DAFTAR PUSTAKA. Alexeyev, V. (1994) : Quantitative Analysis A Textbook, Foreign Languages Publishing House, Moscow,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR PUSTAKA. Alexeyev, V. (1994) : Quantitative Analysis A Textbook, Foreign Languages Publishing House, Moscow,"

Transkripsi

1 42 DAFTAR PUSTAKA Alexeyev, V. (1994) : Quantitative Analysis A Textbook, Foreign Languages Publishing House, Moscow, Amy L.Cox and James R.Cox. (August 2002) : Determining Oxidation-Reduction on a Simple Number Line, J. Chem. Edu, 79 (8), Arifin, M. (2003) : Inovasi Pembelajaran Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran Kimia melalui Pendekatan Pembelajaran Praktikum Skala Mikro Berbasis Kompetensi di Jurusan Kimia UPI, Penelitian Dosen, Bandung : UPI, Baharudin. (2000) : Analisis Kesulitan Siswa pada Pokok Bahasan Reaksi Reduksi- Oksidasi, Thesis pada Program Pasca Sarjana UPI, Bandung, Tidak diterbitkan, Basset, J., Denny, R.C., Jeffrey, G.H., and Mendham, J. (1994) : Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Alih Bahasa : Hadyana, A.P dan Setiono, L,Ir. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Bradley, J.D., Durbach, S., Bell, B., and J.Mungarulire, (November 1998) : Hands- On Practical Chemistry for All-Why and How, J. Chem. Edu, 75 (11), Dick, J.G. (1973) : Analytical Chemistry, International Student Edition, McGraw- Hill Kogakusha LTD, Tokyo, E. Harris, Walter., Kratochvie, Byron. (-) : An Introduction to Chemical Analysis, Sounders College Publishing, Philadelphia, Fernando, Quintos&D.Ryan,Michael. (1997) : Kimia Analitik Kuantitatif, Edisi Pertama, Penerbit Andi Yogyakarta, Firman, H. (2000) : Beberapa Pokok Pikiran tentang Pembelajaran Kimia di SLTA, Makalah pada diskusi Guru Kimia Aliyah Jawa Barat, BPG Bandung, [Online], Tersedia : diakses 15 Januari Harjadi., W. (1993) : Ilmu Kimia Analitik Dasar, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, , Henderleiter, J. and Pringle, D.L. (January 1999) : Effects of Context-Based Laboratory Experiments on Attitudes of Analytical Chemistry Students, J. Chem. Edu, 76 (1),

2 43 Hiskia Ahmad. (2001) : Elektrokimia dan Kinetika Kimia, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Jakarta, Hofstein, Avi and Lunetta. Vincent N, (1982) : The Role of Laboratory in Science Teaching : Neglected Aspects of Research, Rev. Edu. Res, 52(2), Ivan A. Shibley Jr., Down M. Zimmaro, (June 2002) : The Influence of Collaborative Learning on Student Attitudes and Performance in an Introductory Chemistry Laboratory, J. Chem. Edu, 79 (6), Khopkar, S.M. (1990) : Konsep Dasar Kimia Analitik, Penerjemah : A. Saptorahardjo, Pendamping : Agus Nurhadi, Cetakan Pertama, Penerbit UI- Press, Jakarta, Purba, Michael, (2002) : Kimia 3A untuk SMA Kelas XII, Penerbit Erlangga, Jakarta, Pusat Kurikulum Depdiknas. (2003) : Model Pembelajaran pada Kurikulum Berbasis Kompetensi, [Online] : diakses 31 Juli Quane, Denis., (February 1971) : Redox Titration Calculations, J. Chem. Edu, 48 (2), A104-A105. Richardson, John N., Stauffer, Mark T., and Henry, Jennifer L. (January 2003) : Microscale Quantitative of Hard Water Samples Using an Indirect Potassium Permanganate Redox Titration, J. Chem. Edu, 80 (1), Romey, D. William, (1978) : Inquiry Techniques for Teaching Science, Prentice-Hall. Inc, New Jersey, 18. Senkbeil, Edward G. (January 1999) : Inquiri-Based Approach to a Carbohydrate Analysis Experiment, J. Chem. Edu, 76 (1), Suparno, P. (1997) : Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan, Penerbit Kanisius, Jogjakarta, Underwood.,A.L., Day., R.A. (1983) : Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta, , Williams, Kathryn R., (September 1998) : Automatic Titrators in the Analyical and Physical Chemistry Laboratories, J. Chem. Edu, 75 (9),

3 44 Lampiran A Bagan Rancangan Penelitian A.1 Pembuatan Larutan K 2 Cr 2 O 7 0,1 N Bagan rancangan pembuatan larutan K 2 Cr 2 O 7 0,1 N dapat dilihat pada Gambar B.1. berikut : Ditimbang 6 gr bahan K 2 Cr 2 O 7 pro analisis - Dipanaskan menit - Didinginkan dalam desikator Ditimbang 4,9 gr - Dimasukkan dalam labu ukur 1 dm 3 - Dilarutkan dengan aqua dm hingga tanda batas Larutan K 2 Cr 2 O 7 0,1 N Gambar A.1 Bagan rancangan pembuatan larutan K 2 Cr 2 O 7 0,1 N A.2 Pembuatan Larutan Garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M Bagan rancangan pembuatan larutan Garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dapat dilihat pada gambar berikut ini : Ditimbang 2,8206 gr Garam SnCl 2.2H 2 O - Dilarutkan dengan aqua dm dalam labu ukur 250 ml Larutan Garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M Gambar A. 2 Bagan rancangan pembuatan larutan garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M

4 45 A.3 Pembuatan Larutan KMnO 4 0,1 N Bagan rancangan pembuatan larutan KMnO 4 0,1 N dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Ditimbang 3,25 gr KMnO 4 pro analisis - Dimasukkan dalam gelas piala 1000 cm 3 - Ditambahkan 1 liter air Larutan KMnO 4 - Dipanaskan hingga mendidih (15-30 menit) - Didinginkan larutan hingga suhu ruang - Larutan disaring Filtrat (Larutan KMnO 4 0,1 N) - Disimpan dalam botol kaca berwarna gelap Distandarisasi dengan Natrium oksalat Gambar A. 3 Bagan rancangan pembuatan larutan KMnO 4 0,1 N

5 46 A.4 Pembuatan Larutan KBrO 3 0,1 N Bagan rancangan pembuatan larutan KBrO 3 0,1 N adalah sebagai berikut : 5,0 gr bubuk KBrO 3 pro analisis - Dikeringkan selama 12 jam pada 120 o C - Didinginkan dalam desikator Timbang 2,783 gr - Larutkan dalam 1 dm 3 aqua dm dalam labu ukur Larutan KBrO 3 0,1 N Gambar A. 4 Bagan rancangan pembuatan larutan KBrO 3 0,1 N A.5 Pembuatan Larutan Garam Mohr, (NH 4 ) 2 SO 4.FeSO 4.6H 2 O 0,1 M Bagan rancangan pembuatan larutan Garam Mohr, (NH 4 ) 2 SO 4.FeSO 4.6H 2 O 0,1 M dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Ditimbang 9,80 gr Garam Mohr - Dilarutkan dengan aqua dm dalam labu ukur 250 ml - Ditambahkan H 2 SO 4 2 N setengah volume larutan - Larutan dihomogenkan Larutan Garam Mohr 0,1 M Gambar A. 5 Bagan rancangan pembuatan larutan garam Mohr, (NH 4 ) 2 SO 4.FeSO 4.6H 2 O 0,1 M

6 47 A.6 Titrimetri Garam Mohr 0,1 M dan Garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan Oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N Bagan rancangan pelaksanaan titrimetri garam Mohr 0,1 M dan garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 25 ml larutan 25 ml larutan garam Mohr 0,1 M garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M Masing-masing larutan di masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml Masing-masing larutan di tambah 200 ml H 2 SO 4 2,5% Masing-masing larutan di tambah 5 ml H 3 PO 4 85% Masing-masing larutan di tambah 8 tetes indikator Na-DPAS Dicatat volume Masing-masing larutan Dicatat Esel larutan titik akhir dari dititrasi dengan oksidator setiap penambahan titrasi K 2 Cr 2 O 7 0,1 N volume tertentu titran Analisis Data : - Pembuatan kurva titrasi - Penentuan kadar ion Fe 2+ dan Ion Sn 2+ dalam masing-masing larutan garam Gambar A. 6 Bagan rancangan pelaksanaan titrimetri garam Mohr 0,1 M dan garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N

7 48 A.7 Titrimetri Garam Mohr 0,1 M dan Garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan Oksidator KMnO 4 0,1 N Bagan rancangan pelaksanaan titrimetri garam Mohr 0,1 M dan garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan oksidator KMnO 4 0,1 N dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 25 ml larutan 25 ml larutan garam Mohr 0,1 M garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M Masing-masing larutan di masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml Masing-masing larutan di tambah 3 ml H 3 PO 4 85% Dicatat volume Masing-masing larutan Dicatat Esel larutan titik akhir dititrasi dengan oksidator setiap penambahan dari titrasi KMnO 4 0,1 N volume tertentu titran Analisis Data : - Pembuatan kurva titrasi - Penentuan kadar ion Fe 2+ dan Ion Sn 2+ dalam masing-masing larutan garam Gambar A. 7 Bagan rancangan pelaksanaan titrimetri garam Mohr 0,1 M dan garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan oksidator KMnO 4 0,1 N

8 49 A.8 Titrimetri Garam Mohr 0,1 M dan Garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan Oksidator KBrO 3 0,1 N Bagan rancangan pelaksanaan titrimetri garam Mohr 0,1 M dan garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan oksidator KBrO 3 0,1 N dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 25 ml larutan 25 ml larutan garam Mohr 0,1 M garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M Masing-masing larutan di masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml Masing-masing larutan di tambah 100 ml KBr 10% Masing-masing larutan di tambah 6 ml HCl dan 10 ml aqua dm Masing-masing larutan di tambah 0,5 ml methyl orange Dicatat volume Masing-masing larutan Dicatat Esel larutan titik akhir dititrasi dengan oksidator setiap penambahan dari titrasi KBrO 3 0,1 N volume tertentu titran Analisis Data : - Pembuatan kurva titrasi - Penentuan kadar ion Fe 2+ dan Ion Sn 2+ dalam masing-masing larutan garam Gambar A. 8 Bagan rancangan pelaksanaan titrimetri garam Mohr 0,1 M dan garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan oksidator KBrO 3 0,1 N

9 50 Lampiran B Data Hasil Pengukuran Potensial Sel Larutan selama Proses Titrasi Redoks Garam Mohr dan Garam SnCl 2.2H 2 O terhadap Oksidator K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 B.1 Potensial sel selama titrasi garam Mohr dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7 Tabel B. 1 Potensial sel selama titrasi garam Mohr dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7 Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 539,90 541,10 540,50 1,00 543,20 546,60 544,90 2,00 558,00 559,00 558,50 3,00 573,40 578,40 575,90 4,00 583,10 586,30 584,70 5,00 590,50 593,50 592,00 10,00 617,20 621,80 619,50 15,00 643,60 648,00 645,80 20,00 701,90 704,50 703,20 20,70 749,30 752,90 751,10 20, , , ,50 20, , , ,50 25, , , ,40 30, , , ,80 40, , , ,00 50, , , ,80 70, , , ,00

10 51 B.2 Potensial sel selama titrasi garam SnCl 2.2H 2 O dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7 Tabel B. 2 Potensial sel selama titrasi garam SnCl 2.2H 2 O dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7 Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 37,50 38,70 38,10 1,00 42,90 43,70 43,30 2,00 51,60 54,00 52,80 3,00 57,80 59,60 58,70 4,00 62,40 64,00 63,20 5,00 65,70 67,90 66,80 10,00 79,00 82,00 80,50 15,00 92,50 94,90 93,70 20,00 121,10 123,70 122,40 20,70 144,90 147,70 146,30 20,80 872,20 876,20 874,20 20, , , ,44 25, , , ,37 30, , , ,73 40, , , ,98 50, , , ,77 70, , , ,90

11 52 B.3 Potensial sel selama titrasi garam Mohr dengan oksidator KMnO 4 Tabel B. 3 Potensial sel selama titrasi garam Mohr dengan oksidator KMnO 4 Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 533,60 535,40 534,50 1,00 539,60 540,40 540,00 2,00 557,90 559,90 558,90 3,00 570,20 570,80 570,50 4,00 578,40 579,60 579,00 5,00 585,70 586,30 586,00 10,00 610,30 612,10 611,20 15,00 631,80 632,20 632,00 20,00 656,60 657,80 657,20 24,90 762,50 763,90 763,20 25, , , ,60 25, , , ,30 30, , , ,30 40, , , ,00 50, , , ,60 70, , , ,60

12 53 B.4 Potensial sel selama titrasi garam SnCl 2.2H 2 O dengan oksidator KMnO 4 Tabel B. 4 Potensial sel selama titrasi garam SnCl 2.2H 2 O dengan oksidator KMnO 4 Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 30,10 30,90 30,50 1,00 40,30 41,30 40,80 2,00 49,50 50,90 50,20 3,00 55,70 56,30 56,00 4,00 59,80 60,80 60,30 5,00 63,20 64,40 63,80 10,00 75,60 77,20 76,40 15,00 85,90 87,70 86,80 20,00 98,70 100,10 99,40 24,90 151,80 153,00 152,40 25, , , ,70 25, , , ,20 30, , , ,25 40, , , ,94 50, , , ,56 70, , , ,50

13 54 B.5 Potensial sel selama titrasi garam Mohr dengan oksidator KBrO 3 Tabel B. 5 Potensial sel selama titrasi garam Mohr dengan oksidator KBrO 3 Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 539,20 538,00 538,60 1,00 547,70 542,10 544,90 2,00 568,00 560,00 564,00 3,00 576,90 574,90 575,90 4,00 587,10 582,30 584,70 5,00 592,80 591,20 592,00 10,00 621,20 617,80 619,50 15,00 649,90 641,70 645,80 20,00 705,50 700,90 703,20 20,70 753,50 748,70 751,10 20, , , ,40 20, , , ,80 25, , , ,70 30, , , ,10 40, , , ,20 50, , , ,00 70, , , ,30

14 55 B.6 Potensial sel selama titrasi garam SnCl 2.2H 2 O dengan oksidator KBrO 3 Tabel B. 6 Potensial sel selama titrasi garam SnCl 2.2H 2 O dengan oksidator KBrO 3 Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 37,10 38,80 37,70 1,00 42,90 43,70 43,30 2,00 51,60 54,00 52,80 3,00 57,70 59,00 58,70 4,00 62,80 63,60 63,20 5,00 65,80 67,80 66,80 10,00 79,10 81,90 80,50 15,00 93,20 94,20 93,70 20,00 121,70 123,10 122,40 20,70 145,90 146,70 146,30 20, , , ,80 20, , , ,75 25, , , ,67 30, , , ,02 40, , , ,18 50, , , ,98 70, , , ,32

15 56 Lampiran C Hasil Perhitungan Kadar Ion Fe 2+ dan Ion Sn 2+ terhadapoksidator K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 C. 1 Hasil Perhitungan Kadar Ion Fe 2+ terhadap Oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M) Persamaan reaksi : 6Fe Cr 2 O H + 6Fe Cr H 2 O Titik akhir : 1. pada volume = 21,0 ml 2. pada volume = 21,0 ml 3. volume rata-rata = 21,0 ml mmol garam Mohr = mmol K 2 Cr 2 O 7 x (6/1) = (21,0 ml x 0,02 M) x 6 = 2,52 mmol mg garam Mohr = mmol garam Mohr x Mr garam Mohr = 2,52 x 392,139 = 988,1903 mg/25 ml Jadi, dalam 250 ml larutan, terdapat 9881,903 mg = 9,8819 g Massa Fe 2+ dalam garam Mohr = (Ar Fe/Mr garam Mohr) x massa garam Mohr = (55,947/392,139) x 9,8819 g = 1,4073 g Kadar Fe 2+ dalam garam Mohr (teoritis) = (massa Fe 2+ /massa garam Mohr) x 100% = (1,3957/9,8819) x 100 % = 14,2418 % Kadar Fe 2+ dalam garam Mohr (penelitian) = (massa Fe 2+ /massa garam Mohr) x 100% = (1,4073/9,8819) x 100 % = 14,2412 % Persen kesalahan titrasi = (% penelitian - % teoritis) x 100 % % teoritis = (12,2412 % - 14,2418 %) x 100 % 14,2418 % = 4, %

16 57 Tabel C. 1 Hasil analisis kadar ion Fe 2+ dengan K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M) D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal K 2 Cr 2 O 7 (ml) pada buret 0 ml 2. Volume akhir K 2 Cr 2 O 7 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = 21,0 ml b. Titik akhir 2 = 21,0 ml 3. Volume rata-rata K 2 Cr 2 O 7 (ml) yang digunakan 21,0 ml 4. Molaritas K 2 Cr 2 O 7 0,02 M 5. mmol K 2 Cr 2 O 7 yang digunakan 0,42 mmol 6. mmol garam Mohr 2,52 mmol 7. Massa Fe 2+ (g) dalam garam Mohr 1,4073 gram 8. Massa garam Mohr 9,8 gram 9. Persentase Fe 2+ dalam garam Mohr 14,2412% C. 2 Hasil Perhitungan Kadar Ion Sn 2+ terhadap Oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M) Persamaan reaksi : 3Sn Cr 2 O H + 3Sn Cr H 2 O Titik akhir : 1. pada volume = 20,9 ml 2. pada volume = 20,9 ml 3. volume rata-rata = 20,9 ml mmol garam SnCl 2.2H 2 O = mmol K 2 Cr 2 O 7 x (3/1) = (20,9 ml x 0,02 M) x 3 = 1,254 mmol mg garam SnCl 2.2H 2 O = mmol garam SnCl 2.2H 2 O x Mr garam SnCl 2.2H 2 O = 1,254 x 225,646 = 282,9601 mg/25 ml Jadi, dalam 250 ml larutan, terdapat 2829,601 mg = 2,8296 g Massa Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O = (Ar Sn/Mr garam SnCl 2.2H 2 O) x massa garam SnCl 2.2H 2 O = (118,710/225,646) x 2,8296 g = 1,4886 g

17 58 Kadar Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O (teoritis) = (massa Fe 2+ /massa garam) x 100% = (1,4839/2,8206) x 100 % = 52,6094 % Kadar Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O (penelitian) = (massa Fe 2+ /massa garam) x 100% = (1,4886/2,8296) x 100 % = 52,6081 % Persen kesalahan titrasi = (% penelitian - % teoritis) x 100 % % teoritis = (52,6081 % - 52,6094 %) x 100 % 52,6094 % = 2, % Tabel C. 2 Hasil analisis kadar ion Sn 2+ dengan K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M) D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal K 2 Cr 2 O 7 (ml) pada buret 0 ml 2. Volume akhir K 2 Cr 2 O 7 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = 20,9 ml b. Titik akhir 2 = 20,9mL 3. Volume rata-rata K 2 Cr 2 O 7 (ml) yang digunakan 20,9 ml 4. Molaritas K 2 Cr 2 O 7 0,02 M 5. mmol K 2 Cr 2 O 7 yang digunakan 0,418 mmol 6. mmol garam SnCl 2.2H 2 O 1,254 mmol 7. Massa Sn 2+ (g) dalam garam SnCl 2.2H 2 O 1,4886 gram 8. Massa garam SnCl 2 2,8206 gram 9. Persentase Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O 52,6081 %

18 59 C. 3 Hasil Perhitungan Kadar Ion Fe 2+ terhadap Oksidator KMnO 4 0,1 N (~ 0,02 M) Standarisasi KMnO 4 dengan 25 ml Na-oksalat 0,05 M : Titik akhir : 1. pada volume = 25,20 ml 2. pada volume = 25,10 ml 3. volume rata-rata = 25,15 ml 2- - Persamaan reaksi : 5C 2 O 4 + 2MnO H + 10CO 2 + 2Mn H 2 O mmol KMnO 4 = mmol Na 2 C 2 O 4 x (2/5) = (25 ml x 0,05 M) x (2/5) = 0,5 mmol M KMnO 4 = mmol KMnO 4 /Volume KMnO 4 = 0,5 mmol/25,15 ml = 0,0199 M Persamaan reaksi : 5Fe MnO 4 + 8H + 5Fe 3+ + Mn H 2 O Titik akhir : 1. pada volume = 25,10 ml 2. pada volume = 25,10 ml 3. volume rata-rata = 25,10 ml mmol garam Mohr = mmol KMnO 4 x (5/1) = (25,10 ml x 0,0199 M) x 5 = 2,49745 mmol mg garam Mohr = mmol garam Mohr x Mr garam Mohr = 2,49745 x 392,139 = 979,3475 mg/25 ml Jadi, dalam 250 ml larutan, terdapat 9793,475 mg = 9,7935 g Massa Fe 2+ dalam garam Mohr = (Ar Fe/Mr garam Mohr) x massa garam Mohr = (55,947/392,139) x 9,7935 g = 1,3948 g Kadar Fe 2+ dalam garam Mohr (teoritis) = (massa Fe 2+ /massa garam Mohr) x 100% = (1,3957/9,8819) x 100 % = 14,2418 %

19 60 Kadar Fe 2+ dalam garam Mohr (penelitian) = (massa Fe 2+ /massa garam Mohr) x 100% = (1,3948/9,7543) x 100 % = 14,2993% Persen kesalahan titrasi = (% penelitian - % teoritis) x 100 % % teoritis = (14,2993 % - 14,2418 %) x 100 % 14,2418 % = 0,4037 % Tabel C. 3 Hasil analisis kadar ion Fe 2+ dengan KMnO 4 0,1 N (~0,02 M) D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KMnO 4 (ml) pada buret 0 ml 2. Volume akhir KMnO 4 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = 25,10 ml b. Titik akhir 2 = 25,10 ml 3. Volume rata-rata KMnO 4 (ml) yang digunakan 25,10 ml 4. Molaritas KMnO 4 0,0199 M 5. mmol KMnO 4 yang digunakan 0,4995 mmol 6. mmol garam Mohr 2,4975 mmol 7. Massa Fe 2+ (g) dalam garam Mohr 1,3948 gram 8. Massa garam Mohr 9,8 gram 9. Persentase Fe 2+ dalam garam Mohr 14,2993 % C. 4 Hasil Perhitungan Kadar Ion Sn 2+ terhadap Oksidator KMnO 4 0,1 N (~ 0,02 M) Persamaan reaksi : 5Sn MnO H + 5Sn Mn H 2 O Titik akhir : 1. pada volume = 25,20 ml 2. pada volume = 25,20 ml 3. volume rata-rata = 25,20 ml mmol garam SnCl 2.2H 2 O = mmol MnO - 4 x (5/2) = (25,20 ml x 0,0199 M) x 2,5 = 1,2537 mmol

20 61 mg garam SnCl 2.2H 2 O = mmol garam SnCl 2.2H 2 O x Mr garam SnCl 2.2H 2 O = 1,2537 x 225,646 = 282,8924 mg/25 ml Jadi, dalam 250 ml larutan, terdapat 2828,924 mg = 2,8289 g Massa Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O = (Ar Sn/Mr garam SnCl 2.2H 2 O) x massa garam SnCl 2.2H 2 O = (118,710/225,646) x 2,8289 g = 1,4883 g Kadar Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O (teoritis) = (massa Fe 2+ /massa garam) x 100% = (1,4839/2,8206) x 100 % = 52,6094 % Kadar Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O (penelitian) = (massa Fe 2+ /massa garam) x 100% = (1,4883/2,8289) x 100 % = 52,6105 % Persen kesalahan titrasi = (% penelitian - % teoritis) x 100 % % teoritis = (52,6105 % - 52,6094 %) x 100 % 52,6094 % = 2, % Tabel C. 4 Hasil analisis kadar ion Sn 2+ dengan KMnO 4 0,1 N (~0,02 M) D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KMnO 4 (ml) pada buret 0 ml 2. Volume akhir KMnO 4 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = 25,20 ml b. Titik akhir 2 = 25,20 ml 3. Volume rata-rata KMnO 4 (ml) yang digunakan 25,20 ml 4. Molaritas KMnO 4 0,0199 M 5. mmol KMnO 4 yang digunakan 0,5015 mmol 6. mmol garam SnCl 2.2H 2 O 1,2537 mmol 7. Massa Sn 2+ (gr) dalam garam SnCl 2.2H 2 O 1,4883 gram 8. Massa garam SnCl 2 2,8206 gram 9. Persentase Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O 52,6105 %

21 62 C. 5 Hasil Perhitungan Kadar Ion Fe 2+ terhadap Oksidator KBrO 3 0,1 N (~ 0,02 M) Persamaan reaksi : 6Fe BrO 3 + 6H + 6Fe 3+ + Br - + 3H 2 O Titik akhir : 1. pada volume = 20,90 ml 2. pada volume = 20,90 ml 3. volume rata-rata = 20,95 ml mmol garam Mohr = mmol KBrO 3 x (6/1) = (20,95 ml x 0,02 M) x 6 = 2,514 mmol mg garam Mohr = mmol garam Mohr x Mr garam Mohr = 2,514 x 392,139 = 985, 8374 mg/25 ml Jadi, dalam 250 ml larutan, terdapat 9858,374 mg = 9,8584 g Massa Fe 2+ dalam garam Mohr = (Ar Fe/Mr garam Mohr) x massa garam Mohr = (55,947/392,139) x 9,8584 g = 1,4040 g Kadar Fe 2+ dalam garam Mohr (teoritis) = (massa Fe 2+ /massa garam Mohr) x 100% = (1,3957/9,8819) x 100 % = 14,2418 % Kadar Fe 2+ dalam garam Mohr (penelitian) = (massa Fe 2+ /massa garam Mohr) x 100% = (1,4040/9,8584) x 100 % = 14,2417 % Persen kesalahan titrasi = (% penelitian - % teoritis) x 100 % % teoritis = (14,2417 % - 14,2418 %) x 100 % 14,2418 % = 7, %

22 63 Tabel C. 5 Hasil analisis kadar ion Fe 2+ dengan KBrO 3 0,1 N (~0,02 M) D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KBrO 3 (ml) pada buret 0 ml 2. Volume akhir KBrO 3 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = 20,90 ml b. Titik akhir 2 = 21,0 ml 3. Volume rata-rata KBrO 3 (ml) yang digunakan 20,95 ml 4. Molaritas KBrO 3 0,02 M 5. mmol KBrO 3 yang digunakan 0,419 mmol 6. mmol garam Mohr 2,514 mmol 7. Massa Fe 2+ (gr) dalam garam Mohr 1,4040 gram 8. Massa garam Mohr 9,8 gram 9. Persentase Fe 2+ dalam garam Mohr 14,2417 % C. 6 Hasil Perhitungan Kadar Ion Sn 2+ terhadap Oksidator KBrO 3 0,1 N (~ 0,02 M) Persamaan reaksi : 3Sn BrO 3 + 6H + 3Sn 4+ + Br - + 3H 2 O Titik akhir : 1. pada volume = 20,90 ml 2. pada volume = 21,00 ml 3. volume rata-rata = 20,95 ml mmol garam SnCl 2.2H 2 O = mmol MnO - 4 x (3/1) = (20,95 ml x 0,02 M) x 3 = 1,257 mmol mgr garam SnCl 2.2H 2 O = mmol garam SnCl 2.2H 2 O x Mr garam SnCl 2.2H 2 O = 1,257 x 225,646 = 283,6370 mgr/25 ml Jadi, dalam 250 ml larutan, terdapat 2836,370 mgr = 2,8364 gr Massa Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O = (Ar Sn/Mr garam SnCl 2.2H 2 O) x massa garam SnCl 2.2H 2 O = (118,710/225,646) x 2,8364 gr = 1,4922 gr

23 64 Kadar Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O (teoritis) = (massa Fe 2+ /massa garam) x 100% = (1,4839/2,8206) x 100 % = 52,6094 % Kadar Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O (penelitian) = (massa Fe 2+ /massa garam) x 100% = (1,4922/2,8364) x 100 % = 52,6089 % Persen kesalahan titrasi = (% penelitian - % teoritis) x 100 % % teoritis = (52,6089 % - 52,6094 %) x 100 % 52,6094 % = 9, % Tabel C. 6 Hasil analisis kadar ion Sn 2+ dengan KBrO 3 0,1 N (~ 0,02 M) D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KBrO 3 (ml) pada buret 0 ml 2. Volume akhir KBrO 3 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = 20,9 ml b. Titik akhir 2 = 21,0 ml 3. Volume rata-rata KBrO 3 (ml) yang digunakan 20,95 ml 4. Molaritas KBrO 3 0,02 M 5. mmol KBrO 3 yang digunakan 0,419 mmol 6. mmol garam SnCl 2.2H 2 O 1,257 mmol 7. Massa Sn 2+ (gr) dalam garam SnCl 2.2H 2 O 1,4922 gram 8. Massa garam SnCl 2 2,8206 gram 9. Persentase Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O 52,6089 %

24 65 Lampiran D Hasil Perhitungan Turunan Pertama Kurva Titrasi Redoks Garam Mohr dan Garam SnCl 2.2H 2 O terhadap Oksidator K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 D.1 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M) Tabel D. 1 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M) NO. Volume Titran (ml) Potensial Sel (mv) V E E / V 1 0,00 540,50 0,00 0,00 0, ,00 544,90 0,50 4,40 8, ,00 558,50 1,50 13,60 9, ,00 575,90 2,50 11,90 4, ,00 584,70 3,50 8,80 2, ,00 592,00 4,50 7,30 1, ,00 619,50 7,50 27,50 3, ,00 645,80 12,50 26,30 2, ,00 703,20 17,50 57,40 3, ,70 751,10 20,35 47,90 2, , ,50 20,75 322,40 15, , ,50 20,85 176,00 8, , ,40 22,95 18,90 0, , ,80 27,50 3,40 0, , ,00 35,00 3,20 0, , ,80 45,00 1,80 0, , , ,2 0,0367

25 66 D.2 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M terhadap oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M) Tabel D.2 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M terhadap oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M) NO. Volume Titran (ml) Potensial Sel (mv) V E E / V 1 0,00 38,10 0,00 0,00 0, ,00 43,30 0,50 5,20 10, ,00 52,80 1,50 9,50 6, ,00 58,70 2,50 5,90 2, ,00 63,20 3,50 4,50 1, ,00 66,80 4,50 3,60 0, ,00 80,50 7,50 13,70 1, ,00 93,70 12,50 13,20 1, ,00 122,40 17,50 28,70 1, ,70 146,30 20,35 23,90 1, ,80 874,20 20,75 727,90 35, , ,44 20,85 375,24 17, , ,37 22,95 18,93 0, , ,73 27,50 3,36 0, , ,98 35,00 3,25 0, , ,77 45,00 1,79 0, , , ,13 0,0355

26 67 D.3 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator KMnO 4 0,1 N (~ 0,02 M) Tabel D. 3 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator KMnO 4 0,1 N (~ 0,02 M) NO. Volume Titran (ml) Potensial Sel (mv) V E E / V 1 0,0 534,5 0,00 0,00 0,00 2 1,0 540,0 0,50 5,50 11,00 3 2,0 558,9 1,50 18,90 12,60 4 3,0 570,5 2,50 11,60 4,64 5 4,0 579,0 3,50 8,50 2,43 6 5,0 586,0 4,50 7,00 1, ,0 611,2 7,50 25,20 3, ,0 632,0 12,50 20,80 1, ,0 657,2 17,50 25,20 1, ,9 763,2 22,45 106,00 4, ,0 1249,6 24,95 486,40 19, ,1 1423,3 25,05 173,70 6, ,0 1443,3 27,55 20,00 0, ,0 1449,0 35,00 5,70 0, ,0 1451,6 45,00 2,60 0, ,0 1454,6 60,00 3,00 0,05

27 68 D.4 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M terhadap oksidator KMnO 4 0,1 N (~ 0,02 M) Tabel D.4 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M terhadap oksidator KMnO 4 0,1 N (~ 0,02 M) NO. Volume Potensial Sel Titran (ml) (mv) V E E / V 1 0,0 30,50 0,00 0,00 0, ,0 40,80 0,50 10,30 20, ,0 50,20 1,50 9,40 6, ,0 56,00 2,50 5,80 2, ,0 60,30 3,50 4,30 1, ,0 63,80 4,50 3,50 0, ,0 76,40 7,50 12,60 1, ,0 86,80 12,50 10,40 0, ,0 99,40 17,50 81,90 4, ,9 152,40 22,45 53,00 2, ,0 1131,70 24,95 979,30 39, ,1 1423,20 25,05 291,50 11, ,0 1443,25 27,55 20,05 0, ,0 1448,94 35,00 5,69 0, ,0 1451,56 45,00 2,62 0, ,0 1454,50 60,00 2,94 0,0490

28 69 D.5 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator KBrO 3 0,1 N (~ 0,02 M) Tabel D. 5 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator KBrO 3 0,1 N (~ 0,02 M) NO. Volume Titran (ml) Potensial Sel (mv) V E E / V 1 0,00 538,60 0,00 0,00 0, ,00 544,90 0,50 6,30 12, ,00 564,00 1,50 19,10 12, ,00 575,90 2,50 11,90 4, ,00 584,70 3,50 8,80 2, ,00 592,00 4,50 7,30 1, ,00 619,50 7,50 27,50 3, ,00 645,80 12,50 26,30 2, ,00 703,20 17,50 57,40 3, ,70 751,10 20,35 47,90 2, , ,40 20,75 484,30 23, , ,80 20,85 120,40 5, , ,70 22,95 18,90 0, , ,10 27,50 3,40 0, , ,20 35,00 3,10 0, , ,00 45,00 1,80 0, , , ,3 0,0383

29 70 D.6 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator KBrO 3 0,1 N (~ 0,02 M) Tabel D.6 Hasil perhitungan turunan pertama kurva titrasi redoks garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M terhadap oksidator KBrO 3 0,1 N (~ 0,02 M) NO. Volume Potensial Sel Titran (ml) (mv) V E E / V 1 0,00 37,70 0,00 0,00 0, ,00 43,30 0,50 5,60 11, ,00 52,80 1,50 9,50 6, ,00 58,70 2,50 5,90 2, ,00 63,20 3,50 4,50 1, ,00 66,80 4,50 3,60 0, ,00 80,50 7,50 13,70 1, ,00 93,70 12,50 13,20 1, ,00 122,40 17,50 28,70 1, ,70 146,30 20,35 23,90 1, , ,80 20,75 869,50 41, , ,75 20,85 339,95 16, , ,67 22,95 18,92 0, , ,02 27,50 3,35 0, , ,18 35,00 3,16 0, , ,98 45,00 1,80 0, , , ,34 0,0390

30 71 Lampiran E Kurva Turunan Pertama Titrasi Redoks Garam Mohr dan Garam SnCl 2.2H 2 O terhadap Oksidator K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 E.1 Kurva turunan pertama titrasi redoks garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M) Gambar E. 1 Kurva titrasi redoks turunan pertama garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M) E.2 Kurva turunan pertama titrasi redoks garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M terhadap oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M) Gambar E. 2 Kurva titrasi redoks turunan pertama garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M terhadap oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N (~ 0,02 M)

31 72 E.3 Kurva titrasi redoks turunan pertama garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator KMnO 4 0,1 N (~ 0,02 M) Gambar E. 3 Kurva titrasi redoks turunan pertama garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator KMnO 4 0,1 N (~ 0,02 M) E.4 Kurva titrasi redoks turunan pertama garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M terhadap oksidator KMnO 4 0,1 N (~ 0,02 M) Gambar E. 4 Kurva titrasi redoks turunan pertama garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M terhadap oksidator KMnO 4 0,1 N (~ 0,02 M)

32 73 E.5 Kurva titrasi redoks turunan pertama garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator KBrO 3 0,1 N (~ 0,02 M) Gambar E. 5 Kurva titrasi redoks turunan pertama garam Mohr 0,1 M terhadap oksidator KBrO 3 0,1 N (~ 0,02 M) E.6 Kurva titrasi redoks turunan pertama garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M terhadap oksidator KBrO 3 0,1 N (~0,02 M) Gambar E. 6 Kurva titrasi redoks turunan pertama garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M terhadap oksidator KBrO 3 0,1 N (~0,02 M)

33 74 Lampiran F Modul Praktikum Reaksi Redoks Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Semester : XII IPA / 1 Alokasi Waktu : 3 x 35 menit A. STANDAR KOMPETENSI : Menerapkan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia dalam teknologi dan kehidupan sehari-hari. B. KOMPETENSI DASAR : 2.1. Menerapkan konsep reaksi oksidasi reduksi dalam sistem elektrokimia yang melibatkan energi listrik dan kegunaannya dalam mencegah korosi dan dalam industri. C. MATERI Persamaan reaksi redoks yang rumit dapat disetarakan dengan metode setengah reaksi dan metode bilangan oksidasi. Metode setengah reaksi (ionelektron) didasarkan pada pengertian bahwa jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah reaksi oksidasi sama dengan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi. Sedangkan metode bilangan oksidasi didasarkan pada pengertian bahwa jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari reduktor sama dengan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator. Reaksi redoks spontan adalah reaksi redoks yang berlangsung serta merta. Pada reaksi redoks terjadi pemindahan elektron dari reduktor ke oksidator. Pengukuran potensial sel dapat digunakan untuk membandingkan kecenderungan logam-logam atau spesi lain untuk mengalami oksidasi atau reduksi. Potensial sel volta dapat ditentukan melalui percobaan dengan

34 75 menggunakan voltmeter; ph-meter yang dilengkapi voltmeter; atau potensiometer. Titrimetri merupakan suatu metode dimana analit direaksikan dengan suatu pereaksi sedemikian rupa, sehingga jumlah zat-zat yang bereaksi itu satu sama lain ekivalen. Ekivalen artinya zat-zat yang direaksikan itu tepat bereaksi sempurna sehingga tidak ada yang sisa. Untuk penambahan larutan secara sedikit demi sedikit digunakan buret, yaitu suatu tabung gelas yang diberi tanda tera untuk volume dan kran untuk mengatur cairan yang dikeluarkan. Pada saat titran yang ditambahkan kira-kira mendekati titik ekivalen, maka penambahan titran harus dihentikan; saat ini dinamakan titik akhir titrasi. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedang larutan yang ditambah titran disebut titrat. Pada keadaan jumlah ion titran ekivalen dengan ion titrat sedangkan volume dan kemolaran tidak sama, maka berlaku persamaan : V titrat x M titrat x n titrat = V titran x M titran x n titran... (Pers.1) D. TUJUAN Dari percobaan yang dilakukan, siswa diharapkan : 1. Mempunyai kemampuan dalam meramalkan urutan potensial sel dari ion Cr 2 O 2-7, MnO - 4, BrO - 3, Fe 2+ dan Sn Mempunyai kemampuan dalam menuliskan reaksi redoks yang terjadi. 3. Dapat menghitung kadar ion Fe 2+ dalam garam Mohr dan kadar ion Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O. 4. Mempunyai keterampilan dalam menggunakan alat-alat laboratorium pada umumnya dan melakukan metode titrasi pada khususnya.

35 76 E. ALAT DAN BAHAN 1. Alat : - buret 50 ml - statif dan klem - labu Erlenmeyer 250 ml - Pipet Volume 25 ml - Gelas Ukur 10 ml - Termometer - Pemanas - ph-meter 2. Bahan : - Larutan K 2 Cr 2 O 7 0,02 M - Larutan KMnO 4 0,02 M - Larutan KBrO 3 0,02 M - Larutan Garam Mohr,(NH 4 ) 2 SO 4.FeSO 4.6H 2 O 0,1 M - Larutan Garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M - Indikator Methyl Orange - Indikator Diphenyl Aminsulfonat - Asam Posfat 85% - Larutan Asam sulfat encer (2,5%) - Larutan KBr 10% - Larutan HCl pekat - Aqua dm F. PROSEDUR KERJA F.1. Titrasi Garam Mohr 0,1 M dan Garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan Oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,1 N Pipet larutan garam Mohr dan garam SnCl 2.2H 2 O masing-masing sebanyak 25 ml dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 200 ml asam sulfat encer (2,5%), 8 tetes (0,4 ml) natrium difenilaminasulfonat sebagai indikator dan 5 ml asam posfat 85%.

36 77 Titrasi larutan dalam labu Erlenmeyer dengan menambahkan secara perlahan-lahan larutan K 2 Cr 2 O 7 sambil larutan terus diaduk (digoyang) hingga terbentuk warna hijau kebiruan atau biru keabu-abuan pada larutan. Hubungkan larutan dengan alat ph-meter. Catat potensial sel pada setiap penambahan volume titran (Lihat Tabel Data Pengamatan). Dicatat volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi. Lakukan duplo. F.2. Titrimetri Garam Mohr 0,1 M dan Garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan Oksidator KMnO 4 0,1 N. Pipet larutan garam Mohr dan garam SnCl 2.2H 2 O masing-masing sebanyak 25 ml dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Hubungkan larutan dengan alat ph-meter. Catat potensial sel pada setiap penambahan volume titran (Lihat Tabel Data Pengamatan). Titrasi larutan secara perlahan dengan KMnO 4, dan pada saat terbentuk warna kuning dalam larutan (warna Fe 3+ ) tambahkan 3 ml H 3 PO 4 85%. Lanjutkan titrasi hingga terbentuk warna merah muda pada larutan (sekitar detik). Dicatat volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi. Lakukan duplo. F.3. Titrimetri Garam Mohr 0,1 M dan Garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M dengan Oksidator KBrO 3 0,1 N. Pipet larutan garam Mohr dan garam SnCl 2.2H 2 O masing-masing sebanyak 25 ml dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 10 ml larutan KBr 10%, 6 ml HCl, 10 ml aqua dm dan 0,5 ml indikator methyl orange ke dalam masing-masing labi erlenmeyer. Hubungkan larutan dengan alat ph-meter. Catat potensial sel pada setiap penambahan volume titran (Lihat Tabel Data Pengamatan).

37 78 Titrasi larutan dengan larutan KBrO 3 0,1 N secara perlahan-lahan sambil diaduk hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi berwarna kuning. Dicatat volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik akhir titrasi. Lakukan duplo. G. HASIL PENGAMATAN Tabel Pengamatan G.1. Data potensial sel selama titrasi garam Mohr 0,1 M dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,02 M. Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 10,00 15,00 20,00 20,70 20,80 20,90 25,00 30,00 40,00 50,00 70,00

38 79 Tabel Pengamatan G.2. Data potensial sel selama titrasi garam SnCl 2.2H 2 O 0,1 M dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7 0,02 M. Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 10,00 15,00 20,00 20,70 20,80 20,90 25,00 30,00 40,00 50,00 70,00

39 80 Tabel Pengamatan G.3. Data potensial sel selama titrasi garam Mohr 0,1 M dengan oksidator KMnO 4 0,02 M. Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 10,00 15,00 20,00 24,90 25,00 25,10 30,00 40,00 50,00 70,00

40 81 Tabel Pengamatan G.4. Data potensial sel selama titrasi garam SnCl 2.2H 2 O 0,1 M dengan oksidator KMnO 4 0,02 M. Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 10,00 15,00 20,00 24,90 25,00 25,10 30,00 40,00 50,00 70,00

41 82 Tabel Pengamatan G.5. Data potensial sel selama titrasi garam Mohr 0,1 M dengan oksidator KBrO 3 0,02 M. Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 10,00 15,00 20,00 20,70 20,80 20,90 25,00 30,00 40,00 50,00 70,00

42 83 Tabel Pengamatan G.6. Data potensial sel selama titrasi garam SnCl 2.2H 2 O 0,1 M dengan oksidator KBrO 3 0,02 M. Volume Pengukuran Potensial (mv) Rata-Rata Titran (ml) 1 2 Potensial (mv) 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 10,00 15,00 20,00 20,70 20,80 20,90 25,00 30,00 40,00 50,00 70,00

43 84 H. PERHITUNGAN Tabel H.1. Hasil perhitungan kadar ion Fe 2+ dengan K 2 Cr 2 O 7 D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal K 2 Cr 2 O 7 (ml) pada buret 2. Volume akhir K 2 Cr 2 O 7 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = b. Titik akhir 2 = 3. Volume rata-rata K 2 Cr 2 O 7 (ml) yang digunakan 4. Molaritas K 2 Cr 2 O 7 5. mmol K 2 Cr 2 O 7 yang digunakan 6. mmol garam Mohr 7. Massa Fe 2+ (gr) dalam garam Mohr 8. Massa garam Mohr 9. Persentase Fe 2+ dalam garam Mohr Tabel H.2. Hasil perhitungan kadar ion Sn 2+ dengan K 2 Cr 2 O 7 D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal K 2 Cr 2 O 7 (ml) pada buret 2. Volume akhir K 2 Cr 2 O 7 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = b. Titik akhir 2 = 3. Volume rata-rata K 2 Cr 2 O 7 (ml) yang digunakan 4. Molaritas K 2 Cr 2 O 7 5. mmol K 2 Cr 2 O 7 yang digunakan 6. mmol garam SnCl 2.2H 2 O 7. Massa Sn 2+ (gr) dalam garam SnCl 2.2H 2 O 8. Massa garam SnCl 2 9. Persentase Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O Tabel H.3. Hasil perhitungan kadar ion Fe 2+ dengan KMnO 4 D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KMnO 4 (ml) pada buret 2. Volume akhir KMnO 4 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = b. Titik akhir 2 = 3. Volume rata-rata KMnO 4 (ml) yang digunakan 4. Molaritas KMnO 4 5. mmol KMnO 4 yang digunakan 6. mmol garam Mohr 7. Massa Fe 2+ (gr) dalam garam Mohr 8. Massa garam Mohr 9. Persentase Fe 2+ dalam garam Mohr

44 85 Tabel H.4. Hasil perhitungan kadar ion Sn 2+ dengan KMnO 4 D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KMnO 4 (ml) pada buret 2. Volume akhir KMnO 4 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = b. Titik akhir 2 = 3. Volume rata-rata KMnO 4 (ml) yang digunakan 4. Molaritas KMnO 4 5. mmol KMnO 4 yang digunakan 6. mmol garam SnCl 2.2H 2 O 7. Massa Sn 2+ (gr) dalam garam SnCl 2.2H 2 O 8. Massa garam SnCl 2 9. Persentase Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O Tabel H.5. Hasil perhitungan kadar ion Fe 2+ dengan K 2 Cr 2 O 7 D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KBrO 3 (ml) pada buret 2. Volume akhir KBrO 3 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = b. Titik akhir 2 = 3. Volume rata-rata KBrO 3 (ml) yang digunakan 4. Molaritas KBrO 3 5. mmol KBrO 3 yang digunakan 6. mmol garam Mohr 7. Massa Fe 2+ (gr) dalam garam Mohr 8. Massa garam Mohr 9. Persentase Fe 2+ dalam garam Mohr Tabel H.6. Hasil perhitungan kadar ion Sn 2+ dengan KBrO 3 D a t a Hasil Perhitungan 1. Volume awal KBrO 3 (ml) pada buret 2. Volume akhir KBrO 3 (ml) pada buret a. Titik akhir 1 = b. Titik akhir 2 = 3. Volume rata-rata KBrO 3 (ml) yang digunakan 4. Molaritas KBrO 3 5. mmol KBrO 3 yang digunakan 6. mmol garam SnCl 2.2H 2 O 7. Massa Sn 2+ (gr) dalam garam SnCl 2.2H 2 O 8. Massa garam SnCl 2 9. Persentase Sn 2+ dalam garam SnCl 2.2H 2 O

45 86 I. PEMBAHASAN/DISKUSI J. KESIMPULAN

46 87 K. PERTANYAAN 1. Ramalkan urutan daya oksidator yang digunakan pada percobaan di atas? 2. Diantara ion Fe 2+ dan ion Sn 2+, kira-kira manakah yang merupakan reduktor paling kuat? 3. Selesaikan persamaan reaksi redoks berikut! a. Fe Cr 2 O b. Sn MnO c. Fe BrO Diketahui persamaan reaksi : 2- S 2 O e 2SO 4 Mn H 2 O MnO 4 + 8H + + 5e Hitung berapa mol S 2 O 2-8 yang diperlukan untuk mengoksidasi satu mol ion Mn 2+? 5. Berapa gram KMnO 4 (Mr = 158) yang diperlukan untuk bereaksi dengan 60 gram FeSO 4? (Mr FeSO 4 = 151,9) L. DAFTAR PUSTAKA 1. Basset, J., Denny, R.C., Jeffrey, G.H., and Mendham, J. (1994), Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Alih Bahasa : Hadyana, A.P dan Setiono, L,Ir. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2. Hiskia Ahmad. (2001), Elektrokimia dan Kinetika Kimia, Penerbit PT Citra Aditya Bakti, Jakarta. 3. Purba, Michael., Drs., M.Si. (2002), Kimia 3A untuk SMA Kelas XII, Penerbit Erlangga, Jakarta.

47 88 PANDUAN UNTUK GURU PROSEDUR PEMBUATAN LARUTAN A. Penyiapan Larutan Kalium Dikromat 0,1 N (0,0167 M) Sebanyak 6 gr bahan pro analisis Kalium dikromat, K 2 Cr 2 O 7, digerus dalam sebuah lumping (mortar) dari kaca atau akik. Bahan dipanaskan dalam tungku udara pada o C selama menit dan kemudian didinginkan dalam sebuah bejana tertutup dalam desikator. Selanjutnya sebanyak 4,9 gram kalium dikromat kering tersebut ditimbang dengan teliti dalam sebuah botol timbang dan dipindahkan secara kuantitatif ke sebuah labu volumetrik 1 L dengan menggunakan corong kecil untuk mencegah kehilangan bahan. Garam dilarutkan di dalam labu ukur dengan aqua dm dan diencerkan hingga tanda batas labu. Larutan dikocok hingga homogen. B. Penyiapan Larutan Kalium Permanganat 0,1 M (0,02 M) Sebanyak kira-kira 3,25 gram kalium permanganat, KMnO 4, pro analisis ditimbang di atas kaca arloji dengan menggunakan neraca analitik, selanjutnya dipindahkan ke gelas piala 1 L. Kemudian ditambahkan 1 liter aqua dm dan gelas piala ditutup dengan kaca arloji besar. Larutan dipanaskan hingga mendidih dan dididihkan secara perlahan-lahan selama menit, dan kemudian didinginkan hingga mencapai temperatur laboratorium. Larutan selanjutnya disaring dengan sebuah corong atau krus saring dari kaca masir atau porselin. Filtrat dikumpulkan dalam sebuah bejana yang telah dibersihkan dengan campuran asam kromat, lalu dibilas dengan air suling. Larutan yang telah disaring itu harus disimpan dalam sebuah botol kaca yang bersih, dan disimpan di tempat gelap, kecuali bila sedang digunakan; sebagai pilihan lain, boleh disimpan dalam botol dari kaca yang berwarna coklat tua. C. Standarisasi Larutan Kalium Permanganat dengan Natrium Oksalat Sebanyak kira-kira 2 gram natrium oksalat pro analisis dikeringkan selama 2 jam pada suhu o C, dan kemudian didinginkan dalam sebuah bejana bertutup dalam desikator. Kemudian dengan cermat ditimbang dengan botol timbang kira-kira

48 89 0,335 gr natrium oksalat kering tersebut, dan selanjutnya dimasukkan ke dalam piala 250 ml dan ditambahkan aqua dm hingga tanda batas. Larutan diaduk hingga oksalat melarut. Sebanyak 25 ml dari larutan di atas dipipet dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer kemudian ditambahkan ml asam sulfat pekat (dengan hati-hati) dan didinginkan hingga menjadi o C. Selanjutnya larutan dipanaskan hingga mencapai o C dan dititrasi dengan menambahkan larutan permanganat hingga berwarna merah jambu. D. Penyiapan Larutan Kalium Bromat, KBrO 3 0,1 N (0,0167 M) Sebanyak 5 gr kalium bromat pro analisis yang telah dijadikan bubuk halus dikeringkan selama 12 jam pada pada suhu 120 o C, kemudian didinginkan dalam sebuah bejana tertutup dalam desikator. Selanjutnya ditimbang dengan cermat 2,783 gr kalium bromat murni kering tersebut, dan dilarutkan dalam 1 L air aqua dm dalam sebuah labu volumetrik. E. Pembuatan Larutan Garam Mohr, (NH 4 ) 2 SO 4.FeSO 4.6H 2 O 0,1 M Sebanyak 9,80 gr garam Mohr ditimbang dengan teliti dan kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml. Selanjutnya dilarutkan dengan menambahkan aqua dm hingga tanda batas labu ukur (ditambahkan pula larutan asam sulfat 2 N kira-kira setengah dari volume larutan, ~125 ml). Larutan dihomogenkan dengan membolakbalik labu takar secara perlahan. F. Pembuatan Larutan Garam SnCl 2.2H 2 O 0,05 M Sebanyak 2,8206 gr garam SnCl 2.2H 2 O ditimbang dengan teliti, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml. Selanjutnya dilarutkan dengan menambahkan aqua dm hingga tanda batas labu ukur (ditambahkan pula larutan asam sulfat 2 N kira-kira setengah dari volume larutan, ~125 ml). Larutan dihomogenkan dengan membolak-balik labu takar secara perlahan.

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian 16 Bab III Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode titrasi redoks dengan menggunakan beberapa oksidator (K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4 dan KBrO 3 ) dengan konsentrasi masing-masing

Lebih terperinci

Gambar IV. 1 Kurva titrasi redoks garam Mohr dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7

Gambar IV. 1 Kurva titrasi redoks garam Mohr dengan oksidator K 2 Cr 2 O 7 22 Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV. 1 Hasil Penelitian IV.1. 1 Hasil Pengukuran Potensial Sel Larutan Pengukuran potensial sel larutan selama proses titrimetri redoks berlangsung dilakukan secara

Lebih terperinci

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION

TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION TITRASI REDUKSI OKSIDASI OXIDATION- REDUCTION TITRATION HERMAN, S.Pd., M.Si FARMASI UNMUL TITRASI REDUKSI OKSIDASI TITRASI REDUKSI OKSIDASI DEFINISI analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi reduksi

Lebih terperinci

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN I. JUDUL PERCOBAAN : TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN II. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Membuat dan

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA

JURNAL PRAKTIKUM. KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri. Selasa, 10 Mei Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II Titrasi Permanganometri Selasa, 10 Mei 2014 Disusun Oleh : YASA ESA YASINTA 1112016200062 Kelompok : Ma wah shofwah Millah hanifah Savira aulia Widya fitriani PROGRAM

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN

BAB IV. HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN BAB IV HASIL PENGAMATAN dan PERHITUNGAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Standarisasi KMnO 4 terhadap H 2 C 2 O 4 0.1 N Kelompok Vol. H 2 C 2 O 4 Vol. KMnO 4 7 10 ml 10.3 ml 8 10 ml 10.8 ml 9 10 ml 10.4 ml 10 10

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK I PERCOBAAN VI TITRASI REDOKS O L E H: NAMA : HABRIN KIFLI HS STAMBUK : F1C1 15 034 KELOMPOK : V (LIMA) ASISTEN : SARTINI, S.Si LABORATORIUM KIMIA ANALITIK FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya

Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam Titrasi Redoks dan Aplikasinya Macam-macam titrasi redoks Permanganometri Dikromatometri Serimetri Iodo-iodimetri Bromatometri Permanganometri Permanganometri adalah titrasi redoks yang menggunakan

Lebih terperinci

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri

Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri? yaitu, merupakan metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip pengukuran volume. 1 Macam Analisa Volumetri 1. Gasometri adalah volumetri

Lebih terperinci

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA Modul 3 Ujian Praktikum KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA Disusun Oleh: Siwi Aji Widhi Astuti (10515026) Irin Safitri (10515029) Yasmine Sophi Damayanti (10515031)

Lebih terperinci

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA

Modul 3 Ujian Praktikum. KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA Modul 3 Ujian Praktikum KI2121 Dasar Dasar Kimia Analitik PENENTUAN KADAR TEMBAGA DALAM KAWAT TEMBAGA Disusun oleh: Sandya Yustitia 10515050 Fritz Ferdinand 10515059 Maulinda Kusumawardani 10515061 Muhammad

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2. Titrasi Permanganometri. Selasa, 6 Mei Disusun Oleh: Yeni Setiartini. Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 Titrasi Permanganometri Selasa, 6 Mei 2014 Disusun Oleh: Yeni Setiartini 1112016200050 Kelompok 3: Fahmi Herdiansyah Huda Rahmawati Aida Nadia Rizky Harry Setiawan. PROGRAM

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH

KIMIA KUANTITATIF. Makalah Titrasi Redoks. Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih. Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH KIMIA KUANTITATIF Makalah Titrasi Redoks Dosen Pembimbing : Dewi Kurniasih Disusun Oleh : ANNA ROSA LUCKYTA DWI RETNONINGSIH MUHAMMAD AGUNG PRASETYO PUTRIANTI Tingkat : IA AKADEMI FARMASI JAMBI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2011 di Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat

A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat A. JUDUL PERCOBAAN Pembuatan Larutan Standar KmnO4 dan Penetapan Campuran Fe 2+ dan Fe 3+. B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa dapat mengetahui: 1. Prinsip dasar permanganometri. 2. Standarisasi

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik

PERMANGANOMETRI. A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik PERMANGANOMETRI A. HARI, TANGGAL PRAKTIKUM Hari, tanggal : Maret 2011 Tempat : Laboratorium Kimia Analitik B. TUJUAN Menentukan normalitas KMnO 4 sesungguhnya. C. DASAR TEORI Permanganometri merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KADAR NaClO PADA PEMUTIH Disusun oleh : Latifah Suryaningrum (24 / XII IPA 1) SMA Negeri 1 Klaten Jl. Merbabu No. 13 Klaten 2012 / 2013 A. Tujuan Menentukan kadar NaClO

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan praktikum ini adalah agar praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan,

Lebih terperinci

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI)

KIMIA DASAR PRINSIP TITRASI TITRASI (VOLUMETRI) KIMIA DASAR TITRASI (VOLUMETRI) Drs. Saeful Amin, M.Si., Apt. PRINSIP TITRASI Titrasi (volumetri) merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK KI-2122 PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA Nama Praktikan : Anggi Febrina NIM : 13010107 Kelompok : 5 (Shift Pagi) Tanggal

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri

Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah - Bagian 22: Cara uji nilai permanganat secara titrimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri

PENENTUAN KADAR CuSO 4. Dengan Titrasi Iodometri PENENTUAN KADAR CuSO 4 Dengan Titrasi Iodometri 22 April 2014 NURUL MU NISAH AWALIYAH 1112016200008 Kelompok 2 : 1. Widya Kusumaningrum (111201620000) 2. Ipa Ida Rosita (1112016200007) 3. Ummu Kalsum A.L

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan. Laporan Praktikum Kimia Dasar II Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan Oleh: Kelompok : I (satu) Nama Nim Prodi : Ardinal : F1D113002 : Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen 21 Bab III Metodologi Penelitian ini dirancang untuk menjawab beberapa permasalahan yang sudah penulis kemukakan di Bab I. Dalam penelitian ini digunakan 2 pendekatan, yaitu eksperimen dan telaah pustaka.

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta

TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta TITRASI IODOMETRI Oleh: Regina Tutik Padmaningrum Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta regina_tutikp@uny.ac.id Pendahuluan Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi:

Pelaksanaan Persiapan Instruktur melakukan pengecekan kelengkapan sarana-prasarana sebelum praktikum dimulai, meliputi: SOP KL.21108.05 PROSEDUR PRAKTIKUM TEKNIK DASAR ANALISIS KIMIA DAN APLIKASINYA UNTUK PENENTUAN KADAR SUATU ZAT (IODOMETRI DAN PENENTUAN KADAR OKSIGEN TERLARUT/DO DALAM AIR) 1. TUJUAN 1.1 Mahasiswa dapat

Lebih terperinci

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3. Preparasi Sampel Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3 siti_marwati@uny.ac.id Penarikan Sampel (Sampling) Tujuan sampling : mengambil sampel yang representatif untuk penyelidikan

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI I. CAPAIAN PEMBELAJARAN Praktikan mampu menetapkan kadar CH3COOH (asam asetat) dan asam cuka (HCl) menggunakan prinsip reaksi asam-basa. II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Untuk mengetahui kadar Fe (II) yang terkandung dalam sampel dengan menggunakan titrasi oksidimetri. 1.2 Dasar Teori 1.2.1 Titrasi Titrasi adalah suatu metode yang

Lebih terperinci

13. Gilbert, G. L., (1976), A Buffer solution and its action, J.Chem.Ed, 53, Wiger, G. R., de la Comp, U., (1978), Conjugate acid base

13. Gilbert, G. L., (1976), A Buffer solution and its action, J.Chem.Ed, 53, Wiger, G. R., de la Comp, U., (1978), Conjugate acid base DAFTAR PUSTAKA 1. Whitten, K. W., Davis, R. E., Peck, M. L., Stanley, G. G., (200), General chemistry, Seventh edition, Thomson Brooks/Cole, USA 2. Harris, D. C., (1991), Quantitative chemical analysis,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH I. Tujuan Praktikan dapat memahami dan menstandarisasi larutan baku sekunder NaOH dengan larutan baku primer H 2 C 2 O 4 2H 2 O II. Dasar Teori Reaksi asam basa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimental. Sepuluh sampel mie basah diuji secara kualitatif untuk

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020

PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020 PRAKTIKUM II TITRASI ASAM BASA OLEH RONIADI SAGULANI 85AK14020 PROGRAM STUDI D3 ANALISIS KESEHATAN STIKES BINA MANDIRI GORONTALO 2014 LAPORAN AKHIR PERCOBAAN II A. JUDUL : Titrasi Asam Basa B. TUJUAN Dengan

Lebih terperinci

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N. Lampiran 1 Prosedur uji asam basa dan Net Acid Generation (Badan Standardisasi Nasional, 2001) A. Prinsip kerja : Analisis perhitungan asam-basa meliputi penentuan potensi kemasaman maksimum (MPA) yakni

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik

2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik 2. Analisis Kualitatif, Sintesis, Karakterisasi dan Uji Katalitik Modul 1: Reaksi-Reaksi Logam Transisi & Senyawanya TUJUAN (a) Mempelajari reaksi-reaksi logam transisi dan senyawanya, meliputi reaksi

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS Kelompok : Kelompok 1 Tanggal Persentasi : 14 November 2016 Tanggal Percobaan : 21 November 2016 Alfontius Linata

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA. Senin, 21 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH KELOMPOK 1 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENTUAN KADAR KLORIDA Senin, 21 April 2014 Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH 1112016200040 KELOMPOK 1 MILLAH HANIFAH (1112016200073) YASA ESA YASINTA (1112016200062) WIDYA

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II PENENTUAN KADAR KLORIDA Selasa, 1 April 2014 EKA NOVIANA NINDI ASTUTY 1112016200016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PEDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH

Lebih terperinci

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Modul 1 Analisis Kualitatif 1 Indikator Alami I. Tujuan Percobaan 1. Mengidentifikasikan perubahan warna yang ditunjukkan indikator alam. 2. Mengetahui bagian tumbuhan yang dapat dijadikan indikator alam.

Lebih terperinci

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5. BAB 3 ALAT DAN BAHAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat- alat 1. Gelas ukur 25mL Pyrex 2. Gelas ukur 100mL Pyrex 3. Pipet volume 10mL Pyrex 4. Pipet volume 5mL Pyrex 5. Buret 25mL Pyrex 6. Erlenmeyer 250mL

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI. KAMIS, 24 April 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II TITRASI IODOMETRI KAMIS, 24 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELOMPOK 4 1. Annisa Etika Arum 2. Aini Nadhokhotani Herpi 3. Rhendika Taufik

Lebih terperinci

Desikator Neraca analitik 4 desimal

Desikator Neraca analitik 4 desimal Lampiran 1. Prosedur Uji Kadar Air A. Prosedur Uji Kadar Air Bahan Anorganik (Horwitz, 2000) Haluskan sejumlah bahan sebanyak yang diperlukan agar cukup untuk analisis, atau giling sebanyak lebih dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Kimia dan Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI. Senin, 28 April Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK 2 PENENRUAN KADAR VITAMIN C MENGGUNAKAN TITRASI IODOMETRI Senin, 28 April 2014 Disusun Oleh: MA WAH SHOFWAH 1112016200040 KELOMPOK 1 MILLAH HANIFAH (1112016200073) YASA

Lebih terperinci

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN

Titrasi Volumetri. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Titrasi Volumetri Dr. Anna Permanasari, M.Si. K PENDAHULUAN egiatan praktikum ini dimaksudkan untuk melatih keterampilan dasar Anda dalam melakukan pekerjaan laboratorium, melatih Anda dalam bekerja

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA

KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA KIMIA ANALITIK TITRASI ASAM-BASA KIMIA ANALITIK 02 REGULER KELOMPOK 6 Disusun oleh: 1. Jang Jin Joo 1306399071 (11) 2. Robby Samuel 1306402204 (12) TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL 2014 Pengertian Titrasi

Lebih terperinci

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi Larutan Ditulis oleh Redaksi chem-is-try.org pada 02-05-2009 Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi larutan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR. Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR Percobaan 3 INDIKATOR DAN LARUTAN Disusun oleh Nama : Cinderi Maura Restu NPM : 10060312009 Shift / kelompok : 1 / 2 Tanggal Praktikum : 29 Oktober 2012 Tanggal Laporan :

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

TITRASI IODOMETRI. Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA TITRASI IODOMETRI Siti Masitoh 1112016200006 M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana, Ira Nurpialawati PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN

Lebih terperinci

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari percobaan. 2. Menentukan konsentrasi dari NaOH dan Na 2 CO 3. 3. Mengetahui kegunaan dari titrasi dengan indikator

Lebih terperinci

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO)

GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR FOSFAT DALAM DETERJEN RINSO) NAMA : KARMILA (H311 09 289) FEBRIANTI R LANGAN (H311 10 279) KELOMPOK : VI (ENAM) HARI / TANGGAL : JUMAT / 22 MARET

Lebih terperinci

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1

Widya Kusumaningrum ( ) Page 1 Penentuan Koefisien Distribusi Tujuan: Menentukan koefisien distribusi I 2 dalam sistem air-kloroform Widya Kusumanngrum (1112016200005) Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan tahapan isolasi selulosa dan sintesis CMC di Laboratorium Kimia Organik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Pembuatan larutan buffer menggunakan metode pencampuran antara asam lemah dengan basa konjugasinya. Selanjutnya larutan buffer yang sudah dibuat diuji kemampuannya dalam mempertahankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3 I. Waktu / Tempat Praktikum : Rabu,15 Februari 2012 / Lab Kimia Jur. Analis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

MODUL 2 PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT DALAM YOU C Kurnia Sandwika Henry Liyanto Ignatio Glory

MODUL 2 PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT DALAM YOU C Kurnia Sandwika Henry Liyanto Ignatio Glory MODUL 2 PENENTUAN KADAR ASAM ASKORBAT DALAM YOU C-1000 Kurnia Sandwika 10515048 Henry Liyanto 10515049 Ignatio Glory 10515062 Christopher Chandra 10515071 Dita Nurkhusis 10515073 Bayu Andi Saputra 10515074

Lebih terperinci

VISIT MY WEBSITE : KLIK AJA LINKNYA SOB http://dionlegionis.blogspot.com/search/label/education%20mipa http://dionlegionis.blogspot.com/2015/03/klasifikasi-kodok-beranak-darisulawesi.html http://dionlegionis.blogspot.com/2015/03/download-pdf-statistika-datatunggal.html

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA I. Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si

KIMIA FISIKA I. Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I Disusun oleh : Dr. Isana SYL, M.Si Isana_supiah@uny.ac.id LABORATORIUM KIMIA FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2002 TERMODINAMIKA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini

TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini TITRASI IODOMETRI DENGAN NATRIUM TIOSULFAT SEBAGAI TITRAN Titrasi redoks merupakan jenis titrasi yang paling banyak jenisnya. Terbaginya titrasi ini dikarenakan tidak ada satu senyawa (titran) yang dapat

Lebih terperinci

BAHAN DAN ALAT-ALAT Bahan Serbuk Natrium khlorida mumi (NaCI), serbuk Kalium kromat (K 2 CrO4 ), serbuk Perak nitrat (AgNO 3), Air suling dan contoh m

BAHAN DAN ALAT-ALAT Bahan Serbuk Natrium khlorida mumi (NaCI), serbuk Kalium kromat (K 2 CrO4 ), serbuk Perak nitrat (AgNO 3), Air suling dan contoh m ANALISIS KHLORIDA DALAM MAKANAN TERNAK Saulina Sitompul Balai Penelitian Ternak, Bogor PENDAHULUAN Air, makanan dan garam merupakan kebutuhan utama bagi mahiuk hidup. Afinitas khlorida terhadap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

Pupuk dolomit SNI

Pupuk dolomit SNI Standar Nasional Indonesia Pupuk dolomit ICS 65.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Syarat mutu... 1 4 Pengambilan contoh...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI

PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM MgCl 2 DENGAN ANALISIS GRAVIMETRI Tujuan: Menerapkan analisis gravimetric dalam penentuan kadar klorida Menentukan kadar klorida dalam MgCl 2 Widya Kusumaningrum (1112016200005),

Lebih terperinci

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar.

dimana hasilnya dalam bentuk jumlah atau bilangan kadar. VOLUMETRI I Drs Kusumo Hariyadi Apt MS. Analisa Kimia dibagi 2 bagian : 1. Analisa Kualitatif ( analisa jenis) bertujuan mencari adanya unsur / senyawa dalam suatu sampel 2. Analisa Kuantitatif (analisa

Lebih terperinci

Titrasi Potensiometri

Titrasi Potensiometri Modul 1 Titrasi Potensiometri Dr. Anna Permanasari, M.Si. K egiatan praktikum ini dimaksudkan untuk melatih mahasiswa agar terampil dalam melakukan praktikum yang berhubungan dengan titrasi potensiometri.

Lebih terperinci

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh 1 ANALISIS DAYA OKSIDATOR K 2 Cr 2 O 7, KMnO 4, DAN KBrO 3 TERHADAP ION Fe 2+ DALAM GARAM MOHR DAN ION Sn 2+ DALAM GARAM SnCl 2.2H 2 O DENGAN METODE TITRIMETRI REDOKS (KONSEP LABORATORY BASED-LEARNING)

Lebih terperinci

Percobaan 6 Penentuan kadar Nikel (II) klorida dengan metoda gravimetri dan volumetri

Percobaan 6 Penentuan kadar Nikel (II) klorida dengan metoda gravimetri dan volumetri Percobaan 6 Penentuan kadar Nikel (II) klorida dengan metoda gravimetri dan volumetri I. Tujuan Menentukan kandungan Nikel (II) dengan metode gravimetri dan volumetri II. Prinsip Percobaan Gravimetri adalah

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015. III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Desember sampai dengan Mei tahun 2014/2015. Lokasi penelitian adalah di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Universitas

Lebih terperinci

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) I. Tujuan. Membuat kurva hubungan ph - volume pentiter 2. Menentukan titik akhir titrasi 3. Menghitung kadar zat II. Prinsip Prinsip potensiometri didasarkan pada

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR BIKARBONAT DALAM SODA KUE Kelompok : Kelompok 5 Tanggal Persentasi : 14 November 2016 Tanggal Percobaan : 21 November 2016 Sahlillah Dwi

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ( KI-2121) PENENTUAN KADAR IOD DALAM BETADINE SECARA TITRIMETRI

MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ( KI-2121) PENENTUAN KADAR IOD DALAM BETADINE SECARA TITRIMETRI MODUL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ( KI-2121) PENENTUAN KADAR IOD DALAM BETADINE SECARA TITRIMETRI Disusun oleh: 1. SISCA ERICA (10515001) 2. DYAH AYU R. (10515003) 3. WANDA HIMAWAN (10515008) 4. VIORANTY

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA IODIMETRI Disusun oleh: EKA RATRI NOOR W. INDAH AR YUDHA IKOMA I. TRIAS ISTINA R. ALFIN YUNIARTI VIDIA NISA N. WINDA D. ANANDHIEKA M. TALITHA ARDIYAN SUKMA NIO HOKI PRATIWI JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 3 PENENTUAN BILANGAN KOORDINAI KOMPLEKS TEMBAGA (II) OLEH : NAMA : IMENG NIM: ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI, TANGGAL : RABU, 8 JUNI 2011 ASISTEN

Lebih terperinci

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas

Lebih terperinci

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex

BAB 3 BAHAN DAN METODE. - Buret 25 ml pyrex. - Pipet ukur 10 ml pyrex. - Gelas ukur 100 ml pyrex. - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex BAB 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - Buret 25 ml pyrex - Pipet ukur 10 ml pyrex - Gelas ukur 100 ml pyrex - Labu Erlenmeyer 250 ml pyex - Labu ukur 100 & 1000 ml pyrex - Botol aquades

Lebih terperinci

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan

BABII TINJAUAN PUSTAKA. dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrogen Peroksida Hidrogen peroksida dikenal sebagai dihidrogen dioksida, hidrogen dioksida, oksidol dan peroksida, dengan rumus kimia H 2 O 2, ph 4.5, cairan bening, tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014 CALON PESERTA INTERNATIONAL CHEMISTRY OLYMPIAD (IChO) 2015 Mataram, Lombok 1-7 September 2014 Kimia Praktikum A Waktu: 120 menit

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 lat dan Bahan lat yang digunakan pada pembuatan karbon aktif pada penilitian ini adalah peralatan sederhana yang dibuat dari kaleng bekas dengan diameter 15,0 cm dan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA ANALITIK II. METODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014 LAPORAN PRAKTIKU KIIA KIIA ANALITIK II ETODE VOLHARD Selasa, 10 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELOPOK 4 1. Annisa Etika Arum 1112016200009 2. Aini Nadhokhotani Herpi 1112016200016

Lebih terperinci