BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 2.1 Komunikasi Massa BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut beberapa ahli, komunikasi massa memliki pengertian sebagai berikut : a. Menurut Effendy (2004:50), komunikasi massa ialah proses penyampaian pesan yang dilakukan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh penyampai pesan. 7 b. Menurut Bittner dalam Rakhmat (2009:188) komunikasi massa adalah suatu pesan yang dikomunikasikan pada sejumlah orang melalui perantara media massa. 8 Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa, komunikasi massa memiliki pengertian sebagai proses yang dipakai oleh komunikator untuk mengirimkan pesan mereka kepada khalayak/massa yang dilakukan melalui media massa (John,2008:453). Didalam suatu bentuk komunikasi massa, terdapat beberapa komponen yang pembentuk komunikasi massa tersebut yaitu a. Komunikator Massa Komunikator massa merupakan orang-orang yang memproduksi pesan yang akan disampaikan melalui media massa. Komunikator massa dapat mencakup wartawan, penulis, jurnalis, dll. Komunikator massa berbeda dengan komunikator biasanya dikarenakan komunikator massa tidak dapat melihat audiennya. b. Pesan Massa 7 diunduh pada 16 september 2015 pukul WIB 8 diunduh pada 16 september 2015 pukul WIB 7

2 Pesan massa terdapat dalam film, novel atau lagu yang dibuat oleh komunikator massa. Seorang komunikator massa tidak akan memproduksi sesuatu tanpa keinginan menyampaikan pesan didalamnya. c. Media Massa Media massa merupakan sarana yang membawa pesan. Media massa utama adalah buku,majalah, Koran,televise, radio, rekaman film, dan web. d. Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan suatu proses dimana pesan sampai kepada audien melalui perantara media massa. e. Audien Massa Audien massa merupakan pihak yang telah menerima pesan dari komunikator massa. Jumlah dari audien massa berubah-ubah. Media massa memiliki fungsi sama seperti komunikasi. Fungsi media massa menurut Harold Laswell antara lain untuk informasi (to inform), untuk mendidik (to educate), dan untuk menghibur (to entertaint). 9 Fungsi dari media massa hampir serupa dengan fungsi dari komunikasi itu sendiri. Selain Harold Laswell, fungsi media massa juga di jelaskan didalam UU No 40/1999 tentang Pers. Fungsi media massa menurut UU No 40/1999 antara lain untuk menginformasikan, untuk mendidik, untuk menghibur, dan untuk pengawasan sosial. 10 Media massa memiliki berbagai jenis. Secara umum media massa dibedakan menjadi 2 yaitu media massa cetak dan media massa elektronik. 11 Media massa cetak terdiri dari Koran, tabloid, majalah, buku, bulletin,dll. Sedangkan media massa elektronik contohnya adalah televisi, dan radio. 9 diunduh pada 16 september 2015 pukul WIB 10 diunduh 16 september 2015 pukul WIB 11 diunduh 16 september 2015 pukul WIB 8

3 2.2 Jurnalistik Secara etimologis, jurnalistik berasal dari bahasa perancis, yaitu journ yang berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporans setiap hari. Jurnalistik merupakan kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik. Menurut Adinegoro dalam Meinenda, (1981:39), jurnalistik adalah suatu kepandaian mengarang untuk mencari pekabaran pada masyarakat dengan secepatnya agar tersebar seluasnya. Sedangkan menurut Eric Hodgins dalam Meinenda, (1981:39), jurnalistik adalah pengiriman informasi dari sini ke sana dengan benar, keadilan berfikir yang selalu dapat dibuktikan. Jurnalisme, memiliki tujuan utama yaitu menyediakan informasi yang akurat dan terpercaya kepada masyarakat agar dengan informasi tersebut mereka dapat berperan membangun suatu masyarakat yang bebas (Luwi Iswara,2011:21) Pers Pers berasal dari bahasa belanda, dan menjadi press dalam inggris yang memiliki makna sama yaitu penyiaran cetak. bahasa Dalam Advance Newsgathering karya Bryce T. Mclntyre, disebutkan ada beberapa peranan pers yaitu : 1. Pers berperan sebagai pelapor. Pers bertindak sebagai mata dan telinga public, bertugas melaporkan peristiwa-peristiwa yang diluar pengetahuan masyarakat dengan netral tanpa prasangka. 2. Pers berperan sebagai interpreter. Disini, pers memiliki peranan untuk memberikan penafsiran atau arti pada suatu peristiwa seperti misalnya analisis atau mengomentari suatu berita. 3. Pers berperan sebagai pengkritik terhadap pemerintah. Peranan tersebut merupakan salah satu peran jaga (watchdog). Jurnalisme 9

4 watchdog menurut Lance Bennett memiliki beberapa definisi yaitu penyelidikan independen yang dilakukan oleh pers tentang berbagai kegiatan pemerintah, bisnis dan lembaga publik yang dilakukan dengan cara mendokumentasikan, menayangkan dan menginvestigasikan kegiatan-kegiatan mereka guna memberikan informasi kepada masyarakat dan pejabat tentang isu yang sedang menjadi keprihatinan di masyarakat. 12 Dalam pers, terdapat 4 teori tentang pers seperti yang dijelaskan oleh Wilbur Schramm dalam buku Four Theories of Pers yaitu Otoritarian, Libertarian, Tanggung Jawab Sosial dan Soviet Komunis Teori Otoritarian Teori ini menjelaskan bahwa pers bukanlah alat control pemerintahan namun menjadi instrument pendukung mencapai tujuan Negara. Pers selalu mendukung kebijakan yang dibuat oleh Negara, bukan menghasut masyarakat untuk melakukan penolakan terhadap suatu kebijakan Negara. 2. Teori Libertarian Dalam sistem pers ini, Negara mengekang pers dan masyarakat sehingga masyarakat menjadi seperti sebuah alat Negara untuk menjalankan kekuasaan. System pers ini mengeluarkan hak ijin memiliki media massa dengan menggunakan hak paten dimana hak ini dapat dimiliki ketika seseorang dekat dengan pemerintah. 3. Teori Tanggung Jawab Sosial 12 Lih.W.Lance Bennett & William Serrin, The Watchdog Role, dalam Geneva Overholser diunduh 18 September 2015 pukul

5 Pers tetap memiliki kebebasan untuk membuat suatu pemberitaan untuk masyarakat. tidak ada hak paten dalam system ini. Kebebasan yang ada harus tetap sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat. adanya kode etik jurnalistik untuk membatasi orang-orang yang terlibat didalam pers. Pers tidak membuat pemberitaan yang hanya menghibur dan menguntungkan ekonominya saja, namun juga pers harus mampu mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan pemberitaan yang baik. 4. Teori Soviet Komunis Pers dijadikan alat untuk mencapai tujuan Negara. Tidak adanya proses musyawarah namun menggunakan proses pengambilan keputusan oleh pemerintah. Dalam hal ini, pers bebas dari system kapitalis dikarenakan adanya kebebasan untuk memberikan informasi apapun selama tidak merugikan orang lain yang dalam hal ini mengancam keamanan negara. Kesejahteraan rakyat sangat diutamakan terutama kaum proletar. 2.3 Metode Framing Salah satu metode untuk menganalisis suatu pemberitaan di dalam media yang biasa digunakan untuk melihat dan menganalisis pembingkaian yang dilakukan oleh media atas isu-isu dalam pemberitaaan media adalah analisis framing.. Framing pada intinya merujuk kepada suatu pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi pada suatu discourse untuk menekankan kerangka pikir tertentu terhadap suatu peristiwa yang diwacanakan dalam berita. Framing memiliki dua konsepsi yang saling berelasi yaitu konsepsi psikologis dan konsepsi sosiologis. Konsepsi psikologis lebih memberi penekanan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Sedamgkan 11

6 konsepsi sosiologis merupakan proses seseorang mengklarofokasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya. Dalam analisis framing terdapat konsep analisis utama yaitu analisis William A. Gamson, analisis Murray Edelman, analisis Robert M.Entman, dan analisis Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki 1. Analisis framing menurut William A. Gamson Gamson melihat bahwa dalam wacana media massa (terutama berita) terdiri dari sejumlah kemasan melalui suatu konstruksi dibentuk. Kemasan merupakan skema atau struktur pemahaman yang dipakai seseorang ketika mengkonstruksi suatu pesan yang disampaikan dan menafsirkan pesan yang diterima. Ada dua perangkat bagaimana ide sentral yang merupakan framing diterjemahkan kedalam teks berita yaitu yang pertama framing devices yang berelasi langsung dengan ide sentral atau bingkai yang diterjemahkan kedalam teks berita. Perangkat ini ditandai dengan pemakaian kata, kalimat,metafora, dan grafik / gambar. Perangkat kedua adalah reasoning devices yang berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari teks tersebut yang merujuk pada gagasan tertentu (Eriyanto,2004: ). Ada beberapa komponen yang menjadi latar belakang analisis yang dikembangkan Gamson yaitu yang pertama elemen inti berita, yaitu ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam teks berita itu kemudian didukung dengan symbol tertentu untuk menekankan arti yang hendak dikembangkan dalam teks berita. Yang kedua adalah perangkat pembingkai atau framing devices. Perangkat ini dipakai untuk member citra negative maupun citra positif terhadap suatu berita atau obyek yang diberitakan. Yang ketiga adalah perangkat penalaran atau reasoning device hal ini dapat berupa suatu roots ataupun dengan member klaim moral tertentu. Tabel

7 Perangkat Analisis Framing William A.Gamson Frame Central organizing idea for making sense of relevant event, suggesting, what is at issues. Reasoning Devices Framing Devices (Perangkat Framing) (Perangkat Penalaran) Roots Methapors Analisis kausal sebabakibat Perumpamaan atau pengandaian Catchphrases Appeals to Principle Frase yang menarik, kontras, menonjol, Premis dasar, klaimklaim dalam suatu wacana moral Exemplar Mengaitkan bingkai dengan contoh uraian Consequences Efek atau konsekuensi yang didapat dari bingkai. Depiction Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif Visual Images Grafik, gambar, citra yang mendukung bingkai Sumber : Eriyanto,2002: Analisis framing menurut Murray Edelman 13

8 Menurut Edelman, apa yang kita ketahui tentang realitas atau tentang dunia tergantung pada bagaimana kita membingkai dan mengkonstruksi realitas. Realitas yang sama bisa jadi akan menghasilkan realitas yang berbeda ketika realitas tersebut dibingkai atau dikonstruksi dengan cara yang berbeda (Eriyanto,2002:186). Edelman mensejajarkan framing sebagai kategorisasi pemaknaan prespektif tertentu dengan pemakaian kata-kata yang tertentu pula yang menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami. Kategorisasi itu merupakan kekuatan yang besar dalam mempengaruhi pikiran dan kesadaran publik. Dalam mempengaruhi pikiran dan kesadaran public, kategorisasi lebih halus dibandingkan dengan propaganda. 3. Analisis framing menurut Robert N. Entman Entman (Robert E: hal 53) melihat framing dalam dua dimensu besar yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, menarik, berarti atau lebih diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol akan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. Table 2.2 Perangkat Analisis Robert N. Entman Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitasnya kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung didalamnya ada bagian berita yang dimasukkan, tetapi ada juga berita yang dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu. 14

9 Penonjolan Aspek Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari isu tertentu dari suatu peristiwa atau isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. Sumber: Eriyanto,2002:222. Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. 4. Analisis framing menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Pan dan Kosicki membuat suatu model analisis framing yang mengitregrasikan secara bersama-sama konsepsi psikologis yang melihat frame semata sebagai persoalan internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih tertarik melihat frame dari sisi bagaimana lingkungan social dikonstruksi seseorang (Eriyanto,2002:291). Bagi Pan dan Kosicki, dalam media, framing dipahami sebagai perangkat kognisi yang digunakan dalam informasi untuk membuat kode, menafsirkan, dan menyimpannya untuk dikomunikasikan kepada khalayak yang semuanya dihubungkan dengan konvensi, rutinitas, dan praktek kerja profesional wartawan (Eriyanto,2002:292). Framing kemudian dimaknai sebagai suatu cara atau strategi wartawan dalam mengkonstruksi dan memproses peristiwa untuk disajikan kepada khalayak. 15

10 Proses konstruksi berita yang dilakukan oleh wartawan tidaklah mudah. Wartawan bukanlah agen tunggal yang menafsirkan peristiwa, sebab paling tidak ada tiga pihak yang saling berhubungan yaitu wartawan, sumber, dan khalayak (Eriyanto,2002:292). Setiap pihak menafsirkan dan mengkonstruksi realitas dengan penafsiran tersendiri dan berusaha agar penafsirannya yang paling dominan dan menonjol. Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi-konsepsi yang ada dalam pikirannya semata. Hal itu dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain pertama, proses konstruksi itu juga melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan. Kemudian kedua, ketika menulis dan mengkonstruksi berita wartawan bukanlah berhadapan dengan public yang kosong. Ketiga, proses konstruksi itu juga ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja, profesi jurnalistik, dan standar professional dari wartawan. Peneliti memilih menggunakan analisa Pan dan Kosicki dikarenakan model analisis Framing Pan dan Kosicki lebih lengkap dimana didalam proses analisisnya mencakup konseps psikologis dan konseps sosiologis dimana dalam analisis framing yang lainnya tidak terdapat kedua konsepsi tersebut. Pan dan Kosicki membuat suatu model yang mengintegrasikan secara bersama-sama konsepsi psikologis yang melihat frame semata sebagai persoalan internal pikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih tertarik melihat frame dari sisi bagaimana lingkungan social dikonstruksi seseorang. Menurut pendekatan Pan dan Kosicki, framing dapat dibagi kedalam empat struktur besar. Struktur tersebut yaitu struktur Sintaksis, struktur Skrip, struktur Tematik, dan struktur Retoris. (Eriyanto,2002:295) Bagan 1 Perangkat Framing Model Pan dan Kosicki STRUKTUR PERANGKAT FRAMING 16 UNIT YANG DIAMATI SINTAKSIS, 1.Skema berita Informasi, kutipan,

11 1. Struktur Sintaksis Berhubungan dengan bagaimana jurnalis menyususn peristiwa, pernyataan, opini, kutipan, dan pengamatan atau peristiwa kedalam susunan umum berita. Keberadaan struktur sintaksis dapat dilihat dengan mengamati bagan dari skema sebuah berita yang meliputi headline, lead yang dipakai, dan latar kutipan yang diambil. Skema dari sebuah berita dapat meliputi : 17

12 a. Headline atau judul berita yang merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat kemenonjolan yang tinggi dan menunjukkan kecenderungan berita yang diangkat. Penonjolan ini dapat dilihat dari judul yang berhuruf besar, sedang dan kecil. Dari sisi bentuk hurufnya juga dapat dilihat beberapa makna dari jenis huruf. Posisi judul sangat penting karena kalau pembaca membuka atau melihat media massa, maka yang akan terbaca pertama kali adalah judulnya. Secara singkat judul memiliki beberapa fungsi yaitu : mengiklankan cerita atau berita, meringkaskan atau mengikhtisarkan cerita atau berita, dan mempercantik halaman surat kabar. b. Lead atau teras berita yang berada setelah judul yang terdiri dari satu alinea pendek dan merupakan intisari berita. Lead yang baik terdiri dari maksimal 35 kata dan menempatkan unsur when sebagai elemen berita yang penting untuk ditempatkan di teras berita. Teras memiliki beberapa fungsi yaitu menjawab rumus 5W + 1H, menekankan nilai berita dengan menempatkan pada posisi awal, memberikan identifikasi cepat tentang orang, tempat dan kejadian yang dibutuhkan bagi pemahaman cepat berita tersebut, dan mengiklankan isi berita secara keseluruhan agar pembaca tertarik membaca sampai ke akhir berita. c. Latar merupakan bagian dari berita yang dapat digunakan sebagai alasan pembenar gagasan yang diajukan dalam suatu teks. d. Kutipan sumber berita yang biasa dipahami sebagai usaha jurnalis untuk membangun objektifitas atau prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Kutipan bukan sekedar kalimat atau deretan kata yang dibuka dan ditutup dengan tanda kutip, karena kutipan member emosi, jiwa, dan warna pada tulisan.ada tiga jenis kutipan yaitu 18

13 kutipan langsung, kutipan parsial atau sebagian dan terakhir adalah kutipan tidak langsung atau uraian. Pengutipan sumber berita ini menjadi perangkat framing yang kuat atas tiga hal (Eriyanto,2002: ) yaitu 1. Mengklaim validitas dan kebenaran dari pernyataan yang dibuat dengan mendasarkan diri pada klaim otoritas akademik dan profesi 2. Menghubungkan point tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang berwenang 3. Mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang dihubungkan dengan kutipan klaim dan pandangan mayoritas sehingga pandangan tersebut Nampak menyimpang. (Nugroho, Eriyanto dan Sudarsais,1999:32) 2. Struktur Skrip Bentuk umum dari penulisan berita atau skrip adalah pola 5W + 1H (what,who,when,where,why,how).unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi pertanda framing yang ingin ditampilkan. 3. Struktur Tematik Tematik merupakan proses pengaturan tekstual yang disuguhkan kepada pembaca sehingga pembaca dapat memberikan perhatian pada bagian-bagian penting dari isi teks. Elemen dari struktur tematik adalah a. Detail merupakan elemen yang berelasi dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang. Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang menguntungkan dirinya atau citra yang baik. Sebaliknya, ia akan menampilkan informasi dalam jumlah sedikit jika hal itu merugikan kedudukannya. b. Koherensi dipahami sebagai penataan secara rapi realitas dan gagasan, fakta, dan ide-ide kedalam rangkaian kata yang logis 19

14 sehingga memudahkan untuk memahami pesan yang dikandungnya. Koherensi dapat ditampilkan melalui hubungan sebab akibat dan juga bisa sebagai penjelas. c. Bentuk kalimat merupakan sisi pemakaian kalimat yang berelasi dengan cara berfikir yang logis, yaitu prinsip kausalitas. Logika kausalitas jika diterjemahkan dalam bahasa menjadi susunan subjek dan predikat. d. Kata ganti merupakan elemen yang digunakan untuk melakukan manipulasi bahasa. Ada gejala umum dalam praktek jurnalisme, yaitu jurnalis menggunakan kata yang berbeda dengan makna yang sama dalam konteks yang sama. Misalnya saja adalah jurnalis lebih menggunakan kata tersangka daripada kata pelaku padahal keduanya memiliki makna yang sama. 4. Struktur Retoris Struktur retoris berhubungan dengan bagaimana cara jurnalis memberikan penekanan arti tertentu dalam berita yang disusunnya. Jurnalis menggunkaan perangkat retoris untuk membangun citra, meningkatkan point-point yang menonjol pada sisi tertentu dan meningkatkan gambaran yang diinginkan dari suatu berita. Beberapa elemen struktur retoris yang digunakan wartawan/pers yaitu : a. Leksikon merupakan elemen yang menandakan bagaimana seseorang memilih kata dari berbagai kemungkinan kata yang disusunnya. Pilihan-pilihan kata yang dipakai memperlihatkan sikap atau ideology tertentu dari jurnalis. b. Grafis merupakan elemen yang dipergunakan untuk memberi penekanan atau penonjolan sebuah isu melalui pemakaian foto, diagram, grafis, table, kartun,dll. Elemen grafis sangat mewakili realitas yang membuat erat muatan ideology pesan dengan khalayak. 20

15 c. Metafora merupakan unsure ketiga dalam retoris. Dala berita, jurnalis bukan hanya menyusun teks saja, namun untuk menghidupkan berita, para jurnalis menuliskan pula kiasan, ungkapan, perbandingan, dll. Secara literal, metafora dapat diartikan sebagai cara untuk memindahkan makna dengan merealisasikan dua fakta melalui analogi atau memakai kiasan dengan menggunakan kata-kata. 2.4 Penelitian Sebelumnya 1. Jurnal Analisis Framing Pemberitaan Kompas.com Dan Vivanews.com Pada Peristiwa Runtuhnya Terowongan Tambang PT Freeport Indonesia Oleh: Dewi Prawitasari, Mahasiswa Unversitas Airlangga, Surabaya Dalam penelitiaannya Dewi memilih kasus runtuhnya terowongan tambang PT Freeport Indonesia karena pada kasus tersebut menimbulkan masalah dalam sosial dan lingkungan di Papua yang menyebabkan protes masyarakat bahkan dunia internasional. Sehingga pemberitaan mengenai runtuhnya terowongan tambang PTFI pada tanggal 14 Mei 2013 juga merupakan peristiwa kecelakaan tambang terbesar dengan jumlah korban terbanyak. Kesimpulan dari jurnal tersebut, Kedua surat kabar online tersebut memberitakan secara berbeda karena terdapat fakta yang ditemukan dari ekonomi politik bahwa kepemilikan saham 10% PTFI yang pernah dimiliki oleh anak perusahaan Bakrie Group yakni PT Indocopper Investama, diasumsi akan mempengaruhi konten pemberitaan mengenai PTFI dalam Vivanews.com yang merupakan andalan Bakrie Group untuk memenuhi investasi dalam media portal berita. Sedangkan Kompas.com yang tidak memiliki kepentingan didalam PTFI merasa bahwa peristiwa yang dialami atau yang berkaitan dengan respon terhadap peristiwa runtuhnya terowongan tambang tersebut perlu digali lebih dalam untuk diinformasikan kepada khalayak. 21

16 2. Analisis Framing Berita Presiden SBY Menjabat Ketua Umum Partai Demokrat Tahun 2013 Pada Portal Berita Kompas.com Dan Tempo.co.id Oleh: Sabila Assami, Ilmu Komunikasi, Universitas Brawijaya, Malang, Dalam jurnal ini Sabila mengambil pemberitaan terpilihnya Presiden SBY menjadi Ketua Umum Partai Demokrat karena pada saat itu pemberitaan tersebut banyak diperbincangkan di berbagai media, termasuk media online. Dua media online yang tergolong surat kabar online tersebut sama-sama memberitakan peristiwa tersebut sebagai peristiwa besar. Secara keseluruhan, berita rubik politik mengenai SBY yang menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat pada portal berita Kompas.com dan Tempo.co.id memiliki kesamaan konstruksi yaitu memiliki kepentingan untuk mendukung SBY dengan cara menonjolkan beberapa aspek kedalam isi berita. Yang membedakan penelitian ini dengan dua penelitian sebelumnya yang disebutkan diatas adalah penelitian ini mendeskripsikan bukan hanya framing yang dilakukan surat kabar online terhadap satu pokok pemberitaan seperti yang dijelaskan dua penelitian sebelumnya, melainkan mendeskripsikan framing yang dilakukan surat kabar online kepada satu tokoh (Rizal Ramli) lewat beberapa pemberitaan yang dimuat di dua surat kabar online selama tujuh hari setelah dilantik menjadi menko kemaritiman. 2.5 Kerangka Pikir Penelitian 22

17 Bagan 2 Bagan Kerangka Pikir Tindakan Rizal Ramli Pro Kontra Konstruksi Media Pemberitaan Di Surat Kabar Online Detik.com Kompas.com Analisis Framing Pan dan Kosicki - Struktur Sintaksis - Struktur Skrip - Struktur Tematik - Struktur Retoris Pembingkaian Detik.com Pembingkaian Kompas.com Dengan tindakan-tindakan yang dilakukan Rizal Ramli setelah beliau menjabat sebagai menko kemaritiman menimbulkan pro dan kontra di khalayak. 23

18 Mulai dari hal yang positif sampai ke hal yang negatif. Dengan adanya pro dan kontra, media mengambil peluang untuk melakukan sebuah pembingkaian berita dari realita yang terjadi tentang tindakan tindakan yang dilakukan Rizal Ramli. Dengan banyaknya pemberitaan yang dimuat dalam media digital, surat kabar online terkhususnya, peneliti memilih menganisa pemberitaan dari dua surat kabar online nasional, yaitu Detik.com dan Kompas.com. peneliti menganalisa dua surat kabar online tersebut menggunakan analisis framing. peneliti akan melakukan menggunakan metode Framing Pan dan Kosicki dalam menganalisa tentang framing yang dilakukan dua surat kabar online (Detik.com dan Kompas.com) terhadap pemberitaan isu kontroversi pro kontra tindakan Rizal Ramli. Analisis yang akan dilakukan dibagi menjadi 4 struktur besar yaitu struktur Sintaksis, Skrip, Tematik dan Retoris. Setelah dilakukan analisis tersebut, diharapkan dapat diperoleh hasil pembingkaian yang dilakukan dua surat kabar online (Detik.com dan Kompas.com) terhadap pemberitaan isu kontroversi pro kontra tindakan Rizal Ramli.. 24

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak.

peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian ini menggunakan analisis framing, analisis framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan dalam

Lebih terperinci

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom

Konsep dan Model-Model Analisis Framing. Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep dan Model-Model Analisis Framing Dewi Kartika Sari, S.Sos., M.I.Kom Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan penyorotan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kondisi empirik objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 25

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kondisi empirik objek penelitian berdasarkan karakteristik yang dimiliki. 25 BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini tipe yang digunakan adalah bersifat deskriptif kualitatif dimana, penelitian memberikan gambaran atau penjabaran tentang kondisi empirik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Adapun bentuk penelitiannya adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan suatu objek yang berkenaan dengan masalah yang diteliti tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Framing Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok, atau apa saja) dibingkai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat

BAB III METODOLOGI. lukisan secara sitematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifatsifat 44 BAB III METODOLOGI 3.1 Tipe/Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan untuk mengurai atau menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Menurut Crasswell, beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat makna teks yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian. diciptakan melalui tayangan program Minta Tolong di RCTI.

Bab III. Metodologi Penelitian. diciptakan melalui tayangan program Minta Tolong di RCTI. Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dimana penelitian ini berusaha melihat konstruksi realitas sosial yang diciptakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi

BAB III METODE PENELITIAN. oleh proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial, budaya dan ekonomi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan kritis secara ontologi berpandangan bahwa realitas yang teramati (virtual reality) merupakan realitas semu yang telah terbentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dimana penelitian ini berusaha melihat konsrtuksi dari iklan. Menurut Bogdan dan Taylor bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yaitu seperangkat pengetahuan tentang langkahlangkah yang sistematis dan logis tentang pencairan data yang berkenaan dengan masalah tertentu untuk diolah, dianalisis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan

BAB III METODE PENELITIAN. yang bersifat menjelaskan, menggambarkan atau menuturkan dan menafsirkan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan metode pendekatan kualitatif, merupakan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI

13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI 13 ZHONGDANG PAN DAN GERALD M. KOSICKI KELOMPOK 12 : DEWI KUSUMA ( 056182 ) DEWI PUSPITA ( 056058 ) MOCH. AKBAR ( 056179 ) NURMAWATI D. LIANA ( 056080 ) SUCHI MAHADEWI ( 056067 ) Zhongdang Pan dan Gerald

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metode riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sebagai prosedur penelitian data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

Lebih terperinci

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing)

EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) EPILOG (ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Analisis Framing) oleh : Erma Restiani (056056) Galih Pratiwi (056471) Irma Yulita Silviani (057160) Rini Septiani (056411) FAKULTAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Model framing yang digunakan dalam menganalisis konstruksi media dalam pemberitaan adalah model framing yang dikemukakan oleh Pan dan Kosicki. Dalam model ini, perangkat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. film Kubur Kabar Kabur. Dari keseluruhan film, sutradara telah mengkonstruksi

BAB V PENUTUP. film Kubur Kabar Kabur. Dari keseluruhan film, sutradara telah mengkonstruksi 106 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil-hasil temuan penelitian, wawancara, dan analisis yang dilakukan peneliti, dapat disimpulkan bahwa bagaimana profesi seorang jurnalis dikonstruksi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa Kisruh APBD DKI merupakan salah satu peristiwa sedang ramai diberitakan di berbagai media massa. Pemberitaan Kisruh APBD DKI merupakan berita yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis framing dan menggunakan dokumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif, yang menggunakan metode analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

BAB III METODE PENELITIAN. menyeluruh dan dengan cara deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian analisis teks media.

Lebih terperinci

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI.

09ILMU. Modul Perkuliahan IX. Metode Penelitian Kualitatif. Metode Analisis Framing. Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm KOMUNIKASI. Modul ke: Modul Perkuliahan IX Metode Penelitian Kualitatif Metode Analisis Framing Fakultas 09ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm Program Studi Public Relations Judul Sub Bahasan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang 50 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Media Massa Media adalah pengantara atau saluran dalam menyebarkan suatu informasi atau pesan dari komunikator kepada komunikan. Menurut McLuhan (Nova. 2009: 204) media massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan 49 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan konstruksionis. Dan pendekatan ini mempunyai paradigma yang mempunyai posisi dan pandangan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pemberitaan seputar eksekusi terpidana mati Amrozi cs 2008 telah menarik perhatian besar beberapa surat kabar dan menjadi berita hangat di beberapa surat kabar di

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan 34 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma dalam penelitian berita berjudul Maersk Line Wins European Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia Representasi jilbab..., Sulistami Prihandini, FISIP UI, 2008 31 BAB 3 METODOLOGI 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton (1990), paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat paradigma. Pendekatan kualitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat paradigma. Pendekatan kualitatif yang 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat paradigma. Pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Surat kabar merupakan salah satu media massa yang digunakan oleh seorang penulis (wartawan) untuk menuangkan ide masing-masing dalam analisis data-data yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe atau jenis penelitian ini adalah penelitian interpretif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma merupakan sebuah konstruksi manusia yaitu gagasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini memiliki fokus penelitian yang kompleks dan luas. Ia bermaksud memberi makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

BAB I PENDAHULUAN. telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konstek Penelitan Saat ini perkembangan manusia dengan potensi bawaannya tentang memunculkan ide, telah menciptakan peradaban manusia itu sendiri yang berganti-ganti tapi semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma konstruksionis. Menurut Bogdan dan Bikien, paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang

BAB III METODE PENELITIAN. tentang langkah langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang 32 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metodologi riset adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis framing (bingkai), yang dalam penelitian ini selanjutnya menggunakan istilah analisis bingkai merupakan salah satu bentuk alternatif dari model analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif-kualitatif dengan menggunakan studi dokumentasi yang diperoleh berupa

Lebih terperinci

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom

09Ilmu. Analisis Framing. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Modul ke: Analisis Framing Memahami analisis framing dalam Pemberitaan Media. Jenis analisis framing, framing dan ideologi. Fakultas 09Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cara pandangnya terhadap dunia. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cara pandangnya terhadap dunia. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah seperangkat kepercayaan dasar yang menjadi prinsip dasar yang ada dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara pandangnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Berikut ini metode penelitian dalam penelitian ini. Metodologi penelitian meliputi (1) metode penelitian, (2) teknik pengumpulan data, (3) teknik pengolahan data, (4) sumber dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam berbagai aspek, paradigma membantu merumuskan apa yang harus dipelajari. Ia merupakan suatu kesatuan konsensus yang terluas dalam suatu bidang ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap teks yang terdapat pada website Komisi Penyiaran Indonesia dan. Masyarakat Ikut Awasi TV edisi 25 Maret 2014.

BAB V PENUTUP. terhadap teks yang terdapat pada website Komisi Penyiaran Indonesia dan. Masyarakat Ikut Awasi TV edisi 25 Maret 2014. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Bab ini menjelaskan kesimpulan dari fungsi media massa sebagai medium penyebar informasi dalam mengonstruksi literasi media. Penelitian ini dilakukan terhadap teks yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri media di Indonesia yang kini berorientasi pada kepentingan modal telah menghasilkan suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui

BAB I PENDAHULUAN. wakil presiden dipilih oleh MPR dan anggota-anggotanya dipilih melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilu yang bersifat demokratis di Indonesia terwujud untuk pertama kalinya pada tahun 1999. Di mana rakyat dapat memilih sendiri wakil-wakil lembaga pemerintahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Judul penelitian ini adalah : Konstruksi Nilai Rancangan Pesan ESQ 165 Dalam Pembangunan Karakter Indonesia Emas (Analisis Framing Program Indonesia Emas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sebagai bahan rujukan berjudul: Analisa Framing Pemberitaan Pemilukada Kabupaten Mesuji Tahun 2011 pada skh Lampung Post,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gratifikasi seks sudah tidak asing lagi saat ini. Sejak dulu Gratifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Gratifikasi seks sudah tidak asing lagi saat ini. Sejak dulu Gratifikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gratifikasi seks sudah tidak asing lagi saat ini. Sejak dulu Gratifikasi berada di konteks apapun. Kata gratifikasi berasal dari bahasa Belanda yaitu Gratificatie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Online Media online memiliki kategori yang membedakan dengan media konvensional, diantaranya adalah breaking news, yang merupakan berita singkat yang ditulis nyaris bersamaan

Lebih terperinci

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA 1Pratiwi Asri, 1 Abdurrahman Jemat, M.S. 1Program Studi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Media Massa

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Media Massa BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Media Massa Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal (Bungin, 2006 : 7), maksudnya media massa adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Temuan

BAB V PENUTUP A. Temuan BAB V PENUTUP A. Temuan Harian Jogja merupakan media lokal yang cukup aktif dalam memantau berbagai perkembangan mengenai pembangunan bandara di Kulon Progo. Arah pemberitaan (September 2014 - Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi

BAB I PENDAHUUAN. berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media. bisa bertahan. Kecepatan media online dalam menyampaikan informasi BAB I PENDAHUUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada saat ini cukup berdampak pada pertumbuhan media online di Tanah Air. Media konvensional terpaksa harus beralih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Elemen dasar seluruh isi media massa, entah itu hasil liputan seperti berita, laporan pandangan mata, hasil analisis berupa artikel berupa artikel opinion adalah bahasa (verbal dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara penganut sistem Demokrasi, dimana kekuasaan yang berada ditangan rakyat (pemerintahan rakyat). Maksud dari pemerintahan rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. masalah-masalah tertentu. Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metodologi penelitian merupakan seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematik logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012

KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 0 KONSTRUKSI MEDIA TERHADAP REALITAS PEMBERITAAN PEMILIHAN CALON GUBERNUR DKI, JOKO WIDODO DI HARIAN UMUM SOLOPOS BULAN FEBRUARI-MEI 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA

FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA FRAMING BERITA GAYUS TAMBUNAN DI SURAT KABAR MEDIA INDONESIA DAN REPUBLIKA Tuesday, April 29, 2014 http://www.esaunggul.ac.id/article/framing-berita-gayus-tambunan-di-surat-kabar-media-indonesia-dan-r

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian pendekatan kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat yang kian berkembang pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu yang besar. Mereka ingin tahu apa yang terjadi di tengah-tengah dunia global. Program informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Dalam melakukan penelitian untuk memperoleh fakta yang dipercaya kebenarannya, maka metode penelitian itu penting artinya,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Fenomena yang dijadikan objek penelitian adalah isi editorial Hortikultura

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Fenomena yang dijadikan objek penelitian adalah isi editorial Hortikultura BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Fenomena yang dijadikan objek penelitian adalah isi editorial Hortikultura Tabloid Sinar Tani periode Januari 2013 sampai Desember 2013. Penentuan obyek

Lebih terperinci

KONTROVERSI MISS WORLD 2013 DI MEDIA

KONTROVERSI MISS WORLD 2013 DI MEDIA KONTROVERSI MISS WORLD 2013 DI MEDIA Yudin Taqyudin dan Rulli Nasrullah Abstrak Berita tidak sekadar merupakan realitas dari peristiwa yang ada di lapangan dan dilaporkan oleh wartawan dan media. Dalam

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

Analisis Framing Pemberitaan Meninggalnya Artis Olga Syahputra di Detikcom dan Kapanlagi.com Tanggal 27 Maret 2015

Analisis Framing Pemberitaan Meninggalnya Artis Olga Syahputra di Detikcom dan Kapanlagi.com Tanggal 27 Maret 2015 Analisis Framing Pemberitaan Meninggalnya Artis Olga Syahputra di Detikcom dan Kapanlagi.com Tanggal 27 Maret 2015 Izmi Dwi Apriani 1B815838 Ilmu Komunikasi Latar Belakang Masalah 27 Maret 2015 Rumusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Dalam bab sebelumnya penulis menguraikan bangunan konsep dan teori-teori yang relevan sebagai bahan rujukan berkaitan dengan topik penelitian. Selanjutnya dalam bab tiga ini, penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polemik Ujian Nasional dalam Harjo (Studi Analisis Framing Pemberitaan

BAB I PENDAHULUAN. Polemik Ujian Nasional dalam Harjo (Studi Analisis Framing Pemberitaan BAB I PENDAHULUAN A. Judul Polemik Ujian Nasional dalam Harjo (Studi Analisis Framing Pemberitaan Surat Kabar Harian Jogja Mengenai Polemik Ujian Nasional SMA Periode April 2011). B. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pesannya menggunakan media massa, pihak komunikan dalam komunikasi massa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pesannya menggunakan media massa, pihak komunikan dalam komunikasi massa BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa Komunikasi massa dalam tinjauan praktis adalah proses penyampaian pesan dari komunikator (pengirim) kepada komunikan (penerima) dengan menggunakan media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Sejak lahir, manusia telah dikutuk untuk bebas. Dalam segala hal, mereka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Sejak lahir, manusia telah dikutuk untuk bebas. Dalam segala hal, mereka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Sejak lahir, manusia telah dikutuk untuk bebas. Dalam segala hal, mereka bebas melakukan apa yang mereka inginkan. Termasuk dalam profesi yang tengah mereka tekuni.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan

ABSTRAK. Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan ABSTRAK JUDUL : Analisis Bingkai: Objektifikasi Perempuan dalam Buku Sarinah NAMA : Yudha Setya Nugraha NIM : D2C009030 Munculnya berbagai kasus kasus seperti pemerkosaan diangkot, kekerasan dalam rumah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif,

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, penelitian ini berupa studi tekstual yakni data dari dokumen yang diperoleh berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Media massa berfungsi sebagai alat penyalur pesan untuk disampaikan kepada khalayak, oleh sebab itu media massa mempunyai peran penting dalam mempersuasif masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa memiliki peran signifikan yang besar dalam pembentukkan persepsi mengenai bagaimana sosok pria dan wanita. Dengan demikian tercerminkan wacana dominan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha

BAB I PENDAHULUAN. adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha BAB I PENDAHULUAN Salah satu TV Lokal yang konsisten dalam mengangkat isu/konten daerah adalah stasiun DAAI TV merupakan sebuah stasiun televisi milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Yayasan Buddha Tzu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kerangka Konseptual 2.1.1 Pengertian Media Online Pengertian media online secara khusus adalah media yang menyajikan karya jurnalistik (berita, artikel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam. menyampaikan aspirasi rakyat kepada pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa dinilai mempunyai peranan yang besar dalam menjembatani atau sebagai penghubung informasi kepada khalayak luas dalam bidang politik, sosial, keamanan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci

Bagan 3.1 Desain Penelitian

Bagan 3.1 Desain Penelitian 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti mencoba mengilustrasikan desain penelitian dalam menganalisis wacana pemberitaan Partai Demokrat dalam Media Indonesia. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wardi Bahtiar dalam bukunya Metodologi Penelitian Dakwah. kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya 26. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada dasarnya penelitian itu merupakan usaha menemukan, mengembangkan dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini etika jurnalistik atau pemberitaan media seakan krisis objektivitas. Etika yang seharusnya menjunjung tinggi objektvitas berita kini seakan semakin

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. tujuan penulisan yang telah dipaparkan pada pendahuluan, peneiliti kemudian

BAB IV PENUTUP. tujuan penulisan yang telah dipaparkan pada pendahuluan, peneiliti kemudian 230 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti untuk menjawab tujuan penulisan yang telah dipaparkan pada pendahuluan, peneiliti kemudian menarik kesimpulan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung yang menuai polemik

BAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung yang menuai polemik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proyek pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung yang menuai polemik di kalangan publik, belakangan telah menjadi isu hangat dan terus menjadi sorotan pemberitaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Naiknya harga BBM selalu menjadi isu yang ramai dibicarakan dan juga menimbulkan pro dan kontra. Karena perkembangan kehidupan manusia seirama dengan kemajuan

Lebih terperinci