KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK PENGELOLAAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK PENGELOLAAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK PENGELOLAAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH MERTINA RAKHMAWATY SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Kajian Sumberdaya Pantai untuk Pengelolaan Taman Rekreasi Pantai Kartini Kabupaten Rembang, Jawa Tengah Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Agustus 2009 Mertina Rakhmawaty C ii

3 RINGKASAN Mertina Rakhmawaty. C Kajian Sumberdaya Pantai Untuk Pengelolaan Taman Rekreasi Pantai Kartini Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dibawah bimbingan Santoso Rahardjo dan Gatot Yulianto Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini merupakan kawasan wisata pantai unggulan Kabupaten Rembang yang secara resmi dioperasikan sebagai obyek wisata oleh pemerintah Kabupaten Rembang pada Tahun Kualitas pantai merupakan modal utama dalam pengembangan wisata pantai. Indikasi penurunan kualitas Pantai Kartini didasarkan hasil penelitian Islami (2003) yang menyatakan bahwa kualitas air di Pantai Kartini tercemar bagi pariwisata, dengan kadar total coliform lebih dari 2400 sel/100 ml, yang melebihi kadar baku mutu air laut yang diinginkan untuk pariwisata dan rekreasi berdasarkan Kepmen Nomor 02/MENKLH/1988, dan apabila hal tersebut dibiarkan akan berdampak terhadap kesehatan manusia. Hal ini menunjukkan belum optimalnya pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola kawasan wisata, sehingga diperlukan kajian sumberdaya pantai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas air di TRP Kartini, mengidentifikasi kondisi dan permasalahan pada TRP Kartini yang berhubungan dengan pengelolaan wisata Pantai Kartini, menentukan kesesuaian dan daya dukung wisata pantai, serta mengusulkan strategi pengelolaan yang sesuai dengan kesesuaian dan daya dukung wisata. Penelitian ini menggunakan empat analisis yaitu, analisis kualitas air laut, Indeks Kesesuaian Wisata (IKW), Daya Dukung Kawasan (DDK), dan analisis SWOT. Hasil analisis kualitas air menunjukkan 2 parameter kualitas air yang melebihi kep 51/MENLH/2004 tentang baku mutu wisata bahari, yaitu parameter kekeruhan dengan nilai kekeruhan tertinggi 12 NTU dan parameter E. coli dengan nilai E. coli pada tiga stasiun pengamatan >2400 MPN/100 ml. Tingginya nilai kekeruhan dan kandungan E. coli diduga disebabkan adanya masukan limbah tanpa melalui proses pengolahan. Analisis IKW kategori rekreasi pantai memiliki nilai 75%, yang termasuk kategori cukup sesuai dijadikan kawasan wisata pantai. Analisis DDK kategori rekreasi pantai menunjukkan kawasan wisata TRP Kartini dapat menampung 909 orang per hari, sedangkan kategori berenang dapat menampung 72 orang per hari. Tiga prioritas alternatif strategi yang diusulkan berdasarkan analisis SWOT, yaitu: koordinasi antara pengelola kawasan wisata dengan pihak-pihak lain seperti masyarakat dan dinas-dinas yang terkait dalam pengelolaan kawasan wisata TRP Kartini dan PPP Tasik Agung; dukungan pemerintah daerah terhadap pengelolaan potensi sumberdaya Pantai Kartini, potensi perikanan, serta upacara adat syawalan menjadi suatu kawasan wisata terpadu yang dikemas secara menarik; pengenalan TRP Kartini sebagai objek wisata unggulan Kabupaten Rembang melalui kegiatan promosi paket wisata pantai, perikanan, dan seni budaya. Kata kunci: Pantai, analisis kesesuaian wisata, analisis daya dukung kawasan, analisis SWOT, TRP Kartini, Kabupaten Rembang. iii

4 KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK PENGELOLAAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH MERTINA RAKHMAWATY C Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

5 PENGESAHAN SKRIPSI Judul Nama N I M Program Studi : Kajian Sumberdaya Pantai Untuk Pengelolaan Taman Rekreasi Pantai Kartini Kabupaten Rembang, Jawa Tengah : Mertina Rakhmawaty : C : Manajemen Sumberdaya Perairan Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Santoso Rahardjo, M.Sc Ir. Gatot Yulianto, M.Si NIP NIP Mengetahui: Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP Tanggal Lulus : 02 Juli 2009

6 PRAKATA Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Kajian Sumberdaya Pantai Untuk Pengelolaan Taman Rekreasi Pantai Kartini Kabupaten Rembang, Jawa Tengah; disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus-Desember 2008, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Santoso Rahardjo, M.Sc dan Bapak Ir. Gatot Yulianto, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan nasehat, arahan, serta motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, serta berbagai pihak lainnya yang telah banyak membantu, memotivasi, dan mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi. Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini, namun penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam isinya, karena pada hakikatnya manusia tidak terlepas dari ketidaksempurnaan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Bogor, Agustus 2009 Penulis vi

7 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayah dan Ibu serta kedua adikku sebagai sebuah hadiah kecil yang nilainya tidak sebanding dengan doa, waktu, kesabaran, kasih sayang dan cinta yang telah diberikan kepada penulis. Serta tidak lupa penulis ucapkan terima kasih sebeserbesarnya kepada: 1. Bapak Ir. Santoso Rahardjo, M.Sc serta Bapak Ir. Gatot Yulianto, Msi selaku pembimbing atas segala waktu yang diluangkan, nasehat, dan semangat yang diberikan kepada penulis sehingga mengilhami penulis untuk terus bangkit dalam menyelesaikan skipsi. 2. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Yunizar Ernawati, MS selaku penguji tamu dalam sidang skripsi, yang telah banyak memberikan masukan, arahan, bimbingan, serta semangat yang telah memotivasi penulis untuk lebih maju dan maju. 3. Ibu Dr. Ir. Niken, TM Pertiwi, M.Si selaku pembimbing akademik atas bimbingan, arahan dan perhatiannya selama masa studi penulis. 4. Segenap pihak yang telah membantu: Pemda Kab Rembang; Disparbud Kab Rembang, terutama Ibu Sri Rahayu, Bapak Prasetyo, dan Bapak Gatot; BBU (Balai Benih Udang); BPS Rembang; DKP Rembang, serta pihak lain yang telah membantu dalam kelancaran penelitian. 5. Semua keluarga besar yang banyak membantu dengan semangat, doa, dan kasih sayangnya, untuk mbah Kung dan mbah Uti, om-om ku tersayang yang selalu menyemangati dan sabar menemani selama penelitian, om Bachrul, Cholis, Adin, Ali. Serta tak lupa seluruh staf dan teman-teman MSP yang telah banyak membantu dan memberi semangat terutama Mba Widar, Yunus, Mba Bunga, Abah, Anir, Bonit, Lenggo, M. Subkhi, Fina, Muning, Shiro, Aguse, Awan, Didi, Diana, Moro, Naila, Rahmah, dan tim sukses serta berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. vii

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pontianak, pada tanggal 2 Maret 1988, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Abdul Somad, S.H dan Ibu Maria Ulin Nuha. Pendidikan formal diawali dari SD Angkasa III Bandung, Jawa Barat dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis diterima di SLTP N 128 Jakarta Timur dan menyelesaikan studi tahun Penulis menyelesaikan pendidikan SMU pada tahun 2005 di SMU Al-Islam I Surakarta, Jawa Tengah. Pada tahun 2005, penulis mendapat kesempatan melenjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), diterima sebagai mahasiswa program mayor-minor IPB, dengan mayor Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, dan minor Supporting Course. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan periode bidang PPPK, himpunan profesi HIMASPER (Himpunan Mahasiswa Sumberdaya Perairan) periode bidang sosial dan lingkungan hidup. Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis melakukan penelitian yang berjudul Kajian Sumberdaya Pantai Untuk Pengelolaan Taman Rekreasi Pantai Kartini Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. viii

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat... 3 xi xii xiii II. TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Potensi Sumberdaya Pantai Definisi dan Kriteria Wisata Pantai Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Pola Pemanfaatan dan Pengelolaan Wisata Pantai III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitan Metoda Pengumpulan Data Data primer Data fisik, kimia, dan biologi Data sosial, ekonomi, dan budaya Data sekunder Analisis Data Kualitas air laut Indeks kesesuaian wisata Daya dukung kawasan Analisis SWOT Analisa dan pembuatan matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Analisa dan pembuatan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Pembuatan tabel rangking alternatif strategi 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini Rembang, Jawa Tengah Karakteristik Perairan Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah.. 25 ix

10 Kondisi fisik, kimia, dan biologi Pantai Kartini Kabupaten Rembang Jawa Tengah Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya Karakteristik responden masyarakat Desa Tasik Agung Karakteristik responden pengunjung TRP Kartini Kesesuaian Wisata Pantai Kartini Daya Dukung Kawasan (DDK) TRP Kartini Rembang Alternatif Strategi Pengelolaan Identifikasi faktor strategis internal Identifikasi faktor strategis eksternal Penentuan bobot dan peringkat (rating) setiap faktor Matrik SWOT Alternatif Prioritas Strategi Pengelolaan V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. 70 x

11 DAFTAR TABEL Halaman 1. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi Potensi ekologis pengunjung dan luas area kegiatan Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata Parameter yang diamati, alat dan bahan serta lokasi pengamatan Data sekunder yang dikumpulkan Matriks penentuan bobot berdasarkan metode paired comparison Matriks SWOT Curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kabupaten Rembang Arah dan kecepatan angin Nilai beberapa parameter kualitas air laut di Pantai Kartini Atraksi budaya di sekitar kawasan Tasik Agung Indeks Kesesuaian Wisata kategori rekreasi pantai Persepsi responden terhadap sarana dan prasarana Persepsi responden pengunjung terhadap sarana prasarana TRP Kartini Tingkat pendidikan penduduk Desa Tasik Agung Tingkat kepentingan faktor strategis internal dalam pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengelolaan kawasan wisata TRP Kartini, Rembang Tingkat kepentingan faktor strategis eksternal dalam pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengelolaan kawasan wisata TRP Kartini, Rembang Matrik IFE Matrik EFE Matrik SWOT Ranking Alternatif Strategi xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Bagan alir kerangka pemikiran penelitian Peta Kabupaten Rembang Lokasi penelitian Taman Rekreasi Pantai Kartini Tipe pasang surut Pantai Kartini Bakteri Escherichia coli Hasil komoditi yang didaratkan di PPP Tasik Agung Kelompok usia masyarakat Desa Tasik Agung Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tasik Agung Mata pencaharian masyarakat Desa Tasik Agung Kelompok usia responden masyarakat Desa Tasik Agung Tingkat pendidikan responden masyarakat Desa Tasik Agung Mata pencaharian responden masyarakat Desa Tasik Agung Tingkat pendapatan responden masyarakat Desa Tasik Agung Pengaruh kegiatan wisata terhadap responden masyarakat Desa Tasik Agung Persepsi responden masyarakat terhadap TRP Kartini Jumlah pengunjung TRP Kartini tahun Kelompok usia responden pengunjung TRP Kartini Asal responden pengunjung TRP Kartini Tingkat pendidikan responden pengunjung TRP Kartini Jenis pekerjaan responden pengunjung TRP Kartini Tingkat pendapatan responden pengunjung TRP Kartini Persepsi responden pengunjung terhadap sarana dan prasarana TRP Kartini Hasil komoditi yang didaratkan di PPP Tasik Agung xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Alat-alat yang digunakan Sarana dan prasarana di kawasan wisata TRP Kartini dan sekitarnya Kondisi PPP Tasik Agung Kondisi dan permasalahan di TRP Kartini Kep-51/MENLH/2004/Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari Kuesioner responden masyarakat Desa Tasik Agung Kuesioner responden pengunjung TRP Kartini Kuesioner pengelola kawasan wisata TRP Kartini Hasil wawancara dengan responden masyarakat Desa Tasik Agung Hasil wawancara dengan responden pengunjung TRP Kartini Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata TRP Kartini Perhitungan daya Dukung Kawasan (DDK) TRP Kartini Penggunaan lahan pantai Perhitungan bobot strategis internal dan eksternal Perhitungan alternatif prioritas strategi pengelolaan xiii

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pantai adalah wilayah dimana berbagai kekuatan alam yang berasal dari laut, darat, dan udara saling berinteraksi, dan menciptakan bentuk seperti yang terlihat saat ini yang bersifat dinamis dan selalu berubah (Kartawinata 1979 in Sumampouw et al. 2000). Pantai merupakan salah satu dari bagian wilayah pesisir yang paling produktif dengan karakteristik bentuk pantai yang berbedabeda (Kartawinata 1979 in Sumampouw et al. 2000). Bentuk pantai yang bersifat dinamis dan selalu berubah dapat diakibatkan oleh faktor alami maupun campur tangan manusia, sehingga diperlukan suatu pengelolaan agar keberadaannya tetap lestari. Dahuri (1996) menyatakan bahwa pengertian pengelolaan wilayah pesisir adalah suatu proses kontinu dan dinamis dalam penyusunan dan pengambilan keputusan tentang pemanfaatan berkelanjutan dari wilayah pesisir beserta segenap sumberdaya alam yang terdapat didalamnya. Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pantai yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia adalah wisata. Ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut. Ekowisata merupakan wisata berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumberdaya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (Meta 2002 in Yulianda 2007). Taman Rekreasi Pantai Kartini yang terletak di daerah Rembang, Jawa Tengah berdasarkan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokkan sebagai wisata pantai yaitu merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga, menikmati pemandangan dan iklim (Yulianda 2007). Pantai Kartini yang terletak di Kabupaten Rembang Jawa Tengah merupakan salah satu pantai di Pulau Jawa yang keberadaannya telah dipromosikan sebagai kawasan wisata, dan telah dilakukan berbagai upaya pengembangan sejak tahun 2001 oleh Pemerintah Kabupaten Rembang dengan mengadakan pembangunan berbagai fasilitas pengembangan seperti kolam renang, sepeda air, hotel yang berada di sekitarnya, pengadaan renovasi total

15 2 bagian depan pantai serta perbaikan infrastruktur. Terjadinya penurunan kualitas air di Pantai Kartini berdasarkan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Islami (2003) menyatakan bahwa kualitas air di Pantai Kartini tercemar bagi pariwisata, yaitu memiliki kadar total coliform lebih dari 2400 sel/100 ml. Salah satu parameter kualitas air tersebut telah melebihi kadar baku mutu air laut yang diinginkan untuk pariwisata dan rekreasi berdasarkan Kepmen Nomor 02/MENKLH/1988. Kandungan total coliform yang sudah melebihi kadar baku mutu menunjukkan pencemaran bahan organik yang masuk ke lingkungan perairan pesisir kota Rembang sangat tinggi, yang akan menimbulkan dampak terhadap kesehatan manusia. Kontaminasi langsung manusia dengan air yang sudah terkontaminasi limbah dapat melalui kegiatan pariwisata seperti berenang, menyelam, dan bermain air, yang merupakan penyebab utama terjadinya infeksi pada kulit. Permasalahan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas sumberdaya pantai (biota yang ada serta kualitas air) yang sangat berpengaruh terhadap kualitas pantai. Apabila hal ini terus berlangsung, maka akan dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan keindahan pantai. Oleh karena itu diperlukan kajian sumberdaya Pantai Kartini yang mencakup aspek fisik, biologi pantai, maupun sosial ekonomi, dan budaya sehingga diperoleh informasi yang berguna bagi pengelolaan keseimbangan ekosistem Pantai Kartini Perumusan Masalah Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut adalah pengembangan wisata pantai. Dalam mengembangkan wisata pantai perlu diketahui kondisi dan permasalahan yang terdapat di kawasan wisata tersebut, dalam hal ini adalah kawasan wisata Pantai Kartini. Sumberdaya pesisir Pantai Kartini merupakan kawasan wisata pantai yang ramai dikunjungi oleh masyarakat Kabupaten Rembang dan daerah sekitarnya serta terletak bersebelahan dengan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung, namun selama ini terdapat beberapa permasalahan yaitu: 1. Sudah terjadi penurunan kualitas air dan sumberdaya alam di kawasan wisata Taman Rekreasi Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah.

16 3 2. Sistem Pengelolaan Taman Rekreasi Pantai Kartini masih belum optimal, hal ini dapat dilihat dari permasalahan yang terjadi terhadap lingkungan/sumberdaya Pantai Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui kualitas air di Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini 2. Mengidentifikasi kondisi dan permasalahan pada Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini yang berhubungan dengan Pengelolaan Wisata Pantai Kartini. 3. Menentukan kesesuaian dan daya dukung wisata pantai. 4. Mengusulkan strategi pengelolaan yang sesuai dengan kesesuaian dan daya dukung wisata Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi tentang kondisi Pantai Kartini sehingga dapat dijadikan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang dalam menentukan pengelolaan Taman Rekreasi Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah.

17 4 Karakteristik Potensi Sumberdaya Alam Pantai Kartini Status Ekologi Status Sosial Ekonomi dan Budaya Geofisik, Fisiografi dan Iklim (Tipe pantai, substrat, pola arus laut, pasang surut, kedalaman perairan, kualitas air, curah hujan, dan angin). Biologi (jenis ikan) Sosial Ekonomi (Jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, pendapatan, persepsi masyarakat terhadap objek wisata) Budaya (Adat-istiadat dan kepercayaan) Wisata Pantai Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Strategi Pengelolaan Gambar 1. Bagan alir kerangka pemikiran penelitian

18 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik dan Potensi Sumber Daya Pantai Pantai merupakan salah satu ekosistem yang berada di wilayah pesisir, dan terletak antara garis air surut terendah dengan air pasang tertinggi. Ekosistem ini berkisar dari daerah yang substratnya berbatu dan berkerikil (yang mendukung flora dan fauna dalam jumlah terbatas) hingga daerah berpasir aktif (dimana populasi bakteri, protozoa, metazoa ditemukan) serta daerah bersubstrat liat, dan lumpur (dimana ditemukan sejumlah besar komunitas binatang yang jarang muncul ke permukaan (infauna) (Bengen 2001 in BAPPENAS 2003). Ekosistem pantai biasanya ditumbuhi oleh tumbuhan pionir yang memiliki ciri-ciri: Sistem perakaran yang menancap dalam Mempunyai toleransi yang tinggi terhadap kadar garam, hembusan angin, dan suhu tanah yang tinggi Menghasilkan buah yang dapat terapung. Biasanya komunitas tumbuhan di kawasan pantai memiliki keanekaragaman jenis yang rendah dan sebagian besar merupakan tumbuhan yang telah menyesuaikan diri terhadap habitat pantai. Jenis yang umum dijumpai adalah Casuarina equisetifolia, dan kemudian diikuti oleh komunitas Baringtonia yang tumbuh di tanah yang lebih stabil di belakang batas pantai. Pada kawasan yang tidak banyak mengalami gangguan, kanopi tumbuhan tersebut dapat berkembang menjadi lebat, sehingga vegetasi penutup tanah tumbuhan sedikit. Namun apabila pantainya terbuka, maka tumbuhan yang muncul adalah jenis pakis-pakisan (fern), rumput, jahe-jahean, dan herba. Jadi terdapat hubungan langsung antara kondisi permukaan pantai dan pantai yang terbuka (Dahuri 2003). Tumbuhan yang dominan di zona tebing pantai yang terakresi adalah tumbuhan pantai, yang dikenal dengan istilah komunitas pescaprae. Sedangkan tumbuhan paling dominan yang ada di depannya (ke arah laut) disebut spesies Ipomoea pescaprae, yang berperan sebagai tumbuhan pionir. Tumbuhan di belakangnya berupa rerumputan seperti Cyperus, Fimbristylis, dan Ischaemum (Dahuri 2003). Pantai yang terbuka biasanya memiliki kondisi lingkungan yang

19 6 kurang bersahabat, yakni kondisi fisik yang tidak stabil akibat fluktuasi suhu, salinitas, dan kelembaban yang tinggi. Dahuri (2003) menyatakan secara morfologi pantai yang terdapat di Indonesia dibagi dalam beberapa bentuk yaitu pantai terjal berbatu, pantai landai dan datar, pantai dengan bukit pasir, pantai beralur, pantai lurus di dataran pantai yang landai, pantai berbatu, dan pantai yang terbentuk karena adanya erosi. Pantai terjal berbatu Pantai terjal berbatu biasanya terdapat di kawasan tektonis aktif yang tidak pernah stabil karena proses geologi. Kehadiran vegetasi penutup ditentukan oleh 3 faktor, yaitu tipe batuan, tingkat curah hujan, dan cuaca. Pantai terjal berbatu ditemukan antara lain di pantai barat Sumatera, Pulau Simeleu sampai Pulau Enggano, pantai selatan Jawa, Nusa Dua-Bali, pantai selatan Pulau Lombok, Pulau Flores, Pulau Sumba, Pulau Sabu, Pulau Rote, Pulau Timor, Pulau Solor- Wetar, Pulau Tanimbar bagian timur, Pulau Seram Utara dan Irian Jaya Utara. Pantai landai dan datar Pantai tipe ini ditemukan di kawasan yang sudah stabil sejak lama karena tidak terjadi pergerakan tanah secara vertikal. Kebanyakan pantai di kawasan ini ditumbuhi oleh vegetasi mangrove yang padat dan hutan basah lainnya. Tingkat pelumpuran dan sedimentasi yang tergantung pada tingkat kerusakan di daerah atas. Terumbu karang tidak dapat berkembang di sini karena tingkat pelumpuran dan aliran air tawar yang tinggi. Pantai dengan bukit pasir Pantai dengan bukit pasir terbentuk akibat transportasi sedimen clastic secara horizontal. Mekanisme transportasi tersebut terjadi karena didukung oleh gelombang besar dan arus menyusur pantai (long shore current) yang dapat menyuplai sedimen yang berasal dari daerah sekitarnya. Dalam hal ini, pasang yang tinggi tidak berperan mengakumulasi sedimen di zona intertidal. Sedimen yang telah mengalami pengeringan kemudian terbawa oleh angin yang kuat hingga terakumulasi di tebing membentuk bukit pasir yang tinggi. Bukit pasir tersebut dapat mengalami pengerasan apabila puncaknya yang kering dipengaruhi oleh butiran air laut.

20 7 Pantai bukit pasir tidak menyediakan substrat yang tetap bagi organisme untuk melekat dan hidup, karena hempasan gelombang yang terus-menerus menggerakan partikel substratnya. Dua kelompok organisme yang mampu menyesuaikan diri terhadap keadaan substrat berpasir adalah organisme infauna makro (ukuran 1-10 cm) yang mampu menggali lubang di dalam pasir, serta organisme mikro (ukuran 0,1-1 mm) yang hidup diantara butiran pasir dalam ruang pengaruh pasang surut (Bengen 2001 in BAPPENAS 2003). Karena perubahan permukaan pantai berlangsung cepat dan terjadi di daerah yang kering, maka bukit pasir biasanya miskin tanaman penutup. Pantai semacam ini ditemukan antara lain di bagian Sumatera, Selatan Jawa (seperti Parang Tritis dan Kulon Progo) dan utara Madura. Pantai beralur Proses pembentukan pantai beralur lebih ditentukan oleh faktor gelombang daripada angin. Gelombang yang pecah akan menciptakan arus yang menyusur pantai (long shore current) yang berperan dalam mendistribusikan sedimen. Proses penutupan yang cepat oleh vegetasi menyebabkan zona supratidal tidak terakumulasi oleh sedimen yang berasal dari erosi angin. Pantai beralur tersebut ditemukan antara lain di bagian barat Sumatera, di bagian utara dan selatan Jawa, serta di sebagian Sulawesi. Pantai lurus di daratan pantai yang landai Estuaria yang ada di pantai tipe ini memiliki mulut muara yang sempit, sehingga memungkinkan garis pantai akan tetap lurus. Pantai tipe ini ditutupi oleh sedimen berupa lumpur hingga pasir kasar. Pantai tipe ini merupakan fase awal untuk berkembangnya pantai yang bercelah dan bukit pasir apabila terjadi perubahan suplai sedimen dan cuaca (angin dan kekeringan). Zona supratidal yang stabil diperlukan untuk menghasilkan bentuk pantai tipe ini. Contoh pantai semacam ini terdapat di pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali sampai ke Flores. Pantai berbatu Pantai berbatu dicirikan oleh adanya belahan batuan cadas. Berbeda dengan komunitas pantai berpasir, dimana organismenya hidup di bawah substrat, komunitas organisme pantai berbatu hidup di permukaan. Bila dibandingkan

21 8 dengan habitat pantai lainnya, pantai berbatu memiliki kepadatan makroorganisme yang paling tinggi, khususnya di habitat interdal di daerah dingin (temperate) dan daerah subtropik. Pada habitat pantai berbatu terjadi kompetisi yang kuat diantara organisme. Oleh karena itu, kemampuan untuk melekat pada substrat yang kuat mutlak diperlukan. Beberapa organisme bentik yang dapat dijumpai antara lain anemon laut, siput, dan rumput laut. Organisme-organisme tersebut telah beradaptasi dengan kerusakan fisik yang diakibatkan oleh gelombang pada saat pasang tinggi dan harus bertahan hidup dari kekeringan, temperatur yang ekstrim dan perubahan salinitas yang terjadi pada saat surut (Dahuri 2003). Pantai yang terbentuk karena adanya erosi Sedimen yang terangkut oleh arus dan aliran sungai akan mengendap di daerah pantai. Pantai yang terbentuk dari endapan semacam ini dapat mengalami perubahan dari musim ke musim, baik secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia yang cenderung melakukan perubahan terhadap bentang alam (Dahuri 2003). Sehingga dapat diketahui bahwa Indonesia memiliki kondisi pantai yang indah dan alami. Wilayah pantai menawarkan jasa dalam bentuk panorama yang indah, tempat pemandian yang bersih, serta tempat melakukan kegiatan berselancar air (surfing) terutama pada pantai yang landai, memiliki ombak besar dan berkesinambungan (Dahuri et al. 1996) Definisi dan Kriteria Wisata Pantai Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata. Pariwisata merupakan kegiatan perpindahan/perjalanan orang secara temporer dari tempat biasanya mereka bekerja dan menetap ke tempat luar, guna mendapatkan kenikmatan dalam perjalanan atau di tempat tujuan (Holloway dan Plant 1989 in Yulianda 2007). Ekowisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir dan laut yang dikembangkan dengan pendekatan konservasi laut. Ekowisata merupakan wisata

22 9 berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani kepentingan perlindungan sumber daya alam/lingkungan dan industri kepariwisataan (Meta 2002 in Yulianda 2007). Sedangkan Wood (1999) in Yulianda (2007) mendefinisikan ekowisata merupakan bentuk baru dari perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami dan berpetualang, serta dapat menciptakan industri pariwisata. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan dengan konsep ekowisata bahari dapat dikelompokkan wisata pantai dan wisata bahari. Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga, menikmati pemandangan dan iklim. Fandeli (2000) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan wisata bahari atau wisata pantai adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape) maupun bentang darat pantai (coastal landscape). Kegiatan ekowisata bahari yang dapat dikembangkan dari wisata pantai adalah rekreasi pantai, panorama, resort/peristirahatan, berenang, berjemur, olahraga pantai (volley pantai, jalan pantai, dan lempar cakram), berperahu, memancing, dan wisata mangrove (Yulianda 2007). Pertimbangan perlu dilakukan dalam pengembangan dan perencanaan wisata pantai yang meliputi angin, gelombang laut, arus laut, pasang surut, bentuk pantai, bentuk butir pasir, biota pantai, dan bahaya tsunami (Fandeli 2000) Kesesuaian dan Daya Dukung Wisata Wisata pantai terdiri dari dua kategori yaitu rekreasi dan wisata mangrove. Kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi mempertimbangkan 10 parameter dengan empat klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi antara lain kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar.

23 10 Tabel 1. Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori rekreasi No Parameter Bobot Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori Skor S1 S2 S3 N 1 Kedalaman > > >10 1 Perairan (m) 2 Tipe pantai 5 Pasir putih 1 4 Pasir putih, sedikit karang 3 Pasir hitam, berkarang sedikit terjal 2 Lumpur, berbatu, terjal 3 Lebar pantai (m) 5 > <10 2 <3 1 4 Material dasar 4 Pasir 4 Karang 3 Pasir 2 Lumpur 1 perairan berpasir berlum- 5 Kecepatan arus (m/dt) 6 Kemiringan Pantai ( ) 7 Kecerahan Perairan (m) 8 Penutupan Lahan pantai pur > < > > >10 4 > <2 1 3 Kelapa, lahan terbuka 9 Biota berbahaya 3 Tidak ada 10 Ketersediaan air tawar (jarak/km) Sumber : Yulianda (2007) 3 <0.5 (km) 4 Semak, belukar, rendah, savana 3 Belukar tinggi 2 Hutan bakau, pemukiman, pelabuhan 4 Bulu babi 3 Bulu babi, 2 Bulu babi, 1 ikan pari ikan pari, lepu, hiu 4 >0.5-1 (km) 3 >1-2 2 >2 1 1 Keterangan : Nilai maksimum = 156 S1 = Sangat sesuai, dengan nilai % S2 = Cukup sesuai, dengan nilai 60 - <80 % S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 - <60 % N = Tidak sesuai, dengan nilai < 35 % Penentuan kesesuian berdasarkan perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat dari tingkat persentase kesesuaian yang diperoleh penjumlah nilai dari seluruh parameter (Yulianda 2007). Konsep daya dukung ekowisata mempertimbangkan dua hal yaitu kemampuan alam untuk mentolerir gangguan atau tekanan dari manusia dan standar keaslian sumberdaya alam. Analisis daya dukung ditujukan pada pengembangan wisata bahari dengan memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir, pantai, dan pulau-pulau kecil secara lestari. Mengingat pengembangan wisata bahari tidak bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu penentuan daya dukung kawasan. Metode yang diperkenalkan untuk menghitung daya dukung pengembangan ekowisata alam

24 11 dengan menggunakan konsep Daya Dukung Kawasan (DDK). DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Potensi ekologis pengunjung ditentukan oleh kondisi sumberdaya dan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Luas suatu area yang dapat digunakan oleh pengunjung mempertimbangkan kemampuan dalam mentolerir pengunjung sehingga keaslian alam tetap terjaga. Tabel 2. Potensi ekologis pengunjung dan luas area kegiatan Jenis kegiatan K Unit Area Keterangan ( Pengunjung) (Lt) Selam m 2 Setiap 2 org dalam 100m x 10m Snorkling m 2 Setiap 1 org dalam 50 m x 5 m Wisata Lamun m 2 Setiap 1 org dalam 50 m x 5 m Wisata Mangrove 1 50 m Dihitung panjang track, setiap 1 org sepanjang 50 m Rekreasi Pantai 1 20 m 2 1 org dalam 2 m x 10 m Wisata Olahraga 1 50 m 1 org setiap 50 m panjang pantai Sumber : Yulianda (2007) Daya dukung kawasan disesuaikan karakteristik sumberdaya dan peruntukan. Misalnya, daya dukung wisata pantai ditentukan panjang/luas dan kondisi pantai. Kebutuhan manusia akan ruang diasumsikan dengan keperluan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan manusia (pengunjung) lainnya. Untuk kegiatan wisata pantai diasumsikan setiap orang membutuhkan panjang garis pantai 50 m, karena pengunjung akan melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan ruang yang luas, seperti berjemur, bersepeda, dan berjalan-jalan (Yulianda 2007). Waktu kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata. Kegiatan wisata dapat dirinci lagi berdasarkan kegiatan yang dilakukan misalnya, menyelam, snorkling, berenang, berjemur, dan sebagainya. Waktu pengunjung diperhitungkan dengan waktu yang disediakan untuk kawasan (Wt). Waktu kawasan adalah lama waktu areal dibuka dalam satu hari, dan rata-rata waktu

25 12 kerja sekitar 8 jam (pukul WIB). Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan potensi dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai persyaratan sumber daya dan lingkungan yang sesuai objek wisata yang akan dikembangkan. Tabel 3. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan wisata No Kegiatan Waktu yang dibutuhkan Total waktu 1 hari Wt- (jam) Wp- (jam) 1 Selam Snorkling Berenang Berperahu Berjemur Rekreasi Pantai Olah Raga Air Memancing Wisata mangrove Wisata lamun dan 2 4 ekosistem lainnya 11 Wisata Satwa 2 4 Sumber : Yulianda (2007) 2.4. Pola Pemanfaatan dan Pengelolaan Wisata Pantai Salah satu daya tarik wisata pesisir bagi wisatawan dalam menikmati keindahan dan kelestarian lingkungan contohnya bagi wilayah pantai, sehingga dilakukan pengembangan wisata pantai. Keindahan dan keaslian lingkungan ini menjadikan perlindungan dan pengelolaan merupakan bagian integral dari rencana pengembangan pariwisata, terutama bila didekatnya dibangun penginapan/hotel, toko, pemukiman dan sebagainya yang membahayakan atau mengganggu keutuhan maupun keaslian lingkungan pesisir tersebut (Dahuri et al. 1996). Begitu besarnya nilai manfaat yang terkandung dalam sumber daya hayati laut baik itu yang bersifat langsung maupun tidak langsung, maka perlu dilakukan suatu upaya konservasi dalam pengelolaan dan pengembangan yang diarahkan untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang seluruh nilai atau nilai yang sebenarnya (the true value) dari manfaat sumber daya tersebut. Setiap kebijakan seyogyanya juga diarahkan pada penggunaan keanekaragaman hayati

26 13 pesisir dan laut secara berkelanjutan, mencegah tindakan yang merusak melalui penyediaan alternatif mata pencaharian yang bersifat lestari, meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan pendapatan daerah melalui upaya konservasi, serta melestarikan sumber daya laut melalui partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan pelestarian (Dahuri 2003). Pemanfaatan sumber daya kelautan secara berkelanjutan dapat dilakukan terhadap jasa-jasa lingkungan, terutama untuk pengembangan pariwisata. Melalui pembangunan kepariwisataan, semua objek dan daya tarik wisata bahari, seperti keindahan pantai, keragaman flora dan fauna yang terdapat di terumbu karang, dan hutan mangrove dapat dikomersialkan untuk menghasilkan devisa negara serta pendapatan masyarakat lokal di kawasan pesisir secara berkelanjutan (Dahuri 2003). Menghadapi situasi sekarang dan masa depan, pada prinsipnya terdapat tiga kebijakan pokok dan strategi pengelolaan yang harus ditempuh Indonesia agar dapat memanfaatkan sumber daya keanekaragaman hayati pesisir dan laut secara berkelanjutan untuk kesejahteraan bangsa. Pertama adalah kebijakan yang berkaitan dengan upaya-upaya penyelamatan keanekaragaman hayati pesisir dan laut, khususnya yang bersifat langka (endangered), endemik (hanya hidup di daerah Indonesia), hampir punah (extinct), atau dilindungi (protected). Kelompok kebijakan yang pertama ini, dalam konservasi dunia, biasa dikenal sebagai To Save Marine Biodiversity. Kedua adalah kebijakan yang berhubungan dengan berbagai kegiatan penelitian dan pengkajian tentang seluruh aspek keanekaragaman hayati pesisir dan lautan, atau dikenal dengan To Study Marine Biodiversity. Ketiga adalah kebijakan yang bertalian dengan cara-cara kita memanfaatkan keanekaragaman hayati pesisir dan laut secara optimal dan lestari bagi kesejahteraan bangsa, atau To Use Marine Biodiversity (Dahuri 2003).

27 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi kegiatan penelitian dilakukan di Kawasan Pesisir Pantai Kartini Desa Tasik Agung Kabupaten Rembang, Jawa Tengah di jalur jalan raya Semarang- Surabaya (Gambar 1 dan 2). Secara astronomis berada pada garis koordinat ' ' Bujur Timur dan 6 30' - 7 6' Lintang Selatan, dengan batas wilayah: Sebelah utara : Laut Jawa, Sebelah timur : Kabupaten Tuban (Jawa Timur), Sebelah selatan : Kabupaten Blora, Sebelah barat : Kabupaten Pati. Daerah Kabupaten Rembang terletak antara ketinggian 0 m sampai 806 m dari permukaan air laut, dengan kondisi cuaca berkisar antara C, dengan curah hujan rata-rata pertahun ± mm. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2008, dengan penelitian pendahuluan dilakukan pada bulan Mei Gambar 2. Peta Kabupaten Rembang (Sumber : Disparbud Kab Rembang, 2008)

28 Metode Pengumpulan Data Sumber data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi lapang dan wawancara. Observasi dilakukan untuk melihat langsung kondisi dan potensi yang ada di Kawasan Taman Rekreasi Pantai Kartini Rembang, sedangkan wawancara dilakukan untuk mengetahui kondisi masyarakat sekitar, pengunjung, pihak pengelola, dan instansi terkait. Pengambilan responden sebanyak 30 responden masyarakat dan 30 responden pengunjung dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku didasari semata-mata dari judgement peneliti yakni sampel yang diambil diharapkan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan, digunakan untuk situasi dimana persepsi orang pada sesuatu sudah terbentuk (Fauzi 2001 in Nancy 2007). Data sekunder diperoleh dari studi pustaka melalui buku-buku laporan hasil penelitian sebelumnya, buku-buku penunjang yang terkait dengan penelitian, serta data dari pihak-pihak serta instansi yang terkait diantaranya Dinas Pariwisata, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), Dinas Kesehatan, dan Badan Pusat Statistik. Data primer Data fisik, kimia, dan biologi Data primer yang meliputi data fisik, kimia, dan biologi yang dikumpulkan pada tiga stasiun pengamatan dengan teknik pengukuran kualitas air laut pada lokasi Taman Rekreasi Kartini serta Pelabuhan Tasik Agung yang berada di sebelah Taman Rekreasi Pantai Kartini, Rembang Jawa Tengah dengan pengambilan sampel pada musim timur saat pasang. Lokasi stasiun pengamatan diperlihatkan pada Gambar 2. Data fisik, kimia, dan biologi yang dikumpulkan dari ketiga stasiun pengamatan meliputi beberapa parameter yang disajikan pada Tabel 4 disertai dengan keterangan alat dan bahan serta metoda pengamatan yang dilakukan.

29 16 Gambar 3. Lokasi penelitian Tabel 4. Parameter yang diamati, alat dan bahan serta lokasi pengamatan Parameter Alat dan Bahan Metoda pengamatan Suhu permukaan Termometer Insitu ph ph meter Insitu Kekeruhan Turbidity meter Laboratorium Proling Departemen MSP FPIK DO COD Sampel air, botol BOD MnSO 4, NaOHKI, H 2 SO 4, dan Na-Thiosulfat Sampel air, botol BOD, K 2 Cr 2 O 7, Potassium dichromate, FAS, H 2 SO 4, akuades, dan ferroin. Insitu Laboratorium Proling Departemen MSP FPIK E- Coliform (faecal) Sampel air Laboratorium Dinas Kesehatan Rembang Tipe pantai Kamera Insitu (observasi) Biologi - Insitu dan wawancara Data sosial, ekonomi, dan budaya Data sosial, ekonomi, dan budaya didapatkan dengan teknik pengumpulan data berupa observasi lapang dan wawancara kepada responden yang masing-

30 17 masing meliputi pengunjung sebanyak 30 orang, dan masyarakat Desa Tasik Agung sebanyak 30 orang, serta wawancara dengan pengelola kawasan wisata Taman Rekreasi Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah. Data sosial, ekonomi, dan budaya yang diambil mencakup jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, pendapatan, persepsi masyarakat terhadap objek wisata, adatistiadat, dan kepercayaan. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi meliputi: alat tulis, kamera, dan kuesioner. Kuesioner disajikan pada Lampiran 3, 4, dan Data sekunder Data dan informasi lain yang dikumpulkan guna mendukung kajian yang dilakukan diperoleh berdasarkan studi pustaka melalui buku-buku laporan hasil penelitian sebelumnya, buku-buku penunjang yang terkait dengan penelitian, data dari pihak-pihak serta instansi yang terkait lainnya yang diuraikan dalam tabel 5. Tabel 5. Data sekunder yang dikumpulkan 1. Data Kimia Jenis Sumber data a. Penggunaan Lahan Pantai Sekunder Dinas Pariwisata b. Curah Hujan Sekunder BPS Rembang c. Angin sekunder Pelabuhan d. Bathymetri Sekunder Dinas Perhubungan e. Pola Arus Laut Sekunder Pelabuhan f. Pasang Surut Sekunder Pelabuhan 2. Data Sosial Ekonomi dan Budaya a. Jumlah penduduk Sekunder Setda Kab Rembang b. Jenis Pekerjaan Penduduk Sekunder Setda Kab Rembang c. Tingkat Pendidikan Penduduk Sekunder Setda Kab Rembang d. Seni Budaya dan Keagamaan Sekunder Dinas Pariwisata e. Kondisi Pariwisata Sekunder Dinas Pariwisata 3.3. Analisis Data Kualitas air laut Hasil analisa laboratorium kualitas air yang meliputi e- coliform dari Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, dan hasil analisa kualitas air di lapang dan laboratorium yang berupa suhu, kekeruhan, DO, COD, dan ph yang dibandingkan

31 18 dengan standar baku mutu air laut sesuai dengan Kepmen LH Nomor 51 tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. Hal ini untuk menentukan kelayakan kondisi perairan dalam mendukung pariwisata bahari Indeks kesesuaian wisata Analisis kesesuaian wisata dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kawasan bagi pengembangan wisata. Perhitungan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) berdasarkan Yulianda (2007) dalam bentuk rumus: IKW = [Ni/Nmaks] x 100% Keterangan: IKW = Indeks Kesesuaian Wisata (%) Ni = Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor) Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata Daya dukung kawasan DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Perhitungan DDK menurut Yulianda (2007) dalam bentuk rumus : DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp Keterangan : DDK = Daya Dukung Kawasan (orang per m 2 ) K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang per m 2 ) Lp = Luas area atas panjang area yang dapat dimanfaatkan (m 2 ) Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m 2 ) Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam) Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam)

32 Analisis SWOT Untuk mendapatkan arahan dalam menentukan strategi pengelolaan yang tepat, maka data primer dan data sekunder yang telah didapatkan selanjutnya dievaluasi dengan menggunakan analisis swot. Menurut Rangkuti (1997) analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisa SWOT digunakan untuk mementukan formula strategi, dengan tahapan kegiatan: Analisa dan pembuatan matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Pembuatan matriks faktor strategi eksternal, perlu diketahui terlebih dahulu faktor strategi eksternal yang ada, berdasarkan Rangkuti (1997) terdapat beberapa ketentuan: 1. Menyusun peluang dan ancaman yang ada dalam kolom 1 2. Memberi bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis. 3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit, ratingnya Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

33 20 5. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan Analisa dan pembuatan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor-faktor strategi internal disusun berdasarkan kerangka kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), yang berdasarkan Rangkuti (1997) terdapat beberapa ketentuan yaitu: 1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan dalam kolom Memberi bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0 (tidak penting) dengan ketentuan semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,0. 3. Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor). Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang termasuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik), sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya. 4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor). 5. Menjumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan. Bobot yang diberikan pada setiap faktor disesuaikan dengan skala kepentingan terhadap pengelolaan ekosistem Pantai Kartini di Rembang, Jawa Tengah. Bobot setiap faktor internal dan eksternal ditentukan dengan metode Paired Comparison (Basuki 2005 in A Yuni 2006). Skala yang digunakan untuk mengisi kolom dalam menentukan bobot setiap faktor adalah: 1. Bobot 1, jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan indikator faktor vertikal. 2. Bobot 2, jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan indikator faktor vertikal.

34 21 3. Bobot 3, jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal. 4. Bobot 4, jika indikator faktor horizontal sangat penting dibandingkan indikator faktor vertikal. Tabel 6. Matriks penentuan bobot berdasarkan metode paired comparison Faktor Strategis Internal/Eksternal A B C... Total Bobot A 0 X1 σ1 B 0 X2 σ2 C 0 X3 σ Xi σ4 Total Sumber : Basuki (2005) in A Yuni (2006) Bobot setiap faktor diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan faktor dengan menggunakan rumus (Basuki 2005 in A Yuni 2006): Keterangan : σi = Bobot faktor ke-i Xi= Nilai faktor ke-i i = 1,2,3,...,n n = Jumlah faktor Setelah menyusun matriks EFE dan IFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis:

35 22 Tabel 7. Matriks SWOT IFE EFE OPPORTUNITIES (O) O1. dst. THREATS (T) T1. dst. Sumber: Rangkuti, 1997 STRENGTHS (S) S1. dst. STRATEGI S-O (strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang) STRATEGI S-T (strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman) WEAKNESSES (W) W1. dst. STRATEGI W-O (strategi meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang) STRATEGI W-T (strategi meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman) Menurut Rangkuti 1997 keempat alternatif strategi yang didapatkan berdasarkan matriks SWOT yaitu: a. Strategi SO (strengths-opportunities) Stategi ini dibuat berdasarkan kekuatan internal yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi ST (strengths-threats) Strategi ini dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman. c. Strategi WO (weaknesses-opportunities) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi WT (weaknesses-threats) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif, yaitu berusaha bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman Pembuatan tabel rangking alternatif strategi Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan menentukan rangking prioritas strategi dalam pengelolaan TRP Kartini. Jumlah skor diperoleh dari penjumlahan semua skor dari setiap faktor-faktor strategis

36 23 yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dari semua strategi yang ada.

37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sejarah Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini Rembang, Jawa Tengah Taman Rekreasi Pantai Kartini memiliki beberapa nilai sejarah, salah satunya sebagai tempat bermain Raden Ajeng (RA) Kartini. Raden Ajeng Kartini merupakan salah satu pahlawan wanita Indonesia yang sangat dibanggakan oleh masyarakat Indonesia terutama kaum wanita sebagai pahlawan pembela hak wanita, sehingga kawasan TRP Kartini dapat dikatakan sebagai kawasan wisata studi gender. Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Taman Rekreasi Pantai Kartini Nilai sejarah lain yang dimiliki oleh Kawasan TRP Kartini yaitu cagar budaya berupa gereja arsitektur Belanda dan Jangkar Dang Puhawang. Gereja arsitektur Belanda saat ini dipergunakan sebagai perpustakaan modern, sekaligus sebagai pusat informasi pariwisata. Jangkar Dang Puhawang memiliki panjang 4,22 m, lebar 2,80 m, dan lingkar badan 60 cm. Menurut cerita rakyat Rembang, Jangkar Dang Puhawang sebelumnya dimiliki oleh pelaut Cina Dang Puhawang yang terlibat perselisihan dengan Sunan Bonang, ketika keduanya beradu kesaktian, kapal Dang Puhawang terjungkir, dan layarnya jatuh di Bonang, sehingga kini menjadi batu yang disebut Watu Layar (Batu Layar), sedangkan jangkarnya jatuh di Rembang. Riwayat Jangkar Dang Puhawang yang unik menyebabkan jangkar dipercayai oleh masyarakat Rembang sebagai benda yang dikeramatkan.

38 25 Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini merupakan objek wisata unggulan Kabupaten Rembang yang sudah lama dikenal masyarakat Rembang dan sekitarnya, namun pada tahun 1977 baru secara resmi dioperasikan sebagai obyek wisata oleh pemerintah Kabupaten Rembang dengan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 1977 (Disparbud Kab Rembang, 2008) Karakteristik Perairan Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah Perencanaan dan pengembangan wisata pantai perlu memperhatikan faktorfaktor alam yang berpengaruh seperti pola arus laut, pasang surut, bentuk pantai, curah hujan, angin, dan biota (Fandeli, 2000). Keseluruhan faktor-faktor tersebut dapat dikategorikan sebagai kondisi geofisik, fisiografi, dan iklim. Namun faktor lain yang turut mempengaruhi pengembangan Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini Rembang adalah faktor sosial ekonomi dan budaya Kondisi fisik, kimia, dan biologi Pantai Kartini Kabupaten Rembang Iklim (Tipe iklim, suhu, curah hujan, kelembaban) Kabupaten Rembang memiliki suhu udara yang mendominasi berkisar antara 27 C 34 C, dengan dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kabupaten Rembang pada tahun disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Curah hujan dan hari hujan menurut bulan di Kabupaten Rembang Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan (hari) Rata rata Rata rata Januari Februari Maret April Mei 95 4 Juni 64 4 Juli 6 1 Agustus 17 1

39 26 Tabel 8. (lanjutan) Bulan Curah hujan (mm) Rata-rata Hari hujan (hari) Rata-rata September 10 1 Oktober 50 3 November Desember Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Rembang in BPS 2007 Rata-rata curah hujan bulanan berkisar antara 6 mm 270 mm, dengan rata-rata curah hujan tertinggi sebesar 270 mm pada bulan Desember, dan rata-rata curah hujan terendah sebesar 6 mm pada bulan Juli Pasang surut Pasang surut merupakan faktor yang mempengaruhi kegiatan wisata. Pasang surut air laut merupakan perubahan ketinggian muka air laut yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi matahari dan bulan terhadap bumi (Mukhtasor 2007). Pantai Kartini memiliki tipe pasang surut campuran dominan bertipe tunggal, yaitu terjadi dua kali pasang dan surut dalam satu hari dengan nilai F sebesar 1,67. Pasang surut berpengaruh terhadap keamanan dan kenyamanan pengunjung yang datang untuk berwisata. Kegiatan wisata berenang dan wisata perahu pada Pantai Kartini sebaiknya dilakukan saat keadaan surut demi keamanan pengunjung. Tipe pasang surut pada Pantai Kartini dapat dilihat pada Gambar 5. MSL Gambar 5. Tipe pasang surut Pantai Kartini

40 Gelombang Gelombang merupakan hasil perpindahan energi dari angin ke air. Gelombang terjadi apabila angin berhembus melalui permukaan air. Angin dapat menyebabkan terjadinya gelombang berukuran kecil dan bahkan hingga mencapai ketinggian lebih dari 30 meter (Mukhtasor 2007). Besar dan kecepatan gelombang Pantai Kartini Kabupaten Rembang tergantung pada kecepatan angin, durasi dari angin, dan jarak dari air yang tertiup angin yang terdapat pada Pantai Kartini. Arah dan kecepatan angin maksimum harian pada Pantai Kartini digunakan untuk memprediksi tinggi dan periode gelombang maksimum yang dapat dibangkitkan angin dalam periode ulang tertentu dengan pengelompokan dalam delapan arah angin yaitu utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat, dan barat laut dengan besarnya kecepatan angin maksimum harian yang pernah terjadi adalah sebesar 34 m/s arah barat yang terjadi tahun Arah dan kecepatan angin dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Arah dan kecepatan angin Arah Angin Tahun N NE E SE S SW W NW Sumber : DKP, 2007 Berdasarkan data arah dan kecepatan angin maka diperoleh gambaran mengenai gelombang yang ada di Pantai Kartini yang cenderung tenang, dan telah mengalami fase pecah gelombang sebelum mencapai pantai, sehingga gelombang di pantai lebih kecil daripada gelombang di lepas pantai (DKP 2007).

41 Arus Arus laut merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia (Hutabarat 1985). Arus mempunyai arti penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal termasuk dalam kegiatan wisata berperahu. Arus dipengaruhi oleh tiga faktor, antara lain angin, bentuk topografi dasar lautan dan pulau-pulau yang ada di sekitarnya, dan gaya coriolis serta arus ekman. Pantai Kartini memiliki arus yang dipengaruhi oleh pola arus Laut Jawa dengan arus dominan yang terdapat di Pantai Kartini saat spring tide dan neap tide berarah ke timur dan barat dengan kecepatan antara 0,09 m - 0,20 m per detik. Kecepatan arus maksimum sebesar 0,22 m per detik ke arah selatan (DKP 2007). Arus laut yang disebabkan oleh pecahan gelombang di sepanjang pantai disebut arus tepi pantai. Arus tepi pantai yang perlu diperhatikan dalam wisata diantaranya ada tiga arus yaitu arus susur pantai, arus sibak (rip current), dan arus bawah (undertow). Arus sibak (rip current) merupakan aliran balik ke arah laut hasil dari pengisian arus susur pantai yang terkonsentrasi (Fandeli 2000). Arus yang perlu dihindari oleh perenang adalah arus sibak, karena dapat menyeret perenang ke laut lepas yang dalam, dan menyebabkan terjadinya kecelakaan yang mematikan, namun bagi kegiatan wisata berselancar, arus ini dicari untuk memudahkan mencapai gelombang pecah, serta berguna bagi kepentingan perikanan yakni memudahkan nelayan pantai untuk menebarkan jaringnya. Pada kawasan pesisir Pantai Kartini tidak terjadi arus sibak, sehingga kondisi di Pantai Kartini cukup aman bagi kegiatan wisata seperti berenang Kualitas Air Laut Peruntukan pantai sebagai daerah wisata bahari dituntut memiliki kualitas air yang baik dan memenuhi standar baku mutu wisata yang telah ditetapkan bagi wisata bahari agar pengunjung dapat merasakan keindahan dan kenyamanan Pantai Kartini. Pengukuran kualitas air dilakukan siang hari di tiga stasiun pengamatan. Stasiun pengamatan pertama berada di depan muara Sungai Karang Geneng, stasiun kedua

42 29 berada di antara anjungan pada TRP Kartini, dan stasiun ketiga pada muara saluran buangan RW 4 Desa Tasik Agung. Hasil pengukuran dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari berdasarkan kep 51/MENLH/2004. Hasil pengukuran kualitas air laut pada tiga stasiun pengamatan di Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Nilai beberapa parameter kualitas air laut di Pantai Kartini Parameter Satuan Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 A. FISIKA 1 Kekeruhan NTU Suhu ºC Alami B. KIMIA. 1. ph Salinitas Alami 3 DO mg/l >5 4 COD mg/l C. BIOLOGI 1 E-Coli (Faecal) Baku Mutu (Kep51/MENLH/2004) MPN/ 100 ml >2400 >2400 > Sumber: Data primer (belum dipublikasikan) a. Parameter fisika Parameter fisika yang diukur adalah kekeruhan dan suhu. Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air (Effendi 2003). Wisata pantai merupakan wisata yang objek/ daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut maupun bentang darat pantai (Fandeli 2000). Salah satu potensi yang dapat dikembangkan dari pantai adalah air yang jernih. Hasil pengukuran menunjukkan nilai kekeruhan di tiga stasiun pengamatan yang melebihi baku mutu Kep 51/MENLH/2004, hal ini diduga diakibatkan limbah yang berasal dari pemukiman, perikanan, kegiatan pariwisata, maupun kapal yang mendarat di PPP Tasik Agung yang keseluruhannya bermuara di Pantai Kartini tanpa melalui proses pengolahan, yang mengakibatkan penumpukan bahan organik maupun nonorganik di

43 30 pantai sehingga berdampak pada tingginya kekeruhan di Pantai Kartini yang dapat menurunkan keindahan pantai. Suhu air merupakan salah satu parameter yang sering diukur mengingat kegunaannya dalam mempelajari proses-proses fisika, kimia, dan biologi laut. Suhu air laut berkisar antara -2 ºC 30 ºC (Mukhtasor 2007). Pengukuran suhu pada ketiga stasiun berkisar antara 27 ºC 28 ºC, hal ini berarti suhu di perairan TRP Kartini sesuai dengan kisaran alami dan kisaran baku mutu Kep 51/MENLH/2004, sehingga dapat memberikan kondisi yang optimum bagi organisme yang terdapat di Pantai Kartini. b. Parameter kimia Parameter kimia yang diukur meliputi ph, salinitas, DO (Dissolved Oxygen), dan COD (Chemical Oxygen Demand). ph yang terdapat pada ketiga stasiun pengamatan sebesar 7, apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut kategori wisata laut, maka ph pada Pantai Kartini sesuai dengan kisaran baku mutu yang ditetapkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa ph di lokasi penelitian cocok untuk menunjang kehidupan organisme yang ada di sekitar lokasi penelitian Pantai Kartini. Salinitas merupakan kandungan elemen-elemen kimia terlarut dalam air laut (Riley dan Skirrow 1975 in Sanusi 2006) dengan kisaran salinitas antara Nilai pengukuran salinitas di Pantai Kartini berkisar antara 30 33, dengan nilai salinitas terendah sebesar 30, dikarenakan dekatnya lokasi pengambilan sampel dengan muara saluran buangan dari Desa Tasik Agung sehingga banyak masukan air tawar yang turut mempengaruhi salinitas laut menjadi lebih rendah. DO (Dissolved Oxygen) atau oksigen terlarut merupakan gas yang sangat dibutuhkan di dalam laut bagi kehidupan organisme. Kelarutan O 2 di dalam air dipengaruhi oleh temperatur dan salinitas perairan. Dalam keadaan normal lapisan atas permukaan laut mengandung oksigen terlarut sebesar mg/l (Sanusi 2006). Pengukuran DO pada tiga stasiun berkisar antara 6.35 mg/l mg/l yang apabila keseluruhan dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari

44 31 berdasarkan kep 51/MENLH/2004 diketahui ketiga stasiun yang diamati nilainya melebihi standar yang ditetapkan, hal ini menunjukkan kondisi perairan yang dapat menunjang kehidupan organisme yang ada di sekitar Pantai Kartini sehingga memudahkan dalam proses metabolisme. COD (Chemical Oxygen Demand) menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis (biodegradable) maupun yang sukar didegradasi secara biologis (nonbiodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O (Effendi 2003). Nilai COD tertinggi hasil pengukuran pada stasiun pertama yang berada di muara Sungai Karang Geneng yaitu sebesar mg/l. c. Parameter biologi Parameter biologi yang diukur adalah Coliform (faecal). Coliform adalah bakteri berbentuk batang, gram negatif, dan tidak berspora. Coliform terdiri dari 4 genus utama dari familia Enterobacteriaceae: Citrobacter, Enterobacter, Escherichia dan Klebsiella. Coliform dapat tumbuh pada suhu -2 ⁰C 50 ⁰C dan pada kisaran ph 4,4-9,0 (Jay 2000 in Firlieyanti 2005). Bakteri indikator sanitasi yang digunakan untuk mendeteksi kontaminasi faecal pada air dan sekaligus juga mendeteksi kemungkinan adanya intestinal patogen adalah Escherichia coli, sehingga dapat dijadikan indikasi kontaminasi faecal dan kemungkinan adanya patogen enteric (EPA 2002 in Firlieyanti 2005). Bakteri Escherichia coli disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Bakteri Escherichia coli (Sumber : Firlieyanti 2005)

45 32 Pengukuran E. coli pada tiga stasiun pengamatan keseluruhannya >2400 MPN/100 ml, apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari kadarnya melebihi baku mutu yang ditetapkan sebesar 200 MPN/100 ml. Kandungan E. coli yang tinggi pada Pantai Kartini diduga disebabkan adanya masukan limbah cair, terutama limbah cair domestik (sewage) yang umumnya mengandung bahan organik dan bakteri faecal coliform dalam konsentrasi tinggi tanpa melalui pengolahan. Limbah cair domestik (sewage) adalah air buangan dari rumah tangga, institusi, fasilitas komersial, dan fasilitas-fasilitas lain yang sejenis, yang bervariasi kuantitas dan komposisinya dari waktu ke waktu. Limbah ini mengandung bahan organik dan anorganik yang berbentuk cair, suspensi atau koloid. Setiap liter dari limbah domestik biasanya mengandung jutaan sel mikroba, dan kebanyakan mengandung bakteri yang berasal dari saluran pencernaan (Mukhtasor 2007). Limbah cair domestik umumnya dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu limbah cair yang berasal dari air cucian seperti deterjen, minyak dan limbah cair yang berasal dari kakus seperti sabun, shampo, tinja, dan air seni. Limbah cair domestik ini menghasilkan senyawa organik berupa protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat (Fakhrizal 2000 in Mukhtasor 2007). Hasil pengamatan dan wawancara menunjukkan keseluruhan limbah cair yang masuk ke Pantai Kartini belum mengalami pengolahan. Fakhrizal (2000) in Mukhtasor (2007) menyatakan air limbah domestik yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar partikel virus setiap liternya, dan lebih dari 120 jenis virus patogen yang terkandung, yaitu virus, protozoa, cacing, dan bakteri yang umumnya diwakili oleh Escherichia coli. Keberadaan E. coli yang melebihi kadar baku mutu yang ditetapkan pada Pantai Kartini dapat menjadi indikasi mengenai keberadaan patogen enteric (WHO 2004 in Firlieyanti 2005), yaitu bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio cholerae penyebab penyakit kolera, Shigella dysenteriae penyebab disentri bailer, Salmonella typhi dan parathypi penyebab demam tifoid dan paratifoid dan

46 33 Entamoeba histolytiaca penyebab disentri amuba (Firlieyanti 2005), sehingga apabila hal ini tidak ditangani secara serius dapat membahayakan pengunjung yang datang ke kawasan wisata TRP Kartini, khususnya yang melakukan kegiatan wisata pantai seperti berenang, dan mandi air. Menurut Soeroto (1997) in Mukhtasor (2007) cemaran coliform kurang berbahaya bagi penduduk Indonesia, dibandingkan dengan pengunjung asing dikarenakan memiliki kekebalan yang berbeda terhadap penyakit di daerah tropis Kondisi Perikanan Sektor perikanan Kabupaten Rembang menempati urutan ke - 3 se wilayah Provinsi Jawa Tengah setelah Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pati. Kabupaten Rembang memiliki beberapa pelabuhan perikanan, salah satunya adalah Pelabuhan Perikanan Pantai Tasik Agung yang terletak di kawasan pesisir Pantai Kartini yang merupakan salah satu pelabuhan yang berperan penting dalam pemasukan APBD Kabupaten Rembang dengan nilai produksi terbesar dengan hasil tangkapan tertinggi yang dimiliki selama 5 tahun terakhir antara tahun terdapat di TPI Tasik Agung disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Hasil komoditi yang didaratkan di PPP Tasik Agung Jenis ikan yang terdapat di kawasan pesisir Pantai Kartini diketahui melalui pengamatan di pantai maupun berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan

47 34 tradisional yang menggunakan kapal di bawah 10 GT. Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan tradisional berupa jaring udang, dan jaring rajungan dengan jenis ikan yang ditangkap adalah ikan kerapu, ikan kembung (Restrelliger brachysoma), ikan banyar (Rastrelliger kanagurta), dan ikan juwi (Sardinella fimbriata) Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya Kependudukan Desa Tasik Agung memiliki luas sebesar 64,05 ha. Desa Tasik Agung terletak bersebelahan dengan TRP Kartini dan pada Desa Tasik Agung terdapat PPP Tasik Agung. Pengembangan TRP Kartini dan PPP Tasik Agung sebagai kawasan bahari terpadu memerlukan dukungan dari berbagai pihak, terutama dukungan masyarakat sekitar, yaitu masyarakat Desa Tasik Agung. Masyarakat Desa Tasik Agung berjumlah 3832 orang, dengan jumlah masyarakat berjenis kelamin laki-laki sebesar 1917 orang dan jumlah jumlah masyarakat berjenis kelamin perempuan sebesar 1915 orang dengan kelompok usia muda berkisar antara 0 14 tahun sebesar 8%, usia produktif memiliki kisaran antara tahun sebesar 82%, kelompok usia tua dengan kisaran usia > 65 tahun sebesar 10%. Hal ini berarti hampir keseluruhan masyarakat Desa Tasik Agung termasuk dalam kelompok usia produktif untuk bekerja. Kelompok usia masyarakat Desa Tasik Agung diperlihatkan pada Gambar 8. Gambar 8. Kelompok usia masyarakat Desa Tasik Agung

48 35 Pendidikan dapat menunjang kualitas sumberdaya manusia sehingga memiliki bekal dalam menghadapi tantangan global, termasuk dalam upaya mengembangkan Kawasan Bahari Terpadu antara TRP Kartini dengan PPP Tasik Agung agar lebih unggul dalam menghadapi persaingan wisata. Masyarakat Desa Tasik Agung sebesar 64% menempuh pendidikan SD, sebesar 21% menempuh pendidikan SMP, sebesar 11% menempuh pendidikan SMA, sebesar 1% masing-masing menempuh pendidikan D1 dan D3, dan sisanya sebesar 2% menempuh pendidikan S1. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Desa Tasik Agung masih memiliki tingkat pendidikan yang relatif rendah, karena sebesar 64% masyarakat hanya menempuh pendidikan SD. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tasik Agung diperlihatkan pada Gambar 9. Gambar 9. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Tasik Agung Desa Tasik Agung merupakan salah satu desa yang terletak di kawasan pesisir Kabupaten Rembang. Mata pencaharian penduduk Desa Tasik Agung sebagian besar dipengaruhi oleh potensi sumberdaya alam dan aktivitas yang ada, yaitu sebanyak 60% memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, sebanyak 10% masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai pegawai negeri, dan sisanya sebesar 30% memiliki mata pencaharian sebagai wiraswasta dan tidak bekerja. Mata pencaharian masyarakat Desa Tasik Agung diperlihatkan pada Gambar 10.

49 36 Gambar 10. Mata pencaharian masyarakat Desa Tasik Agung Karakteristik sosial dan budaya masyarakat Budaya merupakan salah satu motivasi seseorang untuk berwisata. Keanekaragaman kesenian, adat istiadat, dan agama menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi suatu kawasan wisata, demikian pula dengan keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh masyarakat di sekitar kawasan Tasik Agung yang merupakan bagian Kecamatan Rembang dapat menarik perhatian wisatawan. Masyarakat di sekitar kawasan Tasik Agung memiliki beraneka ragam budaya daerah, baik yang bersifat keagamaan, maupun kesenian daerah. Atraksi budaya di sekitar kawasan Tasik Agung diperlihatkan pada Tabel 11. Tabel 11. Atraksi budaya di sekitar kawasan Tasik Agung No Atraksi Budaya Waktu Lokasi Keterangan 1 Syawalan/Kupatan 7 hari setelah Idul Fitri 2 Kesenian daerah Setiap dikehendaki Sumber: Disparbud Kab Rembang 2008 Pantai dan kawasan wisata TRP Kartini Berbagai kegiatan seperti Lomban (wisata laut), wisata belanja, sedekah laut dan pertunjukan musik - Kethoprak, pedalangan. karawitan, tayub, campur sari, orek-orek Karakteristik responden masyarakat Desa Tasik Agung Desa Tasik Agung merupakan desa yang terletak bersebelahan dengan kawasan wisata TRP Kartini Rembang yang terdiri dari 4 RW. Karakteristik responden

50 37 masyarakat Desa Tasik Agung diambil berdasarkan pertimbangan keterlibatan masyarakat dalam kawasan wisata yang diperlihatkan pada Lampiran 6. Responden masyarakat Desa Tasik Agung terdiri dari 21 orang laki laki dan 9 orang perempuan dengan persentase kelompok usia yang merupakan usia produktif sebesar 97%, sedangkan kelompok usia tua sebesar 3% dengan kisaran usia lebih dari 65 tahun. Hal ini menunjukan sebagian besar responden masyarakat termasuk kelompok usia produktif bekerja. Kelompok umur responden masyarakat Desa Tasik Agung disajikan pada Gambar 11. Gambar 11. Kelompok usia responden masyarakat Desa Tasik Agung Besarnya jumlah responden masyarakat yang berusia produktif perlu didukung oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia yang ada, diantaranya melalui pendidikan. Tingkat pendidikan responden masyarakat Desa Tasik Agung masih tergolong relatif rendah, hal ini dilihat dari tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh responden masyarakat dengan persentase terbesar yaitu 47% adalah Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 27%, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 23%, dan D2 sebesar 3%. Tingkat pendidikan responden masyarakat Desa Tasik Agung diperlihatkan pada Gambar 12.

51 38 Gambar 12. Tingkat pendidikan responden masyarakat Desa Tasik Agung Letak Desa Tasik Agung yang berada pada kawasan pesisir kabupaten Rembang berpengaruh terhadap mata pencaharian yang dimiliki oleh responden masyarakat Desa Tasik Agung yang sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dengan persentase 54 %, peegawai negeri sebesar 10%, serta yang memiliki mata pencaharian sebagai wiraswasta dan tidak bekerja (Ibu rumah tangga) sebesar 36%. Mata pencaharian responden masyarakat Desa Tasik Agung diperlihatkan pada Gambar 13. Gambar 13. Mata pencaharian responden masyarakat Desa Tasik Agung Mata pencaharian masyarakat mempengaruhi banyaknya pendapatan yang diterima, semakin tinggi pendapatan yang diterima menggambarkan kemakmuran masyarakat yang semakin baik. Responden masyarakat Desa Tasik Agung sebesar 40% memiliki kisaran pendapatan 1 juta - 2 juta, sebesar 17% memiliki kisaran pendapatan antara 500 ribu - 1 juta, sebesar 17% memiliki kisaran pendapatan antara 2 juta - 5 juta, sebesar 13% responden masyarakat memiliki kisaran pendapatan antara 300 ribu ribu, dan responden masyarakat yang tidak berpenghasilan

52 39 memiliki persentase sebesar 13%. Hal ini menunjukkan perekonomian sebagian besar responden masyarakat Desa Tasik Agung sudah cukup baik. Tingkat pendapatan responden masyarakat Desa Tasik Agung disajikan pada Gambar 14. Gambar 14. Tingkat pendapatan responden masyarakat Desa Tasik Agung Keberadaan kawasan wisata TRP Kartini seharusnya dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar kawasan wisata untuk ikut serta dalam meramaikan kegiatan wisata, sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat di sekitar kawasan. Responden masyarakat Desa Tasik Agung sebanyak 33% menyatakan kegiatan wisata di TRP Kartini Rembang memiliki pengaruh berupa dampak positif, yang ditandai dengan pemasukan responden masyarakat yang bertambah sejak adanya kawasan wisata. Sebanyak 33% responden masyarakat biasanya turut berjualan pada hari libur dan saat Syawalan, serta menjadi petugas parkir saat acara Syawalan. Sebanyak 67% responden masyarakat Desa Tasik Agung menyatakan bahwa kegiatan wisata tidak memberikan dampak apapun terhadap tempat tinggal, hal ini dikarenakan responden masyarakat lebih mendapatkan manfaat dari kegiatan perikanan di PPP Tasik Agung. Pengaruh kegiatan wisata terhadap responden masyarakat Desa Tasik Agung disajikan pada Gambar 15. Gambar 15. Pengaruh kegiatan wisata terhadap responden masyarakat Desa Tasik Agung

53 40 Keberhasilan pengelolaan suatu kawasan wisata dapat dilihat dari persepsi masyarakat sekitar dan pengunjung. Persepsi responden masyarakat Desa Tasik Agung terhadap kawasan wisata TRP Kartini sangat bervariasi, namun hampir sebagian besar responden masyarakat menyatakan bahwa kualitas kawasan wisata TRP Kartini kurang baik yaitu sebesar 63%, hal ini dikarenakan ketersediaan sarana prasarana yang ada kurang baik, kurangnya atraksi wisata yang terdapat di TRP Kartini serta penataan ruang yang relatif belum tertata dengan baik mengakibatkan hampir sebagian besar responden masyarakat menyatakan bahwa TRP Kartini kurang menarik. Responden masyarakat yang menyatakan cukup baik sebesar 30%, dan sisanya sebanyak 7% menyatakan baik. Oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan yang lebih baik, yang dapat memahami keinginan masyarakat maupun pengunjung dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Persepsi responden masyarakat terhadap TRP Kartini disajikan pada Gambar 16. Gambar 16. Persepsi responden masyarakat terhadap TRP Kartini Karakteristik responden pengunjung TRP Kartini Jumlah pengunjung wisata TRP Kartini Jumlah pengunjung di TRP Kartini dapat dilihat selama 6 tahun terakhir dari tahun Jumlah pengunjung tertinggi terdapat pada tahun 2003 yaitu sebesar orang, menurut Dinas Pariwisata Kabupaten Rembang hal ini dikarenakan pada tahun 2003 terdapat penambahan fasilitas di TRP Kartini, yaitu kolam renang. Jumlah pengunjung TRP Kartini tahun disajikan pada Gambar 4.

54 41 Pengunjung kawasan wisata TRP Kartini mengalami penurunan terus menerus mulai tahun 2004 hingga 2007, yang menurut Dinas Pariwisata Kabupaten Rembang, penurunan jumlah pengunjung mulai tahun 2004 hingga tahun 2007 diduga disebabkan oleh beberapa faktor yakni adanya kenaikan BBM, kondisi ekonomi nasional, turunnya hujan saat Syawalan, isu tsunami, adanya kegiatan sedekah laut di sekitar daerah setempat yang dilaksanakan bersamaan dengan acara syawalan, adanya pesaing dari kabupaten lain, serta kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung obyek wisata TRP Kartini. Gambar 17. Jumlah pengunjung TRP Kartini tahun (Sumber : Disparbud Kab Rembang 2008) Responden pengunjung TRP Kartini Pengunjung merupakan faktor penting dalam pengembangan kawasan wisata, semakin ramai pengunjung akan menambah pendapatan bagi pengelola kawasan wisata serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Sebanyak 30 responden pengunjung di TRP Kartini diantaranya sebanyak 14 responden memiliki jenis kelamin laki-laki, dan 16 orang responden memiliki jenis kelamin perempuan. Responden pengunjung yang datang ke TRP Kartini hampir sebagian besar datang bersama keluarga, maupun kolega lainnya. Sebanyak 3% responden pengunjung memiliki kisaran usia antara 0 14 tahun yang merupakan kisaran usia anak-anak dan tahun sebesar 97%, hal ini berarti hampir keseluruhan responden pengunjung berada dalam kisaran usia produktif untuk bekerja, dan diduga datang ke TRP Kartini

55 42 untuk menghilangkan kebosanan dan kelelahan bekerja. Persentase jenis kelamin responden pengunjung TRP Kartini disajikan pada Gambar 18. Gambar 18. Kelompok usia responden pengunjung TRP Kartini Asal responden pengunjung di TRP Kartini sebagian besar berasal dari Kota Rembang yaitu 44%, Pamotan sebesar 20%, Pati sebesar 10%, Pekalongan dan Lasem masing-masing sebesar 7%, dan sisanya berasal dari Tuban, Bulu, Blora, dan Jepara yang masing-masing memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 3%. Responden pengunjung terbanyak berasal dari Kota Rembang yaitu sebesar 44% dikarenakan jaraknya yang lebih dekat dibandingkan dengan responden pengunjung lainnya, sehingga memudahkan responden pengunjung yang berasal dari Kota Rembang untuk datang ke TRP Kartini setiap saat. Adanya responden pengunjung yang berasal dari kabupaten lain, seperti Tuban, Pati, Jepara, dan Blora menunjukkan bahwa kawasan wisata TRP Kartini cukup menarik dan diminati. Asal responden pengunjung TRP Kartini disajikan pada Gambar 19. Gambar 19. Asal responden pengunjung TRP Kartini

56 43 Kecenderungan pemilihan kawasan wisata bagi pengunjung dipengaruhi oleh beberapa karakteristik diantaranya ialah usia, tingkat pendidikan, pendapatan, status sosial, dan waktu luang (Cooper et al. 1993). Sebanyak 30 responden pengunjung di TRP Kartini sebesar 43% menempuh pendidikan terakhir SMU, 40% berpendidikan S1, 7% responden pengunjung masing-masing menempuh pendidikan terakhir D3 dan SMP, serta 3% berpendidikan SPG. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan responden pengunjung di TRP Kartini relatif cukup tinggi, dikarenakan besarnya persentase pengunjung yang berpendidikan SMU dan S1, sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah SMP dengan persentase sebesar 7% dari total responden pengunjung. Tingkat pendidikan yang cukup tinggi memudahkan pengelola untuk mengarahkan pengunjung untuk turut serta menjaga kelestarian kawasan wisata. Tingkat pendidikan responden pengunjung TRP Kartini disajikan pada Gambar 20. Gambar 20. Tingkat pendidikan responden pengunjung TRP Kartini Jenis pekerjaan responden pengunjung dengan persentase terbesar sebanyak 33% memiliki jenis pekerjaan swasta, sebesar 23% bekerja sebagai PNS, serta sebagai pelajar dan mahasiswa masing-masing sebesar 17%, ibu rumah tangga sebesar 7%, dan sisanya sebesar 3% responden pengunjung tidak bekerja. Jenis pekerjaan responden pengunjung TRP Kartini disajikan pada Gambar 21.

57 44 Gambar 21. Jenis pekerjaan responden pengunjung TRP Kartini Tingkat pendapatan responden pengunjung TRP Kartini menggambarkan kemakmuran yang dimiliki responden pengunjung, dan hal ini berpengaruh terhadap pemilihan kawasan wisata. Responden pengunjung TRP Kartini sebesar 44% tidak berpenghasilan, dikarenakan jumlah pengunjung terbesar memiliki status sebagai mahasiswa dan pelajar, penghasilan antara 1-2 juta sebesar 20%, penghasilan antara ribu sebesar 13%, penghasilan antara 2-5 juta sebesar 13%, penghasilan kurang dari 300 ribu memiliki persentase sebesar 7%, serta sisanya memiliki penghasilan berkisar antara 500 ribu 1 juta sebesar 3%. Hal ini menunjukkan bahwa TRP Kartini dapat dijadikan sebagai tempat tujuan berwisata bagi semua kalangan sosial, dan ini didukung dengan harga tiket masuk TRP Kartini yang relatif murah yaitu Rp. 1500,- untuk hari biasa, hari Minggu sebesar Rp. 2000,-, dan saat acara Syawalan sebesar Rp. 2500,- sehingga memungkinkan semua kalangan sosial untuk berkunjung ke kawasan wisata TRP Kartini. Tingkat pendapatan responden pengunjung TRP Kartini disajikan pada Gambar 22. Gambar 22. Tingkat pendapatan responden pengunjung TRP Kartini

58 45 Kepuasan pengunjung terhadap kawasan wisata menggambarkan keberhasilan pengelola kawasan dalam mengelola suatu kawasan wisata. Pengelolaan yang dilakukan tidak hanya berdasarkan pada keindahan alam, namun juga fasilitas yang disediakan, meliputi ketersediaan air bersih, toilet, tempat ibadah, makanan dan minuman, tempat bermain, transportasi, serta pelayanan yang diberikan sehingga dapat menunjang pariwisata. Tanggapan responden pengunjung mengenai fasilitas yang tersedia di TRP Kartini terhadap ketersediaan air bersih sebanyak 33% berpendapat tidak tahu, sebesar 24% berpendapat kurang baik, sebesar 23% cukup baik, dan sisanya sebanyak 20% mengatakan baik. Ketersediaan toilet di TRP Kartini menurut persepsi responden pengunjung sebesar 37% berpendapat kurang baik, sebesar 36% berpendapat cukup baik, sebesar 20% berpendapat tidak tahu, dan sebesar 7% berpendapat baik. Persentase terbesar berpendapat bahwa kondisi toilet yang terdapat di kawasan wisata TRP Kartini kurang baik, sehingga dibutuhkan suatu pengelolaan lebih lanjut terhadap fasilitas toilet yang dapat menciptakan kenyamanan bagi pengunjung yang datang. Ketersediaan Tempat ibadah yang terdapat di TRP Kartini menurut persepsi responden pengunjung sebesar 53% menjawab kurang baik, sebesar 17% menjawab cukup baik, dan sisanya 17% tidak tahu. Tempat ibadah yang kurang terawat dapat membuat kenyamanan pengunjung berkurang, sehingga hal ini membutuhkan suatu upaya pengelolaan yang lebih baik oleh pihak pengelola kawasan wisata TRP Kartini. Ketersediaan makanan dan minuman di dalam TRP Kartini berdasarkan persepsi responden pengunjung sebesar 43% menyatakan kurang baik, sebesar 33% cukup baik, 17% tidak tahu, dan sisanya sebesar 7% menyatakan baik. Ketersediaan makanan dan minuman berpengaruh terhadap kenyamanan pengunjung, terutama dalam pemenuhan kebutuhan pangan pengunjung saat berkunjung ke kawasan wisata. Fasilitas lain seperti tempat bermain di TRP Kartini menurut persepsi responden pengunjung sebanyak 73% menyatakan kurang baik dan 27% menyatakan cukup baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaan sarana bermain di TRP Kartini masih perlu ditingkatkan lagi agar lebih menarik, seperti dengan penambahan

59 46 wahana yang ada maupun pengadaan atraksi wisata lain yang dapat menarik pengunjung. Ketersediaan tempat sampah pada kawasan TRP Kartini berdasarkan persepsi responden pengunjung 64% menyatakan kurang baik, 23% menyatakan cukup baik, 3% menyatakan tidak tahu, dan 10% menyatakan baik. Persentase tertinggi sebesar 64% menyatakan kurang baik sehingga diperlukan suatu upaya penyediaan dan penempatan tempat sampah di tempat yang strategis dan mudah dijangkau untuk menghindari sampah yang bertebaran serta dengan pemberian himbauan untuk membuang sampah pada tempatnya demi menjaga kelestarian pantai. Transportasi merupakan faktor penting dalam pengembangan kawasan wisata. Letak kawasan wisata akan mudah dijangkau apabila didukung oleh ketersediaan transportasi yang baik. Persepsi responden pengunjung yang datang ke TRP Kartini sebesar 53% pengunjung menyatakan bahwa transportasi menuju TRP Kartini sangat baik, sebesar 37% menyatakan baik, dan sebesar 10% menyatakan cukup baik. Pelayanan merupakan faktor yang mempengaruhi kepuasan pengunjung. Sebanyak 23% responden pengunjung berpendapat pelayanan yang tersedia kurang baik, sebanyak 34% cukup baik, sebanyak 3% tidak tahu, dan sisanya 40% mengatakan pelayanan yang ada di TRP Kartini Rembang baik. Persentase terbesar menunjukkan bahwa pelayanan yang terdapat di kawasan wisata TRP Kartini baik, sehingga pihak pengelola kawasan wisata perlu mempertahankan pelayanan, bahkan meningkatkan pelayanan yang tersedia sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pengunjung. Persepsi responden pengunjung terhadap sarana dan prasarana TRP Kartini disajikan pada Gambar 23.

60 47 Gambar 23. Persepsi responden pengunjung terhadap sarana dan prasarana TRP Kartini 4.3. Kesesuaian Wisata Pantai Kartini Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi, olahraga, menikmati pemandangan dan iklim. Kesesuaian wisata pantai dapat dilihat dengan melakukan analisis indeks kesesuaian wisata. Wisata di TRP Kartini apabila dilihat berdasarkan kategori wisata pantai dapat digolongkan kategori rekreasi. Dalam wisata perlu diperhatikan parameter-parameter kesesuaian wisata dengan memperhatikan beberapa klasifikasi penilaian sehingga dapat diketahui bagaimana kondisi wisata yang diamati, demikian pula klasifikasi penilaian pada kawasan wisata TRP Kartini. Penghitungan indeks kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi memperhatikan beberapa parameter, yang meliputi kedalaman perairan, tipe pantai, lebar pantai, material dasar perairan, kecepatan arus, kemiringan pantai, penutupan lahan pantai, biota berbahaya, dan ketersediaan air tawar (Yulianda 2007). Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) TRP Kartini disajikan pada Tabel 12 dan penghitungan nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) disajikan pada Lampiran 8. Tabel 12. Indeks Kesesuaian Wisata kategori rekreasi pantai Lokasi Pengamatan Total Skor IKW (%) Tingkat Kesesuaian Stasiun S2

61 48 TRP Kartini memiliki nilai IKW sebesar 76% yang termasuk kategori S2 (cukup sesuai), hal ini berarti kawasan wisata TRP Kartini cukup sesuai dijadikan sebagai kawasan wisata pantai. Pengelolaan kawasan wisata pantai perlu dilakukan secara berkelanjutan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta kesejahteraan masyarakat sekitar Daya Dukung Kawasan (DDK) TRP Kartini Rembang DDK adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda 2007). Penghitungan daya dukung kawasan memperhatikan luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan dengan unit area kategori tertentu serta waktu yang disediakan oleh kawasan dalam satu hari dengan waktu yang dihabiskan pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu. Kawasan wisata TRP Kartini memiliki luas lahan sebesar m 2 yang pemanfaatannya dibagi menjadi area untuk rekreasi pantai yang meliputi arena permainan, kolam renang, perpustakaan, anjungan perahu bebek, mushola, serta area untuk berenang di pantai. Aktivitas wisata yang dilakukan oleh pengunjung di TRP Kartini adalah rekreasi pantai, berenang, dan berperahu. Luas unit area yang diperlukan untuk rekreasi pantai kategori wisata adalah 20 m 2 setiap 1 orang pengunjung, sehingga Daya Dukung Kawasan (DDK) untuk rekreasi pantai adalah 909 orang per harinya. Daya dukung kawasan kategori berenang di pantai sebesar 72 orang per harinya. Hal ini berarti kawasan wisata TRP Kartini dapat menampung 981 orang per harinya dengan tetap memperhatikan kenyamanan dan kelestarian kawasan wisata. Menurut Disparbud Kab Rembang (2008) jumlah pengunjung yang datang per harinya untuk hari Senin-Jumat berkisar antara orang, yang dapat diartikan tidak melebihi daya dukung yang ada yaitu sebesar 981 orang per hari untuk kategori rekreasi pantai dan berenang, sehingga diperlukan upaya untuk menarik jumlah pengunjung untuk datang ke kawasan wisata. Upaya yang dilakukan dalam

62 49 meningkatkan jumlah pengunjung pada hari Senin-Jumat, seperti dengan melakukan promosi berupa pemotongan harga tiket masuk, maupun dengan pengadaan atraksi budaya berupa tari-tarian, drama, maupun pergelaran musik dangdut di kawasan wisata. Saat hari libur (Sabtu-Minggu) menurut Disparbud Kab Rembang (2008), jumlah pengunjung yang datang ke kawasan wisata lebih dari 1000 orang, dengan puncaknya saat Syawalan, yang berarti jumlah pengunjung yang datang telah melebihi daya dukung kawasan TRP Kartini, sehingga diperlukan suatu pengaturan agar jumlah pengunjung yang masuk tidak melebihi daya dukung yang ada. Upaya yang dilakukan adalah dengan pengadaan acara di halaman parkir kawasan wisata, seperti jualan jajanan tradisional, konser dangdut, lomba menyanyi, menari, maupun perlombaan lain sehingga perhatian pengunjung tidak hanya terpusat di dalam TRP Kartini. Perhitungan Daya Dukung Kawasan (DDK) diperlihatkan pada Lampiran 9. Pemanfaatan lahan wisata Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini disajikan pada Lampiran Alternatif Strategi Pengelolaan Penentuan strategi dalam membantu memberikan arahan bagi pengelolaan memerlukan suatu analisis, dalam hal ini menggunakan analisis SWOT yang merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi dengan didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats) (Rangkuti 1997) Identifikasi faktor strategis internal Kekuatan (Strength) Identifikasi kekuatan yang dimiliki oleh kawasan wisata Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini adalah:

63 50 1. Potensi sumberdaya Pantai Kartini Pantai Kartini memiliki potensi yang dapat menarik pengunjung. Panorama pantai yang indah diminati oleh masyarakat Kabupaten Rembang dan sekitar, terutama saat matahari terbit dan terbenam. Hal ini didukung nilai indeks kesesuaian wisata (IKW) yang dimiliki TRP Kartini sebesar 72,43% termasuk dalam kategori S2 yang berarti kawasan TRP Kartini cukup sesuai dijadikan sebagai kawasan wisata pantai. 2. Potensi budaya Kabupaten Rembang memiliki beragam budaya yang apabila terus dikembangkan dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Ragam budaya yang dimiliki diantaranya berbagai kesenian dan budaya daerah yang terdiri dari kesenian orek-orek, gondorio, gambuh, emprak, dan thong-thong lek serta upacara adat Syawalan yang diselenggarakan setiap tahun sekali yang terdiri dari kupatan dan lomban. Upacara adat Syawalan diselenggarakan setiap 1 tahun sekali tepatnya pada bulan Syawal, yakni 7 hari setelah hari Raya Idul Fitri dengan berbagai kegiatan seperti lomban (wisata laut), wisata belanja, sedekah laut dan pertunjukan musik dangdut selama satu minggu sebagai rasa syukur atas rejeki yang diberikan oleh Sang Khalik. Adapun berbagai oleh-oleh khas yang bisa didapatkan di Rembang diantaranya sirup kawista, serta makanan lainnya, dan batik Lasem yang memiliki motif yang khas. Seluruh kesenian dan budaya yang dimiliki, dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang berwisata. 3. Potensi sumberdaya perikanan Sumberdaya perikanan yang dimiliki oleh Kabupaten Rembang memiliki potensi yang relatif besar, hal ini dilihat dari sumbangan yang cukup besar pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Rembang. Sektor perikanan laut Kabupaten Rembang menempati peringkat ke - 3 se wilayah

64 51 Provinsi Jawa Tengah setelah Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Pati. Sektor perikanan laut Kabupaten Rembang salah satunya berasal dari kawasan pesisir Pantai Kartini. Kawasan Pesisir ini memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tasik Agung yang letaknya bersebelahan dengan Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini Rembang. Produksi perikanan laut PPP Tasik Agung menyumbang nilai terbesar bagi APBD, dikarenakan hasil tangkapan tertinggi selama 5 tahun terakhir yakni tahun terdapat pada TPI Tasik Agung yang terletak di Kecamatan Rembang. Produksi perikanan yang tinggi memungkinkan PPP Tasik Agung dapat dijadikan sebagai pusat jajanan ikan di Kabupaten Rembang yang dapat memperkuat keberadaan objek wisata TRP Kartini. Gambar 24. Hasil komoditi yang didaratkan di PPP Tasik Agung a. Kelemahan (Weakness) 1. Kualitas air TRP Kartini relatif kurang baik Kualitas air merupakan salah satu modal dalam pengembangan wisata pantai. Kondisi air yang jernih dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu kawasan wisata pantai, begitu pula dengan kawasan wisata TRP Kartini. Berdasarkan hasil penelitian kualitas air yang dilakukan pada tiga stasiun pengamatan menunjukkan hasil yang melebihi Kep MENLH No 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk wisata bahari, khususnya parameter kekeruhan dan kandungan e-coliform (faecal).

65 52 2. Kondisi sarana dan prasarana kawasan wisata yang tersedia relatif kurang baik Sarana dan prasarana yang disediakan dalam suatu kawasan merupakan faktor yang menunjang agar pengunjung merasa nyaman dan kembali berkunjung ke kawasan wisata TRP Kartini Kabupaten Rembang. Pihak pengelola kawasan sudah selayaknya meningkatkan kualitas sarana dan prasarana yang tersedia, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung yang datang. Persepsi responden pengunjung sebanyak 50% kurang puas terhadap sarana prasarana yang tersedia di TRP Kartini secara keseluruhan. Persepsi responden terhadap sarana dan prasarana disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Persepsi responden terhadap sarana dan prasarana No Persepsi tingkat kepuasan pengunjung Persentase (%) 1 kurang puas 50 2 cukup puas 33 3 Puas 17 Persepsi responden pengunjung bervariasi terhadap sarana dan prasarana yang tersedia di TRP Kartini seperti ketersediaan air bersih, toilet, tempat ibadah, tempat makan dan minum, tempat sampah, transportasi, dan pelayanan. Persepsi responden pengunjung terhadap sarana dan prasarana yang tersedia di TRP Kartini sebagian besar menyatakan kurang baik, hal ini merupakan masukan bagi pengelola untuk meningkatan kualitas sarana prasarana yang tersedia. Persepsi responden pengunjung terhadap sarana prasarana TRP Kartini disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Persepsi responden pengunjung terhadap sarana prasarana TRP Kartini Air bersih (%) tempat ibadah (%) tempat makan (%) tempat bermain (%) tempat sampah (%) No Toilet transportasi Persepsi (%) (%) 1 Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak tahu Pelayanan (%)

66 53 3. Kualitas sumberdaya manusia relatif masih rendah Kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu modal dalam pengembangan suatu kawasan wisata. Sumberdaya manusia yang berkualitas memacu pengelolaan kawasan wisata yang lebih baik. Masyarakat Desa Tasik Agung sebanyak 64% menempuh pendidikan SD, sehingga dapat dikatakan kualitas sumberdaya manusia masyarakat Desa Tasik Agung dari segi pendidikan relatif masih rendah. Tingkat pendidikan penduduk Desa Tasik Agung disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Tingkat pendidikan penduduk Desa Tasik Agung No Pendidikan Persentase (%) 1 SD 64 2 SMP 21 3 SMA 11 4 D1 1 5 D3 1 6 S Identifikasi faktor strategis eksternal b. Peluang (Opportunity) 1. Dukungan pemerintah daerah berupa Perda Rembang Nomor 7 tahun 2006 tanggal 18 September 2006 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga serta adanya undang-undang yang mengatur tentang pariwisata. Undang-undang kepariwisataan mengatur tentang penyelenggaraan kepariwisataan dan pemanfaatan objek wisata merupakan dasar hukum dalam pemanfaatan kawasan wisata alam. Dukungan Perda Rembang nomor 7 tahun 2006 mengatur tentang retribusi rekreasi dan olahraga bertujuan untuk meningkatkan daya tarik obyek wisata TRP Kartini agar lebih eksis dalam upaya meningkatkan daya saing dan meningkatkan Pendapatan Anggaran daerah (PAD) Kabupaten Rembang.

67 54 2. Aksesibilitas dan kondisi jalan yang baik TRP Kartini mempunyai posisi yang strategis menghubungkan antara jalan raya Semarang Surabaya, serta pertemuan ke laut dari Kabupaten Blora dan Kota Cepu. Kawasan wisata TRP Kartini terletak di perbatasan utara Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga Rembang merupakan pintu gerbang Jawa Tengah di wilayah Timur. Akses yang dimiliki kawasan TRP Kartini lebih mudah, karena jaraknya hanya 111 km dari Semarang atau 203 km dari Surabaya dan obyek wisata ini memiliki letak di tepi jalan negara yang memiliki kondisi yang baik dan menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. 3. Terdapatnya beberapa objek wisata di Kabupaten Rembang yang belum dikelola dengan baik dan dikemas secara menarik. Kabupaten Rembang kaya akan potensi wisata, seperti Pantai Binangun, Pantai Suko, bangunan peninggalan sejarah seperti museum kamar pengabdian Ibu Kartini, serta objek wisata lain yang pengelolaannya masih minimal. TRP Kartini merupakan salah satu objek wisata unggulan di Kabupaten Rembang yang telah dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah kabupaten Rembang, sehingga hal ini dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung. c. Ancaman (threat) Ancaman yang dimiliki oleh TRP Kartini adalah: 1. Adanya masukan bahan pencemar yang bermuara ke Pantai Kartini Indikasi terjadinya pencemaran di sekitar Pantai Kartini didasari oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Islami (2003) menyatakan bahwa kandungan total coliform telah melebihi kadar baku mutu yang ditetapkan oleh Kepmen Nomor 02/MENKLH/1988 yaitu memiliki kadar total coliform lebih dari 2400 sel/100 ml. Hal ini juga didukung oleh pengukuran yang dilakukan terhadap tiga stasiun pengamatan sepanjang Pantai Kartini memiliki nilai kekeruhan yang melebihi baku mutu yang ditetapkan, serta kandungan E-coli

68 55 (faecal) pada ketiga stasiun pengamatan > 2400 MPN/100 ml melebihi kadar baku mutu air laut untuk wisata bahari yang ditetapkan oleh Kep 51/MENLH/2004. Pencemaran yang terjadi di sekitar pantai diduga diakibatkan adanya masukan limbah dari pemukiman masyarakat sekitar pantai serta masyarakat Kota Rembang, limbah industri pengolahan ikan melalui Sungai Karang Geneng yang bermuara ke Pantai Kartini, limpasan sampah, serta adanya buangan bahan bakar kapal-kapal yang singgah di Pelabuhan Perikanan Pantai yang masuk tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. 2. Adanya persaingan dengan kawasan wisata lain Banyaknya pantai yang terdapat di Pulau Jawa dapat menjadi ancaman sebagai pesaing kawasan wisata TRP Kartini Rembang, khususnya daerah-daerah terdekat seperti Pantai Kartini yang terdapat di Jepara, kawasan wisata Lamongan, maupun kawasan wisata pantai di daerah lainnya Penentuan bobot dan peringkat (rating) setiap faktor Tingkat kepentingan setiap faktor ditentukan sebagai langkah untuk menentukan bobot dan peringkat (rating) setiap faktor-faktor strategis internal dan eksternal. Bobot yang diberikan pada setiap faktor disesuaikan dengan skala kepentingan terhadap pengelolaan ekosistem Pantai Kartini di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, yang disajikan pada Tabel 16 dan Tabel 17. Tabel 16. Tingkat kepentingan faktor strategis internal dalam pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengelolaan kawasan wisata TRP Kartini, Rembang Tingkat Simbol Faktor Kekuatan (Strengths) Kepentingan S1 S2 S3 Potensi sumberdaya Pantai Kartini Potensi budaya Potensi sumberdaya perikanan Sangat penting Sangat penting Penting

69 56 Tabel 16. (Lanjutan) Simbol Faktor Kelemahan (Weaknesses) Tingkat Kepentingan W1 W2 W3 Kualitas air TRP Kartini relatif kurang baik Kondisi sarana dan prasarana kawasan wisata yang tersedia relatif kurang baik Kualitas sumberdaya manusia relatif masih rendah Sangat penting Sangat Penting Sangat Penting Tabel 17. Tingkat kepentingan faktor strategis eksternal dalam pengelolaan ekosistem pesisir untuk pengelolaan kawasan wisata TRP Kartini, Rembang Simbol Faktor Peluang (Opportunities) Tingkat Kepentingan O1 O2 O3 Dukungan pemerintah daerah berupa Perda Rembang Nomor 7 tahun 2006 tanggal 18 September 2006 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga serta adanya undang-undang yang mengatur tentang pariwisata. Aksesibilitas dan kondisi jalan yang baik Terdapatnya beberapa objek wisata di Kabupaten Rembang yang belum dikelola dengan baik dan dikemas secara menarik Sangat penting Sangat penting Penting Simbol Faktor Ancaman (Threats) Tingkat Kepentingan T1 T2 Adanya masukan bahan pencemar yang bermuara ke Pantai Kartini Adanya persaingan dengan kawasan wisata lain Sangat penting Penting Setelah memperoleh tingkat kepentingan dari setiap faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan. Kemudian dilakukan penentuan peringkat (rating) setiap faktor-faktor strategis internal dan eksternal berdasarkan pengaruh setiap faktor yang diukur dengan skala 1 s/d 4. Selanjutnya bobot dari faktor dikalikan dengan peringkatnya untuk memperoleh skor pembobotan (Tabel 18 dan Tabel 19).

70 57 Tabel 18. Matrik IFE Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan (S) Potensi sumberdaya Pantai Kartini Potensi budaya Potensi sumberdaya perikanan Kelemahan (W) Kualitas air TRP Kartini relatif kurang baik Kondisi sarana dan prasarana kawasan wisata yang tersedia relatif kurang baik Kualitas sumberdaya manusia relatif rendah Total Tabel 19. Matrik EFE Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang (O) Dukungan pemerintah daerah berupa Perda Rembang Nomor 7 tahun 2006 tanggal 18 September 2006 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga serta adanya undang-undang yang mengatur tentang pariwisata. Aksesibilitas dan kondisi jalan yang baik Terdapatnya beberapa objek wisata di Kabupaten Rembang yang belum dikelola dengan baik dan dikemas secara menarik Ancaman (T) Adanya masukan bahan pencemar yang bermuara ke Pantai Kartini Adanya persaingan dengan kawasan wisata lain Total Matrik SWOT Setelah menyusun matriks EFE dan IFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yang disajikan pada Tabel 20.

71 58 Tabel 20. Matrik SWOT IFE EFE O Dukungan pemerintah daerah berupa Perda Rembang Nomor 7 tahun 2006 tanggal 18 September 2006 tentang retribusi tempat rekreasi dan olahraga serta adanya undangundang yang mengatur tentang pariwisata. Aksesibilitas dan kondisi jalan yang baik Terdapatnya beberapa objek wisata di Kabupaten Rembang yang belum dikelola dengan baik dan dikemas secara menarik T Adanya masukan bahan pencemar yang bermuara ke Pantai Kartini Adanya persaingan dengan kawasan wisata lain S Potensi sumberdaya Pantai Kartini Potensi budaya Potensi sumber daya perikanan Strategi SO 1. Peningkatan promosi sumber daya pantai Kartini, budaya, dan perikanan sebagai objek wisata unggulan (S1,S2,S3,O1,O2,O3) 2. Koordinasi antara pihak-pihak terkait dalam pengelolaan kawasan wisata (S1,S2,S3,O1) Strategi ST 1. Mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan pengawasan untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kawasan Pantai Kartini (S1S2,S3,T1,T2) 2. Memaksimalkan pengembangan budaya daerah sebagai daya tarik wisata (S2,T2) W Kualitas air TRP Kartini relatif kurang baik Kondisi sarana dan prasarana kawasan wisata yang tersedia relatif kurang baik Kualitas sumberdaya manusia relatif masih rendah Strategi WO 1. Peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang atraksi wisata (W2,W3,O1,O3) 2. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (W3,O1,O3) 3. Peningkatan kualitas air di Pantai Kartini melalui pengadaan fasilitas pengolahan limbah (W1,W3,O1,O3) Strategi WT 1. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan bahaya pencemaran yang ditimbulkan (W1,W3,T1) 4.6. Alternatif Prioritas Strategi Pengelolaan Penentuan prioritas dari strategi dalam pengelolaan TRP Kartini Rembang, Jawa Tengah dilakukan dengan menentukan jumlah dari skor pembobotan yang kemudian dapat ditentukan rangking prioritas strategi dalam pengelolaan Taman Rekreasi Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah, yang disajikan pada Tabel 21.

72 59 Tabel 21. Ranking alternatif strategi No Unsur SWOT Keterkaitan Jumlah Skor Strategi SO 1 Peningkatan promosi sumberdaya Pantai Kartini, S1.S2,S3,O budaya, dan perikanan sebagai objek wisata O2,O3 unggulan 2 Koordinasi antara pihak-pihak terkait dalam S1,S2,S3,O pengelolaan kawasan wisata Ranking I II Strategi WO Peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang atraksi wisata Peningkatan kualitas sumberdaya manusia Peningkatan kualitas air di Pantai Kartini melalui pengadaan fasilitas pengolahan limbah W2,W3,O1,O3 W3,O1,O3 W1,W3,O1,O IV VI V 1 2 Strategi ST Mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan pengawasan untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kawasan Pantai Kartini Memaksimalkan pengembangan budaya daerah sebagai daya tarik wisata S1,S2,S3 T1,T2 S2,T III VII 1 Strategi WT Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan bahaya pencemaran yang ditimbulkan W1,W3,T VIII Berdasarkan pada Tabel 21 rangking alternatif strategi, maka didapatkan 7 urutan prioritas strategi pengelolaan bagi kawasan wisata TRP Kartini, diantaranya: 1. Peningkatan promosi sumberdaya Pantai Kartini, budaya, dan perikanan sebagai objek wisata unggulan 2. Koordinasi antara pihak-pihak terkait dalam pengelolaan kawasan wisata 3. Mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan pengawasan untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kawasan Pantai Kartini 4. Peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana penunjang atraksi wisata 5. Peningkatan kualitas air di Pantai Kartini melalui pengadaan fasilitas pengolahan limbah 6. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia

73 60 7. Memaksimalkan pengembangan budaya daerah sebagai daya tarik wisata 8. Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan bahaya pencemaran yang ditimbulkan Sebanyak tujuh urutan alternatif strategi pengelolaan yang dihasilkan, ditempatkan tiga besar rangking yang ditempatkan sebagai priorotas utama strategi pengelolaan kawasan wisata Taman Rekreasi Pantai (TRP) Kartini, Rembang Jawa Tengah, meliputi: Strategi pertama, yaitu peningkatan promosi sumberdaya Pantai Kartini, budaya, dan perikanan sebagai objek wisata unggulan Alternatif strategi pertama merupakan strategi SO (strength-opportunity), yaitu menonjolkan kekuatan dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Promosi dilakukan dengan memperkenalkan objek wisata TRP Kartini melalui berbagai media, baik media cetak maupun elektronik dalam rangka menarik jumlah pengunjung wisata agar lebih memilih berwisata ke TRP Kartini dibandingkan dengan kawasan wisata lainnya di tengah tingginya persaingan wisata. Promosi paket wisata yang dilakukan meliputi paket wisata pantai yakni TRP Kartini, potensi perikanan pada PPP Tasik Agung, maupun potensi seni budaya berupa nilai sejarah TRP Kartini sebagai tempat bermain pahlawan wanita Bangsa Indonesia RA. Kartini, dan acara Syawalan yang diadakan setiap tahun sekali tepatnya 7 hari setelah Lebaran merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan sebagai perwujudan rasa syukur atas rejeki yang diberikan oleh Tuhan kepada penduduk, khususnya nelayan. Masyarakat Rembang memiliki antusias yang sangat tinggi terhadap Upacara adat Syawalan yang biasanya ramai diisi dengan berbagai perlombaan, hiburan, maupun acara lainnya. Keseluruhan paket wisata tersebut dipromosikan menjadi suatu paket wisata yang bersifat terpadu yang diharapkan dapat menarik perhatian pengunjung serta memenuhi kepuasan pengunjung dalam berwisata. Strategi kedua, yaitu koordinasi antara pihak-pihak terkait dalam pengelolaan kawasan wisata

74 61 Alternatif strategi kedua merupakan strategi SO (strength-opportunity), yaitu menonjolkan kekuatan dengan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Perwujudan pengelolaan kawasan wisata yang menarik dengan kelestarian alam yang terjaga memerlukan dukungan dari berbagai pihak, baik berasal dari pengelola serta pihak lainnya, termasuk masyarakat Desa Tasik Agung. Dukungan pemerintah daerah Kabupaten Rembang melalui Dinas Pariwisata dengan menjadikan kawasan wisata TRP Kartini sebagai objek wisata unggulan Kabupaten Rembang disertai pembentukan Kawasan Bahari Terpadu (KBT) antara TRP Kartini dan PPP Tasik Agung memerlukan koordinasi dengan berbagai pihak. Pengawasan terhadap TRP Kartini, dalam hal penyediaan fasilitas dan upaya menjaga kelestarian Pantai Kartini dilakukan oleh Dinas Pariwisata yang meliputi penyediaan sarana prasarana di kawasan wisata yang memadai dan tertata rapi yang dikemas secara menarik seperti penyediaan wahana maupun pengadaan atraksi wisata beberapa waktu sekali agar menarik perhatian masyarakat untuk datang. Pemberian pendidikan lingkungan kepada pengunjung berupa pemberian informasi agar berlaku tertib dan tetap menjaga kelestarian lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya. Peningkatan kemampuan pekerja merupakan faktor yang tidak kalah penting dalam upaya meningkatan kualitas kawasan wisata, yang dapat dilakukan dengan pengadaan pelatihan. PPP Tasik Agung merupakan pelabuhan yang memiliki hasil produksi perikanan laut terbesar didaratkan di Kabupaten Rembang. PPP Tasik Agung dilengkapi fasilitas berupa dermaga, TPI, maupun pusat jajanan hasil olahan ikan yang disediakan oleh masyarakat sekitar. Hal ini dapat menunjang program kawasan bahari terpadu antara TRP Kartini dengan PPP Tasik Agung, yaitu PPP Tasik Agung dapat dijadikan sentra jajanan ikan, baik hasil perikanan yang baru ditangkap maupun yang sudah diolah menjadi suatu produk perikanan, serta pengunjung dapat menikmati langsung hasil perikanan yang baru ditangkap yang langsung dimasak dengan adanya restoran ataupun warung makan tradisional yang didirikan di sekitar kawasan PPP Tasik Agung, sehingga dengan berbagai fasilitas yang ada di kawasan

75 62 PPP Tasik Agung, dapat menarik wisatawan untuk datang. PPP Tasik Agung juga dapat berfungsi sebagai media pembelajaran pengunjung mengenai kegiatan nelayan yang berada di PPP Tasik Agung. Keberadaan pemukiman penduduk dan industri pengolahan perikanan yang keseluruhan limbahnya bermuara ke Pantai Kartini dapat menimbulkan ancaman pencemaran terhadap kelestarian pantai. Limbah domestik baik berupa limbah padat (sampah) maupun limbah cair serta limbah industri yang dihasilkan tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu dapat menurunkan kualitas air yang terdapat di Pantai Kartini. Apabila hal ini dibiarkan maka dapat menimbulkan penyakit terhadap penduduk sekitar pantai maupun pengunjung wisata yang datang ke TRP Kartini. Untuk mengatasi persoalan ini diperlukan koordinasi antara berbagai pihak terkait, seperti penduduk, pemilik industri perikanan, maupun pemerintah dalam hal ini Dinas Kebersihan, Kesehatan, Keamanan, Perikanan dan Kelautan, Pertanahan. Pemerintah Daerah perlu menyediakan septik tank bagi penduduk sekitar pantai yang belum memiliki septik tank guna menghindari masukan limbah domestik secara langsung ke pantai yang menyebabkan pantai menjadi kotor serta meningkatnya pencemaran yaitu tingginya kandungan E. Coliform di Pantai Kartini. Belum adanya fasilitas pengelolahan limbah domestik perlu mendapat perhatian dari pemerintah, dalam hal ini dapat dilakukan dengan melakukan investasi pengolahan limbah domestik oleh Dinas Pariwisata yang bertujuan untuk mempertahankan kelestarian Pantai Kartini dan menurunkan kandungan bakteri E. Coliform yang telah melebihi kadar baku mutu wisata bahari, dan apabila terus dibiarkan maka dapat membahayakan penduduk dan pengunjung yang berenang di Pantai Kartini. Dinas Kependudukan perlu mengadakan pemantauan terhadap pekembangan penduduk di sekitar kawasan pesisir Pantai Kartini dengan melakukan pencatatan jumlah penduduk yang menetap di kawasan pesisir Pantai Kartini. Untuk menghindari kepemilikan tanah yang tidak legal sudah selayaknya Dinas Pertanahan memantau perijinan kepemilikan tanah dalam rangka menertibkan hunian yang layak di wilayah pesisir agar tidak mengganggu kelestarian lingkungan. Pihak terkait

76 63 lainnya yang dilibatkan yaitu pengusaha perikanan, hal ini dikarenakan seluruh limbah industri perikanan dibuang secara langsung ke Sungai Muara Geneng yang bermuara ke Pantai Kartini tanpa adanya pengolahan limbah terlebih dahulu yang dapat menurunkan kualitas perairan Pantai Kartini, terutama kecerahan pantai, oleh karena itu diperlukan pengawasan pemerintah terhadap limbah hasil industri perikanan serta dengan peningkatan pengawasan terhadap pelaksanaan Undangundang maupun peraturan daerah yang mengatur tentang pengolahan limbah dan baku mutu pembuangan limbah ke perairan. Hal ini perlu mendapat perhatian dan tindakan dari pemerintah dengan mengawasi dan menetapkan aturan yang melindungi lingkungan. Dinas Kebersihan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata berperan memfasilitasi ketersediaan bak sampah dan pengangkutan sampah yang telah terkumpul menuju tempat pembuangan akhir agar sampah yang ada tidak dibuang oleh masyarakat secara langsung ke pantai yang dapat mengganggu keindahan dan kelestarian pantai. Kesehatan penduduk penting untuk diperhatikan, demikian pula halnya dengan masyarakat Desa Tasik Agung, selain dengan menjaga kebersihan sudah selayaknya memeriksakan kesehatan secara rutin di puskesmas terdekat. Dinas Perikanan dan Kelautan bertugas mengawasi hasil perikanan yang didaratkan di PPP Tasik Agung, sehingga hasil yang dilaporkan sesuai dengan yang di lapangan. Dinas Keamanan berperan dalam mengawasi program Kawasan bahari Terpadu yang berjalan, sehingga keseluruhannya dapat terkoordinasi dengan baik tanpa mengganggu kelestarian Pantai Kartini. Strategi ketiga yaitu mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan pengawasan untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kawasan Pantai Kartini Alternatif strategi ketiga merupakan strategi ST (Strength-threat), yaitu menonjolkan kekuatan dengan meminimalkan ancaman. Peran serta masyarakat merupakan faktor yang sangat penting dalam mengembangkan suatu kawasan wisata,

77 64 yakni memiliki peran sebagai pengawas dalam hal kelestarian sumberdaya alam, maupun sebagai pelaku kegiatan wisata.

78 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Terdapat 2 parameter kualitas air di tiga stasiun pengamatan Pantai Kartini yang telah melebihi kadar baku mutu yang ditetapkan oleh Kep- 51/MENLH/2004 tentang baku mutu air laut untuk wisata bahari yaitu parameter kekeruhan dan parameter e-coliform (faecal). Hal ini dapat mengganggu kelestarian pantai, dan kandungan e-coliform yang tinggi dapat membahayakan kesehatan penduduk dan pengunjung yang berwisata. 2. Kurang tertata dan terawatnya sarana prasarana yang terdapat di TRP Kartini mengakibatkan kawasan wisata kurang menarik, disertai masukan limbah cair dan padat ke Pantai Kartini yang tanpa melalui pengolahan mengakibatkan Pantai Kartini terlihat kotor, sehingga dapat mengurangi keindahan pantai. 3. Pantai Kartini memiliki kesesuaian wisata sebesar 76% dengan luas sebesar 1.7 ha, termasuk kategori S2 (cukup sesuai) yang berarti TRP Kartini cukup sesuai dijadikan kawasan wisata pantai. Nilai Daya Dukung Kawasan (DDK) TRP Kartini kategori rekreasi pantai sebesar 909 orang per hari. Nilai Daya Dukung Kawasan (DDK) TRP Kartini kategori berenang adalah 72 orang per hari. 4. Strategi utama yang dilakukan dalam mengelola kawasan wisata TRP Kartini sehingga keberadaannya dapat lebih menarik dengan tetap memperhatikan kelestarian alam: a. Peningkatan promosi sumberdaya Pantai Kartini, budaya, dan perikanan sebagai objek wisata unggulan b. Koordinasi antara pihak-pihak terkait dalam pengelolaan kawasan wisata c. Mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan pengawasan untuk menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kawasan Pantai Kartini

79 Saran Saran yang dapat disampaikan oleh penulis agar pengelolaan TRP Kartini lebih baik adalah : 1. Pemerintah Daerah Kabupaten Rembang hendaknya memperhatikan kelestarian Pantai Kartini, khususnya kondisi pantai yang telah tercemar dengan penyediaan sarana pengolahan limbah penduduk, serta melakukan pengawasan terhadap pembuangan limbah hasil industri perikanan 2. Pengelola kawasan wisata sebaiknya memelihara dan meningkatkan kualitas sarana prasarana yang tersedia di TRP Kartini seperti dengan perawatan fasilitas yang dimiliki, maupun pengadaan atraksi-atraksi atau wahana permainan baru agar lebih menarik pengunjung 3. Pemerintah hendaknya mengadakan penyuluhan kepada masyarakat secara rutin mengenai bahaya pencemaran dan pentingnya hidup bersih 4. Perlunya sosialisasi terhadap pelaksanaan program kawasan bahari terpadu antara TRP Kartini dengan PPP Tasik Agung sehingga program dapat berjalan dengan lancar 5. Perlunya adanya penelitian lanjutan mengenai monitoring pengelolaan wisata kawasan TRP Kartini, baik dari aspek fisika, kimia, biologi, maupun sosial ekonomi, dan budaya masyarakat

80 DAFTAR PUSTAKA A Yuni, Nurul Kajian Ekosistem Terumbu Karang untuk Pengembangan Kawasan Ekowisata Bahari di Pulau Hoga,Taman Nasional Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. xii + 94 hlm. BAPPENAS Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan DOKUMEN NASIONAL. BAPPENAS. 150 hlm. [BPS] Badan Pusat Statistik Rembang Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. Rembang [BPS] Badan Pusat Statistik Rembang Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Rembang. Rembang Cooper, C., J. Fletcher, D. Gilbert & S. Wanhill Tourism Principles and Practice. Longman Group. London. 278 hlm. Dahuri, R.J. Rais, S.P. Ginting, dan M.J.Sitepu Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramitha. Jakarta. xxiv hlm. Dahuri, Rokhmin Keanekaragaman Hayati Laut: Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. xxxiii hlm. [Disparbud] Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Rembang Proposal Central Java Infrastructure Business Forum (CJIBF) Taman Rekreasi Pantai Kartini (TRP Kartini). Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Rembang. 26 Halaman.

81 68 [Disparbud] Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Rembang Profil Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Rembang tahun Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Rembang. 31 halaman [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang Engineering Design Pelabuhan Perikanan Pantai Rembang. Detail [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang Hasil Perikanan Kabupaten Rembang. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Rembang. Rembang. Effendi, Hefni Telaah Kualitas Air. Kanisius. Jakarta. Fandeli, C Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata dalam Pengusahaan Ekowisata, Fandel, C. dan Mukhlison (editor). Pusta Pelajar, UGM, Unit Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA). Yogyakarta. hlm Firlieyanti, AS Evaluasi Bakteri Indikator Sanitasi di Sepanjang Rantai Distribusi Es Batu di Bogor. Laporan Akhir Penelitian Program Penelitian Dosen Muda Institut Pertanian Bogor. Bogor. hlm 5-9. Hutabarat, Sahala Pengantar Oseanografi. Universitas Indonesia Press (UI- Press). Jakarta. ix halaman. Islami, N A Pengelolaan Pariwisata Pesisir (Studi Kasus Taman Rekreasi Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah) [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. xi + 84 hlm. Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 1988 Tentang Baku Mutu Air Laut. Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Himpunan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Pengendalian Pencemaran dan atau Perusakan Laut. hlm

82 69 Mukhtasor Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita. Jakarta. Nancy, E Kajian Pengelolaan Kawasan Wisata Yang Berkelanjutan Pada Danau Lido Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rangkuti, Freddy Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 200 halaman. Sanusi, Kimia Laut. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Setda Kabupaten Rembang Daftar Isian Potensi Desa. Setda Kabupaten Rembang. Rembang. Sumampouw dkk Ekosistem Pantai Indonesia. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. 6(1): Yulianda, Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir Berbasis Konservasi. Makalah. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

83 LAMPIRAN

84 Lampiran 1. Alat-alat yang digunakan Termometer ph meter Secchi disk Refrakrometer Alat-alat pengukuran DO GPS Alat-alat pengukuran COD

85 72 Lampiran 2. Sarana dan prasarana di kawasan wisata TRP Kartini dan sekitarnya Pintu gerbang barat Pintu gerbang tengah Pintu gerbang barat laut Pintu gerbang timur Areal parkir Arena bebek air Jangkar Dang Puhawang Kolam renang Perpustakaan Suasana lomba Syawalan Arena bermain anak

86 73 Hotel Masjid Sekolah Dasar (SD) SMP SMU Transportasi umum Transportasi umum (bus)

87 74 Lampiran 3. Kondisi PPP Tasik Agung Muara Sungai Karanggeneng Kantor PPP Tasik Agung Kamla Tasik Agung TPI Tasik Agung Pengisian bahan bakar kapal Jetty Industri perikanan tradisional

88 75 Lampiran 4. Kondisi dan permasalahan di TRP Kartini Kawasan wisata yang tertata kurang rapi (contoh para pedagang yang berjualan di kawasan wisata) Tempat wudhu mushola yang kurang terawat Banyaknya sampah di sekitar pantai Keruhnya air yang terdapat di Pantai Kartini Air yang keruh disertai sampah

89 76 Lampiran 5. Kep-51/MENLH/2004/Tentang Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari No Parameter Satuan Baku Mutu A FISIKA 1 Warna PtCo 30 2 Bau - Alami 3 Kecerahan Meter >6 4 Kekeruhan NTU 5 5 Padatan Tersuspensi Total Mg/L 20 6 Suhu C Alami 7 Sampah - Nihil 8 Lapisan Minyak - Nihil B KIMIA 1 ph - 7-8,5 2 Salinitas Alam 3 DO mg/l >5 4 BOD 5 mg/l 10 5 NH 3 -N (Amoniak Bebas) mg/l Nihil 6 PO 4 -P (Fosfat) mg/l 0,015 7 Nitrat (NO 3 -N) mg/l 0,008 8 Sulfida (H 2 S) mg/l Nihil 9 Senyawa Fenol mg/l Nihil 10 PAH (Poliaromatik Hidrokarbon) mg/l 0, PCB (Poliklor Bifenil) µg/l Nihil 12 Surfaktan (detergen) mg/l 0, Minyak dan Lemak mg/l 1 14 Pestisida µg/l nihil C BIOLOGI 1 Coliform (Faecal) MPN/100 ml 200 Sumber: Menteri Lingkungan Hidup (2004) Keterangan : a. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam, dan musim) b. Pengamatan oleh manusia (visual). Untuk lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer) dengan ketebalan 0,01 mm 1) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic 2) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2 o C dari suhu alami 3) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan ph 4) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai <5% salinitas rata-rata musiman 5) Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman

90 77 Lampiran 6. Kuesioner responden masyarakat Desa Tasik Agung 1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 2. Selang Umur : < 20 tahun tahun tahun tahun >49 tahun 3. Pendidikan : tidak sekolah SD SMP SMU/STM S1 4. Pekerjaan : 5. Pendapatan per Bulan : tidak berpenghasilan < 300 ribu 300 ribu ribu 500 ribu -1 juta 1 juta-2 juta 2 juta - 5 juta > 5 juta 6. Status Dalam Keluarga : Kepala keluarga Istri Anak 7. Pengaruh Kegiatan Wisata terhadap tempat tinggal : Belum ada Ada Tidak Ada Alasan: 8. Keterlibatan Terhadap Kegiatan Wisata : Terlibat Alasan : Tidak Terlibat 9. Pandangan Terhadap Kegiatan Wisata : Kualitas: Tidak tahu Cukup Baik Terlalu elit Kurang Baik Baik Alasan: Harapan: Tidak Ada Menjadi Lapangan Pekerjaan Perhatikan Lingkungan Biaya Lebih Terjangkau Kualitas Lebih Baik

91 78 Lampiran 7. Kuesioner Responden Pengunjung TRP Kartini 1. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 2. Selang Umur : < 20 tahun tahun tahun tahun >49 tahun 3. Pendidikan : tidak sekolah SD S1 SMP SMU/STM lainnya : 4. Pekerjaan : Pelajar Mahasiswa Tak kerja Buruh PNS Swasta Wirausaha 5. Asal : 6. Pendapatan per Bulan : tidak berpenghasilan < 300 ribu 300 ribu 500 ribu 500 ribu -1 juta 1 juta - 2 juta 2 juta 5 juta > 5 juta 7. Pengalaman Berkunjung ke Pantai Kartini : Pernah Belum Pernah Tujuan berkunjung: 8. Frekuensi Berkunjung : Baru Pertama Kali Jarang 1-2 bulan sekali Sering 9. Kegiatan yang dilakukan saat ini di Pantai Kartini: 10. Tingkat Kepuasan : Kurang Puas Cukup puas Puas Sangat Puas Alasan: 11. Pendamping Saat Berkunjung : Sendiri Teman Rombongan Keluarga Keluarga dan Teman 12. Persepsi Terhadap Sarana dan Prasarana Pantai : Tidak Tahu Cukup Kurang Baik Sangat Baik Alasan: Air Bersih: Tidak Tahu Cukup Kurang Baik Harapan: Sangat Baik Toilet : Tidak Tahu Cukup Kurang Baik Sangat Baik Harapan: Tempat Ibadah : Tidak Tahu Cukup Kurang Baik Harapan: Sangat Baik

92 79 Tempat Makan dan Minum : Tidak Tahu Cukup Kurang Baik Sangat Baik Harapan: Tempat Bermain: Tidak Tahu Cukup Kurang Baik Sangat Baik Harapan: Tempat Sampah: Tidak Tahu Cukup Kurang Baik Sangat Baik Harapan: 13. Persepsi Terhadap Sarana dan Prasarana Transportasi Menuju TRP Kartini : Tidak Tahu Cukup Kurang Baik Sangat Baik Alasan: Pelayanan : Tidak Tahu Cukup Kurang Baik Sangat Baik Alasan: 14. Bagaimana kondisi sumber daya pantai sendiri? Tidak Tahu Cukup Kurang Baik Sangat Baik Alasan:

93 80 Lampiran 8. Kuesioner pengelola kawasan wisata TRP Kartini 1. Bagaimana pengelolaan yang dilakukan terhadap Taman Rekreasi Pantai Kartini Rembang, Jawa Tengah selama 5 tahun terakhir? 2. Menurut anda (pihak pengelola) mana yang lebih penting untuk dikembangkan SDA atau Infrastruktur yang ada? 3. Bagaimana upaya pelestarian SDA yang selama ini telah dilakukan? 4. Berapa Rata-rata jumlah pengunjung 5 tahun terakhir pertahunnya? 5. Berapa Rata-rata jumlah pengunjung 5 tahun terakhir perharinya? 6. Bentuk Pemanfaatan SDA yang telah dilakukan? 7. Bentuk pengelolaan terhadap fasilitas yang ada selama ini? 8. Apakah masyarakat sekitar direkrut menjadi pekerja di TRP Kartini?

94 81 Lampiran 9. Hasil wawancara dengan responden masyarakat Desa Tasik Agung No Nama Jenis kelamin Usia Pendidikan Mata pencaharian Tingkat pendapatan Pengaruh kegiatan wisata Kondisi TRP Kartini 1 Anas L 54 SD Nelayan 1-2 juta Tidak ada kurang baik 2 Joko Irawan L 39 SMU Nelayan 1-2 juta Ada kurang baik 3 Ramelan L 56 SD Nelayan 1-2 juta Ada kurang baik 4 Rokhini L 54 SMU Pegawai PMI ribu Ada cukup baik 5 Suparmi P 56 SMP Ibu rumah tangga tidak berpenghasilan Tidak ada kurang baik 6 Jumillah P 41 SMP Pedagang ribu Tidak ada cukup baik 7 Supriyanto L 50 SMU Nelayan ribu Tidak ada kurang baik 8 Listiani P 32 SMU Pedagang ribu Ada kurang baik 9 Sugiyono L 58 SD Nelayan 1-2 juta Ada kurang baik 10 Sumiatun P 55 SD Ibu rumah tangga tidak berpenghasilan Tidak ada baik 11 Munir L 50 SD Nelayan 500 ribu - 1 juta Tidak ada kurang baik 12 Badrio L 40 SMA Supir 500 ribu - 1 juta Tidak ada kurang baik 13 Is L 30 SD Nelayan 2 juta - 5 juta Tidak ada kurang baik 14 Nur said L 28 SD Nelayan 1 juta - 2 juta Tidak ada kurang baik 15 Hariyanto L 49 SD Nelayan 2 juta - 5 juta Tidak ada kurang baik 16 Jarison L 41 SD Nelayan 2 juta - 5 juta Tidak ada kurang baik 17 Karlip L 65 SD Nelayan 2 juta - 5 juta Tidak ada cukup baik 18 Maksum L 25 SMP Nelayan 1 juta - 2 juta Tidak ada cukup baik 19 Sugito L 55 SD Nelayan 1 juta - 2 juta Ada kurang baik 20 Ratmini P 35 SMP Ibu rumah tangga tidak berpenghasilan Tidak ada kurang baik 21 Mukandar L 45 SD Nelayan 1 juta - 2 juta Tidak ada cukup baik 22 Saiful L 21 SD Nelayan 1 juta - 2 juta Tidak ada kurang baik 23 Daiman L 53 SMP Supir 500 ribu - 1 juta Tidak ada cukup baik 24 Wawan L 23 SMP Pedagang 500 ribu - 1 juta Ada kurang baik 25 Eko L 41 SMU Supir 500 ribu - 1 juta Tidak ada kurang baik 26 Siti sarviatun P 31 SMU Pedagang 1 juta - 2 juta Ada cukup baik 27 Eriana suesti P 52 SMU PNS 1 juta - 2 juta Ada kurang baik 28 Suwardini P 52 D2/Guru PNS 2 juta - 5 juta Ada cukup baik 29 Supini P 50 SMP Ibu rumah tangga tidak berpenghasilan Tidak ada baik 30 Tujo L 46 SD Nelayan 1 juta - 2 juta Tidak ada cukup baik

95 82 Lampiran 10. Hasil wawancara dengan responden pengunjung TRP Kartini No Nama Jenis kelamin Usia Asal pengunjung Tingkat pendidikan Pekerjaan Tingkat pendapatan 1 Pipit P 20 Pamotan S1 mahasiswa tidak berpenghasilan 2 Sri Rahayu P 42 Rembang S1 PNS 2-5 juta 3 Eko L 20 Rembang S1 mahasiswa tidak berpenghasilan 4 Dewi P 21 Rembang S1 mahasiswa tidak berpenghasilan 5 Ulum L 29 Pamotan S1 swasta 2-5 juta 6 Anna P 23 Lasem SMU guru ribu 7 M Asat L 25 Pamotan SMU swasta ribu 8 Iis P 29 Pamotan SMU Ibu rumah tangga tidak berpenghasilan 9 Aum P 16 Rembang SMU pelajar tidak berpenghasilan 10 indah p 15 Rembang SMU pelajar tidak berpenghasilan 11 Sri Wijati P 42 Rembang S1 Ibu rumah tangga tidak berpenghasilan 12 Sukandar L 62 Pati SPG PNS 1-2 juta 13 Windi P 13 Rembang SMP pelajar tidak berpenghasilan 14 Junto L 24 Rembang SMU swasta < 300 ribu 15 Marlina P 23 Blora SMP swasta ribu 16 Reni P 23 Jepara S1 swasta 1-2 juta 17 Indah P 21 Rembang S1 mahasiswa tidak berpenghasilan 18 Fery L 18 Rembang SMU pelajar tidak berpenghasilan 19 Edy L 22 Tuban SMU swasta ribu 20 Fatanyha L 27 Pati SMU swasta 2-5 juta 21 Tari P 23 Rembang SMU tidak bekerja tidak berpenghasilan 22 anhar L 21 pekalongan SMU pelajar tidak berpenghasilan 23 Mulyono L 33 Rembang D3 PNS 1-2 juta 24 sofyan L 23 Bulu SMU swasta 500 ribu - 1 juta 25 Didi L 32 Rembang S1 PNS 1-2 juta 26 imah P 20 pekalongan SMA mahasiswa tidak berpenghasilan 27 umplus P 30 Pati S1 PNS < 300 ribu 28 Nura P 25 Lasem S1 PNS 1-2 juta 29 Awang L 26 Pamotan S1 swasta 2-5 juta 30 Haqi L 27 Pamotan D3 swasta 1-2 juta Persepsi responden pengunjung terhadap TRP Kartini Keterangan Air bersih Toilet Tempat ibadah Tempat makan Tempat bermain Tempat sampah Transportasi Pelayanan % % % % % % % % Sangat baik Baik Cukup baik Kurang baik Tidak tahu

96 83 Lampiran 11. Perhitungan IKW kategori rekreasi pantai No Parameter Bobot TRP Kartini (Stasiun 2) Hasil Skor Ni 1 Kedalaman perairan 5 1 m Tipe pantai 5 Lumpur, berbatu, landai Lebar pantai 5 >15 m Material dasar perairan 4 Pasir berlumpur Kecepatan arus m/dtk Kemiringan pantai Kecerahan perairan 3 0,29 m Penutupan lahan pantai 3 Kelapa, lahan terbuka Biota berbahaya 3 tidak ada Ketersediaan air tawar 3 0,5-1 km 3 9 Total 120 Indeks Kesesuaian wisata 76 Tingkat Kesesuaian S2 Nilai maksimum = 156 S1 = Sangat sesuai, dengan nilai % S2 = Cukup sesuai, dengan nilai 60 - <80 % S3 = Sesuai bersyarat, dengan nilai 35 - <60 % N = Tidak sesuai, dengan nilai < 35 %

97 84 Lampiran 12. Perhitungan Daya Dukung Kawasan (DDK) DDK = Daya Dukung Kawasan (orang) K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang per m 2 ) Lp = Luas area atas panjang area yang dapat dimanfaatkan (m 2 ) Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m 2 ) Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam) Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam) Daya dukung kawasan wisata TRP Kartini untuk rekreasi pantai Daya dukung kawasan wisata TRP Kartini untuk berenang

98 Sumber: Disparbud Kab Rembang, dimodifikasi oleh Rakhmawaty (2009) 85

KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK PENGELOLAAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK PENGELOLAAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA PANTAI UNTUK PENGELOLAAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH MERTINA RAKHMAWATY SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi dan Karakteristik Wilayah Pesisir Wilayah pesisir merupakan zona penting karena pada dasarnya tersusun dari berbagai macam ekosistem seperti mangrove, terumbu karang,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 13 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Santolo, Kabupaten Garut. Pantai Santolo yang menjadi objek penelitian secara administratif berada di dua

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai Kawasan pesisir

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai Kawasan pesisir 5 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kawasan Pesisir dan Pantai 2.1.1. Kawasan pesisir Menurut Dahuri (2003b), definisi kawasan pesisir yang biasa digunakan di Indonesia adalah suatu wilayah peralihan antara daratan

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 14 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Lampuuk Kabupaten Aceh Besar, Provinsi NAD. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 5,2º-5,8º

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian METODOLOGI. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari tahapan, yakni dilaksanakan pada bulan Agustus 0 untuk survey data awal dan pada bulan FebruariMaret 0 pengambilan data lapangan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Pesisir dan Pantai

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Pesisir dan Pantai 7 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Pesisir dan Pantai Dahuri et al. (2004) mendefinisikan kawasan pesisir sebagai suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Apabila ditinjau dari garis pantai (shore

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 3 bulan terhitung sejak bulan eptember sampai Desember 2013. Penelitian ini bertempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah memilikikontribusi ekonomi yang cukup penting bagi kegiatan pembangunan. Olehkarenanya, sektor ini

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR ALTERNATIF PEMANFAATAN DANAU BAGI PENGEMBANGAN WISATA MELALUI KONSEP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA PERAIRAN DAN PERIKANAN DI DANAU SINGKARAK, SUMATERA BARAT FITRI EMELIA SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara ekologis terpisah dari pulau induk (mainland island), memiliki batas fisik

TINJAUAN PUSTAKA. Secara ekologis terpisah dari pulau induk (mainland island), memiliki batas fisik 6 TINJAUAN PUSTAKA Pulau-Pulau Kecil Pulau kecil mempunyai luas area kurang dari atau sama dengan 10.000 km 2, dengan jumlah penduduk kurang dari atau sama dengan 200.000 orang. Secara ekologis terpisah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Menurut Suprihayono (2007) wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan laut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Wisata Pasirmukti yang terletak pada Jalan Raya Tajur Pasirmukti Km. 4, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI

STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI STUDI KESESUAIAN PANTAI LAGUNA DESA MERPAS KECAMATAN NASAL KABUPATEN KAUR SEBAGAI DAERAH PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KONSERVASI Oleh Gesten Hazeri 1, Dede Hartono 1* dan Indra Cahyadinata 2 1 Program Studi

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian. Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian a. Sejarah dan Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Botutonuo berawal dari nama satu dusun yang berasal dari desa induk Molotabu. Dinamakan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 17 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai

TINJAUAN PUSTAKA. A. Mangrove. kemudian menjadi pelindung daratan dan gelombang laut yang besar. Sungai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mangrove Mangrove adalah tanaman pepohonan atau komunitas tanaman yang hidup di antara laut dan daratan yang dipengaruhi oleh pasang surut. Habitat mangrove seringkali ditemukan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 61 LAMPIRAN 62 Lampiran 1. Kuisioner untuk Pengunjung Pantai Paris Tigaras PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA No. Waktu Hari/Tangga A. Data Pribadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati

Lebih terperinci

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara 1 Kesesuaian Wisata Pantai Berpasir Pulau Saronde Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara Masita Hair Kamah 1), Femy M. Sahami 2), Sri Nuryatin Hamzah 3) Email : nishabandel@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi wilayah pesisir menurut Soegiarto (1976) yang diacu oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi wilayah pesisir menurut Soegiarto (1976) yang diacu oleh TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Pesisir dan Pantai Defenisi wilayah pesisir menurut Soegiarto (1976) yang diacu oleh Dahuri, dkk. (2004) adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pesisir

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango

Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 2, September 2013 Kesesuaian Lahan dan Daya Dukung Kawasan Wisata Pantai Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango 1,2 Deysandi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011) BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang dilaksanakan di Taman Burung, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) (Gambar 3). Lokasi Taman Burung TMII ini berada di Kompleks TMII, Jalan Pondok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wilayah pesisir dan pengembangan pariwisata pesisir 2.1.1 Wilayah pesisir Pada umumnya wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Berdasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia

Lebih terperinci

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI BRANTAS (SUNGAI PORONG DAN WONOKROMO), JAWA TIMUR FAJLUR ADI RAHMAN SKRIPSI

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI BRANTAS (SUNGAI PORONG DAN WONOKROMO), JAWA TIMUR FAJLUR ADI RAHMAN SKRIPSI STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTOS DI PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI BRANTAS (SUNGAI PORONG DAN WONOKROMO), JAWA TIMUR FAJLUR ADI RAHMAN SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di sepanjang jalur ekowisata hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, pada bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di kawasan pesisir Nuhuroa yaitu kawasan pesisir Kecamatan Kei Kecil dan Kecamatan Dullah Utara (Tabel 1). Tabel 1 Lokasi Penelitian di

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 4.1. Potensi Sumberdaya Lahan Pesisir Potensi sumberdaya lahan pesisir di Kepulauan Padaido dibedakan atas 3 tipe. Pertama adalah lahan daratan (pulau). Pada pulau-pulau berpenduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekitar 78 % wilayah Indonesia merupakan perairan sehingga laut dan wilayah pesisir merupakan lingkungan fisik yang mendominasi. Di kawasan pesisir terdapat

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITAN

3. METODOLOGI PENELITAN 3. METODOLOGI PENELITAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pantai Sanur Desa Sanur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali (Lampiran 1). Cakupan objek penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab III. III. III. IV. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Pengumpulan Data

3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Pengumpulan Data METODE PENELITIAN 1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Kedaung, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten Peta lokasi penelitian beserta lokasi pengambilan air sampel

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR PETA... xiii INTISARI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya merupakan perairan dan terletak di daerah beriklim tropis. Laut tropis memiliki

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURNAL MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013 ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN USAHA MINA PEDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA DI KECAMATAN KEI KECIL KABUPATEN MALUKU TENGGARA KONSENTRASI

Lebih terperinci

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan

TINJAUAN PUSTAKA. Danau. merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan 5 TINJAUAN PUSTAKA Danau Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem perairan air tawar, dan berfungsi sebagai penampung dan menyimpan air yang berasal dari air sungai, mata air maupun air hujan. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dibandingkan daratan, oleh karena itu Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia kaya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas garis pantai yang panjang + 81.000 km (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2007), ada beberapa yang

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL

ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL ANALISIS KESESUAIAN WISATA PANTAI DI PANTAI KRAKAL KABUPATEN GUNUNGKIDUL Fadhil Febyanto *), Ibnu Pratikto, Koesoemadji Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL adalah suatu telaah secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan atau diusulkan yang kemungkinan menimbulkan dampak lingkungan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

Prosedur Pelaksanaan ANDAL

Prosedur Pelaksanaan ANDAL Prosedur Pelaksanaan ANDAL Canter (1977) membagi langkah-langkah dalam melakukan pelaksanaan ANDAL; o Dasar (Basic) o Rona Lingkungan (Description of Environmental Setting) o Pendugaan Dampak (Impact assesment)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 54 LAMPIRAN 55 Lampiran 1. Kuisioner penelitian untuk wisatawan daerah tujuan wisata Ajibata Kabupaten Toba Samosir Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No. : Waktu : Hari/Tanggal

Lebih terperinci

Gambar 2 Tahapan Studi

Gambar 2 Tahapan Studi 13 III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Studi dilakukan di Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Gambar 1). Pelaksanaan studi dimulai dari bulan Maret 2010 sampai

Lebih terperinci

HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR

HALAMAN PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI vi HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... ii KATA PENGANTAR... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR PETA... xi INTISARI... xii

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling METODE Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS Wildan Rayadi 1 1 PT. Semen Jawa (Siam Cement Group) Jl. Pelabuhan 2 Km 11 Desa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pantai Tanjung Bara Sangatta, Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimanan Timur selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan Januari

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL

IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PEMETAAN SUMBERDAYA PULAU-PULAU KECIL Nam dapibus, nisi sit amet pharetra consequat, enim leo tincidunt nisi, eget sagittis mi tortor quis ipsum. PENYUSUNAN BASELINE PULAU-PULAU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 29

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian... 29 DAFTAR ISI Halaman Pengesahan... Halaman Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... Intisari... Abstract... i ii iii v viii x xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI LOSARI DI KOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN NURHIDAYAH

ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI LOSARI DI KOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN NURHIDAYAH ANALISIS STRATEGI BISNIS PENGELOLAAN OBYEK WISATA PANTAI LOSARI DI KOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN NURHIDAYAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI IV.1 Gambaran Umum Kepulauan Seribu terletak di sebelah utara Jakarta dan secara administrasi Pulau Pramuka termasuk ke dalam Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung

Lebih terperinci

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership) Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan Deskripsi

Lebih terperinci

STUDI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN UNTUK REKREASI PANTAI DI PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU

STUDI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN UNTUK REKREASI PANTAI DI PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU STUDI KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN UNTUK REKREASI PANTAI DI PANTAI PANJANG KOTA BENGKULU Himavan Prathista Nugraha *), Agus Indarjo, Muhammad Helmi Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI LESTARI INDAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SUMATERA UTARA

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI LESTARI INDAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SUMATERA UTARA KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI LESTARI INDAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SUMATERA UTARA (Study Potential for Ecotourism in Lestari Indah beach, Serdang Bedagairegency, North Sumatra province )

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan

TINJAUAN PUSTAKA. meskipun ada beberapa badan air yang airnya asin. Dalam ilmu perairan TINJAUAN PUSTAKA Danau Perairan pedalaman (inland water) diistilahkan untuk semua badan air (water body) yang ada di daratan. Air pada perairan pedalaman umumnya tawar meskipun ada beberapa badan air yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar peranannya dalam Pembangunan Nasional, kurang lebih 70% dari luas daratan berupa hutan. Hutan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi geografis yang dimiliki Indonesia berpengaruh terhadap pembangunan bangsa dan negara. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2011 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 RUANG LINGKUP PENELITIAN 3.1.1 Ruang Lingkup Substansi Penelitian ini menitikberatkan untuk menghitung Indeks Kesesuaian Kawasan Wisata dengan memperhatikan daya dukung kawasan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pengembangan Pariwisata Sekitar Pantai Siung Berdasarkan Analisis SWOT Strategi pengembangan pariwisata sekitar Pantai Siung diarahkan pada analisis SWOT.

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT

DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT DAMPAK KEGIATAN PERTAMBANGAN BATUBARA PT. TAMBANG BATUBARA BUKIT ASAM (PT.BA) (PERSERO) TBK - UNIT PRODUKSI OMBILIN (UPO) DAN TAMBANG BATUBARA TANPA IZIN (PETI) TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI OMBILIN SAWAHLUNTO

Lebih terperinci

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN HABITAT KERANG MUTIARA (STADIA SPAT ) DI PULAU LOMBOK, NUSA TENGGARA BARAT Oleh : H. M. Eric Harramain Y C64102053 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan 29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perencanaan Lanskap. berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perencanaan Lanskap Lanskap dapat diartikan sebagai bentang alam (Laurie, 1975). Lanskap berasal dari kata land dan scape yang artinya pada suatu lanskap terdapat hubungan totalitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai merupakan suatu wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai merupakan suatu wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut TINJAUAN PUSTAKA Pantai Pantai merupakan suatu wilayah yang dimulai dari titik terendah air laut pada waktu surut hingga arah ke daratan sampai batas paling jauh gelombang atau ombak menjulur ke daratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropika yang terdiri dari 17.504 buah pulau (28 pulau besar dan 17.476 pulau kecil) dengan panjang garis pantai sekitar

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terumbu karang merupakan salah satu komponen utama sumberdaya pesisir dan laut, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang adalah struktur di dasar laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara ( km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara ( km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan garis pantai terluas di Asia Tenggara (81.000 km). Di sepanjang pantai tersebut ditumbuhi oleh berbagai vegetasi pantai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci