Analisis Faktor Risiko Tingkat Keluhan Subjektif Low Back Pain Pada Operator Forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Tahun 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Faktor Risiko Tingkat Keluhan Subjektif Low Back Pain Pada Operator Forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Tahun 2014"

Transkripsi

1 Analisis Faktor Risiko Tingkat Keluhan Subjektif Low Back Pain Pada Operator Forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Tahun 2014 Berlian Islamiati 1, Doni Hikmat Ramdhan 2 1. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia 2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok berlian.islamiati11@ui.ac.id Abstrak Low back pain adalah rasa nyeri pada punggung bawah yang terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal yaitu L4 dan L5. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif semi kuantitatif dengan pendekatan cross sectional untuk melihat distribusi dan frekuensi dari faktor yang berhubungan dengan keluhan subjektif low back pain pada operator forklift. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan besar sampel 33 operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta. Pengambilan data primer yaitu melakukan pengukuran getaran menggunakan human vibration meter 100 Larson Davis, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 60,6% operator forklift yang mengalami keluhan low back pain. Hasil analisis bivariat menunjukkan tiga variabel yang berhubungan signifikan dengan keluhan subjektif low back pain, yaitu umur, kebiasaan olahraga (stretching), riwayat low back pain. Sedangkan yang tidak berhubungan yaitu masa kerja, dosis pajanan getaran, dan durasi pajanan getaran. Risk Factor Analysis of Subjective Complaints Low Back Pain In Forklift Operator in PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Abstract Low back pain is pain in the lower back that occurs when there is an emphasis on areas that L4 and L5 lumbar. This study is a semi-quantitative descriptive study with cross-sectional approach to look at the distribution and frequency of factors associated with subjective complaints of low back pain in forklift operator. The study design is cross-sectional sample of 33 forklift operator in PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta. Retrieval of primary data measuring using human vibration meter vibration 100 Larson Davis, questionnaires, and interviews. The results of this study indicate that there is a 60.6% forklift operators who have complaints of low back pain. The results of the bivariate analysis showed that three variables significantly associated with subjective complaints of low back pain, namely age, exercise habits (stretching), a history of low back pain. While that is not related to subjective complaints low back pain are vibration exposure dose, and duration of exposure to vibration. Keywords: Forklift operator; low back pain; vibration Pendahuluan Era globalisasi membawa dampak yang nyata terhadap perubahan kehidupan global dan secara signifikan menuntut industri di berbagai negara untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang dikaitkan dengan perlindungan tenaga kerja serta kepeduliannya terhadap lingkungan hidup. K3 bertujuan melindungi pekerja dari

2 resiko bahaya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan lingkungan kerja, menjamin sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien, serta menjaga proses produksi berjalan dengan lancar. Dalam The World Health Report (WHO, 2002) low back pain dikaitkan dengan stres ergonomis di tempat kerja, termasuk mengangkat dan membawa beban berat, tuntutan pekerjaan fisik, whole body vibration, sering membungkuk, dan postur yang janggal. Tingginya tingkat LBP pada kelompok khusus pekerja, seperti petani, perawat, operator alat berat, dan pekerja konstruksi. Low back pain sering terjadi di negara-negara industri. Meskipun data tersebut terbatas, angka yang dilaporkan di China mirip dengan di negara industri lain. Low back pain dapat dicegah, tetapi intervensi yang sukses membutuhkan kerjasama antar mitra, termasuk manajemen, tenaga kerja, insinyur industri, ergonomi, dan praktisi medis. Analisis menunjukkan bahwa sekitar 37% dari LBP disebabkan faktor risiko pekerjaan. Meskipun bukan penyebab kematian, LBP menyebabkan angka kesakitan atau morbiditas yang cukup besar, sehingga diperkirakan 0,8 juta Disability Adjusted Life Years (DALYs : 0,1%) di seluruh dunia. Ini adalah penyebab utama ketidakhadiran kerja, dan karena itu menyebabkan kerugian ekonomi yang tinggi. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Bovenzi, Pinto, and Stacchini (2002), menyelidiki terjadinya low back pain pada kelompok kasus yaitu 219 operator mesin port (straddle carrier, forklift, dan operator crane) yang terkena whole body vibration dan beban postural, dan kelompok kontrol yaitu 85 pekerja pemeliharaan bekerja di perusahaan yang sama. Ditemukan bahwa gejala low back pain secara signifikan lebih besar terjadi di operator forklift daripada dua kelompok lainnya. Penelitian yang dilakukan Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia) pada tahun 2002, dilakukan di 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia, menunjukkan jumlah penderita nyeri sebanyak orang (25% dari total kunjungan), dimana orang (35,86%) adalah penderita nyeri punggung bawah. PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta adalah salah satu perusahaan perseroan di Indonesia yang bergerak dalam sektor industri pelumas. Dalam kegiatan operasionalnya, forklift digunakan untuk mengangkat dan memindahkan bahan baku serta material penunjang lainnya. Sebagai seorang operator forklift yang bekerja dengan posisi duduk dengan durasi kerja yang beragam, sangatlah berisiko terkena gangguan kesehatan khususnya nyeri punggung bawah (low back pain). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat gambaran dari faktor risiko yang berhubungan dengan keluhan subjektif low back pain pada operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta.

3 Tinjauan Teoritis Pekerjaan/Ergonomi: - Sering membungkuk - Angkat beban berat - Sering angkat beban - Mendorong dan menarik - Berdiri dan duduk lama - Vibrasi - Postur janggal pada bahu, leher, tangan dengan durasi yang lama dan frekuensi yang sering Personal: - Umur - Jenis Kelamin - Kebiasaan Olahraga - Masa Kerja - Riwayat LBP - Transportasi pekerja Psikiatrik: - Jarang merasa energik - Waktu kerja yang terlalu lama - Pekerjaan menjenuhkan - Mengalami kelelahan - Gangguan tidur - Menderita penyakit lain Okupasi Musculosceletal Non- musculosceletal Nyeri Punggung Bawah Gambar 1. Faktor yang Mempengaruhi Low Back Pain (LaDou dan Greenberg, 2006) Dalam gambar 1 menunjukkan 3 faktor yang mempengaruhi keluhan low back pain yaitu, faktor pekerjaan, faktor personal, dan faktor psikiatrik. (LaDou dan Greenberg, 2006) a. Faktor risiko terkait pekerjaan yang berhubungan dengan kejadian LBP (1) Frequent bending dan stopping (2) Mengangkat beban berat (11,3 15,8 kg) (3) Frequent lifting (< 3 detik/angkatan / 20 angkatan/menit) (4) Frequent dan pulling (beban > 22,5 kg) (5) Heavy carrying (beban >33% berat badan) (6) Prolonged standing (lebih dari 6 jam/shift) (7) Prolonged sitting (lebih dari 6 jam/shift) terutama bila dikombinasi dengan vibrasi pada 4,5 6,0 Hz (8) Pekerjaan monoton atau berulang (9) Tergelincir, jatuh

4 b. Faktor risiko personal yang berhubungan dengan LBP adalah - Umur Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan keluhan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena penurunan kekuatan dan ketahanan otot sehingga risiko terjadinya keluhan otot meningkat. - Jenis kelamin Secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah dibandingkan dengan pria. Perbandingan kekuatan otot antara pria dan wanita adalah 3:1. Tidak diketahui dengan jelas apakah jenis kelamin merupakan faktor risiko LBP, walupun tindakan operasi pada HNP lebih banyak pada laki-laki sehingga kompensasi nyeri punggung bawah lebih banyak pada laki-laki yaitu sekitar 70-80%. - Kebugaran jasmani Orang yang pekerjaannya memerlukan pengerahan tenaga besar, namun tidak memiliki waktu cukup untuk berisitirahat dan berolahraga, risikonya untuk mengalami keluhan otot akan meningkat. Daya tahan otot punggung yang baik dapat mencegah kejadian LBP. - Kekuatan otot Hubungan antara kekuatan otot dengan timbulnya keluhan otot masih menjadi perdebatan. Namun secara fisiologi, orang yang memiliki kekuatan otot lebih rendah, bila melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan tenaga, akan lebih rentan terhadap risiko cedera otot. - Antropometri Walaupun pengaruhnya relatif kecil, tinggi badan dan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal. Bukti adanya hubungan antara nyeri punggung bawah dengan tinggi badan dan kegemukan masih kontradiksi, akan tetapi fakta-fakta yang ada tetap meyakinkan adanya hubungan antara hernia diskusi dengan tinggi badan. Pada orang yang tinggi, volume diskus intervertebrata lebih besar dibandingkan dengan orang yang tinggi badannya rata-rata sehingga kurang menguntungkan dalam pemberian nutrisi di diskus. - Penggunaan kendaraan bermotor Shivakumara BS (2010), percobaan dilakukan di India menggunakan sepeda motor berbeda pada jalan yang berbeda. Diamati bahwa nilai WBV yaitu 0,8 m/s 2 mempertimbangkan durasi 8 jam. Magnitudo tinggi tersebut berbahaya, walaupun ketika paparan berdurasi pendek. Berdasarkan hal tersebut ia menyimpulkan bahwa,

5 getaran memiliki peran yang dominan dalam menciptakan efek yang buruk terhadap tubuh. Masalah yang dapat menimbulkan keluhan LBP antara lain : a. Psikologi (jarang merasa energik, waktu kerja yang terlalu lama, pekerjaan menjenuhkan) b. Kondisi kesehatan dan riwayat penyakit (mengalami kelelahan, gangguan tidur, menderita penyakit lain yang bukan LBP c. Pola hidup (tidak memiliki waktu luang untuk bersantai di rumah, jarang olahraga) d. Masalah dengan kendaraan yang dikemudikan (vibrasi kendaraan, tempat duduk yang tidak nyaman) e. Riwayat LBP sebelumnya Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan pendekatan semi kuantitatif untuk melihat faktor determinan yang berhubungan dengan keluhan subjektif low back pain pada operator forklift. Metode yang digunakan adalah cross sectional, dimana pengambilan data menyangkut variabel dependen yaitu keluhan subjektif low back pain dan variabel independen yaitu faktor personal (umur, masa kerja, kebiasaan olahraga atau stretching, dan riwayat low back pain), dosis pajanan getaran, dan durasi pajanan getaran. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data primer dan sekunder. Data primer dalam penelitian ini dengan melakukan pengukuran getaran menggunakan human vibration meter 100 Larson Davis, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Sedangkan data sekunder didapatkan dari data perusahaan dan studi pustaka. Populasi penelitian operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta sejumlah 33 orang. Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisis dengan sistem komputerisasi program Statistical Package for Sosial Science (SPSS) melalui editing, coding, entry, cleaning serta analisis data dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis data penelitian ini adalah univariat dan bivariat.

6 Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Total Karakteristik Responden N = 33 % Umur 35 tahun > 35 tahun Pendidikan S SMA SMP SD Masa kerja 3 Tahun >3 Tahun Karakteristik responden yaitu gambaran umum dari sampel yang diteliti yaitu berupa umur, pendidikan, dan masa kerja. Distribusi umur responden paling banyak pada kategori umur >35 tahun (60,6%). Selain itu, di dalam penelitian didapati empat tingkat pendidikan pada seluruh operator forklift, yaitu SD (12%), SMP (18%), SMA/Sederajat (67%), dan S1(3%). Persentase tertinggi terdapat pada tingkat pendidikan SMA/Sederajat. Pada variabel masa kerja persentase paling banyak yaitu pada kategori masa kerja lebih dari 3 tahun (72,7%).

7 2. Frekuensi Distribusi Responden Menurut Faktor Independen dan Dependen Berdasarkan hasil jawaban kuesioner terhadap 33 operator forklift di PT Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 2. Frekuensi Distribusi Responden Menurut Faktor Independen Yang Diteliti Pada Operator Forklift di PT Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Faktor Risiko Perilaku Total Baik Tidak Baik OR N = 20 % N = 13 % N = 33 P Value (95% CI) Umur > 35 tahun 35 tahun ,000 6,02 (2,50 14,48) Masa kerja > 3 tahun 3 tahun , (0,23 1,31) Kebiasaan Olahraga (stretching) Tidak Ya , (3,82 24,40) Riwayat LBP TIdak Ya ,001 4,44 (1,90 10,33) a. Hubungan antara Umur dengan Keluhan Subjektif Low Back Pain Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,010 yang berarti nilai p α dengan α = 5% (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur pekerja dengan keluhan subjektif low back pain. Keeratan hubungan antara variabel umur dengan keluhan subjektif low back pain dapat dilihat dari nilai OR = 9,00 (95% CI : 1,80-44,96), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang berumur > 35 tahun berisiko 9 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang berumur 35 tahun. (Tabel 2)

8 b. Hubungan antara Masa kerja dengan Keluhan Subjektif Low Back Pain Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 1,000 yang berarti nilai p > α dengan α = 5% (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan keluhan subjektif low back pain. Keeratan hubungan variabel masa kerja dengan keluhan subjektif low back pain dapat dilihat dari nilai OR = 1,333 (95% CI : 0,282-6,300), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang masa kerjanya > 3 tahun berisiko 1 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang masa kerjanya 3 tahun. (Tabel 2) c. Hubungan antara Kebiasaan Olahraga (stretching) dengan Keluhan Subjektif Low Back Pain Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti nilai p α dengan α = 5% (0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga (stretching) dengan keluhan subjektif low back pain. Keeratan hubungan variabel kebiasaan olahraga (stretching) dengan keluhan subjektif low back pain dapat dilihat dari nilai OR = 0,023 (95% CI : 0,02-0,241), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang tidak melakukan stretching berisiko 0,02 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang melakukan stretching. (Tabel 2) d. Hubungan antara Riwayat Low Back Pain dengan Keluhan Subjektif Low Back Pain Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diperoleh nilai p = 0,027. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat low back pain dengan keluhan subjektif low back pain. Keeratan hubungan variabel riwayat low back pain dengan keluhan subjektif low back pain dapat dilihat dari nilai OR = 6,400 (95% CI : 1,338-30,606), hal ini dapat diartikan bahwa responden yang memiliki riwayat low back pain berisiko 6,4 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang tidak memiliki riwayat LBP. (Tabel 2)

9 Pembahasan 1. Keluhan Low Back Pain Low back pain adalah rasa nyeri yang timbul karena terjadinya penekanan pada punggung bagian bawah atau daerah lumbal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta menunjukkan bahwa sebagian dari jumlah keseluruhan operator mengalami keluhan subjektif low back pain. Keluhan yang ditemukan berupa pegal seluruh tubuh dan nyeri pada bagian pinggang. Pada kuesioner yang disebarkan oleh peneliti, terdapat 20 operator forklift yang menuliskan catatan tambahan berupa pendapatnya mengenai tingkat getaran yang diterima operator, yaitu salah satunya dipengaruhi oleh permukaan jalan yang sehariharinya menjadi sarana mobilitas dari kegiatan pengangkutan dan pemindahan barang merupakan jalanan yang tidak rata, dan hal ini banyak dikeluhkan oleh operator. Karena ketika forklift melalui jalanan yang tidak rata, otomatis guncangan akan terjadi dan tingkat getaran juga menjadi tinggi. Sehingga ketika aktifitas padat, guncangan yang diakibatkan oleh jalanan yang tidak rata serta durasi yang cukup lama menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat keluhan subjektif low back pain pada operator forklift. Selain faktor jalanan yang tidak rata, sebagian operator juga berpendapat bahwa ban dari forklift yang digunakan sehari-hari juga berpengaruh terhadap tingkat getaran yang timbul. Ban yang telah mengalami penipisan berpotensi meningkatkan getaran yang diterima oleh operator, terutama ketika forklift melewati jalanan yang tidak rata. Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengendalikan timbulnya keluhan subjektif low back pain pada operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta, maka perlu dilakukan upaya-upaya yang dapat mengurangi pengaruh dari faktor-faktor yang memicu terjadinya gejala-gejala yang termasuk dalam low back pain. 2. Umur Responden Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.09/MEN/VII/2010 Tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut, umur dari operator sekurang-kurangnya 21 tahun serta memiliki Lisensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan buku kerja.

10 Pada penelitian yang dilakukan oleh LaDou diketahui keluhan pertama otot skeletal pada kejadian low back pain biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan keluhan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Ia menyebut usia adalah faktor kombinasi penyebab low back pain, artinya usia tidak berdiri sendiri sebagai penyebab LBP akibat kerja tapi ada faktor penyebab lain yang lebih dominan. Berdasarkan penelitian ini, diketahui umur operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta sangat bervariasi, operator termuda yaitu berusia 30 tahun dan yang tertua berumur 52 tahun. Peneliti mengelompokkan variabel umur operator forklift menjadi 2 kategori, yaitu operator forklift dengan umur 35 tahun sebanyak 13 orang dengan jumlah yang mengalami keluhan low back pain 4 orang, dan operator yang berumur > 35 tahun sebanyak 20 orang dengan jumlah yang mengalami keluhan low back pain yaitu 16 orang. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan keluhan subjektif low back pain pada operator forklift di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta. Selain itu diperoleh nilai OR = 9,00 hal ini dapat diartikan bahwa responden yang berumur > 35 tahun berisiko 9 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang berumur 35 tahun. 3. Masa kerja Responden Seperti variasi dalam usia, masa kerja operator forklift juga sangat bervariasi. Terdapat operator forklift yang masa kerjanya 3 tahun, dan yang paling lama yaitu 27 tahun. Peneliti mengelompokkan masa kerja menjadi dua kategori ( 3 tahun dan > 3 tahun), berdasarkan penelitian dari Carel Hulshof, et. al. (2009) yang menyebutkan bahwa keluhan low back pain ditemukan setelah seseorang bekerja pada lingkungan maupun peralatan yang menghasilkan getaran selama 3 tahun. Pada kategori masa kerjanya > 3 tahun yaitu sebanyak 24 orang dengan jumlah yang mengalami keluhan low back pain sebanyak 15 orang. Berdasarkan data penelitian, operator yang masa kerjanya lebih dari tiga tahun memiliki jumlah lebih tinggi dibandingkan dengan operator yang masa kerjanya dibawah tiga tahun. Kemudian berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan low back pain.

11 Selain itu diperoleh nilai OR = 1,33 hal ini dapat diartikan bahwa responden yang masa kerjanya > 3 tahun berisiko 1,3 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang masa kerjanya 3 tahun. 4. Kebiasaan Olahraga (Stretching) Keluhan nyeri punggung bawah jarang ditemukan pada orang yang dalam kegiatan kesehariannya memiliki waktu yang cukup dalam beristirahat dan berolahraga, begitu juga sebaliknya. (Eriksen et, al.) Pada penelitian ini, keluhan low back pain pada operator foklift yang melakukan olahraga (stretching) yaitu 1 orang, dan keluhan low back pain pada operator foklift yang tidak melakukan olahraga (stretching) sebanyak 19 orang. Kemudian berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan olahraga (stretching) dengan keluhan subjektif low back pain. Selain itu diperoleh nilai OR = 0,023 hal ini dapat diartikan bahwa responden yang tidak melakukan stretching berisiko 0,02 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang melakukan stretching. 5. Riwayat Low Back Pain Greenberg (2006) menyebutkan bahwa riwayat cedera punggung sebelumnya adalah faktor risiko personal yang berkaitan dengan nyeri punggung bawah. Sebagian besar orang pernah mengalami nyeri punggung bawah setidaknya sekali dalam hidupnya, meskipun sebagiannya segera sembuh namun angka kekambuhannya tetap tinggi. Berdasarkan penelitian, terdapat 16 operator forklift yang memiliki riwayat low back pain mengalami keluhan subjektif low back pain, dan 4 operator forklift yang tidak memiliki riwayat low back pain tetapi mengalami keluhan subjektif low back pain. Kemudian berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat low back pain dengan keluhan subjektif low back pain. Selain itu diperoleh nilai OR = 6,40 hal ini dapat diartikan bahwa responden yang memiliki riwayat low back pain berisiko 6,4 kali untuk mengalami keluhan subjektif low back pain dibandingkan responden yang tidak memiliki riwayat LBP.

12 6. Tingkat Pajanan Getaran Occupational and Environmental Medicine menyebutkan bahwa salah satu faktor risiko okupasi yang terkait dengan low back pain adalah pajanan dari vibrasi yang ditimbulkan kendaraan atau kegiatan industri. (Greenberg, 2006) Hasil pengukuran getaran berdasarkan waktu pengukuran (3 menit X 3 kali pengambilan data) menunjukkan rata-rata nilai pajanan getaran dari 33 operator forklift yaitu 0,06 m/s 2. Nilai yang tertinggi terdapat pada operator forklift dengan nomor responden 20 dengan nilai pajanan getaran 0,60 m/s 2. Nilai tertinggi dari perhitungan tersebut terdapat pada sumbu X, yaitu sumbu yang menunjukkan arah getaran merambat dari belakang tubuh menuju ke bagian depan. Rumus tersebut digunakan oleh peneliti, karena operator forklift hanya bekerja mengemudikan forklift saja dan tidak terpapar getaran dari mesin ataupun kegiatan produksi lain. Sehingga rumus diatas digunakan untuk mengukur pajanan getaran harian untuk satu aktifitas pekerjaan. Untuk perhitungan dosis pajanan getaran harian, nilai tersebut diperoleh berdasarkan perhitungan dari ketiga sumbu, yaitu sumbu X, Y, dan Z. Nilai tertinggi yang diperoleh dari hasil perhitungan ketiga sumbu tersebut ditentukan sebagai dosis pajanan getaran harian. (Griffin, 2006) Nilai rata-rata dosis pajanan getaran harian dari seluruh operator forklift di PT Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta yaitu 0,03 m/s 2. Sedangkan, nilai dosis pajanan harian tertinggi dan melewati NAB yang ditetapkan pemerintah terdapat pada responden dengan nomor 20, yaitu sebesar 0,52 m/s 2. Nilai tertinggi dari perhitungan tersebut juga didapat dari perhitungan pada sumbu X. Tingginya dosis pajanan getaran harian tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (personal) dari operator forklift maupun faktor eksternal yang berasal dari lingkungan maupun forklift tersebut. Faktor eksternal yang dimaksud antara lain yaitu kondisi jalan yang rusak, berkurangnya peredam atau busa pada kursi forlift sehingga kemampuannya dalam meredam getaran berkurang. Selain itu, jadwal maintenance atau pemeliharaan juga berpengaruh terhadap tingkat getaran yang dihasilkan oleh mesin forklift. Setiap faktor tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi kombinasi yang mengakibatkan tingginya dosis pajanan getaran harian yang diterima oleh operator forklift.

13 7. Durasi Pajanan Getaran Penyebab risiko adalah kondisi personal atau lingkungan yang meningkatkan kemunkingan terjadinya cedera atau penyakit. Program penanggulangan akan lebih efektif bila fokus pada faktor risiko yang diketahui. Salah satu faktor risiko low back pain yaitu prolonged sitting (lebih dari 6 jam/shift) terutama bila dikombinasi dengan vibrasi. (LaDou) Durasi menunjukkan lamanya operator forklift terpajan getaran dengan nilai pajanan getaran tertentu. Durasi pajanan memperngaruhi tingkat pajanan getaran yang dapat diterima oleh operator forklift. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata durasi pajanan getaran dalam sehari atau ketika mengemudikan forklift yaitu 7 jam. Durasi pajanan getaran diperoleh melalui data kuesioner yaitu mengurangi jam kerja dalam sehari dengan durasi istirahat ditempat kerja. Hasil rata-rata durasi pajanan digunakan untuk menghitung dosis pajanan getaran harian yang diterima oleh operator forklift. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Operator forklift yang berumur > 35 tahun dan mengalami keluhan subjektif low back pain sebanyak 16 orang. 2. Operator forklift yang masa kerjanya > 3 tahun dan mengalami keluhan subjektif low back pain sebanyak 15 orang. 3. Operator forklift yang tidak melakukan stretching dan mengalami keluhan subjektif low back pain sebanyak 19 orang. 4. Operator forklift yang tidak memiliki riwayat low back pain dan mengalami keluhan subjektif low back pain sebanyak 4 orang. 5. Pada hasil pengukuran getaran pada kursi forklift, terdapat satu forklift yang nilai getarannya melewati ambang batas yang telah ditentukan oleh pemerintah. Getaran yang melewati nilai ambang batas terdapat pada operator forklift dengan nomor responden 20 dengan tingkat pajanan getaran harian yaitu 0,52 m/s Rata-rata durasi pajanan getaran dalam sehari atau ketika mengemudikan forklift yaitu 7 jam. Durasi pajanan getaran diperoleh melalui data kuesioner yaitu

14 mengurangi jam kerja dalam sehari dengan durasi istirahat ditempat kerja. Hasil ratarata durasi pajanan digunakan untuk menghitung dosis pajanan getaran harian yang diterima oleh operator forklift. 7. Faktor yang berhubungan signifikan dengan keluhan subjektif low back pain yaitu umur, kebiasaan olahraga (stretching), dan riwayat low back pain. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan keluhan subjektif low back pain yaitu variabel masa kerja. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat direkomendasikan untuk meminimalisasi tingkat getaran yang dapat mempengaruhi tingkat keluhan subjektif low back pain di PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta, antara lain : 1. Penggantian kursi forklift yang telah rusak, dalam pengertian bahwa kursi forklift tersebut sudah tidak dapat meredam getaran dengan optimal. 2. Penggantian ban dari forklift yang sudah dalam kondisi tidak layak. Tidak layak diartikan bahwa, ban dari forklift sudah mengalami penipisan, sehingga ketika melalui jalanan yang tidak rata, maka getaran yang ditimbulkan cukup tinggi. 3. Melakukan perbaikan jalan. Kondisi jalan yang tidak rata mengakibatkan getaran timbul pada kendaraan ketika kendaraan tersebut berjalan melewatinya. 4. Memasang peredam getaran atau (back support) pada pada kursi forklift. Back support berfungsi mengurangi tingkat getaran yang timbul dan memajani operator forklift. 5. Jadwal maintenance, merupakan jadwal pemeliharaan rutin yang dilakukan pada kendaraan yaitu forklift. Jadwal pemeliharaan yang rutin berupa pengecekan mesin kendaraan dapat mengurangi getaran yang timbul ketika forklift digunakan. 6. Melakukan promosi program kesehatan, salah satunya dengan peregangan badan atau stretching. Stretching adalah latihan fisik yang meregangkan otot-otot di setiap anggota badan untuk meningkatkan fleksibilitas (kelenturan). Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu kewajiban konsumsi air mineral yang cukup dalam sehari untuk mencegah tubuh dari dehidrasi akibat lingkungan kerja yang panas.

15 Kepustakaan BS. Shivakumara. (2010). Study of vibration and its effect on health of the motorcycle rider. India. Greenberg, (2006). Occupational and Environtmental Medicine Review. McGraw-Hill Medical Publishing Division. LaDou, J.(2006). Occupational and Environtmental Medicine. McGraw-Hill. M.Bovenzi.(2005). Health Effects of Mechanical Vibration. USA. M.J. Griffin.(2006). Whole Body Vibration Good Practice Guide. Institute of Sound and Vibration Research, University of Southhampton, U.K. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.09/MEN/VII/2010 Tentang Operator dan Petugas Pesawat Angkat dan Angkut. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. PERDOSSI (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia). Jumlah Penderita Nyeri Punggung Bawah pada 14 rumah sakit pendidikan di Indonesia. diakses pada 5 Juni 2014 pukul WIB World Health Organization (WHO). Angka kejadian low back pain. diakses 10 juni 2014 pukul WIB

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan sehari-hari keluhan LBP dapat menyerang semua orang, baik jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB VI HASIL. Universitas Indonesia. Gambaran faktor-faktor..., Ami Kesumaningtyas, FKM 33 UI, 2009

BAB VI HASIL. Universitas Indonesia. Gambaran faktor-faktor..., Ami Kesumaningtyas, FKM 33 UI, 2009 BAB VI HASIL A. Distribusi Frekuensi Karakteristik Individu a) Distibusi Umur, Jenis Kelamin, status merokok, riwayat penyakit sebelumnya, keluhan subjektif nyeri Tabel 1 Distribusi Karakteristik Individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan

BAB 1 : PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan pada pasal 86, menjelaskan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah salah satu hak dasar bagi pekerja yang merupakan komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab (kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas dalam mempengaruhi populasi manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan sering kali terabaikan, hal tersebut dapat berdampak pada keselamatan kerja pekerja serta Penyakit Akibat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Wilayah Semarang Timur memiliki tiga pasar yaitu Pasar Gayamsari, Pasar Pedurungan,dan Pasar Parangkusuma. Pada masing masing

Lebih terperinci

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University

Putri AS, Saftarina F, Wintoko R Faculty of Medicine of Lampung University Correlation Between Working Period and Working Position with the Incidence of Low Back Pain (LBP) in Cleaning Workers of Onion Shell at Unit Dagang Bawang Lanang Iringmulyo Metro City Putri AS, Saftarina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri diikuti dengan risiko bahaya kesehatan akibat tidak adanya keseimbangan interaksi antara manusia dengan peralatan, lingkungan dan mesin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT ABSTRAK PENGESAHAN SKRIPSI PERNYATAAN PERSETUJUAN RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR BAGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang sasaran utamanya di bidang pembangunan ekonomi, maka kegiatan perdagangan merupakan salah satu sektor pembangunan ekonomi, senantiasa dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di era globalisasi ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri di Indonesia. Sehingga industri perlu mengadakan perubahan untuk mengikuti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 5% per tahun. Sementara pada anak-anak dan remaja kejadiannya

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 5% per tahun. Sementara pada anak-anak dan remaja kejadiannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) adalah masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia. 1 Menurut organisasi kesehatan dunia (World Health Organization, WHO) prevalensi terbanyak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tersebut. Risiko-risiko tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit akibat kerja (PAK) adalah penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada

sesuatu dari satu tempat ke tempat lainnya. Pentingnya transportasi terlihat pada 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara

BAB I PENDAHULUAN. negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri garmen merupakan salah satu industri penting bagi beberapa negara. Industri sepenuhnya terintegrasi ke dalam rantai pasokan secara keseluruhan, termasuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkatan kerja tahun 2009 di Indonesia diperkirakan berjumlah 95,7 juta orang terdiri dari 58,8 juta tenaga kerja laki-laki dan 36,9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot skeletal yang disebabkan karena tubuh menerima beban statis, atau bekerja pada postur janggal secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja. Lingkungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU Mentari Laalah *, Johan Josephus *, Jimmy F. Rumampuk * * Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah

I. PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Low Back Pain (LBP) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada daerah punggung bagian bawah dan degeneratif merupakan work related. Penyebab LBP yang paling umum

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG

ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG ANALISIS POSTUR KERJA PADA MEKANIK BENGKEL SEPEDA MOTOR HIDROLIK X DAN NON-HIDROLIK Y KOTA SEMARANG Adlina Rahmadini Adzhani, Ekawati, Siswi Jayanti Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kerja untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan maupun industri dalam melakukan aktivitas kerja untuk mencapai tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki. Salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas, dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di Indonesia berkembang semakin pesat khususnya dalam bidang teknologi dan industri. Peningkatan pemanfaatan teknologi dalam dunia industri memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran faktor-faktor..., Ami Kesumaningtyas, FKM 1 UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran faktor-faktor..., Ami Kesumaningtyas, FKM 1 UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas pekerja. Dalam hal ini, salah satu unsur penting dalam elemen Keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat kerja merupakan suatu tempat yang dapat menciptakan interaksi antara manusia dengan alat-alat, mesin dan bahan dengan objek pekerjaan yang bertujuan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Ergonomi Nurmianto (2003 : 1) mengatakan istilah ergonomic berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri pada masa kini telah berada pada masa perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya perusahaan ataupun industri-industri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan bersifat analitik yang bertujuan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakiki kesehatan dan keselamatan kerja, merupakan upaya atau pemikiran serta penerapanya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Jenis dan Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian kuantitatif observasional untuk mengetahui tingkat kelelahan (fatigue) kerja akibat kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja merupakan suatu penyakit yang diderita pekerja dalam hubungan dengan kerja, baik faktor risiko karena kondisi tempat kerja, peralatan kerja,

Lebih terperinci

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI PINGGANG PADA PENGERAJIN BATIK TULIS DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI PINGGANG PADA PENGERAJIN BATIK TULIS DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI TAHUN 2012 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI PINGGANG PADA PENGERAJIN BATIK TULIS DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI TAHUN 2012 * Erris 1, Erna 2 1 Poltekkes Jambi Jurkesling 2 STIKes PRIMA Prodi IKM *

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada

BAB I PENDAHULUAN. dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit oleh WHO (World Health Organisation) tahun 1957 diberikan batasan yaitu suatu bagian menyeluruh, (Integrasi) dari organisasi dan medis, berfungsi memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional di Indonesia selama ini telah dapat memberikan manfaat yang sangat besar dan telah dirasakan oleh masyarakat luas. Pembangunan pula membuka kesempatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA PENGRAJIN SONGKET DI DESA TALANG AUR KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA PENGRAJIN SONGKET DI DESA TALANG AUR KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR JURNAL Jurnal ILMU Ilmu KESEHATAN Kesehatan Masyarakat MASYARAKAT VOLUME 3 Nomor 01 Maret 2012 Artikel Penelitian FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA PENGRAJIN SONGKET DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini begitu banyak pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan pertambahan tenaga kerja menimbulkan berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya adalah meningkatnya penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang- undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 86, ayat I a, menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam melaksanakan pekerjaannya seseorang dapat saja terkena gangguan atau cidera. Disadari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan tenaga manusia masih menjadi hal yang utama dan paling penting dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang berlangsung di perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam rangka efektivitas, efisiensi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden. 1. Usia Hasil penelitian berdasarkan usia responden diperoleh presentase terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan terendah pada usia

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penilaian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor risiko ergonomi yang mempengaruhi besarnya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era perdagangan bebas, pergerakan produk-produk perdagangan akan semakin tidak terbendung, isu-isu kualitas produk, hak asasi manusia, lingkungan hidup dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian RSUD Dr Moewardi Surakarta merupakan rumah sakit negeri kelas A yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang ada di sektor formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tekstil merupakan salah satu sektor andalan industri di Indonesia dalam pertumbuhan perekonomian Nasional. Garmen merupakan bagian yang memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang terjadi pada punggung bagian bawah yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit maupun aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO LOW BACK PAIN PADA PENGEMUDI BUS PO. JEMBER INDAH KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO LOW BACK PAIN PADA PENGEMUDI BUS PO. JEMBER INDAH KABUPATEN JEMBER SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RISIKO LOW BACK PAIN PADA PENGEMUDI BUS PO. JEMBER INDAH KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Diana Savitri NIM. 042110101066 BAGIAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi, dunia kerja tidak lepas dari kebutuhan akan adanya komputer yang membantu atau mempermudah dalam penyelesaian suatu pekerjaan. Komputer

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA MASA KERJA LAMA KERJA DAN POSISI KERJA DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG PADA PENGEMUDI BUS TERMINAL KAWANGKOAN JURUSAN KAWANGKOAN-MANADO Agrisia Gampu*, Budi Ratag*, Finny Warouw* *Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai industri masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan secara manual yang memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat. Aktivitas Manual Material

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana dan prasarana transportasi terus mengalami perkembangan yang pesat, hal ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan infrastruktur transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan produktifitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan produktifitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan ergonomi untuk peningkatan keselamatan, kesehatan dan produktifitas tenaga kerja serta perbaikan mutu produk dalam suatu proses produksi semakin dirasakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut International Labor Organization (ILO) dalam Nurhikmah (2011) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Penelitian ini di desain melalui pendekatan cross-sectional study yaitu rancangan suatu studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia globalisasi menuntut masyarakat untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Bekerja merupakan hal wajib yang dilakukan, seiring kemajuan globalisasi maka daya konsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. bersifat survey analitik, dengan menggunakan desain penelitian cross sectional,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. bersifat survey analitik, dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian yang dilaksanakan bersifat survey analitik, dengan menggunakan desain penelitian cross sectional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal, pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada pengembangan dan pendayagunaan Sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Pedurungan dan Pasar Gayamsari yang terletak di Kota Semarang bagian timur dengan membutuhkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG PADA PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA DI KOTA BITUNG

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG PADA PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA DI KOTA BITUNG HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG PADA PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA DI KOTA BITUNG Christy W. Nelwan *, Woodford B. S. Joseph *, Paul A. T. Kawatu * *Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA

PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH LAMA DUDUK SEBELUM ISTIRAHAT DALAM BERKENDARA TERHADAP KELUHAN LOW BACK PAIN PADA SOPIR BUS DI TERMINAL SURAKARTA Iwing Adi Kurniawan R0212024 PROGRAM DIPLOMA 4 KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional.

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional. 3.2. Waktu Penelitian Kegiatan pembuatan proposal dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words : age, length of employment, vibration, musculoskeletal complaints ABSTRAK

ABSTRACT. Key words : age, length of employment, vibration, musculoskeletal complaints ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA UMUR, LAMA KERJA, DAN GETARAN DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA SUPIR BUS BUS TRAYEK BITUNG-MANADO DI TERMINAL TANGKOKO BITUNG TAHUN 2016 Marthin Enrico J. 1), Paul A. T. Kawatu 1), Grace

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di dunia sudah maju dan segala sesuatunya sudah otomatis, tetapi penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari secara keseluruhan.

Lebih terperinci

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup masyarakat menjadi pola hidup tidak sehat telah mendorong terjadinya berbagai penyakit yang mempengaruhi metabolisme tubuh. Penyakit akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk kecelakaan kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit kerja tersebut tergantung dari jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. unsur penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Ratusan tenaga kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. unsur penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Ratusan tenaga kerja BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja mempunyai peranan penting dalam pembangunan sebagai unsur penunjang keberhasilan pembangunan nasional. Ratusan tenaga kerja didunia bekerja pada kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melaksanakan sebuah pekerjaan dapat membuat seseorang berisiko mengalami gangguan atau cedera. Kebanyakan cedera akibat kerja biasanya mengenai sistem muskuloskeletal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan fenomena yang seringkali dikeluhkan dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialamioleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia perindustrian di era globalisasi dan Asean Free Trade Area (AFTA) semakin pesat. Hal ini membuat persaingan antara industri besar, industri menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan melalui pembelajaran, penyempurnaan, atau temuan baru secara interaktif, berkolaborasi dengan berbagai kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di Rumah Sakit. Pelayanan keperawatan tersebut haruslah memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan gangguan muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh masyarakat umum dan prevalensinya

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL Disusun oleh : HENDRO HARNOTO J110070059 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang dapat mengganggu proses kerja sehingga menjadi kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini semua proses pekerjaan tidak terlepas dari posisi duduk, mulai dari orang kecil seperti murid sekolah sampai orang dewasa dengan pekerjaan yang memerlukan

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus keilmuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah bahaya dan risiko yang melekat pada pekerjaan. Sjaaf (2006) menyatakan bahwa bahaya dan risiko tersebut akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PERAWAT DI RUANGAN RAWAT INAP RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Brenda Umboh*, J.A.M. Rattu*, Hilman Adam* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan departemen water pump PT. X. Hasil analisa data meliputi gambaran tingkat pajanan ergonomi, keluhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN LAMA BERKENDARA DENGAN TIMBULNYA KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR

HUBUNGAN LAMA BERKENDARA DENGAN TIMBULNYA KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR HUBUNGAN LAMA BERKENDARA DENGAN TIMBULNYA KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR Oleh : RAHMAT HENDRA SAPUTRA J 110 070 062 Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observational dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Data dikumpulkan dengan cara observasi lingkungan kerja,

Lebih terperinci