ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS BIMA DI KABUPATEN BREBES

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS BIMA DI KABUPATEN BREBES"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI BAWANG MERAH VARIETAS BIMA DI KABUPATEN BREBES yang dipersiapkan dan disusun oleh : Linda Riyanti H telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal: 12 Juli 2011 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Tim Penguji Ketua Anggota I Anggota II Ir. Suprapto NIP Mei Tri Sundari, SP. M.Si NIP Ir. Sugiharti Mulya H. MP NIP Surakarta, Juli 2011 Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan Prof. Dr. Ir. Bambang commit to Pujiasmanto, user M.S NIP ii

2 digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber penghasilan petani dan potensinya sebagai penghasil devisa negara. Rukmana (1994) menjelaskan bahwa bawang merah termasuk komoditas utama dalam prioritas pengembangan tanaman sayuran dataran rendah di Indonesia. Bawang merah digunakan sebagai bumbu dan rempah-rempah. Selain itu, bawang merah juga digunakan sebagai bahan obat tradisional. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008), konsumsi bawang merah penduduk Indonesia mencapai 4,56 kg/kapita/tahun. Permintaan bawang merah akan terus meningkat (dengan perkiraan 5% per tahun) seiring dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat karena adanya pertambahan jumlah penduduk, semakin berkembangnya industri makanan jadi dan pengembangan pasar ekspor bawang merah. Kebutuhan terhadap bawang merah yang semakin meningkat merupakan peluang pasar yang potensial dan dapat menjadi motivasi bagi petani untuk meningkatkan produksi bawang merah. Salah satu sentra produksi bawang merah di Indonesia adalah Kabupaten Brebes. Pada tahun 2009, Kabupaten Brebes memberikan kontribusi 75,58% terhadap produksi bawang merah Provinsi Jawa Tengah. Hal tersebut menjadikan bawang merah sebagai komoditas hortikultura yang merupakan Produk Unggulan Daerah (PUD) Kabupaten Brebes. Adanya faktor alam yang serasi dengan faktor pertumbuhan tanaman, menjadikan tanaman bawang merah cocok dibudidayakan di Kabupaten Brebes. Produksi bawang merah Kabupaten Brebes berasal dari produksi beberapa varietas bawang merah yang ditanam di Kabupaten Brebes, yaitu meliputi varietas Bima, Kuning dan varietas bawang merah impor seperti dari Filipina dan Bangkok. Menurut commit Dinas to user Pertanian Tanaman Pangan dan 1

3 digilib.uns.ac.id 2 Hortikultura Kabupaten Brebes (2010), mayoritas petani di Kabupaten Brebes (80%) dalam melakukan usahatani bawang merah menggunakan varietas Bima. Hal ini dikarenakan varietas Bima mempunyai sifat genjah atau umur panen cepat (50-60 hari setelah tanam) dan tahan penyakit busuk umbi. Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah, sehingga sesuai dengan kondisi alam kabupaten Brebes. Adapun data luas panen, produksi dan produktivitas bawang merah Kabupaten Brebes tahun dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah di Kabupaten Brebes Tahun Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Kw) Produktivitas (Kw/Ha) , ,00 94, , ,00 108, , ,00 128, , , , ,00 125,14 126,32 Jumlah , ,00 583,13 Rata-rata , ,00 116,63 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes Tahun 2010 Data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa tingkat produktivitas bawang merah di Kabupaten Brebes yang berfluktuatif dengan tingkat produktivitas rata-rata selama tahun sebesar 116,63 kw/ha atau 11,66 ton/ha. Namun tingkat produktivitasnya masih dikatakan rendah. Hal ini dikarenakan menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2002), potensi tingkat produktivitas bawang merah di Indonesia dapat mencapai lebih dari 20 ton/ha. Tingkat produktivitas bawang merah berkaitan dengan produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi. Penggunaan faktor-faktor produksi dinilai sangat penting karena mempunyai pengaruh terhadap produksi yang dihasilkan. Arti pentingnya ditekankan pada kombinasi penggunaan faktorfaktor produksi karena mendukung tercapainya kondisi produksi yang optimal. Oleh karena itu, petani dituntut untuk bekerja secara efisien dalam mengelola usahataninya agar produksi yang diperoleh optimal. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan faktor-faktor produksi commit dengan to user produksi pada usahatani bawang

4 digilib.uns.ac.id 3 merah varietas Bima di Kabupaten Brebes dan usaha mengkombinasikannya untuk mencapai produksi yang optimal sekaligus mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksinya. B. Perumusan Masalah Petani di Kabupaten Brebes dalam berusahatani bawang merah varietas Bima bertujuan untuk memperoleh keuntungan. Varietas Bima merupakan varietas yang digunakan sebagian besar petani (80%) di Kabupaten Brebes. Varietas ini cocok ditanam di dataran rendah, sehingga sangat sesuai dengan kondisi alam Kabupaten Brebes. Selain itu, varietas Bima mempunyai umur panen yang cepat (50-60 hari setelah tanam), sehingga diharapkan dengan menanam varietas Bima maka petani cepat memperoleh hasil (keuntungan) dari kegiatan usahataninya. Hal tersebut merupakan potensi yang dapat dikelola seoptimal mungkin sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Pada dasarnya usahatani bawang merah varietas Bima tidak berbeda dengan usahatani bawang merah varietas lainnya, hanya saja untuk pemanenan produksi bawang merah varietas Bima dapat dilakukan pada usia hari setelah tanam. Pada usahatani bawang merah varietas Bima, besarnya produksi yang dihasilkan berkaitan dengan besarnya faktor-faktor produksi yang digunakan. Namun, petani dihadapkan pada permasalahan bagaimana mengkombinasikan faktor-faktor produksinya secara optimal untuk menghasilkan produksi yang optimal sehingga keuntungan yang diperoleh maksimal. Hal ini dikarenakan petani dalam melakukan usahataninya menghadapi keterbatasan berupa keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu, dalam melakukan usahatani seorang petani harus memperhatikan apakah penggunaan penggunaan faktor-faktor produksinya optimal, sehingga keuntungan yang diperoleh maksimal atau dengan kata lain kombinasi penggunaan faktor-faktor produksinya mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Faktor produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor produksi yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes, berupa luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk

5 digilib.uns.ac.id 4 NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair. Faktor-faktor produksi tersebut berkaitan langsung dengan produksi bawang merah varietas Bima sehingga penggunaannya perlu diperhatikan. Penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan oleh petani juga mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan dalam usahataninya. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani akan mempengaruhi keuntungan yang akan diterima oleh petani. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Berapakah besarnya biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes? 2. Diantara faktor-faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair, manakah yang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes? 3. Apakah petani dalam mengkombinasikan penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes telah mencapai efisiensi ekonomi tertinggi? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes. 2. Mengetahui pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair terhadap produksi bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes. 3. Mengetahui tingkat efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair pada usahatani bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes.

6 digilib.uns.ac.id 5 D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan terutama terkait dengan bahan penelitian. Di samping itu, penelitian ini dimaksudkan sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat kelengkapan dalam meraih gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas Bima. 3. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Brebes, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan di sektor pertanian, khususnya sub sektor tanaman bahan makanan. 4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan bahan pertimbangan pada penelitian dengan masalah yang sama.

7 digilib.uns.ac.id II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Usahatani merupakan organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan untuk produksi di lapangan pertanian. Bentuknya dapat berupa memelihara ternak atau dengan bercocok tanam (Firdaus, 2008). Salah satu tanaman yang diusahakan sebagai usahatani adalah bawang merah yang merupakan tanaman semusim berbentuk rumput dan berakar serabut. Daunnya memanjang serta berongga seperti pipa. Pangkal daunnya dapat berubah fungsi menjadi umbi lapis (Sunarjono, 2004). Salah satu varietas bawang merah yang ditanam di Indonesia adalah varietas Bima. Varietas ini berasal dari daerah Brebes dan cocok ditanam di daerah dataran rendah. Varietas Bima mempunyai nama lokal Bima Curut dan memiliki karakteristik, yaitu tinggi tanaman berkisar antara cm, jumlah anakan antara 7-12, daun tanaman berbentuk silindris berlubang, warna daun hijau, jumlah daun helai, dan umur panen kurang lebih 60 hari setelah tanam (Pitojo, 2000). Bawang merah varietas Bima mempunyai susut bobot umbi 22% dari bobot panen basah. Umbinya berwarna merah muda, berbentuk lonjong, dan bercincin kecil pada leher cakramnya. Varietas Bima tahan terhadap penyakit busuk umbi (Botrytis allii), tetapi peka terhadap penyakit busuk daun (Phytophtora porii) (Rahayu dan Nur, 2004). Di Indonesia bawang merah dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah di atas permukaan laut. Tanaman bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi di dataran tinggi, tetapi umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan dan hasil umbinya lebih rendah (Sutarya dan Grubben, 1995). 6

8 digilib.uns.ac.id 7 Menurut Sunarjono (2004) sebelum bawang merah ditanam, tanah diolah terlebih dahulu. Pengolahannya dengan cara dicangkul untuk membuat bedengan dan diberi pupuk, serta dibuat parit-parit yang berguna untuk drainase dan penampung air untuk siraman. Selanjutnya penanaman bawang merah dapat dilakukan di atas bedengan. Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi beberapa kegiatan, yaitu penyulaman, pengairan, pemupukan, penyiangan (pendangiran), serta pengendalian hama dan penyakit. Pemanenan bawang merah dapat dilakukan pada umur hari setelah tanam, atau tergantung varietas dan tujuan penggunaan hasil umbinya. Ciri-ciri umum bawang merah siap panen, yaitu tanaman telah cukup tua, hampir 60%-90% leher batang lemas dan daunnya menguning, serta umbi lapis sudah kelihatan penuh (padat) berisi dan tersembul sebagian di atas tanah (Rukmana, 1994). 2. Biaya, Penerimaan, Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Hernanto (1991) menjelaskan biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dalam proses produksi serta membawanya menjadi produk disebut biaya produksi. Pengelompokkan biaya pada usahatani, yaitu: a. Biaya tetap dan biaya variabel Biaya tetap (fixed costs): biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini antara lain: pajak tanah, pajak air, dan penyusutan alat dan bangunan pertanian. Biaya variabel (variable costs): biaya yang besar kecilnya sangat tergantung pada skala produksi. Tergolong dalam kelompok biaya ini antara lain: biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, tenaga kerja upahan dan sewa tanah. b. Biaya tunai dan biaya tidak tunai Biaya tunai dari biaya tetap berupa air dan pajak tanah, sedangkan untuk biaya variabel antara lain biaya untuk pemakaian bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja luar. Biaya tidak tunai (diperhitungkan) meliputi biaya tetap yaitu biaya tenaga kerja keluarga, sedangkan dari biaya variabel yaitu jumlah commit pupuk to user kandang yang dipakai.

9 digilib.uns.ac.id 8 c. Biaya langsung dan biaya tidak langsung Biaya langsung adalah biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi, sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya penyusutan. Berdasarkan segi pandang ilmu ekonomi, pengeluaran produsen untuk biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam biaya, yaitu biaya produksi eksplisit dan biaya produksi implisit. Biaya produksi eksplisit adalah biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk faktor-faktor produksi yang harus dibeli dari pihak luar. Biaya produksi implisit adalah biaya produksi yang berasal dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh produsen tersebut. Biaya eksplisit harus ditambahkan dengan biaya eksplisit dalam perhitungan keuntungan (Sudarman, 1992). Biaya eksplisit (explicit cost) adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Biaya ini berupa pengeluaran aktual petani untuk mempekerjakan tenaga kerja luar keluarga, menyewa atau membeli input yang dibutuhkan dalam usahatani seperti biaya pembelian sarana produksi. Biaya implisit (implicit cost) adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses produksi. Jadi, faktor produksinya merupakan milik petani sendiri dan digunakan dalam aktivitas produksinya sendiri. Biaya implisit ini dapat berupa biaya tenaga kerja dalam keluarga (Salvatore, 2005). Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: TR i = Y i. Py i Keterangan: TR i Y i : total penerimaan : produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py i : harga Y i Soekartawi (1995) menjelaskan, perhitungan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan total biaya. Total biaya yang dipakai adalah biaya riil yang sebenarnya dikeluarkan selama usahatani, dan dirumuskan sebagai berikut:

10 digilib.uns.ac.id 9 Pd = TR TC Keterangan: Pd : pendapatan usahatani TR : total penerimaan TC : total biaya Sudarmanto (1992) menjelaskan perhitungan keuntungan adalah selisih antara penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya yang terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: p = TR TC = TR (EC + IC) Keterangan: p : keuntungan TR : total penerimaan (total revenue) TC : total biaya (total cost) EC : total biaya eksplisit (explicit cost) IC : total biaya implisit (implicit cost) 3. Produksi, Faktor Produksi dan Fungsi Produksi Kegiatan produksi adalah perubahan faktor produksi menjadi barang produksi. Usaha untuk mencapai efisiensi produksi yaitu dengan menghasilkan barang dengan biaya yang paling rendah untuk suatu jangka waktu tertentu. Efisiensi dari proses produksi itu tergantung dari proporsi faktor produksi yang digunakan dan jumlah masing-masing faktor produksi serta produktivitas masing-masing faktor produksi untuk setiap tingkat penggunaannya (Suparmoko, 1998). Faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi produksi suatu usahatani dapat berupa: a. Luas lahan Mubyarto (1989) menjelaskan lahan sebagai salah satu faktor produksi yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas lahan yang digunakan. Namun, bukan berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut.

11 digilib.uns.ac.id 10 b. Benih Faktor benih memegang peranan yang penting untuk menunjang keberhasilan produksi tanaman. Penggunaan benih yang bermutu tinggi merupakan langkah awal peningkatan produksi. Penggunaan benih yang terlalu banyak akan berdampak pada penurunan jumlah produksi karena jarak tanam menjadi rapat sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik (Rahayu dan Nur, 2004). c. Tenaga kerja Penggunaan tenaga kerja ditentukan oleh pasar tenaga kerja yang dipengaruhi upah tenaga kerja dan harga hasil produksi. Pengusaha cenderung menambah tenaga kerja selama produk marjinal (nilai tambah output yang diakibatkan oleh bertambahnya 1 unit tenaga kerja) lebih tinggi daripada cost yang dikeluarkan (Nopirin, 1996). d. Pupuk Pupuk adalah bahan-bahan yang diberikan ke dalam tanah dan secara langsung atau tidak langsung dapat menambah zat-zat makanan tanaman yang tersedia dalam tanah. Pemberian pupuk merupakan usaha untuk pemenuhan kebutuhan hara tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pemberian pupuk yang tepat dan berimbang akan menghasilkan produksi yang optimal (Kasirah, 2007). e. Pestisida Penggunaan faktor produksi pestisida sampai saat ini merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit. Hal ini dikarenakan, penggunaan pestisida merupakan cara yang paling mudah dan efektif, dengan penggunaan pestisida yang efektif akan memberikan hasil yang memuaskan. Namun, penggunaan pestisida juga berdampak negatif terhadap lingkungan. Dampak negatifnya dapat dihindari dengan penggunaan pestisida dengan dosis yang tepat (Sulistiyono, 2004).

12 digilib.uns.ac.id 11 Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) disebut dengan fungsi produksi atau juga disebut dengan factor relationship (Soekartawi, 1991). Menurut Salvatore (2007) suatu fungsi produksi pertanian yang sederhana didapatkan dengan menggunakan berbagai alternatif jumlah tenaga kerja per unit waktu untuk menggarap sebidang tanah yang tetap dan mencatat alternatif output yang dihasilkannya per unit waktu. Produk rata-rata tenaga kerja (average product of labor = AP L ) didefinisikan sebagai produk total (TP L ) dibagi jumlah unit tenaga kerja yang digunakan. Produk marjinal tenaga kerja (marginal product of labor = MP L ) ditentukan oleh perubahan produk total (TP L ) per unit perubahan jumlah tenaga kerja yang digunakan. Hubungan antara TP L, AP L, dan MP L digambarkan pada Gambar 1. Produk Daerah I Daerah II Daerah III Ep>1 Ep<0 0<Ep<1 TP L I Ep=1 Ep=0 MPmax APmax 0 x* MP=AP x** x*** AP L Tenaga Kerja Gambar 1. Hubungan antara TP L, AP L, dan MP L Bentuk kurva AP L dan MP L ditentukan oleh bentuk kurva TP L. Kurva AP L awalnya naik, commit mencapai to maksimum user dan kemudian turun tetapi MP L

13 digilib.uns.ac.id 12 tetap positif selama TP L positif. Sedangkan kurva MP L mula-mula juga naik, mencapai maksimum (sebelum AP L mencapai maksimum) dan kemudian turun. MP L menjadi nol bila TP L mencapai maksimum dan negatif bila TP L mulai menurun. Bagian kurva MP L yang menurun menggambarkan hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (the law of deminishing returns) (Salvatore, 2007). Menurut Sudarman (1992) salah satu fungsi produksi yang sering digunakan untuk penelitian ekonomi adalah fungsi Cobb Douglas. Secara umum hubungan antara faktor produksi modal dan tenaga kerja dengan kuantitas produksi pada fungsi Cobb Douglas ditulis sebagai berikut: Q = f (K,L) = A.K a. L b Dimana: Q : kuantitas produksi K : modal L : tenaga kerja A,a,b : besaran yang diduga Fungsi Cobb Douglas dapat digunakan untuk meneliti returns to scale yaitu dengan penjumlahan derajat dari fungsi Cobb Douglas. Jika berderajat lebih dari satu maka menunjukkan skala dengan hasil meningkat (increasing returns to scale), artinya proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar. Jika derajatnya sama dengan satu maka menunjukkan skala dengan hasil konstan (constant returns to scale), artinya penambahan proporsi penambahan faktor produksi akan sama dengan proporsi penambahan produksi yang diperoleh. Jika derajatnya kurang dari satu maka fungsi menunjukkan skala dengan hasil yang menurun (decreasing returns to scale), artinya proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih kecil (Soekartawi, 2003). Soekartawi (2003) menjelaskan hubungan antara produksi dengan faktor produksi pada fungsi Cobb Douglas dapat diketahui dengan melakukan analisis regresi commit linier. to Analisis user tersebut dilakukan dengan cara

14 digilib.uns.ac.id 13 melogaritmakan fungsi Cobb Douglas agar diperoleh fungsi yang linier, oleh karena itu ada persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi Cobb Douglas yaitu: a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. b. Dalam fungsi produksi, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan. c. Tiap variabel X adalah perfect competition. d. Perbedaan lokasi seperti iklim tercakup pada faktor kesalahan, u. 4. Efisiensi Ekonomi Efisiensi ekonomi adalah efisiensi dari biaya produksi. Efisiensi ekonomi diukur dengan semakin kecilnya biaya yang dikeluarkan per unit produksi yang dihasilkan. Efisiensi ekonomi bertindak sebagai ukuran untuk menilai setiap pemilihan kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi. Efisiensi ekonomi dapat dicapai dengan berbagai teknik penggunaan kombinasi faktor-faktor produksi dengan biaya minimal (Faizal, 2007). Menurut Cramer dan Clarence (1994), alokasi penggunaan faktorfaktor produksi dengan kaidah biaya minimal berarti memproduksi sejumlah produk tertentu dengan biaya minimal, maka pengusaha harus menggunakan faktor-faktor produksi sampai kondisi dimana perbandingan antara produksi marjinal dengan harga yang dibelanjakan untuk setiap faktor produksi mempunyai nilai sama. Pada penggunaan dua faktor produksi (x 1 dan x 2 ), kondisi tersebut dapat diketahui dari hubungan antara kurva isoquant dan isocost yang secara grafis dapat memperlihatkan letak kombinasi optimum. Pengusaha selalu mencari kombinasi faktor-faktor produksi yang paling murah di sepanjang kurva isoquant, dan titik dimana kurva isoquant bersinggungan dengan kurva isocost merupakan letak kombinasi penggunaan faktor produksi yang optimal. Pada keadaan optimal maka kemiringan dari kedua kurva (isoquant dan isocost) adalah sama. Hubungan antara kurva isoquant dan isocost digambarkan sebagai berikut:

15 digilib.uns.ac.id 14 x 2 P x2 x 2 * A Kombinasi Optimum isocost isoquant 0 x 1 * P x1 Gambar 2. Kurva Isoquant dan Isocost dengan Kombinasi Faktor-Faktor Produksi dengan Biaya Minimum Jatuh di Titik A keuntungan maksimal. Penentuan tingkat produksi yang memberikan x 1 Bishop dan Toussaint (1979) menyatakan apabila suatu produksi menggunakan sebanyak n input, maka analisisnya menjadi rumit dan tidak dapat digambarkan dengan grafik. Meskipun demikian, syarat untuk kombinasi biaya minimal (least cost combination) untuk n input dapat dijelaskan secara matematik yaitu sebagai berikut: MPPx 1 MPPx = 2 Px1 Px 2 =... = MPPx Px n n Kesamaan perbandingan antara produk marjinal input dengan harga masing-masing input merupakan syarat bagi biaya minimum dalam menghasilkan sejumlah produk yang menggunakan input sebanyak n. Apabila terdapat input mempunyai harga sama dan salah satunya lebih produktif daripada input lainnya, maka pembelian input tersebut akan lebih menguntungkan. Hal ini dikarenakan dengan penambahan satuan input yang berproduk marjinal lebih tinggi, maka produk marjinal akan berkurang sampai perbandingan antara produk marjinal dengan harga input menjadi sama bagi semua input. Meskipun demikian, berproduksi pada suatu taraf tertentu dengan biaya minimal, tidak berarti tercapai taraf produksi yang menghasilkan

16 digilib.uns.ac.id 15 keuntungan maksimal (efisiensi ekonomi tertinggi) dengan penggunaan sebanyak n input, secara matematis adalah sebagai berikut: MVPx 1 = 2 Px1 Px 2 MVPx MVPx =... = Px n Soekartawi (1991) mengemukakan bahwa di lapangan, kondisi efisiensi ekonomi tertinggi sulit dicapai karena berbagai hal, diantarannya keterbatasan pengetahuan petani dalam menggunakan faktor produksi, kesulitan petani memperoleh faktor produksi dalam jumlah yang tepat waktu dan adanya faktor luar yang menyebabkan petani tidak dapat berusahatani secara efisien. 5. Penelitian terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Irianto dan Sugiharti (2005) yang berjudul Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Usahatani Bawang Merah Lahan Pantai di Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan rata-rata luas lahan 676,47 m 2 per usahatani, dengan penggunaan benih 57,84 kg; tenaga kerja 16,99 HKP; pupuk urea 22,84 kg; pupuk SP36 7,61 kg; pupuk organik 1.228,43 kg; pupuk NPK 6,55 kg; pupuk ZA 5,61 kg; pupuk KCL 7,88 kg; serta hasil produksi yang dicapai sebesar 612,80 kg per usahatani. Biaya produksi Rp ,24 per usahatani, penerimaan Rp ,69 per usahatani, sehingga keuntungannya Rp ,45 per usahatani. Hubungan penggunaan faktor-faktor produksi dengan hasil produksi bawang merah dinyatakan dalam model fungsi Cobb Douglas yaitu: Y=1,535.X 0,739 1.X -0, X 0,293 3.X 0,812 4.X -0, X -0, X -0, X 0, X -0, Hasil analisis dengan uji F menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk SP36, pupuk ZA, pupuk KCL, pupuk organik, pupuk NPK, dan luas lahan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bawang merah. Uji t menunjukkan bahwa faktor produksi yang terdiri dari tenaga kerja, pupuk SP36 dan pupuk KCL berpengaruh nyata terhadap hasil produksi bawang merah. Berdasarkan hasil commit analisis to user efisiensi ekonomi diketahui bahwa n = 1

17 digilib.uns.ac.id 16 penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan pada usahatani bawang merah lahan pantai tidak efisien, sehingga kombinasinya belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Damanah (2008) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah di Desa Sukasari Kaler Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat, menunjukkan rata-rata total biaya tunai usahataninya sebesar Rp ,82 per musim tanam, rata-rata total biaya yang diperhitungkan sebesar Rp ,99 per musim tanam, dan rata-rata total biayanya sebesar Rp ,81 per musim tanam. Rata-rata penerimaan usahataninya Rp ,79 per musim tanam, sehingga besarnya pendapatan atas biaya tunai adalah Rp ,97 per musim tanam dan pendapatan atas total biaya adalah Rp ,97 per musim tanam. Analisis faktor-faktor produksinya menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas. Rata-rata penggunaan faktor-faktor produksinya, yaitu luas lahan (X 1 ) 0,737 ha, tenaga kerja wanita (X 3 ) 108,656 HOK, bibit (X 4 ) 1642,063 kg, pupuk buatan (X 5 ) 983,812 kg dan obat-obatan (X 7 ) 8,539 kg. Berdasarkan hasil analisis, maka model fungsi produksi Cobb Douglas dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: Y=7,14.X 0,703 1.X 0, X 0,202 4.X 0, X 0, Hasil analisis uji F menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari luas lahan, tenaga kerja wanita, bibit, pupuk buatan dan obat-obatan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah. Berdasarkan uji t, faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah adalah luas lahan, bibit dan pupuk buatan. Analisis efisiensi ekonomi menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Efisiensi ekonomi tertinggi dapat dicapai dengan menggunakan kombinasi optimal dari faktor-faktor produksi. Hal tersebut diperoleh apabila rasio antara NPMx/Px sama dengan satu. Berdasarkan hasil analisis, penggunaan faktor-faktor commit to produksi user yang optimal pada usahatani

18 digilib.uns.ac.id 17 bawang merah di Desa Sukasari Kaler adalah lahan 15,735 ha, bibit 2.189,55 kg dan pupuk buatan 1.988,45 kg. Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan penelitian terkait efisiensi ekonomi usahatani bawang merah dan hasil penelitian dari kedua penelitian terdahulu menyatakan bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. Hal tersebut dapat memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani bawang merah varietas Bima. B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Usahatani bawang merah varietas Bima merupakan kegiatan ekonomi dengan mengalokasikan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan produksi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Pada usahatani, seorang petani akan mengeluarkan biaya usahatani selama proses produksinya. Biaya usahatani dalam penelitian ini terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses produksi dalam satu musim tanam. Biaya eksplisit yang diperhitungkan pada penelitian ini meliputi biaya untuk upah tenaga kerja luar, pajak, iuran irigasi, transportasi, biaya bunga modal pinjaman dan biaya untuk pembelian sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan perata. Biaya implisit adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses produksi dalam satu musim tanam. Biaya implisit yang diperhitungkan dalam penelitian ini meliputi biaya pembelian benih, biaya sewa lahan sendiri, biaya penyusutan alat, bunga modal sendiri dan biaya tenaga kerja dalam yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. Penjumlahan dari biaya eksplisit dan biaya implisit merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk usahatani bawang merah varietas Bima. Suatu usahatani akan menghasilkan sejumlah penerimaan. Pada usahatani bawang merah varietas Bima, penerimaan merupakan nilai produksi yang dihasilkan selama satu musim tanam. Penerimaan dihitung dengan

19 digilib.uns.ac.id 18 mengalikan produksi pada satu musim tanam (Y) dengan harga produksi (Py) dan dinyatakan dalam rupiah. Pendapatan usahatani selama satu musim tanam dihitung dengan mengurangi penerimaan dengan total biaya yang secara riil dikeluarkan (biaya eksplisit) dan dirumuskan sebagai berikut: Pd = TR TC = (Y.Py) - EC Keterangan: Pd : pendapatan usahatani (Rp/Ha/MT) TR : total penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT) TC : total biaya usahatani (Rp/Ha/MT) Py : harga produksi usahatani (Rp/Kg) Y : produksi usahatani (Kg/Ha/MT) EC : total biaya eksplisit usahatani (Rp/Ha/MT) Selanjutnya untuk menghitung keuntungan yang didapatkan dari usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam, yaitu dengan cara penerimaan dikurangi dengan total biaya yang terdiri dari biaya eksplisit dan biaya implisit. Adapun rumusnya, yaitu sebagai berikut: p = TR TC = TR (EC + IC) Keterangan: p : keuntungan usahatani (Rp/Ha/MT) TR : total penerimaan usahatani (Rp/Ha/MT) TC : total biaya usahatani (Rp/Ha/MT) EC : total biaya eksplisit usahatani (Rp/Ha/MT) IC : total biaya implisit usahatani (Rp/Ha/MT) Pengkajian hubungan penggunaan faktor-faktor produksi berupa luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair dengan produksi bawang merah varietas Bima menggunakan model berbentuk kepangkatan yang merupakan modifikasi fungsi produksi Cobb Douglas dan dirumuskan sebagai berikut:

20 digilib.uns.ac.id 19 Y = b 0. X b1 1. X b2 2. X b3 3. X b4 4. X b5 5. X b6 b7 6. X 7 Keterangan: Y : produksi bawang merah varietas Bima (Kg) X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 b 0 : luas lahan (Ha) : benih (Kg) : tenaga kerja (HKP) : pupuk urea (Kg) : pupuk NPK Mutiara (Kg) : pupuk ZA (Kg) : pestisida cair (Ltr) : konstanta b 1 b 7 : koefisien regresi X 1 sampai X 7 Hubungan antara faktor-faktor produksi dengan produksi bawang merah varietas Bima dapat diketahui dengan analisis regresi linier berganda. Oleh karena itu, fungsi produksinya diubah ke dalam bentuk linier dengan cara dilogaritmakan menjadi: Log Y = log b 0 + b 1 log X 1 + b 2 log X 2 + b 3 log X 3 + b 4 log X 4 + b 5 log X 5 + b 6 log X 6 + b 7 log X 7 Analisis regresi linier berganda menghasilkan model persamaan fungsi produksi usahatani bawang merah varietas Bima, yang kemudian dilakukan pengujian model untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor produksi dan produksi bawang merah varietas Bima. Pengujian model ini terdiri dari uji adjusted R 2, uji F, uji t dan uji standar koefisien regresi. Uji adjusted R 2 sebagai suatu ukuran yang menunjukkan besarnya proporsi dari variasi produksi bawang merah varietas Bima yang dijelaskan oleh faktor-faktor produksi pada model fungsi produksi. Selanjutnya uji F dengan tingkat kepercayaan 95% untuk mengetahui apakah faktor-faktor produksi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima, dan uji t dengan tingkat kepercayaan 95% untuk menguji apakah faktorfaktor produksi secara individual berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima. Pengujiannya juga mencakup

21 digilib.uns.ac.id 20 uji standar koefisien regresi, tujuannya untuk mengetahui faktor produksi yang paling berpengaruh diantara faktor-faktor produksi yang lain. Analisis efisiensi ekonomi digunakan untuk mengetahui kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas Bima mencapai efisiensi ekonomi tertinggi atau belum. Adapun rumusnya: NPMx 1 Px 1 = NPMx 2 Px 2 = NPMx 3 Px 3 = NPMx 4 Px 4 = NPMx 5 Px 5 = NPMx 6 Px 6 = NPMx 7 Px 7 =1 Keterangan: NPMx i : nilai produk marjinal untuk faktor produksi x i Px i Dengan ketentuan: NPMxi Pxi NPMxi Pxi : harga faktor produksi x i = 1, berarti penggunaan faktor produksi x i mencapai efisiensi ekonomi tertinggi. 1, berarti penggunaan faktor produksi x i tidak efisien secara ekonomi. Apabila terdapat kendala sehingga kombinasi penggunaan faktorfaktor produksi belum mencapai efisiensi ekonomi tertinggi, maka dilakukan analisis optimalisasi. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi pada usahatani bawang merah varietas Bima mencapai kombinasi optimal atau belum. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: PFMx 1 Px 1 = PFMx 2 Px 2 = PFMx 3 Px 3 = PFMx 4 Px 4 = PFMx 5 Px 5 = PFMx 6 Px 6 = PFMx 7 Px 7 Keterangan: PFMx i : Produk Fisik Marjinal faktor produksi x i Px i : harga faktor produksi x i Berdasarkan konsep mengenai kerangka teori pendekatan masalah, maka dapat disusun kerangka berpikir seperti pada Gambar 3.

22 digilib.uns.ac.id 21 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 Faktor-Faktor Produksi : luas lahan (Ha) : benih (Kg) : tenaga kerja (HKP) : pupuk urea (Kg) : pupuk NPK Mutiara (Kg) : pupuk ZA (Kg) : pestisida cair (Ltr) Usahatani Bawang Merah Varietas Bima Biaya Usahatani Biaya Eksplisit Pendapatan Usahatani Model Kepangkatan Modifikasi Fungsi Produksi Cobb Douglas Produksi Usahatani Penerimaan Usahatani Biaya Implisit Keuntungan Usahatani Analisis Regresi Linier Berganda Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Gambar 3. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah C. Hipotesis 1. Diduga bahwa faktor-faktor produksi usahatani bawang merah varietas Bima yang berupa luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair, berpengaruh nyata terhadap produksi bawang merah varietas Bima. 2. Diduga bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair, pada usahatani bawang merah varietas Bima belum mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertinggi. 3. Diduga bahwa kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yang berupa luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair, pada usahatani bawang merah varietas Bima belum optimal. D. Asumsi-Asumsi 1. Petani bertindak secara rasional, yaitu selalu berusaha memperoleh keuntungan yang maksimal.

23 digilib.uns.ac.id Kondisi daerah penelitian seperti keadaan tanah, iklim, cuaca, ketinggian tempat dan topografi di daerah penelitian dianggap sama dan berpengaruh normal terhadap proses produksi. 3. Teknologi yang ada di daerah penelitian dianggap sama. 4. Pasar faktor-faktor produksi dan produksi merupakan pasar persaingan sempurna. 5. Variabel-variabel lain yang tidak diamati dalam penelitian diabaikan. E. Pembatasan Masalah Data yang dikaji pada penelitian ini adalah data produksi bawang merah varietas Bima di Kabupaten Brebes selama satu musim tanam yaitu pada bulan Oktober sampai Desember F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Usahatani bawang merah varietas Bima adalah usaha budidaya bawang merah varietas Bima di lahan sawah secara monokultur di Kabupaten Brebes selama satu musim tanam. 2. Petani sampel adalah petani pemilik penggarap yang menanam bawang merah varietas Bima di lahan sawah secara monokultur. 3. Berat kering askip adalah berat bawang merah varietas Bima dalam bentuk ikatan yang sudah dijemur selama hari dan sudah dibersihkan dari akar dan kotoran atau tanah. 4. Produksi (Y) adalah jumlah hasil panen bawang merah varietas Bima dalam berat kering askip yang dihasilkan dari usahatani bawang merah varietas Bima pada satu musim tanam dan pada satuan luas lahan tertentu yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg). 5. Harga produksi (Py) adalah nilai produksi bawang merah dalam berat kering askip per satuan kilogram yang dihasilkan dari usahatani bawang merah varietas Bima pada satu musim tanam dan pada satuan luas lahan tertentu yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Harga produksi yang digunakan adalah harga yang berlaku ditingkat produsen pada musim tanam Oktober sampai Desember commit to user

24 digilib.uns.ac.id Penerimaan usahatani (TR) adalah nilai total produksi usahatani bawang merah varietas Bima dan diukur dengan mengkalikan jumlah produksi fisik bawang merah varietas Bima per satuan luas usahatani dengan harga produksi per kilogram, dan dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT). 7. Biaya eksplisit (EC) adalah total biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani untuk usahatani bawang merah varietas Bima. Biaya ini terdiri dari biaya pembelian pupuk, pestisida, perata, biaya upah tenaga kerja luar, pajak lahan, biaya irigasi, biaya transportasi, dan bunga modal pinjaman, dan dihitung dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT). 8. Biaya implisit (IC) adalah total biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh petani untuk usahatani bawang merah varietas Bima. Biaya ini terdiri dari biaya pembelian benih, upah tenaga kerja harian dalam, sewa lahan sendiri, biaya penyusutan alat dan bunga modal sendiri. Biaya implisit dihitung dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT). 9. Total biaya (TC) adalah penjumlahan total biaya eksplisit dan total biaya implisit pada usahatani bawang merah varietas Bima dan dihitung dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT). 10. Pendapatan usahatani (Pd) adalah pendapatan dari usahatani bawang merah varietas Bima yang diperhitungkan dari selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya eksplisit selama satu musim tanam, diukur dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT). 11. Keuntungan usahatani (p) adalah keuntungan dari usahatani bawang merah varietas Bima yang diperhitungkan dari selisih antara penerimaan dengan total biaya, diukur dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT). 12. Faktor produksi usahatani bawang merah varietas Bima yang dimaksud dalam penelitian adalah faktor-faktor produksi yang digunakan selama satu kali musim tanam yaitu luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk urea, pupuk NPK Mutiara, pupuk ZA dan pestisida cair.

25 digilib.uns.ac.id Luas lahan (X 1 ) adalah luas lahan sawah garapan petani yang digunakan untuk usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan dinyatakan dengan satuan hektar (Ha). 14. Benih (X 2 ) adalah banyaknya benih yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan dinyatakan dengan satuan kilogram (Kg). Harga benih dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp). 15. Tenaga kerja (X 3 ) adalah seluruh tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima, selama satu musim tanam baik tenaga kerja keluarga, maupun tenaga kerja luar dan dinyatakan dalam satuan Hari Kerja Pria (HKP). Nilai tenaga kerja dihitung berdasarkan upah per HKP dan dinyatakan dalam rupiah per Hari Kerja Pria (Rp/HKP). 16. Pupuk urea (X 4 ) adalah jumlah pupuk urea yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan dinyatakan dengan satuan kilogram (Kg). Harga pupuk urea dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp). 17. Pupuk NPK Mutiara (X 5 ) adalah jumlah pupuk NPK Mutiara yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan dinyatakan dengan satuan kilogram (Kg). Harga pupuk NPK Mutiara dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp). 18. Pupuk ZA (X 6 ) adalah jumlah pupuk ZA yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan dinyatakan dengan satuan kilogram (Kg). Harga pupuk ZA dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp). 19. Pestisida cair (X 7 ) adalah jumlah pestisida yang digunakan dalam usahatani bawang merah varietas Bima selama satu musim tanam dan dinyatakan dengan satuan liter (Ltr). Harga pestisida dinyatakan dengan satuan rupiah (Rp).

26 digilib.uns.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Pelaksanaan metode deskriptif analitik tidak hanya terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (Surakhmad, 1994). Pelaksanaan penelitian ini dengan menggunakan metode survai, yaitu penelitian yang datanya dikumpulkan dengan mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data yang pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995). B. Metode Penentuan Sampel 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Brebes yang merupakan salah satu daerah penghasil bawang merah di Provinsi Jawa Tengah. Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes (2010), pada tahun 2010 produksi bawang merah mencapai kw dan luas panen mencapai ha yang tersebar di 11 kecamatan. Secara keseluruhan dari 11 kecamatan, sekitar 80% petani menanam bawang merah varietas Bima. Namun, khusus untuk daerah utara (Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung) secara keseluruhan (100%) petani menggunakan bawang merah varietas Bima. Oleh karena itu, Kecamatan Wanasari dipilih sebagai lokasi penelitian karena di kecamatan tersebut secara keseluruhan petani menggunakan bawang merah varietas Bima dan pada tahun 2010 Kecamatan Wanasari mempunyai luas panen yang paling besar dibandingkan kecamatan lainnya. Dengan demikian, Kecamatan Wanasari memiliki populasi petani bawang merah yang paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Rincian mengenai luas panen, produksi dan produktivitas bawang merah menurut kecamatan di Kabupaten Brebes tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2. 25

27 digilib.uns.ac.id 26 Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Kecamatan Di Kabupaten Brebes Tahun 2010 No. Kecamatan Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Kw) (Kw/Ha) 1. Salem 0,00 0,00 0,00 2. Bantarkawung 15, ,00 86,67 3. Bumiayu 0,00 0,00 0,00 4. Paguyangan 0,00 0,00 0,00 5. Sirampog 0,00 0,00 0,00 6. Tonjong 0,00 0,00 0,00 7. Larangan 5.008, ,00 116,81 8. Ketanggungan 1.076, ,00 125,00 9. Banjarharjo 158, ,00 123, Losari 1.025, ,00 147, Tanjung 1.700, ,00 101, Kersana 480, ,00 112, Bulakamba 3.779, ,00 104, Wanasari 8.734, ,00 151, Jatibarang 2.490, ,00 101, Songgom 1.548, ,00 134, Brebes 6.667, ,00 124,29 Jumlah , , ,04 Rata-Rata 1.922, ,06 84,12 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes Tahun 2010 Penentuan desa sebagai lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Wanasari menggunakan metode stratified dengan mengelompokkan desa berdasarkan kategori produktivitas bawang merah menurut desa di Kecamatan Wanasari tahun Penentuan kategorinya dengan mengikuti distribusi normal, sehingga dilakukan pengujian normalitas terhadap data produktivitas bawang merah. Menurut Nisfiannoor (2009) pengujian normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov- Smirnov (K-S) dan berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa data produktivitas bawang merah menurut desa di Kecamatan Wanasari berdistribusi normal, sehingga distribusi datanya mengikuti kurva normal. Selanjutnya, menentukan kriteria produktivitas rendah, sedang dan tinggi berdasarkan nilai persentil pada kurva normal, kemudian dianalisis menggunakan Frequencies. commit Berdasarkan to user hasil analisis, maka rincian

28 digilib.uns.ac.id 27 mengenai luas panen, produksi, produktivitas dan kategori produktivitas bawang merah menurut desa di Kecamatan Wanasari tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas Panen, Produksi, Produktivitas dan Kategori Produktivitas Bawang Merah Menurut Desa di Kecamatan Wanasari Tahun 2010 No Desa Luas Panen Produksi Produktivitas Kategori (Ha) (Kw) (Kw/Ha) Produktivitas 1. Dkh.Waringin 422, ,00 161,39 Tinggi 2. Dumeling 351, ,00 143,84 Sedang 3. Glonggong 496, ,00 153,28 Sedang 4. Jagalempeni 815, ,00 159,02 Tinggi 5. Keboledan 301, ,00 141,56 Sedang 6. Kertabasuki 315, ,00 137,80 Rendah 7. Klampok 426, ,00 157,17 Sedang 8. Kupu 340, ,00 142,38 Sedang 9. Lengkong 245, ,00 138,57 Rendah 10. Pebatan 407, ,00 145,86 Sedang 11. Pesantunan 298, ,00 139,32 Sedang 12. Sawojajar 329, ,00 142,74 Sedang 13. Siasem 320, ,00 136,83 Rendah 14. Sidamulya 423, ,00 151,94 Sedang 15. Sigentong 363, ,00 152,30 Sedang 16. Sisalam 878, ,00 168,27 Tinggi 17. Siwungkuk 287, ,00 144,05 Sedang 18. Tanjung Sari 540, ,00 157,48 Sedang 19. Tegalgandu 587, ,00 151,84 Sedang 20. Wanasari 591, ,00 154,80 Sedang Jumlah 8.743, , ,46 rata-rata 437, ,50 149,02 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes Tahun 2010 (Lampiran 2, Halaman 91) Penentuan lokasi penelitian dengan mengambil satu desa dari tiap kategori, sehingga terdapat 3 desa di Kecamatan Wanasari dengan luas panen paling besar pada tiap kategori, yang dijadikan lokasi penelitian. Desa kategori produktivitas rendah adalah Desa Siasem, desa kategori produktivitas sedang adalah Desa Wanasari dan desa kategori produktivitas tinggi adalah Desa Sisalam. 2. Metode Pengambilan Sampel Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), suatu penelitian harus menggunakan ukuran sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel commit yang to besar user dan mengikuti distribusi normal

29 digilib.uns.ac.id 28 adalah sampel yang ukurannya 30, sehingga ukuran sampel petani pada penelitian ini adalah 30 yang diambil dari tiga desa di Kecamatan Wanasari yaitu Desa Siasem, Desa Wanasari dan Desa Sisalam. Pengambilan sampel petani dari tiap desa menggunakan metode proportion random sampling. Menurut Soekartawi (1995), metode proportion random sampling adalah cara pengambilan sampel dari tiaptiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut dan pengambilannya dilakukan secara random. Adapun rumus menghitung ukuran sampel petani pada tiap desa, yaitu: Nk Ni = 30 N Keterangan: Ni : ukuran sampel petani Nk : jumlah petani yang memenuhi syarat pada desa ke-i N : jumlah populasi petani dari ketiga desa Petani yang diambil sebagai sampel merupakan petani bawang merah varietas Bima berstatus pemilik penggarap dan mengusahakannya secara monokultur di lahan sawah. Berdasarkan data sekunder, maka ukuran sampel petani bawang merah varietas Bima untuk tiap desa di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes, dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Ukuran Sampel Petani Bawang Merah Varietas Bima untuk Tiap Desa di Kecamatan Wanasari Kabupaten Brebes No. Desa Populasi Petani Ukuran Sampel Petani (Nk) (Ni) 1 Siasem Wanasari Sisalam Jumlah Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 3, Halaman 93) C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang didapatkan langsung dari petani yang mengusahakan bawang merah varietas Bima maupun pihak lain yang berhubungan dengan usahatani bawang merah varietas Bima. Datanya

30 digilib.uns.ac.id 29 mengenai faktor produksi yang digunakan, teknik budidaya, produksi dan sebagainya. Data ini diperoleh melalui wawancara. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan terhadap laporan maupun dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan dengan penelitian. Data tersebut didapatkan dari Kantor Kecamatan Wanasari, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Brebes, Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Teknik ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diamati sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai objek yang akan diteliti. Data yang dikumpulkan terkait faktor-faktor produksi dan teknik budidaya bawang merah varietas Bima. 2. Wawancara Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer yang dilakukan dengan mewawancarai langsung petani sampel dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) terkait dengan usahatani bawang merah varietas Bima. 3. Pencatatan Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer berupa pencatatan yang berasal dari hasil wawancara dan data sekunder berupa pencatatan data pada instansiinstansi yang berhubungan dengan penelitian. E. Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Analisis Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Analisis besarnya pendapatan usahatani bawang merah varietas Bima menggunakan rumus sebagai berikut: Pd = TR TC

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Merode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu suatu penelitian yang merumuskan diri pada pemecahan masalah yang ada

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 5 II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tanaman Semangka Berdasarkan klasifikasinya, tanaman semangka termasuk : Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Klas : Dicotyledonae Ordo : Cucurbitales

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tingkat Produksi Kedelai Peluang peningkatan produksi kedelai di dalam negeri masih terbuka

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013 ANALISIS EFISIENSI USAHATANI KUBIS (Brassica oleracea) DI DESA SUKOMAKMUR KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG Rini Utami Sari, Istiko Agus Wicaksono dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode penelitian yang berpusat pada pemecahan masalah masalah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkembangan Varietas Bawang Merah Salah satu faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani bawang merah adalah bibit. Penggunaan bibit atau varietas unggul akan mampu memberikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu sekitar India, Pakistan sampai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU 30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.

Lebih terperinci

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

I. METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya I. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, artinya adalah metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996), III. KERANGKA PEMIKIRAN 3. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.. Konsep Usahatani Menurut Bachtiar Rivai (980) yang dikutip oleh Hernanto (996), mengatakan bahwa usahatani merupakan sebuah organisasi dari alam,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Sukasari Kaler yang berada di wilayah Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI MELON DI KABUPATEN SRAGEN Wahyu Tri Kusumasari, Joko Sutrisno, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 26 A. Metode Penelitian 1. Sasaran Penelitian BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Sasaran penelitian adalah para petani berstatus pemilik maupun penyewa yang mengusahakan tanaman padi semi organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional, sumber

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, dalam pembahasannya lebih ditekankan pada biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB II. KERANGKA TEORITIS

BAB II. KERANGKA TEORITIS 2.1. Pendapatan Petani Tembakau 2.1.1. Pendapatan Usahatani BAB II. KERANGKA TEORITIS Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode. Pendapatan

Lebih terperinci

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN David Hismanta Depari *), Salmiah **) dan Sinar Indra Kesuma **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan

METODE PENELITIAN. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif. Menurut Travers (1978) dalam Umar menjelaskan bahwa metode ini bertujuan untuk mengggambarkan sifat sesuatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional dan sumber

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional dan sumber I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang Merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi ditinjau dari sisi pemenuhan konsumsi nasional dan sumber penghasilan petani dapat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif analisis merupakan suatu metode penelitian yang memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan pembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kopi Robusta Kedudukan tanaman kopi dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep)

Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep) Kelayakan Ekonomi Teknologi Petani Pada Usahatani Bawang Merah Varietas Sumenep (Studi Kasus di Desa Rajun Kecamatan Pasongsongan Kabupaten Sumenep) Isdiantoni Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Produksi padi Produksi padi merupakan salah satu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan penanaman bibit padi dan perawatan serta pemupukan secara teratur

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN PASIR DESA KERTOJAYAN KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Diah Setyorini, Uswatun Hasanah dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG P R O S I D I N G 345 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CABAI BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA PETUNGSEWU, KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG Bagus Andriatno Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, 51 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, penggunaan luas lahan, dan jumlah tanggungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Saung Mirwan. Pemilihan PT Saung Mirwan dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Mubyarto (1989) usahatani adalah himpunan dari sumber sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI WORTEL (Daucus carota L.) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI WORTEL (Daucus carota L.) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU AGRISE Volume XIII No.2 Bulan Mei 2013 ISSN: 1412-1425 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI WORTEL (Daucus carota L.) DI KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU (ALLOCATIVE EFFICIENCY

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

BESARNYA KONTRIBUSI CABE BESAR (Capsicum annum L) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI (Oryza sativa L) DI KELURAHAN BINUANG

BESARNYA KONTRIBUSI CABE BESAR (Capsicum annum L) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI (Oryza sativa L) DI KELURAHAN BINUANG 44 BESARNYA KONTRIBUSI CABE BESAR (Capsicum annum L) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI (Oryza sativa L) DI KELURAHAN BINUANG (Its Outgrows Chili Contribution Outgrow( Capsicum annum L ) To Rice Farmer Income

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian survai dan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini akan dijadikan instrumen pengambilan data primer yang berisi

Lebih terperinci