USULAN PERANCANGAN ALAT PEMOTONG KERTAS KARTON (Studi Kasus di D&D Handycraft Collections)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "USULAN PERANCANGAN ALAT PEMOTONG KERTAS KARTON (Studi Kasus di D&D Handycraft Collections)"

Transkripsi

1 USULAN PERANCANGAN ALAT PEMOTONG KERTAS KARTON (Studi Kasus di D&D Handycraft Collections) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Teknik Industri Oleh: Poppy Raharjo /TI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2 HALAMAN PENGESAHAN Tugas Akhir berjudul USULAN PERANCANGAN ALAT PEMOTONG KERTAS KARTON (Studi Kasus di D&D Handycraft Collections) Disusun oleh : Poppy Raharjo (NIM: ) dinyatakan telah memenuhi syarat pada tanggal : 20 Juni 2008 Pembimbing I, Pembimbing II, (M.Chandra Dewi K.,ST.,MT.)(DM.Ratna Tungga D.,S.Si.,MT.) Tim penguji: Penguji I, (M. Chandra Dewi K.,ST.,MT.) Penguji II, Penguji III, (L. Triani Dewi,ST.,MT.) (Brillianta Budi N.,ST.,MT.) Yogyakarta, 20 Juni 2008 Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta Dekan, (Paulus Mudjihartono, ST., MT.) 2

3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini bermunculan industri kecil di bidang kerajinan tangan yang bersaing ketat dalam hal kreativitas sehingga menuntut seseorang harus bekerja keras untuk menciptakan ide yang lebih menarik dan memiliki daya jual yang tinggi. Salah satunya adalah industri kerajinan wadah multifungsi milik D&D Handycraft Collections. Wadah multifungsi terbuat dari kertas karton dan terdiri dari dua macam bentuk, yaitu berbentuk tabung dan kubus. Alat pemotong kertas karton merupakan salah satu peralatan penting yang harus ada dalam proses pembuatan wadah multifungsi. Alat pemotong kertas karton yang saat ini digunakan dalam pembuatan wadah multifungsi di D&D Handycraft Collections adalah gunting untuk memotong kertas karton berbentuk lingkaran dan cutter untuk memotong kertas karton berbentuk persegi. Proses pengerjaan wadah multifungsi, khususnya proses pemotongan kertas karton, dilakukan di lantai dengan posisi kaki kiri dilipat ke belakang sebagai alas penyanggah pantat dan kaki kanan ditekuk. Posisi memotong kertas karton yang dimaksud nampak pada Gambar 1.1. berikut ini. 3

4 Gambar 1.1. Proses Pemotongan Kertas Karton Dari hasil kuisioner pendahuluan diketahui mayoritas pekerja merasakan ketidaknyamanan dalam bekerja dengan posisi duduk seperti nampak pada Gambar 1.1., yaitu timbul rasa sakit pada leher, bahu, punggung dan tangan/pergelangan tangan. Selain itu, dengan menggunakan peralatan yang ada sekarang ini, yaitu gunting dan cutter, muncul kesulitan dalam proses memotong kertas karton, yaitu adanya kecenderungan jari tersayat atau terjepit cutter atau gunting, membutuhkan waktu yang relatif lama dan ketelitian yang cukup tinggi agar hasil potongannya sesuai dengan pola yang telah dibuat Perumusan Masalah Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana usulan perancangan alat pemotong kertas karton yang ergonomis bagi para pekerja di D&D 4

5 Handycraft Collections dalam pembuatan wadah multifungsi Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan membuat usulan perancangan alat pemotong kertas karton yang ergonomis bagi para pekerja di D&D Handycraft Collections dalam pmembuatan wadah multifungsi Batasan Masalah Agar pemecahan masalah yang dilakukan tidak menyimpang dari ruang lingkup yang ditentukan, maka akan dilakukan pembatasan sebagai berikut: 1. Alat pemotong kertas karton yang dirancang hanya untuk memotong kertas karton dengan diameter 12 cm untuk wadah multifungsi berbentuk tabung, dan ukuran 12 cm x 12 cm untuk wadah multifungsi berbentuk kubus. 2. Hasil usulan perancangan alat pemotong kertas karton dievaluasi menggunakan analisis postur dengan metode REBA. 3. Data pengukuran yang diambil hanya sebatas pada pengukuran data anthropometri statis. 4. Metode yang digunakan untuk merancang alat pemotong kertas karton adalah metode rasional didukung analisis anthropometri. 5

6 1.5. Metodologi Penelitian Data-data/informasi yang dibutuhkan dalam proses penelitian diperoleh berdasarkan teknik pengumpulan data yang dibedakan menurut jenisnya, yaitu: a. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, dilakukan dengan: 1. Wawancara, berupa tanya-jawab kepada pemilik dan para pekerja D&D Handycraft Collections, khususnya bagian pembuatan wadah multifugsi. 2. Kuisioner, berupa seperangkat daftar pertanyaan yang berkaitan dengan topik penelitian kepada para pekerja D&D Handycraft Collections, khususnya bagian pembuatan wadah multifungsi. 3. Pengukuran langsung, berupa pengukuran data anthropometri para pekerja D&D Handycraft Collections, khususnya bagian pembuatan wadah multifungsi. b. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dengan studi pustaka, yaitu mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan dengan mempelajari bukubuku penunjang yang berkaitan dengan topik penelitian. Langkah-langkah dasar pemecahan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.2. berikut ini. 6

7 Gambar 1.2. Diagram Alir Langkah-langkah Penelitian 7

8 1.6. Metode Perancangan Metode yang digunakan dalam usulan perancangan alat pemotong kertas karton dalam pembuatan kotak multifungsi ini adalah metode rasional. Adapun langkahlangkah metode rasional antara lain: a. Clarifying Objectives Metode yang digunakan adalah objectives tree. Metode ini bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan sub tujuan dari perancangan dan hubungan diantara keduanya. b. Establishing Function Metode yang digunakan adalah function analysis. Metode ini bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan produk. c. Setting Requirements Metode yang digunakan adalah performance specification. Metode ini bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan pelaksanaan suatu solusi perancangan. d. Determining Characteristics Metode yang dapat digunakan dalam tahap ini adalah Quality Function Deployment (QFD). Tujuannya adalah untuk menetapkan target yang akan dicapai oleh karakteristik teknis produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. e. Generating Alternatives Metode yang digunakan adalah morphological chart. Metode ini bertujuan untuk membangkitkan range lengkap dari solusi-solusi perancangan alternatif 8

9 dan memperluas pencarian terhadap solusi baru yang potensial. f. Evaluating Alternatives Metode yang digunakan adalah weighted objectives. Metode ini bertujuan untuk membandingkan nilai guna alternatif usulan perancangan yang ada. g. Improving Details Metode yang digunakan adalah perbandingan alat awal dengan alat baru hasil perancangan. Metode ini bertujuan untuk meningkatkan nilai jual produk baru yang jauh lebih unggul daripada produk sebelumnya Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan yang akan disusun terbagi dalam beberapa bab, antara lain: BAB 1: PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, diagram alir metodologi penelitian, metode perancangan, dan sistematika penulisan. BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian-uraian singkat tentang penelitian terdahulu dan perbandingannya dengan penelitian yang sekarang dilakukan. BAB 3: DASAR TEORI Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian yang diperoleh melalui referensi pustaka. 9

10 BAB 4: PROFIL PERUSAHAAN DAN DATA Bab ini berisi data-data yang diperlukan dalam penelitian, berupa data kuisioner dan data anthropometri, yaitu data lebar telapak tangan, data diameter genggaman tangan, data tinggi bahu dan data panjang lengan bawah. BAB 5: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisa data dan pembahasannya, meliputi analisis anthropometri, analisis perancangan dengan metode rasional, dan evaluasi hasil usulan perancangan menggunakan analisis postur dengan metode REBA. BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang rangkuman hasil analisis dan pembahasan serta saran bagi penelitian berikutnya. 10

11 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Nugroho (2006), dalam penelitiannya melakukan perancangan alat pemotong tempe yang ergonomis untuk mengurangi terjadinya penyakit akibat kerja. Tujuan dari penelitian adalah menghasilkan alat bantu pemotongan tempe yang ergonomis. Putra (2007), dalam penelitiannya melakukan perancangan alat pembelah singkong untuk pembuatan tela mayonaise yang mampu membelah singkong dengan cepat, mudah dioperasikan sehingga dapat mengurangi cedera pada operator, tidak menyebabkan sisa singkong yang berlebihan serta mudah dioperasikan Penelitian Sekarang Penelitian yang dilakukan sekarang mengenai alat pemotong kertas karton. Tujuannya adalah menganalisis dan membuat usulan perancangan alat pemotong kertas karton untuk membuat wadah multifungsi yang ergonomis bagi para pekerja di D&D Handycraft Collections. Penelitian ini menggunakan metode rasional dan analisis anthropometri. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini. 11

12 Tabel 2.1. Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang Peneliti Objek Penelitian Metode Tujuan Penelitian Nugroho Perancangan alat Anthropometri, Menghasilkan alat bantu pemotongan (2006) pemotong tempe Metode Rasional tempe yang ergonomis yang ergonomis Putra Perancangan alat Metode Rasional Menghasilkan alat pembelah singkong (2007) pembelah singkong dengan yang mempunyai kemampuan membelah untuk pembuatan Perhitungan singkong dengan cepat, mudah tela mayonaise Analisis Teknik dioperasikan sehingga dapat mengurangi cedera pada operator, tidak menyebabkan sisa singkong yang berlebihan serta mudah dioperasikan Penulis Usulan Anthropometri, Memberikan usulan rancangan alat (2008) perancangan alat Metode Rasional pemotong kertas karton yang ergonomis pemotong kertas dan dapat mengurangi kendala yang karton yang ada. ergonomis dalam pembuatan wadah multifungsi 10

13 BAB 3 DASAR TEORI 3.1. Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2004). Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana dkk., 1979). Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Tarwaka, 2004): 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja. 2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan 11

14 meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif. 3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. Dalam penerapan ergonomi diperlukan informasi yang lengkap mengenai kemampuan manusia dengan segala keterbatasannya. Salah satu usaha untuk mendapatkan informasi ini telah banyak dilakukan penelitianpenelitian. Penelitian tersebut terdiri dari (Sutalaksana dkk., 1979): 1. Penelitian tentang display Yang dimaksud dengan penelitian display adalah bagian dari lingkungan yang mengkomunikasikan keadaannya kepada manusia. Contohnya, jika kita ingin mengetahui berapa suhu ruangan saat ini, maka dengan melihat pengukur suhu ruangan yang diwakili dengan tinggi air raksa pada skala tertentu, informasi suhu ruangan dapat diketahui. 2. Penelitian mengenai hasil kerja manusia dan proses pengendaliannya Dalam hal ini diselidiki tentang aktivitas-aktivitas manusia saat bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur dari setiap aktivitas tersebut. Penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanik. 3. Penelitian mengenai tempat kerja Agar diperoleh kerja yang baik, yaitu sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, maka ukuran 12

15 tempat kerja tersebut harus sesuai dengan dimensi tubuh manusia. Hal ini berhubungan dengan data anthropometri. 4. Penelitian mengenai lingkungan fisik Yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah meliputi ruanagn dan fasilitas-fasilitas yang biasa digunakan oleh manusia, serta kondisi lingkungan kerja, yang kedua-duanya banyak mempengaruhi tingkah laku manusia. Ada 5 masalah pokok dalam ergonomi sehubungan dengan keterbatasan manusia, yaitu (Pullat, 1992): a. Anthropometric Anthropometric berhubungan dengan pengukuran dimensi-dimensi linier tubuh manusia. Permasalahan yang sering ditemui adalah ketidaksesuaian dimensi tubuh manusia dengan rancangan produk dan area kerja. Solusinya adalah merancang suatu area kerja dan produk tersebut dengan penyesuaian terhadap informasi yang diperoleh dari data anthropometri. b. Cognitive Permasalahan cognitive yang timbul berhubungan dengan terjadinya kekurangan atau berlebihnya informasi yang dibutuhkan selama pemrosesannya. c. Musculoskeletal Sistem musculoskeletal terdiri dari otot, tulang dan jaringan penghubung. Timbulnya ketegangan pada otot atau rasa sakit pada tulang adalah akibat dari aktivitas fisik manusia. Hal ini membuat sistem kerja harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia atau mengadakan alat bantu untuk mempermudah pekerjaan. 13

16 d. Cardiovascular Permasalahan cardiovascular terletak pada sistem peredaran darah, yaitu jantung. Dalam menjalankan aktivitas fisik, otot memerlukan oksigen yang lebih banyak, maka jantung memompakan darah ke otot untuk memenuhi kebutuhan oksigen tersebut. e. Psychomotor Psychomotor berkaitan dengan fungsi sensorik manusia (panca indera). Fungsi sensorik ini dipengaruhi oleh rangsangan eksternal seperti informasi berupa bunyibunyian atau cahaya. Dengan adanya kelima masalah pokok tersebut, maka sistem kerja harus dirancang untuk menghasilkan kenyamanan yang maksimum bagi manusia Anthropometri Pengertian Anthropometri Istilah anthropometri berasal dari kata anthro yang berarti manusia dan metri yang berarti ukuran. Anthropometri adalah studi tentang dimensi tubuh manusia (Pullat, 1992). Anthropometri merupakan suatu ilmu yang secara khusus mempelajari tentang pengukuran tubuh manusia guna merumuskan perbedaanperbedaan ukuran pada tiap individu ataupun kelompok dan lain sebagainya(panero dan Zelnik, 1979). Data anthropometri yang ada dibedakan menjadi dua kategori, antara lain (Pullat, 1992): a) Dimensi struktural (statis) Dimensi struktural ini mencakup pengukuran dimensi tubuh pada posisi tetap dan standar. 14

17 b) Dimensi fungsional (dinamis) Dimensi fungsional mencakup pengukuran dimensi tubuh pada berbagai posisi atau sikap. Data anthropometri dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, antara lain (Wignjosoebroto, 1995): a. Perancangan areal kerja b. Perancangan peralatan kerja seperti mesin, perkakas dan sebagainya c. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer, dan lain-lain d. Perancangan lingkungan kerja fisik Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut (Nurmianto, 2004): 1) Keacakan/random Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat. 2) Jenis kelamin Ada perbedaan signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Untuk kebanyakan dimensi pria dan wanita ada perbedaan signifikan di antara mean dan nilai perbedaan ini tidak dapat diabaikan. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada wanita sehingga data anthropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah. 3) Suku bangsa Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya karena 15

18 meningkatnya jumlah angka migrasi dari satu negara ke negara lain. Suatu contoh sederhana bahwa yaitu dengan meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam ke Australia, untuk mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial workforce), maka akan mempengaruhi anthropometri secara nasional. 4) Usia, digolongkan atas berbagai kelompok usia yaitu: o balita, o anak-anak, o remaja, o dewasa, dan o lanjut usia Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk anthropometri anak-anak. Anthropometrinya cenderung terus meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan menurun yang disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral discs) dan berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki. 5) Jenis pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawannya, misalnya: buruh dermaga/pelabuhan harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer. 6) Pakaian Hal ini juga merupakan sumber keragaman karena disebabkan oleh bervariasinya iklim/musim yang 16

19 berbeda dari satu tempat ke tempat yang lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan ukuran yang relatif lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di pertambangan, pengeboran lepas pantai, pengecoran logam. Bahkan para penerbang dan astronaut pun harus mempunyai pakaian khusus. 7) Faktor kehamilan pada wanita Faktor ini sudah jelas mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan produk dan analisis perancangan kerja. 8) Cacat tubuh secara fisik Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta merasakan kesamaan dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di dalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering timbul misalnya: keterbatasan jarak jangkauan, dibutuhkan ruang kaki (knee space) untuk desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi roda, ruang khusus di dalam lavatory, jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran, kampus, hotel, restoran, supermarket dan lain-lain Dimensi Anthropometri Data anthropometri dapat dimanfaatkan untuk menetapkan dimensi ukuran produk yang akan dirancang 17

20 dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan menggunakannya. Beberapa dimensi statis dari tubuh manusia dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. Tabel 3.1. Dimensi Anthropometri dalam Posisi Duduk No Nama Dimensi Simbol 1 Tinggi duduk, tegak tdt 2 Tinggi mata duduk tmd 3 Tinggi bahu, duduk tbd 4 Jarak bahu ke siku bks 5 Tinggi siku, duduk tsd 6 Tinggi popliteal, duduk tpd 7 Tinggi lutut, duduk tld 8 Tebal paha, duduk thd 9 Jarak pantat ke popliteal plp 10 Panjang lengan bawah, duduk plb 11 Jarak pantat ke lutut jpl 12 Tebal perut tpr 13 Keliling pantat duduk klp 14 Lebar siku ke siku, duduk sks 15 Lebar bahu, duduk lbd 16 Lebar pinggul, duduk lpd Tabel 3.2. Dimensi Anthropometri dalam Posisi Berdiri No Nama Dimensi Simbol 1 Tinggi tubuh tbb 2 Tinggi siku, berdiri tsb 3 Tinggi pergelangan tangan tgt 4 Tebal dada tdd 5 Jangkauan tangan jkt 6 Tinggi jangkauan tangan tjt 7 Tinggi mata, berdiri tmb 8 Tinggi bahu tbh 9 Tinggi pinggang tpg 10 Tinggi selangkang tsk 11 Tinggi tulang kering ttk 12 Lebar bahu lbh 13 Lebar dada ldd 14 Lebar pinggul, berdiri lpd 18

21 Tabel 3.3. Dimensi Antropometri Kaki dan Tangan No Nama Dimensi Simbol 1 Tinggi mata kaki tmk 2 Panjang telapak kaki ptk 3 Lebar telapak kaki ltk 4 Lebar jantung kaki ljk 5 Lebar telapak tangan ltt 6 Tinggi jangkauan tangan tjt 7 Panjang telapak tangan ptt 8 Tebal telapak tangan ttt 9 Lebar telapak tangan dari ibu jari ltb 10 Diameter gegaman tangan dgt Pengolahan Data Anthropometri Data-data anthropometri yang didapat akan melewati beberapa uji agar layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan. Adapun pengujian yang dilakukan antara lain: a. Uji keseragaman data Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui: Homogenitas data Apakah berasal dari suatu populasi yang sama Data extrim atau yang berada di luar batas harus dihilangkan dan tidak perlu disertakan dalam perhitungan Untuk melakukan uji keseragaman data dilakukan tahapan perhitungan sebagai berikut: 1) Membagi data ke dalam suatu sub grup (kelas) Penentuan jumlah sub grup dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: k = 1 + 3,3 log N (3.1) dimana N = jumlah data. 2) Menghitung harga rata-rata dari harga rata-rata sub grup dengan: 19

22 dimana: X = n i= Xi 1, (3.2) k X i = Harga rata-rata dari sub grup ke-i k = Jumlah sub grup yang terbentuk 3) Menghitung standar deviasi (SD), dengan: n 2 X X i i= 1 σ = SD= untuk populasi (3.3) X N 2 i i= 1 σ = = untuk sampel (3.4) SD n N 1 X dimana: N = jumlah data amatan pendahuluan yang telah dilakukan. X i = data amatan yang didapat dari hasil pengukuran ke-i. 4) Menghitung standar deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup: σ σ = (3.5) X n dimana n = ukuran satu sub grup 5) Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB) dengan: B. A = X + 3σ (3.6) B. B = X 3σ (3.7) x b. Uji kecukupan data Pengujian kecukupan data sangat dipengaruhi oleh besarnya: 1) Tingkat ketelitian (dalam persen), adalah penyimpangan maksimum dari hasil pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya. x 20

23 2) Tingkat kepercayaan (dalam persen), adalah besarnya keyakinan atau besarnya probabilitas bahwa data yang kita dapatkan terletak dalam tingkat ketelitian yang telah ditentukan. Rumus umum: K S N' = N n i = 1 X 2 i n i= 1 X i n i= 1 X i 2 2 (3.8) Keterangan: N = jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan (jumlah pengamatan dari hasil perhitungan) N = pengamatan pendahuluan Jika N < N, maka data pengamatan cukup Jika N > N, maka data pengamatan kurang, dan perlu tambahan data. Nilai K untuk tingkat kepercayaan tertentu dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut. Tabel 3.4. Tingkat Kepercayaan Tingkat Kepercayaan Nilai K 68% 1 68% < 1-α 95% 2 95% < 1-α 99% 3 Nilai S untuk tingkat ketelitian tertentu dapat dilihat pada Tabel 3.5 berikut. Tabel 3.5. Tingkat Ketelitian Tingkat Ketelitian Nilai S 21

24 5% 0,05 10% 0,10 c. Uji kenormalan data Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data diperoleh telah memenuhi distribusi normal atau dapat didekati oleh distribusi normal. Pada penelitian ini untuk mempermudah pengujian kenormalan data, maka digunakan software SPSS 12.0 for Windows. Program ini akan secara otomatis menampilkan output uji kenormalan data yang diinputkan Persentil Menurut Nurmianto (2004), persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil, 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal. Tabel 3.6. Perhitungan Persentil Persentil Ke-1 Ke-2,5 Perhitungan x - 2,325α x x - 1,96α x 22

25 Ke-5 Ke-10 Ke-50 Ke-90 Ke-95 Ke-97,5 Ke-99 x - 1,645α x x - 1,28α x x x + 1,28α x x + 1,645α x x + 1,96α x x + 2,325α x Gambar 3.1. Distribusi Normal Kelonggaran Kelonggaran digunakan dalam suatu perancangan apabila diperlukan dan mempengaruhi produk yang akan dirancang. Kelonggaran dapat bervariasi tergantung pada musim, kondisi lingkungan, jenis kelamin, bahkan mode yang sedang berlaku. Dalam banyak kasus, memang berlaku penambahan ukuran untuk kelonggaran ini, namun pakaian dan perlengkapan lain yang sangat tebal justru dapat mengurangi pengukuran jangkauan dan rentang gerak sendi. Berikut ini adalah kelonggaran yang diusulkan untuk beberapa dasar pakaian dan beberapa ukuran tubuh yang dipengaruhinya (Panero, 1979). 23

26 Tabel 3.7. Penentuan Kelonggaran Jenis Pakaian Ukuran Tubuh Kelonggaran Terpenting yang Dipengaruhi 0,50 in 1,3 cm Lebar tubuh Pakaian pria 0,75-1,0 in 1,9-2,5 cm Rentang tubuh Pakaian 0,25-0,50 in 0,6-1,3 cm Lebar tubuh wanita 0,50-0,75 in 1,3-1,9 cm Rentang tubuh Mantel luar untuk 2,0 in 5,1cm Lebar tubuh musim dingin 3,0-4,0 in 7,6-10,2 cm Rentang tubuh termasuk pakaian di Jarak bersih 1,75-2,0 in 4,4-5,1 cm dalamnya. paha Sepatu bertumit (pria) Sepatu bertumit (wanita) 1,0-1,5 in 2,5-3,8 cm 1,0-3,0 in 2,5-7,6 cm Tinggi tubuh, tinggi mata, tinggi lutut pada posisi duduk, tinggi lipatan dalam lutut. Tinggi tubuh, tinggi mata, tinggi lutut pada posisi duduk, tinggi lipatan dalam lutut. Sepatu pria 1,25-1,5 in 3,2-3,8 cm Panjang kaki Sepatu wanita 0,5-0,75 in 1,3-1,9 cm Panjang kaki Sarung Panjang tangan, 0,25-0,50 in 0,6-1,3 cm tangan rentang tangan 3.3. Rapid Entire Body Assesment (REBA) Rapid Entire Body Assesment (REBA) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menganalisis pekerjaan berdasarkan postur tubuh pekerja dalam ilmu ergonomi. Metode ini tidak memerlukan peralatan khusus, hanya 24

27 dokumentasi aktivitas yang dilakukan dan worksheet REBA. Dari skor REBA yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan tindakan yang harus diambil untuk mencegah cidera lebih lanjut. Dalam analisis REBA, perhitungan dibedakan menjadi 2 grup, yaitu Grup A (trunk, neck, dan legs) dan Grup B (upper arms, lower arms, dan wrists). Langkah-langkah dalam menganalisis menggunakan REBA adalah sebagai berikut: a. Grup A 1. Trunk (batang tubuh) Gambar 3.2. Trunk Score (Hignett dan McAtamney, 2000) Nilainya ditambahkan jika : Tubuh diputar = +1 Tubuh dibengkokkan = Neck (leher) Gambar 3.3. Neck Score (Hignett dan McAtamney, 2000) Nilainya ditambahkan jika : Leher diputar = +1 25

28 Leher dibengkokkan = Legs (kaki) Add +1 Add +2 Gambar 3.4. Legs Score (Hignett dan McAtamney, 2000) Nilainya ditambahkan jika : Kaki membentuk sudut = +1 Kaki membentuk sudut >60 = +2 Berdasarkan nilai yang sudah didapat yaitu trunk, neck, dan legs score maka skor untuk Grup A dapat dilihat pada Tabel 3.8. berikut ini. Tabel 3.8. Total Skor Grup A Neck = 1 Neck = 2 Neck = 3 Legs Legs Legs Trunk

29 Pertimbangan lain yang harus diperhatikan dalam perhitungan untuk grup A yaitu nilai load atau force. Nilai load atau force untuk grup A dapat dilihat pada Tabel 3.9. berikut ini. Tabel 3.9. Nilai Load atau Force untuk Grup A Load/force < 10 lb (< 5 kg) lb (5-10 kg) > 20 lb (> 10 kg) Shock or rapid build up of force b. Grup B 1. Upper Arms (lengan atas) Gambar 3.5. Upper Arms Score (Hignett dan McAtamney, 2000) +3 Nilainya ditambahkan jika : Bahu terangkat = +1 Lengan atas abducted = +1 Lengan ditumpu = -1 27

30 2. Lower arms (lengan bawah) Gambar 3.6. Lower Arms Score (Hignett dan McAtamney, 2000) 3. Wrists (tangan) Gambar 3.7. Wrists Score (Hignett dan McAtamney, 2000) Berdasarkan nilai yang sudah didapat yaitu upper arms, lower arms, dan wrists score maka skor untuk Grup B dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Lower Arm = 1 Lower Arm = 2 Tabel Total Skor Grup B Upper Arm Wrist Wrist Pertimbangan lain yang harus diperhatikan dalam perhitungan untuk grup B adalah nilai coupling. Nilai 28

31 coupling untuk grup B dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel Nilai Coupling untuk Grup B Coupling 0-Good 1-Fair 2-Poor 3-Unacceptable Wellfitted handle with a mid-range power grip Hand hold acceptable but not ideal or coupling is acceptable via another part of the body Hand hold not acceptable although possible Awkward, unsafe grip, no handles. Coupling is unacceptable using other parts of the body Skor REBA diperoleh dengan menjumlahkan skor C dan activity score. Skor C didapat dari Tabel berikut ini. Tabel Total Skor Grup C Score B Score A Activity score dapat dilihat pada Tabel 3.13, dan keputusan REBA dapat dilihat pada Tabel

32 Tabel Activity Score Activity +1 = 1 or more body parts are static, e.q. held for longer than 1 minute +1 = repeated small range actions, e.q. repeated more than 4 times per minute (excluding walking) +1 = action causes rapid large range changes in posture or an unstable base Tabel Keputusan REBA REBA Score Risk Level Action 1 Negligible None necessary 2 3 Low Maybe necessary 4 7 Medium Necessary 8 10 High Necessary soon Very High Necessary now 3.4. Metode Perancangan Rasional Metode ini menggunakan pendekatan yang sistematis dalam perancangan. Metode ini banyak digunakan dalam perancangan karena memiliki tahapan yang jelas sehingga dapat memberikan hasil rancangan dan produk akhir yang berkualitas. Adapun langkah-langkah metode rasional antara lain: h. Clarifying Objectives Langkah yang pertama yang digunakan dalam metode rasional adalah clarifying objectives, dimana langkah ini menjelaskan mengenai tujuan perancangan. Metode yang digunakan adalah objectives tree. Metode ini bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan sub tujuan dari perancangan dan hubungan 30

33 diantara keduanya. Langkah-langkah pembuatan objectives tree adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan daftar tujuan perancangan. Daftar ini diambil dari ringkasan perancangan, dari pernyataan kepada klien dan dari diskusi di dalam kelompok perancangan. 2) Daftar disusun ke dalam kumpulan tujuan tingkat tinggi dan tingkat rendah. Perluasan daftar tujuan dan sub tujuan secara kasar dapat dikelompokkan ke dalam tingkatan hirarki. 3) Menggambarkan diagram Objectives Tree, hubungan hirarki dan garis hubungannya. Cabang-cabang atau akar dalam pohon menggambarkan hubungan yang mengusulkan bagaimana mencapai tujuan. i. Establishing Function Metode yang digunakan adalah function analysis. Metode analisis fungsi ini menawarkan fungsi-fungsi penting dan level dari masalah yang ada. Metode ini bertujuan untuk menentukan fungsi yang dibutuhkan dan batasan sistem dari perancangan baru. Prosedurprosedur dari metode ini adalah: i. Menjelaskan seluruh fungsi perancangan dalam perubahan input menjadi output. ii. Memecah seluruh fungsi menjadi sub-fungsi dasar. iii. Menggambarkan diagram blok yang menggambarkan interaksi antar sub-fungsi. iv. Menggambarkan batas sistem. 31

34 v. Mencari komponen yang tepat untuk menampilkan subfungsi dan interaksinya. j. Setting Requirements Metode yang digunakan adalah The Performance Specification Methods. Metode ini bertujuan membantu menemukan masalah perancangan. Langkah-langkahlangkah metode ini adalah sebagai berikut: 1. Menimbang perbedaan tingkatan umum penyelesaian yang dapat diterima. Misal ada beberapa pilihan alternatif produk, tipe produk dan ciri-ciri produk. 2. Menentukan tingkatan umum yang nantinya akan dioperasikan. Keputusan ini biasanya dibuat oleh konsumen. Tingkatan umum yang lebih tinggi memberikan kebebasan yang lebih untuk perancangan. 3. Mengidentifikasi atribut yang dibutuhkan. Atribut harus dinyatakan secara bebas untuk solusi tertentu. 4. Menyebutkan persyaratan yang diperlukan atribut dengan tepat dan teliti. Bila dimungkinkan, spesifikasi harus dalam bentuk kuantitatif dan mengidentifikasikan jarak antar batas k. Determining Characteristics Dalam tahapan ini salah satu metode yang dapat digunakan adalah Quality Function Deployment (QFD). Tujuannya untuk menetapkan target yang akan dicapai oleh karakteristik teknis produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Prosedur yang dilalui dalam pembentukan Quality Function Deployment (QFD) adalah: 32

35 1) Mengidentifikasikan keinginan konsumen terhadap atribut produk. Suara konsumen dihargai dan keinginan konsumen bukan merupakan subjek untuk diterjemahkan oleh tim desain. 2) Menentukan atribut yang relatif penting Teknik pemberian rangking atau penempatan nilai dapat digunakan untuk membantu menentukan bobot relatif yang harus didampingkan dengan berbagai atribut. Persentase bobot normal digunakan. 3) Mengevaluasi atribut terhadap produk pesaing Nilai performansi untuk produk pesaing dan produk hasil rancangan tim desain harus terdaftar pada keinginan konsumen. 4) Menggambar matrik atribut produk dalam karakteristik teknik Termasuk semua karakteristik teknik yang mempengaruhi sejumlah atribut produk dan memastikannya untuk dapat disampaikan dalam unitunit yang dapat diukur. 5) Mengidentifikasi hubungan antara karakteristik teknik dengan atribut produk Kekuatan hubungan dapat diidentifikasikan dengan simbol atau nomor, penggunaan nomor mempunyai beberapa keuntungan, tetapi dapat memperkenalkan sebuah keakuratan palsu. 6) Mengidentifikasi beberapa hubungan yang relevan antara karakteristik teknik 33

36 Atap rumah dari House of Quality menguntungkan pengecekan, tetapi tergantung terhadap perubahan dalam konsep desain. 7) Mengatur target figur yang dapat dicapai untuk karakteristik teknik Menggunakan informasi dari produk pesaing atau percobaan dengan konsumen-konsumennya. l. Generating Alternatives Pada tahap ini mulai dicari solusi-solusi yang mungkin. Metode yang bisa dipakai adalah Morphological Chart Method. Morphological chart ini berguna untuk memperluas daerah pencarian solusi baru yang potensial dalam pengembangan alternatif (Cross, 1994). Tujuan dari pembangkitan alternatif adalah untuk membangkitkan solusi-solusi rancangan alternatif atau memperluas ruang pencarian terhadap solusi-solusi baru yang potensial. Kombinasi yang berbeda dari dari sub solusi dapat dipilih dari morphological chart, dan diharapkan dapat memunculkan solusi baru yang belum pernah teridentifikasi sebelumnya. Langkah-langkah pembuatan morphological chart adalah sebagai berikut: i. Membuat daftar fitur atau fungsi yang penting untuk produk tersebut. ii. Membuat daftar cara-cara untuk setiap fitur atau fungsi tersebut. iii. Menggambarkan bagan yang memuat seluruh solusi yang memungkinkan. iv. Mengidentifikasi kombinasi sub-solusi yang memungkinkan. 34

37 m. Evaluating Alternatives Tahap ini adalah tahap pemilihan alternatif terbaik diantara beberapa alternatif yang ada. Metode yang digunakan adalah metode weighted objectives (pembobotan obyektif). Pemilihan dilakukan berdasarkan jumlah dari score dikalikan bobot yang menghasilkan angka terbesar. Langkahlangkah yang dibutuhkan dalam pengerjaan metode weighted objectives: 1) Membuat daftar tujuan perancangan. Pohon objektif dapat juga sebagai tambahan berguna untuk metode ini. 2) Mengurutkan tingkatan tujuan. Perbandingan dapat membantu menyusun urutan tingkatan. 3) Menentukan pembobotan relatif tujuan. 4) Menyusun nilai kegunaan untuk setiap tujuan. 5) Menghitung dan membandingkan nilai kegunaan relatif perancangan alternatif. n. Improving Details Contoh metode yang dapat digunakan pada tahap ini adalah value engineering. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan fungsi atau nilai produk dan mereduksi biaya produksi. Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam teknik value engineering adalah : 1) Pembuatan daftar komponen-komponen produk, identifikasi fungsi dari setiap komponen. 2) Pembandingan nilai dari setiap fungsi yang telah diidentifikasi (nilai disini adalah nilai yang dirasakan oleh konsumen). 35

38 3) Pembandingan biaya dari setiap komponen (setelah komponen selesai dirakit). 4) Pencarian solusi untuk pengurangan biaya tanpa pengurangan performansi/nilai fungsional produk atau penambahan performansi/nilai fungsional produk tanpa penambahan biaya. Dalam hal perlu adanya suatu teknik kreatif yang kritis. 5) Pengevaluasian alternatif dan pemilihan pengembangan yang dilakukan Perhitungan waktu Baku Perhitungan waktu baku merupakan perhitungan waktu tidak langsung. Jika semua data yang didapat telah memiliki keseragaman yang dikehendaki, dan jumlahnya telah memenuhi tingkat-tingkat ketelitian serta keyakinan yang diinginkan, maka selanjutnya adalah mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu baku. Langkah-langkah untuk mendapatkan waktu baku dari data yang terkumpul adalah sebagai berikut: a. Menghitung waktu siklus rata-rata (Ws) dengan: Ws Xi = (3.9) N dimana : X i = waktu amatan N = jumlah amatan b. Menghitung waktu normal (Wn) dengan: Wn = Ws p (3.10) dimana p adalah faktor penyesuaian. Faktor penyesuaian ini diperhitungkan jika pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar. Jika pekerja bekerja dengan wajar, maka 36

39 nilai p = 1, jika terlalu lambat nilai p<1, dan jika terlalu cepat nilai p>1. c. Menghitung waktu baku (Wb) dengan: Wb = Wn ( 1 + a) (3.11) dimana 1 adalah allowance yang diberikan kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal Faktor Penyesuaian Suatu ketidakwajaran dalam melakukan suatu pekerjaan hendaknya disesuaikan atau diwajarkan dengan memberikan faktor penyesuaian untuk memperoleh waktu penyelesaian yang normal. Ada beberapa cara atau metode yang digunakan untuk menentukan besarnya faktor penyesuaian (Sutalaksana dkk., 1979): a. Cara Presentase Cara ini merupakan cara yang paling awal digunakan dalam melakukan penyesuaian. Besarnya faktor penyesuaian sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama melakukan pengukuran. Jadi sesuai pengukuran dia menentukan harga p yang menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila dikalikan dengan waktu siklus. Misalnya si pengukur berpendapat bahwa p=110%. Jika waktu siklusnya telah terhitung sama dengan 14,6 menit, maka waktu normalnya: Wn = 14,6 x 1,1 = 16,6 menit Cara ini sangat subjektif dan sangat sederhana. 37

40 b. Cara Shumard Cara ini memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas performansi kerja, dimana setiap kelas memiliki nilai sendiri-sendiri, dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel Penyesuaian Menurut Cara Shumard (Sutalaksana dkk., 1979) KELAS PENYESUAIAN Superfast 100 Fast + 95 Fast 90 Fast - 85 Excellent 80 Good + 75 Good 70 Good _ 65 Normal 60 Fair + 55 Fair 50 Fair _ 45 Poor 40 Misalnya seorang yang dianggap bekerja normal diberi nilai 60. Bila performansi kerjanya dinilai excellent, maka dia mendapat nilai 80. Dengan demikian dapat diperoleh faktor penyesuaiannya adalah P = 80/60 = 1,33 Jika waktu siklus rata-ratanya sama dengan 276,4 detik, maka waktu normalnya: Wn = 276,4 x 1,33 = 367,6 detik c. Cara Westinghouse Cara ini mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran dan ketidakwajaran dalam bekerja yaitu Keterampilan, 38

41 Usaha, Kondisi Kerja, dan Konsistensi. Faktor keterampilan didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang telah ditetapkan. Faktor usaha dimaksudkan sebagai kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan pekerja ketika melakukan pekerjaannya. Faktor kondisi kerja merupakan kondisi fisik lingkungannya seperti keadaan pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan. Faktor konsistensi menunjukkan kemampuan pekerja untuk tetap bekerja secara konsisten. Faktor ini perlu diperhatikan karena kenyataan bahwa pada setiap pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah-ubah dari satu siklus ke siklus lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Pengelompokan mengenai kelaskelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini. Tabel Penyesuaian Menurut Westinghouse (Sutalaksana dkk.,1979) FAKTOR KELAS LAMBANG PENYESUAIAN KETERAMPILAN USAHA Superskill Excellent Good Average Fair Poor Excessive Excellent A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A1 A2 B1 B2 + 0,15 + 0,13 + 0,11 + 0,08 + 0,06 + 0,03 0,00-0,05-0,10-0,16-0,22 + 0,13 + 0,12 + 0,10 + 0,08 39

42 FAKTOR KELAS LAMBANG PENYESUAIAN Good Average Fair Poor KONDISI KERJA Ideal Excellenty Good Average Fair Poor C1 C2 D E1 E2 F1 F2 A B C D E F + 0,05 + 0,02 0,00-0,04-0,08-0,12-0,17 + 0,06 + 0,04 + 0,02 0,00-0,03-0,07 KONSISTENSI Perfect Excellent Good Average Fair Poor A B C D E F + 0,04 + 0,03 + 0,01 0,00-0,02-0,04 Dalam menghitung faktor penyesuaian, bagi keadaan yang dianggap wajar diberi harga p=1, sedangkan terhadap penyimpangan dari keadaan ini harga p nya ditambah dengan angka-angka yang sesuai dengan ke empat faktor di atas. Misalnya jika waktu siklus rata-rata sama dengan 124,6 detik dan waktu ini dicapai dengan keterampilan pekerja yang dinilai fair (E1), usaha good (C2), kondisi excellent (B) dan konsistensi poor (F), maka tambahan terhadap p=1 adalah: Keterampilan : Fair (E1) = -0,05 Usaha : Good (C2) = +0,02 Kondisi : Excellent (B)= +0,04 Konsistensi : Poor (F) = -0,04 Jumlah : -0,03 40

43 Jadi p=(1 0,03) atau p=0,97 sehingga waktu normalnya Wn = 124,6 x 0,97 = 120,9 detik d. Cara Objektif Cara yang terakhir ini memperhatikan 2 faktor, yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan kerja. Kedua faktor inilah yang dipandang secara bersamasama menentukan harga p untuk mendapatkan waktu normal. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Jika operator bekerja dengan kecepatan wajar diberi nilai satu atau p1=1. Apabila kecepatan kerjanya dianggap terlalu tinggi maka p1>1 dan sebaliknya p1<1 jika terlalu lambat. Tingkat kesulitan kerja dinotasikan dengan p2, berhubungan dengan penggunaan anggota badan dalam melakukan suatu pekerjaan, apakah ada pedal kaki dan sebagainya. Besarnya faktor penyesuaian (p) diperoleh dengan mengalikan p1 dengan p2. 41

44 Tabel Penyesuaian Tingkat Kesulitan Cara Objektif (Sutalaksana dkk., 1979) KEADAAN ANGGOTA BADAN TERPAKAI Jari Pergelangan tangan dari jari Lengan bawah, pergelangan tangan dan jari Lengan atas, lengan bawah dst Badan Mengangkat beban dari lantai dengan kaki PEDAL KAKI Tanpa pedal, atau satu pedal dengan sumbu di bawah kaki Satu atau dua pedal dengan sumbu tidak di bawah kaki PENGGUNAAN TANGAN Kedua tangan saling bantu atau bergantian Kedua tangan mengerjakan gerakan yang sama pada saat yang sama KOORDINASI MATA DENGAN TANGAN Sangat sedikit Cukup dekat Konstan dan dekat Sangat dekat Lebih kecil dari 0,04 cm PERALATAN Dapat ditangani dengan mudah Dengan sedikit kontrol Perlu kontrol dan penekanan Perlu penanganan hati-hati Mudah pecah, patah LAMBANG PENYESUAIAN A B C D E E2 F G H H2 I J K L M N O P Q R

45 Tabel Lanjutan KEADAAN LAMBANG PENYESUAIAN BERAT BEBAN (kg) Tangan Kaki 0,45 B ,90 B ,35 B ,80 B ,25 B ,70 B ,15 B ,60 B ,05 B ,50 B ,95 B ,40 B ,85 B ,30 B Jika untuk suatu pekerjaan diperlukan gerakangerakan lengan bagian atas, siku, pergelangan tangan dan jari (C), tidak ada pedal kaki (F), kedua tangan bekerja bergantian (H), koordinasi mata dengan tangan sangat dekat (L), alat yang dipakai hanya memerlukan sedikit control (O), dan berat benda yang ditangani 2,3 kg, maka: Bagian badan yang dipakai : C = 2 Pedal kaki : F = 0 Cara menggunakan kekuatan tangan : H = 0 Koordinasi mata dengan tangan : L = 7 Peralatan : O = 1 Berat : B-5 = 13 Jumlah = 23 Sehingga p2 = (1+0,23) atau p2 = 1,23. Faktor penyesuaiannya dihitung dengan: 43

46 p = p1 x p2 (3.12) Jika nilai p1 telah diketahui sama dengan 0,9 maka faktor penyesuaian untuk operator yang bersangkutan: p = 0,9 x 1,23 = 1, Faktor Kelonggaran Faktor kelonggaran diberikan untuk tiga hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan dimana kelonggaran perlu ditambahkan setelah mendapatkan waktu normal (Sutalaksana dkk.,1979). a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi Kebutuhan pribadi yang dimaksud disini adalah halhal seperti minum sekadarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap-cakap dengan teman kerja sekadar untuk menghilangkan ketegangan ataupun kejemuan dalam bekerja. Kebutuhan-kebutuhan ini jelas merupakan sesuatu yang mutlak, karena merupakan tuntutan psikologis dan fisiologis yang wajar dan manusiawi, serta dapat menurunkan produktivitas pekerja apabila tidak dilaksanakan. Besarnya kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi berbeda-beda dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Berdasarkan penelitian diketahui besar kelonggaran ini berbeda antara pekerja pria dan wanita. b. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique Rasa fatique tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. Salah 44

47 satu cara untuk menentukan besarnya kelonggaran ini adalah dengan melakukan pengamatan sepanjang hari kerja dan mencatat pada saat-saat dimana hasil produksi menurun. Tetapi masalahnya adalah kesulitan dalam menentukan pada saat-saat mana menurunnya hasil produksi diebabkan oleh timbulnya rasa fatique karena masih banyak kemungkinan lain yang dapat menyebabkannya. Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus bekerja untuk menghasilkan performance normalnya, maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambahkan rasa fatique. Bila hal ini berlangsung terus-menerus akan dapat menimbulkan fatique total yaitu jika anggota badan yang bersangkutan sudah tidak dapat melakukan gerakan kerja sama sekali walaupun sangat dikehendaki. Hal ini jarang terjadi karena berdasarkan pengalamannya pekerja dapat mengatur kecepatan kerjanya sedemikian rupa sehingga lambatnya gerakan-gerakan kerja ditujukan untuk menghilangkan rasa fatique ini. c. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan Hambatan dalam hal ini ada 2, pertama hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol berlebihan serta yang kedua hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerja untuk mengendalikannya. Bagi yang pertama jelas harus dihilangkan, sedangkan yang hambatan kedua akan tetap ada dan karenanya harus diperhitungkan dalam perhitungan waktu baku. Beberapa contoh yang termasuk hambatan tak terhindarkan adalah: 45

48 1) Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas 2) Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin 3) Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya 4) Mengasah peralatan potong 5) Mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang 6) Hambatan-hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan 7) Mesin berhenti karena aliran listrik mati atau putus Besarnya hambatan untuk kejadian-kejadian seperti itu sangat bervariasi dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain bahkan dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain karena banyaknya penyebab seperti mesin, kondisi mesin, prosedur kerja, ketelitian suplai alat dan bahan dan sebagainya. 46

49 Tabel Besar Kelonggaran Berdasar Faktor yang Berpengaruh (Sutalaksana dkk., 1979) Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%) A.Tenaga yg dikeluarkan Ekivalen Beban (kg) Pria Wanita 1.Dapat diabaikan Bekerja di meja, duduk Tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0 2.Sangat ringan Bekerja di meja, berdiri 0,00-2,25 6,0-7,5 6,0-7,5 3.Ringan Menyekop, ringan 2,25-9,00 7,5-6,0 7,5-6,0 4.Sedang Mencangkul 9,00-18,00 12,0-19,0 16,0-30,0 5.Berat Mengayun palu yg berat 18,00-27,00 19,0-30,0 6.Sangat berat Memanggul beban 27,00-50,00 30,0-50,0 7.Luar biasa berat Memanggul karung berat > 50,00 B.Sikap Kerja 1.Duduk Bekerja duduk, ringan 0,0-1,0 2.Berdiri diatas 2 kaki Badan tegak, ditumpu 2 kaki 1,0-2,5 3.bediri diatas 1 kaki 1 kaki mengerjakan alat control 2,5-4,0 4.Berbaring pada bag. Sisi belakang atau depan badan 2,5-4,0 5.Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pd ke-2 kaki 4,0-10,0 C.Gerakan Kerja 1.Normal Ayunan bebas dari palu 0,0 2.Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0,0-5,0 3.Sulit Membawa beban berat dg satu tangan 0,0-5,0 4.Pada angota-anggota Bekerja dengan tangan di atas kepala 5,0-10,0 Badan terbatas 5.Seluruh anggota badan Bekerja dilorong pertambangan yang sempit 10,0-15,0 terbatas 47

50 Tabel Lanjutan Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%) D.Kelelahan mata *) Pencahayaan Baik Buruk 1.Pandangan yg terputus-putus Membaca alat ukur Pandangan yg hampir terus-menerus Pekerjaan-pekerjaan yg teliti Pandangan terus-menerus dg Memeriksa cacat-cacat pada 2 5 fokus yang berubah-ubah Kain 4.Pandangan terus-menerus dg Pemeriksaan yang sangat 4 8 fokus tetap Teliti E. Keadaan Temp. Tempat Kerja **) Temperatur (c) Kelemahan normal Berlebih 1.Beku <0 di atas 10 di atas 12 2.Rendah s/d 0 12 s/d 5 3.Sedang s/d 0 8 s/d 0 4.Normal s/d 5 0 s/d 8 5.Tinggi s/d 40 8 s/d Sangat Tinggi >38 di atas 40 di atas

51 Tabel Lanjutan Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%) F. Keadaan Atmosfer ***) 1. Baik Ruangan yang berventilasi baik, udara segar 2. Cukup Baik Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan Adanya debu-debu beracun, atau tidak beracun tapi banyak 3. Kurang Baik Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan 4. Buruk Alat-alat pernafasan G. Keadaan Lingkungan yang Baik 1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0 2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik Sangat bising Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas Terasa adanya getaran lantai Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi,kebersihan,dll) 5-15 H. Kelonggaran Kebutuhan Pribadi 1. Pria 0-2,5 2. Wanita 2-5 Keterangan: *) Kontras antar warna hendaknya diperhatikan. **) Tergantung juga pada keadaan ventilasi ***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim 49

52 3.6. Mekanika Teknik Gaya Gaya (F) didefinisikan sebagai aksi suatu benda terhadap benda lain dan umumnya ditentukan oleh titik kerjanya, besarnya dan arahnya. Gaya mungkin saja terpusat atau terdistribusi. Apabila dimensi luasannya sangat kecil dibandingkan dimensi-dimensi lain dari banda yang bersangkutan, dapat dianggap sebagai gaya terpusat pada suatu titik. Berat suatu benda adalah gaya tarikan gravitasi yang terdistribusi pada volumenya dan dapat dikatakan sebagai gaya terpusat yang bekerja melalui titik berat benda yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung gaya berat jika massanya telah diketahui: W = m.g (3.13) dimana: W = Gaya berat (N) m = Massa (kg) g = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) Momen Sebuah gaya cenderung untuk menggerakkan suatu benda pada arah kerjanya. Selain itu sebuah gaya juga cenderung untuk memutar suatu benda terhadap suatu sumbu. Sumbu ini dapat merupakan sembarang garis yang tidak berpotongan maupun sejajar dengan garis kerja gaya tersebut. Kecenderungan untuk berotasi ini disebut sebagai momen M dari gaya tersebut. Besar momen didefinisikan sebagai: 50

53 M = F.d (3.14) dimana M = Momen (Nmm) F = Gaya (N) d = Jarak tegak lurus gaya terhadap titik momen (mm) Tegangan (Stress) Intensitas gaya yang tegak lurus atau normal terhadap irisan disebut tegangan normal (normal stress) pada sebuah titik (Popov, 1996). Tegangan normal dilambangkan dengan huruf Yunani σ (sigma). Suatu tegangan tertentu yang dianggap benar-benar bertitik tangkap pada sebuah titik, secara matematis didefinisikan oleh persamaan: σ = lim ΔF/ΔA (3.15) ΔA 0 dimana F adalah suatu gaya yang bekerja tegak lurus terhadap potongan, sedangkan A merupakan luas yang bersangkutan. Tegangan normal yang menghasilkan tarikan pada permukaan sebuh potongan disebut tegangan tarik, sedangkan tegangan normal yang mendorong potongan disebut tegangan tekan Momen Lentur Momen lentur dilambangkan dengan simbol M yang berasal dari huruf Latin. Persamaan untuk mencari momen lenturan adalah sebagai berikut: M σ = (3.16) I y 51

54 dari persamaan tersebut, σ adalah tegangan pada jarak y dari sumbu netral. Karena tegangan berbanding lurus dengan jarak ke sumbu netral, tegangan maksimum akan tergantung pada jarak maksimum y. Jadi bila σ maks adalah tegangan maksimum dan y maks adalah jarak maksimum dari sumbu netral ke suatu bagian irisan, maka: M = σ maks x (I/y maks ) (3.17) Momen lentur dinyatakan dalam satuan newton meter (Nm). Momen lentur sebuah poros inersia utama menimbulkan tegangan lentur sebagai berikut: M.y σ = (3.18) I 52

55 BAB 4 PROFIL PERUSAHAAN DAN DATA 4.1. Profil Perusahaan dan Uraian Proses Produksi D&D Handycraft merupakan suatu industri kerajinan yang beralamat di jalan Imogiri Barat No. 1 Km 3,5 Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. D&D Handycraft didirikan pada tahun 1982 oleh Bapak Suyono dan Ibu Wati dengan jumlah pekerja awal sebanyak 4 orang dan produk yang dihasilkan adalah tas, sabuk, wadah multifungsi dan dompet. Produk tas terbuat dari beberapa macam bahan, diantaranya bahan enceng gondok, agel, nilon dan daun lontar; produk sabuk dan dompet terbuat dari kulit; produk wadah multifungsi terbuat dari kertas karton. Produk yang masih lancar diproduksi oleh D&D Handycraft sampai saat ini adalah wadah multifungsi dan tas dengan jumlah pekerja sebanyak 20 orang. Penelitian ini berfokus pada proses pembuatan wadah multifungsi yang terdiri dari 2 bentuk, yaitu berbentuk tabung dan kubus, terutama proses pemotongan kertas karton sebagai bahan utama pembuatan wadah multifungsi dengan menggunakan gunting dan cutter. Uraian proses pembuatan wadah multifungsi, baik yang berbentuk tabung maupun kubus, adalah sebagai berikut: 53

56 a. Proses 1 1. Membuat dan memotong pola 1 (termasuk pola untuk tutup wadah multifungsi) Gambar 4.1. Proses Pembuatan dan Pemotongan Pola 1 2. Menyemprot hasil potongan pola dengan karet mentah (proses pe-latek-an) Gambar 4.2. Proses Pelatekan Pola 1 3. Memasang puring untuk lapisan bagian dalam pada bagian yang telah di latek Gambar 4.3. Proses Pemasangan Puring 54

57 4. Pola yang telah dipasangi puring selanjutnya di latek Gambar 4.4. Proses Pelatekan Puring 5. Memotong puring sesuai pola yang telah ditempel Gambar 4.5. Pemotongan Puring 6. Merekatkan bagian tepi-tepinya Gambar 4.6. Proses Perekatan Bagian Tepi Puring 7. Setelah direkatkan bagian tepi-tepinya, selanjutnya mengelemnya 55

58 Gambar 4.7. Proses Pengeleman Puring 8. Merakit bagian-bagian pola yang telah dilem Gambar 4.8. Proses Perakitan Pola 1 9. Memukul-mukul pola yang telah dirakit dengan kayu agar sambungannya rata dan kuat Gambar 4.9. Proses Perataan Sambungan Pola 1 b. Proses 2 1. Membuat dan memotong pola 2 (termasuk pola untuk tutup wadah multifungsi) 56

59 Gambar Proses Pemotongan Pola 2 2. Melatek hasil potongan pola Gambar Proses Pelatekan Pola 2 3. Menempelkan pola pada vinil Gambar Proses Pemasangan Vinil 4. Melatek hasil perakitan pola 1 dan pola yang telah ditempelkan pada vinil 57

60 Gambar Proses Pelatekan Vinil 5. Memotong vinil sesuai pola yang telah ditempel Gambar Proses Pemotongan Vinil 6. Merekatkan bagian-bagian tepinya Gambar Proses Perekatan Bagian Tepi Vinil 7. Setelah direkatkan tepi-tepinya, selanjutnya menjahit bagian tepi-tepinya 58

61 Gambar Proses Penjahitan Vinil 8. Mengelem hasil vinil yang telah dijahit Gambar Proses Pengeleman Vinil 9. Setelah dilem lalu ditempelkan pada hasil perakitan pola 1 Gambar Prose Penempelan Vinil ke Pola Selanjutnya memukul-mukulnya dengan kayu agar tempelan dan sambungannya rata dan kuat 59

62 Gambar Proses Perataan Sambungan Produk Jadi 11. Wadah multifingsi siap dijual Gambar Produk Jadi 4.2. Data Penelitian Pendahuluan Data Kuisioner I Kuisioner I merupakan kuisioner pendahuluan yang dilakukan untuk mengetahui apakah pekerja di D&D Handycraft Collections mengalami kesulitan ketika memotong kertas karton dan untuk mengetahui keluhankeluhan apa saja yang dialami para pekerja berkaitan dengan gunting dan cutter sebagai alat yang mereka pergunakan dalam memotong kertas karton. Kuisioner 60

63 dibagikan kepada 7 pekerja di D&D Handycraft Collections. Pertanyaan yang diajukan kepada pekerja berjumlah 6 pertanyaan berupa spesifikasi gunting dan cutter, lama jam kerja, kesulitan-kesulitan dalam memotong kertas karton dan perlukah dirancang alat untuk memotong kertas karton yang baru. Selain itu, juga disertakan modifikasi dari Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ), (Kuorinka, 1986) seperti pada buku Occupational Biomechanics (Chaffin, dkk., 1999). NMQ digunakan untuk menentukan frekuensi dan bagian tubuh yang dirasakan tidak nyaman. NMQ terdiri dari beberapa pertanyaan yang difokuskan pada beberapa bagian tubuh yang berbeda. Bagian pertama dan kedua pada NMQ berkaitan dengan rasa sakit yang timbul pada bagian-bagian tubuh responden selama 3 tahun dan 1 tahun terakhir dimana responden diminta menjawab apakah responden pernah merasa sakit pada bagian leher, bahu, punggung, pinggang, tangan/pergelangan tangan, paha, dan kaki dengan menjawab ya atau tidak. Selanjutnya pada bagian ketiga responden diminta menjawab apakah 6 bulan terakhir responden sering merasa sakit pada bagian leher, bahu, punggung, pinggang, tangan/pergelangan tangan, paha, dan kaki dengan menjawab ya atau tidak. Apabila responden menjawab ya pada bagian ketiga maka dapat melanjutkan ke bagian keempat. Pada bagian keempat responden diminta memilih tingkat keluhan (tanpa rasa sakit, agak sakit, sakit, sangat sakit) yang dirasakan pada leher, bahu, punggung, pinggang, tangan/pergelangan tangan, paha dan 61

64 kaki. Selanjutnya pada bagian kelima responden diminta untuk menjawab apakah aktivitas sehari-hari terganggu (di rumah maupun di luar rumah) akibat keluhan tersebut pada bagian ketiga dengan menjawab ya atau tidak. Pada bagian keenam responden diminta memilih berapa lama biasanya rasa sakit tersebut pada bagian ketiga berlangsung (20 menit, 30 menit, 40 menit, dan lain-lain). Pada bagian terakhir, yaitu bagian ketujuh, responden diminta menuliskan selang jangka waktu rasa sakit tersebut pada bagian ketiga dirasakan kembali. Berikut ini adalah sebagian hasil kuesioner. Hasil kuisioner selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. 14,3% 57,1% 28,6% <= 1 Jam 2-3 jam 4-5 jam Gambar Lama Waktu Memotong Kertas Karton Bentuk Lingkaran Dalam Sehari 14,3% 42,9% 42,9% <= 1 Jam 2-3 jam 4-5 jam Gambar Lama Waktu Memotong Kertas Karton Bentuk Persegi Dalam Sehari 62

65 28,60% Butuh waktu yang lama 71,40% Butuh ketelitian yang cukup tinggi Gambar Kesulitan Memotong Kertas Karton Menggunakan Gunting dan Cutter 14,30% 85,70% Ya Tidak Gambar Perlu Dirancang Alat Untuk Memotong Kertas Karton Yang Baru Data Kuisioner II Kuisioner II berupa kuisioner preferensi responden yang disebarkan kepada pekerja D&D Handycraft Collections yang berjumlah 7 orang. Kuisioner ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dari tiap-tiap kriteria yang digunakan untuk perancangan produk. Tingkat kepentingan tersebut diberikan nilai skor, yaitu nilai skor 1 (sangat tidak penting), nilai skor 2 (tidak penting), nilai skor 3 (cukup penting), nilai skor 4 (penting) dan nilai skor 5 (sangat penting). 63

66 Tabel 4.1. Hasil Kuisioner II Hasil Kuisioner Tingkat Kepentingan Kriteria Total Total Tabel 4.2. Hasil Rata-Rata Tiap Kriteria No. Kriteria Ratarata 1. Ada pisau potong yang berbentuk 4,857 sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) 2. Pekerja cukup mengganti pisau 4,714 potong sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) 3. Adanya handle untuk 2,857 menaikkan/menurunkan plat landasan bagi pisau potong 4. Ukuran diameter, lebar dan 2,5714 tinggi handle disesuaikan dengan data anthropometri pekerja 5. Adanya pengaman pisau potong 3, Perubahan postur/posisi bekerja dari di lantai dengan posisi kaki kiri dilipat ke belakang sebagai alas penyanggah pantat dan kaki kanan ditekuk berubah menjadi berdiri 3,

67 7. Waktu baku <97,235 detik/potong untuk bentuk lingkaran dan <96,259 detik/potong untuk bentuk persegi 3, Data Waktu Siklus Awal Waktu siklus yang diambil adalah waktu siklus proses pemotongan kertas karton menggunakan gunting untuk memotong kertas karton berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 12 cm, dan menggunakan cutter untuk memotong kertas karton berbentuk persegi dengan ukuran 12 cm x 12 cm. Pertimbangannya adalah kotak multifungsi dengan ukuran 12 cm yang paling banyak dibuat, baik untuk wadah multifungsi berbentuk tabung maupun kubus. Tabel 4.3. Data Waktu Siklus Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Gunting (detik) Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja No ,3 80,2 83,3 80,4 80,5 82,4 79, ,1 79,5 75,5 79,2 80,1 75,8 78, ,2 81, ,1 79,1 81,3 83, ,2 80,1 81,6 80,3 79,3 79,1 79, ,8 78,9 79,4 80,9 80,4 82,9 82, ,5 79,3 84,1 81,2 80,5 77,1 77, ,9 81,1 79,1 79,1 79,9 81,5 80, ,1 79, ,5 78,8 79,5 81, ,2 80,6 80,3 80,9 80,1 80,9 79, ,7 80,4 77,2 79,6 81,2 81,2 80,9 65

68 Tabel 4.4. Data Waktu Siklus Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Cutter (detik) Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja No ,3 82,3 83,1 81,2 82,4 83,1 78, ,5 76,2 79,4 79,4 76,5 78,5 83, ,4 80,9 78,2 80,8 81,2 79,8 80,9 Tabel 4.4. Lanjutan Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja No ,1 81,3 80,3 80,1 81,9 79,7 77, ,6 78,9 80,5 79,7 78,3 80,4 81, ,7 81,4 76,7 79,3 81,4 77,8 81, ,2 77,8 80,5 81,1 82,1 81,2 77, ,1 77,1 78,6 80,4 77,3 78,9 80, ,9 82,6 81,4 79,4 79,6 81,4 79, ,7 80,3 80,9 79,3 79,7 80,3 81, Data Pengukuran Anthropometri Data anthropometri yang digunakan adalah data anthropometri laki-laki yang berusia antara 22 sampai 35 tahun. Data anthropometri diperoleh melalui pengukuran pekerja di D&D Handycraft Collections dan orang orang disekitar tempat usaha yang memenuhi persyaratan usia tersebut. 66

69 Tabel 4.5. Data Anthropometri Laki-Laki Dewasa (dalam cm) No. Umur LTT DGT TBH PLB ,6 4, , ,7 4, , ,2 4, , ,3 4, ,6 4, ,3 4, , , , Tabel 4.5. Lanjutan No. Umur LTT DGT TBH PLB ,2 4, ,7 4, ,5 4, ,4 4, , ,3 4, ,2 4, , , , ,4 4, , ,9 4, ,9 4, , , ,3 4,

70 ,6 4, , ,4 4, ,8 4, , ,3 4, , ,7 4, , ,2 4, , , ,6 4, ,1 4, ,3 4, ,5 4, Keterangan: LTT = lebar telapak tangan DGT = diameter genggaman tangan TBH = tinggi bahu PLB = panjang lengan bawah 4.5. Data Waktu Siklus Baru Waktu siklus yang diambil adalah waktu siklus proses pemotongan kertas karton menggunakan alat pemotong kertas karton hasil rancangan, baik kertas karton berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 12 cm maupun kertas karton berbentuk persegi dengan ukuran 12 cm x 12 cm. 68

71 Tabel 4.6. Data Waktu Siklus Proses Pemotongan Kertas Karton Bentuk Lingkaran (detik) Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja No ,1 50,4 49,7 50,7 50,2 51,6 49, ,7 49,8 51,2 49,2 50,7 50,4 48, ,3 49,6 50,1 49,9 48,3 48,5 50, ,3 48,5 50,8 48,4 49,1 49,3 49, ,5 50,2 48,4 49,2 50,6 49,7 50, ,4 51,9 50,2 51,1 49,8 49,7 50, ,6 49,3 50,9 49,5 49,5 50,1 49, ,1 50,2 48,3 50,3 51,1 50,4 48, ,2 48,8 49,7 48,6 50,5 49,9 50, ,2 50,3 49,5 49,4 49,1 49,5 49,8 Tabel 4.7. Data Waktu Siklus Proses Pemotongan Kertas Karton Bentuk Persegi (detik) Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja Pekerja No ,1 53,4 49,7 49,5 49,1 49,5 50, ,4 49,1 49,1 48,3 48,7 49,1 49, ,6 51,6 50,2 50,7 50,2 48,8 49, ,9 47,5 49,6 48,9 49,4 50,2 48, ,7 50,2 48,7 49,7 49,8 49,5 50, ,4 50,7 48,4 49,2 50,1 48,7 49, ,6 47,3 50,2 50,6 49,6 50,2 49, ,2 47,9 49,4 49,5 50,3 49,7 50, ,5 50,1 49,6 48,1 48,7 49,2 48, ,3 50,8 50,1 50,3 49,8 50,1 50, Data Harga Material Data harga material yang digunakan untuk pembuatan alat pemotong kertas karton berasal dari beberapa sumber, antara lain: 69

72 1) Toko Besi Sekawan Jaya, Jl. Magelang Km.8 Sleman Yogyakarta 2) Toko Bandung, J. Diponegoro Yogyakarta 3) Laboratorium Las dan bubut STM Pembangunan Mrican, Yogyakarta 4) Bengkel Rekayasa Pak Wangdi, Cambahan, Nogo Tirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta Berikut adalah daftar harga material dari beberapa sumber tersebut di atas per Januari 2008: Plat siku = Rp ,00 /6m Plat tebal 9mm = Rp ,00/m Pipa 0,75 in = Rp ,00 /6m Plat strip = Rp ,00/6m Baja AS 1 in = Rp ,00/6m Baja AS bulat Ø 1,25 in = Rp ,00/6m Plat tebal 9mm = Rp ,00/28.800cm 2 Plat tebal 6cm = Rp ,00/6m Biaya tenaga kerja = Rp ,00/hari Canal C = Rp ,00/6m Plat strip = Rp ,00/6m Baut + mur = Rp 1.000,00/buah Plat tebal 1mm = Rp ,00/6m 70

73 BAB 5 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Postur Awal Gambar postur tubuh pekerja pada saat memotong kertas karton menggunakan gunting dan cutter, dan besarnya sudut pada setiap bagian tubuh pekerja dapat dilihat pada bagian Lampiran 2. Analisis postur pekerja pada proses pemotongan kertas karton menggunakan gunting dan cutter dengan metode REBA adalah sebagai berikut: a. Analisis REBA pada proses pemotongan kertas karton berbentuk lingkaran menggunakan gunting (bagian kanan) Tabel 5.1. Total Skor Analisis REBA Pada Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Gunting (Bagian Kanan) Tabel A Tabel B Bagian Skor Bagian Skor Tubuh Tubuh Trunk 3 Upper Arms 2 Neck 2 Lower Arms 1 Legs 4 Wrist 3 Total 7 Total 3 Load/force 0 Coupling 1 Total skor 7 Total skor 4 tabel A tabel B Skor tabel C = 8 Activity score = 1 Total skor REBA = 9 71

74 Hasil analisis postur pekerja dengan metode REBA menunjukkan bahwa proses pemotongan kertas karton menggunakan gunting (bagian kanan) memiliki skor REBA total 9. Ini berarti bahwa tingkat risiko dalam proses pemotongan kertas karton menggunakan gunting (bagian kanan) tinggi dan perlu dilakukan perbaikan dengan segera. b. Analisis REBA pada proses pemotongan kertas karton berbentuk lingkaran menggunakan gunting (bagian kiri) Tabel 5.2. Total Skor Analisis REBA Pada Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Gunting (Bagian Kiri) Tabel A Tabel B Bagian Skor Bagian Skor Tubuh Tubuh Trunk 3 Upper Arms 3 Neck 2 Lower Arms 1 Legs 4 Wrist 2 Total 7 Total 4 Load/force 0 Coupling 3 Total skor 7 Total skor 7 tabel A tabel B Skor tabel C = 9 Activity score = 1 Total skor REBA = 10 Hasil analisis postur pekerja dengan metode REBA menunjukkan bahwa proses pemotongan kertas karton menggunakan gunting (bagian kiri) memiliki skor REBA total 10. Ini berarti bahwa tingkat risiko dalam proses pemotongan kertas karton menggunakan 72

75 gunting (bagian kiri) tinggi dan perlu dilakukan perbaikan dengan segera. c. Analisis REBA pada proses pemotongan kertas karton berbentuk persegi menggunakan cutter (bagian kanan) Tabel 5.3. Total Skor Analisis REBA Pada Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Cutter (Bagian Kanan) Tabel A Tabel B Bagian Skor Bagian Skor Tubuh Tubuh Trunk 3 Upper Arms 1 Neck 2 Lower Arms 1 Legs 4 Wrist 3 Total 7 Total 2 Load/force 0 Coupling 1 Total skor 7 Total skor 3 tabel A tabel B Skor tabel C = 7 Activity score = 1 Total skor REBA = 8 Hasil analisis postur pekerja dengan metode REBA menunjukkan bahwa proses pemotongan kertas karton menggunakan cutter (bagian kanan) memiliki skor REBA total 8. Ini berarti bahwa tingkat risiko dalam proses pemotongan kertas karton menggunakan cutter (bagian kanan) tinggi dan perlu dilakukan perbaikan dengan segera. 73

76 d. Analisis REBA pada proses pemotongan kertas karton berbentuk persegi menggunakan cutter (bagian kiri) Tabel 5.4. Total Skor Analisis REBA Pada Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Cutter (Bagian Kiri) Tabel A Tabel B Bagian Skor Bagian Skor Tubuh Tubuh Trunk 3 Upper Arms 3 Neck 2 Lower Arms 2 Legs 4 Wrist 2 Total 7 Total 5 Load/force 0 Coupling 3 Total skor 7 Total skor 8 grup A grup B Skor Grup C = 10 Activity score = 1 Total skor REBA = 11 Hasil analisis postur pekerja dengan metode REBA menunjukkan bahwa proses pemotongan kertas karton menggunakan cutter (bagian kiri) memiliki skor REBA total 11. Ini berarti bahwa tingkat risiko dalam proses pemotongan kertas karton menggunakan cutter (bagian kiri) sangat tinggi dan perlu dilakukan perbaikan sekarang juga. 74

77 5.2. Perhitungan Waktu Baku Awal Hasil pengujian kenormalan, keseragaman, dan kecukupan data waktu siklus proses pemotongan kertas karton awal menggunakan gunting dan cutter dapat dilihat pada bagian Lampiran Perhitungan Waktu Baku Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Gunting Pekerja 1 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Perhitungan waktu siklus rata-rata menggunakan persamaan: Ws = X N i 801 = = 80,1 detik 10 b. Waktu normal Perhitungan waktu normal menggunakan faktor penyesuaian berdasarkan Westinghouse karena penilaian kerja didasarkan pada 4 faktor yang dirincikan secara mendetail sehingga meminimalkan penilaian yang bersifat subyektif. Berdasarkan pengamatan sesuai dengan ciri-ciri yang telah ditetapkan, maka diperoleh besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(80,1 detik)x(1,02)=81,702 detik 75

78 c. Waktu baku Perhitungan waktu menggunakan nilai kelonggaran. Berdasarkan pengamatan maka diperoleh besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (81,702 detik) x (1 + 0,18) = (81,702 detik) x (1,18) = 96,408 detik Pekerja 2 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X N b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: i 800,8 = = 80,08 detik 10 Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(80,08 detik)x(1,04)=83,28 detik 76

79 c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (83,28 detik) x (1 + 0,18) = (83,28 detik) x (1,18) = 98,27 detik Pekerja 3 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X 800,5 i = = 80,05 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(80,05 detik)x(1,02)=81,65 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: 77

80 Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (81,65 detik) x (1 + 0,18) = (81,65 detik) x (1,18) = 96,35 detik Pekerja 4 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X i 801,2 = = 80,12 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D2)= 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(80,12 detik)x(1,04)=83,32 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% 78

81 Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (83,32 detik) x (1 + 0,18) = (83,32 detik) x (1,18) = 98,32 detik Pekerja 5 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X 799,9 i = = 79,99 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(79,99 detik)x(1,04)=83,19 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% 79

82 Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (83,19 detik) x (1 + 0,18) = (83,19 detik) x (1,18) = 98,16 detik Pekerja 6 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X N b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: i 801,7 = = 80,17 detik 10 Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(80,17 detik)x(1,02)=81,77 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% 80

83 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (81,77 detik) x (1 + 0,18) = (81,77 detik) x (1,18) = 96,49 detik Pekerja 7 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X 803 i = N 10 = 80,3 detik b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(80,3 detik)x(1,02)=81,91 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% 81

84 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 17% Wb = Wn ( 1 + a) = (81,91 detik) x (1 + 0,18) = (81,91 detik) x (1,18) = 96,65 detik Perhitungan Waktu Baku Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Cutter Pekerja 1 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) X 796,5 i Ws = = = 79,65 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(79,65 detik)x(1,02)=81,24 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% 82

85 Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (81,24 detik) x (1 + 0,18) = (81,24 detik) x (1,18) = 95,86 detik Pekerja 2 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X N b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: i 798,8 = = 79,88 detik 10 Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(79,88)x(1,02)=81,48 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% 83

86 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (81,48 detik) x (1 + 0,18) = (81,48 detik) x (1,18) = 96,15 detik Pekerja 3 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = 799,6 X i = = 79,96 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(79,96 detik)x(1,02)=81,56 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% 84

87 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (81,56 detik) x (1 + 0,18) = (81,56 detik) x (1,18) = 96,24 detik Pekerja 4 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X 800,7 i = = 80,07 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(80,07 detik)x(1,04)=83,27 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% 85

88 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (83,27 detik) x (1 + 0,18) = (83,27 detik) x (1,18) = 98,26 detik Pekerja 5 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X 800,4 i = = 80,04 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(80,04 detik)x(1,02)=81,64 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% 86

89 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (81,64 detik) x (1 + 0,18) = (81,64 detik) x (1,18) = 96,34 detik Pekerja 6 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) X i 801,1 Ws = = = 80,11 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(80,11 detik)x(1,02)=81,71 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 8% Keadaan atmosfer = 3% 87

90 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (81,71 detik) x (1 + 0,18) = (81,71 detik) x (1,18) = 96,42 detik Pekerja 7 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X N b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: i 801,2 = = 80,12 detik 10 Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(80,12 detik)x(1,02)=81,72 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 6% Sikap kerja = 1% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 3% Keadaan atmosfer = 3% 88

91 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 18% Wb = Wn ( 1 + a) = (81,72 detik) x (1 + 0,18) = (81,72 detik) x (1,18) = 96,43 detik Tabel 5.5. Waktu Baku Proses Pemotongan Kertas Karton Awal Pekerja Waktu Baku (detik) Gunting Cutter 1 96,408 95, ,27 96, ,35 96, ,32 98, ,16 96, ,49 96, ,65 96,43 Rata-rata 97,235 96, Analisis Data Anthropometri Uji Kenormalan Data Anthropometri Pengujian kenormalan data menggunakan software berupa SPSS 12.0 for windows. Hasil seluruh pengujian mengenai data lebar telapak tangan, data diameter genggaman tangan dan data tinggi siku berdiri dinyatakan normal karena nilai signifikannya lebih besar dari 0,05. 89

92 Hasil pengujian kenormalan data untuk data lebar telapak tangan, data diameter genggaman tangan dan data tinggi siku berdiri dapat dilihat pada Tabel 5.6. berikut ini. Tabel 5.6. Hasil Uji Kenormalan Data Anthropometri Dimensi Nilai Signifikan Keterangan LTT 0,530 Normal DGT 0,120 Normal TSB 0,296 Normal Keterangan: LTT = Lebar Telapak Tangan DGT = Dianeter Genggaman Tangan TSB = Tinggi Siku Berdiri Uji Keseragaman Data Anthropometri Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui homogenitas data yang diambil dalam melakukan perancangan, sehingga dapat dikatakan seragam apabila rata-rata setiap sub group berada di dalam batas bawah dan batas atas yang telah dihitung. Hasil pengujian keseragaman data untuk data lebar telapak tangan, data diameter genggaman tangan dan data tinggi siku berdiri dapat dilihat pada Tabel 5.7. berikut ini. 90

93 Tabel 5.7. Hasil Uji Keseragaman Data Anthropometri Dimensi Nilai Ratarata BKA BKB Keterangan Sub grup LTT 8,2204 8,7249 7,7159 Seragam DGT 4,1612 4,3129 4,0096 Seragam TSB 100, , ,7293 Seragam Keterangan: BKB = Batas Kontrol Bawah BKA = Batas Kontrol Atas LTT = Lebar Telapak Tangan DGT = Diameter Genggaman Tangan TSB = Tinggi Siku Berdiri Uji Kecukupan Data Anthropometri Pengujian kecukupan data sangat dipengaruhi oleh besarnya tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan. Pengujian kecukupan data ini menggunakan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 99%. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyimpangan maksimum dalam pengukuran yang diperbolehkan sebesar 5% dari nilai yang sebenarnya dan besarnya kemungkinan data terletak pada tingkat ketelitian tersebut adalah 99%. Jadi, nilai indeks untuk tingkat kepercayaan (K) 99% adalah 3 dan nilai indeks untuk tingkat ketelitian (S) adalah 0,05. Hasil pengujian kecukupan data untuk data lebar telapak tangan, diameter genggaman tangan dan 91

94 data tinggi siku berdiri dapat dilihat pada Tabel 5.8. berikut ini. Tabel 5.8. Hasil Uji Kecukupan Data Anthropometri Dimensi N N Keterangan LTT 49 10,5456 Cukup DGT 49 3,7182 Cukup TSB 49 1,6264 Cukup Keterangan: N = Jumlah data pengamatan yang diambil N = Jumlah data pengamatan yang seharusnya diamati LTT = Lebar Telapak Tangan DGT = Diameter Genggaman Tangan TSB = Tinggi Siku Berdiri Perhitungan Nilai Persentil Nilai persentil yang dihitung adalah persentil ke-5, ke-50 dan ke-95. Hasil pengolahan data dalam nilai persentil untuk data lebar telapak tangan, diameter genggaman tangan dan data tinggi siku berdiri dapat dilihat pada Tabel 5.9. berikut ini. Tabel 5.9. Hasil Nilai Persentil Dimensi Nilai Persentil (cm) Ke-5 Ke-50 Ke-95 LTT 7,9446 8,2204 8,4962 DGT 4,0783 4,1612 4,2441 TBH 98, , ,4622 Keterangan: LTT = Lebar Telapak Tangan DGT = Dianeter Genggaman Tangan TSB = Tinggi Siku Berdiri 92

95 5.4. Analisis Perancangan Tahap Clarifying Objectives Pada tahap ini, metode yang digunakan adalah objectives tree, bertujuan untuk menjelaskan tujuan dan sub tujuan dari perancangan, dan hubungan diantara keduanya. Objectives tree untuk usulan perancangan alat pemotong kertas karton dapat dilihat pada Gambar 5.1. berikut ini. Gambar 5.1. Objectives Tree Usulan Perancangan Alat Pemotong Kertas Karton Tahap Establishing Functions Pada tahap ini, metode yang digunakan adalah function analysis (analisis fungsi), bertujuan untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dan batasan sistem dari usulan perancangan alat pemotong kertas karton. Function analysis untuk usulan perancangan alat 93

96 pemotong kertas karton dapat dilihat pada Gambar 5.2. berikut ini. Gambar 5.2. Function Analysis Usulan Perancangan Alat Pemotong Kertas Karton Tahap Setting Requirements Pada tahap ini, metode yang digunakan adalah performance specification (spesifikasi perfomansi), bertujuan untuk membuat spesifikasi yang akurat dari kebutuhan pelaksanaan suatu solusi usulan perancangan alat pemotong kertas karton. Performance specification untuk usulan perancangan alat pemotong kertas karton dapat dilihat pada Tabel berikut ini. 94

97 Tabel Performance Spesification Usulan Perancangan Alat Pemotong Kertas Karton Tujuan 1.Mempermudah dalam memotong kertas karton 2.Sesuai anthropometri pekerja 3.Meminimasi cidera pekerja 4.Meminimasi keluhan sakit pekerja 5.Mempersingkat waktu untuk memotong kertas karton Kriteria a. Ada pisau potong yang berbentuk sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) b. Pekerja cukup mengganti pisau potong sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) c. Adanya handle untuk menaikkan/menurunkan plat landasan bagi pisau potong Ukuran diameter, lebar dan tinggi handle disesuaikan dengan data anthropometri pekerja Adanya pengaman pisau potong Perubahan postur/posisi bekerja dari di lantai dengan posisi kaki kiri dilipat ke belakang sebagai alas penyanggah pantat dan kaki kanan ditekuk berubah menjadi berdiri Waktu baku <97,235 detik/potong untuk bentuk lingkaran dan <96,529 detik/potong untuk bentuk persegi Tahap Determining Characteristics Pada tahap ini menggunakan metode analisis ergonomi dan analisis teknik. Tahap ini berisikan penjelasan mengenai pemenuhan target yang akan dicapai dari setiap karakteristik produk sehingga kebutuhan konsumen dapat terpenuhi. Pada penelitian ini, tahap determining characteristics tidak dilakukan dengan metode quality function deployment (QFD) karena penelitian yang dilakukan berupa usulan perancangan yang lebih 95

98 difokuskan pada karakteristik teknis, yaitu usulan perancangan alat pemotong kertas karton yang dapat memperbaiki postur pekerja pada proses pemotongan kertas karton dimana keinginan pengguna tetap dipertimbangkan namun hanya dalam hal penentuan kriteria pembobotan dan alternatif-alternatif yang digunakan dalam usulan perancangan saja. Berikut akan dijelaskan satu per satu mengenai metode analisis ergonomi dan analisis teknik yang digunakan. a) Analisis Ergonomi Analisis ergonomi dilakukan untuk mendapatkan ukuran yang akan digunakan dalam usulan perancangan alat pemotong kertas karton. Nilai kelonggaran dibutuhkan untuk memberikan kelonggaran terhadap rancangan yang dibuat. Nilai kelonggaran dapat berupa penambahan atau pengurangan dari ukuran sebenarnya berdasarkan dari hasil perhitungan nilai persentil serta dimensi anthropometri yang digunakan. Analisis ergonomi dapat dilihat pada Tabel berikut ini. 96

99 Tabel Analisis Ergonomi Anthropometri untuk Usulan Perancangan Alat Pemotong Kertas Karton Keterangan Lebar handle Diameter handle Tinggi handle Dimensi Anthro Persentil 2LTT 95% DGT 5% TSB 5% Alasan Persentil Agar dapat mengakomodasi sebagian besar penggunanya. Agar pengguna yang diameter genggaman tangannya kecil dapat menggenggam dengan nyaman. Agar pengguna yang tinggi siku berdirinya tergolong pendek dapat menggunakan alat dengan nyaman. Ukuran (cm) Nilai Kelonggaran (cm) 16, ,6 4,0783-0,7 98, Alasan kelonggaran Apabila pekerja memakai sarung tangan Apabila pekerja memakai sarung tangan - Ukuran + Kelonggaran (cm) Ukuran yang dirancang (cm) 19, ,3783 3,5 98,

100 b) Pembahasan Penentuan Dimensi, Persentil, dan Kelonggaran 1) Lebar handle Lebar handle yang dirancang disesuaikan dengan dimensi anthropometri 2 kali lebar telapak tangan (2LTT) dengan nilai persentil 95%. Tujuan pemilihan dimensi 2LTT dengan persentil 95% adalah agar pekerja yang memiliki dimensi lebar telapak tangan besar dapat menggunakan alat pemotong kertas karton dengan nyaman. Berdasarkan hasil analisis ergonomi diperoleh ukuran lebar handle alat pemotong kertas karton yang dirancang adalah 16,9924 cm. Allowance yang diberikan sebesar +2,6 cm dengan pertimbangan pekerja memakai sarung tangan sehingga ukuran untuk lebar handle yang akan dirancang adalah 19,5924 cm, dibulatkan menjadi 20 cm. 2) Diameter handle Diameter handle yang dirancang disesuaikan dengan dimensi anthropometri diameter genggaman tangan (DGT) dengan nilai persentil 5%. Tujuan pemilihan dimensi DGT dengan persentil 5% adalah agar pekerja yang memiliki dimensi diameter genggaman tangan kecil dapat menggenggam sedangkan pekerja yang memiliki dimensi besar dapat menyesuaikan. Berdasarkan hasil analisis ergonomi diperoleh ukuran diameter handle alat pemotong kertas karton yang dirancang adalah 4,0783 cm. Allowance yang diberikan sebesar -0,7 cm dengan pertimbangan 98

101 pekerja memakai sarung tangan sehingga ukuran untuk diameter handle yang akan dirancang adalah 3,3783 cm, dibulatkan menjadi 3,5 cm. 3) Tinggi handle Tinggi handle yang dirancang disesuaikan dengan dimensi anthropometri tinggi siku berdiri (TSB) dengan nilai persentil 5%. Tujuan pemilihan dimensi TSB dengan persentil 5% adalah agar pekerja yang memiliki dimensi tinggi siku berdiri tergolong pendek dapat menggunakan alat pemotong kertas karton dengan nyaman. Berdasarkan hasil analisis ergonomi diperoleh ukuran tinggi handle alat pemotong kertas karton yang dirancang adalah 98,8235 cm, dibulatkan 99 cm tanpa adanya kelonggaran. c) Analisis Teknis Pada proses pemotongan kertas karton yang telah dilakukan, beban rata-rata yang diperlukan sehingga gunting dan cutter mampu memotong kertas karton = 25 kg, sehingga besar gaya yang diperlukan untuk memotong kertas karton: F = m.g F = (25 kg) x (9,81 m/s 2 ) F = 245,25 kg m/ 2 F = 245,25 N Pada percobaan dengan alat, beban yang diperlukan untuk dapat memotong kertas karton = 35 kg, sehingga besar gaya yang diperlukan untuk memotong kertas karton: 99

102 F 1 = m.g F 1 = (35 kg) x (9,81 m/s 2 ) F 1 = 343,35 kg m/ 2 F 1 = 343,35 N F 1 L=70cm A M A B F D W alat F C h=80cm F a F a d=50cm M A = F 1 x L = (343,35 N)(0,7m) = 240,345 Nm M B = 0 -(F 1.L)-( F a.½d) - ( F a.½d) - ( F a.½d) - ( F a.½d) = 0-240,345 Nm (4F a.½d)=0-240,345 Nm 4F a (0,25m)=0-240,345 Nm = 4F a (0,25m) F a = -240,345 N 100

103 W alat = - (F a + F a + F a + F a ) = - 4F a = - 4(-240,345 N) = 961,38 N Perhitungan Tuas Penekan M max = F 1 (0,7 m) = (343,35 N)(700 mm) = Nmm Y max = 2 1 d0 = 2 1 (25 mm) = 12,5 mm ( ) 4 4 π d 0 d I = ( 25mm) ( 20mm) ) 3,14 = 64 = ,03906 mm 4 ( M )( ) max Ymax σ max = I = ( Nmm )( 12,5 mm ) ,03906mm = 265,515 N/mm 2 4 Bahan yang dipakai untuk membuat tuas penekan adalah baja ST 37 yang memiliki τ ijin = 370 N/mm 2. Karena σ max < τ ijin maka dapat disimpulkan bahwa tuas penekan tersebut aman digunakan. 101

104 Perhitungan Poros Penekan F = 343,35 N 300 mm F τ max = A 343,35 N = 2 π r 343,35 N = ( )( ) 2 3,14 12,5 mm 343,35 N = 2 490,625 mm = 0,6998 N/mm 2 (untuk 1 poros penekan) Bahan yang dipakai untuk membuat poros penekan adalah baja ST 37 yang memiliki τ ijin = 370 N/mm 2. Karena σ max < τ ijin maka dapat disimpulkan bahwa tuas penekan tersebut aman digunakan Tahap Generating Alternatives Pada tahap ini, metode yang digunakan adalah morphological chart (peta morfologi), bertujuan untuk membangkitkan range lengkap dari solusi-solusi perancangan alternatif dan memperluas pencarian terhadap solusi baru yang potensial. Morphology Chart 102

105 untuk usulan perancangan alat pemotong kertas karton dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel Morphology Chart Usulan Perancangan Alat Pemotong Kertas Karton Atribut Alternatif Perancangan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Bahan pisau potong Baja Stainless Steel Bahan pelapis handle Busa Gabus Karet Bahan tuas penekan Pipa baja Pipa aluminium Bahan pelindung pisau potong Kayu Berdasarkan Morphology Chart diatas, didapatkan kombinasi alternatif perancangan sebanyak 2 x 3 x 2 x 1 = 12 alternatif Tahap Evaluating Alternatives Pada tahap ini metode yang digunakan adalah metode Weighted Objectives yang berisi penjelasan mengenai pembandingan nilai guna alternatif usulan perancangan alat pemotong kertas karton, terdiri dari tahap: a. Screening Screening bertujuan untuk mengurangi jumlah alternatif perancangan. Alternatif yang diperoleh pada tahap Generating Alternatives sebanyak 12 alternatif. Alternatif yang dihasilkan tidak terlalu banyak sehingga tidak perlu dilakukan eliminasi atau pengurangan terhadap alternatifalternatif tesebut. Berikut adalah pembangkitan 103

106 alternatif dari ke-12 alternatif perancangan yang dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. 104

107 Tabel Pembangkitan Alternatif Usulan Perancangan Alat Pemotong Kertas Karton Atribut Alternatif Perancangan Bahan pisau potong Baja Baja Baja Baja Baja Baja Bahan pelapis handle Busa Busa Gabus Gabus Karet Karet Bahan tuas penekan Pipa baja Pipa aluminium Pipa baja Pipa aluminium Pipa baja Pipa aluminium Bahan pelindung pisau potong Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Tabel Lanjutan Atribut Alternatif Perancangan Bahan pisau potong Stainless Steel Stainless Steel Stainless Steel Stainless Steel Stainless Steel Stainless Steel Bahan pelapis Busa Busa Gabus Gabus Karet Karet handle Bahan tuas penekan Pipa baja Pipa aluminium Pipa baja Pipa aluminium Pipa baja Pipa aluminium Bahan pelindung pisau potong Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu Kayu 105

108 b. Pembobotan Pemberian nilai bobot didasarkan pada nilai ratarata hasil preferensi responden terhadap masingmasing kriteria pada kuisioner penelitian. Kriteria dengan nilai rata-rata terbesar akan mendapatkan rangking tertinggi serta memiliki bobot terbesar dan kriteria dengan nilai rata-rata terkecil akan mendapatkan rangking terendah serta memiliki bobot terkecil. 106

109 Tabel Pembobotan Obyektif Untuk Setiap Kriteria No. Kriteria Rata-rata Ranking Nilai Bobot 1. Ada piau potong yang berbentuk sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) 4, ,25 2. Pekerja cukup mengganti pisau potong 4, ,2143 sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) 3. Adanya handle untuk 2, ,0714 menaikkan/menurunkan plat landasan bagi pisau potong 4. Ukuran diameter, lebar dan tinggi 2, ,0357 handle disesuaikan dengan data anthropometri pekerja 5. Adanya pengaman pisau potong 3, , Perubahan postur/posisi bekerja dari 3, ,1786 di lantai dengan posisi kaki kiri dilipat ke belakang sebagai alas penyanggah pantat dan kaki kanan ditekuk berubah menjadi berdiri 7. Waktu baku <97,235 detik/potong untuk 3, ,1429 bentuk lingkaran dan <96,259 detik/potong untuk bentuk persegi Total

110 c. Penilaian Pemilihan salah satu alternatif diantara 12 alternatif usulan perancangan alat pemotong kertas karton akan dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap masing-masing kriteria dalam Weighted Objectives Evaluation Chart. Nilai yang diperoleh untuk masing-masing kriteria merupakan hasil perkalian antara nilai bobot dengan nilai skor. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala 5 titik (five-point scale) yaitu dari skala 0 sampai 4. Pemberian nilai skor yang tinggi yaitu skala 4 yang berarti alternatif yang ada telah memenuhi sfesifikasi performansinya, tetapi jika skor yang diberikan dibawah skala 4 maka alternatif tersebut belum memenuhi sfesifikasi performansinya. Berikut ini adalah tabel-tabel pemberian skor untuk atribut-atribut yang dipakai dalam penilaian. Tabel Five-Point Scale Bahan Pisau potong Kelas Spesifikasi Skor V Tidak liat, sulit ditempa, memiliki kuat 0 tarik dan kekakuan yang rendah, sulit diperoleh di pasaran, kuat lekatan menggunakan las. IV Liat, sulit ditempa, memiliki kuat tarik 1 dan kekakuan yang rendah, sulit diperoleh di pasaran, lemah lekatan menggunakan las. III Liat, dapat ditempa, memiliki kuat tarik 2 dan kekakuan yang tinggi, sulit diperoleh di pasaran, lemah lekatan menggunakan las. II Liat, dapat ditempa, memiliki kuat tarik 3 dan kekakuan yang tinggi, mudah diperoleh di pasaran, lemah lekatan menggunakan las. I Liat, mudah ditempa, memiliki kuat tarik dan kekakuan yang tinggi, mudah diperoleh di pasaran, kuat lekatan menggunakan las 4 108

111 Tabel Five-Point Scale Bahan Tuas Penekan Kelas Spesifikasi Skor V Sulit dipadukan dengan komponen lain, 0 sulit diperoleh di pasaran, tidak liat. IV Dapat dipadukan dengan komponen lain, 1 mudah diperoleh di pasaran, tidak liat. III Dapat dipadukan dengan komponen lain, 2 sulit diperoleh di pasaran, tidak liat. II Mudah dipadukan dengan komponen lain, 3 sulit diperoleh di pasaran, liat. I Mudah dipadukan dengan komponen lain, 4 mudah didapat di pasaran, liat. Tabel Five-Point Scale Bahan Pelapis Handle Kelas Spesifikasi Skor V Keras, licin, sulit dalam pengerjaan, 0 mudah sobek. IV Tidak keras, licin, mudah dalam 1 pengerjaan, tidak mudah sobek. III Tidak keras, tidak licin, sulit dalam 2 pengerjaan, mudah sobek. II Tidak keras, tidak licin, mudah dalam 3 pengerjaan, mudah sobek. I Tidak keras, tidak licin, mudah dalam 4 pengerjaan, tidak mudah sobek. Kriteria 1 : Ada pisau potong yang berbentuk sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi). Penentuan skor dilihat dari sifat bahan yang digunakan. Bahan pisau potong yang digunakan ada 2 alternatif yaitu baja dan stainless steel. Baja mempunyai sifat liat, mudah ditempa, memiliki kuat tarik dan kekakuan yang tinggi, mudah diperoleh di pasaran, kuat lekatan menggunakan las. Sedangkan stainless steel mempunyai sifat liat, dapat ditempa, 109

112 memiliki kuat tarik dan kekakuan yang tinggi, mudah diperoleh di pasaran, namun lemah lekatan menggunakan las. Berikut adalah hasil perbandingan antara kedua bahan tersebut Tabel Perbandingan Bahan Pisau Potong Bahan Skor Baja 4 stainless steel 3 Kriteria 2 : Pekerja cukup mengganti pisau potong sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi). Pemberian skor pada kriteria ini adalah 4 untuk semua alternatif yang ada karena pekerja cukup mengganti jenis pisau potong sesuai kebutuhan yaitu berbentuk lingkaran atau persegi untuk semua alternatif. Kriteria 3 : Adanya handle untuk menaikkan/menurunkan plat landasan bagi pisau potong. Penentuan skor untuk kriteria ini dalam usulan perancangan alat pemotong kertas karton dilihat dari segi bahan handle yang berupa tuas penekan dan bahan lapisan handle yang digunakan. Bahan untuk tuas penekan ada 2 alternatif, yaitu pipa baja dan pipa aluminium. Pipa baja mudah dipadukan dengan komponen lain dan mudah diperoleh di pasaran, sedangkan pipa aluminium dapat dipadukan dengan komponen lain namun agak sulit 110

113 diperoleh di pasaran. Berikut adalah hasil perbandingan antara pipa baja dan pipa aluminium. Tabel Perbandingan Bahan Tuas Penekan Bahan Skor Pipa Baja 4 Pipa Aluminium 2 Bahan pelapis handle yang digunakan ada 3 alternatif yaitu busa, gabus dan karet. Busa bahannya empuk, ringan, tidak begitu licin namun mudah sobek. Gabus agak keras, ringan, licin namun sulit dalam pengerjaannya dan mudah hancur. Karet bersifat elastis dan tidak mudah sobek namun agak keras dan licin. Berikut adalah hasil perbandingan antara busa, gabus dan karet. Tabel Perbandingan Bahan Pelapis Handle Bahan Skor Busa 3 Gabus 2 Karet 1 Berdasarkan perbandingan dari bahan tuas penekan dan bahan pelapis handle di atas, maka skor yang digunakan untuk masing-masing alternatif merupakan 111

114 hasil rata-rata dari skor bahan tuas penekan dengan skor bahan pelapis handle sebagai berikut : Tabel Skor Rata-rata untuk Kriteria 3 Parameter Kriteria Bahan Tuas Penekan Bahan Pelapis Handle Rata-rata Skor 3,5 2, ,5 1,5 Tabel Lanjutan Parameter Kriteria Bahan Tuas Penekan Bahan Pelapis Handle Rata-rata Skor 3,5 2, ,5 1,5 Kriteria 4 : Ukuran diameter, lebar dan tinggi handle disesuaikan dengan data anthropometri pekerja. Pemberian skor pada kriteria ini adalah 4 untuk semua alternatif yang ada karena ukuran diameter, lebar dan tinggi handle disesuaikan dengan data anthropometri pekerja. 112

115 Kriteria 5 : Adanya pengaman pisau potong. Pemberian skor pada kriteria ini adalah 4 untuk semua alternatif yang ada karena tersedia pelindung pisau potong untuk semua alternatif. Kriteria 6 : Perubahan postur/posisi bekerja dari duduk menjadi berdiri. Pemberian skor pada kriteria ini adalah 4 untuk semua alternatif yang ada karena pekerja hanya bisa menggunakan alat pemotong kertas karton hasil rancangan dalam posisi berdiri. Kriteria 7 : Waktu baku <97,235 detik/potong untuk bentuk lingkaran dan <96,259 detik/potong untuk bentuk persegi. Pemberian skor pada keriteria ini adalah 4 untuk semua alternatif yang ada karena dengan adanya alat pemotong kertas karton hasil rancangan diharapkan waktu baku rata-rata proses pemotongan kertas karton dapat berkurang atau menjadi lebih cepat. Setelah mengetahui skor untuk masing-masing kriteria maka tahapan selanjutnya adalah menghitung bobot total masing-masing alternatif untuk mengetahui alternatif mana yang memiliki bobot terbesar untuk kemudian dipilih sebagai alternatif terbaik. Perhitungan bobot total masing-masing kriteria disajikan dalam Tabel berikut ini. 113

116 Tabel Hasil Penilaian Alternatif No. Kriteria Bobot Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Ada pisau potong yang berbentuk 0, sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) Pekerja cukup mengganti pisau 0, , , , potong sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) Adanya handle untuk 0,0714 3,5 0,2499 2,5 0, , menaikkan/menurunkan plat landasan bagi pisau potong Ukuran diameter, lebar dan 0, , , , tinggi handle disesuaikan dengan data anthropometri pekerja 5. Adanya pengaman pisau potong 0, , , ,4284 Perubahan postur/posisi bekerja 0, , , ,7144 dari di lantai dengan posisi 6. kaki kiri dilipat ke belakang sebagai alas penyanggah pantat dan kaki kanan ditekuk berubah menjadi berdiri Waktu baku <97,235 detik/potong 0, , , , untuk bentuk lingkaran dan <96,259 detik/potong untuk bentuk persegi Total 3,9643 3,8929 3,

117 Tabel Lanjutan No. Kriteria Bobot Alternatif 4 Alternatif 5 Alternatif 6 Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Ada pisau potong yang berbentuk 0, sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) Pekerja cukup mengganti pisau 0, , , , potong sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) Adanya handle untuk 0, ,1428 2,5 0,1785 1,5 0, menaikkan/menurunkan plat landasan bagi pisau potong Ukuran diameter, lebar dan 0, , , , tinggi handle disesuaikan dengan data anthropometri pekerja 5. Adanya pengaman pisau potong 0, , , ,4284 Perubahan postur/posisi bekerja 0, , , ,7144 dari di lantai dengan posisi 6. kaki kiri dilipat ke belakang sebagai alas penyanggah pantat dan kaki kanan ditekuk berubah menjadi berdiri Waktu baku <97,235 detik/potong 0, , , , untuk bentuk lingkaran dan <96,259 detik/potong untuk bentuk persegi Total 3,8572 3,8929 3,

118 Tabel Lanjutan No. Kriteria Bobot Alternatif 7 Alternatif 8 Alternatif 9 Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Ada pisau potong yang berbentuk 0,25 3 0,75 3 0,75 3 0,75 1. sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) Pekerja cukup mengganti pisau 0, , , , potong sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) Adanya handle untuk 0,0714 3,5 0,2499 2,5 0, , menaikkan/menurunkan plat landasan bagi pisau potong Ukuran diameter, lebar dan 0, , , , tinggi handle disesuaikan dengan data anthropometri pekerja 5. Adanya pengaman pisau potong 0, , , , Perubahan postur/posisi bekerja 0, , , ,7144 dari di lantai dengan posisi kaki kiri dilipat ke belakang sebagai alas penyanggah pantat dan kaki kanan ditekuk berubah menjadi berdiri Waktu baku <97,235 detik/potong 0, , , ,5716 untuk bentuk lingkaran dan <96,259 detik/potong untuk bentuk persegi Total 3,7143 3,6429 3,

119 Tabel Lanjutan No. Kriteria Bobot Alternatif 10 Alternatif 11 Alternatif 12 Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Ada pisau potong yang berbentuk 0,25 3 0,75 3 0,75 3 0,75 1. sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) Pekerja cukup mengganti pisau 0, , , , potong sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) Adanya handle untuk 0, ,1428 2,5 0,1785 1,5 0, menaikkan/menurunkan plat landasan bagi pisau potong Ukuran diameter, lebar dan 0, , , , tinggi handle disesuaikan dengan data anthropometri pekerja 5. Adanya pengaman pisau potong 0, , , , Perubahan postur/posisi bekerja 0, , , ,7144 dari di lantai dengan posisi kaki kiri dilipat ke belakang sebagai alas penyanggah pantat dan kaki kanan ditekuk berubah menjadi berdiri Waktu baku <97,235 detik/potong 0, , , ,5716 untuk bentuk lingkaran dan <96,259 detik/potong untuk bentuk persegi Total 3,6072 3,6429 3,

120 Berdasarkan hasil penilaian alternatif usulan perancangan alat pemotong kertas karton di atas, hasil perkalian bobot dan skor yang tertinggi adalah alternatif 1 yaitu sebesar 3,9643. Hasil nilai tertinggi tersebut dipilih sebagai acuan dari usulan perancangan alat pemotong kertas karton yang akan dibuat. Berikut ini adalah alteralat pemotong kertas karton yang akan dibuat berdasarkan alternatif yang dipilih. Tabel Alternatif yang dipilih Atribut Keterangan Bahan pisau potong Baja Bahan pelapis handle Busa Bahan tuas penekan Pipa baja Bahan pelindung pisau potong Kayu Tahap Improving Details Pada tahap terakhir dari perancangan ini, menggunakan metode perbandingan antara produk terdahulu dengan produk hasil rancangan, yaitu hasil perbandingan proses pemotongan kertas karton menggunakan gunting dan cutter dengan alat pemotong kertas karton hasil rancangan. Hasil perbandingannya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. 118

121 Tabel Perbandingan Produk Terdahulu dengan Produk Sekarang Pembanding Produk Terdahulu Produk Sekarang Efektif Nyaman Aman Kesulitan dalam memotong kertas karton karena butuh ketelitian cukup tinggi agar hasil potongan sesuai dengan pola dan ukuran yang telah dibuat. Gunting dan cutter yang digunakan untuk memotong kertas karton tidak sesuai dengan dimensi pekerja (ada yang terlalu besar atau kecil) sehingga pekerja kurang nyaman dalam bekerja. 1. Tangan pekerja rawan terluka pada saat proses pemotongan kertas karton menggunakan gunting dan cutter karena tidak ada pelindung 2. Rawan timbulnya cedera pada pekerja pada beberapa anggota bagian tubuh pekerja karena proses pemotongan kertas karton dalam posisi duduk di lantai. Tersedia pisau potong dengan bentuk sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) dimana dalam pengoperasiaannya pekerja cukup mengganti jenis pisau potong sesuai kebutuhan, dan tersedia handle yang mempermudah dalam proses pemotongan kertas karton. Dimensi diameter, lebar dan tinggi handle disesuaikan dengan data anthropometri pekerja sehingga nyaman digunakan. 1. Ada pengaman pada bagian pisau potongnya sehingga megurangi resiko terluka pada pekerja. 2. Posisi pekerja pada proses pemotongan kertas karton berubah dari duduk di lantai menjadi berdiri sehingga menguragi resiko cedera pada bagian tubuh pekerja. 119

122 Tabel Lanjutan Pembanding Produk Terdahulu Produk Sekarang Efisien Waktu baku rata-rata proses pemotongan kertas karton yaitu 97,235 detik untuk bentuk lingkaran dan 96,259 detik untuk bentuk persegi Waktu baku rata-rata proses pemotongan kertas karton yaitu 63,193 detik untuk bentuk lingkaran dan 62,571 detik untuk bentuk persegi Selain perbandingan antara alat pemotong kertas karton terdahulu (gunting dan cutter) dengan alat pemotong kertas karton hasil rancangan sekarang, perlu diketahui mengenai biaya yang dikeluarkan selama proses pembuatan alat pemotong kertas karton hasil rancangan. Berikut ini akan dijelaskan rincian biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan 1 buah alat pemotong kertas karton hasil rancangan: Tabel Biaya Bahan Baku Keterangan Plat siku = 4 Rp ,00 /6m Plat tebal 9mm = Rp ,00/m Pipa 0,75 in = Rp ,00 /6m Plat strip = Rp ,00/6m Harga Rp ,00 Rp ,00 Rp 3.950,00 Rp 1.550,00 120

123 Tabel Lanjutan Keterangan Harga Baja AS 1 in = Rp ,00/6m Rp ,00 Baja AS bulat Ø 1,25 in = Rp ,00/6m Rp ,00 Plat tebal 9mm = 1600cm 2 Rp Rp ,00/28.800cm 2 Plat tebal 6cm = Rp ,00/6m Rp ,00 Canal C = Rp ,00/6m Rp ,00 Plat strip = Rp ,00/6m Rp 3.200,00 Baut = 5 Rp 1.000,00/buah Rp 2.500,00 Pegas + busa Rp 5.000,00 Plat tebal 1mm = Rp ,00/6m Rp 6.750,00 Jumlah Rp ,00 Tabel Biaya Tenaga Kerja Keterangan Biaya tenaga kerja selama 2 Rp ,00/hari Biaya Rp ,00 Jumlah Rp ,00 121

124 Tabel Biaya Permesinan Keterangan Biaya Pengelasan Rp ,00 Jumlah Rp ,00 Tabel Biaya Total Keterangan Biaya Biaya Bahan Baku Rp ,00 Biaya Tenaga Kerja Rp ,00 Biaya Permesinan Rp ,00 Biaya Total Rp , Analisis Postur Terhadap Alat Pamotong Kertas Karton Hasil Rancangan Gambar postur tubuh pekerja pada saat memotong kertas karton menggunakan alat pemotong kertas karton hasil rancangan, dan besarnya sudut pada setiap bagian tubuh pekerja dapat dilihat pada bagian Lampiran 7. Analisis postur pekerja pada proses pemotongan kertas karton menggunakan alat pemotong kertas karton hasil rancangan dengan metode REBA adalah sebagai berikut: 122

125 a. Analisis REBA pada proses pemotongan kertas karton menggunakan alat baru (bagian kanan) Tabel Total Skor Analisis REBA Pada Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Alat Baru (Bagian Kanan) Tabel A Tabel B Bagian Skor Bagian Skor Tubuh Tubuh Trunk 2 Upper Arms 1 Neck 1 Lower Arms 1 Legs 1 Wrist 2 Total 2 Total 2 Load/force 0 Coupling 0 Total skor 2 Total skor 2 tabel A tabel B Skor tabel C = 2 Activity score = 1 Total skor REBA = 3 Hasil analisis postur pekerja dengan metode REBA menunjukkan bahwa proses pemotongan kertas karton menggunakan alat pemotong kertas karton hasil rancangan (bagian kanan) memiliki skor REBA total 3. Ini berarti bahwa tingkat risiko dalam proses pemotongan kertas karton menggunakan alat pemotong kertas karton hasil rancangan (bagian kanan) rendah dan perbaikan ergonomi berhasil diterapkan pada usulan perancangan alat pemotong kertas karton. 123

126 b. Analisis REBA pada proses pemotongan kertas karton berbentuk lingkaran menggunakan alat baru (bagian kiri) Tabel Total Skor Analisis REBA Pada Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Alat Baru (Bagian Kiri) Tabel A Tabel B Bagian Skor Bagian Skor Tubuh Tubuh Trunk 2 Upper Arms 1 Neck 1 Lower Arms 1 Legs 2 Wrist 2 Total 3 Total 2 Load/force 0 Coupling 0 Total skor 3 Total skor 2 tabel A tabel B Skor tabel C = 3 Activity score = 1 Total skor REBA = 4 Hasil analisis postur pekerja dengan metode REBA menunjukkan bahwa proses pemotongan kertas karton menggunakan alat pemotong kertas karton hasil rancangan (bagian kiri) memiliki skor REBA total 4. Ini berarti bahwa tingkat risiko dalam proses pemotongan kertas karton menggunakan alat pemotong kertas karton hasil rancangan (bagian kiri) turun dari tinggi menjadi sedang, dan perbaikan ergonomi berhasil diterapkan pada usulan perancangan alat pemotong kertas karton. 124

127 5.6. Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Alat Hasil pengujian kenormalan, keseragaman, dan kecukupan data waktu siklus proses pemotongan kertas karton menggunakan alat pemotong kertas karton hasil rancangan dapat dilihat pada bagian Lampiran Perhitungan Waktu Baku Proses Pemotongan Kertas Karton Bentuk Lingkaran Pekerja 1 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Perhitungan waktu siklus rata-rata menggunakan persamaan: X 497,4 i Ws = = = 49,74 detik N 10 b. Waktu normal Perhitungan waktu normal menggunakan faktor penyesuaian berdasarkan Westinghouse karena penilaian kerja didasarkan pada 4 faktor yang dirincikan secara mendetail sehingga meminimalkan penilaian yang bersifat subyektif. Berdasarkan pengamatan sesuai dengan ciri-ciri yang telah ditetapkan, maka diperoleh besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(49,74 detik)x(1,04)=51,73 detik 125

128 c. Waktu baku Perhitungan waktu menggunakan nilai kelonggaran. Berdasarkan pengamatan maka diperoleh besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,73 detik) x (1 + 0,22) = (51,73 detik) x (1,22) = 63,11 detik Pekerja 2 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X N b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: i 499 = = 49,9 detik 10 Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(49,9)x(1,04)=51,9 detik 126

129 c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,9 detik) x (1 + 0,22) = (51,9 detik) x (1,22) = 63,32 detik Pekerja 3 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = 498,8 X i = = 49,88 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(49,88 detik)x(1,04)=51,88 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: 127

130 Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,88 detik) x (1 + 0,22) = (51,88 detik) x (1,22) = 63,29 detik Pekerja 4 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X 496,3 i = = 49,63 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(49,63 detik)x(1,04)=51,62 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% 128

131 Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,62 detik) x (1 + 0,22) = (51,62 detik) x (1,22) = 62,98 detik Pekerja 5 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X 498,9 i = = 49,89 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(49,89 detik)x(1,04)=51,89 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% 129

132 Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,89 detik) x (1 + 0,22) = (51,89 detik) x (1,22) = 63,31 detik Pekerja 6 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) X i 499,1 Ws = = = 49,91 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(49,91 detik)x(1,04)=51,91 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% 130

133 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,91 detik) x (1 + 0,22) = (51,91 detik) x (1,22) = 63,33 detik Pekerja 7 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X 496,6 i = = 49,66 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(49,66 detik)x(1,04)=51,65 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% 131

134 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,65 detik) x (1 + 0,22) = (51,65 detik) x (1,22) = 63,01 detik Perhitungan Waktu Baku Proses Pemotongan Kertas Karton Bentuk Persegi Pekerja 1 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) X 495,7 i Ws = = = 49,57 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(49,57 detik)x(1,02)=50,56 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% 132

135 Keadaan atmosfer = 3% Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (50,56 detik) x (1 + 0,22) = (50,56 detik) x (1,22) = 61,68 detik Pekerja 2 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X N b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: i 498,6 = = 49,86 detik 10 Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : fair (E) = -0,02 Jumlah = +0,02 p = (1 + 0,02) = 1,02 Wn = Ws p =(49,86 detik)x(1,02)=50,86 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% 133

136 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (50,86 detik) x (1 + 0,22) = (50,86 detik) x (1,22) = 62,05 detik Pekerja 3 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X N b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: i 495 = = 49,5 detik 10 Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(49,5 detik)x(1,04)=51,48 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% 134

137 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,48 detik) x (1 + 0,22) = (51,48 detik) x (1,22) = 62,81 detik Pekerja 4 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X i 494,8 = = 49,48 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(49,48 detik)x(1,04)=51,46 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% 135

138 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,46 detik) x (1 + 0,22) = (51,46 detik) x (1,22) = 62,78 detik Pekerja 5 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X 495,7 i = = 49,57 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,045) = 1,04 Wn = Ws p =(49,57 detik)x(1,04)=51,55 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% 136

139 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,55 detik) x (1 + 0,22) = (51,55 detik) x (1,22) = 62,89 detik Pekerja 6 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X N b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: i 495 = = 49,5 detik 10 Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(49,5 detik)x(1,04)=51,48 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% 137

140 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,48 detik) x (1 + 0,22) = (51,48 detik) x (1,22) = 62,81 detik Pekerja 7 a. Waktu siklus rata-rata (Ws) Ws = X 496,3 i = = 49,63 detik N 10 b. Waktu normal Besarnya faktor penyesuaian: Keterampilan : average skill (D) = 0,00 Usaha : good effort (C2) = +0,02 Kondisi kerja : good (C) = +0,02 Konsistensi : average (D) = 0,00 Jumlah = +0,04 p = (1 + 0,04) = 1,04 Wn = Ws p =(49,63 detik)x(1,04)=51,62 detik c. Waktu baku Besarnya nilai kelonggaran: Tenaga yang dikeluarkan = 7,5% Sikap kerja = 2,5% Gerakan kerja = 0% Kelelahan mata = 2% Keadaan tempat kerja = 4% Keadaan atmosfer = 3% 138

141 Keadaan lingkungan = 1% Kebutuhan pribadi = 2% Total = 22% Wb = Wn ( 1 + a) = (51,62 detik) x (1 + 0,22) = (51,62 detik) x (1,22) = 62,98 detik Tabel Waktu Baku Proses Pemotongan Kertas Karton Baru Pekerja Waktu Baku (detik) Bentuk lingkaran Bentuk persegi 1 63,11 61, ,32 62, ,29 62, ,98 62, ,31 62, ,33 62, ,01 62,98 Rata-rata 63,193 62,571 Tabel Perbandingan Waktu Baku Awal dan Baru Bentuk Lingkaran Bentuk Persegi Pekerja Awal (detik) Baru (detik) Awal (detik) Baru (detik) 1 96,408 63,11 95,86 61, ,27 63,32 96,15 62, ,35 63,29 96,24 62, ,32 62,98 98,26 62, ,16 63,31 96,34 62, ,49 63,33 96,42 62, ,65 63,01 96,43 62,98 Rata-rata 97,235 63,193 96,529 62,

142 Waktu baku rata-rata proses pemotongan kertas karton menggunakan gunting adalah sebesar 97,25 detik untuk bentuk lingkaran dan menggunakan cutter sebesar 96,529 detik untuk bentuk persegi. Waktu baku rata-rata proses pemotongan kertas karton menggunakan alat pemotong kertas karton hasil rancangan adalah sebesar 63,193 detik untuk bentuk lingkaran dan 62,571 detik untuk bentuk persegi. Selisih waktu baku sebesar 34,042 detik untuk bentuk lingkaran dan 33,958 detik untuk bentuk persegi. Tujuan mengurangi waktu baku telah dicapai dengan alat pemotong kertas karton hasil rancangan. 140

143 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan alat pemotong kertas karton dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh waktu baku proses pemotongan kertas karton yang lebih cepat, yaitu selisih 34,042 detik untuk bentuk lingkaran dan 33,958 detik untuk bentuk persegi. b. Total skor REBA diperoleh 3-4, postur pekerja termasuk dalam kategori medium risk dan low risk. c. Biaya yang dikeluarkan untuk membuat 1 buah alat pemotong kertas karton yaitu sebesar Rp , Saran a. Penelitian lebih lanjut mengenai pengaturan ketinggian alat pemotong kertas karton dan ukuran pisau potong yang adjustable sesuai kebutuhan. b. Penelitian lebih lanjut mengenai pengaturan panjang handle dan kaki alat pemotong kertas karton yang meminimasi ruang. c. Penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan bahan lain sebagai alternatif perancangan alat pemotong kertas karton yang lebih baik dengan biaya produksi yang rendah tanpa mengurangi kualitas hasil rancangan. 141

144 DAFTAR PUSTAKA Cross, N., 1994, Engineering Design Methods Strategies for Product Design, Edisi 2, John Wiley and Sons Ltd., United Kingdom. Niemann, G., 1986, Elemen Mesin (Terjemahan Ir. Anton B. dan Dipi. Ing, Ir. Bambang P.), Jilid Kedua Erlangga, Jakarta. Nugroho, A., 2006, Perancangan Alat Pemotong Tempe Yang Ergonomis, Skripsi pada Program Studi Teknik Industri Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Nurmianto, E., 2004, Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi 2, Guna Widya, Surabaya. Panero, J., dan Martin Z., 2003, Dimensi Ruang dan Interior, Erlangga, Jakarta. Popov, E.P., 1996, Mekanika Teknik (terjemahan Astamar, Z.), ed. 2 nd, Erlangga, Jakarta. Pullat, B.M., 1992, Fundamentals of Industrial Ergonomics, Prentice Hall Inc., United States of America. Rimmer, J.G., dan Titherington, D., 1984, Mekanika Terapan (terjemahan Prasetyo, L.), ed. 2 nd, Erlangga, Jakarta. Sutalaksana, I.Z., Ruhana A., dan Jann H.T., 1979, Teknik Tata Cara Kerja, ITB, Bandung. Stolk Dan Kros, 1981, Elemen Mesin (Elemen Konstruksi Bangunan Mesin), Edisi 21, Erlangga, Jakarta. Tarwaka, Solichul HA.B., Lilik S., 2004, Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Cetakan Pertama, UNIBA Press, Surakarta. 142

145 Lampiran 1 Kuisioner I : Kuisioner Pendahuluan Kuisioner ini bertujuan untuk mengadakan survei kepada para pekerja kerajinan wadah multifungsi di D&D Handycraft Collections terhadap kegunaan, kenyamanan, dan keefektifan pengggunaan gunting dan cutter sebagai alat untuk memotong kertas karton dalam pembuatan wadah multifungsi. Berilah tanda silang (X) untuk menjawab pertanyaanpertanyaan berikut ini. Nama : 1. Berapa panjang mata potong gunting dan cutter yang Anda gunakan untuk memotong kertas karton? o Untuk gunting : a. 8 cm b. 10 cm c. 12 cm d.... o Untuk cutter : a. 6 cm b. 8 cm c. 10 cm d Adakah pengaruh ketebalan mata potong gunting dan cutter terhadap ketajaman mata potong dan hasil potongan kertas karton? 143

146 Ketajaman mata potong Ketebalan mata potong a. Ada, alasan :... b. Tidak ada, alasan : Apa bahan pegangan gunting dan cutter yang Anda gunakan untuk memotong kertas karton? o Untuk gunting : a. Bahan plastik b. Bahan logam c.... o Untuk cutter : a. Bahan plastik b. Bahan logam c Berapa lama waktu yang Anda perlukan untuk memotong kertas karton dalam sehari? o Untuk bentuk bulat : a. <= 1 jam b. 2-3 jam c. 4-5 jam d.... o Untuk bentuk persegi : a. <= 1 jam 144

147 b. 2-3 jam c. 4-5 jam d Apa kesulitan Anda dalam memotong kertas karton menggunakan gunting dan cutter? a. Butuh waktu yang lama. b. Butuh ketelitian yang cukup tinggi. c.... Petunjuk : Jawablah pertanyaan berikut (pada halaman berikutnya) dengan memberi tanda silang (x) pada lingkaran sesuai jawaban Anda. Gambar ini menunjukkan bagian-bagian tubuh yang dimaksud dalam pertanyaan kuisioner. Leher Bahu Punggung Pinggang Tangan Paha Kaki 145

148 Apakah selama 3 tahun terakhir Anda pernah merasa sakit pada: Leher o ya o tidak Bahu o ya o tidak Punggung o ya o tidak Pinggang o ya o tidak Tangan/pergelangan tangan o ya o tidak Paha o ya o tidak Kaki o ya o tidak Apakah selama 1 tahun terakhir Anda merasa sakit pada: Leher o ya o tidak Bahu o ya o tidak Punggung o ya o tidak Pinggang o ya o tidak Tangan/pergelangan tangan o ya o tidak Paha o ya o tidak Kaki o ya o tidak Apakah selama 6 tahun terakhir Anda sering merasa sakit, nyeri, atau tidak nyaman pada: (jika ya, dilanjutkan ke kolom 4) Leher o ya o tidak Bahu o ya o tidak Punggung o ya o tidak Pinggang o ya o tidak Tangan/pergelangan tangan o ya o tidak Paha o ya o tidak Kaki o ya o tidak Bagaimana tingkat keluhan yang Anda rasakan pada bagian ini? o tanpa rasa sakit o agak sakit o sakit o sangat sakit o tanpa rasa sakit o agak sakit o sakit o sangat sakit o tanpa rasa sakit o agak sakit o sakit o sangat sakit o tanpa rasa sakit o agak sakit o sakit o sangat sakit o tanpa rasa sakit o agak sakit o sakit o sangat sakit o tanpa rasa sakit o agak sakit o sakit o sangat sakit o tanpa rasa sakit o agak sakit o sakit o sangat sakit Apakah selama 6 bulan terakhir aktivitas sehari-hari Anda (di rumah maupun di luar rumah) terganggu karena rasa sakit ini? Berapa lama biasanya rasa sakit ini berlangsung? o ya o tidak o 1-3 hari o 4-7 hari o > 7 hari o... o ya o tidak o 1-3 hari o 4-7 hari o > 7 hari o... o ya o tidak o 1-3 hari o 4-7 hari o > 7 hari o... o ya o tidak o 1-3 hari o 4-7 hari o > 7 hari o... o ya o tidak o 1-3 hari o 4-7 hari o > 7 hari o... o ya o tidak o 1-3 hari o 4-7 hari o > 7 hari o... o ya o tidak o 1-3 hari o 4-7 hari o > 7 hari o... Dalam selang jangka waktu berapa lama biasanya Anda merasakan rasa sakit ini lagi? o 1-3 hari kemudian o 4-7 hari kemudian o > 7 hari kemudian o 1-3 hari kemudian o 4-7 hari kemudian o > 7 hari kemudian o 1-3 hari kemudian o 4-7 hari kemudian o > 7 hari kemudian o 1-3 hari kemudian o 4-7 hari kemudian o > 7 hari kemudian o 1-3 hari kemudian o 4-7 hari kemudian o > 7 hari kemudian o 1-3 hari kemudian o 4-7 hari kemudian o > 7 hari kemudian o 1-3 hari kemudian o 4-7 hari kemudian o > 7 hari kemudian 146

149 6. Perlukah dirancang alat untuk memotong kertas karton yang baru? a. Ya, alasan :... b. Tidak, alasan :... Atas kesediaan Anda untuk mengisi kuisioner ini, Saya ucapkan terima kasih. 147

150 Lampiran 2 Analisis Postur Awal 1. Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Gunting a. Bagian Kanan Tubuh 72 o 77 o Postur Upper Arm Postur Lower Arm 23 o 136 o Postur Wrist Postur Leg b. Bagian Kiri Tubuh 90 o 71 o Postur Upper Arm Postur Lower Arm 148

151 26 o 75 o 25 o 159 o Postur Wrist Postur Leg c. Bagian Trunk (Batang Tubuh) dan Neck (Leher) o o Postur Trunk Postur Neck 2. Proses Pemotongan Kertas Karton Menggunakan Cutter a. Bagian Kanan Tubuh Postur Upper Arm Postur Lower Arm 149

152 41 o 154 o Postur Wrist Postur Leg b. Bagian Kiri Tubuh 90 o Postur Upper Arm 6 o Postur Lower Arm 37 o 169 o Postur Wrist Postur Leg c. Bagian Trunk (Batang Tubuh) dan Neck (Leher) 45 o 24 o Postur Trunk Postur Neck 150

153 Lampiran 3 Frekuensi Hasil Kuisioner Pendahuluan PanjangMataPotongGuntingUntukMemotongKertasKarton Valid 6 cm Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 7 100,0 100,0 100,0 Valid 8 cm PanjangMataPotongCutterUntukMemotongKertasKarton Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 7 100,0 100,0 100,0 PengaruhKetebalanMataPotongThdpKetajamanMataPtgDanHasilPotongan Valid ada tidak ada Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 14,3 14,3 14,3 6 85,7 85,7 100, ,0 100,0 Valid bahan logam BahanPeganganGunting Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 7 100,0 100,0 100,0 Valid bahan plastik BahanPeganganCutter Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 7 100,0 100,0 100,0 LamaWaktuMemotongKartonBentukLingkaranDalamSehari Valid <= 1 jam 2-3 jam 4-5 jam Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 2 28,6 28,6 28,6 4 57,1 57,1 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 LamaWaktuMemotongKartonBentukPersegiDalamSehari Valid <= 1 jam 2-3 jam 4-5 jam Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 42,9 42,9 42,9 3 42,9 42,9 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 KesulitanMemotongKertasKartonMenggunakanGuntingDanCutter Valid butuh waktu yang lama butuk ketelitian yang cukup tinggi Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 2 28,6 28,6 28,6 5 71,4 71,4 100, ,0 100,0 151

154 PerluDirancangAlatUntukMemotongKertasKartonYangBaru Valid ya tidak Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total TigaTahunTerakhirPernahMerasaSakitDiLeher Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 4 57,1 57,1 57,1 3 42,9 42,9 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total TigaTahunTerakhirPernahMerasaSakitDiBahu Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 4 57,1 57,1 57,1 3 42,9 42,9 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total TigaTahunTerakhirPernahMerasaSakitDiPunggung Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 4 57,1 57,1 57,1 3 42,9 42,9 100, ,0 100,0 Valid tidak TigaTahunTerakhirPernahMerasaSakitDiPinggang Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 7 100,0 100,0 100,0 TigaTahunTerakhirPernahMerasaSakitDiTanganAtauPergelangan Tangan Valid ya Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 7 100,0 100,0 100,0 Valid ya tidak Total TigaTahunTerakhirPernahMerasaSakitDiPaha Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 14,3 14,3 14,3 6 85,7 85,7 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total TigaTahunTerakhirPernahMerasaSakitDiKaki Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 14,3 14,3 14,3 6 85,7 85,7 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total SatuTahunTerakhirMerasaSakitDiLeher Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 42,9 42,9 42,9 4 57,1 57,1 100, ,0 100,0 152

155 Valid ya tidak Total SatuTahunTerakhirMerasaSakitDiBahu Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 2 28,6 28,6 28,6 5 71,4 71,4 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total SatuTahunTerakhirMerasaSakitDiPunggung Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 42,9 42,9 42,9 4 57,1 57,1 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total SatuTahunTerakhirMerasaSakitDiPinggang Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 14,3 14,3 14,3 6 85,7 85,7 100, ,0 100,0 SatuTahunTerakhirMerasaSakitDiTanganAtauPergelanganTangan Valid ya tidak Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 5 71,4 71,4 71,4 2 28,6 28,6 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total SatuTahunTerakhirMerasaSakitDiPaha Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 14,3 14,3 14,3 6 85,7 85,7 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total SatuTahunTerakhirMerasaSakitDiKaki Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 14,3 14,3 14,3 6 85,7 85,7 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total EnamBulanTerakhirSeringMerasaSakitDiLeher Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 4 57,1 57,1 57,1 3 42,9 42,9 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total EnamBulanTerakhirSeringMerasaSakitDiBahu Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 4 57,1 57,1 57,1 3 42,9 42,9 100, ,0 100,0 153

156 Valid ya tidak Total EnamBulanTerakhirSeringMerasaSakitDiPinggang Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 14,3 14,3 14,3 6 85,7 85,7 100, ,0 100,0 EnamBulanTerakhirseringMerasaSakitDiTanganAtauPergelangan Tangan Valid ya Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 7 100,0 100,0 100,0 Valid ya tidak Total EnamBulanTerakhirSeringMerasaSakitDiPaha Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 14,3 14,3 14,3 6 85,7 85,7 100, ,0 100,0 Valid ya tidak Total EnamBulanTerakhirSeringMerasaSakitDiKaki Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 14,3 14,3 14,3 6 85,7 85,7 100, ,0 100,0 Valid 0 agak sakit sakit Total TingkatKeluhanYangDirasakanDiLeher Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 42,9 42,9 42,9 2 28,6 28,6 71,4 2 28,6 28,6 100, ,0 100,0 TingkatKeluhanYangDirasakanDiBahu Valid 0 tanpa rasa sakit agak sakit sakit Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 42,9 42,9 42,9 1 14,3 14,3 57,1 2 28,6 28,6 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 TingkatKeluhanYangDirasakanDiPunggung Valid 0 tanpa rasa sakit agak sakit sakit Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 4 57,1 57,1 57,1 1 14,3 14,3 71,4 1 14,3 14,3 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 Valid 0 sakit Total TingkatKeluhanYangDirasakanDiPinggang Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 154

157 TingkatKeluhanYangDirasakanDiTanganAtauPergelanganTangan Valid agak sakit sakit sangat sakit Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 1 14,3 14,3 14,3 5 71,4 71,4 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 Valid 0 sakit Total TingkatKeluhanYangDirasakanDiPaha Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 Valid 0 sakit Total TingkatKeluhanYangDirasakanDiKaki Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 Valid 0 ya Total AktivitasTergangguKarenaSakitDiLeher Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 42,9 42,9 42,9 4 57,1 57,1 100, ,0 100,0 Valid 0 ya Total AktivitasTergangguKarenaSakitDiBahu Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 42,9 42,9 42,9 4 57,1 57,1 100, ,0 100,0 Valid 0 ya Total AktivitasTergangguKarenaSakitDiPunggung Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 4 57,1 57,1 57,1 3 42,9 42,9 100, ,0 100,0 Valid 0 ya Total AktivitasTergangguKarenaSakitDiPinggang Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 AktivitasTergangguKarenaSakitDiTanganAtauPergelanganTangan Valid ya Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 7 100,0 100,0 100,0 155

158 Valid 0 ya Total AktivitasTergangguKarenaSakitDiPaha Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 Valid 0 ya Total AktivitasTergangguKarenaSakitDiKaki Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 Valid 0 20 menit Total LamaRasaSakitDiLeherBerlangsung Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 42,9 42,9 42,9 4 57,1 57,1 100, ,0 100,0 Valid 0 20 menit 30 menit Total LamaRasaSakitDiBahuBerlangsung Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 42,9 42,9 42,9 2 28,6 28,6 71,4 2 28,6 28,6 100, ,0 100,0 Valid 0 20 menit Total LamaRasaSakitDiPunggungBerlangsung Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 4 57,1 57,1 57,1 3 42,9 42,9 100, ,0 100,0 Valid 0 20 menit Total LamaRasaSakitDiPinggangBerlangsung Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 LamaRasaSakitDiTanagnAtauPergelanganTanganBerlangsung Valid 20 menit 30 menit Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 5 71,4 71,4 71,4 2 28,6 28,6 100, ,0 100,0 Valid 0 20 menit Total LamaRasaSakitDiPahaBerlangsung Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 156

159 Valid 0 20 menit Total LamaRasaSakitDiKakiBerlangsung Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 SelangJangkaWaktuMerasaSakitDiLeher Valid hari kemudian 4-7 hari kemudian >7 hari kemudian Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 42,9 42,9 42,9 2 28,6 28,6 71,4 1 14,3 14,3 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 SelangJangkaWaktuMerasaSakitDiBahu Valid hari kemudian 4-7 hari kemudian >7 hari kemudian Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 3 42,9 42,9 42,9 1 14,3 14,3 57,1 2 28,6 28,6 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 SelangJangkaWaktuMerasaSakitDiPunggung Valid hari kemudian Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 4 57,1 57,1 57,1 3 42,9 42,9 100, ,0 100,0 SelangJangkaWaktuMerasaSakitDiPinggang Valid hari kemudian Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 SelangJangkaWaktuMerasaSakitDiTanganAtauPergelanganTangan Valid 1-3 hari kemudian 4-7 hari kemudian Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 5 71,4 71,4 71,4 2 28,6 28,6 100, ,0 100,0 SelangJangkaWaktuMerasaSakitDiPaha Valid hari kemudian Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 SelangJangkaWaktuMerasaSakitDiKaki Valid hari kemudian Total Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 6 85,7 85,7 85,7 1 14,3 14,3 100, ,0 100,0 157

160 Lampiran 4 Uji Kenormalan Data Waktu Siklus Proses Pemotongan Kertas Karton Awal One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Gunting ,100 3,2714,180,180 -,140,569,903 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Gunting ,080,7969,167,167 -,110,527,944 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Gunting ,050 2,6159,144,098 -,144,456,

161 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Gunting ,120,8053,188,173 -,188,596,870 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Gunting ,990,7355,159,144 -,159,504,961 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Gunting ,170 2,2896,225,117 -,225,712,692 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Gunting ,300 1,8607,095,085 -,095,302 1,

162 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Cutter ,650 2,1778,200,132 -,200,631,820 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Cutter ,880 2,2449,175,123 -,175,554,919 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Cutter ,960 1,8075,175,113 -,175,552,921 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Cutter ,070,7602,211,211 -,156,667,

163 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Cutter ,040 2,1041,209,131 -,209,662,773 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Cutter ,110 1,5481,126,126 -,096,398,997 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Cutter ,120 1,8546,163,128 -,163,515,

164 Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Waktu Siklus Proses Pemotongan Kertas Karton Awal ( dalam detik) Tingkat Ketelitian = 5% Tingkat Kepercayaan = 99% Gunting 1 Sub Rerata Keterangan 1 85,3 78,1 80,2 80,2 75,8 79,92 Seragam 2 80,5 75,9 81,1 85,2 78,7 80,28 Seragam Rata-rata = 80,1 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 3,2714 N' = 5,4045 SDr = 2,3132 N = 10 BKA = 87,04 BKB = 73,16 Gunting 2 Sub Rerata Keterangan 1 80,2 79,5 81,3 80,1 78,9 80 Seragam 2 79,3 81,1 79,4 80,6 80,4 80,16 Seragam Rata-rata = 80,08 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,7969 N' = 0,3209 SDr = 0,5635 N = 10 BKA = 81,771 BKB = 78,389 Gunting 3 Sub Rerata Keterangan 1 83,3 75, ,6 79,4 80,16 Seragam 2 84,1 79, ,3 77,2 79,94 Seragam Rata-rata = 80,05 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 2,6159 N' = 3,4598 SDr = 1,8497 N = 10 BKA = 85,599 BKB = 74,

165 Gunting 4 Sub Rerata Keterangan 1 80,4 79,2 79,1 80,3 80,9 79,98 Seragam 2 81,2 79,1 80,5 80,9 79,6 80,26 Seragam Rata-rata = 80,12 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,8053 N' = 0,3273 SDr = 0,5694 N = 10 BKA = 81,828 BKB = 78,412 Gunting 5 Sub Rerata Keterangan 1 80,5 80,1 79,1 79,3 80,4 79,88 Seragam 2 80,5 79,9 78,8 80,1 81,2 80,1 Seragam Rata-rata = 79,99 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,7355 N' = 0,2739 SDr = 0,5201 N = 10 BKA = 81,55 BKB = 78,43 Gunting 6 Sub Rerata Keterangan 1 82,4 75,8 81,3 79,1 82,9 80,3 Seragam 2 77,1 81,5 79,5 80,9 81,2 80,04 Seragam Rata-rata = 80,17 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 2,2896 N' = 2,6427 SDr = 1,619 N = 10 BKA = 85,027 BKB = 75,313 Gunting 7 Sub Rerata Keterangan 1 79,9 78,2 83,1 79,6 82,6 80,68 Seragam 2 77,2 80,5 81,7 79,3 80,9 79,92 Seragam Rata-rata = 80,3 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 1,8607 N' = 1,7397 SDr = 1,3157 N = 10 BKA = 84,247 BKB = 76,

166 Cutter 1 Sub Rerata Keterangan 1 78,3 82,5 76,4 81,1 80,6 79,78 Seragam 2 76,7 80,2 82,1 77,9 80,7 79,52 Seragam Rata-rata = 79,65 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 2,1778 N' = 2,4222 SDr = 1,5399 N = 10 BKA = 84,27 BKB = 75,03 Cutter 2 Sub Rerata Keterangan 1 82,3 76,2 80,9 81,3 78,9 79,92 Seragam 2 81,4 77,8 77,1 82,6 80,3 79,84 Seragam Rata-rata = 79,88 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 2,2449 N' = 2,5589 SDr = 1,5874 N = 10 BKA = 84,642 BKB = 75,118 Cutter 3 Sub Rerata Keterangan 1 83,1 79,4 78,2 80,3 80,5 80,3 Seragam 2 76,7 80,5 78,6 81,4 80,9 79,62 Seragam Rata-rata = 79,96 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 1,8075 N' = 1,6556 SDr = 1,2781 N = 10 BKA = 83,794 BKB = 76,126 Cutter 4 Sub Rerata Keterangan 1 81,2 79,4 80,8 80,1 79,7 80,24 Seragam 2 79,3 81,1 80,4 79,4 79,3 79,9 Seragam Rata-rata = 80,07 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,7602 N' = 0,292 SDr = 0,5375 N = 10 BKA = 81,683 BKB = 78,

167 Cutter 5 Sub Rerata Keterangan 1 82,4 76,5 81,2 81,9 78,3 80,06 Seragam 2 81,4 82,1 77,3 79,6 79,7 80,02 Seragam Rata-rata = 80,04 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 2,1041 N' = 2,239 SDr = 1,4878 N = 10 BKA = 84,503 BKB = 75,577 Cutter 6 Sub Rerata Keterangan 1 83,1 78,5 79,8 79,7 80,4 80,3 Seragam 2 77,8 81,2 78,9 81,4 80,3 79,92 Seragam Rata-rata = 80,11 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 1,5481 N' = 1,2099 SDr = 1,0947 N = 10 BKA = 83,394 BKB = 76,826 Cutter 7 Sub Rerata Keterangan 1 78,5 83,1 80,9 77,4 81,5 80,28 Seragam 2 81,2 77,7 80,3 79,2 81,4 79,96 Seragam Rata-rata = 80,12 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 1,8546 N' = 1,7361 SDr = 1,3114 N = 10 BKA = 84,054 BKB = 76,

168 Lampiran 5 Kuisioner II : Preferensi Responden Pada bagian ini Anda diminta untuk memberi tanda silang (X) pada kolom dibawah sesuai keinginan Anda. No Kriteria Ada pisau potong yang berbentuk sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) Sangat tidak penting Tidak penting Cukup penting Penting Sangat penting 1. Pekerja cukup mengganti pisau potong sesuai kebutuhan (lingkaran/persegi) Adanya handle untuk menaikkan/menurunkan plat landasan bagi pisau potong Ukuran diameter, lebar dan tinggi handle disesuaikan dengan data anthropometri pekerja Adanya pengaman pisau potong Perubahan postur/posisi bekerja dari di lantai dengan posisi kaki kiri dilipat ke belakang sebagai alas penyanggah pantat dan kaki kanan ditekuk berubah menjadi berdiri Waktu baku <97,235 detik/potong untuk bentuk lingkaran dan <96,259 detik/potong untuk bentuk persegi Skor: Sangat tidak penting = 1 Tidak penting = 2 Cukup penting = 3 Penting = 4 Sangat penting = 5 Atas perhatian dan kesediaan Anda, Saya ucapkan terima kasih. 166

169 Lampiran 6 UJI KENORMALAN DATA ANTHROPOMETRI Uji Kenormalan Data Lebar Telapak Tangan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative LTT 49 8,22,450,116,076 -,116,809,530 Uji Kenormalan Data Diameter Genggaman Tangan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative DGT 49 4,16,135,169,169 -,144 1,185,120 Uji Kenormalan Data Tinggi Siku Berdiri One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative TSB 50 99,96 2,490,138,138 -,130,977,

170 UJI KESERAGAMAN DAN KECUKUPAN DATA ANTHROPOMETRI Tingkat ketelitian = 5% Tingkat kepercayaan = 99% Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Lebar Telapak Tangan Sub Rerata Keterangan 1 8,6 8,2 8,7 9 8,2 8,5 8,3 8,5000 Seragam 2 8,6 8,3 8 8,7 8,6 8,2 8,7 8,4429 Seragam 3 8,5 8,4 8,1 8,3 8 7,2 7 7,9286 Seragam 4 7,9 8 7,4 8 7,9 7,9 7,9 7,8571 Seragam 5 8,5 7,3 7, ,4 7,8 8,0857 Seragam 6 8 8,6 8,3 8 8,7 8 8,2 8,2571 Seragam 7 9 8,8 8,6 8,1 8,3 8,5 8 8,4714 Seragam Rata-rata = 8,2204 Persentil ke 5 = 7,9446 SD = 0,4449 Persentil ke 50= 8,2204 SDr = 0,1682 Persentil ke 95= 8,4962 BKA = 8,7249 N = 49 BKB = 7,7159 N' = 10,5456 Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Diameter Genggaman Tangan Sub Rerata Keterangan 1 4,2 4 4,1 4,2 4,3 4 4,2 4,1429 Seragam 2 4,4 4,2 4, ,2 4,2 4,1571 Seragam 3 4,2 4,3 4 4,1 4 4,4 4,2 4,1714 Seragam 4 4 4,3 4,3 4,1 4,1 4,3 4 4,1571 Seragam 5 4 4,2 4,1 4 4,3 4,1 4,4 4,1571 Seragam ,4 4,2 4,2 4,4 4,1 4,1857 Seragam 7 4,2 4 4,2 4,1 4,2 4,4 4 4,1571 Seragam Rata-rata = 4,1612 Persentil ke 5 = 4,0783 SD = 0,1337 Persentil ke 50= 4,1612 SDr = 0,0505 Persentil ke 95= 4,2441 BKA = 4,3129 N = 49 BKB = 4,0096 N' = 3,

171 Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Tinggi Siku Berdiri Sub Rerata Keterangan ,71429 Seragam Seragam Seragam ,42857 Seragam ,4286 Seragam ,2857 Seragam ,1429 Seragam Rata-rata = 100,1429 Persentil ke 5 = 98,8235 SD = 2,1285 Persentil ke 50= 100,1429 SDr = 0,8045 Persentil ke 95= 101,4622 BKA = 102,5564 N = 49 BKB = 97,7293 N' = 1,

172 Lampiran 7 Analisis Postur Menggunakan Alat Pemotong Kertas Karton Hasil Rancangan Bagian Trunk (Batang Tubuh) dan Bagian Neck (Leher) 10 o 15 o Postur Trunk Postur Neck Bagian Kanan Tubuh 11 o 61 o Postur Upper Arm Postur Lower Arm 170

173 o 0 21 o Postur Wrist Postur Leg Bagian kiri Tubuh 78 o 14 o Postur Upper Arm Postur Lower Arm 171

174 25 o 17 o Postur Wrist Postur Leg 172

175 Lampiran 8 Uji Kenormalan Data Waktu Siklus Proses Pemotongan Kertas Karton Baru One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Lingkaran ,7400,91068,154,129 -,154,486,972 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Lingkaran ,9000,95568,200,200 -,123,634,817 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Lingkaran ,8800,98184,149,134 -,149,472,

176 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Lingkaran ,6300,87184,159,159 -,111,504,962 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Lingkaran ,8900,88374,155,114 -,155,490,970 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Lingkaran ,9100,81575,174,174 -,127,550,922 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Lingkaran ,6600,67032,164,135 -,164,520,

177 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Persegi ,5700 1,68921,188,137 -,188,596,870 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Persegi ,8600 1,93976,149,144 -,149,472,979 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Persegi ,5000,61644,164,128 -,164,520,950 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Persegi ,4800,89294,121,107 -,121,382,

178 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Persegi ,5700,58509,153,131 -,153,483,974 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Persegi ,5000,55377,161,106 -,161,508,958 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters Most Extreme Differences a,b Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Persegi ,6300,74095,219,219 -,217,693,

179 Uji Keseragaman dan Kecukupan Data Waktu Siklus Proses Pemotongan Kertas Karton Baru ( dalam detik) Tingkat Ketelitian = 5% Tingkat Kepercayaan = 99% Lingkaran 1 Sub Rerata Keterangan 1 51,1 49,7 50,3 48,3 49,5 49,78 Seragam 2 48,4 50,6 50,1 49,2 50,2 49,7 Seragam Rata-rata = 49,74 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,9107 N' = 1,0861 SDr = 0,6439 N = 10 BKA = 51,672 BKB = 47,808 Lingkaran 2 Sub Rerata Keterangan 1 50,4 49,8 49,6 48,5 50,2 49,7 Seragam 2 51,9 49,3 50,2 48,8 50,3 50,1 Seragam Rata-rata = 49,9 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,9557 N' = 1,1884 SDr = 0,6758 N = 10 BKA = 51,927 BKB = 47,873 Lingkaran 3 Sub Rerata Keterangan 1 49,7 51,2 50,1 50,8 48,4 50,04 Seragam 2 50,2 50,9 48,3 49,7 49,5 49,72 Seragam Rata-rata = 49,88 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,9818 N' = 1,2554 SDr = 0,6943 N = 10 BKA = 51,963 BKB = 47,

180 Lingkaran 4 Sub Rerata Keterangan 1 50,7 49,2 49,9 48,4 49,2 49,48 Seragam 2 51,1 49,5 50,3 48,6 49,4 49,78 Seragam Rata-rata = 49,63 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,8718 N' = 0,9998 SDr = 0,6165 N = 10 BKA = 51,479 BKB = 47,781 Lingkaran 5 Sub Rerata Keterangan 1 50,2 50,7 48,3 49,1 50,6 49,78 Seragam 2 49,8 49,5 51,1 50,5 49,1 50 Seragam Rata-rata = 49,89 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,8837 N' = 1,0166 SDr = 0,6249 N = 10 BKA = 51,765 BKB = 48,015 Lingkaran 6 Sub Rerata Keterangan 1 51,6 50,4 48,5 49,3 49,7 49,9 Seragam 2 49,7 50,1 50,4 49,9 49,5 49,92 Seragam Rata-rata = 49,91 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,8157 N' = 0,8655 SDr = 0,5768 N = 10 BKA = 51,64 BKB = 48,18 Lingkaran 7 Sub Rerata Keterangan 1 49,7 48,4 50,1 49,6 50,4 49,64 Seragam 2 50,2 49,4 48,7 50,3 49,8 49,68 Seragam Rata-rata = 49,66 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,6703 N' = 0,5903 SDr = 0,474 N = 10 BKA = 51,082 BKB = 48,

181 Persegi 1 Sub Rerata Keterangan 1 52,1 48,4 50,6 46,9 50,7 49,74 Seragam 2 50,4 47,6 51,2 48,5 49,3 49,4 Seragam Rata-rata = 49,57 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 1,6892 N' = 3,7625 SDr = 1,1945 N = 10 BKA = 53,153 BKB = 45,987 Persegi 2 Sub Rerata Keterangan 1 53,4 49,1 51,6 47,5 50,2 50,36 Seragam 2 50,7 47,3 47,9 50,1 50,8 49,36 Seragam Rata-rata = 49,86 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 1,9398 N' = 4,9038 SDr = 1,3716 N = 10 BKA = 53,975 BKB = 45,745 Persegi 3 Sub Rerata Keterangan 1 49,7 49,1 50,2 49,6 48,7 49,46 Seragam 2 48,4 50,2 49,4 49,6 50,1 49,54 Seragam Rata-rata = 49,5 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,6164 N' = 0,5025 SDr = 0,4359 N = 10 BKA = 50,808 BKB = 48,192 Persegi 4 Sub Rerata Keterangan 1 49,5 48,3 50,7 48,9 49,7 49,42 Seragam 2 49,2 50,6 49,5 48,1 50,3 49,54 Seragam Rata-rata = 49,48 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,8929 N' = 1,0552 SDr = 0,6314 N = 10 BKA = 51,374 BKB = 47,

182 Persegi 5 Sub Rerata Keterangan 1 49,1 48,7 50,2 49,4 49,8 49,44 Seragam 2 50,1 49,6 50,3 48,7 49,8 49,7 Seragam Rata-rata = 49,57 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,5851 N' = 0,4514 SDr = 0,4137 N = 10 BKA = 50,811 BKB = 48,329 Persegi 6 Sub Rerata Keterangan 1 49,5 49,1 48,8 50,2 49,5 49,42 Seragam 2 48,7 50,2 49,7 49,2 50,1 49,58 Seragam Rata-rata = 49,5 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,5538 N' = 0,4055 SDr = 0,3916 N = 10 BKA = 50,675 BKB = 48,325 Persegi 7 Sub Rerata Keterangan 1 50,4 49,1 49,5 48,7 50,3 49,6 Seragam 2 49,2 49,1 50,4 48,9 50,7 49,66 Seragam Rata-rata = 49,63 Untuk K=3 dan S=0,05 SD = 0,7409 N' = 0,7222 SDr = 0,5239 N = 10 BKA = 51,202 BKB = 48,

183 Lampiran 9 Gambar Alat Hasil Perancangan 181

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Kerja Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati pekerja dan mencatat waktu kerjanya baik setiap elemen maupun siklus dengan menggunakan alat-alat yang diperlukan.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. 20 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengukuran Waktu Kerja Menurut Sutalaksana dkk. (2006), Pengukuran waktu kerja ditujukan untuk mendapatkan waktu baku penyelesaian suatu pekerjaan, yaitu waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 121 Lampiran A Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM 122 Tabel Penyesuaian Metode Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Ketrampilan Superskil A1 +0,15 A2 +0,13 Excelent B1 +0,11 B2 +0,08 Good

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Rating Factor Kriteria rating factor, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan ciri-ciri setiap kelas seperti yang dikemukakan berikut ini : Super Skill: 1. Bekerja dengan sempurna 2. Tampak

Lebih terperinci

PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KERJA DENGAN ANALISIS RAPID ENTIRE BODYASSESSMENT (REBA)

PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KERJA DENGAN ANALISIS RAPID ENTIRE BODYASSESSMENT (REBA) PERANCANGAN FASILITAS KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KERJA DENGAN ANALISIS RAPID ENTIRE BODYASSESSMENT (REBA) Trismi Ristyowati Jurusan Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta 558 E-mail : ristyowatitrismi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Penelitian cara kerja atau yang dikenal juga dengan nama methods analysis merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan metode kerja yang akan dipilih untuk melakukan suatu pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING) Times New Roman, 16, Bold, Centre LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING) Times New Roman, 12, Centre Disusun Oleh : Nama / NPM : 1.. / NPM 2.. / NPM Kelompok

Lebih terperinci

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Uji Keseragaman Data Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan Pengamatan (Menit) No Kegiatan Rata rata sigma (Xirata)^2 S BKA BKB Keterangan 1 Plat MS di ukur, digambar dan

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat, Gerinda, dan Polish 1. Pemilihan Operator Normal pada Work Centre Pemotongan Plat Work centre

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Tabel Rating Factor Westinghouse Faktor Kelas Lambang Penyesuaian Superskill A1 + 0,15 A2 + 0,13 Excellent B1 + 0,11 B2 + 0,08 C1 + 0,06 Good Keterampilan C2 + 0,03 Average D 0,00 Fair

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan salah satu penemuan manusia yang telah mempermudah kegiatan sehari-hari. Hampir setiap produk yang beredar di masyarakat saat ini memakai plastik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu

Lebih terperinci

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis,tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UD. M Irfan Shoes merupakan usaha kecil menengah yang berada di dalam kawasan Pusat Industri Kecil (PIK) yang bergerak dalam bidang pembuatan sepatu. Proses

Lebih terperinci

DESAIN YANG BAIK DAN BENAR oleh: Dwi Retno SA, M.Sn.

DESAIN YANG BAIK DAN BENAR oleh: Dwi Retno SA, M.Sn. DESAIN YANG BAIK DAN BENAR oleh: Dwi Retno SA, M.Sn. DESAIN YANG BAIK DAN BENAR MEMPERTIMBANGKAN FUNGSI BENTUK/KESAN/PENAMPILAN LUAR BAHAN YANG DIPAKAI KONSTRUKSI FUNGSI BENTUK DESAIN KONSTRUKSI BAHAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam perancangan Stasiun penyemiran sepatu. Meliputi data antro pometri

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum, dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai

Lebih terperinci

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG Darsini Teknik Industri Fakultas Teknik - Univet Bantara Sukoharjo e-mail: dearsiny@yahoo.com Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah merancang desain troli

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA AKTIVITAS PEMBUATAN MOTIF KERAJINAN PERAK DI ANGGRA SILVER

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA AKTIVITAS PEMBUATAN MOTIF KERAJINAN PERAK DI ANGGRA SILVER PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA AKTIVITAS PEMBUATAN MOTIF KERAJINAN PERAK DI ANGGRA SILVER TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri FRENGKI

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE

PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE PERANCANGAN ULANG FASILITAS KERJA PADA PROSES MEMAHAT UNTUK MEMPERBAIKI POSTUR KERJA DI JAVA ART STONE TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Anthropometri Menurut Sritomo (1989), salah satu bidang keilmuan ergonomis adalah istilah anthropometri yang berasal dari anthro yang berarti manusia dan metron yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG Tri Widodo & Heli Sasmita Tiga_wd@yahoo.co.id Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEJA KERJA UNTUK ALAT PRES PLASTIK YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN MEJA KERJA UNTUK ALAT PRES PLASTIK YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI PERANCANGAN MEJA KERJA UNTUK ALAT PRES PLASTIK YANG ERGONOMIS MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI Oleh : Adi Susanto E12.2006.00205 Fakultas Teknik industri Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENGUKURAN WAKTU KERJA Pengukuran kerja atau pengukuran waktu kerja (time study) adalah suatu aktivitas untuk menentukan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Jika dalam suatu organisasi atau perusahan telah diterapkan sistem kerja yang baik dengan diperhatikannya faktor-faktor kerja serta segi-segi ergonomis, tentunya perusahaan tersebut

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 RANCANGAN ALAT PENCACAH PELEPAH SAWIT DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI (STUDI KASUS DI UKM TANI SIDORUKUN) TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

USULAN PERANCANGAN MATERIAL HANDLING YANG ERGONOMIS BAGI OPERATOR LOADING SAYURAN BUNCIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL (STUDI KASUS DI PT. ABO FARM CIWIDEY) Mohammad Fadli Setiawan; 2 Rino Andias

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batu bata Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di sekitar kita. Itulah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting bagi manusia dalam menjalani kehidupannya, karena tanpa kesehatan yang baik, manusia tidak dapat melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Metode perancangan alat atau produk dalam penelitian ini menggunakan perancangan produk dengan metode rasional. Tahapan dari penelitian ditunjukan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI) Font 16, bold, center Disusun Oleh : Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.... / NPM 2.... /

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire A. DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Status Pernikahan : Berat Badan Tinggi Badan : kg : cm Tangan dominan : a. Kanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi-teknologi baru yang muncul belakangan ini, menunjukkan semakin bertambahnya kecerdasan dari manusia sejalan dengan berkembangnya waktu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD Satria merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang produksi linggis. Usaha ini dikelola secara turun menurun yang didirikan pada tahun

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kursi roda menjadi alat bantu yang sangat penting bagi penyandang cacat fisik khususnya penyandang cacat bagian kaki dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kursi roda yang digunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI BASUKI ARIANTO Program Studi Teknik Industri Universitas Suryadarma Jakarta ABSTRAK Rumah tinggal adalah rumah yang menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X ANALISA KELUHAN DAN USULAN PERANCANGAN TROLI ERGONOMIS SEBAGAI ALAT BANTU ANGKUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ( Studi Kasus : Pelelangan Ikan Muara Angke ) Renty Anugerah Mahaji Puteri 1*, Yakub 2 12

Lebih terperinci

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang operator yang

Lebih terperinci

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE PENYESUAIAN Maksud melakukan penyesuaian : menormalkan waktu siklus karena kecepatan tidak wajar oleh operator Konsep wajar : seorang

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa ANALISIS POSTUR KERJA PADA INDUSTRI GERABAH Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI, FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA, Jln.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Postur kerja adalah sikap tubuh pekerja saat melaksanakan aktivitas kerja. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator yang kurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri manufaktur di Indonesia tengah berkembang dengan baik. Tetapi perkembangan ke arah yang baik ini tidak diimbangi dengan kepedulian para pengusaha

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Alternatif yang dipilih untuk perancangan alat pilin tampar pandan menggunakan alternatif 3 dengan biaya pembuatan alat Rp 911.000,00 2. Setelah dianalisis

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL

PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL PERBAIKAN PROSES IRAT BAMBU DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI DI UKM ALIFA CRAFT WEDDING SOUVENIR KASONGAN,BANTUL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Peneliti-peneliti terdahulu sudah banyak melakukan perancangan fasilitas kerja. Tujuan penelitian terdahulu pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Sistem Kerja Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik - teknik dan prinsip - prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dari sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN Agung Santoso 1, Benedikta Anna 2,Annisa Purbasari 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau Kepulauan Batam 2,3 Staf Pengajar

Lebih terperinci

practicum apk industrial engineering 2012

practicum apk industrial engineering 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti saat ini, sebagai pekerja yang baik harus mampu menciptakan suatu sistem kerja yang baik dalam melakukan pekerjaan agar pekerjaan tersebut

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Alfian Destha Joanda *1) dan Bambang Suhardi *2) 1,2) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA Samuel Bobby Sanjoto *1), M.Chandra Dewi K 2) dan A. Teguh Siswantoro 3) 1,2,3) Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study ABIKUSNO DHARSUKY Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Untuk memperoleh prestasi kerja dan hasil kerja yang optimum diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA Fahmi Sulaiman 1 * & Yossi Purnama Sari 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Politeknik LP3I Medan Tel: 061-7867311

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

DAFTAR ISI (LANJUTAN) DAFTAR ISI (LANJUTAN) BAB HALAMAN 5.6.4. Uji Distribusi Normal dengan Kolmogorov-Smirnov Test... V-45 5.7. Penetapan Data Antropometri... V-48 5.7.1. Perancangan dengan Menggunakan Dimensi Tubuh yang Ekstrim...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk Modul ke: Studio Desain II Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn Fakultas 10FDSK Program Studi Desain Produk ERGONOMI Studi ergonomi dilakukan bedasarkan panduan dari Human Factor Design

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS Rini Yulianingsih Bagaimanakah perancangan yang baik? Aktivitas yang dilakukan oleh perancang adalah untuk menciptakan alat/mesin/sturktur/proses yang memenuhi kebutuhan:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Tinjauan Pustaka Penelitian yang dilakukan oleh Fitriadi dan Bambang (2015) ini mengangkat judul Perancangan Alat Bantu Penyayatan untuk Peningkatan Kapasitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA Dwi Nurul Izzhati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UDINUS Jl. Nakula I, No.5-11, Semarang E-mail: dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Analisis Tingkat Risiko Cedera MSDs pada Pekerjaan Manual Material Handling dengan Metode REBA dan RULA pada Pekerjaan Area Produksi Butiran PT. Petrokimia Kayaku Reza Rashad Ardiliansyah 1*, Lukman Handoko

Lebih terperinci

BAB II STUDI LITERATUR

BAB II STUDI LITERATUR BAB II STUDI LITERATUR 2.1 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data penelitian untuk perencanaan atau perancangan arsitektur atau kota dibagi dalam tiga kelompok yaitu survei, observasi dan arsip.

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peringkat Kinerja Operator (Performance Rating) Perancangan sistem kerja menghasilkan beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan alternatif rancangan

Lebih terperinci

Redesain Alat Pemipihan Biji Melinjo Dengan Pendekatan Metode Antropometri Di UD. SARTIKA

Redesain Alat Pemipihan Biji Melinjo Dengan Pendekatan Metode Antropometri Di UD. SARTIKA Redesain Alat Biji Melinjo Dengan Pendekatan Metode Antropometri Di UD. SARTIKA Wahyu Prasetyo 1, Ade Sri Mariawati 2 1, 2, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa wahyuprasetyo189@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN FASILITAS KERJA PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH PAK SARYOTO

PERANCANGAN FASILITAS KERJA PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH PAK SARYOTO PERANCANGAN FASILITAS KERJA PADA INDUSTRI KECIL MENENGAH PAK SARYOTO Alvin Agustinus 1, Ayrein Camila 2, Bonifasius Yoga 3 1,2,,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I-20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi dan Produktivitas 2.1.1 Ergonomi Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data 4.2 Pengolahan Data

BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data 4.2 Pengolahan Data BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan Pembahasan membahas tentang perancangan rak sepatu berdasarkan data yang telah didapatkan dari populasi kelas 3ID02. Beberapa hal yang dibahas yaitu pengumpulan data dan

Lebih terperinci

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.1 (2015) 11-16 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO LAMPIRAN 2 URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK MASING-MASING JABATAN DI PT. KARYA DELI STEELINDO MEDAN. 1. Direktur Direktur merupakan

Lebih terperinci

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL SECARA MANUAL PEKERJA PENGANGKUT GENTENG UD. SINAR MAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) Dian Herdiana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT X bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi karet sebagai hasil utamanya. Operator mengalami keluhan sakit pada leher, punggung, lengan, dan kaki akibat pekerjaan yang dilakukan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ) Nama Umur Jenis kelamin Tugas :.. :.. tahun : Pria / Wanita :.... Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia berikut ini : NO JENIS KELUHAN 0 Sakit kaku di

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Masalah Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan adanya aktivitas manual yaitu

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.

Lebih terperinci