PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA PERDESAAN BERBASIS ECOVILLAGE DI DESA KETEP, KECAMATAN SAWANGAN, KABUPATEN MAGELANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA PERDESAAN BERBASIS ECOVILLAGE DI DESA KETEP, KECAMATAN SAWANGAN, KABUPATEN MAGELANG"

Transkripsi

1 PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA PERDESAAN BERBASIS ECOVILLAGE DI DESA KETEP, KECAMATAN SAWANGAN, KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI UUT KUSWENDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

2 RINGKASAN UUT KUSWENDI (A ) Perencanaan Lanskap Agrowisata Perdesaan Berbasis Ecovillage di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Skripsi. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dibimbing oleh Tati Budiarti dan Afra DN Makalew. Indonesia telah mengalami perubahan paradigma dalam konsep pembangunan nasionalnya. Hal itu terjadi sejak diberlakukannya otonomi daerah yang bertujuan mengembangkan daerah berdasarkan potensi nilai lokal yang dimilikinya termasuk dibidang pariwisata berbasis alam. Salah satu daerah yang sedang mengembangkan sektor pariwisatanya adalah Desa Ketep di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang yang juga penerima program Prima Tani dari Badan Litbang Departemen Pertanian. Desa ini sangat strategis tetapi memiliki tingkat bahaya yang cukup tinggi. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis keberlanjutan lanskap pertanian dan perdesaan berbasis ecovillage, mengidentifikasi dan menganalisis potensi objek dan atraksi wisata yang ada, merencanakan penataan agrowisata perdesaan berbasis ecovillage. Penelitian ini menggunakan metode Gold (1980) yang merupakan urutan dalam melakukan kegiatan perencanaan dan metode Gunn (1997) yang merupakan metode dalam merencanakan area wisata. Analisis data untuk mengetahui karakter dan tingkat keberlanjutan lanskap dilakukan dengan Community Suistainable Assesment (CSA) yang berasal dari Global Ecovillage Network. Analisis data untuk mengetahui potensi, kendala, amenity dan danger dilakukan dengan analisa kualitatif melalui kajian pustaka. Analisis data dari keinginan pengunjung dilakukan melalui analisis persepsi pengunjung. Hasil analisis selanjutnya disintesiskan dan direncanakan baik secara tertulis maupun secara visual. Hasil analisis CSA menunjukkan kalau Desa Ketep merupakan desa yang memiliki karakter lanskap perdesaan dan perbukitan yang masih memiliki ikatan kekeluargaan yang khas sesuai dengan tradisi leluhur. Hasil yang lainnya menunjukkan angka 779 pada skala untuk bobot total penilaian keseluruhan aspek. Nilai ini menunjukkan bahwa masyarakat desa ini berada pada awal yang baik menuju keberlanjutan. Nilai tersebut tersusun dari bobot total aspek ekologi (223), sosial (292), dan spiritual (264). Meskipun demikian, terdapat beberapa kekurangan yang perlu untuk diselesaikan dari ketiga aspek tersebut berdasarkan nilai yang diperoleh. Pada aspek ekologi desa ini memiliki kelemahan dalam hal pengelolaan limbah cair (12) dan padat (20). Aspek terlemah dari bobot total aspek sosial berada pada rendahnya pendidikan masyarakat yang sebagian besarnya hanya sampai sekolah dasar (23). Sedangkan aspek terlemah pada spiritual berada pada aspek gaya pegas masyarakat (21) dan penyaluran seni dan kesenangan (23). Hasil analisa potensi, kendala, amenity, dan danger menunjukkan potensi yang dimiliki oleh desa ini yaitu pemandangan lanskap perdesaan dan pertanian dan kondisi masyarakat yang masih asli. Kendala yang ditemukan diantaranya iii

3 tekait dengan sumber air yang terbatas dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Amenity yang ditemui yaitu terletak pada permukiman penduduk dan daerah Ketep Pass. Bahaya yang ditemukan diantaranya bahaya tanah longsor dan peristiwa gunung meletus mengingat daerah ini berada pada perbukitan Gunung Merapi dan Merbabu. Hasil analisis keinginan pengunjung melalui kuesioner menunjukkan bahwa daerah ini cocok untuk dijadikan area rekreasi (97%) karena daerah ini indah (66%), nyaman (85%), mudah diakses (81%), dan memberikan banyak pengalaman (60%). Selain itu, pengunjug juga menginginkan agar penambahan jenis atraksi wisata diperbanyak terutama kehutanan (22,8), perkebunan (20%), dan tanaman pangan (13,3%). Sedangkan aktivitas yang diminati oleh pengunjung diantaranya out bond (20%), piknik (11,4%), dan bermain (12,3%). Perencanaan lanskap dilakukan dengan mengikuti konsep perencanaan yang berbasis pendidikan yang memadukan antara potensi aktivitas budidaya pertanian dengan kondisi alam yang merupakan daerah konservasi untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan dunia pertanian. Perencanaan berbasis ecovillage ini berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan juga mempertahankan keberlanjutan dari tapak. iv

4 PERENCANAAN LANSKAP AGROWISATA PERDESAAN BERBASIS ECOVILLAGE DI DESA KETEP, KECAMATAN SAWANGAN, KABUPATEN MAGELANG UUT KUSWENDI A Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ii

5 Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotocopi, microfilm, dan sebagainya v

6 Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Agrowisata Perdesaan Berbasis Ecovillage di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang Nama : Uut Kuswendi NIM : A Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Tati Budiarti, M.S. Dr. Ir. Afra D.N Makalew, M.Sc. NIP NIP Diketahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. NIP Tanggal Lulus : vi

7 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Perencanaan Lanskap Agrowisata Perdesaan Berbasis Ecovillage Di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juni 2011 Uut Kuswendi A vii

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 8 April 1987 di Beber, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak kandung ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Wagiman (bapak) dan Eri Mastu (ibu). Pendidikan sekolah dasarnya diselesaikan pada tahun 1999 di SD Inpres Gondosuli, Yogyakarta dengan status lulusan terbaik. Selanjutnya, penulis melanjutkan proses pendidikannya ke SLTP Negeri 76 Jakarta Pusat dan lulus tahun Pada tahun 2005, penulis merampungkan pendidikan lanjutannya di SMU Negeri 27 Jakarta Pusat. Penulis berhasil masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2005 yang merupakan prestasi membanggakan dan berhasil masuk di Mayor Arsitektur Lanskap, Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Penulis sangat aktif di berbagai lembaga kemahasiswaan baik di dalam maupun di luar kampus. Tahun penulis terpilih menjadi ketua BEM TPB IPB (Badan Eksekutif Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama IPB). Tahun penulis melanjutkan karir organisasinya di Forum Komunikasi Rohis Departemen Fakultas Pertanian sebagai Ketua Departemen Syiar dan menjadi ketua FKRD untuk periode kepengurusan berikutnya. Pada tahun 2009, penulis diberi mandat untuk menjalankan amanah sebagai ketua FSLDKI (Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus IPB). Diluar kampus, penulis aktif di IMMPERTI (Ikatan Mahasiswa Muslim Pertanian Indonesia) sebagai tim penasihat. Selain itu, penulis pun mengabdi di LP3M2-YPI yang merupakan yayasan sosial, pendidikan dan dakwah yang berada di Jakarta sebagai staf pembinaan dan kewirausahaan. Penulis juga pernah mendapatkan penghargaan selama menempuh pendidikan di kampus. Penghargaan tersebut diantaranya adalah Mahasiswa Berprestasi tingkat Departemen tahun 2008, dan Aktivis Teladan Tingkat Fakultas Penulis pernah menjadi ketua tim PKM Artikel Ilmiah yang berjudul Pengujian Faktor Periode Simpan, Kondisi Ruang, Dan Media Penyimpanan Terhadap Viabilitas Benih Jagung tahun viii

9 KATA PENGANTAR Segala puji serta syukur bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat iman, islam dan kesehatan tiada hentinya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Perencanaan Lanskap Agrowisata Perdesaan Berbasis Ecovillage di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang ini dengan baik. Skripsi ini dibuat dalam rangka penyelesaian studi di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, sebagai bentuk rasa syukur penulis kepada Tuhan, penulis hendak menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS. selaku dosen pembimbing pertama yang banyak memberi bantuan, dukungan, bimbingan serta arahan selama penyelesaian skripsi. 2. Dr. Ir. Afra DN Makalew, M.Sc. selaku dosen pembimbing kedua yang juga telah banyak memberi masukan kepada penulis dalam mempertajam teori pada disiplin ilmu ini. 3. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr. selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan dan dorongan moril kepada penulis untuk melengkapi skripsi ini. 4. Ir. Indung Siti Fatimah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang banyak memberi nasihat dan motivasi selama penulis menjalani studi di IPB. 5. Bapak dan Emak dirumah yang telah membesarkan, membiayai serta mendoakan saya dalam setiap kesempatan baik dirumah maupun dimana pun. Erna dan Erwa selaku kakak dan adik atas dukungannya. 6. Reza, TB, Jumadi, Ardi, Adiba, Nies, Dien, Riki, Fikri, Deni, Riri, Gita, Siro dan seluruh teman-teman SMA 27 atas motovasi dan silaturahim yang senantiasa erat dengan nilai ukhuwah islamiyah. 7. Echa, Megami dan Tika selaku teman satu bimbingan yang senantiasa mengingatkan serta teman teman seperjuanga ARL 42 yang kompak. ix

10 8. Dena, Doni, Viki, Dindin, Toni, Yoki, Furqon, Mbak Dini, Ami, Johan dan teman-teman Faperta yang tidak bias saya sebutkan satu demi satu. 9. Seluruh orang-orang yang berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian, penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat. Bogor, Juni 2011 Penulis x

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL..... DAFTAR GAMBAR..... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Pikir... 4 II TINJAUAN PUSTAKA Wisata Desa Lanskap Perdesaan Desa Berkelanjutan Konsep Keberlanjutan dalam Lanskap Perencanaan Kawasan Agrowisata III METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian Persiapan Pengumpulan Data Analisis Data Sintesis Perencanaan Batasan Penelitian Bentuk Hasil Studi xiii xiv xvi IV HASIL DAN PEMBAHASAN Data dan Analisis Aspek Biofisik Letak Geografis, Luas dan Batas Tapak Aksesibilitas Iklim Tanah Vegetasi dan Satwa Hidrologi Aspek Sosial Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Tingkat keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep xi

12 Persepsi Pengunjung Objek Dan Atraksi Wisata Objek dan atraksi agrowisata tanaman hias dan buah Objek dan atraksi agrowisata. tanaman sayuran Objek dan atraksi agrowisata peternakan Objek dan atraksi agrowisata Teknologi pertanian Objek dan atraksi pendukung agrowisata Tempat-Tempat Rekreasi di Sekitar Desa Ketep Sintesis Konsep Perencanaan Pengembangan Konsep Konsep Ruang Konsep Aktivitas dan Fasilitas Konsep Sirkulasi Konsep Tata Hijau Perencanaan Lanskap Rencana Ruang Rencana Fasilitas dan Utilitas Rencana Sirkulasi Rencana Tata Hijau V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

13 Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Proses Perencanaan Lanskap Kriteria Penilaian Dalam Analisis Kemiringan Lahan Kriteria Penilaian Dalam Analisis Tata Guna Lahan Analisis Kondisi Jalan pada Tapak Persentase Kemiringan Tanah pada Tapak Persentase Penggunaan Lahan pada Tapak Jenis Tanaman Pertanian di Desa Ketep Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ketep Usia 5 Tahun Keatas Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Ketep Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Ketep Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep pada Aspek Ekologi Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep pada Aspek Sosial Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep pada Aspek Spiritual Analisis Potensi Desa Pengembangan Aktivitas Agrowisata Hasil Analisis dan Sintesis Rencana Penggunaan Ruang Rencana Penggunaan Ruang Untuk Aktivitas Agrowisata Pengembangan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata Rencana Fasilitas dan Utilitas xiii

14 Nomor DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Peta Lokasi Penelitian Model Zona Tujuan Wisata Jenis Jenis Kendaraan Umum Menuju Desa Ketep (a) angkot, (b) bus sedang, (c) bus besar, (d) ojek Peta Sirkulasi Eksisting pada Tapak Peta Zonasi Kemiringan Tanah Peta Tata Guna Lahan pada Tapak Hidrologi pada Tapak (a) Kondisi Mata Air pada Tapak, (b) Pipa-Pipa Penyalur Air Bersih Potensi Objek dan Atraksi Wisata di Dusun Ketep (a) kebun strawberi, (b) kios tanaman hias Potensi Objek dan Atraksi Wisata Tanaman Tomat Atraksi Memberi Makan Ternak Sapi Proses Pembuatan Konsentrat Pakan Ternak Atraksi Pendukung Agrowisata di Desa Ketep (a) ketoprak, (b) muludan Zona Pengembangan Agrowisata di Desa Ketep Konsep Pengembangan Ruang pada Tapak Konsep Sirkulasi pada Tapak Rencana Pengembangan Ruang dan Sirkulasi Ilustrasi Aktivitas di Ruang Tanaman Hias dan Buah (a) kios tanaman strawberi, (b) aktivitas memetik buah (c) kios tanaman hias, (d) kebun strawberi Aktivitas Pembuatan Konsentrat Artaksi Agrowisata di Ruang Sayuran (a) pembibitan, (b) pemanenan tomat Ilustrasi Aktivitas Pengunjung di Ruang Peternakan (a) memerah susu, (b) membuat bio gas (c) membuat kompos, (d) memeberi makan ternak Ilustrasi Gapura Selamat Datang xiv

15 23. Ilustrasi Fasilitas pada Ruang Pelayanan (a) tempat parkir, (b) gedung pengelola, (c) restoran, (d) saung Ilustrasi Jalan Primer pada Tapak Rencana Lanskap Agrowisata di Desa Ketep xv

16 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Persepsi dan Preferensi pengunjung Kriteria Penilaian PKM Kuesioner Pengunjung Hubungan Antar Ruang Kalender Musim Dan Pola Tanam Dominan Desa Ketep Dan Banyuroto xvi

17 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah mengalami perubahan paradigma dalam konsep pembangunan nasionalnya. Hal itu terjadi sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang tersebut menerangkan dengan jelas tentang perubahan konsep perencanaan, pengelolaan sumberdaya dan kelembagaan baik di tingkat pusat dan daerah. Dari sanalah kata desentralisasi atau yang lebih populer dengan otonomi daerah kita kenal dimana pemerintah daerah memerankan semua fungsi pengelolaan wilayah baik administrasi maupun pembangunannya. Diharapkan dengan lahirnya otonomi daerah tersebut, daerah dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya berdasarkan nilai-nilai lokal. Secara umum setiap daerah di Indonesia berusaha untuk mengembangkan seoptimal mungkin potensinya yang salah satunya adalah sektor pariwisata. Salah satu sumberdaya wisata yang sangat potensial adalah wisata berbasis pada sumberdaya alam termasuk lanskap perdesaan dan pertanian yang memiliki kekayaan dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan serta adat dan budaya lokal yang menyertainya. Basis pengembangan ini sangat vital mengingat sebagian besar wilayah Indonesia masih berupa perdesaan yang didominasi oleh akivitas pertanian dengan segala tradisi budayanya. Kondisi tersebutlah yang memiliki nilai atraktif dan turistik yang berpotensi untuk dikelola dan dikembangkan bagi kesejahteraan manusia. Salah satu daerah yang sedang mengembangkan sektor pariwisatanya adalah Desa Ketep. Desa yang berada di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang ini merupakan salah satu bagian dari Agropolitan Merapi Merbabu yang telah berkembang menjadi kawasan wisata yang populer. Objek utamanya adalah fenomena keunikan yang dimiliki oleh Gunung Merapi dan Merbabu. Meskipun demikian, terdapat beberapa kendala dalam mengembangkan kawasan ini seperti kerentanan kawasan terhadap potensi tanah longsor dari rombakan material vulkanik yang tinggi dan kawasan merupakan daerah rawan bencana bahaya satu yang termasuk ke dalam daerah yang harus diwaspadai. Selain itu

18 2 kawasan ini belum memiliki strategi yang tepat dalam menghadapi serbuan pengunjung akibat adanya Ketep Pass yang memiliki dampak positif dengan meningkatnya kegiatan ekonomi dan negatif seperti masalah sampah, limbah, tata guna lahan dan kerusakan lingkungan (DPTR Jateng, 2004) Pada dasarnya, daerah ini merupakan daerah pertanian yang subur yang juga berpotensi untuk dikembangkan menjadi daerah wisata pertanian (agrowisata). Hal itu juga didukung dari terpilihnya kawasan ini menjadi penerima Program Rintisan Dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani) pada tahun Prima Tani merupakan program dari Balitbang Departemen Pertanian yang berfungsi sebagai jembatan penghubung langsung antara Balitbang Pertanian sebagai penghasil inovasi dengan lembaga penyampaian inovasi (delivery system) maupun pelaku agribisnis (receiving system) pengguna inovasi. Program ini bertujuan mempercepat waktu, meningkatkan kadar dan memperluas prevalensi adopsi teknologi inovatif yang dihasilkan Balitbang Pertanian serta memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik dalam rangka mewujudkan penelitian dan pengembangan berorientasi kebutuhan pengguna (Deptan, 2005). Pengembangan Agrowisata berbasis ecovillage di Desa Ketep merupakan pendekatan yang ideal dikembangkan untuk menjembatani setiap potensi dan permasalahan yang ada di sana. Ecovillage merupakan sebuah konsep permukiman berskala manusia dengan fitur-fitur yang lengkap dimana kegiatan manusia yang berkaitan dengan alam tidaklah destruktif dalam rangka mendukung pembangunan manusia yang sehat dengan tetap mempertahankan lingkungan yang lestari dalam waktu yang tak terbatas. Konsep ini bertujuan menciptakan lingkungan ketetanggaan yang bersifat kekeluargaan dan gaya hidup yang lestari dengan memiliki landasan spiritual (Nurlaelih, 2005) dimana hal tersebut dibutuhkan untuk memberikan keseimbangan antara kebutuhan manusia dengan daya dukung alam. Dalam pelaksanaannya, konsep ini akan memposisikan masyarakat sebagai basis dari pengembangannya. Masyarakat akan berperan sebagai subyek sekaligus objek dari agrowisata tersebut sehingga kepemilikan terhadap agrowisata akan meningkat. Keterlibatan tersebut dapat tercermin dari pola

19 3 kehidupan mereka yang selalu menjaga dinamisasi dan keharmonisan antar sesama dan juga selalu menerapkan pola-pola pertanian konservatif atau pola pertanian yang mampu menjaga kelestarian lahan pertanian sebagai penyedia kebutuhan mereka. Pengembangan daerah wisata harus memperhatikan keaslian dan lokalitas dari seluruh sumberdaya alam dan budaya serta lingkungan agar tak terjadi degradasi (Bunn dalam Yuzni, 1994). Dengan begitu, peningkatan konservasi lingkungan, estetika dan keindahan alam, memberikan nilai rekreasi, meningkatkan kegiatan ilmiah dan ilmu pengetahuan dan juga ekonomi melalui peningkatkan pendapatan, peningkatkan standar hidup dan menstimulus sektorsektor produktivitas ekonomi dapat terwujud (Tirtawinata, 1996). Melalui identifikasi dan perencanaan agrowisata perdesaan berbasis ecovillage ini diharapkan potensi agrowisata yang ada di Desa Ketep dapat berkembang dan lestari. 1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis keberlanjutan lanskap pertanian dan perdesaan berbasis ecovillage. 2. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi objek dan atraksi wisata. 3. Merencanakan lanskap agrowisata perdesaan berbasis ecovillage. 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat sebagai berikut : 1. Menjadi masukan dan pertimbangan bagi masyarakat dan pemerintah Kabupaten Magelang untuk pengembangan agrowisata perdesaan yang berkelanjutan. 2. Menjadi bahan pertimbangan dalam usaha melestarikan lanskap perdesaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

20 4 1.4 Kerangka Pikir Desa Ketep merupakan salah satu desa yang memiliki lanskap pertanian dan perdesaan yang bagus. Desa ini berada pada ketinggian mdpl dengan variasi kemiringan yang beragam. Karakter perbukitan yang kuat makin tercermin dari alur sengkedan yang berada pada lahan-lahan pertanian penduduk. Pola permukiman yang masih tradisional dengan mengikuti arah ketinggian semakin mempertegas karakter yang dimiliki. Hal itu makin diperindah dengan keberadaan view Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang berada di arah Timur dan Selatan desa meskipun terdapat bahaya yang menyelimutinya disela-sela keindahan tersebut. Karakter lain yang bisa ditemukan pada desa ini adalah orisinalitas kehidupan masyarakat setempat. Masyarakat desa pada umumnya memiliki adat istiadat masyarakat jawa yang hingga kini masih mereka pegang teguh seperti penggunaan bahasa daerah, kesenian tradisional, pemukiman penduduk, dan juga tata krama dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, aktivitas ekonomi yang berbasis dari hasil bumi atau pertanian yang berlangsung dimasyarakat juga selalu memperhatikan prinsip-prinsip kekeluargaan. Ada hubungan yang sangat erat antara karakter lanskap pertanian tersebut dengan karakter sosial, ekonomi dan budaya pada desa ini. Hal itu diketahui dengan adanya hubungan yang saling mempengaruhi dan melengkapi antar keduanya. Karakter lanskap pertanian yang berbuki-bukit mempengaruhi masyarakat dalam pola bercocok tanam dan memanfaatkan sumberdaya alam tersebut tepatnya dalam menghidupkan kegiatan ekonomi dan bermasyarakat yang berbasis pertanian. Sedangakan karakter sosial, ekonomi dan budaya yang lebih dinamis akan selalu memberikan pengaruh terhadap pola-pola penggunaan lahan pertanian yang ada disetiap waktunya. Keduanya sangat menarik dan berpotensi untuk dijadikan daerah wisata tepatnya wisata berbasis pertanian. Oleh karena itu, Desa Ketep membutuhkan suatu perencanaan yang bisa mengakomodasi potensi dengan tetap memperhatikan keberlanjutan keduanya. Untuk mewujudkan hal itu, maka perlu dilakukan analisis kedua karakter tersebut. Analisis yang diperlukan yaitu analisis biofisik, sosial ekonomi dan potensi objek serta atraksi wisata yang keseluruhannya dibingkai dengan konsep

21 5 ecovillage. Setelah hal itu terpenuhi barulah perencanaan dapat dilakukan yang meliputi ruang, tata hijau, aktivitas, sirkulasi dan sarana yang dibutuhkan. Kerangka pemikiran penelitian tersebut tertuang selengkapnya pada Gambar 1. Lanskap pertanian dan perdesaan Karakter lanskap pertanian dan perdesaan Karakter sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Analisis bio-fisik, sumberdaya alam dan lingkungan berbasis ecovillage Analisis potensi objek dan atraksi wisata Analisis keberlanjutan masyarakat dan sosial ekonomi Sintesis Konsep pengembangan agrowisata Perencanaan lanskap agrowisata perdesaan berbasis ecovillage Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

22 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan yaitu harus bersifat sementara, harus bersifat sukarela dalam arti tidak terjadi karena dipaksa, dan tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran (Yoeti, 1997). Pada garis besarnya, definisi tersebut menunjukkan bahwa kepariwisataan memiliki arti keterpaduan yang keduanya dipengaruhi oleh faktor permintaan dan faktor ketersediaan. Faktor permintaan terkait oleh permintaan pasar wisatawan domestik dan mancanegara. Sedangkan faktor ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi, atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait dengan informasi serta promosi. Dari sanalah kebijakan terkait pengembangan pariwisata sangat diperlukan guna menjembatani keduanya (Yoeti, 1997). Salah satu jenis pariwisata yang berkembang saat ini adalah agrowisata. Menurut Bapenas (2004) agrowisata dapat diartikan sebagai pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan kekayaan alam. Secara umum, ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan diantaranya adalah kebun raya, perkebunan, budidaya tanaman pangan dan hortikultura, perikanan dan peternakan (Tirtawinata, 1996). Agrowisata pada prinsipnya merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung ke tempat wisata diselenggarakan. Aset penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan. Menyadari hal tersebut, masyarakat setempat perlu diajak untuk menjaga keaslian, kenyamanan dan kelestarian lingkungan (Subowo, 2002).

23 7 Agrowisata dapat memberikan dampak yang positif bagi lingkungan dan masyarakat. Diantara manfaat tersebut yaitu meningkatkan konservasi lingkungan, meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, memberikan nilai rekreasi, meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan serta mendapatkan keuntungan secara ekonomi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sarana dan fasilitas yang dibutuhkan dari sebuah agrowisata diantaranya jalan menuju lokasi, pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi, jalan dalam kawasan agrowisata, shelter, menara pandang, pesanggrahan, sarana penelitian, toilet, tempat ibadah dan tempat sampah (Tirtawinata, 1996). 2.2 Desa Desa menurut Undang Undang Pemerintah Daerah No. 32 Tahun 2004 didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Desa dibentuk dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan syarat lain sesuai dengan peraturan Menteri Dalam Negeri (Depdagri, 2007). Desa-desa yang berkumpul akan membentuk apa yang disebut kawasan perdesaan. Menurut UU No 24 Tahun 1994, Kawasan Perdesaan didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (Deppu, 2007). Setiap desa memiliki faktor pengikat berupa wilayah, politik desa, tokoh masyarakat, agama atau aliran agama dan leluhur atau makam serta ekonomi bersama. Kegiatan ekonomi masyarakat perdesaan pada umumnya menyatu dengan kegiatan sehari-harinya dimana rumah tangga di perdesaaan membagi suatu kegiatan nafkah dalam suatu kemampuan dukungan sosial yang beragam untuk dapat bertahan hidup dan meningkatkan taraf hidupnya. Terdapat ketergantungan antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam dalam kegiatan perekonomiannya (Hapsari, 2007).

24 8 2.3 Lanskap Perdesaan Lanskap perdesaan merupakan gabungan antara lanskap yang dikelola dan lanskap yang alami yang berada di desa. Lanskap tersebut tidak hanya menggambarkan bagian dari muka bumi yang tidak hanya dihuni untuk permukiman tetapi juga mampu mempreservasi lingkungan yang alami. Sumber daya alami, makanan dan habitat satwa liar mampu disediakan oleh lanskap ini yang memungkinkan manusia untuk hidup dilingkungan ekologi yang sangat beragam (Deppu, 2005). Pada umumnya, lanskap perdesaaan di Indonesia didominasi oleh ladang, sawah, kebun campuran, kebun buah dan kumpulan ternak yang digembalakan pada berbagai ketinggian (Brscic, 2005). Lanskap tersebut akan tampak berbeda antara dataran tinggi dengan rendah. Pada dataran rendah, dominasi lahan persawahan dengan hamparan tanaman dataran rendah akan terlihat jelas dimana pemukiman penduduk akan berada di tengah-tengah lahan tersebut. Sedangkan pada dataran tinggi, bentukan lanskap akan didominasi oleh tegalan atau kebun campuran dan juga hutan dimana pola permukiman penduduk akan tersebar mengikuti letak kemiringan. Baik pada dataran rendah ataupun dataran tinggi, keduanya memiliki pemandangan yang indah sebagai kesatuan lanskap dengan segala kesatuan unsur-unsur pembentuk lanskap tersebut. 2.4 Desa Berkelanjutan (ecovillage) Ecovillage adalah permukiman berskala manusia dengan fitur-fitur yang lengkap dimana kegiatan manusia yang berkaitan dengan alam tidaklah destruktif dalam rangka mendukung pembangunan manusia yang sehat serta berhasil tetap lestari dimasa depan dalam waktu tak terbatas (GEN, 2007). Ecovillage memiliki tujuan untuk menciptakan lingkungan ketetanggaan yang bersifat kekeluargaan dan gaya hidup lestari dengan memiliki landasan spiritual. Tujuan tersebut ditopang oleh prinsip ecovillage yang didasarkan pada modal infrastruktur yang ramah lingkungan, bangunan yang mandiri, energi yang terbarukan, pertanian berkelanjutan dan memiliki tujuan mencapai habitat yang berkelanjutan. Nila-nilai tersebut disatukan dengan melakukan pemusatan sistem dan sumber tenaga, air dan sanitasi sehingga skala pemukiman masyarakat ecovillage akan berupaya

25 9 mencari masyarakat dengan ukuran populasi kecil sehingga dampak ekologi yang ditimbulkan pun juga minimal (Nurlaelih, 2005). Ecovillage diwujudkan dalam bentuk cara hidup yang didasarkan pada pemahaman mendalam bahwa makhluk hidup dengan segala sesuatu akan saling berhubungan. Berdasarkan filosofi ini ecovillage dibagi kedalam 3 konsep yaitu ekologi, sosial dan spiritual. Global Ecovillage Network (2007) menerangkan bahwa konsep ecovillage pada aspek ekologi dipahami dengan : 1. Mengadakan perbaikan dan pelestarian lingkungan alam 2. Membangun tempat tinggal dengan bahan, metode dan rancangan bangunan yang ramah lingkungan dan berasal dari sumber daya lokal 3. Memaksimalkan produksi pangan lokal organik untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat 4. Melakukan kegiatan daur ulang barang konsumsi 5. Memaksimalkan efisiensi utilitas sumberdaya energi yang dapat diperbaharui 6. Mengelola limbah dan meminimalkan polusi Selanjutnya, konsep ecovillage pada aspek sosial dipahami dengan : 1. Bersikap terbuka serta menumbuhkan rasa percaya dan keamanan dalam lingkungan masyarakat 2. Mengutamakan kebebasan dalam menerima dan menyampaikan gagasan 3. Menciptakan jaringan komunikasi yang efektif 4. Saling membantu dan berbagi barang kebutuhan hidup dan sumberdaya 5. Menekankan pelayanan kesehatan pada kegiatan pencegahan, baik kesehatan fisik, mental dan spiritual 6. Mengutamakan toleransi dalam keragaman 7. Mengandalkan musyawarah dan diskusi dalam membuat keputusan atau penyelesaian konflik 8. Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan kelompok marjinal 9. Pemusatan kegiatan pendidikan secara menyeluruh 10. Menciptakan perekonomian lokal yang mampu bersaing dan berdampak minimal terhadap lingkungan

26 10 Konsep ecovillage pada aspek spiritual dipahami dengan : 1. Warisan seni dan budaya masyarakat terus dipertahankan sebagai jati diri masyarakat 2. Ungkapan kreativitas, nilai seni, budaya, keagaman dan nilai-nilai kepercayaan dihargai sebagai bagian dari masyarakat 3. Perasaan bersatu dan saling mendukung dalam kesenangan dan kesulitan 4. Rasa hormat dan dukungan kespiritualan yang dinyatakan dalam banyak cara 5. Kesepakatan dan visi bersama menyatakan komitmen terhadap warisan budaya, perdamaian dunia serta pembangunan manusia yang sehat 6. Kemampuan untuk bertahan dan bereaksi positif dalam menghadapi ancaman dari dalam maupun luar masyarakat 7. Pemahaman akan adanya ikatan dan saling ketergantungan antara manusia dengan sesamanya serta semua untur kehidupan di bumi 2.5 Konsep Keberlanjutan dalam Lanskap Pembangunan yang berkelanjutan dapat diartikan sebagai upaya memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa membahayakan generasi yang akan datang. Keberlanjutan selalu mengacu kepada pembangunan sistem ekologi, ekonomi dan sosial yang akan meningkatkan kehidupan tapi disisi yang lain tidak menghabiskan sumberdaya alam yang sangat terbatas. Untuk mencapainya maka pembangunan yang anti-lingkungan harus diganti dengan pembangunan yang ramah lingkungan baik fisik maupun sosial budaya (Sumarwoto, 2000). Lanskap berkelanjutan pada umumnya menggambarkan suatu lanskap yang mendukung kualitas lingkungan dan pemeliharaan kehidupan alami. Lanskap yang dirancang dengan prinsip keberlanjutan dapat memberi keuntungan diantaranya keindahan, kerusakan lingkungan yang menurun, penggunaan yang efektif terhadap air, ketersediaan habitat satwa liar, penghematan dalam penggunaan energi dan tenaga kerja (Nurlaelih, 2005). Pada lanskap perdesaan dan pertanian, pendekatan baru untuk membangun pertanian didasarkan pada sistem pengelolaan lahan dan tanaman yang ekonomis dalam jangka pendek dan dapat mempertahankan produktivitas lahan yang cukup tinggi dalam jangka panjang. Secara operasional, hal ini dapat diwujudkan dengan

27 11 penerapan Sistem Pertanian Konservasi (SPK). Sistem Pertanian Konservasi adalah sistem pertanian yang mengintegrasikan tindakan konservasi tanah dan air ke dalam sistem pertanian yang ada dengan tujuan meningkatkan pendapatan petani, meningkatkan kesejahteraan petani dan sekaligus menekan erosi sehingga sistem pertanian tersebut dapat berlanjut terus menerus. Oleh sebab itu dalam SPK akan diwujudkan ciri-ciri sebagai berikut (Sinukaban, 2007): 1. Produksi pertanian cukup tinggi sehingga petani tetap bergairah untuk melajutkan usahanya 2. Pendapatan petani yang cukup tinggi sehingga petani dapat merncanakan masa depan keluarganya 3. Teknologi yang diterapkan baik produksi maupun konservasi dapat diterapkan sesuai kemampuan petani dan diterima oleh petani dengan senang hati sehingga sistem pertanian tersebut dapat dan akan diteruskan oleh petani. 4. Komoditi pertanian yang diusahakan sangat beragam dan sesuai dengan kondisi biofisik daerah, dapat diterima petani dan laku di pasar 5. Laju erosi dalam batas minimal atau dibawah laju erosi yang ditoleransi 6. Sistem penguasaan/pemilikan lahan dapat menjamin keamanan dalan jangka panjang dan menggairahkan petani untuk berusaha tani Usaha untuk mencapai lanskap berkelanjutan dapat dilakukan dengan merancang sedemikian rupa dengan memperhatikan prinsip estetika, prinsip fungsional dan prinsip lingkungan. Prinsip estetika ditekankan kepada aksen, kontras, harmoni, repetisi dan kesatuan. Prinsip fungsional diarahkan kepada rancangan yang dapat digunakan dan menambah kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan prinsip lingkungan diarahkan pada perbaikan iklim mikro, peningkatan keragaman hayati, penurunan input sumberdaya dan input sumber daya yang terbuang dan pengefektifan daur ulang (Rodie dan Streich dalam Nurlaelih, 2005).

28 Perencanaan Kawasan Agrowisata Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan atau pengendalian terhadap proses pengembangan dan penataan suatu kawasan (Simond, 1983). Penataan dilakukan untuk memperbaiki suatu kawasan yang sudah mulai rusak yang didalamnya memuat rumusan dan berbagai tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Penataan berorientasi pada kepentingan masa depan terutama untuk mendapatkan suatu bentuk social good dan umumnya dikategorikan juga sebagai pengelolaan. Perencanaan wisata dalam hal ini agrowisata yang baik dapat membuat kehidupan masyarakat lebih baik, meningkatkan ekonomi, melindungi dan sensitif terhadap lingkungan dan dapat diintegrasikan dengan komunitas yang meminimalkan dampak negatifnya (Gunn, 1994). Perencanaan yang baik menurut Simond (1983) harus melindungi badan air dan menjaga air tanah, mengkonservasi hutan dan sumber mineral, meminimalkan erosi, menjaga kestabilan iklim, menyediakan tempat yang cukup bagi rekreasi dan suaka margasatwa serta melindungi tempat yang memiliki nilai keindahan dan ekologi. Oleh karena itu perencanaan dan penataan kawasan wisata sebaiknya dilakukan secara menyeluruh termasuk diantaranya inventarisasi dan penilaian sumberdaya yang cocok untuk wisata, perkiraan terhadap dampak lingkungan, perubahan tata guna lahan serta dampaknya (Dahuri dalam Yuzni, 2001) Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk pencapaian keadaan tersebut. Perencanaan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu: 1. Pendekatan sumberdaya yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas rekreasi dan wisata berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya. 2. Pendekatan aktivitas yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan yang dapat disediakan pada masa yang akan datang.

29 13 3. Pendekatan ekonomi yaitu penentuan tipe, jumlah dan lokasi kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi. 4. Pendekatan perilaku yaitu penentuan kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan perilaku manusia.

30 14 III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2009 sampai bulan Oktober Pengumpulan data dilakukan selama 2 minggu di lapangan. Selanjutnya, kegiatan analisis dan pengolahan data dilaksanakan di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga. Desa Ketep Tanpa Skala Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

31 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengikuti metode Gold (1980). Proses perencanaan dilakukan melalui pendekatan sumber daya dan aktivitas yang menjadi acuan dalam pengumpulan data. Dengan digunakannya kedua pendekatan tersebut diharapkan terjadi keterpaduan dalam merencanakan kawasan Ketep menjadi kawasan agrowisata. Alur proses tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Proses Perencanaan Lanskap No Tahapan Keterangan 1 Persiapan KONSEP AWAL : Tujuan Studi Konsep Dasar Fungsi 2 Inventarisasi ASPEK BIOFISIK : Letak geografis, luas, batas tapak Aksesibilitas Iklim Tanah Vegetasi dan satwa Hidrologi Akustik dan visual Fasilitas ASPEK SOSIAL : Keadaan sosial ekonomi masyarakat Tingkat keberlanjutan masyarakat Objek dan atraksi agrowisata Tempat-tempat rekreasi lainnya Kebutuhan pengunjung Kebutuhan pengelola Peraturan dan kebijakan 3 Analisis ANALISIS ELEMEN : Potensi Kendala Amenity Danger 4 Sintesis ALTERNATIF PENGEMBANGAN : Konsep Ruang Konsep Sirkulasi Konsep Tata Hijau Konsep Fasilitas dan Aktivitas 5 Perencanaan REKOMENDASI PERENCANAAN : Rencana Sirkulasi Rencana Ruang dan aktivitas Rencana tata Hijau Rencana Fasilitas

32 16 Tabel tersebut menerangkan bahwa metode ini terbagi menjadi 5 tahap yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan. Setiap tahap memiliki poin-poin tertentu yang merupakan syarat wajib bagi tahap selanjutnya. circulation gateway community linkage attraction Gambar 3. Model Zona Tujuan Wisata Dalam melakukan pengembangan konsep ruang, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Gunn (1997) seperti pada Gambar 3. Menurut Gunn tahapan penting dalam merencanakan daerah wisata yaitu merencanakan sirkulasi, jalan masuk, masyarakat, keberpaduan dan atraksi. Perencanaan sirkulasi dimaksudkan untuk membentuk sitem awal bagi kemudahan mengakses tapak. Jalan masuk direncanakan selanjutnya yang akan menentukan proses awal dari perjalanan wisata tersebut. Perencanaan berikutnya adalah masyrakat sebagai objek sekaligus subjek dari agrowisata yang diinginkan. Keterpaduan merupakan suatu perencanaan untuk saling menghubungkan antara atraksi yang ada. Terakhir yaitu merencanakan atraksi yang merupakan bentuk kegiatan yang mampu menarik minat pengunjung Persiapan Tahap ini berisikan tentang perumusan masalah, penetapan tujuan dan pemilihan lokasi penelitian. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposif) yang diarahkan kepada desa yang mendapatkan Primatani dari Departemen Pertanian yaitu Desa Ketep di Kecamatan Sawangan, Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang Pengumpulan Data (inventarisasi) Pengumpulan data dilakukan berdasarkan kebutuhan penelitian. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder seperti pada Tabel 1. Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya atau hasil observasi di lokasi penelitian yang didapat melalui pengamatan atau wawancara dengan menggunakan kuesioner yang terstruktur pada responden yang terkait langsung

33 17 dengan penelitian tersebut. Sedangkan data sekunder didapat dengan melakukan studi literatur dari pustaka yang ada ataupun berupa data-data yang berasal dari lembaga tertentu yang ada kaitannya dengan penelitian ini Analisis Data Tahap ini merupakan proses penyusunan karakter Desa Ketep di Kecamatan Sawangan yang meliputi potensi, kendala, amenity dan danger. Aspek yang dianalisis yaitu aspek biofisik dan sosial masyarakat. Kedua aspek ini akan dianalisis dengan penilaian CSA (Community Suistainability Assesment) yang berasal dari GEN (Global Ecovillage Network). CSA merupakan penilaian keberlanjutan masyarakat dari suatu daerah berdasarkan aspek ekologi, sosial dan spiritual. Penilaian ini dilakukan pada data yang diperoleh dari hasil pengisian kuesioner CSA dan pengamatan langsung selama di lapang. Hasil akhir CSA berupa skor yang akan mendeskripsikan akan tingkat keberlanjutan dari suatu masyarakat dan lingkungannya serta memberikan karakteristik lanskap dari suatu kawasan. Hal ini berguna bagi perencana dalam menentukan bentuk pengembangan perencanaan terhadap kawasan yang diteliti. Selain menggunakan CSA, penelitian ini juga menggunakan analisis deskriptif yang juga ditujukan kepada kedua aspek tersebut. Proses analisis ini menggunakan literatur dalam menganalisis data primer dan sekunder terkait dengan tapak yang berasal dari lembaga ataupun dari lapang. Hasil analisis ini dapat berupa gambar spasial ataupun kesimpulan kecil sebagai jawaban dari titik kritis potensi, kendala, amenity dan danger yang ada di tapak. Data yang digunakan untuk dianalisis yaitu peta kemiringan lahan dan peta tata guna lahan. Bentuk penilaian dilakukan bedasarkan Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Kriteria Penilaian Dalam Analisis Kemiringan Lahan Kelas Kemiringan (%) Kesesuaian Nilai A 0 3 Sesuai 2 B 3 8 Sesuai 2 C 8 15 Kurang sesuai 1 D Kurang sesuai 1 E > 45 Tidak sesuai 0 Sumber : Hardjowigeno (2007)

34 18 Tabel 3. Kriteria Penilaian Dalam Analisis Tata Guna Lahan Penggunaan Lahan Kesesuaian Nilai Kebun Sesuai 2 Permukiman Sesuai 1 Semak Belukar Kurang sesuai 0 Sumber : Hardjowigeno (2007) Untuk melengkapi hasil kedua analisis diatas maka penelitian ini juga melibatkan analisis salah satu aspek sosial yang penting yaitu opini dan keinginan pengunjung. Hal ini sangat penting mengingat pengunjung merupakan salah satu aspek penting dalam sektor pariwisata. Analisis dilakukan terhadap data hasil penyebaran kuesioner kepada 30 pengunjung tapak yang selanjutnya disusun untuk mendapatkan nilai tertinggi berdasarkan aspek telah ditentukan yang selanjutnya dijadikan kesimpulan kecil yang mewakili pengunjung secara keseluruhan. Hasil analisis ini pun berguna bagi perencana untuk melihat keinginan pengunjung terhadap tapak yang nantinya dijadikan pijakan dalam melakukan pengembangan Sintesis Sintesis merupakan tahap untuk memadukan setiap hasil analisis yang telah didapat sebelumnya. Hasil analisis yang berupa gambar spasial akan disintesiskan dengan cara meng-overlay-kan peta tematik hasil dari analisis data sehingga didapatlah zonasi ruang/block plan tertentu sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk pengembangan agrowisata. Peta hasil analsisi yang dioverlay-kan yaitu peta kemiringan lahan dan peta tata guna lahan. Sedangkan hasil sintesis yang berupa deskripsi berdasarkan literatur akan dijabarkan lebih rinci dan tersusun dengan penambahan solusi serta saran pengembangan terhadap titik kritis yang dimiliki baik potensi, kendala, amenity dan danger yang ada. Proses sintesis ini pada akhirnya memunculkan sebuah ide awal atau konsep yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam melakukan tahap perencanaan. Konsep ini mengacu pada potensi kawasan beserta segala permasalahannya. Konsep utama pengembangan akan mengacu pada upaya mendukung pertumbuhan kawasan sekaligus sebagai linkage dengan keberadaan potensi kawasan lainnya. A Dialogue Lanscape akan menjadi batasan untuk menjembatani perentangan pertentangan dalam kepentingan dan pemanfaatan

35 19 lahan yang ada di Desa Ketep. Konsep ini sudah sesuai dengan konsep ekovillage yang mengedepankan keseimbangan antara daya dukung lingkungan dengan pemanfaatan yang dikehendaki Perencanaan Perencanaan kawasan agrowisata merupakan tahap terakhir dari penelitian ini. Proses ini merupakan perealisasian hasil sintesis baik berupa block plan kawasan dan juga sintesis berupa deskripsi yang lebih rinci untuk kemudian dilakukan pengembangan dan penataan kawasan agrowisata dengan menggunakan konsep ecovillage. Selain hasil analisis dan sintesis yang nantinya mempengaruhi produk perencanaan, kemampuan berkreasi, imajinasi dan inovasi dari perencana juga menjadi faktor penting dalam merumuskan perencanaan tersebut baik dalam bentuk master plan. 3.3 Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi hingga penyusunan rencana penataan agrowisata perdesaan yang berkelanjutan berdasarkan karakter lanskap, lingkungan dan sosial ekonomi di daerah penelitian. 3.4 Bentuk Hasil Studi Ada dua bentuk hasil studi yang dihasilkan dari skripsi ini yaitu rencana tertulis dan rencana grafis. Rencana tertulis adalah perencanaan agrowisata yang dituangkan secara teoritis yang menjelaskan konsep perencanaan tapak dari awal hingga akhir. Hal itu meliputi deskripsi konsep tata ruang, tata hijau, tata rekreasi, edukasi, fasilitas dan sirkulasi. Rencana grafis adalah rencana yang dituangkan dalam bentuk model ataupun gambar yang menjelaskan rencana tertulis secara visual. Hal itu meliputi rencana tata ruang yang menggambarkan fungsi ruang dan aktivitas, rencana tata sirkulasi yang menghubungkan antar ruang fungsional, rancana tata letak fasilitas dan rencana lanskap.

36 20 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data dan Analisis Tapak merupakan bagian dari lanskap dalam bentuk alami atau buatan dengan ukuran dan karakter yang beragam serta dapat bersifat statis ataupun dinamis. Dua aspek penyusun tapak adalah aspek biofisik dan sosial yang keduanya saling mempengaruhi. Aspek biofisik dibentuk oleh iklim, tanah, vegetasi dan satwa, topografi, hidrologi, sense quality, tata guna lahan, fasilitas dan utilitas. Selanjutnya, aspek sosial dibentuk oleh kependudukan, opini dan keinginan pengguna tapak itu sendiri Aspek Biofisik Letak geografis, luas, dan batas tapak Secara geografis, Desa Ketep berada pada 110 o BT-110 o BT dan 7 o LS-7 o 31 0 LS (Bakosurtanal, 2001). Daerah ini termasuk ke dalam wilayah administrasi Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Desa Ketep berbatasan dengan Desa Wulunggunung di sebelah Utara, Desa Banyuroto di sebelah Timur, Desa Wonolelo di sebelah Selatan dan Desa Kapuhan di sebelah Barat. Batas di sebelah Utara dan Selatan merupakan batas alam yang terdiri dari ladang-ladang penduduk yang diselingi tanaman besar yang berkelompok. Sedangkan batas sebelah barat dan timur, batas wilayah terlihat jelas dengan adanya gapura desa di sebelah barat dan gapura Desa Banyuroto di sebelah timur terutama pada jalan menuju masuk desa. Tetapi meskipun demikian, pada kanan kiri dari jalan tersebut batas desa sudah kembali tersamarkan dengan banyaknya ladang milik penduduk. Untuk itu diperlukan gapura penanda terutama pada perbatasan Desa Ketep dengan Desa Kapuhan dan Desa Ketep dengan Desa Wonolelo agar keberadaan desa lebih mudah untuk dikenali. Desa dengan luas ha dan berada pada ketinggian mdpl ini merupakan salah satu desa yang dilalui oleh Jalur Solo-Selo-Borobudur yang sering dilalui kendaraan dari Boyolali ke Magelang atau sebaliknya. Desa Ketep yang terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Ketep, Dusun Dadapan, Dusun

37 21 Gondang Sari, Dusun Gintung dan Dusun Puluhan ini pun memiliki bentang alam lahan pertanian yang luas dan panorama alam yang bagus sehingga dapat mendukung berkembangnya tapak sebagai kawasan agrowisata Aksesibilitas Desa Ketep berada pada jalur penting Solo-Selo-Borobudur. Ibu kota kecamatan, Tlatar, berjarak 5,3 km dari desa ini. Jarak Desa Ketep dengan ibukota kabupaten (Mungkid) adalah 24 km sedangkan dengan ibukota provinsi (Semarang) adalah 102 km. Waktu yang dibutuhkan untuk menuju ibukota kecamatan adalah 15 menit dan satu jam untuk mencapai ibukota kabupaten (DSPM Jateng, 2007). Pengunjung dapat mencapai desa ini dengan berbagai jenis kendaraan baik angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Kendaraan umum yang tersedia berupa angkot sedangkan angkutan pribadi yang memungkinkan untuk melalui Ketep yaitu sepeda motor, mobil dan bus dengan ukuran sedang serta besar. Pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi dapat mencapai desa tersebut melalui ketiga jalur yang ada. Apabila menggunakan kendaraan umum, pengunjung dapat menumpang kendaraan umum (angkutan perkotaan) seperti pada Gambar 5 dari Pasar Talun menuju Desa Banyuroto atau Pasar Jrabat sekitar 30 menit perjalanan. Sebelum mendapati angkutan tersebut pengunjung harus menumpang terlebih dahulu angkutan kota dari arah pertigaan simpang Ketep (Blabak) menuju Tlatar sekitar 30 menit perjalanan. Kendaraan umum tersebut hanya tersedia bagi pengunjung yang menggunakan jalur Barat. Secara umum jalan yang ada telah beraspal terutama jalan kabupaten yang membelah kedua desa tersebut. Lebar badan jalan sudah mencapai 6-8 meter pada jalan kabupaten. Sedangkan pada jalan desa hanya berkisar antara 4-5 meter. Jalan-jalan desa yang ada juga relatif bagus meskipun belum teraspal. Jalan-jalan ini sangat penting mengingat jalan ini adalah jalur produksi bagi warga. Selain itu keberadaan jalan ini juga menjadi vital untuk dipertahankan bahkan dikembangkan karena dari sanalah ide pengembangan lanskap ini dalap dimunculkan. Ilustrasi kondisi jalan dan jenis angkutan umum dari penjelasan di atas dapat dilihat pada Gambar 4.

38 22 (a) (b) (c) (d) Gambar 4. Jenis - Jenis Kendaraan Umum Menuju Desa Ketep (a) angkot, (b) bus sedang, (c) bus besar, (d) ojek Meskipun akses jalan menuju desa sudah bagus tetapi ada beberapa faktor yang mengakibatkan jalan menjadi rawan kecelakan. Hal itu dapat kita lihat dari hasil analisis kondisi jalan pada Tabel 4. Dari sana kita dapat menduga bahwa faktor topografi menjadi salah satu faktor yang menentukan mengingat jalan akan berkelok, naik turun dan bertikungan curam sehingga memungkinkan kendaraan hilang kendali. Selain itu kondisi jalan yang belum memiliki pedestrian dan lampu jalan juga menambah rawan jalan ini jika kabut telah turun. Oleh karena itu penambahan fasilitas jalan seperti rambu-rambu lalu lintas, lampu penerangan, pedestrian dan dinding pembatas jalan sangat diperlukan guna meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna tapak. Desa Ketep dapat diakses melalui tiga jalur seperti yang tertera pada Gambar 5 yaitu jalur barat (melewati ibu kota kecamatan Sawangan), melalui jalur timur (melewati kecamatan Pakis dan Desa Banyuroto) dan melalui jalur selatan (melalui perbatasan Magelang-Boyolali). Jalur barat dapat ditempuh dengan menelusuri jalan provinsi Magelang-Yogyakarta yang dilanjutkan dengan

39

40 Tabel 4. Analisis Kondisi Jalan pada Tapak Kondisi Jalan Potensi Analsisis Kendala Solusi 1. Akses masuk dan jalur wisatawan Terdapat 3 akses masuk ke dalam tapak 2. Badan jalan Dilalui oleh jalan Kabupaten dengan kondisi beraspal 3. Pohon pelindung Sudah ada beberapa pohon pengarah jalan akan tetapi belum seluruhnya Penggunaan alur yang sama antara masyarakat dan wisatawan Tidak adanya pedestrian Jalan desa yang belum beraspal dan sempit Jalan desa langsung bersentuhan dengan pemukiman 4. Fasilitas jalan Kurangnya fasilitas pendukung jalan baik jalan utama ataupun jalan desa Pemberian gapura penanda di masing-masing pintu masuk desa Penyediaan jalur pedestrian di tempat yang berpotensi untuk pejalan kaki tinggi Pemberian fasilitas pendukung jalan seperti rambu jalan, dan lampu penerangan Pengaspalan jalan atau pemadatan jalan desa serta pelebaran jalan. Penambaha pohon pelindung dan pengarah jalan Penanaman pohon pada jalan di permukiman warga. Pemberian fasilitas pendukung jalan seperti rambu jalan, lampu penerangan, dan papan informasi.

41 25 jalan kabupaten menuju arah Boyolali pada pertigaan Blabak. Jalur sebelah timur dapat ditempuh dari kabupaten Salatiga ke arah selatan melewati Kecamatan Ngablak dan Pakis. Selain itu desa ini dapat ditempuh melalui jalur selatan yang diawali dari Kabupaten Boyolali yang selanjutnya menelusuri jalur Solo-Selo- Borobudur Iklim Desa Ketep yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Sawangan mempunyai tipe iklim basah dengan pola hujan IIIA. Kondisi iklim terdiri dari 8 bulan basah (Oktober-Mei) dan 4 bulan kering (Juni-September) Suhu rata-rata kawasan adalah o C (Galih, 2009). Sedangkan curah hujan kawasan ini yaitu mm/tahun dengan banyaknya hari hujan 125 hari (BPS, 2007). Berdasarkan ketinggiannya yaitu mdpl menurut klasifikasi Junghun wilayah ini termasuk ke dalam iklim sedang karena daerah ini berada pada ketinggian mdpl. Berdasarkan hal itu, jenis tanaman yang cocok pada wilayah seperti ini yaitu tembakau, teh, kopi, kakau, kina dan berbagai jenis sayuran. Jenis tanaman seperti ini akan sangat menunjang konsep pengembangan kawasan yang akan dijadikan sebagai agrowisata Tanah Jenis tanah daerah ini didominasi oleh Andisol dan Inseptisol. Kedalaman solum tanah di wilayah Desa Ketep 50% kurang dari 50 cm dan 50% antara cm (Deptan, 2005). Andisol merupakan tanah yang memiliki sifat umum yaitu berwarna cokelat sampai hitam, sangat porous, sangat gembur, tidak plastis, tidak lekat, struktur granuler, ph 4,5-6, mengandung bahan organik antara 2-8 %, kejenuhan basa rendah, memiliki KPK tinggi, rendah kadar P dan kelembaban tanah lebih dari 15 %. Sedangkan Inseptisol adalah tanah yang memiliki epipedon okrik dan horison albik (Rachim, 2002). Hal ini menandakan kalau daerah ini tergolong daerah yang subur terutama untuk menunjang kegiatan budi daya tanaman.

42 26 Kondisi topografi dari Desa Ketep sangat bervariasi. Desa ini tidak memiliki lahan datar. Kondisi itu lebih disebabkan karena letak desa yang berada diperbukitan sehingga corak umum dari kemiringan tanah berkisar antara bergelombang hingga sangat curam. Hal itu dapat diketahui dari Tabel 5 yang merupakan hasil analisis dari data peta topografi Bakosurtanal tahun Tabel 5. Persentase Kemiringan Tanah pada Tapak Kelas Kemiringan (%) Luas (ha) Persentase Luas (%) Lereng Permukaan A datar B ,32 20 landai C ,8 30 agak miring D , curam E > 45 68, sangat curam Sumber: Hasil Analisis Tapak (2010) Tabel tersebut menunjukkan bahwa lahan di Desa Ketep didominasi oleh lahan curam (36%). Hal ini mengindikasikan agar penggunaan area ini tidak seintensif daerah yang lebih landai darinya mengingat area ini sangat mudah longsor. Akan tetapi daerah ini pun memiliki potensi untuk dikembangkan mengingat persebarannya yang lebih strategis dari pada yang lainnya karena posisinya yang dilalui oleh jalan. Tabel tersebut juga menerangkan bahwa 14% dari luas desa ini terdiri dari lahan sangat curam. Berdasarkan peta tata guna lahan dari Bakosurtanal yang tertera pada Gambar 7, sebagian besar wilayah tersebut terdapat pada lembahlembah yang berada diantara bebukitan desa. Keberadaan daerah ini sangat penting, terutama sebagai daerah resapan air hujan dan pelindung tanah sehingga peluang untuk terjadinya longsor dapat diperkecil. Oleh karena itu daerah ini cocok untuk dijadikan area konservasi yang keberadaannya perlu untuk dipertahankan. Menurut analisis literatur, daerah pada desa ini yang berpotensi untuk dikembangkan yaitu pada daerah dengan kemiringan landai (3-8%) dan agak miring (8-15%). Pada daerah ini dapat dikembangkan apa saja seperti pemukiman, dan sarana penunjang wisata lainnya seperti bangunan tempat istirahat, tempat duduk-duduk, shelter. Akan tetapi mengingat jumlahnya yang sedikit dan penyebaran yang acak tentu hanya daerah yang dianggap strategislah yang akan

43 27 dikembangkan. Letak kemiringan dapat dikatakan strategis bila mudah diakses dan memiliki cukup luasan. Pola penyebaran kemiringan lahan pada desa ini dapat dilihat pada Gambar 6. Secara spasial penyebaran zona kemiringan lahan tidak merata atau terpecah-pecah. Pada bagian Barat, desa ini lebih didominasi oleh daerah dengan kelas B (landai). Pada bagian Selatan, desa ini didominasi oleh daerah dengan kelas E dan C. Sedangkan bagian Utara didominasi oleh kelas D. Bagian tengah dari desa didominasi oleh kelas D yang merupakan puncak desa yaitu Ketep Pass. Selanjutnya pada bagian Timur didominasi oleh kelas C dan D mengingat wilayah ini sudah mendekati Desa Banyuroto yang memiliki kemiringan lahan yang landai. Setiap kelas kemiringan dan pola penyebarannya yang tertera pada Gambar 6 memiliki pola penggunahan lahan yang berbeda-beda pula. Perbedaan tersebut akan tampak jelas jika dilihat dari Gambar 7. Dari gambar tersebut kita dapat mengetahui bahwa penggunaan lahan pada desa ini terbagi menjadi 3 yaitu permukiman, tegalan dan kebun serta semak belukar. Hal ini sesuai dengan data dari BPS Kabupaten tahun Jika dianalisis lebih jauh dengan meng-overlaykan peta tata guna lahan dengan peta zonasi kemiringan maka kita akan mengetahui bahwa tegalan permukiman pada kelas dan kebun berada pada kelas kemiringan B, C, D lalu permukiman pada kelas keiringan B, C, D serta semak belukar pada kelas kemiringan E. Selain pola penggunaan lahan, kita juga dapat mengetahui luasan dari penggunaan lahan tersebut. Penggunaan lahan merupakan gambaran dari aktivitas warga dalam memanfaatkan lahan yang ada di lingkungan mereka. Secara tertulis luasan penggunaan lahan pada tapak tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase Penggunaan Lahan pada Tapak Peruntukan lahan Luas (ha) Persentase luas (%) Permukiman 20,48 4,88 Semak belukar 194,56 46,42 Tegalan/kebun 203,885 48,7 Sumber: Hasil Analisis Tapak (2010)

44

45

46 30 Dari data yang ada, proporsi terbesar dari penggunaan lahan pada tapak adalah untuk tegalan dan kebun yaitu seluas 203,885 ha. Ini menunjukkan bahwa alokasi lahan untuk kegiatan produksi dan pencukupan kebutuhan sangatlah tinggi. Selain itu, data tersebut memberitahukan bahwa penggerak utama roda perekonomian masyarakat berasal dari sektor pertanian yang dalam hal ini sangat sesuai dan mendukung dari konsep agrowisata yang akan dikembangkan. Proporsi terbesar kedua dari pola penggunaan lahan adalah semak belukar yaitu seluas 194,56 ha. Data ini menunjukkan bahwa daerah yang tidak bisa bahkan sulit untuk dibangun dan dimanfaatkan juga sangat tinggi. Hal ini terjadi karena area ini memegang peranan penting sebagai pelindung tanah serta daerah resapan air mengingat letaknya yang berada pada lembah-lembah perbukitan. Selain itu akses menuju area ini juga tergolong sulit karena hanya tersedia jalan setapak yang cukup terjal. Jika dibandingkan antara data pertama dengan kedua maka akan terlihat bahwa daerah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agrowisata tidak jauh berbeda dengan daerah konservasi yang harus dilindungi. Hal ini merupakan sinyal agar pengembangan lanskap agrowisata harus hati-hati serta memperhatikan keseimbangan terhadap alam. Secara umum, lahan pada daerah Ketep yang dapat dikembangkan menjadi daerah agrowisata berada pada kelas B, C dan D. Pada lahan subur tersebut memungkin diadakannya bangunan infrastruktur wisata pertanian. Akan tetapi luasan daerah yang digunakan juga sangat ditentukan dari ada atau tidaknya atraksi pada daerah tersebut baik berupa pemandangan ataupun aktivitas masyarakat, potensi dan juga kemudahan akses dalam menjangkau tempat tersebut serta kemungkinan bahaya mengingat daerah ini juga memiliki area konsevasi yang cukup luas dan tersebar Vegetasi Dan Satwa Vegetasi di Desa Ketep terbagi menjadi dua yaitu tanaman non-pertanian dan tanaman pertanian. Tanaman non-pertanian diantaranya Bambu (Bamboosa vulgaris), Rumput Gajah (Pennisetum pupureum, Alang-alang (Imperata cylindrical), rerumputan dan tanaman liar yang tumbuh di lembah-lembah

47 31 perbukitan. Sedangkan tanaman pertanian merupakan jenis tanaman budi daya utama yang ditanam pada pekarangan dan tegalan untuk kebutuhan pangan dan produksi. Tanaman tersebut dapat berupa tanaman pangan, hortikultura, obatobatan dan industri. Beberapa jenis tanaman pertanian yang dibudidayakan oleh masyarakat setempat dapat dilihat pada Tabel 7. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa tanaman pertanian yang terdapat di dalam tapak cukup beragam. Berdasarkan kalender musim dan pola tanam di Desa Ketep dan Banyuroto yang terdapat pada Lampiran 4, dapat ditentukan bahwa tanaman cabai, tomat, kol dan tembakau merupakan tanaman yang sering ditanam dan menjadi salah satu komoditas utama tanaman hortikultura dimana hampir sepanjang musim hujan tanaman ini akan selalu ada dan ditanam oleh penduduk. Hal ini menunjukkan keempat tanaman tersebut dapat dijadikan sebagai tanaman utama dalam pengembangan agrowisata mengingat kontinuitas ketersediaannya yang memadai sepanjang tahun. Tabel 7. Jenis Tanaman Pertanian di Desa Ketep No Nama Lokal Nama Ilmiah 1 Jagung Zea Mays 2 Strawberi Faragaria ananassa 3 Cabai Capsicum annum 4 Labu Siam Sechium edule 5 Kubis Brassica sp. 6 Nangka Arthocarpus heterophylla 7 Tembakau Nicotiana tabaccum 8 Tomat Solanum licopersicum 9 Pisang Musa paradiciaca 10 Pepaya Carica papaya 11 Kelapa Cocos nusifera 12 Buncis Vigna sinensis 13 Kopi Coffea Arabica 14 Bawang Daun Allium fistulosum 15 Salak Salaca indica 16 Lidah Mertua Sanseviera Trifasciata 17 Puring Codieum variegatum 18 Hanjuang Dracaena fragans 19 Aglonema Aglonema sp. 20 Bogenfil Bougainfillea spectabilis 21 Bayam Merah Amaranthus sp. 22 Kembang Sepatu Hibiscus rosasinensis Sumber: Hasil Survei (2009)

48 32 Selain keempat tanaman tersebut, tanaman yang memiliki nilai jual dan menunjang pengembangan agrowisata yaitu strawberi, nangka dan tanaman hias. Tanaman strawberi berpeluang untuk dikembangkan menjadi oleh-oleh khas dataran tinggi. Tanaman ini memungkinkan untuk ditanam disepanjang jalur jalan utama sehingga pengunjung mudah mengaksesnya. Pemberian pengetahuan khusus perlu diberikan kepada petani jika ingin mengembangkannya lebih jauh. Tanaman selanjutnya adalah nangka. Secara khusus tanaman ini tidak akan dijadikan objek agrowisata secara langung tetapi potensi yang bisa dikembangkan adalah pengolahan buah nangka itu sendiri. Hal itu didukung dengan adanya kelompok ibu tani yang sedang mengembangkan usaha pengolahan buah nangka menjadi dodol dan pengembangan begonia serta anggrek. Jika tanaman ini dibudidayakan lebih intensif, maka kecukupan bahan baku akan nangka akan tercukupi sehingga produk olahan nangka ini pun dapat menjadi oleh-oleh bagi pengunjung agrowisata Ketep. Tanaman lain yang berpotensi yaitu tanaman hias. Tanaman ini banyak dibudidayakan oleh warga. Bahkan, beberapa kelompok tani ada yang mengembangkan tanaman hias ini. Tanaman ini banyak didaerah pemukiman penduduk. Sentra-sentra tanaman hias dapat ditemukan di Dusun Ketep, Gintung dan Gondang Sari. Pada umumnya, penyebaran vegetasi pada tapak terbagi menjadi 3 yaitu tipe penyebaran linier, geometrik dan alami. Penyebaran linier merupakan penyebaran vegetasi yang mengikuti jalur jalan dan bantaran sungai yang memberi kesan tegas dalam membentuk sebuah koridor. Tanaman non-pertanian lebih dominan dalam membentuk penyebaran tersebut. Penyebaran geometrik merupakan penyebaran tanaman yang membentuk bidang lahan yang terpola dan membentuk pandangan yang menyebar atau bidang-bidang kecil pada halaman pemukiman yang membentuk kesan estetis. Sedangkan penyebaran alami merupakan penyebaran vegetasi yang mengikuti bentukan lahan yang dapat memberi kesan luas jika dilihat dari kejauhan. Dominasi tanaman non-pertanian banyak ditemukan dalam membentuk ruang ini. Selain vegetasi, ditemukan pula beberapa jenis satwa pada tapak. Satwa yang ada pada daerah ini terbagi atas dua jenis yaitu satwa liar yang berhabitat

49 33 pada tapak dan satwa yang dibudidayakan oleh masyarakat yang lazim disebut sebagai ternak. Satwa liar yang ditemukan di tapak diantaranya burung elang, kadal, bajing, kera, rusa, ular dan berbagai jenis serangga. Satwa ini dapat ditemukan pada daerah-daerah seperti ladang, pepohonan di tepi jalan dan bantaran sungai serta hutan yang ada di lembah-lembah perbukitan. Hewan ternak yang ditemukan di tapak antara lain kelinci, ayam, sapi, kambing, itik dan burung. Satwa-satwa tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai bagian dari objek dan atraksi agrowisata terutama sapi. Kegiatan yang bisa dikembangkan diantaranya memerah susu, memandikan hewan ternak, mengikuti proses budidaya hewan tersebut, membeli hasil olahan ternak serta memburu pemandangan hewan tersebut. Hal ini pun sangat ditunjang dengan adanya Prima Tani melalui pengembangan sapi pedaging yang pernah ada di Dusun Puluhan. Meskipun berjalan tersendat tetapi jika diberikan pengarahan dan pendampingan kembali kepada kelompok tani yang mengelola maka sangat memungkinkan dapat berkembang dan menciptakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung Hidrologi Bentuk badan air yang ada di desa ini merupakan badan air alami yang terdiri terdiri dari sungai dan mata air. Mata air terletak pada Dusun Puluhan (1 buah), Ketep (1 buah) dan Gondang Sari (4 buah) (Profil Desa Ketep, 2007). Sungai-sungai yang ada di desa ini merupakan sungai-sungai kecil yang terbentuk di lembah perbukitan desa dimana sumber airnya berasal dari celah-celah bebatuan yang ada. Lebar dari aliran ini berkisar antara 1-3 meter. Kondisi badan air yang ada relatif baik. Hal itu terlihat dari masih terlindungnya badan air tersebut dengan rerimbunan pohon yang merupakan pengikat air hujan dan pengikat air tanah. Selain itu kualitas air seperti kejernihan dan kebersihan yang ada juga tergolong baik. Kondisi tersebut tergambar dari Gambar 8. Sungai-sungai yang ada di desa ini bersifat temporer/musiman. Meskipun terdapat alilran air akan tetapi aliran tersebut sangat kecil. Biasanya aliran sungai akan lebih besar jika telah memasuki musim hujan meskipun tingkat kenaikannyapun tidak signifikan. Sedangkan pada musim kemarau aliran sungai akan kecil bahkan cenderung kering.

50 34 (a) (b) Gambar 8. Hidrologi pada Tapak (a) Kondisi Mata Air Pada Tapak, (b) Pipa-Pipa Penyalur Air Bersih Sumber air baik untuk konsumsi ataupun usaha pertanian Desa Ketep berasal dari air hujan dan mata air yang ada diwilayah ini. Air hujan yang biasanya turun bersamaan dengan datangnya musim hujan atau peristiwa turunnya kabut akan memberikan suplai air tanah. Sedangkan mata air yang ada masih dalam kondisi baik meskipun jumlah air yang dihasilkan kurang stabil dan belum mampu mencukupi kebutuhan penduduk desa. Drainase di Desa Ketep terbagi menjadi dua yaitu alami dan buatan. Drainase alami merupakan drainase yang mengikuti topografi yang ada pada tapak. Air mengalir dari puncak bukit dan teras tegalan menuju lembah sempit yang terdapat disela-sela perbukitan desa menuju ke arah barat. Drainase buatan merupakan drainase yang sengaja dibuat oleh masyarakat seperti pada lahan tegalan, sepanjang koridor jalan dan permukiman penduduk. Secara umum kondisi drainase pada tapak bervariasi. Drainase alami pada tapak seperti sungai dan saluran alami relatif baik. Hal itu dikarenakan keberadaan pepohonan yang berfungsi sebagai pelindung badan air masih terpelihara. Sedangkan kondisi drainase buatan terlihat kurang baik terutama pada daerah permukiman. Kondisi demikian karena masyarakat perdesaan belum memiliki perencanaan dalam mengatur saluran air mereka sehingga mereka mengalirkan limbah rumah tangganya ke dalam parit-parit yang ada di depan atau belakang rumah mereka bahkan ke dalam jurang yang ada. Kebutuhan air minum sehari-hari bagi penduduk didapat dari sumber mata air yang berasal dari Desa Banyuroto, Dusun Gondang Sari, Dusun Ketep dan

51 35 Dusun Puluhan. Air tersebut dialirkan melalui pipa-pipa PVC ataupun selang plastik dengan panjang ratusan meter yang dapat kita lihat pada Gambar 8. Biasanya terdapat stasiun pengumpul air pada tiap-tiap posisi yang berfungsi mengumpulkan air sebelum disalurkan ke rumah-rumah peduduk. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan air yang hilang karena meresap kedalam tanah jika dialirkan secara alami melalui drainase alami ataupun buatan. Perlu suatu area khusus untuk memberikan perlindungan pada daerahdaerah di dalam desa yang berfungsi sebagai resapan air hujan dan sumber mata air. Hal itu bisa dilakukan dengan menetapkan kebijakan ruang konservasi di beberapa daerah yang berfungsi seperti itu. Selain itu diperlukan pembangunan infrastruktur khusus untuk mengalirkan air dari mata air tersebut ke daerah pemukiman seperti penyediaan pompa air, stasiun penampungan air dengan kapasitas yang cukup besar Aspek Sosial Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Menurut data dari BPS 2007 dan profil desa, jumlah penduduk Desa Ketep adalah jiwa dengan rincian pria dan wanita yang tersusun ke dalam 573 KK dengan 15 RT dan 6 RW. Setengah penduduk desa hanya berpendidikan rendah yaitu tamat SD. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Ketep Usia 5 Tahun Keatas No Tingkat Pendidikan Banyak Penduduk 1 Tamat PT 9 2 Tamat SLTA 22 3 Tamat SLTP Tamat SD Tidak Tamat SD Belum Tamat SD Tidak Sekolah 62 Jumlah Total 2025 Sumber : DSPM Jateng (2007) Ketep Data tersebut menunjukkan bahwa kualitas sumberdaya manusia Desa sangat rendah. Hal ini disebabkan kurangnya semangat belajar bagi sebagaian besar masyarakat meskipun mereka sangat mengerti arti penting dari

52 36 pendidikan. Selain itu, keberadaan fasilitas dan sarana prasarana pendidikan juga terbatas hanya sampai tingkat SLTP seperti yang ada pada tabel 9 sehingga jika mereka hendak berlajar ke jenjang yang lebih tinggi mereka harus menempuh perjalanan yang cukup jauh hingga ke luar desa. Tabel 9. Jumlah Sarana Pendidikan di Desa Ketep No Sarana Pendidikan Jumlah 1 TK 1 2 SD 1 3 SLTP 1 4 SLTA - 5 PT - Sumber : DSPM Jateng (2007) Kondisi ini menuntut adanya pembimbingan khusus bagi warga sebagai bentuk motivasi dan pendampingan guna memudahkan mereka dalam mengembangkan dan mengelola agrowisata ini mengingat mereka akan memainkan peran penting didalamnya. Jika dilihat dari jenis mata pencaharian, sebagian besar penduduk Ketep bekerja sebagai petani. Jenis mata pencahariaan penduduk Desa Ketep dapat dilihat secara rinci pada Tabel 10. Tabel 10. Jenis Mata Pencahariaan Penduduk Desa Ketep No Jenis Mata Pencaharian Jumlah 1 Petani Buruh Tani 22 3 Buruh Bangunan 21 4 Pedagang 50 5 Angkutan 2 6 PNS 3 7 Lain-lain 156 Sumber : DSPM, 2007 Selain petani, penduduk Ketep juga banyak yang berprofesi sebagai pedagang. Hal ini menandakan bahwa sektor pertanian dan keberadan objek wisata Ketep Pass menjadi sektor penting sebagai penggerak ekonomi masyarakat. Umumnya masyarakat Desa Ketep beragama Islam (2.019 orang) dan Kristen Protestan (128 orang). Sarana peribadatan yang ada di desa ini yaitu

53 37 Masjid 6 buah, langgar 3 buah dan gereja 1 buah. Kehidupan beragama di desa ini sangat harmonis karena diantara mereka sudah saling mengerti. Hal ini juga ditunjang oleh tradisi masyarakat jawa yang memegang prinsip tepo seliro. Masyarakat desa juga melestarikan kesenian tradisional seperti jatilan/kuda lumping, campur sari, ketoprak, musik dangdut, wayang kulit. Kesenian tradisional tersebut dapat kita jumpai pada momen-momen khusus baik sebagai perayaan hari-hari tertentu atau memang ada hajatan tertentu pula. Biasanya mereka akan muncul pada waktu-waktu seperti memperingati hari kemerdekaan, acara pernikahan, acara syukuran, dan perayaan momen-momen penting tradisi islam seperti ruwatan, rajaban, muludan, nuzulul quran. Perayaanperayaan seperti ini menandakan kalau masyarakat setempat masih memegang teguh tradisi masyarakat jawa Tingkat keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep Berdasarkan data Penilaian Keberlanjutan Masyarakat (PKM) dari Global Ecovillage Network (GEN), status masayarakat Desa Ketep sudah menunjukkan awal yang baik ke arah keberlanjutan. Kesimpulan ini didapat dari hasil pengolahan kuesioner PKM yang disebarkan kepada masyarakat saat di lapang. Data hasil pengolahan tersebut dapat dilihat di dalam Tabel 11. Tabel 11.Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep No Parameter Nilai 1 Bobot total aspek ekologi Bobot total aspek sosial Bobot total aspek spiritual 264 Bobot total keseluruhan aspek 779 Sumber : Hasil Analisis PKM (2009) Dari tabel tersebut diketahui bahwa awal yang baik ke arah keberlanjutan masyarakat Desa Ketep berada pada posisi 779 dari skala Nilai ini mengindikasikan bahwa konsep-konsep ecovillage sedikit banyak telah mereka terapkan meskipun mereka sendiri belum mengetahui akan teorinya. Untuk itu, pengarahan-pengarahan dari pemerintah setempat diperlukan guna memantapkan kondisi demikian. Hal ini menjadi modal penting dalam merencanakan daerah tersebut menjadi daerah agrowisata ke depannya.

54 38 Nilai keberlanjutan masyarakat Desa Ketep diperoleh dari hasil penjumlahan dari ketiga aspek penyusun keberlanjutan masyarakat itu sendiri yaitu aspek ekologi, sosial dan spiritual. Aspek ekologi merupakan aspek yang membahas tentang pola interaksi masyarakat dengan lingkungannya. Selain itu aspek ini juga bisa memberikan informasi mengenai kondisi lingkungan masyarakat tersebut secara langsung. Aspek ekologis masyarakat Desa Ketep menunjukkan bobot total yang menunjukkan awal yang baik ke arah keberlanjutan. Ini merupakan modal awal dari pengembangan kawasan Ketep mengingat daerah ini sudah menjadi daerah tujuan wisata sebelumnya. Hal itu dapat kita lihat pada Tabel 12 dibawah ini. Tabel 12.Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep pada Aspek Ekologi No Parameter Bobot 1 Perasaan terhadap tempat 37 2 Ketersediaan, produksi dan distribusi makanan 33 3 Infrastruktur, bangunan fisik dan transportasi 35 4 Pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat 20 5 Sumber air, mutu dan penggunaannya 42 6 Limbah cair dan pengelolaan polusi air 12 7 Sumber dan penggunaan energi 44 Total nilai untuk aspek ekologis 223 Sumber : Hasil Analisis PKM (2009) Dari data diatas terlihat bahwa bobot parameter ke-6 aspek ekologis yaitu mengenai limbah cair dan pengelolaan polusi air pada Desa Ketep adalah yang terkecil dengan total nilai 12. Nilai ini diberikan mengingat pemahaman penduduk tentang pengolahan limbah cair yang baik secara umum masih rendah. Meskipun sebagaian besar masyarakat telah menggunakan septic tank sebagai salah satu teknologi pengolah limbah namun limbah cair lainnya dibuang secara langsung ke jurang-jurang yang ada tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu baik itu limbah rumah tangga ataupun limbah cair hasil peternakan yang ada. Kondisi ini sangat berbahaya karena wilayah ini terletak didataran tinggi yang memungkinkan limbah tersebut terbawa oleh aliran air ke daerah yang ada dibawahnya. Hal ini menandakan kalau diperlukan suatu tindakan untuk mencapai keberlanjutan. Satu tingkat diatas parameter terkecil dari aspek ekologi adalah parameter ke-4 yaitu pola konsumsi dan pengelolaan limbah padat. Parameter ke-4 juga

55 39 menunjukkan diperlukannya perlakuan untuk menuju kearah keberlanjutan. Itu dapat dijelaskan dari pola konsumsi masyarakat yang cenderung mengambil sumber daya dari luar wilayah seperti bahan pangan. Selain itu teknologi pengolahan limbah padat belum banyak dikenal oleh masyarakat sehingga sampah-sampah padat selain sampah organik yang dihasilkan dibuang begitu saja ke jurang-jurang tanpa pengolahan terlebih dahulu. Beberapa masukan yang dapat diaplikasikan untuk memperbaiki dampak parameter ke-4 dan ke-6 diantaranya adalah memperbaiki sistem pengolahan limbah padat dan cair. Ini bisa dilakukan dengan membuat saluran khusus yang diperuntukkan bagi limbah cair tersebut yang terhubung dengan pusat-pusat pengolahan limbah dan daerah peresapan. Bagi limbah padat, diperlukan pula adanya sistem pengolahan limbah secara mandiri mengingat jauhnya TPA yang ada baik berupa stasiun pengolahan limbah dengan kapsitas kecil yang berada di dalam desa. Selain itu, peningkatan program penyadaran masyarakat juga perlu untuk dilakukan secara teratur guna menimbulkan semangat dan kebiasaan yang baik terhadap pengolahan limbah kedepannya. Data pada Tabel 12 juga menunjukkan adanya perameter dominan untuk nilai awal yang baik menuju keberlanjutan pada Desa Ketep. Parameter itu ada pada parameter ke-5 yakni sumber air, mutu dan penggunaannya dan ke-7 yakni sumber dan penggunaan energi. Meskipun demikian parameter yang lain juga menunjukkan hal yang sama hanya saja masih dalam nilai yang cukup. Seperti yang tercantum di dalam Tabel 12 parameter ke-5, masyarakat Ketep sangat memperhatikan sumber air mereka. Hal ini ditandai dengan tetap terpeliharanya mata air yang ada di desa tersebut meskipun jumlahnya sedikit dan tidak mencukupi kebutuhan. kondisi tersebut juga mendorong masyarakat setempat untuk menghemat air dengan penggunaan yang minim serta menghindari hilangnya air dari kebocoran pipa penyalur air ke rumah-rumah mereka. Didukung dengan kondisi tanah yang selalu mengandung air maka tanaman yang ada pun tidak membutuhkan penyiraman yang intensif termasuk juga tanaman pertanian. Kondisi ini perlu untuk selalu dipertahankan. Parameter ke-7 menjelaskan kalau masyarakat setempat merasa betah dengan kondisi desa yang seperti yang mereka alami saat ini. Kondisi itu yang

56 40 memudahkan mereka dalam mengakses kebutuhan makanan secara alami terutama sayuran, serta keberadaan transportasi yang lebih memudahkan mereka dalam membangun ekonomi. Aspek selanjutnya sebagai penyusun dari bobot keberlanjutan Desa Ketep yaitu aspek sosial. Dari data pada Tabel 13 terlihat bahwa parameter ke-5 dari aspek sosial menunjukkan angka yang terkecil. Kondisi itu diakibatkan sebagian besar masyarakat masih berpendidikan rendah dan jarang ada penduduk yang bersekolah tinggi. Itu disebabkan karena beberapa hal diantaranya terbatasnya infrastruktur pendidikan hanya pada jenjang sekolah dasar dan menengah. Selain itu, faktor keuangan dan dorongan masyarakat untuk belajar masih tergolong rendah meskipun pada prinsipnya mereka sangat menghormati ilmu pengetahuan. Hal ini menandakan kalau diperlukan suatu tindakan untuk mencapai keberlanjutan. Untuk itu pemerintah setempat perlu untuk menambah infrastruktur atau sarana lainnya dalam bidang pendidikan mengingat pendidikan merupakan unsur penting dalam menyediakan sumber daya manusia yang berkualitas. Sarana itu dapat berupa gedung atau model belajar yang informal yang memberi mereka motivasi belajar serta keterampilan baru yang dibutuhkan guna menyiapkan mereka dalam mendukung perencanaan agrowisata kedepannya. Selain itu, pengusahaan beasiswa belajar bagi penduduk setempat juga perlu dikuatkan terutama pada usia sekolah guna menjamin keberlangsungan proses belajar tersebut. Data Tabel 13 juga menerangkan akan adanya bobot terbesar pada dua aspek sosial yaitu aspek keterbukaan, kepercayaan, keselamatan dan ruang bersama (parameter 1) serta aspek keberlanjutan sosial (parameter 4) pada Desa Ketep. Nilai dari parameter pertama ini diperlihatkan dari kuatnya hubungan yang terjalin antar sesama penduduk desa bahkan hingga tingkat tetangga yang mengakibatkan adanya sikap saling menjaga antara satu dengan yang lainnya. Kondisi ini menjamin keamanan bagi setiap penduduk desa baik remaja, wanita dan anak-anak. Selain itu interaksi pergaulan sosial pada masyarakat desa juga berlangsung setiap hari sehingga rasa kepercayaan antara satu dengan yang lainnya mudah terbentuk.

57 41 Tabel 13. Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep pada Aspek Sosial No Parameter Bobot 1 Keterbukaan, kepercayaan, keselamatan, ruang bersama 52 2 Komunikasi-aliran gagasan dan informasi 33 3 Pencapaian jaringan dan jasa 49 4 Keberlanjutan sosial 52 5 Pendidikan 23 6 Pelayanan kesehatan 45 7 Keberlajutan ekonomi-ekonomi lokal yang sehat 38 Total nilai untuk aspek sosial 292 Sumber : Hasil Analisis PKM (2009) Lain halnya dengan parameter keempat. Meskipun memiliki nilai yang sama dengan parameter pertama tetapi nilai ini tercermin dari tingginya hubungan kekeluargaan dan sistem musyawarah dalam mengatasi setiap permasalahan desa. Lembaga musyawarah yang difasilitasi oleh pemerintah desa bekerja secara efektif dalam menyerap aspirasi dari warga. Dalam hal ini, warga pun senantiasa dengan bentuk musyawarah yang ada karena hal itu sejalan dengan tradisi masyarakat jawa yang mereka anut secara turun temurun. Itulah nilai positif yang menjadi tradisi bagi masyarakat setempat dan perlu untuk dipertahankan. Tabel 14. Total Perhitungan Nilai Keberlanjutan Masyarakat Desa Ketep pada Aspek Spiritual No Parameter Bobot 1 Keberlanjutan budaya 59 2 Seni dan kesenangan 23 3 Keberlanjutan spiritual 29 4 Keterikatan masyarakat 51 5 Gaya pegas masyrakat 21 6 Pandangan terhadap dunia 35 7 Perdamaaian dan kesadaran global 46 Total nilai untuk aspek spiritual 264 Sumber : Hasil Analisis PKM (2009) Aspek terakhir dari penyusun bobot keseluruhan nilai keberlanjutan masyarakat Desa ketep adalah aspek spiritual. Aspek ini pun menunjukkan angka yang menunjukkan bahwa aspek spiritual desa juga akan berlanjut. Data dari penilaian aspek tersebut tertera pada Tabel 14. Dari data di atas terlihat bahwa parameter aspek ke-5 merupakan angka terkecil. Hal itu disebabkan karena masyarakat Desa Ketep kurang berani dalam membuka diri untuk meningkatkan kemampuannya dalam menangani krisis atau

58 42 permasalahan yang muncul di desa mereka. Selain itu, meskipun mereka memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat akan tetapi mereka tidak dapat saling mendukung masyarakat marjinal yang ada di desa mereka. Hal ini membutuhkan pendekatan yang baik dari pemerintah setempat agar kesadaran bahwa mereka perlu bersatu tidak hanya terikat karena adat dan tradisi bisa lebih baik. Parameter terkecil yang ke-2 adalah seni dan kesenangan. Hampir setiap hari warga berkecimpung dengan dunia pertanian dan jarang sekali memiliki waktu untuk berekreasi dan melakukan aktifitas kesenangan seperti olah raga, menyalurkan hobi dan bersantai. Ruang bersama untuk aktivitas seni juga terbatas. Penduduk desa hanya menggunakan momen-momen tertentu saja dalam kalender tahunan untuk menyalurkan jiwa seni mereka. Untuk itu diperlukan adanya sarana atau fasilitas lain yang berfungsi sebagai penyaluran seni tersebut. Data parameter ke-1 dan ke-4 merupakan parameter dengan nilai tertinggi dari aspek spiritual. Keterikatan masyarakat dan keberlanjutan budaya merupakan parameter yang menunjukkan kemajuan sempurna menuju keberlanjutan. Disini warga senantiasa mengajarkan warisan budaya yang mereka miliki kepada anakanak mereka. Kesadaran mereka terhadap budaya leluhur masih tinggi dan terpelihara. Hubungan yang terjalin dalam masyarakat baik sesama pria atau wanita, anak-anak dan orang dewasa sangat baik dengan tetap dipatuhinya normanorma yang berlaku di masyarakat tersebut. Kondisi ini perlu untuk dipertahankan agar tradisi masyarakat tetap lestari Persepsi Pengunjung Dari hasil survei lapang yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 30 responden maka didapatlah informasi yang dibagi berdasarkan identitas, persepsi dan preferensi yang diinginkan pengunjung terhadap lokasi penelitian. Data tersebut dapat dilihat di Lampiran 4. Berdasarkan data tersebut, sebagian besar pengunjung tapak ternyata memiliki tujuan rekreasi (97%) serta baru pertama kali mengunjungi tapak (73,4%). Kebanyakan dari mereka menggunakan kendaraan bermotor (53,3%) dan berkelompok (73,3%) dengan waktu kunjungan yaitu satu jam (60%). Sebagian mereka ternyata hanya mengalokasikan ribu untuk alokasi berekreasi dalam

59 43 sebulannya (73,3). Mereka mendapat informasi akan adanya tempat ini dari teman mereka yang pernah berkunjung ke sini sebelumnya (73,4%). Secara umum pendapat mereka terhadap kawasan adalah baik. Mereka berpendapat kalau daerah Ketep adalah indah (66,7%), nyaman (85%), mudah diakses (81%), bersih (90%), jalan sudah baik (86,6%) dan banyak memberikan pengalaman berwisata (60%). Sedangkan keinginan mereka diantaranya penambahan atraksi wisata terutama dalam bidang hortikultura (22,8%) seperti melihat pemandangan aktivitas masyarakat (18%) serta atraksi keolahragaan seperti out bond (20%). Pendapat ini tentu menjadi modal berharga bagi pengembangan agrowisata kedepannya Objek dan Atraksi Wisata Salah satu aspek penting dalam merencanakan daerah pariwisata adalah tersedianya objek atau atraksi yang mampu di jual kepada pengunjung. Syarat yang dimiliki oleh objek tersebut yaitu something to see sebagai sesuatu yang dapat dilihat oleh pengunjung, something to do yaitu kegiatan apa saja yang dapat dilakukan pengunjung dan something to buy sebagai apa saja yang mampu dibeli ditempat tersebut. Desa ketep memiliki beberapa objek dan atraksi wisata yang berpeluang besar untuk dikembangkan menjadi agrowisata. Berdasarkan survei lapang kawasan ini memiliki ciri khas. Objek dan atraksi wisata tersebut berasal dari tiga hal yaitu aspek karakter lanskap pertanian, perdesaan dan karakter sosial, ekonomi dan kebudayaan masyarakat setempat serta kegiatan pertanian yang ada di sana. Objek yang dimiliki oleh desa ini yaitu berasal dari bidang pertanian yaitu tanaman holtikultura (sayuran, buah, tanaman hias). Selain itu latar Gunung Merapi dan Merbabu serta aktivitas masyarakat pun dapat dijadikan sebagai objek dan atraksi wisata desa ini Objek dan atraksi agrowisata tanaman hias dan buah Daerah ketep berada pada iklim yang sejuk. Hal ini merupakan potensi yang baik untuk membudidayakan tanaman hias dan buah. Hal itu dapat diamati di sepanjang jalan SSB dari arah Magelang seperti pada Gambar 9. Sepanjang

60 44 jalan tersebut masyarakat banyak yang membudidayakan buah strawberi. Buah ini banyak ditanam warga sebagai selingan dari menanam sayuran. Akan tetapi ada pula warga yang sengaja menanamnya sebagai mata pencaharian utama meskipun jumlahnya sedikit. (a) (b) Gambar 9. Potensi Objek dan Atraksi Wisata di Dusun Ketep (a) kebun strawberi, (b) kios tanaman hias Sebagian besar tanaman tersebut dikelola secara mandiri oleh perorangan warga pemilik lahan. Pengelolaan dilakukan secara manual dan berkala. Sebagian dari warga adapula yang berkelompok dalam melakukannya. Bentuk pengelolaan seperti pemupukan, penyiangan hingga pembibitan ulang tanaman. Selain tanaman strawberi, disepanjang jalan SSB terutama pada Dusun Ketep dapat ditemukan pula tanaman hias. Tanaman tersebut tersebar disepanjang jalan lengkap dengan kios-kios tempat tanaman tersebut dipasarkan. Adapula beberapa display tanaman yang ditanam secara langsung di pinggi jalan. Tanaman yang ada diantaranya aglonema, lidah mertua, dan paku-pakuan. Pengelolaan tanaman hias ini jauh lebih baik dari tanaman stawberi karena mereka sudah menggunakan saranan kelompok tani. Kelompok tersebut saling membina kemampuan masing-masing sehingga budidaya tanaman hias dapat berkembang di Dusun Ketep. Meskipun demikian dalam hal pemasaran kelompok ini masih kesulitan mengingat harga tanaman hias yang berfluktuatif. Tanaman strawberi dan tanaman hias merupakan tanaman yang sangat berpotensi di kembangkan sebagai bagian dari agrowisata desa. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dengan menggunakan objek tersebut diantaranya kegiatan budidaya, pemanenan hingga menikmati buah strawberi secara langsung. Selain

61 45 itu, pengunjung dapat pula membeli tanaman hias dan buah secara langsung di tempat tersebut. Untuk itu, diperlukan perencanaan infrastruktur yang memadai guna mengembangkan potensi tersebut Objek dan atraksi agrowisata tanaman sayuran Tanaman sayuran banyak ditemukan di desa ini, yang menyebar hampir di setiap dusun yang ada. Meskipun demikian, Dusun Gondang Sari yang berada di sebelah timur yang sangat berpotensi untuk dikembangkan mengingat wilayahnya yang dekat dengan mata air sehingga memudahkan petani dalam mencukupi kebutuhan air bagi tanamannya. Di tempat ini banyak tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan, yaitu kubis, tembakau, dan tomat. Ketiga tanaman inilah yang sering ditanam oleh masyarakat setempat sehingga memungkinnkan untuk dikembangkan secara langsung menjadi komoditas agrowisata sayuran. Gambar 10. Potensi Objek dan Atraksi Wisata Tanaman Tomat Aktivitas pengunjung yang sangat mungkin dilakukan pada daerah ini yaitu kegiatan budidaya seperti pembibitan, penyiapan lahan, pemupukan, pemanenan, pengepakan dan pembelian tanamn secara langsung serta menikmati hasil pertanian tersebut. Disamping itu pengunjung juga dapat berinteraksi secara langsung dengan penduduk lokal Objek dan atraksi agrowisata peternakan Selain tanaman hortikultura, desa ini juga memiliki potensi lain yaitu ternak. Hampir di setiap dusun memiliki perumahan yang diselingi dengan kandang ternak besar yaitu sapi. Dari seluruh dusun yang ada, Dusun Puluhan

62 46 adalah dusun yang sangat berpotensi untuk dikembangkannya agrowisata berbasis ternak mengingat dusun ini terpilih sebagai tempat program Prima Tani peternakan. Gambar 11. Atraksi Memberi Makan Ternak Sapi Ternak yang ada di sini berupa ternak daging, tetapi tidak tertutup kemungkinan ternak perah juga dapat dikembangkan mengingat kondisi lingkungan yang sangat mendukung. Kandang ternak yang ada di dusun ini berupa kandang komunal yaitu kandang yang dihuni oleh lebih dari dua ternak yang dimiliki oleh lintas kepala keluarga. Kebanyak pemilik dari ternak tersebut adalah anggota kelompok tani setempat. Keberadaan ternak ini akan berdampak positif jika dikembangkan secara optimal. Kegiatan kunjungan dapat diarahkan menjadi kegiatan wisata seperti membudidayakan ternak, pemerahan susu, pembuatan yogurt, hingga pengolahan hasil ternak lainnya seperti bio gas. Disamping itu pengunjung juga dapat membeli secara langsung hasil ternak yang ada untuk oleh-oleh atau dinikmati ditempat Objek dan atraksi agrowisata teknologi petanian Dusun Gintung merupakan dusun yang berada tepat di pinggir jalan utama SSB. Dusun ini berbatasan langsung dengan Desa Wonolelo. Meskipun dusun ini tidak sebesar Dusun Ketep akan tetapi dusun ini memiliki potensi berupa pembuatan konsentrat untuk pakan ternak seperti pada Gambar 12. Pembuatan konsetntrat ini merupakan salah bagian dari pengenalan teknologi pertanian oleh Balitbang Departemen Pertanian. Meskipun kondisinya naik turun tetapi dengan adanya keseriusan warga potensi ini maih mungkin dikembangkan.

63 47 Gambar 12. Proses Pembuatan Konsentrat Pakan Ternak Proses pembuatan konsentrat pakan di Dusun Gintung dapat dijadikan sebagai objek agrowisata. Kegiatan ini juga termasuk ke dalam program Prima Tani. Pembuatan konsentrat ini ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan pakan ternak yang ada di Desa Ketep. Atraksi yang bisa dihadirkan diantaranya penyiapan bahan konsentrat, proses pembuatan hingga pengepakan. Disamping atraksi diatas, pengunjung yang datang juga dimungkinkan untuk melihat secara langsung kehidupan masyarakat dusun serta bentuk-bentuk arsitektur rumah yang ada. Hal itu dimungkinkan karena pengunjung akan melewati jalan utama dusun yang tepat membelah dusun menjadi dua bagian sehingga akan tersajikan pemandangan yang unik yang tidak ditemukan di dusun yang lain. Secara umum masing-masing dusun memiliki potensi untuk dikembangkan. Potensi tersebut seperti yang tampak pada Tabel 15. Sedangkan bentuk agrowisata yang dapat dilakukan dapat dilihat di Tabel 16. Dari seluruh dusun yang ada, Dusun Gondang Sari, Ketep, Gintung, dan Puluhan yang peluang akan dikembangkan Objek dan atraksi pendukung agrowisata Selain terdapat empat objek dan atraksi wisata, desa ini juga memiliki objek dan atraksi pendukung yaitu tradisi kesenian masyarakat yang berada di Dusun Dadapan. Kegiatan kesenian yang ada di Dusun Dadapan diantaranya jatilan, ketoprak, topeng ireng, wayang kulit. Tradisi ini sudah menjadi bagian dari aktivitas tahunan bagi masyarakat Dusun Dadapan dan Desa Ketep pada umumnya. Kesenian ini kadang kala juga ada di dusun yang lain.

64 48 (a) (b) Gambar 13. Atraksi Pendukung Agrowisata di Desa Ketep (a) ketoprak, (b) muludan Pelaksanaan dari kegiatan seni ini biasanya diadakan ketika ada acaraacara khusus seperti hari besar kemerdekaan, resik desa, muludan, dan acara pernikahan. Kegiatan seperti ini sangat baik guna mendukung kegiatan agrowisata. Dimana untuk waktu-waktu tertentu pengunjung dapat sekaligus berwisata sambil menikmati kegiatan kesenian masyarakat yang relatif langka di saat sekarang ini. Oleh karena itu, pembangunan area khusus kesenian dilengkapi dengan fasilitas pelayanan lainnya perlu untuk di lakukan terutama pada Dusun Dadapan untuk pengembangan area tersebut Tempat-Tempat Rekreasi di Sekitar Desa Ketep Berdasarkan Profil Daerah Kabupaten Magelang terdapat beberapa objek wisata disekitar desa ini. Salah satu objek wisata yang berdekatan adalah Agrowisata Banyuroto yang tepat berada disebelah timur dari tapak. Pengunjung dapat melihat pengembangan teknologi pertanian di sana seperti kebun strawberi, kandang ternak dan dapat berbelanja oleh-oleh disana. Selain itu, terdapat pula Taman Wisata Kopeng yang berada di Kecamatan Pakis. Disana pengunjung dapat berenang dan menikmati pemandangan alam yang indah pula. Untuk menempuhnya cukup dengan mengikuti rute timur dari Desa Ketep. Untuk kategori air terjun, terdapat pula air terjun Kedung Kayang di Desa Wonolelo yang berada di selatan tapak. Air terjun ini juga dapat dijadikann objek alternatif setelah menuju Desa Ketep. Sedangkan yang cukup terkenal yaitu Candi Borobudur di Kecamatan Borobudur. Candi ini sudah menjadi salah satu maskot penting bagi wisata Kabupaten Magelang.

65 Tabel 15. Analisis Potensi Desa Desa Dusun Ketep Dusun Dadapan Dusun Gintung Dusun Puluhan Dusun Gondang Sari Ruang atraksi utama Buah dan tanaman hias Komoditas Aksesibilitas Potensi Agrowisata Potensi Lain Objek atau aktivitas wisata Strawberi dan tanaman hias Terletak pada jalan kolektor SSB, lebar jalan 5-6 m - - Terletak pada utama, dihubungkan oleh jalan desa yang bersifat kuldesak, jalan setengah beraspal Teknologi pertanian Konsentrat pakan ternak Dilintasi oleh jalan desa dan telah beraspal seluruhnya Peternakan Sapi Hanya dilintasi jalan desa yang belum beraspal, letak cukup jauh dari jalan utama, banyak jalan setapak Sayuran Kubis, tembakau, tomat Dilintasi jalan desa setengah beraspal Penghasil sayuran dan buah-buahan, tanaman hias dan ternak kelimci Penghasil sayuran dan buah-buahan Penghasil sayuran dan buah-buahan, tanaman hias, Pabrik pembuatan konsentrat pakan. Penghasil sayuran, memiliki usaha ternak komunal dan pusat pengolahan hasil pertanian Penghasil sayuran, buah-buahan Terdapat Objek Wisata Ketep Pass yang sudah terkenal dengan wisata kegunungapian di Jawa Tengah memiliki tradisi seni yang tinggi Something to do Pengamatan, pendidikan budidaya - Pengamatan, pembuatan pakan Something to see Aktivitas penduduk setempat - Kesenian tradisional warga - Pengamatan, pendidikan, budidaya ternak, pengolahan hasil ternak daerah yang relatif datar, berpeluang untuk dikembangkan menjadi wisata olahraga Pengamatan, budidaya tanaman, proses pasca panen Arsitektur rumah penduduk, aktivitas masyarakat Pengamatan, aktivitas masyarkat Aktivitas masyarakat Something to buy Tanaman hias, buah strawberi - Pakan ternak Hasil ternak Sayuran, pupuk

66 Tabel 16. Pengembangan Aktivitas Agrowisata Area (tujuan) Fungsi di dalam area Aktivitas Area (tujuan) Fungsi di dalam area Aktivitas Tanaman hias dan buah Penerimaan Penyambutan, pemberian Tanaman sayuran Penerimaan Penyambtan warga brosur Pelayanan Pemberhentian kendaraan umum dan khusus, regristrasi ulang, merima info, membeli tanaman hias, membeli media tanam, membeli buah strawberi Pelayanan Teknologi pertanian (pembuatan konsentrat pakan) Budidaya Display Pasca panen Mengamati jenis tanaman hias, mempelajari teknik budidaya tanaman hias dan strawberi Mempelajari cara menata tanaman hias Mempelajari pembuatan pupuk kompos, mempelajari cara pengepakan tanaman danbuah strawberi Budidaya Display Pasca panen Pemberhentian kendaraan khusus, regristrasi ulang, merima info, membeli tanaman sayur, membeli media tanam, membeli bibit, membeli pupuk mempelajari teknik budidaya tanaman sayur dari proses awal hingga pemanenan Mempelajari tata letak tanaman Mempelajari pembuatan pupuk kompos, pengepakan hasil pertanian Penerimaan Penyambutan warga Peternakan Penerimaan Penyambtan warga, pemberian atribut Pelayanan Produksi Pasca produksi Pemberhentian kendaraan khusus, regristrasi ulang, merima info, saung duduk dan santai Mengamati dan mempelajari teknik pembuatan konsentrat Mempelajari pengepakan produk Pelayanan Budidaya Pasca panen peternakan (topi cowboy) Pemberhentian kendaraan khusus, regristrasi ulang, merima info, membeli pakan ternak, membeli produk hasil ternak Mengamati dan mempelajari teknik budidaya ternak sapi, mempelajari pembuatan bio gas dan kompos, mempelajari pemerahan susu dan pengolahan susu

67 Sintesis Setelah melakukan inventarisasi dan analisis terhadap data biofisik, sosial dan atraksi wisata maka diperolehlah sejumlah alternatif yang menjadi pemecahan masalah terhadap tapak yang akan menjadi daerah agrowisata. Selanjutnya adalah tahapan mengkombinasikan dan menyesuaikan kondisi yang ada dengan konsep dan tujuan dari perencanaan. Overlay dilakukan terhadap data-data spasial yang ada sehingga daerah pengembangan agrowisata akan terbentuk. Oleh karena itu semua potensi dan kedala akan diberikan pertimbangan dan solusi terbaik untuk pengembangnya yang tertera pada Tabel 17. Berdasarkan hasil analisis maka tapak akan dibagi ke dalam tiga ruang utama yaitu ruang agrowisata, ruang pendukung agrowisata dan ruang non agrowisata. Ruang agrowisata yaitu ruang yang cocok untuk dilakukannya aktivitas agrowisata. Ruang ini cenderung aman berdasarkan analisis yang ada baik dari kemiringannya maupun kedekatannya dengan akses jalan. Intensitas penggunaan ruang ini sangatlah sering mengingat ruang ini akan banyak dikunjungi. Luas ruang ini yaitu 40% dari luas desa atau sekitar 165 ha. Ruang ini meliputi daerah tanaman budidaya, daerah mata air serta ruang masyarakat. Ruang ini terdiri dari ruang peternakan, sayuran, teknologi pertanian dan tanaman hias dan buah. Selanjutnya adalah ruang pendukung agrowisata. Ruang ini adalah ruang dengan intensitas sedang. Luas ruang ini yaitu 17% dari luas kawasan yaitu sekitar 72 ha. Ruang ini diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang berada di ruang utama tetapi tetap sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Ruang ini terbagi menjadi ruang pelayanan terpusat yaitu pada Dusun Ketep dan Dusun Dadapan serta ruang pelayanan yang menyebar yang berada di antara ruang utama agrowisata dan ruang penyangga yang sebagian besarnya berupa tegalan. Ruang ini mencakup ruang penerimaan, ruang pelayanan, ruang masyarakat. Terakhir adalah ruang non agrowisata. Ruang non agrowisata merupakan ruang dengan intensitas penggunaan yang sangat rendah. Luas ruang ini yaitu 43 % atau sekitar 182 ha dari luas tapak. Area ini didominasi oleh semak belukar dengan kemiringan yang sangat curam. ruang ini terdiri dari ruang konsevasi dan

68 52 ruang penyangga. Ruang penyangga yaitu ruang yang berbatasan langsung dengan ruang pendukung dan ruang agrowisata. Sedangkan ruang konservasi adalah ruang yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan ruang agrowisata dan pendukung. Sebagain besar ruang ini berada di lembah-lembah perbukitan yang curam. Selain bentuk tertulis hasil sintesis juga dituangkan ke dalam bentuk spasial seperti terlihat pada Gambar 14. Dari gambar tersebut, terlihat bahwa sebagian besar daerah yang akan dikembangkan berada pada wilayah tengah dan timur. Hal ini terjadi karena sebagian besar wilayah tersebut memiliki kemiringan yang relatif tidak curam jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. Hal lain yang menjadi alasan berikutnya adalah dekatnya wilayah tersebut dengan akses jalan mengingat keberadaan jalan sangat penting dalam mengembangkan suatu wilayah. Keberadaan jalan dapat memperlancar arus barang dan jasa untuk masuk dan keluar dari suatu wilayah Konsep Perencanaan Konsep dasar yang digunakan dalam pengembangan kawasan ini yaitu perencanaan lanskap agrowisata yang berbasis ecovillage yang memadukan antara potensi aktivitas budidaya pertanian yang bernilai ekonomi dengan karakter alam yang merupakan daerah rawan bencana untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan dunia pertanian. Konsep tersebut diharap mampu mengoptimalkan pengembangan kawasan menjadi daerah agrowisata yang memiliki karakter serta meningkatkan kemandirian masyarakat setempat dengan tetap memperhatikan kelestarian kondisi lingkungan yang ada.

69

70 Tabel 17. Hasil Analisis dan Sintersis Data Analisis Potensi Kendala Sintesis Letak geografis, luas, Letak tapak sangat strategis karena berada Kurangnya penanda batas tapak Menyediakan gapura batas tapak dan batas tapak di antara dua gunung sehingga tanah disana relatif subur Mengembangkan agrowisata dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki tapak Tapak dilalui oleh jalur penting Solo-Selo- Borobudur yang sering dilalui kendaraan. Disekitar Tapak terdapat objek wisata yang cukup beragam. Tapak merupakan daerah pentanian terutama hortikultura Aksesibilitas Terdapat lebih dari satu akses masuk ke Kondisi jalan di dalam desa yang masih buruh Pemberian fasilitas pendukung jalan seperti rambu dalam tapak dan belum beraspal serta sempit sehingga kurang jalan, dan lampu penerangan, papan informasi dan Dilalui oleh jalan kabupaten dengan nyaman untuk dilalui. pedestrian kondisi beraspal dan dapat dilalui oleh Kurangnya fasilitas pendukung jalan baik jalan kendaraan kecil hingga besar utama ataupun jalan desa Pengaspalan jalan atau pemadatan jalan desa serta Sudah ada beberapa pohon pengarah jalan pelebaran jalan. akan tetapi belum seluruhnya Tersedianya sarana transportasi berupa angkutan umum Iklim Kondisi iklim di dalam tapak telah berada pada kondisi nyaman Curah hujan yang tinggi membantu menjaga ketersediaan air tanah pada tapak Tanah Tanah Andisol dan Inseptisol yang berada pada tapak merupakan tanah yang subur sehingga cocok untuk area budidaya Pola Penggunaan Lahan Area tegalan dan pekarangan yang ada berpotensi untuk dijadikan sumberdaya dalam perencanaan agrowisata Area pemukiman pada tapak berdekatan dengan kebun dan tegalan yang merupakan potensi untuk pengembangan aktivitas wisata berbasis pada budidaya dan kehidupan masyarakat setempat Curah hujan yang tinggi berpeluang untuk menimbulkan aliran permukaan terutama pada jalan aspal Seringnya turun kabut menyebabkan terbatasnya waktu pemanfaatan tapak Pemanfaatan curah hujan tinggi dengan mengupayakan tindakan konservasi tanah dan air dengan menggunakan vegetasi Penambahan drainase pada jalan Tanah pada tapak rawan erosi Pengembangan pertanian dan fasilitas wisata pada area tertentu pada lahan pertanian Mengupayakan adanya pola pemanfaatan lahan pertanian dengan menerapkan prinsip konservasi tanah dengan memanfaatkan tanaman yang berperakaran luas dan bermanfaat. Adanya beberapa perubahan fungsi lahan Pengoptimalan tata guna lahan yang ada sebagai terutama pada daerah sepanjang jalan menuju acuan dalam pengembangan objek dan atraksi Ketep Pass wisata dalam perencanaan agrowisata yang berorientasi budidaya dan kehidupan masyarakat setempat

71 Lanjutan Tabel 17 Vegetasi dan Satwa Beberapa hewan ternak berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek dan atraksi wisata dari agrowisata Hidrologi dan Drainase Terdapat beberapa sumber mata air yang menyediakan air bersih bagi warga Akustik dan Visual Good akustik berupa kicau burung di selasela kebun, aktivitas bertani Aktivitas pertanian yang dipadukan dengan keindahan Gunung Merapi dan Merbabu Adanya titik pandang utama yang menyajikan pemanadangan yang indah yaitu Ketep Pass Tidak adanya sistem drainase yang baik terutama pada area permukiman yang memungkinkan terjadinya pencemaran air. Terbatasnya jumlah air terutama saat musim kemarau tiba Kurangnya fasilitas untuk menikmati pemandangan di luar Ketep Pass Area permukiman yang padat dan kurang bersih menyebabkan bad view. Pengembanagn yang intensif dari hewan ternak sebagai bagian dari objek dan atraksi dari agrowisata Perbaikan dan membuat saluran darainase baik di jalan utama ataupun jalan desa yang lebih permanen Pembuatan zona korservasi pada area tertentu Pembuatan sistem pengelolaan limbah cair terutama pada daerah pemukiman Mengembangkan fasilitas untuk mengoptimalkan keindahan akustik dan visual Objek dan Daya Tarik Wisata Pariwisata Sekitar Tapak Memiliki berbagai objek dan atraksi wisata yang berbasis pertanian seperti sayuran, tanaman hias dan ternak Sebagian besar masyarakat masih melestarikan sifat ketradisionalannya dalam kehidupan sehari-hari Terdapat lebih dari satu tempat pariwisata di sekitar tapak Adanya Ketep Pass sebagai icon tempat wisata di Kabupaten Magelang dan sudah memiliki ketenaran hingga tingkat nasional Sarana dan Fasilitas Sarana dan fasilitas yang ada masih bersifat tradisional Aspek Sosial Kepedudukan, keberlanjutan masyarakat, opini dan keinginan tapak Sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani (1540 orang) Secara garis besar masyarakat setempat akan teus berlanjut Adanya kunjungan dan transaksi ekonomi yang kontinyu pada daerah ini Tradisi dan kebudayaan masyarakat petani sudah melekat pada warga Sarana dan prasarana yang masih terbatas Pembuatan perencanaan kawasan yang melibatkan masyarakat dan pemerintah setempat Belum adanya manajemen yang memadai untuk mengakomodasi potensi wisata agro yang ada di Desa Ketep Kurang legkapnya kesiapan saranan wisata di Desa Ketep Membuat perencanaan manajemen yang melibatkan Ketep Pass dan wisata agro dengan melibatkan masyarakat sebagai pengelola utama Membentuk jaringan menejemen terpadu lintas tempat wisata dan lintas wilayah Penambahan saranan dan fasilitas wisata baik dilihat dari aspek keselamatan maupn aspek wisatanya. Berfluktuatifnya pendapatan petani Melakukan perencanaan agrowisata berkelanjutan sebagai solusi meningkatkan kesejahteraan petani Menambah fasilitas pendukung kegiatan rekreasi yang sudah ada

72 Pengembangan Konsep Konsep Ruang Secara garis besar ruang yang ada akan dibagi menjadi tiga yaitu ruang agrowisata, ruang pendukung agrowisata dan ruang non agrowisata. Ruang agrowisata merupakan ruang yang diperuntukkan untuk mengembangkan segenap potensi pertanian yang ada. Ruang pendukung agrowisata merupakan ruang untuk melayani setiap kebutuhan yang ada di ruang agrowisata. Selanjutnya, ruang non agrowisata adalah ruang yang diperuntukkan untuk aktivitas di luar agrowisata. Deskripsi ruang secara umum dapat dilihat pada gambar 15. Ruang Non Agrowisata (Konservasi) Ruang Non Agrowisata (Penyangga) Ruang Agrowisata Ruang Pendung (Pelayanan) Ruang Pendukung (Penerimaan) Gambar 15. Konsep Pengembangan Ruang pada Tapak Ruang agrowisata akan dibagi menjadi empat ruang yaitu ruang sayuran, ruang tanaman hias dan buah, ruang peternakan dan ruang teknologi pertanian. Ruang agrowisata ini memiliki fungsi penerimaan, pelayanan, display, budidaya dan pasca panen dimasing-masingnya. Ruang berikutnya adalah ruang pendukung agrowisata. Ruang ini terbagi atas ruang penerimaan, ruang pelayanan, dan ruang masyarakat. Ruang penerimaan merupakan ruang pertama yang akan djumpai oleh setiap pengunjung yang akan memasuki daerah tapak. Disini pengunjung akan mendapatkan informasi terkait dengan keberadaan tapak secara khusus sehingga pengunjung akan bersemangat untuk memasuki tapak. Ruang berikutnya adalah ruang pelayanan. Fungsi dari ruang ini yaitu menyediakan pelayanan kepada pengunjung baik barang maupun jasa. Ruang ini

73 57 dapat dipusatkan pada satu titik tertentu atau menyebar mengikuti objek. Ruang terakhir pada ruang penunjang adalah ruang masyarakat. Ruang ini merupakan ruang kehidupan masyarakat yang ada di dalam tapak. Setiap aktivitas kehidupan mereka juga merupakan atraksi yang menjadi referensi dalam melakukan pengembangan tapak. Selanjutnya adalah ruang non agrowisata. Ruang ini terdiri atas ruang penyangga dan ruang konservasi. Ruang penyangga merupakan ruang pemisah antara ruang agrowisata dan ruang pendukung agrowisata dengan ruang konservasi yang tidak diperkenankan adanya aktivitas wisata. Terakhir adalah ruang konservasi yang diperuntukkan untuk menjadi daerah perlindungan tanah dan air dari kerusakan Konsep Aktivitas dan Fasilitas Konsep aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas yang melibatkan keikutsertaan pengunjung terhadap kegiatan pertanian. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas aktif dan pasif. Aktivitas aktif diantaranya adalah aktivitas budi daya seperti penyiapan lahan, pengolahan hasil pertanian, dan pengepakan produk atau aktifitas yang disesuaikan dengan potensi agrowisata yang ada. Sedangkan aktifitas pasif yaitu berupa pengamatan yang dilakukan oleh pengunjung terhadap aktivitas yang ada. Fasilitas yang akan dikembangkan yaitu fasilitas yang sesuai terhadap fungsi ruang. Fasilitas yang diutamakan yaitu fasilitas yang fungsional dan tradisional sehingga mudah untuk dilakukan pemeliharaan dengan tidak mengesampingkan fasilitas modern yang sudah ada. Fasilitas dengan bentuk seperti ini bertujuan untuk memberikan kesan alami tetapi tidak menghilangkan kemudahan dan kenyamanan dalam menggunakannya. Selain fasilitas, pengembangan utilitas juga akan dilakukan dengan memprioritaskan utilitas vital seperti penyediaan sarana air bersih, listrik, komunikasi dan pengelolaan sampah serta limbah. Pengembangan ini dilakukan mengingat masih adanya keterbatasan desa ini dari teknologi. Selain itu, utilitas ini nantinya disediakan pula untuk mengembangkan sektor lain yang ada di Desa ketep.

74 Konsep Sirkulasi Jalur sirkulasi harus dibangun dengan memperhatikan fungsi dan efisiensi sehingga pengguna dapat memperoleh keuntungan baik secara ekonomi maupun fungsi (Laurie 1986 dalam Hapsari 2008). Untuk mendapatkan hal tersebut maka konsep sirkulasi yang diangkat yaitu dengan memanfaatklan jalan yang sudah ada pada tapak dengan disertai penambahan dan perbaikan rute sirkulasi. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung dapat menikmati kunjungannya tanpa menghilangkan interaksi dengan masyarakat sekitar. Ilustrasi konsep sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 17. Ruang Agrowisata Ruang Non-agrowisata Jalur Primer Ruang Atraksi Ruang Penyangga Jalur Sekunder Ruang Penunjang Agrowisata Ruang Konservasi Jalur tersier Gambar 17. Konsep Sirkulasi pada Tapak Sirkulasi pada tapak akan dibagi menajdi dua yaitu jalur wisata dan masyarakat. Jalur wisata akan digunakan untuk menghubungkan ruang atraksi yang ada yang terdiri dari jalur primer dan sekunder. Sedangkan jalur masyarakat akan diperuntukkan untuk melayani aktivitas produksi dan kemasyarakatan dan juga pelayanan. Jalur primer merupakan jalur yang melayani kepentingan pengunjung untuk menyinggahi ruang atraksi wisata yang ada. Jalur ini menggunakan sistem loop dengan intensitas mobilitas yang tinggi. Sedangkan jalur sekunder akan digunakan untuk pengunjung dan masyarakat dengan berjalan kaki atau kendaraan kecil dalam melakukan aktivitasnya.

75 Konsep Tata Hijau Konsep tata hijau direncanakan dengan dasar untuk melindungi tanah dan air, melestarikan plasma nutfah, memberi kenyamanan dan mampu memberikan ciri khas kawasan sebagai daerah yang berhawa sejuk tetapi sulit air. Untuk memaksimalkan potensi maka tata hijau yang digunakan berasal dari tanaman lokal dan sesuai dengan kondisi lahan. Berdasarkan fungsi dan peruntukannya maka tata hijau akan dibagi menjadi tata hijau konservasi, tata hijau penyangga, tata hijau peneduh dan tata hijau budi daya. Tata hijau konservasi diperuntukkan pada daerah - daerah pada tapak yang memiliki potensi bahaya. Selanjutnya yaitu tata hijau penyangga. Tata hijau ini berisi ladang - ladang penduduk dan area semak belukar yang ada. Ketiga yaitu tata hijau peneduh yang digunakan untuk ruang aktivitas pasif pada daerah penghubung. Terakhir adalah tata hijau budi daya yang merupakan tanaman yang sengaja ditanam oleh penduduk untuk diambil manfaatnya. 4.3 Perencanaan Lanskap Rencana Ruang Rencana ruang diperuntukkan guna memenuhi kebutuhan ruang baik untuk aktivitas wisata ataupun aktivitas masyarakat. Ruang yang akan dikembangkan yaitu Ruang Agrowisata, Ruang Pendukung Agrowisata dan Ruang Non-agrowisata. Ruang-ruang ini pada dasarnya akan saling menyatu dan saling melengkapi. Masing-masing ruang memiliki peran dan jenis aktivitas yang berbeda-beda. A. Ruang Agrowisata 1. Ruang Inti Ruang ini merupakan ruang atraksi utama dari perencanaan ruang yang ada. Pada ruang ini ditampilkan objek dan atraksi wisata yang ada. Ruang ini terbagi menjadi beberapa ruang yang didasari dari potensi utama yang dimilki yang dapat dijual kepada pengunjung. Ruang tersebut diantaranya ruang tanaman hias dan buah, ruang sayuran, ruang teknologi pertanian, dan ruang peternakan.

76

77 61 a. Ruang Tanaman Hias dan Buah Ruang tanaman hias dan buah adalah area yang dikembangkan pada Dusun Ketep yang ditujukan untuk mengakomodasi potensi dominan area tersebut yaitu kebun strawberi dan pusat tanaman hias yang dikelola oleh masyarakat setempat. Area ini berada disepanjang jalan utama SSB pada Dusun Ketep sebelum wisatawan menuju ke Ketep Pass. (a) (b) (c) (d) Gambar 18. Ilustrasi Aktivitas dan Fasilitas di Ruang Tanaman Hias dan Buah (a) kios tanaman strawberi, (b) aktivitas memetik buah, (c) kios tanaman hias, (d) kebun strawberi Pengunjung dapat memasuki ruang ini setelah melewati ruang pelayanan kawasan. Pengunjung cukup berjalan kaki atau mengikuti kendaraan khusus wisata yang ada. Ruang penerimaan kawasan ini berada tepat di damping jalan utama SSB. Setelah itu pengunjung dapat masuk ke fungsi pelayanan dimana pengunjung akan mendapat pengarahan oleh pemandu yang selanjutnya dapat diteruskan ke ruang budidaya dan display.

78 62 Ruang ini memungkinkan pengunjung untuk berwisata secara pasif dan aktif. Kegiatan aktif yang dapat dilakukan pengunjung diantaranya memetik buah strawberi secara langsung, memakan buah tersebut di saung ataupun tempat peristirahatan yang ada, berjalan-jalan disepanjang pusat tanaman hias, membeli tanaman hias untuk oleh-oleh, ataupun berkomunikasi secara langsung dengan para pembudidaya tanaman tersebut. Pengunjung juga dapat melakukan kegiatan aktif lainnya seperti berfoto bersama, melihat pemandangan, beristirahat ataupun mengamati aktivitas warga pada area tersebut. Untuk menunjang aktivitas tersebut maka fasilitas penunjang yang akan dibangun diantaranya adalah gedung pusat tanaman hias, saungsaung tempat peristirahatan, trotoar jalan, area parkir, papan informasi, tempat duduk. b. Ruang Teknologi Pertanian Ruang ini adalah area yang direncanakan pada Dusun Gintung mengingat pada dusun ini terdapat unit pengolahan pembuatan konsentrat pakan ternak seperti pada Gambar 20. Dusun ini berada pada wilayah barat dari Dusun Ketep dan berada tepat di sisi jalan SSB sehingga mudah untuk di akses. Wisata aktif yang dapat dilakukan oleh pengunjung diantaranya mengikuti proses pembuatan konsentrat tersebut dari mengolah bahan dasar hingga konsetrat selesai dibuat, pengepakan hingga membeli produk konsentrat yang sudah jadi. Sedangkan aktivitas pasifnya yaitu berfoto, mengamati proses, mengamati kehidupan masyarakat dan kondisi lingkungan yang ada, mengamati arsitektur rumah warga dan bersantai. Gambar 19. Aktivitas Pembuatan Konsentrat

79 63 Bentuk-bentuk fasilitas yang akan disediakan di area tersebut cukup beragam. Fasilitas tersebut diantaranya gedung pengelola, gedung pusat pembuatan konsentrat, tempat pengepakan, trotoar jalan, saung atau tempat bersantai dan beristirahat. c. Ruang Sayuran Ruang ini adalah area yang direncanakan pada Dusun Gondang Sari yang memiliki potensi dalam bidang sayuran. Dusun ini berada di bagian utara dekat dengan perbatasan dengan Desa Banyuroto. Selain itu, dusun ini juga berada di tepi jalur SSB. (a) (b) Gambar 20. Atraksi Agrowisata di Ruang Sayuran (a) pembibitan, (b) pemanenean tomat Pada area ini pengunjung dapat melihat secara langsung kegiatan agribisnis sayuran. Pengunjung akan diajak baik langsung ataupun tak langsung untuk belajar membibitkan tanaman, budidaya tanaman, hingga pasca panennya seperti Gambar 22. Untuk itu, sarana dan prasarana yang akan dikembangkan meliputi area khusus budidaya, gedung pengelolaan, pasar, saung atau gazebo, trotoar, tempat sampah, parkir. Selain itu terdapat pula gedung pelayanan sebagai sarana untuk menambah kenyamanan pengunjung. d. Ruang Peternakan Ruang ini adalah area yang direncanakan pada Dusun Puluhan yang ditujukan untuk mengakomodasi potensi dominan ternak yang

80 64 dimiliki oleh masyarakat. Dusun ini berada di sebelah selatan dari Dusun Gintung serta terletak agak dalam dari jalur utama SSB. (a) (b) (c) (d) Gambar 21. Ilustrasi Aktivitas Pengunjung di Ruang Peternakan (a) memerah susu, (b) membuat bio gas, (c) membuat kompos, (d) memberi makan ternak Pengunjung dapat melakukan wisata aktif ataupun pasif secara bersamaan seperti Gambar 21. Wisata aktif yang dapat dilakukan diantaranya pemeliharaan ternak seperti memandikan ternak, memberi makan ternak dan menggembalakan ternak, pemerahan susu, sampai pengolahan hasil ternak baik berupa susu, yogurt, ataupun biogas. Sedangkan aktivitas pasifnya yaitu berfoto, mengamati proses, mengamati kehidupan masyarakat dan kondisi lingkungan yang ada, dan bersantai. Aktivitas ini dapat pengunjung lakukan di tempat peristirahatan yang disediakan atau dapat pula singgah langsung dirumah penduduk. Untuk menunjang aktivitas diatas maka pada ruang ini akan dilengkapi dengan fasilitas seperti kandang komunal, tempat pengolahan susu, gedung pengelola, pusat pembuatan biogas, pusat pengolahan produk susu, saung atau tempat bersantai, toilet, rumah makan dan trotoar jalan.

81 65 2. Ruang Penunjang Agrowisata a) Ruang Penerimaan Ruang ini adalah ruang pertama yang akan ditemui oleh pengunjung yang akan memasuki tapak. Area ini berada pada jalur sebelah barat (utama) dan pada jalur timur dan selatan (sekunder). Aktivitas yang ada pada ruang ini adalah aktivitas pasif. Aktifitas tersebut yaitu aktivitas mengamati dan mengakses informasi tapak sehingga pengunjung mendapatkan identitas dan kesan tapak. Fasilitas yang akan disediakan pada ruang ini diantaranya gapura, papan informasi, penujuk arah seperti pada ilustrasi pada gambar 23. Gambar 22. Ilustrasi Gapura Selamat Datang b) Ruang Pelayanan Ruang pelayanan berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi pengunjung dalam kegiatan wisatanya di dalam tapak. Ruang ini akan ada pada setiap sub-ruang atraksi wisata hanya saja tetap diperlukan suatu ruang pelayanan utama yaitu berada pada Dusun Ketep. Hal ini dimaksudkan agar seluruh informasi dapat terpadu pada satu sistem yang nantinya memudahkan wisatawan dalam menentukan rute wisatanya. (a) (b) Gambar 23. Aktifitas yang Terdapat di Ruang Pelayanan (c) makan dan minum, (d) bersantai

82 66 Aktivitas yang dikembangkan pada ruang ini adalah aktivitas aktif diataranya mengakses informasi, berbelanja, membeli tiket, parkir kendaraan, makan dan minum, menyewa kendaraan khusus, ibadah, isitirahat. Untuk mendukung hal tersebut maka fasilitas yang diperlukan diantaranya restoran, tempat parkir, mushola, toilet, tempat penyewaan kendaraan, tempat informasi, dan telepon. Beberapa fasilitas ini juga akan ditemui oleh pengunjung pada masing-masing ruang pelayanan pada sub ruang atraksi wisata yang ada. c) Ruang Masyarakat Ruang ini merupakan ruang eksisting yang diperuntukkan sebagai tempat berinteraksinya masyarakat dengan sesamanya baik untuk kegiatan produksi ataupun hubungan kemasyarakatan lainnya. Pola hubungan yang dibangun oleh masyarakat sangatlah unik dan dapat dijadikan sebagai objek dan atraksi wisata pula dalam kaitannya dengan agrowisata yang dikembangkan. Aktivitas yang ada disini adalah melihat-lihat dan berinteraksi secara langsung dengan penduduk bahkan bermalam. Hal itu sangat potensial dan dapat dijadikan sebagai objek dan atraksi wisata. Meskipun demikian, untuk bermalam pada ruang ini sangatlah sulit mengingat terdapat peraturan tidak tertulis yang menyatakan kalau kawasan ini tidak boleh ada penginapan. Tabel 18. Rencana Penggunaan Ruang Area Luas (ha) Letak Ruang agrowisata (165 ha/40%) peternakan 30 Dusun Puluhan sayuran 43 Dusun Gondang Sari Tanaman hias dan buah 48 Dusun Ketep Teknologi pertanian 44 Dusun Gintung Ruang Pendukung ( 72 ha/17%) Penerimaan 21 Dusun Ketep Pelayanan 31 Dusun Ketep dan Dadapan Masyarakat 20 Tersebar disemua dusun Ruang non agrowisata (182 ha/43%) Ruang penyangga 100 Tersebar disemua dusun Ruang konservasi 82 Lembah perbukitan

83 67 Tabel 19. Rencana Penggunaan Ruang Untuk Aktivitas Agrowisata Aktivitas Desa Ketep Keterangan Luas (m 2 ) Daya tampung (orang) Pelayanan Wisata Terpusat di Dusun Ketep, tersebar di masing-masing dusun Penyambutan Tersebar di masing-masing dusun Parkir mobil/bus Terpusat di ruang pelayanan Parkir motor Beribadah Tersebar di masing masing objek wisata MCK Menikmati makanan Registrasi Terpusat di Dusun Ketep Belanja Terpusat di Ketep dan tersebar di masing-masing dusun Agrowisata dan Wisata Umum Budidaya Dusun Ketep dan Gondangsari Pengemasan hasil Dimasing-masing dusun Pengolahana limbah Dusun Gondangsari pertanian Memerah sapi Dusun Puluhan Menikmati pemandangan Photo shuting Ruang Non Agrowisata 1) Ruang Penyangga Ruang ini berfungsi sebagai pemisah antara ruang agrowisata dengan ruang konservasi. Ruang ini akan banyak diisi oleh lahan pertanian masyarakat setempat yang tidak dikembangkan sebagai tempat ataupun objek wisata. Disini tidak terdapat aktivitas wisata sehingga fasilitas wisatapun juga ditiadakan. Area penyangga ini lebih ditujukan sebagai tempat untuk produksi masyarakat dalam usahanya memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.

84 Tabel 19. Pengembangan Ruang, Aktivitas dan Fasilitas Agrowisata Ruang Sub Ruang Aktivitas Tipe Aktivitas Intesitas Aktivitas Fasilitas Ruang Agrowisata Ruang Tanaman Hias dan Buah Pengamatan aktivitas budi daya oleh petani Pasif dan aktif Intensif rumah makan, saung peristirahatan, parkir, Menikmati pemandangan lanskap pertanian dan pegunungan yang ada disekitar tapak gedung pusat tanaman hias, gedung pengelola, papan informasi. Bersantai, istirahat, berfoto. Memetik buah, membeli tanaman hias Ruang Teknologi Pertanian Ruang Tanaman Sayuran Pengamatan dan praktek inovasi teknologi berupa pembuatan pakan ternak Pengamatan aktivitas kemasyarakatan dan kebudayaan Desa Ketep Pengamata ragam tanaman hias warga Mengamati arsitektur rumah warga Pengamatan dan mencoba secara langsung budi daya tanaman, out bond, istirahat, bersantai, pengamatan terhadap kehidupan masyarakat Ruang Peternakan Pengamatan terhadap aktivitas peternakan Pengamatan dan turut serta dalam proses pengolahan produk Bersantai, istirahat Pengamatan terhadap kehidupan bermasyarakat Pasif dan aktif Intensif dan semi intensif Pasif dan Aktif Intensif dan semi intensif Pasif dan aktif Intensif dan semi intensif Gedung pembuatan pakan, koridor taman, parkir, nursery tanaman hias warga, saung, toilet Area pembibitan, lahan percobaan, fasilitas outbond sederhana, saung istirahat, area penerimaan, pasar, gedung pengelola Gedung pengolahan produk, kandang komunal, tempat beristirahat, jalan, toilet, rumah makan,

85 Lanjutan Tabel 19 Ruang Sub Ruang Aktivitas Tipe Aktivitas Intesitas Aktivitas Fasilitas Ruang Penunjang Ruang Penerimaan Akses Informasi wisata Pasif Intensif Gerbang, papan Agrowisata secara lengkap informasi dan penunjuk arah Ruang Pelayanan Istirahat, makan dan Pasif Intensif Gedung istirahat, minum, membeli tiket, gedung pengelola, menyewa guide dan kios, mushola, loket, trasnportaski wisata, parkir pusat informasi, kendaraan, akses informasi tempat parkir, toilet, wisata, beribadah, penyewaan kendaraan, berbelanja, menikmati papan informasi. pemandangan Ruang Masyarakat Mengenal aktivitas dan Pasif Semi Intensif Jalur masyarakat dan kebudayaan masyarakat lingkungan setempat kemasarakatan yang ada Ruang Non Ruang Penyangga Pemenuhan produksi Aktif Intensif - Agrowisata internal masyarakat Ruang Konservasi

86 70 2) Ruang Konservasi Ruang ini dapat pula disebut ruang proteksi. Fungsi utama dari ruang ini yaitu sebagai pelindung tanah dan air yang ada pada tapak. Aktivitas yang ada hanyalah aktivitas pasif dan terbatas untuk memastikan kalau daerah ini aman dari lingkungan luar. Jalur - jalur yang ada hanyalah jalan setapak yang dimaksudkan agar tidak banyak orang yang menuju ke sana. Ruang ini akan banyak mengisi daerah-daerah dengan kemiringan tinggi, daerah mata air, dan daerah lembah yang biasa sebagai daerah resapan air. Hampir disetiap dusun akan memiliki ruang ini sehingga persebaran daerah ini akan merata ke seluruh desa mengingat daerah Ketep merupakan daerah yang berbukit Rencana Fasilitas dan Utilitas Rencana fasilitas dibuat berdasarkan jenis aktivitas yang akan dikembangkan di desa. Aktivitas yang dikembangkan adalah aktivitas yang melibatkan keikutsertaan pengunjung terhadap kegiatan pertanian. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas aktif dan pasif. Aktivitas aktif diantaranya adalah aktivitas budi daya seperti penyiapan lahan, pengolahan hasil pertanian, dan pengepakan produk. Sedangkan aktifitas pasif yaitu berupa pengamatan yang dilakukan oleh pengunjung terhadap aktivitas yang ada. Secara khusus, rencana fasilitas pada daerah pengembangan agrowisata dapat dilihat pada Tabel 21. Bahan-bahan umum yang digunakan tentu menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan mudah di dapat terutama dari daerah setempat. Proses pengerjaannya pun dilakukan oleh masyarakat sebagai bagian dari program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Dari aspek desain, pelibatan masyarakat dalam pengerjaan fasilitas akan memudahkan masyarakat setempat untuk mempertahankan ketradisionalan dari kawasan itu sendiri. Fasilitas-fasilitas yang dikembangkan akan dikelola secara mandiri oleh masyarakat melalui kelembagaan yang ada dan akan mengelola agrowisata tersebut.

87 71 Tabel 21. Rencana Faslitas dan Utilitas 1 parkir utama, 3 No Fasilitas pelayanan wisata Luas(m2) atau Jumlah ukuran(m) Gapura P=12, L=10 m, 3 buah T=3 Papan penanda P=1, L=0,5, T=3 10 buah Papan informasi P=1, L=0,5, T=3 10 buah Pos jaga 16 m 2 5 buah Parkir bus, motor, mobil Ls=10000 m 2, Ls=1000 m 2 parkir sekunder Kantor pelayanan Ls=500 m 2 5 buah Masjid Ls=1000 m 2 5 buah Pasar lokal Ls=2500 m 2 1 buah Gerai penjualan Ls=40 m 2 4 buah Kantin Ls=1000 m 2 2 buah Toilet P=6, L=3, T=3 50 buah Fasilitas Agrowisata Dan Wisata Umum Lahan percobaan 5000 m 2 1 buah Jalan Ls=2000 m 2 Pengemasan hasil 1000 m 2 5 buah Pengolahan hasil 1000 m 2 5 buah Saung makan P=6, L=3, T=3 10 buah Saung santai P=6, L=3, T=3 10 buah Area pandang 4000 m 2 1 buah Fasilitas Penunjang Wisata Air bersih PDAM, mata air 4 buah Listrik PLN 1 Telekomunikasi TELKOM, HP 1 Pengolahan limbah Ls=7000 m 1 Promosi Iklan, website, pamflet, laeflet Fasilitas yang akan dikembangkan yaitu fasilitas yang sesuai terhadap fungsi ruang. Fasilitas yang diutamakan yaitu fasilitas yang fungsional dan tradisional sehingga mudah untuk dilakukan pemeliharaan. Fasilitas dengan bentuk seperti ini bertujuan untuk memberikan kesan alami tetapi tidak menghilangkan kemudahan dan kenyamanan dalam menggunakannya. Pengadaan dari saranan tersebut tentu diutamakan berasal dari bahan-bahan yang mampu diproduksi oleh masyarakat setempat.

88 72 (a) (b) (a) (b) Gambar 23. Ilustrasi Fasilitas pada ruang pelayanan (a) tempat istirahat, (b) gedung Pengelola, (c) masjid, (d) tempat parkir Rencana utilitas yang akan dikembangkan di dalam agrowisata ini yaitu pengadaan air bersih mealui penyaluran air dari mata air, pengadaan peralatan telekomunikasi, listrik, tempat pengolahan limbah baik padat maupun cair serta sarana untuk promosi Rencana Sirkulasi Jalur sirkulasi harus dibangun dengan memperhatikan fungsi dan efisiensi sehingga pengguna dapat memperoleh keuntungan baik secara ekonomi maupun fungsi (Laurie 1986 dalam Hapsari 2008). Untuk mendapatkan hal tersebut maka konsep sirkulasi yang diangkat yaitu dengan memanfaatkan jalan yang sudah ada pada tapak dengan disertai penambahan dan perbaikan rute sirkulasi. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung dapat menikmati kunjungannya tanpa menghilangkan interaksi dengan masyarakat sekitar.

89 73 Sirkulasi pada tapak akan dibagi menajadi dua bagian berdasarkan kepentingannya. Keduanya yaitu jalur sirkulasi wisata dan jalur sirkulasi masyarakat. Jalur sirkulasi wisata merupakan jalur yang diperuntukkan bagi pengunjung agrowisata untuk menikmati setiap objek dan atraksi yang ada di dalam tapak. Jalur ini dibagi atas 3 jalur kembali yaitu jalur primer, sekunder, dan tersier. Ilustrasi Jalur primer tampak seperti pada Gambar 24. Gambar 24. Ilustrasi Jalan Primer pada Tapak Jalur primer adalah jalan yang khusus bagi kendaraan yang berwisata yang menghubungkan sub-sub zona pada zona agrowisata. Jalur ini menggunakan pola loop (melingkar) sehingga seluruh objek dan atraksi wisata dapat terhubung satu dengan yang lainnya. Lebar jalur ini kurang lebih 6 meter dan beraspal sehingga memudahkan kendaraan untuk melaluinya. Pada tapak, jalur ini merupakan jalan kolektif. Selain jalur tersebut akan ada penambahan jalur primer berupa jalan satu arah dengan lebar 5 meter yang menghubungkan antara Dusun Gintung, Dusun Gondang Sari dan Gapura Perbatasan Ketep-Banyuroto di arah Timur. Hal ini dimaksudkan agar pengunjung dapat lebih mudah mengakses atraksi yang ada dan juga untuk mengurangi penumpukan pengunjung di Ketep Pass pada saat-saat tertentu. Jalur sekunder adalah jalur wisata yang diperuntukkan bagi kendaraan kecil dan pejalan kaki. Jalan ini direncanakan mengambil jalur eksisting yang berada di Dusun Ketep dan Dusun Dadapan. Jalur ini dapat menghubungkan antara Dusun Ketep dengan Dusun Gintung serta Puluhan secara lebih cepat. Jalur ini memiliki lebar kurang lebih 5 meter. Jalur sirkulasi masyarakat merupakan jalur yang khusus diperuntukan bagi pemenuhan kehidupan masyarakat dan produksi. Jalur ini terbagi menjadi dua

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah mengalami perubahan paradigma dalam konsep pembangunan nasionalnya. Hal itu terjadi sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala 14 III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang, Provinsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google) METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administratif Desa Pasireurih

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administratif Desa Pasireurih III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di dua kampung, yaitu Kampung Sindang Barang (meliputi RW 03, RW 04, RW 05) dan Dukuh Menteng (termasuk Kampung Budaya Sindang Barang),

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Kondisi Topografi Desa Banyuroto terletak di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Desa Banyuroto adalah 623,23 ha, dengan batas

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iii MOTTO... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh dengan keberagaman budaya dan pariwisata. Negara yang memiliki banyak kekayaan alam dengan segala potensi didalamnya, baik

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus

KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus 30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak potensi wisata yang unik, beragam dan tersebar di berbagai daerah. Potensi wisata tersebut banyak yang belum dimanfaatkan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk, dan sifat kegiatan warga masyarakat. Perkembangan ini menuntut industri pariwisata agar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016)

PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) PENGEMBANGAN KAWASAN DESA WISATA Oleh : Dr. Ir. Sriyadi., MP (8 Januari 2016) A. Latar Belakang Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Potensi tersebut menciptakan peluang pengembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi 10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo,, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Peta,

Lebih terperinci

APLIKASI EKOLOGI LANSKAP DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN ADAPTIF DALAM PERENCANAAN LANSKAP PEDESAAN

APLIKASI EKOLOGI LANSKAP DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN ADAPTIF DALAM PERENCANAAN LANSKAP PEDESAAN APLIKASI EKOLOGI LANSKAP DENGAN PENDEKATAN MANAJEMEN ADAPTIF DALAM PERENCANAAN LANSKAP PEDESAAN Disusun Oleh: Darmawan, S.Hut., M.I.L. NIP.19810727 201001 1 022 Pengendali Ekosistem Hutan Muda DINAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk dan sifat kegiatan yang ditawarkan. Perkembangan ini menuntut agar industri

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan pariwisata menduduki posisi yang sangat penting setelah minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional sudah berkembang sedemikian rupa dan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode Survey Deskriptif Metode utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif. Metode survey deskriptif merupakan metode untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG

PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG PENGARUH PENINGKATAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG DAN KENYAMANAN DI WILAYAH PENGEMBANGAN TEGALLEGA, KOTA BANDUNG DIAR ERSTANTYO DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan kepariwisataan dunia yang terus bergerak dinamis dan kecenderungan wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata dalam berbagai pola yang berbeda merupakan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

Oleh : ERINA WULANSARI [ ]

Oleh : ERINA WULANSARI [ ] MATA KULIAH TUGAS AKHIR [PW 09-1333] PENELITIAN TUGAS AKHIR Oleh : ERINA WULANSARI [3607100008] PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Kondisi Umum Pegunungan Menoreh Kulonprogo 3.1.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Geologi Pegunungan Menoreh Pegunungan Menoreh yang terdapat pada Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, salah satu pengelompokan hutan berdasarkan fungsinya adalah hutan konservasi. Hutan konservasi merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Lokasi yang dijadikan fokus penelitian berlokasi di TWA Cimanggu Sesuai administrasi pemangkuan kawasan konservasi, TWA Cimanggu termasuk wilayah kerja Seksi Konservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu berada pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata dan Rekreasi Undang- Undang No.9 Tahun 1990 mendefinisikan wisata sebagai perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Lanskap Menurut Marsh (2005) perencanaan lanskap perkotaan merupakan cakupan besar yang fokus terhadap seluruh area metropolitan. Kebanyakan aktivitas dalam merencana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di daerah tropis dengan luas laut dua pertiga dari luas negara secara keseluruhan. Keberadaan Indonesia di antara dua benua dan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN 2011 2031 UMUM Ruang wilayah Kabupaten Karawang dengan keanekaragaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desain Desain merupakan suatu proses untuk mendapatkan kebutuhan atau sesuatu yang diinginkan dengan cara menyelesaikan permasalahan yang ada. Desain dapat menghubungkan budaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL PENGEMBANGAN LANSKAP WISATA BUDAYA DI KAWASAN SUNGAI CODE, KOTA YOGYAKARTA. Lis Noer Aini

MODEL KONSEPTUAL PENGEMBANGAN LANSKAP WISATA BUDAYA DI KAWASAN SUNGAI CODE, KOTA YOGYAKARTA. Lis Noer Aini MODEL KONSEPTUAL PENGEMBANGAN LANSKAP WISATA BUDAYA DI KAWASAN SUNGAI CODE, KOTA YOGYAKARTA Lis Noer Aini Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Arsitektur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan 19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan alamnya dari masa ke masa. Berbagai lingkungan mempunyai tatanan masing masing sebagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara agraris, memiliki wilayah yang luas untuk usaha pertanian. Selain diperuntukkan sebagai budidaya dan produksi komoditi pertanian serta perkebunan,

Lebih terperinci

TAHAPAN KEGIATAN ARL PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI ANALISIS TAPAK/LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP

TAHAPAN KEGIATAN ARL PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI ANALISIS TAPAK/LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP TAHAPAN KEGIATAN ARL ARL 200 Departemen Arsitektur Lanskap PERSIAPAN PENGUMPULAN DATA & INFORMASI /LANSKAP SINTESIS PERENCANAAN TAPAK/LANSKAP PERANCANGAN/DESAIN TAPAK/LANSKAP Proses memahami kualitas &

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

TINJAUAN PUSTAKA Estetika 4 TINJAUAN PUSTAKA Estetika Istilah estetika dikemukakan pertama kali oleh Alexander Blaumgarten pada tahun 1750 untuk menunjukkan studi tentang taste dalam bidang seni rupa. Ilmu estetika berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

Gambar 4. Lokasi Penelitian

Gambar 4. Lokasi Penelitian 19 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama sembilan minggu, mulai akhir bulan Februari 2011 sampai dengan April 2011. Kegiatan penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN (LP3A)

UNIVERSITAS DIPONEGORO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN (LP3A) UNIVERSITAS DIPONEGORO LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN (LP3A) Desa Wisata di Kawasan Klenting Kuning dengan Penekanan Desain Arsitektur Ekologis TUGAS AKHIR PERIODE 131/53 APRIL-SEPTEMBER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lanskap Budaya Lanskap adalah suatu bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, dimana karakter tersebut menyatu secara harmoni

Lebih terperinci