah mengkonstruksi

BAB V PENUTUP. film Kubur Kabar Kabur. Dari keseluruhan film, sutradara telah mengkonstruksi 106 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil-hasil temuan penelitian, wawancara, dan analisis yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa bagaimana profesi seorang jurnalis dikonstruksi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran signifikan yang besar dalam pembentukkan persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian tercerminkan wacana dominan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Online Media online memiliki kategori yang membedakan dengan media konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang ditulis nyaris bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Sejak lahir, manusia telah dikutuk untuk bebas. Dalam segala hal, mereka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Sejak lahir, manusia telah dikutuk untuk bebas. Dalam segala hal, mereka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Sejak lahir, manusia telah dikutuk untuk bebas. Dalam segala hal, mereka bebas melakukan apa yang mereka inginkan. Termasuk dalam profesi yang tengah mereka tekuni.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap teks yang terdapat pada website Komisi Penyiaran Indonesia dan. Masyarakat Ikut Awasi TV edisi 25 Maret 2014.

BAB V PENUTUP. terhadap teks yang terdapat pada website Komisi Penyiaran Indonesia dan. Masyarakat Ikut Awasi TV edisi 25 Maret 2014. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Bab ini menjelaskan kesimpulan dari fungsi media massa sebagai medium penyebar informasi dalam mengonstruksi literasi media. Penelitian ini dilakukan terhadap teks yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Dalam melakukan penelitian untuk memperoleh fakta yang dipercaya kebenarannya, maka metode penelitian itu penting artinya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Fenomena yang dijadikan objek penelitian adalah isi editorial Hortikultura

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Fenomena yang dijadikan objek penelitian adalah isi editorial Hortikultura BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Fenomena yang dijadikan objek penelitian adalah isi editorial Hortikultura Tabloid Sinar Tani periode Januari 2013 sampai Desember 2013. Penentuan obyek

Lebih terperinci

ABSTRAK. Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan

ABSTRAK. Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan ABSTRAK JUDUL : Analisis Bingkai: Objektifikasi Perempuan dalam Buku Sarinah NAMA : Yudha Setya Nugraha NIM : D2C009030 Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan dalam rumah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada dasarnya penelitian itu merupakan usaha menemukan, mengembangkan dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan jenis penelitiannya yakni Penelitian Analisis Teks

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan jenis penelitiannya yakni Penelitian Analisis Teks BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan jenis penelitiannya yakni Penelitian Analisis Teks Media (ATM) yang bersifat non kancah, maka pendekatan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengurai atau menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Crasswell, beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sifat Penelitian Secara harafiah, metodologi dibentuk dari kata metodos, yang berarti cara, teknik, atau prosedur, dan logos yang berarti ilmu. Jadi metodologi

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM SKRIPSI

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM SKRIPSI PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SIMULATOR SIM (Analisis Framing Berita Tentang Kasus Korupsi Simulator SIM Yang Melibatkan Djoko Susilo Pada Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas Edisi Desember 2012

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metodologi riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana. Relevansi Dalam perkuliahan ini mahasiswa diharapkan sudah punya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Model framing yang digunakan dalam menganalisis konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan oleh Pan dan Kosicki. Dalam model ini, perangkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Framing Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebagai prosedur penelitian data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu ini mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur penelitian. Tinjauan pustaka tentang penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Burhan Bungin (2003:63) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan data secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Media Massa

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Media Massa BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Media Massa Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal (Bungin, 2006 : 7), maksudnya media massa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Dalam bab sebelumnya penulis menguraikan bangunan konsep dan teori-teori yang relevan sebagai bahan rujukan berkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya dalam bab tiga ini, penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang penulis (wartawan) untuk menuangkan ide masing-masing dalam analisis data-data yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diasuh oleh lukman hakim ditabloid Posmo dalam membingkai dan

BAB III METODE PENELITIAN. diasuh oleh lukman hakim ditabloid Posmo dalam membingkai dan 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti, yaitu berbicara mengenai bagimana sebuah isi teks pesan dakwah konsultasi sufistik yang diasuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Peristiwa Bom Thamrin yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2016 ini terjadi di Jalan Thamrin Jakarta. Peristiwa Bom Thamrin ini mengejutkan banyak pihak karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI 13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI KELOMPOK 12 : DEWI KUSUMA ( 056182 ) DEWI PUSPITA ( 056058 ) MOCH. AKBAR ( 056179 ) NURMAWATI D. LIANA ( 056080 ) SUCHI MAHADEWI ( 056067 ) Zhongdang Pan dan Gerald

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konstek Penelitan Saat ini perkembangan manusia dengan potensi bawaannya tentang memunculkan ide, telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP NASIONALISME DALAM FILM (ANALISIS FILM HABIBIE DAN AINUN)

PRINSIP-PRINSIP NASIONALISME DALAM FILM (ANALISIS FILM HABIBIE DAN AINUN) PRINSIP-PRINSIP NASIONALISME DALAM FILM (ANALISIS FILM HABIBIE DAN AINUN) Marisa Puspita Sary 1, Vera Wijayanti Sutjipto 2, Maulina Larasati 3 Alamat instansi: FIS UNJ, Prodi Humas UNJ, Lt 3, JL Rawamangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan kebutuhannya pada informasi membuat media massa saat ini dapat dikatakan sebagai Primadona pencarian informasi. Media massa adalah alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan dengan mengamati teks online

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.  dan  dengan mengamati teks online BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penelitian ini, objek penelitian dilakukan terhadap dua media yaitu www.tempo.co dan www.suara-islam.com dengan mengamati teks online pemberitaaan RUU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut beberapa ahli, komunikasi massa memliki pengertian sebagai berikut : a. Menurut Effendy (2004:50), komunikasi massa ialah proses penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Berikut ini metode penelitian dalam penelitian ini. Metodologi penelitian meliputi (1) metode penelitian, (2) teknik pengumpulan data, (3) teknik pengolahan data, (4) sumber dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan & Jenis Penelitian Eriyanto (2001) menyatakan bahwa analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif yang dominan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci