BAB III TINJAUAN UMUM TOKOH NU DI KABUPATEN BREBES TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN BERBASIS RELASI GENDER. A. Sekilas Tentang NU di Kabupaten Brebes

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III TINJAUAN UMUM TOKOH NU DI KABUPATEN BREBES TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN BERBASIS RELASI GENDER. A. Sekilas Tentang NU di Kabupaten Brebes"

Transkripsi

1 BAB III TINJAUAN UMUM TOKOH NU DI KABUPATEN BREBES TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN BERBASIS RELASI GENDER A. Sekilas Tentang NU di Kabupaten Brebes 1. Hubungan para Kyai NU dengan warga NU di Kabupaten Brebes Nahdlatul Ulama dikenal secara luas di pentas nasional sebagai salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar di kalangan umat islam di Indonesia. 1 Banyak tokoh / kyai NU yang ikut dalam organisasi NU dan memiliki kartu identitas organisasi NU, tetapi ada juga kyai yang tidak ikut dalam organisasi NU dan tidak memiliki kartu identitas organisasi NU. Contohnya saja di Kabupaten Brebes, ada kyai yang tidak ikut dalam organisasi NU dan tidak memiliki kartu identitas organisasi NU tetapi berpengaruh keagamaannya NU. Menurut Ketua PC NU Kabupaten Brebes H Athoillah. Di Kabupaten Brebes warga NU banyak. Ukuran banyak tidak ada batasannya selain tidak terdata secara pasti, keanggotaan NU tidak pernah dicabut walaupun orang tersebut sudah meninggal dunia. Meskipun sudah meninggal dunia, orang tersebut tetap menjadi orang NU. Sebab kalau keluar dari NU maka tidak mendapat hadiah surat al-fatekhah dan tahlil. 1 Rozikn Daman, Membidik NU Dilema Percaturan Politik NU Pasca Khittan, (Yogyakarta: Gama Media, 2001), h

2 Dalam catatan H Athoillah, umat islam di Kabupaten Brebes 99,7%, orang NU 60%, sedang Muhammadiyah 10%, sementara yang 30% mengikuti baenahuma (kedua-duanya). Orang ini, biasanya rajin berangkat tahlil, tetapi tidak pernah berangkat shalat jum at. Sebab faktanya membuktikan, dari jumlah penduduk 1,8 juta dan ketersediaan masjid di Kabupaten Brebes ada 1.064, maka seharusnya ada 900 jamaah shalat jum at ditiap masjid. Tetapi yang terjadi, setiap shalat jum at jamaahnya hanya berkisar 200 sampai 300 orang saja. Yang tidak berangkat itu tadi masuk kelompok baenahuma. 2 Organisasi NU di Kabupaten Brebes mempunyai badan otonom NU yaitu meliputi Fatayat NU yang berisi pemudi-pemudi. Mulimat NU yang berisi ibu-ibu yang sudah menikah. G P Ansor yaitu gerakan pemuda yang berisi pemuda-pemuda NU. IPNU yaitu ikatan pelajar NU dan IPPNU ikatan pelajar putri NU. PMII yaitu persatuan mahasiswa islam indonesia. Di Kabupaten Brebes, ada kegiatan tahlilan yang selalu dilakukan oleh warga NU apabila ada warga NU yang meninggal dunia. Ada juga kegiatan yang dilakukan oleh badan otonom NU yaitu seperti Da wah dan berzanzi di majlis ta lim. Kegiatan sosial ke masyarakatan seperti menyantuni fakir miskin, anak-anak yatim piatu. Pendidikan seperti RA Ma arif NU, MI Ma arif NU, MTS Ma,arif NU, MA Ma,arif NU. Les Bumi 2 Atoillah, Ketua PC NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 16 Agustus 53

3 yaitu lembaga kesenian muslim indonesia seperti Qasidahan dan rebana. Pertanu yaitu persatuan tani NU dan Polindes yaitu poliklinik desa. 3 Kiai dan ulama adalah predikat yang sebenarnya memiliki konotasi yang berbeda. Yang pertama merupakan predikat atau gelar yang diberikan oleh sekelompok komunitas Muslim kepada seseorang yang, secara sosial kemasyarakatan dan kultural, patut dan pantas dihormati. Sedang yang kedua adalah predikat atau gelar yang diberikan oleh komunitas Muslim kepada seseorang karena ia dikenal sebagai seorang alim (berilmu). Yakni, ia memiliki bobot kualitas pengetahuan keagamaan yang luas dan mendalam. 4 Hubungannya baik antara tokoh NU dengan warga NU, apabila ada warganya yang mempunyai masalah keagamaan biasanya warga NU datang ke tokoh NU setempat untuk menyelesaikan masalah keagamaan. Contohnya saja apabila ada warga NU yang tidak bisa menyelesaikan masalah pembagian waris biasanya warga NU datang ke tokoh NU setempat untuk menyelesaikan masalah pembagian waris tetapi ada juga warga diluar NU yang meminta tokoh NU menyelesaikan masalah pembagian waris karena kalau tokoh NU dalam menyelesaikan masalah keagamaan dengan memakai pedoman Al-Qur an, hadits dan kitab-kitab. 5 Para kyai dan tokoh NU berinteraksi langsung dan terlibat total dengan lingkungan kehidupan 3 Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 18 Oktober 4 Rozikin Daman, Membidik NU Dilema Percaturan Politik Nu Pasca Khittan... h Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 18 Oktober 54

4 masyarakat mereka. Demikianlah, sejak lahirnya NU telah dimitoskan bahwa para ulama dan kyai telah menjadi lambang supremasi keutuhan dan integritas NU. Dengan demikian para kyai dan tokoh menjadi simbol tali penghubung dan perekat silaturahmi kaum nahdliyyin Otoritas para tokoh NU di Kabupaten Brebes Di dalam organisasi NU, kiai dari dulu memainkan peran utama sebagai anggota syuriyah, satu-satunya majelis yang mempunyai hak untuk menjawab masail diniyah ( masalah-masalah keagamaan ). Pemuda NU tetap menaruh kepercayaan yang tidak tergoyahkan kepada ulamanya. Para aktivis muda paling menyukai ulama intelektual progresif yang mempunyai bukan saja pengetahuan agama tetapi juga pengetahuan umum yang membuat mereka mampu menjawab masalah sosial yang lebih rumit. Namun, otoritas ulama besar dikepengurusan NU bisa dikatakan terbatas dalam arti setiap kiai tetap merupakan penentu segalanya. Untuk memecahkan suatu masail diniyah, ulama biasanya tidak memberikan satu jawaban yang pasti, tetapi memberikan beberapa alternatif yang dapat di tolerir menurut fiqih. 7 NU pada dasarnya merupakan organisasi masyarakat keagamaan ( islam ) yang sejak lahir berdirinya tetap menjaga kemandiriannya. Kemandirian yang dimaksud adalah berkaitan dengan penentu 6 Rozikin Daman, Membidik NU Dilema Percaturan Politik NU Pasca Khittan... h.16 7 Andree Feillard, NU Vis-a-Vis Negara, (Yogyakarta: LkiS, 1995), h

5 kepemimpinan dan pengelolaan organisasi. Kepemimpinan dalam organisasi NU ditentukan oleh tokoh-tokoh NU di bawah otoritas kuat kyai dan / berdasarkan kesepakatan kyai-kyai / ulama-ulama NU. Dan orang-orang NU sendiri yang antara lain direpresentasikan oleh para kyai dan pengurus NU, memiliki kebebasan untuk mengekspresikan pendapat/gagasan mereka sesuai dengan prinsip-prinsip mazhab yang dianut, tanpa perlu merasa tertekan oleh kekuatan-kekuatan eksternal. Posisi NU, dalam konteks ini adalah sebagai organisasi yang independen kendati tetap mengindahkan eksistensi pemerintah dan kekuatan-kekuatan lainnya baik oraganisasi islam dengan mazhab yang berbeda maupun dengan kelompok-kelompok yang ada di masyarakat. 8 Otoritas para tokoh NU di Kabupaten Brebes menggunakan otoritas yang persuasif artinya melibatkan kekuasaan yang bersifat normatif, ia merupakan kemampuan untuk mengarahkan keyakinan / perilaku seseorang atas dasar kepercayaan dan tidak memaksa. Diantara kyai / tokoh agama islam yang ada di wilayah Kabupaten Brebes yang begitu banyak, penulis hanya mengambil beberapa kyai/tokoh agama islam yang mewakili tokoh-tokoh di Kabupaten Brebes dari kalangan NU. Hal ini didasarkan atas jumlah jama ah / pengikut terhadap ormas keagamaan islam tersebut yang terbesar / mayoritas diikuti oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten Brebes. Beberapa tokoh agama islam ( 8 Di unduh pada tgl 24 september U&source=bl&ots=BT-13-ky08&519=jy 56

6 Kyai/Nyai ) dari organisasi keagamaan Nahdlatul Ulama (NU) coba penulis mintai pendapatnya tentang ketentuan pembagian waris 2 : 1 untuk laki-laki dan perempuan dan tentang corak patrilinial dalam implementasinya terkait hukum kewarisan mazhab syafi i. Pengertian tokoh NU yang penulis maksud adalah tokoh Kyai atau Nyai NU yang bukan hanya menduduki di organisasi NU saja tetapi juga yang berpengaruh keagamaannya NU. B. Pendapat-pendapat tokoh NU di Kabupaten Brebes Tentang Pembagian Waris 2 : 1 1. Pemahaman fiqih mawaris menurut tokoh NU di Kabupaten Brebes Fiqih mawaris atau pembagian harta warisan merupakan salah satu cabang ilmu islam yang cukup kompleks. Hal ini mengingat betapa sensitifnya ilmu ini. Karena kekacauan pembagian harta waris sering terjadi perselisihan antar keluarga. Untuk itulah islam mengatur urusan ini secara mendetail. Dalam al-qur an dasar-dasar ilmu ini dijelaskan secara gamblang dan spesifik, tidak seperti kebanyakan ayat al-qur an lainnya yang berbicara secara general. Hikmah dibalik itu semua adalah adanya penekanan akan pentingnya ilmu ini. Menurut bapak Kusnan Sumardi tokoh NU di Kabupaten Brebes fiqih mawaris merupakan ketentuan Allah dan termasuk ajaran Islam jadi 57

7 harus kita lakukan. 9 Belajar ilmu mawaris hukumnya fardhu kifayah artinya kalau sebagian mempelajari dan yang lain tidak belajar mawaris menjadi tidak berdosa. Tetapi dalam islam diajarkan untuk semua umat Islam belajar mawaris karena sedikit banyak orang hidup pasti punya harta sehingga kalau meninggal dunia ada harta peninggalan ada ahli waris yang mendapat harta peninggalan tidak perlu mengundang tokoh masyarakat / ustad cukup anak-anaknya saja / keluarganya saja. 10 Fiqih Mawaris merupakan ilmu untuk mengetahui orang-orang yang berhak menerima warisan, orang-orang yang tidak berhak menerimanya bagian masing-masing ahli waris dan cara pembagiannya. 11 Fiqih Mawaris juga merupakan peninggalan harta benda si mayit kepada ahli waris untuk dibagikan kepada ahli waris tersebut setelah diambil hutang-hutangnya sesuai aturan yang berlaku. 12 Dalam keluarga posisi anak laki-laki dan perempuan itu sama, baik dalam mendidiknya dalam memberikan kesempatan berkreasi. Sama itu tidak harus sama sebangun, sama sesuai dengan kodrat fitrah dan kebutuhan laki-laki dan perempuan, tetapi dalam fiqih mawaris laki-laki 9 Akhmad Kusnan Sumardi, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 4 Agustus 10 Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 11 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 12 Akhmad Imron, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 58

8 dan perempuan di bedakan. Laki-laki mendapatkan lebih banyak bagiannya di bandingkan perempuan Pendapat tokoh NU di Kabupaten Brebes tentang ketentuan waris 2 : 1 Syariat islam menetapkan aturan waris dengan bentuk yang sangat teratur dan adil. Di dalamnya ditetapkan hak kepemilikan harta bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan dengan cara yang legal. Syariat islam juga menetapkan hak pemindahan kepemilikan seseorang sesudah meninggal dunia kepada ahli warisnya, dari seluruh kerabat dan nasabnya tanpa membedakan laki-laki dan perempuan, besar atau kecil. 14 Dalam Q.S An-Nissa ayat 11 dalam ayat 11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan. Tetapi realitasnya pada zaman sekarang masih banyak masyarakat yang tidak menggunakan ketentuan waris tersebut, karena menganggap ketentuan waris tersebut tidak adil karena laki-laki mendapat 2 bagian sedangkan perempuan mendapat 1 bagian. 13 Aqilah Munawaroh, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 13 Agustus 14 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta: Gema Insani, 1995), h

9 Mayoritas kyai NU di Kabupaten brebes mengatakan bahwa kewarisan 2 : 1 itu adil. Karena sebenarnya ketentuan waris 2 : 1 sudah sesuai firman Allah, Allah yang lebih tau dan kewarisan 2 : 1 hukum qat i yang terdapat dalam Al-Qur an. 15 Kita sebagai orang muslim harus mengikuti karena Allah maha adil dan yang membuat hukum. Maksud dari adil adalah meletakan sesuatu pada tempatnya. adil apabila ahli waris konsisten dengan penerima kadar yang besar dan yang kecil. 16 Kita sebagai makhluk tidak mengetahui keadilan hakiki. Dari sisi tanggung jawab, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur an maupun Al- Hadits, laki-laki dibebani tanggung jawab membayar mahar, memberi nafkah, menyediakan sandang dan tempat tinggal untuk anak, istrinya, bahkan jika ada diantara saudaranya yang kesulitan maka kewajiban saudara laki-lakinya. 17 Aktualisasi al-qur an itu kalau qat i dilalahnya al- Qur an itu tidak bisa dirubah tetap 2 : 1 mistlu khadil unsayain. Adil itu ada yang dari konstitutif, ada adil menurut agama dan ada adil menurut pemikiran manusia. Kalau berfikir adil kalau sesuai agama itu adil. 18 Bukan hanya kyai NU di Kabupaten brebes saja yang mengatakan bahwa kewarisan 2 : 1 itu adil, tetapi juga Drs Aqilah Munawarah Nyai NU di Kabupaten Brebes. Dari sosial kultural perempuan, meskipun beliau 15 Akhmad Kusnan Sumardi, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 4 Agustus 16 Taufiqin, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 12 Agustus 17 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 18 Suwoto, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 16 Agustus 60

10 perempuan mengatakan adil karena perempuan dapat 1 bagiannya kalau menikah dengan laki-laki akan mendapatkan 2 bagian, juga sebaliknya kalau laki-laki menikah dengan perempuan juga akan mendapatkan 1 bagian. 19 Jadi sama sebetulnya kalau ketentuan itu dilakukan oleh semua orang yang mengaku islam. 20 Dalam keluarga juga kadang terjadi ketidak adilan dalam pembagian waris yaitu menyangkut masalah perawatan orang tua dengan pembagian waris. Biasanya dalam keluarga anak perempuan lebih sering mengurusi orang tuanya dari pada anak laki-laki tetapi dalam hal pembagian warispun anak perempuan bagiannya lebih sedikit dari pada anak laki-laki, yaitu laki-laki 2 bagian perempuan 1 bagian. Menurut Drs Fajaruddin Effendy tokoh NU di Kabupaten Brebes, dalam merawat orang tua itu termasuk tanda kasih sayang tentu dilakukan dengan ikhlas tidak mengharapkan imbalan. Sedangkan kewarisan secara keimanan kita harus yakini aturan firman Allah itu adil, karena kita sebagai makhluk tidak mengetahui keadilan yang hakiki. 21 Hukum itu tidak berpengaruh dengan keadaan disekitarnya, hukum islam datangnya dari wahyu jadi kalau ketentuannya seperti dalam al-qur an kita harus jalani Aqilah Munawaroh, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 13 Agustus 20 Alfiyah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 21 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 22 Suwoto, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes,16 Agustus 61

11 Dalam urusan mengurus orang tua itu juga biruwalidain berbuat baik kepada orang tua perintahnya untuk anak laki-laki dan anak perempuan memang terkadang tergantung pribadinya, jangankan anak laki-laki anak perempuan itu kadang-kadang ada yang tidak mau tetapi dalam hal waris tetap sesuai dengan al-qur an 2 : Kadang juga dalam sebuah keluarga ada ekonomi anak laki-laki yang lebih tinggi dari pada ekonomi anak perempuan, sedangkan dalam pembagian waris islam tetaplah anak laki-laki mendapatkan 2 bagian sedangkan anak perempuan mendapatkan 1 bagian. Dari pernyataan diatas menunjukan ketentuan waris 2 : 1 dinilai kurang adil dalam situasi yang seperti itu. Menurut Drs Fajaruddin Effendy tokoh NU di Kabupaten Brebes, hukum tidak mengatur persial tetapi global. Bagi laki-laki yang mendapat lebih besar tersebut boleh melepas haknya diberikan kepada saudara perempuannya sehingga pembagiannya sama besar atau bahkan diserahkan semua kepada saudara perempuan yang kesulitan tersebut. Hal ini sering terjadi di masyarakat. 24 Dan struktur itu tergantung pada hubungan antar anak pada keluarga. Jadi keadilan tidak bisa dinilai dengan mutlak 23 Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 24 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 62

12 keadilan manusia, sebenarnya masih ada hati seorang laki-laki dan lakilaki mempunyai tanggung jawab kepada perempuan. 25 Di lihat dari realitas yang ada, masih ada masyarakat yang membagi warisnya dengan jalan musyawarah keluarga dengan membaginya sama rata karena menganggap ketentuan waris 2 : 1 dinilai kurang adil. Menurut Akhmad Kusnan Sumardi S.H kyai NU di Kabupaten Brebes, pembagian waris dengan musyawarah terdapat dalam KHI pasal 183 yaitu para ahli waris dapat berkesepakat melakukan perdamaian dalam pembagian harta warisan setelah masing-masing menyadari bagiannya. 26 Maksudnya apabila membagi warisnya dengan cara kesepakatan boleh tetapi harus dengan membaginya dulu sesuai ketentuan waris islam lalu disepakati bersama dan ahli waris saling ikhlas, tetapi kalau belum dibagi lalu meminta bagiannya tidak boleh. 27 Musyawarah dalam agama itu ada. Al musrimuna ala surutihim ila akharama ramam wa akhala roma khalalan. Bebas mengadakan musyawarah bentuknya silahkan tetapi tidak boleh menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. 28 Namun Nyai NU Nur Halimah S.H mengatakan, lebih baik membaginya dengan cara 2: 1, Kalau menurut al-qur an harus sesuai 25 Aqilah Munawaroh, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes,13 Agustus 26 Akhmad Kusnan Sumardi, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 4 Agustus 27 Akhmad Imron, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 28 Suwoto, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 16 Agustus 63

13 dengan cara 2 : 1, seandainya akan dibagi rata laki-laki perempuan sama harus ada hitam diatas putih/disahkan oleh notaris biar tidak ada yang saling menggugat apalagi kita sebagi muslim seharusnya membaginya sesuai al-qur an dan hadits. 29 Wasiat juga boleh dilksanakan sepanjang disetujui oleh para ahli waris, wasiat bisa di artikan pesan. 30 Tetapi dalam pembagiannya jangan melebihi dari 1/3 bagian, apabila wasiat diberikan lebih dari 1/3 maka sama halnya harus mendapatkan persetujuan ahli waris yang lainnya. 31 Dalam hukum islam wasiat tidak boleh terhadap ahli waris tetapi kepada orang lain karena kalau kalau kepada ahli waris dinilai tidak adil dan nantinya malah terjadi pertengkaran, tetapi dalam hukum barat wasiat boleh kepada siapapun karena dalam hukum barat yang berwenang yang mempunyai harta. Anak bisa menggantikan bapaknya merupakan wasiat wajibah dengan ketentuan ahli waris pengganti tidak boleh melebihi ahli waris yang sederajat dengan yang digantikan. Menurut pendapat tokoh NU di Kabupaten Brebes terdapat hikmah kenapa dalam syariat Islam bagian laki-laki dua bagian perempuan. Hikmahnya adalah laki-laki yang harus bertanggung jawab kepada perempuan sepenuhnya misalnya dalam rumah tangga. Laki-laki juga wajib memberikan mahar kepada istrinya. Jika perempuan sudah menikah 29 Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 30 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 31 Suwoto, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 16 Agustus 64

14 yang bertanggung jawab suaminya, kalau belum yang bertanggung jawab orang tuanya. 32 Hikmah yang bisa kita gali lagi dari ketentuan 2 : 1 antara lain lakilaki dibebani tanggung jawab memberi nafkah, menyediakan sandang dan tempat tinggal untuk anak istrinya bahkan jika diantara saudaranya yang kesulitan maka kewajiban saudara laki-lakinya. Dan sampai sekarang ini, meskipun banyak perempuan yang sudah mapan, kewajiban memberi nafkah tetap ada pada laki-laki perempuan tidak dibebani yang berkaitan dengan harta kekayaan. Hikmahnya lagi, kita sebagai makhluk Allah bisa menjalankan perintah Allah SWT dengan baik 33 C. Pendapat-Pendapat tokoh NU di Kabupaten Brebes Tentang Kewarisan Corak Patrilinial 1. Penamaan kewarisan corak patrilinial menurut pendapat tokoh NU di Kabupaten Brebes Penamaan kewarisan patrilinial terhadap hukum kewarisan yang dianut oleh pengikut imam syafi i dan beberapa ahli hukum Islam lainnya adalah suatu penamaan berdasarkan kesimpulan atas ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam ajaran tersebut mengenai soal-soal yang menyangkut dengan kewarisan. Patrilinial ajaran tersebut adalah semacam sistem mengutamakan kepada pihak laki-laki dimana terdapat kesempatan 32 Akhmad Kusnan Sumardi, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 4 Agustus 33 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 65

15 menetapkan demikian, tetapi tetap memberikan warisan kepada kaum wanita yang tertentu yang tegas-tegas ditunjuk menjadi ahli waris menurut ayat-ayat al-qur an. 34 Menurut Akhmad Kusnan Sumardi S.H tokoh NU di Kabupaten Brebes, Kewarisan corak patrilinial dalam kekeluargaan yang bersifat patrilinial adalah anak-anak yang dinasabkan pertalian darahnya hanya kepada bapaknya, kakeknya dan seterusnya menurut garis laki-laki. Sedangkan anak perempuan yang sudah menikah dilepaskan hubungan kekeluargaannya dengan orang tuanya, sehingga ia masuk dalam lingkungan kekeluargaan suaminya. Dengan demikian penerus generasi keturunan hanyalah pihak laki-laki saja dan hak warisan hanya ada pada pihak laki-laki saja Pendapat tokoh NU di Kabupaten Brebes tentang kewarisan corak patrilinial Menurut Drs Fajaruddin Effendy tokoh NU di Kabupaten Brebes dalam hukum konvensional cucu dari anak laki-laki dengan cucu dari anak perempuan, saudara seayah dengan saudara seibu dan kakek dari ayah dengan kakek dari ibu dibedakan. Pembedaan kedudukan antara cucu dari anak laki-laki yang menjadi ashabah dan dhawil furudh dengan cucu dari anak perempuan yang menjadi dhawil arham merupakan adat bangsa arab 34 Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h Akhmad Kusnan Sumardi, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 4 Agustus 66

16 adalah patrilinial karena para ulama tidak jauh pemikirannya kepada adat bangsa arab. Kalau ada dzawil furudh dan ashabah maka dhawil arham tertutup/ tidak mendapatkan harta warisan. Sebelum datangnya islam semua keturunan perempuan tidak mendapatkan warisan karena dianggap kerabat jauh. Namun ada tokoh NU di Kabupaten Brebes H Taufiqin, mengatakan bahwa cucu dari anak laki-laki dengan cucu dari anak perempuan sama-sama bisa mendapatkan warisan tidak membedakan dari anak laki-laki ataupun dari anak perempuan karena cucu keturunannya lebih dekat. Hukum waris islam itu cenderung pada kondisi dan situasi bangsa arab pada waktu bangsa arab anak perempuan tidak bisa memperoleh harta warisan dan hukum islam itu dibuat sebelum ada manusia. Saudara seayah dengan saudara seibu sama-sama tidak bisa memperoleh harta warisan karena saudara termasuk keturunan yang jauh. Kakek dari ayah dengan kakek dari ibu tidak dapat warisan karena kewajiban cucu hanya merawat bukan memberikan warisan dan warisan hanya kepada keturunannya saja. 36 Cucu dari anak laki-laki dengan cucu dari anak perempuan boleh dinikahi karena mereka batal wudhu dan sepanjang tidak ada larangan boleh. Kecuali yang terdapat dalam Al-Qur an surat An-Nisa ayat Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang Telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang Telah lampau. Sesungguhnya 36 Taufiqin, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 18 Oktober 67

17 perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan, Saudarasaudara bapakmu yang perempuan; Saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang lakilaki; anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang Telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang Telah terjadi pada masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas. dan yang dimaksud dengan anak perempuan ialah anak perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut Jumhur ulama termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya. Bangsa arab juga lebih senang menikah dengan sepupunya sendiri dimaksudkan agar harta warisannya kalau dibagikan tidak jauh dengan kerabatnya sendiri. Menurut tokoh NU di Kabupaten Brebes, sebenarnya saudara seibu dengan saudara seayah sama tetapi dalam al-qur an dibedakan. Saudara seibu terdapat dalam Al-Qur an surat An-Nissa ayat 12 68

18 Artinya :Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai anak. jika Isteri-isterimu itu mempunyai anak, Maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar hutangnya. para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. jika kamu mempunyai anak, Maka para isteri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), Maka bagi masingmasing dari kedua jenis saudara itu seperenam harta. tetapi jika Saudarasaudara seibu itu lebih dari seorang, Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris)[274]. (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Penyantun. memberi mudharat kepada waris itu ialah tindakan-tindakan seperti: a. mewasiatkan lebih dari sepertiga harta pusaka. b. berwasiat dengan maksud mengurangi harta warisan. sekalipun kurang dari sepertiga bila ada niat mengurangi hak waris, juga tidak diperbolehkan. 69

19 Saudara seayah terdapat dalam Al-Qur an surat An-Nissa ayat 176 Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah)[387]. Katakanlah: "Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu): jika seorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, Maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, Maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) Saudara-saudara laki dan perempuan, Maka bahagian seorang saudara laki-laki sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. kalalah ialah: seseorang mati yang tidak meninggalkan ayah dan anak. Saudara seayah lebih dekat kekerabatannya dan memiliki hak yang lebih daripada saudara seibu merupakan penafsiran adat bangsa arab. Menurut tokoh NU di Kabupaten Brebes, pembedaan kakek dari ayah dengan kakek dari ibu dalam fiqih mawaris merupakan ijtihat para 70

20 ulama dan ijtihad tidak lepas dari lingkungan. Kakek shahih/ kakek dari ayah merupakan ashabah dan dzawil furudh dianggap berhak memperoleh harta warisan sedangkan kakek fasidh/ kakek dari ibu merupakan dhawil arham dianggap tidak berhak memperoleh harta warisan. Menurut Drs Fajaruddin Effendy tokoh NU di Kabupaten Brebes, kalau dalam hukum konvensional kalau hanya ada anak laki-laki pamannya tidak dapat harta warisan sedangkan kalau hanya ada anak perempuan pamannya dapat warisan. Memang dalam PA dan PTA dalam mengurus perkara tersebut tidak mengikuti KHI karena KHI sendiri tidak jelas tetapi menggunakan yurisprudensi sedangkan MA dalam memutus perkara tersebut dengan menggunakan pendapat ibnu abbas, anak perempuan bisa menghalangi pamannya mendapakan warisan. Jadi sebenarnya anak perempuan tidak bisa menghalangi pamannya karena pamannya berkedudukan sebagai ashabah yaitu laki-laki yang hanya melewati garis laki-laki tidak melewati garis perempuan karena ashabah itu ahli waris yang mendapatkan semua harta warisan atau mendapatkan sisa harta warisan setelah dibagi kepada dzawil furudh. Sedangkan anak perempuan berkedududkan sebagai dzawil furudh, anak perempuan kalau hanya sendiri mendapatkan ½ dan kalau lebih dari satu mendapatkan 2/3. 37 Namun ada tokoh NU di Kabupaten Brebes H Taufiqin, mengatakan bahwa pamannya tidak mempunyai hak memperoleh warisan karena pamannya tidak melaksanakan kewajiban kepada kakaknya dengan 37 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 8 oktober 71

21 baik tetapi apabila pamannya sudah melaksanakan kewajiban dengan baik kepada kakaknya maka pamannya mempunyai hak memperoleh warisan. 38 Menurut imam Syafi i dan maliki seorang anak laki-laki dari anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki dari saudara perempuan atau keturunan perempuan tidak berhak memperoleh harta warisan walaupun apabila sudah tidak ada lagi dzawil furudh dan ashabah, lebih baik harta warisan tersebut di serahkan ke Baitulmall. tetapi menurut imam Hanafi dan Chambali dzawil arham / keturunan perempuan boleh mendapatkan harta warisan karena sudah tidak ada dzawil furudh dan ashabah. Dari pernyataan diatas terjadi perbedaan pendapat dari tokoh NU di Kabupaten Brebes. Menurut Akhmad Imron S.H Kyai NU di Kabupaten Brebes, setuju dengan pendapatnya imam syafi i, dengan alasan selagi ada dzawil furudh dan ashabah maka dzawil arham terhalang memperoleh warisan. 39 namun ada Kyai NU di Kabupaten Brebes Drs Fajaruddin Effendy yang tidak setuju dengan pendapatnya imam syafi i menurutnya persoalan tersebut tidak diatur dalam Al-Qur an, maka menjadi lapangan ijtihad, dan lebih sependapat dzawil arham tersebut mendapat warisan, tidak ke baitulmall. Karena baitulmall hanya hubungan muslim saja sedangkan dzawil arham juga ada hubungan kekerabatan / nasab. 40 Ada Nyai NU di Kabupaten 38 Taufiqin, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 18 Oktober 39 Akhmad Imron, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 40 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 72

22 Brebes Nur Halimah S.H yang tidak mengikuti pendapat keduanya menurutnya mana yang lebih bermanfaat, kalau untuk bukan dzawil furudh / ashabah tetapi ke orang lain silahkan. Kalau diberikan ke orang lain menjadikan pertengkaran / rebutan maka masuk ke baitumall. Kalau di indonesia tidak ada baitulmall adanya dulu bazis yaitu badan amil zakat infak dan shadaqah. Sekarang baz yaitu badan amil zakat. Jadi ke baz saja nanti baz yang akan mengelola. 41 Sebenarnya Al-Qur an dan Hadits tidak mendukung sistem kekerabatan patrilinial dari hukum waris islam, tetapi Al-Qur an dan Hadits lebih cenderung ke parental. Corak patrilinial dalam hukum waris islam merupakan akibat dari bias budaya yang patrilinial karena pada zaman sebelum islam anak perempuan bukan termasuk ahli waris. Sistem kekerabatan patrilinial merupakan ijtihad para ulama yang melihat pada adat istiadat bangsa arab. Ashabah merupakan laki-laki yang melewati garis laki-laki dan tidak melewati garis perempuan, sedangkan dhawil arham laki-laki dan perempuan yang hanya melewati garis perempuan. Menurut tokoh NU di Kabupaten Brebes di jawa lebih banyak pengaruh hukum konvensional yang masuk dan cenderung menggunakan parental/membagi warisnya dengan jalan musyawarah dengan membaginya sama rata, tetapi dalam membagi harus tahu dulu bagiannya lalu boleh dibagi sama rata sesuai 41 Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 73

23 kesepakatan keluarga. Jadi ashabah itu tidak cocok diterapkan pada masyarakat jawa. 42 Menurut Kyai NU di Kabupaten Brebes, kewarisan corak patrilinial kalau diterapkan pada zaman ini jelas tidak pas, karena Al-Qur an tidak menganut sistem kewarisan patrilinial. Ada pun mengenai berbeda pembagiannya bukan menunjukan patrilinial, melainkan karena perbedaan tanggung jawab. Sebab dalam sistem patrilinial anak perempuan tidak mendapat warisan. 43 Dan kalau melihatnya dari kultur budaya masyarakat di jawa itu sama-sama kerja artinya laki-laki dan perempuan itu seimbang tidak ada yang lebih, kalau dibagi tidak sama maka rasa keadilannya tidak pas, harusnya 1 : 1 itu mengacu pada kultur masyarakat jawa. Tetapi kalau hukum islam tidak begitu, kalau sudah qat i maka tidak bisa diganggu gugat. Harus berfikirnya jangan al-qur an yang mengikuti manusia tetapi manusia yang mengikuti al-qur an. Jadi sentralnya kehidupan manusia Allahlah yang mengatur sehingga kalau Al-Qur an yang mengikuti manusia akhirnya tidak riyil. 44 Menurut Nyai NU di Kabupaten Brebes kewarisan corak patrilinial tidak cocok diterapkan pada zaman sekarang ini karena yang namanya menerapkan ajaran islam ya kapan saja tetap harus dengan laki-laki 2 bagian perempuan Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 8 oktober 43 Fajaruddin Effendy, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 15 Agustus 44 Suwoto, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 16 Agustus 45 Nur Halimah, Tokoh NU Kabupaten Brebes, Wawancara Pribadi, Brebes, 14 Agustus 74

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris 1 A. Pembagian Warisan Dalam

Lebih terperinci

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Pengertian Mawaris Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada

Lebih terperinci

SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1)

SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1) SIAPAKAH MAHRAMMU? Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan1) Adapun ketentuan siapa yang mahram dan yang bukan mahram

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan Syariat Islam telah menjadikan pernikahan menjadi salah

Lebih terperinci

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan: PEMBAGIAN WARISAN Pertanyaan dari: EJ, di Cirebon (nama dan alamat diketahui redaksi) (Disidangkan pada Jum at, 13 Zulqa'dah 1428 H / 23 November 2007 M) Pertanyaan: Sehubungan kami sangat awam masalah

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA

BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA BAB IV MAKNA IDEAL AYAT DAN KONTEKSTUALISASINYA A. Relefansi Masa Turunnya Ayat dengan Masa Kini Ayat 15 dari surat Al-Ahqaf tersebut merupakan ayat makiyah. Sebelum al-qur an diturunkan, di daerah Makkah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA A. Analisa Terhadap Pertimbangan Putusan Hakim Pengadilan Agama Bangil Kewenangan Pengadilan

Lebih terperinci

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA Dalam peradilan atau dalam hukum Indonesia juga terdapat hukum waris adat. Selama ini, khususnya sebelum munculnya UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama memang

Lebih terperinci

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9 MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9 A. KELUARGA Untuk membangun sebuah keluarga yang islami, harus dimulai sejak persiapan pernikahan, pelaksanaan pernikahan, sampai pada bagaimana seharusnya suami dan

Lebih terperinci

SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda

SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda ARTI FAROIDH FAROIDH adalah kata jamak dari FARIDHOH FARIDHOH diambil dari kata FARDH yg berari TAKDIR atau KETENTUAN. Syar I : Bagian yang sudah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan BAB I PENDAHULUAN Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Aturan

Lebih terperinci

PERSPEKTIF TOKOH NU DI KABUPATEN BREBES TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN BERBASIS RELASI GENDER DALAM FIQIH MAWARIS MADZHAB SYAFI I SKRIPSI

PERSPEKTIF TOKOH NU DI KABUPATEN BREBES TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN BERBASIS RELASI GENDER DALAM FIQIH MAWARIS MADZHAB SYAFI I SKRIPSI PERSPEKTIF TOKOH NU DI KABUPATEN BREBES TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN BERBASIS RELASI GENDER DALAM FIQIH MAWARIS MADZHAB SYAFI I SKRIPSI Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI A. Analisis Terhadap Deskripsi Pembagian Warisan Oleh Ibu Senen dan Bapak Kasiran Kepada Ahli Waris Pengganti Di Desa Kasiyan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam merinci dan menjelaskan, melalui al-qur an al-karim bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam merinci dan menjelaskan, melalui al-qur an al-karim bagian BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merinci dan menjelaskan, melalui al-qur an al-karim bagian tiap-tiap ahli waris dengan tujuan mewujudkan keadilan di dalam masyarakat. Meskipun demikian,

Lebih terperinci

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM Pendahuluan Oleh : Drs. H. Chatib Rasyid, SH., MH. 1 Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari Syariat Islam yang sumbernya diambil dari al-qur'an dan Hadist Rasulullah

Lebih terperinci

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 53 BAB IV PEMERATAAN HARTA WARISAN DI DESA BALONGWONO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Sistem Pemerataan Harta Warisan di Desa Balongwono dalam Perspektif Hukum Islam 1. Al-Qur an Allah SWT telah menentukan

Lebih terperinci

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA A. Analisis Tradisi Pelaksanaan Kewarisan Tunggu Tubang Adat Semende di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama yang mempunyai aturan yang lengkap dan sempurna, yang dalam ajarannya mengatur segala aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Proses perjalanan kehidupan manusia yang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, menimbulkan hak dan kewajiban serta hubungan antara keluarga,

Lebih terperinci

PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB)

PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB) PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB) A. Definisi al-hujub Al-hujub dalam bahasa Arab bermakna 'penghalang' atau 'penggugur'. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman: "Sekali-kali tidak sesungguhnya mereka pada

Lebih terperinci

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN

MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH MENTELU DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN LAMONGAN KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR A. Analisis Hukum Islam Terhadap Alasan Larangan Nikah

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH Untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata, maka pada bab ini akan di berikan contoh - contoh permasalahan pembagian warisan berdasarkan ketentuan ketentuan yang

Lebih terperinci

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Vera Arum Septianingsih 1 Nurul Maghfiroh 2 Abstrak Kewarisan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah perkawinan. Islam

Lebih terperinci

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa. BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.Gs) A. Analisis Tentang Dasar Hukum Hakim Tidak Menerima Gugatan

Lebih terperinci

HAK WARIS DZAWIL ARHAM

HAK WARIS DZAWIL ARHAM Nama Kelompok : M. FIQHI IBAD (19) M. ROZIQI FAIZIN (20) NADIA EKA PUTRI (21) NANDINI CHANDRIKA (22) NAUFAL AFIF AZFAR (23) NOER RIZKI HIDAYA (24) XII-IA1 HAK WARIS DZAWIL ARHAM A. Definisi Dzawil Arham

Lebih terperinci

MACAM-MACAM MAHRAM 1. MAHRAM KARENA NASAB Allah berfirman:

MACAM-MACAM MAHRAM 1. MAHRAM KARENA NASAB Allah berfirman: Mahram Bagi Wanita Masalah mahram bagi wanita banyak diantara kaum muslimin yang kurang memahaminya. Padahal banyak sekali hukum tentang pergaulan wanita yang berkaitan erat dengan masalah mahram ini.

Lebih terperinci

bismillahirrahmanirrahim

bismillahirrahmanirrahim SALINAN PENETAPAN Nomor 112/ Pdt.P/ 2015/ PA Sit. bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara perkara tertentu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF BAB IV ANALISIS TERHADAP ANAK TEMUAN (AL-LAQITH) MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF Salah satu dampak menurunnya moral masyarakat, membawa dampak meluasnya pergaulan bebas yang mengakibatkan banyaknya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH 68 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH A. Analisis sengketa ahli waris dalam penggunaan tanah oleh yayasan al- Hikmah di Desa Pettong Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS A. Sebab-Sebab Terjadinya Penguasaan Tirkah Al-Mayyit Yang Belum Dibagikan Kepada Ahli Waris Harta peninggalan

Lebih terperinci

APAKAH ITU MAHRAM. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

APAKAH ITU MAHRAM. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda: APAKAH ITU MAHRAM Beberapa waktu yang lalu di berita salah satu televisi swasta nasional menayangkan kontak pemirsa. Di sana ada penelpon yang menyebutkan tentang kegeli-annya terhadap tingkah pejabat-pejabat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin Dalam laporan penelitian di atas telah disajikan 2

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 1 2 TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN (Studi Penelitian di Pengadilan Agama Kota Gorontalo) Nurul Afry Djakaria

Lebih terperinci

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki Perkawinan atau pernikahan merupakan institusi yang istimewa dalam Islam. Di samping merupakan bagian dari syariah Islam, perkawinan memiliki hikmah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO Berdasarkan uraian pada Bab III mengenai sistem pembagian

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam Dalam Kompilasi Hukum Islam adanya asas-asas kewarisan islam yaitu asas ijbari (pemaksaan),

Lebih terperinci

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati ILMU FARAID 1 Firman Allah : "Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembahagian pusaka untuk) anakanakmu. Iaitu bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2 KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2 A B S T R A K Seiring dengan perkembangan zaman juga pola pikir masyarakat, hal ini menghasilkan adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu:

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu: BAB IV ANALISIS A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin Dari penjelasan terdahulu dapat dikelompokkan ahli waris yang menjadi ahli waris pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kelas I A Bengkulu yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1

SIAPAKAH MAHRAMMU? 1 SIAPAKAH MAHRAM KITA SIAPAKAH MAHRAMMU? 1 Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan. 2 Adapun ketentuan siapa yang mahram

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab. sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian penyusun sebagaimana pembahasan pada bab sebelumnya, selanjutnya penyusun memaparkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Putusan Mahkamah Konstitusi

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN BAB III PELAKSANAAN PENGANGAKATAN ANAK TERHADAP BAPAK KASUN YANG TERJADI DI DESA BLURI KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN A. Sekilas Tentang Bapak Kasun Sebagai Anak Angkat Bapak Tasral Tasral dan istrinya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM A. Pengertian Harta Dalam Perkawinan Islam Menurut bahasa pengertian harta yaitu barang-barang (uang dan sebagainya) yang menjadi kekayaan. 1

Lebih terperinci

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM Materi : HUKUM KEWARISAN Oleh : Drs. H.A. Mukti Arto, SH, M.Hum. PENDAHULUAN Hukum Kewarisan Hukum Kewarisan ialah Hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan

Lebih terperinci

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan Rukun adalah unsur-unsur yang harus ada untuk dapat terjadinya suatu perkawinan. Rukun perkawinan terdiri dari calon suami, calon isteri, wali nikah, dua orang saksi

Lebih terperinci

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Wasiat Kepada Non Muslim Perspektif Hukum Islam. 1. Syarat-syarat Mushii a. Mukallaf (baligh dan berakal

Lebih terperinci

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at "Satu Banding Satu"?

Tanya Jawab Edisi 3: Warisan Anak Perempuan: Syari'at Satu Banding Satu? Pertanyaan: Saya, Raditya (36 tahun), ingin menanyakan tentang sebuah masalah cukup pelik dalam keluarga kami. Ayah saya sakit-sakitan dan berniat membuat surat waris bagi anak-anaknya. Kami bersaudara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA A. Pengertian Harta Bersama 1. Pengertian Harta Bersama Menurut Hukum Islam Dalam kitab-kitab fiqih tradisional, harta bersama diartikan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Dari Penelitian yang penulis lakukan dilapangan 8 (delapan) orang responden. 1) Nama : KH.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Dari Penelitian yang penulis lakukan dilapangan 8 (delapan) orang responden. 1) Nama : KH. BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Menjelaskan Persepsi Ulama Dari Penelitian yang penulis lakukan dilapangan 8 (delapan) orang responden. 1. Deskripsi Satu a. Identitas Responden 1) Nama : KH.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia diatas permukaan bumi ini pada umumnya selalu menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi miliknya. Sesuatu kebahagiaan itu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS 64 BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS A. Implikasi Yuridis Pasal 209 KHI Kedudukan anak angkat dan orang tua angkat dalam hokum kewarisan menurut KHI secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA BAB IV ANALISIS HUKUM WARIS ISLAM TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARIS DI KEJAWAN LOR KEL. KENJERAN KEC. BULAK SURABAYA A. Analisis Terhadap Kebiasaan Pembagian Waris Di Kejawan Lor Kelurahan Kenjeran Kecamatan

Lebih terperinci

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011), pp. 139-148. HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG

Lebih terperinci

Warisan Wanita Digugat!

Warisan Wanita Digugat! Warisan Wanita Digugat! Allah mensyari atkan bagimu tentang (pembagian warisan untuk) anak-anakmu, yaitu: bagian anak laki-laki sama dengan bagian dua anak perempuan ( An Nisa :11) WARISAN WANITA DIGUGAT.

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH A. Analisis Status Perwalian Anak Akibat Pembatalan Nikah dalam Putusan Pengadilan Agama Probolinggo No. 154/Pdt.G/2015 PA.Prob Menurut

Lebih terperinci

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo* Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo* Abstrak Nikah Sirri dalam perspektif hukum agama, dinyatakan sebagai hal yang sah. Namun dalam hukum positif, yang ditunjukkan dalam Undang -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Mereka saling tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

Lebih terperinci

BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR. A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor

BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR. A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor Anak perempuan tertua atau disebut juga dengan anak perempuan sulung, oleh

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU<R

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU<R BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU

Lebih terperinci

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki

Lebih terperinci

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN Hukum adat kekerabatan adalah hukum adat yang mengatur tentang bagaimana kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabat, kedudukan anak terhadap orangtua dan sebaliknya

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK 60 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK Salah satu asas kewarisan Islam adalah asas bilateral yang merupakan perpaduan dari dua

Lebih terperinci

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH ANAK PODO MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Terhadap Tradisi Larangan Nikah Anak Podo Mbarep Masyarakat desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Bahwa setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting dalam hidupnya,

Lebih terperinci

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM 1 AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM Oleh : Drs. H. Chatib Rasyid, SH., MH. Ketua Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta Pendahuluan Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari Syariat Islam yang sumbernya diambil

Lebih terperinci

Siapa yang Mengajar Auwloh Berhitung?

Siapa yang Mengajar Auwloh Berhitung? Hukum Waris: Auwloh Matematikanya Jeblok! HUKUM WARISAN: Siapa yang Mengajar Auwloh Berhitung? Oleh Ali Sina Satu kesalahan hitungan yang paling jelas dalam Qur an dapat ditemukan dalam penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013 HAK MEWARIS DARI ORANG YANG HILANG MENURUT HUKUM WARIS ISLAM 1 Oleh : Gerry Hard Bachtiar 2 A B S T R A K Hasil penelitian menunjukkan bagaimana asas-asas kewarisan menurut hukum waris Islam serta Hak

Lebih terperinci

DAHSYATNYA KEKUATAN DO A

DAHSYATNYA KEKUATAN DO A DAHSYATNYA KEKUATAN DO A Ahad, 27 Desember 2009 M / 10 Muharram 1431 H Masjid Al Murosalah, Telkom Learning Center, Jl. Gegerkalong Hilir 47 Bandung Penceramah : Ust. Aam Amiruddin Doa merupakan kekuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebagai jamak dari lafad farîdloh yang berarti perlu atau wajib 26, menjadi ilmu menerangkan perkara pusaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebagai jamak dari lafad farîdloh yang berarti perlu atau wajib 26, menjadi ilmu menerangkan perkara pusaka. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Istilah Hukum Waris 1. Definisi Waris Kata wârits dalam bahasa Arab memiliki jama waratsah yang berarti ahli waris 25, ilmu waris biasa juga dikenal dengan ilmu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN 55 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN A. Analisis Tentang Praktik Penjatuhan Talak Seorang Suami Melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita. kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok. 1 BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat manusia. Perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP A. Analisis Hukum Islam terhadap Latar Belakang Pelarangan

Lebih terperinci

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain Mahram adalah orang yang haram untuk dinikahi karena hubungan nasab atau hubungan susuan atau karena ada ikatan perkawinan. Lihat Ahkam An-Nazhar Ila

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Prosedur Pernikahan Wanita Hamil di Luar Nikah di Kantor Urusan Agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA A. Status Nasab Dan Kewajiban Nafkah Anak Yang Di Li an Menurut Hukum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pembagian Waris Pada Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Pembagian Waris Pada Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur BAB IV ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Pembagian Waris Pada Masyarakat Suku Bugis di Kelurahan Kotakarang Kecamatan Teluk Betung Timur Setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan perintah bagi kaum muslimin. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan perintah bagi kaum muslimin. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan dalam Islam merupakan perintah bagi kaum muslimin. Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 pasal 1 dinyatakan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. informasi yang diperoleh dari beberapa sumber, yaitu seorang pakar, dan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. informasi yang diperoleh dari beberapa sumber, yaitu seorang pakar, dan BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Permasalahan Dalam mengembangkan sistem pakar diperlukan pengetahuan dan informasi yang diperoleh dari beberapa sumber, yaitu seorang pakar, dan beberapa buku

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum

A. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum perkawinan, maka hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum kekeluargaan yang memegang peranan yang

Lebih terperinci

KEADILAN DALAM HUKUM WARIS ISLAM Oleh : SURYATI Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma Purwokerto

KEADILAN DALAM HUKUM WARIS ISLAM Oleh : SURYATI Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma Purwokerto KEADILAN DALAM HUKUM WARIS ISLAM Oleh : SURYATI Dosen Fakultas Hukum Universitas Wijayakusuma Purwokerto suryashmh@yahoo.com ABSTRAK Dalam tradisi Arab pra Islam, hukum yang diberlakukan menyangkut ahli

Lebih terperinci

WARIS ISLAM DI INDONESIA

WARIS ISLAM DI INDONESIA ISSN 2302-0180 8 Pages pp. 19-26 WARIS ISLAM DI INDONESIA Azharuddin 1, A. Hamid Sarong. 2 Iman Jauhari, 3 1) Magister Ilmu Hukum Program Banda Aceh e-mail : Budiandoyo83@yahoo.com 2,3) Staff Pengajar

Lebih terperinci

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)

HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung) HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung) Hibah sebagai Fungsi Sosial Hibah yang berarti pemberian atau hadiah memiliki fungsi sosial dalam

Lebih terperinci

BAB III KEUTAMAAN MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN. agama-agama lain yang mampu menyamainya. Kesempurnaan Al-Qur an tidak

BAB III KEUTAMAAN MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN. agama-agama lain yang mampu menyamainya. Kesempurnaan Al-Qur an tidak BAB III KEUTAMAAN MATEMATIKA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR AN A. Pandangan Al-Qur an tentang Matematika Al-Qur an adalah kitab suci yang sempurna, yang tidak ada kitab suci agama-agama lain yang mampu menyamainya.

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN 1. Akibat Hukum Terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban Anak dalam Perkawinan yang Dibatalkan a. Kedudukan,

Lebih terperinci

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA Pertanyaan Dari: Hamba Allah, di Jawa Tengah, nama dan alamat diketahui redaksi (Disidangkan pada hari Jum at, 20 Syakban 1432 H / 22 Juli 2011 M) Pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 48 BAB II KRITERIA ANAK LUAR NIKAH DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Kriteria Anak Luar Nikah dalam Kompilasi Hukum Islam Dalam Kompilasi Hukum Islam selain dijelaskan

Lebih terperinci

WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN

WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN WAWANCARA KEPADA PELAKU TALAK DI LUAR PENGADILAN NAMA ALAMAT : Siti (Nama Samaran) : Desa Boja Kecamatan Boja 1. Apakah ibu pernah di talak oleh suami ibu? Iya, saya pernah di talak suami saya 2. Berapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah

Lebih terperinci

BAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF. dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara

BAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF. dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara BAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF Hukum positif adalah "kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara umum atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan Islam pada dasarnya berlaku untuk umat Islam dimana saja di dunia ini. Sesungguhnya yang demikian, corak suatu Negara Islam dan kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur 69 BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur 1. Faktor-Faktor Kawin di Bawah Umur Penyebab terjadinya faktor-faktor

Lebih terperinci

Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan

Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan Dosa Memutuskan Hubungan Kekeluargaan Khutbah Pertama:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????: (????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????)???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci