UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG"

Transkripsi

1 ANALISIS LOKASI USAHA SEKTOR INFORMAL BIDANG PERDAGANGAN DAN JASA DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DESA SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang Oleh: Teguh Astriyanto JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2010

2 SURAT REKOMENDASI Yang bertanda tangan di bawah ini adalah dosen pembimbing dari mahasiswa: Nama : Teguh Astriyanto NIM : Prodi : Ekonomi Pembangunan Judul Skripsi : Analisis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Menerangkan bahwa mahasiswa yang bersangkutan telah menyelesaikan bimbingan skripsi dan siap diajukan pada sidang ujian skripsi. Demikian surat rekomendasi ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Pembimbing I Pembimbing II Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si Drs. St. Sunarto, M.S NIP. NIP NIP Mengetahui Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si NIP ii

3 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada: Hari : Tanggal : Pembimbing I Pembimbing II Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si Drs. St. Sunarto, M.S NIP. NIP NIP Mengetahui Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si NIP iii

4 PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada: Hari : Tanggal : Penguji Skripsi Dr. P. Eko Prasetyo, SE, M.Si NIP Anggota I Anggota II Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si Drs. St. Sunarto, M.S NIP NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi Drs. Agus Wahyudin, M.Si NIP iv

5 PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, 04 Januari 2010 Teguh Astriyanto NIM v

6 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO 1. Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan (QS.Al-Insyirah: 5). 2. Nilai seseorang bukanlah ditentukan oleh kemenangan atau kekalahannya, bukan pula ditentukan oleh keberhasilan atau kehancuran yang menimpa dirinya, melainkan ditentukan oleh konsistensi perjuangannya mempertahankan keyakinan dan harkat dirinya (Aristotales). 3. Apabila kita sedang tertimpa masalah, selesaikanlah dengan ikhtiar. Jika belum terpecahkan, serahkan kepada Tuhan, dan jika masalah itu masih membelenggu kita bukannya Tuhan tidak sayang kepada kita, akan tetapi kita sedang didewasakan oleh Tuhan. 4. Kerja keras dan do a adalah kunci kesuksesan. PERSEMBAHAN Dengan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala karunianya skripsi ini kupersembahkan kepada: 1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, kasih sayang dan do anya, 2. Teman-temanku Ekonomi Pembangunan angkatan vi

7 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Analisis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi ini disusun untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Ekonomi Pembangunan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skrpsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, motivasi dan bantuan dari pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dengan segala kebijakannya. 2. Drs. Agus Wahyudin,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang dengan kebijakannya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. 3. Drs. Bambang Prishardoyo,M.Si, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian. 4. Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan memberikan pengarahan di dalam memberikan bimbingan sampai terselesaikannya skripsi ini. 5. Drs. St. Sunarto, M.S, selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan pengarahan di dalam memberikan bimbingan sampai terselesaikannya skripsi ini. vii

8 6. Kepala dan Staf Kesbangpol dan Linmas Kota Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini. 7. Kepala dan Staf Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang telah memberikan ijin penelitian dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Responden yang telah memberikan informasi dan data yang bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis hanya dapat berdoa semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat imbalan setimpal dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Semarang, 04 Januari 2010 Penulis viii

9 SARI Teguh Astriyanto, Analisis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dra. Hj. Sucihatiningsih DWP, M.Si. Pembimbing II Drs. St.Sunarto, M.S. Kata Kunci: Lokasi Usaha, Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Masalah dalam penelitian ini bagaimana profil usaha sektor informal serta bagaimana kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Populasi di dalam penelitian ini sebanyak 1453 pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran, sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian sebanyak 94 pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran yang diambil dengan teknik Proporsional Area Random Sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja. Metode pengumpulan data yang digunakan kuesioner dan dokumentasi. Metode analisis data yang digunakan analisis deskriptif dan analisis deskriptif persentase. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa profil usaha di Desa Sekaran sebagian besar pelaku usaha di dalam menjalankan usahanya yaitu antara 0 5 tahun sebesar 67,02 %, status usaha dikelola bersama keluarga sebesar 57,45%, status kepemilikan lokasi milik sendiri sebesar 71,28%, pendapatan per bulan pengusaha selain pengusaha kos antara Rp ,00 Rp ,00 sebesar 32,36% dan pendapatan per tahun untuk pengusaha kos yaitu diatas Rp ,00 sebesar 26,92%. Kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja yaitu pendapat pelaku usaha mengenai masih adanya kondisi jalan menuju lokasi usaha yang kurang bagus sebesar 13,83% dan kondisi jalan yang tidak bagus sebesar 2,13%, pendapat pelaku usaha mengenai biaya yang dikeluarkan untuk membeli maupun untuk menyewa lokasi usaha sangat mahal sebesar 32,98%, pendapat pelaku usaha mengenai tingkat keamanan di sekitar lokasi yang kurang aman sebesar 5,32% dan pendapat pelaku usaha mengenai tenaga kerja yang sudah tepat. Saran bagi Pemerintah Kota Semarang hendaknya pembangunan infrastruktur di Desa Sekaran harus lebih ditingkatkan lagi, bagi masyarakat di Desa Sekaran hendaknya lebih dapat meningkatkan keamanan, bagi para pelaku usaha hendaknya harus lebih selektif lagi di dalam menentukan lokasi usahanya yang dilihat dari kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis dan tenaga kerjanya sehingga usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar, diminati dan disukai oleh para konsumen serta mendapatkan keuntungan yang maksimum. ix

10 DAFTAR ISI Hal. HALAMAN JUDUL... i SURAT REKOMENDASI... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii PENGESAHAN KELULUSAN... iv PERNYATAAN... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi PRAKATA... vii SARI... ix DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR GAMBAR... xx DAFTAR LAMPIRAN... xxi BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 BAB II. LANDASAN TEORI Lokasi Pengertian Lokasi Teori Lokasi Teori Lokasi Menurut Von Thunen Penentuan Lokasi Usaha Menurut Weber Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losh Model Penentuan Lokasi Menurut Both, Terry dan Rawstron Teori Lokasi Memaksimumkan Laba Teori Pemilihan Lokasi Secara Komprehensif x

11 Jenis-jenis Lokasi Usaha Kriteria Lokasi Usaha Strategis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Strategi Lokasi Langkah-langkah Dalam Pemilihan Lokasi Sektor Informal Perdagangan Jasa Kerangka Berfikir BAB III. METODE PENELITIAN Populasi Sampel Variabel Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Kuesioner (Angket) Metode Dokumentasi Validitas dan Reliabilitas Validitas Reliabilitas Metode Analisis Data Metode Analisis Deskriptif Metode Analisis Deskriptif Persentase BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Gambaran Umum Wilayah Penelitian Profil Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran Umur Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran Jenis Kelamin Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran Tingkat Pendidikan Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran xi

12 Profil Usaha Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Di Desa Sekaran Lama di Dalam Menjalankan Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Status Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Status Kepemilikan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Pendapatan Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kondisi Infrastruktur Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Sumber Jaringan Listrik Lokasi Usaha di Desa Sekaran Sumber Air Bersih Lokasi Usaha di Desa Sekaran Luas Lahan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kondisi Jalan Menuju Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Biaya Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Biaya Beli dan Sewa Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Biaya Beli/ Biaya Sewa Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Lingkungan Bisnis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran xii

13 Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Jalan Raya Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Pemukiman Penduduk Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Umum Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Lokasi Usaha Lain Keterjangkauan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Transportasi Tingkat Keamanan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Pendapat Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Mengenai Daya Beli/Sewa Konsumen Terhadap Usaha yang Dijalankan di Desa Sekaran Tingkat Persaingan Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran xiii

14 Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Pembahasan Profil Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Kondisi Infrastruktur Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa Biaya Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa Lingkungan Bisnis Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa Tenaga Kerja Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa 90 BAB V. PENUTUP Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiv

15 DAFTAR TABEL Tabel Hal. 1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sekaran Tahun Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Tahun Pertimbangan dan Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Lokasi Pandangan Baru dan Pandangan Lama atas Sektor Informal Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun Jumlah Pelaku Usaha Perdagangan dan Jasa yang menjadi populasi sampel Metode Pengumpulan Data Hasil Uji Validitas Angket Variabel Kondisi Infrastruktur Hasil Uji Validitas Angket Variabel Biaya Lokasi Hasil Uji Validitas Angket Variabel Lingkungan Bisnis Hasil Uji Validitas Angket Variabel Tenaga Kerja Hasil Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Instrumen Metode Analisis Data Jenjang Kriteria Deskriptif Persentase Umur Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran Jenis Kelamin Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran Tingkat Pendidikan Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran Lama di Dalam Menjalankan Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran xv

16 19. Status Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Status Kepemilikan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Pendapatan Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Sumber Jaringan Listrik Lokasi Usaha di Desa Sekaran Sumber Air Bersih Lokasi Usaha di Desa Sekaran Luas Lahan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kondisi Jalan Menuju Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Biaya Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Biaya Beli/Biaya Sewa Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Jalan Raya Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Pemukiman Penduduk Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Umum Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Lokasi Usaha Lain Keterjangkauan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Transportasi xvi

17 34. Tingkat Keamanan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Pendapat Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan danjasa Mengenai Daya Beli/Sewa Konsumen Terhadap Usaha yang Dijalankan di Desa Sekaran Tingkat Persaingan Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran xvii

18 DAFTAR GAMBAR Gambar Hal. 1. Lokasi yang Memberikan Keuntungan Maksimal Kerangka berpikir xviii

19 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Skor Jawaban Responden Uji Coba Angket Lampiran 2. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Kondisi Infrastruktur. 98 Lampiran 3. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Biaya Lokasi Lampiran 4. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Lingkungan Bisnis Lampiran 5. Tabel Validitas dan Reliabilitas Variabel Tenaga Kerja Lampiran 6. Tabel Skor Jawaban Responden Hasil Penelitian Lampiran 7. Tabel Analisis Deskriptif Persentase Lampiran 8. Profil Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran Lampiran 9. Profil Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Lampiran 10. Instrumen Penelitian Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian xix

20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengembangan atau mengadakan perubahan-perubahan ke arah keadaan yang lebih baik. Pembangunan yang ingin dicapai bangsa Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata baik materiil maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Sasaran pembangunan yaitu meningkatkan persediaan dan memperluas pembagian atau pemerataan bahan pokok yang dibutuhkan untuk bisa hidup, meningkatkan taraf hidup termasuk menambah atau mempertinggi pendapatan dan penyediaan lapangan kerja dan memperluas jangkauan pilihan ekonomi dan sosial bagi semua individu dan nasional (Suryana, 2000). Pembangunan ekonomi diarahkan untuk mengembangkan kehidupan ekonomi rakyat yang bertumpu pada mekanisme ekonomi pasar yang seimbang dengan prinsip persaingan sehat dan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, nilainilai keadilan sehingga terjamin kesempatan yang sama dalam berusaha dan bekerja. Perkembangan dan kemajuan teknologi menyebabkan semakin pesatnya pembangunan di segala bidang, sehingga kesempatan untuk berusaha atau memperoleh peluang bisnis semakin terbuka yang memberikan prospek yang 1

21 2 sangat baik bagi para pengusaha. Hal ini memberikan dampak yang sangat positif bagi perekonomian Indonesia pada umumnya dan pihak swasta pada khususnya. Perkembangan perekonomian yang semakin pesat, maka akan memunculkan berbagai peluang untuk menjalankan bisnis usaha. Adanya peluang (opportunity) bisnis ini karena tertarik akan keuntungan yang diharapkan dari hasil usaha tersebut. Dalam hal ini setiap orang mempunyai kesempatan yang sama dalam berbisnis. Perkembangan bisnis semakin meningkat dan semakin kompleks sehingga menyebabkan timbulnya persaingan. Intensitas persaingan yang semakin meningkat menuntut persaingan dalam dunia bisnis. Tujuan dasar suatu bisnis tidak lagi berupa laba, melainkan penciptaan dan penambahan nilai bagi pelanggan. Penambahan nilai mengandung arti pelanggan yang puas, karyawan yang layak dan laba besar. Banyak hal yang mempengaruhi kegiatan suatu usaha, diantaranya adalah pemilihan lokasi yang tepat dan agar usaha yang dijalankan dapat bersaing secara efektif, lokasi usaha haruslah strategis dan mudah untuk dijangkau. Kesalahan pemilihan lokasi dapat menghambat kemajuan suatu usaha, bahkan dapat mengakibatkan usaha tersebut gulung tikar. Suatu usaha yang memproduksi barang dan jasa walaupun dengan harga terjangkau dan kualitas nomor satu, akan tetapi bila lokasi usaha tersebut tidak dapat dijangkau, maka semua hal tersebut akan menjadi sia-sia. Sebaliknya bila lokasi usaha mudah dijangkau dan memiliki fasilitas pendukung yang baik (tempat parkir luas, bebas macet, dll) dan produk atau jasa yang ditawarkan berkualitas standar, masih ada kemungkinan cukup

22 3 besar bagi usaha tersebut untuk dapat meraih kesuksesan. Itulah sebabnya mengapa pemilihan lokasi yang tepat menjadi hal yang sangat penting bagi suatu usaha. Untuk memilih lokasi yang tepat, diperlukan evaluasi pemilihan alternatif lokasi agar nantinya pengusaha mendapatkan lokasi yang terbaik. Evaluasi ini juga bertujuan untuk mengetahui apakah faktor-faktor tertentu yang dibutuhkan pengusaha untuk menunjang kegiatan usahanya terpenuhi atau tidak. Desa Sekaran sebagai bagian dari pedesaan mata pencaharian penduduknya hanya mengandalkan dari sektor pertanian. Sektor pertanian itu dapat dilihat perbedaan pendapatan yang menonjol antara penduduk yang memiliki banyak lahan pertanian maka perekonomiannya akan lebih baik daripada penduduk yang sedikit lahan pertaniannya. Sebagai salah satu program pembangunan oleh pemerintah maka dibangunnya sarana pendidikan dengan adanya Kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES) di Desa Sekaran yang telah membawa dampak perubahan sosial ekonomi dalam masyarakat, yaitu adanya kondisi yang memungkinkan masyarakat Sekaran untuk memanfaatkan peluang bisnis usaha sebagai akibat adanya tuntutan dari pendatang, terutama mahasiswa UNNES yang berasal dari luar kota Semarang, yang membutuhkan fasilitas-fasilitas untuk memenuhi kebutuhannya misalnya dengan membuka usaha kos bagi mahasiswa, penyediaan warung makan dan toko-toko seperti minimarket dll. Hal ini dapat dilihat dari data tabel di bawah ini mengenai mata pencaharian penduduk di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang:

23 4 Tabel 1.1. Mata Pencaharian Penduduk Desa Sekaran Tahun No. Mata Pencaharian Tahun 2007 Tahun Petani sendiri Buruh tani Pengusaha Buruh industri Buruh bangunan Pedagang Angkutan PNS/ABRI Pensiunan Jasa lainnya Jumlah Sumber : Monografi Desa Sekaran Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa mata pencaharian penduduk di Desa Sekaran pada tahun 2007, yang bekerja adalah sebanyak 1272 orang dimana jumlah penduduk yang terbanyak adalah bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak 372 orang dan bidang jasa lainnya yaitu sebanyak 284 orang. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah penduduk yang bekerja di berbagai bidang mata pencaharian yaitu menjadi 1367 orang, dimana jumlah penduduk yang bekerja terbanyak masih didominasi oleh penduduk yang bekerja sebagai pedagang yaitu sebanyak 428 orang dan bidang jasa lainnya yaitu sebanyak 314 orang. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya Desa Sekaran dari tahun ke tahun sebagai pengaruh positif didirikannya Kampus Universitas Negeri Semarang di desa ini, sehingga menciptakan berbagai peluang usaha yang dapat dimanfaatkan oleh para penduduk baik penduduk asli maupun pendatang. Dengan adanya berbagai macam peluang usaha ini, maka dapat meningkatkan jumlah pendapatan masyarakat sekitar.

24 5 Tabel 1.2. Jumlah Pelaku Usaha Informal Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Tahun 2008 No. Wilayah/Daerah Jumlah Pelaku Usaha 1. RW RW RW RW RW RW RW 07 6 Jumlah 1453 Sumber : Data Primer Diolah Berdasarkan data tabel diatas pada tahun 2008 dapat dijelaskan bahwa jumlah usaha informal sektor perdagangan dan jasa yang ada di Desa Sekaran adalah sebanyak 1453 usaha. Dari semua jumlah usaha perdagangan dan jasa tersebut tersebar di beberapa lokasi diantaranya di RW01 sebanyak 298 usaha, RW02 sebanyak 251 usaha, RW03 sebanyak 246 usaha, RW04 sebanyak 329 usaha, RW05 sebanyak 317 usaha, RW06 sebanyak 6 usaha dan RW07 sebanyak 6 usaha. Diantara ketujuh lokasi tersebut, jumlah usaha paling banyak hanya terpusat di beberapa lokasi yang strategis saja dan masih adanya para pelaku usaha yang kurang tepat di dalam menentukan lokasi usahanya dilihat dari kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis dan tenaga kerjanya misalnya adanya lokasi usaha yang jauh dari keramaian, kondisi jalan yang kurang bagus, serta ketidaksediaan lahan parkir sehingga usaha yang dijalankan berkembang lambat. Pemilihan lokasi sangat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan pengusaha, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Lokasi mempunyai pengaruh besar pada laba keuntungan keseluruhan usaha. Bila lokasi usaha baru berada di wilayah

25 6 dengan biaya energi yang besar, maka manajemen yang baik dengan strategi penekanan biaya energi yang luar biasapun pasti akan beroperasi dengan merugi. Demikian pula dengan SDM, bila biaya tenaga kerja di lokasi mahal, kurang terlatih, etos kerjanya buruk, maka usaha tersebut tidak akan memperoleh keuntungan. Dengan demikian, kerja keras yang dilakukan manajemen untuk mencari lokasi fasilitas yang optimal merupakan investasi yang baik. Keputusan strategis yang diambil tergantung dengan jenis bisnis yang dilakukan. Untuk keputusan lokasi bisnis, strategi yang ditempuh adalah meminimalkan biaya, sedangkan untuk bisnis eceran dan pelayanan jasa profesional, strategi yang digunakan terfokus pada maksimalisasi pendapatan. Secara umum tujuan strategi lokasi adalah memaksimalkan keuntungan dari lokasi tersebut. Berbagai penelitian mengenai pentingnya lokasi telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya Carrol dalam Surya Perdhana (2006) menyimpulkan bahwa kesuksesan suatu usaha bergantung pada pemilihan pasar dan pemilihan lokasi yang tepat. Nurul Indarti (2004) meneliti kaitan antara pemilihan lokasi dengan kesuksesan sebuah bisnis, dalam hal ini adalah bisnis kafe internet. Ditemukan bahwa ketersediaan peralatan yang memadai, kedekatan dengan sekolah maupun universitas serta keamanan adalah faktor kunci yang dapat mengantar suatu bisnis kafe internet menuju sukses. Berdasarkan keterangan dari latar belakang diatas yang menerangkan bahwa pemilihan lokasi usaha sangat berperan penting dalam kegiatan usaha, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul Analisis Lokasi Usaha Sektor

26 7 Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang? 2. Bagaimana kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

27 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitan ini diharapkan dapat menambah wawasan khasanah ilmu pengetahuan di bidang ekonomi tentang analisis lokasi usaha. b. Dapat sebagai bahan informasi kajian untuk penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam tentang permasalahan yang terkait. 2. Manfaat Praktis Sebagai bahan informasi bagi para pelaku usaha dalam menentukan lokasi usaha untuk menjalankan kegiatan usahanya.

28 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Lokasi Pengertian Lokasi Dalam menentukan lokasi, perusahaan harus berusaha menentukan suatu lokasi strategis yang mempunyai potensi untuk dapat memaksimumkan penjualan atau labanya. Pengertian lokasi menurut Manullang (1990) adalah merupakan tempat dimana individu atau perusahaan melakukan aktivitas-aktivitasnya. Kadariyah (2001) mendefinisikan lokasi sebagai suatu tempat kegiatan usaha untuk rumah tinggal yang dipilih untuk memperoleh keuntungan yang lebih daripada tempat lain. Sedangkan Lupiyoadi (2001), lokasi berarti berhubungan dengan dimana perusahaan harus bermarkas dan melakukan operasi. Lokasi merupakan suatu tempat dimana perusahaan melakukan kegiatan operasionalnya guna pencapaian tujuan yang diinginkan perusahaan Teori Lokasi Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial. Lokasi berbagai kegiatan seperti rumah tangga, pertokoan, pabrik, pertanian, pertambangan, sekolah, dan tempat ibadah tidaklah asal saja atau acak berada di lokasi tersebut, 9

29 10 melainkan menunjukkan pola dan susunan yang dapat diselidiki dan dapat dimengerti (Tarigan, 2005) Teori Lokasi Menurut Von Thunen Dewasa ini yang dianggap sebagai bapak teori lokasi adalah Von Thunen ( ). Nama lengkapnya adalah Johann Heinrich Von Thunen. Orang inilah yang pertama kali mengemukakan teori lokasi modern. Pada volume pertama risalatnya, The Isolated State (1826), Von Thunen menjabarkan mengenai ekonomi keuangan (spatial economics) yang menghubungkan teori ini dengan teori sewa (theory of rent). Von Thunen adalah orang pertama yang membuat model analitik dasar dari hubungan antara pasar, produksi dan jarak (Von Thunen dalam P. Eko Prasetyo, 2003). Von Thunen memutuskan penentuan daerah lokasi untuk berbagai jenis pertanian. Jenis pertanian yang dapat diusahakan ditentukan oleh harga penjualan, biaya produksi dan biaya angkutan antar lokasi pertanian dan daerah perkotaan. Setiap keuntungan yang ingin dicapai oleh petani yang bersangkutan tergantung dari ketiga variabel tersebut yang dapat dinyatakan dalam model K= N (P + A) dimana K adalah keuntungan, N adalah imbalan yang diterima petani dan dihitung atas dasar satuan tertentu (misalnya hektar), P adalah biaya produksi dihitung atas dasar sama dengan N dan A adalah besarnya biaya angkutan. Menurut Von Thunen, semua penggunaan tanah pertanian memaksimalkan produktivitasnya masing-masing dimana ini bergantung pada lokasi dari pasar (pusat kota). Jadi model Von Thunen adalah membandingkan hubungan antara biaya produksi, harga pasar dan biaya transportasi. Kewajiban petani adalah

30 11 memaksimalkan keuntungan yang didapat dari harga pasar dikurangi biaya transportasi dan biaya produksi. Pada saat ini, tentu saja hubungan ini sangat sulit diterapkan pada keadaan yang sebenarnya, tetapi bagaimanapun kita mengakui bahwa terdapat hubungan yang kuat antara sistem transportasi dengan pola penggunaan tanah pertanian regional (Von Thunen dalam P. Eko Prasetyo, 2003) Penentuan Lokasi Usaha Menurut Weber Teori penentuan lokasi usaha dengan biaya minimum pertama kali dikemukakan oleh Weber pada tahun Alfred Weber adalah seorang ahli ekonomi Jerman yang memiliki buku berjudul Uberden Standortder Industrien pada tahun Kemudian buku itu diterjemahkan dalam Bahasa Inggris pada tahun 1929 oleh C.J. Friedrich dengan judul Alfred Weber s Theory of Location of Industries. Jika Von Thunen dikenal dengan teori lokasi kegiatan pertanian, maka Weber menganalisis lokasi kegiatan industri. Teori Alfred Weber mendasarkan bahwa keputusan pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya, karena pada waktu itu yang berkembang adalah industri manufaktur, maka Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum (Weber dalam P. Eko Prasetyo, 2003). Menurut Weber, ada 3 faktor lokasi pokok yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi usaha yaitu (1) bahan mentah, (2) tenaga kerja, (3) pasar bagi produk yang dihasilkan. Keputusan pemilihan lokasi itu didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut:

31 12 1. Hanya terkonsentrasi satu jenis transportasi dan konsumen terkonsentrasi pada beberapa tempat. 2. Lokasi produksi hanya ada di satu tempat, kondisi pasar adalah persaingan sempurna. 3. Jika menggunakan lebih dari satu bahan mentah seperti air, pasir, batu bata maka bahan mentah itu memadai dan tersedia dimana-mana. 4. Tenaga kerja tidak menyebar secara merata tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas. Berdasarkan asumsi diatas, menurut Weber ada 3 faktor penentu utama lokasi industri yaitu: (1) biaya transportasi, (2) upah tenaga kerja, (3) kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Biaya transportasi dan upah tenaga kerja merupakan faktor fundamental umum yang menentukan lokasi dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang paling minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Selanjutnya karena terdapatnya konsentrasi tenaga kerja murah yang memadai dan gejala aglomerasi, maka biaya angkutan dianggap sebagai penentu pertama dan utama lokasi industry (Weber dalam P. Eko Prasetyo, 2003) Teori Lokasi Pendekatan Pasar Losch August Losch menerbitkan sebuah buku dalam bahasa Jerman pada tahun 1939 yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1954 dengan judul The Economics of Location. Losch mengatakan bahwa lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang digarapnya. Makin jauh dari pasar, konsumen makin enggan membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi

32 13 tempat penjualan (pasar) semakin mahal. Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar yang identik dengan penerimaan terbesar. Atas dasar pandangan di atas Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada di pasar (August Losch dalam Tarigan, 2005) Model Penentuan Lokasi Menurut Both, Terry dan Rawstron Berbeda dengan Von Thunen, Weber dan Losch, model Both, Terry dan Rawstron cenderung lebih lengkap dalam mengungkap faktor-faktor penentu lokasi artinya masih banyak faktor-faktor penentu keputusan lokasi usaha yaitu pasar, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas transportasi (jalan dan alat transportasi), bahan baku, sumber energi (listrik, batubara, dll), air, tempat pembuangan limbah, ketersediaan dan kedekatan dengan lembaga keuangan, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat serta besarnya pajak ditempat tersebut (Both, Terry dan Rawstron dalam P. Eko Prasetyo, 2003). Setiap faktor tersebut kemudian dirangking menurut tingkat kepentingannya sesuai dengan jenis usaha yang akan dialokasikan. Setelah itu, dilakukan identifikasi tempat-tempat yang memenuhi syarat sebagai lokasi berdasarkan faktor-faktor tersebut. Selanjutnya dari berbagai alternatif tempat tersebut akan dipilih salah satu score di tiap-tiap tempat terhadap faktor lokasi tersebut. Keputusan penentuan lokasinya adalah mengambil tempat yang mempunyai score terbesar yang dipilih sebagai lokasi. Ahli lain seperti Jucius, Terry dan Rawstron, model keputusan penentuan lokasinya cenderung menggunakan faktor biaya dan keuntungan sebagai dasar dalam pemilihan lokasi usahanya. Menurut Jucius dan Terry, model keputusan penentuan

33 14 pemilihan lokasi usaha, faktor utama yang perlu dipertimbangkan adalah biaya dan keuntungan usaha yang diharapkan (expected cost and expected yield) di tempat itu. Jika ada beberapa tempat sebagai alternatif, maka akan dipilih tempat yang memberikan keuntungan total bersih yang terbesar, sedangkan menurut Rawstron, bahwa lokasi yang paling optimum dari perusahaan adalah pada tempat dimana total biayanya terendah. Total biaya yang dimaksud Rawstron adalah biaya tenaga kerja, bahan baku, perolehan tanah, pemasaran dan perolehan modal usaha (Jucius, Terry dan Rawstron dalam P. Eko Prasetyo, 2003) Teori Lokasi Memaksimumkan Laba Teori Weber hanya melihat sisi produksi sedangkan teori Losch hanya melihat sisi permintaan. Permasalahan ini diselesaikan oleh D.M. Smith dengan mengintrodusir konsep biaya rata-rata (average cost) dan penerimaan rata-rata (average revenue) yang terkait dengan lokasi. Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat kurva per unit produksi (average cost) yang bervariasi dengan lokasi. Di sisi lain dapat pula dibuat kurva average revenue yang terkait dengan lokasi. Kemudian kurva itu digabung dan dimana terdapat selisih average revenue dikurangi average cost adalah tertinggi, itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal. Hal ini dapat dijelaskan pada gambar berikut ini : AC AR A O B Lokasi Gambar 2.1. Lokasi yang Memberikan Keuntungan Maksimal

34 15 Lokasi yang memberikan keuntungan adalah antara A dan B yang optimal adalah pada titik O. Lebih ke kiri dari titik A atau lebih kekanan dari titik B perusahaan akan menderita kerugian. Pilihan lokasi bukanlah berbentuk garis continue seperti pada gambar 2.1. Pilihan itu adalah bersifat diskrit, artinya akan ada pilihan beberapa lokasi dan di masing-masing lokasi dapat dibuat pasangan antara average cost dan average revenue pada lokasi tersebut. Diantara pasangan tersebut kita dapat memilih selisih positif terbesar apabila average revenue dikurangi average cost (D.M. Smith dalam Tarigan, 2005). Mc Grone dalam Tarigan (2005) berpendapat bahwa teori lokasi dengan tujuan memaksimumkan keuntungan sulit ditangani dalam keadaan ketidakpastian yang tinggi dan dalam analisis dinamik. Ketidaksempurnaan pengetahuan dan ketidakpastian biaya dan pendapatan di masa depan pada tiap lokasi, biaya relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan pertimbangan lain membuat model maksimalisasi keuntungan lokasi sulit dioperasikan. Selain itu, pengusaha mungkin saja lebih memberikan perhatiannya pada maksimalisasi keuntungan untuk pertumbuhan jangka panjang dari pertumbuhan jangka pendek dan ini mungkin saja menyebabkan diterapkannya suatu keputusan tentang lokasi yang berlainan. Pengusaha bisa saja memilih lokasi yang dalam jangka panjang diperkirakan lebih aman walaupun dengan biaya operasi rutin yang sedikit mahal. Menurut Isard dalam Tarigan (2005) masalah lokasi merupakan penyeimbangan antara biaya dengan pendapatan yang dihadapkan pada suatu situasi ketidakpastian yang berbeda-beda. Keuntungan relatif dari lokasi bisa saja sangat dipengaruhi pada tiap waktu oleh faktor dasar: (a) biaya input atau bahan

35 16 baku; (b) biaya transportasi; (c) keuntungan aglomerasi. Diantara berbagai biaya tersebut, jarak dan aksesibilitas tampaknya merupakan pilihan terpenting dalam konteks tata ruang. Jadi Isard menekankan pada faktor-faktor jarak, aksesibilitas, dan keuntungan aglomerasi sebagai hal yang utama dalam pengambilan keputusan lokasi. Richardson dalam Tarigan (2005) mengemukakan bahwa aktivitas ekonomi atau perusahaan cenderung untuk berlokasi pada pusat kegiatan sebagai usaha mengurangi ketidakpastian dalam keputusan yang diambil guna meminimumkan resiko. Faktor unsur ketidakpastian minimum dapat diperoleh pada pusat kegiatan sehingga keputusan lokasi didasarkan pada kriteria lain selain keuntungan dan biaya-biaya langsung. Dalam hal ini, baik kenyamanan maupun keuntungan aglomerasi merupakan penentu lokasi yang penting, yang menjadi daya tarik lokasi yang lebih kuat daripada sumber daya alam, sumber tenaga kerja (upah rendah), dan elemen kunci yang lain dari teori lokasi tradisional Teori Pemilihan Lokasi Secara Komprehensif Apabila hendak membangun atau mengembangkan sebuah usaha baru pada lokasi tertentu, pengusaha harus melakukan apa yang dinamakan studi kelayakan finansial. Dalam melakukan sebuah studi kelayakan finansial, selain melakukan hitungan atas data masa kini, harus pula dibuat berbagai proyeksi yang hasilnya turut menentukan hasil perhitungan akhir. Selain melakukan perhitungan studi kelayakan finansial, atas dasar ketetapan pemerintah ataupun keinginan para pemberi dana (bank), pengusaha juga harus melakukan studi kelayakan ekonomi dan studi dampak lingkungan. Hal ini untuk melihat bahwa proyek itu tidak hanya

36 17 memberi keuntungan kepada pengusahanya tetapi juga memberi manfaat yang lebih besar dibanding kerugian yang ditimbulkannya kepada ekonomi nasional dan kepada lingkungan (Tarigan, 2005). Menetapkan site (tempat) sebuah usaha, pertama-tama harus mempelajari peraturan yang ada, yaitu dimana saja usaha tersebut boleh dibangun. Terkadang ada pilihan antara berlokasi pada industrial estate (kawasan industri) yang sudah mendapat izin dari pemerintah atau diluar industrial estate. Kedua pilihan itu harus dihitung terlebih dahulu kerugian dan keuntungannya, bukan hanya dari sudut keuangan tapi juga dari sudut keamanan dan sikap masyarakat. Apabila memilih diluar kawasan industri maka diantara lokasi yang diperbolehkan, harus disurvei bahwa daya dukung lahan, termasuk jenis tanah, ketinggian dari permukaan laut, kemiringannya, bukan daerah yang terkena banjir, tanah longsor, dan lainnya sehingga masih sesuai untuk lokasi usaha yang hendak dibangun. Diantara lokasi yang memungkinkan, harus dipilih yang paling efisien. Dalam hal ini, perlu dibandingkan tingkat harga tanah dengan kemudahan yang dapat diperoleh apabila berlokasi disitu. Harus dihitung besarnya ongkos transportasi untuk input dan output, kemudahan memperoleh tenaga kerja yang sesuai, kemudahan memperoleh fasilitas pendukung lainnya, kenyamanan pekerja dan lain-lain. Dalam menganalisis masing-masing faktor diatas, tidak cukup hanya berdasarkan pada keadaan masa kini, artinya harus dapat diramalkan perubahan yang bakal terjadi di masa yang akan datang, baik perubahan yang disebabkan oleh faktor yang datang dari luar maupun perubahan karena perusahaan mulai beroperasi di daerah tersebut (Tarigan, 2005).

37 Jenis-jenis Lokasi Usaha Menurut Manullang (1990) lokasi usaha dapat dibedakan menjadi empat: 1. Letak atau lokasi usaha yang terikat pada alam Letak atau lokasi usaha yang terikat pada alam adalah lokasi usaha yang tidak dapat dipengaruhi oleh manusia melainkan tergantung atau terikat pada alam. 2. Letak atau lokasi usaha berdasarkan sejarah Dimana suatu usaha yang menjalankan aktivitasnya di suatu tempat atau daerah tertentu yang hanya dapat dijelaskan berdasarkan sejarah. 3. Letak atau lokasi usaha berdasarkan kebijaksanaan pemerintah Letak atau lokasi usaha berdasarkan kebijaksanaan pemerintah ditentukan oleh pemerintah terlebih dahulu. 4. Letak atau lokasi usaha yang dipengaruhi faktor ekonomi Letak atau lokasi usaha yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi adalah bahwa suatu usaha atau perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya mempertimbangkan faktor ekonomi yang ada ditempat tersebut Kriteria Lokasi Usaha Strategis Pengertian tempat strategis dapat berbeda antara satu jenis usaha lainnya. Pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor (Tjiptono, 2006) yaitu: 1) Akses, misalnya lokasi yang dilalui atau mudah dijangkau sarana transportasi umum.

38 19 2) Visibilitas, lokasi yang dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. 3) Lalu lintas (traffic), dimana ada dua yang perlu dipertimbangkan yaitu: a. Banyaknya orang yang berlalu lalang bisa memberikan peluang besar terjadinya impuls buying. b. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas bisa menjadi hambatan, misalnya terhadap pelayanan kepolisian, pemadam kebakaran atau ambulans. 4) Tempat parkir yang luas dan aman. 5) Ekspansi, yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha dikemudian hari. 6) Lingkungan, yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan misalnya warung makan yang berdekatan dengan daerah-daerah kos, asrama mahasiswa atau perkantoran. 7) Persaingan, yaitu lokasi pesaing misalnya dalam menentukan lokasi wartel, perlu mempertimbangkan apakah dijalan atau daerah yang sama banyak pula terdapat wartel lainnya. 8) Peraturan pemerintah, misalnya ketentuan yang melarang tempat reparasi (bengkel) kendaraan bermotor berdekatan dengan pemukiman penduduk Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Strategi Lokasi Pemilihan lokasi menjadi sangat rumit dengan adanya globalisasi tempat kerja. Globalisasi terjadi karena perkembangan (1) ekonomi pasar dan jasa (2) komunikasi internasional yang lebih baik, (3) perjalanan (udara, laut, darat) serta pengangkutan yang lebih cepat dan dapat diandalkan, (4) semakin mudahnya arus kas antar negara dan (5) perbedaan biaya tenaga kerja yang tinggi (Render, 1997).

39 20 Faktor-faktor kunci yang harus diperhatikan oleh pengusaha dalam memilih lokasi baru diantaranya yaitu kebutuhan dasar, seperti listrik, air dan sebagainya haruslah tersedia. Lahan yang cukup, tingkat kepadatan lalu lintas disekitar lokasi perusahaan, taraf hidup masyarakat disekitar lingkungan usaha harus benar-benar dipertimbangkan. Faktor terpenting dari itu semua adalah pendapat dari tenaga kerja terhadap lokasi kerja yang baru. Ada kalanya perusahaan mempertimbangkan untuk berlokasi didaerah yang memiliki sarana pendukung usaha, seperti zona dagang dan program pelatihan kerja. Faktor demografi dan ekonomi seperti tingkat pendidikan, pendapatan masyarakat per kapita, serikat pekerja, upah minimum regional, industri primer dan industri lain yang mungkin dapat berkembang disana juga dapat menjadi pertimbangan jangka panjang perusahaan. Tahap akhir dalam proses pemilihan lokasi adalah memilih lokasi yang spesifik dalam suatu komunitas. Perusahaan harus memilih satu lokasi yang paling cocok untuk pengangkutan dan penerimaan, penetapan zona, peralatan, ukuran dan biaya. Tabel 2.1. Pertimbangan dan Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Lokasi Keputusan Negara Peraturan, sikap, stabilitas dan rangsangan pemerintah Isu-isu budaya dan ekonomi Lokasi pasar Keputusan Negara/Masyarakat Keinginan Perusahaan Segi-segi yang menarik dari wilayah tersebut Ketersediaan tenaga kerja, biaya, sikap terhadap serikat pekerja Keputusan Lokal Ukuran dan biaya lokasi Sistem transportasi udara, kereta, laut dan jalan bebas hambatan atau tol. Pembatasan penetapan zona

40 21 Dekat tidaknya jasa/pasokan yang dibutuhkan. Ketersediaan tenaga kerja, Biaya dan sikap produktivitas, dan ketersediaan utilitas biaya (keperluan listrik, air dan sebaginya) Ketersediaan pasokan, Peraturan lingkungan komunikasi dan energi. hidup daerah dan nasional Tingkat kurs valuta asing Rangsangan dari pemerintah Jarak relatif antara bahan baku dengan konsumen Biaya tanah atau pembangunan fasilitas Sumber: Barry Render. Prinsip-Prinsip Manajemen Operasi Isu-isu dampak lingkungan Selain globalisasi, menurut Render (1997), juga terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengambilan keputusan lokasi, yaitu: 1. Produktivitas Tenaga Kerja Berkaitan dengan keputusan lokasi, pertimbangan manajemen mungkin dirangsang oleh rendahnya tingkat upah tenaga kerja di wilayah itu. Meskipun demikian, tidak hanya tingkat upah saja yang perlu dipertimbangkan, produktivitaspun harus menjadi bahan pertimbangan. Karyawan yang kurang terlatih, berpendidikan rendah atau dengan kebiasaan bekerja yang buruk bukan merupakan hal yang baik bagi perusahaan, walaupun upah tenaga kerjanya rendah. Demikian pula, karyawan yang tidak dapat atau sering mangkir di tempat kerjanya tidak akan menjadi keputusan yang baik, walaupun upahnya rendah. Biaya tenaga kerja per unit terkadang disebut juga kandungan tenaga kerja dari produk.

41 22 2. Kurs Valuta Asing Walaupun tingkat suku bunga dan produktivitas mungkin membuat berbagai negara terlihat ekonomis. Tingkat kurs valuta asing yang tidak diinginkan dapat menghapuskan penghematan yang telah terjadi. Meskipun demikian, kadangkala perusahaan dapat mengambil keuntungan dari tingkat kurs tertentu yang dianggap baik dengan merelokasi atau mengekspor ke negara lain dan satu hal yang perlu diingat bahwa nilai dari mata uang asing diberbagai negara terus menerus berfluktuasi. 3. Biaya Biaya lokasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu biaya yang terlihat dan biaya yang tidak terlihat. Biaya yang terlihat adalah biaya-biaya yang langsung dapat diidentifikasi dan secara tepat ditentukan jumlahnya. Biaya-biaya ini mencakup biaya tenaga kerja, utility, bahan baku, pajak, dan penyusutan dan biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasi oleh manajemen dan bagian akuntansi. Selain itu, biaya-biaya seperti transportasi bahan baku, transportasi barang jadi dan pembangunan pabrik merupakan unsur-unsur biaya lokasi keseluruhan. Biaya tidak terlihat adalah biaya-biaya yang tidak mudah ditentukan angkanya. Biaya-biaya ini mencakup kualitas pendidikan, fasilitas angkutan umum, sikap masyarakat terhadap industri dan terhadap perusahaan itu sendiri, seperti mutu dan sikap karyawan yang akan dipekerjakan, termasuk juga mutu variabel hidup, seperti iklim dan kelompok-kelompok olahraga, yang mungkin mempengaruhi proses rekruitmen yang dilakukan oleh bagian personalia.

42 23 4. Sikap Sikap dari pemerintah pusat, daerah dan lokal terhadap kepemilikan oleh swasta, penetapan zona, dan polusi serta stabilitas karyawan mungkin akan terus berubah. Sikap pemerintah pada saat keputusan lokasi dibuat mungkin tidak bertahan lama. Terlebih lagi, manajemen mungkin akan menemukan bahwa sikapsikap demikian ini dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan Langkah-langkah Dalam Pemilihan Lokasi Menurut Sriyadi dalam Surya Perdhana (2006), cara pemilihan lokasi yang lebih pragmatis menggunakan tiga langkah sebagai berikut: Pertama, memilih wilayah (daerah) secara umum. Untuk ini ada lima faktor sebagai dasar yaitu (1) dekat dengan pasar, (2) dekat dengan bahan baku, (3) tersedianya fasilitas pengangkutan, (4) terjaminnya pelayanan umum seperti penerangan listrik, air, bahan bakar dan (5) kondisi iklim dan lingkungan yang menyenangkan. Kedua, memilih masyarakat tertentu di wilayah yang dipilih pada pemilihan tingkat pertama. Pilihan didasarkan atas enam faktor: (1) tersedianya tenaga kerja secara cukup dalam jumlah dan tipe skill yang diperlukan, (2) tingkat upah yang lebih murah, (3) adanya perusahaan yang bersifat suplementer atau komplementer dalam hal bahan baku, hasil produksi, buruh dan tenaga terampil yang dibutuhkan, (4) adanya kerjasama yang baik antar sesama perusahaan yang ada, (5) peraturan daerah yang menunjang, dan (6) kondisi kehidupan masyarakat yang menyenangkan. Ketiga, memilih lokasi tertentu. Pertimbangan utama pada langkah ini adalah soal tanah. Adakah tanah yang cukup longgar untuk bangunan,

43 24 halaman, tempat parkir dan tidak boleh dilupakan adanya kemungkinan untuk perluasan. Menurut Wasis dalam Surya Perdhana ( 2006 ), faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menentukan lokasi usaha secara ekonomis adalah sebagai berikut: a. Keadaan Pasar Keadaan pasar yaitu keadaan dimana perusahaan tersebut dapat lebih dekat dengan konsumen. Perusahaan didirikan tidak untuk hari ini saja, tetapi untuk jangka panjang. Untuk itu perlu dipelajari apakah pasar bagi produknya masih akan cukup lama. Kemungkinan-kemungkinan apakah yang bisa terjadi pada waktu yang akan datang yang dapat mempengaruhi pasar. b. Keadaan Bahan Dimana suatu perusahaan tersebut dapat mengolah hasil lanjut sumber bahan mentah. Apakah tempat itu cukup banyak tersedia bahan yang diperlukan perusahaan sehingga bahan tidak perlu diambil dari tempat lain. c. Supply tenaga kerja yang tersedia Faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja dan penekanan biaya produksi. d. Terdapat fasilitas transportasi dan sarana jalan Suatu faktor yang dipengaruhi suatu kegiatan yang meliputi kereta api, truk dan angkutan jalan raya pengangkutan melalui air, pengangkutan melalui udara.

44 25 e. Terdapat pembangkit tenaga listrik Faktor dimana terdapat sumber pembangkit tenaga listrik yang dibutuhkan untuk menjalankan mesin-mesin serta penerangan secara keseluruhan. f. Faktor-faktor lain Lingkungan usaha yang nyaman, soal iklim, sikap masyarakat peraturan pemerintah dan intensitas persaingan. Pemilihan lokasi sangat mempengaruhi biaya yang dikeluarkan perusahaan, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Lokasi mempunyai pengaruh besar pada laba keseluruhan perusahaan. Sekali manajemen terikat untuk beroperasi disuatu lokasi tertentu, banyak biaya yang timbul dan sulit untuk dikurangi. Biaya lokasi pabrik baru berada di wilayah dengan biaya energi yang besar, maka manajemen yang baik dengan strategi penekanan biaya energi yang luar biasapun pasti akan beroperasi dengan merugi. Demikian pula dengan SDM, biaya-biaya tenaga kerja di lokasi mahal, kurang terlatih atau etos kerjanya buruk, maka perusahaan tidak akan memperoleh keuntungan. Dengan demikian, kerja keras yang dilakukan manajemen untuk mencari lokasi fasilitas yang optimal merupakan investasi yang baik. Keputusan strategis yang diambil tergantung dengan jenis bisnis yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk keputusan lokasi industri, strategi yang ditempuh adalah minimalisasi biaya, sedangkan untuk bisnis eceran dan pelayanan jasa profesional strategi yang digunakan terfokus pada maksimalisasi pendapatan. Strategi penempatan lokasi gudang dapat dipertimbangkan sebagai

45 26 kombinasi biaya dan kecepatan pengiriman. Secara umum, tujuan strategi lokasi adalah memaksimalkan keuntungan dari lokasi tersebut Sektor Informal Sektor informal itu sendiri, pertama kali diperkenalkan Keith Hart seorang peneliti dari Universitas Manchester di Inggris yang kemudian muncul dalam penerbitan ILO tahun 1972 (http// pdf/11/07/2009). Menurut Keith Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu: 1. Sah, terdiri atas: a. Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder yaitu pertanian, perkebunan yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain-lain. b. Usaha tersier dengan modal yang relatif besar yaitu perumahan, transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, dan lain-lain. c. Distribusi kecil-kecilan yaitu pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain. d. Transaksi pribadi yaitu pinjam-meminjam,pengemis. e. Jasa yang lain yaitu pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur, pembuang sampah, dan lain-lain. 2. Tidak sah, terdiri atas: a. Jasa kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya: penadah barangbarang curian, lintah darat, perdagangan obat bius, penyelundupan, dll.

46 27 b. Transaksi yaitu pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar (perampokan bersenjata), pemalsuan uang, perjudian, dan lain-lain (http// com/sektor informal: permasalahan dan upaya mengatasinya/pdf/11/07/ 2009). Ekonomi informal terdiri dari unit-unit ekonomi yang termarjinalisasi dan pekerja-pekerja yang memiliki karakteristik: mengalami defisit yang parah dalam hal pekerjaan yang layak, defisit dalam hal standar perburuhan, defisit dalam hal produktivitas dan kualitas pekerjaan, defisit dalam hal perlindungan sosial dan defisit dalam hal organisasi dan hak suara. Dengan mengurangi defisit yang dimiliki oleh ekonomi informal, diharapkan akan dapat meningkatkan gerakan kearah kegiatan-kegiatan yang diakui, terlindungi dan formal didalam kerangka perekonomian utama dan yang memenuhi peraturan (ILO dalam Suprobo, Tarigan dan Weiss, 2007). Becker dalam Suprobo, Tarigan dan Weiss (2007), mengemukakan bahwa secara umum ekonomi informal adalah bagian dari ekonomi pasar yang tidak punya aturan dan tidak formal, yang memproduksi barang dan jasa untuk dijual atau untuk memperoleh pendapatan lain. Dengan demikian istilah ekonomi informal mengacu kepada seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pekerja dan unit-unit ekonomi, baik dalam hukum maupun dalam praktek, yang tidak terlindungi atau tidak cukup terlindungi oleh aturan-aturan formal. Becker dalam Suprobo, Tarigan dan Weiss (2007), lebih lanjut menyatakan bahwa definisi ekonomi informal dapat dibuat menjadi beberapa kriteri karena sifatnya yang heterogen yaitu:

47 28 1) Definisi berdasarkan atas kegiatan (unit ekonomi/perusahaan) Definisi ini adalah definisi yang paling tradisional diantara beberapa definisi yang ada. Usaha yang bersifat informal mempunyai karakteristik yaitu jarang mengikuti peraturan yang berlaku untuk mereka seperti mengenai pendaftaran, pembayaran pajak, kondisi pekerjaan dan lisensi untuk beroperasi. Perusahaan informal tidak hanya mereka yang mempekerjakan pekerja tetapi termasuk juga mereka yang dimiliki dan dijalankan sendiri oleh seseorang yang bekerja sebagai pekerja mandiri. Dengan demikian pedagang jalanan, supir taxi dan pekerja yang bekerja dirumah yang dibayar berdasarkan jumlah yang dihasilkan, semuanya dianggap sebagai unit usaha. Pemilik usaha biasanya menyiapkan keuangan sendiri dengan resiko sendiri. Mereka juga jarang memiliki sistem akuntansi. 2) Definisi berdasarkan atas kategori ketenagakerjaan Ketenagakerjaan informal adalah seluruh jenis pekerjaan yang memberikan pendapatan, baik pekerjaan mandiri dan pekerjaan dengan gaji, yang tidak diakui, diatur, atau dilindungi oleh hukum dan peraturan yang ada. Disini termasuk juga pekerjaan yang tidak memberikan penghasilan didalam perusahaan yang menghasilkan pendapatan. Ekonomi informal dapat digambarkan melalui kategori jenis pekerjaan sebagai berikut : a) Pekerja mandiri (self-employed), contohnya adalah own-account worker, pemimpin usaha keluarga dan pekerja keluarga yang tidak dibayar.

48 29 b) Pekerja yang bergaji, contohnya pegawai perusahaan informal, pekerja tidak tetap tanpa majikan yang tetap, pekerja rumahan, pembantu RI yang dibayar, pekerja sementara dan paruh waktu, dan pekerja yang tidak terdaftar. c) Majikan, contohnya pemilik perusahaan dan pemilik yang menjalankan usaha informal. 3) Definisi berdasarkan atas lokasi pelaku ekonomi informal. Definisi ini didasarkan atas gambaran lokasi dimana pekerja informal bekerja. Kategori-kategorinya adalah : a) Pekerja yang bekerja di rumah (home-based workers) : Pekerja rumah yang tidak bebas: - Bekerja di rumah, diluar perusahaan yang membeli barang produksi mereka yaitu dengan perjanjian sebelumnya, sepakat untuk men-supply barang atau jasa ke perusahaan tertentu. - Memperoleh pendapatan melalui pembayaran trehadap apa yang diproduksi. Iidak mempekerjakan pekerja secara teratur. Pekerja rumah yang bebas, adalah mereka yang bekerja di rumah dan menyalurkan hasil produksi dan jasanya kepada pembeli yang prospektif. Karakteristik mereka adalah sebagai pekerja mandiri dan memiliki sifat dari pekerja account workers. b) Pedagang asongan jalanan dan pedagang kakilima di pinggir jalan. c) Pekerja musiman atau pekerja sementara di lokasi sekitar bangunan atau jalan yang sedang dikerjakan.

49 30 d) Mereka yang bekerja diantara jalanan dan rumah, contohnya pemulung. Chen dalam Suprobo, Tarigan dan Weiss (2007), mengemukakan bahwa terjadinya perubahan pandangan terhadap sektor informal sebagai akibat dari terjadinya perubahan lingkungan dari sektor informal tersebut. Pandangan yang baru dibandingkan dengan pandangan yang lama adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Pandangan Baru dan Pandangan Lama atas Sektor Informal Pandangan Lama 1. Sektor informal adalah sektor tradisional yang akan hilang dengan pertumbuhan dan adanya perindustrian modern 2. Produktivitas sektor informal rendah. 3. Keberadaannya terpisah dengan sektor formal. 4. Sebagai tempat penampung kelebihan tenaga kerja. 5. Umumnya terdiri dari pedagang jalanan dan produsen skala kecil. 6. Umumnya pekerja sektor informal adalah wiraswasta yang mengelola usaha yang ilegal dan tidak terdaftar karena menghindari peraturan dan pajak. Pandangan Baru 1. Sektor informal akan tetap ada dan tumbuh bersama industri yang semakin modern. 2. Sektor informal merupakan penyedia kesempatan kerja dan produksi barang dan jasa bagi mereka yang berpendapatan rendah. Sumbangannya terhadap GDP juga cukup besar. 3. Ada kaitan dengan sektor formal, mereka produksi, berdagang, mendistribusikan jasa untuk sektor formal. 4. Sebagian besar sektor informal yang muncul belakangan adalah karena berkurangnya kesempatan kerja di sektor formal atau karena perubahan dari pekerjaan sektor formal menjadi informal. 5. Terdiri dari jenis pekerjaan yang sangat luas, mulai dari buruh lepas di sektor konstruksi dan pertanian hingga pekerja sementara dan paruh waktu, serta pekerja rumah di bidang teknologi tinggi. 6. Terdiri dari pekerja non-standar dengan upah/gaji, wiraswasta dan pekerja mandiri yang memproduksi barang dan jasa yang legal. Kebanyakan wiraswasta dan pekerja mandiri tersebut setuju dengan upaya-upaya untuk mempermudah pendaftaran dan membayar biaya transaksi serta mengikuti peraturan;pekerja nonstandar juga setuju untuk memenuhi hak-hak

50 31 pekerja dan pekerjaan yang lebih stabil. 7. Pekerjaan informal pada umumnya terdiri dari kegiatan untuk mempertahankan hidup sehingga tidak perlu masuk dalam kebijakan perekonomian. 7. Ekonomi informal tidak hanya terdiri dari kegiatan untuk bertahan hidup, tapi juga mencakup perusahaan stabil dan bisnis yang berkembang dinamis. Pekerja informal tidak hanya mereka yang bekerja sendiri tapi juga termasuk mereka yang menerima gaji. Seluruh jenis pekerjaan informal dipengaruhi oleh kebijakan perekonomian yang ada. Menurut Hidayat (1987), di Indonesia sudah ada kesepakatan tentang 11 ciri pokok sektor informal sebagai berikut: 1. Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik karena timbulnya unit usaha tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor formal. 2. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha. 3. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja. 4. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi tidak sampai ke pedagang kaki lima. 5. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu sub-sektor ke lain sub-sektor. 6. Teknologi yang digunakan bersifat primitif. 7. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif kecil. 8. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak memerlukan pendidikan formal karena pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sambil bekerja. 9. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one-man enterprise dan kalau

51 32 mengerjakan buruh berasal dari keluarga. 10. Sumber dana modal usaha yang umumnya berasal dari tabungan sendiri atau lembaga keuangan yang tidak resmi. 11. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat desa dan kota berpenghasilan rendah dan kadang-kadang juga yang berpenghasilan menengah (http// informal: permasalahan dan upaya mengatasinya.files:pdf/11/07/2009) Perdagangan Perdagangan adalah kegiatan penyaluran barang dari produsen ke konsumen melalui kegiatan membeli dan menjual barang. Kegiatan pokok dalam perdagangan adalah membeli barang dari produsen atau pedagang lain, menjual barang kepada pedagang lain dan atau konsumen. 1. Jenis-jenis perdagangan menurut cara mencari keuntungan atau profit yaitu: a. Pedagang yang berdagang dalam mencari keuntungan dapat menempuh berbagai cara yaitu perbedaan waktu menjual dan membeli, perbedaan tempat menjual dan membeli, serta memanfaatkan musim tertentu. b. Dalam kegiatan perdagangan, yang penting dan harus diperhatikan bagi pihak pembeli maupun penjual yaitu jenis barang dan kualitasnya, jumlah barang,harga barang beserta potongan harga,syarat pembayaran, dan syarat penyerahan barang. 2. Jenis-jenis pedagang berdasarkan tingkat kegiatan, jangkauan pemasaran dan jumlah barang yang diperdagangkan yaitu sebagai berikut:

52 33 a. Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli barang dalam jumlah besar dari produsen dan menjualnya kepada pegadang kecil atau pedagang eceran, contohnya grosir, agen. b. Pedagang kecil yaitu pedagang yang membeli barang dari pedagang besar kemudian menjualnya kepada konsumen langsung, contohnya kios, warung, toko. c. Pedagang antar negara yaitu pedagang yang membeli barang dari suatu negara dan menjualnya ke negara lain. Pedagang antar negara dapat dibedakan yaitu eksportir, importer dan pedagang transito ( Jasa Menurut Kotler dalam Lupiyoadi (2001), jasa merupakan setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain, pada dasarnya tidak berwujud dan idak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksi jasa mungkin berkaitan dengan produk fisik atau tidak. Jasa juga bukan merupakan barang, jasa adalah suatu proses atau aktivitas dan aktivitas-aktivitas tersebut tidak berwujud. Menurut Kotler dalam Lupiyoadi (2001), ada empat karakteristik produk jasa yaitu: 1. Intangibility: jasa bersifat abstrak dan intangible (tidak berwujud). 2. Heterogenity/variability: jasa bersifat non-standar dan sangat variabel (berubah-ubah).

53 34 3. Inseparability: jasa umumnya diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan dengan partisipasi konsumen dalam prosesnya. 4. Perishability (daya tahan): jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya tahan yang lama karena sifatnya tergantung dari fluktuasi permintaan. Menurut Converse (1992), macam-macam jasa dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Personalized services Personal services adalah jasa yang sangat mengutamakan pelayanan orang dan perlengkapannya, seperti tukang cukur, salon kecantikan, laundry, foto. Sementara itu, yang sangat perlu diperhatikan dalam pemasaran jasa antara lain adalah, lokasi yang baik, menyediakan fasilitas dan suasana yang menarik, serta nama baik yang bersangkutan. Dalam marketing personal services diusahakan supaya timbul semacam patronage motive yaitu keinginan untuk menjadi langganan tetap. Contohnya patronage ini bisa timbul di dalam usaha laundry, karena kebersihan, layanan yang ramah tamah dan sebagainya. 2. Financial services Financial services terdiri dari: a) Banking services (Bank). b) Insurance services (Asuransi). c) Investment securities (Lembaga penanaman modal). d) Public utility and Transportation services. Perusahaan public utility mempunyai monopoli secara alamiah, misalnya perusahaan listrik, air minum. Para pemakainya terdiri dari: Domestic

54 35 consumer (konsumen lokal), Commercial and office (perkantoran dan perdagangan), Municipalities (kota praja, pemda). Sedangkan dalam transportation services, meliputi: kereta api, kendaraan umum, pesawat, dsb. 3. Entertainment Yang termasuk dalam kelompok ini adalah usaha-usaha dibidang olahraga, bioskop, gedung-gedung pertunjukan, dan usaha-usaha hiburan lainnya. Metode marketing yang dipakai adalah sistem penyaluran langsung dimana karcis dijual di loket-loket. 4. Hotel services Hotel merupakan salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan. Dalam hal ini hotel perlu mengadakan kegiatan bersama dengan tempat-tempat rekreasi, hiburan, travel biro, dan sebagainya ( pengertian,karakteristik dan jenisnya) Kerangka Berpikir Cruz dalam Surya Perdhana (2006) mengemukakan bahwa dalam memilih suatu lokasi usaha sebaiknya dipilih lokasi yang sarana atau prasarana infrastrukturnya baik serta banyak memiliki tenaga kerja potensial. Tingkat pendidikan, ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan kondisi ekonomi lokal dapat menjadi faktor penentu kesuksesan usaha, demikian pula dengan kondisi jalan yang baik, sehingga dapat mendukung kegiatan transportasi antara supplier dan perusahaan. Sarana telekomunikasi yang baik juga dapat menunjang kegiatan suatu usaha. Dalam melakukan seleksi lokasi usaha kita sebaiknya melakukan

55 36 langkah-langkah sebagai berikut: (1) melakukan seleksi lokasi dan memasukkannya ke dalam daftar, (2) mengeliminasi lokasi yang kira-kira dapat menghambat kemajuan bisnis, dan (3) membuat perbandingan lokasi. Untuk memperjelas jalannya penelitian yang akan dilaksanakan, perlu disusun kerangka pemikiran mengenai konsepsi tahap-tahap penelitiannya secara teoritis. Kerangka pemikiran teoritis dibuat berupa skema sederhana yang menggambarkan secara singkat proses pemecahan masalah yang dikemukakan dalam penelitian. Skema sederhana yang dibuat diharapkan memberi gambaran mengenai jalannya penelitian secara keseluruhan yang dapat diketahui secara jelas dan terarah. Kerangka pemikiran teoritis ditunjukkan pada bagan di bawah ini: Kondisi Infrastruktur Biaya Lokasi Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja Lokasi Usaha Peluang Usaha: - Perdagangan - Jasa Pendapatan Usaha Gambar 2.2. Kerangka Berpikir Penelitian

56 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto,2006:160). Adapun metode dalam penelitian ini mencakup tentang populasi dan sampel penelitian, variabel, instrumen pengumpul data, uji instrumen (validitas, reliabilitas) dan teknik analisis data Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,2006:130). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha sektor informal di bidang perdagangan dan jasa pada tahun 2008 yang ada di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang sejumlah 1453 pelaku usaha yang dapat dilihat dari tabel berikut ini: Tabel 3.1. Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang RW Jumlah Pelaku Usaha Sektor Informal (Perdagangan dan Jasa) I 298 II 251 III 246 IV 329 V 317 VI 6 VII 6 Jumlah 1453 Sumber: Data diolah,

57 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,2006:131). Dalam penelitian ini tidak semua populasi yang ada dijadikan objek penelitian, karena memerlukan tenaga dan dana yang banyak serta waktu yang relatif lama. Dalam pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus pendekatan Slovin (dalam Husein,2004:107) dengan rumus: n = N 1 + Ne 2 Dimana : n : ukuran sampel N : ukuran populasi e 2 : persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat ditolelir atau diujikan, untuk penelitian ini digunakan 10 %. Dengan jumlah populasi 1453 pelaku usaha bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang pada tahun 2008, maka batas minimal pengambilan sampel berdasarkan rumus: N n = 1 + Ne n = 2 1+ (1453 (0,10) )

58 n = 15,53 n = 93,56 n = 94 Dari perhitungan diperoleh hasil sebesar 93,56 dibulatkan menjadi 94, jadi sampel dalam penelitian ini adalah 94 pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus UNNES Desa Sekaran. Teknik sampling yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Proporsional Area Random Sampling. Langkah-langkah dalam menentukan sampel tersebut adalah : a. menentukan proporsi sampel dari tiap-tiap RW b. menghitung jumlah sampel tiap-tiap RW c. menentukan sampel keseluruhan dengan menjumlahkan sampel masingmasing RW d. mengambil dari setiap RW yang telah ditentukan sampelnya secara acak dengan melakukan undian. Tabel 3.2. Jumlah pelaku usaha perdagangan dan jasa yang menjadi populasi sampel: RW Populasi Sampel I II III IV V VI 6 1 VII 6 1 Jumlah Sumber: Data diolah, 2009

59 Variabel Penelitian Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai. Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,2006:118). Variabel yang diteliti harus sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Kondisi Infrastruktur dengan indikator ketersediaan jaringan listrik, ketersediaan air bersih, ketersediaan lahan parkir yang memadai dan sarana dan prasarana penunjang lainnya. (2) Biaya Lokasi yaitu biaya yang dikeluarkan dengan indikator besarnya biaya baik biaya sewa maupun biaya beli yang dinyatakan dalam satuan rupiah. (3) Lingkungan Bisnis dengan indikator kedekatan dengan jalan raya, kedekatan dengan konsumen, kedekatan dengan pemukiman penduduk, kedekatan dengan sarana umum (sekolah, kampus, bank, dll), kedekatan dengan usaha lain, tingkat keamanan, tingkat persaingan, prospek usaha dan daya beli masyarakat. (4) Tenaga Kerja dengan indikator ketersediaan jumlah tenaga kerja, kualitas tenaga kerja dan tingkat upah tenaga kerja Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

60 41 Tabel 3.3. Metode Pengumpulan Data No Permasalahan Sumber 1. Bagaimana profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang? 2. Bagaimana kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang? Kantor Kelurahan Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Pelaku usaha sektor Informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Metode Pengumpulan Data Dokumentasi Kuesioner Metode Kuesioner (Angket) Metode kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto,2006:151). Metode ini digunakan untuk mengetahui dan menganalisis keadaan lokasi yang digunakan untuk menjalankan usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu responden memberikan jawaban yang telah disediakan. Dengan memberikan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden secara langsung di lokasi objek penelitian. Daftar pertanyaan tersebut berkaitan dengan variabel kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja.

61 42 Data yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang dikuantitatifkan maka perlu diubah kedalam bentuk skor, yaitu dengan memberikan skor sebagai berikut: a. Pilihan jawaban A diberikan skor 5 b. PIlihan jawaban B diberikan skor 4 c. Pilihan jawaban C diberikan skor 3 d. Pilihan jawaban D diberikan skor 2 e. Pilihan jawaban E diberikan skor Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data atau informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian, dengan jalan melihat kembali sumber tertulis yang lalu baik berupa angka atau keterangan seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto,2006:158). Dalam penelitian ini metode dokumentasi dipakai untuk mengetahui data jumlah usaha sektor informal dan keadaan ekonomi yang ada di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Selain data-data laporan tertulis, untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.

62 Validitas dan Reliabilitas Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006 : 168). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dalam mengungkap data dari variabel yang diteliti secara cermat tinggi rendahnya instrumen yang dimaksud. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan butir soal. Pengukuran pada analisis butir yaitu dengan cara skor-skor yang ada kemudian dikorelasikan dengan menggunakan rumus Product Moment yang dilakukan oleh Pearson yaitu: r xy = Keterangan: r xy N X Y ΣX 2 ΣY 2 = Keofisien korelasi = Jumlah objek atau responden = Skor rata-rata X = Skor rata-rata Y = Jumlah kuadrat nilai x = Jumlah kuadrat nilai y Item pertanyaan diuji cobakan kepada 36 responden dengan jumlah 20 butir soal yang terdiri dari 5 butir soal untuk untuk mengukur kondisi infrastruktur, 2 butir soal untuk mengukur biaya lokasi, 9 butir soal untuk mengukur lingkungan bisnis, dan 4 butir soal untuk mengukur tenaga kerja.

63 44 Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas dinyatakan valid jika r hitung > r tabel yaitu 0,329. Hasil analisis uji validitas angket dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.4. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Kondisi Infrastruktur No. Soal r xy r tabel Keterangan 1. 0,495 0,329 Valid 2. 0,431 0,329 Valid 3. 0,564 0,329 Valid 4. 0,700 0,329 Valid 5. 0,582 0,329 Valid Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009 Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, ternyata semua soal yang berhubungan dengan variabel kondisi infrastruktur dinyatakan valid karena r hitung > r tabel yaitu 0,329. Tabel 3.5. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Biaya Lokasi No. Soal r xy r tabel Keterangan 6. 0,885 0,329 Valid 7. 0,653 0,329 Valid Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009 Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, ternyata semua soal yang berhubungan dengan variabel biaya lokasi dinyatakan valid karena r hitung > r tabel yaitu 0,329.

64 45 Tabel 3.6. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Lingkungan Bisnis No. Soal r xy r tabel Keterangan 8. 0,686 0,329 Valid 9. 0,359 0,329 Valid 10. 0,651 0,329 Valid 11. 0,736 0,329 Valid 12. 0,680 0,329 Valid 13. 0,377 0,329 Valid 14. 0,511 0,329 Valid 15. 0,361 0,329 Valid 16. 0,274 0,329 Tidak Valid Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009 Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, ternyata pada soal nomor 16 yang berhubungan dengan variabel lingkungan bisnis dinyatakan tidak valid karena r hitung < r tabel yaitu 0,329 dan butir soal yang lainnya dinyatakan valid. Tabel 3.7. Hasil Analisis Uji Validitas Angket Variabel Tenaga Kerja No. Soal r xy r tabel Keterangan 17. 0,714 0,329 Valid 18. 0,309 0,329 Tidak Valid 19. 0,639 0,329 Valid 20. 0,575 0,329 Valid Sumber: Data Hasil Penelitian Diolah, 2009 Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, ternyata pada soal nomor 18 yang berhubungan dengan variabel tenaga kerja dinyatakan tidak valid karena r hitung < r tabel yaitu 0,329 dan butir soal yang lainnya dinyatakan valid.

65 46 Dari 20 butir soal yang telah diuji cobakan kepada 36 responden, terdapat 2 butir soal yang dinyatakan tidak valid yaitu pada soal nomor 16 dan 18. Butir soal yang tidak valid tersebut dihapus karena sudah terwakilkan oleh butir soal yang lain, sehingga angket penelitian terdiri dari 18 butir soal Reliabilitas Reliabilitas mengandung pengertian bahwa suatu penelitian dapat dipercaya atau dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan (Arikunto,2006:178). Pada penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrumen menggunakan rumus Alpha, karena instrument dalam penelitian ini berbentuk angket yang skornya merupakan rentangan antara 1-5 dan uji validitas menggunakan item total, dimana untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 dengan menggunakan rumus Alpha yaitu: Keterangan: r 11 k = reliabilitas instrumen = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal 2 δ b = jumlah varians butir 2 δ 1 = varians total Untuk menentukan instrumen tersebut reliabel atau tidak, dilakukan dengan cara mengkorelasikan reliabilitas hasil perhitungan dengan reliabilitas menurut tabel. Setelah diperolah r 11, selanjutnya dikonsultasikan dengan r tabel

66 47 dengan taraf kesalahan 5%. Jika r 11 > r tabel, maka instrumen dikatakan reliabel dan jika r 11 < r tabel maka instrument tersebut dikatakan tidak reliabel. Tabel 3.8. Hasil Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Instrumen Variabel Penelitian Koefisien Reliabilitas r tabel 5% Keterangan Kondisi Infrastruktur 0,333 0,329 Reliabel Biaya Lokasi 0,335 0,329 Reliabel Lingkungan Bisnis ,329 Reliabel Tenaga Kerja ,329 Reliabel Sumber : Data Hasil Penelitian Diolah, 2009 Dalam melakukan uji reliabilitas menggunakan bantuan software program SPSS Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai koefisien reliabilitas kondisi infrastruktur sebesar 0,333 pada taraf kesalahan 5% dan n=36, jadi 0,333 > 0,329, karena koefisien reliabilitas lebih besar dari r tabel maka dapat dikatakan angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai koefisien reliabilitas biaya lokasi sebesar 0,335 pada taraf kesalahan 5% dan n = 36, jadi 0,335 > 0,329, karena koefisien reliabilitas lebih besar dari r tabel maka dapat dikatakan angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai koefisien reliabilitas lingkungan bisnis sebesar 0,674 pada taraf kesalahan 5% dan n = 36, jadi 0,674 > 0,329, karena koefisien reliabilitas lebih besar dari r tabel maka dapat dikatakan angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh nilai koefisien reliabilitas tenaga kerja sebesar 0,368 pada taraf kesalahan 5% dan n = 36, jadi 0,368 >

67 48 0,329, karena koefisien reliabilitas lebih besar dari r tabel maka dapat dikatakan angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian Metode Analisis Data Tabel 3.9. Metode Analisis Data No Perumusan Masalah 1. Bagaimana profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang? 2. Bagaimana kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang? Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif Persentase Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk mendeskripsikan masalah penelitian dan memberikan gambaran mengenai responden penelitian. Metode ini untuk mengetahui profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Metode Analisis Deskriptif Persentase Metode ini digunakan untuk mengetahui secara tepat tingkat persentase skor jawaban dan mendiskripsikan hasil data mengenai lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang

68 49 Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang dilihat dari kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis, dan tenaga kerja dengan rumus: n % = 100% N % : Persentase nilai yang diperoleh n : Jumlah skor yang diperoleh N : Jumlah seluruh nilai ideal, dicari dengan cara jumlah item dikalikan jumlah responden (Ali,M.1992:184) Untuk menentukan kategori atau jenis deskriprtif persentase yang diperoleh masing-masing indikator dalam variabel dari perhitungan deskriptif persentase kemudian ditafsirkan kedalam kalimat. Cara menentukan kriteria adalah : 1. Menentukan angka persentase tertinggi skor maksimal skor maksimal X 100 % 5 X 100 % = 100 % 5 2. Menentukan angka persentase terendah skor min imal skor maksimal X 100% 1 X 100 % = 20 % 5 3. Menentukan rentang persentase 100 % - 20 % = 80 % 4. Menentukan kelas interval 80 % : 5 = 16 % Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut selanjutnya skor diperoleh (dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan tabel

69 50 kriteria. Dengan panjang kelas interval 16% dan persentase terendah 20% dapat dibuat kriteria, dalam jenjang kriteria ini penulis mengelompokkan menjadi 5 kriteria yaitu sangat tepat, tepat, cukup tepat, kurang tepat dan tidak tepat. Tabel Jenjang Kriteria: No Interval Persentase Kategori 1. 85% - 100% Sangat Tepat 2. 69% - 84% Tepat 3. 53% - 68% Cukup Tepat 4. 37% - 52% Kurang Tepat 5. 20% - 36% Tidak Tepat

70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Gambaran Umum Wilayah Penelitian Wilayah penelitian ini adalah lingkungan sekitar Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Dari monografi desa diperoleh data tentang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang yang berada pada batas-batas wilayah sebagai berikut: (1). Sebelah utara : Desa Sukorejo (3). Sebelah barat : Desa Kalisegoro (2). Sebelah selatan : Desa Patemon (4). Sebelah timur : Desa Srondol Kulon Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang mempunyai luas wilayah sekitar ha. Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang terbagi atas 25 RT dan 7 RW dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa (Monografi Desa Sekaran tahun 2008). Desa Sekaran telah mengalami banyak perubahan dibidang perkonomiannya yang semula merupakan daerah yang orientasinya pada sektor pertanian saja, sekarang sudah berkembang dengan adanya sektor-sektor lain. Hal ini disebabkan banyak hal diantaranya dengan adanya Kampus Universitas Negeri Semarang sebagai daerah pendidikan, sehingga banyak penduduk yang meninggalkan sektor pertanian ke sektor lain yaitu sektor perdagangan dan jasa. 51

71 Profil Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran Responden yang dijadikan sebagai subjek penelitian ini berjumlah 94 responden dimana responden tersebut yaitu para pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa yang berlokasi di lingkungan Kampus Universitas Negeri Semarang Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Sebelum dipaparkan hasil analisis deskriptif persentase, terlebih dahulu akan dipaparkan profil responden yang mencakup umur, jenis kelamin, dan pendidikan Umur Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa umur responden dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini: Tabel 4.1. Umur Responden Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Umur Responden ( tahun ) Jumlah Total 1 RW Persentase (%) 5,32 3,19 7,45 2,13 2,13 20,21 2 RW Persentase (%) 3,19 3,19 1,06 7,45 2,13 17,02 3 RW Persentase (%) 2,13 4,26 5,32 4,26 1,06 17,02 4 RW Persentase (%) 2,13 5,32 6,38 5,32 3,19 22,34 5 RW Persentase (%) 2,13 4,26 5,32 6,38 3,19 21,28 6 RW Persentase (%) ,06 0 1,06 7 RW Persentase (%) ,06 0 1,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 14,89 20,21 25,53 27,66 11, Sumber: Data Primer Diolah, 2009

72 53 Berdasarkan hasil persentase tabel 4.1 diatas dapat dijelaskan bahwa dari 94 responden, sebagian besar responden berumur diantara tahun yaitu sebesar 27,66%, sedangkan persentase umur responden yang paling kecil yaitu diantara tahun sebesar 11,70% Jenis Kelamin Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa jenis kelamin responden dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini: Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan Total 1 RW Persentase (%) 11,70 8,51 20,21 2 RW Persentase (%) 9,57 7,45 17,02 3 RW Persentase (%) 12,77 4,26 17,02 4 RW Persentase (%) 12,77 9,57 22,34 5 RW Persentase (%) 17,02 4,26 21,28 6 RW Persentase (%) 1,06 0 1,06 7 RW Persentase (%) 1,06 0 1,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 65,96 34, Sumber: Data Primer Diolah, 2009

73 54 Jenis kelamin dari 94 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini proporsi paling banyak adalah laki-laki yaitu sebesar 65,96%, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 34,04% Tingkat Pendidikan Responden Pelaku Usaha di Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini: Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Responden Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Tingkat Pendidikan Jumlah SD SMP SMA PT Total 1 RW Persentase (%) 3,19 5,32 8,51 3,19 20,21 2 RW Persentase (%) 4,26 4,26 6,38 2,13 17,02 3 RW Persentase (%) 3,19 3,19 10, ,02 4 RW Persentase (%) 5,32 6,38 10, ,34 5 RW Persentase (%) 5,32 3,19 11,70 1,06 21,28 6 RW Persentase (%) 0 1, ,06 7 RW Persentase (%) 1, ,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 22,34 23,40 47,87 6, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel 4.3. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 21 atau 22,34% pelaku usaha berpendidikan SD, 22 atau 23,40% pelaku usaha berpendidikan SMP, 45 atau 47,87% pelaku usaha

74 55 berpendidikan SMA dan selebihnya 6 atau 6,38% pelaku usaha berpendidikan Perguruan Tinggi. Dari 94 responden, proporsi paling banyak yaitu berpendidikan tamatan SMA saja. Hal ini dikarenakan untuk mendirikan suatu usaha tidak perlu menempuh pendidikan yang tinggi, akan tetapi faktor yang paling utama yaitu mempunyai modal yang cukup banyak, mempunyai ketrampilan dan tekun di dalam menjalankan usaha Profil Usaha Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Adanya Universitas Negeri Semarang telah membawa dampak perubahan sosial ekonomi masyarakat Desa Sekaran yang dulunya hanya bermata pencaharian sebagai petani, kini beralih profesi menjadi pengusaha. Masyarakat Desa Sekaran yang dulunya hanya menggunakan lahannya di sektor pertanian, kini beralih memanfaatkan lahannya untuk mendirikan berbagai macam jenis usaha sebagai akibat adanya tuntutan dari pendatang, terutama mahasiswa UNNES yang berasal dari luar kota Semarang yang membutuhkan fasilitasfasilitas untuk memenuhi kebutuhannya misalnya dengan membuka usaha di bidang perdagangan dan jasa. Jenis usaha bidang perdagangan di Desa Sekaran contohnya seperti usaha warung makan, toko, counter, air minum dan minimarket, sedangkan jenis-jenis usaha bidang jasa di Desa Sekaran contohnya seperti usaha kos, rental komputer, warnet, bengkel, salon, penjahit, laundry, cuci motor, dan persewaan PS/CD/DVD.

75 Lama Menjalankan Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa lama di dalam menjalankan usaha responden dapat dilihat pada tabel 4.4. berikut: Tabel 4.4. Lama di dalam Menjalankan Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Lama Usaha ( tahun ) Jumlah Total 1 RW Persentase (%) 14,89 5, ,21 2 RW Persentase (%) 10,64 4,26 1,06 1,06 17,02 3 RW Persentase (%) 11,70 5, ,02 4 RW Persentase (%) 13,83 7,45 1, ,34 5 RW Persentase (%) 15,96 5, ,28 6 RW Persentase (%) 0 1, ,06 7 RW Persentase (%) 0 1, ,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 67,02 29,79 2,13 1, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel 4.4. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 63 atau 67,02% pelaku usaha menjalankan usahanya antara 0 5 tahun, 28 atau 29,79% pelaku usaha menjalankan usahanya antara 5 10 tahun, 2 atau 2,13% pelaku usaha menjalankan usahanya antara tahun dan selebihnya 1 atau 1,06% pelaku usaha menjalankan usahanya antara tahun.

76 Status Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa status usaha bidang perdagangan dan jasa dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut ini: Tabel 4.5. Status Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Status Usaha Sektor Informal Jumlah dikelola dikelola Dikelola Dikelola bersama Bersama Dengan sendiri Total keluarga Saudara tenaga kerja 1 RW Persentase (%) 4,26 10,64 0 5,32 20,21 2 RW Persentase (%) 2,13 10,64 2,13 2,13 17,02 3 RW Persentase (%) 1,06 8,51 0 7,45 17,02 4 RW Persentase (%) 1,06 14,89 2,13 4,26 22,34 5 RW Persentase (%) 0 10,64 2,13 8,51 21,28 6 RW Persentase (%) 0 1, ,06 7 RW Persentase (%) 0 1, ,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 8,51 57,45 6,38 27, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel 4.5. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 8 atau 8,51% pelaku usaha mengelola usahanya sendiri, 54 atau 57,45% pelaku usaha mengelola usahanya bersama keluarganya, 6 atau 6,38% pelaku usaha mengelola usahanya bersama dengan saudaranya dan

77 58 selebihnya 26 atau 27,66% pelaku usaha mengelola usahanya dengan dibantu tenaga kerja lain Status Kepemilikan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa status kepemilikan lokasi usaha di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut ini: Tabel 4.6. Status Kepemilikan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Status Kepemilikan Jumlah milik sendiri ( beli ) sewa / kontrak Total 1 RW Persentase (%) 12,77 7,45 20,21 2 RW Persentase (%) 12,77 4,26 17,02 3 RW Persentase (%) 12,77 4,26 17,02 4 RW Persentase (%) 17,02 5,32 22,34 5 RW Persentase (%) 13,83 7,45 21,28 6 RW Persentase (%) 1,06 0 1,06 7 RW Persentase (%) 1,06 0 1,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 71,28 28, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Status kepemilikan lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa dari 94 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini proporsi paling

78 59 banyak adalah milik sendiri/membeli lokasi usaha yaitu sebesar 71,28%, sedangkan yang menyewa/kontrak lokasi usaha yaitu sebesar 28,72%. Hal ini dikarenakan responden berpikir bahwa harga tanah di Desa Sekaran akan semakin terus naik jadi mereka memutuskan untuk membeli daripada menyewa Pendapatan Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan bahwa pendapatan pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut ini: Tabel 4.7. Pendapatan Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Pendapatan Per Bulan Pengusaha Selain Pengusaha Kos Jumlah ( dalam satuan rupiah ) < 1 juta 1-2 juta 2-3 juta 3-4 juta > 5 juta Total 1 RW Persentase (%) 1,06 2,13 7,45 3,19 1,06 14,89 2 RW Persentase (%) 2,13 3,19 4,26 2, ,70 3 RW Persentase (%) 1,06 2,13 4,26 2,13 1,06 10,64 4 RW Persentase (%) 1,06 5,32 2,13 4,26 4,26 17,02 5 RW Persentase (%) 1,06 4,26 4,26 3,19 3,19 15,96 6 RW Persentase (%) 0 0,00 1, ,06 7 RW Persentase (%) 0 1, ,06

79 60 No Lokasi Usaha Pendapatan Per Tahun Pengusaha Kos ( dalam satuan rupiah ) < 10 juta juta15-20 juta juta > 25 juta 1 RW Persentase (%) 0 1,06 1,06 1,06 2,13 5,32 2 RW Persentase (%) 1,06 1,06 2,13 1,06 0 5,32 3 RW Persentase (%) 0 1,06 1,06 2,13 2,13 6,38 4 RW Persentase (%) 0 1,06 0 2,13 2,13 5,32 5 RW Persentase (%) 0 3,19 0 1,06 1,06 5,32 6 RW Persentase (%) RW Persentase (%) Jumlah Responden Persentase (%) 7,45 25,53 27,66 22,34 17, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel 4.7. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebagian besar responden menjalankan usaha selain kos yaitu sebanyak 68 responden dan sisanya 26 responden menjalankan usaha kos. Dari 68 responden yang menjalankan usaha selain usaha kos, sebanyak 6 atau 6,38% pelaku usaha menyatakan bahwa pendapatan per bulan dibawah Rp ,00, 17 atau 18,09% pelaku usaha menyatakan bahwa pendapatan per bulan diantara Rp ,00 Rp ,00, 22 atau 23,40% pelaku usaha menyatakan bahwa pendapatan per bulan diantara Rp ,00 Rp ,00, 14 atau 14,89% pelaku usaha menyatakan bahwa pendapatan per bulan diantara Rp ,00 Rp ,00 dan selebihnya 9 atau 9,57% pelaku usaha menyatakan bahwa pendapatan per bulan diatas Rp ,00, sedangkan dari

80 61 26 responden yang menjalankan usaha kos, sebanyak 1 atau 1,06% pengusaha kos menyatakan bahwa pendapatan per tahunnya dibawah Rp ,00, 7 atau 7,45% pengusaha kos menyatakan bahwa pendapatan per tahunnya diantara Rp ,00 Rp ,00, 4 atau 4,26% pengusaha kos menyatakan bahwa pendapatan per tahunnya diantara Rp ,00 Rp ,00, 7 atau 7,45% pengusaha kos menyatakan bahwa pendapatan per tahunnya diantara Rp ,00 Rp ,00, dan selebihnya 7 atau 7,45% pengusaha kos menyatakan bahwa pendapatan per tahunnya diatas Rp , Kondisi Infrastruktur Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kondisi infrastruktur berkaitan dengan ketersediaan jaringan listrik, ketersediaan air bersih, ketersediaan lahan parkir yang memadai dan sarana dan prasarana penunjang lainnya Sumber Jaringan Listrik Lokasi Usaha di Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa sumber jaringan listrik lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.8. berikut ini:

81 62 Tabel 4.8. Sumber Jaringan Listrik Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Sumber Jaringan Listrik di Lokasi Usaha langsung Nyambung Nyambung Genset / Jumlah Lainnya dari PLN jaringan parallel jaringan paralel dari Generator dari rumah warga tempat usaha lain Total 1 RW Persentase (%) 14,89 4, ,06 20,21 2 RW Persentase (%) 11,70 3, ,13 17,02 3 RW Persentase (%) 13,83 1,06 1,06 0 1,06 17,02 4 RW Persentase (%) 17,02 3, ,13 22,34 5 RW Persentase (%) 17,02 2,13 1,06 0 1,06 21,28 6 RW Persentase (%) 1, ,06 7 RW Persentase (%) 1, ,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 76,60 13,83 2,13 0 7, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel 4.8. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 72 atau 76,60% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber jaringan listrik di lokasi usaha berasal dari jaringan langsung PLN, 13 atau 13,83% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber jaringan listrik di lokasi usaha berasal dari jaringan paralel dari rumah warga, 2 atau 2,13% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber jaringan listrik di lokasi usaha berasal dari jaringan paralel dari tempat usaha lain dan selebihnya 7 atau 7,45% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber jaringan listrik di lokasi usaha berasal dari sumber lain. Ini berarti sumber jaringan listrik sangat berperan penting di dalam kehidupan dan dalam hal ini yaitu menjalankan suatu kegiatan usaha yang

82 63 bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dengan adanya sumber listrik di lokasi usaha Desa Sekaran, maka nantinya akan sangat membantu di dalam proses kegiatan usaha terutama bagi pelaku usaha yang sumber pendapatan usahanya menggunakan energi listrik diantaranya usaha kos, warnet, rental komputer, laundry, dll Sumber Air Bersih Lokasi Usaha di Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa sumber air bersih lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel 4.9. berikut ini: Tabel 4.9. Sumber Air Bersih di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Sumber Air Bersih di Lokasi Usaha Jumlah langsung dari saluran pipa air dari membeli membeli dari meminta dari rumah/tempat ke depot rumah warga rumah warga sumur artesis Total usaha lain penjual air sekitar lokasi sekitar lokasi 1 RW Persentase (%) 8,51 2,13 9, ,21 2 RW Persentase (%) 8,51 4,26 4, ,02 3 RW Persentase (%) 10,64 2,13 3,19 0 1,06 17,02 4 RW Persentase (%) 10,64 4,26 6,38 1, ,34 5 RW Persentase (%) 10,64 4,26 6, ,28 6 RW Persentase (%) 1, ,06 7 RW Persentase (%) 1, ,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 51,06 17,02 29,79 1,06 1, Sumber: Data Primer Diolah, 2009

83 64 Berdasarkan hasil persentase tabel 4.9. diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 48 atau 51,06% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber air bersih di lokasi usaha berasal dari sumur artesis, 16 atau 17,02% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber air bersih di lokasi usaha berasal dari saluran pipa air dari rumah warga/tempat usaha lain, 28 atau 29,79% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber air bersih di lokasi usaha berasal dari membeli ke depot air minum, 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber air bersih di lokasi usaha berasal dari membeli ke rumah warga dan selebihnya 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa sumber air bersih di lokasi usaha berasal dari meminta ke rumah warga. Dari hasil persentase diatas dapat dijelaskan bahwa sumber air bersih terbanyak berasal dari sumur artesis. Hal ini disebabkan karena Desa Sekaran merupakan daerah dataran tinggi sehingga saluran air dari PDAM tidak bisa menjangkau dataran tinggi sehingga penduduk Desa Sekaran semuanya menggunakan sumur artesis untuk mendapatkan air bersih di dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari dan dalam membantu kegiatan usaha Luas Lahan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa luas lahan lokasi usaha selain usaha sewa kos di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:

84 65 Tabel Luas Lahan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Luas Lahan Lokasi Usaha No Lokasi Usaha ( Selain Usaha Sewa Kos / Kontrak ) Jumlah < 8 m² 8-16 m² m² m² > 32 m² Total 1 RW Persentase (%) 1,06 11,70 2, ,89 2 RW Persentase (%) 0 9,57 2, ,70 3 RW Persentase (%) 0 6,38 3,19 1, ,64 4 RW Persentase (%) 0 7,45 6,38 0 3,19 17,02 5 RW Persentase (%) 0 7,45 7,45 0 1,06 15,96 6 RW Persentase (%) 0 1, ,06 7 RW Persentase (%) 0 1, ,06 No Lokasi Usaha Luas Lahan Lokasi Usaha Sewa Kos /Kontrak < 80 m² m² m² m² > 320 m² 1 RW Persentase (%) 0 2,13 1,06 2,13 0 5,32 2 RW Persentase (%) 1,06 4, ,32 3 RW Persentase (%) 0 2,13 2,13 2,13 0 6,38 4 RW Persentase (%) 0 3,19 1,06 1,06 0 5,32 5 RW Persentase (%) 0 3,19 1,06 1,06 0 5,32 6 RW Persentase (%) RW Persentase (%) Jumlah Responden Persentase (%) 2,13 59,57 26,60 7,45 4, Sumber: Data Primer Diolah, 2009

85 66 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui dari 94 responden, bahwa dari 68 responden yang menjalankan usaha selain usaha kos, sebanyak 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan usahanya dibawah 8 m², 42 atau 44,68% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan usahanya antara 8-16 m², 20 atau 21,28% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan usahanya antara m², 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan usahanya antara m² dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan usahanya lebih dari 32 m², sedangkan dari 26 responden yang menjalankan usaha kos, sebanyak 1 atau 1,06% pengusaha kos menyatakan bahwa luas lahan untuk usahanya dibawah 80 m², 14 atau 14,89% pengusaha kos menyatakan bahwa luas lahan untuk usahanya antara m², 5 atau 5,32% pengusaha kos menyatakan bahwa luas lahan untuk usahanya antara yaitu m², dan selebihnya 6 atau 6,38% pengusaha kos menyatakan bahwa luas lahan untuk usahanya antara m² Kondisi Jalan Menuju Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh,dapat dijelaskan bahwa kondisi jalan menuju lokasi usaha di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel ini:

86 67 Tabel Kondisi Jalan Menuju Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kondisi Jalan Lokasi Usaha Jumlah No Lokasi Usaha Sangat Cukup Kurang Tidak Total Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus 1 RW Persentase (%) 0 11,70 6,38 2, ,21 2 RW Persentase (%) 0 9,57 4,26 3, ,02 3 RW Persentase (%) 0 5,32 8,51 3, ,02 4 RW Persentase (%) 0 11,70 8,51 2, ,34 5 RW Persentase (%) 0 9,57 8,51 3, ,28 6 RW Persentase (%) ,06 1,06 7 RW Persentase (%) , Jumlah Responden Persentase ( % ) 0 47,87 36,17 13,83 2, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 45 atau 47,87% pelaku usaha menyatakan bahwa kondisi jalan menuju lokasi usaha sudah bagus, 34 atau 36,17% pelaku usaha menyatakan bahwa kondisi jalan menuju lokasi usaha cukup bagus, 13 atau 13,83% pelaku usaha menyatakan bahwa kondisi jalan menuju lokasi usaha kurang bagus dan selebihnya 2 atau 2,13% pelaku usaha menyatakan bahwa kondisi jalan menuju lokasi usaha tidak bagus. Dalam penentuan lokasi usaha, para pelaku usaha sebagian besar memilih lokasi usaha yang kondisi jalannya bagus. Hal ini dikarenakan dengan kondisi

87 68 jalan yang bagus, maka nantinya dapat mendukung kegiatan usahanya yang dilihat dari tingkat aksesibilitas menuju lokasi usaha. Hasil persentase terbanyak diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar kondisi jalan menuju ke lokasi usaha sudah bagus, akan tetapi masih ada juga kondisi jalan menuju lokasi usaha kurang bagus dan bahkan tidak bagus. Hal ini dikarenakan masih belum meratanya pembangunan infrastruktur jalan di Desa Sekaran Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa luas lahan parkir lokasi usaha di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel ini: Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Tabel Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Luas Lahan Parkir Lokasi Usaha Jumlah < 5 m² 5-15 m² m² m² 35 m² Total 1 RW Persentase (%) 14,89 0 3,19 2, ,21 2 RW Persentase (%) 9,57 5,32 1,06 1, ,02 3 RW Persentase (%) 4,26 8,51 1,06 1,06 2,13 17,02 4 RW Persentase (%) 7,45 12, ,13 22,34 5 RW Persentase (%) 8,51 8,51 3,19 1, ,28 6 RW Persentase (%) 1, ,06 7 RW Persentase (%) 1, ,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 46,81 35,11 8,51 5,32 4,26 100

88 69 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 44 atau 46,81% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan parkir di lokasi usaha dibawah 5 m² atau bahkan tidak mempunyai lahan parkir di lokasi usaha, 33 atau 35,11% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan parkir di lokasi usaha antara 5 15 m², 8 atau 8,51% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan parkir di lokasi usaha antara m², 5 atau 5,32% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan parkir di lokasi usaha antara m², dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa luas lahan parkir di lokasi usaha diatas 35 m² Biaya Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Biaya lokasi adalah besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menyewa maupun membeli lokasi yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa biaya lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:

89 70 Tabel Biaya Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Biaya Beli Lokasi Usaha ( dalam satuan rupiah ) Jumlah < 10 juta juta juta juta > 150 juta Total 1 RW Persentase (%) 4,26 3,19 1,06 1,06 3,19 12,77 2 RW Persentase (%) 6,38 2,13 2,13 2, ,77 3 RW Persentase (%) 3,19 3,19 1,06 1,06 4,26 12,77 4 RW Persentase (%) 5,32 3,19 3,19 1,06 4,26 17,02 5 RW Persentase (%) 1,06 6,38 4,26 1,06 1,06 13,83 6 RW Persentase (%) 1, ,06 7 RW Persentase (%) 1, ,06 No Lokasi Usaha Biaya Sewa Lokasi Per Tahun ( dalam satuan rupiah ) < 5 juta 5-10 juta juta juta > 20 juta 1 RW Persentase (%) 3,19 4, ,45 2 RW Persentase (%) 2,13 2, ,26 3 RW Persentase (%) 1,06 3, ,26 4 RW Persentase (%) 0 5, ,32 5 RW Persentase (%) 0 7, ,45 6 RW Persentase (%) RW Persentase (%) Jumlah Responden Persentase ( % ) 28,72 40,43 11,70 6,38 12, Sumber: Data Primer Diolah, 2009

90 71 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui dari 94 responden, bahwa dari 67 responden yang membeli lokasi usaha, sebanyak 21 atau 22,34% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha dibawah Rp ,00, 17 atau 18,09% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha antara Rp ,00 Rp ,00, 11 atau 11,70% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha antara Rp ,00 Rp ,00, 6 atau 6,38% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha antara Rp ,00 Rp ,00, dan selebihnya 12 atau 12,77% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha diatas Rp ,00, sedangkan dari 27 responden yang menyewa lokasi usaha, sebanyak 6 atau 6,38% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya sewa lokasi usaha dibawah Rp ,00, dan selebihnya 21 atau 22,34% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli lokasi usaha yaitu antara Rp ,00 - Rp ,00. Hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa sebagian besar pelaku usaha di dalam menjalankan usahanya yang dilihat dari biaya lokasinya, para pelaku usaha lebih memilih membeli lokasi daripada menyewa lokasi, hal ini dikarenakan harga lahan di Desa Sekaran dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, sehingga pelaku usaha memutuskan untuk membeli lokasi usaha, sedangkan para pelaku usaha yang menyewa lokasi usaha sebagian besar dari luar daerah Desa Sekaran.

91 Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Biaya Beli/Sewa Lokasi Usaha Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan bahwa pendapat pelaku usaha atas besarnya biaya beli/sewa lokasi usaha dapat dilihat pada tabel 4.14.ini: Tabel Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Biaya Beli/Sewa/Konrak Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Pendapat Pelaku Usaha Atas Besarnya Jumlah Biaya Beli / Sewa Lokasi Usaha Sangat Mahal Mahal Cukup Mahal Murah Sangat Murah Total 1 RW Persentase (%) 3,19 7,45 4,26 5, ,21 2 RW Persentase (%) 3,19 4,26 5,32 3,19 1,06 17,02 3 RW Persentase (%) 12,77 3,19 1, ,02 4 RW Persentase (%) 6,38 8,51 6,38 1, ,34 5 RW Persentase (%) 7,45 7,45 6, ,28 6 RW Persentase (%) 0 0 1, ,06 7 RW Persentase (%) 0 0 1, ,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 32,98 30,85 25,53 9,57 1, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 31 atau 32,98% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha sangat mahal, 29 atau 30,85% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha mahal, 24 atau 25,53% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha cukup mahal, 9 atau 9,57%

92 73 pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha murah, dan selebihnya 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha sangat murah. Dari hasil persentase terbanyak diatas dapat dijelaskan bahwa biaya beli/sewa lokasi usaha sangat mahal. Hal ini disebabkan karena adanya programprogram pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pengembangan daerah salah satunya yaitu dengan adanya pembangunan Perguruan Tinggi Universitas Negeri Semarang yang berada di Desa Sekaran, sehingga harga tanah di sekitar lokasi kampus sangat mahal dan harganya akan terus semakin naik seiring semakin bertambahnya jumlah penduduk di Desa Sekaran Lingkungan Bisnis Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Lingkungan bisnis dalam hal ini berkaitan dengan kedekatan dengan jalan raya, kedekatan dengan konsumen, kedekatan dengan pemukiman penduduk, kedekatan dengan sarana umum (sekolah, kampus, bank, dll), kedekatan dengan usaha lain, tingkat keamanan, tingkat persaingan usaha dan daya beli masyarakat Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Jalan Raya Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa jarak lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dengan jalan raya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

93 74 Tabel Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Jalan Raya No Lokasi Usaha Jarak Lokasi Usaha dengan Jalan Raya Jumlah < 10 m m m m > 150 m Total 1 RW Persentase (%) 1,06 1,06 10,64 6,38 1,06 20,21 2 RW Persentase (%) 4,26 7,45 4,26 1, ,02 3 RW Persentase (%) 4,26 3,19 6,38 2,13 1,06 17,02 4 RW Persentase (%) 11,70 3,19 7, ,34 5 RW Persentase (%) 9,57 4,26 4,26 1,06 2,13 21,28 6 RW Persentase (%) ,06 1,06 7 RW Persentase (%) ,06 1,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 30,85 19,15 32,98 10,64 6, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 29 atau 30,85% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan jalan raya dibawah 10 m, 18 atau 19,15% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan jalan raya antara m, 31 atau 32,98% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan jalan raya antara m, 10 atau 10,64% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan jalan raya antara m, dan selebihnya 6 atau 6,38% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan jalan raya diatas 150 m.

94 75 Kedekatan lokasi usaha dengan jalan raya menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam membangun usahanya sedekat mungkin dengan jalan raya sehingga dapat memudahkan akses menuju lokasi-lokasi lain. Selain itu, para pelaku usaha juga mengharapkan keuntungan yang lebih besar karena menjalankan usahanya dekat dengan jalan raya yang setiap hari ramai dilalui para penduduk, seperti para mahasiswa yang kuliah di Universitas Negeri Semarang Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Pemukiman Penduduk Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk dapat dilihat pada tabel ini: Tabel Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Pemukiman Penduduk No Lokasi Usaha Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Jarak Lokasi Usaha dengan Pemukiman Penduduk Jumlah < 10 m m m m > 25 m Total 1 RW Persentase (%) 19,15 1, ,21 2 RW Persentase (%) 13,83 3, ,02 3 RW Persentase (%) 8,51 4,26 2,13 2, ,02 4 RW Persentase (%) 11,70 1,06 9, ,34 5 RW Persentase (%) 9,57 5,32 3,19 2,13 1,06 21,28 6 RW Persentase (%) ,06 0 1,06 7 RW Persentase (%) ,06 0 1,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 62,77 14,89 14,89 6,38 1,06 100

95 76 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 59 atau 62,77% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk dibawah 10 m, 14 atau 14,89% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk antara m, 14 atau 14,89% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk antara m, 6 atau 6,38% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk antara m, dan selebihnya 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan pemukiman penduduk diatas 25 m. Dari hasil persentase terbanyak diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar para pelaku usaha mendirikan usahanya berada di wilayah pemukiman penduduk karena kedekatan lokasi usaha dengan pemukiman penduduk menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam membangun usahanya. Hal ini dilakukan agar para pelaku usaha mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena jumlah penduduk di Desa Sekaran baik pendatang dalam hal ini mahasiswa yang kos maupun penduduk yang ingin menetap semakin bertambah seiring pembangunan Kampus Universitas Negeri Semarang sehingga kebutuhan hidup juga meningkat Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Umum Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa jarak lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dengan sarana umum dapat dilihat pada tabel berikut ini:

96 77 Tabel Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Umum No Lokasi Usaha Jarak Lokasi Usaha dengan Sarana Umum Jumlah < 50 m m m m > 200 m Total 1 RW Persentase (%) 0 2,13 7,45 8,51 2,13 20,21 2 RW Persentase (%) 8,51 6,38 1,06 1, ,02 3 RW Persentase (%) 0 4,26 5,32 3,19 4,26 17,02 4 RW Persentase (%) 3,19 12,77 4,26 2, ,34 5 RW Persentase (%) 0 11,70 5,32 1,06 3,19 21,28 6 RW Persentase (%) ,06 1,06 7 RW Persentase (%) , Jumlah Responden Persentase ( % ) 11,70 37,23 23,40 15,96 11, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 11 atau 11,70% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan sarana umum dibawah 50 m, 35 atau 37,23% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan sarana umum antara m, 22 atau 23,40% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan sarana umum antara m, 15 atau 15,96% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan sarana umum antara m, dan selebihnya 11 atau 11,70% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usaha dengan sarana umum diatas 200 m.

97 78 Jarak lokasi usaha dengan sarana umum menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam membangun usahanya sedekat mungkin dengan sarana umum contohnya seperti pasar sehingga dapat memudahkan pelaku usaha dalam mendapatkan faktor produksi sehingga dapat meminimalkan pengeluaran biaya transportasi Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Lokasi Usaha Lain Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa jarak lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa dengan lokasi usaha lain dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Jarak Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Lokasi Usaha Lain No Lokasi Usaha Jarak Lokasi Usaha dengan Lokasi Usaha Lain Jumlah < 5 m 5-10 m m m > 20 m Total 1 RW Persentase (%) 4,26 11,70 1,06 3, ,21 2 RW Persentase (%) 8,51 7,45 1, ,02 3 RW Persentase (%) 3,19 8,51 2,13 1,06 2,13 17,02 4 RW Persentase (%) 7,45 12,77 2, ,34 5 RW Persentase (%) 5,32 7,45 1,06 5,32 2,13 21,28 6 RW Persentase (%) ,06 0 1,06 7 RW Persentase (%) , Jumlah Responden Persentase ( % ) 28,72 47,87 7,45 11,70 4, Sumber: Data Primer Diolah, 2009

98 79 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 27 atau 28,72% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usahanya dengan lokasi usaha lain dibawah 5 m, 45 atau 47,87% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usahanya dengan lokasi usaha lain antara 5 10 m, 7 atau 7,45% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usahanya dengan lokasi usaha lain antara m, 11 atau 11,70% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usahanya dengan lokasi usaha lain antara m, dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa jarak lokasi usahanya dengan lokasi usaha lain diatas 20 m. Dari hasil persentase terbanyak diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar para pelaku usaha menjalankan usahanya berada di dekat lokasi usaha lain. Hal ini karena di Desa Sekaran pertumbuhan usaha perdagangan dan jasa semakin meningkat dari tahun ke tahun dikarenakan adanya pembangunan Kampus Universitas Negeri Semarang, sehingga tanah kosong di Desa Sekaran dari tahun ke tahun semakin menyempit karena digunakan untuk pembangunan kampus maupun untuk usaha Keterjangkauan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Transportasi Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa keterjangkauan lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dengan sarana transportasi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

99 80 Tabel Keterjangkauan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran dengan Sarana Transportasi Keterjangkauan Lokasi Usaha dengan Sarana Transportasi No Lokasi Usaha Sangat Mudah Mudah Cukup Mudah Sulit Sangat Sulit Jumlah Dijangkau Dijangkau Dijangkau Dijangkau Dijangkau Total 1 RW Persentase (%) 3,19 8,51 8, ,21 2 RW Persentase (%) 4,26 10,64 2, ,02 3 RW Persentase (%) 6,38 5,32 5, ,02 4 RW Persentase (%) 11,70 8,51 2, ,34 5 RW Persentase (%) 4,26 8,51 7,45 1, ,28 6 RW Persentase (%) ,06 1,06 7 RW Persentase (%) ,06 1,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 29,79 41,49 25,53 1,06 2, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 28 atau 29,79% pelaku usaha menyatakan bahwa keterjangkauan lokasi usaha dengan sarana transportasi sangat mudah dijangkau, 39 atau 41,49% pelaku usaha menyatakan bahwa keterjangkauan lokasi usaha dengan sarana transportasi mudah dijangkau, 24 atau 25,53% pelaku usaha menyatakan bahwa keterjangkauan lokasi usaha dengan sarana transportasi cukup mudah dijangkau, 1 atau 1,06% pelaku usaha menyatakan bahwa keterjangkauan lokasi usaha dengan sarana transportasi sulit dijangkau, dan selebihnya 2 atau 2,13% pelaku usaha menyatakan bahwa bahwa keterjangkauan lokasi usaha dengan sarana transportasi sangat sulit dijangkau.

100 81 Keterjangkauan lokasi usaha dengan sarana transportasi menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya sehingga dapat memudahkan dalam akses ke lokasi usaha dan dapat mempersingkat waktu Tingkat Keamanan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa tingkat keamanan lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Tingkat Keamanan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Usaha Tingkat Keamanan Lokasi Usaha Jumlah Sangat Aman Aman Cukup Aman Kurang Aman Tidak Aman Total 1 RW Persentase (%) 0 15,96 3,19 1, ,21 2 RW Persentase (%) 0 11,70 5, ,02 3 RW Persentase (%) 0 7,45 7,45 2, ,02 4 RW Persentase (%) 0 13,83 7,45 1, ,34 5 RW Persentase (%) 0 9,57 10,64 1, ,28 6 RW Persentase (%) 0 1, ,06 7 RW Persentase (%) 0 1, ,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 0 60,64 34,04 5, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 57 atau 60,64% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat keamanan di lokasi usaha aman, 32 atau 34,04% pelaku usaha menyatakan bahwa

101 82 tingkat keamanan di lokasi usaha cukup aman, dan selebihnya 5 atau 5,32% pelaku usaha menyatakan tingkat keamanan di lokasi usaha kurang aman Pendapat Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Mengenai Daya Beli/Sewa Konsumen Terhadap Usaha yang Dijalankan di Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa pendapat pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa mengenai daya beli/sewa konsumen terhadap usaha yang dijalankan di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Pendapat Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Mengenai Daya Beli / Sewa Konsumen di Desa Sekaran Pendapat Pelaku Usaha Mengenai No Lokasi Usaha Daya Beli / Sewa Konsumen Terhadap Usahanya Jumlah Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah Sangat Rendah Total 1 RW Persentase (%) 8,51 4,26 6,38 1, ,21 2 RW Persentase (%) 8,51 1,06 7, ,02 3 RW Persentase (%) 7,45 6,38 3, ,02 4 RW Persentase (%) 8,51 5,32 8, ,34 5 RW Persentase (%) 4,26 8,51 7,45 1, ,28 6 RW Persentase (%) ,06 0 1,06 7 RW Persentase (%) ,06 0 1,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 37,23 25,53 32,98 4, Sumber: Data Primer Diolah, 2009

102 83 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 35 atau 37,23% pelaku usaha menyatakan bahwa daya beli/sewa konsumen di sekitar lokasi usaha sangat tinggi, 24 atau 25,53% pelaku usaha menyatakan bahwa daya beli/sewa konsumen di sekitar lokasi usaha tinggi, 31 atau 32,98% pelaku usaha menyatakan bahwa daya beli/sewa konsumen di sekitar lokasi usaha cukup tinggi, dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa bahwa daya beli/sewa konsumen di lokasi usaha rendah. Daya beli/sewa konsumen di sekitar lokasi usaha menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Hal ini dikarenakan daya beli/sewa konsumen sangat menentukan besar kecilnya pendapatan usaha yang mereka peroleh. Semakin tinggi daya beli/sewa konsumen, maka akan semakin tinggi pula pendapatan yang diterima oleh para pelaku usaha dan begitu pula sebaliknya semakin rendah daya beli/sewa konsumen, maka akan semakin rendah pula pendapatan yang diterima oleh para pelaku usaha Tingkat Persaingan Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa tingkat persaingan usaha di Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Tingkat Persaingan Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No Lokasi Tingkat Persaingan di Lokasi Usaha Jumlah Usaha Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah Sangat Rendah Total 1 RW Persentase (%) 9,57 6,38 4, ,21 2 RW

103 84 Persentase (%) 7,45 3,19 5,32 1, ,02 3 RW Persentase (%) 6,38 6,38 4, ,02 4 RW Persentase (%) 8,51 10,64 3, ,34 5 RW Persentase (%) 7,45 8,51 5, ,28 6 RW Persentase (%) ,06 0 1,06 7 RW Persentase (%) ,06 0 1,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 39,36 35,11 22,34 3, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 37 atau 39,36% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat persaingan usaha di sekitar lokasi usaha sangat tinggi, 33 atau 35,11% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat persaingan usaha di sekitar lokasi usaha tinggi, 21 atau 22,34% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat persaingan usaha di sekitar lokasi usaha cukup tinggi, dan selebihnya 3 atau 3,19% pelaku usaha menyatakan bahwa bahwa tingkat persaingan usaha di lokasi usaha rendah. Dengan semakin tingginya tingkat persaingan di sekitar lokasi usaha, maka para pelaku usaha harus bisa memanfaatkan peluang yang ada dan menciptakan inovasi-inovasi yang menarik agar para konsumen lebih tertarik untuk menggunakan atau mengkonsumsi produk yang dihasilkan misalnya berani bersaing dengan harga yang lebih murah, menciptakan produk yang lebih bagus sehingga dengan usaha tersebut dapat untuk meningkatkan pendapatan usaha.

104 Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Desa Sekaran Tenaga kerja dalam hal ini yaitu ketersediaan jumlah tenaga kerja, kualitas tenaga kerja dan tingkat upah tenaga kerja Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Ketersediaan Jumlah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Jumlah No Lokasi Usaha Sangat Banyak Banyak Cukup Banyak Sedikit Sangat Sedikit Total 1 RW Persentase (%) 3,19 4,26 12, ,21 2 RW Persentase (%) 1,06 7,45 8, ,02 3 RW Persentase (%) 4,26 9,57 2,13 1, ,02 4 RW Persentase (%) 0 12,77 9, ,34 5 RW Persentase (%) 5,32 13,83 1,06 1, ,28 6 RW Persentase (%) ,06 0 1,06 7 RW Persentase (%) ,06 0 1,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 13,83 47,87 34,04 4, Sumber: Data Primer Diolah, 2009

105 86 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 13 atau 13,83% pelaku usaha menyatakan bahwa ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi usaha sangat banyak, 45 atau 47,87% pelaku usaha menyatakan bahwa ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi usaha banyak, 32 atau 34,04% pelaku usaha menyatakan bahwa ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi usaha cukup banyak, dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa bahwa ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi usaha sedikit. Ketersediaan jumlah tenaga kerja di sekitar lokasi usaha menjadi pertimbangan para pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Hal ini dikarenakan dengan banyaknya ketersediaan jumlah tenaga kerja, maka akan dapat membantu dalam mengelola usaha Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa kualitas tenaga kerja di lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Kualitas Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Jumlah No Lokasi Usaha Sangat Bagus Bagus Cukup Bagus Kurang Bagus Tidak Bagus Total 1 RW Persentase (%) 0 13,83 6, ,21 2 RW Persentase (%) 0 12,77 4, ,02

106 87 3 RW Persentase (%) 0 12,77 4, ,02 4 RW Persentase (%) 0 14,89 7, ,34 5 RW Persentase (%) 0 10,64 10, ,28 6 RW Persentase (%) 0 0 1, ,06 7 RW Persentase (%) 0 0 1, ,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) 0 64,89 35, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 61 atau 64,89% pelaku usaha menyatakan bahwa kualitas tenaga kerja di lokasi usaha bagus, dan selebihnya 33 atau 35,11% pelaku usaha menyatakan bahwa kualitas tenaga kerja di lokasi usaha cukup bagus Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Desa Sekaran Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, dapat dijelaskan bahwa tingkat upah tenaga kerja sektor informal bidang perdagangan dan jasa Desa Sekaran dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran Tingkat Upah Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Jumlah No Lokasi Usaha Sangat Tinggi Tinggi Cukup Tinggi Rendah Sangat Rendah Total 1 RW Persentase (%) 0 0 1,06 19, ,21 2 RW Persentase (%) 0 0 2,13 14, ,02

107 88 3 RW Persentase (%) 0 0 3,19 12,77 1,06 17,02 4 RW Persentase (%) 0 0 4,26 18, ,34 5 RW Persentase (%) 0 0 4,26 15,96 1,06 21,28 6 RW Persentase (%) ,06 1,06 7 RW Persentase (%) ,06 1,06 Jumlah Responden Persentase ( % ) ,89 80,85 4, Sumber: Data Primer Diolah, 2009 Berdasarkan hasil persentase tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 94 responden, sebanyak 14 atau 14,89% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat upah tenaga kerja di lokasi usaha cukup tinggi, 76 atau 80,85% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat upah tenaga kerja di lokasi usaha rendah, dan selebihnya 4 atau 4,26% pelaku usaha menyatakan bahwa tingkat upah tenaga kerja di lokasi usaha sangat rendah. Dari hasil persentase terbanyak diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar tingkat upah tenaga kerja di Desa Sekaran masih rendah. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya angkatan kerja yang mencari pekerjaan sedangkan lapangan kerja yang semakin sedikit, sehingga mau tidak mau seseorang bekerja mendapatkan uang untuk kelangsungan hidup meskipun hasil pekerjaannya dibayar dengan tingkat upah yang rendah.

108 Pembahasan Profil Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan dan Jasa Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian ini, bidang usaha di Desa Sekaran yang terus berkembang yaitu di bidang perdagangan dan jasa dimana jenis-jenis usaha bidang perdagangan seperti usaha warung makan, toko, counter, air minum dan minimarket, sedangkan jenis-jenis usaha bidang jasa seperti usaha kos, rental komputer, warnet, bengkel, salon, penjahit, laundry, cuci motor, dan persewaan PS/CD/DVD. Adanya Universitas Negeri Semarang inilah yang telah membawa dampak perubahan sosial ekonomi masyarakat Desa Sekaran yang dulunya hanya bermata pencaharian sebagai petani, kini beralih profesi menjadi pengusaha. Dalam menjalankan usahanya, lama pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran yaitu persentase terbesar selama 0 5 tahun atau sebesar 67,02%. Hal ini menunjukkan bahwa masih belum lamanya para pengusaha dalam menjalankan usahanya di Desa Sekaran. Persentase terkecil para pelaku usaha yang menjalankan usahanya yaitu selama tahun atau sebesar 1,06% dimana para pelaku usaha ini merupakan penduduk asli Desa Sekaran sehingga waktu mereka dalam menjalankan usahanya relatif lebih lama. Pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran dalam menjalankan usahanya sebagian besar dibantu oleh keluarganya sendiri seperti suami/istri, orang tua, kakak/adik, maupun anaknya. Hal ini dapat ditunjukkan oleh tabel 4.5. dimana tingkat persentasenya paling besar yaitu sebesar 57,45%. Adanya bantuan dari pihak keluarga inilah, maka akan lebih

109 90 memudahkan bagi para pelaku usaha di Desa Sekaran dalam mengelola usahanya sehingga tidak perlu membayar untuk upah tenaga kerja karena usaha yang dijalankan dikerjakan oleh pihak keluarga sendiri. Status kepemilikan lokasi usaha di Desa Sekaran paling banyak dimiliki sendiri dengan cara membeli yaitu dengan nilai persentase 71,28% dan sisanya sebesar 28,72% para pelaku usaha lebih memilih untuk menyewa lokasi, sedangkan untuk tingkat pendapatan yang diperoleh para pelaku usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran berbeda di dalam jangka waktu penerimaannya yaitu antara para pelaku usaha yang menjalankan usaha selain usaha jasa kos/kontrak rumah dengan para pengusaha kos. Untuk para pengusaha kos, pendapatan usaha yang diterima biasanya per tahun karena usaha kos di Desa Sekaran sebagian besar proses pembayarannya per tahun. Hal ini bertujuan agar para pengusaha kos tidak mengalami kerugian sebagai akibat adanya mahasiswa yang ingin berpindah kos lain. Jumlah rata-rata pendapatan yang diterima pengusaha kos di dalam penelitian ini adalah sebesar Rp ,- per tahun. Untuk para pengusaha selain jasa kos/kontrak rumah, pendapatan yang diterima biasanya per hari, akan tetapi di dalam penelitian ini penulis mengambil jumlah rata-rata pendapatan yang diterima per bulannya yaitu sebesar Rp ,- per bulan Kondisi Infrastruktur Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa Model penentuan lokasi usaha menurut Both, Terry dan Rawstron dalam P. Eko Prasetyo menerangkan bahwa faktor-faktor penentu keputusan lokasi usaha diantaranya yaitu pasar, bahan mentah, tenaga kerja, fasilitas transportasi (jalan

110 91 dan alat transportasi), bahan baku, sumber energi (listrik, batubara, dll), air, tempat pembuangan limbah, ketersediaan dan kedekatan dengan lembaga keuangan, tingkat pendidikan dan budaya masyarakat setempat serta besarnya pajak ditempat tersebut (Weber dalam P. Eko Prasetyo, 2003). Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini ditemukan bahwa masih adanya lokasi usaha yang kesulitan air bersih pada musim kemarau karena semua warga di Desa Sekaran semuanya menggunakan sumber air dari sumur artesis sehingga tidak selamanya sumber air tersebut mampu mencukupi kebutuhan. Pada waktu musim kemarau, di lokasi usaha tertentu ketersediaan air bersihnya sedikit sedangkan pada waktu musim hujan ketersediaan airnya banyak akan tetapi air yang dihasilkan dari sumur artesis tidak jernih/berwarna kecoklatan karena bercampur dengan tanah. Desa Sekaran sering terjadinya pemadaman listrik bergilir, sehingga dengan seringnya terjadi pemadaman listrik maka nantinya akan dapat mengurangi tingkat pendapatan pelaku usaha terutama pelaku usaha yang memanfaatkan energi listrik sebagai sumber pendapatan utama (contohnya pengusaha warnet, foto kopi, persewaan PS, depot isi ulang air minum,rental komputer dan salon). Masih adanya kondisi jalan yang kurang bagus menuju ke lokasi usaha terutama lokasi usaha yang berada di RW 6 dan 7, ini dikarenakan lokasi usaha di RW 6 dan 7 keadaan geografinya tidak rata dan bergelombang. Selain di RW 6 dan 7, masih ada lokasi usaha lainnya yang kondisi jalannya kurang bagus dikarenakan belum meratanya bantuan dari pemerintah daerah untuk memperbaiki kondisi infrastruktur terutama infrastruktur jalan di Desa Sekaran maupun jalan yang menuju ke Desa Sekaran.

111 Biaya Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa Teori penentuan lokasi usaha dengan biaya minimum pertama kali dikemukakan oleh Weber pada tahun Teori Alfred Weber mendasarkan bahwa keputusan pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya, karena pada waktu itu yang berkembang adalah industri manufaktur, maka Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum (Weber dalam P. Eko Prasetyo, 2003). Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini ditemukan bahwa harga tanah di Desa Sekaran yang dulunya harganya sangat murah, seiring berkembangnya zaman harganya dari tahun ke tahun semakin mahal. Ini dibuktikan bahwa biaya lokasi usaha (harga tanah) di Desa Sekaran pada saat ini sudah mencapai Rp ,00/m² untuk lokasi usaha yang berada di pinggir jalan raya, sedangkan untuk harga lahan yang berlokasi cukup jauh dari pinggir jalan raya harganya mencapai Rp ,00/m², sedangkan untuk harga sewa lokasi usaha di Desa Sekaran dalam penelitian ini yaitu harga sewa bangunan ruko di pinggir jalan raya Sekaran yang berukuran 6 x 4 m² sudah mencapai Rp ,00/tahun, akan tetapi untuk mendapatkan sumber jaringan listrik dari PLN, maka pengusaha harus memasang sendiri jaringan listriknya. Ini dikarenakan pemilik lahan hanya menyewakan lahan, bangunan dan menyediakan sumber air bersih sumur artesis saja sehingga untuk jaringan listrikya, para pengusaha harus memasang sendiri jaringan dari PLN.

112 Lingkungan Bisnis Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa Menurut Tjiptono (2006), pemilihan tempat atau lokasi memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap beberapa faktor diantaranya yaitu akses, visibilitas, lalu lintas (traffic), tempat parkir yang luas dan aman, ekspansi, lingkungan bisnis, persaingan, dan peraturan pemerintah. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini ditemukan bahwa masih adanya lokasi usaha yang menurut pelaku usaha kurang aman dalam hal ini usaha kos mahasiswa dimana ada beberapa lokasi kos mahasiswa yang kehilangan barang-barang berharga seperti uang, handphone, laptop, dan motor, serta dimana tingkat persaingan usaha di Desa Sekaran sangat tinggi karena banyaknya pengusaha yang menjalankan usahanya di Desa Sekaran sehingga para pelaku usaha harus dapat memanfaatkan peluang agar usahanya laku dan banyak diminati oleh konsumen Tenaga Kerja di Lokasi Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa Menurut Weber dalam P. Eko Prasetyo ( 2003 ), ada 3 faktor lokasi pokok yang harus dipertimbangkan dalam penentuan lokasi usaha yaitu (1) bahan mentah, (2) tenaga kerja, (3) pasar bagi produk yang dihasilkan. Keputusan pemilihan lokasi itu didasarkan pada beberapa asumsi yaitu hanya terkonsentrasi satu jenis transportasi dan konsumen terkonsentrasi pada beberapa tempat, lokasi produksi hanya ada di satu tempat, kondisi pasar adalah persaingan sempurna, dan jika menggunakan lebih dari satu bahan mentah seperti air, pasir, batu bata maka bahan mentah itu memadai dan tersedia dimana-mana, serta tenaga kerja tidak

113 94 menyebar secara merata tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dan dengan mobilitas yang terbatas Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat upah tenaga kerja di lokasi usaha rendah yang hanya berkisar diantara Rp ,00 Rp ,00 per bulannya sehingga upah yang diterima belum cukup untuk mencukupi kebutuhan karena upah yang diterima tenaga kerja masih dibawah UMR Kota Semarang dimana UMR Kota Semarang pada tahun 2009 yaitu sebesar Rp ,00. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikannya rendah.

114 BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut: 1. Profil usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku usaha di dalam menjalankan usahanya yaitu antara 0 5 tahun sebesar 67,02 %, status usaha dikelola bersama keluarga sebesar 57,45%, status kepemilikan lokasi milik sendiri sebesar 71,28%, pendapatan per bulan pengusaha selain pengusaha kos antara Rp ,00 Rp ,00 sebesar 32,36% dan pendapatan per tahun untuk pengusaha kos yaitu diatas Rp ,00 sebesar 26,92%. 2. Kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis dan tenaga kerja di lokasi usaha sektor informal bidang perdagangan dan jasa di Desa Sekaran yaitu sebagai berikut: 2.1. Para pelaku usaha di dalam menentukan lokasi usahanya yang dilihat dari kondisi infrastrukturnya sudah baik, akan tetapi masih ada kondisi infrastruktur di beberapa lokasi masih kurang menunjang di dalam kegiatan usaha yaitu masih adanya kondisi jalan menuju lokasi usaha yang kurang bagus yaitu sebesar 13,83% dan kondisi jalan yang tidak bagus sebesar 2,13%. 95

115 Para pelaku usaha menyatakan bahwa sebagian besar biaya yang dikeluarkan untuk membeli maupun untuk menyewa lokasi usaha sangat mahal yaitu sebesar 32,98%. Hal ini dikarenakan harga tanah di Desa Sekaran dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan sebagai akibat semakin bertambahnya jumlah mahasiswa Universitas Negeri Semarang sehingga tingkat kebutuhan mahasiswa meningkat seperti kos, makan, pulsa dll. Harga tanah yang semakin naik, maka secara langsung mempengaruhi juga harga sewa lahan maupun harga sewa bangunan sehingga harga sewa juga mengalami kenaikan Para pelaku usaha di dalam menentukan lokasi usahanya yang dilihat dari lingkungan bisnisnya sudah tepat, dimana lingkungan bisnis ini mencakup kedekatan dengan jalan raya, pemukiman penduduk, sarana umum, lokasi usaha lain, tingkat keamanan serta persaingannya, akan tetapi masih ada beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahwa lingkungan bisnisnya masih kurang menunjang yaitu tingkat keamanannya di sekitar lokasi yang kurang aman sebesar 5,32% Para pelaku usaha di dalam menentukan lokasi usahanya yang dilihat dari tenaga kerjanya sudah tepat, dimana jumlah tenaga kerja di sekitar lokasi cukup banyak, kualitasnya cukup bagus serta tingkat upah tenaga kerja di Desa Sekaran masih rendah sehingga menguntungkan para pengusaha yang menggunakan tenaga kerja sebab para pengusaha tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya produksi yang tinggi untuk membayar upah tenaga kerja.

116 Saran Saran yang dapat peneliti kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Kota Semarang, hendaknya pembangunan infrastruktur di Desa Sekaran harus lebih ditingkatkan lagi seperti perbaikan jalan, saluran air, serta suplai listrik yang cukup sehingga manfaatnya dapat terus dirasakan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan di Desa Sekaran sudah menjadi desa pusat pendidikan sebagai akibat adanya Universitas Negeri Semarang sehingga pembangunan maupun pemeliharaan infrastruktur harus dilakukan dengan lebih baik agar dapat menunjang semua kegiatan masyarakat di Desa Sekaran contohnya kegiatan usaha, pendidikan, kesehatan, dll. 2. Bagi masyarakat di Desa Sekaran hendaknya lebih dapat meningkatkan keamanan di seluruh RT seperti mengadakan ronda setiap malam secara rutin agar tindakan kriminal di wilayah Desa Sekaran dapat dicegah. 3. Bagi para pelaku usaha, hendaknya harus lebih selektif lagi di dalam menentukan lokasi usahanya yang dilihat dari kondisi infrastruktur, biaya lokasi, lingkungan bisnis dan tenaga kerjanya sehingga usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan lancar, diminati dan disukai oleh para konsumen serta mendapatkan keuntungan yang maksimum.

117 DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad Statistika Penelitian. Yogyakarta : BPFE. Anoraga, Panji Manajemen Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. 11/07/09). files (diakses 11/07/09). (diakses 11/07/09). Kadariyah Ekonomi Perencanaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta. Lupiyoadi, Rambat Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta : Salemba Empat. M. Manullang Dasar dasar Manajemen. Yogyakarta : BPFE. Monografi Kelurahan Sekaran Tahun Nurul Indarti Business Location and Succes : The Case of Internet Cafe Business in Indonesian.Gajah Mada International Journal of Business Vol 6. P. Eko Prasetyo Model Keputusan Pemilihan Lokasi Usaha. Jurnal Sains dan Teknologi Sinergi. Yogyakarta: Pusat Penelitian Universitas PGRI. Render, B & Heizer, J Prinsip prinsip Manajeman Operasi. Jakarta : Salemba Empat. Render, B & Heizer, J Prinsip prinsip Manajeman Operasi. Jakarta : Salemba Empat. Suprobo,Tara, Ukur Tarigan, Ingan dan Weiss, Daniel Laporan Teknis Sektor Informal di Indonesia dan Jaminan Sosial. Jakarta: Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 98

118 99 Surya Perdhana, Mirwan Analisis Pengaruh Lokasi Terhadap Kesuksesan Usaha (Studi Kasus Usaha Salon di Semarang). Skripsi. Semarang : Fakultas Ekonomi UNDIP. Suryana Ekonomi Pembangunan. Jakarta : Salemba Empat. Tarigan, Robinson Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Tjiptono, Fandy Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Andi Offset.

119 Tabel Skor Jawaban Responden Hasil Uji Coba Angket Kondisi Infrastruktur Biaya Lokasi No Butir Soal Butir Soal Jumlah No Jumlah

120 101 Tabel Skor Jawaban Responden Hasil Uji Coba Angket Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja No Butir Soal Butir Soal Jumlah No Jumlah

121 TABEL SKOR JAWABAN RESPONDEN No Kode Kondisi Infrastruktur Biaya Lokasi Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja JML JML JML Resp JML 1 R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

122 103 No Kode Kondisi Infrastruktur Biaya Lokasi Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja JML JML JML Resp JML 29 R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

123 104 No Kode Kondisi Infrastruktur Biaya Lokasi Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja JML JML JML Resp JML 60 R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R R

124 105 No Kode Kondisi Infrastruktur Biaya Lokasi Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja JML JML JML Resp JML 91 R R R R JUMLAH Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Menjawab Skor Menjawab Skor Menjawab Skor Menjawab Skor Menjawab Skor JUMLAH Distribusi Persentase ( % ) Jawaban Responden Menjawab Skor Menjawab Skor Menjawab Skor Menjawab Skor Menjawab Skor JUMLAH TABEL ANALISIS DESKRIPTIF PERSENTASE

125 106 No Kode Kondisi Infrastruktur Biaya Lokasi Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja Resp. Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria 1 R % T % T % T % CT 2 R % T % T % CT % CT 3 R % T % T % T % CT 4 R % T % T % T % CT 5 R % T % T % T % CT 6 R % T % T % T % CT 7 R % T % T % T % CT 8 R % T % T % T % CT 9 R % T % T % T % CT 10 R % T % CT % T % CT 11 R % T % CT % ST % CT 12 R % T % CT % ST % CT 13 R % T % T % T % CT 14 R % T % CT % T % CT 15 R % T % T % T % CT 16 R % T % T % T % T 17 R % T % T % T % CT 18 R % T % T % T % CT 19 R % CT % T % CT % CT 20 R % T % T % ST % CT 21 R % T % T % T % CT 22 R % ST % ST % ST % CT 23 R % T % T % T % CT

126 107 No Kode Kondisi Infrastruktur Biaya Lokasi Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja Resp. Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria 24 R % T % ST % ST % T 25 R % T % CT % T % CT 26 R % ST % T % ST % CT 27 R % T % CT % T % CT 28 R % T % CT % ST % CT 29 R % ST % T % ST % CT 30 R % T % T % T % CT 31 R % T % T % ST % T 32 R % ST % T % T % CT 33 R % CT % T % T % CT 34 R % T % T % T % CT 35 R % T % T % T % CT 36 R % T % ST % T % CT 37 R % ST % ST % ST % CT 38 R % T % T % T % T 39 R % T % CT % T % CT 40 R % T % T % T % T 41 R % CT % CT % CT % CT 42 R % T % CT % CT % CT 43 R % CT % KT % CT % CT 44 R % ST % CT % T % KT 45 R % T % T % T % CT 46 R % T % ST % T % CT

127 108 No Kode Kondisi Infrastruktur Biaya Lokasi Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja Resp. Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria 47 R % T % ST % CT % T 48 R % CT % ST % T % T 49 R % ST % ST % T % CT 50 R % CT % ST % T % CT 51 R % T % ST % T % CT 52 R % T % ST % ST % CT 53 R % ST % T % T % CT 54 R % ST % T % ST % CT 55 R % CT % T % ST % CT 56 R % T % T % T % CT 57 R % CT % T % T % CT 58 R % CT % CT % T % CT 59 R % T % T % T % CT 60 R % T % T % T % CT 61 R % T % T % T % CT 62 R % T % CT % T % CT 63 R % CT % CT % ST % CT 64 R % T % T % ST % CT 65 R % CT % CT % ST % CT 66 R % ST % T % ST % CT 67 R % T % T % T % T 68 R % T % T % ST % T 69 R % T % T % T % T

128 109 No Kode Kondisi Infrastruktur Biaya Lokasi Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja Resp. Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria 70 R % ST % T % T % CT 71 R % CT % T % T % CT 72 R % CT % T % T % CT 73 R % T % ST % CT % CT 74 R % T % ST % T % CT 75 R % T % T % ST % CT 76 R % ST % T % ST % T 77 R % T % ST % ST % CT 78 R % T % ST % CT % CT 79 R % T % ST % CT % CT 80 R % CT % T % T % CT 81 R % T % ST % ST % T 82 R % CT % CT % T % CT 83 R % T % CT % KT % KT 84 R % T % CT % CT % CT 85 R % T % CT % T % CT 86 R % ST % CT % T % CT 87 R % T % T % ST % T 88 R % CT % T % T % T 89 R % ST % T % ST % CT 90 R % ST % T % CT % CT 91 R % ST % T % CT % CT 92 R % CT % T % T % CT

129 110 No Kode Kondisi Infrastruktur Biaya Lokasi Lingkungan Bisnis Tenaga Kerja Resp. Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria Skor ( % ) Kriteria 93 R % T % T % KT % KT 94 R % T % T % KT % KT JUMLAH % T % T % T % CT Distribusi Jawaban Responden Sangat Tepat Tepat Cukup Tepat Kurang Tepat Tidak Tepat JUMLAH Distribusi Persentase ( % ) Jawaban Responden Sangat Tepat Tepat Cukup Tepat Kurang Tepat Tidak Tepat JUMLAH

130 Profil Responden Pelaku Usaha Sektor Informal Bidang Perdagangan Dan Jasa Di Desa Sekaran No. Kode Jenis Lokasi Umur Resp. Kelamin Usaha Pendidikan Alamat 1 R-01 L 45 th RW 01 SMA RT 05 / RW 01 2 R-02 P 54 th RW 01 SD RT 05 / RW 01 3 R-03 P 43 th RW 01 SMA RT 01 / RW 01 4 R-04 L 28 th RW 01 SMA RT 05 / RW 01 5 R-05 L 32 th RW 01 PT Tlogosari 6 R-06 L 25 th RW 01 SMA Boyolali 7 R-07 L 35 th RW 01 SMA Medan 8 R-08 L 29 th RW 01 PT Kudus 9 R-09 L 29 th RW 01 SMA Bandung 10 R-10 P 45 th RW 01 SMP RT 02 / RW R-11 P 43 th RW 01 SMP RT 01 / RW R-12 P 55 th RW 01 SD RT 01 / RW R-13 P 51 th RW 01 SD RT 01 / RW R-14 P 45 th RW 01 SMP RT 01 / RW R-15 L 43 th RW 01 PT Sampangan 16 R-16 L 45 th RW 01 SMP Jatingaleh 17 R-17 P 35 th RW 01 SMA RT 03 / RW R-18 L 28 th RW 01 SMA Purworejo 19 R-19 L 47 th RW 01 SMP RT 01 / RW R-20 P 31 th RW 02 SMA RT 03 / RW R-21 P 38 th RW 02 SMP RT 03 / RW R-22 P 50 th RW 02 SMP Tegal 23 R-23 L 48 th RW 02 SMP Klaten 24 R-24 L 45 th RW 02 PT Demak 25 R-25 P 55 th RW 02 SD RT 03 / RW R-26 L 56 th RW 02 SD RT 03 / RW R-27 P 49 th RW 02 SD RT 03 / RW R-28 P 52 th RW 02 SD RT 03 / RW R-29 P 47 th RW 02 SMA RT 02 / RW R-30 L 32 th RW 02 PT Jepara 31 R-31 L 34 th RW 02 SMP Demak 32 R-32 L 47 th RW 02 SMA RT 04 / RW R-33 L 25 th RW 02 SMA RT 02 / RW R-34 L 27 th RW 02 SMA RT 03 / RW R-35 L 48 th RW 02 SMA Bulu Smg 36 R-36 P 38 th RW 03 SMA RT 02 / RW

131 112 No. Kode Jenis Lokasi Umur Resp. Kelamin Usaha Pendidikan Alamat 37 R-37 P 39 th RW 03 SMA Brebes 38 R-38 L 34 th RW 03 SMA Pedurungan 39 R-39 L 49 th RW 03 SD RT 02 / RW R-40 L 47 th RW 03 SMP RT 02 / RW R-41 P 42 th RW 03 SMP RT 02 / RW R-42 L 43 th RW 03 SMA RT 02 / RW R-43 L 54 th RW 03 SD RT 02 / RW R-44 L 37 th RW 03 SMA RT 02 / RW R-45 L 32 th RW 03 SMA Banyumanik 46 R-46 L 46 th RW 03 SMA RT 02 / RW R-47 P 45 th RW 03 SMP RT 02 / RW R-48 L 47 th RW 03 SD Sampangan 49 R-49 L 43 th RW 03 SMA RT 02 / RW R-50 L 29 th RW 03 SMA RT 03 / RW R-51 L 27 th RW 03 SMA RT 02 / RW R-52 P 43 th RW 04 SMP RT 02 / RW R-53 P 36 th RW 04 SMA Tegal 54 R-54 P 45 th RW 04 SMA RT 04 / RW R-55 P 52 th RW 04 SD RT 04 / RW R-56 P 47 th RW 04 SMP RT 05 / RW R-57 L 53 th RW 04 SD RT 05 / RW R-58 L 48 th RW 04 SMP RT 06 / RW R-59 L 38 th RW 04 SMA RT 06 / RW R-60 L 32 th RW 04 SMA Tegal 61 R-61 L 29 th RW 04 SMA Temanggung 62 R-62 L 54 th RW 04 SD RT 04 / RW R-63 P 51 th RW 04 SD RT 04 / RW R-64 P 43 th RW 04 SMP RT 04 / RW R-65 P 40 th RW 04 SMA RT 04 / RW R-66 L 48 th RW 04 SMP RT 04 / RW R-67 L 43 th RW 04 SMA RT 05 / RW R-68 L 38 th RW 04 SMA Sampangan 69 R-69 L 55 th RW 04 SD RT 04 / RW R-70 P 39 th RW 04 SMP RT 04 / RW R-71 L 34 th RW 04 SMA RT 04 / RW R-72 L 28 th RW 04 SMA RT 04 / RW R-73 L 40 th RW 05 SMA RT 04 / RW R-74 L 47 th RW 05 SMP RT 04 / RW R-75 L 47 th RW 05 SD Purwodadi

132 113 No. Kode Jenis Lokasi Umur Resp. Kelamin Usaha Pendidikan Alamat 76 R-76 L 42 th RW 05 SMA Padang 77 R-77 L 40 th RW 05 SMA Brebes 78 R-78 L 34 th RW 05 SMA Tembalang 79 R-79 L 27 th RW 05 SMA Purworejo 80 R-80 L 58 th RW 05 SD RT 04 / RW R-81 L 29 th RW 05 SMA Jepara 82 R-82 L 36 th RW 05 PT RT 04 / RW R-83 P 49 th RW 05 SMA Banyumanik 84 R-84 L 50 th RW 05 SD RT 04 / RW R-85 L 55 th RW 05 SD RT 04 / RW R-86 L 55 th RW 05 SD RT 04 / RW R-87 L 43 th RW 05 SMA RT 04 / RW R-88 L 48 th RW 05 SMP RT 04 / RW R-89 P 38 th RW 05 SMA Sampangan 90 R-90 P 43 th RW 05 SMA RT 04 / RW R-91 P 37 th RW 05 SMA RT 04 / RW R-92 L 47 th RW 05 SMP RT 04 / RW R-93 L 47 th RW 06 SMP RT 01 / RW R-94 L 51 th RW 07 SD RT 02 / RW 07

133 114 Profil Usaha Bidang Perdagangan dan Jasa di Desa Sekaran No. Kode Jenis Lokasi Jenis Pendapatan Umur Resp. Kelamin Usaha Usaha Usaha 1 R-01 L 45 th RW 01 warung makan R-02 P 54 th RW 01 warung makan R-03 P 43 th RW 01 warung makan R-04 L 28 th RW 01 counter HP R-05 L 32 th RW 01 counter HP R-06 L 25 th RW 01 counter HP R-07 L 35 th RW 01 foto kopi R-08 L 29 th RW 01 foto kopi R-09 L 29 th RW 01 foto kopi R-10 P 45 th RW 01 kos ( 12 kamar ) R-11 P 43 th RW 01 kos ( 6 kamar ) R-12 P 55 th RW 01 kos ( 10 kamar ) R-13 P 51 th RW 01 kos ( 8 kamar ) R-14 P 45 th RW 01 kos ( 20 kamar ) R-15 L 43 th RW 01 rental komputer R-16 L 45 th RW 01 depot air minum R-17 P 35 th RW 01 penjahit R-18 L 28 th RW 01 laundry R-19 L 47 th RW 01 cuci motor R-20 P 31 th RW 02 warung makan R-21 P 38 th RW 02 warung makan R-22 P 50 th RW 02 warung makan R-23 L 48 th RW 02 warung makan R-24 L 45 th RW 02 counter HP R-25 P 55 th RW 02 kos ( 8 kamar ) R-26 L 56 th RW 02 kos ( 4 kamar ) R-27 P 49 th RW 02 kos ( 8 kamar ) R-28 P 52 th RW 02 kos ( 6 kamar ) R-29 P 47 th RW 02 kos ( 4 kamar ) R-30 L 32 th RW 02 rental komputer R-31 L 34 th RW 02 penjahit permak jean R-32 L 47 th RW 02 laundry R-33 L 25 th RW 02 cuci motor R-34 L 27 th RW 02 cuci motor R-35 L 48 th RW 02 persewaan CD/VCD R-36 P 38 th RW 03 warung makan R-37 P 39 th RW 03 warung makan

134 115 No. Kode Jenis Lokasi Jenis Pendapatan Umur Resp. Kelamin Usaha Usaha Usaha 38 R-38 L 34 th RW 03 counter HP R-39 L 49 th RW 03 kos ( 8 kamar ) R-40 L 47 th RW 03 kos ( 8 kamar ) R-41 P 42 th RW 03 kos ( 15 kamar ) R-42 L 43 th RW 03 kos ( 6 kamar ) R-43 L 54 th RW 03 kos ( 12 kamar ) R-44 L 37 th RW 03 kos ( 4 kamar ) R-45 L 32 th RW 03 rental komputer R-46 L 46 th RW 03 depot air minum R-47 P 45 th RW 03 warnet R-48 L 47 th RW 03 bengkel R-49 L 43 th RW 03 laundry R-50 L 29 th RW 03 cuci motor R-51 L 27 th RW 03 persewaan PS R-52 P 43 th RW 04 warung makan R-53 P 36 th RW 04 warung makan R-54 P 45 th RW 04 warung makan R-55 P 52 th RW 04 warung makan R-56 P 47 th RW 04 warung makan R-57 L 53 th RW 04 toko R-58 L 48 th RW 04 toko R-59 L 38 th RW 04 toko R-60 L 32 th RW 04 foto kopi R-61 L 29 th RW 04 foto kopi R-62 L 54 th RW 04 kos ( 7 kamar ) R-63 P 51 th RW 04 kos ( 10 kamar ) R-64 P 43 th RW 04 kos ( 7 kamar ) R-65 P 40 th RW 04 kos ( 15 kamar ) R-66 L 48 th RW 04 kos ( 5 kamar ) R-67 L 43 th RW 04 depot air minum R-68 L 38 th RW 04 warnet R-69 L 55 th RW 04 warnet R-70 P 39 th RW 04 laundry R-71 L 34 th RW 04 cuci motor R-72 L 28 th RW 04 cuci motor R-73 L 40 th RW 05 warung makan R-74 L 47 th RW 05 warung makan R-75 L 47 th RW 05 warung makan R-76 L 42 th RW 05 warung makan

135 116 No. Kode Jenis Lokasi Jenis Pendapatan Umur Resp. Kelamin Usaha Usaha Usaha 77 R-77 L 40 th RW 05 warung makan R-78 L 34 th RW 05 counter HP R-79 L 27 th RW 05 counter HP R-80 L 58 th RW 05 minimarket R-81 L 29 th RW 05 foto kopi R-82 L 36 th RW 05 kos ( 10 kamar ) R-83 P 49 th RW 05 kos ( 5 kamar ) R-84 L 50 th RW 05 kos ( 4 kamar ) R-85 L 55 th RW 05 kos ( 10 kamar ) R-86 L 55 th RW 05 kos ( 4 kamar ) R-87 L 43 th RW 05 depot air minum R-88 L 48 th RW 05 bengkel R-89 P 38 th RW 05 salon R-90 P 43 th RW 05 laundry R-91 P 37 th RW 05 laundry R-92 L 47 th RW 05 cuci motor R-93 L 47 th RW 06 warung makan R-94 L 51 th RW 07 toko sembako

136 117 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) FAKULTAS EKONOMI JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN Sekretariat : Ekonomi Gd. C6, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang, Telp. (024) Fax PENGANTAR INSTRUMEN PENELITIAN Kepada Yth. Pemilik Usaha Sektor Informal (Perdagangan dan Jasa) di Desa Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Dengan hormat, Dalam rangka menyelesaikan studi di Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Semarang, saya bermaksud mengadakan penelitian dengan judul ANALISIS LOKASI USAHA SEKTOR INFORMAL BIDANG PERDAGANGAN DAN JASA DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DESA SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG. Untuk itu saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi angket yang telah saya sediakan sesuai dengan keadaan sesungguhnya karena jawaban dari Bapak/Ibu/Sdr/i sangat penting dalam penelitian ini. Semua isi angket ini semata-mata hanya saya gunakan untuk penyusunan skripsi. Saya menjamin kerahasiaan jawaban Bapak/Ibu/Sdr/i dan jawaban tersebut tidak akan berpengaruh apapun terhadap Bapak/Ibu/Sdr/i karena hanya untuk kepentingan studi. Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu/Sdr/i, saya sampaikan banyak terimakasih Semarang, 12 Oktober 2009 Peneliti Teguh Astriyanto NIM

137 118 ANALISIS LOKASI USAHA SEKTOR INFORMAL BIDANG PERDAGANGAN DAN JASA DI LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DESA SEKARAN KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG INSTRUMEN PENELITIAN Nomor Responden Tanggal Pengisian :. :. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Pemilik Usaha : 2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 3. Umur : 4. Alamat : 5. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMP c. SMA d. Perguruan Tinggi PROFIL USAHA 1. Jenis Usaha :. 2. Lokasi Usaha :. 3. Lama Usaha :. 4. Pengelola Usaha : a. Dikelola sendiri c. Dikelola bersama keluarga b. Dikelola bersama keluarga d. Dikelola mempekerjakan tenaga kerja : Status Kepemilikan Lokasi Usaha : a. Milik Sendiri (membeli) b. Milik Bersama (patungan) c. Sewa/Kontrak

138 Pendapatan Usaha : Pendapatan pengusaha selain usaha kos/kontrak rumah per bulan :. Pendapatan pengusaha kos/kontrak rumah per tahun :. 7. Apakah pendapatan yang anda terima selama menjalankan usaha, sudah dapat menutupi biaya pengeluaran faktor produksi yang anda gunakan selama usaha? - Pendapatan Usaha Biaya pengeluaran faktor produksi A. KONDISI INFRASTRUKTUR 1. Darimana anda mendapatkan sumber jaringan listrik di lokasi usaha yang anda jalankan? a. Langsung dari jaringan pusat PLN b. Nyambung jaringan paralel dari rumah warga c. Nyambung jaringan paralel dari tempat usaha lain d. Genset/generator e. Lainnya (..) 2. Darimana anda mendapatkan sumber air bersih di lokasi usaha yang anda jalankan? a. Dari sumur artesis (air tanah) yang airnya disalurkan dengan alat penyedot air (sanyo) b. Saluran pipa air dari rumah warga/tempat usaha lain c. Membeli ke depot penjual air d. Membeli dari rumah warga sekitar lokasi usaha e. Meminta dari rumah warga sekitar lokasi usaha 3. - Bagi anda yang menjalankan usaha selain usaha jasa sewa kos/kontrak rumah, berapa luas lahan yang anda gunakan untuk usaha? a. < 8 m² b m² c m² d m² e. > 32 m²

139 120 - Bagi anda yang menjalankan usaha jasa sewa kos/kontrak rumah, berapa luas lahan yang anda gunakan untuk usaha? a. < 80 m² b m² c m² d m² e. > 320 m² 4. Bagaimana kondisi jalan menuju tempat usaha yang anda jalankan? a. Sangat bagus b. Bagus c. Cukup bagus d. Kurang bagus e. Tidak bagus (Alasan anda...) 5. Berapa luas lahan parkir di lokasi usaha anda? a. < 5 m² b m² c m² d m² e. > 35 m² B. BIAYA LOKASI 6. - Bagi anda yang membeli lokasi usaha, berapa biaya yang anda keluarkan untuk membeli lokasi yang anda gunakan untuk usaha? a. < Rp b. Rp Rp c. Rp Rp d. Rp Rp e. > Rp

140 121 - Bagi anda yang menyewa lokasi usaha, berapa biaya sewa yang anda keluarkan untuk menyewa lokasi yang anda gunakan untuk usaha per tahunnya? a. < Rp b. Rp Rp c. Rp Rp d. Rp Rp e. > Rp Menurut anda, apakah biaya yang anda keluarkan untuk membeli/menyewa lokasi yang anda gunakan untuk usaha tergolong mahal? a. Sangat mahal b. Mahal c. Cukup mahal d. Murah e. Sangat murah C. LINGKUNGAN BISNIS 8. Berapa jarak letak tempat usaha anda dengan jalan raya? a. < 10 m b m c m d m e. > 150 m 9. Berapa jarak letak tempat usaha anda dengan lokasi pemukiman penduduk? a. < 10 m b m c m d m e. > 25 m

141 Berapa jarak letak tempat usaha anda dengan sarana umum (sekolah, kampus, bank, pasar, dll)? a. < 50 m b m c m d m e. > 200 m 11. Berapa jarak letak tempat usaha anda dengan lokasi tempat usaha lain? a. < 5 m b m c m d m e. > 20 m 12. Apakah lokasi usaha anda mudah dijangkau dengan sarana transportasi? a. Sangat mudah dijangkau b. Mudah dijangkau c. Cukup mudah dijangkau d. Sulit dijangkau e. Sangat sulit dijangkau (Alasan anda.) 13. Bagaimana tingkat keamanan di tempat usaha yang anda jalankan? a. Sangat aman b. Aman c. Cukup aman d. Kurang aman e. Tidak aman (Alasan anda ) 14. Bagaimana daya beli/sewa konsumen terhadap usaha yang anda jalankan? a. Sangat tinggi b. Tinggi c. Cukup tinggi

142 123 d. Rendah e. Sangat rendah (Alasan anda.) 15. Menurut anda, bagaimana tingkat persaingan usaha yang anda jalankan saat ini? a. Sangat tinggi b. Tinggi c. Cukup tinggi d. Rendah e. Sangat rendah (Alasan anda.) D. TENAGA KERJA 16. Menurut anda, bagaimana ketersediaan jumlah tenaga kerja di lokasi yang anda gunakan untuk usaha? a. Sangat banyak b. Banyak c. Cukup banyak d. Sedikit e. Sangat sedikit (Alasan anda.) 17. Menurut anda, bagaimana kualitas tenaga kerja di lokasi yang anda gunakan untuk usaha? a. Sangat bagus b. Bagus c. Cukup bagus d. Kurang bagus e. Tidak bagus (Alasan anda.)

143 Menurut anda, bagaimana tingkat upah tenaga kerja di lokasi yang anda gunakan untuk usaha? a. Sangat tinggi b. Tinggi c. Cukup tinggi d. Rendah e. Sangat rendah (Alasan anda.)

144 125

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemilihan lokasi usaha oleh suatu organisasi (perusahaan) akan mempengaruhi risiko (risk) dan keuntungan (profit) perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kondisi ini

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK

PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK Oleh AGI SUGIHARTO ( 24 2014 048 ) JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNOLOGI SIPIL DAN PERENCANAAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lokasi Menurut Heizer & Render (2015) lokasi adalah pendorong biaya dan pendapatan, maka lokasi seringkali memiliki kekuasanaan untuk membuat strategi bisnis

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PEMILIHAN LOKASI INDUSTRI PENGOLAHAN KARET DI KOTA PADANG Oleh MILL FADHILA 0910223072 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2013 DAFTAR ISI Halaman KATA

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

BAB 2 KAJIAN LITERATUR BAB 2 KAJIAN LITERATUR Bab ini berisikan tentang teori yang terkait dengan pembahasan studi yakni teori mengenai perencanaan pengembangan wilayah, teori keterkaitan antar industri, dan teori pemilihan

Lebih terperinci

BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN

BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN BAB 8 SUMBER DAYA LAHAN 8.1. Beberapa Konsep Dasar Ekonomi Lahan Lahan mempunyai tempat yang khusus dalam kelompok sumber daya, karena lahan diperlukan dalam semua aspek kehidupan manusia dan lahan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak sedikit berbagai usaha kecil bermunculan untuk turut bersaing dalam bisnis. Usaha Kecil tersebut biasanya muncul dengan berbagai inovasi baru. Dan terkadang lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan

I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan makro. Pada lingkup mikro industri didefinisikan sebagai kumpulan dari perusahaanperusahaan

Lebih terperinci

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI TEORI LOKASI INDUSTRI adalah suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara konsisten dan

Lebih terperinci

: PENENTUAN LOKASI FASILITAS-FASILITAS PRODUKSI. M.O. By Nurul K, SE, M.Si

: PENENTUAN LOKASI FASILITAS-FASILITAS PRODUKSI. M.O. By Nurul K, SE, M.Si : PENENTUAN LOKASI FASILITAS-FASILITAS PRODUKSI M.O. By Nurul K, SE, M.Si PENENTUAN LOKASI Pemilihan lokasi pabrik baik untuk pabrik baru maupun perluasan (ekspansi) Alasan ekspansi al: Fasilitas produksi

Lebih terperinci

S U S I L O NIM

S U S I L O NIM ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PADA PT. PANCA MITRA MULTI PERDANA SITUBONDO Skripsi Oleh : S U S I L O NIM 070810291216 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN,PENGENDALIAN AKUNTANSI,SISTEM PELAPORAN TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN,PENGENDALIAN AKUNTANSI,SISTEM PELAPORAN TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH PENGARUH KEJELASAN SASARAN ANGGARAN,PENGENDALIAN AKUNTANSI,SISTEM PELAPORAN TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (Studi Pada Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Pacitan) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah

Lebih terperinci

KELANGSUNGAN USAHA INDUSTRI MEUBEL DAN FAKTOR- BERPENGARUH DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

KELANGSUNGAN USAHA INDUSTRI MEUBEL DAN FAKTOR- BERPENGARUH DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI KELANGSUNGAN USAHA INDUSTRI MEUBEL DAN FAKTOR- FAKTOR YANG BERPENGARUH DI KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

PENGARUH FOKUS PELANGGAN DAN KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PTPN XI PABRIK KARUNG ROSELLA BARU SURABAYA

PENGARUH FOKUS PELANGGAN DAN KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PTPN XI PABRIK KARUNG ROSELLA BARU SURABAYA PENGARUH FOKUS PELANGGAN DAN KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PTPN XI PABRIK KARUNG ROSELLA BARU SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN INDUSTRSI KECIL DI KABUPATEN GRESIK DAN KABUPATEN JOMBANG SKRIPSI Oleh : RUDYANSAH 0511010187 / FE / IE Kepada FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Investasi a) Definisi Investasi Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pemindahan atau pergerakan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS X IS SMA NEGERI 5 TEGAL TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Safitri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan sebagai suatu dampak semakin ketatnya persaingan perusahaan pada saat ini telah membawa dampak pada perusahaan untuk terus

Lebih terperinci

Economics Development Analysis Journal

Economics Development Analysis Journal EDAJ 1 (2) (2012) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH MELALUI ANALISIS SEKTOR BASIS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... x xii xiv xvi xvii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 2.1 Metoda Pembahasan Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan dan Master Plan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Konsultan akan melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

Teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis pengaruh jarak terhadap

Teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis pengaruh jarak terhadap TEORI LOKASI (Tarigan, 2006:77) : Ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta hubungan-nya dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESEJAHTERAAN, KOMUNIKASI, DAN KONDISI FISIK TEMPAT KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PABELAN SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESEJAHTERAAN, KOMUNIKASI, DAN KONDISI FISIK TEMPAT KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PABELAN SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESEJAHTERAAN, KOMUNIKASI, DAN KONDISI FISIK TEMPAT KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PABELAN SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan

Lebih terperinci

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS 1. Perencanaan Kapasitas Produksi Aspek-aspek yang berpengaruh dalam perencanaan kapasitas produksi yaitu : 1. Perencanaan & Pemilihan Proses Tidak berarti pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT KONSUMEN MENGUNJUNGI SWALAYAN INDOMARET REMBANG TAHUN 2007/2008

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT KONSUMEN MENGUNJUNGI SWALAYAN INDOMARET REMBANG TAHUN 2007/2008 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT KONSUMEN MENGUNJUNGI SWALAYAN INDOMARET REMBANG TAHUN 2007/2008 Skripsi Diajukan untuk memenuhi syarat-syarat Guna mencapai Gelar Sarjana S-I Program Studi

Lebih terperinci

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun

Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun 2 Hubungan antara upah, motivasi kerja dengan produktivitas kerja karyawan pada PT. Pilar Kekar Plasindo Surakarta tahun 2004 2005 Oleh : Rifki NIM K7499092 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KUALITAS PELAYANAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) SEBELUM DAN SESUDAH TARIF BARU 2008 DI KABUPATEN SITUBONDO

PERBANDINGAN KUALITAS PELAYANAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) SEBELUM DAN SESUDAH TARIF BARU 2008 DI KABUPATEN SITUBONDO PERBANDINGAN KUALITAS PELAYANAN PELANGGAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) SEBELUM DAN SESUDAH TARIF BARU 2008 DI KABUPATEN SITUBONDO (A Comparative Study on Service Quality To Customer In PDAM Situbondo

Lebih terperinci

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN BISNIS SERVICE AC, KULKAS, DAN DISPENSER. Jurusan : Teknik Mesin

PROPOSAL STUDI KELAYAKAN BISNIS SERVICE AC, KULKAS, DAN DISPENSER. Jurusan : Teknik Mesin PROPOSAL STUDI KELAYAKAN BISNIS SERVICE AC, KULKAS, DAN DISPENSER Jurusan : Teknik Mesin Disusun Oleh : SANDY SURYADY 22409817 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 2012 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan wilayah dapat dipacu dengan pembangunan infrastruktur dan sistem jaringan yang memadai di wilayah tersebut. Dalam hal ini otonomi daerah memberikan

Lebih terperinci

Faktor-faktor Pertimbangan Lokasi

Faktor-faktor Pertimbangan Lokasi STRATEGI LOKASI STRATEGI LOKASI Lokasi menentukan prestasi, merupakan ungkapan yang cukup tepat untuk segala jenis kegiatan, demikian pula untuk kegiatan bisnis di sektor barang maupun jasa. Dengan demikian

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP DIMENSI KUALITAS LAYANAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk SKRIPSI

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP DIMENSI KUALITAS LAYANAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk SKRIPSI ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP DIMENSI KUALITAS LAYANAN PEMBAYARAN PAJAK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (Persero) Tbk SKRIPSI Oleh ERVINA NIM 080810201067 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pemilihan Lokasi BAB 6 PEMILIHAN LOKASI

Pemilihan Lokasi BAB 6 PEMILIHAN LOKASI BAB 6 PEMILIHAN LOKASI A. Pendahuluan Lokasi merupakan satu hal yang penting dalam kegiatan operasional suatu perusahaan. Perusahaan yang memproduksi barang (manufaktur) ataupun perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas

TINJAUAN PUSTAKA. mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Pengertian transportasi menurut Morlok (1981) adalah memindahkan atau mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas (1987), transportasi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian dan Karakteristik Anggaran Anggaran atau yang lebih sering disebut budget didefinisikan oleh para ahli dengan definisi yang beraneka ragam. Hal ini dikarenakan adanya

Lebih terperinci

PENGARUH UPAH, SEMANGAT KERJA DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN JENANG TEGUH RAHARJO PONOROGO

PENGARUH UPAH, SEMANGAT KERJA DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN JENANG TEGUH RAHARJO PONOROGO PENGARUH UPAH, SEMANGAT KERJA DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PERUSAHAAN JENANG TEGUH RAHARJO PONOROGO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi sebagian syarat-syarat

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PTPN XII PERKEBUNAN MALANGSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013

PENGARUH KEPUASAAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PTPN XII PERKEBUNAN MALANGSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013 PENGARUH KEPUASAAN DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PTPN XII PERKEBUNAN MALANGSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013 (EFFECT OF MOTIVATION AND JOB SATISFACTION OF EMPLOYEES PERFORMANCE IN

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Lidyawagiri (2008) melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Lidyawagiri (2008) melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lidyawagiri (2008) melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Redaksi Majalah Swa Memilih Lokasi Untuk Membangun Gerai Majalah Swa didapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR.. xi DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP KETERSEDIAAN KOLEKSI DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN KENDAL

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP KETERSEDIAAN KOLEKSI DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN KENDAL PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP KETERSEDIAAN KOLEKSI DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN KENDAL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan Oleh: Odhy

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi pada Industri Kecil Rumahan ICHI Bakery) SKRIPSI

STUDI PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi pada Industri Kecil Rumahan ICHI Bakery) SKRIPSI STUDI PENERAPAN PENCATATAN KEUANGAN PADA INDUSTRI KECIL RUMAHAN (Studi pada Industri Kecil Rumahan ICHI Bakery) SKRIPSI Diajukan Oleh : Meiz Tiaramada 1013010164/FE/EA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB IBU RUMAH TANGGA DI DESA PONCOWATI BEKERJA SEBAGAI BURUH PABRIK PT GREAT GIANT PINEAPPLE

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB IBU RUMAH TANGGA DI DESA PONCOWATI BEKERJA SEBAGAI BURUH PABRIK PT GREAT GIANT PINEAPPLE FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB IBU RUMAH TANGGA DI DESA PONCOWATI BEKERJA SEBAGAI BURUH PABRIK PT GREAT GIANT PINEAPPLE KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN 2010 (Skripsi) Oleh DEVI NILASARI

Lebih terperinci

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan Guna

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 25 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 26 Masterplan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur Tahun 2015 2019

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

Skripsi. oleh: ENDAH TRI ASTUTIK

Skripsi. oleh: ENDAH TRI ASTUTIK Persepsi Konsumen Terhadap Bauran Pemasaran Berdasarkan Segmentasi Pasar Faktor Psikografi Dan Demografi Sebagai Dasar Strategi Pemasaran AQUA Dalam Kemasan Di Kota Jember Skripsi oleh: ENDAH TRI ASTUTIK

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

PENGARUH LOKASI, HARGA DAN PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI SWALAYAN PERMATA INDAH SLAHUNG

PENGARUH LOKASI, HARGA DAN PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI SWALAYAN PERMATA INDAH SLAHUNG PENGARUH LOKASI, HARGA DAN PELAYANAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN DI SWALAYAN PERMATA INDAH SLAHUNG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki 419 pulau. Total luas Propinsi Sumatera Utara sebesar 72.981,23

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus pada Warung Makan Bebek Goreng Haji Slamet Kartasura)

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus pada Warung Makan Bebek Goreng Haji Slamet Kartasura) ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN (Studi Kasus pada Warung Makan Bebek Goreng Haji Slamet Kartasura) S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat Guna

Lebih terperinci

Lokasi Pabrik ditentukan

Lokasi Pabrik ditentukan PENENTUAN LOKASI Lokasi Pabrik ditentukan Unit manufaktur baru akan dibentuk. Pabrik yang lama tidak mampu lagi dikembangkan, dari sisi luas area maupun teknologi. Pengembangan bisnis ke daerah baru Kendala

Lebih terperinci

SKRIPSI. Nama : Nanda Vinesa Rida N I M : Program Studi : Manajemen

SKRIPSI. Nama : Nanda Vinesa Rida N I M : Program Studi : Manajemen ANALISIS PENGARUH CITRA MEREK DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN HP ANDROID SAMSUNG MELALUI KEPERCAYAAN PELANGGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi pada Mahasiswa Angkatan 2012/2013 Prodi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya meningkatkan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan masyarakat demokratis yang berkeadilan dan sejahtera.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN KREATIVITAS GURU DALAM MENGAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SAWIT BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN IKLIM

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN IKLIM PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL DAN IKLIM ORGANISASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KEINGINAN PINDAH KERJA KARYAWAN MC DONALD S SRI RATU PEMUDA SEMARANG SKRIPSI Oleh : DIYAN WURI ADHI NUGROHO 04.30.0204

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PENGGANTIAN MESIN LAMA DENGAN MESIN BARU DALAM USAHA MENINGKATKAN KEUNTUNGAN PADA PT

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PENGGANTIAN MESIN LAMA DENGAN MESIN BARU DALAM USAHA MENINGKATKAN KEUNTUNGAN PADA PT ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PENGGANTIAN MESIN LAMA DENGAN MESIN BARU DALAM USAHA MENINGKATKAN KEUNTUNGAN PADA PT. PANCA WIRA USAHA UNIT PABRIK ES KASRI PANDAAN JAWA TIMUR SKRIPSI Ditulis untuk memenuhi

Lebih terperinci

a. Koefisien regresi dari persamaan Y = a + b1 X1 + b2 X2 adalah sebagai berikut :

a. Koefisien regresi dari persamaan Y = a + b1 X1 + b2 X2 adalah sebagai berikut : 1. Persoalan ekonomi, baik konsumsi maupun produksi umumnya menghadapi tiga masalah pokok yaitu : apa, bagaimana dan untuk siapa? Seandainya saudara sebagai manajer perusahaan produksi sepatu Baja bagaimana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Transportasi Transportasi diartikan sebagai perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan, dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PIMPINAN STRUKTURAL TINGKAT FAKULTAS DI UNIVERSITAS JEMBER DALAM MEMILIH PRODUK TELKOMSEL

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PIMPINAN STRUKTURAL TINGKAT FAKULTAS DI UNIVERSITAS JEMBER DALAM MEMILIH PRODUK TELKOMSEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PIMPINAN STRUKTURAL TINGKAT FAKULTAS DI UNIVERSITAS JEMBER DALAM MEMILIH PRODUK TELKOMSEL (DECISION MAKING OF STRUCTURAL LEADER IN FACULTIES LEVEL AT JEMBER UNIVERSITY TO CHOOSE TELKOMSEL

Lebih terperinci

CORPORATE IMAGE SEBAGAI SATU USAHA UNTUK MEMPERTAHANKAN PELANGGAN PADA UD. SENTRAL DI BANYUWANGI

CORPORATE IMAGE SEBAGAI SATU USAHA UNTUK MEMPERTAHANKAN PELANGGAN PADA UD. SENTRAL DI BANYUWANGI CORPORATE IMAGE SEBAGAI SATU USAHA UNTUK MEMPERTAHANKAN PELANGGAN PADA UD. SENTRAL DI BANYUWANGI CORPORATE IMAGE AS THE EFFORT TO DEFEND THE CUSTOMER AT UD. SENTRAL OF BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Very Kis

Lebih terperinci

SKRIPSI. Nama : Aliva Nur Rosyid NIM : Program Studi : Akuntansi

SKRIPSI. Nama : Aliva Nur Rosyid NIM : Program Studi : Akuntansi PENGARUH KEWAJIBAN KEPEMILIKAN NPWP, PEMERIKSAAN PAJAK DAN PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK (STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PONOROGO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan

Lebih terperinci

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA MINIMARKET INDOMARET SUKOLILO KABUPATEN PATI

PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA MINIMARKET INDOMARET SUKOLILO KABUPATEN PATI 1 PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA MINIMARKET INDOMARET SUKOLILO KABUPATEN PATI Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata satu

Lebih terperinci

PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP FUNGSI PENGAWASAN MANAJEMEN. (Studi Empiris pada BPR di Kota Surakarta)

PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP FUNGSI PENGAWASAN MANAJEMEN. (Studi Empiris pada BPR di Kota Surakarta) PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP FUNGSI PENGAWASAN MANAJEMEN (Studi Empiris pada BPR di Kota Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Dan BisnisProgramStudiAkuntansi

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Dan BisnisProgramStudiAkuntansi ANALISIS MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

MAKALAH STUDI KELAYAKAN USAHA

MAKALAH STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH STUDI KELAYAKAN USAHA Dosen Pengampu: Dra.Hj.Machmuroh., M.S. Disusun oleh : Asfani Erviyanto (K2514011) PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

Decision For Sell Or Recycle Return Product In Storage Division Of PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi

Decision For Sell Or Recycle Return Product In Storage Division Of PT. Suri Tani Pemuka Banyuwangi PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES ULANG PRODUK DARI RETUR PENJUALAN PADA DIVISI PRODUKSI PT.SURI TANI PEMUKA BANYUWANGI Decision For Sell Or Recycle Return Product In Storage Division Of PT.

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASIONAL TERHADAP PRESTASI KERJA PADA PT. BUMI MANUNGGAL KHARISMA SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASIONAL TERHADAP PRESTASI KERJA PADA PT. BUMI MANUNGGAL KHARISMA SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASIONAL TERHADAP PRESTASI KERJA PADA PT. BUMI MANUNGGAL KHARISMA SURAKARTA SKRIPSI Oleh: TJAHJU PRAPTIWINARSIH 141 102 041 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur saya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur saya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan KATA PENGANTAR Segala puji syukur saya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunianya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai temuan studi, kesimpulan dan rekomendasi yang merupakan sintesa dari hasil kajian indikator ekonomi dalam transportasi berkelanjutan yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KONSUMEN PADA PELAYANAN JASA BODY SPA (STUDI KASUS DI CHANTIQUE SPA SEMARANG)

FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KONSUMEN PADA PELAYANAN JASA BODY SPA (STUDI KASUS DI CHANTIQUE SPA SEMARANG) FAKTOR-FAKTOR KEPUASAN KONSUMEN PADA PELAYANAN JASA BODY SPA (STUDI KASUS DI CHANTIQUE SPA SEMARANG) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa pembangunan adalah sesuatu yang bersahabat, pembangunan seharusnya merupakan proses yang memfasilitasi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Prastio Pintono NIM

SKRIPSI. Oleh : Prastio Pintono NIM i PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS PADA PESERTA DIDIK LEMBAGA KURSUS BAHASA INGGRIS OXFORD KABUPATEN JEMBER SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh : Prastio

Lebih terperinci

ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI PARKIR DAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI PARKIR DAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH ANALISIS KONTRIBUSI RETRIBUSI PARKIR DAN RETRIBUSI PASAR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Empiris pada Dinas Pendapatan Pemerintah Kabupaten Ponorogo) Tahun 2011-2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses hubungan timbal balik antar faktor-faktor yang ada di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses hubungan timbal balik antar faktor-faktor yang ada di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses hubungan timbal balik antar faktor-faktor yang ada di dalam suatu negara dengan tujuan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dilihat

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH DALAM MENGAMBIL KREDIT PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT ( BPR ) ARTA SWASEMBADA DI MOJOKERTO

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH DALAM MENGAMBIL KREDIT PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT ( BPR ) ARTA SWASEMBADA DI MOJOKERTO PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH DALAM MENGAMBIL KREDIT PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT ( BPR ) ARTA SWASEMBADA DI MOJOKERTO (Studi kasus pada nasabah PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSEMEN AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA JEMBER

ANALISIS KEPUASAN KONSEMEN AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA JEMBER ANALISIS KEPUASAN KONSEMEN AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Progam Studi Ilmu Administrasi Bisnis (S1)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS (Studi Kasus Pada Mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur) SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS (Studi Kasus Pada Mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur) SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN MAHASISWA DALAM MEMILIH TEMPAT KOS (Studi Kasus Pada Mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada

Lebih terperinci

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI (Studi Kasus Pada Mahasiswa Konsentrasi Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP Universitas Jember Tahun

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO USULAN PENELITIAN

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO USULAN PENELITIAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KOTA SURABAYA DAN SIDOARJO USULAN PENELITIAN Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang perekonomian selama ini telah banyak membawa akibat perkembangan yang pesat dalam bidang usaha. Sejalan dengan itu banyak bermunculan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik) SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik) SKRIPSI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR DI KABUPATEN GRESIK (Studi tentang parkir di tepi jalan umum kawasan Alun-alun Gresik) SKRIPSI Oleh : Firasidah Hasnah 0941010036 YAYASAN KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

PBAB II URAIAN TEORITIS

PBAB II URAIAN TEORITIS PBAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Endang Puspasari (1999) skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kecil di Pasar Pagi Wonosobo. Fakultas Ekonomi. Universitas

Lebih terperinci

STRATEGI BISNIS WARUNG SOTO AYAM CAK SUEP PADA PERUMAHAN DELTA SARI INDAH DI WARU SIDOARJO SKRIPSI

STRATEGI BISNIS WARUNG SOTO AYAM CAK SUEP PADA PERUMAHAN DELTA SARI INDAH DI WARU SIDOARJO SKRIPSI STRATEGI BISNIS WARUNG SOTO AYAM CAK SUEP PADA PERUMAHAN DELTA SARI INDAH DI WARU SIDOARJO SKRIPSI Oleh : RHIZAL FERDIANSYAH C 0642010050 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

IVON PAWESTI SUCI NIM

IVON PAWESTI SUCI NIM ANALISIS AKTIVITAS EKONOMI RUMAH TANGGA BURUH YANG BEKERJA DI PT. SEJAHTERA USAHA BERSAMA UNIT JEMBER DI DESA GAMBIRONO KECAMATAN BANGSALSARI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh: IVON PAWESTI SUCI NIM 100210301103

Lebih terperinci