RASIO KARBOHIDRAT DAN PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN LEMAK DAGING IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) UNTUK PEMBESARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RASIO KARBOHIDRAT DAN PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN LEMAK DAGING IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) UNTUK PEMBESARAN"

Transkripsi

1 PENGARUH RASIO KARBOHIDRAT DAN LEMAK PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN LEMAK DAGING IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) UNTUK PEMBESARAN NURUL HANUM KHARISMA PROGRAM STUDI ILMU PERAIRAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengaruh Rasio Karbohidrat dan Lemak Pakan Terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Kandungan Lemak Daging Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) untuk Pembesaran adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbingan dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Februari 2009 Nurul Hanum Kharisma NRP. C

3 ABSTRACT NURUL HANUM KAHRISMA. Effect of dietary carbohydrate to lipid ratio on growth and muscle lipid deposition of Pangasius hypophthalmus for growout. Under direction of ING MOKOGINTA and DEDI JUSADI. Iso-nitrogenous (28% CP) and iso-caloric (10-11 kcal/g, ME) semipurified diets with varying carbohydrate:lipid (CHO:L) ratios (2,12 to 9,74 g:g), were fed to triplicate groups of 6 fish (size 119,36±8,23g). Fish fed on the experimental diet to satiation, twice a day for 60 days. The growth rates, total feed intake and feed efficiency showed no significant (P<0,05) differences among treatments. The same pattern (P>0,05) also found in the blood glucose levels. Lipid retention (%) was significantly higher (P<0,05) in fish fed diets containing high carbohydrate and low lipid. Minimum lipid deposition in muscle were significantly difference as carbohydrate to lipid ratio 9,74. Increased CHO:L ratios resulted in lower accumulation of fat in the liver (P<0,05). However, whole body crude protein and lipid content fed varying CHO:L diets did not show any significance differences (P>0,05) among the test groups. Increased dietary carbohydrate to lipid ratio showed higher (P<0,05) ammonia excretion and quotient respiratory in the water. These results indicate that P. hypophthalmus efficiently utilize high carbohydrate to 55,21% and low dietary lipid, results in decreased lipid deposition in the muscle. Keywords: Growth, lipid deposition, Pangasius hypophthalmus, carbohydrate to lipid ratio

4 RINGKASAN NURUL HANUM KHARISMA. Pengaruh Rasio Karbohidrat dan Lemak Pakan Terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Kandungan Lemak Daging Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) untuk Pembesaran. Dibimbing oleh ING MOKOGINTA dan DEDI JUSADI. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian rasio karbohidrat/lemak pakan (CHO:L) terhadap pertumbuhan dan kandungan lemak daging ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dengan bobot tubuh awal ±119,23g. Penelitian sebelumnya dengan ukuran benih menunjukkan kebutuhan karbohidrat dan lemak pakan yang berbeda. Semakin besar ukuran ikan, kebutuhan nutrisi untuk energi dan pertumbuhan juga berbeda. Dalam penelitian ini diharapkan dengan rasio karbohidrat/lemak pakan yang optimum, mampu meningkatkan pertumbuhan dan menekan konversi lemak pakan sehingga akan mengurangi simpanan kadar lemak daging. Parameter pendukung utama yang diamati selain pertumbuhan dan kadar lemak daging, diharapkan secara tidak langsung rasio karbohidrat/lemak pakan yang optimum tersebut tidak menyebabkan ekskresi amoniak yang berlebihan. Penelitian ini menggunakan ulangan sebanyak 3 kali dengan masa pemeliharaan 60 hari dalam sistem resirkulasi dan diberi pakan perlakuan yang mengandung lima kadar karbohidrat pakan (37,35; 45,19; 51,42; 54,00; 55,21% bobot kering) dan kombinasi lima kadar lemak pakan (17,64; 12,68; 8,38; 7,12; 5,67%). Kombinasi karbohidrat dan lemak pakan tersebut menghasilkan rasio 2,12; 3,56; 6,14; 7,58; dan 9,74. Perlakuan ini bersifat isoprotein sebesar 28-29% dan iso-energi kkal DE/g. Awal penelitian melalui tiga tahapan, yaitu uji pertumbuhan, uji lanjut ekskresi amoniak, CO 2 dan O 2, kemudian uji lanjut glukosa darah. Uji pertumbuhan dilakukan selama 60 hari. Uji amoniak, CO 2 dan O 2 dilakukan selama 5 hari. Uji glukosa darah juga dilakukan selama 5 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada pertumbuhan, efisiensi pakan, retensi protein dan proksimat tubuh dan daging

5 (khususnya protein). Sebaliknya ada perbedaan yang nyata pada retensi lemak dan proksimat lemak daging dan hati. Retensi lemak terendah didapatkan pada rasio 2,12 dengan kadar lemak daging tertinggi. Namun rasio 2,12 memperlihatkan pemanfaatan protein yang lebih kecil, terlihat dari nilai ekskresi amoniak yang lebih rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Hasil menunjukkan sebaliknya pada peningkatan rasio karbohidrat/lemak pakan, dimana kadar lemak daging dan hati terendah diperoleh pada perlakuan dengan rasio karbohidrat/lemak pakan 9,74. Hal ini terlihat pada retensi lemak yang meningkat, tertinggi dicapai oleh rasio 9,74. Hal ini dibuktikan dengan hasil koefisien respirasi pada perlakuan 9,74 nilainya sebesar 1,01 yang artinya metabolisme sebagian besar dilakukan oleh karbohidrat pakan dan pemanfaatan protein untuk energi dibuktikan dengan nilai konsentrasi amoniak yang meningkat pada rasio 9,74. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dengan penggunaan rasio karbohidrat/lemak pakan yang tinggi sebesar 9,74 mampu menghasilkan kandungan lemak daging terendah, tanpa mempengaruhi pertumbuhan ikan. Kata Kunci : pertumbuhan, kandungan lemak daging, Pangasius hypophthalmus, rasio karbohidrat/lemak

6 Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 PENGARUH RASIO KARBOHIDRAT DAN LEMAK PAKAN TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN LEMAK DAGING IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UNTUK PEMBESARAN NURUL HANUM KHARISMA Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Budidaya Perairan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

8 HALAMAN PENGESAHAN Judul Tesis : Pengaruh Rasio Karbohidrat dan Lemak Pakan Terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Kandungan Lemak Daging Ikan Patin Pangasius hypophthalmus Untuk Pembesaran Nama : Nurul Hanum Kharisma NRP : C Program Studi : Ilmu Perairan Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ing Mokoginta Ketua Dr. Dedi Jusadi Anggota Diketahui Tanggal Lulus : 5 Februari 2009 Tanggal Ujian : 29 Januari 2009

9 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Alimudin HALAMAN PERSEMBAHAN

10 Asslamu alaikum Wr.Wb. Alhamdulillah, pertama kali saya ucapkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala anugerah dan kasih sayangnya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Pentingnya untuk saya persembahkan karya ilmiah ini kepada beberapa orang terkasih dan tersayang yang selalu memberikan dukungan dan do anya. 1. Untuk kedua orang tua Nurul, terima kasih telah memberikan seluruh jiwa dan raga dalam membesarkan Nurul, telah mencurahkan seluruh kasih sayang untuk selalu mendukung Nurul, meskipun terkadang begitu banyak dosa dan kesalahan serta air mata yang kalian tutupi untuk Nurul. Ya Allah, berikanlah kasih sayang terdalam yang pernah Engkau miliki untuk kedua orangtuaku, berikanlah belaian terlembut untuk menjaga mereka sepanjang waktu, berikanlah kebahagiaan terindah di dunia dan akhirat untuk mereka. Peluk hangat untuk kedua orang tuaku. Aku sayang kalian. 2. Untuk adik-adikku tercinta, Iwan, Adri dan Intan. Terima kasih untuk kalian karena telah menyayangi kakak. Telah sabar menghadapi setiap tindakan kakak. Dan kakak pun sangat menyayangi kalian lebih dari hidup kakak sendiri. Jangan pernah menyerah untuk setiap jengkal hidup kalian. Ya Allah berikanlah seluruh keluargaku kebahagiaan di dunia dan akhirat. Peluk hangat untuk adik-adikku. Kakak sayang kalian. 3. Untuk almarhum Eyang Kakung dan Eyang Putri dari keluarga Bapak maupun Ibu. Terima kasih telah melahirkan kedua orang tuaku. Ya Allah berikanlah surga terindahmu untuk mereka. 4. Untuk seluruh keluargaku di Jakarta, di Semarang, di Pati dan dimanapun mereka berada. Serta tak akan pernah lupa untuk almarhum Om Bambang yang selalu mendukung Nurul. Ya Allah berikanlah juga mereka kebahagiaan di dunia dan akhirat. Untuk Om Bambang, berikanlah surga terindah yang pernah Engkau miliki. 5. Untuk kekasih terakhirku Hasan Sugiharta. Terima kasih telah begitu sabar menghadapiku. Terima kasih untuk seluruh kasih sayang yang engkau berikan untukku. Terima kasih untuk segala pengertianmu. Terima kasih untuk semua kejutan bahagia yang selalu engkau lakukan untukkku. Semoga

11 Allah memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat untuk dirimu dan seluruh keluargamu. 6. Untuk Mbak Lis, terima kasih telah mendukung dan mendo akanku. Semoga Allah memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat untukmu dan keluargamu. 7. Untuk saudara-saudaraku, Mbak Widi dan Mb Alya, terima kasih telah masuk dalam kehidupanku, melebihi seorang sahabat bagiku. Terima kasih untuk semua dukungan dan do a kalian untukku. Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat untuk kalian sekeluarga. 8. Untuk sahabat-sahabatku Vona, Olive, Hans, Aven, Depi, Rian dan Ovin. Terima kasih untuk dukungan dan do a kalian. Terima kasih telah masuk dalam kehidupanku. Semoga Tuhan selalu mencurahkan kasih sayangnya untuk kalian semua. 9. Untuk semua pihak yang mungkin karena khilafku sehingga tidak mampu menyebutkan setiap nama-namanya. Tapi terima kasihku untuk kalian tak akan pernah habis. Semoga Allah memberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat untuk kalian semua. Segala kelebihan hanya milik Allah dan segala kekurangan adalah milikku sebagai manusia biasa. Mohon maaf untuk segala kesalahan yang pernah aku buat dalam kehidupan kalian semua. Peluk hangat untuk kalian semua. Wassalamu alaikum Wr.Wb.

12 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh Rasio Karbohidrat dan Lemak Pakan Terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Kandungan Lemak Daging Ikan Patin Pangasius hypophthalmus untuk Pembesaran. Dari hasil penelitian ini diperoleh informasi mengenai formulasi pakan khususnya rasio karbohidrat/lemak pakan yang optimum sehingga mampu menghasilkan ikan patin untuk ukuran ±119,23 dengan kadar lemak daging lebih rendah. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ing Mokoginta dan Dr. Dedi Jusadi selaku komisi pembimbing atas saran dan pengarahan dalam penyusunan tesis ini. 2. Kedua orang tua dan adik-adikku atas doa, pengertian dan kesabarannya selama penulis menyelesaikan studi. 3. Widi Setyogati dan A. Aliah H. atas kebersamaan yang selalu terjalin selama menyelesaikan studi. 4. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa program studi Ilmu Perairan, sekolah Pascasarjana IPB angkatan 2006 atas kebersamaan dan kerjasama yang terjalin baik serta bantuannya dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan yang perlu dilengkapi sehingga segala saran untuk perbaikan akan sangat dihargai demi kesempurnaan hasil penelitian ini di masa mendatang. Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dunia akuakultur dalam memperoleh formulasi pakan yang optimum khususnya untuk ikan patin. Bogor, Februari 2009 Nurul Hanum Kharisma

13 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Semarang, pada tanggal 11 Januari 1984 dari pasangan Bapak Djoko Lulus dan Ibu Suwarsi sebagai anak pertama dari 4 bersaudara. Tahun 2001 penulis lulus dari SMU Satrya Wacana Semarang dan tahun 2006 menyelesaikan studi S1 di Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, Universitas Diponegoro Semarang. Pada tahun yang sama 2006 melanjutkan Studi S2 Ilmu Perairan IPB, Bogor dan menamatkannya pada Tahun 2009.

14 DAFTAR ISI ABSTRACT... i RINGKASAN... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hipotesa Tujuan dan Manfaat... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Nutrisi Ikan Patin Metabolisme Karbohidrat dan Lemak Ekskresi Ammonia Koefisien Respirasi III. METODE PENELITIAN Pakan Uji Uji Pertumbuhan Uji Ekskresi Ammonia, Produksi CO 2 dan Konsumsi O Uji Glukosa Darah Analisa Statistik Parameter Uji IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 27

15 DAFTAR TABEL Tabel Keterangan Hal 1. Komposisi pakan percobaan Komposisi proksimat pakan perlakuan (% bobot kering) Rata-rata konsumsi pakan (KP), retensi protein (RP), retensi lemak (RL), pertumbuhan relatif (PR), efisiensi pakan (EP) Komposisi proksimat tubuh, daging dan lemak hati Nilai kadar glukosa darah (mg/100ml) Rata-rata koefisien respirasi dan ekskresi ammonia... 19

16 DAFTAR GAMBAR Gambar Keterangan Hal 1. Metabolisme karbohidrat dan lemak Proses lipogenesis karbohidrat... 8

17 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Keterangan Hal 1. Prosedur analisa kadar air Prosedur analisa kadar abu Prosedur analisa kadar serat kasar Prosedur analisa kadar protein Prosedur analisa kadar lemak Prosedur analisa kandungan ammonia Prosedur analisa produksi karbondioksida (CO 2 ) bebas Prosedur analisa konsumsi oksigen (O 2 ) Prosedur pengukuran glukosa darah Hasil proksimat bahan baku pakan Komposisi vitamin mix (Rovimix Besmix 301.S, Roche vitamin Ltd.CH-4070 Basel, Switzerland Komposisi mineral mix (g/100g) berdasarkan Takeuchi (1988) Bobot biomassa rata-rata awal dan akhir ikan uji Data pertumbuhan mutlak rata-rata biomassa (g) Komposisi proksimat tubuh akhir penelitian (% bobot basah) Komposisi proksimat daging akhir penelitian (% bobot basah) Komposisi proksimat hati akhir percobaan Konsumsi pakan, efisiensi pakan, tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan relatif Perhitungan retensi protein Perhitungan retensi lemak Kadar glukosa darah Koefisien respirasi dan ekskresi ammonia Analisa Duncan dan uji Fisher protein tubuh Analisa Duncan dan uji Fisher lemak tubuh Analisa Duncan dan uji Fisher protein daging Analisa Duncan dan uji Fisher lemak daging Analisa Duncan dan uji Fisher lemak hati Analisa Duncan dan uji Fisher konsumsi pakan Analisa Duncan dan uji Fisher efisiensi pakan Analisa Duncan dan uji Fisher pertumbuhan relatif Analisa Duncan dan uji Fisher retensi protein Analisa Duncan dan uji Fisher retensi lemak Analisa Duncan dan uji Fisher pertumbuhan mutlak Analisa Duncan dan uji Fisher konsumsi O Analisa Duncan dan uji Fisher produksi CO Analisa Duncan dan uji Fisher koefisien respirasi... 47

18 37. Analisa Duncan dan uji Fisher ekskresi ammonia... 47

19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan patin (Pangasius sp.) merupakan salah satu komoditas jenis ikan catfish air tawar yang memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, karena rasa dagingnya yang lezat dan harga jualnya relatif tinggi. Salah satu spesies yang telah berhasil dikembangkan adalah ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus). Keberhasilan budidaya tersebut sebaiknya didukung dengan pemberian pakan yang dapat memberikan pertumbuhan optimum selain mendapatkan kandungan lemak daging rendah. Hal ini dikarenakan kadar lemak pakan yang tinggi dapat mempengaruhi kualitas daging ikan (Watanabe, 1988). Salah satu alternatif untuk meningkatkan pertumbuhan ikan patin, ialah melalui penyeimbangan formulasi pakan terutama kandungan energi dan protein, khususnya imbangan karbohidrat dan lemak pakan yang mempunyai protein sparing effect, sehingga diharapkan protein dapat digunakan secara optimal untuk pertumbuhan sekaligus mendapatkan daging yang rendah kandungan lemaknya. Penelitian untuk menurunkan kandungan lemak daging pernah dilakukan oleh Suwarsito (2004) menggunakan L-karnitin. Hasilnya, memberikan penurunan kandungan lemak daging hingga 1,63% pada dosis L-karnitin 0,29%. Beberapa penelitian pernah dilakukan, diantaranya oleh Syamsunarno (2008) pada ikan patin ukuran >1g melalui pendekatan rasio energi/protein (DE/P), pada kadar protein ± 30%. Rasio DE/P 10,6 (39,6:15,5%) memberikan kadar lemak daging terendah (4,57%) dengan pertumbuhan relatif yang lebih rendah (616,2%) dibandingkan rasio 9,1 (KH:L 47,3:7,7%) sebesar 800%, dengan kadar lemak daging 7,35%. Penelitian sejenis lainnya dilakukan oleh Toboku (2008) pada ikan patin ukuran >16g dengan kadar protein sebesar ±35%. Pada rasio KH/L 0,98 (KH:L 15,97%;16,19%) memberikan kadar lemak daging terendah yaitu 8,57% dengan laju pertumbuhan 3,96%/hari. Lebih rendah dari rasio KH/L 3 (32,51:10,89%) yang memberikan kadar lemak daging 15,37% dengan laju pertumbuhan tertinggi 4,33%.

20 Beberapa penelitian tersebut menunjukkan pola pertumbuhan dan penurunan kadar lemak daging yang berbeda terhadap kadar DE/protein dan ukuran ikan yang berbeda. Hal ini dikarenakan ikan yang diberi pakan berkadar lemak tinggi cenderung menggunakan banyak lemak sebagai sumber energi yang ditunjukkan pada nilai retensi lemak yang rendah. Selain itu, tingginya kadar lemak pakan diikuti dengan semakin menurunnya kadar karbohidrat telah menyebabkan kebutuhan karbohidrat sebagai sumber energi tidak tercukupi sehingga ikan tidak efisien dalam memanfaatkan protein yang ditunjukkan pada nilai retensi protein dan pertumbuhan yang semakin rendah. Karena menurut Lehninger (1993), beberapa jaringan pada hewan seperti otak cenderung memanfaatkan glukosa yang bersumber dari protein apabila glukosa dari karbohidrat tidak tercukupi. Sebaliknya, peningkatan kadar karbohidrat pakan diikuti penurunan kadar lemak menghasilkan retensi lemak yang semakin tinggi. Disebabkan kekurangan kebutuhan lemak, maka ikan mensintesis (biokonversi) lemak berasal dari nutrient non-lemak, seperti karbohidrat menjadi asam-asam lemak dan trigliserida yang terjadi di hati dan jaringan lemak (Linder, 1992). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Efranullah dan Jafri (1998) bahwa tingginya kadar karbohidrat yang dapat dicerna merangsang terjadinya proses lipogenesis dan meningkatkan penyimpanan lemak. Proses lipogenesis ini memerlukan energi dan keperluan energi ini diambil dari kebutuhan protein sehingga akan mengurangi energi untuk pertumbuhan. Keadaan tersebut menjelaskan bahwa setiap spesies dan ukurannya memiliki kemampuan yang berbeda dalam memanfaatkan karbohidrat dan lemak pakan untuk proses metabolismenya (Furuichi dalam Watanabe, 1988). Hal tersebut menyebabkan perlunya informasi tentang keseimbangan nutrisi pakan yang tepat untuk dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya. Sehingga perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk kebutuhan nutrisi ikan patin dengan ukuran >100g, khususnya rasio karbohidrat/lemak pakan terhadap pertumbuhan dan penurunan kandungan lemak dagingnya.

21 1.2. Hipotesis Rasio karbohidrat/lemak pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kandungan lemak daging ikan patin ukuran ±119,23 g Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh rasio karbohidrat/lemak pakan terhadap pertumbuhan dan kadar lemak daging Pangasius hypophthalmus. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi rasio karbohidrat/lemak yang optimum untuk meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan kadar lemak daging, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman untuk penyusunan formulasi pakan Pangasius hypophthalmus.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Patin Kebutuhan nutrisi berbeda dan sering berubah-ubah untuk setiap spesies dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, jenis ikan, ukuran, lingkungan dan musim (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Nutrien utama yang dibutuhkan yaitu protein, lemak dan karbohidrat sebagai bahan penting penyusun tubuh dan sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral yang larut dalam air memiliki fungsi sebagai komponen essensial koenzim (Goddard, 1996). Jumlah energi non-protein (karbohidrat dan lemak) dalam pakan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kuantitatif kebutuhan protein pakan untuk setiap spesies ikan (Meyers, 1994). Sebagian besar petani menggunakan pakan dengan bahan yang lengkap, terdiri dari protein (18-50%), lemak (10-25%), karbohidrat (15-20%), abu (<8,5%), fosfor (<1,5%), air (<10%), dan sejumlah bahan-bahan pendukung vitamin dan mineral (Craig dan Helfrich, 2002). Protein penting untuk fungsi jaringan yang normal, untuk pertahanan dan perbaikan protein tubuh ikan dan untuk pertumbuhan (Watanabe dan Cho, 1988). Protein tidak hanya sebagai penyusun utama dalam tubuh ikan, tetapi juga berperan penting sebagai enzim dan hormon-hormon yang menunjang metabolismenya. Pemanfaatan protein sangat beragam di antara spesies ikan, bergantung pada sumber energi non-protein pakan karena kemampuan ikan dalam memanfaatkan lemak atau karbohidrat pakan juga berbeda untuk tiap spesies (Lee dan Lee, 2004). Tacon dan Cowey (2001) mengatakan bahwa, kebutuhan protein optimum dibutuhkan untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimum pula. Beberapa penelitian telah mencoba menentukan kebutuhan protein ikan komersil, dan memperkirakan bahwa kebutuhan protein pakan sekitar 30% hingga 55%. Dan diduga bahwa penurunan berat tubuh saat kadar protein di atas optimum adalah karena penurunan dalam ketersediaan energi pakan untuk pertumbuhan ikan yang disebabkan energi non-protein yang tidak mencukupi yang penting untuk proses deaminasi dan mengeluarkan kelebihan asam amino yang telah terserap (Lee et al., 2002). Selain itu, Craig dan Helfrich (2002) mengatakan bahwa kadar protein untuk budidaya catfish umumnya 28-32%.

23 Karbohidrat adalah sumber energi yang paling murah dan mudah didapatkan untuk komposisi pakan ikan (Furuichi, 1988). Karbohidrat juga bertindak sebagai protein sparing effect. Sumber karbohidrat yang berkualitas baik menjadi sangat penting sebab akan berfungsi sebagai energi non-protein, sehingga akan sedikit protein yang digunakan sebagai sumber energi dan sebaliknya akan digunakan untuk pertumbuhannya. Selain itu, menurut Craig dan Helfrich (2002), bahwa meskipun sebagai bahan non-protein, karbohidrat dalam pakan dapat mengurangi biaya produksi pakan. Selain itu dapat berfungsi sebagai binder dan meningkatkan konversi pakan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Ikan umumnya lebih efisien dalam mencerna dan memanfaatkan protein dan lemak, tetapi dalam memanfaatkan karbohidrat sangat bervariasi bergantung pada kompleksitas karbohidratnya (Yamamoto et al., 2001). Menurut Mokoginta et al. (1999), bahwa hal tersebut disebabkan karena aktivitas enzim amilase yang berbeda untuk tiap spesies ikan, dan biasanya ikan karnivora lebih terbatas dalam memanfaatkan karbohidrat daripada ikan omnivor dan herbivor. Menurut Craig dan Helfrich (2002), lemak adalah salah satu makronutrien dengan kandungan energi yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai protein sparing effect dalam pakan budidaya. Selain itu menurut Furuichi (1988), bahwa lemak juga dapat dimanfaatkan untuk membangun struktur sel dan mempertahankan integritas membran melalui penggunaan fosfolipid. Lemak dapat menghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan protein dan karbohidrat (Subamia et al., 2003). Namun, kadar lemak yang tinggi akan menyebabkan penyimpanan lemak pada tubuh, penurunan konsumsi pakan dan pertumbuhan serta degenerasi hati sehingga mengakibatkan penurunan kualitas dagingnya (Suhenda et al., 2003). Beberapa penelitian menduga bahwa deposisi lemak tubuh (>15%) disebabkan oleh proses hyperplastic dan hypertrophic pada jaringan adipose ikan (Robinson et al., 2001). Sebaliknya, jika energi dari lemak mencukupi, maka energi dari protein dapat digunakan untuk pertumbuhannya (Subamia et al., 2003). Pernyataan ini didukung penelitian Erfanullah dan Jafri (1998) bahwa terhadap walking catfish yang diberi pakan rasio karbohidrat/lemak pakan 27/8 yaitu 27% karbohidrat dan 8% lemak, memberikan pertambahan berat, konversi pakan, retensi nutrisi dan komposisi tubuh yang optimal, dibandingkan

24 dengan pemberian rasio 0,02 (KH 0,44% dan lemak 19,95%) yang memberikan pertumbuhan terendah Metabolisme Karbohidrat dan Lemak Menurut Affandi dan Tang (2002), metabolisme karbohidrat terdiri dari proses katabolisme dan anabolisme. Proses katabolisme terdiri dari proses 1). Glikolisis, 2) Glikogenolisis, 3) Siklus asam sitrat dan proses anabolisme terdiri dari 1) Glukoneogenesis dan 2) Glikogenesis. Berikut adalah mekanisme metabolisme karbohidrat dan lemak pada Gambar 1. Gambar 1. Metabolisme Karbohidrat dan Lemak (Lawress et al., 2008) Produk utama karbohidrat adalah glukosa. Glukosa setelah masuk ke dalam sel kemudian terfosforilasi membentuk glukosa-6-fosfat (Dabrowski, 2002). Enzim yang mempercepat reaksi ini adalah hexokinase. Di dalam darah terdapat penambahan reaksi glukokinase yang meningkat oleh adanya insulin dan menurun dalam keadaan kelaparan atau diabetes. Glukosa-6-fosfat terpolimerisasi ke dalam glikogen atau dikatabolisir (Halver dan Hardy, 2002). Proses pembentukan glikogen dinamakan glikogenesis, dan penguraian glikogen dinamakan glikogenolisis. Glikogen merupakan bentuk simpanan dari glukosa

25 yang sebagian besar terdapat dalam jaringan tubuh. Tetapi simpanan utama adalah di dalam hati dan otot-otot rangka (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Penguraian glukosa menjadi asam piruvat atau asam laktat (atau keduanya) dinamakan glikolisis. Katabolisme glukosa ini melalui dua jalan, yaitu lewat uraian ke triosa atau lewat oksidasi dan dekarboksilasi ke pentosa (Hepher, 1990). Jalur lain adalah dari glukosa ke asam glukoronat dan asam askorbat (Lehninger, 1993). Lintasan ke asam piruvat melalui triosa adalah lintasan Embeden-Meyerhof, dan lintasan oksidasi langsung. Proses tersebut di atas terjadi di dalam sitoplasma sel. Pada proses metabolisme karbohidrat, setelah terbentuk asam piruvat proses katabolisme selanjutnya melalui sederet reaksi lain dalam siklus Kreb atau siklus tricarboxaylic acid (TCA) yang seringkali dinamakan siklus asam sitrat, yang berlangsung di dalam mitokondria sel (Hepher, 1988). Dalam proses ini asam piruvat diubah ke dalam asetilkoenzim A yang lebih lanjut teroksidasi menjadi asam arang dan air, menghasilkan nikotinamid adenine dinuklekotida yang tereduksi (NADH H + ) dan flavinadenin dinuklekotida (FADH 2 ), yang melalui fosforilasi oksidatif di dalam sistem sitokrom merubah adenosine difosfat (ADP) menjadi adenosine trifosfat (ATP) yang kaya akan energi. Proses fosforilasi oksidatif adalah aerobik dan memerlukan oksigen (Hepher, 1990). Metabolisme asam lemak juga berlangsung di dalam hati, asam-asam lemak disintesa melalui proses lipogenesis membentuk trigliserida baru. Bahanbahan tersebut kemudian keluar dari hati dengan bantuan lipoprotein terutama lipoprotein dengan densitas amat rendah (VLDL), yang membawanya ke jaringan adipose untuk disimpan, kecuali jika diperlukan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Lipogenesis dari transpor lain akan dipacu oleh faktor-faktor lipoprotein, seperti kholin, metionin yang mencegah kelebihan akumulasi lemak dalam hati (Piliang dan Djojosoebagio, 2006). Karbohidrat, seperti halnya lemak, merupakan bahan untuk terjadinya proses lipogenesis, yaitu asam-asam lemak dan gliserol yang disintesa dari karbohidrat yang mengikuti jalur seperti halnya trigliserida akan secara langsung disintesa dari pencernaan lipid. Berikut proses terbentuknya lemak dari karbohidrat pada Gambar 2.

26 Gambar 2. Proses Lipogenesis Dari Karbohidrat (Piliang dan Djojosoebagio, 2006) Proses ini menyebabkan terjadinya kelebihan kalori yang berasal dari karbohidrat, selain dari simpanan lemak yang telah ada (Usman, 2002). Dalam hati, asam-asam lemak rantai panjang bahkan dibuat menjadi lebih panjang dan dibuat menjadi jenuh, yaitu dengan cara mengubah menjadi asam-asam lemak berbeda-beda. Proses lipolisis juga terjadi dalam hati pada waktu sama, seperti halnya trigliserida yang dihidrolisa untuk membentuk asam-asam lemak dan gliserol. Reaksi-reaksi trigliserida, merupakan reaksi bolak-balik dan yang terjadi akibat adanya suatu kebutuhan oleh organisme pada waktu-waktu tertentu. Jika seandainya terjadi suplai lemak berlebihan dalam hati, maka proses lipogenesis akan mengubah lemak tersebut menjadi bentuk yang dapat ditranspor dan dapat disimpan. Jika suatu organisme memerlukan energi berasal dari lemak, maka proses lipolisis akan terjadi untuk menghasilkan lemak berlebihan yang terdapat dalam sirkulasi. Dalam hal ini trigliserida dapat dihidrolisa dan disintesa kembali, untuk dipakai sebagai energi, atau untuk digunakan untuk membentuk lemaklemak lain seperti fosfolipid dan kolesterol (Halver dan Hardy, 2002) Ekskresi Ammonia Jika karbohidrat dan lemak yang digunakan sebagai sumber energi, maka lemak dan karbohidrat ini akan dioksidasi sempurna menjadi karbondioksida dan air. Tetapi jika protein dipakai sebagai sumber energi, hanya ikatan karbonnya

27 yang dipakai sebagai sumber energi sedangkan nitrogen (amino) tidak digunakan di tubuh sebagai sumber energi dan harus dikeluarkan. Proses kimia dimana gugus amino dikeluarkan dari asam amino dikenal sebagai proses transaminasi dan deaminasi (Piliang dan Djojosoebagio, 2006). Organ tubuh yang berperan dalam ekskresi nitrogen adalah insang, ginjal, dan kulit (Affandi dan Tang, 2002). Reaksi transaminasi dan deaminasi dikatalisis oleh enzim amino transferase di dalam sitosol hepatosit dan enzim glutamate dehidrogenase dalam mitokondria (Piliang dan Djojosoebagio, 2006). Ammonia yang telah terbentuk kemudian dilepaskan ke pembuluh darah hepatik untuk selanjutnya diangkut ke organ pengeluaran yang dalam hal ini insang melalui sistem sirkulasi darah (Hepher, 1990). Menurut Tytler dan Cak (1985), nitrogen yang diekskresikan ikan khususnya ikan teleostei sebagian besar berupa ammonia (75-90%), selebihnya berupa urea (5-15%), asam urat, keratin, kreatinin, trimetil oksida (TMAO), inulin, asam para-amonihippurik, dan asam amino. Dalam air, ammonia yang tidak terionasi berada dalam keseimbangan dengan ion ammonium tergantung pada ph dan suhu. Ammonia yang tidak terionasi sangat toksik terhadap ikan, tetapi ion ammonium relatif tidak toksik (Sidik, 2001). Asam amino apabila yang tercerna melebihi dari yang dibutuhkan serta tidak digunakan dalam sintesis protein akan dideaminasi, sedangkan rantai karbon akan dioksidasi atau dikonversi menjadi lemak, karbohidrat dan senyawa lainnya. Kemudian nitrogen hasil deaminasi asam amino tersebut dikeluarkan dari tubuh karena asam amino tersebut tidak disimpan dalam tubuh seperti lemak dan karbohidrat (Dosdat et al., 1996). Menurut Ming (1985), tingkat toleransi hewan akuatik terhadap ammonia berbeda dan bergantung pada spesies, kondisi fisiologis ikan dan kondisi lingkungan hidupnya. Secara umum konsentrasi ammonia dalam air tidak boleh lebih dari 1 mg/l. Konsentrasi ammonia sebesar 0,4 2 mg/l dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kematian pada ikan. Menurut Sidik (2001), begitu kadar ammonia meningkat dalam air, ekskresi ammonia oleh ikan menurun dan kadar ammonia dalam darah dan jaringan meningkat. Hasilnya adalah kenaikan ph darah dan berpengaruh buruk terhadap reaksi katalis enzim dan stabilitas membran. Konsentrasi ammonia tidak terionasi yang tinggi dalam air mempengaruhi permeabilitas ikan oleh air dan

28 mengurangi konsentrasi ion di dalam tubuh. Ammonia juga meningkatkan konsumsi oksigen oleh jaringan, merusak insang dan mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen. Perubahan histologi terjadi di dalam ginjal, empedu, jaringan thyroid dan darah ikan yang terkena konsentrasi sublethal ammonia. Jobling (2002) mengatakan bahwa ekskresi ammonia ikan yang diberi pakan lebih tinggi dibandingkan ikan-ikan yang puasa, peningkatan tersebut bahkan bisa sampai 2 kali lebih tinggi (Kashio et al., 1993). Ekskresi ammonia akan meningkat begitu selesai mengkonsumsi pakan dan beberapa jam kemudian terjadi puncak ekskresi. Brett (1979) menyatakan bahwa ekskresi ammonia tertinggi pada salmon terlihat 4 4,5 jam setelah ikan mengkonsumsi pakan. Selanjutnya Dosdat et al. (1996) dalam penelitiannya melihat bahwa ekskresi ammonia tertinggi pada ikan berukuran 10 g ditemukan 3 5 jam setelah mengkonsumsi pakan dan pada ikan berukuran 100 g terlihat 5 8 jam setelah makan. Tinggi rendahnya ammonia yang dikeluarkan ikan bergantung pada kadar protein pakan, keberadaan energi non-protein (rasio protein-energi), kualitas protein bahan pakan dan kondisi lingkungan hidupnya (ph dan temperatur) Koefisien Respirasi Koefisien respirasi (KR) adalah perbandingan antara O 2 yang dikonsumsi dan CO 2 yang diproduksi ikan, yaitu menggambarkan jenis nutrien yang dipakai dan dimanfaatkan ikan pada proses metabolisme untuk menghasilkan energi. Menurut Eckert (1980) menyatakan bahwa nilai koefisien respirasi untuk metabolisme karbohidrat adalah 1, protein 0,8, dan lemak 0,7. Ikan yang dipuasakan akan merombak lemak tubuh sehingga koefisien respirasi mendekati 0,7 sedangkan ikan yang sedang membakar makro nutrien (karbohidrat, lemak dan protein) dari ransum pemeliharaan, koefisien respirasinya mendekati 0,85. Sementara itu ikan yang sedang mengalami pertumbuhan dimana berkaitan dengan penyimpanan lemak dan protein dalam jaring atau alat-alat reproduksi koefisien respirasinya mendekati 1 (Huisman et al., 1976).

29 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam percobaan ini ada 5 macam dengan rasio karbohidrat/lemak (KH/L) yaitu 2,12; 3,56; 6,14; 7,58; dan 9,74 yang bersifat isoprotein sebesar 28% dan rasio energi yang tercerna 7,4-12 kkal/gram (Tabel 1). Pakan tersebut mengandung sumber protein dari tepung ikan dan tepung kedelai. Sumber asam lemak essensial yang berbeda; minyak jagung berfungsi sebagai sumber asam lemak n-6, minyak ikan berfungsi sebagai sumber asam lemak n-3. Sumber karbohidrat berasal tepung terigu dan dekstrin. Kegiatan awal yang dilakukan dalam pembuatan pakan adalah menghitung formulasi pakan untuk menentukan jumlah pakan yang akan diberikan, sebelumnya dilakukan analisis proksimat untuk bahan-bahan yang akan digunakan. Pakan yang telah dihitung, dicampur sesuai perbandingan tiap-tiap bahan yang diperlukan. Pakan kemudian dibentuk sesuai dengan ukuran mulut ikan. Namun, sebelum diberikan kepada kultivan, terlebih dahulu pakan dianalisa proksimat untuk mendapatkan data kandungan nutrisi yang telah diformulasi. Pakan yang telah dianalisa proksimat dan kandungan nutrisi sesuai dengan kebutuhan dan perlakuan yang akan dilakukan, kemudian diberikan kepada ikan berdasarkan teknik pemberian pakan yang telah ditentukan. Berikut adalah formulasi pakan pada Tabel 1 dan komposisi proksimat pada Tabel 2. Prosedur analisa proksimat disajikan pada Lampiran 1, 2, 3, 4 dan 5. Tabel 1. Komposisi pakan percobaan Bahan Pakan (%) Rasio karbohidrat/lemak 2,12 3,56 6,14 7,58 9,74 Basal Premix 1) Dextrin 18,78 25, ,37 31,50 Minyak Ikan 5,32 2, ,20 0,84 Minyak Jagung 9,90 6, ,43 1,66 Kholin Klorida 0,50 0, ,50 0,50 Fitase 1,50 1, ,50 1,50 Ket: 1) Basal premix: tepung ikan (CP 64,37%); tepung kedelai (CP 46,1%); tepung terigu (CP 12%); vitamin mix dan mineral mix (Takeuchi, 1988)

30 Tabel 2. Komposisi proksimat pakan perlakuan (% bobot kering) Komposisi Proksimat Rasio karbohidrat/lemak 2,12 3,56 6,14 7,58 9,74 Protein 28 28,71 28,73 28,63 28,67 BETN 2) 37,35 45,19 51,42 54,00 55,21 Lemak 17,64 12,68 8,38 7,12 5,67 Digestible Energy (kkal/100g) 3) 334,3 313, ,1 284,3 DE/P (kkal DE/g) 11,9 11,2 10,3 10,2 9,9 Rasio KH/L 2,12 3,56 6,14 7,58 9,74 Ket: 2) Bahan ekstrak tanpa nitrogen 3) 1 g protein = 3.5 kkal DE; 1 g lipid = 8.1 kkal DE; 1 g BETN = 2.5 kkal DE (NRC, 1977) 3.2. Uji Pertumbuhan Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2008 hingga Agustus 2008 di Laboratorium Teaching Farm, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Ikan uji yang digunakan adalah ikan patin dengan bobot rata-rata 119,36±8,23g dengan kepadatan 6 ekor/akuarium. Wadah pemeliharaan menggunakan 15 akuarium yang berukuran 90x50x60 cm dengan volume air 225 liter, yang dirangkai menjadi suatu sistem resirkulasi dilengkapi dengan sistem aerasi dan filtrasi. Pada setiap akuarium diberi thermostat, untuk mendapatkan suhu optimum C (Kordi, 2005). Sebelum ditimbang, ikan dipuasakan selama 24 jam, lalu ditimbang secara biomassa untuk mengetahui bobot awal ikan dimana bobot individu didapatkan dari rata-rata bobot biomassa. Ikan yang telah diseleksi, selanjutnya dimasukkan ke dalam akuarium. Penempatan ikan ke dalam akuarium dilakukan secara acak. Pakan diberikan sebanyak 2 kali sehari secara at satiation pada pukul dan WIB. Sisa pakan pada akhir penelitian dicatat untuk mengetahui tingkat konsumsi pakan. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 2 bulan, dimana sampling dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Sebelum dilakukan penimbangan terlebih dahulu ikan dipuasakan selama 24 jam, lalu dibius menggunakan 2-phenoxy ethanol dosis 150 ppm (Usman, 2002) untuk mengurangi terjadinya stress. Selama masa pemeliharaan, dilakukan penyiponan setiap hari sebanyak 20% dari volume air. Pada akhir percobaan, ikan dari setiap

31 ulangan diambil sebanyak 10 ekor secara acak untuk dianalisis kimia dan sisanya (8 ekor) digunakan untuk pengujian ammonia. Analisa proksimat dilakukan pada tubuh, daging dan hati. Dimana daging dan hati untuk analisa kadar lemaknya. Masing-masing proksimat dilakukan pada dua sampel ekor ikan. Metode untuk analisa proksimat protein kasar dilakukan dengan metode Kjeldhal, lemak dengan metode ekstraksi menggunakan alat Soxhlet, abu dengan menggunakan pemanasan dalam tanur pada suhu o C, serat kasar menggunakan metode pelarutan sampel dengan asam dan basa kuat serta pemanasan, dan kadar air dengan metode pemanasan pada suhu o C. Lemak hati diproksimat dengan menggunakan metode Folch (Takeuchi, 1988) Uji Ekskresi NH 3, Produksi CO 2 dan Konsumsi O 2 Analisa kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Pengamatan terhadap ammonia (NH 3 ), produksi CO 2 dan konsumsi O 2 dilakukan sebagai uji lanjut di akhir penelitian menggunakan akuarium ukuran 90x50x60 cm, dengan kepadatan 4 ekor ikan/akuarium/135 liter. Pengamatan dilakukan dengan cara ikan uji pada setiap perlakuan dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam, kemudian ditimbang bobot tubuhnya secara biomassa. Saat pengukuran, ikan diberi pakan sampai kenyang. Setelah ikan selesai makan, kemudian ikan dimasukkan ke wadah yang telah diaerasi selama 24 jam, dilanjutkan dengan pengukuran awal parameter ammonia, karbondioksida dan oksigen untuk setiap perlakuan. Pengukuran selanjutnya dilakukan setiap jam sekali selama 5 jam pengamatan. Analisa ammonia menggunakan metode Phenate dan analisa produksi CO 2 dan O 2 menggunakan metode titrimetrik. Selama pengukuran berlangsung, aerasi dimatikan dan ikan tidak diberi pakan. Untuk menghindari pengaruh dari luar (difusi oksigen atau lepasnya ammonia) maka akuarium ditutup dengan styrofoam (Suwarsito, 2004), sedangkan parameter suhu air dalam wadah diamati setiap satu jam selama pengamatan. Produksi CO 2 dan konsumsi O 2 selanjutnya akan digunakan untuk menghitung nilai koefisien respirasi. Pengukuran ekskresi ammonia, produksi CO 2 dan konsumsi O 2 terdapat pada Lampiran 6, 7 dan 8.

32 Analisa ekskresi ammonia (NH 3 -N) di air dihitung dengan rumus: N [ ] [ ] 3 t1 3 t0 Ekskresi amonia (NH 3 -N) = Keterangan : [NH 3 -N] t1 [NH 3 -N] t0 V t g Dimana: Keterangan : V t CO 2 t n CO 2 t 0 Keterangan : V t O 2 t n O 2 t 0 NH NH g t N V : Konsentrasi amonia pada akhir pengamatan (mg/l) : Konsentrasi amonia pada awal pengamatan (mg/l) : Volume air di dalam wadah (l) : Pengambilan sampel pada jam ke-t (jam) : Bobot ikan (kg) Nilai koefisien respirasi dirumuskan sebagai berikut: RQ Jumlah CO yang diproduksi Jumlah O yang dikonsumsi Produksi CO V CO t CO t Bobot ikan g t jam : Volume air dalam wadah (L) : Pengambilan sampel pada jam ke-t (jam) : Konsentrasi CO 2 jam ke-n (mg/l) : Konsentrasi CO 2 jam ke-0 (mg/l) Konsumsi O : Volume air dalam wadah (L) V O t O t Bobot ikan g t jam : Pengambilan sampel pada jam ke-t (jam) : Konsentrasi O 2 jam ke-n (mg/l) : Konsentrasi O 2 jam ke-0 (mg/l) 3.4. Uji Glukosa Darah (mg/g tubuh/jam) Analisa glukosa dilakukan di Laboratorium Kimia Nutrisi Ikan, Budidaya Perairan. Pengambilan sampel darah ikan patin dilakukan pada akhir penelitian. Analisa glukosa darah digunakan sebagai uji lanjut menggunakan sampel 2 ekor ikan. Sebelumnya, ikan dipuasakan terlebih dahulu selama 24 jam. Kemudian

33 diberi pakan hingga kenyang, lalu sampel mulai diambil dari jam ke-0 dilanjutkan jam ke-3, 5 dan 9. Perlakuan yang sama dilakukan untuk rasio karbohidrat/lemak pakan lainnya. Sampel darah yang telah diambil kemudian dianalisa menggunakan alat Nalcon colorimeter. Prosedur analisa gluksoa terdapat pada Lampiran Analisa Statistik Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan (rasio karbohidrat/lemak pakan yang berbeda) dan 3 ulangan. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameterparameter uji (laju pertumbuhan, retensi protein dan lemak, efisiensi pakan, konsumsi pakan dan kelangsungan hidup), digunakan analisis sidik ragam (uji F) pada tingkat kepercayaan 95% (Duncan, 1995). Kemudian jika diketahui ada pengaruh, maka dilakukan uji lanjut uji Duncan menggunakan program Minitab v.14. Sedangkan nilai ekskresi ammonia dan koefisien respirasi dilihat secara deskriptif menggunakan 2 ulangan Parameter Uji Beberapa parameter penunjang yang diukur dalam penelitian ini adalah a. Pertumbuhan Relatif (PR) (Afrianto dan Liviawaty, 2005) PR b. Retensi Protein (Ghufran dan Kordi, 2005) Retensi protein = 100% B B B c. Retensi Lemak (RL) (Ghufran dan Kordi, 2005) Bobot lemak tubuh akhir - bobot lemak tubuh awal RL = 100% Bobot total lemak yang dikonsumsi 100% d. Efisiensi Pakan (Ghufran dan Kordi, 2005) (Bt+ Bd) Bo EP = 100% F

34 Keterangan : Bt Bo Bd F : Bobot ikan pada akhir percobaan (g) : Bobot ikan pada awal percobaan (g) : Jumlah bobot ikan yang mati selama percobaan (g) : Jumlah pakan yang dikonsumsi selama percobaan (g) d. Tingkat kelangsungan hidup (Afrianto dan Liviawaty, 2005) Kelulushidupan = Jumlah ikan uji pada akhir penelitian Jumlah ikan uji pada awal penelitian x 100% IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

35 Selama penelitian berlangsung tidak ditemukan adanya kematian ikan selama masa pemeliharaan 60 hari. Bentuk dan tingkah laku ikan setiap hari diamati dengan seksama, terutama pada pemberian lemak tinggi dan karbohidrat tinggi. Hingga akhir masa percobaan, tidak ditemukan bentuk dan tingkah laku abnormal pada ikan di setiap perlakuan. Tabel 3. Rata-rata Konsumsi Pakan (KP), Retensi Protein (RP), Retensi Lemak (RL), Pertumbuhan Relatif (PR), dan Efisiensi Pakan (EP) 1) Parameter Rasio Karbohidrat/Lemak 2,12 3,56 6,14 7,58 9,74 Pertumbuhan relatif (%) 123,37±29,17 121,18±35,84 114,42±19,16 102,01±9,57 102,33±12,88 KP (g) 605,22±87,32 612,44±87,62 627,89±97,79 571,79±16,86 564,92±77,76 EP (%) 23,69±1,74 22,87±2,86 21,23±1,25 22,02±1,72 21,97±3,23 Retensi Lemak (%) 17,24±2,31 e 19,64±6,30 de 28,44±3,20 c 30,907±2,09 bc 47,25±1,06 a Retensi Protein (%) 16,97±0,30 15,37±1,73 15,23±1,59 14,61±0,89 15,07±2,68 Sintasan (%) 100% 100% 100% 100% 100% Keterangan : 1) data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13, 17, 18 dan 19 2) huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan ada perbedaan antar perlakuan (P<0,05) Data konsumsi pakan dan pertumbuhan yang ditunjukkan pada Tabel 3, tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Begitu pula halnya dengan data efisiensi pakan, retensi protein dan sintasan. Namun salah satu parameter retensi lemak memperlihatkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Dengan semakin meningkatnya rasio karbohidrat/ lemak pakan, maka retensi lemak pun meningkat. Begitu juga dengan ekskresi ammonia, dimana rasio 6,14; 7,58 dan 9,74 menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap rasio karbohidrat/lemak dibandingkan dengan rasio 2,12 dan 3,56. Tabel 4 memperlihatkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada komposisi proksimat protein dan lemak tubuh serta protein daging. Namun ditemukan perbedaan yang nyata pada komposisi proksimat lemak daging dan hati. Sejalan dengan meningkatnya rasio karbohidrat/lemak pakan, kandungan lemak daging menurun. Tabel 4. Komposisi proksimat tubuh, daging dan lemak hati 1)

36 Komposisi Rasio karbohidrat/lemak proksimat 2,12 3,56 6,14 7,58 9,74 Proksimat Tubuh Protein 16,05±0,75 15,66±0,31 16,23± ,62±0,10 15,622±0,41 Lemak 9,61±0,52 8,64±1,12 8,81±0.13 8,30±0,36 9,192±0,68 Abu 3,32±0,31 3,34±0,68 3,38±0.13 3,50±0,36 3,647±0,55 Kadar Air 70,97±0,77 70,12±0,39 69,79±0.5 72,31±0,49 70,88±1,02 Proksimat Daging Protein 16,79±0,59 16,43±0,62 16,33±0,45 16,882±0,80 16,32±0,31 Lemak 3,07±0,30 a2) 3,22±0,22 ab 2,36±0,42 b 1,88±0,21 bc 1,57±0,49 d Abu 1,14±0,04 1,13±0,15 1,123±0,13 1,09±0,21 1,06±0,1 Kadar Air 78,65±0,64 78,55±0,55 79,03±0,78 79,59±1,32 80,80±0,06 Proksimat Hati Lemak 6,04±0,61 a 4,41±0,06 b 4,493±0,09 bc 3,81±0,40 bd 4,41±0,27 bcd Kadar Air 75,64±0,66 75,61±0,67 76,60±1,27 77,33±1,57 76,17±1,26 Keterangan : 1) data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14, 15 dan 16 2) huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan ada perbedaan antar perlakuan (P<0,05) Nilai kadar glukosa darah yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian rasio karbohidrat/lemak pakan tidak menyebabkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan. Deskripsi nilai glukosa darah sama yaitu kadar glukosa darah meningkat di jam ke-5, untuk kemudian mengalami penurunan. Data rata-rata kadar glukosa ditunjukkan dalam Lampiran 19. Tabel 5. Nilai kadar glukosa darah (mg/100ml) pada ikan patin P. hypophthalmus Jam pengambilan darah Rasio karbohidrat/lemak 2,12 3,56 6,14 7,58 9, ,69 34,40 34,89 33,65 33, ,11 52,19 52,35 52,27 52, ,91 75,12 77,84 75,55 76, ,79 59,84 61,54 60,98 60,34 Tabel 6 di bawah ini menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada perlakuan terhadap koefisien respirasi dan ekskresi ammonia. Semakin meningkatnya rasio karbohidrat/lemak pakan, koefisien respirasi dan ekskresi ammonia cenderung meningkat. Tabel 6. Rata-rata koefisien respirasi dan ekskresi ammonia 1) Parameter Rasio karbohidrat/lemak 2,12 3,56 6,14 7,58 9,74

37 Koefisien respirasi 0,73±0,01 0,84±0,01 0,88±0,04 1,05±0,01 1,01±0,01 Ekskresi ammonia (mgnh 3 /kg) 18,23±0,01 b 22,91±0,01 b 32,45±0,01 a 31,92±0,01 a 33,60±0,00 a Keterangan : 1) data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Pembahasan Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan dengan semakin meningkatnya rasio karbohidrat/lemak pakan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan relatif, konsumsi pakan, efisiensi pakan, retensi protein dan sintasan. Namun pada Tabel 3 menunjukkan adanya perbedaan nilai retensi lemak. Retensi lemak terendah diduga disebabkan oleh lemak pakan sebagian besar dioksidasi untuk pemanfaatan energi. Karena diduga karbohidrat tidak digunakan untuk sintesis lemak, namun disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi jangka panjang. Dibuktikan dengan nilai koefisien respirasi mendekati 0,7 yang menunjukkan nutrien yang banyak digunakan untuk sumber energi adalah lemak pakan. Seperti penelitian Du et al. (2005) pada juvenile ikan mas dan ikan gurame oleh Mokoginta et al. (2004) bahwa semakin tinggi kandungan lemak pakan maka lemak yang diretensi semakin sedikit, sebaliknya semakin rendah kadar lemak pakan maka semakin tinggi lemak yang diretensi. Selain itu, kandungan lemak pakan yang tinggi pada perlakuan A (2,12), menyebabkan sebagian besar lemak pakan tersimpan sebagai lemak daging seperti pada Tabel 4. Hal ini yang mengakibatkan kadar lemak daging lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Protein yang tidak termanfaatkan sebagai energi, digunakan untuk pertumbuhan dan hanya sedikit yang terbuang. Dibuktikan dengan nilai ekskresi ammonia pada perlakuan 2,12 dan 3,56 (Tabel 6) yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sebaliknya, semakin tinggi rasio karbohidrat/lemak pakan, menyebabkan karbohidrat pakan sebagian dikatabolisme untuk sintesis lemak melalui proses lipogenesis. Hal ini yang menyebabkan nilai retensi lemak meningkat. Penelitian Tibbetts et al. (2005) pada juvenile haddock juga memperlihatkan pola yang sama, dimana pemberian karbohidrat pakan yang semakin tinggi menyebabkan proses lipogenesis meningkat, sehingga retensi lemak juga meningkat. Hal ini akibat kadar lemak pakan yang rendah, sedangkan lemak dibutuhkan dalam

38 bentuk lemak struktural. Pada penelitian Oku dan Yogata (2000) juga menunjukkan karbohidrat tinggi yang terserap digunakan sebagai sumber energi dan kelebihannya dikonversi menjadi lemak melalui proses lipogenesis, sebagai lemak struktural atau simpanan lemak dalam tubuh. Simpanan inilah yang menyebabkan kadar lemak tubuh lebih tinggi dibandingkan lemak daging untuk semua perlakuan, dan nilainya tidak berbeda nyata. Kondisi dibuktikan dengan nilai koefisien respirasi, dengan semakin meningkatnya rasio karbohidrat/lemak pakan nilainya semakin mendekati 1,0. Nilai koefisien respirasi tersebut menjelaskan bahwa katabolisme sebagian besar dilakukan oleh karbohidrat pakan. Di sisi lain, semakin rendahnya kadar lemak daging yang (Tabel 4) disebabkan lemak pakan banyak dioksidasi untuk energi. Hasil ini diperkuat dengan beberapa penelitian Mokoginta et al. (2004) pada Osphronemus gouramy, Du et al. (2005) pada Ctenopharyngodon idella, Anwar dan Jafri (1995); Erfanullah dan Jafri (1998) pada Clarias batrachus dan Shimeno et al. (1996) pada Juvenil Yellowtail, bahwa dengan semakin meningkatnya kadar karbohidrat dan menurunnya kadar lemak pakan dapat menghasilkan penurunan kadar lemak daging dan hati. Untuk katabolisme karbohidrat, sebagian energi diambil dari protei. Hal ini yang menyebabkan nilai ekskresi ammonia meningkat seiring dengan meningkatnya rasio karbohidrat/lemak pakan. Bila dibandingkan dengan penelitian Syamsunarno (2008) dan Toboku (2008) yang menggunakan ukuran ikan patin yang lebih kecil, menunjukkan bahwa ikan patin dengan ukuran yang besar lebih banyak menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi dibandingkan yang berukuran kecil. Kadar glukosa darah pada Tabel 5 menunjukkan ikan patin dengan ukuran ± 119,23 g mampu mencerna dan mengabsorbsi karbohidrat tinggi. Diduga berhubungan dengan aktivitas enzim amilase yang sudah tinggi untuk ikan besar. Selain itu, nilai glukosa darah untuk setiap perlakuan sama, dimana puncak kadar glukosa darah pada jam ke-5. Hal ini diduga saat awal pemberian pakan setelah dipuasakan selama 24 jam, kemampuan ikan dalam merombak karbohidrat pakan menjadi glukosa untuk setiap perlakuan sama, dengan kecepatan transfer glukosa ke dalam sel-sel darah yang sama. Kemudian untuk perlakuan yang mengalami peningkatan karbohidrat pakan, setelah dilakukan perombakan karbohidrat pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Nutrisi Ikan Patin

II. TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Nutrisi Ikan Patin II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Nutrisi Ikan Patin Kebutuhan nutrisi berbeda dan sering berubah-ubah untuk setiap spesies dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, jenis ikan, ukuran, lingkungan dan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Penelitian Pakan penelitian terbagi menjadi dua yaitu pakan untuk pengujian kecernaan dan pakan untuk pengujian pertumbuhan. Pakan untuk pengujian kecernaan dibuat berdasarkan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan

3 METODE PENELITIAN A2B2 (37;11) A2B1 (37;9) A1B2 (33;11) Tepung ikan 17 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Stasiun Lapang Pusat Studi Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (PSIK IPB) Ancol Jakarta Utara pada bulan Juli Oktober

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan adalah pelet kering berbasis sumber protein nabati yang berjenis tenggelam dengan campuran crude enzim dari rumen domba. Pakan uji yang diberikan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DALAM PAKAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) ANJELI SULISTIANTI PAISEY

PEMANFAATAN TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DALAM PAKAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) ANJELI SULISTIANTI PAISEY PEMANFAATAN TEPUNG BUNGKIL KEDELAI DALAM PAKAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) ANJELI SULISTIANTI PAISEY SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang di suplementasi selenium organik dengan dosis yang berbeda, sehingga pakan dibedakan menjadi 4 macam

Lebih terperinci

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens 9 3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Agustus 2012, bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Nutrisi Ikan, serta di kolam percobaan

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum)

PENGARUH KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) J.11. Pert. Indo. Vol. 9(2). 2000 PENGARUH KADAR PROTEIN DAN RASIO ENERGI PROTEIN PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR (Colossoma macropomum) Oleh : Adelina*, Ing ~oko~inta**,

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 21 III. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011-Juni 2012. Pemeliharaan ikan dilakukan di Pusat Studi Ilmu Kelautan (PSIK), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

KINERJA PERTUMBUHAN JUVENIL IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) YANG DIBERI PAKAN DENGAN KANDUNGAN KROMIUM BERBEDA

KINERJA PERTUMBUHAN JUVENIL IKAN LELE DUMBO (Clarias sp.) YANG DIBERI PAKAN DENGAN KANDUNGAN KROMIUM BERBEDA Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 171 176 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 171 KINERJA PERTUMBUHAN JUVENIL IKAN LELE DUMBO (Clarias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Benih ikan mas (Cyprinus carpio) tergolong ikan ekonomis penting karena ikan ini sangat dibutuhkan masyarakat dan hingga kini masih belum dapat dipenuhi oleh produsen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa 17 METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Tahap 1 adalah uji efektivitas enzim cairan rumen domba terhadap penurunan kandungan serat kasar bungkil kelapa. Uji Tahap 2 adalah mengevaluasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata ikan, sedangkan biomassa

Lebih terperinci

3 METODE 3.1 Pakan Uji

3 METODE 3.1 Pakan Uji 19 3 METODE 3.1 Pakan Uji Pakan perlakuan yang digunakan dalam penelitian adalah empat jenis pakan dengan formulasi yang berbeda dan kesemuanya mengandung protein kasar (CP) 35%. Penggunaan sumber lemak

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Ikan Uji Persiapan Bahan Baku Biji Karet Komposisi TBBK Tidak Diolah TBBK Diolah

METODOLOGI Waktu dan Tempat Ikan Uji Persiapan Bahan Baku Biji Karet Komposisi TBBK Tidak Diolah TBBK Diolah METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober sampai Desember 2010 yang bertempat di Laboratorium Lapangan dan Teaching Farm Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Energi dan Makronutrien Kerapu Bebek 2.1.1. Sumber dan Pemanfaatan Energi oleh Ikan Pada ikan, sumber energi diperoleh dari pakan, dimana pada pakan ikan ini mengandung

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis

Lebih terperinci

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume I No 2 Februari 2013 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG IKAN RUCAH TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA GESIT (Oreochromis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kualitas Gizi Kulit Kopi Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah agroindustri yaitu keberadaan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi,

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) PENGARUH TINGKAT SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP KOMPOSISI KIMIA PAKAN DAN TUBUH IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) OLEH: DWI SEPTIANI PUTRI L221 07 004 Pembimbing Utama Pembimbing

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 2013 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii)

EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii) 697 Evaluasi penggunaan pakan dengan kadar protein berbeda... (Reza Samsudin) EVALUASI PENGGUNAAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN NILEM (Osteochilus hasseltii) ABSTRAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Protein Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Protein Pakan TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Protein Pakan Protein adalah salah satu nutrien yang sangat diperlukan oleh ikan. Protein dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan tubuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR SILASE JEROAN IKAN PATlN YANGBERBEDADALAMPAKANTERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio. Oleh: HERIZON

PENGARUH KADAR SILASE JEROAN IKAN PATlN YANGBERBEDADALAMPAKANTERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio. Oleh: HERIZON PENGARUH KADAR SILASE JEROAN IKAN PATlN YANGBERBEDADALAMPAKANTERHADAP PERTUMBUHAN IKAN MAS Cyprinus carpio Oleh: HERIZON PROGRAM STUD1 BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Prosedur Penelitian Penelitian ini meliputi tahap persiapan bahan baku, rancangan pakan perlakuan, dan tahap pemeliharaan ikan serta pengumpulan data. 2.1.1. Persiapan Bahan Baku

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Patin Siam Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Tujuan dan luaran pada penelitian ini dapat dicapai dengan melakukan serangkaian tahapan penelitian selama 3 tahun. Pada tahun pertama telah dilakukan budidaya ikan selais dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus PENGGUNAAN MEAT AND BONE MEAL (MBM) SEBAGAI SUMBER PROTEIN UTAMA DALAM PAKAN UNTUK PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus DYAH KESWARA MULYANING TYAS PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan air tawar seperti ikan lele, selain

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Budidj^a Ikan, Fakultas Perikanan dan Iknu Kelautan Umvendtas Riau, dari bulan Juli san^ai dengan Desember 2001. 4.1. Pakan Percobaan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 2 Ekologi, Habitat Manusia & Perubahan Persekitaran 53 PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC IDASARY

Lebih terperinci

METABOLISME KARBOHIDRAT

METABOLISME KARBOHIDRAT METABOLISME KARBOHIDRAT METABOLISME KARBOHIDRAT Fungsi utama karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk dioksidasi dan menyediakan energi untuk proses metabolisme lain Metabolisme karbohidrat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1. 1 Pertumbuhan, Konversi Pakan, dan Kelangsungan Hidup Pada pemeliharaan 4 minggu pertama, biomassa ikan yang diberi pakan mengandung rgh belum terlihat berbeda

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI RASIO ENERGI PROTEIN PADA PAKAN ISO PROTEIN 30% TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)

PENGARUH BERBAGAI RASIO ENERGI PROTEIN PADA PAKAN ISO PROTEIN 30% TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) Pengaruh berbagai rasio energi protein pada... (Mas Bayu Syamsunarno) PENGARUH BERBAGAI RASIO ENERGI PROTEIN PADA PAKAN ISO PROTEIN 30% TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus)

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Pertumbuhan Bobot dan Panjang Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Setelah 112 hari pemeliharaan benih ikan selais (Ompok hypophthalmus) didapatkan

Lebih terperinci

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati) BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan

Lebih terperinci

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus. e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 2 Februari 2015 ISSN: 2302-3600 PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kinerja Pertumbuhan Data hasil pengamatan penggunaan pakan uji terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila disajikan dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Data kinerja

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA

PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Effect of L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium as a Vitamin C Source in Different Doses on Growth of Patin Pangasius Hypophthalmus Fingerlings

Effect of L-Ascorbyl-2-Phosphate Magnesium as a Vitamin C Source in Different Doses on Growth of Patin Pangasius Hypophthalmus Fingerlings Pengaruh Jurnal Akuakultur kadar L-Ascorbyl-2-Phosphate Indonesia, 5(1): 21-29 Magnesium (26) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 21 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH KADAR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Analisis proksimat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut

Lebih terperinci

Metabolisme Karbohidrat. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia

Metabolisme Karbohidrat. Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia Metabolisme Karbohidrat Oleh : Muhammad Fakhri, S.Pi, MP, M.Sc Tim Pengajar Biokimia LATAR BELAKANG Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat tergantung pada kemampuannya menghasilkan enzim amilase

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan bobot rata-rata individu ikan (g) Perubahan bobot rata-rata individu ikan (g) 16 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil penelitian terhadap empat jenis pakan uji dengan kadar protein berbeda

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS

UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENDEDERAN LOBSTER AIR TAWAR CHERAX QUADRICARINATUS PADA BERBAGAI KEPADATAN DALAM AKUARIUM DENGAN LANTAI GANDA, SERTA PENERAPAN SISTEM RESIRKULASI DEDY AKBAR SKRIPSI PROGRAM

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA

PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA PENGGUNAAN PROTEIN NABATI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN ENZIM FITASE SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DUMBO (Clarias sp) ASLINDA NUR MAZIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENGANTAR BIOKIMIA OLEH : Cerika Rismayanthi, M.Or

PENGANTAR BIOKIMIA OLEH : Cerika Rismayanthi, M.Or PENGANTAR BIOKIMIA OLEH : Cerika Rismayanthi, M.Or PENGERTIAN BIOKIMIA BIOKIMIA : ilmu yang berhubungan dengan berbagai molekul di dalam sel atau organisme hidup sekaligus dengan reaksi kimianya. BIOS

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: selenium, growth, viability, Cromileptes altivelis, grouper

ABSTRACT. Keywords: selenium, growth, viability, Cromileptes altivelis, grouper ABSTRACT MUHAIMIN HAMZAH. The Growth Performance and Viability Enhancement of Humpback Grouper (Cromileptes altivelis) Fed on Selenium Supplementation. Under direction of M. AGUS SUPRAYUDI, NUR BAMBANG

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya

Lebih terperinci

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino.

10/30/2015. Protein adalah makromolekul. Mereka dibangun dari satu atau lebih rantai asam amino. Protein dapat mengandung asam amino. Protein Struktur asam Asam essensial Metabolisme asam Pengaruh hormon dalam metabolisme asam Anabolisme asam Katabolisme asam Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan rangka karbon asam menjadi zat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Gambar 2 menunjukkan adanya penambahan biomass dari masing-masing ikan uji. Biomass rata-rata awal ikan uji perlakuan A (0 ml/kg) adalah sebesar 46,9 g sedangkan pada

Lebih terperinci

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker

PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA PERTUMBUHAN IKAN BOTIA Botia macracanthus Bleeker Jurnal Akuakultur Indonesia, 7(2): 99 204 (2008) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 99 PENGARUH SUMBER ASAM LEMAK PAKAN BERBEDA TERHADAP KINERJA

Lebih terperinci

Metabolisme Protein - 2

Metabolisme Protein - 2 Protein Struktur asam amino Asam amino essensial Metabolisme asam amino Pengaruh hormon dalam metabolisme asam amino Anabolisme asam amino Katabolisme asam amino Keseimbangan nitrogen Siklus urea Perubahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rataan konsumsi protein kasar (PK), kecernaan PK dan retensi nitrogen yang dihasilkan dari penelitian tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi, Kecernaan PK, Retensi

Lebih terperinci

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) Lipogenesis adalah pembentukan asam lemak yang terjadi di dalam hati. Glukosa atau protein yang tidak segera digunakan tubuh sebagian besar tersimpan sebagai trigliserida.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Ikan Lele Kebutuhan Nutrien Ikan Lele

TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Ikan Lele Kebutuhan Nutrien Ikan Lele TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Ikan Lele Ikan lele (Clarias sp) merupakan ikan lele asli Indonesia. Budidaya ikan ini biasanya dilakukan di kolam-kolam tergenang hampir diseluruh propinsi di Indonesia. Karena

Lebih terperinci

organel yang tersebar dalam sitosol organisme

organel yang tersebar dalam sitosol organisme STRUKTUR DAN FUNGSI MITOKONDRIA Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang tersebar dalam sitosol organisme eukariot. STRUKTUR MITOKONDRIA Ukuran : diameter 0.2 1.0 μm panjang 1-4 μm mitokondria dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Pada tahap pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen,

Lebih terperinci

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract Pengaruh Penambahan Probiotik EM-4 (Evective Mikroorganism-4) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osprhronemus gouramy) Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat - 4

Metabolisme karbohidrat - 4 Glukoneogenesis Uronic acid pathway Metabolisme fruktosa Metabolisme galaktosa Metabolisme gula amino (glucoseamine) Pengaturan metabolisme karbohidrat Pengaturan kadar glukosa darah Metabolisme karbohidrat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi

RESPIRASI SELULAR. Cara Sel Memanen Energi RESPIRASI SELULAR Cara Sel Memanen Energi TIK: Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan cara sel memanen energi kimia melalui proses respirasi selular dan faktorfaktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 25 3 (25) 25 Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 4-5. METABOLISME Ada 2 reaksi penting yang berlangsung dalam sel: Anabolisme reaksi kimia yang menggabungkan bahan

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK

SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV ABSTRAK SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG CACING TANAH DALAM PAKAN UNTUK PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN BAUNG (Mystus nemurus CV Nur Asiah 1, Indra Suharman 1, Siska Wulandari 2 1 Staf Pengajar Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus

PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus PENGARUH CARA PEMBERIAN ENZIM FITASE YANG BERBEDA DALAM PAKAN TERHADAP KECERNAAN PAKAN IKAN NILA Oreochromis niloticus Oleh : Noor Fajar Sidiq C14103061 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Parameter Air sebagai Tempat Hidup Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan nila.

Lebih terperinci

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan

BAB I. PENDAHULUAN. Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan metabolisme di dalam tubuh, protein menyumbang paling besar kalori di dalam tubuh dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut menunjukan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut menunjukan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Lokal Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal yang terdapat di Indonesia beragam penempilanya dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi minyak ikan dan L-karnitin pada ransum basal membuat kandungan energi pada ransum meningkat. Meningkatnya kandungan energi pada ransum basal akan mudah di manfaatkan

Lebih terperinci

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani** PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

oksaloasetat katabolisme anabolisme asetil-koa aerobik

oksaloasetat katabolisme anabolisme asetil-koa aerobik Siklus Kreb s Sumber asetil-koa Pembentukan energi pada siklus Kreb s Fungsi amfibolik siklus Kreb s Siklus asam sitrat pada metabolisme karbohidrat, lipid dan protein Proses metabolisme karbohidrat dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci