MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN PANGKEP
|
|
- Verawati Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN PANGKEP I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi perhatian bagi Pemerintah Indonesia dua tahun terakhir. Berdasar Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang Pangan disebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Berdasar definisi tersebut, terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia (Saliem, 2011). Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dan berbagai kalangan terkait untuk mewujudkan ketahanan pangan melalui diversifikasi pangan, namun pada kenyataannya tingkat konsumsi masyarakat masih bertumpu pada pangan utama beras. Hal itu diindikasikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai harapan, dan belum optimalnya pemanfaatan sumber bahan pangan lokal dalam mendukung penganekaragaman konsumsi pangan (BKP, 2010). Salah satu potensi yang bisa mendukung diversifikasi pangan yang selama ini hampir terlupakan adalah pemanfaatan lahan pekarangan. Luas lahan pekarangan secara nasional sekitar 10,3 juta ha atau 14 % dari keseluruhan luas lahan pertanian dan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi. Lahan pekarangan tersebut sebagian besar masih belum dimanfaatkan sebagai areal pertanaman aneka komoditas pertanian, khususnya komoditas pangan. Berdasarkan hasil pengamatan Badan Litbang Pertanian, perhatian petani atau warga masyarakat terhadap pemanfaatan lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pemanfaatan dan pengembangan 1
2 berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak dilakukan sebagaimana yang diharapkan. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman obat-obatan, tanaman pangan, tanaman hortikultura, ternak, ikan dan lainnya, selain dapat memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, juga berpeluang memperbanyak sumber penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. Badan Litbang Pertanian melalui UK/UPT siap mendukung upaya optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melalui dukungan inovasi teknologi dan bimbingan teknis. Presiden RI berturut-turut menyampaikan arahannya agar memanfaatkan pekarangan untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga, antara lain pada Konferensi Dewan Ketahanan Pangan Oktober 2010, kemudian pada acara Gerakan Nasional Pencanangan Anomali Iklim di Sidoarjo, 14 Januari 2011, dan Pencanangan Gerakan Perempuan Optimalisasi Pekarangan di Pontianak. Pencanangan Gerakan Rumah Pangan Lestari secara nasional oleh Presiden dilaksanakan saat berkunjung ke Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) Kayen, kabupaten Pacitan. Arahan Presiden tersebut ditindaklanjuti oleh Kementan dan memberikan arahan kepada Badan Litbang Pertanian untuk membuat suatu percontohan pemanfaatan lahan pekarangan. Kemudian dirancang suatu model yang selanjutnya dikenal dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL). Model ini kemudian menjadi program nasional yaitu KRPL, adalah kawasan desa/kampung/rw/rt yang di dalamnya terdapat Rumah Pangan Lestari (RPL), yaitu rumah yang menerapkan pemanfaatan pekarangan secara intensif dan ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, sehingga menghemat pengeluaran, serta pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraannya. Pemanfaatan pekarangan tersebut juga dirancang untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber pangan lokal dengan prinsip gizi seimbang yang diharapkan berdampak menurunkan konsumsi beras. Melalui penanaman dan pengelolaan sumber pangan lokal tersebut, maka petani dan masyarakat telah melakukan pelestarian tanaman pangan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan masa depan. Siklus penanaman, pemeliharaan, panen dan konsumsi dalam rancangan pemanfaatan pekarangan harus berlangsung tanpa putus, sehingga memerlukan dukungan kebun benih/bibit yang mampu memenuhi 2
3 kebutuhan. Dengan demikian, terciptalah Rumah Pangan Lestari yang akan mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga, melakukan upaya diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, sekaligus pelestarian sumber daya genetik pangan untuk masa depan dan tercapai pula upaya peningkatan kesejahteraan Tujuan 1. Melaksanakan MKRPL di kampung Kondeng, kelurahan Minasate ne, kecamatan Minasate ne, kabupaten Pangkep, untuk meningkatkan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan untuk budidaya tanaman pangan, sayuran, buah dan tanaman obat keluarga (toga), mengembangkan/menerapkan pengolahan hasilnya serta pemeliharaan ternak dan ikan. 2. Menyebarluaskan perspektif baru tentang potensi lahan pekarangan/halaman dan ruang terbuka sekitar rumah sebagai alternatif sumber pangan keluarga dalam menjawab ancaman krisis pangan dan perubahan iklim. 3. Mengembangkan kegiatan ekonomi produkstif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri Keluaran 1. Model KRPL Lestari Indah terwujud dengan partisipan 30 KK di Kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te ne, kecamatan Minasa Te ne, kabupaten Pangkep. 2. Peningkatan pemahaman masyarakat tentang pemanfaatan pekarangan sebagai alternatif sumber gizi keluarga Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah terselengaranya pengembangan MKRPL dalam rangka peningkatan kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera Manfaat 3
4 1. Menjamin kesinambungan persediaan pangan dan gizi keluarga dengan pemanfaatan lahan pekarangan untuk menanam tanaman pangan, sayuran, buah-buahan dan toga, serta memeliharan ternak dan ikan. 2. Berkembangnya berbagai inovasi hasil Badan Litbang Pertanian dalam upaya peningkatan produktivitas dan kontribusinya terhadap peningkatan ketahanan pangan, melalui M-KRPL di Kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te ne, kabupaten Pangkep. II. TINJAUAN PUSTAKA a. Konsep dan Batasan (Mardharini, dkk., 2011) 1. Rumah Pangan Lestari: rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan keanekaragamannya. 2. Penataan Pekarangan: ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai dengan pemilihan komoditas. 3. Pengelompokan Lahan Pekarangan: Dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan. - Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi 4, yaitu: (1) Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar 36 m 2 ; (2) Perumahan Tipe 36, luas lahan sekitar 72 m 2 ; (3) Perumahan Tipe 45, luas lahan sekitar 90 m 2 ; dan (4) Perumahan Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar 120 m 2. - Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan menjadi 4, yaitu (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2) pekarangan sempit (<120 m 2 ), (3) pekarangan sedang ( m 2 ), dan (4) pekarangan luas (>400 m 2 ). 4
5 4. Pemilihan komoditas: ditentukan dengan mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah (pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak. 5. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL), diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit. b. Manfaat sayuran dan buah-buahan serta tanaman obat sebagai tanaman pekarangan Sayuran dan buah merupakan bahan makanan yang mengandung gizi lengkap dan menyehatkan. Warna yang terdapat dalam buah dan sayuran bukanlah sekedar pembeda antara satu jenis dengan jenis lainnya, namun merupakan sumber informasi nutrisi gizi yang dikandungnya. Sayuran yang berwarna hijau sangat kaya akan sumber karoten (provitamin A). semakin hijau sebuah sayuran, semakin tinggi kandungan karotennya. Beta karoten bermanfaat menghambat proses penuaan dini, meningkatkan fungsi paru-paru, mencegah kanker, dan menurunkan komplikasi pada penderita diabetes. Sayuran hijau tua yang mudah didapat di sekitar Alpokat, Belimbing, Apel, Jambu, Jeruk, Mangga, dan Pepaya. Vitamin E dapat diperoleh dengan mengkonsumsi kecambah (Toge). Selain karoten, sayuran dan buah juga mengandung berbagai vitamin, diantaranya antioksidan. Antioksidan dalam sayuran dan buah mampu bekerja dalam meningkatkan dan menghancurkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga mampu melindungi tubuh dari reaksi oksidatif yang menghasilkan racun, seperti racun dari asap rokok, asap kendaraan dll. 5
6 Kandungan rendah lemak, garam, dan gula pada sayuran dan buah sangat baik bagi orang yang menjalankan program diet. Kandungan serat alami dalam sayuran dan buah sangat bermanfaat bagi tubuh terutama pada sistem pencernaan. Serat pangan (dietary fiber) dari berbagai sayuran, buah-buahan, serealia, dan kacang-kacangan berperan untuk mencegah timbulnya berbagain penyakit yang berkaitan dengan proses pencernaan. Buah dan sayuran juga mengandung banyak fitokimia (bahan kimia tanaman). Steinmetz dan Potter (1991 dalam Muchtadi, 2012) mengidentifikasi lebih dari selusi kelas bahan kimia yang terkandung dalam tanaman dan dapat aktif secara biologis, yang dikenal sebagai senyawa fitokimia. Zat ini aktif dan dapat membantu melindungi tubuh dari serangan berbagai penyakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan sering mengkonsumsi sayuran dan buah maka dapat mengurangi resiko terjadinya serangan penyakit diabetes, stroke, kanker, dan hipertensi. Semua jenis buah mengandung banyak mineral, diantaranya Kalium (K), Kalsium (Ca), Natrium (Na), dan zat Besi (Fe). Buah yang banyak mengandung Ca diantaranya adalah Srikaya, Sawo, Arbai, Nangka, Jeruk nipis, dan Salak. Dalam buah juga terdapat Fosfor dan Folat. Folat yang terdapat dalam buah dan sayuran dapat mengurangi tingkat darah homocysteine, yaitu suatu jenis zat yang dapat menjadi factor resiko terjadinya jantung koroner ( Tomat mengandung likopen yang merupakan karotenoid utama buah tomat yang berperan dalam penurunan resiko timbulnya kanker (Gerster, 1997 dalam Muchtadi, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi produk tomat sepuluh kali atau lebih per minggu mempunyai resiko terkena kanker prostat 50% lebih rendah (Giovannuci et al, dalam Muchtadi, 2012). Penyakit kanker lain yang berhubungan terbalik dengan kadar likopen dalam serum atau jaringan, antara lain kanker payudara, saluran cerna, serviks, kantung empedu dal kulit (Cliton, 1998 dalam Muchtadi, 2012), serta mungkin kanker paru-paru (Li et al., 1997 dalam Muchtadi, 2012). Komponen sulfur pada bawang-bawangan berfungsi untuk mencegah agregasi platelet dan menurunkan kadar kolesterol. 6
7 Tanaman kelor disebut pohon ajaib (miracle tree) karena sangat kaya nutrisi, dan banyak digunakan untuk pengobatan. Digunakan dalam program pengentasan rawan gizi, di beberapa negara di Benua Afrika dan di India. Daun marungga atau kelor mengadung vitamin C, 7 kali lebih tinggi dari yang terdapat dalam jeruk, vitamin A, 3-4 kali dari yang terdapat pada wortel, Kalsium, 4 x dari yang terkandung dalam air susu, protein, 2 x dari yang terkandung dalam air susu, dan potasium, 3 x dari yang terkandung dalam pisang. Biji mengandung minyak yang dapat diekstrak sebagai minyak nabati (minyak makan), atau bahkan dapat dicampur dengan Bio-diesel asal tanaman jarak pagar sebagai BBM. Taman obat keluarga (TOGA) adalah tanaman hasil budidaya yang berkhasiat sebagai obat. Banyak jenis tanaman yang memiliki khasiat sebagai obat, dan mudah dibudidayakan di pekarangan, diantaranya Sansivera, Lidah buaya, Tapak dara, sambiloto, binahong, daun kembang sepatu, daun katuk, kencur, jahe, kunyit, temu lawak dll. Kurkumin pada rimpang kunyit dan I-tumeron pada rimpang temulawak berkhasiat untuk pengobatan berbagai penyakit. c. Pola Pangan Harapan (PPH) Pola Pangan Harapan (Desireable Dietary Pattern) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan pada sumbangan atau kontribusi energi dan kelompok pangan utama (baik secara absolut maupun relatif) dan suatu pola ketersediaan atau pola konsumsi pangan. FAO-RAPA (1989) mendefinisikan Pola Pangan Harapan adalah komposisi kelompok panganutama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Dengan pendekatan Pola Pangan Harapan dapat dinilai mutu pangan penduduk berdasarkan skor pangan (dietary score). Pola Pangan Harapan berguna sebagai instrumen sederhana menilai situasi ketersediaan dan konsumsi pangan berupa jumlah dan komposisi menurut jenis pangan secara agregat. Semakin tinggi skor mutu pangan, menunjukkan situasi pangan yang semakin beragam dan semakin baik komposisi dan mutu gizinya (skor pangan maksimal 100). Skor pangan tahun 2010 mencapai 84,5. Sasaran skor PPH tahun 2015 adalah 95 (Anonim, 2012). III. METODE PELAKSANAAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 7
8 Kegiatan dilakukan di kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te ne, kecamatan Minasa Te ne, kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan pada posisi koordinat 120 o 01 l 51 ll BT dan 5 o 32 l 31 ll LS. Pelaksanaan dimulai pada bulan Maret sampai Desember Jarak lokasi kegiatan dari kota Makassar ± 50 km, sedangkan jarak lokasi kegiatan dari pusat kota Pangkep ± 1,0 km Ruang Lingkup Pelaksanaan kegiatan pembangunan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di kabupaten Pangkep tahun 2012 terdiri dari beberapa tahapan, yakni: a. Persiapan meliputi : pengumpulan informasi mengenai potensi sumberdaya wilayah dan kelompok sasaran, yang dilakukan melalui metode PRA; koordinasi dengan Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) kabupaten Pangkep untuk membuat kesepakatan calon kelompok sasaran dan lokasi; pembuatan TOR; dan Proposal kegiatan. b. Pembentukan kelompok sasaran: yakni kelompok rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga atau Rukun warga atau dalam satu dusun/kampung, dengan melibatkan 25 rumah tangga. Klassifikasi kegiatan menurut strata luas kepemilikan lahan akan ditentukan berdasarkan hasil PRA. d. Sosialisasi: dilakukan untuk menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan terhadap kelompok sasaran, pemuka masyarakat, serta instansi pelaksana terkait. e. Membuat rancang bangun pemanfaatan pekarangan dengan menanam berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, tanaman obat, ikan, ternak, dan pengolahan limbah rumah tangga. f. Pelatihan: dilakukan sebelum dan selama kegiatan berlangsung. Kegiatan pelatihan bersifat pembinaan sumberdaya manusia terutama bertujuan untuk meningkatkan kemampuan setiap peserta dalam mengelola lahan pekarangan. Pelatihan meliputi teknik budidaya, pembuatan kompos/pengelolaan limbah, dan penguatan kelembagaan kelompok. g. Pelaksanaan dan pengawalan teknologi serta kelembagaan. Kegiatan dilakukan oleh anggota kelopmok sasaran dibawah bimbingan peneliti, 8
9 penyuluh, dan teknisi. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD). h. Monitoring dan evaluasi: dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan kegiatan, menilai kesesuaian pelaksanaan dengan rencana kegiatan. i. Pelaporan : dilakukan pada akhir kegiatan Tahapan Pelaksanaan a. Rencana pelaksanaan MKRPL di kabupaten Pangkep diawali dengan pertemuan koordinasi dengan Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BP2KP) kapupaten Pangkep. b. Penentuan lokasi kegiatan: Hasil koordinasi Kepala BP2KP disepakati bahwa MKRPL tahun 2012 di tempatkan di kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te ne, kecamatan Minasa Te ne, kabupaten Pangkep, yang melibatkan rumah tangga. c. Sosialisasi: dilakukan terhadap penyuluh dan calon peserta, serta pihak terkait untuk memberi gambaran dan penjelasan mengenai kegiatan MKRPL, dan fasilitas apa yang akan mereka dapatkan dari kegiatan ini. d. Pelaksanaan PRA. e. Observasi Lapang. Dilakukan kunjungan langsung ke masing-masing rumah tangga calon peserta untuk mendapatkan gambaran kondisi masing-masing rumah dan pekarangan mereka. Data yang diperoleh kemudian dianalisis sebagai pendukung penentuan Model KRPL yang akan dibangun. f. Pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT). Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga dalam satu Rukun tetangga, Rukun warga atau satu dusun/kampong. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan perinsip keserasian, kebersamaan, dan kepemimpinan dari mereka sendiri. 9
10 g. Pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD): KBD merupakan unit produksi benih dan bibit untuk memenuhi kebutuhan pekarangan dalam membangun Rumah Pangan Lestari (RPL) maupun kawasan. KBD bertujuan untuk mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan. KBD ditempatkan di halaman samping rumah ibu Raoda (Ketua KWT Lestari Indah) sesuai kesepakan anggota KWT. Mula-mula dilakukan pengolahan tanah dan pembersihan rumput. Selanjutnya di buat plot dengan ukuran lebar 1,2 m dan panjang 7 m setiap plot. Plot/bedengan dibuat dengan arah Timur-Barat. Pinggiran plot diberi bambu sebagai penahan tanah agar tanah tidak terbawa air pada saat penyiraman tanaman. Bersamaan dengan pembuatan bedengan, juga dibangun rumah bibit berukuran 3 m x 4 m yang diberi atap plastik UV dan dinding dari net plastik (daring). Rumah bibit ini sebagai tempat pesemaian dan pemeliharaan bibit berbagai jenis sayuran seperti cabai, terong, tomat, seledri, dan caisim. h. Penataan Pekarangan: penataan pekarangan disesuaikan dengan kondisi pekarangan masing-masing peserta. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum KRPL Pangkep Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL) yang pertama kali di Sulawesi Selatan ditempatkan di Kabupaten Pangkep pada tahun Pada awalnya KRPL di kabupaten ini terdiri dari dua kawasan yaitu kawasan pedesaan dan kawasan perkotaan. Kawasan pedesaan terletak di desa Lesang, kecamatan Minasate ne, sedangkan kawasan perkotaan terletak di Kelurahan Bungoro, kec. Bungoro. Setiap kawasan terdiri dari 30 KK. Respon pemerintah daerah terhadap program MKRPL cukup tinggi, karena program ini sangat mendukung misi Pemerintah kabupaten Pangkep untuk menjadikan Pangkep sebagai daerah penghasil berbagai produk pertanian. Oleh karena itu, pada tahun 2012 PEMDA Pangkep melalui Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) kabupaten Pangkep menganggarkan dana 10
11 pengembangan KRPL sebesar Rp ,- yang dialokasikan ke 50 desa (1.000 KK) di 11 kecamatan, kab. Pangkep. Pada bulan Maret 2012, Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan kab. Pangkep, Peneliti BPTP dan Ketua/Wakil Pembina PKK kab. Pangkep bersama-sama melakukan sosialisasi MKRPL di 8 kecamatan se kabupaten Pangkep. Kegiatan MKRPL Kab. Pangkep tahun 2012 dilaksanakan di Kampung Kondeng, kelurahan Minasate ne, Kecamatan Minasate ne. berlangsung pada bulan Maret sampai Desember Lokasi kegiatan berjarak 1.0 km dari pusat kota Pangkep dengan aksesibilitas baik. Pemilihan lokasi berdasarkan petunjuk BPPKP kabupaten Pangkep, dengan pertimbangan lokasi tersebut berdekatan dengan lokasi MKRPL tahun 2011 kawasan pedesaan, sehingga akan terbentuk satu kawasan yang lebih luas. Dukungan Pemerintah Daerah terutama Bupati, Wakil Bupati Pangkep, Lembaga Legislatif, serta antusiasme calon peserta KRPL yang tinggi menjadi indikator utama keberhasilan pelaksanaan MKRPL di Kabupaten Pangkep Sosialisasi dan Koordinasi Pelaksanaan MKRPL kabupaten Pangkep tahun 2012 diawali dengan kegiatan koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Peternakan kabupaten Pangkep dan BPPKP kabupaten Pangkep. Selanjutnya dilakukan sosialisasi kepada calon peserta sekaligus pembentukan kelompok Wanita Tani (KWT). Atas prakarsa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Petugas Penyuluhan Lapangan Kabupaten Pangkep dan Tokoh Masyarakat setempat, pada tanggal 24 April 2012 telah dibentuk KWT yang diberi nama Lestari Indah. Pengurus KWT Lestari Indah ini terdiri dari Ketua: Ibu Raoda, Sekretaris : Ibu Samsiah. Kegiatan sosialisasi dihadiri oleh perwakilan dari BPPKP kabupaten Pangkep, Staf Kelurahan, koordinator BKP Minasate ne dan staf penyuluh, Tokoh masyarakat setempat, serta calon peserta KRPL seperti terekam dalam Gambar 1. 11
12 Gambar 1. Kegiatan sosialisasi MKRPL di Kab. Pangkep dan pembetukan KWT Lestari Indah 4.3. Pelatihan Sebelum penataan pekarangan dan pembuatan KBD, terlebih dahulu dilakukan pelatihan teknik budidaya tanaman sayuran dan pembuatan kompos jerami. Pada saat pelatihan juga dibagikan benih berbagai macam sayuran dan talang wadah tanaman ke peserta KRPL (Gambar 2). Metode pelatihan dilakukan dengan praktik langsung melakukan pesemaian berbagai jenis sayuran (Cabai, tomat, terong, caisim, seledri) dan pembuatan kompos jerami. Ibu-ibu KWT Lestari Indah sangat antusias melakukan praktik seperti terekam pada Gambar 3. Kegiatan pelatihan/praktik budidaya tanaman, terutama sayuran dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan tahapan budidaya/perkembangan tanaman (pesemaian, pencampuran media tanam, pengisian polybag/wadah lainnya, pembumbunan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman) selama kegiatan MKRPL berlangsung. 12
13 Gambar 2. Visualisasi berbagai jenis benih tanaman sayuran dan talang wadah tanaman sayuran yang diserahkan ke KWT Lestari Indah untuk pengembangan MKRPL Pangkep 2012 Gambar 3. Peserta melakukan pesemaian berbagai jenis sayuran (Kiri) dan pembuatan kompos jerami (kanan) 4.4. Pembuatan Kebun Bibit Desa (KBD) KBD dari MKRPL kelurahan Minasate ne (KWT Lestari Indah) berada di bagian samping pekarangan ibu Raodah, seluas 100 m 2. KBD memiliki pembibitan aneka sayuran (caisim, tomat, cabai, mentimun, terong, seledri, selada) dan kebun kelompok. Kebun kelompok berisi percontohan budidaya sayuran (kangkung, bayam, terong, tomat, cabai besar, caisim, buncis tegal, kacang panjang, mentimun) dalam bedengan, polybag, vertikultur (seledri, caisim, kangkung), dan tanaman obat keluarga (Gambar 4). Kebun kelompok berfungsi sebagai tempat belajar anggota kelompok dan masyarakat yang berkunjung. Pelatihan tentang budidaya sayuran, TOGA, dan pembibitan berlangsung di KBD. Untuk perawatan dan pengelolaan KBD dilaksanakan pembagian tugas oleh ibu-ibu KWT. Selain budidaya sayuran, juga 13
14 terdapat kolam ikan sebagai percontohan budidaya ikan lele. Kolam ikan dibuat dibagian samping pekarangan ibu Samsiah (Gambar 5). 14
15 Gambar 4. Pembibitan berbagai jenis sayuran di rumah bibit dan percontohan budidaya sayuran dalam bedengan di KBD 15
16 Gambar 5. Percontohan budidaya ikan Lele di kolam. Pelepasan bibit ikan oleh PPL dan ibu KWT (kiri) 4.5. Penataan Pekarangan Rumah Warga Penataan pekarangan disesuaikan dengan model dan luas pekarangan peserta, sehingga model rak vertikultur mengikuti kondisi pekarangan, demikian pula tanaman dalam bedengan. Pada umumnya, pekarangan bagian depan rumah ditata dengan rak vertikultur yang berisi pot/polibag, panci bekas, kemasan minyak goreng/sabun ditanami berbagai jenis sayuran seperti tomat, terong, cabai, selediri, selada, caisim, kangkung, dan bayam. Sedangkan pekarangan bagian samping atau belakang rumah, penanaman sayuran di bedengan dengan sayuran seperti mentimum, paria, terong, Oyong, kecang panjang, dan buncis, serta ada beberapa yang sudah menanam tanaman buah seperti buah Naga, Sirsak, dan Mangga. Halaman rumah warga yang tadinya ditanami dengan tanaman seadanya, kini menjadi pekarangan produktif yang menghasilkan berbagai jenis sayuran sebagai sumber penganekaragaman konsumsi dan gizi keluarga. Berbagai contoh model penataan pekarangan KWT Lestari Indah dapat dilihat pada Gambar 6. Berdasarkan hasil wawancara, kebutuhan mereka akan sayuran sudah terpenuhi bahkan berlebih dengan penghematan rata-rata Rp ,- per bulan. Penghematan ini dihitung berdasarkan pengeluaran rata-rata mereka untuk membeli sayuran sebesar Rp 5.000, /hari sebelum ada KRPL. Kita tidak beli lagi sayuran, kecuali jika kita mau makan sayuran yang tidak ada ditanam di KRPL seperti nangka muda dan wortel, tutur ibu-ibu peserta KRPL. Jenis sayuran yang paling produktif adalah terong ungu, namun yang paling disukai oleh peserta adalah caisim, karena 16
17 pertumbuhan caisim cepat, bisa dibuat sayuran tumis sendiri, dicampur dengan mie atau dengan sayuran lain, serta volume per pohon banyak. Di panen tiga pohon saja sudah cukup disantap sekeluarga bu, kata peserta bersahutan. Produksi sayuran peserta KRPL sebetulnya sudah melebihi kebutuhan keluarga mereka, terutama terong dan cabai keriting, hanya saja mereka belum mau menjual dengan alasan belum seberapa nilainya, sehingga mereka lebih cenderung memberikan keluarga sebagai buah tangan jika ada yang berkunjung ke tempat mereka. Tanaman lokal yang memiki potensi untuk dikembangkan adalah kelor. Selama ini kelor sudah banyak ditanam sebagai tanaman pagar, namun sebagian masyarakat belum mengetahui kandungan gizi pada kelor, sehingga banyak yang tidak memperhatikan daun kelor untuk dikonsumsi. Namun setelah dilakukan sosialisasi manfaat dan kandungan gizi kelor, masyarakat sudah mulai memperhatikan tanaman yang satu ini. Manfaat RPL terhadap peserta juga tersirat dari hasil perhitungan PPH yang meningkat. Skor PPH sebelum ada KRPL tercatat 64,7 meningkat menjadi 86,2 setelah pelaksanaan KRPL. Tabel 1. Perhitungan PPH sebelum pelaksanaan kegiatan KRPL No. Kelompok Pangan Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/biji berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lain Energi Aktual ,00 69,00 16,00 % AKE Bobot Skor AKE 92,15 8,2 21,75 3,40 3,45 0,8 0,5 0,5 2,0 0,5 0,5 2,0 0,5 5,0 46,0 16,40 10,875 1,7 17,25 Skor maksim um 25 2,5 24 5,0 1,0 1 2,5 3 Skor PPH Total ,75 92, , ,
18 Hasil perhitungan PPH sebelum dan sesudak pelaksanaan KRPL di kabupaten Pangkep disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 2. Perhitungan PPH setelah pelaksanaan kegiatan KRPL No. Kelompok Pangan Padi-padian Umbi-umbian Pangan hewani Minyak dan lemak Buah/biji berminyak Kacang-kacangan Gula Sayur dan buah Lain-lain Energi Aktual , % AKE Bobot Skor AKE 93,25 4,55 43,50 4,55 0,65 9,70 0,5 0,5 2,0 0,5 0,5 2,0 0,5 5,0 47,0 49,10 21,75 2,275 53,250 Skor maksi mum 25 2,5 24 5,0 1,0 1 2,5 3 Skor PPH Total ,20 92, , ,
19 Gambar 6. Berbagai model penataan pekarangan peserta MKRPL KWT Lestari Indah kab. Pangkep. 19
20 Gambar 7. Visualisasi Acara Temu Lapang 4.6. MASALAH-MASALAH YANG DITEMUKAN DALAM PENGEMBANGAN KRPL Masalah-masalah yang ditemukan selama pelaksanaan MKRPL Pangkep antara lain adalah: - Keterbatasan tanah top soil yang bisa dimanfaatkan untuk media tanam di pot, polybag, atau wadah lainnya. - Limbah tanaman seperti jerami yang bisa diolah menjadi bahan organik dan dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi tanaman agak terbatas, karena jerami dimanfaatkan juga untuk pakan ternak. - Pada waktu tertentu yaitu saat musim tanam dan panen padi, anggota peserta KRPL mencurahkan waktu dan tenaga untuk menanam dan panen padi, sehingga aktivitas di KRPL terhenti sementara. - Pada musim kemarau, air di lokasi KRPL terbatas sehingga kebutuhan tanaman tidak tercukupi. - Partisipasi anggota dalam memelihara tanaman di KBD masih kurang, jika dibagikan benih mereka menyemai masing-masing di pekarangannya, sehingga pemeliharaan tanaman di KBD umumnya dilakukan oleh ketua dan sekretais kelompok saja. - Adanya jenis hama yang merupakan faktor penghambat produksi terutama hama Lalat Buah. Hama ini bersifat poly fag artinya dapat menyerang berbagai jenis tanaman buah tanaman seperti mentimun, paria, oyong, cabai, tomat, dan terong. Selain lalat buah, hama Aphid juga banyak dijumpai teutama pada pucuk/daun muda. Hama ini tidak terlalu merusak secara langsung, namun berpotensi sebagai vektor virus. 20
21 V. KESIMPULAN - Masyarakat Kampung Kondeng, kelurahan Minasa Te ne, kecamatan Minasa Te ne, kabupaten Pangkep, khususnya KWT Lestari Indah telah memberdayakan lahan pekarangannya untuk budidaya berbagai jenis tanaman sayuran, tanaman obat, dan buah-buahan. - Kegiatan MKRPL telah dirasakan manfaatnya oleh warga/masyarakat kabupaten Pangkep, terutama KWT Lestari Indah. Meskipun hasil panen masih untuk memenuhi gizi keluarga, namun sudah terjadi penghematan biaya pembelian sayuran antara Rp atau rata-rata Rp ,-/rumah tangga per bulan. - Respon Pemda terhadap Program MKRPL sangat baik, terbukti KRPL di kabupaten ini telah direplikasi di 53 desa, dan sebagian besar sudah menjual produksi sayurannya ke Pa gandeng pedagang sayur keliling (Laporan lisan Kepala BPPKP Kabupaten Pangkep). - PPH peserta sebelum pelaksanaan KRPL 64,7 meningkat menjadi 86,2 setelah ada kegiatan KRPL. Peningkatan ini terutama karena konsumsi sayuran meningkat. VI. DAFTAR PUSTAKA Anonim Metode Perhitungan Pola Pangan Harapan (PPH) salah satu indicator M-KRPL. Badan Ketahanan Pangan (BKP) Perkembangan Situasi Konsumsi Penduduk di Indonesia. Kementerian Pertanian, Pedoman umum model kawasan rumah pangan lestari. Jakarta 42 Hlm. Mardharini, M. Ketut, K., Zakiyah, Dalmadi dan A. Susakti Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Balai Besar dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor. Muchtadi Pangan Fungsional dan Senyawa Bioaktif. Alfabeta, Bandung. 252 hlm Rachman, Handewi. P.S. dan M. Ariani Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan Program. 21
22 Makalah pada Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Masalah Ketahanan Pangan Dalam Upaya Perumusan Kebijakan Pengembangan Penganekaragaman Pangan, Hotel Bidakara, Jakarta, 28 November Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Saliem H.P Kawasan rumah pangan lestari (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan. 10 hlm. Simatupang, P Kebijakan dan Strategi Pemantapan Ketahanan Pangan Wilayah. Makalah Pembahas pada Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Sebagai Penggerak Ketahanan Pangan Nasional Kerjasama Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB dan Universitas Mataram, Mataram 5 6 September
MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR
MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR Ir. PETER TANDISAU, MS., dkk. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian pemerintah saat
Lebih terperinciKAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2
KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan 1 Oleh: Handewi Purwati Saliem 2 PENDAHULUAN Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciM-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN
M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,
Lebih terperinciMEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH
MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) merupakan program yang dicanangkan pemerintah dengan tujuan pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah
Lebih terperinciKAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah
KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DAN PERKEMBANGANNYA DI SULAWESI TENGAH BPTP Sulawesi Tengah Pendahuluan Indonesia memiliki potensi sumber daya lahan hayati yang sangat kaya dengan berbagai jenis tanaman pangan,
Lebih terperinciKEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU
KEGIATAN M-KRPL KABUPATEN BARRU Ir. Abdul Fattah, MP, dkk I.Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta International Convention Center (JICC) bulan
Lebih terperinciBuletin IKATAN Vol. 3 No. 1 Tahun
DIVERSIFIKASI KONSUMSI MASYARAKAT BERDASARKAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN PADA LOKASI MKRPL DI KEC. KRAMATWATU KAB. SERANG Yati Astuti 1) dan Fitri Normasari 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
Lebih terperinciPerkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan
Prinsip Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yaitu dibangun dari kumpulan rumah tangga agar mampu mewujudkan kemandirian pangan melalui pemanfaatan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman pangan, sayuran,
Lebih terperinciPenganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG Rakhmat, dkk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian
Lebih terperinciKontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga
Kontribusi Pemanfaatan Lahan Pekarangan terhadap Pemenuhan Gizi Keluarga dan Pengeluaran Pangan Rumah Tangga Neneng Ratna, Erni Gustiani dan Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat
Lebih terperinciMengenal KRPL. Kawasan Rumah Pangan Lestari
1 Mengenal KRPL Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari waktu ke waktu.
Lebih terperinciPOLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO
POLA PENATAAN LAHAN PEKARANGAN BAGI KELESTARIAN PANGAN DI DESA SEBORO KRAPYAK, KABUPATEN PURWOREJO Cahyati Setiani, Iswanto, dan Endang Iriani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Email: cahyati_setiani@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pekarangan. Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pekarangan Menurut Hartono, dkk. (1985) dalam Rahayu dan Prawiroatmaja (2005), Pekarangan merupakan sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu, yang diatasnya terdapat
Lebih terperinciMODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN SIDRAP
MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN SIDRAP Drs. NASRUDDIN RAZAK, dkk. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan keluarga harus tersedia dalam keadaan cukup baik secara kuantitas maupun
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI ACEH
LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI ACEH Oleh: M. Ferizal Nazariah M. Nasir Cut Hilda Rahmi Rini Andarini Ahmad BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan baik pada tingkat rumah tangga, nasional, regional, maupun global merupakan salah satu wacana yang sering muncul dalam pembahasan dan menjadi sebuah
Lebih terperinciModel Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan Di Sulawesi Selatan
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi Pangan Di Sulawesi Selatan BASO ALIEM LOLOGAU, dkk ABSTRAK Luas lahan pekarangan di Kabupaten Bantaeng sekitar 2.021 ha atau 5,10% dari
Lebih terperinciPROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN
PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Widya Sari Murni dan Rima Purnamayani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi
Lebih terperinciPERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA. Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR
PERANAN PKK DALAM MENDUKUNG PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN SEBAGAI SUMBER GIZI KELUARGA Oleh: TP. PKK KABUPATEN KARANGANYAR LATAR BELAKANG Lebih dari 50 % dari total penduduk indonesia adalah wanita (BPS,
Lebih terperinciPekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali
Pekarangan Sebagai Pendongkrak Pendapatan Ibu Rumah Tangga di Kabupaten Boyolali Pendahuluan Sri Murtiati dan Nur Fitriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Jln. BPTP No. 40 Sidomulyo, Ungaran
Lebih terperinciDAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... viii RIWAYAT HIDUP... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN MELALUI KONSEP RUMAH PANGAN LESTARI BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) SI KIB. Soli,loilo Ll* Xak"d hdrmi4&m1{
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) SI KIB Soli,loilo Ll* Xak"d hdrmi4&m1{ KATA PENGANTAR Dalam berbagai kesempatan Presiden selalu mengingatkan kepada kita untuk berupaya meningkatkan ketahanan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:
Lebih terperinciMODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN TORAJA UTARA PENDAHULUAN
MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN TORAJA UTARA Dr. Ir. Jermia Limbongan, MS, dkk PENDAHULUAN Undang-undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan mengartikan ketahanan pangan adalah kondisi
Lebih terperincisebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya.
1 ngin segar perubahan muncul ketika tim BPTP Lampung yang A sebelumnya berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan dan Dinas Pertanian, dan Peternakan berkunjung ke Desa Marga Kaya.
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN PANGAN DAN GIZI KELUARGA MELALUI RUMAH HIJAU DI KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI. Refliaty dan Endriani Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjaun Pustaka 2.1.1 Pekarangan Pekarangan adalah sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah diusahakan dengan tujuan untuk meningkatkan
Lebih terperincipadi-padian, umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, dan pangan dari hewani yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam.berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang dan papan. Ketersediaan pangan yang cukup menjadi isu nasional untuk mengentaskan kerawanan pangan di berbagai daerah.
Lebih terperinciLAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU
LAPORAN SPEKTRUM DISEMINASI MULTI CHANEL (SDMC) MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) BPTP BENGKULU Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Bengkulu dilaksanakan melalui pendekatan partisipatif
Lebih terperinciOptimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat E-mail: artidjatiharti@gmail.com Abstrak Model Kawasan Rumah Pangan
Lebih terperinciOleh: Misran Khaidir Ahmadi Zarwan Aguswarman AN BALAI BESAR
LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN DHARMASRAYA Oleh: Misran Khaidir Ahmadi Zarwan Aguswarman Syamsurizal KEMENTERIAN PERTANIA AN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014
BUDIDAYA SAYURAN Paramita Cahyaningrum Kuswandi Email : paramita@uny.ac.id Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 Budidaya Tanaman Sayuran Langkah-langkah yang perlu dilakukan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi 2.1.1 Pengertian partisipasi Menurut Rodliyah (2013) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi dalam situasi kelompok sehingga dapat dimanfaatkan sebagai motivasi
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan untuk membeli pangan sesuai kebutuhan rumah tangga.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketahanan Pangan Menurut FAO (1997) menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan
Lebih terperinciPOLA KONSUMSI PANGAN B2SA
POLA KONSUMSI PANGAN B2SA aret Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 1 LATAR BELAKANG Upaya peningkatan ketahanan pangan: masalah seluruh bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi di mana setiap manusia mampu mengkonsumsi pangan dan gizi secara seimbang untuk status gizi baik. Menurut UU Pangan No 7 tahun
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo Masyarakat di Desa Kalimulyo sebagian besar menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian. Hasil penelitian menunjukkan
Lebih terperinciSTUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN
STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU Umi Pudji Astuti dan Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu
Lebih terperinciAnalisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)
Analisis Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Perkotaan Dalam Mewujudkan Diversifikasi Konsumsi Pangan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) Nasriati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. ZA. Pagar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan Presiden Republik Indonesia pada tahun , yang bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) merupakan implementasi dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian yaitu Empat Sukses Pertanian, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim
Lebih terperinciNo. Kode: RDHP /022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU. Oleh : Umi Pudji Astuti
No. Kode: 26.06.RDHP1801.19/022.E LAPORAN AKHIR MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI PROVINSI BENGKULU Oleh : Umi Pudji Astuti BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan yang paling sering ditemukan pada anak-anak membuat 250.000-500.000 anak buta setiap tahunnya dan separuh diantaranya
Lebih terperinciPROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017
PROGRAM DAN KEGIATAN BIDANG KONSUMSI DAN PENGANEKARAGAMAN PANGAN TAHUN 2017 DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH Ungaran, Januari 2017 ASPEK KONSUMSI PANGAN DALAM UU NO 18/2012 Pasal 60 (1) Pemerintah
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berjarak sekitar 2 km dari kampus UNEJ. Batas-Batas wilayah Kelurahan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kesehatan, perbaikan ekonomi, penyediaan sandang, serta lapangan kerja. Kegiatan. adalah dengan meningkatkan ketahanan pangan.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian penting dari pembangunan nasional, karena berkaitan erat dengan pembangunan industri, perbaikan pangan dan kesehatan, perbaikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial budaya dipengaruhi banyak hal yang saling kait mengait, di samping untuk memenuhi
Lebih terperinciDesy Nofriati, Defira Suci Gusfarina, Syafri Edi
PENATAAN PEKARANGAN UNTUK MENINGKATKAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN DAN PENDAPATAN MASYARAKAT (Studi Kasus KRPL Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi) Desy Nofriati, Defira Suci Gusfarina, Syafri Edi Balai
Lebih terperinciANEKA RESEP JUS SEHAT. Mastoso Slow Juicer MT-67. Bagian 1
ANEKA RESEP JUS SEHAT Slow Juicer MT-67 Bagian 1 Apa itu Slow Juicer? Berbeda dengan juicer yang menggunakan metode kecepatan tinggi dengan pisau yang tajam, Slow Juicer menggunakan Low Speed Technology
Lebih terperincioleh : Haryono Kepala Badan Litbang Kementerian Pertanian
PERAN NYATA HORTIKULTURA, AGRONOMI DAN PEMULIAAN TANAMAN TERHADAP KONTINYUITAS KETAHANAN PANGAN SERTA PENGEMBANGAN PERTANIAN PERKOTAAN MELALUI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI oleh : Haryono Kepala Badan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk,
2.1 Pola Konsumsi Pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Baliwati, dkk, 2010). Pola
Lebih terperinciMODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN
1 MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN Hasnah Juddawi dkk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas, adanya keterlibatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yudohusodo (2006) mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi produksi pertanian tropis dan potensi pasar pangan yang besar. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling hakiki. Karena itu, sejak berdirinya Negara Republik Indonesia, UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa Negara wajib menjalankan
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG
WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciLAPORAN HASIL KEGIATAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN
LAPORAN HASIL KEGIATAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN Syafruddin Kadir, dkk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden RI pada acara Konferensi Dewan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini akan dibahas mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)
Lebih terperinciBADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota
BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 Disampaikan pada : Pertemuan Sinkronisasi Kegiatan dengan Kabupaten/Kota Bukittinggi, Maret 2016 BIDANG PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN (PKP)
Lebih terperinciSELAYANG PANDANG. KILAS BALIK MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (m-krpl) PROVINSI BENGKULU
SELAYANG PANDANG KILAS BALIK MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (m-krpl) PROVINSI BENGKULU KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2
42 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Provinsi Lampung merupakan penghubung utama lalu lintas Pulau Sumatera dan Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2 kota. Provinsi
Lebih terperinciBAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
Lebih terperinciKAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI
KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI Qanytah dan Trie Reni Prastuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pangan telah menjadi aspek yang penting karena berkaitan erat dengan kebutuhan pokok masyarakat. Pada umumnya, masalah yang berkaitan dengan pangan dapat menjadi
Lebih terperinciLesson Learn. Peningkatan Penerapan Rumah Pangan Lestari dalam Upaya Membentuk Kawasan Rumah Pangan Lestari
Lesson Learn Peningkatan Penerapan Rumah Pangan Lestari dalam Upaya Membentuk Kawasan Rumah Pangan Lestari Siti Lia Mulijanti dan A. Djatiharti BPTP Jawa Barat E-mail: liamulijanti@yahoo.com Abstrak Kemandirian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk mendukung pertumbuhannya. Berdasarkan asal pembuatannya pupuk dibedakan
Lebih terperinciKONTRIBUSI PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DALAM MENDUKUNG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT:
KONTRIBUSI PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DALAM MENDUKUNG KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: Studi Kasus Desa Banjarsari, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur SITI FATIMATUS ZAHRO DEPARTEMEN
Lebih terperinciTeknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur
Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011
BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR Menimbang : a.
Lebih terperinciSCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR
AgroinovasI SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR Sayuran dan buah merupakan satu dari empat pilar pangan berimbang selain biji-bijian, protein dan sedikit susu yang dianjurkan dalam pemenuhan gizi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
Lebih terperinciKERAGAAN HASIL IMPLEMENTASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kebupaten Kendal)
KERAGAAN HASIL IMPLEMENTASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN KENDAL (Studi Kasus di Desa Blimbing, Kecamatan Boja, Kebupaten Kendal) Joko Pramono, Muryanto, dan Agus Sutanto Balai Pengkajian
Lebih terperinciSINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017
SAMBUTAN DAN ARAHAN KEPALA DINAS KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017 Ungaran, Januari 2017 TUJUAN Menyamakan persepsi dan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciOPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DI DESA BABAKAN, KECAMATAN CISAAT, KABUPATEN SUKABUMI
Media Pengabdian kepada Masyarakat Qardhul Hasan ISSN 2442 3726 Volume 1 Nomor 1, April 2015 31 OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN DI DESA BABAKAN, KECAMATAN CISAAT, KABUPATEN SUKABUMI OPTIMALISATION
Lebih terperinciBUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai
Lebih terperinciPOTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*
POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya kemiskinan dan pengangguran yang meningkat menjadi ketimpangan masyarakat merupakan tantangan dalam pembangunan, Masyarakat miskin umumnya lemah dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal.
No.397, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN. Pertanian. Konsumsi Pangan. Sumber Daya Lokal. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG GERAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN
Lebih terperinciIbM Kelompok Tani Buah Naga
IbM Kelompok Tani Buah Naga Wiwik Siti Windrati, Sukatiningsih, Tamtarini dan Nurud Diniyah Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Jl. Kalimantan 37 Kampus Tegalboto Jember ABSTRAK Tujuan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi jangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan laut di Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan yang siap diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sejumlah besar rakyat Indonesia
Lebih terperinci