BAB IV PEMBUATAN MODEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBUATAN MODEL"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBUATAN MODEL 4.1. Pembuatan Model Geometri Untuk menganalisa dengan menggunakan metode elemen hingga hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat model geometri dari vessel tersebut terlebih dahulu untuk memberikan tempat pembuatan meshing. Pembuatan model dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak MSC Nastran 4.5. Perangkat lunak ini dipilih dikarenakan modul pembuatan model pada MSC Nastran 4.5 tersebut adalah yang paling kompatibel dengan modul analisa pada MSC Nastran 4.5. Dikarenakan pembuatan model yang dilakukan pada modul MSC Nastran 4.5 pembuatan model tidak dapat langsung di impor dari gambar CAD yang telah tersedia. Sehingga pembuatan model geometri vessel dibuat langsung pada modul pembuatan model MSC Nastran 4.5 dari awal Metodologi Model yang dibuat pada software ini mengacu pada gambar model 3 dimensi atau CAD yang telah dibuat oleh PT. United Tractors Engineering menggunakan perangkat lunak PRO/ENGINEER. Dikarenakan tidak kompatibelnya perangkat lunak MSC Nastran for Windows 4.5 dengan PRO/ENGINEER maka pembuatan model pada MSC Nastran harus dibuat dari dasar langsung pada perangkat lunak MSC Nastran 4.5. Untuk itu perlu dibuat langkah-langkah dalam membuat model tersebut dengan menggunakan Nastran sebagai modul pembuatan model dari vessel tersebut. Langkahlangkah pembuatan model tersebut antara lain terlihat pada Diagram Alir 4.1. Langkah pertama merupakan langkah pengumpulan data dimana data-data yang diterima dari PT. United Tractors Pandu Engineering diolah dan dipelajari. Kemudian baru dilanjutkan pada pembuatan model dan penentuan batasan-batasan pada model. Setelah pembuatan model geometri vessel selesai model harus divalidasi terlebih dahulu. Dikarenakan tidak memungkinkannya untuk membuat model pengujian secara riil maka validasi model dilakukan dengan cara mengecek beban kosong yang dimiliki model dan setelah itu divalidasi dengan mengecek gaya reaksi di setiap tumpuan model tersebut secara statis. Setelah validasi sesuai maka model baru dapat dikatakan selesai dibuat.

2 Diagram 4.1 Diagram Alir Langkah-langkah dalam Pembuatan Model Geometri TV Pemodelan Geometri Pemodelan vessel TV35 ini dilakukan dengan tipe pemodelan plate surface secara keseluruhan baik sidewall, floor maupun stiffener, hal ini dilakukan karena sebagian besar bagian dari vessel memiliki perbandingan antara ketebalan dan panjang serta lebar yang cukup besar. Sehingga akan lebih tepat jika pemodelan dilakukan dalam tipe plate surface tersebut dengan elemen quad (segi empat dengan 4 nodal). Sementara itu ketebalan di setiap plat disesuaikan dengan gambar teknik yang diperoleh dari PT. United Tractors Pandu Engineering. Pembuatan model dilakukan dengan menggunakan modul pembuatan model pada MSC Nastran 4.5. Model hal ini dilakukan agar model geometri yang dibuat kompatibel dengan modul penganalisis pada MSC Nastran 4.5. Model elemen hingga yang dibuat memiliki meshing geometri vessel yang menghasilkan nodal sebanyak buah dengan jumlah elemen buah yang berbentuk quad. Gambar 3.1, 3.2, dan 3.3 menunjukkan bentuk keseluruhan dari hasil meshing dari model geometri vessel

3 TV35 yang digunakan pada penelitian ini dalam pandangan wireframe, quick hidden line, dan solid secara berurutan. Pembuatan elemen hingga ini sendiri terdiri dari beberapa tahap : 1. Pembuatan model geometri awal dari struktur uji (dijelaskan selanjutnya pada sub bab 4.3.1) 2. Pengaturan jumlah elemen (mesh seed) dan pembuatan elemen pada model geometri yang sudah dibuat (dijelaskan selanjutnya pada sub bab 4.3.2). 3. Penentuan material properties dan element properties model elemen hingga (dijelaskan pada sub bab 4.3.3) Untuk memudahkan dalam pembuatan model geometri. Maka dalam penelitian ini model dibangun dalam beberapa layer. Layer ini dibagi berdasarkan komponen-komponen yang membentuk vessel secara keseluruhan. Pembagian layer berdasarkan komponen akan sangat memudahkan jika terjadi kesalahan-kesalahan saat melakukan pembuatan. Sehingga saat terjadi kesalahan atau terjadi error pembuatan model tidak perlu diulang dari awal, cukup dengan menghapus komponen yang bermasalah saja. Gambar 4.1 Model Elemen Hingga pandangan wireframe

4 Gambar 4.2 Model Elemen Hingga pandangan Quick Hidden Line Gambar 4.3 Model Elemen Hingga dalam pandangan Solid Pembuatan Model Geometri Awal Pembuatan model geometri struktur uji pada dasarnya dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut adalah: 1. Pembuatan geometri titik (point). 2. Pembuatan geometri garis (curve). 3. Pembuatan geometri permukaan (surface).

5 Langkah awal dari tahap tersebut adalah pembuatan geometri titik. Geometri titik pada MSC Nastran 4.5 dibangun pada ruang yang dibangun berdasarkan koordinat kartesian XYZ. Sehingga hal pertama yang harus dilakukan adalah menentukan dasar (base) dari model geometri tersebut nantinya. Pada penelitian ini dipilih bidang dasar X-Y sebagai bidang kerja (workplane) dari pembuatan model geometri vessel. Pada MSC Nastran pembuatan geometri titik dilakukan dengan melalui perintah Geometry>Points. Setelah perintah dimasukkan maka kotak dialog seperti terlihat pada Gambar 4.4 akan muncul. Pada bagian ini akan diberi contoh pembuatan dinding samping bagian kanan (sidewall RH) dari vessel TV35. Pada kotak dialog yang muncul dimasukkan nilai pada x dan y (0,0) dan kemudian dilanjutkan dengan memilih OK lalu Cancel. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam menentukan titik awal dari pembuatan garis atau kurva. Gambar 4.4 Tampilan menu untuk pembuatan point Setelah titik awal ditentukan berikutnya adalah pembuatan kurva. Pada MSC Nastran 4.5 proses pembuatan kurva dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Variasi cara pembuatan kurva ini dipilih sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, pada penelitian dikarenakan bentuk dinding samping yang memiliki banyak sudut maka dipilih pembuatan kurva dengan metode At Angle. Untuk mengakses perintah ini maka perlu dipilih opsi Geometry>Curve-Line>At Angle. Pada kotak dialog yang muncul kemudian, perlu dimasukkan koordinat asal kurva yang akan dibentuk dalam x, y, dan z yang pada kasus ini bernilai (0,0,0) seperti terlihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5 Tampilan menu untuk pembuatan kurva dengan metode at angle Setelah memasukkan koordinat awal dari kurva yang akan dibuat, maka hal berikut yang perlu dilakukan adalah memasukkan besaran panjang dari kurva itu sendiri. Penentuan besaran panjang dapat dilakukan dengan memilih opsi parameters. Yang kemudian akan memunculkan kotak dialog lain seperti terlihat pada Gambar 4.6 sebagai berikut.

6 Gambar 4.6 Tampilan menu pada penentuan parameter besaran kurva Pada tampilan menu tersebut dimasukkan nilai besaran sebesar 501, dikarenakan pada perangkat lunak MSC Nastran 4.5 tidak dapat menentukan besaran yang digunakan, maka penggunaan besaran pada perangkat lunak ini haruslah konstan dan disamakan dari pembuatan awal sampai akhir. Pada penelitian ini digunakan besaran mm, ton, dan sekon. Sehingga besaran 501 yang dimasukkan adalah dalam mm. Setelah nilai besaran dimasukkan pilih opsi OK yang akan menghantarkan kembali ke kotak dialog semula. Pada kotak dialog ini juga dipilih opsi OK sehingga akan muncul kotak dialog berikut untuk menentukan sudut atau arah dari kurva tersebut seperti terlihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.7 Tampilan menu pada penentuan sudut arah kurva Pada kasus ini dimasukkan nilai sudut 90 derajat dengan nilai positif dari titik awal kuadran I untuk menghasilkan bentuk kurva dengan arah lurus ke arah atas. Langkah-langkah seperti yang telah disebutkan di atas diulangi hingga terbentuk bentuk kurva yang diinginkan seperti yang terlihat pada Gambar 4.8 sebagai berikut. Setelah terbentuk kurva maka langkah berikut dari pembuatan model geometri dari komponen sidewall ini adalah pembuatan permukaan dari dinding samping itu sendiri. Pembuatan ini dapat dilakukan dengan melakukan penarikan (extrude) pada kurva yang telah ada dengan memasuki perintah Geometry>Surface>Extrude. Setelah itu akan muncul kotak dialog seperti pada Gambar 4.9, pada kotak dialog tersebut terdapat pilihan untuk memilih kurva yang akan dilakukan penarikan. Karena hanya ada satu kurva yang baru terbentuk maka pilihan select all dapat dipilih setelah itu diikuti dengan perintah OK.

7 Gambar 4.8. Kurva yang membentuk dinding samping vessel TV35 Gambar 4.9 Tampilan menu pada pilihan kurva yang akan dibentuk menjadi permukaan. Setelah itu akan muncul kotak dialog lain yang akan menentukan besar dan arah penarikan yang akan dilakukan pada kurva tersebut. Pada kasus ini dikarenakan panjang dinding vessel yang mencapai 7374 mm maka pada tampilan menu tersebut dimasukkan angka pada kolom tip-z. Tanda minus menunjukkan arah penarikan apakah ke arah z positif atau z negatif. Setelah dimasukkan semua seperti terlihat pada Gambar 4.10 masukkan pilihan OK dan kemudian permukaan dari dinding akan terbentuk seperti terlihat pada Gambar Gambar 4.10 Tampilan menu untuk menentukan besar dan arah penarikan kurva

8 Gambar Hasil permukaan (surface) dinding samping vessel TV Pengaturan Jumlah Elemen dan Nodal (Meshing) Setelah menyelesaikan tahap pembuatan model geometri, maka tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengaturan jumlah elemen dan nodal pada model geometri tersebut. Pengaturan tersebut dibagi menjadi beberapa bagian besar sebagai berikut. Penentuan jumlah mesh pada kurva yang telah dibuat. Pada penelitian ini, tipe model yang digunakan adalah tipe permukaan plat (plate surface). Dalam hal ini ketebalan plat ditentukan melalui property dari material yang digunakan dan bukan melalui bentuk geometri secara langsung. Oleh karena itu penentuan jumlah meshing dilakukan langsung pada kurva sebelum dilakukan proses extrude. Penentuan jumlah meshing pada model geometri dapat dilakukan dengan menggunakan perintah Mesh>Mesh control>size along curve. Pada perintah ini jumlah mesh pada sebuah kurva ditentukan dengan memasukkan jumlah mesh yang diinginkan pada suatu panjang kurva tertentu seperti terlihat pada kotak dialog pada Gambar 4.12.

9 Gambar 4.12 Tampilan menu untuk perintah Mesh Size Along Curve Perintah ini diterapkan pada setiap kurva yang telah dibuat. Penentuan jumlah kurva disesuaikan dengan seberapa panjang kurva tersebut dan seberapa detail meshing yang diperlukan pada daerah tersebut. Setelah semua kurva ditentukan jumlah elemen dan nodalnya, maka akan terbentuk kurva yang telah terbagi-bagi menjadi elemen dan nodal seperti terlihat pada contoh kurva pembuatan komponen dinding samping seperti terlihat pada Gambar 4.13 sebagai berikut. Gambar 4.13 Kurva Dinding Samping (sidewall) vessel yang telah ditentukan jumlah elemen dan nodalnya. Penarikan meshing yang telah dibuat pada kurva. Setelah penentuan jumlah meshing pada kurva selesai dibuat. Tahap berikutnya adalah melakukan penarikan (extruding) meshing yang telah dibuat pada kurva-kurva tersebut sehingga membentuk elemen yang sesuai dengan bentuk geometri yang diinginkan. Langkah ini dimulai dengan menggunakan perintah Mesh>Extrude>Curve. Setelah memasukkan perintah tersebut maka akan muncul kotak dialog yang berfungsi untuk menyeleksi kurva mana yang akan ditarik untuk menjadi elemen. Setelah kurva yang akan ditarik telah dipilih maka pilih opsi OK. Kemudian akan muncul kotak dialog lainnya seperti terlihat pada Gambar 4.14 sebagai berikut.

10 Gambar 4.14 Tampilan menu untuk meshing generation yang telah dibuat pada kurva Pada kotak dialog tersebut terdapat pilihan properti dari material yang digunakan pada komponen tersebut. Pada kasus kali ini dipilih tipe properti surface plate seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu dalam kotak dialog ini juga perlu dimasukkan jumlah pemnbagian elemen yang diinginkan sepanjang penarikan mesh kurva. Untuk kasus kali ini dimasukkan angka 25. Setelah semua data dimasukkan maka pilih OK dan akan muncul kotak dialog berikut yang berfungsi untuk memasukkan data arah dan panjang penarikan yang akan dilakukan dengan menentukan titik awal dan akhir dari penarikan tersebut. Untuk kasus pembuatan komponen dinding samping vessel dimasukkan data seperti terlihat pada Gambar 4.15 sebagai berikut. Gambar 4.15 Tampilan menu untuk menentukan titik awal dan akhir penarikan Pada kotak dialog tersebut dimasukkan angka sebesar 7374 dengan nilai negatif. Hal ini untuk membuat sebuah dinding vessel yang memiliki panjang searah sumbu z negatif sepanjang 7374 mm. Setelah data dimasukkan maka akan tercipta mesh generation seperti terlihat pada Gambar 4.16 berikut ini.

11 Gambar 4.16 Hasil dari mesh generation untuk komponen dinding samping vessel TV Penentuan Material Properties dan Element Properties Model Elemen Hingga Setelah model geometri dan pembuatan mesh generation telah selesai. Maka langkah selanjutnya adalah untuk menentukan Material Properties serta Element Properties dari model geometri tersebut. Untuk itu diperlukan data-data mengenai properti dari material yang digunakan oleh vessel tersebut. Terdapat 3 material utama yang digunakan dalam membuat vessel TV35 ini seperti yang telah tercantum pada Tabel 3.1 di Bab III. Tetapi karena ketiga material tersebut dapat dikategorikan sebagai baja, maka ketiga material tersebut memiliki Material Properties yang sama. Berikut adalah properti dari material baja : Young Modulus (E) : MPa Modulus Geser (G) : x 10 9 MPa Massa Jenis (ρ) : 7.83 x 10-9 ton/mm 3 Poisson s Ratio : 0,33 Tidak semua data material telah terdefinisikan dalam katalog perangkat lunak MSC Nastran 4.5. Oleh karena itu keberadaan data di atas sangatlah penting agar data-data tersebut dapat didefinisikan terlebih dahulu pada katalog MSC Nastran 4.5. Pendefinisian properti material tersebut dapat dilakukan dengan memilih opsi Model>Material yang kemudian akan memunculkan kotak dialog seperti yang terlihat pada Gambar 4.17 sebagai berikut.

12 Gambar 4.17 Tampilan menu untuk mendefinisikan properti material Pada kotak dialog tersebut dimasukkan data-data properti material baja yang telah diketahui sebelumnya. Kemudian definisikan nama material pada kolom Title pada kasus ini material baja didefinisikan sebagai Steel_MKS. Setelah semua data selesai dimasukkan pilih opsi OK dan setelah itu Cancel. Maka material Steel_MKS telah terdaftar pada katalog MSC Nastran 4.5 dengan nomor ID 1. Setelah data material terdefinisikan dalam katalog MSC Nastran 4.5, maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mendefinisikan properti elemen (element properties) dari material tersebut. Pendefinisian ini sangat perlu karena pada penelitian ini semua material yang digunakan sama yaitu baja. Sehingga yang berbeda adalah ketebalan dan ketahanan terhadap tegangan yield serta ultimate nya. Oleh karena itu pendefinisan elemen pada kasus ini sangatlah penting. Pendefinisian dilakukan dengan memilih opsi Model>Property. Setelah opsi tersebut dipilih kotak dialog seperti yang terlihat pada Gambar 4.18 akan muncul. Pada tampilan kotak dialog tersebut dimasukkan data-data properti elemen yang diinginkan. Pada pembuatan model geometri vessel TV35 ini digunakan material baja dengan berbagai macam ketebalan, oleh karena itu diperlukan beberapa definisi properti elemen agar kebutuhan keragaman ketebalan material baja tersebut dapat terpenuhi.

13 Gambar 4.18 Tampilan menu untuk mendefinisikan properti elemen Pada tampilan menu tersebut yang perlu dilakukan pertama kali adalah menginput definisi nama dari tipe properti yang diinginkan. Pada pembuatan model geometri dinding samping vessel diperlukan material baja dengan ketebalan 6 mm. Oleh karena itu, pada kolom Title diisi nama plate 6 mm. Setelah itu pemilihan jenis material, pada kasus ini jenis material yang dipilih adalah material yang telah didefinisikan sebelumnya yaitu Steel_MKS. Setelah itu hal berikut yang perlu diatur adalah tipe elemen yang diinginkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memilih opsi Elem/Property Type. Setelah dipilih maka akan muncul kotak dialog seperti terlihat pada Gambar 4.19 sebagai berikut. Pada kasus ini dipilih tipe elemen Plate lalu pilih opsi OK. Dan tampilan menu akan kembali ke kotak dialog awal, untuk mendefinisikan ketebalan dari plat yang digunakan maka pada bagian Property Values perlu diisi pada kolom Thicknesses, T avg or T1 ketebalan yang diinginkan. Pada pembuatan komponen dinding samping kali ini diperlukan ketebalan 6 mm, maka kolom tersebut perlu diisi dengan angka 6. Setelah memilih opsi OK maka properti elemen telah terdefinisikan. Untuk menghemat waktu dalam pembuatan model alangkah baiknya jika seluruh data material dan properti elemen didefinisikan terlebih dahulu saat memulai perkerjaan. Hal ini dapat mempersingkat waktu serta memudahkan dalam pembuatan model geometri pada nantinya.

14 Gambar 4.19 Tampilan menu untuk penentuan Elem/Property Type 4.4 Pemodelan Beban Pemodelan kasus pembebanan untuk analisa dilakukan dengan menyesuaikan kriteria-kriteria yang telah ditentukan untuk mensimulasikan kondisi kritis vessel. Pada penelitian ini terdapat 3 konfigurasi beban yang perlu dimodelkan, 3 konfigurasi beban tersebut terdiri dari : Pemodelan beban untuk muatan volume vessel Pemodelan beban simulasi untuk skenario pembebanan 1 dan 2 Pemodelan beban simulasi impak untuk skenario pembebanan Pemodelan Beban untuk Muatan Volume Vessel Pada penelitian ini pemodelan beban untuk isi vessel harus dapat menyesuaikan dengan tipe muatan vessel sebenarnya sedekat mungkin. Oleh karena itu pengumpulan data yang baik sangat diperlukan untuk dapat menghasilkan hasil analisa yang sedekat mungkin dengan kondisi operasional normal di lapangan. Berdasarkan data yang telah diperoleh dan dikumpulkan pada Bab III, vessel TV35 tersebut memiliki kapasitas maksimum mencapai 35 m 3. Dengan asumsi muatan material yang mengisi adalah material batubara dengan kerapatan 0,95 ton/m 3, maka dapat diperoleh beban total yang diterima oleh vessel yaitu mencapai 33,25 ton. Beban ini sebenarnya telah melampaui batas yang diperbolehkan oleh pabrik sebesar 0,75 % dari 33 ton yang diperbolehkan.

15 Material batubara sendiri termasuk sebagai tipe material curah, dan hal ini sangat perlu diperhatikan. Material curah memiliki karakteristik yang unik yaitu pada saat ditumpuk memiliki tendensi untuk jatuh pada sudut kemiringan tertentu sesuai dengan sudut jatuh (slide angle) nya. Sehingga pada pemodelan ini dipilih karakteristik slide angle yang umum dimiliki oleh batubara yaitu 38 o. Oleh karena itu dalam pemodelan beban yang diterima oleh sisi-sisi vessel perlu diperhatikan bagaimana arah dan distribusi beban yang diterima oleh dinding-dinding vessel tersebut. Pada sisi depan dan belakang perhitungan beban yang pertama kali perlu diperhatikan adalah menghitung seberapa besar beban yang mengenai sisi-sisi tersebut dibanding dengan beban secara keseluruhan. Diagram bebas distribusi beban yang jatuh pada dinding bagian depan dan belakang vessel dapat terlihat pada ilustrasi pembebanan yang terlihat dengan menggunakan tampak samping seperti terlihat pada Gambar 4.20 berikut. Gambar 4.20 Ilustrasi distribusi beban pada dinding depan atau belakang vessel Ilustrasi tersebut menggambarkan idealisasi muatan vessel dengan pandangan samping secara sederhana dengan panjang total 7374 mm dan tinggi 1994 mm. Dari vessel tersebut ditarik garis dengan sudut 38 0 untuk menggambarkan kondisi slide angle dari batubara tersebut. Dari ilustrasi tersebut terlihat hanya sekitar 34,61 % dari beban total material atau 11,52 ton yang membebani dinding bagian depan dan belakang vessel. Sehingga dari beban sebesar 11,52 ton tersebut tidak seluruhnya membebani secara langsung dinding bagian depan dan belakang, melainkan hanya bagian material diatas garis slide angle saja yang membebani dinding tersebut. Dengan kata lain hampir setengah dari 11,52 ton batubara atau sekitar 5,754 ton yang dianggap sebagai F beban. Setelah F beban diketahui maka dapat dicari F sisi yaitu sebesar 3,542 ton atau N. Agar beban dalam model geometri yang telah dibuat dapat dimasukkan ke dalam pemodelan, maka beban dari F sisi perlu dibagi berdasarkan jumlah nodal yang terdapat di masing-masing dinding vessel. Hal ini dilakukan untuk mensimulasikan kondisi beban yang terdistribusi merata. Berdasarkan

16 hasil pemodelan yang telah dibuat pada dinding bagian depan (front plate) vessel terdapat nodal sebanyak 2656 buah, oleh karena itu beban yang diberikan pada dinding bagian depan adalah, = / 2656 = 13,35 N (dengan sudut 38 o ke arah luar sisi) Begitu pula pada sisi belakang vessel, dengan mengacu pada hasil pemodelan yang telah dibuat jumlah nodal pada dinding bagian belakang vessel terdapat 2156 buah nodal. Maka dapat diperoleh beban per nodal yang membebani dinding bagian belakang sebesar, = / 2156 = 16,277 N (dengan sudut 38 o ke arah luar sisi) Sedangkan distribusi beban pada dinding bagian samping (sidewall) vessel, metode penghitungan distribusi beban tidak terlampau berbeda dengan yang telah dilakukan pada dinding bagian depan dan belakang vessel. Pada penghitungan distribusi beban pada bagian ini yang perlu diketahui pertama kali adalah seberapa besar F sisi yang diterima sisi-sisi samping vessel seperti yang terlihat pada ilustrasi pembebanan yang dirangkum pada Gambar 4.21 sebagai berikut. Agar besar F sisi dapat ditentukan maka perlu diketahui terlebih dahulu seberapa besar F beban yang diterima oleh dinding bagian samping vessel. Dengan asumsi hampir setengah dari beban total yang diterima oleh sisi-sisi samping vessel, maka dapat diperoleh F beban 16,625 ton. Dari informasi tersebut maka dapat dicari F sisi sebesar 10,235 ton atau N. Berdasarkan hasil pemodelan jumlah nodal, dinding bagian samping vessel memiliki 7400 buah nodal, sehingga dari informasi tersebut dapat diperoleh beban per nodal yang membebani dinding bagian samping vessel sebesar,

17 Gambar 4.21 Ilustrasi distribusi pembebanan pada bagian dinding samping vessel dengan menggunakan pandangan depan = / 7400 =13,831 N (dengan sudut 38 o ke arah luar sisi ) Selanjutnya beban yang perlu ditentukan kemudian adalah beban yang diterima oleh lantai. Pada pemodelan ini diasumsikan beban yang diterima oleh lantai vessel adalah beban total secara keseluruhan yakni 33,25 ton. Tetapi dikarenakan beban yang diterima oleh lantai diasumsikan sebagai beban yang terdistribusi merata maka tetap perlu dicari seberapa besar beban per nodal pada lantai. Dengan jumlah nodal pada lantai sebanyak 5942 buah nodal dapat dicari beban yang diterima per nodal pada lantai vessel yaitu, =332500/5942 = 55,957 N ( ke arah sumbu Y negatif) Setelah data-data tersebut di atas diperoleh, maka pendistribusian beban muatan pada vessel disimulasikan pada model geometri. Beban-beban yang telah diterapkan pada model geometri vessel dapat terlihat pada ilustrasi pembebanan pada model geometeri seperti yang terlihat pada Gambar 4.22 dan Gambar 4.23 sebagai berikut. Gambar 4.22 Distribusi pembebanan muatan vessel dengan pandangan samping

18 Gambar 4.23 Distribusi pembebanan muatan vessel dengan pandangan depan Pemodelan Beban Simulasi untuk Skenario Pembebanan 1 dan 2 Setelah pemodelan beban muatan pada model geometri selesai dilakukan, maka pemodelan beban berikut yang perlu ditentukan adalah pemodelan beban untuk mensimulasikan skenario-skenario pembebanan yang telah ditentukan sebelumnya. Skenario yang akan disimulasikan adalah skenario pembebanan 1 dan 2. Skenario pembebanan 1 Pada skenario pembebanan 1 kondisi truk berada dalam keadaan diam atau stasioner. Sehingga gaya yang bekerja pada skenario ini hanya berasal dari pergerakan vessel. Di skenario ini vessel diasumsikan berada dalam kondisi sesaat hendak diangkat dengan percepatan yang dicipt.akan oleh pompa hidraulik sebesar 2G. Hal ini berarti dalam kondisi tersebut vessel menerima beban hingga dua kali lipat dari muatan normalnya. Pada perangkat lunak MSC Nastran 4.5 skenario 1 dapat disimulasikan dengan menambahkan beban body load pada geometri vessel. Penambahan beban body load ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan percepatan sebesar 1 kali percepatan gravitasi untuk memberikan efek peningkatan beban sebesar 2 kali lipat dari beban normal. Untuk itu pada kotak dialog yang muncul dengan memasuki menu Model>Load>Body seperti terlihat pada Gambar 4.24 berikut perlu dimasuki angka 9810 dalam nilai negatif pada kolom Y di bagian Translation/Gravity. Pada penelitian ini nilai yang dimasukkan adalah senilai dengan percepatan satu kali gravitasi yaitu 9810 mm/s 2 ke arah sumbu Y negatif.

19 Gambar 4.24 Tampilan menu untuk penambahan Body Load Skenario Pembebanan 2 Pada skenario pembebanan 2 kondisi truk tidaklah stasioner atau diam, melainkan berada dalam kondisi pengereman dan berbelok sekaligus sementara kondisi vessel berada dalam kondisi tidak terangkat. Oleh karena itu pada skenario ini perlu disimulasikan gaya inersia pada saat pengereman dan gaya sentrifugal pada saat berbelok yang dialami oleh vessel. Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. United Tractors Pandu Engineering kondisi berbelok maksimum truk dapat menyebabkan penambahan beban sebesar 0,6G pada vessel akibat gaya sentrifugal. Sedangkan dalam kondisi pengereman maksimum dapat menyebabkan penambahan beban sebesar 0,8G atau sebesar pada vessel akibat gaya inersia pengereman truk. Agar skenario pembebanan 2 dapat disimulasikan pada perangkat lunak MSC Nastran 4.5 maka data-data tersebut dimasukkan ke dalam menu Model>Load>Body seperti yang dilakukan pada skenario pembebanan 1. Untuk mensimulasikan penambahan beban akibat kondisi berbelok dan pengereman maka perlu dimasukkan penambahan percepatan sebesar 5886 mm/s 2 pada kolom X di bagian Translation/Gravity untuk mensimulasikan kondisi berbelok serta penambahan percepatan sebesar 7848 mm/s 2 pada kolom Y di bagian yang sama untuk mensimulasikan kondisi pengereman Pemodelan Beban Simulasi Impak untuk Skenario Pembebanan 3 Pada skenario pembebanan 3 pemodelan beban tidaklah seperti pada pemodelan beban pada skenario 1 dan 2. Pada skenario ini beban muatan dihilangkan, tetapi diganti dengan beban impak akibat loading batubara ke dalam vessel. Perangkat lunak MSC Nastran 4.5 tidaklah mendukung simulasi pembebanan impak secara riil dan perangkat-perangkat lunak yang mendukung simulasi impak tidaklah

20 banyak yang cukup kompatibel dengan perangkat lunak MSC Nastran 4.5 ini. Oleh karena itu diambil solusi untuk mengadapt.asikan beban impak ini ke dalam beban statis dengan metode impuls. Berdasarkan data yang diperoleh, dalam skenario ini batubara dijatuhkan dari ketinggian 3 m dari permukaan lantai vessel. Jika digabungkan dengan ketinggian truk yakni 3,33 m serta ketinggian vessel 1,994 m maka ketinggian jatuh batubara dari permukaan tanah adalah 4,336 m. Ketinggian jatuh batubara ini kemudian dimasukkan ke dalam variabel h. Data berikut yang dapat diperoleh adalah massa batubara yang mengenai lantai vessel. Dari total massa batubara 42 ton diasumsikan hanya 20% dari total massa tersebut yang mengalami kontak dengan permukaan lantai vessel per satuan waktu. Sehingga total massa batubara yang mengalami kontak per satuan waktu adalah 8400 kg/s. Setelah data-data tersebut diperoleh maka langkah selanjutnya adalah menerapkan metode impuls untuk memperoleh besarnya gaya yang dialami oleh lantai vessel per satuan waktu. Oleh karena itu dimasukkan persamaan impuls yang diturunkan dari persamaan (2-16) sebagai berikut, Dimana, Sehingga, Dalam hal ini, (4-1) =9,22 m/s 2 Dari hasil tersebut, nilai v 1 kemudian dimasukkan ke dalam persamaan (4-1) sehingga diperoleh beban total pada vessel menjadi, = N

21 Setelah diperoleh nilai F secara keseluruhan maka perlu dicari nilai beban yang diterima oleh vessel per satuan nodal. Dikarenakan pada proses ini tidak keseluruhan lantai vessel terkena beban, maka analisa untuk skenario pembebanan ini dilakukan pada 3 daerah lokasi vessel yaitu bagian depan, tengah, dan belakang dari lantai vessel tersebut. Dengan setiap bagian yang terkena terdiri dari 369 buah nodal atau seluas daerah 1 x 1,5 m pada lantai vessel. Dari data tersebut nilai F todal dibagi dengan jumlah nodal di wiliayah tersebut untuk mensimulasikan distribusi beban yang merata sehingga dapat diperoleh beban yang diterima per nodal mencapai 209,88 N. 4.5 Pemodelan Tumpuan (Constraint) Pada perangkat lunak MSC Nastran pemodelan berikut yang perlu dilakukan adalah pemodelan constraint atau tumpuan. Model geometri yang telah dibuat sebelum dianalisa harus didefinisikan terlebih dahulu tumpuan yang akan digunakan, karena jika pemodelan ini tidak dilakukan model geometri akan dianggap melayang di ruang hampa oleh komputer. Sehingga pemodelan tumpuan ini juga mengacu pada skenario-skenario pembebanan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Selain itu untuk memudahkan dalam memberikan tumpuan dalam pembuatan model geometri vessel tersebut maka dibuatlah geometri tambahan yang digunakan sebagai rumah pin. Penambahan model geometri ini hanya berfungsi sebagai bantuan agar tumpuan dapat dengan mudah ditempatkan sesuai dengan kondisi operasional normalnya, sehingga tidak termasuk bagian dari vessel yang dianalisa. Oleh karena itu segala kegagalan yang mungkin terjadi pada wilayah tambahan ini akan diabaikan. Pemodelan tumpuan pada skenario pembebanan 1 dan 3 Pada pemodelan tumpuan pada skenario pembebanan 1 dan 3 diletakkan di setiap bagian rumah pin yang telah dibuat. Hal ini dilakukan karena pada kondisi operasional vessel, rumah pin ini berfungsi agar vessel memiliki kemampuan untuk berotasi dalam satu sumbu. Oleh karena itu tipe tumpuan yang paling cocok untuk skenario ini adalah tipe tumpuan pinned. Pendefinisian tumpuan pada perangkat lunak MSC Nastran dapat dilakukan dengan memasukkan perintah Model>Constraint>Nodal. Setelah itu bagian yang akan dijadikan sebagai tumpuan dipilih. Detail tumpuan yang digunakan pada rumah-rumah pin bagian belakang dan bagian depan pada pemodelan geometri ini akan ditunjukkan pada Gambar 4.25 dan Gambar 4.26 secara berurutan.

22 Gambar 4.25 Detail Tumpuan pada rumah pin bagian belakang vessel Gambar 4.26 Detail Tumpuan pada rumah pin bagian depan vessel Pemodelan tumpuan pada skenario pembebanan 2 Sedangkan pemodelan tumpuan pada skenario pembebanan 2 pada dasarnya memiliki tipe tumpuan yang sama dengan skenario pembebanan 1 dan 3. Hanya pada skenario pembebanan 2 terdapat penambahan pada bagian bawah badan vessel sepanjang daerah yang terkena kontak dengan chasis truk. Penambahan ini dilakukan untuk mensimulasikan kondisi truk yang sedang bergerak. Karena pergerakan yang dialami truk, maka kondisi vessel diasumsikan menempel dengan erat ke chasis truk. Ini berbeda dengan yang terjadi pada skenario pembebanan 1 dan 3 dimana truk berada dalam kondisi stasioner. Ilustrasi detail mengenai tambahan tumpuan pada skenario 2 dapat terlihat pada Gambar 4.27 berikut.

23 Gambar 4.27 Detail tumpuan tambahan pada skenario pembebanan Validasi Model Geometri Dalam pembuatan model geometri dengan menggunakan perangkat lunak MSC Nastran 4.5, validasi model merupakan tahap penting untuk mengecek apakah model yang telah dibuat dapat diguanakan atau tidak. Pada dasarnya validasi model dilakukan dengan melakukan pengujian langsung terhadap benda yang akan dianalisa dengan menggunakan perangkat lunak tersebut. Tetapi pada penelitian ini pengujian langsung dengan menggunakan vessel TV35 tidaklah dapat dilakukan dikarenakan pada dasarnya TV35 masih merupakan produk prototipe yang belum diproduksi secara massal. Selain itu dimensi yang cukup besar juga menyulitkan dilakukannya pengujian secara langsung. Oleh karena itu satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk memastikan model yang telah dibuat dapat digunakan untuk menganalisa adalah dengan mengecek gaya reaksi tumpuan model geometri yang telah dibuat. Hal pertama yang perlu diketahui adalah massa total model geometri yang telah dibuat. Informasi ini dapat diketahui dengan menggunakan perintah Tools>Mass Properties>Mesh Properties. Setelah memilih seluruh geometri maka pada kotak informasi akan muncul massa total dari model geometri yang telah dibuat seperti terlihat pada Gambar 4.28 sebagai berikut. Gambar 4.28 Tampilan pada kotak informasi untuk mengecek Mesh Properties

24 Dari kotak informasi tersebut diperoleh bahwa massa total dari model geometri adalah 3, ton. Massa ini memiliki selisih 1 ton dari massa kosong sebenarnya vessel TV35, hal ini dapat disebut wajar karena model geometri tidak memodelkan keseluruhan komponen yang dimiliki vessel tetapi hanya komponen-komponen yang dianggap perlu dan penting saja yang dimodelkan. Setelah massa total model geometri diketahui maka langkah selanjutnya adalah mengecek gaya reaksi tumpuan model geometri tersebut. Pada dasarnya prinsip dari validasi ini adalah mengecek apakah beban yang dimiliki oleh model geometri vessel sama dengan gaya-gaya reaksi yang bekerja pada tumpuan yang telah ditentukan. Oleh karena itu untuk memudahkan pengecekan digunakan model geometri yang belum diberikan beban dan tumpuan apapun. Konfigurasi ini digunakan agar total gaya reaksi sama dengan massa kosong model geometri vessel. Kemudian tumpuan diberikan di setiap rumah pin yang telah dibuat sehingga terdapat 2 titik tumpuan pada bagian depan serta 4 titik tumpuan pada bagian belakang. Setelah semua konfigurasi diterapkan, analisa pada model geometri dijalankan. Pada hasil output dapat dicek bagaimana gaya reaksi tumpuan dengan membuka kotak dialog output set dengan menekan tombol F5, kemudian hasil reaksi tumpuan dapat dicek pada pengaturan constraint force. Hasil dari gaya reaksi tumpuan tersebut telah dirangkum pada Tabel 4.1 sebagai berikut. Tabel 4.1 Hasil gaya reaksi di setiap tumpuan Lokasi Tumpuan Gaya Reaksi (N) Bagian depan T ,872 T ,872 Bagian Belakang T ,483 T ,483 T ,256 T ,256 Total Gaya Reaksi 38795,290 Dengan menggunakan asumsi percepatan gravitasi 9,81 m/s 2 maka dapat diperoleh total gaya reaksi tumpuan menjadi 3.954,667 kg atau 3,955 ton. Hasil ini sangat mendekati dengan massa total model geometri yang telah dihitung sebelumnya yakni 3,938 ton. Oleh karena itu model geometri ini dapat dikatakan sebagai model yang cukup valid dan dapat digunakan untuk keperluan analisa.

25

BAB III PENGUMPULAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DATA BAB III PENGUMPULAN DATA 3.1 Data Teknis Rear Tipper Vessel TV35- Rear Tipper Vessel merupakan salah satu tipe vessel produksi dari PT. United Tractors Pandu Engineering dengan tipe rear unloading atau

Lebih terperinci

BAB V ANALISA MODEL Analisa Statis pada Skenario Pembebanan 1

BAB V ANALISA MODEL Analisa Statis pada Skenario Pembebanan 1 BAB V ANALISA MODEL 5.1. Metode Analisa Setelah model geometri vessel telah siap, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan model geometri tersebut ke dalam modul penganalisa MSC Nastran 4.5. Pada perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Gambar dari Rear Tipper Vessel [9]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Gambar dari Rear Tipper Vessel [9] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perkenalan Perkembangan dunia transportasi telah menjadi salah satu sorotan utama masyarakat dunia pada dewasa ini. Untuk mendukung keterlanjutan akan perkembangan tersebut, dibutuhkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar

LAMPIRAN A. Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN A Tabel A-1 Angka Praktis Plat Datar LAMPIRAN B Tabel B-1 Analisa Rangkaian Lintas Datar 80 70 60 50 40 30 20 10 F lokomotif F gerbong v = 60 v = 60 1 8825.959 12462.954 16764.636 22223.702 29825.540

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2]

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Tipikal struktur mekanika (a) struktur batang (b) struktur bertingkat [2] BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Elemen Hingga Analisa kekuatan sebuah struktur telah menjadi bagian penting dalam alur kerja pengembangan desain dan produk. Pada awalnya analisa kekuatan dilakukan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN

BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN Data-data yang telah didapatkan melalui studi literatur dan pencarian data di lokasi penambangan emas pongkor adalah : 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Dalam bab ini akan dijabarkan langkah langkah yang diambil dalam melaksanakan penelitian. Berikut adalah tahapan tahapan yang dijalankan dalam penelitian

Lebih terperinci

LANGKAH PEMODELAN ANALISA KAPASITAS LATERAL KELOMPOK TIANG PADA PROGRAM PLAXIS 3D FOUNDSTION

LANGKAH PEMODELAN ANALISA KAPASITAS LATERAL KELOMPOK TIANG PADA PROGRAM PLAXIS 3D FOUNDSTION LANGKAH PEMODELAN ANALISA KAPASITAS LATERAL KELOMPOK TIANG PADA PROGRAM PLAXIS 3D FOUNDSTION Berikut ini langkah-langkah pemodelan analisa kapasitas lateral kelompok tiang pada program PLAXIS 3D foundation:

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Penamaan Benda Uji Variasi yang terdapat pada benda uji meliputi diameter lubang, sudut lubang, jarak antar lubang, dan panjang

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Langkah Program PLAXIS V.8.2

LAMPIRAN 1. Langkah Program PLAXIS V.8.2 L1-1 LAMPIRAN 1 Langkah Program PLAXIS V.8.2 Analisa Beban Gempa Pada Dinding Basement Dengan Metode Pseudo-statik dan Dinamik L1-2 LANGKAH PEMODELAN ANALISA BEBAN GEMPA PADA DINDING BASEMENT DENGAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lab. Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung untuk mensimulasikan kemampuan tangki toroidal penampang

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS

PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS PERANCANGAN MEKANISME ALAT ANGKUT KAPASITAS 10 TON TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Universitas Pasundan Bandung AGUS SALEH NPM :128712004 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB IV PEMODELAN ELEMEN HINGGA

BAB IV PEMODELAN ELEMEN HINGGA BAB IV PEMODELAN ELEMEN HINGGA 4.1 Deskripsi Umum Struktur sandwich yang akan dimodelkan dalam tugas akhir ini berupa kolom yang terdiri dari dua jenis. Model pertama adalah kolom sandwich dengan face

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen, Penelitian ini menggunakan baja sebagai bahan utama dalam penelitian. Dalam penelitian ini profil baja

Lebih terperinci

Jl. Banyumas Wonosobo

Jl. Banyumas Wonosobo Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-Gorong Jl. Banyumas Wonosobo Oleh : Nasyiin Faqih, ST. MT. Engineering CIVIL Design Juli 2016 Juli 2016 Perhitungan Struktur Plat dan Pondasi Gorong-gorong

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6

LAMPIRAN 1 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6 LAMPIRAN 1 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6 Berikut ini merupakan langkah-langkah pemodelan analisa

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Materi Penelitian Materi penelitian diambil dari hasil pengujian eksperimental oleh Tjahjono dan Purnomo (2004). Benda uji sambungan balok-kolom pracetak bagian sisi luar

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR FRAME-SHEAR WALL

ANALISIS STRUKTUR FRAME-SHEAR WALL ANALISIS STRUKTUR FRAME-SHEAR WALL Suatu model struktur portal dengan dinding geser ( shear wall ) bangunan gedung 6 lantai dari beton bertulang dengan konfigurasi seperti pada gambar. Atap Lantai 5 3,5m

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK KERUCUT MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN

ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK KERUCUT MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK KERUCUT MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALFANSYURI NIM. 040401034 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER

KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER KEMAMPUAN PENYERAPAN ENERGI CRASH BOX MULTI SEGMEN MENGGUNAKAN SIMULASI KOMPUTER Halman 1, Moch. Agus Choiron 2, Djarot B. Darmadi 3 1-3 Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Struktur Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER

STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER STUDI ANALISIS PEMODELAN BENDA UJI BALOK BETON UNTUK MENENTUKAN KUAT LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE KOMPUTER KOMARA SETIAWAN NRP. 0421042 Pembimbing : Anang Kristanto, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

B. Peralatan penelitian

B. Peralatan penelitian BAB IV METODOLOGI PENELITIAN METODELOGI PENELITIAN A. Materi penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sistem struktur portal rangka baja yang pada awalnya tanpa menggunakan pengikat

Lebih terperinci

A. Penelitian Lapangan

A. Penelitian Lapangan BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian adalah usaha yang secara sadar diarahkan untuk mengetahui atau mempelajari fakta-fakta baru dan juga sebagai penyaluran hasrat ingin tahu manusia (Suparmoko, 1991).

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Penamaan Benda Uji Variasi yang terdapat pada benda uji meliputi diameter lubang,jarak antar lubang, dan panjang bentang.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Materi Penelitian Penelitian ini meneliti tentang perilaku sambungan interior balok-kolom pracetak, dengan benda uji balok T dan kolom persegi, serta balok persegi dan kolom

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA

BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA BAB 3 MODEL ELEMEN HINGGA Bab 3 Model Elemen Hingga Pemodelan numerik tumbukan tabung bujursangkar dilakukan dengan menggunakan LS-Dyna. Perangkat lunak ini biasa digunakan untuk mensimulasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI a BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Pada pelaksanaan Tugas Akhir ini, kami menggunakan software PLAXIS 3D Tunnel 1.2 dan Group 5.0 sebagai alat bantu perhitungan. Kedua hasil perhitungan software ini akan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Stabilitas Lereng Pada permukaan tanah yang miring, komponen gravitasi cenderung untuk menggerakkan tanah ke bawah. Jika komponen gravitasi sedemikian besar sehingga perlawanan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK SILINDER MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN

ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK SILINDER MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN ANALISIS STRUKTUR PRODUK PENGARAH JALAN BENTUK SILINDER MENGGUNAKAN MSC.NASTRAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik AHMAD DAHRUL NASUTION NIM. 030401052

Lebih terperinci

SIMULASI TEGANGAN PADA HELM INDUSTRI DARI BAHAN KOMPOSIT GFRP YANG MENDAPAT TEGANGAN INSIDEN SEBESAR 24,5 MPa

SIMULASI TEGANGAN PADA HELM INDUSTRI DARI BAHAN KOMPOSIT GFRP YANG MENDAPAT TEGANGAN INSIDEN SEBESAR 24,5 MPa SIMULASI TEGANGAN PADA HELM INDUSTRI DARI BAHAN KOMPOSIT GFRP YANG MENDAPAT TEGANGAN INSIDEN SEBESAR 24,5 MPa M. Rafiq Yanhar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UISU Abstrak Penelitian ini mengetengahkan

Lebih terperinci

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS BAB III STUDI KASUS Pada bagian ini dilakukan 2 pemodelan yakni : pemodelan struktur dan juga pemodelan beban lateral sebagai beban gempa yang bekerja. Pada dasarnya struktur yang ditinjau adalah struktur

Lebih terperinci

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar.

1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. 1. Sebuah benda diam ditarik oleh 3 gaya seperti gambar. Berdasar gambar diatas, diketahui: 1) percepatan benda nol 2) benda bergerak lurus beraturan 3) benda dalam keadaan diam 4) benda akan bergerak

Lebih terperinci

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, III. METODELOGI Terdapat banyak metode untuk melakukan analisis tegangan yang terjadi, salah satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, FEM). Metode elemen hingga adalah prosedur

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA

ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA ANALISIS SIMULASI ELEMEN HINGGA KEKUATAN CRANE HOOK MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS SUMBER TERBUKA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik GUNAWAN NIM.

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN SIRIP PENGUAT PADA BANGKU PLASTIK

OPTIMASI DESAIN SIRIP PENGUAT PADA BANGKU PLASTIK OPTIMASI DESAIN SIRIP PENGUAT PADA BANGKU PLASTIK Didi Widya Utama Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail: didiu@ft.untar.ac.id Abstrak Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Lokasi pengambilan sampel tanah berasal dari proyek jembatan pengarengan jalan tol Cinere Jagorawi Sesi II, Depok, Jawa Barat. Untuk pengujian pemodelan matras dan

Lebih terperinci

Pertemuan 13 ANALISIS P- DELTA

Pertemuan 13 ANALISIS P- DELTA Halaman 1 dari Pertemuan 13 Pertemuan 13 ANALISIS P- DELTA 13.1 Pengertian Efek P-Delta (P-Δ) P X B P Y 1 2x A H A = P x V A = P y (a) (b) Gambar 13.1 Model Struktur yang mengalami Efek P-Delta M A2 =

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Personal Computer,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Personal Computer, BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Personal Computer, Sofware ANSYS dan perangkat lunak lainnya. Bahan yang digunakan adalah data Concrete

Lebih terperinci

MEMBUAT OBJECT 3D DENGAN EXTRUDE. Sebuah Ducting dengan dimensi seperti pada gambar 1. Langkah kerja pembuatannya:

MEMBUAT OBJECT 3D DENGAN EXTRUDE. Sebuah Ducting dengan dimensi seperti pada gambar 1. Langkah kerja pembuatannya: MEMBUAT OBJECT 3D DENGAN EXTRUDE Gambar 1 Object Tampak Atas Sebuah Ducting dengan dimensi seperti pada gambar 1. Langkah kerja pembuatannya: 1. Buat Garis bantu seperti pada gambar 2. Garis bantu dibuat

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR NOTASI

DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR NOTASI DAFTAR ISI PERNYATAAN ABSTRAK. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR NOTASI BAB I PENDAHULUAN.. 1.1 Latar Belakang.. 1.2 Perumusan Masalah. 1.3 Tujuan Penelitian.. 1.4 Pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alas pada kapal, body pada mobil, atau kendaraan semacamnya, merupakan contoh dari beberapa struktur pelat. Pelat-pelat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. alas pada kapal, body pada mobil, atau kendaraan semacamnya, merupakan contoh dari beberapa struktur pelat. Pelat-pelat tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur pelat sering dijumpai sebagai dinding penyelubung rangka. Selubung atau cangkang dari pesawat terbang, dinding dan alas pada kapal, body pada mobil, atau kendaraan

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEMPAT TIDUR PASIEN BERBAHAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN CAD. Jl. Grafika No.2, Yogyakarta

PERANCANGAN TEMPAT TIDUR PASIEN BERBAHAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN CAD. Jl. Grafika No.2, Yogyakarta PERANCANGAN TEMPAT TIDUR PASIEN BERBAHAN ALUMUNIUM MENGGUNAKAN CAD Fitroh Anugrah Kusuma Yudha 1*, Suyitno 2 1 Program Pascasarjana Jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada Bener Tr IV No79 Rt/Rw 06/02,

Lebih terperinci

BAB III PETUNJUK PEMAKAIAN PROGRAM

BAB III PETUNJUK PEMAKAIAN PROGRAM III-1 BAB III PETUNJUK PEMAKAIAN PROGRAM 3.1. Mengenal POSTSAP 1.00 POSTSAP merupakan program desain yang berbasis windows yang diciptakan dan dikembangkan untuk menyelesaikan perhitungan desain beton

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Pada penelitian ini, perencanaan struktur gedung bangunan bertingkat dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan perhitungan,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST.

TUGAS AKHIR. Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib. Yohanes, ST. TUGAS AKHIR Analisa Tegangan dan Defleksi Pada Plat Dudukan Pemindah Transmisi Tipe Floor Shift Dengan Rib Atau Tanpa Rib PEMBIMBING Yohanes, ST. Msc SYAMSUL ARIF 2110 106 023 LATAR BELAKANG Kualitas dari

Lebih terperinci

Bab III Model Numerik Bilah Kipas 22

Bab III Model Numerik Bilah Kipas 22 Bab III Model Numerik Bilah Kipas... 23 3.1 Deskripsi Umum... 23 3.2 Konfigurasi Bilah Kipas... 24 3.2.1 Dimensi Komponen... 24 3.2.2 Konfigurasi Pemasangan Bilah Kipas... 24 3.2.3 Material Bilah Turbin...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL PERHITUNGAN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN KEARAH DEPAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL PERHITUNGAN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN KEARAH DEPAN 30 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 HASIL PERHITUNGAN DENGAN SUDUT KEMIRINGAN KEARAH DEPAN Tabel 4.2 Kapasitas beban angkat dengan variasi kemiringan sudut ke arah depan. Kemiringan Linde H25D No Sudut ke

Lebih terperinci

Jurnal Teknika Atw 1

Jurnal Teknika Atw 1 PENGARUH BENTUK PENAMPANG BATANG STRUKTUR TERHADAP TEGANGAN DAN DEFLEKSI OLEH BEBAN BENDING Agung Supriyanto, Joko Yunianto P Program Studi Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV

BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV BAB III OPTIMASI KETEBALAN TABUNG COPV 3.1 Metodologi Optimasi Desain Tabung COPV Pada tahap proses mengoptimasi desain tabung COPV kita perlu mengidentifikasi masalah terlebih dahulu, setelah itu melakukan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71

DAFTAR LAMPIRAN. L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71 DAFTAR LAMPIRAN L.1 Pengumpulan Data Struktur Bangunan 63 L.2 Perhitungan Gaya Dalam Momen Balok 65 L.3 Stressing Anchorage VSL Type EC 71 62 LAMPIRAN I PENGUMPULAN DATA STRUKTUR BANGUNAN L1.1 Deskripsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. baseplate berdasarkan metode AISC- LRFD dan simulasi program ANSYS. Adapun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. baseplate berdasarkan metode AISC- LRFD dan simulasi program ANSYS. Adapun BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tugas akhir ini merupakan studi literatur untuk menghitung dimensi baseplate berdasarkan metode AISC- LRFD dan simulasi program ANSYS. Adapun langkah-langkah untuknya dijelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR BENDUNG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS STRUKTUR BENDUNG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS STRUKTUR BENDUNG DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Moch. Fadly Bargess NRP: 0321080 Pembimbing Utama : Cindrawaty Lesmana, ST., M.Sc. (Eng). Pembimbing Pendamping : Robby Yussac Tallar, ST., MT. FAKULTAS

Lebih terperinci

Sumber :

Sumber : Sepeda motor merupakan kendaraan beroda dua yang ditenagai oleh sebuah mesin. Penggunaan sepeda motor di Indonesia sangat populer karena harganya yang relatif murah. Sumber : http://id.wikipedia.org Rachmawan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan program AutoCAD, FreeCAD, dan LISA FEA. Penelitian ini menggunakan profil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com ABSTRAK Mobile Stand

Lebih terperinci

DESAIN STRUKTUR PORTAL DINDING GESER DENGAN VARIASI DAKTILITAS SKRIPSI. Oleh : UBAIDILLAH

DESAIN STRUKTUR PORTAL DINDING GESER DENGAN VARIASI DAKTILITAS SKRIPSI. Oleh : UBAIDILLAH DESAIN STRUKTUR PORTAL DINDING GESER DENGAN VARIASI DAKTILITAS SKRIPSI Oleh : UBAIDILLAH 04 03 01 071 2 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GASAL 2007/2008 770/FT.01/SKRIP/01/2008

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5

ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 ANALISIS DESAIN MOBILE STAND VOLVO FH16-SST45 MENGGUNAKAN CATIA V5 Akhmad Faizin, Dipl.Ing.HTL, M.T. Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang E-mail: faizin_poltek@yahoo.com ABSTRAK Mobile Stand

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya TUGAS AKHIR MN 091382 ANALISA PENGARUH VARIASI TANGGEM PADA PENGELASAN PIPA CARBON STEEL DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN FCAW TERHADAP DEFORMASI DAN TEGANGAN SISA MENGGUNAKAN ANALISA PEMODELAN ANSYS

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER BAB I EALUASI KINERJA DINDING GESER 4.1 Analisis Elemen Dinding Geser Berdasarkan konsep gaya dalam yang dianut dalam SNI Beton 2847-2002, elemen struktur dinding geser tidak dicek terhadap kegagalan gesernya.

Lebih terperinci

PEMODELAN NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN KAYU BATANG TEKAN ABSTRAK

PEMODELAN NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN KAYU BATANG TEKAN ABSTRAK PEMODELAN NUMERIK DAN EKSPERIMENTAL SAMBUNGAN KAYU BATANG TEKAN Deny Anarista Sitorus NRP: 0621060 Pembimbing: Yosafat Aji Pranata, ST., MT. ABSTRAK Sambungan kayu merupakan bagian atau elemen suatu konstruksi,

Lebih terperinci

STUDI ANALISIS PEMODELAN TULANGAN BAJA VANADIUM DAN TEMPCORE DENGAN SOFTWARE KOMPUTER

STUDI ANALISIS PEMODELAN TULANGAN BAJA VANADIUM DAN TEMPCORE DENGAN SOFTWARE KOMPUTER STUDI ANALISIS PEMODELAN TULANGAN BAJA VANADIUM DAN TEMPCORE DENGAN SOFTWARE KOMPUTER TOMMY HASUDUNGAN SARAGIH NRP: 0121068 Pembimbing: Olga Pattipawaej, PhD UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 ANALISA STRUKTUR PARKING BUMPER MATERIAL KOMPOSIT POLYMERIC FOAM DIPERKUAT SERAT TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT AKIBAT BEBAN TEKAN STATIK MENGGUNAKAN ANSYS REL. 5.4 SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS PENENTUAN TEGANGAN REGANGAN LENTUR BALOK BAJA AKIBAT BEBAN TERPUSAT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA AFRIYANTO NRP : 0221040 Pembimbing : Yosafat Aji Pranata, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA

ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA ANALISA SAMBUNGAN LAS PADA PENGELASAN TITIK UNTUK MENENTUKAN JARAK OPTIMAL TITIK LAS PADA BAJA KARBON AISI 1045 DENGAN PENDEKATAN ELEMEN HINGGA (ANSYS 10) Penggunaan teknologi pengelasan dalam proses produksi

Lebih terperinci

PEMODELAN DERMAGA DENGAN SAP 2000

PEMODELAN DERMAGA DENGAN SAP 2000 BAB 5 PEMODELAN DERMAGA DENGAN SAP 2000 Dalam mendesain struktur dermaga, analisis kekuatan struktur dan dilanjutkan dengan menentukan jumlah maupun jenis tulangan yang akan digunakan. Dalam melakukan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR

BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR BAB III PEMODELAN SISTEM POROS-ROTOR 3.1 Pendahuluan Pemodelan sistem poros-rotor telah dikembangkan oleh beberapa peneliti. Adam [2] telah menggunakan formulasi Jeffcot rotor dalam pemodelan sistem poros-rotor,

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR ANALISIS

BAB III PROSEDUR ANALISIS BAB III PROSEDUR ANALISIS Dalam melakukan perencanaan desain, secara umum perhitungan dapat dibagi menjadi 2 yaitu: perencanaan secara manual dan perencanaan dengan bantuan program. Dalam perhitungan secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Mulai. Pengumpulan Data. Preliminary Desain Struktur Model-1. Input Beban Yang Bekerja Pada Struktur

BAB III METODOLOGI. Mulai. Pengumpulan Data. Preliminary Desain Struktur Model-1. Input Beban Yang Bekerja Pada Struktur BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Untuk mengetahui pengaruh pemasangan partisi bata terhadap karakteristik struktur pada studi ini melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan untuk penyelesaian

Lebih terperinci

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH David Bambang H NRP : 0321059 Pembimbing : Daud Rachmat W., Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik. dan efisien. Pada industri yang menggunakan pipa sebagai bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terciptanya suatu sistem pemipaan yang memiliki kualitas yang baik dan efisien. Pada industri yang menggunakan

Lebih terperinci

Perhitungan Struktur Bab IV

Perhitungan Struktur Bab IV Permodelan Struktur Bored pile Perhitungan bore pile dibuat dengan bantuan software SAP2000, dimensi yang diinput sesuai dengan rencana dimensi bore pile yaitu diameter 100 cm dan panjang 20 m. Beban yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA EXCAVATOR BUCKET TEETH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA EXCAVATOR BUCKET TEETH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA C.7 ANALISIS PENGARUH RAKE ANGLE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA EXCAVATOR BUCKET TEETH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Sumar Hadi Suryo 1, Hendrawan Surya Hadijaya 2, Moch. Fihki Fahrizal 3 Department

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN

BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN BAB 3 ANALISIS PERHITUNGAN 3.1 PERHITUNGAN RESERVOIR (ALT.I) Reservoir alternatif ke-i adalah reservoir yang terbuat dari struktur beton bertulang. Pada program SAP2000 reservoir yang dimodelkan sebagai

Lebih terperinci

DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000

DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000 Halaman 1 dari Bab 1 Bab 1 DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000 1. KEMAMPUAN SAP2000 Program SAP merupakan salah satu software yang telah dikenal luas dalam dunia teknik sipil, terutama dalam bidang analisis

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Pada penelitian ini, data teknis yang digunakan adalah data teknis dari struktur bangunan gedung Binus Square. Berikut adalah parameter dari komponen

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI BAB I.

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI BAB I. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR PERNYATAAN ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 3 1.3 Tujuan Penelitian 4

Lebih terperinci

Adapun langkah-langkah metodologi dalam menyelesaikan tugas akhir ini dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut. Mulai.

Adapun langkah-langkah metodologi dalam menyelesaikan tugas akhir ini dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut. Mulai. Bab 3 3 METODOLOGI Adapun langkah-langkah metodologi dalam menyelesaikan tugas akhir ini dapat dilihat pada flow chart sebagai berikut. Mulai Pemilihan tema Pengumpulan data Studi literatur Menentukan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 4.1 Studi Eksperimental 4.1.1 Pendahuluan Model dari eksperimen ini diasumsikan sesuai dengan kondisi di lapangan, yaitu berupa balok beton bertulang untuk balkon yang

Lebih terperinci

Studi Defleksi Balok Beton Bertulang Pada Sistem Rangka Dengan Bantuan Perangkat Lunak Berbasis Metode Elemen Hingga

Studi Defleksi Balok Beton Bertulang Pada Sistem Rangka Dengan Bantuan Perangkat Lunak Berbasis Metode Elemen Hingga Dosen Pembimbing : 1. Tavio, ST, MT, Ph.D 2. Ir. Iman Wimbadi, MS Oleh : Muhammad Fakhrul Razi 3106100053 Studi Defleksi Balok Beton Bertulang Pada Sistem Rangka Dengan Bantuan Perangkat Lunak Berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal

BAB I PENDAHULUAN. fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dan pembangunan sarana prasarana fisik menuntut perkembangan model struktur yang variatif, ekonomis, dan aman. Hal tersebut menjadi mungkin

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Hasil Dimensi Benda Uji pada Program AutoCAD

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Hasil Dimensi Benda Uji pada Program AutoCAD BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemodelan Benda Uji pada Program AutoCAD 1. Hasil Dimensi Benda Uji pada Program AutoCAD Pemodelan dengan menggunakan program AutoCAD digunakan untuk mencari dimensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

MODIFIKASI VESSEL NISSAN CWB45-ALDN45 UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS ANGKUT UNIT TRUK

MODIFIKASI VESSEL NISSAN CWB45-ALDN45 UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS ANGKUT UNIT TRUK MODIFIKASI VESSEL NISSAN CWB45-ALDN45 UNTUK PENINGKATAN KAPASITAS ANGKUT UNIT TRUK Herman Budi Harja, Adhitya Sumardi, Luthfi Politeknik Manufaktur Negeri Bandung Jl Kanayakan No. 21 Dago, Bandung - 40135

Lebih terperinci

PERANCANCANGAN STRUKTUR BALOK TINGGI DENGAN METODE STRUT AND TIE

PERANCANCANGAN STRUKTUR BALOK TINGGI DENGAN METODE STRUT AND TIE PERANCANCANGAN STRUKTUR BALOK TINGGI DENGAN METODE STRUT AND TIE Nama : Rani Wulansari NRP : 0221041 Pembimbing : Winarni Hadipratomo, Ir UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN LABORATORIUM DAN PEMODELAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN LABORATORIUM DAN PEMODELAN METODE ELEMEN HINGGA BAB III PROSEDUR PENGUJIAN LABORATORIUM DAN PEMODELAN METODE ELEMEN HINGGA 3.1 BTPTP Proses pembuatan campuran BTPTP untuk pengujian menggunakan campuran pasir,semen, dan air dengan perbandingan 7:1:1.

Lebih terperinci

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal

Soal Pembahasan Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Soal Dinamika Gerak Fisika Kelas XI SMA Rumus Rumus Minimal Hukum Newton I Σ F = 0 benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan konstan / tetap atau percepatan gerak benda nol atau benda bergerak lurus

Lebih terperinci

KONSTRUKSI RANGKA BATANG

KONSTRUKSI RANGKA BATANG KONSTRUKSI RANGKA BATANG Tujuan Pembelajaran Umum Mahasiswa mampu menyelesaikan analisa struktur dengan cara Analisa Struktur Metode Matriks (ASMM) 3.6 Konstruksi Rangka Batang Tujuan Pembelajaran Khusus

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6. LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 6 Penulangan Bab 6 Penulangan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe

Lebih terperinci

ANALISIS LINIER STRUKTUR CANGKANG PADA SILO SEMEN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS LINIER STRUKTUR CANGKANG PADA SILO SEMEN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS LINIER STRUKTUR CANGKANG PADA SILO SEMEN DENGAN METODE ELEMEN HINGGA Andina Prima Putri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 andina.putri@uta45jakarta.ac.id Cantya

Lebih terperinci