G. Mitos dalam Masyarakat Dayak
|
|
- Susanti Tanuwidjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 G. Mitos dalam Masyarakat Dayak Masyarakat Dayak Ngaju mengenal adanya mitos tentang buaya, atau biasa mereka sebut dengan istilah firasat buaya. Seseorang yang mempunyai firasat buaya dipercaya untuk memiliki takdir untuk dimangsa buaya. Firasat buaya hanya dapat dideteksi pada saat seseorang masih berusia balita, karena selepas usia balita firasat atau petanda tersebut akan hilang dengan sendirinya dan tidak dapat dinetralisir lagi. Proses menetralisir firasat buaya adalah dengan cara menaburkan serbuk emas murni pada luka sayatan yang sengaja dibuat hingga mengelurkan darah pada dahi diantara kedua mata balita yang terdeteksi memiliki firasat buaya. Setelah itu barulah diadakan ritual pelengkap. Dari keterangan diatas dapat dilihat betapa membuminya masyarakat Dayak, dan bagaimana kedekatan mereka dengan alam beserta mitos-mitosnya. H. Pengalaman Personal terkait dengan Buaya Disamping hal-hal tesebut, penulis memiliki kisah tersendiri yang berkaitan dengan hal-hal yang berbau buaya. Awal tahun 2003 penulis melakukan penelitian mengenai Pengambilan Keputusan dalam Memilih Metode Pengobatan Penelitian dilakukan pada masyarakat Dayak Ngaju, yang tinggal di Desa Kasongan Baru, Katingan, Kalimantan Tengah, Indonesia. Saat melakukan penelitian, penulis menemui dan mewawancarai seorang Balian yang bernama Tambi Dawin atau nenek Dawin. Tambi Dawin saat itu berusia 70 tahun, yang mengisahkan pengalamannya bahwa sebelum ia mempunyai kemampuan untuk mengobati orang sakit, ia pernah hilang selama beberapa hari. Menurut pengakuannya, pada saat menghilang ia dibawa ke dalam air, dan kawin dengan seekor buaya putih, dan menghasilkan satu anak yang berwujud buaya. Seorang tetangga Tambi Dawin yang mengetahui kejadian tersebut manambahakan keterangan dari pengalaman Tambi Dawin. Ketika Tambi Dawin diketahui menghilang, selang beberapa waktu Tambi Dawin ditemukan berada dipucuk pohon kelapa. Tambi Dawin yang tinggal di pinggir sungai, mengaku menjadi sangat kuat setiap kali bertemu dengan suaminya yang berwujud buaya putih yang tinggal di dasar sungai. Demikian kuatnya hingga ia mampu mengangkat sebatang pohon berdiameter 50 cm hanya seorang diri tanpa 1/9
2 mengalami kesulitan. I. Antara Mitos dan Pengalaman M. Haitami Dului seorang pelukis asli Suku Dayak dan hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 5 SD, juga pernah melukis tentang buaya dan orang Dayak. Figure 16. M Haitami Dului s painting Memperhatikan lukisan M. Haitami Dului di atas, terlihat usaha dua orang Dayak yang berusaha menangkap seekor buaya.. Ciri kedua orang Dayak tersebut dapat dikenali dari ikat kepala atau 2/9
3 lawung dan cawat yang mereka pakai. Orang pertama yang tidak mempunyai cacat tubuh, pandangan matanya memperlihatkan keterkejutan dan kekhawatiran karena salah satu kakinya berada di dalam mulut buaya. Sementara itu yang satu lagi, seorang yang buta sebelah matanya memperlihatkan ekspresi kegembiraan karena berhasil menangkap buaya tersebut dengan mengunci ekor buaya yang menjadi salah satu senjata utama untuk melumpuhkan lawan atau menghindarkan diri dari musuh dengan cara mengibaskan ekornya. Si Buta berhasil mengunci buaya dengan menangkap bagian ekor buaya dengan kedua tangan dan kakinya sehingga membuat buaya tidak bisa melepaskan diri ataupun melakukan serangan dengan ekornya. Peristiwa penangkapan itu berlangsung di tengah hutan sebagaimana tampak dari pepohonan yang ada pada latar belakang lukisan itu. Aktivitas penangkapan buaya yang hanya menggunakan tangan kosong tanpa senjata apapun, memperlihatkan bagaimana penaklukan terhadap binatang buas tersebut dilakukan tidak dengan menggunakan senjata tajam yang digunakan untuk melukai buaya tersebut. Mereka menaklukan buaya tidak dengan kekerasan, dan tanpa menggunakan alat bantu teknologi yang dapat mengancam binatang buruan yang akan ditaklukan. Bagi orang-orang yang hidup dekat dengan alam, serta kehidupannya tergantung dan ditopang oleh alam, ketika berhadapan dengan alam dan bertindak untuk memanfaatkan kekayaan alam, maka didalam tindakannya tidak akan mencelakakan dan memperlakukan alam secara sewena-wena. Bahkan ketika berhadapan dengan binatang buas sekalipun, mereka akan menghadapinya dengan tangan kosong, tidak menggunakan senjata yang mampu mencederai atau bahkan membuatnya mati. Tidak mengherankan juga, tatkala terjadi kekhawatiran seseorang kehidupannya dapat berada dibawah ancaman binatang buas (buaya), maka yang dilakukan adalah mengadakan ritus perdamaian agar terhindar dari kecelakaan yang dapat mencelakakan hidup seseorang. Sebagaimana yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Ngaju dalam ritual menetralisir firasat buaya. Disamping itu bisa juga terjadi relasi yang baik dengan binatang buas tersebut, yang dapat menghasilkan kekuatan tersendiri sehingga bisa menjadi bantuan untuk mengatasi kesulitan lain yang ditemui dalam hidup seseorang. Ini terbukti dengan pengalaman Tambi Dawin. Berbagai mitos dan pengalaman sebagaimana nyata dan menjadi pengalaman kongkret, barangkali hanya menjadi kisah yang dianggap sebagai omong kosong bagi orang-orang yang sama sekali terpisah dari kehidupan orang-orang tersebut. Bahkan akan menjadi semakin berbahaya, ketika orang tidak bersedia untuk memahami dan menyelami kehidupan konkret dengan orang-orang yang hidup dekat dengan alam dan sangat tergantung pada alam. Dengan mengacu pada kebutuhan konsumsi yang terus meningkat, orang-orang yang tidak memperhatikan keharmonisan hidup bersama dengan alam, menyaksikan kekayaan alam dengan berbagai kelimpahannya hanya akan melihat dari kacamata eksploitasi dan produksi pengolahan yang optimal, tanpa mempertimbangkan keseimbangan yang perlu dihidupi terus 3/9
4 menerus. J. Realitas Perusakan Alam di Kalimantan Tengah Proses eksploitasi terhadap alam dan perusakan serta pencemaran alam, telah berlangsung selama bertahun-tahun lamanya dan jika tidak ditumbuhkan kesadaran untuk mengembalikan pada tata keseimbangan dalam kehidupan bersama alam dengan seluruh ekosistemnya, yang terjadi adalah ancaman perusakan terus-menerus dalam skala besar yang tidak akan pernah terhenti. Figure 17. Central Kalimantan nature resources which extinct due to human s greediness (Tjilik Riwut documentation) 4/9
5 Figure 18. grey orchid; it is one of Kalimantan flora resources (Tjilik Riwut documentation) Fakta berbicara bahwa ratusan tahun sebelum masuknya perusahaan tambang dan HPH ke Bumi Kalimantan, tidak pernah terjadi musibah kebakaran hutan seperti yang akhir-akhir ini banyak terjadi, bahkan seolah telah menjadi agenda rutin setiap tahunnya. Ada kebijaksanaan hidup yang telah diwariskan turun-temurun dalam berhadapan dengan hutan. Hubungan masyarakat Dayak dengan hutan (alam) sangat erat, dan semuanya ada dalam sistem adat mereka. Bagi orang Dayak hutan, bumi, tanah, dan sungai serta lingkungan di mana mereka hidup merupakan Injam Tingang atau tempat pinjaman dari Ranying Hatalla 5/9
6 (Allah). Itulah sebabnya mereka harus senantiasa merawat bumi dengan baik. Contoh konkrit, ketika mereka akan membuka lahan perladangan, beberapa tahapan harus dipatuhi. Pertama, sebelum membuka lahan baru mereka harus menyampaikan maksud tersebut kepada kepala adat. Tahap selanjutnya mereka mengadakan musyawarah untuk mencari area yang tepat yang disebut rapat tanduk. Setelah rapat tanduk, kepala adat akan mengutus beberapa orang untuk mencari hutan yang cocok. Mereka akan tinggal di hutan-hutan untuk memperoleh petunjuk dengan jalan memberikan persembahan pada penguasa alam atau Ranying Hatala. Selain itu, usaha untuk mendapatkan petunjuk juga dibarengi dengan memeriksa hutan dan tanah yang cocok untuk berladang. Setelah menemukan lahan yang cocok, dilanjutkan dengan masa tebas tebang, lalu dibiarkan mengering selama 1-2 bulan yang disebut masa timbuk pambuk. Selama menunggu tebangan kering, waktu mereka isi dengan kegiatan mendulang emas, mencari rotan atau kegiatan lainnya. Kemudian mereka memasuki masa makal, yaitu masa membakar tebangan yang telah mengering. Dalam melakukan pembakaran lahan, masyarakat setempat memiliki metode khusus. Lubang menyerupai parit dibuat mengelilingi area yang akan dijadikan lahan perladangan. Dalam dan lebarnya galian sesuaikan dengan kebutuhan. Pembuatan parit bertujuan sebagai tindak pengaman. Maksudnya akar, dedaunan, potongan kayu, rerumputan, gambut dan sebagainya yang ada didalam dan sekitar parit, disingkirkan sehingga pada saat melakukan pembakaran, api tidak dapat menyeberang dan mebakar lahan yang terletak dibersebelahan dengan lahan yang dibakar tsb. Itulah sebabnya kebakaran hutan seperti yang sering terjadi saat ini dimasa yang lalu tidak pernah terjadi. Dalam budaya Dayak ada kebiasaan bahwa hutan yang diolah sebagai lahan perladangan hanya digunakan 2-3 kali panen, kemudian sebelum ditinggalkan ditanami dengan tanaman buah-buahan dengan maksud anak-cucu dapat menikmati hasilnya. Setelah tahun baru lahan yang telah ditinggalkan tersebut dikerjakan kembali. Suatu tindakan brutal bagi suku ini apabila mereka melakukan tindakan merusak lingkungan dengan serakah dan sewenang-wenang. Ranying Hatalla mengawasi sikap dan perbuatan mereka di Batang Danom Kalonen atau alam ini melalui para Sangiang. Setelah masa Orde Baru di Indonesia dengan adanya Undang-Undang Pokok Kehutanan no.5 Tahun 1967, pemerintah mulai memberikan Hak-hak Penguasaan hutan (HPH) pada pemodal asing. Sedangkan masyarakat local lebih banyak menuai bencana dari dampak HPH tadi. Seperti kebakaran hutan, yang mengakibatkan kabut asap berkepanjangan, menyebabkan banyak warga setempat yang menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA. Selain itu justru masyarakat Dayaklah yang sering dijadikan kambing hitam atas maraknya kebakaran hutan yang terjadi. Sedangkan keuntungan lebih banyak dinikmati oleh pemilik modal dan pemerintah pusat. Dari data temuan Forest Watch Indonesia (2001) pemberian izin HPH besar-besaran ini, pada tahun telah mencapai hektar dimana 45% dari jumlah tersebut dikuasai oleh 10 kelompok usaha besar. 6/9
7 Situasi yang ada di Propinsi ini, dengan penduduk yang berjumlah 1,7 juta jiwa,memiliki 1,76 juta hektar hutan lindung atau sekitar 11,4% dari luas wilayah Propinsi tesebut. Serta memiliki 8,87 juta hektar hutan produsi atau sekitar 56,06% dari luar wilayah yang dibebani dengan 56 perusahaan pemegang HPH dengan luas hektar (Agani, Asmawi, 2002:19-30). Kondisi diatas menggambarkan betapa perubahan besar telah terjadi di bumi Kalimantan, yang secara langsung maupun tidak langsung mengakibatkan masyarakat Dayaklah yang menjadi korbannya. Figure 19. The woods, the victim of human greediness (Tjilik Riwut documentation) 7/9
8 Figure 20. Crane trucks in the hinterland area (Tjilik Riwut documentation) 8/9
9 FigureRiwut 21. Kalimantan Tengah s woods destruction (Tjilik documentation) Figure 22. Woods and rivers are no longer the center ofcultural Dayaknese circle of life (Pawaka DIY documentation) Kondisi merasa Sistem mereka perladangan masyarakat telah diidentikkan adalah tersisih. kaum Dayak dengan berpindah, perusak Tidak di lagi keterbelakangan, pedalaman hutan. kebakaran menjadi tuan Kalimantan hutan, rumah ketertinggalan, semakin di saat rumah ini memperkuat sangat bahkan sendiri. terjepit. Disisi kaum tudingan lain perusak Disatu eksistensi bahwa sisi hutan. mereka Situasi banyaknya luar, maka demikian tidak peraturan mengherankan semakin yang dilengkapi sulit mereka apabila dengan pada pahami, penghakiman akhirnya tudingan, juga tidak shock masuknya adilpeople dimasa mereka budaya kolonial, alami. baru dari Authors team: Nila Riwut and Mutia Hintan,Modern S. Ant. Translator: Yudith Mariaran Tresnowati, S pd Reference: Anwar, Juga Berujung, Wahyudi Biro K. Desentralisasi Penerbitan Arupa, Pengelolaan 2002 sumber Daya Hutan : Jalan Berliku Yang Tak Florus, Paulus. Pemberdayaan Masyarakat, Institut of Dayakology Research, 1989 Hintan, Pengobatan Ngaju, Skripsi Mutia. Tradisionial Tidak Pengambilan Terbit, dan 2003 Keputusan Dengan Dalam Studi Memilih Tentang Metode Relasi Pengobatan Antara Masyarakat : Metode Dayak Mubyarto Penerbit Aditya dkk. Desa-Desa Media, 1993 Kalimantan : Studi Bina Desa Pedalaman Kalimantan Tengah, Nila. Kamus Dayak Ngaju Indonesia English. Will be publish Riwut, Lima, 2003 Tjilik. Maneser Panatau Tatu Hiang : Menyelami Kekayaan Leluhur, Penerbit Pusaka Ukur, Fridolin. Tantang Djawab Suku Dajak, BPKPage Gunung Mulia,Pembinaan Jakarta 1971 Usop, Bahasa, kma Universitas m. Pemerian Palangka Morfologi Raya, Bahasa 1976 Dayak Ngaju, & Pengembangan [1] Dayak Ngaju language morphological term, 170Pusat 9/9
BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. 1 Etnobotani juga memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara botani (tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok masyarakat) di berbagai belahan bumi, dan
Lebih terperinciMASYARAKAT DAYAK: FILOSOFI DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL. Oleh: A.
MASYARAKAT DAYAK: FILOSOFI DAN KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL Oleh: A. Teras Narang, SH Disampaikan pada Seminar Pengetahuan dan Kearifan Lokal Masyarakat Dayak
Lebih terperinciTARI MANDAU TALAWANG. Di susun oleh : DAYA SAKTI KALIMANTAN TENGAH
TARI MANDAU TALAWANG Di susun oleh : DAYA SAKTI SANGGAR BETANG TATU HIYANG KALIMANTAN TENGAH Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo Aula KNPI Kota Palangka Raya Contact : 085249164999 085651304442 085252479944 KATA
Lebih terperinciberjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah
NENEK GAYUNG Nenek Gayung adalah sebuah urban legend yang berasal dari Indonesia tentang penampakan nenek misterius yang tiba-tiba muncul di tepi jalan. Menurut legendanya, Nenek Gayung merupakan suatu
Lebih terperinciE. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran
E. Siklus Kehidupan Masyarakat Dayak 1. Kelahiran Seperti pada kebanyakan suku bangsa lain di dunia, suku Dayak di Kalimantan juga memiliki siklus hidup yang kesemuanya terangkai dalam ritual-ritual adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih dulu telah merdeka bahkan jauh sebelum indonesia merdeka.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terdiri dari beribu-ribu pulau dan berbagai macam suku bangsa yang ada di dalamnya serta berbagai ragam budaya yang menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Konservasi No. 5 Tahun 1990, sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan
Lebih terperinciBAB I. bertujuan. untuk. mengidentifikasi. lokal asli di. penyebab. di Provinsi. Riau, dengan. konflik yang 93,764 45,849 27,450 3,907 29,280 14,000
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab tidak terselesaikannya konflikk antara perusahaan hutan tanamann industri dan masyarakat lokal asli di Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri dimanapun kita berada dan hidup di suatu tempat tertentu kita selalu dipengaruhi oleh lingkungan tempat kita tinggal tersebut. Lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. buminya yang melimpah ruah serta luasnya wilayah negara ini. Kekayaan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, hasil buminya yang melimpah ruah serta luasnya wilayah negara ini. Kekayaan alam yang dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karakteristik serta ciri khas masyarakatnya berdasarkan etnografisnya. Perbedaanperbedaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas masyarakat yang hidup di desa khususnya yang berada di pinggiran hutan atau yang berbatasan langsung dengan alam lingkungan sangat bergantung sekali dengan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA
PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hutan sebagai salah satu penentu penyangga kehidupan dan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hutan sebagai salah satu penentu penyangga kehidupan dan sumber kesejahteraan yang semakin menurun keadaannya, oleh sebab itu eksistensinya harus dijaga secara terus-menerus,
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang
Lebih terperinciArsitektur Dayak Kenyah
Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya
Lebih terperinciSD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 6. MEMBACA NON SATRALatihan soal 6.4
1. Paus Langka Muncul di Samudra Atlantik SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 6. MEMBACA NON SATRALatihan soal 6.4 Paus langka yang sering disebut Paus Right muncul kembali di sekitar Samudra Atlantik setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, termasuk juga keanekaragaman
Lebih terperinciREUSAM KAMPUNG BENGKELANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : TAHUN 2010
REUSAM KAMPUNG BENGKELANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM (ADAT MERAGREH UTEN) BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPIAGAM KESEPAKATAN PEMELIHARAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT DESA GUGUK KECAMATAN SUNGAI MANAU KABUPATEN MERANGIN
PIAGAM KESEPAKATAN PEMELIHARAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT DESA GUGUK KECAMATAN SUNGAI MANAU KABUPATEN MERANGIN Piagam ini merupakan perubahan sekaligus penyempurnaan dari Piagam Kesepakatan Pemeliharaan
Lebih terperinciLembar Fakta. Tata kelola buruk: Masyarakat Adat Terdampak Bencana Asap
Lembar Fakta Tata kelola buruk: Masyarakat Adat Terdampak Bencana Asap Lebih dari empat bulan lamanya wilayah Indonesia dikepung oleh asap, akibat pembakaran hutan dan lahan gambut. Musim kemarau yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai kekayaan alam, bumi, air, udara serta ribuan pulau oleh Tuhan Yang Maha Esa, yang mana salah satunya adalah hutan. Hutan merupakan sesuatu
Lebih terperinciTugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali
Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka Burung Jalak Bali Burung Jalak Bali Curik Bali atau yang lebih dikenal dengan nama Jalak Bali, merupakan salah satu spesies burung cantik endemis Indonesia. Burung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,
Lebih terperinci24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace
24 Oktober 2015, desa Sei Ahass, Kapuas, Kalimantan Tengah: Anak sekolah dalam kabut asap. Rante/Greenpeace Publikasikan Peta, Hentikan Kebakaran, Selamatkan Hutan Transparansi sangat penting untuk mencegah
Lebih terperinciREUSAM KAMPUNG BATU BEDULANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : 147 TAHUN 2010
REUSAM KAMPUNG BATU BEDULANG KECAMATAN BANDAR PUSAKA KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR : 147 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM ( ADAT MERAGREH UTEN ) BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalimantan sebagai pulau terbesar pertama dalam Kepulauan Indonesia, Kalimantan Barat adalah sebuah Provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan dan beribukotakan
Lebih terperinciDua: Sumpah Pocong Si Udin
Dua: Sumpah Pocong Si Udin Karya: La Dawan Piazza Zaman sekarang, sebuah negeri entah-berantah di pedalaman Hutan Amazon Kolombia, ada sebuah Kerajaan Luna Maya dari Suku Inica yang dipimpin oleh seorang
Lebih terperinciLaporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar
Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar Ketua : Marfuatul Latifah, S.H.I, L.LM Wakil Ketua : Sulasi Rongiyati, S.H., M.H. Sekretaris : Trias
Lebih terperinciSD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9
SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan
BAB V KESIMPULAN Matrilineal seperti yang telah banyak kita fahami, membawa kepada pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan memiliki posisi tawar yang baik dalam pengambilan keputusan,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pemahaman pada Bab I-IV, maka pada bagian akhir tesis ini terdapat beberapa hal pokok yang akan ditegaskan sebagai inti pemahaman masyarakat Tunua tentang fakta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA
PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciREPRESENTASI KERUSAKAN LINGKUNGAN DI KALIMANTAN DALAM NOVEL ANAK BAKUMPAI TERAKHIR KARYA YUNI NURMALIA (PERPEKTIF EKOLOGI SASTRA)
REPRESENTASI KERUSAKAN LINGKUNGAN DI KALIMANTAN DALAM NOVEL ANAK BAKUMPAI TERAKHIR KARYA YUNI NURMALIA (PERPEKTIF EKOLOGI SASTRA) HERMAN DIDIPU Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo herdi.ung@gmail.com
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBUKAAN LAHAN DAN PEKARANGAN BAGI MASYARAKAT DI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PEMBAKARAN DAN KEBAKARAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta
Lebih terperinciPASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6.
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN UMUM
Lebih terperinciSOAL KONSEP LINGKUNGAN
131 SOAL KONSEP LINGKUNGAN 1. Ciri-ciri air yang tidak tercemar adalah a. Tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa b. Berkurangnya keberagaman biota perairan c. Banyak biota perairan yang mati d.
Lebih terperinciSMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 5. MEMBACA NONSASTRALatihan Soal 5.1 (3) (2) (1)
1. SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 5. MEMBACA NONSASTRALatihan Soal 5.1 Bacalah paragraf di bawah ini dengan cermat! Eksploitasi spesies binatang dan tumbuhan adalah salah satu penyebab utama kepunahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini memiliki sistem nilai dan norma budaya masing-masing. Keunikan kebudayaan, yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan kondisi masyarakat yang sangat heterogen dengan kurang lebih 300 suku bangsa (etnik). 1 Heteroginitas masyarakat yang sangat
Lebih terperinciNo Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa
Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa
Lebih terperinciBAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN
BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada
Lebih terperinciBAB. Keseimbangan Lingkungan
BAB 3 Keseimbangan Lingkungan Pada hari minggu, Dimas dan keluarganya pergi menjenguk neneknya. Rumah nenek Dimas berada di Desa Jangkurang. Mereka membawa perbekalan secukupnya. Ketika tiba di tempat
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TANAH ADAT DAN HAK-HAK ADAT DI ATAS TANAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu aset penting bagi negara, yang juga merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat. Hutan sebagai sumberdaya
Lebih terperinciBENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG
BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG (ANALISIS KASUS EKS LUBANG TAMBANG BATUBARA KALIMANTAN TIMUR) Luluk Nurul Jannah, SH., MH (Staf Sub Bidang Tindak Lanjut P3E Kalimantan) Era desentralisasi membuka peluang
Lebih terperinciKEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG
KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG PEMBANGUNAN, HAK MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MUSYAWARAH PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah
Lebih terperinciAKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR
AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR Cetakan ke-1, 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang IAARD Press, 2012 Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku
Lebih terperinciTenggara yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya.
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN UMUM
Lebih terperinciREUSAM KAMPUNG KALOY. No : Tahun 2010 TENTANG PERATURAN KAMPUNG (REUSAM) TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM / ADAT MERAGREH UTEN
REUSAM KAMPUNG KALOY No : Tahun 2010 TENTANG PERATURAN KAMPUNG (REUSAM) TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM / ADAT MERAGREH UTEN BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur
Lebih terperinciLembar Fakta Nasional. Mewaspadai Ijon Politik Pertambangan pada Pemilukada Serentak 2017
Lembar Fakta Nasional Mewaspadai Ijon Politik Pertambangan pada Pemilukada Serentak 2017 Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) Serentak pada Februari 2017 tidak akan menyelesaikan persoalan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Manusia perlu suplai udara, makanan, minuman, tempat untuk bernaung, tempat
Lebih terperinciPelajaran untuk Murid STUDENT LESSON KEPATUHAN Hanya Percaya Kepadaku 3 November, 2012
Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON KEPATUHAN Hanya Percaya Kepadaku 3 November, 2012 Hanya Percaya kepadaku (Apa kira-kira hubungan ilustrasi berikut dengan ayat-ayat Alkitab di pelajaran hari Rabu?)
Lebih terperinciABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp , PENDAHULUAN
KAJIAN FAKTOR PENYEBAB DAN UPAYA PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN GAMBUT OLEH MASYARAKAT DI DESA SALAT MAKMUR KALIMANTAN SELATAN Oleh/By FONNY RIANAWATI Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 2 TAHUN 2006 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 01 TAHUN 2003 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA
Lebih terperinciECHO Asia Notes, Issue 23 February 2015 BEKERJA BERSAMA PETANI DI MALAYSIA oleh Tan Swee Lian, Ph.D.
ECHO Asia Notes, Issue 23 February 2015 BEKERJA BERSAMA PETANI DI MALAYSIA oleh Tan Swee Lian, Ph.D. Terjemahan Bahasa Indonesia: Tyas Budi Utami, ECHO Asia Foundation, Thailand [Catatan Editor: Dr. Tan
Lebih terperinciINOVASI PENCEGAH KEBAKARAN BAWAH TANAH LAHAN GAMBUT DENGAN SPIDER PIPELINE AS GROUND FIRE WETLAND (SPAS GROFI-W)
INOVASI PENCEGAH KEBAKARAN BAWAH TANAH LAHAN GAMBUT DENGAN SPIDER PIPELINE AS GROUND FIRE WETLAND (SPAS GROFI-W) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hutan merupakan tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mewujudkan tata kehidupan Kabupaten
Lebih terperinciSelama menjelajah Nusantara, ia telah menempuh jarak lebih dari km dan berhasil mengumpulkan spesimen fauna meliputi 8.
PENGANTAR PENULIS Indonesia menempati urutan ke dua di dunia, dalam hal memiliki keragaman flora dan fauna dari 17 negara paling kaya keragaman hayatinya. Brasil adalah negara terkaya dengan hutan Amazonnya.
Lebih terperinciArang Tempurung Kelapa
Arang Tempurung Kelapa Mengapa harus arang tempurung? Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama minyak tanah, membuat masyarakat mencari alternatif lain untuk keperluan memasak. Salah satu yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rongga telingga tengah, dan pleura (Kepmenkes, 2002). ISPA merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA,
PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BIMA, Menimbang : a. bahwa hutan adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa sebagai sumber kekayaan
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 62 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. SUMUR PANDANWANGI LUAS AREAL
Lebih terperinci2. Berikut ini beberapa contoh yang dapat menyebabkan hutan terbakar.
CONTOH SOAL PLH KELAS XII SEMESTER 1. Berikut ini yang sesuai dengan definisi hutan adalah... a. daerah yang sangat luas yang ditumbuhirumput liar b. daerah yang sangat luas yang ditumbuhi pohon liar c.
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Ekologi. Faktor Biotik
Prinsip-Prinsip Ekologi Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktora biotik antara lain suhu, air, kelembapan,
Lebih terperinciBAB VII KEBAKARAN HUTAN
BAB VII KEBAKARAN HUTAN Api merupakan faktor ekologi potensial yang mempengaruhi hampir seluruh ekosistem daratan, walau hanya terjadi pada frekuensi yang sangat jarang. Pengaruh api terhadap ekosistem
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 94 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP RENCANA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (UPHHK-HTI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat telah dikenal sejak tahun 1997 dan merupakan bencana nasional yang terjadi setiap tahun hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. 4
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup di alam ini. Selain itu, air juga merupakan barang milik umum, sehingga air dapat mengalami
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235] BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 77 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan : a. diskriminasi terhadap anak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan
PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup. Hutan memiliki
Lebih terperinciPENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG 133 PROSIDING Workshop Nasional 2006 134 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG PERTAMA KESIMPULAN 1. Ramin dan ekosistemnya saat ini terancam kelestariannya. Hal ini disebabkan
Lebih terperinciBUDAYA MASYARAKAT DAN KEBAKARAN HUTAN (Studi Kasus di Desa Mio dan Desa Boentuka Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur)
BUDAYA MASYARAKAT DAN KEBAKARAN HUTAN (Studi Kasus di Desa Mio dan Desa Boentuka Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur) Oleh : Rahman Kurniadi dan I Made Widnyana Ringkasan Kebakaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, baik sumber daya alam yang dapat di perbaharui maupun yang tidak dapat di perbaharui. Potensi yang sangat
Lebih terperinciQANUN MUKIM LANGO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN MUKIM LANGO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA IMUEM MUKIM LANGO Menimbang: a. Bahwa hutan adat mukim
Lebih terperinciBAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa
1 BAB 1 LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Industri yang mengalami pertumbuhan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir ialah minyak kelapa sawit. Komoditas kelapa sawit menunjukkan peran yang signifikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran hutan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia (Stolle et al, 1999) yang menjadi perhatian lokal dan global (Herawati dan Santoso, 2011). Kebakaran
Lebih terperinciK E P E N D U D U K A N
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG K E P E N D U D U K A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT Menimbang : a. bahwa, untuk kelancaran, ketertiban
Lebih terperincimencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari
mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari Didukung oleh: Talaud Lestari Mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik harus segera
Lebih terperinciKetika Negara Gagal Mengatasi Asap. Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar
Ketika Negara Gagal Mengatasi Asap Oleh: Adinda Tenriangke Muchtar Tahun 2015 menjadi tahun terburuk bagi masyarakat di Sumatera dan Kalimantan akibat semakin parahnya kebakaran lahan dan hutan. Kasus
Lebih terperinciKERUSAKAN LINGKUNGAN
bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa
Lebih terperinciSetitik Harapan dari Ajamu
Setitik Harapan dari Ajamu Setitik Harapan dari Ajamu: Pelajaran tentang Sukses Pemanfaataan Gambut Dalam untuk Sawit Oleh: Suwardi, Gunawan Djajakirana, Darmawan dan Basuki Sumawinata Departemen Ilmu
Lebih terperinciProgram Kunjungan Sekolah Kampanye Bangga Hutan Geumpang
Panggung Boneka Program Kunjungan Sekolah Kampanye Bangga Hutan Geumpang KISAH MUMUNG, ABELLI dan RAYEUK DI HUTAN GEUMPANG Episode 1: SI MUMUNG TERJERAT Ide dan Penulis Cerita : Shadi, Danurfan Cigem,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan konservasi merupakan suatu kawasan yang dikelola dan dilindungi dalam rangka pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Penetapan status sebuah kawasan menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan sumber daya alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya yang termasuk ke dalam
Lebih terperinciQANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN MUKIM PALOH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGUASAAN DAN PENGELOLAAN HUTAN ADAT MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA IMUEM MUKIM PALOH, Menimbang: a. Bahwa hutan adat mukim
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN PENCEMARAN ASAP YANG DILAKUKAN KORPORASI YANG MENGAKIBATKAN ADANYA KORBAN JIWA
BAB III PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN PENCEMARAN ASAP YANG DILAKUKAN KORPORASI YANG MENGAKIBATKAN ADANYA KORBAN JIWA A. Latar Belakang Pencemaran Asap yang Dilakukan Korporasi Kejadian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuhan dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan- Nya. Manusia diberi kesempatan
Lebih terperinciBUAH-BUAHAN LANGKA HUTAN PEGUNUNGAN MERATUS
BUAH-BUAHAN LANGKA HUTAN PEGUNUNGAN MERATUS Muda Sagala Salah satu kekayaan alam yang dimiliki rimba belantara borneo adalah melimpahnya jenis-jenis tumbuhan yang menyebar mulai dari pinggiran sungai hingga
Lebih terperinciHari Raya Korban? (Idul Adha)
Hari Raya Korban? (Idul Adha) Ini merupakan cerita yang terkenal pada saat Allah bertanya pada Abraham untuk mengorbankan anaknya. Juga merupakan cerita seorang anak muda yang dihukum mati oleh Tuhan.
Lebih terperinciBAB VI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BAGI PERTAMBANGAN TANPA IZIN
BAB VI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BAGI PERTAMBANGAN TANPA IZIN 6.1. Pertambangan Tanpa Izin 6.1.1. Asal Muasal Pertambangan Tanpa Izin di PT Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA TRADISI PENGGUNAAN GARAM. A. Makna Tradisi Penggunaan Garam Perspektif Strukturalisme Claude
70 BAB IV ANALISIS DATA TRADISI PENGGUNAAN GARAM A. Makna Tradisi Penggunaan Garam Perspektif Strukturalisme Claude Levi Strauss Penggunaan garam dalam tradisi yasinan merupakan prosesi atau cara yang
Lebih terperinci