Jurnal Konstruksi ISSN : UNSWAGATI CIREBON JURNAL KONSTRUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Konstruksi ISSN : UNSWAGATI CIREBON JURNAL KONSTRUKSI"

Transkripsi

1 Jurnal Konstruksi ISSN : UNSWAGATI CIREBON JURNAL KONSTRUKSI Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb Km. Crb Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat Tatang Suharta*, Arief Firmanto**, Fatur Rohman.** *) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon **) Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK Kondisi sebuah jembatan dapat dinilai berdasarkan bobot kerusakan pada setiap komponen jembatan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap kondisi jembatan berikut komponennya serta memberikan informasi kondisi dan usulan prioritas penanganan pada suatu jembatan. Lokasi penelitian dilakukan di pada ruas jalan Cirebon-Bandung, KM Cirebon KM Cirebon Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan untuk menilai kondisi kerusakan jembatan pada penelitian ini adalah metode NYSDOT (New York State Department of Transportation) yang dilengkapi dengan metode AHP (Analytical Hierarchy Procedure). Berdasarkan hitungan analisis dapat diurutkan prioritas penanganan dari ketiga jembatan, dimana jembatan Cilutung dengan nilai indeks NYSDOT : BCR = 5,76; AHP : BCR = 5,79 mendapat prioritas penanganan pertama dari jembatan Cideres Deet dengan nilai indeks NYSDOT : BCR = 5,84; AHP : BCR = 5,92 dan jembatan Cikeruh dengan nilai indeks NYSDOT : BCR = 5,93; AHP : BCR = 5,97. Hasil hitungan analisis lendutan yang terjadi pada gelagar jembatan dengan pembebanan yang berpedoman pada RSNI T , diperoleh nilai lendutan pada jembatan Cilutung dan Cikeruh adalah sebagai berikut: untuk jembatan Cilutung 0,981 cm > 0,5625 cm (Δ 0 ijin ) dan jembatan Cikeruh = 0,855 cm > 0,5625 cm (Δ 0 ijin). Sehingga untuk mengatasi hal tersebut disarankan adanya penambahan gelagar memanjang arah melintang. Kata kunci : Penyelidikan, Jembatan, NYSDOT. Abstract The condition of a bridge can be assessed based on the weight of each component of damage to the bridge. This study aims to provide an assessment of the condition of the bridge following its components as well as provide information and suggestion priority handling conditions on a bridge. Location of the research carried out in the streets Cirebon-Bandung, Cirebon KM KM Majalengka Cirebon West Java Province. The method used to assess the condition of bridge damage in this study was the method NYSDOT (New York State Department of Transportation) equipped with AHP (Analytical Hierarchy Procedure). Based on the analysis can be sorted priority handling of third bridge, where the bridge Cilutung with index values NYSDOT: BCR = 5.76; AHP: BCR = 5.79 handling gets first priority of the bridge Cideres Deet with NYSDOT index value: BCR = 5.84; AHP: BCR = 5.92 and bridges Cikeruh with index values NYSDOT: BCR = 5.93; AHP: BCR = Results count deflection analysis which occurs in girder bridge with a load that based on the RSNI T- 02 in 2005, earned value and the deflection in the bridge Cilutung Cikeruh are as follows: to bridge Cilutung 0,981 cm > cm (Δ0 permission) and bridge Cikeruh = cm > cm (Δ0 permission). So to overcome this suggested the addition of longitudinal girder transverse direction. Keywords: Investigation, Bridge, NYSDOT Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

2 Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb Km. Crb PENDAHULUAN Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan akan informasi serta untuk mengetahui kondisi jembatan berikut elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan dari setiap individual jembatan berdasarkan komponen kerusakannya. Dalam penelitian ini diambil sampel tiga jembatan yaitu Jembatan Cikeruh, Jembatan Cideres Deet dan Jembatan Cilutung untuk merangking kondisi jembatan berdasarkan hitungan yang tepat dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Jembatan Cikeruh, jembatan Cideres Deet dan jembatan Cilutung merupakan jembatan yang dibangun oleh Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Barat pada tahun delapan puluhan. Untuk mengetahui apakah jembatan tersebut masih dapat berfungsi sesuai dengan umur layanannya, maka perlu dilakukan studi analisis kerusakan struktur jembatan pada umumnya dan struktur pelat lantai kendaraan khususnya, untuk dapat dinilai tingkat kerusakannya dan segera dilakukan tindakan, baik berupa perbaikan maupun pencegahan terjadinya kerusakan yang berlanjut. 1.1 Tujuan Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh: a. Informasi kerusakan jembatan dengan konsep peringkatnya. b. Gambaran kondisi jembatan Cikeruh, jembatan Cideres Deet, dan jembatan Cilutung. dengan komponen- komponen penilaian kinerja jembatan. c. Penyusunan program prioritas penilaian d. kondisi jembatan. e. Penyusunan program prioritas komponenkomponen jembatan. 1.2 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui kondisi struktur existing jembatan dengan mengumpulkan data secara visual di lapangan, mendukung usulan penanganan jembatan baik penggantian jembatan maupun pembangunan jembatan baru berdasarkan pertimbangan teknis dan ekonomis. b. Sebagai masukan bagi instansi yang berwenang yaitu PU BINA MARGA Propinsi Jawa Barat dalam mempersiapkan urutan prioritas penanganan perbaikan Jembatan. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah diuraikan dengan: a. Penelitian dilaksanakan di kabupaten Majalengka pada ruas jalan nasional terhadap 3 Jembatan yaitu jembatan Cikeruh, jembatan Cideres Deet, dan jembatan Cilutung. b. Analisis jenis kerusakan pada struktur atas jembatan. c. Penilaian kondisi existing dengan pengamatan visual di lapangan menggunakan format NYSDOT. d. Penilaian visual ditinjau 13 komponen: Gelagar utama, abutmen, pilar (pier), lantai jembatan (deck), dudukan jembatan (bridge seat), perletakan (bearings), dinding Belakang (backwall), dinding sayap (wingwalls), gelagar anak/sekunder, sambungan (expansion joint), lapisan permukaan/perkerasan (wearing surface), trotoar (sidewalk) dan curb adalah untuk menentukan kondisi secara keseluruhan. 2. TINJAUAN PUSTAKA Bridge Condition Rating (BCR) adalah indeks kondisi jembatan dipergunakan pada metode NYSDOT (New York State Departement of Transportation) dalam Bridge Management dan Inventory Manual. Penilaian secara keseluruhan kondisi jembatan dapat dirumuskan sebagai: BCR = (1.1) BCR : Indeks kondisi jembatan Component rating : rasio komponen yang merupakan kondisi tiap jembatan Weight : bobot komponen 2.1 Penilaian Kondisi Jembatan Penilaian kondisi jembatan dilakukan untuk memperoleh Component Rating yang merupakan elemen penting untuk menentukan kondisi existing jembatan. Ada 9 tingkat penilaian kondisi yang diberikan oleh NYSDOT pada Bridge and Tunnels Annual Condition Report, yaitu dari 1 sampai 9, namun yang sering diberikan hanya dari 1 sampai 7, untuk nilai 9 adalah kondisi komponen tidak diketahui (tidak terlihat), seperti pondasi jembatan dan tiang- tiang yang tertanam, nilai 8 adalah bila kondisi jembatan tidak mempunyai Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

3 Tatang Suharta, Arief Firmanto, Fatur Rohman. komponen yang ditinjau. Penilaian secara umum dapat dibedakan sebagai berikut: a. Nilai 1 adalah penurunan kondisi dalam keadaan gagal, terjadi kerusakan penurunan kondisi secara keseluruhan. b. Nilai 3 adalah jembatan tidak dapat berfungsi seperti desain yang direncanakan, terjadi kerusakan penurunan kondisi serius. c. Nilai 5 adalah terjadi kerusakan (penurunan kondisi) minor. d. Nilai 7 adalah kondisi baru : tidak terjadi penurunan kondisi. e. nilai 2,4 dan 6 adalah nilai antara nilai-nilai kondisi diatas. Pengelompokan persentase kerusakan dapat dilihat pada tabel 2.1 : Tabel 2.1 Jenis kerusakan berdasarkan tingkatannya Kerusakan Persentase Minor < 10 % Moderate % Severe % Very Severe > 80 % Sumber: (Bridge and Tunnels Annual Condition Report, NYSDOT 2003) 2.2 Pembobotan Komponen Pembobotan komponen dalam metode NYSDOT dalam analisis BCR (Bridge Condition Rating) digunakan 13 komponen. Bobot 13 komponen itu dapat diuraikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Bobot komponen Jembatan (NYSDOT, 1997) No Komponen Bobot Gelagar Utama (Primary members) Abutmen (Abutment) Pilar (Pier) Lantai (Deck) Dudukan Jembatan (Bridge seat) Tumpuan (Bearings) Dinding Sayap (Wingwalls) Dinding belakang (Backwalls) Gelagar sekunder (Secondary members) Sambungan (Joint) Lapis permukaan (wearing surface) Trotoar (sidewalk) Kurb (Curb) Sumber: (Bridge Inventory Manual, NYSDOT 2004) kan pada analisis AHP (Analytical Hierarcy Process) pembobotan komponen dapat diurai sebagai berikut: a. Bobot komponen jembatan dihitung dengan AHP. b. Komponen-komponen yang dihitung disusun dengan matriks perbandingan berpasangan dengan mengacu pada nilai kepentingan. c. Pembobotan komponen jembatan digunakan beban pembobotan komponen jembatan. 1. Kategori pertama komponen struktur menerima beban lalulintas secara langsung (komponen yang mendistribusikan beban lalulintas) sebagai prioritas awal dimana nilai kepentingannya lebih tinggi. 2. Kategori kedua yang menerima beban tidak langsung dari beban lalu lintas. 3. Kategori ketiga merupakan komponen non struktur. 2.3 Bobot Setiap Komponen Jembatan Dihitung komponen jembatan dengan perbandingan berpasangan menggunakan AHP (Analytical Hierarchy Process) (Saaty, 1970 dan 1983). Komponen diurut berdasarkan urutan NYSDOT mulai dari gelagar utama (GU), Abutmen (AB), Pilar (PL), Dek (DK), Dudukan (DD), Tumpuan (TP), Gelagar sekunder (GS), Dinding Sayap (DS), Dinding Belakang (DB), Join (JO), Perkerasan (PK), Trotoar (TR) dan Kurb (CR). Perbandingan komponen berpasangan dapat diurai menjadi: a. Kriteria pertama (GU, AB dan PL), ketiga komponen ini sama penting dan memegang peranan pokok dalam keutuhan jembatan, jika ini bernilai buruk, secara otomatis jembatan harus dibuat ulang, sebab dapat menyebabkan keruntuhan jembatan, perbandingan pasangannya 1/1. b. Kriteria pertama (GU, AB dan PL) sedikit lebih penting daripada kriteria kedua (DK), perbandingan pasangannya 3/1. c. Kriteria pertama (GU, AB dan PL) jelas lebih penting daripada kriteria ketiga (DD, TP, GS), perbandingan pasangannya 5/1 dan seterusnya perbandingan berpasangan sehingga didapat matriks seperti pada Gambar 1. Pada setiap matriks baris diperkalikan satu sama lain, lalu dipangkatkan dengan satu per ukuran matriks, hasilnya diperoleh bobot perkomponen, hasil hitungan disajikan pada lampiran skripsi. Diperoleh hasil hitungan seperti lampiran dalam skripsi yaitu: CR = berarti memenuhi syarat. Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

4 Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb Km. Crb rencana, kurva kerusakan dan pengaruh lalu lintas. Gambar 2.1 Perhitungan kompenen jembatan dengan perbandingan berpasangan Keterangan: GU : Kriteria pertama AB : Kriteria kedua DD : Kriteria ketiga JO : Kriteria keempat TR : Kriteria kelima : Pertemuan sesama kriteria 2.4 Sistim Penilaian Akhir Sistim penilaian jembatan secara visual dengan BCR dihasilkan nilai kondisi akhir jembatan. Hasil akhir ini digunakan 3 angka dibelakang koma agar hasilnya lebih teliti. Kriteria yang digunakan oleh BCR menurut NYSDOT dalam Bridge and Tunnels Annual Condition Report untuk penilaian akhir diuraikan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3 Nilai akhir kondisi jembatan (NYSDOT, 1997 dan 2003) BCR Kondisi Jembatan Usulan Penanggulangan 1,000-3,000 3,001-4,999 5,000-6,000 6,001-7,000 Buruk (poor) (fair) (good) Sangat baik (very good) Penggantian Rehabilitasi Pemeliharaan rutin - Sumber: (Bridge and Tunnels Annual Condition Report, NYSDOT 2003) Prioritas penanganan jembatan perlu dibuat karena keterbatasan anggaran dalam pengelolaan jembatan. Dengan prioritas akan membantu pengambil keputusan untuk mengalokasikan dana yang terbatas tersebut kepada jembatan yang memang perlu didahulukan penanganannya. Dalam Sistem Informasi Manajemen Jembatan ini prioritas didasarkan pada nilai condition rating dari pengamatan visual. IBMS (Interrurban Bridge Management System) mempunyai rumusan untuk keperluan analisa prediksi umur layanan jembatan. Jembatan diasumsikan mempunyai umur rencana selama n tahun dan akan mengalami kerusakan mulai dari kondisi terjelek sampai terbaik pada akhir umur rencana n tahun. Untuk setiap elemen utama terdapat perkiraan mengenai umur Sumber: (Bridge and Tunnels Annual Condition Report, NYSDOT 2003) Gambar 2.2 BMS Deterioration Model Umur ekuivalen dirumuskan seperti persamaan (1.2) berikut ini: EA = x Umur Rencana (1.2) Dimana: CM = Condition Mark ( Nilai Kondisi ); a= 4.66 EA = Equivalent Age; b= 1,9051 Dengan meminjam Persamaan 2 dan penilaian yang digunakan IBMS untuk kondisi sebuah jembatan yaitu 0 berarti jembatan baru yang berarti sama dengan condition rating = 7 dan 5 berarti jembatan hancur yaitu sama dengan condition rating = 1 maka dapat kita tentukan perkiraan waktu jembatan menjadi hancur. Hubungan antara condition rating dan condition mark yang digunakan IBMS dapat dituliskan sebagai berikut: CM = (7 CR ) (1.3) Sehingga Persamaan 1.2 di atas dapat ditulis seperti Persamaan 1.4 di bawah ini: EA = (1.4) x Umur Rencana 2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) Ada beberapa prinsip dalam menyelesaikan proses AHP yaitu: decomposition, comparative judgement, synthesis of priority & logical consistency (Saaty, 1970). Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

5 Tatang Suharta, Arief Firmanto, Fatur Rohman. a. Decomposition: yaitu suatu proses pemecahan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya, jika ingin didapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan. b. Comperative judgement: Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya, penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen elemen. Hasil dari penilaian ini akan lebih baik bila dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise Comparison. Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i, disamping itu perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, berarti sama penting, dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting, jika terdapat n elemen maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran n x n. c. Synthesis of priority: Dari setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari eigen vectornya untuk mendapatkan local priority, karena matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa diantara local priority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki, pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan pengurutan prioritas. d. Logical Consistency: Obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman, relevansi dan tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Langkah-langkah dasar dalam metode AHP meliputi: a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diizinkan. b. Membuat struktur hirarkhi yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub tujuan-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan paling bawah. c. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menyeguhkan kontribusi relatif oleh pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria setingkat diatasnya, perbandingan dilakukan dengan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. d. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x ((n-1)/2) buah, dimana n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. e. Menghitung elemen eigen value dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. f. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk setiap tingkat hirarkhi. g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan, nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen, langkah ini untuk mensistesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarkhi terendah sampai penentuan tujuan. h. Menilai konsistensi hirarki, jika nilanya lebih dari 10%, maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Proses yang paling mudah dengan membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1970), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala penilaian perbandingan pasangan dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Perbandingan Berpasangan Nilai Perbandingan 1 Kriteria A sama penting dengan kriteria B 3 A sedikit lebih penting dari pada B 5 A Jelas lebih penting dari pada B 7 A Sangat jelas lebih penting dari pada B 9 A mutlak lebih penting dari pada B Sumber: ((NYSDOT, 1997) Nilai 2, 4, 6 dan 8 adalah nilai antara dua nilai pertimbagan yang berdekatan. Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

6 Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb Km. Crb Bobot Elemen Pada dasarnya formulasi matematis pada model AHP dilakukan dengan suatu matriks. Misalkan dalam suatu sub sistem operasi terdapat n elemen operasi yaitu elemen-elemen operasi A 1, A 2,.... A n, maka hasil perbandingan secara berpasangan elemen-elemen operasi tersebut akan membentuk matriks perbandingan. Perbandingan berpasangan dimulai dari tingkat hirarki paling tinggi, dimana suatu kriteria digunakan sebagai dasar dibuatnya perbandingan berpasangan seperti matriks berikut: A 1 A 2. A n A 1 A 2. A n a 11 a 12. a 1n a 21 a 22. a 2n.... a n1 a n2. a nn perbandingan dapat diminimumkan. Persamaan untuk indeks konsistensi : CI = dimana: λmaks : eigenvalue maksimum n : ukuran matriks λmaks > n Perbandingan CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai rasio Konsistensi (CR) = Untuk memperoleh nilai RI, dapat dilihat pada lampiran TA. Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsistensi < 0,1. A 1 A 2. A n A 1 A 2. A n 1 a 12. a 1n a a 2n.... a n1 a n2. 1 Matriks Anxn merupakan matriks reciprocal dan diasumsikan terdapat n elemen, yaitu w 1, w 2,.... w n yang akan dinilai secara perbandingan. Nilai (judgement) perbandingan secara berpasangan antara (w i,w j ) dapat dipresentasikan dalam matriks tersebut. = a ij, i,j = 1,2, n Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk tingkat hirarki yang sama. Misalnya unsur a 11 adalah perbandingan kepentingan operasi A 1 dengan elemen operasi A 1 sendiri, sehingga diperoleh nilai unsur a 11 adalah sama dengan 1. Nilai unsur a 12 adalah perbandingan kepentingan operasi A 1 terhadap elemen operasi A 2 dengan unsur 1 sebagai diagonal matriks. 2.7 Konsistensi Pengukuran konsistensi dari suatu matriks didasarkan atas suatu eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matriks 3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penilaian jembatan didasarkan pada data visual dilapangan, dengan menggunakan format dari NYSDOT, menetapkan penilaian tingkat kerusakan sesuai petunjuk, mengambil foto-foto untuk menyesuaikan kondisi eksisting komponen-komponen jembatan. 3.1 Analisis Jembatan Cikeruh (Lampiran Tabel 3.1) Tabel 3.2 Hasil penilaian komponen jembatan Cikeruh metode BCR : AHP Berdasarkan metode NYSDOT : BCR = 5,931 bernilai baik (good). Metode BCR : AHP = 5,976 Selisih BCR metode AHP dengan NYSDOT = 0,0456, menghasilkan penilaian yang (good) dengan usulan pemeliharaan rutin dan berkala. 3.2 Analisis Jembatan Cideres Deet (Lampiran Tabel 3.3) Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

7 Tatang Suharta, Arief Firmanto, Fatur Rohman. Tabel 3.4 Hasil penilaian komponen jembatan Cideres Deet metode BCR : AHP Berdasarkan hitungan analisis dari ketiga yang ditinjau dapat disimpulkan berdasarkan metode NYSDOT : BCR dan metode BCR : AHP adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Nilai akhir kondisi jembatan Nama Metode Jembatan NYSDOT : BCR BCR : AHP Kondisi Cikeruh 5,931 5,976 Cideres Deet 5,844 5,924 Cilutung 5,764 5,787 Berdasarkan metode NYSDOT : BCR = 5,844 bernilai baik (good). Metode BCR : AHP = 5,924 Selisih BCR metode AHP dengan NYSDOT = 0,080, menghasilkan penilaian yang (good) dengan usulan pemeliharaan rutin dan berkala. 3.3 Analisis Jembatan Cilutung (Lampiran Tabel 3.5) Tabel 3.5 Hasil penilaian komponen jembatan Cilutung metode BCR : AHP Dari nilai akhir kondisi jembatan di atas dapat diurutkan prioritas penanganan dari ketiga jembatan tersebut yaitu: jembatan Cilutung, Cikeruh, dan Cideres Deet dengan usulan pemeliharaan rutin secara berkala. Hasil hitungan analisis lendutan yang terjadi pada gelagar jembatan dengan pembebanan yang berpedoman pada RSNI T , serta mutu bahan yang diasumsikan diperoleh nilai lendutan pada jembatan Cilutung dan Cikeruh tersaji dalam tabel 4.2 dibawah : Tabel 4.2 Lendutan yang terjadi pada gelagar jembatan Cilutung dan jembatan Cikeruh Nama Jembatan Lendutan yang terjadi (Δ 0 ) cm Lendutan yang diizinkan (Δ 0 ijin) cm Jembatan Cilutung 0,981 0,5625 Jembatan Cikeruh 0,855 0,5625 (hitungan ada di lampiran Skripsi) 4.2 Saran Berdasarkan metode NYSDOT : BCR = 5,764 bernilai baik (good). Metode AHP : BCR = 5,787 Selisih BCR metode AHP dengan NYSDOT = 0,023, menghasilkan penilaian sama, (good) dengan usulan pemeliharaan rutin dan berkala. 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Dari hasil penyelidikan ditemukan beberapa komponen yang memerlukan rehabilitasi dengan nilai sedang, diantaranya untuk jembatan Cikeruh: bagian sambungan (joint), lapis permukaan, trotoar dan kerb. Pada jembatan Cideres Deet: terdapat pada joint, lapis permukaan, dan trotoar. Pada jembatan Cilutung: terdapat pada bagian atas abutment, dudukan jembatan, lapis permukaan, trotoar dan kerb. Beberapa saran yang perlu mendapat perhatian untuk pengembangan metode NYSDOT dalam sistem transportasi di Indonesia. 1. Penelitian ini mengambil sampel jembatan yang berada di ruas jalan kabupaten. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang penilaian kondisi secara visual dengan metode Bridge Condition Rating yang telah dikembangkan oleh NYSDOT agar sesuai dengan karakteristik sistem transportasi di Indonesia. 2. Dengan diperolehnya penilaian indeks jembatan Cilutung yang lebih rendah dari jembatan Cikeruh dan jembatan Cideres Deet perlu diambil langkah-langkah untuk mengadakan penyelidikan lebih lanjut untuk penanganan dan penanggulangannya. 3. Dikarenakan lendutan yang terjadi pada jembatan Cilutung dan jembatan Cikeruh melebihi lendutan izinnya, maka perlu Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

8 Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb Km. Crb adanya penambahan gelagar memanjang pada kedua jembatan tersebut dengan jarak (s) maksimal 1,80 m. 4. Diperlukan data sekunder yang mutakhir, sehingga inspektor dapat menilai kondisi yang sebenarnya dan mendapatkan kondisi akhir yang tepat. 5. DAFTAR PUSTAKA Gatot Subagjo, Andreas Triwiyono, Imam Satyarno, 2008, Sistem Manajemen Jembatan Berbasis WEB Dengan Bridge Condition Rating. Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 2009, Pedoman Konstruksi dan Bangunan Pemeriksaan Jembatan Rangka Baja. Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 2009, Pedoman Penentuan Nilai Sisa kapasitas Jembatan. Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Bina Marga, 1993, Sistem Manajemen Jembatan. Marsuki M, Andreas Triwiyono, Hary Cristady, 2009, Penilaian Kondisi Jembatan Dengan Metode NYSDOT. RSNI T , Pembebanan Untuk Jembatan. RSNI T , Perencanaan Struktur Baja Untuk Jembatan. Stuart H. Mann, 1997, Using The Analytic Hierarchy Process For Decision Making In Engineering Applications: Some Challenges. Thomas L. Saaty, 2008, Decision making with the analytic hierarchy process. Thamrin Nasution, Ir. 2012, Struktur Baja II Modul 2: Pembebanan Jembatan. Departemen Teknik Sipil, FTSP, ITM Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

9 Tatang Suharta, Arief Firmanto, Fatur Rohman. LAMPIRAN Tabel 3.1 Hasil penilaian komponen jembatan Cikeruh metode NYSDOT : BCR Komponen Bobot CR Bobot x CR Kondisi Gambar Keterangan Gelagar Utama (Primary members) sebagian cat mengelupas, banyak tumpukan sampah sehingga rawan terhadap korosi. Abutmen (Abutment) Pilar (Pier) pada abutmen adanya material yang hilang pada bagian footing akibat gerusan air Lantai (Deck) pada dek Dudukan Jembatan (Bridge seat) pada dudukan Tumpuan (Bearings) Sangat (Very Good) pada semua tumpuan Dinding Sayap (Wingwalls) Dinding Belakang (Backwalls) Gelagar Sekunder (Secondarymembers) pada dinding pada struktur sekunder - Sambungan (Joint) permukaan aspal retak dan berlubang akibat pergerakan sambungan Lapis Permukaan (Wearing surface) permukaan aspal berlubang akibat gesekan roda kendaraan Trotoar (sidewalk) Kurb (Curb) Total Bobot 72 Total Bobot x CR 427 BCR 5,931 Kondisi Usulan Pemeliharaan rutin dan berkala Equivalent of Age 15,601 Tahun Waktu layan 34,399 Tahun sebagian permukaan terkelupas akibat air hujan sebagian beton mengalami pengelupasan akibat buruknya campuran beton Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

10 Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb Km. Crb Tabel 3.3 Hasil penilaian komponen jembatan Cideres Deet metode NYSDOT:BCR Komponen Bobot CR Bobot x CR Kondisi Gambar Keterangan Gelagar Utama (Primary members) sebagian cat mengelupas, banyak tumpukan sampah sehingga rawan terhadap korosi. Abutmen (Abutment) Lantai (Deck) pelapukan beton akibat penuaan, lumut, dan sampah pada dek Dudukan Jembatan (Bridge seat) pada dek Tumpuan (Bearings) korosi minor pada perletakan tumpuan akibat sampah Dinding Sayap (Wingwalls) sebagian material hilang akibat pengikisan air pada musim hujan Dinding Belakang (Backwalls) sebagian dinding terkikis akibat air sungai Gelagar Sekunder (Secondarymembers) Good) pada struktur sekunder Sambungan (Joint) permukaan berlubang dan retak pada aspal akibat pergerakan sambungan Lapis Permukaan (Wearing surface) Trotoar (sidewalk) Kurb (Curb) Total Bobot 64 Total Bobot x CR 374 BCR 5,844 Kondisi Pemeliharaan rutin dan berkala Usulan Equivalent of Age 16,746 Tahun Waktu layan 33,254 Tahun permukaan berlubang pada sisi perkerasan aspal akibat genangan air hujan; kalitas aspal rendah; sebagian besar permukaan trotoar terkelupas akibat air hujan; kualitas beton rendah tidak ada kerusakan pada curb Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

11 Tatang Suharta, Arief Firmanto, Fatur Rohman. Tabel 3.5 Hasil penilaian komponen jembatan Cilutung metode NYSDOT : BCR Komponen Bobot CR Bobot x CR Kondisi Gambar Keterangan Gelagar Utama (Primary members) Abutmen (Abutment) Rehabilitasi Pilar (Pier) sebagian cat mengelupas, banyak tumpukan sampah sehingga rawan terhadap korosi. terjadi retak pada abutmen bagian atas akibat beban kendaraan adanya kehilangan material dasar bagian atas footing akibat gerusan air Lantai (Deck) Dudukan Jembatan (Bridge seat) Tumpuan (Bearings) Dinding Sayap (Wingwalls) Dinding Belakang (Backwalls) Korosi permukaan pada plat baja dan gelagar retak akibat korosi tulangan baja; terlalu tipisnya selimut beton; kualitas beton rendah korosi minor pada pelat dasar akibat tumpukan sampah sebagian dinding rusak akibat gerusan air pada saat banjir Gelagar Sekunder (Secondarymembers) Korosi permukaan pada pada pelat baja Sambungan (Joint) Lapis Permukaan (Wearing surface) Trotoar (sidewalk) Kurb (Curb) Sangat (Very Good) Total Bobot 72 Total Bobot x CR 415 Bridge Condition Rating 5,764 Kondisi Usulan Pemeliharaan rutin dan berkala Equivalent of Age 17,782 Tahun Waktu layan 32,218 Tahun tidak terjadi kerusakan pada join permukaan berlubang dan retak pada permukaan; terlalu tipisnya lapisan perkerasan; kualitas aspal rendah terkelupasnya bagian permukaan beton; terlalu tipisnya selimut beton; kualitas beton rendah terkelupasnya bagian permukaan beton; terlalu tipisnya selimut beton; kualitas beton rendah Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

12 Kajian Penyelidikan Jembatan Pada Ruas Jalan Km. Crb Km. Crb Jurnal Konstruksi, Vol. I, No. 2, Oktober

PENILAIAN KONDISI JEMBATAN DENGAN METODE NYSDOT (STUDI KASUS 3 JEMBATAN DI KOTA KENDARI)

PENILAIAN KONDISI JEMBATAN DENGAN METODE NYSDOT (STUDI KASUS 3 JEMBATAN DI KOTA KENDARI) 1000 Marsuki M. Andreas T., Hary C., Penilaian Kondisi Jembatan Dengan PENILAIAN KONDISI JEMBATAN DENGAN METODE NYSDOT (STUDI KASUS 3 JEMBATAN DI KOTA KENDARI) Marsuki M. 1), Andreas Triwiyono 2), Hary

Lebih terperinci

Kata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja

Kata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja ALTERNATIF PENAMBAHAN BENTANG PADA JEMBATAN SEI ANJIR KALAMPAN DI KABUPATEN PULANG PISAU PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Leonard Adrianus Uda, Rianto B. Adihardjo, Tri Joko Wahyu Adi Lab Manajemen Konstruksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN JEMBATAN BERBASIS WEB DENGAN METODE BRIDGE CONDITION RATING (Studi Kasus Pengelolaan Jembatan di Kabupaten Garut)

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN JEMBATAN BERBASIS WEB DENGAN METODE BRIDGE CONDITION RATING (Studi Kasus Pengelolaan Jembatan di Kabupaten Garut) Forum Teknik Sipil No. XVIII/September 2008 947 SISTEM INFORMASI MANAJEMEN JEMBATAN BERBASIS WEB DENGAN METODE BRIDGE CONDITION RATING (Studi Kasus Pengelolaan Jembatan di Kabupaten Garut) Gatot Subagio

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MCDM (Multiple Criteria Decision Making) Multi-Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP

Lebih terperinci

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA Desy Damayanti Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister Manajemen Aset FTSP

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Abstract Migunani Program Studi Sistem Informasi STMIK PROVISI, Semarang miguns25@yahoo.com This paper discusses how to choose the method of assessment or evaluation of students in a course of study publication

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem

Lebih terperinci

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016 1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan merupakan bagian dari infrastruktur transportasi darat yang sangat vital dalam aliran perjalanan (Traffic Flows). Jembatan juga sering menjadi komponen kritis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP Junaidi, Retno Indryani, Syaiful Bahri Laboratorium Manajemen Konstruksi Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. a. Secara keseluruhan, Nilai Consistency Ratio (CR) menurut metode ANP

BAB V KESIMPULAN. a. Secara keseluruhan, Nilai Consistency Ratio (CR) menurut metode ANP BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini didapat beberapa kesimpulan antara lain: a. Secara keseluruhan, Nilai Consistency Ratio (CR) menurut metode

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS INFORMATIKA, Vol.3 September 2016, pp. 200~207 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 200 SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ade Mubarok 1,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

Mahasiswa / Program Studi Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2

Mahasiswa / Program Studi Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN JEMBATAN PADA JARINGAN JALAN PROVINSI JAWA TIMUR (Wilayah UPT Surabaya : Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik) Hendrig Sudradjat *1, Ludfi Djakfar 2, Yulvi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an

BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP Pada bab ini dibahas mengenai AHP yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty di Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 970-an dan baru

Lebih terperinci

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013: 223-230 MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KARYAWAN PADA INSTANSI KESATUAN BANGSA POLITIK DAN PELINDUNGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Jalan Di Kota Bandung Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Jalan Di Kota Bandung Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process Rekaracana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Januari 2016 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kerusakan Jalan Di Kota Bandung Menggunakan Metode Analytic

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI JEMBATAN KERETA API BENTANG TUNGGAL

EVALUASI KONDISI JEMBATAN KERETA API BENTANG TUNGGAL EVALUASI KONDISI JEMBATAN KERETA API BENTANG TUNGGAL Agus Nugroho Teknik Sipil FT UGM, Jln Yacaranda Sekip Unit IV Yogyakarta. Telp: 0274 545193. Email : agusnu_groho@yahoo.com Abstract Degradation of

Lebih terperinci

Lampiran 1 - Analytic Hierarchy Process (AHP)

Lampiran 1 - Analytic Hierarchy Process (AHP) Lampiran 1 - Analytic Hierarchy Process (AHP) Penyusunan Hirarki Sebuah bagan alir yang dipergunakan dalam struktur pemecahan sebuah masalah terdiri dari tiga tingkatan yaitu hasil keputusan yang diperoleh

Lebih terperinci

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI)

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI) Fitra Ramdhani Dosen Program Studi S1 Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Dewasa ini, Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

pengelolaan dan pemeliharaan jembatan. Dengan menggunakan sistem ini,

pengelolaan dan pemeliharaan jembatan. Dengan menggunakan sistem ini, BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan pergerakan perekonomian di Indonesia sangat bergantung pada kelancaran transportasi. Keberhasilan suatu daerah pun salah satunya

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process

Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process Available online at: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/teknik Teknik, 37(2), 2016, 72-77 Penentuan Skala Prioritas Penanganan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kudus Dengan Metode Analytical Hierarchy Process

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA)

ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI PEMILIHAN JENIS BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS: BEASISWA UKRIDA) ANALYSIS AND DESIGN APPLICATION

Lebih terperinci

VEKTOR PRIORITAS DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DENGAN METODE NILAI EIGEN

VEKTOR PRIORITAS DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DENGAN METODE NILAI EIGEN VEKTOR PRIORITAS DALAM ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DENGAN METODE NILAI EIGEN Moh. Hafiyusholeh 1, Ahmad Hanif Asyhar 2 Matematika UIN SunanAmpel Surabaya, hafiyusholeh@uinsby.ac.id 1 Matematika

Lebih terperinci

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005 MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Malikulsaleh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA Dwi Prasetyanto 1, Indra Noer Hamdhan

Lebih terperinci

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS

OLEH : ANDREANUS DEVA C.B DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS SEMINAR TUGAS AKHIR OLEH : ANDREANUS DEVA C.B 3110 105 030 DOSEN PEMBIMBING : DJOKO UNTUNG, Ir, Dr DJOKO IRAWAN, Ir, MS JURUSAN TEKNIK SIPIL LINTAS JALUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT

Lebih terperinci

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi

Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi Seleksi Material Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process Dan Pugh Gabriel Sianturi Program Studi Teknik Industri Universitas Komputer Indonesia Jalan Dipatiukur 112-116 Bandung Email: gabeinct@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT JURNAL REKAYASA SIPIL (JRS-UNAND) Vol. 13 No. 1, Februari 2017 Diterbitkan oleh: Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas (Unand) ISSN (Print) : 1858-2133 ISSN (Online) : 2477-3484 http://jrs.ft.unand.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode dari Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie

Lebih terperinci

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT

PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RONA CIPTA No. Mahasiswa : 11570 / TS NPM : 03 02 11570 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir

Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.Kom.) Pada Progam Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK

IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT ABSTRAK IMPLEMENTASI KOMBINASI METODE AHP DAN SAW DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KREDIT PERUMAHAN RAKYAT Yustina Meisella Kristania Program Studi Sistem Informasi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 167 Vol. 3, No. 2 : 167-176, September 2016 PEMILIHAN PENANGANAN KEAMANAN STRUKTUR JEMBATAN DENGAN METODE AHP (STUDI KASUS JEMBATAN SULIN LOMBOK BARAT) Selection of Bridge

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) Fauzia Mulyawati 1, Ig. Sudarsono 1 dan Cecep Sopyan 2 1 Jurusan Teksik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan sebagai salah satu prasarana perhubungan pada hakekatnya merupakan unsur penting dalam usaha pengembangan kehidupan bangsa. Keberadaan Jembatan akan memberikan

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN LINGKAR UNAND,PADANG

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN LINGKAR UNAND,PADANG PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN LINGKAR UNAND,PADANG Febri, Bahrul Anif, Khadavi Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta Padang E-mail : febri.firzalova@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kayu, jembatan baja, jembatan beton, dan jembatan komposit. Jembatan

BAB I PENDAHULUAN. kayu, jembatan baja, jembatan beton, dan jembatan komposit. Jembatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan ditinjau dari material strukturnya, dapat dibagi dalam jembatan kayu, jembatan baja, jembatan beton, dan jembatan komposit. Jembatan berdasarkan pada penggolongannya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Pendahuluan Ngatawi 1 dan Ira Setyaningsih 2 Abstrak:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono (008 : 3) mengemukakan secara umum penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang

Lebih terperinci

Bab II Analytic Hierarchy Process

Bab II Analytic Hierarchy Process Bab II Analytic Hierarchy Process 2.1. Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman,

Lebih terperinci

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 196 Vol. 3, No. 2 : 196-207, September 2016 PERBANDINGAN KELAYAKAN JALAN BETON DAN JALAN ASPAL DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) - STUDI KASUS JALAN MALWATAR-

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang). Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang). PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR TI BAHREN, MUNAR a Jurusan Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Jln. Almuslim Tlp.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7 BAB 2 2.1. Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan

Lebih terperinci

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK Siti Komsiyah Mathematics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK SEMINAR TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN JUANDA DENGAN METODE BUSUR RANGKA BAJA DI KOTA DEPOK OLEH : FIRENDRA HARI WIARTA 3111 040 507 DOSEN PEMBIMBING : Ir. IBNU PUDJI RAHARDJO, MS JURUSAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) OPTIMASI PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR DI KOTA MANADO DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Yoktan Sudamara Alumni Program Pascasarjana S2 Teknik Sipil Unsrat Bonny F. Sompie, Robert J. M. Mandagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Keputusan Keputusan (decision) yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan dapat dilihat pada kaitannya dengan proses,

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Umroh (Studi Kasus: PT. Amanah Iman)

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Umroh (Studi Kasus: PT. Amanah Iman) Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Umroh (Studi Kasus: PT. Amanah Iman) Hasan Sistem Informasi, STMIK Pontianak

Lebih terperinci

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU)

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG STRUKTUR JEMBATAN MERR II-C DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN MENERUS (STATIS TAK TENTU) OLEH : ABDUL AZIZ SYAIFUDDIN 3107 100 525 DOSEN PEMBIMBING : Prof. Dr. Ir. I GUSTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun daerah-daerah tertinggal dan terpencil, maka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membangun daerah-daerah tertinggal dan terpencil, maka pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu daerah atau kawasan, tidak terlepas dari dukungan infrastruktur yang memadai. Sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Papua pada umumnya dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Yang Digunakan 3.1.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan penelitian. Dalam penelitian ini, jenis desain yang digunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN Oleh : Manis Oktavia 1209 100 024 Dosen Pembimbing : Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Sidang Tugas Akhir - 2013

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process

Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014 PENERAPAN METODE TOPSIS DAN AHP PADA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN ANGGOTA BARU, STUDI KASUS: IKATAN MAHASISWA SISTEM INFORMASI STMIK MIKROSKIL MEDAN Gunawan 1, Fandi Halim 2, Wilson 3 Program

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KERUSAKAN JEMBATAN STUDI KASUS RUAS JALAN MUARA TEMBESI MUARA BULIAN MANDALO DARAT PROVINSI JAMBI

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KERUSAKAN JEMBATAN STUDI KASUS RUAS JALAN MUARA TEMBESI MUARA BULIAN MANDALO DARAT PROVINSI JAMBI ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KERUSAKAN JEMBATAN STUDI KASUS RUAS JALAN MUARA TEMBESI MUARA BULIAN MANDALO DARAT PROVINSI JAMBI Jaja 1), Putu Artama Wiguna 2) dan Sumino 3) 1)Program Magister Manajemen

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota Semarang dalam rangka meningkatkan aktivitas

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process Siti Latifah Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Sumber kerumitan masalah pengambilan keputusan bukan hanya

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

Metode Analytical Hierarchy Process Pada Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Program Jaminan Sosial

Metode Analytical Hierarchy Process Pada Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Program Jaminan Sosial 32 INFORMATION MANAGEMENT FOR EDUCATORS AND PROFESSIONALS E-ISSN: 2548-3331 Metode Analytical Hierarchy Process Pada Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Program Jaminan Sosial Santoso Setiawan 1,* 1 Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA

PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA SEMINAR TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN BANGILTAK DESA KEDUNG RINGIN KECAMATAN BEJI KABUPATEN PASURUAN DENGAN BUSUR RANGKA BAJA OLEH : AHMAD FARUQ FEBRIYANSYAH 3107100523 DOSEN PEMBIMBING : Ir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan merupakan prasarana umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jembatan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RC

TUGAS AKHIR RC TUGAS AKHIR RC 090412 PERENCANAAN STRUKTUR JEMBATAN SUMBER SARI, KUTAI BARAT, KALIMANTAN TIMUR DENGAN SISTEM BUSUR BAJA OLEH : YANISFA SEPTIARSILIA ( 3112040612 ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. M. Sigit Darmawan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan ( decision support systems disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis computer termasuk sistem berbasis

Lebih terperinci

Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU

Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU Oleh: Yuliantini Eka Putri Abstract Elementary school building is an infrastructure of basic education to continue

Lebih terperinci

Jurnal Teknik Sipil ISSN

Jurnal Teknik Sipil ISSN ISSN 2088-9321 ISSN e-2502-5295 pp. 543-552 TINJAUAN KONDISI PERKERASAN JALAN DENGAN KOMBINASI NILAI INTERNATIONAL ROUGHNESS INDEX (IRI) DAN SURFACE DISTRESS INDEX (SDI) PADA JALAN TAKENGON BLANGKEJEREN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah pemakai jalan yang akan menggunakan sarana tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Pembangunan sarana transportasi mempunyai peranan penting dalam perkembangan sumber daya manusia saat ini sebab disadari makin meningkatnya jumlah pemakai

Lebih terperinci

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG

DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG Antonius 1) dan Aref Widhianto 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Sultan Agung,

Lebih terperinci

URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK

URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK Khafizan 1), Slamet Widodo 2), Siti Mayuni 2) Khafizan.apid@gmail.com Abstrak Jaringan jalan cenderung

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE AHP DALAM MENENTUKAN JALUR PENGOBATAN PADA PENDERITA WASIR

PENERAPAN METODE AHP DALAM MENENTUKAN JALUR PENGOBATAN PADA PENDERITA WASIR PENERAPAN METODE AHP DALAM MENENTUKAN JALUR PENGOBATAN PADA PENDETA WASIR Samudi STMIK Nusa Mandiri Jakarta Samudi345@gmail.com M. Zainur Ridho STMIK Nusa Mandiri Jakarta Ridho_mz@gmail.com ABSTRAK Terdapat

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) 24 Dinamika Teknik Juli PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Antono Adhi Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol.

Lebih terperinci