ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT (Influence Analysis of Maternal Education to Under Five Years-old Children In West Kalimantan Province) M Rizal Damanik 1 * *, Ikeu Ekayanti 1, dan Didik Hariyadi 2 1 * Alamat korespondensi: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor Telp: ; Fax: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Pontianak, Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. ABSTRACT The present study aims to analyze of influence maternal education to under five yearsold children in West Kalimantan Province. The study uses Health Research Data Base of West Kalimantan Province in year 2007 with the design of cross-sectional study. The total of 1992 household samples were recruited in the study with criteria having child aged 6 to 59 months. Weight for height, weight for age, and height for age indicators were used to measure child nutritional status. The results showed that Logistic multiple regression analysis showed that maternal education under level of junior high school had 1.28 risk for children to become stunting and 1.27 risk for children to become underweight than maternal education level of above junior high school. Key words: wasting, stunting, maternal education. PENDAHULUAN Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung semua zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat mencegah penyakit defisiensi, mencegah keracunan dan juga mencegah timbulnya penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan hidup anak (Soekirman, 2000). Masa bayi dan anak adalah masa mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dan sangat penting sebagai landasan yang menentukan kualitas generasi penerus bangsa (Azwar, 2000). Status gizi balita sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial terdekat. Di samping itu peran keluarga sangat besar dalam membentuk kepribadian anak. Pola pendidikan yang tepat yang diterapkan oleh orang tua akan sangat membantu anak dalam menghadapi kondisi lingkungan pada masa yang akan datang. Orang tua merupakan tempat bergantung anak-anaknya dan harus memberikan kasih sayang dan perhatian sepenuhnya pada anak hingga remaja. Penyebab langsung status gizi yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak ha- nya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi sering menderita penyakit infeksi dapat menderita kurang gizi. Demikian pula pada anak yang makannya tidak cukup baik, maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit, sehingga makanan dan penyakit merupakan penyebab kurang gizi (Supariasa et. al. 2002). Penelitian tentang pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita khususnya di Provinsi Kalimantan Barat belum pernah dilakukan. Hasil RISKESDAS di Provinsi Kalimantan Barat 2007, ditemukan data sebagai berikut: prevalensi balita dengan gizi kurang dan buruk (underweight) berdasar berat badan menurut umur (BB/U) sebesar 22.6%, status pendek dan sangat pendek (stunting) berdasar tinggi badan menurut umur (TB/U) mencapai 36.8%, kurus dan sangat kurus (wasting) berdasar berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) sebanyak 17.3%, sedangkan prevalensi gizi lebih berdasar BB/U didapat sebesar 5% dan berdasarkan BB/TB 14%. Prevallensi Stunting sangat tinggi dibandingkan dengan indikator status gizi balita yang lain. Todaro & Smith (2009) mengemukakan bahwa status pendek merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan produktifitas manusia. 69

2 Peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh pendidikan ibu terhadap status gizi balita di Provinsi Kalimantan Barat. METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional menggunakan data sekunder hasil Riskesdas 2007 dengan desain cross sectional, dimana pengukuran outcome dan potential predictor dilakukan secara simultan pada waktu yang bersamaan (Aswin, 1997) sesuai dengan desain Riskesdas 2007 di Provinsi Kalimantan Barat. Wilayah penelitian di Provinsi Kalimantan Barat yang dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan Maret Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Populasi dalam Riskesdas Provinsi Kalimantan Barat 2007 adalah seluruh rumah tangga di wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Sampel adalah rumah tangga dan anggota rumah tangga yang diambil dengan menggunakan metodologi penghitungan dan cara penarikan sampel identik dengan two stage sampling yang digunakan dalam SUSENAS Setiap kabupaten/kota yang masuk dalam kerangka sampel kabupaten/kota, diambil sejumlah blok sensus yang proporsional terhadap jumlah rumah tangga di kabupaten/kota tersebut. Jumlah rumah tangga pada sebuah kabupaten/ kota diambil dengan metode probability proportional to size. Setiap blok sensus terpilih kemudian dipilih 16 (enam belas) rumah tangga secara acak sederhana. Jumlah rumah tangga yang mempunyai balita berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes RI sebanyak rumah tangga. Selanjutnya ditetapkan sampel rumah tangga dengan kriteria inklusi adalah rumah tangga yang mempunyai balita umur 6 59 bulan, mempunyai data BB dan TB dengan cut off point sesuai indikator z-score status gizi BB/TB, TB/U dan BB/U pada WHO (World Health Organization) Anthro 2009 dan mempunyai data sosial ekonomi dan pendidikan orang tua, sehingga jumlah sampel diperoleh sebanyak 1992 rumah tangga balita (Gambar 1). Pengolahan dan Analisis Data Data perilaku KADARZI rumah tangga dikategori baik dan kurang baik menggunakan indikator yang dipakai Depkes (2007) dengan empat dari lima indikator pengukuran. Data Status gizi menggunakan kategori baku antropometri WHO (2006) yang didasarkan pada nilai z-score berdasarkan BB/TB, TB/U dan BB/U. Data infeksi yang diambil adalah data infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare, demam thypoid, malaria, campak dan demam berdarah. Penilaian menggunakan kuesioner dengan menanyakan pernah menderita atau pernah didiagnosa oleh tenaga medis menderita. Selanjutnya dikategorikan pernah atau tidak pernah menderita satu atau lebih penyakit ISPA, diare, demam thypoid, malaria, campak atau demam berdarah. Data konsumsi gizi akan didasarkan pada kelompok zat gizi energi, protein dan vitamin A sesuai dengan ketersediaan data Riskesdas Selanjutnya kebutuhan masing-masing zat gizi dihitung berdasarkan kelompok umur menggunakan standar AKG tahun Analisis data hasil penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif dan inferensial. Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel independen dan variabel dependen. Uji kemaknan digunakan metode Chi-Square ( 2 ) (Selvin, 1996). Analisis multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Kriteria kemaknaan statistik yang dipakai adalah < Nilai confidence interval (CI) ditetapkan 95%. Pengolahan dan analisis data masing-masing menggunakan software Microsoft Office Excell 2007 dan software SPSS. Jumlah total sampel 2375 Jumlah sampel 1992 Kriteria eksklusi : 0 5 bulan = 168 Data BB & TB tdk sesuai = 163 Data Orang tua missing = 52 Gambar 1. Skema Jumlah dan Pengambilan Sampel 70

3 Persentase Balita Jurnal Gizi dan Pangan, Juli (2): (Statistic Program for Social Science) for windows versi 16.0 tahun Penentuan nilai z- score berdasarkan BB/TB, BB/U dan TB/U menggunakan software Anthro WHO versi tahun Karakteristik Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata umur balita dalam penelitian ini adalah 30.9 ± 14.6 bulan dengan kelompok umur tertinggi antara bulan (37.9%) dan jenis kelamin laki-laki 52.2%. Berat badan rata-rata 12.1 ± 3.7 kg dan tinggi badan 86.6 ± 12.4 cm. Prevalensi status gizi balita (6 59 bulan) yang diukur berdasarkan indeks BB/TB, BB/U dan TB/U menunjukkan bahwa sebagian besar balita mempunyai status gizi normal dan baik dibandingkan dengan kategori status gizi yang lain, masing-masing sebesar 70.4%, 73.2% dan 56.5% (Tabel 1). Berdasarkan kriteria masalah gizi yang ditetapkan Depkes (2009) berdasarkan WHO, Kalimantan Barat menghadapi masalah gizi akut-kronis dengan karakteristik masalah gizi sebagi berikut: prevalensi balita wasting mencapai 17.0% (> 5%), balita stunting mencapai 43.4% (> 20%) dan balita status gizi underweight sebesar 24.1% (> 10%) dengan prevalensi status infeksi balita di Kalimantan Barat menyebar antara yang infeksi dan tidak infeksi masing-masing 47.8% dan 52.2%. Infeksi merupakan salah satu faktor penyebab langsung status gizi balita disamping konsumsi. Pada masa anak-anak yang sedang tumbuh umumnya akan mengalami lebih dari 100 macam infeksi sebelum mencapai masa dewasa. Kejadian ini akan lebih buruk jika terjadi pada daerah miskin, sanitasi yang buruk dan daerah dengan masalah gizi (Linder, 1992). Sebaran status infeksi berdasarkan kelompok umur kejadian infeksi tertinggi terjadi pada anak umur bulan mencapai 56.8%, secara proporsional hampir sama dengan anak umur bulan sebesar 51.2%. Data ini menunjukkan kecenderungan kejadian infeksi pada anak 6 59 bulan, semakin bertambah umur semakin tinggi (Gambar 2). Penelitian ini sejalan dengan laporan Riskesda Provinsi Kalimantan Barat 2007 yang menunjukkan adanya peningkatan kejadian ISPA, TB Paru, Campak dan Tifoid pada umur 1 4 tahun dibanding umur < 1 tahun. Konsumsi energi dan vitamin A balita sebagian besar masih defisit (66.5% dan 68.2%) dibandingkan dengan konsumsi protein yang sebagian besar (66.9%) sudah baik. Zat gizi protein merupakan salah satu zat gizi penting terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan balita. Kalimantan Barat merupakan salah satu wilayah yang kaya akan hasil laut dan sungai, sehingga dimungkinkan kon sumsi protein balita lebih baik dari konsumsi energi dan vitamin A. Sebaran status infeksi berdasarkan kelompok umur kejadian infeksi tertinggi terjadi pada anak umur bulan mencapai 56.8%, secara proporsional hampir sama dengan anak umur bulan sebesar 51.2%. Data ini menunjukkan kecenderungan kejadian infeksi pada anak 6 59 bulan, semakin bertambah umur semakin tinggi (Gambar 8). Penelitian ini sejalan dengan laporan Riskesda Provinsi Kalimantan Barat 2007 yang menunjukkan adanya peningkatan kejadian ISPA, TB Paru, Campak dan Tifoid pada umur 1 4 tahun dibanding umur < 1 tahun ,2 56,8 43, , Infeksi Tidak Infeksi bln bln bln Kelompok Umur (dalam bulan) Gambar 2. Persentase Sebaran Infeksi Balita berdasarkan Kelompok Umur 71

4 Tabel 1. Sebaran Karakteristik Sampel n (%) Mean ± SD Balita )n = 1992( Umur (bulan) 31.5 ± (35.3) (39.0) (25.7) Jenis Kelamin Laki-laki 1026 (51.5) Perempuan 966 (48.5) Berat Badan (BB) 11.7 ± 3.2 Tinggi Badan (TB) 86.4 ± 12.4 Status Gizi (BB/TB) ± 1.97 Normal 1403 (70.4) Kurus 170 (8.5) Sangat Kurus 169 (8.5) Gemuk 250 (12.6) Status Gizi (BB/U) ± 1.46 Baik 1459 (73.2) Kurang 340(17.1) Buruk 140(7.0) Lebih 54 (2.7) Status Gizi (TB/U) ± 2.44 Normal 1126 (56.5) Pendek 389 (19.5) Sangat Pendek 477 (23.9) Status Infeksi Infeksi 952 (47.8) Tidak Infeksi 1040 (52.2) Konsumsi )N = 1879( Energi ± Baik ( 100% AKG) 341(17.1) Sedang (80 90% AKG) 129(6.5) Kurang ( % AKG) 85(4.3) Defisit (< 70%AKG) 1324(66.5) Protein 51.1 ± 29.3 Baik ( 100% AKG) 1333(66.9) Sedang (80 90% AKG) 73(3.7) Kurang ( % AKG) 38(1.9) Defisit (< 70%AKG) 435(21.8) Vitamin A ± 216.5) Baik ( 100% AKG) 335(16.8) Sedang (80 90% AKG) 125(6.3) Kurang ( % AKG) 61(3.1) Defisit (< 70%AKG) 1358(68.2) Orang Tua )n = 1992( Pendidikan Ayah SD 1213 (60.9) SMP 348 (17.5) SMA 431(21.6) SD 1248 (62.7) SMP 354 (17.8) SMA 390(19.6) Pengeluaran RT ± Rata-rata 844 (42.4) < Rata-rata 1148 (57.6) Konsumsi energi dan vitamin A balita sebagian besar masih defisit (66.5% dan 68.2%) dibandingkan dengan konsumsi protein yang sebagian besar (66.9%) sudah baik. Protein merupakan salah satu zat gizi penting terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan balita. Kalimantan Barat merupakan salah satu wilayah yang kaya akan hasil laut dan sungai, sehingga dimungkinkan konsumsi protein balita lebih baik dari konsumsi energi dan vitamin A. 72

5 Tabel 1 juga menunjukkan bahwa proporsi tingkat pendidikan orang tua balita baik ayah maupun ibu sebagian besar tamat SD atau dibawahnya masing-masing 60.9% dan 62.7% sedangkan pengeluaran rumah tangga rata-rata sebesar Rp ± Pengaruh terhadap Status Gizi Balita Indeks BB/TB Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen, meliputi status infeksi, konsumsi energi, konsumsi protein, konsumsi vitamin A, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pengeluaran rumah tangga, pemanfaatan pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, penerapan pesan gizi seimbang dan perilaku KADARZI terhadap status gizi indeks BB/TB, TB/U dan BB/U sebagai variabel independent. Variabel independen penerapan pesan gizi seimbang dan variabel perilaku KADARZI dalam analisis ini tidak menjadi satu kelompok. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa dalam pengukuran antara dua variabel tersebut terdapat dua kriteria yang sama dan data yang diambil dari sumber yang sama, yaitu kriteria makanan seimbang dan penggunaan garam iodium dalam keluarga. Sehingga dalam analisis multivariat variabel independen dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 10 variabel. Kelompok satu terdiri dari variabel independen status infeksi, konsumsi energi, konsumsi protein, konsumsi vitamin A, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pengeluaran rumah tangga, pemanfaatan pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan dan penerapan pesan gizi seimbang, sedangkan kelompok dua terdiri dari variabel independen status infeksi, konsumsi energi, konsumsi protein, konsumsi vitamin A, pendidikan ayah, pendidikan ibu, pengeluaran rumah tangga, pemanfaatan pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan dan perilaku KADARZI. Analisis menggunakan uji regresi logistik binary. Kelayakan uji masing-masing analisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan mempertimbangkan pengujian model penuh (omnibus test of model coefficients) dibandingkan dengan model yang hanya dengan konstanta (signifikansi < 0.01). Hosmer and Lemeshow Test juga menjadi pertimbangan kelayakan penggunaan uji dengan melihat nilai chi-square dan nilai signifikansi > Kemampuan prediksi terhadap nilai observasi dengan melihat classification table, dimana model yang mampu memprediksi nilai observasinya dengan baik jika lebih dari 50%. Sementara untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas antar variabel independen menggunakan uji matrik korelasi. Variabel yang mempunyai nilai korelasi diatas 0.8 dianggap mempunyai multikolinearitas yang serius dan akan dikeluarkan dari kelompok variabel independen. Uji regresi logistik pengaruh variable independen terhadap variabel dependen status gizi balita indek BB/TB menunjukkan tidak ada pengaruh secara signifikan secara bersamasama, baik pada variabel independen kelompok satu maupun kelompok dua. Selanjutnya tidak dilakukan analisis tahap kedua mengingat bahwa signifikansi statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah < Jika dilihat dari besaran angka signifikansi variabel independen (kelompok satu dan kelompok dua) yang dianalisis, maka pendidikan ayah mempunyai angka signifikansi yang paling rendah dibandingkan dengan variabel independen yang lain, yaitu = 0.15). Hasil analisis ini memberikan gambaran bahwa semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap kejadian status gizi balita pada indek BB/TB di Provinsi Kalimantan Barat. Beberapa faktor lain di luar variabel independen pada penelitian ini dimungkinkan sebagai faktor pengaruh terhadap status gizi balita indek BB/TB. Pengaruh terhadap Status Gizi Balita Indeks BB/U Variabel indepeden kelompok satu dan kelompok dua secara bersama-sama hanya terdapat 3 variabel yang secara signifikan ( < 0.05) berpengaruh terhadap status gizi balita indek BB/U, yaitu status infeksi, pendidikan ibu dan kesehatan lingkungan. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 3 variabel yang secara signifikan berpengaruh terhadap status gizi indek BB/U diperoleh model yang paling baik dalam memprediksi kejadian masalah status gizi pada indek BB/U berturut-turut adalah pendidikan ibu, kesehatan lingkungan dan status infeksi. Pendidikan ibu < SMP dan kesehatan lingkungan yang kurang baik mempunyai peluang risiko yang sama (1.49 kali) terhadap kejadian underweight pada CI 95% yang berbeda, masing-masing dan , sedangkan balita yang infeksi mempunyai peluang risiko kejadian underweight 1.27 kali (CI 95% ) dibandingkan dengan balita yang tidak infeksi (Tabel 2 & 3). Pendidikan ibu mempunyai peranan penting dalam mencegah terjadinya masalah 73

6 underweight pada balita. Seorang ibu dapat menentukan bagaimana pola asuh yang akan dipilihnya terutama dalam pemilihan makanan untuk balitanya. Beberapa penelitian sebelumnya juga banyak menemukan bahwa pendidikan ibu berhubungan dengan status gizi balita dan pendidikan ibu mempunyai peran yang penting dalam mengurangi prevalensi masalah gizi (Schultz 1994; Islam et al 1994; Anwar 2006; Rahman et al 2009). Indikator berat badan dan tinggi badan merupakan salah satu indikator dalam penentuan status gizi. Secara proporsional balita yang normal dan sehat bertambah umur akan diikuti dengan bertambahnya berat badan. Demikian pula dengan bertambahnya tinggi badan bertambah pula berat badannya, sehingga indek BB/U (berat badan menurut umur) tidak memberikan indikasi spesifik tentang karakteristik masalah gizi yang diderita apakah tergolong akut, kronis atau akut-kronis. Tetapi indeks BB/U memberikan indikasi adanya gangguan gizi. Hasil analisis ini memberikan gambaran bahwa status gizi balita indek BB/U dipengaruhi oleh 3 faktor di Provinsi Kalimantan Barat, yaitu status infeksi, pendidikan ibu dan kesehatan lingkungan. Balita yang menderita infeksi (terutama diare) dapat menurunkan berat badan secara drastis (Linder 1992), sedangkan pendidikan ibu berhubungan dengan pola asuh balita yang merupakan faktor tidak langsung terjadinya underweight bersama-sama dengan kesehatan lingkungan (UNICEF 1998). Azwar (2004) mengemukakan bahwa pola asuh balita yang kurang memadai dan rendahnya sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor tidak langsung yang mempengaruhi gangguan gizi balita. Demikian pula Soekirman (2001) mengemukakan bahwa perhatian terhadap penyebab utama masalah gizi cenderung mengabaikan faktor lain seperti air bersih, kebersihan lingkungan dan pelayanan kesehatan dasar. Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Logistik Step 2 Pengaruh Variabel Independen (Kelompok Satu) terhadap Variabel Dependen Status Gizi Balita Indek BB/U Variabel Independen Odds Ratio Cofidence Exp (B) Interval 95% Sig. Variabel Dependen Status Gizi Indeks BB/U (n = 1992) Status Infeksi Tidak Infeksi (0) Infeksi(1) 1.27 ( ) 0.03 * SMP(0) < SMP (1) 1.49 ( ) 0.00 ** Kesehatan Lingkungan Baik(0) Kurang Baik (1) 1.49 ( ) 0.02 * R 2 Nagelkerke = 0.21; -2 Log Likelihood = * signifikan < 0.05; ** signifikan < 0.01 Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Logistik Step 2 Pengaruh Variabel Independen (Kelompok Dua) terhadap Variabel Dependen Status Gizi Balita Indek BB/U Variabel Independen Odds Ratio Cofidence Exp (B) Interval 95% Sig. Variabel Dependen Status Gizi Indeks BB/U (n = 1992) Status Infeksi Tidak Infeksi (0) Infeksi(1) 1.27 ( ) 0.03 * SMP(0) < SMP (1) 1.49 ( ) 0.00 ** Kesehatan Lingkungan Baik(0) Kurang Baik (1) 1.49 ( ) 0.02 * R 2 Nagelkerke = 0.21; -2 Log Likelihood = * signifikan < 0.05; ** signifikan <

7 Kesehatan lingkungan yang kurang baik berpotensi menimbulkan penyakit infeksi yang pada akhirnya akan berdampak pada gangguan masalah gizi. Kejadian ini akan bertambah parah jika didukung oleh rentannya ketahanan tubuh akibat tidak tercukupinya intik vitamin dan mineral tubuh. Gambaran umum konsumsi vitamin A balita yang masih kurang, dimungkinkan turut berperan dalam mempengaruhi kejadian infeksi, mengingat vitamin A juga berfungsi sebagai zat gizi penting dalam kekebalan tubuh terhadap infeksi. Didukung pula dengan tidak berfungsinya protein sebagaimana mestinya akibat kurangnya intik energi dalam tubuh. Akumulasi ini akan berdampak pada kerentanan tubuh yang pada akhirnya status gizi balita terganggu. Pengaruh terhadap Status Gizi Balita Indeks TB/U Analisis pengaruh variabel independen kelompok satu yang tanpa memasukkan variabel perilaku KADARZI terhadap variabel dependen menunjukkan bahwa ada 3 variabel yang secara signifikan ( < 0.05) berpengaruh terhadap status gizi indek TB/U. Hasil uji regresi logistik binary menunjukkan bahwa nilai signifikansi paling baik berturut-turut adalah konsumsi energi, kesehatan lingkungan dan pendidikan ibu. Konsumsi energi yang kurang dari 85% AKG mempunyai peluang risiko stunting 1.37 kali dibandingkan dengan konsumsi energi yang kurang dari 85% AKG, balita dengan kesehatan lingkungan yang kurang baik mempunyai peluang risiko 1.44 kali stunting dibandingkan dengan balita dengan kesehatan lingkungan yang baik dan pendidikan ibu yang di bawah SMP berpeluang balitanya stunting 1.27 kali dibandingkan dengan balita yang tingkat pendidikan ibunya diatas atau setingkat SMP. Hal ini dapat dilihat dari nilai OR masing-masing 1.37 (CI 95% ), 1.44 (CI 95% ) dan 1.27 (CI 95% ). Berbeda dengan hasil analisis pengaruh variabel independen kelompok satu terhadap variabel dependen status gizi balita indek TB/U, pengaruh variabel independen kelompok dua yang memasukkan variabel perilaku KADARZI menunjukkan adanya 4 variabel yang berpengaruh signifikan ( < 0.05) yaitu konsumsi energi, pendidikan ibu, kesehatan lingkungan dan perilaku KADARZI. Nilai OR masing-masing adalah 1.36 ( CI 95% ), 1.33 ( CI 95% ), 1.46 ( CI 95% ) dan 1.22 ( CI 95% )(Tabel 4). Analisis ini (Tabel 5) menunjukkan bahwa konsumsi energi, pendidikan ibu, kesehatan lingkungan dan perilaku KADARZI mempunyai kecenderungan peluang risiko terhadap kejadian stunting yang berbeda-beda. Peluang risiko kejadian stunting pada balita tertinggi pada kesehatan lingkungan yang kurang baik sebesar 1.46 kali, selanjutnya berturut-turut konsumsi energi kurang dari 85% AKG sebesar 1.36 kali, pendidikan ibu dibawah SMP 1.33 kali dan perilaku KADARZI yang kurang baik sebesar 1.22 kali. Pendidikan ibu memainkan peranan penting yang menentukan dalam meningkatkan tingkat kecukupan gizi. Prevalensi anak-anak yang terhambat pertumbuhannya (Stunting) yang merupakan indikator dari anak yang kurang gizi, lebih rendah pada ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dengan tingkat pendapatan berapa pun. Penelitian Alderman & Garcia (1992) di Pakistan menemukan buktibukti bahwa insiden anak stunting akan menurun dari 63.6% menjadi 47.1% jika ibunya mendapatkan pendidikan dasar. Mereka mencatat bahwa dampak ini hampir 10 kali lipat dari yang dihasilkan oleh peningkatan pendapatan per kapita sebesar 10%, sementara Thomas (1991) mengemukakan bahwa di banyak negara, pendidikan ibu cenderung meningkatkan kesehatan anak perempuan daripada anak lakilaki. Terlepas dari isu gender, jika tinggi badan merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur status kesehatan secara umum, maka orang yang lebih tinggi seharusnya mempunyai kesempatan memperoleh penghasilan yang lebih tinggi, sebagaimana temuan Strauss & Thomas (1998) di Brazil bahwa pria yang lebih tinggi dapat memperoleh penghasilan yang lebih banyak, dimana peningkatan tinggi badan sebanyak 1% diasosiasikan dengan kenaikan upah sebesar 7%. Todaro & Smith (2009) mengemukakan bahwa WHO telah menemukan lima kondisi yang menyebabkan 70% kematian balita, yaitu infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, cacar air, malaria dan kurang gizi. Diperkirakan jika tren ini berlanjut, maka pada tahun 2020 kondisi ini akan menyebabkan 30% kematian anak di seluruh dunia. Kekurangan gizi adalah sebuah bentuk penyakit dan keberadaannya merupakan faktor penting yang membuat seorang anak mudah tertular penyakit dan meninggal dunia. Dalam banyak hal kematian tidak akan terjadi tanpa kekurangan gizi sebagai faktor penunjangnya. 75

8 Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Logistik Step 2 Pengaruh Variabel Independen (Kelompok Satu) terhadap Variabel Dependen Status Gizi Balita Indek TB/U Variabel Independen Odds Ratio Cofidence Interval Exp (B) 95% Sig. Variabel Dependen Status Gizi Indeks TB/U (n = 1992) Konsumsi Energi 85% AKG(0) < 85% AKG (1) 1.37 ( ) 0.01 * SMP(0) < SMP (1) 1.27 ( ) 0.02 * Kesehatan Lingkungan Baik(0) Kurang Baik (1) 1.44 ( ) 0.01 * * signifikan < 0.05 R 2 Nagelkerke = 0.21; -2 Log Likelihood = Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Logistik Step 2 Pengaruh Variabel Independen (Kelompok Dua) terhadap Variabel Dependen Status Gizi Balita Indek TB/U Variabel Independen Odds Ratio Cofidence Interval Exp (B) 95% Sig. Variabel Dependen Status Gizi Indeks TB/U (n = 1992) Konsumsi Energi 85% AKG(0) < 85% AKG (1) 1.40 ( ) 0.00 ** SMP(0) < SMP (1) 1.28 ( ) 0.01 * Kesehatan Lingkungan Baik (0) Kurang Baik (1) 1.45 ( ) 0.01 * Perilaku Kadarzi Baik (0) Kurang Baik (1) 1.21 ( ) 0.04 * * signifikan < 0.05; ** signifikan < 0.01 R 2 Nagelkerke = 0.24; -2 Log Likelihood = KESIMPULAN Pendidikan ibu mempunyai peranan penting dalam menentukan status gizi balita. Peningkatan pendidikan ibu akan membawa dampak pada investasi sumber daya manusia yang berkualitas, karena dengan peningkatan pendidikan ibu akan meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya dapat meningkatkan peluang kesempatan pendidikan balitanya sebagai modal dasar peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. DAFTAR PUSTAKA Azwar A Review Peningkatan Penggunaan ASI dan MP-ASI. Bogor. Aswin. Soedjono Metodologi Penelitian Kedokteran. FK, UGM, Yogyakarta. Indonesia Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 747/ Menkes/SK/VI/2007 Tentang Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga. Jakarta. Indonesia Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Propinsi Kalimantan Barat Tahun Badan Pene- 76

9 litian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Indonesia Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Indonesia Buku Saku Gizi. Kapankah Masalah Ini Berakhir. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Emilia E Cara Penilaian Penerapan Pesan-pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) pada Pasangan Usia Subur di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Tesis Magister. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor. Hardinsyah Pengembangan Cara Penilaian Penerapan PUGS. Makalah pada Pra- Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI. 4 November. Jakarta. Hardinsyah et al Cara Sederhana Penilaian Praktek PUGS Bagi Pasangan Usia Subur. Media dan Gizi Keluarga, XXII (2): Linder MC Biokimia Gizi dan Metabolisme. Dengan Pemakaian secara Klinis. UI Press, Jakarta. Minarto Keluarga Sadar Gizi Solusi Atasi Masalah Gizi. hatan.com/?act=news&id=489 [27 Nov 2009] Nurmayati Y Implementasi Program Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Tentang Implementasi Program KADARZI di Kelurahan Betet Kota Kediri). [Abstrak]. Program Pascasarjana. UNS, Surakarta. Soekirman Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk keluarga dan Masyarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi, Jakarta. Supariasa I, Bakri B, & Fajar I Penilaian Status Gizi. EGC Jakarta. Selvin S Statistical Analysis of Epidemioologic Data. Second Edition. Oxford University Press, Oxford. Todaro MP & Smith SC Economic Development. Tenth Edition. Pearson Education Inc, Boston, USA UNICEF The State of The World s Children 1998: Focus of Nutrition. Oxford University Press, UK. Zahraini Y Hubungan Status KADARZI dengan Status Gizi Balita Bulan di Provinsi DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Skripsi Sarjana. UI, Jakarta. 77

ANALISIS PENGARUH PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI TERHADAP STUNTING DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS PENGARUH PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI TERHADAP STUNTING DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:71 80 ANALISIS PENGARUH PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI TERHADAP STUNTING DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT Didik Hariyadi Ikeu Ekayanti Abstract: Influence

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN PENERAPAN PESAN GIZI SEIMBANG KELUARGA DAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISIS HUBUNGAN PENERAPAN PESAN GIZI SEIMBANG KELUARGA DAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT ANALISIS HUBUNGAN PENERAPAN PESAN GIZI SEIMBANG KELUARGA DAN PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT (Relationship Analysis of The Implementation of Balanced

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Waktu, Tempat, dan Desain Penelitian Penelitian mengenai studi karakteristik pertumbuhan anak usia sekolah di Provinsi Jawa Barat dilaksanakan dari bulan Mei-Juli 2011 dengan menggunakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

METODE. Desain dan Waktu

METODE. Desain dan Waktu 40 METODE Desain dan Waktu Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional menggunakan data sekunder hasil Riskesdas 007 dengan disain cross sectional, dimana pengukuran outcome dan potential predictor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional, yaitu pengamatan terhadap paparan dan outcome dilakukan dalam satu periode waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256. ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Lokasi penelitian di Desa Paberasan Kabupaten Sumenep. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo. 102 KERANGKA PEMIKIRAN Orang dewasa 15 tahun seiring dengan bertambahnya umur rentan menjadi gemuk. Kerja hormon menurun seiring dengan bertambahnya umur, yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan metabolisme

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian Desain penelitian adalah cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di kebun Malabar PTPN VIII Desa Banjarsari, Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 16 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain cross-sectional study. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG The Association Beetween Energy and Protein Intake with Nutritional Status of Under Five Children in Tamamaung Village

Lebih terperinci

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11

METODE. PAUD Cikal Mandiri. PAUD Dukuh. Gambar 2 Kerangka pemilihan contoh. Kls B 1 :25. Kls A:20. Kls B 2 :30. Kls B:25. Kls A:11 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study (sebab akibat diteliti dalam satu waktu). Pemilihan PAUD dilakukan secara purposive, dengan kriteria memiliki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi,

III. METODE PENELITIAN. cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, 43 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross-sectional, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan energi, asupan

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI Firdawsyi Nuzula 1, Maulida Nurfazriah Oktaviana 1, Roshinta Sony Anggari 1 1. Prodi D

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM

HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN KOMPOSIT DENGAN MORBIDITAS ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM ANALISIS INDEKS KOMPOSIT Penentuan prevalensi gangguan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, dimana dinamika korelasi antara faktor faktor resiko dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada

Lebih terperinci

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 18 METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana seluruh pengumpulan data dilakukan pada satu waktu. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Malangsari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d²

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d² 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan penelitian potong lintang (cross sectional study), dengan cara mengukur variabel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tesis ini merupakan data sekunder gabungan yang berasal dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2007 (Susenas 2007) dan

Lebih terperinci

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri HUBUNGAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN STATUS GIZI KURANG PADA BALITA UMUR 1-5 TAHUN (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota Kediri) Endah Retnani

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting merupakan salah satu masalah gizi balita. Stunting menggambarkan kegagalan pertumbuhan yang terakumulasi sejak sebelum dan sesudah kelahiran yang diakibatkan

Lebih terperinci

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia Pada Balita Usia 1-5 Tahun di Puskesmas Marim Hartati Ginting 1, Ali Rosidi 2, Yuliana Noor S.U 3 1, 2, 3

Lebih terperinci

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan Silaen P, Zuraidah R, Larasati TA. Medical Faculty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0. METODE PENELITIAN Desain Penelitian, Waktu dantempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Sumur Batu, Bantar Gebang Bekasi. Penelitian dilakukan pada bulan Agustusi 2012. Desain penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh 19 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 32 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini merupakan cross sectional yaitu untuk mengetahui kedua variabel baik dependen maupun independen yang dilakukan observasi pada saat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional.

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional. 3.2. Waktu Penelitian Kegiatan pembuatan proposal dilakukan

Lebih terperinci

METODE. n = Z 2 P (1- P)

METODE. n = Z 2 P (1- P) 18 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu. Lokasi penelitian adalah TKA Plus Ihsan Mulya Cibinong.

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2 17 METODOLOGI Desain, Waktu dan Tempat Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah experimental study yaitu percobaan lapang (field experiment) dengan menggunakan rancangan randomized treatment trial

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR RISIKO GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA BULAN

BEBERAPA FAKTOR RISIKO GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA BULAN BEBERAPA FAKTOR RISIKO GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA BULAN 1 BEBERAPA FAKTOR RISIKO GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 12-59 BULAN Dedi Alamsyah, Maria Mexitalia, Ani Margawati Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS Journal of Pediatric Nursing Vol. 1(5), pp. 243-247, Januari, 2015 Available online at http://library.stikesnh.ac.id ISSN 2354-726X STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH

Lebih terperinci

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional Study yang dilakukan pada siswa sekolah dasar di SD Negeri Empang 1 Bogor. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar OPTIMALISASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN UKURAN ANTROPOMETRI ANAK BALITA DI POSYANDU BALITAKU SAYANG KELURAHAN JANGLI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Ali Rosidi, Agustin Syamsianah Prodi S1 Gizi Fakultas

Lebih terperinci

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif. HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN PEMBERIAN EKSLUSIF DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANOTANA WERU KOTA MANADO Ridzka Cristina* Nova H. Kapantow, Nancy

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi

Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perubahan konsumsi pangan sebelum dan sesudah mengikuti program pemberdayaan Tingkat Kecukupan energi dan zat gizi KERANGKA PEMIKIRAN Masa yang terentang antara usia satu tahun sampai remaja boleh dikatakan sebagai periode laten karena pertumbuhan fisik berlangsung tidak sedramatis ketika masih berstatus bayi (Arisman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2

METODE PENELITIAN. n = z 2 α/2.p(1-p) = (1,96) 2. 0,15 (1-0,15) = 48,9 49 d 2 0,1 2 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini desain population survey, yaitu dengan mensurvei sebagian dari populasi balita yang ada di lokasi penelitian selama periode waktu tertentu.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 Klemens STIKes Prima Jambi Korespondensi penulis :kornelis.klemens@gmail.com

Lebih terperinci

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN : HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA REPAKING KECAMATAN WONOSEGORO KABUPATEN BOYOLALI Anik Kurniawati Jurusan Kebidanan Poltekkes Surakarta E-mail: kurniawati_anik@yahoo.co.id

Lebih terperinci

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS

STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN NUTRITIONAL STATUS OF POOR AND NON-POOR HOUSEHOLDS STUDI TENTANG STATUS GIZI PADA RUMAHTANGGA MISKIN DAN TIDAK MISKIN Hadi Riyadi 1 ; Ali Khomsan 1 ; Dadang S. 1 ; Faisal A. 1 dan Eddy S. Mudjajanto 1 1 Fakultas Ekologi Manusia,Institut Pertanian ABSTRACT

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita

Gambar 1 Hubungan pola asuh makan dan kesehatan dengan status gizi anak balita 17 KERANGKA PEMIKIRAN Masa balita merupakan periode emas, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan otak yang optimal, terlebih lagi pada periode dua tahun pertama kehidupan seorang anak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi masih menjadi perhatian di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat terlihat di dalam rumusan Millennium Development Goals (MDGs) goal pertama

Lebih terperinci

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol

Konsumsi Pangan Sumber Fe ANEMIA. Perilaku Minum Alkohol 15 KERANGKA PEMIKIRAN Anemia merupakan kondisi kurang darah yang terjadi bila kadar hemoglobin darah kurang dari normal (Depkes 2008). Anemia hampir dialami oleh semua tingkatan umur dan salah satunya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG Oleh : TAN WEE YEN 110100464 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi untuk

Lebih terperinci

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI 1 KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI Oleh: FRISKA AMELIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 21 METODE Desain, Tempat dan Waktu Penelitian mengenai konsumsi pangan, aktivitas fisik, status gizi dan status kesehatan lansia menggunakan desain cross sectional. Desain ini merupakan pengamatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah keseimbangan antara pemasukan zat gizi dari bahan makanan yang dimakan dengan bertambahnya pertumbuhan aktifitas dan metabolisme dalam tubuh. Status

Lebih terperinci

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG Dwi Novrianda Fakultas Keperawatan Universitas Andalas e-mail: dwinov_82@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki ketangguhan fisik, mental

Lebih terperinci

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa* PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 29 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa* * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT Children

Lebih terperinci

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013 GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013 PROFILE OF TODDLER MALNUTRITION AT PRIMARY HEALTH CENTER CARINGIN BANDUNG AT SEPTEMBER 2012

Lebih terperinci

BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN MENGALAMI GANGGUAN GIZI

BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN MENGALAMI GANGGUAN GIZI BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN MENGALAMI GANGGUAN GIZI 1 Annis Catur Adi dan Dini Ririn Andrias Departemen Gizi FKM UNAIR Child Poverty

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia menyepakati deklarasi Millenium Development Goals (MDGs) 2015, yang mana salah satunya adalah mengurangi angka kematian anak. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti melakukan pengukuran terhadap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Teori Status Gizi Pendidikan ibu Pekerjaan ibu Pendapatan keluarga Jumlah anggota keluarga Langsung Tidak Langsung Biokimia Klinis Antropometri

Lebih terperinci

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain case control bersifat Retrospective bertujuan menilai hubungan paparan penyakit cara menentukan sekelompok kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Pembangunan Indonesia kedepan berdasarkan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) (2005-2025) adalah menciptakan masyarakat Indonesia yang mandiri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, sehingga menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN

HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN HUBUNGAN PENGELUARAN, SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KELUARGA, DAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI-PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 2-5 TAHUN Ahmad Faridi dan Rezanov Sagita Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi, khususnya anak stunting merupakan salah satu keadaan kekurangan gizi yang menjadi perhatian utama di dunia terutama di negara-negara berkembang,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Jenis dan Cara Pengambilan Data 15 METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional study. Lokasi penelitian bertempat di Desa Sukajadi, Sukaresmi, Sukaluyu, dan Sukajaya, Kecamatan Taman

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Lampiran 1 NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN Saya Meiti Mahar Resy sebagai mahasiswi Universitas Esa Unggul akan melakukan penelitian Skripsi di RW 03 Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang Banten.

Lebih terperinci

VOLUME I No 1 April 2013 Halaman Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah di Kota Denpasar

VOLUME I No 1 April 2013 Halaman Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah di Kota Denpasar Community Health VOLUME I No 1 April 2013 Halaman 37-42 Artikel Penelitian Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah di Kota Denpasar Ni Made Ayu Suastiti * 1, Ni Ketut Sutiari 1 Alamat: PS Ilmu Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah stunting masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita bisa berakibat rendahnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR RISIKO GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA BULAN

BEBERAPA FAKTOR RISIKO GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA BULAN 1 BEBERAPA FAKTOR RISIKO GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA 12-59 BULAN Dedi Alamsyah, Maria Mexitalia, Ani Margawati Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pontianak, Jl. A. Yani No. 111

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita 6 TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita Gizi merupakan hal penting dalam pembangunan, karena gizi adalah investasi dalam pembangunan. Gizi yang baik dapat memicu terjadi pembangunan yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hasil analisis data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2005) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan gizi kurang pada anak usia sekolah yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan di Indonesia saat ini mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025 yang memiliki lima tujuan pokok. Salah satu tujuan pokok

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH Maria Novianti Nino a, Yohanes Dion S.Kep.,Ns.,M.Kes b, dan Maryati

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 16 METODOLOGI PENELITIAN Desain Waktu dan Tempat Penelitian Desain penelitian ini adalah Cross sectional study yaitu rancangan yang digunakan pada penelitian dengan variabel sebab atau faktor resiko dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat terhadap Perubahan Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi adalah zat-zat yang ada dalam makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber energi untuk pertumbuhan badan. Gizi merupakan faktor penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan

Lebih terperinci

Linda Yunitasari 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Linda Yunitasari 1. Mahasiswa Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan PERBEDAAN INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ) ANTARA ANAK STUNTING DAN TIDAK STUNTING UMUR 7 12 TAHUN DI SEKOLAHDASAR (Studi pada siswa SD Negeri Buara 04 Kecamatan Ketanggungan Kabupaten Brebes) Linda Yunitasari

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Jumlah dan Cara penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan waktu Penelitian mengenai hubungan antara kepatuhan konsumsi biskuit yang diperkaya protein tepung ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan status gizi dan morbiditas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan baseline dari penelitian Dr. Ir. Sri Anna Marliyati MSi. dengan judul Studi Pengaruh Pemanfaatan Karoten dari Crude Pal Oil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan SDM yang berkualitas,

Lebih terperinci

Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3):

Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): Jurnal Gizi dan Pangan, 2011, 6(3): 192-199 Journal of Nutrition and Food, 2011, 6(3): 192-199 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SERTA PERILAKU GIZI SEIMBANG IBU KAITANNYA DENGAN STATUS GIZI DAN KESEHATAN

Lebih terperinci