PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN"

Transkripsi

1 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2 2

3 3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Tumbuhan Oleh Masyarakat di Sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Muhammad Irkham Nazmurakhman NIM E

4 4 ABSTRAK MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN. Pemanfaatan tumbuhan oleh Masyarakat di Sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Dibimbing oleh ERVIZAL AM ZUHUD dan AGUS HIKMAT Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, masih memiliki interaksi terhadap hutan, seperti masyarakat Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Sukabumi. Adanya perubahan pola hidup pada masyarakat dapat mengancam keberadaan kearifan tradisional mereka terkait pemanfaatan tumbuhan. Penelitian ini penting dilakukan untuk mengidentifikasi keanekaragaman tumbuhan oleh masyarakat di sekitar HPGW. Data keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan diperoleh melalui wawancara semi terstruktur. Tumbuhan diklasifikasikan menjadi 8 kegunaan, yaitu tumbuhan obat, pangan, tumbuhan hias, bahan bakar, bahan bangunan, pakan ternak, tumbuhan aromatik, dan kegunaan lain. Tumbuhan obat adalah kelompok yang paling banyak dimanfaatkan, sebanyak 145 spesies dari 54 famili. Tumbuhan berhabitus herba paling banyak dimanfaatkan, sebesar 36,56%, dibandingkan dengan habitus lainnya karena kemudahan mendapatkannya. Bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan adalah daun, sebesar 51,61%. penggunaan daun paling banyak karena kemudahan mendapatkan dan mengolahnya. Kata kunci: Hutan Pendidikan Gunung Walat, masyarakat desa Hegarmanah, pemanfaatan tumbuhan ABSTRACT MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN. Plant Use by Forest Margin Society of Surrounding Gunung Walat University Forest Sukabumi. Supervized by ERVIZAL AM ZUHUD and AGUS HIKMAT Society, which lives in forest margin area such as one in Hegarmnah Village, Cicantayan, Sukabumi, has interaction with forest. The changing lifestyle of the society threaten the existence of their traditional knowledge. This research needed to identified the diversity of plants used by forest margin society of GWUF. Data of used plant diversity were collected through semi-structured interview. Plant species was classified into 8 group of purpose, that is for medicinal purpose, food, aesthetics, fire-wood, building materials, cattle feeding, aromatic, and other purpose. Medicinal purpose plant is the most group used plants, amount of 145 species of 54 family. Herb habitus is the most used plants by a value of 36,56%. Plant s part that mostly used by the people was the leaves with the amount of 51,61% since leaves were easy to obtain and process. Keywords: Gunung Walat University Forest, Hegarmanah village society, plant use

5 5 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6 6

7

8 8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Februari - Maret 2014, dengan judul Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat di Sekitar Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud, MS dan Bapak Dr Ir Agus Hikmat, MSc F selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Nandi Koesmaryadi, MS serta para staf Hutan Pendidikan Gunung Walat. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Lasti Fardilla, Hardian Akbar dan Dafid Kurniawan yang telah membantu proses pengambilan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Desember 2014 Muhammad Irkham Nazmurakhman

9 9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 Manfaat 2 METODE 2 Lokasi dan Waktu 2 Jenis Data 2 Alat 3 Metode Pengumpulan Data 3 Analisis Data 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5 Karakteristik Responden 6 Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Habitus dan Bagian yang Digunakan 8 Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Kegunaaan 9 Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Lokasi Pengambilan 11 Perbandingan Hasil Penelitian Pemanfaatan Tumbuhan di HPGW 18 SIMPULAN DAN SARAN 19 Simpulan 19 Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 22 vii vii vii

10 10 DAFTAR TABEL 1 Tahapan kegiatan dan aspek yang dikaji 3 2 Pola penggunaan lahan 6 3 Mata pencaharian dan jenis kelamin responden 7 4 Tingkat pendidikan dan kelas umur responden 7 5 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitusnya 8 6 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan bagian yang digunakan 9 7 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan kegunaannya 9 8 Multipurpose species yang dimanfaatkan masyarakat 10 9 Beberapa spesies tumbuhan dimanfaatkan sebagai obat Spesies tumbuhan hias Beberapa spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar Beberapa spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan aromatik Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan untuk kegunaan lain Perbandingan hasil penelitian pemanfaatan tumbuhan di HPGW 18 DAFTAR GAMBAR 1 Peta citra Hutan Pendidikan Gunung Walat 2 2 Pemanfaatan tumbuhan berdasarkan lokasi pengambilan 11 3 Tumbuhan berguna di pekarangan masyarakat 12 4 Habitus tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat 13 5 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan 14 6 Batang tusam yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar 16 DAFTAR LAMPIRAN 1 Nama desa yang berbatasan dengan Desa Hegarmanah 22 2 Komposisi jenis kelamin dan jumlah penduduk per dusun 22 3 Kelompok umur penduduk Desa Hegarmanah 22 4 Mata pencaharian penduduk Desa Hegarmanah 23 5 Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Hegarmanah 24 6 Spesies tumbuhan yang digunakan masyarakat beserta lokasi pengambilan 29 7 Tumbuhan obat dan kegunaannya di masyarakat Desa Hegarmanah 38

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak di Kecamatan Cicantayan dan Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Hutan Pendidikan Gunung Walat tersebut merupakan salah satu hasil kerjasama antara Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat. Usaha kerjasama tersebut dimulai sejak tahun 1961 oleh Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, sekarang bernama Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya, kawasan hutan Gunung Walat seluas ±359 ha melalui SK Menhut No 188/ Menhut II/ 2005 ditetapkan sebagai Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus yang pengelolaannya dilakukan oleh Fakultas Kehutanan IPB (Badan Eksekutif HPGW 2010). Hutan Pendidikan Gunung Walat memberikan banyak manfaat tidak hanya untuk kepentingan pendidikan bagi perguruan tinggi tetapi juga untuk menopang masyarakat sekitar HPGW. Kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar HPGW adalah masyarakat Desa Hegarmanah dan Desa Batununggal. Masyarakat di kedua desa tersebut masih memiliki interaksi dengan HPGW (Damayanti 2003). Interaksi tersebut diantaranya berupa pemanfaatan tumbuhan. Kegiatan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar HPGW berdasarkan Roslinda (2002) di antaranya adalah pengambilan kayu bakar, penghasil pangan, penghasil pakan ternak dan pemanfaatan tumbuhan obat. Sampai kini, kajian tentang pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar HPGW secara keseluruhan belum pernah dilakukan. Namun, kajian etnofitomedika (pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat) yang merupakan salah satu bagian etnobotani sudah pernah dilakukan. HPGW memiliki potensi tumbuhan obat mencapai 60 spesies (Fatmasari 2003). Tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat sekitar HPGW berjumlah 177 spesies dari 58 famili dan tiga spesies di antaranya diambil dari HPGW karena tidak tersedia di pasar atau di sekitar rumah mereka (Damayanti 2003). Praktek pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di Indonesia sudah banyak dilakukan tetapi penelitian terkait hal tersebut, belum banyak dilakukan. Pengetahuan lokal tentang pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat tersebut penting untuk didokumentasikan sehingga dapat menjadi data awal untuk pengembangan sumberdaya alam yang berkelanjutan. Penelitian ini perlu dilakukan untuk melengkapi data yang terkumpul sebelumnya. Tujuan Mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar HPGW. Keanekaragaman tersebut meliputi keanekaragaman kegunaan, famili, habitus dan lokasi pengambilan.

12 2 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan masukan bagi kebijakan pengelolaan HPGW terkait pengelolaan pemanfaatan tumbuhan secara berkelanjutan bersama masyarakat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, yang berbatasan langsung dengan HPGW, Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data lapangan dilakukan pada bulan Februari - Maret Sumber : Badan Eksekutif HPGW Gambar 1 Peta Citra Hutan Pendidikan Gunung Walat Jenis Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik responden dan spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar HPGW. Data sekunder terdiri dari data kondisi umum HPGW dan sosial budaya masyarakat. Data tersebut diperoleh dari pihak pengelola HPGW.

13 3 Alat Alat yang digunakan di antaranya sasak, label gantung, kertas koran, oven, alat penyemprot, kamera, alat tulis, field guide tumbuhan, laptop dan kuesioner. Metode Pengumpulan Data Tahapan Kegiatan Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahapan (Tabel 1). Data yang diambil meliputi kondisi umum HPGW, karakteristik responden,dan keanekaragaman tumbuhan berguna. Kemudian masing-masing data tersebut dianalisis secara deskriptif. Tabel 1 Tahapan kegiatan dan aspek yang dikaji No Jenis data Aspek yang dikaji Cara pengambilan Sumber data 1 Kajian kondisi umum HPGW Studi pustaka 2 Karakteristik responden 3 Kajian tumbuhan berguna 4 Pengolahan dan analisis data 1. Sejarah 2. Letak dan luas 3. Kondisi sosial masyrakat sekitar 1. Karakteristik umur 2. Jenis kelamin 3. Pendidikan terakhir 4. Pekerjaan 1. Spesies tumbuhan 2. Famili 3. Habitus 4. Lokasi Pengambilan 5. Kegunaan 6. Bagian yang dimanfaatkan 7. Cara pengolahan 8. Cara pemakaian 1. Pengolahan data 2. Analisis data Wawancara Wawancara dan survey langsung (observasi partisipatif) Pengamatan langsung dan identifikasi Pihak pengelola HPGW, Pemerintah Desa Hegarmanah Masyarakat sekitar HPGW Pengamatan di lapangan Observasi Partisipatif Observasi partisipatif dilakukan dengan cara mencatat aktivitas yang dilakukan secara sistematis. Peneliti terlibat dalam beberapa kegiatan informan, seperti berkebun, namun tidak mengikuti seluruh kegiatan penduduk seharian (Sugiyono 2007). Data yang dikumpulkan adalah mengenai pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan, bagian yang digunakan, lokasi pengambilan, habitus, dan cara penggunaan.

14 4 Wawancara Wawancara dilakukan kepada 30 responden dengan menggunakan kuesioner. Pemilihan responden menggunakan metode Purposive sampling. Sasaran responden adalah masyarakat Desa Hegarmanah yang masih memanfaatkan tumbuhan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data keanekaragaman tumbuhan yang dimanfaatkan, bagian tumbuhan yang digunakan, lokasi pengambilan tumbuhan, habitus tumbuhan, dan cara penggunaan tumbuhan. Identifikasi Tumbuhan Setiap tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar HPGW diidentifikasi dengan cek silang menggunakan literatur tentang tumbuhan yang ada. Literatur yang digunakan antara lain, van Steenis (1997), Zuhud dan Hikmat (2010), dan Arisandi dan Andriani (2005). Analisis Data Karakteristik Responden Data karakteristik responden disusun berdasarkan tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, dan karakteristik umur. Masing-masing data tersebut dihitung persentasenya dan dianalisis kaitannya dengan tingkat pemanfaatan tumbuhan secara deskriptif. Klasifikasi Pemanfaatan Tumbuhan Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan diklasifikasikan menjadi 8 kategori: tumbuhan obat, pangan, minuman, pakan, bahan bangunan, bahan bakar, aromatik, hias,dan kegunaan lainnya. Data tersebut dianalisis secara deskriptif. Persentase Habitus dan Bagian yang Digunakan Tumbuhan yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi partisipatif disusun berdasarkan spesies dan familinya untuk diketahui jumlah total spesies yang dimanfaatkan. Seluruh spesies yang dimanfaatkan dikelompokkan berdasarkan habitus, bagian yang digunakan dan lokasi pengambilan, lalu dihitung persentasenya. Perhitungan masing masing persentase menggunakan rumus:

15 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Hutan Pendidikan Gunung Walat Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan area hutan yang diperuntukkan sebagai hutan pendidikan berdasarkan surat Menhut No.008/Kpts/DJ/I/73. Pengelolaan HPGW seluas 359 ha diberikan kepada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor hingga waktu tidak terbatas sesuai dengan surat ketetapan Menteri Kehutanan No.SK.702/Menhut-II/2009 (Badan Eksekutif HPGW 2010). Kawasan HPGW terletak di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi. Secara astronomis HPGW terletak di koordinat LS dan BT (Kaban 2013). HPGW merupakan bagian dari pegunungan dan hampir seluruh kawasannya berada di ketinggian 500 mdpl. Tingkat kemiringan lereng dari Curam (15 25%) hingga sangat curam (>40%) (Badan Eksekutif HPGW 2010). Iklim HPGW berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson adalah bertipe B (basah) (Kaban 2013). Beberapa aliran air kecil mengalir sepanjang tahun ke arah selatan (Badan Eksekutif HPGW 2010). Saat ini penutupan lahan di HPGW telah mencapai 95% dari seluruh area. HPGW memiliki tegakan sejenis seperti agathis (Agathis loranthifolia), Pinus (Pinus merkusii), dan Puspa (Schima walichii) dan tegakan campuran terdiri dari mahoni (Swietenia mahagony), sengon (Paraseranthes falcataria), kayu afrika (Maesopsis eminii), rasamala (Altingia excelsa), meranti (Shorea sp), akasia (Acacia mangium), dan randu (Ceiba pentandra). Sebagian besar tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, yaitu untuk tumbuhan obat dan agroforestri. Tumbuhan obat HPGW mencapai 68 jenis yang telah dilaporkan dan spesies tumbuhan untuk agroforestri antara lain kapol (Amomum cardamomum), kopi (Coffea arabica), dan pisang (Musa sp.) (Badan Eksekutif HPGW 2010). HPGW memiliki beberapa mamalia yang dapat ditemukan antara lain kelelawar (Hipposideros larvatus, Rhinolophusaccumilatus, Rhinolophus affinis) (Himakova 2012) monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), bajing (Callosciurus sp), babi hutan (Sus scrofa), trenggiling (Manis javanica), dan musang (Paradoxurus hermahermaphroditic). Jenis burung mencapai 52 spesies dari 22 famili yang telah dilaporkan. Selain itu juga ada banyak dari spesies serangga dan herpetofauna (Badan Eksekutif HPGW 2010). Desa Hegarmanah Menurut Amallia (2010) pada tahun 1980 Desa Hegarmanah merupakan pemekaran dari Desa Cantayan, dengan pertimbangan letak desa terlalu jauh dari pusat desa, areal desa yang terlalu luas, jumlah penduduk yang sudah memungkinkan untuk pemekaran. Desa Hegarmanah awalnya terdiri dari 9 kampung yaitu Hegarmanah, Longkewang, Nangerang, Ciabad, Persil, Manggis, Cilubang, Pangkalan, Ciparay dan Citalahab. Saat ini Desa Hegarmanah terdiri atas 6 kampung yang sudah dipadatkan yaitu Hegarmanah, Longkewang, Nangerang, Cilubang, Ciparay dan Citalahab. Desa Hegarmanah secara administratif termasuk dalam Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi,

16 6 sedangkan secara geografis terletak di koordinat 6,57 LS dan 106,41 BT. Desa Hegarmanah berbatas dengan 6 desa (Lampiran 1). Desa Hegarmanah memiliki luas 1488,33 Ha yang terdiri atas hutan HPGW, perkebunan, persawahan, dan perkampungan masyarakat (Tabel 2). Penggunaan lahan terbesar untuk perkebunan yaitu seluas 1007,8 ha (67,71 %) dan terkecil untuk perkampungan seluas 49,5 ha (3,32%). Tabel 2 Pola penggunaan lahan No Penggunaan lahan Luas (ha) Persentase (%) 1 Perkebunan 1007,8 67,71 2 Hutan HPGW ,51 3 Persawahan 81 5,44 4 Perkampungan 49,5 3,32 Total 1488,3 100 Sumber: Potensi Desa Hegarmanah 2014 Data kependudukan yang dikeluarkan oleh balai desa tahun 2014 (Lampiran 2), penduduk Desa Hegarmanah berjumlah 6071 jiwa. Jumlah laki-laki (3058 jiwa) dan perempuan (3013 jiwa) hampir sebanding. Penduduk terbanyak berada di Dusun Cilubang yang mencapai 1374 jiwa dan jumlah penduduk terendah di Dusun Ciaparay sebanyak 666 jiwa. Usia produktif (15 64 tahun) memiliki jumlah terbanyak, yaitu 4073 jiwa atau 67,4% dari total penduduk (Lampiran 3). Penduduk yang bermata pencaharian buruh dan pelajar memiliki persentase tertinggi, yaitu 1234 jiwa (32,35%) dan 1458 jiwa (38,22%) sedangkan ustadz, supir, dan pensiunan hanya berjumlah 4 jiwa (0,1%) hingga 6 jiwa (0,16%) (Lampiran 4). Karakteristik Responden Jumlah responden adalah sebanyak 30 orang dengan persentase laki-laki dan perempuan sebanyak 60% dan 40%. Mayoritas kegiatan sampingan laki-laki adalah menggarap lahan, mencari kayu bakar, dan mencari pakan ternak. Pencarian rumput untuk pakan ternak dilakukan bergantian, bapak- bapak saat sore hari dan ibu-ibu di pagi hari (Roslinda 2002). Pencarian kayu biasanya dilakukan saat reponden akan pulang dari aktifitas di hutan maupun di kebun. Masyarakat Desa Hegarmanah yang banyak mengambil tumbuhan adalah ibu rumah tangga (26,67%). Hal tersebut karena ibu rumah tangga memiliki keterikatan yang kuat dengan penggunaan tumbuhan, diantaranya untuk memasak, pengobatan, dan pakan ternak. Selain itu penggunaan tumbuhan juga dilakukan oleh mak beurang (dukun beranak), tabib, buruh, penyadap getah pinus dan agathis, wiraswasta, dan pelajar (Tabel 3).

17 7 Tabel 3 Mata pencaharian dan jenis kelamin responden Jenis kelamin Jumlah Persentase No Pekerjaan Laki laki Perempuan total (%) 1 Ibu rumah tangga ,67 2 Buruh ,67 3 Penyadap ,67 4 Wiraswasta ,67 5 Tabib ,00 6 Pelajar ,00 7 Mak beurang (dukun beranak) ,33 Total Pendidikan masyarakat di sekitar HPGW masih rendah, bahkan beberapa masyarakat tidak bersekolah (Tabel 4). Sebagian besar masyarakat memiliki tingkat pendidikan sampai sekolah dasar (SD) (66,67%). Rendahnya tingkat pendidikan formal tersebut karena masyarakat memilih untuk bekerja setelah tamat SD.dan pekerjaan yang mereka pilih tidak memerlukan tingkat pendidikan formal yang tinggi. Selain itu juga tidak lepas dari tingkat ekonomi masyarakat. Masyarakat yang mampu menggapai pendidikan tingkat sarjana pada umumnya hanya masyarakat yang memiliki kemampuan ekonomi yang cukup. No Tingkat pendidikan Tabel 4 Tingkat pendidikan dan kelas umur responden Kelas umur Jumlah Remaja Dewasa total Lanjut usia Persentase (%) 1 SD ,67 2 Sarjana (S1) SMA SMP ,67 5 Tidak bersekolah ,67 Total Kelas umur responden dibagi menjadi 3, yaitu remaja (10-19 tahun), dewasa (20-59 tahun) dan lanjut usia ( 60 tahun) (Tabel 4). Responden di kelas umur remaja berjumlah 2 orang (7%) yang semuanya berstatus sebagai pelajar. Pelajar hanya sedikit mengetahui tentang pemanfaatan tumbuhan secara tradisional dibandingkan dengan responden yang bermata pencaharian lain. Kelas umur dewasa berjumlah 21 orang (70%) karena kelas umur ini merupakan kelas umur produktif. Terdapat banyak responden dengan berbagai mata pencaharian di kelas umur ini. Pemanfaatan tumbuhan oleh kelas umur produktif merupakan yang tertinggi. Kelas umur lanjut usia berjumlah 7 orang (23%). Responden di kelas umur ini bekerja sebagai tabib, wiraswasta dan penyadap. Pengetahuan tentang tumbuhan berguna oleh kelas umur ini merupakan yang tertinggi. Kebutuhan akan pendidikan meningkat pada responden yang diwawancara. Seluruh responden kelas umur remaja bersekolah bahkan hingga

18 8 tingkat sarjana, kemudian pada kelas umur dewasa sebagian besar hanya hingga tingkat SD, dan responden yang tidak mengeyam pendidikan formal hanya pada kelas umur lanjut usia. Pada kelas umur lanjut usia, responden dengan tingkat pendidikan hingga sarjana merupakan penduduk pendatang. Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Habitus dan Bagian yang Digunakan Masyarakat Desa Hegarmanah memanfaatkan 176 spesies tumbuhan dari 81 famili (Lampiran 5) untuk berbagai kegunaan. Beberapa spesies tersebut memiliki varietas lebih dari satu. Spesies tumbuhan yang ditemukan dikelompokkan menjadi delapan tipe habitus, yaitu pohon, perdu, semak, herba, liana, bambu, palma, dan epifit. Habitus dengan persentase tertinggi adalah herba (36,56%), sedangkan epifit (1,08%) merupakan habitus dengan persentase terendah (Tabel 5). Tabel 5 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan habitusnya No Habitus Jumlah Persentase (%) 1 Herba 60 34,09 2 Pohon 52 29,55 3 Perdu 30 17,05 4 Semak 13 7,39 5 Liana 11 6,25 6 Bambu 4 2,27 7 Palma 4 2,27 8 Epifit 2 1,14 Jumlah Tumbuhan berhabitus herba digunakan pada hampir semua kelompok kegunaan, kecuali pada kelompok kegunaan bahan bangunan dan bahan bakar. Tumbuhan berhabitus herba banyak digunakan karena mudah diperoleh dan mudah pengambilannya. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya, herba lebih cepat tumbuh dan lebih cepat dapat diambil hasilnya Selain berdasarkan habitus, tumbuhan yang digunakan juga dikelompokkan berdasarkan bagian yang digunakan. Pengelompokkan tersebut karena biasanya masyarakat menggunakan tumbuhan pada bagian tertentu saja. Berdasarkan hasil pengelompokkan, terdapat 10 bagian tumbuhan yang dimanfaatkan, yaitu getah, akar, batang, buah, kulit buah, bunga, daun, umbi, rimpang, dan seluruh bagian. Daun merupakan bagian yang paling banyak digunakan, yaitu sebesar 51,61 % (96 spesies) dibandingkan dengan bagian tumbuhan lain (Tabel 6).

19 9 Tabel 6 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan bagian yang digunakan No Bagian yang digunakan Jumlah bagian Persentase (%) 1 Daun 96 51,61 2 Batang 22 11,82 3 Buah 19 10,21 4 Getah 16 8,60 5 Rimpang 10 5,37 6 Bunga 9 4,83 7 Akar 6 3,22 8 Umbi 4 2,15 9 Kulit buah 2 1,07 10 Seluruh bagian 2 1,07 Jumlah Besarnya persentase penggunaan daun dapat mengindikasikan bahwa daun merupakan bagian yang memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Selain itu, daun merupakan bagian yang paling mudah diperoleh dan dapat. Penggunaan bagian daun juga merupakan bentuk dari upaya konservasi karena tidak mengganggu tumbuhannya seperti jika menggunakan akar, batang, getah atau kulit batang. Bahkan untuk penggunaannya, daun dapat juga digunakan secara langsung atau dimakan langsung tanpa proses pengolahan terlebih dahulu (Handayani 2010). Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Kegunaaan Total spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Hergarmanah adalah sebanyak 176 spesies dari 81 famili. Tumbuhan tersebut diklasifikasikan ke dalam 8 kelompok kegunaan, yaitu tumbuhan obat, pangan, estetika, bahan bakar, bahan bangunan, tumbuhan aromatik, pakan ternak, dan untuk kegunaan lain. Satu tumbuhan dapat memiliki beberapa kegunaan. Dilihat dari penggunaannya, tumbuhan obat (127 spesies) merupakan kelompok yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Desa Hegarmanah dibandingkan dengan kelompok tumbuhan lainnya (Tabel 7). Tabel 7 Keanekaragaman tumbuhan berdasarkan kegunaannya No Kegunaan Jumlah spesies Jumlah famili 1 Obat Pangan Pakan ternak Bahan bangunan Bahan bakar Hias Kegunaan lain Aromatik 4 4 Jumlah

20 10 Multipurpose Species Multipurpose species merupakan jenis dengan lebih dari satu jasa atau fungsi produksi (Burley & Wood 1991). Pada dasarnya semua pohon merupakan multipurpose species, tetapi di antaranya terdapat spesies yang memiliki manfaat lebih banyak dari spesies lain (Nair 1993). Dari hasil wawancara, terdapat 47 multipurpose species, delapan spesies diantaranya memiliki manfaat terbanyak (Tabel 8). Kedelapan spesies tersebut merupakan pohon penghasil buah. Pohon tersebut daunnya digunakan untuk obat atau pakan ternak, kayu ranting untuk bahan bakar dan batangnya untuk bahan bangunan. Masyarakat memperoleh kedelapan pohon tersebut dari kebun mereka. Multipurpose species unggulan lokal merupakan multipurpose species yang memiliki keunggulan secara ekologi dan sosial di wilayah setempat. Ciri spesies tersebut adalah berasal dari habitat setempat, telah beradaptasi dengan lingkungan sekitar, bernilai kelestarian keanekaragaman hayati, bermanfaat secara finansial dan disukai masyarakat (Suyanto et al. 2009). Tabel 8 Multipurpose species yang dimanfaatkan masyarakat No Nama spesies Nama ilmiah Kegunaan Jumlah kegunaan 1 Kelapa Cocos nucifera Obat, pangan, bahan bakar, 5 bahan bangunan, kegunaan lain 2 Nangka Artocarpus Obat, pangan, pakan ternak, 5 heterophyllus bahan bakar, bahan bangunan 3 Durian Durio zibethines Obat, pangan, bahan bakar, 4 bahan bangunan 4 Jengkol Pithecellobium Obat, pangan, bahan bakar, 4 jiringa bahan bangunan 5 Kawung Arenga pinnata Obat, pangan, bahan bakar, 4 kegunaan lain 6 Manggis Garcinia mangostana Obat, pangan, pakan ternak, bahan bangunan 4 7 Rambutan Nephelium lappaceum Obat, pangan, bahan bakar, bahan bangunan 4 8 Sengon Paraserianthes falcataria Pakan ternak, bahan bakar, bahan bangunan, kegunaan lain 4 Dari delapan spesies tumbuhan tersebut, kelapa (Cocos nucifera) dan nangka (Artocarpus heterophyllus) merupakan spesies dengan kegunaan paling banyak. Kedua spesies tersebut memiliki 5 kegunaan, diantaranya untuk obat, pangan, bahan bakar, bahan bangunan dan kegunaan lain, sehingga dapat dikategorikan sebagai multipurpose species unggulan lokal di Desa Hegarmanah. Hasil penelitian Suyanto et al. (2009) juga melaporkan bahwa kelapa dan nangka merupakan multipurpose species unggulan lokal di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Berdasarkan manfaat nilai ekonomi, manggis (Garcinia mangostana) merupakan spesies unggulan Desa Hegarmanah. Bagian yang memiliki nilai ekonomi tinggi, yaitu buahnya. Desa Hegarmanah memiliki potensi pohon di area seluas 50 ha. Area tersebut merupakan gabungan luas dari kebun - kebun

21 11 manggis milik masyarakat. Hasil wawancara menunjukkan bahwa saat musim panen, jumlah buah manggis berkisar 50 ton/ hari dengan harga jual / Kg. Keanekaragaman Tumbuhan Berdasarkan Lokasi Pengambilan Spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh masyarakat berasal dari berbagai lokasi, yaitu hutan, kebun dan pekarangan rumah (Lampiran 6). Spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagian besar diambil dari pekarangan, sebesar 61% (185 spesies) (Gambar 1). Tumbuhan yang berasal dari kebun sebesar 34% (105 spesies) dan tumbuhan yang berasal dari hutan hanya sebesar 5% (16 spesies). Hutan 5% Pekarangan 61% Kebun 34% Gambar 2 Pemanfaatan tumbuhan berdasarkan lokasi pengambilan Masyarakat Desa Hegarmanah biasanya memiliki pekarangan yang ditanami oleh berbagai macam tumbuhan (Gambar 2), mulai dari pepohonan sampai herba. Tumbuhan berguna yang berasal dari pekarangan tidak hanya merupakan tumbuhan yang ditanam oleh masyarakat, tetapi juga berasal dari tumbuhan yang tumbuh secara liar. Berbagai macam tumbuhan berguna yang dapat diperoleh dari pekarangan tersebut, diantaranya tumbuhan obat, aromatik, pakan ternak, pangan, hias, dan bahan bangunan. Semua tumbuhan hias yang dimanfaatkan oleh masyarakat berasal dari pekarangan. Selain di pekarangan, masyarakat juga memperoleh tumbuhan berguna dari kebun. Beberapa tumbuhan yang berasal dari pekarangan dan hutan dapat diperoleh dari kebun masyarakat. Tumbuhan yang diambil dari kebun sebagian besar merupakan tumbuhan budidaya, dan sisanya merupakan tumbuhan liar. Seluruh delapan kegunaan tumbuhan dapat ditemui di kebun. Lokasi pengambilan tumbuhan berguna yang paling sedikit adalah hutan. Hal ini dikarenakan adanya larangan mengambil tumbuhan yang berasal dari hutan. Hanya beberapa spesies tumbuhan yang diperoleh masyarakat dari hutan (HPGW). Tumbuhan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan pengobatan, bahan bakar, bahan bangunan, dan pangan. Beberapa tumbuhan obat yang berasal dari hutan (HPGW) tidak bisa ditemui di kebun atau pekarangan masyarakat seperti paku rane (Selaginella plana), ki koneng (Fibraurea chloroleuca), dan kapol (Amomum Cardamomum). Paku rane merupakan salah satu tumbuhan yang hanya diperoleh masyarakat di Hutan HPGW (Damayanti 2003).

22 12 Gambar 3 Tumbuhan berguna di pekarangan masyarakat Tumbuhan Obat Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Hegarmanah sebagai obat mempunyai jumlah spesies terbanyak jika dibandingkan dengan kelompok kegunaan lainnya. Masyarakat Desa Hegarmanah memanfaatkan sebanyak 127 spesies tumbuhan obat dari 52 famili (Lampiran 7). Spesies tumbuhan obat yang paling banyak digunakan adalah famili Zingiberaceae. Pemanfaatan tumbuhan obat dari famili Zingiberaceae mencapai 19 spesies. Hal ini disebabkan spesies tumbuhan dari famili Zingiberaceae merupakan spesies tumbuhan yang paling mudah diperoleh masyarakat dan memiliki sejumlah kegunaan lain, yaitu untuk bumbu masak dan pangan. Penggunaan tumbuhan obat ada yang dipakai secara tunggal atau dicampur dengan tumbuhan lain. Sebagian besar tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Hegarmanah digunakan secara tunggal. Beberapa tumbuhan tersebut diantaranya memiliki kegunanaan untuk mengobati demam, batuk, luka, diare, darah tinggi dan kesehatan kewanitaan (Tabel 9). No Nama spesies Tabel 9 Beberapa spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan Nama ilmiah Kegunaan Bagian yang digunakan 1 Antanan Centella asiatica Sakit pinggang Semua 2 Buntiris Kalanchoe latifolia Demam Daun 3 Jahe Zingiber officinale Pusing Rimpang menengah 4 Kapol Amomum cardamomum Batuk Batang 5 Kayu manis Cinnamomum burmanii Stamina Kulit kayu 6 Ki piit Maesa latifolia Meningkatkan asi Daun 7 Ki urat Plantago major Luka iris Daun 8 Kunyit Curcuma domestica Maag Umbi 9 Lada Piper nigrum Mual Biji 10 Lempuyang Zingiber aromaticum Sakit perut, diare Rimpang 11 Paku rane Selaginella plana Setelah melahirkan Daun 12 Reundeu Staurogyne elongata Kencing batu Daun 13 Sembung Blumea balsamifera Setelah melahirkan Daun 14 Sirih merah Piper crocatum Darah tinggi Daun 15 Tepus Achasma megalocheilos Batuk Umbi

23 13 Masyarakat Desa Hegarmanah banyak menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit batuk dan demam. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat mengobati batuk adalah kapulaga (Amomum cardamomum). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hariana (2008) bahwa kapulaga memiliki efek farmakologis berupa obat batuk, obat perut kembung, penurun panas, antitusif, peluruh dahak dan anti muntah karena memiliki kandungan bahan kimia sineol, terpineol, alfaborneol, dan beta-kamper. Tumbuhan tersebut dimanfaatkan buah dan batangnya. Kapulaga digunakan sebagai obat batuk dengan cara dituak pada tiga batang yang berdekatan, lalu diminum airnya, sedangkan pengolahan buahnya dilakukan dengan cara digerus kemudian ditambah air hangat lalu diminum. Buah kapulaga memiliki rasa agak pahit dan bersifat hangat. Tumbuhan obat yang terdapat di Desa Hegarmanah meliputi bermacam tipe habitus. Tumbuhan ini kemudian dikelompokkan ke dalam 5 tipe habitus, yaitu pohon, perdu, bambu, herba, dan liana. Kelompok habitus tumbuhan yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah herba. Penggunaan tumbuhan obat berhabitus herba mencapai 40% (Gambar 3). liana 7% Bambu 2% perdu 26% herba 40% pohon 25% Gambar 4 Habitus tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat Habitus herba paling banyak dimanfaatkan karena mudah didapat dan ditemukan. Reundeu merupakan contoh tumbuhan berhabitus herba yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar HPGW. Khasiat daun reundeu (Staurogyne elongata) adalah mengobati kencing batu. Pemanfaatannya dengan cara dilalab (dimakan langsung). Kandungan kimia reunde belum banyak diketahui, namun spesies Stauroginaceae diketahui memiliki efek farmakologis sebagai diuretik dan peluruh urine (Hariana 2008) Spesies tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan memiliki khasiat obat pada satu, beberapa atau semua bagian tubuhnya. Satu bagian tumbuhan dapat memiliki khasiat berbeda dengan bagian lainnya dalam satu spesies. Bagian tumbuhan yang dipakai untuk pengobatan dibedakan menjadi akar, batang, batang pagagan, kulit batang, getah, daun, bunga, biji, buah, kulit buah, rimpang, umbi, kulit umbi, seluruh bagian (Gambar 4).

24 14 60,0 50,0 persentase (%) 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0 Bagian yang digunakan Gambar 5 Persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan Daun (48,5%) adalah bagian tumbuhan yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Hegarmanah. Pemanfaatan daun mendominansi dan mencapai hampir setengah dari presentase bagian tumbuhan obat yang digunakan (Gambar 4). Bagian daun banyak digunakan karena mudah diperoleh, mudah diolah dan mudah diramu dibandingkan dengan bagian lainnya, serta merupakan bagian yang mengandung banyak zat yang berkhasiat obat (Hamzari 2008). Sebagian besar pengolahan daun dilakukan dengan cara direbus/ digodog. Tumbuhan Pangan Tumbuhan pangan yang dimanfaatkan masyarakat Desa Hegarmanah sebanyak 59 spesies dari 37 famili. Buah merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan dari tumbuhan pangan. Buah-buahan ini didapatkan masyarakat dari kebun mereka sendiri. Buah tersebut, diantaranya durian, dukuh, jambu, jeruk, kakao, kedondong, kelapa, nangka, manggis, sirsak, dan rambutan. Masyarakat Desa Hegarmanah mengambil kapulaga (Amomum cardamomum) dan beragam varietas pisang (Musa paradisiaca) hanya dari kawasan HPGW. Kapulaga dan pisang merupakan komoditas yang masih dihasilkan dari lahan agroforest di HPGW. Febriani (2003) melaporkan beberapa komoditas lain yang dihasilkan dari lahan agroforest, yaitu kopi, singkong, padi, talas, dan kacang-kacangan. Tumbuhan Hias Terdapat 14 spesies tumbuhan dari 12 famili yang dimanfaatkan masyarakat sebagai tumbuhan hias (Tabel 10). Masyarakat memperoleh bibit tanaman tersebut dengan cara membeli. Beberapa tumbuhan hias juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pagar pekarangan. Oleh karena itu, tumbuhan hias ini berfungsi ganda, yaitu sebagai penghias sekaligus menjadi pagar pekarangan. Dari spesies tumbuhan yang ditemukan tidak berasal dari HPGW.

25 15 Tabel 10 Spesies tumbuhan hias No Nama spesies Nama ilmiah Bagian 1 Anggrek bulan Phalaenopsis amabilis Bunga 2 Anggrek uncal Cymbidium pubescens Bunga 3 Awi hitam Bambusa sp Batang 4 Nanas kerang Rhoeo spathacea Daun 5 Iris Iris sp Daun 6 Hanjuang Cordyline fructicosa Daun 7 Kadaka Asplenium nidus Daun 8 Kanyere Bridelia tomentosa Daun 9 Kedondong cina Spandias sp Daun 10 Kemang Mangifera kemanga Daun Bahan Bakar Sebanyak 80 % Masyarakat Desa Hegarmanah masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak (Amallia 2010). Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar ialah sebanyak 18 spesies dari 16 famili, beberapa spesies diantaranya adalah bambu, damar, kawung, pinus (Tabel 11). Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan untuk bahan bakar adalah tusam (Pinus merkusii). Batang tusam menggantung getah yang mudah terbakar sehingga digunakan sebagai pematik api (Gambar 5). Sebagian besar masyarakat mengambil kayu bakar dari kebun mereka. Seluruh responden mengetahui bahwa pengambilan kayu bahan bakar di HPGW diperbolehkan untuk ranting yang sudah jatuh, sudah kering dan berdiameter maksimal 5 cm. Hanya beberapa responden saja yang mengambil kayu dari HPGW, hal ini karena takut ditegur oleh pengelola HPGW. Masyarakat Desa Hegarmanah menggunakan kayu sulangkar untuk bahan bakar kecuali di Kampung Nangerang. Masyarakat Kampung Nangerang menganggap bahwa penggunaan kayu sulangkar merupakan hal yang pamali. Mereka percaya bahwa akan ada ular yang masuk ke rumah jika kayu ini digunakan. Tabel 11 Beberapa spesies tumbuhan yang dimanfaatkan untuk kayu bakar No Nama spesies Nama ilmiah Bagian 1 Bambu Bambusa sp Batang 2 Damar Agathis dammara Batang, ranting 3 Durian Durio zibethines Batang, ranting 4 Harendong besar Bellucia axinanthera Batang, ranting 5 Jeunjing/ sengon Paraserianthes falcataria Batang, ranting 6 Kawung Arenga pinnata Dahan 7 Kelapa Cocos nucifera Dahan 8 Manii/ afrika Maesopsis eminii Batang, ranting 9 Nangka Artocarpus heterophyllus Batang, ranting 10 Pinus Pinus merkusii Batang, ranting 11 Randu Ceiba petandra Batang, ranting 12 Sulangkar Leea indica Batang, ranting 13 Suren Toona sureni Batang, ranting

26 16 Gambar 6 Batang coakan pinus yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar Bahan Bangunan Seluruh kayu yang digunakan untuk keperluan bahan bangunan tidak diperoleh dari HPGW. Hal tersebut karena masyarakat sadar akan ancaman kekeringan akibat penebangan dan penggundulan HPGW (Damayanti 2003). Kayu untuk keperluan bahan bangunan tersebut diperoleh dari kebun sendiri atau dengan cara membeli. Duren, nangka, kelapa, jengkol, dukuh, manggis, rambutan, dan pete (Tabel 12) merupakan pohon yang dimanfaatkan kayunya jika sudah tidak produktif menghasilkan buah. Di lain sisi, bambu (Bambusa sp) dan sengon (Paraserienthes falcataria) merupakan pohon yang sengaja ditanam untuk keperluan bahan bangunan cadangan Hal ini sesuai dengan Amallia (2010) yang menyatakan bahwa spesies yang digunakan masyarakat Desa Hegarmanah untuk hutan rakyat adalah jenis sengon, mahoni dan suren Tabel 12 Beberapa spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan No Nama spesies Nama ilmiah 1 Bambu Bambusa sp 2 Dukuh/ pisitan Lansium domesticum 3 Duren Durio zubethinus 4 Jengkol Pithecellobium jiringa 5 Jeunjing/ sengon Paraserienthes falcataria 6 Kelapa Cocos nucifera 7 Manggis Garcinia mangostana 8 Nangka Artocarpus heterophyllus 9 Pete Parkia speciosa 10 Puspa Schima walichi 11 Rambutan Nephelium lappaceum Tumbuhan Aromatik Terdapat 4 spesies yang digunakan masyarakat untuk tumbuhan aromatik (Tabel 13), yaitu pandan, salam, puti malu, dan sedap malam. Tumbuhan aromatik digunakan untuk memberi aroma wangi pada ruangan dan makanan. Salam (Syzygium polyanthum) dan pandan (Pandanus amarylifolius) merupakan spesies yang digunakan untuk mengharumkan makanan. Salam dan pandan diperoleh masyarakat dari pekarangan mereka. Sedangkan putri malu digunakan untuk

27 17 menyerap aroma tidak sedap di dalam rumah. Penggunaan putri malu dengan meletakkan seluruh bagian dari putri malu di ruangan. Sebagian besar masyarakat kurang mengetahui penggunaan tumbuhan aromatik sehingga membeli pengharum ruangan. Tabel 13 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan aromatik No Nama spesies Nama ilmiah Kegunaan 1 Putri malu Mimosa platifoliaudica Ruangan 2 Sedap malam Polianthes tuberose Ruangan 3 Pandan Pandanus amarylifolius Makanan 4 Salam Syzygium polyanthum Makanan Tumbuhan Pakan Ternak Salah satu mata pencaharian sampingan masyarakat Desa Hegarmanah adalah berternak (Roslinda 2002). Masyarakat memenuhi kebutuhan pakan ternak dari kebunnya sendiri. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 24 spesies dari 19 famili tumbuhan yang digunakan masyarakat Desa Hegarmanah untuk pakan ternak. Sepuluh spesies diantaranya merupakan tumbuhan yang paling banyak digunakan masyarakat untuk pakan ternak (Tabel 14). Masyarakat mengambil rumput untuk ternak di daerah perbatasan HPGW. Menurut hasil wawancara, pakan ternak tidak dikhususkan daun tumbuhan tertentu sehingga dapat diberikan semua daun yang mau dimakan oleh ternak. Sumber pakan yang utama adalah daun singkong (Manihot utillisma) dan jukut pait (Anastrophus compressus). Hal ini karena daun singkong dan jukut pait banyak dan mudah didapat. Tabel 14 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak No Nama lokal Nama Ilmiah 1 Beunying Ficus fistulosa 2 Cacabean Ludwigia octovalvis 3 Eurih Imperata cylindrica 4 Hanjuang Cordyline fructicosa 5 Jukut bulu Paspalum conjugatum 6 Jukut pait Anastrophus compressus 7 Jukut raket Microstegium ciliatum 8 Jeunjing/ Sengon Paraserienthes falcataria 9 Kaliandra Calliandra calothyrsus 10 Singkong/ sampeu Manihot utillisma Kegunaan Lain Spesies tumbuhan dengan kegunaan lain yang ditemukan antara lain untuk sarung golok, pelampung pancing, bio pestisida, dan untuk hiasan. Spesies untuk kegunaan ini berjumlah 11 spesies. Menurut salah satu pembuat sarung golok di Desa Hegarmanah, urutan kualitas kayu untuk sarung golok, yaitu Jati (Tectona grandis), Sonokeling (Dalbergia latifolia), dan pasang jame (Quercus sp). Keberadaan pembuat sarung golok saat ini sudah semakin berkurang karena proses transfer ilmu yang tidak berjalan lancar.

28 18 Tabel 15 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan untuk kegunaan lain No Nama spesies Nama ilmiah Bagian yang dimanfaatkan Kegunaan 1 Jati Tectona grandis Batang Sarung golok 2 Jeunjing Paraserienthes falcataria Batang Pelampung pancing 3 Kawung Arenga pinnata Daun Bungkus tembakau rokok 4 Kelapa Cocos nucifera Daun muda Hiasan hajatan 5 Pasang jame Quercus sp Batang Sarung golok 6 Picung Pangium edule Buah Racun ikan 7 Rengasa Amomum dealbatum Daun Sawah bio-pestisida 8 Sonokeling Dalbergia latifolia Batanzg Sarung golok 9 Suren Toona sureni Batang Mainan 10 Talas/cariang Colocasia esculenta Daun Pagar sawah 11 Tualeteng Derris elliptica Seluruh bagian Racun ikan Beberapa responden masih berburu ikan di sungai untuk menambah lauk di rumahnya. Proses berburu ini dengan menggunakan picung (Pangium edule) dan tualeteng (Derris eliptica), tetapi penggunaan spesies tersebut tidak di dekat perkampungan karena akan berbahaya bagi sumber air warga., Penggunaan sengon (Paraserianthes falcataria)sebagai bahan pelampung pancing karena sengon mudah dibentuk dan murah, penggunaan bio pestisida rengasa (Amomum dealbatum) juga sudah mulai berkurang karena masyarakat cenderung beralih ke pestisida buatan yang praktis. Penurunan Pemanfaatan Tumbuhan di HPGW Penurunan tumbuhan yang dimanfaatkan di HPGW (Tabel 16). Roslinda (2002) meneliti tumbuhan di HPGW yang dimanfaatkan dan bernilai ekonomi oleh masyarakat Desa Hegarmanah. Damayanti (2003) meneliti tumbuhan obat yang dimanfaatkan masyarakat sekitar HPGW dan potensinya di HPGW. Selain itu, Fatmasari (2003) meneliti tumbuhan yang berpotensi untuk obat di HPGW. Tabel 16 Penurunan pemanfaatan tumbuhan di HPGW No Kelompok Jumlah spesies menurut peneliti kegunaan Roslinda (2002) Damayanti (2003) Fatmasari (2003) Penelitian ini (2014) 1 Obat Pangan Hias Aromatik Bahan Bangunan Bahan bakar Pakan ternak Kegunaan lain Total

29 19 Pada penelitian Damayanti (2003) ditemukan 177 spesies tumbuhan obat yang digunakan pada masyarakat di Desa Cantayan dan Hegarmanah, dan 60 spesies pada penelitian Fatmasari (2003) yang meneliti tumbuhan obat di HPGW, sedangkan pada penelitian ini ditemukan 127 spesies tumbuhan obat. Dari data tersebut terlihat adanya indikasi penurunan jumlah penggunaan tumbuhan untuk obat. Hal ini karena masyarakat cenderung memilih obat instan yang tersedia di warung atau berobat ke puskesmas Indikasi penurunan tidak hanya terlihat dari penggunaan tumbuhan obat tetapi juga dari penggunaan tumbuhan untuk pangan hias dan kayu bakar. Indikasi tersebut terlihat dari hasil pengamatan, yaitu tidak ditemukan pengunaan Pakis Hijau (Cyagroforestricas rumphii) untuk sumber pangan liar dan Remuguling (Schefflera actinophylla) sebagai tumbuhan hias yang dijualbelikan. Penyebab penurunan jumlah pemanfaatan tumbuhan secara tradisional diantaranya, karena terdapat perubahan gaya hidup pada masyarakat (Handayani 2010) dan melemahnya program agroforestri yang dijalankan. Berdasarkan wawancara, program agroforestri oleh HPGW saat ini kurang maksimal, sehingga banyak potensi tumbuhan yang tidak lagi dimanfaatkan oleh masyarakat SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Masyarakat memanfaatkan keanekaragaman tumbuhan dengan cukup tinggi. Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan berjumlah 176 spesies dari 81 famili, dengan beranekaragam kegunaan, yaitu tumbuhan untuk obat 127 spesies, pangan 59 spesies, pakan ternak 37 spesies, bahan bangunan 22 spesies, bahan bakar 18 spesies, hias 14 spesies, aromatik 4 spesies, dan kegunaan lain 12 spesies. Beranekaragam tumbuhan tersebut didapat masyarakat dari pekarangan, kebun dan hutan HPGW. Pekarangan merupakan lokasi pengambilan tumbuhan terbanyak dengan presentase 61%, sedangkan dari kebun sebesar 34%, dan sisanya diperoleh dari hutan HPGW sebesar 5%. Saran Dalam rangka pengelolaan pemanfaatan tumbuhan berkelanjutan, HPGW perlu menggalang kembali program agroforestri dan membuka peluang kerjasama masyarakat dengan para stakeholder. Selain itu, sosialisasi kebijakan yang berkaitan dengan pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat perlu dilakukan lebih gencar sehingga masyarakat dapat berpartisipasi pada kelestariannya. Masyarakat dapat berpartisipasi dengan kegiatan membudidayakannya dan mengelolanya secara mandiri.

30 20 DAFTAR PUSTAKA Amallia D Potensi pengembangan hutan rakyat di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Anggana AF Kajian etnobotani masyarakat di sekitar Taman Nasional Gunung Merapi (studi kasus di Desa Umbulharjo, Sidorejo, Wonodoyo dan Ngablak) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Arisandi Y, Andriani Y Khasiat tanaman obat. Jakarta (ID): Pustaka Buku Murah. Badan Eksekutif HPGW Management Plan of Gunung Walat Educational Forest. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Burley J, Wood PJ A Tree for All Reasons: The Introduction and Evaluation of Multipurpose Trees for Agroforestry. Nairobi (KE): ICRAF. Damayanti EK Kajian tumbuhan obat berdasarkan kelompok penyakit penting pada berbagai etnis di Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Damayanti EK Pengelolaan hutan secara lestari berbasiskan tumbuhan obat: studi kasus di Hutan Pendidikan Gunung Walat, IPB [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Fatmasari M Studi potensi tumbuhan obat di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Febriani D Telaah kondisi petani penggarap system agroforestry Hutan Pendidikan Gunung Walat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hamzari Identifikasi tanaman obat obatan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan Tabo-Tabo. Hutan dan Masyarakat, 3(2): Handayani A Etnobotani masyarakat sekitar kawasan Cagar Alam Gunung Simpang (Studi kasus di Desa Balegede, Kecamatan Naringgul, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Hariana Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [HIMAKOVA] Himpunan Mahasiswa Konservasi sumberdaya hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor Laporan eksplorasi dan inventarisasi keanekaragaman mamalia di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kaban A Keanekaragaman jenis burung pada beberapa tipe tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Nair PKR An Introduction to Agroforestry. Dordrecht (NL): Kluwers Academic Publisher Group. Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi Potensi Desa Hegarmanah tahun Sukabumi (ID): tidak diterbitkan. Roslinda E Nilai ekonomi Hutan Pendidikan Gunung Walat dan kontribusinya terhadap masyarakat sekitar [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

31 Sugiyono Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung (ID): Alfabeta. Suyanto, Hafizianto, Nugroho Y Inventarisasi jenis-jenis pohon bermanfaat ganda unggulan lokal (multi purpose tree species) berdasarkan kondisi ekologisnya dalam rangka upaya rehabilitasi lahan kritis di Kabupaten Banjar. Jurnal Hutan Borneo 2009 (26): Van Steenis CGGJ Flora untuk sekolah di Indonesia. Jakarta (ID): PT Pradnya Paramita. Zuhud EAM, Hikmat A Field guide tumbuhan obat Kampus Konservasi keanekaragaman Hayati IPB Dramaga. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 21

32 22 Lampiran 1 Nama desa yang berbatasan dengan Desa Hegarmanah No Arah batas Nama desa 1 Utara Desa Batununggal, Kecamatan Cibadak 2 Timur Desa Cantayan dan Sukadamai, Kecamatan Cicantayan 3 Selatan Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar 4 Barat Desa Sekarwangi dan Sukamulya, Kecamatan Cikembar Sumber: Amallia (2010) Lampiran 2 Komposisi jenis kelamin dan jumlah penduduk per dusun No Nama dusun Laki laki Perempuan Jumlah 1 Cilubang Hegarmanah Nanggerang Longkewang Pangkalan Ciparay Total Sumber: Potensi Desa Hegarmanah Tahun 2014 Lampiran 3 Kelompok umur penduduk Desa Hegarmanah No Kelas umur (tahun) Jumlah Persentase (%) , , , , , , , , ,74 Total Sumber: Potensi Desa Hegarmanah tahun 2014

33 Lampiran 4 Mata pencaharian penduduk Desa Hegarmanah No Nama mata pencaharian Jumlah Persentase (%) 1 Pelajar ,22 2 Buruh ,35 3 Pedagang ,75 4 Wiraswasta 243 6,37 5 Petani 190 4,98 6 Tukang 86 2,25 7 Peternak 57 1,49 8 Guru 50 1,31 9 PNS 33 0,87 10 Maraji/ Dukun beranak 18 0,47 11 Mekanik 10 0,26 12 PRT 10 0,26 13 Supir 6 0,16 14 Ustadz 6 0,16 15 Pensiunan 4 0,10 Total Sumber: Potensi Desa Hegarmanah tahun

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 15 III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Lokasi dan Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) terletak 2,4 km dari poros jalan Sukabumi - Bogor (desa Segog). Dari simpang Ciawi berjarak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) BUDIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Hutan Pendidikan Gunung Walat Data Badan Pengelola HPGW tahun 2012 menunjukkan bahwa kawasan HPGW sudah mulai ditanami pohon damar (Agathis loranthifolia)

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kampung Adat Dukuh Desa Ciroyom, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Agroforestri di Lokasi Penelitian Lahan agroforestri di Desa Bangunjaya pada umumnya didominasi dengan jenis tanaman buah, yaitu: Durian (Durio zibethinus),

Lebih terperinci

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) TINGKAT KONSUMSI KAYU BAKAR MASYARAKAT DESA SEKITAR HUTAN (Kasus Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat) BUDIYANTO DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Gunung Walat Pembangunan Hutan Pendidikan Kehutanan berawal pada tahun 1959, ketika Fakultas Kehutanan IPB masih merupakan Jurusan Kehutanan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran dan Keragaman Jenis Tanaman Pada lokasi gunung parakasak, tidak dilakukan pembuatan plot vegetasi dan hanya dilakukan kegiatan eksplorasi. Terdapat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur Umur seseorang merupakan salah satu karakteristik internal individu yang ikut mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu tersebut.

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI

PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PULOSARI PEGUNUNGAN AKARSARI Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Alam Kabupaten Pandegalang dan Serang Propinsi

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 12 BAB III METODOLOGI PENELIT TIAN 31 Waktu dan Tempat Penelitian inii dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010 yang berlokasi di TAHURA Inten Dewata dimana terdapat dua lokasi yaitu Gunung Kunci dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Agroforestry dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah wanatani atau

I. PENDAHULUAN. Agroforestry dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah wanatani atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroforestry dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri, arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Sistem ini telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara megabiodiversitas, karena memiliki kekayaan flora, fauna dan mikroorganisme yang sangat banyak. Ada Sekitar 30.000 spesies tumbuhan,

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Pulosari Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun, kondisi tutupan lahan Gunung Pulosari terdiri dari

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola tanam agroforestri yang diterapkan petani di Desa Pesawaran Indah terdapat pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut Indra, dkk (2006)

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Karang Citra Landsat 7 liputan tahun 2014 menunjukkan bahwa kondisi tutupan lahan Gunung Karang terdiri dari hutan, hutan tanaman

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Parakasak Kondisi tutupan lahan Gunung Parakasak didominasi oleh kebun campuran. Selain kebun campuran juga terdapat sawah dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di tiga kecamatan di Kabupaten Subang, yaitu Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Dawuan dan Kecamatan Tambakdahan. Pada masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Luas Secara geografis Kabupaten Cianjur terletak antara 6 0 21-7 0 25 Lintang Selatan dan 106 0 42-107 0 33 Bujur

Lebih terperinci

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri AGROFORESTRI Ellyn K. Damayanti, Ph.D.Agr. M.K. Ekoteknologi Konservasi Tumbuhan Bogor, 19 Maret 2013 PENDAHULUAN Apa itu Agroforestri? Agro/agriculture; forestry Nama bagi sistem-sistem dan teknologi

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Spesies-spesies pohon tersebut disajikan dalam Tabel 3 yang menggambarkan 32 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Keanekaragaman Spesies Pohon Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa di Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura WAR terdapat 60 spesies pohon

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman 41 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi Jenis Tanaman Agroforestri Komposisi tanaman yang menjadi penyusun kebun campuran ini terdiri dari tanaman pertanian (padi, kakao, kopi, cengkeh), tanaman kayu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies burung dunia. Tiga ratus delapan puluh satu spesies di antaranya merupakan endemik Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah sebesar 155.871,98 ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17 persen dari jumlah seluruh spesies burung dunia, 381 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (Sujatnika, Joseph, Soehartono,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN. MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN Dosen pada Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kawasan Taman Hutan Raya Pancoran Mas secara administratif terletak di Kota Depok, Jawa Barat. Luas Tahura Pancoran Mas berdasarkan hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Menurut Undang-undang Kehutanan No. 41

BAB I PENDAHULUAN. segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Menurut Undang-undang Kehutanan No. 41 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan komponen alam yang memiliki banyak fungsi, baik dari segi ekonomi, ekologi maupun sosial. Menurut Undang-undang Kehutanan No. 41 tahun 1999, hutan didefinisikan

Lebih terperinci

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry Oleh : Binti Masruroh Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Keanekaragaman tumbuhan yang dimiliki Indonesia menduduki peringkat kelima besar di dunia, yaitu

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN INVENTARISASI DAN MONITORING KEANEKARAGAMAN MAMALIA HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW)

LAPORAN KEGIATAN INVENTARISASI DAN MONITORING KEANEKARAGAMAN MAMALIA HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW) LAPORAN KEGIATAN INVENTARISASI DAN MONITORING KEANEKARAGAMAN MAMALIA HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW) HIMPUNAN MAHASISWA KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sebaran rayap tanah di berbagai vegetasi Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki luas wilayah 359 ha, dari penelitian ini diperoleh dua puluh enam contoh rayap dari lima

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografi dan Iklim Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Tanggamus dan

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2

KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2 KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2 Asti Dwi Rahmawati 1 E34110041, Ashri Istijabah Az-Zahra 1 E34120003, Rizki Kurnia Tohir 1 E3120028, Yanuar Sutrisno 1 E34120038, Gabriela Krisanti

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2017. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI 1) Oleh : Evi Sribudiani 1), dan Yuliarsa 2) Dosen Jurusan Kehutanan Universitas Riau (Email : sribudiani_unri@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 57 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Babakan secara administratif merupakan salah satu dari 25 desa yang terdapat di Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Desa tersebut terbagi atas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI DUSUN PALUTUNGAN, DESA CISANTANA, SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI

PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI DUSUN PALUTUNGAN, DESA CISANTANA, SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Media Konservasi Vol. 19, No. 1 Desember 2014: 146 153 PEMANFAATAN TUMBUHAN PANGAN DAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI DUSUN PALUTUNGAN, DESA CISANTANA, SEKITAR TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI The Utilization of

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL 18 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur Geografis Secara geografis, Kabupaten Lampung Timur

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH 5.1 Kecamatan Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah serbuk gergaji. Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng memiliki empat unit usaha

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

V. HASIL 5.1 Hasil Survey Perubahan Perilaku

V. HASIL 5.1 Hasil Survey Perubahan Perilaku V. HASIL 5.1 Hasil Survey Perubahan Perilaku Analisa tentang perubahan perilaku dilakukan dengan membandingkan hasil survey setelah kegiatan kampanye pride dengan hasil survey sebelum melakukan kampanye.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sistem pemanfaatan lahan yang optimal dalam menghasilkan produk dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri. Agroforestri menurut

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Populasi adalah kelompok kolektif spesies yang sama yang menduduki ruang tertentu dan pada saat tertentu. Populasi mempunyai

Lebih terperinci

KOMPOSISI JENIS DAN POLA AGROFORESTRY di DESA SUKARASA, KECAMATAN TANJUNGSARI, BOGOR, JAWA BARAT ABSTRACT

KOMPOSISI JENIS DAN POLA AGROFORESTRY di DESA SUKARASA, KECAMATAN TANJUNGSARI, BOGOR, JAWA BARAT ABSTRACT KOMPOSISI JENIS DAN POLA AGROFORESTRY di DESA SUKARASA, KECAMATAN TANJUNGSARI, BOGOR, JAWA BARAT (The types and patterns of agroforestry composition at Sukarasa Village, Tanjungsari District, Bogor, West

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas Kelurahan Sumber Agung secara Administratif masuk dalam Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Letak Kelurahan Sumber

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI GUNUNG ASEUPAN Dalam Rangka Konservasi Dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA

Lebih terperinci

Kondisi koridor TNGHS sekarang diduga sudah kurang mendukung untuk kehidupan owa jawa. Indikasi sudah tidak mendukungnya koridor TNGHS untuk

Kondisi koridor TNGHS sekarang diduga sudah kurang mendukung untuk kehidupan owa jawa. Indikasi sudah tidak mendukungnya koridor TNGHS untuk 122 VI. PEMBAHASAN UMUM Perluasan TNGH (40.000 ha) menjadi TNGHS (113.357 ha) terjadi atas dasar perkembangan kondisi kawasan disekitar TNGH, terutama kawasan hutan lindung Gunung Salak dan Gunung Endut

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG PARAKASAK Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Hairiah, dkk (2003) mendefinisikan agroforestri merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan kehutanan yang mencoba menggabungkan unsur tanaman dan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI DALAM PEMILIHAN JENIS TANAMAN PENYUSUN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN CIAMIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI DALAM PEMILIHAN JENIS TANAMAN PENYUSUN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN CIAMIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI DALAM PEMILIHAN JENIS TANAMAN PENYUSUN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN CIAMIS Tri Sulistyati Widyaningsih dan Budiman Achmad Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl.

Lebih terperinci

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Berdasarkan beberapa literatur yang diperoleh, antara lain: Rencana Aksi Koridor Halimun Salak (2009-2013) (BTNGHS 2009) dan Ekologi Koridor Halimun Salak (BTNGHS

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada 104 27-104 54 BT dan 5 5-5 22 LS. KPHL Batutegi meliputi sebagian kawasan Hutan Lindung

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

I. METODE VEGETATIF FUNGSI Kanopi tanaman dapat menahan pukulan langsung butiran hujan terhadap permukaan tanah. Batang,perakaran dan serasah tanaman

I. METODE VEGETATIF FUNGSI Kanopi tanaman dapat menahan pukulan langsung butiran hujan terhadap permukaan tanah. Batang,perakaran dan serasah tanaman METODE VEGETATIF I. METODE VEGETATIF FUNGSI Kanopi tanaman dapat menahan pukulan langsung butiran hujan terhadap permukaan tanah. Batang,perakaran dan serasah tanaman dapat menahan atau mengurangi aliran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ( Dangler, 1930) (Undang-undang Nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan) (Michael Laurie, 1986)

BAB I PENDAHULUAN. ( Dangler, 1930) (Undang-undang Nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan) (Michael Laurie, 1986) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Pengertian Judul : Forest Garden di Hutan Gunung Bromo Karanganyar sebagai Taman Wisata Alam adalah sebagai berikut. Forest : Forest merupakan kata dalam Bahasa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara. keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara. keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Hutan adalah suatu lapangan pertumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya, dan ditetapkan oleh pemerintah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Sistem agroforestri memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem pertanian monokultur. Adanya beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam

Lebih terperinci

TOPIK: PERTANIAN NON PANGAN

TOPIK: PERTANIAN NON PANGAN TOPIK: PERTANIAN NON PANGAN PENGERTIAN PERTANIAN Pertanian dlm arti sempit : Proses budidaya tanaman utk pangan saja Pertanian secara luas : Rangkaian usaha agribisnis, meliputi : - Pembibitan - Pembudidayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memanfaatkan hutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan kayu bangunan, hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Agroforestri merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan secara multitajuk yang

I. PENDAHULUAN. Agroforestri merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan secara multitajuk yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroforestri merupakan salah satu bentuk penggunaan lahan secara multitajuk yang terdiri dari campuran pepohonan, semak dengan atau tanaman semusim yang sering disertai

Lebih terperinci

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT 1. Hendra Masrun, M.P. 2. Djarot Effendi, S.Hut.

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT 1. Hendra Masrun, M.P. 2. Djarot Effendi, S.Hut. PENYUSUNAN PROFIL KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN GUNUNG KARANG Dalam Rangka Konservasi dan Rehabilitasi Kerusakan Sumberdaya Alam Propinsi Banten PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. TODO CONSULT

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM GUNUNG TILU, JAWA BARAT LINDA MARISA OKTAVIANA

PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM GUNUNG TILU, JAWA BARAT LINDA MARISA OKTAVIANA PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN OBAT OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN CAGAR ALAM GUNUNG TILU, JAWA BARAT LINDA MARISA OKTAVIANA DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai hutan tropis dengan luas terbesar ketiga setelah Brazil dan Zaire, sehingga memiliki tanggung jawab dalam melestarikan agar tetap dapat berfungsi

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Desa Karacak 1. Letak dan Luas Desa Karacak Desa Karacak secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dengan orbitasi

Lebih terperinci

KULIAH KE 9: PERTANIAN PANGAN DAN NON-PANGAN KBLI 2009 PENGERTIAN PERTANIAN 9/6/2016 A PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN

KULIAH KE 9: PERTANIAN PANGAN DAN NON-PANGAN KBLI 2009 PENGERTIAN PERTANIAN 9/6/2016 A PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN KULIAH KE 9: PERTANIAN PANGAN DAN NON-PANGAN TIK : Setelah mengikuti kuliah ini Mahasiswa dapat menjelaskan pertanian pangan dan pertanian non-pangan. 06/09/2016 Kuliah XI, Pengantar Ilmu Pertanian 1 PENGERTIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang PENDAHULUAN Hutan Menurut Undang-Undang Kehutanan No. 41/1999 hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan

Lebih terperinci

POTENSI TEGAKAN SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KEBERHASILAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERHUTANI

POTENSI TEGAKAN SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KEBERHASILAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERHUTANI POTENSI TEGAKAN SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KEBERHASILAN PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT (PHBM) PERHUTANI Adi Winata 1)* dan Ernik Yuliana 2)* 1) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agroforestry 2.1.1. Definisi Agroforestry Agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan,

Lebih terperinci

POTENSI HUTAN RAKYAT DENGAN POLA AGROFORESTRY DI DAERAH CIAMIS DENGAN TANAMAN POKOK GANITRI (Elaeocarpus ganitrus)

POTENSI HUTAN RAKYAT DENGAN POLA AGROFORESTRY DI DAERAH CIAMIS DENGAN TANAMAN POKOK GANITRI (Elaeocarpus ganitrus) POTENSI HUTAN RAKYAT DENGAN POLA AGROFORESTRY DI DAERAH CIAMIS DENGAN TANAMAN POKOK GANITRI (Elaeocarpus ganitrus) Oleh : Levina A.G. Pieter dan Budi Rahmawan ABSTRAK Hutan rakyat merupakan lahan yang

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rencana dan Pelaksanaan Kegiatan Restorasi Koridor Halimun Salak 5.1.1 Sejarah Lokasi Koridor Halimun Salak Sebelum diperluas, kawasan koridor Taman Nasional berada dalam

Lebih terperinci