JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA/FMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA/FMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2012"

Transkripsi

1 1 LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENDAMPINGAN PENYUSUNAN ASESMEN FISIKA BERBASIS OSN BAGI GURU SMP NEGERI DI KOTA TABANAN Oleh: I Kade Suardana, S.Pd, M.Si (NIP ) Dr. A.A.I.A Rai Sudiatmika, M.Pd (NIP ) Dewi Oktofa R., S.Si, M.Si (NIP ) Drs. Rai Sujanem, M.Si (NIP ) Dibiayai dari DIPA Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK No: 0795/ /20/2012 revisi I, tanggal 27 Februari 2012 JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA/FMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2012

2 2 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1. Judul : Pendampingan Penyusunan Asesmen Fisika Berbasis OSN Bagi Guru SMP Negeri Di Kota Tabanan 2. Bidang Penerapan Ipteks : Pendidikan 3. Ketua Pelaksana : a. Nama : I Kade Suardana, S.Pd, M.Si b. Jenis Kelamin : L c. NIP. : d. Disiplin Ilmu : Pendidikan Fisika dan Fisika Murni e. Pangkat/Golongan : Pembina / IV a f. Jabatan : Lektor Kepala g. Fakultas : MIPA h. Alamat : Jalan Udayana Singaraja-Bali i. Telp/Faks : (0362) / (0362) j. Alamat rumah : BTN. Asri Agung Persada A-9 Singaraja 4. Jumlah Anggota Pelaksana : 3 orang a. Nama Anggota I : Dr. A.A.I.A. Rai Sudiatmika, M.Pd b. Nama Anggota II : Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si, M.Si c. Nama Anggota III : Drs. Rai Sujanem, M.Si 5. Lokasi Kegiatan : SMP N di Kota Tabanan (dipusatkan di SMP N 2 Tabanan) 6. Jumlah biaya: : Rp (lima juta rupiah). 7. Waktu Pelaksanaan Program : 6 bulan (2 Mei 31 Oktober 2012) Singaraja, 31 Oktober 2012 Mengetahui, Dekan FMIPA Undiksha, Ketua Pelaksana, Prof. Dr. I B Putu Arnyana, M.Si I Kade Suardana, S.Pd, M.Si NIP NIP Mengetahui, Ketua LPM Undiksha, Prof. Dr. Ketut Suma, M.Si NIP

3 3 Pendampingan Penyusunan Asesmen Fisika Berbasis OSN Bagi Guru SMP Negeri Di Kota Tabanan Oleh: I Kade Suardana, AAIA. Rai Sudiatmika, Dewi Oktofa. R, Rai Sujanem Universitas Pendidikan Ganesha Abstrak Tujuan utama kegiatan P2M ini adalah 1) meningkatkan kemampuan guru pendamping pembina olimpiade OSN fisika di SMP di kota Tabanan dalam menyusun dan mengembangkan asesmen fisika berbasis olimpiade, dan 2) meningkatkan respon para peserta pelatihan terhadap pelaksanaan pendampingan penyusunan dan pengembangan asesmen fisika berbasis OSN. Untuk mencapai tujuan di atas, telah dilakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pendampingan yang diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober 2012 bertempat di SMP N 2 Tabanan. Kegiatan ini diikuti oleh 15 orang guru (sains- fisika) SMP N Kota Tabana. Data yang telah dikumpulkan dengan teknik tes, observasi, teknik angket dan wawancara, kemudian dianalisis secara deskriptif. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa 1) kemampuan guru pendamping pembina OSN fisika di SMP N di kota Tabanan kecamatan Mengwi dalam menyusun dan mengembangkan asesmen fisika berbasis olimpiade meningkat setelah kegiatan pendampingan, dan 2) para guru pendamping pembina OSN fisika di SMP N di kota Tabanan sebagai peserta pelatihan menunjukan respon positif terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan ini. Beberapa hal positif yang diperoleh setelah kegiatan pendampingan ini adalah 1) para guru pendamping pembina olimpiade fisika memperoleh pendalaman materi-materi fisika dalam tataran OSN, 2) para guru peserta pelatihan mengetahui teknik penyusunan dan pengembangan asesmen fisika berbasis OSN yang secara langsung dapat diterapkannya dalam membina kegiatan olimpiade, dan 3) tersedianya asesmen fisika SMP berbasis OSN yang akan dapat digunakan oleh para guru pembina dan para siswa sebagai salah satu acuan sumber belajar dalam persiapan menghadapi OSN. Kata-kata kunci: asesmen, fisika, pendampingan, OSN

4 4 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya-lah laporan pengabdian kepada masyarakat 2012 dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dengan segenap tenaga dan usaha telah dicurahkan sepenuhnya untuk pelaksanaan kegiatan ini, namun demikian disadari bahwa hasil kegiatan ini tentu masih jauh dari sempurna. Dengan sangat terbuka, kritik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak kami harapkan demi kesempurnaan hasil yang diperoleh ini dan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan berikutnya. Terlaksananya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu melalui kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Ditlitabmas Dikti melalui DIPA Universitas Pendidikan Ganesha tahun anggaran 2012 yang telah memberikan pendanaan kegiatan pengabdian ini 2. Ketua beserta staf Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Undiksha, sebagai mediator sampai terlaksananya kegiatan ini 3. Bapak/Ibu dosen Jurusan Pendidikan Fisika yang telah membantu sehingga pelaksanaan kegiatan ini dapat terlaksana. 4. MGMP Fisika kabupaten Tabanan atas kerjasamanya 5. Para guru mata pelajaran fisika SMP di kota Tabanan atas partispasintya dalam kegiatan ini. Semoga hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Singaraja, 31 Oktober 2012 Pelaksana

5 5 DAFTAR ISI COVER HALAMAN PENGESAHAN ABSTAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaman i ii iii iv v I II III IV V PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Perumusan Masalah Tujuan Kegiatan Manfaat Kegiatan 5 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karateristik Pelajaran Fisika dan Peranan Guru dalam Pembelajaran Hubungan Pengetahuan Bidang Studi dengan Berpikir Strategi Pemecahan Masalah dan Kompetensi Dasar Fisika 9 METODE PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Metode Pelaksanaan Keterkaitan Khalayak Sasaran Teknik Evaluasi dan Analisis Data 13 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Pembahasan 19 PENUTUP 5.1 Simpulan Saran-saran 21 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN Lampiran 01. Surat Pemberitahuan Pelaksanaan P2M DIPA TA ke LPM dan Susunan Acara Pelaksanaan P2M Lampiran 02. Dokumentasi Pelaksanaan P2M Lampiran 03. Lembar Hasil Monev LPM dan Surat Keterangan Kepala SMPN 2 Tabanan Lampiran 04. Daftar hadir peserta kegiatan P2M 23-

6 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Kegiatan ini dirancang merupakan hasil tindak lanjut dari pelaksanaan kegiatan P2M yang dilaksanakan Rai Sudiatmika, dkk (2011) dimana berdasarkan hasil refleksi dan rekomendasi pelaksanaan pembinaan olimpiade di SMP N di Kabupaten Tabanan disarankan kepada para guru pembina agar menyediakan asesmen fisika yang berbasis olimpiade sehingga pelaksanaan pembinaan dapat lebih terarah sesuai dengan tuntutan Silabus Olimpiade Sains Nasional (OSN). Saran yang direkomendasikan ini diperkuat oleh temuan peneliti, selaku pelaksana P2M ( baik pada saat menjadi nara sumber diklat guru pendamping OSN se-provinsi Bali yang dilaksanakan Disdikpora Provinsi Bali maupun nara sumber di beberapa kabupaten di provinsi Bali sehubungan dengan pembinaan siswa menjelang pelaksanaan OSN), menunjukan sampai saat ini para guru pendamping dalam pelaksanaan pembinaan OSN di lapangan belum dapat menyediakan asesmen yang terdiri dari soal-soal dan pemecahannya yang relevan dengan tuntutan Silabus OSN yang memiliki karateristik berbeda dengan soal ujian sekolah: 1) memiliki tingkat kesukaran yang relatif lebih tinggi, setara dengan soal-soal ujian SMA, bahkan PT, 2) berubah dari tahun ke tahun, 3) soalnya lebih banyak bersifat terbuka (open-ended) menekankan pemecahan masalah dan menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan 4) sistem evaluasi menggunakan passing grade. Di bidang pendidikan, kabupaten Tabanan yang terletak di Bali Selatan memiliki cukup potensi dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia ditinjau dari segi input siswa, dukungan sarana dan prasarana pembelajaran, dan guru (jumlah guru berlatar belakang Pendidikan Fisika 7 orang dari 16 orang guru sains di tiga SMP N di kota Tabanan, yaitu SMP N 1 Tabanan, SMP N 2 Tabanan, dan SMP N 3 Tabanan). Namun kenyataannya di bandingkan dengan kodya Denpasar, kabupaten Gianyar dan kabupaten Buleleng, perolehan tiket OSN Fisika yang mewakili Provinsi Bali dari kabupaten Tabanan sekaligus sebagai duta kabupaten Tabanan untuk 2 tahun terakhir adalah 1 orang (dari 6 orang pada OSN 2010 dan 5 orang pada OSN 2011) (Dikdispora, 2010: 2011).

7 7 Salah satu ditengarai sebagai penyebabnya, siswa SMP di kabupaten Tabanan belum terbiasa mengerjakan soal-soal fisika berbasis olimpiade yang memiliki tingkat kesukaran soal yang relatif lebih tinggi, bahkan lebih mengacu pada pendalaman materi pada tingkat lebih lanjut, seperti materi-materi fisika tingkat SMA dan materi perguruan tinggi. Sedangkan penyajian materi dalam pembinaan olimpiade fisika SMP kurang mengkaji lebih mendalam terhadap materi-materi teori maupun paktek yang harus diberikan untuk menghadapi OSN. Hasil temuan Suardana, dkk (2009) dan Rai Sudiatmika, dkk (2011) dalam pembinaan siswa untuk menghadapi olimpiade, guru pendamping masih mengandalkan tipe-tipe soal yang ada di buku-buku SMP, kurang bersifat aplikatif kearah pemecahan masalah. Masih kurangnya sumber belajar terutama materi fisika yang berorientasi OSN yang dilengkapi soal-soal serta pemecahannya kemungkinan disebabkan oleh masih kurangnya kemampuan guru dalam mengembangkan asesmen tersebut. Sebagai dampaknya guru dan siswa hanya mengandalkan buku-buku yang mereka miliki yang tak jauh beda dengan buku regular mereka di sekolah, tanpa pendalaman materi berorientasi OSN dan strategi pemecahan masalah. Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam proses pembinaan adalah faktor pendidikan dan spesialisasi bidang studi guru pembina. Seperti di tiga SMP N di kota Tabanan kualifikasi pendidikan guru berlatar belakang fisika (Pendidikan Fisika atau Fisika murni) adalah 37,5% (6 orang dari 16 orang guru sains) juga sangat menentukan tingkat keberhasilan guru dalam pemahaman materi seminar ini. Banyak guru yang tidak berlatar belakang pendidikan fisika atau ilmu fisika membina kegiatan olimpiade fisika, dan sebaliknya. Ungkapan-ungkapan ini sangat relevan dengan hasil perolehan data kemapuan peserta pelatihan dalam penerapan strategi pemecahan masalah terutama dalam tahap membuat penyelesaian soal-soal dan tahap pengembangannya. Rata- rata baru 55% (Rai Sudiatmika, dkk, 2011; Suardana, dkk, 2009) peserta yang mampu menyelesaikan soal-soal dan mampu mengembangkan soal-soal yang telah dibuat dengan cukup baik setelah mengetahui teknik ini diberikan. Berkaitan dengan proses pembelajaran fisika di SMP di kabupaten Tabanan, khususnya dalam pembinaan olimpiade fisika terdapat berbagai permasalahan yang berhasil diidentifikasi dan perlu dicermati, sebagai berikut.

8 8 1) Pihak sekolah (guru pembina) belum dapat menyediakan materi ajar, latihan soal-soal dan pemecahannnya yang relevan dengan tuntutan OSN. Siswa masih mengandalkan buku-buku SMP yang telah digunakannya untuk memperdalam materi, latihan soal, padahal karakteristik soal olimpiade berbeda dengan soal ujian sekolah, 1) memiliki tingkat kesukaran yang relatif lebih tinggi, setara dengan soal-soal ujian SMA, bahkan PT, 2) berubah dari tahun ke tahun, 3) soalnya lebih banyak bersifat terbuka (open-ended) menekankan pemecahan masalah dan menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan 4) sistem evaluasi menggunakan passing grade. 2) Penyajian materi dalam pembinaan olimpiade sains kurang mengkaji lebih mendalam terhadap materi teori maupun praktek yang harus diberikan untuk menghadapi tahapan pelaksanaan OSN. Hal ini disebabkan padatnya materi fisika yang harus diselesaikan di sekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dampaknya adalah para siswa akan merasa kewalahan pada saat mereka berhadapan dengan sosl-soal tipe olimpiade yang mempunyai tingkat kesukaran yang relatif lebih tinggi, bahkan lebih mengacu pada pendalaman materi pada tingkat lebih lanjut, seperti materi-materi fisika tingkat SMA dan PT. Di samping itu masih kurangnya kemampuan akademik sebagian besar guru pendamping dalam menyelesaikan dan mengembangkan soal-soal OSN tahuntahun sebelumnya juga memberikan kontribusi signifikan terhadap pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal-soal OSN. Mengingat guru adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran maka mereka harus mampu sebagai seorang fasilitator dan mediator pembelajaran. Berkaitan dengan materi olimpiade fisika sesuai silabus OSN lebih dititikberatkan pada pengoptimalan kapabalitas keterampilan intektual siswa, terutama keterampilan pemecahan masalah yang bertujuan untuk melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi mencakup (1) critical thinking meliputi (kemampuan menguji, menghubungkan, mengevaluasi aspek-aspek situasi atau memfokuskan masalah pada bagian-bagian masalah, mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, menentukan jawaban yang rasional, menentukan simpulan yang valid, dan menganalisis serta mengadakan refleksi), dan (2) creative thinking meliputi (kemampuan menghasilkan produk yang

9 9 original, efektif, dan kompleks; mensintesis; menggeneralisasi; dan mengaplikasikan ide-ide). Keterampilan berpikir ini akan berkembang dan bisa dimiliki oleh siswa apabila dalam kegiatan pembelajaran mereka dilatih belajar dalam kegiatan pemecahan masalah. Berpikir kreatif merupakan kelanjutan dari proses berpikir kritis. menggambarkan tingkatan keterampilan berpikir sebagai berikut. Siswa hendaknya melatih keterampilan memecahkan masalah, untuk mengasah keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti keterampilan analisis, keterampilan mengevaluasi dan keterampilan memetakan konsep adalah sebagian dari kemampuan berpikir yang atributnya dapat ditanamkan dalam pembelajaran. Sasaran hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi menetapkan pencapaian siswa yang memerlukan informasi aplikasi, analisa, sintesis, dan evaluasi. Terdapat berbagai strategi pemecahan masalah dalam fisika yang diusulkan oleh para ahli tetapi pada prinsipnya strategi yang diusulkan oleh para ahli tersebut terdiri dari empat tahapan yaitu: analisis masalah, merencanakan solusi, menyelesaiakan rencana solusi, dan mencek dan mengevaluasi solusi (Tao, 2001). Berdasarkan uraian di atas diharapkan seorang guru pembina olimpiade dapat menyediakan siswanya soal-soal yang mampu melibatkan siswa menggunakan metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, proses-proses berpikir, keterampilan berpikir inti, dan menghubungkan pengetahuan isi dengan berpikir untuk memahami fenomena dunia nyata. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai berikut. 1. Kompetensi para guru pembina OSN fisika SMP di kota Tabanan dalam menyusun dan mengembangkan materi ajar berorientasi OSN yang dilengkapi soal-soal dan pemecahannya dapat ditingkatkan melalui kegiatan pendampingan ini. 2. Para guru Pembina OSN fisika SMP N di kota Tabanan peserta pelatihan memberikan respon postif terhadap pelaksanaan kegiatan pendampingan ini.

10 Tujuan Kegiatan Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini sebagai berikut. 1) Meningkatkan kompetensi guru pembina olimpiade OSN fisika SMP di kota Tabanan untuk menyusun materi fisika yang berorientasi OSN yang dilengkapi soal-soal serta pemecahannya.. 2) Meningkatkan respon para peserta pelatihan terhadap pelaksanaan pendampingan penyusunan asesmen OSN fisika 1.4 Manfaat Kegiatan Hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan memberikan kontribusi positif terhadap usaha peningkatan kualitas pendidikan, khususnya pendidikan fisika di jenjang SMP. Secara eksplisit kontribusi hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dijabarkan sebagai berikut. 1) Para guru pembina OSN fisika memperoleh pendalaman materi-materi fisika dalam tataran OSN sehingga dapat meningkatkan kemampuan akademiknya dalam membina siswanya dalam persiapan menghadapi OSN fisika. 2) Tersedianya materi ajar yang dilengkapi soal-soal dan pemecahannya yang akan dapat digunakan oleh para guru pembina melatih siswanya dalam persiapan menghadapi OSN.Fisika

11 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Pelajaran Fisika dan Peranan Guru dalam Pembelajaran Mata pelajaran fisika yang termasuk salah satu pelajaran sains (IPA) memiliki karakteristik sangat kompleks. Belajar fisika melibatkan kemampuan dan keterampilan interpretasi fisis, tranformasi besaran dan satuan, logika matematis, dan kemampuan numerasi yang akurat. Karakteristik pelajaran semacam itu mestinya secara tidak langsung menggiring para praktisi untuk kreatif dan antisifatif terhadap keefektifan akan pembelajarannya di sekolah. Oleh karena itu, para guru perlu memperhatikan tiga wawasan berpikir tentang belajar dan mengajar fisika yaitu: (1) to present subject matter is not teaching, (2) to store stuff away in the memory is not learning, and (3) to memorize what is stored away is not proof of understanding. Guru fisika diharapkan dapat mengubah pandangan dan metode mengajarnya dalam mengajar, sehingga siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam belajar fisika. Tujuan pembelajaran fisika bukan hanya menyediakan peluang kepada siswa untuk belajar tentang fakta-fakta dan teori yang mapan, tetapi juga mengembangkan kebiasaan dan sikap ilmiah untuk menemukan dan memperbaharui kembali praktek dan kemampuan penalarannya dalam rangka mengkonstruksi pemahaman. Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dianjurkan untuk kreatif dalam mengembangkan aktivitas yang dapat mendorong para siswa membangun pengetahuan dan pemahaman mereka. Guru hendaknya menyediakan prosedur pembelajaran yang dapat membantu para siswa untuk memformulasikan kembali informasi baru atau merestrukturisasi pengetahuan awal mereka melalui penyediaan inferensi informasi baru, mengelaborasi informasi tersebut secara mendetail, dan membangkitkan hubungan antara informasi baru tersebut dengan pengetahuan awal siswa. Hal ini dapat dilakukan oleh para guru mulai dari pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik sub pokok bahasan, pengemasan rancangan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik materi fisika dan karakteristik pebelajar, dan pemilihan strategi yang tepat dalam pembelajaran fisika di kelas. Strategi pembelajaran fisika berbasis keterampilan berpikir siswa sangat tepat untuk

12 12 pembelajaran fisika yang memiliki karakterstik yang sangat kompleks. Peranan guru dalam pembelajaran berbasis keterampilan berpikir adalah sebagai expert learners, sebagai manager, dan sebagai mediator dalam pemerosesan kognitif siswa. Sebagai expert learners, guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif dan metakognitif. Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa dan masalah-masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, guru berperan sebagai expert teacher yang memberi keputusan mengenai isi, menseleksi proses-proses kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan siswa. Sebagai mediator proses-proses kognitif siswa, guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu para siswa memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para siswa, pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada siswa ikut berpikir keras. 2.2 Hubungan Pengetahuan Bidang Studi dengan Berpikir Teori-teori kognitif (Marzano et al, 1988) meyakini bahwa keterampilan berpikir merupakan satu kesatuan dengan bidang studi (content), karena bidang studi sangat terkait dengan kognisi. Karenanya, penting adanya upaya untuk mengintegrasikan pembelajaran keterampilan berpikir dengan pembelajaran bidang studi. Dalam hal ini, bidang studi dapat dianggap sebagai pendekatan alternatif untuk penyelidikan. Pembelajaran menghubungkan pengetahuan bidang studi dengan berpikir ditujukan untuk perbaikan miskonsepsi dan pemahaman konsep. Hendaknya

13 13 dibedakan antara penguasaan konsep dan pemahaman konsep. Penguasaan konsep tidak menjamin terjadinya transfer belajar dan pemahaman untuk diterapankan di dunia nyata (Bransford dalam Santyasa, 2004). Sedangkan pemahaman konsep diyakini dapat menjamin transfer belajar dan pemahaman tersebut di dunia nyata. Pemahaman dicirikan oleh kemampuan seseorang untuk mengemukakan gagasan, perspektif, solusi, dan produk mereka yang siap direnungkan, ditinjau, dikritik, dan digunakan dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, pembelajaran hendaknya lebih mengutamakan proses dan keterampilan berpikir, seperti: mendefinisikan dan menganalisis masalah, memformulasikan prinsip, mengamati, mengklasifikasi dan memverifikasi. Terdapat perbedaan yang tajam cara belajar antara ahli dan siswa. Para ahli memperoleh pengetahuan melalui proses mental dan pendekatan penyelidikan. Para ahli mengoranisasikan pengetahuannya di sekitar konsep-konsep kunci yang menghasilkan pemahaman mendalam terhadap prinsip-prinsip dasar. Berbeda dengan para siswa, mereka membutuhkan pembelajaran mengaitkan bidang studi dalam berpikir dan pembelajaran melalui strategi-strategi kognitif untuk menuju pemahaman konseptual. Hal ini sekaligus untuk melakukan perbaikan miskonsepsi yang mungkin dialami siswa. Pengetahuan awal yang berlabel miskonsepsi merupakan penghalang siswa mengembangkan skemata. Roth dan Roychoudhury (1994) menemukan bahwa para siswa kesulitan merubah miskonsepsi mereka karena kesalahan pemerosesan informasi, antara lain: terlalu yakin dengan pengetahuan awalnya, terlalu yakin dengan kata-kata dalam teks, tidak mengaitkan fakta-fakta dalam teks, memisahkan pengetahuan bidang studi dengan pengetahuan dunia nyata. Roth dan Roychoudhury (1994, dalam Suardana, 2002) juga menyatakan bahwa para siswa yang lebih siap mengalami perubahan konseptual adalah mereka yang: sadar akan pernyataan-pernyataan kunci dalam teks yang tidak koheren dengan pengetahuan awal mereka, mengenal konsep-konsep utama dalam teks, menyadari konflik antara penjelasan teks dan miskonsepsinya sendiri serta rela menghapus miskonsepsinya untuk memecahkan konflik tersebut, menyadari bahwa teks mengarahkan perubahan dalam berpikir mereka sendiri mengenai pengetahuan dunia nyata, menyadari penjelasan tertentu dalam teks yang membingungkan sebagai akibat konflik dengan keyakinan mereka sebelumnya, dapat menggunakan ide-ide

14 14 teks untuk menjelaskan fenomena dunia nyata. 2.3 Strategi Pemecahan Masalah dan Kompetensi Dasar Fisika Pemecahan masalah (problem solving) merupakan salah satu alat utama dalam pengajaran fisika (Heller, et al,1992). Sebagai suatu alat, pemecahan masalah digunakan untuk memperdalam pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama, dan membantu pebelajar untuk menerapkan konsep-konsep dan prinsipprinsip itu pada berbagai persoalan. Tujuan utama pengajarn fisika adalah membantu siswa mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama dan bagaimana menerapkannya untuk memecahkan masalah. Dengan demikian pemecahan masalah merupakan bagian integral dari pengajaran dan pembelajaran fisika ( Tao, 2001). Dalam praktek, pembelajaran fisika selalu dimulai dengan penjelasan materi pelajaran dengan berbagai metode dan strategi pembelajaran yang sesuai, kemudian disertai dengan contoh-contoh pemecahan masalah, dan diakhiri dengan latihan memecahkan masalah baik di kelas maupun di rumah. Permasalahan-permasalahan itu biasanya dalam bentuk kualitatatif, atau kuantitatif, atau gabungan dari keduanya. Terdapat berbagai strategi pemecahan masalah dalam fisika yang diusulkan oleh para ahli seperti Tao (2001). Pada prinsipnya strategi yang diusulkan oleh para ahli tersebut terdiri dari empat tahapan yaitu: analisis masalah, merencanakan solusi, menyelesaiakan rencana solusi, dan mencek dan mengevaluasi solusi. Depdiknas (2003) menyatakan kompetensi adalah kemampuan secara umum yang harus dimiliki seorang lulusan atau merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang untuk menjadi lebih kompeten, atau memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melaksanakan tugas. Dalam pembelajaran, definisi tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa penilaian hasil belajar haruslah memenuhi kompetensi dan standar tertentu. Kompetensi dasar merupakan pengetahuan minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

15 15 bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau sub aspek mata pelajaran tertentu, sedangkan kompetensi dasar mata pelajaran fisika dalam KTSP adalah mengandung pengetahuan dalam materi, sejumlah kemampuan atau keterampilan, sikap atau nilai ilmiah Siswa diharapkan dengan kompetensi dasar memiliki kemampuan seperti apa yang harus dipahami, merencanakan atau melaksanakan percobaan, memilih, mengkomunikasikan, menyempurnakan pertemuan, serta kemampuan mengapresiasikan atau menghargai sesuatu. Kompetensi dasar fisika mencakup tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif) membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi, keterampilan (psikomotor) berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik, serta sikap (afektif) berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes, dan apresiasi (penghargaan). Penilaian kognitif semata-mata menilai sejauh mana siswa memiliki pengetahuan fakta, konsep, dan teori. Penilaian afektif adalah penilaian yang mengukur sejauh mana sikap dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian psikomotor adalah mengukur kemampuan keterampilan siswa dalam bekerja ilmiah, mengikuti langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melakukan kegiatan seperti kegiatan praktikum. Penilaian terhadap kompetensi perlu dilakukan secara obyektif, berdasarkan kinerja siswa, dengan bukti penguasaan mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap sebagai hasil belajar. Penilaiannya dapat berbentuk tes tulis, kinerja, dan portofolio. Dengan demikian dalam pembelajaran yang dirancang berdasarkan kompetensi, penilaiannya tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersifat subyektif.

16 16 BAB III METODE PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Gambar 01. Kerangka pemecahan masalah dari kegiatan P2M ini, disajikan pada bagan ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN IMPLEMENTASI EVALUASI PROGRAM Mengidentifikasi tipe-tipe soal olimpiade fisika untuk 5 tahun terakhir Mengkaji silabus OSN Fisika Penyegaran materi fisika tingkat lanjut Menyusun kisi-kisi soal berdasarkan indikator hasil belajar dalam silabus Menyusun draf materi ajar OSN fisika dan soal-soal dan pemecahannya Menyusun dan mendokumentasikan hasil pelatihan berupa draf materi ajar OSN fisika dan soal-soal dan pemecahan-nya Melakukan uji (tentang kelayakan soal) oleh teman sejawat yang dipandu oleh narasumber Membuat solusi dari soal yang telah teruji Mendokumentasikan soal dan solusinya Gambar 1. Bagan Kerangka Pemecahan Masalah Kegiatan P2M Berdasarkan bagan pada Gambar 01, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pendampingan penyusunan asesmen fisika berbasis OSN ditempuh dengan langkah-langkah, sebagai berikut. 1) Mengidentifikasikan soal-soal OSN Fisika untuk lima tahun terakhir, sebagai bahan dan acuan penyusunan asesmen 2) Mengkaji silabus OSN 3) Menetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian hasil belajar yang lebih ditekankan pada penggunaan konsep, teori, hukum untuk memecahkan masalah 4) Membuat kisi-kisi dan kartu soal berdasarkan cakupan materi dalam silabus OSN

17 17 5) Melakukan uji (tentang kelayakan soal) oleh teman sejawat dan nara sumber. 6) Memilih soal yang telah teruji 7) Membuat solusi dari soal yang telah teruji 8) Mendokumentasi soal dan solusinya 3.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam bentuk pendampingan, dengan tahapan sebagai berikut. a. Informasi, tanya jawab, dan diskusi Metode ini dimaksudkan untuk memperdalaman dan pemahaman wawasan guru pembina tentang tipe-tipe soal-soal fisika berbasis OSN dan cara pemecahannya dengan strategi pemecahan masalah. Pemberian informasi melalui diberikan oleh nara sumber dari tim pembina olimpiade fisika provinsi Bali dan melibatkan dosen Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha b. Latihan dan Praktek Metode ini dimaksudkan untuk merealisasikan teori yang diperoleh melalui infomasi, tanya jawab dan diskusi, sehingga keterampilan guru pembina dapat ditingkatkan. Dalam pelaksanaannya, peserta secara bersama-sama dalam bentuk kerja kelompok menyusun soal-soal tipe olimpiade fisika dan solusinya. Dalam kegiatan pendampingan ini secara langsung dibimbing oleh nara sumber sumber dari tim prmbina olimpiade fisika provinsi Bali dan melibatkan dosen Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha. 3.3 Keterkaitan Instansi-instansi yang terkait dengan kegiatan ini adalah sebagai berikut. 1.. Disdikpora kabupaten Tabanan yang bertanggung jawab langsung terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh sekolah-sekolah di kabupaten Tabanan. Secara tak langsung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan akan merasakan manfaat kegiatan ini, karena kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran fisika. 2. Universitas Pendidikan Ganesha yang merupakan instansi dari tim pengabdian

18 18 sebagai penghasil tenaga pendidik. 3. Sekolah-sekolah SMP N di kota Tabanan, dimana para gurunya mendapat pelatihan langsung dalam kegiatan P2M ini.. Kegiatan ini akan bermanfaat langsung bagi sekolah-sekolah yang bersangkutan, karena setelah mengikuti kegiatan ini para guru akan langsung menerapkan pengetahuan, keterampilan serta pengalamannya di sekolah tersebut. 3.4 Khalayak Sasaran Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa muara dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika menuju olimpiade fisika. Terkait dengan hal ini, khalayak sasaran yang strategis dan tepat untuk dilibatkan dalam kegiatan ini adalah semua guru pembina OSN fisika SMP N di kota Tabanan (SMP N 1, SMP N 2, dan SMP N 3), yang berjumlah 21 orang. 3.5 Teknik Evaluasi dan Analisis Data Prosedur dan Alat Evaluasi Data yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah kompetensi pengembangan produk-asesmen fisik. Data dikumpulkan teknik observasi, teknik pencatatan dokumen, dan teknik angket dan wawancara Analisis Data Semua data dalam kegiatan ini dianalisis secara deskriptif dan interpretatif. Penyimpulan didasarkan pada kriteria keberhasilan yang diacu sebagai dasar mengambil keputusan dalam kegiatan ini didasari oleh standar penilaian yang digunakan untuk masing-masing data yang akan dikumpulkan. 1) Data kompetensi guru Pembina OSN fisika dalam mengembangkan materi ajar soal-soal dan pemecahannya menyelesaiakan soal-soal olimpiade fisika serta pengembangannya dianalisis secara deskriptif dengan jenjang kualifikasi yang dikategorikan berdasarkan rerata skor ( X ), mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dengan lima kategori : Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup Baik (CB),

19 19 Kurang Baik (KB) dan Sangat Kurang Baik (SKB) (Nurkancana & Sunartana, 1992) ; dengan rubrik penilaiannya ditunjukan pada Tabel 01. Tabel 1. Rubrik Penilaian Pengembangan Asesmen Fisika Skor Kriteria 5 Lengkap, referensis, ilmiah, menekankan pemecahan masalah 4 Lengkap, referensis, ilmiah, kurang menekankan pemecahan masalah 3 Lengkap, referensis, tidak ilmiah, kurang menekankan pemecahan masalah 2 Lengkap, tidak referensis, tidak ilmiah, tidak menekankan pemecahan masalah 1 Tidak lengkap, tidak referensis, tidak ilmiah, tidak menekankan pemecahan masalah 2) Data respon peserta pelatihan dianalisis secara deskriptif dengan jenjang kualifikasi berdasarkan rerata skor ( X ), mean ideal (MI) dan standar deviasi ideal (SDI) dengan lima kategori: Sangat Positif (SP), Positif (P), Cukup Positif (CP), Kurang Positif (KP) dan Sangat Kurang Positif (SKP) (Nurkancana & Sunartana, 1992), seperti ditunjukan pada Tabel 2. Tabel 2. Penggolongan Respon Para Peserta Pelatihan. Skor Kualifikasi MI + 1,5 SDI X Sangat positif (SP) MI + 0,5 SDI X < MI + 1,5 SDI Positif (P) MI - 0,5 SDI X < MI + 0,5 SDI Cukup positif (CP) MI - 1,5 SDI X < MI 0,5 SDI Kurang positif (KP) X < MI- 1,5 SDI Sangat kurang positif (SKP) Indikator Keberhasilan Program Indikator lain sebagai keberhasilan pelaksanaan kegiatan P2M yang disesuaikan dengan rumusan masalah di atas, sebagai berikut. 1) Kemampuan guru pembina OSN Fisika SMP di kota Tabanan untuk

20 20 mengembangkan materi ajar OSN Fisika yang dilengkapi soal-soal serta pemecahannya minimal berkategori Cukup Baik (CB) sebesar 70%. 2) Respon guru pendamping peserta pelatihan yang memiliki respon minimal berkategori positif (P) terhadap pelaksanaan kegiatan sebesar 70%.

21 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan terprogram, seperti ditunjukkan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Rincian Kegiatan P2M tahun 2012 No Kegiatan 1 Sosialisasi program 2012 dengan menyampaikan dan menindaklanjuti hasil yang dicapai pada pelaksanaan P2M 2011 Pemberian informasi, diskusi dan tanya jawab seputar soal-soal fisika berorientasi OSN Pemberian pre-tes pada peserta 2 Pendampingan penelahan silabus fisika OSN 2012 Pemetaan soal-soal OSN dari tahun 2008 s.d Seminar dan lokakarya teknik penyusunan dan pengembangan asesmen fisika yang berorientasi OSN Latihan dan praktek penyusunan asesmen fisika beorientasi OSN untuk beberapa pokok bahasan dan pengembangan Evaluasi, pemberian post-tes, dan pemberian angket serta wawancara Sebelum kegiatan inti dilaksanakan, kegiatan ini diawali dengan sosialisasi program 2012, dengan menyampaikan hasil yang refleksi kegiatan P2M 2011 di Kabupaten Tabanan (Rai Sudiatmika, dkk, 2011) serta informasi, diskusi dan tanya jawab seputar soal-soal fisika berorientasi OSN, serta penelahan silabus fisika OSN 2012, memetakan soal-soal OSN dari tahun 2008 s.d 2012 dan pemberian pre-tes. Kegiatan inti dilaksanakan dalam bentuk pendampingan melalui kegiatan seminar dan lokakarya yang diselenggarakan selama satu hari penuh pada hari Sabtu pada tanggal 27 Oktober 2012 dari pukul WITA. Kegiatan ini

22 22 melibatkan 21 orang guru fisika SMP N di kabupaten Tabanan (17 orang guru sains di kota Tabanan dan 4 orang guru sains berasal dari luar kota Tabanan). Kegiatan ini dipusatkan di SMP N 2 Tabanan. Kegiatan ini dibuka oleh Bapak Kepala SMP N 2 Tabanan, atas seijin Tim Monev Internal LPM sebagai wakil Ketua LPM Undiksha. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan momen yang sangat penting bagi para guru untuk meningkatakan kemampuannya sebagai calon pembina olimpiade fisika SMP agar dapat dihasilkan siswa yang cerdas dan kompetitif yang mampu bersaing baik di tingkat nasional dan intenasional, mengingat propinsi Bali adalah salah satu propinsi yang sangat diperhitungkan mutu lulusannnya di tingkat nasional. Momen melalui seminarlokakrya seperti ini sangat jarang dilakukan, sehingga para guru dapat mengikuti kegitan ini dengan baik, dan natinya pengetahuan yang diperoleh dapat digunakan untuk mengembangkan diri mereka tentunya sebagai calon-calon pembina fisika SMP di sekolah mereka masing-masing. Tepat pukul WITA, Ibu Dr. A.A.I.A Rai Sudiatmika (didampingi tim pelaksana P2M) dari Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha mempresentasikan makalahnya dengan judul Teknik penyusunan asesmen fisika berorientasi OSN. Presentasinya diawali dengan menyampaikan teori dan praktek asesmen sains, kemudian dilanjutkan model asesmen yang dikembangkan khususnya untuk mata ajar fisika yang berorientasi OSN yang menitik beratkan karaketeristik soal-soal OSN: 1) memiliki tingkat kesukaran yang relatif lebih tinggi, setara dengan soal-soal ujian SMA, bahkan PT, 2) berubah dari tahun ke tahun, 3) soalnya lebih banyak bersifat terbuka (open-ended) menekankan pemecahan masalah dan menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan 4) sistem evaluasi menggunakan passing grade. Dalam penyampaian makalahnya, nara sumber menekankan langkahlangkah yang ditempuh dalam penyusunan asesmen fisika berbasis OSN, sebagai berikut. 1) Mengkaji silabus OSN 2) Menetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian hasil belajar yang lebih ditekankan pada penggunaan konsep, teori, hukum untuk memecahkan masalah

23 23 3) Membuat kisi-kisi dan kartu soal berdasarkan cakupan materi silabus OSN 4) Melalui diskusi pleno, melakukan uji (tentang kelayakan soal) oleh teman sejawat dan nara sumber 5) Memilih soal yang telah teruji 6) Membuat solusi dari soal yang telah teruji 7) Mendokumentasi soal dan solusinya Diakhir presentasinya, diberikan cara mengembangkan soal-soal OSN dengan cara pemetaan soal OSN dari tahun ke tahun agar para guru tahu bagaiamana cara mengembangkan berdasrkan soal-soal yang telah ada. Satu jam ke depan diisi dengan seison tanya jawab seputar materi seminar. Ada beberapa pertanyaan terungkap dari peserta pelatihan yang pada intinya mengungkapkan kesulitan dalam menyusun dan mengembangkan soal-soal fisika berorientasi OSN karena beberapa alasanmasih antara lain: 1) masih sulitnya para guru memperoleh/mengakses informasi seputar soal-soal fisika, 2) sulitnya mempredeksi soal-soal olimpiade yang memang memiliki karaketeristik berbeda dan tingkat kesukaran yang lebih dibandingkan dengan soal-soal fiiska umumnya, dan 3) keterbatasan kemampuan guru dalam pemahaman materi aplikasi. Beberapa saran dan kritik juga terungkap dalam sesion tanya jawab ini adalah 1) kegiatan model ini dapat dijadikan program rutin bagi jurusan Pendidikan Fisika, tidak semata diadakan bila ada proyek penelitian/pengabdian, karena kegiatan model ini dapat dijadikan ajang bagi para guru dan dosen untuk bersama-sama melakukan kajian lebih mendalam tentang prediksi dan pemecahan soal-soal olimpiade yang secara langsung dapat membantu kesulitan guru dalam pembinaan olimpiade, 2) mengharapkan jurusan Pendidikan Fisika sebagai fasilitator untuk melaksanakan kegiatan model ini dengan mendatangkan nara sumber dari pusat, seperti Prof. Yohanes Surya, Ph.D selaku Ketua TOFI Indonesia, dengan harapan diperolehnya strategi yang lebih jitu dalam menghadapi seleksi olimpiade baik tingkat kabupaten-kota, propinsi, nasional dan internasional. Terhadap pertanyaan, saran dan kritik di atas, nara sumber memberikan tanggapan sebagai berikut. Khusus untuk pembinaan menuju olimpiade fisika, sebaiknya dibentuk club-club fisika yang keanggotaannya terdiri dari siswasiswa yang memang berminat dan mencintai fisika, karena jika minat fisika siswa

24 24 dapat ditumbuhkan maka fisika akan merupakan kebutuhan bagi siswa bukan sekedar kewajiban untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Kegiatan ini jangan dijadikan ajang bisnis, dengan kata lain keanggotaan club ini tidak mesti banyak orang. Peningkatan kemampuan akademik guru juga perlu ditingkatkan sebagai pembina di sekolah mereka masing-masing, dengan harapan melalui peningkatan kemampuan akademik ini guru akan lebih mampu mempredikasi dan mampu melakukan pengembangan soal-soal olimpiade dan dapat menggunakan strategi pemecahan masalah dengan baik. Terhadap kritik dan saran, akan diupayakan bahwa jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Undiksha menjadikan model kegiatan ini sebagai program rutin jurusan, termasuk fasilitator bagi guru pembina dalam mengembangkan diri dan membantu guru dalam kendala pemecahan masalah fisika. Setelah makan siang, kegiatan dilanjutkan dengan sesion mengidentifikasi soal-soal fisika OSN, teknik penyusunan dan tahap pengembangannya dan diakhiri dengan penyampaian hasil dari wakil peserta. Sebagai akhir dari kegiatan ini adalah acara penutupan, yang ditutup oleh Ketua Pelaksana P2M dari kegiatan ini atas seijin Tim Monev Internal LPM Undiksha. 4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan ini menunjukan secara umum kemampuan peserta pelatihan dalam menyusun asesmen fisika berorientasi OSN mengalami peningkatan yang cukup berarti jika dibandingkan dengan sebelum mereka mendapat pelatihan model ini. Hal ini terlihat dari hasil diskusi selama penyajian makalah, di mana hampir sebagian besar peserta pelatihan mengungkapkan mereka sangat senang diberikan teknik dalam menyusun asesmen fisika berorientasi OSN. Di samping itu juga terungkap masih kurangnya kemampuan guru dalam menerapkan strategi pemecahan masalah karena tidak tahunya guru tentang startegi pemecahan masalah model ini. Dalam menyelesaikan soal-soal yang diajarkan pada siswa, guru masih menerapkan model penyelesaian soal secara konvensional, dengan menuliskan : diketahui, ditanya, dan jawab, tanpa pernah mengajak siswa untuk memaknai soal lebih lanjut, apalagi menggolongkan

25 25 soal-soal tersebut ke dalam masalah akademik dan masalah dunia nyata. Seorang guru pembina olimpiade seharusnya dapat menyediakan siswanya soal-soal yang mampu melibatkan siswa menggunakan metakognisi, keterampilan berpikir kritis dan kreatif, proses-proses berpikir, keterampilan berpikir inti, dan menghubungkan pengetahuan isi dengan berpikir untuk memahami fenomena dunia nyata. Hal lain yang terungkap adalah faktor pendidikan dan spesialisasi bidang studi guru juga sangat menentukan tingkat keberhasilan guru dalam pemahaman materi seminar ini. Banyak guru yang tidak berlatar belakang pendidikan fisika atau ilmu fisika membina kegiatan olimpiade fisika, dan sebaliknya. Ungkapan-ungkapan ini sangat relevan dengan hasil perolehan data kemapuan peserta pelatihan dalam teknik dalam menyusun asesmen fisika berorientasi OSN, terutama dalam tahap membuat penyelesaian soal-soal dan tahap pengembangannya. Rata- rata baru 55% peserta yang mampu menyelesaikan soal-soal dan mampu mengembangkan soal-soal yang telah dibuat dengan cukup baik setelah mengetahui teknik ini diberikan. Hasil pelaksanaan kegiatan ini diharapkan memberikan imbas positif terhadap pelaksanaan pembinaan olimpiade fisika di sekolah mereka masing-masing sehingga diharapkan wakil Bali dalam bidang fisika makin banyak kuantitas dan kualitasnya yang mampu berperan baik di tingkat nasional dan internasional. Respon para guru Pembina OSN sangat positif terhadap model kegiatan ini sangat positif, apalagi para guru yang jauh dari Perguruan Tinggi yang terlibat dalam kegiatan pembinaan OSN tingkat provinsi Bali. Ini terbukti dari keikutsertaan para guru Pembina OSN dalam kegiatan P2M. Berdasarkan undangan yang telah diedarkan dengan cakupan guru-guru sains di kota Tabanan (SMP N 1, SMP N 2, dan SMP N 3 Tabanan) yang direncanakan hanya 12 orang guru sains ternyata setelah dilaksanakan kegiatan ini P2M ini dikuti oleh 21 orang guru sains dengan 4 orang guru sains berasala dari luar kota Tabanan, yaitu 2 orang guru sains dari SMP N 2 Kediri, 1 orang guru sains dari SMP N 5 Baturiti, dan 1 orang guru sains dari SMP 1 Baturiti (lampiran daftar hadir). Mereka berharap model kegiatan P2M ini agar dilaksanakan secara regular sehingga pola pembinaan yang dilakukan guru-guru di sekolahnya dapat ditingkatkan kualitas karena para guru secara regular memperoleh penyegaran, apalagi kegiatan model yang telah dilakukan ini hanya mengkontribusikan pikiran dana tenaga, tanpa dipungut dana.

26 26 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari pelaksanaan kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut. 1) Kompetensi para guru pendamping pembina OSN fisika SMP N di kota Tabanan dalam penyusunan dan pengembangan asesmen fisika berbasis OSN dapat ditingkatkan setelah kegiatan pendampingan ini dilaksanakan. 2) Respon guru-guru pendamping pembina OSN fisika SMP N di kota Tabanan sangat positif terhadap pelaksaaan kegiatan ini. 5.2 Saran-saran. Beberapa hal yang disarankan dari hasil kegiatan ini, sebagai berikut. 1) Guru-guru pendamping pembina olimpiade fisika hendaknya lebih memantapakan pemahamannya tentang pemahamn materi fisika berorientasi dan lebih mengajarkan strartegi pemecahan masalah dalam pembinaan olimpiade fisika anak didiknya. 2) Melihat antusias keikutsertaan para peserta perlu diupayakan langkah yang lebih konkrit terutama oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan dengan bekerja sama dengan jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Undiksha untuk melakukan kegiatan pelatihan model ini secara terprogram dalam upaya meningkatakan kualitas dan kuantitas siswa-siswa SMP meraih tiket sebagai peserta olimpiade tingkat nasional dan internasional

27 27 Daftar Pustaka Depdiknas Penilaian Hasil Belajar: Jakarta: Depdiknas Disdikpora Laporan Pelaksanaan OSN Denpasar: Provinsi Bali Disdikpora Laporan Pelaksanaan OSN Denpasar: Provinsi Bali Disdikpora Laporan Pelaksanaan OSN Denpasar: Provinsi Bali Finegold, M & Mass, R. (1985). Diffrences in Processes of Solving Physics Problems Between Good Physics Problem Solver and Poor Physics Problem Solver. Research in Science and Technological Education. Vol. 3. Garrett, R.M. Satterly, D. Gill Perez, D. & Marttinez Torregosa, J Turning Exercises into Problem: An Experimental Studi With Teachers in Training. International Journal of Science Education Vol. 12, No. 2. Kibbel, How do you approach a physics problem? Physics Education Vol 34 (2). Nurkancana, W. dan Sunartana, PPN Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Reif, F Milikan Lecture 1994: Understanding and Teaching Important Scientific Thought Processes. American Journal of Physics. Vol 63, No.1, January, Suardana, I.K., dkk Pelatihan Strategi Pemecahan Masalah Menuju Olimpiade Fisika Bagi Guru-guru SMA di kota Singaraja. Laporan P2M. Undiksha Suardana, I.K.,dkk Pendampingan Penyusunan Materi Ajar Fisika Berbasis Olimpiade Bagi Guru SMP di Kecamatan Mengwi Laporan P2M. Undiksha Suardana, I.K Implementasi Strategi Pemecahan Masalah Dengan Setting GI Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Fisika Dasar 4. Laporan Penelitian. Undiksha Rai Sudiatmika. dkk Pelatihan Penerapan Strategi Pemecahan Masalah dan Penyegaran Materi Menuju Olimpiade Fisika Bagi Guru-guru SMP di Kabupaten Tabanan. Laporan P2M. Undiksha Tao. Ping-Kee. (2001). Confronting Student Wiyh Multiple Solutions to Qualitative Physics Problem. Physics Education Vol 37, No.2, March. 2001

28 28 Lampiran 01. Nomor : 02/Pan-FIS.P2M/ Lamp : - Perihal : Pemberitahuan Pelaksanaan P2M DIPA TA Singaraja, 23 Oktober Kepada Yth. Bapak Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha di- Singaraja Dengan hormat, Melalui surat ini kami tim pelaksana P2M DIPA Tahun Anggaran 2012 Judul : Pendampingan Penyusunan Asesmen Fisika Berbasis OSN Bagi Guru SMP Negeri Di Kota Tabanan Ketua Pelaksana : I Kade Suardana, S.Pd,M.Si (Pend.Fisika/FMIPA) akan menyelenggarakan kegiatan P2M pada Hari, tanggal : Sabtu, 27 Oktober 2012 Pukul : WITA - selesai Tempat : SMP Negeri 2 Tabanan Acara : Terlampir Melalui pemberitahuan ini kami mengharapakan Bapak Ketua LPM Undiksha dan staf dapat memantau dan memonitoring pelaksanaan kegiatan yang kami selenggarakan ini. Atas perhatiannya Bapak kami ucapkan terimakasih Ketua Pelaksana I Kade Suardana, S.Pd, M.Si NIP

29 29 Susunan Acara Pelaksanaan P2M pada tanggal 27 Oktober 2012 di SMP N 2 Tabanan No Waktu Acara/Kegiatan WITA Persensi WITA Pembukaan WITA Snack WITA Penyajian makalah, diskusi WITA Rehat WITA Lokakarya WITA Penutupan

30 30 Lampiran 02. Dokumentasi Gambar 01. Lab IPA SMPN 2 Tabanan, Tempat Berlangsung Kegiatan P2M Gambar 02. Pemakalah Dr. A.A.I.A. Rai Sudiatmika M.Pd dari Jurusan Pendidkan Fisika FMIPA Undiksha

31 Gambar 03. Materi Yang Disampaiakan Pemakalah dalam Kegiatan P2M 31

32 32

33 Gambar. 05. Para peserta pelatiahan kegiatan P2M 33

34 34 Lampiran 03. Lembar hasil monev LPM Undiksha dan Surat Keterangan SMP N 2 Tabanan LEMBAR MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 1. Judul : Bentuk Kegiatan :. 3. Sasaran/Subjek : 4. Penanggung Jawab :. 5. Lokasi Kegiatan :. 6. Tgl, Bln, Th Pelaksanaan : Sumber Dana dan besarnya Kerjasama dengan instansi lain. Tahu Pelaksanaan.. Nama Instansi Hasil monitoring (uraiakan dengan menggunakan kreteria, indicator dan tolak ukur yang digunakan sesuai dengan proposalnya) Saran Komentar/Catatan Singaraja,.. Petugas Monitoring.. NIP.

PENDAMPINGAN PENYUSUNAN ASESMEN FISIKA BERBASIS OSN BAGI GURU SMP DI KOTA TABANAN

PENDAMPINGAN PENYUSUNAN ASESMEN FISIKA BERBASIS OSN BAGI GURU SMP DI KOTA TABANAN PENDAMPINGAN PENYUSUNAN ASESMEN FISIKA BERBASIS OSN BAGI GURU SMP DI KOTA TABANAN oleh, I Kade Suardana, AAIA. Rai Sudiatmika, Dewi Oktofa. Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENDAMPING PENYUSUN ASESMEN FISIKA BERBASIS OSN BAGI GURU SMP NEGERI DI KOTA TABANAN

PENDAMPING PENYUSUN ASESMEN FISIKA BERBASIS OSN BAGI GURU SMP NEGERI DI KOTA TABANAN PENDAMPING PENYUSUN ASESMEN FISIKA BERBASIS OSN BAGI GURU SMP NEGERI DI KOTA TABANAN A.A.Istri Agung Rai Sudiatmika Universitas Pendidikan Ganesha r_sudiatmika@yahoo.co.id Abstrak: Tujuan utama kegiatan

Lebih terperinci

PEMBINAAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) FISIKA SMP DI KECAMATAN MENGWI

PEMBINAAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) FISIKA SMP DI KECAMATAN MENGWI PEMBINAAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) FISIKA SMP DI KECAMATAN MENGWI Dewi Oktofa Rachmawati Universitas Pendidikan Ganesha dewioktofa@yahoo.com Abstrak: Tujuan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA PELATIHAAN PENGGUNAAN IC 555 UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU FISIKA SMP DAN SMA PEMBINA EKSTRAKURIKULER ELEKTRONIKA DI KECAMATAN BULELENG Oleh Luh Putu Budi

Lebih terperinci

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL

PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS JUDUL PROGRAM PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU-GURU SMP DI KECAMATAN PENEBEL Oleh Drs. Putu Yasa, M.Si (Ketua) NIP. 196111041987031002 Drs. I Made

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA PELATIHAN GURU SMP DAN SMA PEMBINA ESKTRAKURIKULER ELEKTRONIKA DI KECAMATAN BULELENG DAN SUKASADA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU PEMBINA ELSTRAKURIKULER ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M DIPA UNDIKSHA JUDUL Pelatihan dan Pendampingan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berdasarkan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PELATIHAAN PENGGUNAAN KIT LISTRIK BAGI GURU IPA SMP/MTS NEGERI DAN SWASTA DI KECAMATAN BULELENG Oleh Dewi Oktofa Rahmawati, S.Si., M.Si./ 0010127001 Luh Putu Budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu-ilmu dasar (basic science) yang perlu diberikan pada siswa. Hal ini tak lepas dari

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI.A.2 SMA LAB UNDIKSHA Ni Made Pujani Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja e-mail:

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGUASAAN MATERI AJAR MATEMATIKA BAGI GURU-GURU PEMBINA OLIMPIADE MATEMATIKA SD DI KECAMATAN TABANAN. Oleh :

PELATIHAN PENGUASAAN MATERI AJAR MATEMATIKA BAGI GURU-GURU PEMBINA OLIMPIADE MATEMATIKA SD DI KECAMATAN TABANAN. Oleh : LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN PENGUASAAN MATERI AJAR MATEMATIKA BAGI GURU-GURU PEMBINA OLIMPIADE MATEMATIKA SD DI KECAMATAN TABANAN Oleh : Drs. Djoko Waluyo, M.Sc ( NIDN 006075306) Dr. Gede

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS Pelatihan Guru-Guru Pembina Olimpiade Matematika Tingkat SD di Kecamatan Kubu Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M)

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M) LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M) Judul: Pelatihan Pembuatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Guru-guru SMA dan SMP se-kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem Oleh: I Gede Partha

Lebih terperinci

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: ,   Abstrak PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ASAM BASA DAN GARAM Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia

Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia 44 PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SAINS SISWA KELAS C SMP NEGERI 3 SINGARAJA TAHUN AJARAN 2010/2011 1 N.W. S. Darmayanti, 2 I.W. Suastra,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada pandangan umum yang mengatakan bahwa mata pelajaran matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999), matematika merupakan mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Desain Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang pelaksanaannya direncanakan dalam dua siklus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga. menghadapi masalah-masalah matematika yang disajikan.

BAB I PENDAHULUAN. matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga. menghadapi masalah-masalah matematika yang disajikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang merupakan ilmu dasar (basic science) mempunyai peran yang penting dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan penting terutama dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYEGARAN MATERI AJAR MATEMATIKA BAGI GURU SD KELAS RENDAH DI KECAMATAN TABANAN

PELATIHAN PENYEGARAN MATERI AJAR MATEMATIKA BAGI GURU SD KELAS RENDAH DI KECAMATAN TABANAN LAPORAN P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN PENYEGARAN MATERI AJAR MATEMATIKA BAGI GURU SD KELAS RENDAH DI KECAMATAN TABANAN Oleh: Dra. Gst Ayu Mahayukti, M.Si (NIDN.0023086005) Drs. Djoko Waluyo, M.Sc ( NIDN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan berfungsi sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Etty Twelve Tenth, 2013

BAB I PENDAHULUAN Etty Twelve Tenth, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembelajaran IPA hendaknya dilakukan sebagai produk dan proses sains. Hal ini sesuai dengan Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI. Oleh PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN ENDED DENGAN PENDEKATAN ACTIVE LEARNING PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013 MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013 Abubakar dan Rahmatsyah Dosen Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PANDUAN USULAN PROPOSAL P2M DAN DIPA UNDIKSHA TAHUN 2012

PANDUAN USULAN PROPOSAL P2M DAN DIPA UNDIKSHA TAHUN 2012 PANDUAN USULAN PROPOSAL P2M DAN DIPA UNDIKSHA TAHUN 2012 LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2012 0 PANDUAN USULAN PROPOSAL P2M DAN DIPA UNDIKSHA TAHUN 2012 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer Lovy Herayanti dan Habibi Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut disiapkannya penerus bangsa yang siap menghadapi berbagai tantangan. Individu yang siap adalah individu yang sukses

Lebih terperinci

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII-A SMP NEGERI 1 GESI TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI OLEH : NANIK SISWIDYAWATI X4304016 FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS Judul Program: PEMBINAAN OLIMPIADE MATEMATIKA BAGI GURU-GURU SMP SE-KECAMATAN TEMBUKU KABUPATEN BANGLI Oleh: I Gusti Nyoman Yudi Hartawan, S.Si.,M.Sc. NIDN. 0025058401

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara menunjukkan, sumber daya manusia

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Mariati Purnama Simanjuntak Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan mariati_ps@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, termasuk dosen yang merupakan agen sentral pendidikan di tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU-GURU GEOGRAFI SMA DI KABUPATEN PURWOREJO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU Oleh: Nurhadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 APRESIASI GURU IPA SMP SURABAYA TERHADAP IMPLEMENTASI LESSON STUDY Wisanti dan Achmad Lutfi FMIPA UNESA Email: endangsusantini@ymail.com ABSTRAK Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan global maka peningkatan mutu pendidikan matematika di semua jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemecahan masalah matematis merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Pengembangan kemampuan ini menjadi fokus penting dalam pembelajaran matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS MODUL DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP JAMUR 1 Musriadi 2 Rubiah 1&2 Dosen Fakultas Keguruan dan Pendidikan, Universitas Serambi Mekkah

Lebih terperinci

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan. 134 BAB V ANALISA Pembelajaran dengan model GIL adalah pembelajaran yang bersifat mandiri yang dilakukan sendiri oleh siswa dalam melakukan suatu eksperimen. Adapun subjek pembelajaran pada pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA Jurnal Euclid, Vol.4, No.1, p.636 PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA Harry Dwi Putra Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi harrydp.mpd@gmail.com

Lebih terperinci

PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SD DI KECAMATAN BULELENG

PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SD DI KECAMATAN BULELENG Ni Ketut Rapi, Iwan Suswandi, I G. A. Nyoman Sri Wahyuni. (2017). Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru SD di Kecamatan Buleleng. International Journal of Community

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maya Siti Rohmah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maya Siti Rohmah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini sangatlah pesat. Segala aspek kehidupan menjadi mudah dengan adanya teknologi. Arus informasi antar negara di dunia pun berkembang

Lebih terperinci

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF FX. Didik Purwosetiyono 1, M. S. Zuhri 2 Universitas PGRI Semarang fransxdidik@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan sadar dan bertujuan, maka pelaksanaannya berada dalam suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt

Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Peningkatan Kemampuan Guru dalam Membuat Perencanaan, Penerapan, dan Penilaian berbasis Kurikulum 2013 di Gugus 1, 2, 3 Kecamatan Seririt Oleh: Ketua Tim Pengusul Dra. Ni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan yang sangat penting dalam pendidikan. Karena selain dapat mengembangkan penalaran logis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan metode dan kerja ilmiah (Rustaman, dkk., 2003).

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan metode dan kerja ilmiah (Rustaman, dkk., 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas selalu diupayakan pemerintah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Perkembangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA

PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA SMA Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 4 No. 2 Tahun 2015 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 32-37 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENGEMBANGAN LKS PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting dimiliki oleh setiap calon guru agar dapat berhasil melaksanakan pembelajaran di laboratorium.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual dalam bidang

Lebih terperinci

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat. PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai

Lebih terperinci

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga perkembangan matematika menjadi sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang mendorong para peserta didik untuk mendapatkan prestasi terbaik. Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas VIII Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebanyak 3 kelas semester 1. Sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dari aspek pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa SMA dalam Kurikulum 2013. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perkembangannya, ternyata banyak konsep matematika diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kehidupan masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU-GURU MI NEGERI DI KABUPATEN BULELENG MELALUI PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si., M.Si NIP:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan harus dapat mengarahkan peserta didik menjadi manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan manusia terdidik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA

PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS INQUIRY DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS MAHASISWA Sri Jumini )1 1) Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sains AlQuran Wonosobo umyfadhil@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intelektual, manual, dan sosial yang digunakan. Gunungsitoli, ternyata pada mata pelajaran fisika siswa kelas VIII, masih

BAB I PENDAHULUAN. intelektual, manual, dan sosial yang digunakan. Gunungsitoli, ternyata pada mata pelajaran fisika siswa kelas VIII, masih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan Proses Sains (KPS) penting dimiliki oleh setiap individu sebagai modal dasar bagi seseorang agar memecahkan masalah hidupnya dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS INKUIRI DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASIS KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XA SMA NEGERI PASIRIAN LUMAJANG Intan Fitriani 1, Dewi Iriana 2,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA (Sains) merupakan salah satu konsep yang ditawarkan di Sekolah Dasar yang memiliki peran penting dalam pembentukan kepribadian intelektual anak. Umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional dan saling berinteraksi, bergantung, dan berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri sendiri dan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

PROPOSAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

PROPOSAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PROPOSAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT WORKSHOP PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS (FISIKA) SMP TOPIK MASSA JENIS BERBASIS KOMPETENSI UNTUK GURU-GURU SAINS SMP KOTA BANDUNG Oleh : Drs. Muslim,dkk. NIP.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen (Carin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN RANAH PSIKOMOTOR PADA MATERI TITRASI ASAM BASA KELAS XI-MIA SMAN 4 KOTA JAMBI OLEH ALANISA LOLA PASARIBU NIM RSA1C112010 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

PELATIHAN PRAKTIKUM IPBA BAGI GURU SMP/SMA DI KOTA SINGARAJA MENUJU OLIMPIADE ASTRONOMI Oleh: Ni Made Pujani dan Ni Ketut Rapi

PELATIHAN PRAKTIKUM IPBA BAGI GURU SMP/SMA DI KOTA SINGARAJA MENUJU OLIMPIADE ASTRONOMI Oleh: Ni Made Pujani dan Ni Ketut Rapi PELATIHAN PRAKTIKUM IPBA BAGI GURU SMP/SMA DI KOTA SINGARAJA MENUJU OLIMPIADE ASTRONOMI Oleh: Ni Made Pujani dan Ni Ketut Rapi ABSTRAK Tujuan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting dalam pendidikan. Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, setiap dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN

PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN PENGARUH MODEL PROJECT-BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 KEPANJEN Nila Mutia Dewi*, Kadim Masjkur, Chusnana I.Y Universitas Negeri Malang Jalan Semarang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada

Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEKS Penguatan Materi dan Pembelajarannya Bagi Guru-guru SD di Gugus II Kec. Sukasada Oleh: Drs. I Made Suarjana, M.Pd. (Ketua) NIP. 196012311986031022 I Gede Margunayasa, S.Pd.,M.Pd.

Lebih terperinci