BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Diskripsi Lokasi Penelitian RSUD Dr Moewardi Surakarta merupakan rumah sakit negeri kelas A yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas bahkan oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat. Rumah Sakit ini termasuk besar karena tersedia 676 tempat tidur inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Jawa Tengah yang tersedia rata-rata 56 tempat tidur inap. Jumlah dokter 232 dokter. Pelayanan Inap termasuk kelas tinggi yaitu 154 dari 676 tempat tidur di rumah sakit ini berkelas VIP keatas. Setiap tahun, 334,983 pasien menjenguk RSU Dr Moewardi Surakarta. Instalasi Rehabilitasi Medik merupakan salah satu instalasi di RSUD Dr Moewardi Surakarta. Terdapat 7 Pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik yaitu : pemeriksaan dokter spesialis Rehabilitasi Medik, pelayanan Fisioterapi Komprehensif, pelayanan Psikologi Minis, pelayanan Terapi Wicara, Pelayanan Okupasi Terapi, pelayanan pekerja sosial medis dan pelayanan Orthotik Prosthetik. B. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Sampel Penelitian a. Karakteristik Sampel Penelitian Data Kontinu Hasil statistik deskriptif data kontinu yang berupa umur, persepsi terhadap Low Back Pain, akses layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga dan pencegahan kekambuhan dapat dilihat pada tabel 4.1. sebagai berikut : 37

2 38 Tabel 4.1. Karakteristik Sampel Penelitian Data Kontinu Variabel N Min Max Mean SD Umur 60 46,00 78,00 59,67 9,62 Persepsi terhadap LBP 60 1,00 13,00 5,92 2,10 Akses layanan kesehatan 60 2,00 10,00 5,85 1,63 Aksesibilitas lingkungan 60 1,00 9,00 6,48 1,77 Dukungan keluarga 60 6,00 30,00 20,57 5,80 Pencegahan kekambuhan 60 3,00 9,00 7,70 1,21 Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 b. Karakteristik Sampel Penelitian Data Kategorikal 1) Jenis kelamin Hasil karateristik sampel penelitian variabel jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2. sebagai berikut : Tabel 4.2. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Jenis Kelamin Jenis Kelamin n % Laki-laki 19 31,7 Perempuan 41 68,3 Jumlah Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin sampel penelitian adalah perempuan yaitu sebanyak 41 (68,3%). 2) Pendidikan Hasil karakteristik sampel penelitian variabel pendidikan dapat dilihat pada tabel 4.3. sebagai berikut : Tabel 4.3. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Pendidikan Pendidikan n % Pendidikan dasar 26 43,3 Pendidikan menengah 20 33,3 Pendidikan tinggi 14 23,4 Jumlah Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan sampel penelitian adalah pendidikan dasar (SD dan SMP) yaitu sebanyak 26 (43,3%).

3 39 3) Pekerjaan Hasil karakteristik sampel penelitian variabel pekerjaan dapat dilihat pada tabel 4.4. sebagai berikut : Tabel 4.4. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Pekerjaan Pekerjaan n % bekerja 22 36,7 Bekerja paruh waktu 15 25,0 Bekerja penuh waktu 23 38,3 Jumlah Sumber : Data primer diolah, 2016 Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas sampel penelitian memiliki pekerjaan penuh waktu yaitu sebanyak 23 (38,3%). 4) Edukasi Proper Body Mechanics Hasil karateristik sampel penelitian variabel edukasi dapat dilihat pada tabel 4.5. sebagai berikut : Tabel 4.5. Karakteristik Sampel Peneitian Variabel Edukasi PBM Edukasi n % pernah 25 41,7 Pernah 35 58,3 Jumlah Sumber : data primer diolah, ) Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas sampel penelitian pernah mendapatkan edukasi proper body mechanics yaitu sebanyak 35 (58,3%). 2. Pengujian Hipotesis a. Analisis Bivariat 1) Hubungan Umur dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan umur dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.6. berikut :

4 40 Tabel 4.6. Hubungan Umur dengan Tindakan Pencegahan kekambuhan LBP Tindakan Umur Pencegahan kekambuhan LBP Total > 65 F % F % F % F % Melakukan 12 60,0 5 25,0 3 15, Melakulan 7 17, , , Total 19 31, , , Sumber Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.6. menunjukkan bahwa hasil uji Chi-Square terdapat hubungan umur dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,004). 2) Hubungan Jenis kelamin dengan Tindakan Pencegahan kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan jenis kelamin dengan pencegahan kekambuhan dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.7 P 0,004 Tabel 4.7. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Jenis kelamin Pencegahan Total Laki-laki Perempuan OR P kekambuhan LBP F % F % F % melakukan 10 50, , ,44 0,031 Melakukan 9 22, , Total 19 31, , Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.7. menunjukkan nilai odds ratio sebesar 3,44 berarti bahwa sampel penelitian dengan jenis kelamin perempuan mempunyai kemungkinan 3,44 kali lebih besar dalam melakukan tindakan pencegahan LBP dibandingkan dengan sampel penelitian dengan jenis kelamin laki-laki. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan jenis kelamin dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,031).

5 41 3) Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.8 Tabel 4.8. Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Pendidikan Pencegahan Kekambuhan LBP Total Dasar Menengah Tinggi F % F % F % F % melakukan 13 65,0 5 25,0 2 10, Melakukan 13 32, , , Total 26 43, , , Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel 4.8. menunjukkan hasil uji Chi-Square bahwa ada hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,046). 4) Hubungan Pekerjaan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.9 Tabel 4.9. Kekambuhan LBP Hubungan Pekerjaan dengan Tindakan Pencegahan Pekerjaan Tindakan Pencegahan Kerja Kerja Total Kekambuhan paruh penuh bekerja LBP waktu waktu F % F % F % F % melakukan 14 70,0 5 25,5 1 5, Melakukan 8 20, , , Total 22 36, , , Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 P 0,046 P 0,001

6 42 Tabel 4.9. menunjukkan hasil uji Chi-Square bahwa ada hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 5) Hubungan Persepsi terhadap Low Back Pain dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan persepsi terhadap LBP dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel Tabel Hubungan Persepsi terhadap LBP dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Persepsi Nyeri Pencegahan Total Rendah Tinggi OR P Kekambuhan LBP F % F % F % melakukan 17 85,0 3 15, ,89 0,001 Melakukan 3 7, , Total 20 33, , Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel menunjukkan nilai odds ratio sebesar 69,89 berarti bahwa sampel dengan persepsi terhadap LBP tinggi mempunyai kemungkinan 69,89 kali lebih besar melakukan pencegahan kekambuhan dibandingkan dengan sampel dengan persepsi terhadap LBP yang rendah. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi terhadap LBP dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 6) Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan akses pelayanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel 4.11.

7 43 Tabel Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Pencegahan Akses Pelayanan Kesehatan Total OR P Kekambuhan Sulit Mudah LBP F % F % F % melakukan 15 75,0 5 25, Melakukan 10 25, , ,0 0,001 Total 25 41, , Sumber : Data primer diolah, Februari 2016 Tabel menunjukkan nilai odds ratio sebesar 9,0 berarti bahwa sampel dengan akses pelayanan kesehatan yang mudah mempunyai kemungkinan 9,0 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan dengan akses pelayanan kesehatan yang sulit. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan akses layanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 7) Hubungan Aksesibilitas Lingkungan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel Tabel Hubungan Aksesibilitas Lingkungan dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Aksesibilitas Tindakan Lingkungan OR P Pencegahan Total Kekambuhan Aksesibel aksesibel LBP F % F % F % melakukan 17 85,0 3 15, ,77 0,001 Melakukan 13 37, , Total 30 50, , Sumber : Data primer diolah, Februari 2016

8 44 Tabel menunjukkan nilai odds ratio sebesar 11,77 berarti bahwa sampel dengan lingkungan yang aksesibel mempunyai kemungkinan 11,77 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan dengan lingkungan yang tidak aksesibel. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan signifikan (p = 0,001). LBP dan secara statistik 8) Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dapat dilihat pada cross tabulation tabel Tabel Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Tindakan Dukungan keluarga Pencegahan Total Lemah Kuat OR P Kekambuhan LBP F % F % F % melakukan 8 40, , ,78 0,031 Melakukan 6 15, , Total 14 23, , Sumber : Data primer diolah, 2016 Tabel menunjukkan nilai odds ratio sebesar 3,78 berarti bahwa sampel dengan dukungan keluarga yang kuat mempunyai kemungkinan 3,78 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan dengan sampel yang memiliki dukungan keluarga yang lemah. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,031).

9 45 9) Hubungan Edukasi Proper Body Mechanics dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan LBP Hasil perhitungan chi square hubungan edukasi dengan pencegahan kekambuhan dapat dilihat pada cross tabulation tabel Tabel Hubungan Edukasi Proper Body Mechanics dengan Pencegahan Kekambuhan LBP Edukasi Pencegahan Total OR P Kekambuhan Pernah pernah F % F % F % melakukan 17 85,0 3 15, Melakukan 8 20, , ,67 0,001 Total 25 41, , Sumber : Data primer diolah, 2016 Tabel menunjukkan nilai odds ratio sebesar 22,67 berarti bahwa sampel dengan pernah mendapat edukasi proper body mechanics mempunyai kemungkinan 22,67 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan dengan sampel yang tidak pernah mendapat edukasi proper body mechanics. Hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada hubungan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (p = 0,001). 10) Analisis Multivariat Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik berganda digunakan untuk mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, persepsi terhadap Low Back Pain, akses terhadap layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga dan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Perhitungan menggunakan program SPSS sebagai berikut :

10 46 Tabel Regresi Logistik Berganda Variabel CI 95% OR Batas Batas p bawah atas Umur 2,09 0,36 12,09 0,412 Jenis kelamin 1,52 0,08 28,78 0,781 Pendidikan 2,38 0,41 14,05 0,337 Pekerjaan 9,16 1,35 62,39 0,024 Persepsi terhadap LBP 27,81 2,14 361,33 0,011 Akses layanan kesehatan 0,49 0,02 14,81 0,684 Aksesibilitas lingkungan 0,73 0,04 14,22 0,834 Dukungan keluarga 0,30 0,02 5,50 0,419 Edukasi PBM 35,33 1,65 757,32 0,023 N observasi 60-2 log likelihood 22,77 Nagelkerke R 2 82,0% Sumber: Data primer diolah, Februari 2016 Nilai Odd Ratio variabel umur responden dengan umur sebesar 2,09 berarti bahwa yang semakin mendekati > 65 tahun mempunyai kemungkinan 2,09 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dibandingkan responden dengan umur dibawah 65 tahun. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan umur dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 2,09; CI=95%; 0,36 hingga 12,09; p = 0,412). Nilai Odd Ratio variabel jenis kelamin sebesar 1,52 berarti bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan mempunyai kemungkinan 1,52 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dari pada responden dengan jenis kelamin laki-laki. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan jenis kelamin dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 1,52; CI=95%; 0,08 hingga 28,78; p = 0,781). Nilai Odd Ratio variabel pendidikan sebesar 2,38 berarti bahwa responden dengan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi

11 47 mempunyai kemungkinan 2,38 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden dengan pendidikan dasar. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 2,38; CI=95%; 0,41 hingga 14,05; p = 0,337). Nilai Odd Ratio variabel pekerjaan sebesar 9,16 berarti bahwa responden dengan pekerjaan penuh waktu maupun paruh waktu mempunyai kemungkinan 9,16 kali lebih besar melakukan tindakan pencegahan LBP dibandingkan responden yang tidak bekerja. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (OR= 9,16; CI=95%; 1,35 hingga 62,39; p = 0,024). Nilai Odd Ratio variabel persepsi terhadap Low Back Pain sebesar 27,81 berarti bahwa responden dengan persepsi yang tinggi terhadap Low Back Pain mempunyai kemungkinan 27,81 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden dengan persepsi terhadap Low Back Pain yang rendah. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan persepsi terhadap nyeri dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (OR= 27,81; CI=95%; 2,14 hingga 361,33; p = 0,011). Nilai Odd Ratio variabel akses layanan kesehatan sebesar 0,49 berarti bahwa akses layanan kesehatan yang mudah mempunyai kemungkinan 0,49 kali lebih besar untuk tidak melakukan tindakan pencegahan LBP daripada akses layanan kesehatan yang sulit. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan akses layanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 0,49; CI=95%; 0,02 hingga 14,81; p = 0,684). Nilai Odd Ratio variabel aksesibilitas lingkungan sebesar 0,73 berarti bahwa lingkungan yang aksesibel mempunyai kemungkinan

12 48 0,73 kali lebih besar untuk terjadi kekambuhan LBP daripada lingkungan yang tidak aksesibel. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 0,73; CI=95%; 0,04 hingga 14,22; p = 0,834). Nilai Odd Ratio variabel dukungan keluarga sebesar 0,30 berarti bahwa dukungan keluarga yang lemah mempunyai kemungkinan 0,30 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada dukungan keluarga yang kuat. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik tidak signifikan (OR= 0,30; CI=95%; 0,02 hingga 5,50; p = 0,303). Nilai Odd Ratio variabel edukasi proper body mechanics sebesar 35,33 berarti bahwa responden yang pernah mendapatkan edukasi proper body mechanics mempunyai kemungkinan 35,33 kali lebih besar untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan LBP daripada responden yang tidak pernah mendapatkan edukasi proper body mechanics. Hasil uji wald menunjukkan adanya hubungan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan kekambuhan LBP dan secara statistik signifikan (OR= 35,33; CI=95%; 1,65 hingga 757,32; p = 0,023). Nilai Negelkerke R 2 sebesar 82,0% berarti bahwa kesembilan variabel bebas (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, persepsi terhadap Low Back Pain, akses layanan kesehatan, aksesibilitas lingkungan, dukungan keluarga, dan edukasi proper body mechanics) mampu menjelaskan tindakan pencegahan kekambuhan LBP sebesar 82,0% dan sisanya yaitu sebesar 18,0% dijelaskan oleh faktor lain diluar model penelitian.

13 49 C. Pembahasan Pembahasan analisis dan pengujian hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Hubungan Umur dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan umur responden dengan tindakan pencegahan Low Back Pain dan secara statistik signifikan p value 0,004 < 0,05. Berarti bahwa semakin usia responden mendekati 65 tahun keatas secara statistik menjamin dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Collins dan O Sullivan (2009) yang dilakukan pada 200 perempuan dan 132 laki-laki di Irlandia dengan rentang umur antara tahun, diperoleh keluhan pada tulang belakang, bahu dan bagian leher lebih banyak dialami pada responden yang muda daripada yang tua. Umami, dkk (2014) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa usia berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah (p = 0,031). Semakin meningkatnya usia seseorang maka kepadatan tulang semakin menurun sehingga mudah mengalami keluhan-keluhan otot skeletal dan menimbulkan nyeri. Kekuatan maksimal otot terjadi pada saat usia antara tahun, dan pada usia mencapai 60 tahun rata-rata kekuatan otot akan menurun sampai 20% dan dari faktor lain karena sikap yang tidak ergonomik mengakibatkan terjadinya nyeri punggung bawah dan semakin berupaya untuk melakukan tindakan pencegahan kekambuhan (Pheasant, 2003). Ferguson (2003), menyatakan bahwa individu pada usia 60 tahun keatas memiliki kecenderungan untuk menilai situasi yang berbahaya sebagai resiko rendah sehingga membuat mereka cenderung berhati-hati dan melakukan upaya pencegahan sebelum terjadinya suatu penyakit. Di dalam teori Health Belief Model, menurut Rosenstock (1966) bahwa perceived susceptibility, jika semakin besar resiko yang dirasakan, semakin besar kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi

14 50 resiko, sehingga semakin tua umur maka akan semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain 2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan jenis kelamin dengan Tindakan Pencegahan Kekambuhan Low Back Pain yng secara satitistik signifikan dengan p value 0,031< 0,05. Berarti bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan lebih mampu melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dari pada responden laki-laki. Hasil penelitian ini didukung oleh Michael (2001) bahwa wanita memiliki asosiasi kuat dalam munculnya dan wanita memiliki resiko dua kali lipat. Dengan adanya resiko tersebut membuat wanita lebih menjaga kesehatan tubuhnya dengan melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria (Hoy et al, 2010). Jenis kelamin wanita lebih beresiko sehingga menurut teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) bahwa perceived susceptibility, jika semakin besar resiko yang dirasakan, semakin besar pula kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi resiko, sehingga jenis kelamin perempuan lebih meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain 3. Hubungan Pendidikan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan pendidikan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain yang secara statistik signifikan (p = 0,046), semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi tentang Low Back Pain dan semakin mampu melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain.

15 51 Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Azizah, dkk (2014) bahwa hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian penyakit pneumonia pada balita (P value =0,036). Jadi semakin tinggi tingkat pendidikan ibu maka semakin baik pula pencegahan kejadian penyakit pneumonia dan begitu pula sebaliknya. Pendidikan terakhir responden menunjukkan pengetahuannya dalam melakukan pekerjaan dengan postur yang tepat. Pendidikan seseorang menunjukkan tingkat pengetahuan yang diterima oleh orang tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin banyak pengetahuan yang didapatkan (Andini, 2015). Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Menurut Hasbullah (2009), pendidikan bertujuan memperluas pemahaman seseorang tentang dunia yang ada di sekelilingnya, dengan adanya pemahaman maka seseorang akan lebih tepat dalam menanggapi/mempersepsikan suatu stimulus, yang dalam penelitian ini adalah tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) bahwa modifying variable salah satunya adalah tingkat pendidikan akan mempengaruhi persepsi pribadi sehingga semakin tinggi pendidikan maka semakin mudah dalam menerima informasi tentang Low Back Pain dan semakin mampu melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain 4. Hubungan Pekerjaan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan pekerjaan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Dimana responden yang bekerja penuh waktu akan semakin besar mengalami nyeri punggung bawah sehingga mereka semakin melakukan tindakan pencegahan kekambuhan nyeri punggung bawah. Hasil penelitian ini didukung pennelitian dari Umami, dkk (2014) bahwa paling banyak mengalami keluhan nyeri punggung bawah adalah

16 52 yang mempunyai masa kerja > 10 tahun dan paling banyak mengalami keluhan tingkat nyeri sedang. Masa kerja berhubungan signifikan dengan keluhan nyeri punggung bawah (p = 0,001). Jenis pekerjaan penuh waktu yang monoton menyebabkan beban kerja fisik yang apabila pekerja dalam kondisi lelah dan tetap bekerja maka akan berakibat pekerja mengalami keluhan-keluhan sakit seperti keluhan otot skeletal sehingga perlu untuk melakukan tindakan atau upaya untuk mengatasi kekambuhan nyeri tersebut. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya (Harrianto, 2007). Menurut teori Health Belief Model, Rosenstock (1966), faktor pekerjaan merupakan perceived severity dan perceived barriers, semakin berat pekerjaannya lebih beresiko untuk mengalami kekambuhan Low Back Pain sehingga akan semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Pekerjaan sebagai perceived barriers sehingga ketika merasa memiliki hambatan lebih besar akan berusaha untuk lebih meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 5. Hubungan Persepsi terhadap nyeri dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan persepsi terhadap Low Back Pain dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Hal ini berarti bahwa semakin individu memiliki persepsi Low Back Pain yang tinggi maka semakin akan melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain agar tidak terjadi suatu penyakit yang semakin parah. Hasil penelitian didukung oleh penelitian di Trelawny, Jamaika oleh Bessler et al (2015) juga menyatakan bahwa 81 % dari responden menyatakan penyakit kanker leher rahim

17 53 adalah penyakit yang sangat serius dan melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Sedangkan mereka yang keseriusannya rendah tidak melakukan deteksi dini kanker leher rahim. Rosenstock et al (2011) menyatakan bahwa persepsi keseriusan atau keparahan suatu penyakit menyebabkan seseorang mempunyai sikap untuk melakukan suatu upaya pengobatan, kemudian dalam (Bakhtari et al., 2012) memprediksikan bahwa seorang individu akan mengambil tindakan untuk melindungi diri mereka jika mereka menganggap bahwa kondisi seseorang tersebut dalam masalah yang serius. 6. Hubungan Akses layanan Kesehatan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan akses layanan kesehatan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Hal ini berarti semakin mudah akses layanan kesehatan maka semakin meningkatkan dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Sari,dkk (2013) yang menyatakan bahwa jarak tempuh ke sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam utilisasi rawat sarana pelayanan kesehatan. Masyarakat cenderung memanfaatkan sarana yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Menurut hasil penelitian Assegaf (2010), alasan yang paling umum dalam pencarian pengobatan adalah karena jarak dari tempat tinggal ke Puskesmas/Pustu cukup dekat jadi lebih mudah untuk menjangkaunya,dan adapula yang mengatakan, bahwa sakit/penyakit anaknya langsung sembuh dengan minum obat yang diberikan dari Puskesmas/Pustu. Masyarakat akan menggunakan sarana pelayanan kesehatan yang telah tersedia karena sesuai dengan pelayanan atau informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan, dan pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan itu sendirinya didasari atas

18 54 kepercayaan atau keyakinan akan kemanjuran sarana tersebut (Sarwono, 2004). Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966), akses layanan kesehatan merupakan perceived benefit sehingga semakin mudah akses layanan kesehatan maka semakin meningkatkan dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 7. Hubungan Aksesibilitas Lingkungan dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan aksesibilitas lingkungan dengan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain dan secara statistik signifikan ( p = 0,001). Hal ini berarti semakin aksesibel lingkungan disekitar responden maka semakin dapat meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Pramayu (2013) bahwa kemudahan akses untuk menjangkau di lingkungan dapat berpengaruh terhadap kenyamanan seseorang. Apabila sulit menjangkau, semakin lama akan terasa tidak nyaman dan timbul rasa pegal pada lengan. Beberapa keluhan merupakan gejala gangguan kesehatan karena karena pengaruh faktor tersebut, salah satunya adalah nyeri punggung. Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) aksesibilitas lingkungan merupakan perceived benefit sehingga semakin aksesibel lingkungan maka semakin mudah untuk meningkatkan dalam melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 8. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan terdpat hubungan dukungan keluarga dengan tindakan pencegahan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,031). Hal ini berarti bahwa semakin kuat dukungan dari keluarga kepada penderita Low Back Pain melalui dukungan materi, informasi dan emosi maka semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari

19 55 Handayani, dkk (2009) dengan hasil bahwa terdapat dukungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kekambuhan pasien gastritis dengan derajat sedang. Dapat disimpulan bahwa ukungan keluarga dapat meningkatkan pencegahan kekambuhan gastritis terutama dukungan emosional (p = 0,001). Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) bahwa modifying variable salah satunya adalah dukungan keluarga akan mempengaruhi persepsi pribadi sehingga semakin besar dukungan keluarga maka semakin mudah melakukan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain. 9. Hubungan Edukasi Proper Body Mechanics dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan edukasi proper body mechanics dengan tindakan pencegahan Low Back Pain dan secara statistik signifikan (p = 0,001). Hal ini berarti semakin sering individu terpapar oleh edukasi atau pemberian informasi maka semakin melakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi kekambuhan dari Low Back Pain. Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Nuranto (2010) bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap masyarakat sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan tentang upaya pencegahan demam berdarah dengue ( p = 0,001). Edukasi Proper Body Mechanics adalah pemberian informasi tentang pemanfaatan otot yang benar untuk menyelesaikan tugas dengan aman dan efisien tanpa ketegangan yang berlebihan pada setiap otot atau sendi (Albloushi, 2012). Dengan adanya edukasi tersebut maka dapat mencegah terjadinya Low Back Pain pada responden. Di dalam teori Health Belief Model, Rosenstock (1966) edukasi proper body mechanics merupakan perceived benefit dan cues of action sehingga ketika seseorang sudah mendapatkan edukasi proper body mechanics maka semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain.

20 Hubungan Multivariabel (Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Persepsi Terhadap Nyeri, Akses Layanan Kesehatan, Aksesibilitas Lingkungan, Dukungan Keluarga dan Edukasi) dengan Tindakan Pencegahan Low Back Pain Hasil analisis multivariat regresi logistik ganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan tindakan pencegahan Low Back Pain adalah variabel edukasi proper body mechanics (OR= 35,33; CI=95%; 1,65 hingga 757,32; p = 0,023). Hal ini sesuai dengan teori Health Belief Model dimana edukasi proper body mechanics merupakan perceived benefit dan cues of action sehingga semakin meningkatkan tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain, ketika seseorang sudah mendapatkan edukasi proper body mechanics maka akan mengadopsi perilaku yang dianjurkan dari edukasi proper body mechanics atau mempunyai persepsi tentang nilai atau kegunaan dari suatu perilaku baru yang dipaparkan dari edukasi proper body mechanics dalam mengurangi resiko terkena kekambuhan Low Back Pain (Priyoto, 2014). Edukasi proper body mechanics juga merupakan cues of action atau isyarat untuk bertindak yang berupa informasi atau nasihat yang menggerakkan orang untuk mengubah perilaku mereka yaitu berupa tindakan pencegahan kekambuhan Low Back Pain (Priyoto, 2014). D. Keterbatasan Penelitian Peneliti telah berusaha maksimal dalam mendapatkan kebenaran yang valid, obyektif dan universal guna melegitimasi generalisasi suatu hasil penelitian. Meskipun demikian masih terdapat keterbatasan dalam melaksanakan penelitian. Keterbatasan penelitian ini dapat dilihat dari Instrumen penelitian yang digunakan bersifat tertutup sehingga tidak bisa mengungkap informasi yang luas dari responden.

Association Between Personal and Environmental Factors, Body Position on Low Back Pain at Dr. Moewardi Hospital, in Surakarta

Association Between Personal and Environmental Factors, Body Position on Low Back Pain at Dr. Moewardi Hospital, in Surakarta Association Between Personal and Environmental Factors, Body Position on Low Back Pain at Dr. Moewardi Hospital, in Surakarta Rina Kurnia 1), Rita Benya Adriani. 2), Argyo Demartoto 2) 1) Health Polytechnic,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara barat misalnya Inggris dan Amerika Serikat kejadian nyeri punggung (terutama nyeri pada punggung bagian bawah) telah mencapai proporsi epidemik. Satu survei

Lebih terperinci

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan

Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Low back pain ( LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik (Maher,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back

BAB V PEMBAHASAN. yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Responden Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki kontribusi yang cukup kuat untuk menyebabkan peningkatan resiko keluhan low back pain pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leher manusia adalah struktur yang kompleks dan sangat rentan terhadap iritasi. Bahkan 10% dari semua orang akan mengalami nyeri leher dalam 1 bulan. Potensi pembangkit

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB V PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Karakteristik responden a. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Responden dalam penelitian ini adalah pasien LBP yang sebagian besar berjenis kelamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1 UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja) (Kuswana,W.S, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat kerja merupakan suatu tempat yang dapat menciptakan interaksi antara manusia dengan alat-alat, mesin dan bahan dengan objek pekerjaan yang bertujuan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi kasus-kontrol (case control) yaitu suatu penelitian untuk menelaah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS)

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto yang berguna untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS) terapi TENS dan IR dengan TENS,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai suatu lingkungan kerja yang terdiri dari berbagai bagian dan sub bagian, dimana antara bagian tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan organisasi pelayanan jasa yang mempunyai spesifikasi dalam hal sumber daya manusia, sarana prasarana dan peralatan yang dipakai. Menurut American

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian mengenai hubungan antara jarak kehamilan dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian mengenai hubungan antara jarak kehamilan dengan BAB IV HASIL PENELITIAN Penelitian mengenai hubungan antara jarak kehamilan dengan telah dilaksanakan pada bulan Mei 2012 di Poli Kandungan RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel penelitian berjumlah 60 sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung upaya penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak akhir abad 18 di tingkat Internasional, program K3 sudah sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor kesehatan. Perkembangan K3 di rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya

BAB I PENDAHULUAN. Negara-negara maju pernah mengalami low back pain. Prevalensi tahunannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah termasuk salah satu dari gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja mengalami peningkatan kebutuhan gizi karena pertumbuhan yang sangat cepat. Tetapi masukan zat gizi mereka sering tidak sesuai dengan kebiasaan makan karena kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... ii PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas

BAB I PENDAHULUAN. Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada. muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah pada muskuloskeletal paling umum dan saat ini menjadi masalah paling luas dalam mempengaruhi populasi manusia. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selain kebutuhan primer ( sandang, pangan, papan) ada hal penting yang sangat dibutuhkan oleh kita agar dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari, yaitu kesehatan. Sehat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di ruang fisioterapi RS PKU Muhammadiyah Gamping. Subjek penelitian adalah pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan suatu rasa atau sensasi yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako BAB V PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako Surakarta sebanyak 119 orang yang semua berjenis kelamin perempuan dan jumlah yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB II. METODE PENELITIAN BAB II. METODE PENELITIAN A. Kategori dan rancangan penelitian Berdasarkan tujuan dan fungsinya, penelitian ini diklasifikasikan dalam penelitian cross sectional dan dianalisis secara analitik. B. Populasi

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma,

I. PENDAHULUAN. dari berbagai sebab (kelainan tulang punggung/spine sejak lahir, trauma, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low back pain (LBP) atau nyeri punggung belakang adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab (kelainan

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL Disusun oleh : HENDRO HARNOTO J110070059 Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi industri diikuti dengan risiko bahaya kesehatan akibat tidak adanya keseimbangan interaksi antara manusia dengan peralatan, lingkungan dan mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas

BAB I PENDAHULUAN. bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin majunya perkembangan zaman, persaingan dalam segala bidang semakin ketat. Persaingan yang semakin ketat tersebut menuntut kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap BAB V PEMBAHASAN Karakteristik responden meliputi umur, masa kerja, jenis kelamin, merokok dan trauma. Di mana untuk karakteristik jenis kelamin semua responden adalah perempuan, tidak merokok dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat ilmu pengetahuan selalu mengalami perkembangan melalui pembelajaran, penyempurnaan, atau temuan baru secara interaktif, berkolaborasi dengan berbagai kajian

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah penyedia layanan jasa yang harus sadar akan pentingnya kualitas pelayanan terhadap pasien sebagai konsumen. Salah satu yang berperan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal

BAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisioterapi adalah bentuk pelayanan yang di tunjukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam bidang peningkatan dan pencegahan penyakit telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur harapan hidup meningkat

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Poliklin ik Saraf RSUD Dr. Moewardi pada digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain kohort retrospektif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara

Lebih terperinci

MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG

MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG Eko Arma Rohmawan 1, Widodo Hariyono 2 1,2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DUDUK SALAH DENGAN TERJADINYA SKOLIOSIS PADA ANAK USIA TAHUN DI SEKOLAH DASAR NEGERI JETIS 1 JUWIRING

HUBUNGAN SIKAP DUDUK SALAH DENGAN TERJADINYA SKOLIOSIS PADA ANAK USIA TAHUN DI SEKOLAH DASAR NEGERI JETIS 1 JUWIRING HUBUNGAN SIKAP DUDUK SALAH DENGAN TERJADINYA SKOLIOSIS PADA ANAK USIA 10 12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR NEGERI JETIS 1 JUWIRING DISUSUN OLEH : ANDUNG MAHESWARA RAKASIWI J 110070089 PROGRAM STUDI D4 FISIOTERAPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Low back pain atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu kelainan muskuloskeletal yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. 1 Dokter gigi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk. pada perawat sebesar 45,8% dengan rasa nyeri yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk. pada perawat sebesar 45,8% dengan rasa nyeri yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri biasanya terjadi bersama dengan proses penyakit dan merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan, pemeriksaan diagnostik dan

Lebih terperinci

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri di dunia sudah maju dan segala sesuatunya sudah otomatis, tetapi penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perkuliahan memiliki berbagai macam sistem yang disesuaikan dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di Universitas Udayana sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara hakiki kesehatan dan keselamatan kerja, merupakan upaya atau pemikiran serta penerapanya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan derajat berat merokok dengan kejadian infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari 2015. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik dan Ruang Rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan perangkat komputer dalam menyelesaikan pekerjaan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini hampir semua aspek pekerjaan baik di sektor bisnis dan perkantoran maupun industri dan manufaktur telah memanfaatkan dukungan teknologi dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 15 Agustus 20 Oktober 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tekstil merupakan salah satu sektor andalan industri di Indonesia dalam pertumbuhan perekonomian Nasional. Garmen merupakan bagian yang memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan fenomena yang seringkali dikeluhkan dari orang usia lanjut, namun tidak tertutup kemungkinan dialamioleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lebih dari seperempat dari total kecelakaan kerja terjadi berkaitan dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan, seharusnya diberikan perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan gangguan muskuloskeletal yang paling sering terjadi. Menurut Harrianto (2009) NPB banyak diderita oleh masyarakat umum dan prevalensinya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. 3.2. Waktu dan tempat Penelitian dilakukan di Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. tergantung dari jenis produksi, teknologi yang dipakai, bahan yang digunakan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk kecelakaan kerja. Besarnya potensi kecelakaan dan penyakit kerja tersebut tergantung dari jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian Penyakit Akibat Kerja merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan keluhan yang sering dijumpai di praktek sehari-hari, dan diperkirakan hampir semua orang pernah mengalami nyeri punggung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri tulang belakang atau yang sering disebut low back pain adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri tulang belakang atau yang sering disebut low back pain adalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri tulang belakang atau yang sering disebut low back pain adalah rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah punggung bawah. Nyeri ini terasa diantara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan terdiri atas upaya pokok di bidang kesehatan yang dituangkan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Dalam SKN disebutkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN IMUNISASI CAMPAK: APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CHRISTOPHER BRILLIANTO G0013064 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Kepesertaan masyarakat dalam program JKN sebagai bentuk adanya perubahan perilaku dalam pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dituntut untuk berusaha atau bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, dan hampir sebagian besar dari mereka menghabiskan waktunya di tempat kerja.

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Disusun Oleh FITRI ISTIQOMAH NIM. J100.060.056 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali

Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali Nabilatul Fanny Akademi Perekam Medik dan Informatika Kesehatan (APIKES) Citra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan produktivitas kerja akan tercapai jika semua komponen dalam system kerja dirancang secara ergonomic (Manuaba, 2003). Ergonomi sendiri berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut membutuhkan energi dan kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mioma uteri adalah tumor jinak kandungan (uterus) yang terjadi pada otot polos dan jaringan ikat. Mioma dikenal juga dengan istilah leiomyoma uteri, fibromioma uteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang wanita umur 40-50 tahun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebiasaan duduk dapat menimbulkan nyeri pinggang apabila duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan otot punggung akan menjadi tegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2011). Nyeri ini dapat menjalar ke tungkai bawah posterior lateral dan ke lutut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2011). Nyeri ini dapat menjalar ke tungkai bawah posterior lateral dan ke lutut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Nyeri punggung bawah adalah nyeri, ketegangan otot atau kekakuan yang dirasakan diatara tulang rusuk terakhir dan lipatan bokong bawah (Chou, 2011). Nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ditimbulkan sesuai dengan etiologi yang terjadi (Pinzon, 2016).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ditimbulkan sesuai dengan etiologi yang terjadi (Pinzon, 2016). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri merupakan masalah kesehatan kompleks dan dapat menyerang siapapun. Nyeri dapat terjadi di berbagai tempat ditubuh dan berbagai macam sensasi yang ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi. Namun, menurut Notoadmodjo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya mendukung perkembangan perekonomian kota Medan, pemerintah menyediakan kawasan-kawasan industri dengan manajemen terpadu. Kebijakan pengembangan sektor

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden. 1. Usia Hasil penelitian berdasarkan usia responden diperoleh presentase terbanyak pada usia 35 tahun sebanyak 76 responden (80.00%) dan terendah pada usia

Lebih terperinci

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang SKDI 2012 : LBP Tingkat kompetensi : 3A Lulusan dokter mampu : Membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluhan muskuloskeletal adalah kerusakan pada bagian-bagian otot skeletal yang disebabkan karena tubuh menerima beban statis, atau bekerja pada postur janggal secara

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK Latar Belakang Katarak Indonesia Klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas, dari pencemaran lingkungan, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyempitan atau penyumbatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dari awal kehidupannya tidak terkecuali, selalu bekerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada saat mereka bekerja dengan berbagai sebab, mereka

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PERAWAT DI RUANGAN RAWAT INAP RSU GMIM PANCARAN KASIH MANADO Brenda Umboh*, J.A.M. Rattu*, Hilman Adam* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini banyak sekolah menawarkan cara belajar terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan banyak berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan sertazazz mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan sertazazz mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan multidisiplin ilmu yang menerapkan upaya pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja, keselamatan kerja dan melindungi

Lebih terperinci

c. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan d. Pendidikan : 1. SD/Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SLTP 3. SLTA 4. PT

c. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan d. Pendidikan : 1. SD/Tidak Tamat SD/Tidak Sekolah 2. SLTP 3. SLTA 4. PT LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA YANG BEROBAT JALAN DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA MEDAN TAHUN 2011 I.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi LBP dalam 1 tahun, adalah dari 3,9% hingga 65% (Andersson,

BAB I PENDAHULUAN. bahwa prevalensi LBP dalam 1 tahun, adalah dari 3,9% hingga 65% (Andersson, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Low Back Pain (LBP) atau nyeri punggung bawah (NPB) merupakan masalah umum yang dialami kebanyakan orang dalam hidup mereka. Dilaporkan bahwa prevalensi LBP dalam 1

Lebih terperinci

: Perwira / Bintara / Tamtama Asuransi lain selain BPJS :

: Perwira / Bintara / Tamtama Asuransi lain selain BPJS : KUESIONER PENELITIAN DETERMINAN PEMANFAATAN ULANG SARANA PELAYANAN KESEHATAN OLEH ANGGOTA POLRI DAN KELUARGANYA DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TEBING TINGGI TAHUN 2015 Petunjuk pengisian kuesioner 1. Jawablah

Lebih terperinci

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI Annisa Yuliana Salim, Anjar Nurrohmah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Pendahuluan; Penyakit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian bertempat di Pasar Kembang Yogyakarta,tepatnya di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian bertempat di Pasar Kembang Yogyakarta,tepatnya di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Lokasi penelitian bertempat di Pasar Kembang Yogyakarta,tepatnya di berada di RW Sosrowijayan Kulon Gang 3 kelurahan Sosromenduran Kecamatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK FISIOTERAPIS TERHADAP PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK FISIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PERBEDAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK FISIOTERAPIS TERHADAP PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK FISIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERBEDAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK FISIOTERAPIS TERHADAP PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK FISIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA DENGAN RSUI KUSTATI SURAKARTA SKRIPSI Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluhan low back pain (LBP) dapat terjadi pada setiap orang, dalam kehidupan sehari-hari keluhan LBP dapat menyerang semua orang, baik jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor

BAB I PENDAHULUAN. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG MASALAH Desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian. Menurut Egon.E. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang bawah atau low back pain merupakan rasa nyeri, ngilu, pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah diagnosis tapi hanya

Lebih terperinci

CASE REPORT SESSION LOW BACK PAIN OLEH : Dani Ferdian Nur Hamizah Nasaruddin PRESEPTOR: Tri Damiati Pandji,dr.,Sp.

CASE REPORT SESSION LOW BACK PAIN OLEH : Dani Ferdian Nur Hamizah Nasaruddin PRESEPTOR: Tri Damiati Pandji,dr.,Sp. CASE REPORT SESSION LOW BACK PAIN OLEH : Dani Ferdian 130112110127 Nur Hamizah Nasaruddin 130110082001 PRESEPTOR: Tri Damiati Pandji,dr.,Sp.KFR (K) BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI RSUP DR.

Lebih terperinci