PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA"

Transkripsi

1 PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Oleh : Rochmad Agus Setiawan NIM S10040 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014 i

2 i

3

4 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr. Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi yang berjudul PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Proposal Skripsi ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada yang terhormat : 1. Ayah dan Ibuku tercinta, terima kasih atas do a dan dukungan yang senantiasa engkau berikan untuk keberhasilanku, serta segala kesabaranmu dalam mendidik dan membesarkanku selama ini. Kuhadiahkan kelulusan ini padamu, meski tak sebanding dengan pengorbananmu selama ini. 2. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. iv

5 3. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.M.Kep, selaku ketua Prodi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. 4. Ibu Wahyuningsih Safitri S.Kep.,Ns.M.Kep, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. 5. Bapak Ari Setiyajati S.Kep.,Ns, Selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis. 6. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes. yang telah menguji dengan sabar dan memberi arahan kepada penulis. 7. Teman-teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta,dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Proposal Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamualaikum Wr. Wb Surakarta, 19 Juni 2014 Penulis (RochmadAgusSetiawan) NIM. S10040 v

6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAN BAGAN DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK i ii iii iv v vii xi xii xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang RumusanMasalah TujuanPenelitian TujuanUmum TujuanKhusus ManfaatPenelitian 5 vi

7 1.5 KeaslianPenelitian 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Lanjut Usia Definisi Lansia Klasifikasi Lansia Tipe Lansia Perubahan Proses Menua Demensia Definisi Demensia Klasifikasi Demensia Penyebab Demensia Stadium Demensia Pemeriksaan Demensia Kognitif Definisi Kognitif Fungsi Kognitif Instrumen Pengukuran Kognitif Senam otak Definisi Senam otak Manfaat Senam otak Pelaksanaan Gerakan Senam otak Contoh Gerakan Senam otak Kerangka Teori Kerangka Konsep Hipotesis Penelitian vii

8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Populasi dan Sampel Populasi Sampel Tempat dan Waktu Penelitian Variabel, Definisi, dan Skala Pengukuran Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data Alat Instrumen Cara Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisa Data Teknik Pengolahan Data Analisa Data Etika Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN 5.1 Karakteristik Responden Jenis Kelamin Usia Pendidikan Analisis Univariat Fungsi Kognitif Sebelum Diberikan Senam Otak Fungsi Kognitif Sesudah Diberikan Senam Otak Analisis Bivariat...39 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden Usia Jenis Kelamin Pendidikan viii

9 5.2 Analisis Univariat Fumgsi Kognitif Sebelum Senam Otak Fungsi Kognitif Sesudah Senam Otak Analisis Bivariat Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.2 Keaslian Penelitian...6 Tabel 2.1 Variabel, Definisi Operasional dan Skala pengukuran...27 Tabel 4.1 Jenis Responden...36 Tabel 4.2 Usia...37 Tabel 4.3 Pendidikan...37 Tabel 4.4 Fungsi Kognitif Sebelum Senam Otak...38 Tabel 4.5 Fungsi Kognitif Sesudah Senam Otak...38 Tabel 4.6 Uji Normalitas Shapiro-wilk...39 Tabel 4.7 Uji Paired Sample t-test...40 x

11 DAFTAR GAMBAR Halaman GAMBAR 2.1 : Senam Otak Coretan Ganda GAMBAR 2.2 : Senam Otak Burung Hantu GAMBAR 2.3 : Senam Otak Pasang Telinga xi

12 DAFTAR GRAFIK DAN BAGAN Halaman BAGAN 1 : Kerangka Teori...24 BAGAN 2 : Kerangka Konsep...25 xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : F.01 Usulan Topik Penelitian : F.02 Pengajuan Judul Skripsi : F.03 Pergantian Judul Skipsi : F.04 Pengajuan Studi Pendahuluan : F.05 Lembar Oponen Sidang Proposal : F.06 Lembar Audience Ujian Sidang Proposal : Surat Studi Pendahuluan : Surat Balasan Studi Pendahulun : Jadwal Penelitian Lampiran 10 : Surat Ijin Penelitian Lampiran 11 : Surat Balasan Ijin Penelitian Lampiran 12 : Surat Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 13 : Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 14 : Data Demografi Partisipan Lampiran 15 : Lembar Kuesioner Nilai Skor Mental State Examination Lampiran 16 : Data Karakteristik Responden Lampiran 17 : Hasil Uji SPSS Lampiran 18 : Penjelasan Penelitian Lampiran 19 : SOP Senam Otak Lampiran 20 : Dokumentasi Penelitian xiii

14 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013 Rochmad Agus Setiawan Pengaruh Senam Otak Dengan fungsi Kognitif Lansia Demensia Abstrak Demensia merupakan sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Senam otak adalah metode gerak aktif dan latih otak untuk mengaktifkan dua belah otak dan memadukan fungsi semua bagian otak sehingga dapat meningkatkan fungsi kognitif. Desain penelitian ini adalah quasy experiment dengan pre and post test without controldengan tehnik total sampling.sample dalam penelitian ini adalah lansia yang berada di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta sebanyak 15 orang. Alat pengumpulan data yangdigunakan kuesioner Mini Mental Status Examination. Analisis uji statistik ini menggunakanpaired sample t test. Hasil penelitian ini menunjukkan t hitung (8,500) > t table (6,714) dan p value0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak artinya ada pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia. Senam otak efektif untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia demensia. Diharapkan lansia dapat melakukan senam otak secara teratur. Kata Kunci : Senam otak, Lansia, Fungsi Kognitif, Demensia Daftar Pustaka :45 ( ) xiv

15 BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA 2014 Rochmad Agus Setiawan THE EFFECT OF BRAIN GYMNASTICS ON COGNITIVE FUNCTION OF THE DEMENTIA ELDERLY ABSTRACT Dementia is a clinical syndrome which includes the severe loss of intellectual function and memory so that it causes dysfunctions in their daily life. Brain gymnastics is an active motion method and a brain exercise to activate the two halves of the brain and to integrate all of the functions of the two halves so as to improve the cognitive functions. The objective of this research is to investigate the effect of brain gymnastics on cognitive function of the dementia elderly. This research used the quasi experimental research method with the pretest and posttest without control design. The samples of the research were taken by using the total sampling technique. They consisted of the dementia elderly as many as 15 person living in Darma Bakti Kasih Nursing Home of Surakarta. The data of the research were gathered through questionnaire of Mini Mental Status Examination. The data of the research were statistically analyzed by using the paired sample t test. The result of the research shows that the value of t count is 0.000, which is smaller than that of α =0.05 so that H o is rejected, meaning that there is an effect of brain gymnastics on cognitive function of the dementia elderly. Thus, a conclusion is drawn that the brain gymnastics is effective to improve the cognitive function of the dementia elderly. The elderly are expected to carry out the brain gymnastics regularly. Keywords: Brain gymnastics, elderly, cognitive function, and dementia References: 45 ( ) xv

16 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Maryam 2011). Usia permulaan tua menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang lanjut usia menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia tua. (Nugroho 2008). Proses menua dan usia lanjut merupakan proses alami yang dialami setiap orang (Atun 2008). Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nugroho 2008). Jumlah penduduk lansia di indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta (8,9%) dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, tahun 2010 sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Badan Pusat Statistika 2010). Jumlah tersebut termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang (Badan Pusat Statistik, 2010). Di wilayah Asia Pasifik, jumlah lanjut usia akan meningkat dengan pesat dari 410 juta tahun 2007 menjadi 733 juta pada 2025, dan di perkirakan menjadi 1,3 miliar pada tahun 2050 (Murwani 2011). 1

17 2 Jumlah penduduk lanjut usia atau yang berusia 60 tahun ke atas di kota yogyakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2005 sebesar 6,13% dengan usia harapan hidup pada laki-laki 66,38 dan untuk perempuan 70,25 sedangkan pada tahun 2007 sebesar 9,2% dengan usia harapan hidup pada laki-laki 67,1 tahun dan untuk perempuan 71,1 tahun (murwani 2011). Data penduduk lanjut usia di Surakarta tercatat jumlah yang berusia 65 tahun keatas sebanyak orang (Badan Pusat Statistika Surakarta 2012). Lansia merupakan seseorang yang karena usianya yang lanjut mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatanya. Oleh karena itu, kesehatan pada lanjut usia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap memberikan motivasi agar lansia dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuanya (UU Kesehatan No 36 Tahun 2009 pasal 138). Meningkatnya populasi lansia akan dapat menimbulkan masalah masalah penyakit pada usia lanjut. Menurut Departemen Kesehatan tahun 1998, terdapat 7,2 % populasi usia lanjut 60 tahun keatas untuk kasus demensia. Sebanyak 5 % usia lanjut tahun menderita demensia dan akan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45% pada usia diatas 85 tahun (Nugroho, 2008). Demensia merupakan suatu gangguan fungsi daya ingat yang terjadi perlahan lahan, serta dapat mengganggu kinerja dan aktivitas kehidupan sehari hari (Atun 2010).

18 3 Demensia di tandai dengan adanya gangguan mengingat jangka pendek dan mempelajari hal hal baru, gangguan kelancaran berbicara (sulit menyebutkan nama benda dan mencari kata kata untuk diucapkan), keliru mengenai tempat - waktu orang atau benda, sulit hitung menghitung, tidak mampu lagi membuat rencana, mengatur kegiatan, mengambil keputusan, dan lain lain (Sumijatun 2005). Cara untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia adalah terapi aktifitas kelompok dengan terapi Reminiscene ini memberikan manfaat untuk memelihara identitas individu dan juga dapat meningkatkan fungsi kognitif, karena lansia akan menggunakan masa lalunya untuk mempertahankan pendapatnya dari kritik (Johnson 2005). Cara lain yang dapat digunakan untuk meningkatan fungsi kognitif yaitu brain gym atau senam otak/olahraga. Senam otak tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kedua belahan otak untuk bekerja (Tammase 2009). Berdasarkan penelitian dengan judul pengaruh senam otak terhadap peningkatan konsentrasi belajar siswa umur tahun terdapat peningkatan konsentrasi belajar pada siswa didapatkan hasil yang signifikan p (= 0,01) (Noviana 2010). Menurut penelitian dengan judul pengaruh senam otak terhadap fungsi memori jangka pendek anak dari keluarga status ekonomi rendah terdapat peningkatan yang bermakna fungsi memori jangka pendek setelah pelaksanaan senam otak 3 kali seminggu selama 2 bulan pada anak dan keluarga status ekonomi rendah (Puji 2009).

19 4 Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta terdapat jumlah lansia 52 orang dan yang mengalami demensia berjumlah 15 orang. Hasil wawancara dari 15 orang lansia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta yang mengalami demensia mengatakan keluhan yang sering dirasakan lansia di panti yaitu sering lupa saat menaruh barang, mudah lupa dengan nama sesama lansia di panti dan sering kebingungan saat di tanya seseorang. Hal yang mendasari tempat penelitian di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta dikarenakan di panti tersebut terdapat paling banyak lansia yang mengalami demensia dari panti yang lain. Berdasarkan fenomena yang terjadi di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta peneliti ingin mengambil judul yaitu pengaruh senam otak (brain gym) dengan fungsi kognitif lansia demensia. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif pada lansia demensia Tujuan Khusus 1. Untuk menggambarkan fungsi kognitif sebelum diberikan senam otak pada lanjut usia yang mengalami demensia.

20 5 2. Untuk menggambarkan fungsi kognitif sesudah diberikan senam otak pada lanjut usia yang mengalami demensia. 3. Untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah diberikan senam otak dengan fungsi kognitif pada lanjut usia yang mengalami demensia. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat bagi pra lansia Hasil penelitian tentang terapi senam otak ini diharapkan dapat digunakan bagi pra lansia yang belum mengalami demensia serta mencegah terjadinya tingkat demensia yang lebih berat Manfaat bagi Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta: Hasil penelitian ini diharapkan untuk memberikan informasi dan masukan secara obyektif mengenai penanganan pada lansia yang mengalami demensia untuk mengoptimalkan fungsi kognitif dengan senam otak (brain gym) Manfaat bagi institusi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya mengembangkan program dalam rangka meningkatkan kesehatan lansia dengan senam otak sebagai salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi kognitif pada lansia Manfaat bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam penelitian selanjutnya serta tindakan lain seperti terapi kognitif

21 6 untuk mengoptimalkan fungsi kognitif pada usia lanjut dengan demensia Manfaat bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri dalam melaksanakan penelitian tentang demensia pada lansia khususnya dalam mengoptimalkan fungsi kognitif dengan senam otak (brain gym). 1.5 Keaslian Penelitian Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penelusuran jurnal, peneliti belum menemukan penelitian yang sama dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu tentang pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta. Namun demikian, beberapa penelitian yang hampir serupa pernah dilakukan, seperti berikut ini: Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian Penelitian Penelitian Lisnaini 2012 Senam vitalitas otak dapat meningkatkan fungsi kognitif usia dewasa muda Desain penelitian adalah Quasy exsperiment group designs dengan rancangan post test group Fungsi kognisi menunjukkan rerata sebelum senam 9,15 (±1,7) dan rerata setelah senam 15,85 (±1,13). Terdapat peningkatan 6,7 nilai digit span setelah senam vitalitas otak (p 0,05). Senam vitalitas otak dapat

22 7 designs. meningkatan fungsi kognitif pada usia muda. Festi 2010 Pengaruh brain gym terhadap peningkatan fungsi kognitif lansia di karang werdha peneleh Surabaya Desain penelitian ini adalah quasy experiment dengan teknik Random sampling. Ada pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif lansia Hasil tabulasi kemudian diuji dengan uji statistic McNemar dan Chi-Square dengan taraf signifikansi (α) = 0.05 dengan hasil P = pada uji McNemar dan pada uji Chi Square dengan hasil P = 0,03.. Anton surya prasetya 2010 Pengaruh terapi kognitif dan senam latih otak terhadap tingkat depresi dengan harga diri rendah pada klien lansia di panti tresna wredha bakti yuswa natar lampung. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasy experiment, desain prepost test design with control group. Hasil penelitian ini didapatkan tingkat depresi menurun lebih bermakna pada kelompok intervensi yang mendapatkan terapi kognitif dan senam otak dibanding kelompok kontrol yang hanya mendapatkan terapi kognitif yaitu selisih 1,18 poin (p value < 0,005).

23 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan teori Lansia Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia (elderly) adalah tahun, lanjut usia tua (old) adalah tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho 2008). Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4), UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usioa lebih dari 60 tahun (Maryam 2011). Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita, yang masih aktif beraktivitas dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Nugroho 2008) Klasifikasi Lansia Klasifikasi lansia dibagi menjadi 5 yaitu pralansia, lansia, lansia resiko tinggi, lansia potensial, lansia potensial. Pralansia (prasenelis) adalah seseorang yang berusia antara tahun. Lansia yaitu 8

24 9 seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih untuk Lansia Resiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dan bermasalah dengan kesehatan seperti menderita rematik, demensia, mengalami kelemahan dan lain-lain, lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa. Lansia tidak potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Darmojo 2009). Batasan-batasan lanjut usia menurut WHO, dikelompokkan menjadi 4 meliputi usia pertengahan (middle age), kelompok usia tahun, usia lanjut (elderly),antara tahun, usia lanjut tua (old),antara tahun, usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun (Maryam 2008) Tipe-Tipe Lansia Tipe lansia dibagi menjadi 5 tipe yaitu tipe arif bijaksana, tipe mandiri, tipe tidak puas, tipe pasrah dan tipe bingung. 1. Tipe arif bijaksana, yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan. 2. Tipe mandiri, yaitu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

25 10 3. Tipe tidak puas, yaitu konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut. 4. Tipe pasrah, yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja. 5. Tipe bingung yaitu kaget, kehilangan,kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh (Nugroho 2008) Perubahan proses menua Dengan makin lanjutnya usia seseorang maka kemungkinan terjadinya penurunan anatomik dan fungsional atas organ-organya makin besar. Penurunan anatomik dan fungsi organ tersebut tidak dikaitkan sengan umur kronologik akan tetapi sengan umur biologiknya (Darmojo 2009). Perubahan ini terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis (Maryam 2008). 1. Perubahan fisik Perubahan fisik yang dapat di temukan pada lansia ada berbagai macam yang antara lain : a. Kardiovaskuler : kemampuan memompa darah menurun, elastis pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

26 11 b. Respirasi : elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, dan terjadi penyempitan bronkus. c. Persyarafan : saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. d. Muskuloskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendiaan membesar dan menjadi kaku. e. Gastroientestinal : esofagus membesar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan peristaltik menurun. f. Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urine. g.kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), dan kalenjar keringat menurun (Nugrho 2011). 2. Perubahan sosial Perubahan fisik yang dialami lansia seperti berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya menyebabkan gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia, misalnya badanya membungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur sehingga sering menimbulkan keterasingan. Keterasingan ini akan

27 12 menyebabkan lansia semakin depresi, lansia akan menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain (Darmojo 2009). 3. Perubahan psikologis Pada lansia pada umumnya juga akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia semakin lambat. Sementara fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi menurun, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan (Nugroho 2011) Demensia Pengertian Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya sehingga menggangu aktivitas sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori/daya ingat atau pelupa (Nugroho,2008). Demensia atau pikun adalah penurunan fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan akibat menurunya fungsi bagian luar jaringan otak, sehingga memengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari seperti menurunya kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-

28 13 hari, kemampuan dalam berkomunikasi dan berbahasa, serta dalam pengendalian emosi ( Atun 2010). Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan demensia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kognitif yang diawali dengan kemunduran daya ingat sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari Klasifikasi demensia Demensia terbagi atas 2 dimensi menurut umur dan menurut level kortikal. Demensia menurut umur terbagi atas, Demensia senilis lansia yang berumur > 65 tahun dan demensia presenilis lansia yang berumur < 65 tahun. Sedangkan demensia menurut level kortikal terbagi atas, Demensia kortikal terjadi karena adanya gangguan fungsi luhur; afasia, agnosia, apraksia sedangkan demensia subkortikal terjadi gangguan yaitu apatis, forgetful, lamban, adanya gangguan gerak (Sjahrir 2004) Penyebab demensia Beberapa penyebab demensia antara lain adanya tumor pada jaringan otak atau metastasis tumor dari luar jaringan otak, mengalami trauma atau benturan yang mengakibatkan perdarahan dan terjadinya infeksi kronis kelainan jantung dan pembuluh darah. Demensia juga disebabkan oleh kelainan kongenital seperti penyakit Huntington, dan penyakit Metachromatic leukodystrophy (kelainan dari bagian putih jaringan otak) (Atun 2010).

29 Stadium Demensia Stadium demensia di bagi menjadi 3 yaitu stadium awal, stadium menengah, stadium akhir. 1. Stadium awal Gejala stadium awal yang dialami lansia menunjukan gejala sebagai yaitu kesulitan dalam berbahasa dan komunikasi mengalami kemunduran daya ingat serta disorientasi waktu dan tempat. 2. Stadium menengah Pada stadium menengah, demensia ditandai dengan mulai mengalami kesulitan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari dan menunjukan gejala seperti mudah lupa, terutama untuk peristiwa yang baru dan nama orang. Tanda lainnya adalah sangat bergantung dengan orang lain dalam melakukan sesuatu misalnya ke toilet, mandi dan berpakaian. 3. Stadium lanjut Pada stadium lanjut, lansia mengalami ketidakmandirian dan in aktif yang total serta tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi personal). Lansia juga sukar memahami dan menilai peristiwayang telah dialaminya (Nugroho 2008).

30 Pemeriksaan demensia. Untuk pemeriksaan pada lansia yang mengalami dimensia dibagi atas pemeriksaan elektrofisiologis, neuro imaging. Beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan antara lain : 1. Riwayat medik umum Perlu ditanyakan apakah penyandang mengalami gangguan medik yang dapat menyebabkan demensia seperti hipotiroidism, neoplasma, infeksi kronik. Penyakit jantung koroner, gangguan katup jantung, hipertensi, hiperlipidemia, diabetes dan arteriosklerosis perifer mengarah ke demensia vaskular. Pada saat wawancara biasanya pada lansia demensia sering menoleh yang disebut head turning sign. 2. Riwayat neurologi umum Gejala penyerta demensia seperti gangguan motorik, sensorik, gangguan berjalan, nyeri kepala saat awitan demesia lebih mengindikasikan kelainan struktural dari pada sebab degeneratif. 3. Riwayat neurobehavioral Anamnesa kelainan neurobehavioral penting untuk diagnosis demensia atau tidaknya seseorang. Hal ini meliputi komponen memori. (memori jangka pendek dan memori jangka panjang) orientasi ruang dan waktu, kesulitan bahasa, fungsi eksekutif, kemampuan mengenal wajah orang, bepergian,

31 16 mengurus uang dan membuat keputusan. (Asosiasi Alzheimer Indonesia 2003) Kognitif Pengertian Kognitif merupakan istilah ilmiah untuk proses berpikir. Kognitif adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu (Ramdhani 2008). Kognitif merupakan kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berfikir dan memperoleh pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisa, memahami, menilai, membayangkan dan berbahasa (Johnson 2005). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan pengertian dari kognitif yaitu proses berfikir seseorang untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengingat, memahami, menilai sesuatu Fungsi kognitif Pada lanjut usia selain mengalami kemunduran fisik juga sering mengalami kemunduran fungsi intelektual termasuk fungsi kognitif. Kemunduran fungsi kognitif dapat berupa mudah lupa (forgetfulness) bentuk gangguan kognitif yang paling ringan diperkirakan dikeluhkan oleh 39% lanjut usia yang berusia tahun, meningkat menjadi lebih dari 85% pada usia lebih dari 80

32 17 tahun.. Mudah lupa ini bisa berlanjut menjadi gangguan kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment-MCI) sampai ke demensia sebagai bentuk klinis yang paling berat Instrumen pengukuran fungsi kognitif Mini Mental Status Examination (MMSE) Mini Mental Status Examination merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta valid untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang berkaitan dengan penyakit neurodegeneratif. Mini Mental Status Examination menjadi suatu metode pemeriksaan status mental yang digunakan paling banyak di dunia. Tes ini telah diterjemahkan ke beberapa bahasa dan telah digunakan sebagai instrumen skrining kognitif primer pada beberapa studi epidemiologi skala besar demensia (Zulsita 2010). Mini Mental Status Examination (MMSE) merupakan suatu skala terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang dikelompokkan menjadi 7 kategori terdiri dari orientasi terhadap tempat (negara, provinsi, kota, gedung dan lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari dan tanggal), registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi dan konsentrasi (secara berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau mengeja kata WAHYU secara terbalik), mengingat kembali (mengingat kembali 3 kata yang telah

33 18 diulang sebelumnya), bahasa (memberi nama 2 benda, mengulang kalimat, membaca dengan keras dan memahami suatu kalimat, menulis kalimat dan mengikuti perintah 3 langkah), dan kontruksi visual (menyalin gambar) (Asosiasi Alzheimer Indonesia 2003). Skor Mini Mental Status Examination (MMSE) diberikan berdasarkan jumlah item yang benar sempurna; skor yang makin rendah mengindikasikan gangguan kognitif yang makin parah. Skor total berkisar antara 0-30, untuk skor menggambarkan kemampuan kognitif sempurna. Skor MMSE dicurigai mempunyai kerusakan fungsi kognitif ringan. Selanjutnya untuk skor MMSE 21 terdapat kerusakan aspek fungsi kognitif berat dan nilai yang rendah ini mengidentifikasikan resiko untuk demensia (Asosiasi Alzheimer Indonesia 2003) Senam otak Pengertian Senam otak dikenal di Amerika, dengan tokoh yang menemukannya yaitu Paul E. Denisson seorang ahli pelopor dalam penerapan penelitian otak, bersama istrinya Gail E. Denisson seorang mantan penari. Senam otak atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan itu dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan

34 19 otak (dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan perasaan/emosional, yakni otak tengah (limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan) (Denisson 2009) Manfaat senam otak Senam otak atau brain gym dapat memberikan manfaat yaitu stress emosional berkurang dan pikiran lebih jernih, hubungan antar manusia dan suasana belajar/kerja lebih rileks dan senang (Hocking 2007). Manfaat lain dari senam otak (brain gym) yaitu kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat, orang menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat karena stress berkurang dan prestasi belajar dan bekerja meningkat (Denisson 2009). Otak sebagai pusat kegiatan tubuh akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan-pesan yang disampaikan melewati serabut saraf secara sadar maupun tidak sadar. Pada umumnya otak bagian kiri bertanggung jawab untuk pergerakan bagian kanan tubuh dan sebaliknya. Akan tetapi, otak manusia juga spesifik tugasnya, untuk aplikasi gerakan senam otak dipakai istilah dimensi lateralis untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak dan brain stem) dan bagian otak depan (frontal lobus), serta dimensi pemusatan untuk sistem limbik (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex) (Denisson 2009).

35 Pelaksanaan gerakan senam otak Pelaksanaan senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari (Andri 2013). Senam otak ini melatih otak bekerja dengan melakukan gerakan pembaruan (repatteing) dan aktivitas brain gym. Latihan ini membuka bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat. Disamping itu, senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan oksigen keotak juga merangsang kedua belah otak untuk bekerja sehingga didapat keseimbangan aktivitas kedua belahan otak secara bersamaan (Denisson 2009) Gambar Senam Otak 1. Lateralitas (sisi) Cara melakukan gerakan : Menggambar dengan kedua tangan pada saat yang sama, ke dalam, ke luar, ke atas dan ke bawah. Coretan ganda dalam bentuk nyata seperti : lingkaran, segitiga, bintang, hati, dsb. Lakukan dengan kedua tangan. Fungsi : a. Kesadaran akan kiri dan kanan. b. Memperbaiki penglihatan perifer c. Kesadaran akan tubuh, koordinasi, serta keterampilan khusus tangan

36 21 dan mata. d. Memperbaiki kemampuan olahraga dan keterampilan gerakan. Gambar 2.1 Coretan ganda (Double doodle) ( Denisson 2009). Otak kita terdiri dari dua bagian, masing-masing belahan otak mempunyai tugas tertentu. Secara garis besar, otak bagian kiri berpikir logis dan rasional, menganalisa, bicara, berorientasi pada waktu dan hal-hal terinci. Otak bagian kanan intuitif, merasakan, musik, menari, kreatif, melihat keseluruhan dan ekspresi badan. Otak belahan kiri mengatur badan bagian kanan, mata dan telinga kanan. Otak belahan kanan mengontrol badan bagian kiri, mata dan telinga kiri. Dua belahan otak disambung dengan corpus callosum yaitu simpul saraf kompleks dimana terjadi transmisi informasi antara kedua belahan otak (Denisson 2009).

37 22 2. Fokus Gerakan Cara melakukan gerakan dan Fungsinya Cara melakukan gerakan : Urutlah otot bahu kiri dan kanan. Tarik napas saat kepala berada di posisi tengah, kemudian embuskan napas ke samping atau ke otot yang tegang sambil relaks. Ulangi gerakan dengan tangan kiri. Fungsi : a. Melepaskan ketegangan tengkuk dan bahu yang timbul karena stress. b. Menyeimbangkan otot leher dan tengkuk (Mengurangi sikap tubuh yang terlalu condong ke depan) c. Menegakkan kepala (Membantu mengurangi kebiasaan memiringkan kepala atau bersandar pada siku Gambar 2.2 Burung hantu (The Owl) (Denisson 2009). Fokus adalah kemampuan menyeberangi garis tengah partisipasi yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh, dan juga bagaian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobus). Perkembangan refleks antara otak bagian belakang dan bagian depan yang mengalami fokus kurang (underfocused) disebut kurang perhatian, kurang mengerti, terlambat bicara, atau hiperaktif. Pada perkembangan refleks antara otak bagian depan

38 23 dan belakang mengalami fokus lebih (overfocused) dan berusaha terlalu keras (Denisson 2009). 3. Pemusatan Cara melakukan gerakan: Pijit daun telinga pelanpelan, dari atas sampai ke bawah 3x sampai dengan 5x. Fungsi : a. Energi dan nafas lebih baik b. Otot wajah, lidah dan rahang relaks. c. Fokus perhatian meningkat d. Keseimbangan lebih baik Gambar 2.3 Pasang telinga (The Tinking Cap) (Denisson 2009). Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberangi garis pisah anatara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian atas dan bawah otak. Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan ditandai dengan ketakutan yang tak beralasan dan ketidakmampuan untuk menyatakan emosi (Denisson 2009) Standar prosedur senam otak Panduan senam otak yang dipakai di penelitian ini sesuai dengan teori yang telah dikemukakan di atas di buat dalam bentuk SOP dapat dilihat dilampiran 18.

39 Kerangka Teori Perubahan proses menua : 1. Perubahan Fisik 2. Peubahan Sosial 3. Perubahan Psikososial Demensia Tingkat Kognitif Penyebab Demensia 1. Tumor pada jaringan otak. 2. Trauma atau benturan yang mengakibatkan perdarahan. Management untuk meningkatkan fungsi kognitif : Terapi Kognitif Terapi Reminiscene Terapi Senamotak 3. Infeksi kronis kelainan jantung dan pembuluh darah. Gambar 2.4 Kerangka Teori Sumber : Nugroho 2008, Festi 2010, Atun 2010, Denisson 2009 dan Johnson 2005.

40 Kerangka Konsep Fungsi Kognitif pre test Perlakuan Senam otak Fungsi Kognitif post test 2.4 Hipotesis Gambar 2.5 Kerangka Konsep Ho : Tidak ada pengaruh terapi senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia H1 : Ada pengaruh terapi senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia.

41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok pembanding namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subjek ke dalam kelompok perlakuan atau kontrol (Dharma 2011). Desain penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan pre and post test without control. Pada desain penelitian ini, peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding. Efektifitas perlakuan dinilai dengan cara membandingkan nilai post test dengan pre test (Dharma 2011). Adapun skema desain pre and post test without control sebagai berikut: R X1 X2 Keterangan : R : Responden penelitian X1 : Pre test sebelum diberikan senam otak X2 : Post test setelah diberikan senam otak 37 26

42 Populasi dan Sample 1. Populasi Populasi adalah sekelompok subyek yang menjadi sasaran penelitian (Nursalam 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami demensia berjumlah 15 orang. 2. Sample Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk bisa mewakili populasi (Notoatmojo 2010). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total sampling dimana semua populasi menjadi sampel (Sugiyono 2008). Alasan peneliti mengambil total sampling karena jumlah populasi hanya 15 orang yang memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu lansia dengan demensia. Jumlah populasi yang hanya 15 menjadi alasan peneliti mengambil tehnik total sampling agar hasil yang didapatkan lebih signifikan, yang memenuhi kriteria. Kriteria inklusi : a. Lansia yang berusia 60 tahun keatas b. Lansia yang mengalami demensia c. Bersedia menjadi responden penelitian Kriteria eksklusi : a. Lansia yang mengalami sakit b. Lansia yang mengalami gangguan penglihatan c. Tidak mengalami penurunan kesadaran.

43 Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Panti Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 10 Februari sampai dengan 1 Maret Definisi Operasional Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Indikator Penelitian Skala data Skor Independ en senam otak Senam otak atau brain gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana untuk merangsang otak kiri dan kanan, meringankan atau merelaksasi belakang otak dan depan otak, merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau

44 29 emosional. Dependen Fungsi kognitif Kognitif adalah proses berfikir seseorang untuk memperoleh pengetahuan dengan cara mengingat, memahami, menilai, membayangkan dan berbahasa. Kuesioner Mini mental status eximinitat ion (MMSE) sejumlah 11pertany aan. Penilaian Mini mental status eximinitati on (MMSE) Ordinal 1.Normal : Skor kognitif ringan: Skor kognitif sedang: Skor kogniti f berat:

45 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Audio visual senam otak, laptop, LCD (liquid crstal display) dan lembar kuesioner Mini mental status eximinitation (MMSE). Pengumpulan data tentang fungsi kognitif terdiri dari 11 pertanyaan dengan butir penilaian berjumlah 30. Setiap butir penilaian jika di jawab benar memiliki nilai 1 dan apabila dijawab salah diberi nilai 0. Fungsi kognitif lansia dikatakan normal apabila nilai yang diperoleh 26-30, jika nilai fungsi kognitif dikatakan ringan nilai yang diperoleh 21-25, untuk nilai fungsi kognitif sedang nilai yang diperoleh dan nilai fungsi kognitif berat bila nilai yang diperoleh 0-18.

46 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan apakah alat ukur itu mampu mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo 2010). Kuesioner untuk demensia menggunakan MMSE (Mini Mental State Examination) tentang gangguan kognitif yang sudah dibakukan oleh asosiasi alzheimer indonesia oleh POKDI Fungsi Luhur Perdossi (Modifikasi Folstein) sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas lagi (Kusumoputro 2004). 2. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Saryono 2008). Uji reliabilitas dilakukan hanya pada soal yang telah dinyatakan valid. Uji reliabilitas menggunakan alpha Cronbach, dimana instrumen penelitian dinyatakan reliabel bila diperoleh nilai alpha minimal 0,60. Pada penelitian ini kuesioner sudah baku sehingga tidak di uji reliabilitas berarti kuesioner layak untuk digunakan Cara Pengumpulan Data Berdasarkan studi pendahuluan lansia yang berada di panti wredha berjumlah 52 lansia dari krieteria lansia yang telah ditentukan lansia yang mengalami demensia didapatkan berjumlah 15 orang, untuk memastikan lansia tersebut mengalami demensia

47 32 peneliti menggunakan data rekam medik dari diagnosa dokter. Setelah itu peneliti mengajukan surat izin penelitian dari ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta dan kepala Panti Wreda Darma Bakti Kasih Surakarta. Peneliti bekerja sama dengan perawat Panti wreda untuk menghubungi lansia dengan tujuan menjelaskan penelitian yang akan dilakukan yaitu tentang terapi senam otak serta tujuan penelitian, apabila lansia bersedia maka peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden penelitian untuk ditandatangani serta kontrak waktu untuk melakukan senam otak. Lansia yang bersedia menjadi responden di lakukan pre test terlebih dahulu dengan diberikan kuesioner Mini Mental Status Examination untuk menilai fungsi kognitif, dalam kuesioner tersebut terdapat 11 pertanyaan yang harus dijawab oleh lansia untuk mengetahui skor fungsi kognitif. Setelah dilakukan pre test, selanjutnya peneliti dan perawat memanggil responden untuk berkumpul diaula panti untuk diberikan perlakuan senam otak dengan alat bantu video selama ± 15 menit selama 3 minggu dari tanggal 10 Februari-1Maret Post test dilakukan 3 hari setelah perlakuan dengan menggunakan pertanyaan dari kuesioner Mini mental status eximinitation untuk mengetahui fungsi kognitif pada lansia, dan pada referensi buku tentang senam otak tidak ada yang mendasari ditentukanya senam otak harus dilakukan berapa kali

48 33 hanya saja ada penjelasan yang mengatakan bahwa senam otak dilakukan 2 x sehari selama menit. 3.6 Pengolahan Data Data yang telah di kumpulkan selanjutnya diolah dengan menggunakan program SPSS melalui beberapa tahapan yaitu: 1. Editing Editing atau mengedit data, dimasukan untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau menjawab tujuan penelitian. 2. Coding Coding atau mengkode data, merupakan suatu metode untuk mengobservasi data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam symbol yang cocok untuk keperluan analisis terhadap hasil observasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini coding dilakukan dengan menggunakan angka 1,2,3, dan seterusnya. 3. Entry data Entry data merupakan proses memasukkan data yaitu jawaban dari masing-masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer. 4. Tabulating Tabulating merupakan proses mengklasifikasikan data menurut kriteria tertentu sehingga frekuensi dari masing-masing item.

49 34 5. Cleaning Setelah semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning) ( Sugiyono 2008). 3.7 Analisis Data Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk alasan tersebut dipergunakan uji statistik yang cocok dengan variabel penelitian, data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif Analisis univariat Analisis univariat adalah analisa data yang diperoleh dari hasil pengumpulan serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, ukuran tendensi sentral atau grafik (Saryono 2013). Analisis univariat yang dilakukan untuk menganalisis variabel-variabel yang ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi data demografi yang terdiri dari jenis kelamin, umur dan pendidikan Analisis bivariat Analisis bivariat adalah analisis untuk mengetahui interaksi dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif (Saryono 2013). Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas disini menggunakan uji Shapiro wilk test karena sample data kurang

50 35 dari 50 (Sopiyudin 2013). Hasil uji normalitas adalah 0,484 untuk pre test dan 0,637 untuk nilai dari post test sehingga data berdistribusi normal. Analisis bivariat selanjutnya menggunakan uji Paired sample t-test. Menurut Sugiyono 2008, rumus Paired sample t-test Keterangan : t = Nilai hitung = Rata-rata selisih pengukuran 1 &2 = Standar devisiasi selisih pengukuran 1 & 2 = Jumlah sample Nilai t hitung < t tabel maka Ho diterima artinya tidak ada pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia demensia dan apabila nilai t hitung > dari t tabel maka Ho ditolak artinya ada pengaruh senam otak dengan fungsi kognitif lansia dengan demensia. 3.8 Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian seorang peneliti harus menerapkan etika penalitian sebagai berikut : 1. Persetujuan riset (informed concent) Informed concent merupakan proses pemberian informasi yang cukup dapat dimengerti kepada responden mengenai partisipasinya

51 36 dalam suatu penelitian. Hal ini meliputi pemberian informasi kepada responden tentang hak-hak dan tanggung jawab mereka dalam suatu penelitian dan mendokumentasikan sifat kesepakatan dengan cara menandatangani lembar persetujuan riset bila responden bersedia diteliti, namun apabila responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa. 2. Anonymity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. 3. Kerahasiaan (confidentiality) Tanggung jawab peneliti untuk melindungi semua informasi ataupun data yang dikumpulkan selama dilakukannya penelitian. Informasi tersebut hanya akan diketahui oleh peneliti dan pembimbing atas persetujuan responden, dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil penelitian.

52 BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih Surakarta selama 3 minggu yaitu pada tanggal 10 Februari hingga 1 Maret Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian, lansia yang memenuhi kriteria inklusi adalah 15 orang responden. Semua responden tersebut diberikan terapi senam otak yang dilakukan secara bersamaan di aula yaitu 2 kali sehari dalam waktu 15 menit selama 3 minggu. Adapun hasil penelitian ini adalah 4.1. Karakteristik Responden Jenis kelamin Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin (n = 15) Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%) Laki-laki 4 27 Perempuan Jumlah B e rdasarkan Tabel 4.1 dapat ketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 4 responden (27%), sedangkan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 11 responden (73%). 37

53 Usia Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan umur (n = 15) Usia (tahun) Jumlah (n) Persentase % tahun (lanjut usia dini) tahun (lanjut usia tua) Jumlah Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa usia responden terbanyak adalah usia tahun (53%) sebanyak 11 orang dan usia tahun (27%) sebanyak 4 orang Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan (n = 15) Pendidikan Jumlah (n) Persentase % Tidak sekolah 2 20 SD 6 40 SMP 5 27 SMA 2 13 Total

54 39 Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketaui tingkat pendidikan responden yang tidak bersekolah sebanyak 2 responden (20%), pendidikan SD sebanyak 6 responden (40%), pendidikan SMP sebanyak 5 responden (27%) dan pendidikan SMA sebanyak 2 responden (13%) 4.2 Analisis Univariat Fungsi kognitif sebelum diberikan senam otak Tabel 4.4 Distribusi fungsi kognitif MMSE sebelum dilakukan senam otak (n=15) Klasifikasi Jumlah (n) Persentase % Normal 0 0 Kognitif Ringan 3 20 Kognitif Sedang 7 47 Kognitif Berat 5 33 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai kognitif responden sebelum diberikan terapi senam otak dengan nilai kognitif ringan sebanyak 3 responden (20%), nilai kognitif sedang sebanyak 7 responden (47%) dan nilai kognitif berat sebanyak 5 responden (33%) Fungsi kognitif sesudah diberikan senam otak Tabel 4.5 Distribusi Fungsi kognitif MMSE sesudah dilakukan senam otak (n = 15)

55 40 Klasifikasi Jumlah (n) Persentase % Normal 0 0 Kognitif Ringan 8 53 Kognitif Sedang 5 33 Kognitif Berat 2 14 Jumlah Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai kognitif responden sesudah diberikan terapi senam otak dengan nilai kognitif ringan sebanyak 8 responden (53%), nilai kognitif sedang sebanyak 5 responden (33%) dan nilai kognitif berat sebanyak 2 orang (14%). 4.2 Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah analisis untuk mengetahui interaksi dua variabel, baik berupa komparatif, asosiatif maupun korelatif (Saryono 2013). Sebelum dilakukan analisis bivariat, dilakukan uji normalitas untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro- wilk karena sample data kurang dari 50 (Sopiyudin 2013). Hasil uji normalitas Shapiro-wilk dapat dilihat pada Tabel 4.6.

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan quasi eksperiment. Quasi eksperiment adalah penelitian yang menguji coba suatu intervensi pada sekelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap seluruh aspek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA Rochmad Agus Setiawan 1), Wahyuningsih Safitri 2), Ari Setiyajati 3) 123 Prodi S-1Keperawatan, STIkes

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Experimental Pre-Post Test dengan intervensi senam otak. Penelitian ini dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Usia lanjut atau lanjut usia merupakan kelompok usia yang mengalami peningkatan paling cepat dibanding kelompok usia lainnya. Dalam bidang kesehatan, hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan tipe atau jenis penelitian quasi eksperimen kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan memberikan sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode korelasional dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demensia merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan fungsi kognitif pada seseorang yang bersifat progresif dan biasanya dapat memngganggu aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group

BAB III METODE PENELITIAN. experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat quasy experimental dengan pendekatan pretest and posttest with control group design. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk

BAB III METODE PENELITIAN. experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasy experimental) dengan pendekatan control group pretest postest design untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif quasi eksperimental design, dengan rancangan yang digunakan adalah posttest only control

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized 43 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi-experiment dengan rancangan nonrandomized control group pretest-postest design (Notoadmojo, 2010). Rancangan ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen (Preeksperiments design). Penelitian ini menggunakan rancangan one group pre test dan post test design.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah analitik yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan dependent melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian sebagai tempat melakukan kegiatan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari responden. Lokasi

Lebih terperinci

.BAB III METODE PENELITIAN. intervensi, kemuadian diobservasi lagi setelah intervensi.

.BAB III METODE PENELITIAN. intervensi, kemuadian diobservasi lagi setelah intervensi. .BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan design quasy experimental dengan pre post test control group design. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan korelatif antar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan korelatif antar BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan korelatif antar variabel yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik.

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan pengukuran variabel independent dan dependent, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi

BAB III METODEOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi non-eksperimental yaitu penelitian korelasi dengan metode cross sectional. Menurut

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN 69 Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat Lansia di Panti Werdha Karya Kasih Mongonsidi Medan Oleh Paula Angelina

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN. yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

O1 (X) O2. BAB lll METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design:

O1 (X) O2. BAB lll METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design: BAB lll METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian quasi experimental design: one group pre and post test design atau disebut juga rancangan sebelum dan sesudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif pendekatan survey. B. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002).

BAB III METODA PENELITIAN. korelasional karena peneliti mencoba menggambarkan dan. indepeden dan variabel dependen (Notoatmodjo, 2002). BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian Non Experimental karena tidak ada intervensi atau rekayasa dari peneliti. Desain yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, di mana jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, di mana jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, di mana jenis penelitian ini menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel dependen dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini termasuk rancangan Quasy Experiment untuk menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien diabetes melitus.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Jenis dari penelitian ini adalah penelitian eksperimen (intervensi) kepada responden berupa pemberian konseling gizi, yang kemudian diukur akibat atau pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian Quasy Experiment dengan menggunakan rancangan penelitian pretest-posttest with

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF MAHASISWA PADA POKOK BAHASAN KONSEP GENDER MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain atau metode penelitian yang digunakan ialah non equivalent control

BAB III METODE PENELITIAN. Desain atau metode penelitian yang digunakan ialah non equivalent control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen).

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan suatu metode analitik-korelasi dengan pendekatan cross-sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif yang menghubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu peneliti tidak

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu peneliti tidak BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian Desain penelitian adalah strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan berupa pertanyaan sebagai alat ukur (Nursalam, 2003). Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan Non Equivalent Control Group Design, dimana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) tahun 2011 menyebutkan bahwa, jumlah penduduk lanjut usia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi analitik karena pada hakekatnya merupakan penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Rancangan penelitian merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana diterapkan (Nursalam,

Lebih terperinci

SUCI ARSITA SARI. R

SUCI ARSITA SARI. R ii iii iv ABSTRAK SUCI ARSITA SARI. R1115086. 2016. Pengaruh Penyuluhan Gizi terhadap Pengetahuan Ibu tentang Pola Makan Balita di Desa Sambirejo Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi. Program Studi DIV

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOL. IV, NO. 1, AGUSTUS 2016 47 PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA Sarifah Dwi Wulan Septianti¹, Suyamto², Teguh Santoso³ 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini berjumlah 26 orang lansia dengan usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasi, karena bertujuan untuk mencari hubungan antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, lanjut usia atau lansia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih. Menurut Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observasional dengan 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan yaitu analitik observasional dengan pendekatan cross sectional (Dahlan,2010) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, O1 X O2 O3 - O4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, O1 X O2 O3 - O4 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan penggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi terhadap lingkungan. Penurunan yang terjadi berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, menggunakan desain penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Usman (2008), korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat linier antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pre-test dan post-test with control group. Tujuan. penelitian ini untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan pendekatan pre-test dan post-test

Lebih terperinci

deskriptif korelation yaitu

deskriptif korelation yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan korelasi antara variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010). 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Racangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik. Survei Analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode rancangan kasus kontrol (case control). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain diskriptif analitik yaitu

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain diskriptif analitik yaitu 29 BAB III METODA PENELITIAN 1.Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain diskriptif analitik yaitu mendiskripsikan variabel bebas dan terikat, kemudian melakukan analisis korelasi antara kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis ini adalah Survey Analitik yaitu survey atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. DesainPenelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran, perhatian dan sebagainya (Djamarah, 2008). Slameto (2003) mengungkapkan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif.jenis penelitian ini menggunakan Quasy Eksperimental pretest-posttest with control group design. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Usia Lanjut (Lansia) 2.1.1 Pengertian usia lanjut Usia yang telah lanjut atau lebih popular dengan istilah lansia, adalah masa transisi kehidupan terakhir yang dijalani manusia.

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU NIFAS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan ANI MU TAMAROH R1115004 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian, dan mengkaji kesahihan hipotesis (Sudigdo, 1995). Jenis penelitian ini adalah deskripitif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan

BAB III METODE PENELITIAN. usia, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, tingkat pendidikan, ketersediaan 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini yang digunakan adalah dengan menggunakan metode case control yaitu suatu penelitian (survey)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik menggunakan metode cross sectional karena pengambilan data dilakukan dalam sekali waktu pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penilitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui persepsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif, yaitu rancangan penelitian yang menelaah hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat korelasional yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan hubungan antar variabel dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupkan penelitian pra eksperimen dengan rancangan one group pretest-postest dimana pada penelitian ini sampel di observasi terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam satu kelompok (One-group pre-post test design). Sebelum diberikan

BAB III METODE PENELITIAN. dalam satu kelompok (One-group pre-post test design). Sebelum diberikan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian pre experiment dengan pendekatan dalam satu kelompok (One-group pre-post test design). Sebelum diberikan pendidikan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif korelation yaitu penelitian yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen yaitu suatu penelitian dengan melakukan percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian survai analitik. Survei analitik merupakan survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DENGAN METODE IVA TERHADAP MOTIVASI IBU DI KELURAHAN MOJOSONGO RW XIV SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi yaitu menghubungkan antara dua variabel yang saling berhubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang BAB I METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2008). Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskritif dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian cross sectional, dimana pengambilan data dengan potong lintang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, yaitu penelitian yang menekankan pada pengukuran data variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan pre and post test control design. Pengambilan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan pre and post test control design. Pengambilan data BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah quasy-experimental (eksperimen semu) dengan pendekatan pre and post test control design. Pengambilan data menggunakan kuesioner

Lebih terperinci

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan

tahun 2005 adalah orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi orang dan 3). Di Indonesia, berdasarkan access economics pty limited jumlah penderita demensia pada tahun 2005 adalah 606.100 orang, diprediksi pada tahun 2020 menjadi 1.016.800 orang dan pada tahun 2050 menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu 5 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN. Di SDLB C Pertiwi Ponorogo KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG SENAM OTAK PADA TUNAGRAHITA RINGAN Di SDLB C Pertiwi Ponorogo Oleh: ZURISKA KUMALASARI NIM 13612536 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif studi korelasi (Correlation Study) dengan pendekatan belah lintang (Cross

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu suatu penelitian 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik kuantitatif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mencari korelasi antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yaitu dengan Quasy-Experiment dengan menggunakan rancangan pretest

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yaitu dengan Quasy-Experiment dengan menggunakan rancangan pretest BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen yaitu dengan Quasy-Experiment dengan menggunakan rancangan pretest posttest

Lebih terperinci