BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu"

Transkripsi

1 31 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Seluruh tahap pelaksanaan penelitian dilakukan di perusahaan dan berlangsung mulai Oktober 2007 hingga Mei Analisa kimia dan mikrobiologi dilakukan di laboratorium perusahaan dan Laboratorium Balai Besar Industri Agro - Bogor. Tahapan Kajian Proses produksi minuman RTD dapat dijabarkan sebagai berikut. Air yang digunakan sebagai ingredient utama diperoleh dari proses water treatment yang berasal dari air hidrofor (air sumur). Proses pengolahan aseptiknya terdiri dari proses mixing bahan yang berlanjut ke proses thermal (pasteurisasi) lalu ditransfer ke mesin pengemasan. Kemasan yang digunakan (botol PET dan tutup botol PP) disetrilisasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Proses sterilisasi ini secara otomatis dilakukan pada mesin pengemasan. Mesin pengemasan juga disterilisasi sebelum digunakan (CIP dan flushing air panas). Proses pengemasan dan penutupan botol dilakukan dalam kondisi aseptik. Sterilisasi dilakukan sebelumnya terhadap ruang pengemasan dan ruang mesin pengemasan. Setelah keluar mesin pengemasan, produk diberi kode produksi dan expired date pada bagian tutup dan diberi label melalui shrink tunnel. Proses produksi minuman RTD berasam tinggi skala industri secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2. Kajian Awal Penyiapan Prosedur Pada tahapan ini dilakukan kajian terhadap tahapan proses produksi minuman RTD berasam tinggi skala industri untuk menyiapkan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) dan Standard Operating Procedure (SOP)-nya. Kajian ini dilakukan dengan mereview prosedur GMP dan SSOP yang telah diterapkan sebelumnya di perusahaan.

2 32 Gambar 2. Diagram alir proses produksi minuman RTD

3 33 Penyiapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) Keamanan Air Tahapan ini bertujuan untuk menyiapkan SSOP keamanan air sehingga diperoleh air yang dapat digunakan untuk proses produksi. Pada tahapan ini terlebih dahulu dilakukan pembuatan draft SSOP keamanan air. Draft SSOP ini mencakup masalah monitoring yang menjadi panduan apa, bagaimana (rujukan instruksi kerja), dimana, kapan dan siapa; termasuk juga tindakan koreksi serta dokumentasinya. Dari draft SSOP ini kemudian dibandingkan dengan prosedur yang sudah ada untuk kemudian disesuaikan. Prosedur ini kemudian harus divalidasi agar bisa menjadi prosedur yang baku. Air baku berasal dari air hidrofor (sumur) di perusahaan yang berasal dari 3 titik sumur. Proses pengolahan air baku yang sudah berjalan terdiri dari proses filtrasi (sand filter dan carbon filter) dan pelunakan sedangkan proses disinfeksi belum dibuat proses standarnya. Oleh karena itu, pada tahapan ini dilakukan penelitian terhadap prosedur disinfeksi yang akan digunakan. Pada kajian awal dilakukan analisa terhadap 3 sumber air (air hidrofor 1, 2 dan 3) yang digunakan dalam proses pengolahan air baku. Air campuran ketiga air hidrofor dan air yang telah melalui proses filtrasi dan pelunakan juga dianalisa. Semua sampel ini dianalisa kondisi fisik, kimia dan mikrobiologinya, kemudian dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Ketiga air hidrofor diambil dari masing-masing titik sumur sedangkan air campuran hidrofor dan air yang sudah melalui proses penyaringan karbon dan pasir serta pelunakan diambil dari area proses WTP (Water Treatment Plant). Lini sistem pengairan dapat dilihat pada Lampiran1. Kajian dilanjutkan dengan menganalisa kebutuhan klorin (chlorine demand) pada tangki penampung air akhir untuk menentukan dosis klorin yang ditambahkan. Sampel air diambil dari area proses WTP untuk air yang sudah melalui proses penyaringan karbon dan pasir serta pelunakan. Debit air pada saat kajian adalah 17 m 3 /jam, sampel diambil dari tangki penampungan air akhir kapasitas 11 m 3. Analisa klorin demand ini dilakukan dengan metode perhitungan kebutuhan klorin untuk menentukan titik patah klorinasi (break point chlorination). Setelah diketahui jumlah chlorine demand, dicoba 3 konsentrasi dosis klorin (1, 1.5 dan 2 ppm) yang ditambahkan pada proses pengolahan air. Analisa ini dilakukan dengan skala laboratorium, jumlah sampel yang dicoba sebanyak

4 ml untuk masing-masing 3 konsentrasi dosis klorin dan 1 sampel blanko (tanpa klorinasi). Parameter yang dianalisa adalah uji mikrobiologi (TPC, MPN Coliform, Salmonella dan Pseudomonas). Dari dosis klorin yang diperoleh kemudian dilakukan proses pengujian skala produksi dengan waktu kontak 30 menit terhadap air proses WTP. Pengujian ini dilakukan di WTP pada Storage Treated Water Tank dengan kapasitas tangki 11 m 3. Proses pemberian larutan stok klorin pada pengamatan ini dilakukan secara manual, larutan stok klorin dituang pada tangki pada saat tangki setengah penuh dengan debit air 17m 3 /jam. Penyiapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) Kebersihan Permukaan yang Kontak dengan Makanan Tahapan ini bertujuan untuk menyiapkan SSOP kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan yang akan diterapkan pada peralatan, bahan kemas dan ruangan yang digunakan dalam proses pengolahan dan pengemasan aseptik. Pada tahapan ini terlebih dahulu dilakukan pembuatan draft SSOP kebersihan permukaan yang kontak dengan makanan. Dalam sistem aseptik, proses produksi dilakukan dalam sistem tertutup. Kebersihan dan sanitasi peralatan yang kurang baik dapat mempengaruhi mutu dan keamanan produk akhir. Jadi, kajian pada tahap ini adalah penentuan jumlah dan konsentrasi larutan pada proses pembersihan di tempat (clean in place : CIP) mesin. Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap jumlah dan konsentrasi basa, asam dan sanitaiser (campuran klorin dan amonium kuartener) serta lamanya holding time yang akan digunakan dalam proses CIP. Pengujian dilakukan dengan melakukan proses CIP sejumlah total 1800 liter larutan, termasuk didalamnya air yang digunakan untuk pre-wash dengan air panas. Keseluruhan proses dimulai dari area penuangan bahan, mixing, pasteurisasi hingga mesin pengemasan. Setiap jenis larutan disirkulasi hingga larutan habis, kecuali untuk larutan sanitaiser, larutan ditahan pada holding tube selama 10 menit. Pengujian dilakukan terhadap air bilasan terakhir pada setiap interval perlakuan dengan mengukur kadar mikroorganisme total yang masih hidup (Total Plate Count : TPC).

5 35 Penyiapan Sanitation Standard Operating Procedure (SSOP) Pencegahan Kontaminasi Silang Tahapan berikutnya adalah penyiapan SSOP sanitasi ruangan pengemasan agar kondisi aseptik pada saat pengemasan produk dalam wadah pengemas tercapai. Kondisi proses pengisian produk yang aseptik sangat menunjang proses pengolahan produk secara keseluruhan, agar tidak terjadi kontaminasi silang dari udara ke produk. Dalam sistem pengemasan aseptik, untuk menjaga proses pengemasan dalam kondisi aseptik dapat dilakukan dengan menyaring udara yang masuk ke dalam area pengemasan (filtrasi) atau disinfeksi udara dengan sanitaiser. Desain proses sanitasi udara pada penelitian ini dilakukan dengan penyemprotan sanitaiser. Oleh karena itu, pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap jumlah dan konsentrasi sanitaiser dan lamanya holding time yang akan digunakan dalam proses sanitasi ruang pengemas aseptik dengan metode pengembunan (fogging). Pengujian dilakukan dengan menggunakan fogger dengan kapasitas 1.5 liter larutan sanitaiser (campuran klorin dan amonium kuartener) pada ruangan pengemasan seluas 96 m 2 dan ruang mesin pengemasan yang berada dalam ruang pengemasan. Lay out ruang proses Ready to Drink (RTD) ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Pengujian dilakukan dengan menguji total mikroba udara dengan menggunakan metode permukaan (Total Plate Count : TPC) untuk kondisi sebelum dan sesudah proses sanitasi. Waktu proses pengemasan diperkirakan paling lama 6 jam dari kondisi optimal jalannya mesin pengemasan (5900 botol per jam) dengan batch size sebesar 6 m 3. Pengujian kondisi setelah fogging pada ruangan pengemasan dilakukan dengan interval waktu 2 jam sedangkan pada ruangan mesin pengemasan dengan interval waktu 1 jam. Pada saat pengujian, mesin dikondisikan hidup dengan setting sesuai kondisi proses sebenarnya. Penempatan Cawan Petri berisi agar Plate Count Agar (PCA) di ruangan pengemasan adalah di area yang masih kosong sedangkan di ruangan mesin pengemasan di bawah area pengisian produk. Tahapan terakhir dari prinsip ini adalah penyiapan SSOP sanitasi bahan kemas sehingga diperoleh wadah yang steril untuk digunakan dalam pengemasan aseptik. Bahan kemas perlu disanitasi agar tidak terjadi kontaminasi silang dari bahan kemas ke dalam produk. Kemasan yang kontak

6 36 langsung dengan produk adalah botol dengan bahan plastik PET ukuran 140 ml dan tutup botol dengan bahan plastik PP diameter 28 mm. Oleh karena itu, pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap konsentrasi dan jumlah sanitaiser yang akan digunakan dalam proses sanitasi botol dan juga pengujian terhadap sanitasi tutup botol menggunakan sinar UV. Botol tanpa perlakuan dianalisa kondisi mikrobiologinya (TPC) dengan metode bilas. Tutup botol tanpa perlakuan dianalisa kondisi mikrobiologinya dengan metode swab. Sampel botol dan tutup botol diambil dari 2 kali kedatangan dengan jumlah sampel mengikuti Military Standard 105 E. Pengujian sanitasi kemasan botol saat trial produksi dilakukan pada 2 kecepatan mesin filling untuk melihat efektivitas sanitasi. Botol dengan perlakuan sanitasi (rinsing) dengan jumlah dan konsentrasi sanitaiser (peracetic acid) yang telah ditetapkan dianalisa kondisi mikrobiologinya (TPC). Tutup botol dengan perlakuan penyinaran dengan sinar UV dikaji kondisi mikrobiologisnya (TPC). Penyiapan Standard Operating Procedure (SOP) Pengendalian Proses dan Produk Akhir Tahapan ini bertujuan untuk menyiapkan SOP pengolahan minuman RTD dengan proses pengolahan dan pengemasan aseptik. Untuk proses pengolahan dengan proses thermal, suhu referensi yang digunakan 85 C dengan nilai z 8.9 C dan nilai D = 0.5 menit. Untuk menghitung kecukupan proses pasteurisasi digunakan konsep 5D. Dengan mengatur kecepatan pompa di holding tube, maka holding time dapat dihitung. Agar proses pasteurisasi bisa seimbang dengan proses pengemasan produk, maka ditentukan kecepatan optimum dari proses pengemasan produk. Dari kecepatan optimum proses pengemasan ini dapat diketahui debit aliran produk di PHE sehingga diketahui lamanya holding time. Dua variasi kombinasi suhu dan holding time ini akan dijadikan variabel untuk melihat kecukupan proses thermal. Pengujian proses thermal dilakukan dengan trial produksi dengan batch size 1500 liter yang dibagi 2 untuk tiap variasi kombinasi suhu dan holding time. Produk hasil mixing dan hasil pasteurisasi dua variasi kombinasi suhu dan holding time dianalisa ph, kadar vitamin C dan parameter mikrobiologinya (TPC, MPN Coliform, Salmonella, S. aureus, Kapang dan Khamir). Parameter uji yang

7 37 akan dikaji pada produk jadi adalah pertumbuhan mikroorganisme setelah produk diinkubasi pada suhu 35 C selama 5, 10 dan 15 hari. Metode Pengamatan Penetapan Kadar Sisa Klorin (Klorin Bebas) Metode Spektofotometri (SNI ; Cara Uji Air Minum Dalam Kemasan) (BSN 2006b) Bila N, N-dietil-p-fenilendiamin (DPD) sebagai indikator dibubuhkan pada suatu larutan mengandung sisa klor aktif (bebas) akan membentuk warna merah. Warna yang terjadi dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 515 nm. Sebelum digunakan, spektrofotometer dikalibrasi dengan air. Kemudian dilakukan pembuatan kurva standar menggunakan larutan klorin standar yang mempunyai konsentrasi 0.05 mg/l 4.0 mg/l. Jumlah contoh yang akan ditetapkan disesuaikan dengan kepekaan spektrofotometer. Sejumlah 0.5 ml buffer fosfat dimasukkan ke dalam tabung kuvet dan diberi beberapa tetes indikator DPD, kemudian ditambahkan sebanyak 10 ml contoh dan dikocok. Absorbansi dibaca pada panjang gelombang 515 nm. Pembacaan ini akan menunjukkan jumlah klorin bebas. Perhitungan kebutuhan klorin (chlorine demand) (American Water Works Association; Greenberg et al. 2005) Sebanyak 10 bagian contoh dengan jumlah yang sebanding dimasukkan ke dalam botol-botol bertutup berukuran 1000 ml dan berwarna coklat. Kemudian ditambahkan sejumlah klorin dengan dosis yang meningkat dengan pengadukan (0.1-1 mg/l untuk kebutuhan klorin yang rendah dan 1-10 mg/l untuk kebutuhan klorin yang tinggi). Waktu kontak dan kondisi suhu disamakan seperti yang dilakukan di proses. Selama periode kontak, contoh dilindungi dari sinar matahari langsung. Pada akhir periode kontak, total sisa klorin dihitung dengan metode spektrofotometri. Jumlah klorin yang dibutuhkan (chlorine demand) merupakan selisih antara dosis klorin yang ditambahkan dan sisa klorin. Grafik yang menghubungkan

8 38 antara dosis klorin (sumbu x) dan sisa klorin (sumbu y) dibuat untuk menentukan break point chlorination. Perhitungan Total Mikroba Metode APC (Aerobic Plate Count, Pour Plate) (Bacteriological Analytical Manual Online; USFDA 2001) Dengan pipet steril, sampel diambil dari campuran yang sudah disiapkan dengan pengenceran 10-2, 10-3, 10-4 dan pengenceran lain dengan mengambil 10 ml pengenceran sebelumnya ke dalam 90 ml larutan pengencer. Pengambilan sampel berbentuk busa harus dihindari. Campuran dikocok sebanyak 25 kali dalam jangkauan 30 cm selama 7 detik. Kemudian dipipet sebanyak 1 ml tiap campuran ke dalam petri terpisah yang tepat dan sudah diberi tanda dan dilakukan duplo. Pengocokan dilakukan kembali jika campuran tidak diambil sampelnya lebih dari 3 menit. Plate count agar (PCA, suhu 45 ± 1 C) ditambahkan sebanyak ml ke masing-masing petri dalam waktu 15 menit dari campuran asal. Campuran sampel dan agar segera dicampur hingga seragam dengan menggerakkan petri rotasi bolak-balik dan gerakan majumundur pada permukaan yang rata kemudian agar dibiarkan membeku. Petri yang sudah dingin dibalikkan dan diinkubasikan dengan benar selama 48 ± 2 h pada suhu 35 C. Petri jangan ditumpuk ketika agar dituang atau ketika agar dibekukan. Untuk menghindari impresi fiksi dari akurasi dan ketepatan analisa, dilaporkan hanya dua angka penting pertama. Jika dari semua pengenceran tidak ada koloni yang tumbuh, APC dilaporkan sebagai kurang dari 25 koloni. Angka kedua dibulatkan ke atas jika digit ketiga adalah angka 6, 7, 8, atau 9; dan dibulatkan ke atas jika digit ketiga adalah angka 1, 2, 3 atau 4. Jika digit ketiga adalah angka 5, dibulatkan ke atas jika digit kedua adalah angka ganjil dan dibulatkan ke bawah jika digit kedua adalah angka genap. 1. Petri dengan jumlah koloni a. APC dihitung dengan rumus : N = C / [ (1 * n 1 ) + (0.1 * n 2 ) ] * (d) Dimana : N = Jumlah koloni per ml atau g produk C = Jumlah koloni pada semua petri yang dihitung n 1 = Jumlah petri pada pengenceran pertama yang dihitung

9 39 n 2 = Jumlah petri pada pengenceran kedua yang dihitung d = Pengenceran dimana hitungan pertama diperoleh b. Jika hitungan dari salah satu petri diluar dari kisaran , digunakan hanya data yang berasal dari kisaran ini. 2. Semua petri dengan jumlah koloni kurang dari 25, dilaporkan jumlah aktual koloni sebagai kurang dari 25 x 1/d (d adalah faktor pengenceran dimana hasil hitungan diperoleh) 3. Jika petri dari dua pengenceran hasil hitungan koloninya masing-masing lebih dari 250 (tapi kurang dari 100/cm 2 ), hasilnya ditentukan dari hitungan yang mendekati 250 x 1/d (d adalah faktor pengenceran dimana hasil hitungan diperoleh) 4. Seluruh petri dengan koloni menyebar dan atau koloni karena insiden lab dilaporkan sebagai Spreader (SPR) atau Laboratory Accident (LA) 5. Seluruh petri dengan rata-rata lebih dari 100/cm 2. APC dientukan sebagai lebih dari 100 x pengenceran tertinggi x luas area petri. Perhitungan Total Mikroba Metode Permukaan (Surface Plate) Cawan petri disiapkan dengan media PCA yang telah disteril dan dibiarkan beku. Petri ditempatkan dalam keadaan terbuka selama 10 menit di area yang dikehendaki, setelah selesai petri ditutup. Petri diinkubasikan selama 48 ± 2 h pada suhu 35 C dan koloni dihitung mengikuti metode APC (USFDA 2001). Perhitungan Total Mikroba Metode Bilas Sebanyak ml larutan pengencer steril dituangkan ke dalam kemasan botol yang hendak diuji, kemudian dikocok agar homogen. Sebanyak 1 atau 0.1 ml sampel dipipet ke dalam cawan petri steril, kemudian dimasukkan PCA cair dan diinkubasikan selama 48 ± 2 h pada suhu 35 C dan koloni dihitung mengikuti metode APC (USFDA 2001). Perhitungan Total Mikroba Metode Oles (Swab) Swab diperas dengan cara menekankan pada dinding tabung bagian atas sambil diputar-putar. Swab dioleskan pada permukaan yang dikehendaki,

10 40 kemudian swab dimasukkan kembali ke dalam tabung, diaduk dan tabung diputar menggunakan kedua tangan selama 2 menit. Swab diperas kembali pada dinding tabung, kemudian dikeluarkan dari tabung. Sebanyak 1 atau 0.1 ml sampel dipipet ke dalam cawan petri steril kemudian dimasukkan PCA cair dan diinkubasikan selama 48 ± 2 h pada suhu 35 C dan koloni dihitung mengikuti metode APC (USFDA 2001). Perhitungan Bakteri Coliform Metode APM (Angka Paling Mungkin) (SNI , Cara Uji Cemaran Mikroba) (BSN 1992) Pada pengujian MPN Coliform digunakan medium Lactose Broth atau MacConkey Broth tergantung sampel yang akan dianalisa. Pada pengamatan ini digunakan Lactose Broth (single dan double strength) dengan analisis Tabung Seri 5. Sebanyak 10 ml sampel dipipet ke dalam 5 tabung berisi 10 ml Lactose broth double strength. Kemudian dipipet sebanyak 1 dan 0.1 ml sampel ke dalam 5 tabung yang kedua dan ketiga yang berisi 5 ml Lactose broth single strength. Semua tabung reaksi diberi kode dan diinkubasi pada suhu 36+1 C selama jam. Setelah 24 jam, catat tabung yang membentuk gas pada masingmasing pengenceran kemudian diinkubasikan kembali tabung yang tidak membentuk gas pada suhu 36+1 C selama 24 jam. Jumlah tabung yang membentuk gas dicatat. Nilai MPN Coliform dapat dihitung dengan melihat pada tabel MPN (Most Probable Number atau Angka Paling Mungkin disingkat APM). Untuk uji konfirmasi, sebanyak 1 sengkelit dari tiap tabung yang membentuk gas dipindahkan pada media Lactose Broth ke dalam tabung berisi 10 ml media Brilliant Green Lactose Bile Broth 2% (BGLBB 2%). Semua tabung dimasukkan ke dalam inkubator suhu 36+1 C selama jam. Adanya gas pada tabung BGLBB memperkuat adanya bakteri koliform dalam contoh. Angka Paling Mungkin dari Coliform dilihat pada b Daftar APM Coliform. Perhitungan Bakteri Staphylococcus aureus Metode Plate Count (SNI , Cara Uji Cemaran Mikroba) (BSN 1992) Pengujian bakteri Staphylococcus aureus menggunakan media Baird- Parker Agar (BPA) dengan pengujian lanjutan dengan uji koagulase. Sebanyak 0.1 ml sampel dari setiap pengenceran dipipet ke atas permukaan BPA dan

11 41 sebarkan merata dengan menggunakan spreader. Keringkan permukaan agar sebelum diinkubasi pada suhu 36+1 C selama jam. Pilih cawan Petri yang mengandung koloni dan hitung tersangka koloni Staphylococcus aureus yaitu koloni berwarna hitam mengkilat dengan lingkaran cerah di sekelilingnya. Pemeriksaan dilanjutkan dengan uji koagulase. Koloni tersangka dipindahkan ke dalam tabung berisi 5 ml Brain Heart Infusion (BHI) Broth kemudian diinkubasikan pada suhu 36+1 C selama jam. Plasma darah kelinci sebanyak 0.3 ml disiapkan dalam tabung steril dan ditambahkan sebanyak 0.1 ml biakan dalam BHI Broth yang berumur 1 malam, kemudian diinkubasikan pada suhu 36+1 C selama 2-6 jam. Amati ada tidaknya koagulasi, bila tidak ada koagulasi inkubasi dilanjutkan pada suhu kamar selama 24 jam dan diamati kembali ada tidaknya koagulasi. Jumlah Staphylococcus aureus dihitung dalam 1 gram atau 1 ml contoh yang memberikan reaksi koagulase positif (jumlah koloni dalam cawan dikalikan factor pengenceran). Pengujian Bakteri Salmonella (SNI , Cara Uji Cemaran Mikroba) (BSN 1992) Prinsip metode ini adalah pertumbuhan Salmonella pada perbenihan selektif yang dilanjutkan dengan uji biokimia dan uji serologi. Pra-pengkayaan : sampel yang telah dihomogenasi dipindahkan secara aseptik ke dalam botol 500 ml kemudian diinkubasikan pada suhu 36+1 C selama jam. Pengkayaan : Sebanyak 10 ml biakan pra-pengkayaan dipipet ke dalam 100 ml Selenite Cystine Broth kemudian diinkubasikan pada suhu 36+1 C selama 24 jam. Sebanyak 10 ml biakan pra-pengkayaan dipipet ke dalam 100 ml Tetrathionate Brilliant Green Broth kemudian diinkubasikan pada suhu 43 C selama 24 jam. Penanaman pada perbenihan selektif : biakan pengkayaan dipindahkan dengan cara menggoreskan masing-masing biakan dengan sengkelit ke dalam cawan petri yang berisi BGA dan BSA atau perbenihan lainnya (XLD, HE agar, SS agar) kemudian diinkubasikan pada suhu 37 C selama 24 jam. Tersangka koloni Salmonella diamati pada media dengan ciri-ciri spesifik masing-masing media. Konfirmasi (Uji Biokimia) : Sebanyak 2-5 koloni tersangka dipilih dan digoreskan pada permukaan NA dalam cawan Petri kemudian diinkubasikan pada suhu 37 C

12 42 selama jam. Dari koloni yang diisolasi pada NA kemudian dipindahkan ke dalam media TSI agar, urea agar, lysine decarboxylation medium, betagalactosidase reagent, V.P. medium dan Indol medium. Perubahan yang terjadi diamati dengan ciri-ciri spesifik pada masing-masing media. Uji serologi : uji serologi dilakukan bila reaksi biokimia menunjukkan ada Salmonella. Sebanyak 1 sengkelit biakan dari TSI agar diambil dan dioleskan pada gelas sediaan kemudian diteteskan sedikit antisera di samping biakan. Dengan menggunakan sengkelit, tetesan antisera dicampur dengan kultur hingga homogen. Penggumpalan yang terjadi menunjukkan uji positif. Jika reaksi biokimia menunjukkan adanya Salmonella dan uji serologi positif, maka Salmonella dinyatakan positif. Perhitungan Pseudomonas aeruginosa (SNI , Air Demineral) (BSN 2000) Prinsip metode ini adalah pertumbuhan P. aeruginosa pada penyaringan membrane dengan penampakan rata dengan pinggiran luar terang/cerah dan bintik coklat sampai hijau hitam di tengah setelah diinkubasi pada suhu C selama 72 jam dalam pembenihan yang cocok. Uji Pendugaan : peralatan penyaring membrane yang terdiri dari corong, membrane penyaring dan penampung yang telah disterilkan lebih dahulu dipasang dan dihubungkan dengan sistem vakum. Sebanyak 200 ml contoh dimasukkan ke dalam corog dari alat penyaring dengan menggunakan pipet atau gelas ukur steril. Vakum digunakan untuk menyaring sampel. Seluruh permukaan dalam corong penyaring dibilas dengan air pengencer atau air suling steril yang jumlahnya sama dengan jumlah sampel yang disaring kemudian cairan pembilas disaring. Vakum dihentikan dan peralatan penyaring dibuka kembali. Membrane penyaring diambil dengan pinset steril kemudian diletakkan di atas perbenihan M-PA (diusahakan tidak ada gelembung udara di bawah membran). Inkubasikan pada posisi terbalik pada suhu C selama 72 jam. Amati koloni yang diduga P. aeruginosa dengan ciri-ciri sebagai berikut : koloni dengan diameter mm, penampakan rata dengan pinggiran luar terang dan bintik coklat sampai hijau hitam di tengah. Koloni yang diduga dihitung dari membran penyaring yang mengandung koloni.

13 43 Uji Penegasan : koloni yang diduga digores di atas permukaan perbenihan agar susu sepanjang 2-4 cm kemudian diinkubasi dengan posisi terbalik pada suhu C selama 24 jam. P. aeruginosa menghidrolisis kasein dan menghasilkan diffusible pigment yang berwarna kuning sampai hijau. Perhitungan Kapang dan Khamir (SNI , Cara Uji Cemaran Mikroba) (BSN 1992) Prinsip metode ini adalah perhitungan kapang dan khamir dalam media yang cocok, setelah diinkubasikan pada suhu 25 C atau suhu kamar selama 5 hari. Sebanyak 1 ml masing-masing pengenceran dipipet ke cawan Petri steril secara simplo-duplo. PDA yang telah dicairkan atau perbenihan lainnya (suhu 45+1 C) dituangkan sebanyak ml ke dalam cawan petri dan cawan petri digoyangkan sedemikian rupa sehingga campuran tersebar merata. Setelah membeku, cawan petri dibalikkan dan diinkubasikan pada suhu 25 C atau suhu kamar selama 5 hari. Koloni kapang dan khamir dihitung setelah 5 hari (koloni kapang biasanya buram dan berbulu sedangkan koloni khamir berwarna putih, licin dan berbau asam). Pengukuran ph dengan ph meter Sebelum digunakan elektroda selalu dibilas dulu dengan air destilata dan dikeringkan. Kalibrasi ph meter dilakukan dengan buffer ph 4 dan ph 7. Setelah ph meter siap digunakan, elektroda dimasukkan ke dalam sampel hingga elektoda terendam. Hasil pengukuran ph sampel dibaca setelah display ph meter stabil. Elektroda dibilas dengan air destilata, dikeringkan kemudian disimpan kembali ke tempatnya semula. Pengukuran Kadar Vitamin C Metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) Persiapan Larutan Standar Ditimbang dengan teliti sebanyak 50 mg Vitamin C standar, lalu dilarutkan dalam labu ukur menjadi 250 ml dengan air demineralisasi. Sebanyak 5.0 ml dan 10 ml larutan tersebut dipipet ke dalam masing-masing labu ukur 100 ml,

14 44 kemudian diencerkan hingga menjadi 100 ml. Kemudian masing-masing larutan standar disaring menggunakan membrane filter 0.45 μm. Hasil saringan awal digunakan untuk membilas, dan hasil saringan selanjutnya siap digunakan untuk injekdi ke HPLC. Persiapan Larutan Contoh untuk Produk Ditimbang dengan teliti sejumlah contoh sesuai dengan tabel, kemudian dilarutkan dalam labu ukur 50 ml dengan air demineralisasi hingga 3/4 nya volume labu ukur. Ditambahkan 1.0 ml larutan Carrez I dan 1.0 ml larutan Carrez II. Campuran kemudian di aduk dan Ultrasonic selama 5 menit.. Kemudian campuran diencerkan kembali dengan air demineralisasi hingga menjadi 50 ml. Larutan kemudian di sentrifugasi dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit, lalu diambil larutan jernihnya untuk kemudian disaring menggunakan membrane filter 0.45μm. Hasil saringan awal digunakan untuk membilas, dan hasil saringan selanjutnya siap digunakan untuk injekdi ke HPLC. Kondisi HPLC HPLC dikondisikan dengan parameter berikut : - Kecepatan Aliran : 1,0 ml per menit. - Tekanan : ± 68 kg f / cm 2. - Panjang Gelombang : 268 nm. - Ukuran Contoh : 20μl. Perhitungan Kadar Vitamin C dalam contoh dihitung dengan membandingkan luas area peak / tinggi peak contoh dan luas area peak / tinggi peak standar. A Cth C Std % Vitamin C = X X 100 % A Std C Cth A cth : luas area /tinggi peak contoh A std : luas area/tinggi peak standar C std : Konsentrasi standar C cth : Konsentrasi contoh Keseluruhan analisa dalam pengujian ini dilakukan dengan dua kali ulangan dan masing-masing ulangan dianalisa duplo.

PENYIAPAN SSOP DAN SOP PROSES PRODUKSI MINUMAN READY TO DRINK (RTD) BERASAM TINGGI SKALA INDUSTRI ANDRI CAMUS

PENYIAPAN SSOP DAN SOP PROSES PRODUKSI MINUMAN READY TO DRINK (RTD) BERASAM TINGGI SKALA INDUSTRI ANDRI CAMUS PENYIAPAN SSOP DAN SOP PROSES PRODUKSI MINUMAN READY TO DRINK (RTD) BERASAM TINGGI SKALA INDUSTRI ANDRI CAMUS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Awal Penyiapan Prosedur

HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Awal Penyiapan Prosedur 45 HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Awal Penyiapan Prosedur Pada tahapan ini dilakukan kajian terhadap tahapan proses produksi minuman RTD berasam tinggi skala industri untuk menyiapkan Sanitation Standard

Lebih terperinci

PENYIAPAN SSOP DAN SOP PROSES PRODUKSI MINUMAN READY TO DRINK (RTD) BERASAM TINGGI SKALA INDUSTRI ANDRI CAMUS

PENYIAPAN SSOP DAN SOP PROSES PRODUKSI MINUMAN READY TO DRINK (RTD) BERASAM TINGGI SKALA INDUSTRI ANDRI CAMUS PENYIAPAN SSOP DAN SOP PROSES PRODUKSI MINUMAN READY TO DRINK (RTD) BERASAM TINGGI SKALA INDUSTRI ANDRI CAMUS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di

BAHAN DAN METODE. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2012 di Balai Laboratorium Kesehatan Medan. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah garam buffer

Lebih terperinci

MATERI DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Susu Bubuk Skim Impor

MATERI DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Susu Bubuk Skim Impor MATERI DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Bagian Mikrobiologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2015 di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Lebih terperinci

Setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.

Setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering. Lampiran 1.Flowsheet Pembuatan Media Lactose Broth Double Ditimbang seksama media Lactose Broth Double sebanyak 52 gr. Dimasukkan ke dalam beaker gelas. Dilarutkan dalam 1 liter aquadest. Dimasukkan magnetic

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di Laboratorium Teknologi Pascapanen dan Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober hingga

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober hingga 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu bulan Oktober hingga November 2015. Lokasi pengambilan sampel penelitian berada di Sumber air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN. Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan

BAB III METODE PENGUJIAN. Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pemeriksaan bakteri Coliform pada air limbah dilakukan Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan Jalan Sisingamangaraja No 24, Medan yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam

BAB III METODA PENELITIAN. Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Metoda Percobaan Rancangan analisis data pada penelitian ini menggunakan faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK), desain faktorialnya 4 x 4 dengan tiga kali ulangan.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2012 di Bagian Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera utara.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan

LAMPIRAN. Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN. Sampel Kode sampel Tes perkiraan LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel 1: Hasil Analisis Bakteri Koliform dengan Metode MPN Sampel Kode sampel Tes perkiraan Tes penegasan MPN Air Bersih 290/B/AB/02/201 4 5-1-0 5-1-0 33 Lampiran 2 Flowsheet Pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi: BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian akan dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah kadar kitosan yang terdiri dari : 2%, 2,5%, dan 3%.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2015 di Kota Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui pertumbuhan mikroorganisme pengganti Air Susu Ibu di Unit Perinatologi Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada 4 April 2016 sampai 16 Agustus 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Material dan Hayati Departemen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan untuk mengetahui kondisi sanitasi fasilitas mesin peralatan, antara lain media Plate Count Agar (PCA), media Acidified Potato Dextrose

Lebih terperinci

II. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Metode Pengumpulan Data 2.1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Sampel nasi bungkus diambil dari penjual nasi bungkus di wilayah sekitar kampus Universitas Udayana Bukit Jimbaran.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013. Ikan teri (Stolephorus sp) asin kering yang dijadikan sampel berasal dari

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Pengujian yang

Lebih terperinci

BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.1. Materi Penelitian 2.1.1. Lokasi Sampling dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini sampel diambil dari lokasi-lokasi sebagai berikut: 1. Rumah Pemotongan Hewan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

MATERI DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengambil data berdasarkan wawancara dan pengisian kuesioner serta pengambilan sampel daging kambing di tempat pemotongan hewan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan  Metode Penelitian Sampel 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2012 di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, 1.2. Bahan beaker glass, tabung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Balai Besar Industri Agro (BBIA) Cikaret, Bogor dan Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Febuari 2014 dengan tahapan kegiatan, yaitu pengambilan sampel, isolasi dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rimpang jahe segar yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Aromatik dan Obat (Balitro) Bogor berumur 8

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu 1. Bentuk Granula Suspensi pati, untuk pengamatan dibawah mikroskop polarisasi cahaya, disiapkan dengan mencampur butir pati dengan air destilasi, kemudian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang observasi dan pemeriksaannya hanya dilakukan dalam satu waktu untuk memperoleh gambaran kualitas air

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian bioremediasi logam berat timbal (Pb) dalam lumpur Lapindo menggunakan campuran bakteri (Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas pseudomallei)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan survei serta rancangan deskriptif dan eksploratif. B. Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI

PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA Uji Kontaminasi Udara Ruang Pengolahan - Nutrient Agar ( ) Steril - Potato Dextrose

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah

BAB III MATERI DAN METODE. pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul pengaruh variasi periode pemanasan pada suhu 70 C terhadap total bakteri, ph dan Intensitas Pencoklatan susu telah dilaksanakan sejak tanggal 11 April

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif eksploratif, yaitu penelitian yang menjajaki sesuatu informasi sementara atau kasus yang belum dikenal atau

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013 di PT. AGB Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi-Jawa Barat. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bandar Lampung, Laboratorium Limbah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bandar Lampung, Laboratorium Limbah III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Bandar Lampung, Laboratorium Limbah Agroindustri, dan Laboratorium Mikrobiologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tampan pada bulan Maret sampai

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tampan pada bulan Maret sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tampan pada bulan Maret sampai April 2015. Analisis aspek mikrobiologi dilakukan di Laboratorium Makanan dan Minuman Dinas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan.

Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan. Lampiran 1. Alat dan Satuan yang Dipergunakan dalam Pengukuran Faktor Fisik dan Kimia Perairan. No Parameter Fisik, Kimia, Biologi Satuan Alat 1 Temperatur air 0 C Termometer Air Raksa 2 DO (Oksigen Terlarut)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O

Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Lampiran 1. Prosedur penetapan kemasaman tanah (ph) H 2 O Bahan-bahan - air destilasi - larutan kalium chloride (KCl) 1N ditimbang 373 g KCl yang sudah dikeringkan di dalam oven pengering 105 o C, dilarutkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Mutu Mikrobiologi. 1.1 Pengujian E. coli dengan Metode TPC (BAM, 2002)

Lampiran 1. Prosedur Analisis Mutu Mikrobiologi. 1.1 Pengujian E. coli dengan Metode TPC (BAM, 2002) Lampiran 1. Prosedur Analisis Mutu Mikrobiologi 1.1 Pengujian E. coli dengan Metode TPC (BAM, 2002) - Sampel ditimbang sebanyak 1 g secara aseptik kemudian dimasukkan ke dalam wtabung reaksi - 9 ml larutan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel air diambil dari air sumur gali yang berada di Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak Kota Kupang yang selanjutnya sampel air dianalisa di

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto LAMPIRAN Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto Lampiran 2. Pembuatan Media dan Reagen 2.1 Pembuatan Media Skim Milk Agar (SMA) dalam 1000 ml (Amelia, 2005) a. 20 gram susu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ± 3 bulan dimulai bulan Oktober sampai Desember 2013. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo kemudian diteruskan dengan pemeriksaan bakteri Salmonella sp. di

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo kemudian diteruskan dengan pemeriksaan bakteri Salmonella sp. di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian dilakukan pada warung-warung minuman yang menjual Susu Telur Madu Jahe (STMJ) di taman kota Damay kecamatan Kota Selatan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda pada pollard terhadap kandungan total bakteri, Gram positif/negatif dan bakteri asam laktat telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian eksperimental laboratorik. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut methanol

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2. MATERI DAN METODE 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014. 2.2. Materi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan utama yang dibutuhkan dalam penelitian terdiri dari prebiotik berupa fruktooligosakarida (QHTFOS-G50L TM ), galaktooligisakarida (QHTGOS-50L TM ),

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat

METODOLOGI. Waktu dan Tempat 17 METODOLOGI Waktu dan Tempat Seluruh tahap penelitian dilakukan di perusahaan mulai bulan Pebruari 2011 hingga Mei 2011. Analisa kimia dan mikrobologi dilakukan di Laboratorium perusahaan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode difusi Kirby bauer. Penelitian di lakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah, serta Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni laboratorium in vitro. B. Subjek Penelitian 1. Bakteri Uji: bakteri yang diuji pada penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada Januari

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3 ulangan meliputi pemberian minyak atsiri jahe gajah dengan konsentrasi

Lebih terperinci

Air minum dalam kemasan

Air minum dalam kemasan SNI 0135532006 Standar Nasional Indonesia Air minum dalam kemasan ICS 67.160.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 0135532006 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian dimana variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September - Desember 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September - Desember 2013 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September - Desember 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi Gorontalo.

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan 20 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan kegiatan, yaitu pengambilan sampel, isolasi dan identifikasi bakteri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan yaitu dari bulan Oktober 2011 sampai Mei 2012. Lokasi penelitian di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak, Laboratorium Terpadu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP)

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 di Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPPMHP) Provinsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo. Penelitian dilakukan pada tanggal 17 Desember 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian akan dilakukan di Desa Karya Baru Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam Rancangan Acak Lengkap dan ulangan yang dilakukan sebanyak empat kali Faktor pertama:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

2011, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republ

2011, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821); 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republ BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.595, 2011 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Analisis Kosmetika. Analisis. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.1.23.08.11.07331

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam penelitian ini adalah kompleks pasar sentral Kota Gorontalo. 3.2 Desain

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PE ELITIA

BAB 4 METODE PE ELITIA BAB 4 METODE PE ELITIA 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian : eksperimental laboratorik 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian : Laboratorium Biologi Oral FKG UI Waktu penelitian : Minggu ke-4

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian, Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Rancangan penelitian yang digunakan merupakan penelitian eksperimen murni (True experiment) dengan rancangan penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990).

Tabel klasifikasi United State Department of Agriculture (USDA) fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). LAMPIRAN 74 Lampiran 1. Klasifikasi fraksi tanah menurut standar Internasional dan USDA. Tabel kalsifikasi internasional fraksi tanah (Notohadiprawiro, 1990). Fraksi Tanah Diameter (mm) Pasir 2.00-0.02

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu (uji kimia dan mikrobiologi) dan di bagian Teknologi Hasil Ternak (uji organoleptik), Departemen Ilmu Produksi dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

3. METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3. METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3. METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2009 sampai Bulan September 2009 di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perikanan, Laboratorium Bioteknologi 2 Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL faktorial dengan 15 perlakuan dan 3 kali ulangan. Desain perlakuan pada penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lay out penelitian I

Lampiran 1 Lay out penelitian I LAMPIRAN 65 Lampiran 1 Lay out penelitian I 66 Lampiran 2 B. humidicola tanpa N (A), B. humidicola dengann (B), P. notatum tanpa N (C), P. notatum dengan N (D), A. compressus tanpa N (E), A.compressus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2009. Pengambilan sampel susu dilakukan di beberapa daerah di wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Klasifikasi Alat : 1. Alat untuk Pengamatan (Koloni dan Morfologi) 2. Alat untuk Sterilisasi 3. Alat untuk Kultivasi 4. Alat untuk Kuantifikasi Mikroorganisme

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014.

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 - Februari 2014. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA Riau.

Lebih terperinci

PENYIAPAN SSOP DAN SOP PROSES PRODUKSI MINUMAN READY TO DRINK (RTD) BERASAM TINGGI SKALA INDUSTRI ANDRI CAMUS

PENYIAPAN SSOP DAN SOP PROSES PRODUKSI MINUMAN READY TO DRINK (RTD) BERASAM TINGGI SKALA INDUSTRI ANDRI CAMUS PENYIAPAN SSOP DAN SOP PROSES PRODUKSI MINUMAN READY TO DRINK (RTD) BERASAM TINGGI SKALA INDUSTRI ANDRI CAMUS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan menggunakan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan sampel Populasi yang digunakan

Lebih terperinci