ULTRAFILTRASI EKSTRAK RUMPUT LAUT (ALGINAT)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ULTRAFILTRASI EKSTRAK RUMPUT LAUT (ALGINAT)"

Transkripsi

1 ULTRAFILTRASI EKSTRAK RUMPUT LAUT (ALGINAT) I G. Wenten, Martin S., Setyo W. Departemen Teknik Kimia FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung, membrane-centre@che.itb.ac.id Abstrak Alginat dengan kualitas tinggi merupakan kebutuhan yang penting dalam banyak industri di Indonesia sebagai thickening agent dan emulsifier, mulai dari industri farmasi, industri makanan, serta industri sabun dan deterjen. Teknologi pemurnian alginat menggunakan membran menawarkan keunggulan dibandingkan dengan proses terdahulu. Ultrafiltrasi dilakukan dengan prinsip bahwa air dan senyawa pengotor dengan berat molekul kecil akan melewati membran sedangkan produk yang berupa senyawa heteropolisakarida akan terejeksi sehingga akan diperoleh retentat berupa alginat yang lebih murni. Hasil penelitian menunjukan bahwa kenaikan konsentrasi umpan (0,05% - 0,4%) akan menurunkan fluks permeat sedangkan kenaikan tekanan operasi (0,8-2,2 bar) akan menaikan fluks permeat. Sementara besarnya rejeksi tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan kondisi operasi. Kondisi optimum operasi yang diperoleh adalah pada konsentrasi umpan 0,4% dan tekanan 2,2 bar dengan rejeksi rata-rata diatas 90%. Konsentrasi gel ± 3% serta kemurnian alginat yang mencapai 94,8%. I. PENDAHULUAN Senyawa-senyawa alginat di Indonesia, sebagian besar masih dipenuhi dengan cara impor, data dari Biro Pusat Statistik impor alginat mencapai 2.663,5 ton per tahun dengan nilai Rp ,00. Dari data tersebut, dapat kita lihat bahwa prospek industri alginat di Indonesia sangatlah potensial. Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, tentulah memiliki sumber daya alam sebagai bahan baku, yaitu semua spesies rumput laut coklat. Proses ekstraksi senyawa alginat dari rumput laut sendiri tidaklah terlalu sulit bila dibandingkan dengan ekstraksi senyawa sejenis yaitu karaginan dari rumput laut merah. Tetapi yang menjadi kendala terutama pada biaya produksi adalah besarnya kebutuhan bahan-bahan kimia dalam memurnikan alginat untuk mencapai kemurnian yang tinggi, sehingga harga senyawa alginat dengan kualitas baik, jauh lebih tinggi daripada harga kualitas yang dibawahnya. Maka dari pada itu, produksi alginat dengan kualitas tinggi di Indonesia menjadi tidak menguntungkan akibat harga bahan-bahan kimia yang terus naik dan tidak menentu seiring dengan berfluktuasinya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Sedangkan senyawa alginat sangat dibutuhkan secara luas mulai dari kualitas rendah untuk tahap pewarnaan pada industri tekstil, sampai pada kualitas paling tinggi, yang digunakan pada industri makanan dan farmasi sebagai pengental dan pengemulsi. Oleh sebab itu, ultrafiltrasi sebagai salah satu jenis proses pemisahan yang berbasiskan membran diharapkan dapat menjadi teknologi yang tepat dalam memecahkan masalah diatas. Proses ultrafiltrasi dapat memisahkan komponen-komponen pengotor pada larutan senyawa-senyawa alginat sehingga dapat menggantikan proses pemurnian konvensional yang membutuhkan biaya produksi yang besar. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan karakteristik fluks dan rejeksi pada proses ultrafiltrasi alginat untuk mendapatkan kondisi optimum proses serta melihat sejauh mana ultrafiltrasi dapat berperan dalam menggantikan proses terdahulu. II. ALGINAT Alginat adalah bentuk garam dari asam alginik, yaitu zat yang terkandung dalam dinding sel rumput laut coklat (phaeophyceae) yang membentuk rantai polisakarida terdiri atas blok-blok asam manuronik dan asam gluluronik. Gambar struktur molekul asam alginat dapat dilihat pada gambar 2.1. Kandungan alginat Halaman 1 dari 9

2 dalam berbagai genus rumput laut coklat bervariasi antara 16,8-27% untuk skala laboratorium dan 9,8-13,2% untuk skala industri [Anggraeni dkk, 1995/1996]. Alginat juga tidak ditemukan pada jenis rumput laut lain selain rumput laut coklat. Gambar 2.1. Struktur molekul asam alginat. Alginat dapat diperoleh dengan mengekstraksi rumput laut coklat dengan larutan alkali (umumnya Natrium Karbonat) sehingga diperoleh pasta kental Natrium Alginat. Alginat dengan kualitas baik adalah alginat yang bebas selulosa dan berwarna putih bersih [Tim Penulis PS, 1992]. Standar mutu alginat secara lengkap dapat dilihat dalam tabel 2.1 dibawah. Alginat dengan kualitas tinggi digunakan terutama dalam industri farmasi dan makanan sebagai thickening agent dan emulsifier, sedangkan industri tekstil, cat dan pewarna, kertas dan karton dapat menggunakan alginat dengan kualitas rendah. Seperti yang tercantum dalam berbagai proses produksi alginat yang sudah dipatenkan [Stanford; H.C Green, 1936; Le Gloahec & J.E Herter, 1938; Heggelund & Skotness, 1961) untuk mencapai produk dengan kualitas tinggi, selama ini dilakukan pengasaman dan pembasaan berulang-ulang serta bleaching untuk menghilangkan warna, yang membutuhkan bahan kimia dalam jumlah besar sehingga menyebabkan tingginya biaya produksi Tabel 2.1. Standar mutu alginat dalam berbagai grade. Category Industrial Grade Food Grade Medicine Grade Index SC For Export GB USP22 Size (% pass) / / Viscosity (Mpa.s) * >=150 / Moisture (%) <=15 <=15 <=15 <=15 PH / Gas Content (%) <=0.3 <=0.3 / / Ash Content / <= White Degree (%) >=30 / / Heavy Metal (%) / / <=0.004 <=0.004 Sumber: internet. Senyawa-senyawa alginat sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu yang larut dan yang tidak larut dalam air. Jenis alginat yang larut dalam air dapat diperoleh dengan cara dialisis larutan sodium alginat yang diasamkan dengan asam asetat [Jevtuschenko, 1954]. Jenis yang tidak larut merupakan bentuk yang lebih stabil dan diperoleh dengan mengendapkan larutan alkali ditambah asam mineral. Menurut Jevtuschenko jenis tersebut berada dalam bentuk anhidrat. Sedangkan dalam bentuk asam, alginat tidak larut dalam air. Berikut ini merupakan contoh penggunaan senyawa-senyawa alginat dalam industri: Alginat dalam industri farmasi. Dalam industri farmasi alginat digunakan sebagai pengemulsi dalam emulsi air dengan lemak, minyak, lilin, sebagai film-forming, sebagai fillers dalam industri tablet dan pil serta sebagai tablet swelling agent. Sodium alginat juga digunakan sebagai slimming agent, yaitu dengan membentuk jeli dalam perut yang akan memberikan rasa kenyang. Alginat dalam industri kosmetik, sabun dan deterjen. Alginat dengan berbagai viskositas sangat berguna sebagai bahan pembantu dalam industri kosmetik, sektor sabun dan deterjen. Alginat berfungsi sebagai alat penebal dan Halaman 2 dari 9

3 pendispersi dalam salep, krim, jeli, emulsi cair, lotion, pasta gigi, bedak padat, aditif dalam berbagai kosmetik rambut, seperti perwarna rambut, tonik rambut, sampo, dll. Jenis alginat yang sering digunakan adalah sodium, kalsium, propilen glikol, amino alginat dan asam alginik. Alginat dalam teknologi pangan. Hanya alginat dengan kualitas tinggi yang dapat digunakan dalam industri makanan. Dalam industri susu, fungsi utama dari alginat adalah meningkatkan viskositas dan meningkatkan kualitas kekentalan pada krim. Dalam industri es krim, sudah 20 tahun alginat memainkan peranan penting sebagai penstabil dalam berbagai tipe. Keuntungan utamanya adalah kemampuannya untuk mencegah pembentukan kristal es selama proses pembekuan. Keuntungan lain dari alginat sebagai pengemulsi adalah keseragaman viskositas selama proses produksi, kemampuan pengental yang baik, lelehan yang halus dan pengembangan yang penuh dari komponen aromatik. Alginat dalam industri cat dan pewarna. Alginat, khususnya ammonium alginat dan sodium alginat, ester alginat dari propilenglikol digunakan dalam produksi cat. Alginat mempunyai efek yang sangat baik dalam suspensi dan perlindungan zat warna, penstabil emulsi, pembentukan film kontinu dan sifat perekat yang lebih baik. Alginat dalam industri kertas dan kertas karton. Kegunaan alginat dalam pengeleman kertas meningkatkan kehalusan dan kelembutan kertas. Alginat cocok dengan hampir semua lem dan perekat serta menghasilkan kerja perekat tipe film. III. ULTRAFILTRASI Teknologi pemisahan dengan membran mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan proses pemisahan konvensional, antara lain: penggunaan energi yang rendah karena tidak membutuhkan perubahan fasa, dapat dilangsungkan pada temperatur ruang, bentuknya yang modular dan mampat, tidak diperlukan bahan kimia pembantu, serta harganya yang lebih murah. Pada proses pemisahan dengan menggunakan membran, dibutuhkan gaya dorong untuk dapat memindahkan partikel-partikel solut dan pelarut melalui membran sehingga peristiwa perpindahan dapat terjadi. Proses pemisahan dengan membran berdasarkan gaya dorongnnya dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini. Tabel 3.1. Proses pemisahan membran berdasarkan jenis gaya dorong. Beda Tekanan Beda Konsentrasi Beda Temperatur Mikrofiltrasi Pervaporasi Thermo-osmosis (MF) Pemisahan gas Destilasi Ultrafiltrasi (UF) Permeasi uap membran Nanofiltrasi (NF) Dialisis Reverse Osmosis Dialisis Difusi (RO) Carrier- Piezodialisis mediated- transport Sumber : Mulder, Beda Potensial Listrik Elektrodialisis Elektro-osmosis Membraneelectrolysis Diantara keempat gaya dorong diatas, beda tekanlah yang paling luas pemanfaatannya didalam proses pemisahan dengan menggunakan membran, dimana ultrafiltrasi merupakan salah satu jenis diantaranya. Di samping tekanan, fenomena osmosis merupakan suatu fenomena penting Halaman 3 dari 9

4 yang terjadi dalam peristiwa perpindahan massa pada membran. Fenomena ini mulai terjadi saat tekanan osmotik meningkat sebagai akibat perbedaan konsentrasi dari dua larutan atau pelarut murni dengan larutannya, yang terpisahkan oleh membran semipermeabel dimana satu sisi permeabel untuk pelarut dan tidak permeabel untuk solut disisi yang lain. Ultrafiltrasi dibedakan dari proses membran dengan gaya dorong tekanan lainnya, bedasarkan ukuran porinya. Ukuran pori membran UF berkisar antara dalton sedangkan mikroflitrasi mempunyai ukuran pori yang lebih besar serta nanoflitrasi dan reverse osmosis mempunyai ukuran pori yang lebih kecil (dense). Ultrafiltrasi biasa digunakan untuk pemurnian secara simultan, pengkonsentrasian dan pemisahan suspensi makromolekul-makromolekul atau suspensi koloid. Prosesnya tidak melibatkan perubahan fasa atau perpindahan masa antarfasa. Hal inilah yang menarik para pekerja di bidang makanan, obat-obatan dan proses-proses biologis. Ultrafiltrasi dioperasikan dengan memompa larutan umpan dengan tekanan tertentu melalui permukaan membran yang memiliki sifat kimia tertentu dan konfigurasi fisik yang optimal. Gradien tekanan melalui membran akan mendorong pelarut dan spesi yang lebih kecil melewati pori membran, sedangkan partikel yang lebih besar akan ditahan. Pada kenyataannya dapat terjadi konsentrasi yang lebih besar dari partikel kecil di retentat dibandingkan dengan konsentrasi yang lewat membran. Hal ini bergantung kepada kemampuan penolakan (rejeksi) membran terhadap komponen. Mulder,1996 menyampaikan karakteristik dan aplikasi dari Ultrafiltrasi dalam tabel 3.2 berikut ini : Tabel 3.2. Karakteristik dan Aplikasi Ultrafiltrasi. Membran Asimetrik berpori Ketebalan 150 µm (atau monolitik untuk keramik) Ukuran pori nm Gaya pendorong Tekanan (1-10 bar) Prinsip pemisahan Mekanisme pengayakan Material membran -polimer (seperti: polysulfone, polyacrylonitrile) -keramik (seperti: zirconium oxide, alumunium oxide) Aplikasi utama Dairy, bahan makanan, metalurgi, tekstil, farmasi, otomotif, pengolahan air. Walaupun proses pemisahan dengan membran mempunyai banyak kelebihan, tetapi tetap saja mempunyai kelemahan. Kelemahan dari proses berbasis membran adalah terjadinya fenomena fouling yang dapat menurunkan produktivitas secara drastis. Fouling adalah suatu fenomena yang disebabkan oleh deposisi dan akumulasi secara irreversibel dari partikel-partikel submikron pada permukaan membran dan/atau kristalisasi serta presipitasi dari partikel-partikel yang berukuran lebih kecil pada permukaan atau di dalam membran itu sendiri. Peristiwa fouling biasanya didahului oleh terjadinya polarisasi konsentrasi, yaitu peningkatan konsentrasi solut pada permukaan membran. Aimar dkk., untuk ultrafiltrasi cheese whey dengan Carbosep M4 membran inorganik, ditemukan tiga tahap berturut-turut penurunan fluks. Pertama, polarisasi konsentrasi reversibel yang terjadi dalam menit-menit pertama kemudian mencapai konstan sampai akhir run. Hal ini mengurangi efektivitas tekanan driving force yang digunakan. Setelah itu kurva fluks menunjukan dua karakteristik berbeda, yaitu penurunan secara tajam pada saat jam pertama diikuti penurunan secara perlahan di atas tiga jam Dari perbandingan beberapa model mereka menyimpulkan bahwa penurunan secara tajam pada jam pertama karena adanya adsorpsi protein ataupun deposisi partikel dan pada waktu yang lebih lama, penurunan terjadi karena deposisi konvektif dari pertikel. Ada berbagai faktor operasi yang mempengaruhi terjadinya fouling, yaitu: temperatur, beda tekan operasi, laju alir dan turbulensi, dan konsentrasi umpan. Oleh karena itu faktor-faktor tersebut harus sangat diperhatikan dalam proses pemisahan dengan membran sehingga polarisasi konsentrasi dan fouling dapat dikurangi. Selain itu, fouling juga dapat diminimalisasi dengan melakukan preatreatment terhadap umpan serta pencucian membran dengan menggunakan larutan asam, basa, atau detergen sesuai dengan sifat foulant yang menyebabkan fouling. Membran ultrafiltrasi adalah membran yang akan dipakai dalam proses pemurnian alginat. Hal ini disebabkan oleh ukuran pori membran UF berada diantara ukuran molekul Halaman 4 dari 9

5 pengotor dan ukuran molekul alginat sehingga molekul alginat yang berukuran besar (rata-rata dalton) dapat ditahan oleh membran UF dengan MWCO dalton, sedangkan molekul-molekul pengotor yang berukuran kecil (< 200 dalton) dapat lolos dengan mudahnya melalui pori membran bersama dengan air. Variabel-variabel yang akan diteliti adalah beda tekan (Trans Membrane Pressure, TMP) dan konsentrasi umpan. Variabel-variabel tersebut akan dipelajari untuk kemudian dianalisis pengaruhnya terhadap fluks dan rejeksi. Pada percobaan ini fluks dapat dihitung dihitung dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh permeat untuk mencapai volume tertentu, rejeksi dihitung dengan mengukur viskositas permeat yang kemudian dikonversikan menjadi konsentrasi Na-alginat menggunakan kurva kalibrasi, dan permeabilitas awal ditentukan dengan mengalurkan data fluks air murni terhadap berbagai tekanan operasi, selanjutnya slope yang diperoleh dari kurva merupakan nilai permeabilitas. Informasi mengenai permeabilitas ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk menganalisa fluks yang diperoleh selama percobaan.persentase asam alginat murni dalam padatan dapat dihitung dengan menggunakan data titrasi yang mengacu pada reaksi berikut : 2n(C 6 H 8 O 6 ) + n Ca(CH 3 COO) 2 n(c 6 H 8 O 6 ) 2 + 2n CH 3 COOH CH 3 COOH + NaOH CH 3 COONa + H 2 0 IV. PERCOBAAN Pada percobaan ini digunakan bahan sintetik yaitu natrium alginat teknis yang dapat dibeli dipasaran dengan kemurnian 73,2%. Spesifikasi membran yang digunakan dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1. Spesifikasi Membran Ultrafiltrasi Parameter Spesifikasi Material membran Polysulfone Tipe modul Spiral Wound Ukuran pori MWCO Luas permukaan 1,39 m 2 Diameter modul 12 cm Percobaan secara umum dibagi menjadi tiga tahap, tahap pertama adalah penentuan kondisi optimum percobaan dengan memvariasikan 6 beda tekan operasi atau TMP (0,8 bar - 2,2 bar) dan 4 konsentrasi umpan (0.01% 0.4%) dengan tujuan untuk menentukan karakteriktik fluks dan rejeksi terhadap variabel-variabel tersebut. Untuk menjaga konsentrasi umpan dengan komposisi tertentu maka baik retentat maupun permeat dikembalikan kedalam tangki umpan. Kondisi optimum yang diperoleh akan digunakan untuk melakukan percobaan tahap selanjutnya. Tahap kedua adalah penentuan konsentrasi gel, dilakukan untuk mengetahui konsentrasi maksimum yang bisa dilakukan untuk operasi ultrafiltrasi alginat pada tahap ini, Pada tahap ketiga, percobaan dilakukan untuk menentukan kemurnian produk yang dapat dicapai. Percobaan yang dilakukan hampir sama dengan tahap pertama, hanya saja permeat yang berupa pengotor tidak dikembalikan kedalam tangki umpan melainkan dibuang dan diganti dengan air. Analisa akan dilakukan terhadap retentat setelah penambahan air dengan jumlah tertentu. Skema peralatan ultrafiltrasi yang digunakan dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini: Pengukuran permeabilitas membran dilakukan setiap melakukan percobaan, bila nilai permeabilitas mengalami penurunan dibawah 80% dari nilai permeabilitas membran awal, maka perlu dilakukan metoda regenerasi membran yaitu dengan pencucian dengan larutan NaOH lalu dibilas kembali dengan air. Halaman 5 dari 9

6 retentate pressure valve membran pressure 10 pump pressure 6 1 resevoir tank 5 pretreatment filter 8 spiralwound membrane 2 drain valve 4 safety valve 9 permeate valve centrifugal pump 3 feed pressure 7 product Gambar 4.1. Skema peralatan ultrafiltrasi. apr.2000 V. HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Percobaan tahap pertama, yaitu pengkarakteristikan fluks dan rejeksi proses ultrafiltrasi larutan natrium alginat pada berbagai konsentrasi umpan (0,05%-0,4%) serta pada berbagai tekanan (0,8-2,2 bar) memperoleh hasil kestabilan fluks serta rejeksi yang dapat dipertahankan pada waktu yang lama. Sebagai contoh dapat kita lihat kurva karakteristik fluks dan rejeksi pada gambar 5.1. Pada percobaan variasi konsentrasi umpan, didapat hasil bahwa kenaikan konsentrasi umpan pada beda tekan yang sama akan menurunkan fluks permeat. Hal ini disebabkan karena peningkatan konsentrasi akan menaikan tekanan osmotik larutan sehingga akan menurunkan driving force proses [Mulder, 1996]. Penurunan fluks terhadap kenaikan konsentrasi umpan pada percobaan ini juga sesuai dengan model teori film (persamaan (1)) yang menyatakan bahwa fluks akan menurun secara eksponensial jika konsentrasi umpan meningkat. Fluks (LMH) Waktu (mnt) 100% 95% 90% 85% 80% % Rejeksi Gambar 5.1. Kurva karakteristik fluks dan rejeksi pada C=0,2% dan TMP 1,6 bar. J C = k ln = k ln C k ln C m m b.(1) C b Halaman 6 dari 9

7 Nilai rejeksi naik seiring dengan kenaikan konsentrasi umpan (gambar 5.2), hal ini disebabkan hanya semata-mata karena turunnya rasio konsentrasi alginat yang melewati membran terhadap konsentrasi umpan jika konsentrasi umpan diperbesar akibat kenaikan jumlah molekul alginat yang melewati membran bila konsentrasi umpan diperbesar tidak berbanding lurus dengan kenaikan konsentrasi umpan itu sendiri, sehingga nilai rejeksi (1-rasio) semakin besar % 20 80% Fluks (LMH) y = 21,445e -2,1931x R 2 = 0, % 40% 20% % Rejeksi 0 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Konsentrasi Umpan (%-b) 0% Gambar 5.2. Kurva fluks dan rejeksi terhadap konsentrasi umpan pada TMP 1,4 bar. Sedangkan pada percobaan variasi beda tekan, didapat hasil bahwa kenaikan beda tekan pada Menurut model tersebut, fluks berbanding lurus dengan tekanan, dan hal ini berlaku pada kondisi: (a) tekanan rendah, (b) konsentrasi umpan rendah, dan (c) laju alir umpan tinggi. Pengaruh beda tekan terhadap fluks dapat dirangkum pada gambar 5.3. dimana kenaikan fluks akan membentuk kurva logaritmik terhadap beda tekan. Pada tersebut dapat dilihat bahwa fluks masih bergantung pada beda tekan (pressured controlled region) pada rentang variasi beda tekan yang dilakukan, dan fluks diprediksi akan terus meningkat pada beda tekan yang lebih tinggi sampai mencapai stagnan (mass-transfer controlled region) dimana fluks tidak lagi dipengaruhi oleh beda tekan, melainkan oleh parameter permpindahan massa. Tidak seperti kenaikan fluks, nilai rejeksi tidak terlihat terpengaruh oleh naiknya beda tekan, hal ini dikarenakan ukuran rata-rata molekul alginat yang jauh lebih besar dari ukuran pori membran, sehingga jumlah molekul alginat yang dapat melewati pori membran tidak ditentukan oleh beda tekan melainkan akibat ukuran molekul alginat itu sendiri % 13 80% Fluks (LMH) y = 4,8261Ln(x) + 8,2933 R 2 = 0, % 40% 20% % Rejeksi 3 0% 0 0,5 1 1,5 2 2,5 TMP (bar) Gambar 5.3. Kurva fluks dan rejeksi terhadap TMP pada C=0,4%. Hal-hal diatas seperti kestabilan fluks, penurunan fluks akibat peningkatan konsentrasi umpan, serta peningkatan fluks akibat kenaikan beda tekan telah disimpulkan pula oleh Clifford H. G. Strong pada penelitiannya yang telah dipatenkan mengenai pemurnian dan pemekatan larutan ekstrak rumput laut. Pada penelitian tersebut, peneliti menggunakan dua jenis ekstrak yaitu karaginan dan alginat, dimana keduanya memiliki kemiripan sifat. Halaman 7 dari 9

8 Kestabilan fluks sangat penting pada proses produksi secara kontinu karena akan memungkinkan lamanya waktu operasi dan berkurangnya penggunaan bahan-bahan kimia [Wenten & Adityawarman]. Selain itu terlihat juga rejeksi yang sangat baik yaitu diatas 90% bahkan mendekati 100%, hal ini juga penting pada proses pemisahan dengan membran, karena besarnya rejeksi menggambarkan selektivitas proses yang tinggi pula. Oleh sebab itu, fluks dan rejeksi merupakan dua faktor penting dalam menentukan kondisi proses yang optimum. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum yang diperoleh pada rentang variasi percobaan adalah pada konsentrasi umpan 0,4% dan beda tekan 2,2 bar. Perbandingan nilai fluks kritik dan persentase rejeksi yang menjadi acuan pemilihan kondisi optimum dapat dilihat pada tabel 3.1. Selanjutnya pada percobaan tahap kedua, kondisi operasi ini yang akan dipergunakan. Tabel 5.1 Perbandingan nilai fluks dan rejeksi pada berbagai variasi percobaan. TMP=0,8 bar TMP=1 bar TMP=1,4 bar TMP=1,6 bar TMP=2 bar TMP=2,2 bar Fluks Rejeksi Fluks Rejeksi Fluks Rejeksi Fluks Rejeksi Fluks Rejeksi Fluks Rejeksi C=0,05% 14,59 72,18% 16,44 85,36% 18,63 83,60% 16,44 79,79% 21,32 85,36% 19,11 88,28% C=0,1% 10,24 82,13% 14,97 97,95% 18,63 90,92% 22,33 92,68% 24,78 91,65% 23,12 95,02% C=0,3% 7,51 98,63% 7,74 94,92% 9,77 96,88% 10,79 96,92% 12,89 95,90% 13,01 94,92% C=0,4% 7,51 97,55% 8,29 96,81% 9,66 97,69% 10,02 97,99% 11,61 98,39% 12,63 98,35% Hasil percobaan tahap kedua, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, terjadinya polarisasi konsentrasi mengakibatkan difusivitas padatan (makromolekul) menurun dan meningkatkan tahanan dengan cepat. Hal tersebut mengakibatkan konsentrasi padatan pada permukaan membran meningkat hingga mencapai harga maksimum yakni konsentrasi gel (Cg). Pada penelitian ini, konsentrasi lapisan gel dicapai pada nilai ±3 %. Nilai ini diperoleh dengan mengalurkan nilai fluks terhadap nilai logaritmik dari konsentrasi umpan (LnCb). Lihat Gambar 5.4. Konsentrasi gel ini sangat dipengaruhi oleh ukuran, bentuk, struktur kimia, dan derajat pelarutan, tetapi tidak berhubungan dengan konsentrasi umpan (Cb). Pembentukan gel dapat secara reversible atau irreversible yang merupakan factor penting dalam penanganan membran saat pencucian. Gel reversible memerlukan penanganan yang sulit sehingga perlu dilakukan usaha untuk menghindari terbentuknya gel tersebut. Lapisan gel ini akan sangat mempengaruhi limiting fluks pada operasi ultrafilrasi dimana terbentuknya lapisan gel ini menjadi pembatas terjadinya fluks pelarut. Hasil yang diperoleh pada percobaan tahap ketiga, yaitu diperoleh kemurnian alginat mencapai 94,8%-b setelah dilakukan proses ultrafiltrasi 10 liter umpan selama 35 mnt dengan penggantian fluks permeat ± l/m 2.jam dengan air pada laju alir yang sama. Hal ini sesuai dengan apa yang sudah diprediksikan sejak awal bahwa zat-zat pengotor dengan ukuran molekul kecil akan terbawa bersama dengan air melewati pori membran sedangkan molekul besar alginat akan ditahan [Clifford, 1972] sehingga bila aliran permeat yang berisi pengotor diganti dengan air, maka kemurnian larutan alginat dalam tangki umpan akan terus meningkat sejalan dengan waktu. Fluks (LMH) y = -19,951x - 69,925 R 2 = 0, Ln C Gambar 5.4. Kurva hubungan antara limiting fluks dengan nilai Ln C Halaman 8 dari 9

9 IV. KESIMPULAN Pada proses ultrafiltrasi ekstrak rumput laut, fluks dipengaruhi oleh parameter-parameter operasi yaitu beda tekan dan konsentrasi umpan. Kenaikan beda tekan operasi akan menaikan besarnya fluks secara logaritmik, sedangkan kenaikan konsentrasi umpan akan menurunkan besarnya fluks secara eksponensial. Rejeksi molekul alginat sendiri tidak dipengaruhi secara langsung oleh beda tekan maupun konsentrasi umpan. Alginat yang diperoleh kemurniannya meningkat dari 73,2% menjadi 94,8% sehingga dapat dikatakan proses ultrafiltrasi ini sangat potensial dalam menggantikan proses permunian konvensional. Kondisi optimum operasi dalam rentang percobaan adalah pada beda tekan 2,2 bar dan konsentrasi umpan 0,4 %. Rendahnya fluks yang dihasilkan disebabkan terjadinya fenomena fouling akibat interaksi solut dengan pori membran tanpa dilakukannya teknik backflushing. Oleh sebab itu teknik regenerasi membran yang baik dan tepat perlu dilakukan. Keterangan Notasi J = fluks, l/m 2.jam V = volume, m 3 A = luas permukaan membran, m t = waktu, jam C u = konsentrasi umpan, % C p = konsentrasi permeat, % Lp = permeabiltas membran P = beda tekan, bar J = maksimum fluks, l/m 2.jam k = koefisien perpindahan massa C m = konsentrasi pada permukaan membran C b = konsentrasi bulk ε = porositas membran r = jari-jari pori membran, m η = viskositas larutan, cp x = panjang saluran, m Daftar Pustaka 1. Cheryan M, Ultrafiltration Handbook, Technomic Publishing Lancaster, PA, Clifford H. G. Strong, Process for The Purification and Concentration of Solutions Derived from Marine Algae, US Patent No Gloahee, V.C.E & Herter, J.E., US Patents No Green, H.C., US Patents No Heggelund, R. & Skotness, K., US Patents No Laode, M. A., Budidaya Rumput laut, Kanisius, Yogyakarta, Mulder, Marcel., Basic Principle of Membrane Technology, 2 nd edition, Centre of Membrane Science and Technology, University of Twente, Enschede, The Nederlands, Tim penulis PS, Budidaya dan Pemasaran Rumput Laut, Penebar Swadaya, Wenten, I G. & Aditywarman, Prospek Pemanfaatan Teknologi Membran dalam Bidang Bioteknologi Kelautan, Teknik Kimia ITB 10. Wenten, I G., Teknologi Membran Industrial, Teknik Kimia ITB Halaman 9 dari 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Performansi Kerja Membran Distilasi Vakum (VMD) Beberapa parameter yang mempengaruhi kinerja MD adalah sifat properti membran yakni porositas, tortositas, dan lainnya beserta

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB III RANCANGAN PENELITIAN BAB III RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Hasil yang diharapkan dari sistem yang dibentuk adalah kondisi optimal untuk dapat menghasilkan fluks air yang tinggi, kualitas garam super-saturated sebagai

Lebih terperinci

Kinerja Membran Reverse Osmosis Terhadap Rejeksi Kandungan Garam Air Payau Sintetis: Pengaruh Variasi Tekanan Umpan

Kinerja Membran Reverse Osmosis Terhadap Rejeksi Kandungan Garam Air Payau Sintetis: Pengaruh Variasi Tekanan Umpan Kinerja Membran Reverse Osmosis Terhadap Rejeksi Kandungan Garam Air Payau Sintetis: Pengaruh Variasi Tekanan Umpan Jhon Armedi Pinem, Marina Hayati Adha Laboratorium Pemisahan dan Pemurnian Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah jus jeruk siam Pontianak hasil mikrofiltrasi ukuran pori 0.1 µm dengan konsentrasi jus sebesar 6.5

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PEMISAHAN JUS JERUK DENGAN REVERSE OSMOSIS 4.1.1. Karakteristik Fisik-kimia Umpan Larutan umpan yang digunakan untuk penelitian pemekatan jus dari hasil pemisahan mikrofiltrasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari percobaan diolah untuk mendapatkan hubungan antara fluks terhadap waktu, tekanan dan konsentrasi, serta mencari efesiensi pencucian terhadap agent chemical

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Produksi Alginat dari Pseudomonas aeruginusa 4.1.1. Biomassa kering P. aeruginosa Biomassa P. aeruginosa yang dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara 0,23 1,5 g/l selama

Lebih terperinci

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM)

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN (MEM) Disusun oleh: Felix Christopher Dr. I Gede Wenten Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fundamental Proses Ultrafiltrasi Membran adalah suatu lapisan tipis yang memisahkan dua fase dan membatasi pengangkutan berbagai bahan kimia secara selektif. Membran dapat berupa

Lebih terperinci

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH RENNY AIDATUL AZFAH Dosen Pembimbing: Ir. EDDY S. SOEDJONO, Dipl.SE, M,Sc, Ph.D 1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi optimal dari kinerja membran umumnya dinyatakan oleh besamya permeabilitas, selektivitas membran terhadap suatu spesi kimia tertentu, fluks permeat dan rejeksi kandungan

Lebih terperinci

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO)

JAWABAN 1. REVERSE OSMOSIS (RO) PERTANYAAN 1. Suatu industri bermaksud memanfaatkan efluen pengolahan air limbah yang telah memenuhi baku mutu sebagai air baku untuk kebutuhan domestik (karyawan), proses produksi dan boiler. Industri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Eflsiensi Pencucian. Efisiensi pencucian dindikasikan oleh parameter Fluks Recovery (FR) dan Resistance Removal (RR). Kedua indikator ini oleh Mohamadi et all (22) dan

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan

Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan ISSN 1693 4393 Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia Yogyakarta, 22 Februari 2011 Aplikasi Proses Pemisahan dengan Membran

Lebih terperinci

REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK)

REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK) REVERSE OSMOSIS (OSMOSIS BALIK) Asti Sawitri (208 700 573) Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2011 A. Membran Reverse Osmosis (RO) Membran RO dibuat dari berbagai

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Aktivasi Zeolit Sebelum digunakan, zeolit sebaiknya diaktivasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kinerjanya. Dalam penelitian ini, zeolit diaktivasi melalui perendaman dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis difraksi sinar X serbuk ZrSiO 4 ZrSiO 4 merupakan bahan baku utama pembuatan membran keramik ZrSiO 4. Untuk mengetahui kemurnian serbuk ZrSiO 4, dilakukan analisis

Lebih terperinci

I 0.00% E % % % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I 0.00% E % % % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Efisiensi Pencucian. Efisiensi pencucian dindikasikan oleh parameter Fluks Recovery (FR) dan Resistance Removal (RR). Kedua indikator ini oleh Mohamadi et all (2002) dan

Lebih terperinci

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat

Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Judul Tugas Akhir Pengolahan Limbah Laundry menggunakan Membran Nanofiltrasi Zeolit Aliran Cross Flow untuk Filtrasi Kekeruhan dan Fosfat Diajukan oleh Tika Kumala Sari (3310100072) Dosen Pembimbing Alia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201

PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II KI1201 Disusun Ulang Oleh: Dr. Deana Wahyuningrum Dr. Ihsanawati Dr. Irma Mulyani Dr. Mia Ledyastuti Dr. Rusnadi LABORATORIUM KIMIA DASAR PROGRAM TAHAP PERSIAPAN BERSAMA

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksananakan pada bulan Maret-Juni 2009 di Laboratorium Diagnostik, Departemen Ilmu dan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas

Lebih terperinci

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar

Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik. Komoditas unggulan. total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar Komoditas unggulan Pemanfaatan: pangan, farmasi, kosmetik diperkirakan terdapat 555 species rumput laut total luas perairan yang dapat dimanfaatkan 1,2 juta hektar luas area budidaya rumput laut 1.110.900

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sangat kaya hasil alam terlebih hasil perairan. Salah satunya rumput laut yang merupakan komoditas potensial dengan nilai ekonomis tinggi

Lebih terperinci

PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ESTER

PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN MEMBRAN SELULOSA ESTER KIMIA.STUDENTJOURNAL, Vol. 2, No. 1, pp. 441-447, UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Received 3 October 2014, Accepted 3 October 2014, Published online 10 October 2014 PEMURNIAN ETANOL SECARA MIKROFILTRASI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

DEGUMMING CPO (CRUDE PALM OIL) MENGGUNAKAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI

DEGUMMING CPO (CRUDE PALM OIL) MENGGUNAKAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI DEGUMMING CPO (CRUDE PALM OIL) MENGGUNAKAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI Syarfi, Ida Zahrina, dan Widya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UR ABSTRAKS Proses degumming CPO (Crude Palm Oil) secara konvensional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan

Lebih terperinci

PROSES PEMISAHAN ION NATRIUM (Na) DAN MAGNESIUM (Mg) DALAM BITTERN (BUANGAN) INDUSTRI GARAM DENGAN MEMBRAN ELEKTRODIALISIS

PROSES PEMISAHAN ION NATRIUM (Na) DAN MAGNESIUM (Mg) DALAM BITTERN (BUANGAN) INDUSTRI GARAM DENGAN MEMBRAN ELEKTRODIALISIS PROSES PEMISAHAN ION NATRIUM (Na) DAN MAGNESIUM (Mg) DALAM BITTERN (BUANGAN) INDUSTRI GARAM DENGAN MEMBRAN ELEKTRODIALISIS Nur Hapsari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Unjuk Kerja Pervaporasi Unjuk kerja pemisahan dengan pervaporasi dapat dilihat dari nilai fluks dan selektivitas pemisahan. Membran yang digunakan adalah membran selulosa

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI POLISULFON

PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI POLISULFON PEMBUATAN MEMBRAN ULTRAFILTRASI POLISULFON Kelompok A.01.3.06 Arifin Noor 13097075 danyurisko 13097053 Pembimbing : Dr. Ir. I Gede Wenten ABSTRAK Membran merupakan salah satu teknologi alternatif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan material primer yang sangat penting dalam domestik maupun industri. Kebutuhan terhadap air yang bersih, memenuhi persyaratan standar, serta terjamin

Lebih terperinci

PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004,

PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004, PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 36 A, No. 1, 2004, 63-82 63 Penurunan Zat Organik dan Kekeruhan Menggunakan Teknologi Membran Ultrafiltrasi dengan Sistem Aliran Dead-End (Studi Kasus : Waduk Saguling, Padalarang)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER Haryono, Dyah Setyo Pertiwi, Dian Indra Susanto dan Dian Ismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II.

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Intisari. BAB I. Pengantar 1. I. Latar Belakang 1 II. Tinjauan Pustaka 3. BAB II. Prarancangan Pabrik Sodium Karboksimetil Selulosa Kapasitas 8.000 ton/tahun DAFTAR ISI Halaman judul Lembar pengesahan Lembar pernyataan Kata Pengantar Daftar Isi Intisari i iii iv BAB I. Pengantar 1 I.

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Karakterisasi Awal Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 Serbuk ZrSiO 4 dan ZrO 2 sebagai bahan utama membran merupakan hasil pengolahan mineral pasir zirkon. Kedua serbuk tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etanol merupakan salah satu bahan kimia penting karena memiliki manfaat sangat luas antara lain sebagai pelarut, bahan bakar cair, bahan desinfektan, bahan baku industri,

Lebih terperinci

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion

Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Efektivitas Membran Hibrid Nilon6,6-Kaolin Pada Penyaringan Zat Warna Batik Procion G. Yosephani, A. Linggawati, Muhdarina, P. Helzayanti, H. Sophia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman penghasil minyak nabati yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Produksi minyak kelapa sawit Indonesia saat ini mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Total produksi penangkapan dan perikanan udang dunia menurut Food and Agriculture Organization pada tahun 2009 berkisar 6 juta ton pada tahun 2006 [1] dan mempunyai

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam penelitian tugas akhir ini dibuat membran bioreaktor ekstrak kasar enzim α-amilase untuk penguraian pati menjadi oligosakarida sekaligus sebagai media pemisahan hasil penguraian

Lebih terperinci

STUDI TENTANG BAHAN PENIMBUL FOULING DAN CARA PEMISAHANNYA PADA CELLULOSA ACETATE BLEND MEMBRAN RO

STUDI TENTANG BAHAN PENIMBUL FOULING DAN CARA PEMISAHANNYA PADA CELLULOSA ACETATE BLEND MEMBRAN RO STUDI TENTANG BAHAN PENIMBUL FOULING DAN CARA PEMISAHANNYA PADA CELLULOSA ACETATE BLEND MEMBRAN RO Dyah Sulistyani R. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif ABSTRAK STUDI TENTANG BAHAN PENIMBUL FOULING DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi membran telah banyak digunakan pada berbagai proses pemisahan dan sangat spesifik terhadap molekul-molekul dengan ukuran tertentu. Selektifitas membran ini

Lebih terperinci

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS DENGAN MENGGUNAKAN FILTER MEMBRAN

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS DENGAN MENGGUNAKAN FILTER MEMBRAN PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 24 ISSN : 1411-4216 PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS DENGAN MENGGUNAKAN FILTER MEMBRAN Sasmito Wulyoadi dan Kaseno Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT Gedung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alginat

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alginat 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alginat Alginat merupakan biopolymer yang telah banyak diaplikasikan pada bidang industri makanan, minuman, tekstil, kertas, cat dan farmasi. Alginat pertama kali ditemukan oleh

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MEMBRAN FILTRASI DARI KHITOSAN DENGAN BERBAGAI JENIS PELARUT ABSTRACT

KARAKTERISASI MEMBRAN FILTRASI DARI KHITOSAN DENGAN BERBAGAI JENIS PELARUT ABSTRACT Karakterisasi Membran Filtrasi dari Khitosan. KARAKTERISASI MEMBRAN FILTRASI DARI KHITOSAN DENGAN BERBAGAI JENIS PELARUT Nastiti Siswi Indrasti, Suprihatin, dan Feny Silvia Departemen Teknologi Industri

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : 19630504 198903 2 001 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004, tanggal

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil. (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI ( )

LAPORAN PENELITIAN. Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil. (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI ( ) LAPORAN PENELITIAN Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI (0731010045) BAGUS ARIE NUGROHO (0731010054) JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air tidak pernah lepas dari segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal

BAB I PENDAHULUAN. Air tidak pernah lepas dari segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air tidak pernah lepas dari segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal kecil, seperti air minum untuk melepas dahaga hingga kincir air yang di manfaatkan sebagai

Lebih terperinci

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat

2.6.4 Analisis Uji Morfologi Menggunakan SEM BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat dan Bahan Penelitian Alat DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR ISTILAH... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY

BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY BAB III PEMILIHAN DAN PENGUJIAN MEMBRAN UNTUK SISTEM VAPOR RECOVERY Seperti yang telah disebutkan pada subbab 1., tujuan dari tugas akhir ini adalah pengembangan sistem vapor recovery dengan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Air bersih dan air murni merupakan bahan yang semakin penting dan juga langka dengan semakin majunya IPTEK, masyarakat dan peradaban industri. Sebaliknya berkat perkembangan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat EKSTRAKSI CAIR-CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa mampu mengoperasikan alat Liqiud Extraction dengan baik Mahasiswa mapu mengetahui cara kerja alat ekstraksi cair-cair dengan aliran counter current Mahasiswa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang Senyawa gliserol yang merupakan produk samping utama dari proses pembuatan biodiesel dan sabun bernilai ekonomi cukup tinggi dan sangat luas penggunaannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 25 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas hasil pencucian membran reverse osmosis dengan variasi konsentrasi larutan HCl dengan pompa low pressure, proses

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

Pengolahan Air Produk Reverse Osmosis Sebagai Umpan Boiler Dengan Menggunakan Ion exchange. Abdul Malik Maulana, Ariyanto S.

Pengolahan Air Produk Reverse Osmosis Sebagai Umpan Boiler Dengan Menggunakan Ion exchange. Abdul Malik Maulana, Ariyanto S. Pengolahan Air Produk Reverse Osmosis Sebagai Umpan Boiler Dengan Menggunakan Ion exchange Abdul Malik Maulana, Ariyanto S. Widodo Pembimbing : Ir. Kristinah Haryani, MT Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah perkebunan kelapa sawit adalah limbah yang berasal dari sisa tanaman yang tertinggal pada saat pembukaan areal perkebunan, peremajaan dan panen kelapa sawit.

Lebih terperinci

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK

4.1. TERMODINAMIKA ARSEN DALAM LELEHAN TEMBAGA DAN TERAK BAB IV PEMBAHASAN Dalam pemurnian anoda, unsur-unsur pengotor dihilangkan dengan cara memisahkan mereka ke dalam terak melalui proses pemurnian oksidasi. Untuk mengetahui seberapa baik proses pemisahan,

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.M. Rachimoellah, Dipl.EST Laboratorium Biomassa dan Konversi Energi

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.M. Rachimoellah, Dipl.EST Laboratorium Biomassa dan Konversi Energi Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.M. Rachimoellah, Dipl.EST Laboratorium Biomassa dan Konversi Energi LABORATORIUM BIOMASSA DAN KONVERSI ENERGI JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selulosa asetat merupakan ester asam organik dari selulosa yang telah lama dikenal di dunia. Produksi selulosa asetat adalah yang terbesar dari semua turunan selulosa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surfaktan Surfaktan (surface active agent) adalah senyawa amphiphilic, yang merupakan molekul heterogendan berantai panjangyang memiliki bagian kepala yang suka air (hidrofilik)

Lebih terperinci

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak TINGKATAN KUALISTAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI Pipih suptijah* ) Abstrak Kitosan adalah turunan dari kitin yang merupakan polimer alam terdapat pada karapas/ limbah udang sekitar 10 % - 25%.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL

TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL TEKNOLOGI PRODUKSI ENZIM MIKROBIAL Ani Suryani FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENDAHULUAN Sumber Enzim Tanaman dan Hewan Mikroba Enzim dari Tanaman Enzim dari Hewan Enzim dari Mikroba

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Teknologi membran telah banyak digunakan dalam berbagai proses pemisahan dan pemekatan karena berbagai keunggulan yang dimilikinya, antara lain pemisahannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KITSAN Kitosan adalah polimer alami yang diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitin adalah polisakarida terbanyak kedua setelah selulosa. Kitosan merupakan polimer yang aman, tidak

Lebih terperinci

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Contoh difusi : a. Difusi gas b. Difusi air Hukum I Ficks : Q = - D dc/dx Ket : D Q dc/dx = Koofisien

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Karakterisasi Awal Serbuk Bentonit Dalam penelitian ini, karakterisasi awal dilakukan terhadap serbuk bentonit. Karakterisasi dilakukan dengan teknik difraksi sinar-x. Difraktogram

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1. Pengaruh Putaran Pengaduk Terhadap Fluks Permeat Pengaruh putaran pengaduk terhadap fluks permeat pada modul RDMM terlihat pada Gambar 5. Pada Gambar 5 terlihat bahwa modul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gliserol Biodiesel dari proses transesterifikasi menghasilkan dua tahap. Fase atas berisi biodiesel dan fase bawah mengandung gliserin mentah dari 55-90% berat kemurnian [13].

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMURNI AIR PAYAU SEDERHANA DENGAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR MINUM MASYARAKAT MISKIN DAERAH PESISIR

RANCANG BANGUN ALAT PEMURNI AIR PAYAU SEDERHANA DENGAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR MINUM MASYARAKAT MISKIN DAERAH PESISIR RANCANG BANGUN ALAT PEMURNI AIR PAYAU SEDERHANA DENGAN MEMBRAN REVERSE OSMOSIS UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN AIR MINUM MASYARAKAT MISKIN DAERAH PESISIR Dewi L.K., Azfah R.A., Soedjono E.S. Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kitosan Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk ke dalam kelompok senyawa polisakarida. Kitosan adalah kitin yang terdeasetilasi sebanyak mungkin,

Lebih terperinci

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak

TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI. Abstrak TINGKATAN KUALITAS KITOSAN HASIL MODIFIKASI PROSES PRODUKSI Pipih suptijah* ) Abstrak Kitosan adalah turunan dari kitin yang merupakan polimer alam terdapat pada karapas/ limbah udang sekitar 10 % - 25%.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No.229 Bandung. Untuk keperluan

Lebih terperinci

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN

PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN PEMISAHAN DENGAN MEMBRAN Oleh: Susila K Kompetensi Dasar: Mahasiswa dapat memahami proses pemisahan dengan membran dan dapat mengaplikasikan metode pemisahan ini pada pemisahan analit suatu sampel Proses

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA 3 I. 3 Hasil yang Ditargetkan, Target penelitian ini adalah : untuk mendapatkan: gambaran phenomena fluk permeat terhadap tekanan dan konsentrasi bahan kimia pencucian membran; rejeksi membran; pengaruh

Lebih terperinci

KAJIAN EFEKTIVITAS MEMBRAN SELULOSA ASETAT PADA PROSES FILTRASI BERTAHAP UNTUK DESALINASI AIR LAUT

KAJIAN EFEKTIVITAS MEMBRAN SELULOSA ASETAT PADA PROSES FILTRASI BERTAHAP UNTUK DESALINASI AIR LAUT 1 KAJIAN EFEKTIVITAS MEMBRAN SELULOSA ASETAT PADA PROSES FILTRASI BERTAHAP UNTUK DESALINASI AIR LAUT INA ADE WINANI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut teknologi proses. Secara garis

Lebih terperinci

Rheologi. Rini Yulianingsih

Rheologi. Rini Yulianingsih Rheologi Rini Yulianingsih Sifat-sifat rheologi didefinisikan sebagai sifat mekanik yang menghasilkan deformasi dan aliran bahan yang disebabkan karena adanya stress Klasifikasi Rheologi 1 ALIRAN BAHAN

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 12 Mohammadi et al (2002) melakukan penelitian pencucian kimia menggunakan Sodium Hiroksida pada konsentrasi 0.6-0.8 menghasilkan hasil yang terbaik. Konsentrasi yang tinggi menyebabkan efisiensi pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan PENDAHULUAN Latar belakang Selulosa asetat merupakan salah satu jenis polimer yang penting dan banyak digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan (moulding), film

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PERCOBAAN KE 2 PEMISAHAN PROTEIN PUTIH TELUR DENGAN FRAKSINASI (NH 4 ) 2 SO 4 Disusun oleh : Ulan Darulan - 10511046 Kelompok 1 Asisten Praktikum : R. Roro Rika Damayanti (10510065)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Tekstil Limbah tekstil mengandung bahan-bahan yang berbahaya bila dibuang ke lingkungan, terutama daerah perairan. Sebagian besar bahan yang terdapat dalam limbah tekstil

Lebih terperinci

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi.

PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi. A B PERCOBAAN IV PEMBUATAN BUFFER Tujuan Menghitung dan pembuat larutan buffer atau dapar untuk aplikasi dalam bidang farmasi. Dasar Teori Larutan penyangga atau larutan buffer atau larutan dapar merupakan

Lebih terperinci