BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia berkembang dengan sangat cepatnya, perubahan-perubahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia berkembang dengan sangat cepatnya, perubahan-perubahan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini dunia berkembang dengan sangat cepatnya, perubahan-perubahan terjadi dengan laju yang sangat cepat seiring dengan adanya arus globalisasi. Adanya proses globalisasi ikut memberikan dampak bagi keterbukaan informasi yang begitu luas dan besar di dunia ini. Era globalisasi dan perkembangan teknologi menjadikan media bertransformasi menjadi alat untuk menyebarkan informasi-informasi baru yang efektif karena kecepatannya yang dapat melintas batas geografis negara dan dapat menjangkau segala kalangan dengan mudahnya. Dengan perantara media massa, sistem globalisasi telah menghilangkan batas antara budaya lokal, nasional, dan regional yang membuat gaya hidup global berpindah-pindah tempat. (Adlin dalam Ibrahim: 2004:hal.166) begitu juga dengan perkembangan media yang begitu pesat salah satunya, dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyebarkan budaya popular, menjadikannya cepat tersebar ke berbagai penjuru belahan dunia. Penyebaran budaya ini akan terjadi terus menerus dan berimplikasi pada proses interaksi antara media dengan masyarakat. Tidak bisa kita pungkiri bahwa di dalam sebuah budaya terdapat nilai-nilai, kepercayaan, ataupun perilaku yang dianut oleh individu dimana merepresentasikan dari identitas dirinya. Sehingga ketika satu individu menyebarkan budayanya ke individu lainnya maka dia tidak hanya menyebarkan satu budaya baru, lebih dari itu ia menyebarkan nilai ataupun kepercayaan yang merepresentasikan identitasnya. Tidak terkecuali suatu budaya 1

2 populer yang menyebar ke negara lain, maka negara tersebut tidak hanya meniru suatu kebudayaannya saja, tetapi juga meniru identitasnya. Selama ini produk budaya pop yang berkembang banyak dikuasai oleh Barat dengan maraknya tayangan dari Barat mulai dari film ataupun musiknya. Namun, trend ini mulai berubah dimana saat ini budaya pop dari Asia mulai dari Jepang dan baru-baru ini Korea Selatan mampu masuk ke pasar budaya pop international dengan maraknya penyebaran budaya pop ke berbagai negara di dunia mulai dari drama, film dan musiknya. Beberapa waktu belakangan ini, budaya pop Korea Selatan berkembang dengan sangat pesat sampai menghasilkan sebuah fenomena Korean Wave. Korean wave sendiri merupakan globalisasi budaya pop Korea yang penyebarannya di berbagai belahan dunia (Shim; 2006) Lebih lanjut fenomena korea wave kemudian mewabah menjadi sebuah trend yang menjalari hampir semua segi kehidupan, mulai dari gaya berpakaian, pemakaian kosmetik, pemakaian gadget, makanan, yang saat ini serba Korea. Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa fenomena korean wave saat ini telah menyebar ke berbagai negara tidak terkecuali di Indonesia saat ini juga terkena efek korean wave. Di Indonesia sendiri saat ini fenomena korean wave tengah melanda kaum muda dimana mereka mulai menggandrungi drama korea dan musik korea sebagai salah satu hiburan yang mereka tonton sehari-hari. Di Indonesia sendiri, Korean Wave diawali oleh serial drama korea yang ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta mulai dari sekitar tahun Setelah 2

3 penonton dibuat tertarik dengan serial drama, kemudian penonton juga mulai dibuat tertarik dengan musik korea yang di mulai dengan dari ost yang biasanya dipakai dalam serial drama tersebut. Selanjutnya, ketertarikan terhadap ost serial drama membawa kaum muda tersebut mulai menyukai musik pop korea atau yang lebih popular dengan sebutan K-pop. Kombinasi lagu yang dinamis, dance yang sinkron, penamapilan yang fashionable, serta wajah yang rupawan membuat K- pop menjadi sangat digemari oleh kaum muda sampai saat ini. K-pop saat ini memang menjadi fenomena tersendiri diluar populernya drama korea. meluasnya K-pop tidak bisa dilepaskan dari peran media. K-pop menggunakan jaringan sosial online sebagai medium untuk mengembangkan K- pop keseluruh dunia (Setiawan; 2012:hal.23) Media-media informasi seperti YouTube, Twitter, berbagai website berita, portal musik, menjadi salah satu media bagi K-pop menjadi sangat terkenal ke seluruh belahan dunia lainnya. Dengan media-media tersebut, para penggemar K-pop dapat meng-update idola mereka dengan mudah melalui berbagai portal berita yang ada di internet, official fansite, ataupun berbagai situs jejaring sosial. Bahkan para penggemar K-pop tidak perlu menunggu lama untuk melihat video musik atau berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para idola mereka, karena adanya YouTube sebagai media untuk berbagai video. Pengaruh K-pop di Indonesia lebih banyak diterima oleh kaum muda yang bisa dilihat dari saat ini maraknya kaum muda yang mulai mengetahui beberapa musisi dan lagu dari Korea. Hal ini disebabkan, kaum muda lebih banyak mengakses media hiburan yang digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan K- 3

4 pop. Kaum muda cenderung selalu ingin menampilkan hal yang baru dalam dirinya sehingga kaum muda sering berubah ubah baik dalam cara berpikir, ataupun dalam segi penampilan. Salah satu kota di Indonesia dengan perkembangan K-pop yang cukup signifikan adalah Yogyakarta. Banyak diantara kaum muda di Yogyakarta menjadikan penyanyi korea terlebih idol group sebagai idola mereka. Perkembangan yang cukup signifikan tersebut dapat dilihat dari munculnya fandom-fandom artis-artis korea di Yogyakarta seperti misalnya SONE Yogyakarta, V.I.P Yogyakarta, B3UTY Yogyakarta, ELF Yogyakarta, Cassiopea Yogyakarta yang sering mengadakan acara kumpul bersama (dibaca: gathering). Tidak hanya itu saja, saat ini di Yogyakarta banyak berbagai event-event yang bertema Korea dengan menampilkan budaya pop korea termasuk K-pop didalamnya misalnya, Korean Days yang diselenggarakan oleh FIB Jurusan Bahasa Korea, K-pop Fest yang diselenggarakan oleh UKDW, Korean Days yang diselenggarakan Sanata Dharma, ataupun berbagai kompetisi yang cover dance K- pop. Pengidolaan kaum muda akan K-pop membawa mereka pada ekspresiekspresi untuk menunjukkan rasa sukanya terhadap K-pop. Misalnya saja dengan membeli vcd, dvd, berbagai goodies, menonton konser, dan lain sebagainya. Bahkan banyak diantara penggemar K-pop yang fanatik kemudian melakukan peniruan-peniruan (mengimitasi) terhadap idola mereka dengan cara berpenampilan seperti idola mereka, menyelipkan kosakata bahasa korea dalam percakapan mereka, memakai gadget yang berasal dari korea yang digunakan oleh 4

5 idola mereka, ataupun mencoba berbagai makanan korea. Munculnya berbagai fandom dan event-event yang menyelenggaran acara berkaitan dengan K-pop membantu kaum muda dalam mengekspresikan kegemaran mereka akan K-pop dan menjadi salah satu hal yang rutin dilakukan oleh penggemar K-pop, dimana kegiatan ini menjadi salah satu ajang untuk berkumpulnya fans kpop. Kegiatan dalam acara gathering ini biasanya adalah saling tukar informasi terbaru tentang idola mereka, atau melihat video bersama. Seiring dengan booming-nya K-pop, berbagai bentuk baru dalam pengekspresian akan kegemaran mereka terhadap K- pop semakin beragam. Misalnya saja munculnya cover dance, cover sing, idol look a like yang biasanya ditampilkan dalam acara gathering atau dalam festivalfestival korea. Bombardir K-pop yang begitu derasnya, memungkinkan munculnya penggemar K-pop yang fanatik, dimana kemudian membawa pada sebuah wacana pada gaya hidup. Perilaku atau gaya hidup merupakan suatu hal yang refleksif dan penggunaan fasilitas konsumen dengan kreatif. Penekanan gaya hidup tidak sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan masyarakat tetapi pada negosisasi praktis dari dunia kehidupan tertentu, kemudian diubah menjadi perumpamaan bagi diri sendiri (Chaney; 2006) sehingga, gaya hidup bisa berubah-ubah akibat kebudayaan sosial yang berkembang dan terbuka. Inilah yang menjadi latar belakang dari penelitian ini, bahwa fenomena hallyu wave khususnya K-pop saat ini tidak hanya menimbulkan dampak bagi kaum muda untuk menggemarinya, bahkan diantaranya melakukan imitasi dan dijadikan gaya hidup. Dengan bantuan teknologi yang saat ini telah maju 5

6 membuat budaya K-pop ini sangat mudah diakses oleh penggemarnya dari berbagai negara lain. Mudahnya para penggermar ini untuk mendapatkan informasi tentang K-pop semakin mempermudah mereka untuk mengkontruksi serta mengimitasi apa yang mereka lihat dan dinikmati dalam kehidupan nyata mereka sebagai gaya hidup baru mereka. B. Rumusan Masalah Perkembangan K-pop yang sangat pesat dan mampu berekspansi global, secara tidak langsung dan tidak sadar telah banyak memberikan pengaruh terhadap gaya hidup kaum muda khususnya pencinta K-pop. Kaum muda ini tidak hanya sekadar mengidolakannya saja, bahkan diantaranya banyak yang kemudian meniru atau mengimitasi berbagai hal dari idolanya kedalam kehidupan seharihari mereka yang kemudian menjadi representasi sebagai gaya hidup kaum muda tersebut. Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses imitasi nilai-nilai K-pop ke dalam gaya hidup kaum muda penggemar K-pop? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadi imitasi nilai-nilai K-pop ke dalam gaya hidup kaum muda? C. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk: 6

7 1. Untuk mengetahui nilai-nilai yang dibawa oleh K-pop sehingga membuat ketertarikan bagi banyak kaum muda di Yogyakarta yang kemudian di imitasi oleh kaum muda penggemar K-pop sebagai bentuk identitas baru para remaja. 2. Untuk mengetahui proses imitasi atau peniruan nilai-nilai K-pop yang dilakukan oleh kaum muda di Yogyakarta 3. Untuk mengetahui nilai-nilai K-pop apa saja yang di imitasi ke dalam gaya hidup kaum muda penggemar K-pop di Yogyakarta. 4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kaum muda mengimitasi nilai-nilai K-pop ke dalam gaya hidupnya. D. Kerangka Pemikiran/ Teori 1. Globalisasi Budaya Globalisasi menurut Akbar S. Ahmed dan Hastings Donnan (1994:64) dalam (Azizy :2003:hal.19) mengacu pada perubahan yang ditandai dengan kemajuan dibidang teknologi informasi komunikasi membawa perubahan besar dalam kehidupan masyarakat dunia serta membuka peluang hubungan antar negara lebih mudah dilakukan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa dengan globalisasi, masyarakat akan terikat dalam suatu jaringan komunikasi internasional yang begitu luas dan lebar. Dampak yang terjadi dengan terbukanya komunikasi yang lebih luas salah satunya berpengaruh dalam terciptanya kebudayaan baru yaitu kebudayaan global. Kebudayaan global yang disebabkan oleh komunikasi global membawa dampak adanya kesamaan budaya, misalnya saja kita dapat 7

8 mendengarkan musik yang sama, melihat model baju yang sama karena kita sudah terkait secara global. Budaya menjadi satu hal yang sangat berkaitan dengan struktur masyarakat karena merupakan hasil dari interaksi manusia di dalam masyarakat. Di dalam budaya biasanya terdapat kebiasaan, nilai-nilai dan pola-pola hidup manusia yang berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya. Namun, seiring dengan pertumbuhan industri dan kapitalisme membuat budaya menjadi satu komoditi yang dapat diperjual belikan. Industri budaya muncul menjadi suatu hal yang menguntungkan dengan membuat hal-hal yang menarik bagi masyarakat Dalam dunia modern saat ini, yang dipengaruhi oleh globalisasi dengan berbagai kemudahan dan kecepatan informasi serta komunikasi membuat kehidupan manusia sangat bergantung terhadap media. Budaya media akan memberikan pengaruh pada masyarakat saat ini dimana mereka sedang berada ditengah-tengah kekuatan dan perkembangan kapitalis yang sedang memproduksi budaya (Kellner: 2010: hal.1) Hal tersebut menjadikan orang saat ini menghabiskan banyak waktu dengan melakukan kegiatan yang memiliki kaitan dengan media seperti melihat televisi, mendengarkan musik/radio, menggunakan internet, membaca majalah dan berbagai hal lainnya. Pada akhirnya adanya globalisasi yang membuka dan mengembangkan informasi seluas-luasnya menciptakan budaya media dimana akhirnya 8

9 mendominasi waktu luang dalam kehidupan sehari-hari yang digunakan orang sebagai gaya hidupnya yang kemudian secara tidak langsung akan membangun identitas pribadi melalui berbagai media yang mereka nikmati. Sehingga yang terjadi adalah masyarakat saat ini terbentuk gaya hidup bahkan identitasnya dengan bergantunga pada industri budaya yang diakibatkan oleh globalisasi. 2. Budaya Populer Budaya popular terbentuk tidak terlepas dari pengaruh budaya global. Budaya popular merupakan budaya yang kontradiktif. Pada satu sisi budaya popular dikatakan sebagai budaya yang terindustrialisasi dan disatu sisi yang lain budaya popular juga merupakan bagian dari budaya yang dihasilkan oleh masyarakat yang di dalamnya terdapat makna-makna sosial dari masyarakat. Berbicara mengenai budaya popular, terdapat banyak definisi dan konsep yang sampai saat ini masih banyak diperdebatkan. Storey (2009; hal.5-12) memetakan terdapat beberapa konsep atau perspektif untuk mendefinisikan budaya popular. Pertama, budaya popular dilihat dari perspektif Raymond Williams yang melihat budaya popular ditekankan pada aspek popular yang memiliki empat makna yaitu: banyak disukai orang, jenis karya rendahan, karya yang dibuat untuk menyenangkan orang, dan budaya yang sengaja dibuat untuk dirinya sendiri. Dalam definisi awal ini budaya popular diartikan sebagai budaya yang banyak disukai oleh banyak orang. Tidak hanya banyak disukai 9

10 orang budaya popular juga bersifat dinamis dan periodik yang mengalami perkembangan sesuai dengan selera masyarakat pada periode tertentu. Aspek popular tentu saja membuat yang disebut budaya pupuler adalah yang banyak diminati oleh masyarakat banyak tetapi disisi lain terdapat masalah dimana beberapa jenis budaya yang disebut sebagai budaya tinggi seperti misalnya musik klasik juga mendapatkan perhatian yang cukup luas dan banyak disukai oleh masyarakat. Kedua, budaya popular dapat didefinisikan sebagai budaya yang dianggap tidak masuk ke dalam kategori budaya tinggi. Budaya popular masuk dalam kategori residual yang hanya mengakomodasi berbagai teks dan praktik yang gagal memenuhi standart sebagai budaya tinggi. Dengan kata lain budaya popular dianggap sebagai kebalikan dari budaya tinggi yaitu budaya rendah. Dalam hal ini putusan produk budaya sebagai budaya popular atau budaya tinggi merefleksikan adanya distingsi kultural yang biasanya digunakan untuk melihat kelas sosial. Dalam kaitannya budaya popular sebagai budaya komersial yang diproduksi secara massal sedangkan budaya tinggi merupakan hasil dari individu yang berhak meneria respon secara moral dan estetik. Ketiga, budaya popular didefinisikan sebagai budaya massa. Budaya popular dianggap sebagai budaya massa yang secara komersil ditekankan pada jumlah produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi massa. Budaya pop dinyatakan sebagai budaya massa dengan tujuan menegaskan bahwa budaya massa secara komersial tidak bisa diharapkan. Teks dan praktik dalam budaya 10

11 pop itu sendiri dianggap diformulasikan/ sekedar rumusan, manipulatif dan dilihat serta dipahami sebagai bentuk dari fantasi publik yang secara pasif akan dikonsumsi oleh audiens yang tidak memilih dan tanpa dipikirkan secara panjang. Keempat, budaya popular dilihat sebagai budaya yang berasal dari rakyat. Berdasarkan definisi tersebut kata tersebut hanya digunakan untuk menunjukkan budaya otentik atau asli dari orang-orang. Dari sudut pandang ini, budaya popular dilihat sebagai budaya dari rakyat dan untuk rakyat dan tidak setuju dengan anggapan bahwa budaya popular merupakan budaya yang dibuat dari atas untuk rakyat. Kelima, definisi budaya popular selanjutnya dilihat dari perspektif Antonio Gramsci berkaitan dengan konsep hegemoni. Budaya popular sebagai wujud penggambaran antara hubungan antara kaum dominan dengan kaum subordinat. Budaya pop dijadikan sebagai tempat perjuangan dari kelompok subordinat masyarakat dan kekuatan persatuan yang beroperasi dalam kepentingan kelompok-kelompok dominan dalam masyarakat. Budaya popular dianggap sebagai penciptaan kesadaran semu dari kaum kapitalis modern kepada masyarakat umum. Keenam, definisi budaya popular dilihat dari perspektif postmodernisme yang menyatakan bahwa tidak ada lagi perbedaan antara budaya tinggi dan budaya rendah tetapi cenderung melihat bahwa semua budaya adalah budaya komersial. Berbagai kondisi, kejadian, dan artifak 11

12 dianggap semuanya sebagai suatu fenomena ataupun gejala yang terdapat makna lain pada sebaliknya. Berkaitan dengan budaya popular sebagai budaya yang diproduksi secara massa yang erat kaitannya dengan industri budaya Strinati (2007; hal.69) juga menjelaskan bahwa industri budaya membentuk selera yang disukai khalayak banyak serta mencetak kesadaran mereka akan kebutuhan palsu. Industri budaya berusaha mengaburkan kebutuhan nyata masyarakat. Hal tersebut menyebabkan industri budaya menjadi sangat kreatif dan efektif untuk memaksa individu atau kelompok tertentu agar mengkonsumsi budaya pop tersebut. Budaya popular kemudian menjadi budaya dimana karya seni atau teks-teks yang dihasilkan merupakan sebuah produk yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Dari penjelasan diatas budaya popular memiliki banyak definisi dan sampai saat ini konsep budaya popular masih banyak diperdebatkan. Namun, dari berbagai definisi diatas dapat dilihat bahwa terdapat beberapa kesamaan yaitu budaya popular merupakan budaya yang muncul dan kemudian perkembangannya mengikuti pertumbuhan dari industrialisasi dan urbanisasi. Praktik-praktik budaya popular akan membentuk kehidupan sehari-hari karenanya budaya popular akan berubah dan muncul secara unik pada berbagai tempat dan waktu. Budaya popular akan membentuk arus nilai-nilai yang mempengaruhi individu atau masyarakat dengan berbagai cara. 12

13 3. Perilaku Imitasi Imitasi menurut Gabriel Tarde (dalam Santoso; 2010; hal.167) merupakan bentuk dari contoh-mencontoh yang dilakukan antara satu indvidu dengan individu lainnya dalam kehidupan. sehingga perilaku imitasi dapat dikatakan sebagai keinginan dari sesorang menjadi orang lain. Dengan begitu ketika orang akan melakukan imitasi maka dia setidaknya mengerti akan apa yang akan dimitasinya tersebut. Dalam praktiknya terdapat syarat-syarat yang mengikutinya seperti adanya perhatian suatu hal yang akan di imitasi, menghargai hal yang akan ditiru, adanya penghargaan sosial dari perilaku imitasi tersebut, dan pengetahuan bagi seseorang yang akan melakukan imitasi atau peniruan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Baldwin (dalam Santoso: 2010) bahwa imitasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu, pertama non-deliberated imitation dengan maksud melakukan imitasi tanpa disengaja dan tidak mengerti akan maksud dari imitasi tersebut. kedua, deliberate imitation yang dapat dijelaskan sebagai melakukan imitasi dengan sengaja dan mengetahui akan tujuan imitasi yang dilakukannya. Dalam hal ini ketika dikaitkan dengan konteks imitasi yang dilakukan oleh penggemar K-pop maka imitasi yang dilakukan oleh penggemar ini termasuk di dalam deliberate imitation karena mereka mengimitasi idolanya dengan mengetahui tujuannya dan maksud mereka mengimitasi idolanya. 13

14 Berkaitan dengan pembahasan teori imitasi, adanya hubungan yang positif antara peniru dengan yang ditiru baru dapat membuat imitasi tersebut dapat terjadi (Rachmat; 2007; hal.240) Peniruan sebagai hasil dari proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain yang kemudian disebut sebagai pembelajaran sosial. Seorang individu yang melihat dan memperhatikan perilaku orang lain yang kemudian di contohnya dan biasanya cenderung akan sama dengan perilaku dengan orang yang ditiru dikatakan sebagao proses pembelajaran sosial. Dalam teori peniruan individu akan berempati dengan perasaan orangorang yang diamatinya dan meniru perilakunya untuk mencari (Rachmat: 2007; hal.216) Perasaan empati tersebut yang kemudian akan mendorong seorang individu untuk meniru perilaku individu lainnya tersebut selain itu kondisi lingkungan juga memberikan pengaruh yang besar terhadap proses belajar. Bandura Dalam Rachmat (2007; hal ) menjelaskan empat proses yang terjadi dalam social learning Bandura yaitu: 1. Proses- proses perhatian (attention process) Proses belajar untuk mengimitasi diawali dengan munculnya suatu peristiwa yang dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa tersebut dapat berupa tindakan atau pola pemikiran. Mempelajari sesuatu dapat dilakukan apabila objek atau subjek yang akan ditiru diperhatikan dengan baik. Sesuatu 14

15 diperhatikan karena peristiwa tersebut tampak menonjol, terjadi berulang-ulang dan menimbulkan perasaan positif pada pengamatnya. 2. Proses-proses ingatan (rentention process) Merupakan proses dimana seorang individu harus mampu menyimpan dan mengingat sesuatu yang akan ditiru. Ingatan terhadap perilaku yang diobservasi bergantung pada kesan-kesan mental dan representasi verbal. Materi-materi yang di simpan seringkali diubah-ubah dihubungkan dengan pengetahuan yang ada atau harapan dari individu bersangkutan (learner) 3. Proses-proses reproduksi (reproduction proccess) Dalam tahapan ini, individu dianggap berhasil apabila mampu menghasilkan kembali perilaku atau tindakan yang diamatinya. Proses ini merupakan waktu dimana pengamat melakukan imitasi terhadap apa yang diamati. 4. Proses-proses motivasi (motivational process) Dalam proses motivasi terdapat peneguhan eksternal dan peneguhan diri dimana dalam peneguhan eksternal peniruan akan dilakukan apabila orang lain juga melakukan hal yang serupa serta berbuat yang hal yang sama dengan apa yang dia lakukan. Dengan kata lain, individu mengamati model dan mempelajari perilaku baru dan bergantung pada konsentrasi yang di dapat. Selain dari penjelasan diatas, proses imitasi juga dapat dilihat melalui gagasan yang diungkapkan oleh sosiolog Roger dan Shoemaker 15

16 (dalam Rusbiantoro; 2008; hal.141) yang menyetakan bahwa proses pengaruh idola kepada fans yang fanatik melalui beberapa proses yaitu: 1. Interest Stage: merupakan proses dimana penggemar tertarik dengan penampilan dari idolanya. 2. Evaluation stage: merupakan proses evalusi yang dilakukan oleh penggemar sebelum melakukan imitasi untuk mempertimbnagkan perlu atau tidaknya penggemar terebut meniru idolanya. 3. Trial Stage: merupakan proses dimana penggemar mulai menemukan hal yang menarik dari idolanya seperti fashion atau gaya hidup yang kemudian mulai coba diimitasi oleh penggemar tersebut. 4. Adoption Stage: merupakan proses dimana penggemar akan mengambil keputusan apakah akan meniru atau tidak meniru idolanya setelah mengalami proses-proses sebelumnya. Baik dari teori Social Modelling Bandura, ataupun proses pengaruh idola terhadap fans sama-sama menjelaskan proses yang dilakukan oleh penggemar menirukan idolanya. Dari kedua hal tersebut dapat dilihat bahwa ketika penggemar akan menirukan idolanya mereka akan melewati beberapa proses dan tidak terjadi secara tiba-tiba. 4. Budaya Penggemar Berbicara mengenai budaya pop tidak bisa dipisahkan dari yang namanya penggemar dimana para penggemar (fandom) menjadi tempat praktik dan khalayak teks dari budaya pop itu sendiri. Joli Jenson(1992) 16

17 dalam Storey (2010; hal.157) menyebutkan bahwa penggemar erat kaitannya dengan perilaku yang berlebih-ebihan bahkan dekat dengan perilaku gila dimana penggemar memiliki ciri-ciri sebagai seseorang yang fanatik, sehingga dalam kehidupan modern saat ini penggemar di identikkan dengan perilaku yang berbahaya. Artinya bahwa penggemar memiliki konotasi yang negatif karena perilakunya. Seorang individu juga disebut penggemar karena mereka memiliki sikap tidak berpikir secara rational dan cenderung bersikap rational ketika terlibat dan masuk dalam teks atau praktik budaya (Gray, Sandvoss, Harrington(ed); 2007; hal.10) sebagai contoh paling umum sikap sebagai penggemar misalnya penggemar ketika bertemu dengan idolanya akan bersikap histeris, menirukan berbagai hal yang dilakukan oleh idolanya, membeli berbagai barang yang berkaitan dengan idolanya. Para penggemar sering dikatakan tidak bisa memisahkan diri dari objek kesenangan sehingga membuatnya disebut sebagai korban pasif dan patologi dari media massa. Kebiasaan penggemar yang cenderung mengikuti dan meniru dari idolanya, mengejar kepentingan dan memamerkan selera/ pilihannya ataupun kesenangannya sampai dalam tahapan yang menimbulkan rasa emosional yang membuat penggemar dianggap pasif dalam menerima apa yang diberikan oleh media. Namun, hal tersebut berbanding terbalik dengan apa yang diungkapkan oleh Jenkins bahwa kelompok penggemar juga tidak hanya berkaitan dengan konsumsi saja namun juga berkaitan dengan produksi. Menurut Jenkins 17

18 terdapat tiga hal sebagai penanda utama pemberian makna dalam teks-teks media dalam budaya penggemar yaitu cara penggemar menarik teks mendekati ranah pengalaman hidup mereka, peran yang dimainkan melalui pembacaan kembali dalam budaya penggemar, serta proses informasi yang dengan sendirinya masuk ke dalam interaksi sosial secara terus menerus. (Storey; 2010; hal ) Penggemar tidak hanya berkaitan dengan konsumsi tetapi memiliki sifat yang produktif. Menjadi penggemar mendorong mereka untuk berpartisipasi aktif dan produktif dengan menghasilkan teks-teks sendiri misalnya berupa cara mereka berbusana, gaya rambut dan tata rias mereka sehingga menjadikan diri mereka sendiri sebagai tempat untuk menujukkan loyalitas sosial dan budayanya (Fiske; 2011; hal.169) Budaya penggemar merupakan budaya produksi dan konsumsi. Penciptaan maknamakna oleh kelompok penggemar tersebut bisa menjadi produksi budaya yang hasilnya bisa berupa reproduksi atau perluasan dari teks-teks asli yang dikonsumsi oleh para penggemar. Misalnya saja dalam kaitannya dengan para penggemar K-pop, mereka membuat video cover dance atau cover sing yang kemudian mereka upload ke dalam akun mereka, membuat blog atau fanpage dari artis favorit yang berisi tentang fashion style, make-up yang dipakai, ataupun kegiatan dari artis tersebut untuk dibagi dengan penggemar lainnya. Para penggemar mengkonsumsi berbagai teks-teks tidak hanya untuk kepentingan pribadi namun menjadi bagian dari komunitas. Budaya 18

19 penggemar berkaitan dengan penampilan publik dan sirkulasi produksi makna dan praktik pembacaan untuk berkomunikasi dengan penggemar yang lain. Tanpa penampilan publik dan perputaran makna tersebut, kelompok penggemar tidak akan menjadi kelompok penggemar (Storey; 2010; hal. 164) Seorang penggemar akan menciptakan makna-makna untuk berkomunikasi dengan para penggemar lain dengan cara menampilkannya ke publik sebagai tanda. Para penggemar tersebut membentuk diri mereka dan berkelompok menjadi sebuah komunitas dan memperlihatkan secara nyata terhadap apa yang mereka gemari. Hal tersebut membuat individu yang masuk ke dalam kelompok penggemar secara tidak langsung mengikuti gaya hidup kelompok penggemar tersebut. 5. Gaya Hidup Menurut Chaney (2006: hal.40) bahwa gaya hidup membedakan antara satu orang dengan orang lain melalui pola-pola tindakan yang dilakukannya. Dari hal tersebut gaya hidup bisa digunakan untuk melihat dan memahami apa yang orang lain lakukan, makna apa yang dia dapatkan dari melakukan gaya hidup tersebut, ataupun mengapa mereka melakukan gaya hidup tersebut. Dengan kata lain gaya hidup akan membantu kita mendefinisikan karakteristik dari orang atau kelompok dari orang-orang. Karakteristik tersebut dapat dilihat dari simbol-simbol gaya hidup yang dipakai oleh orang atau kelompok orang tersebut dimana setiap orang atau 19

20 kelompok orang akan memiliki simbol yang berbeda karena gaya hidup mereka yang berbeda. Dalam dunia yang serba modern saat ini tidak bisa dipungkiri akan mengakibatkan gaya hidup yang semakin beragam akibat dari semakin banyaknya pilihan gaya hidup yang ditawarkan. Setiap orang dapat memilik gaya hidupnya masing-masing yang akan menunjukkan pribadinya dari mana orang tersebut berasal seperti yang diugkapkan oleh Chaney dalam bukunya Lifestyle: Sebuah Pengantar Komprehensif menyatakan bahwa: Gaya hidup saat ini bukan monopoli suatu kelas, tetapi sudah lintas kelas. Mana yang kelas atas, menengah, atau bawah sudah bercampur baur dan terkadang dipakai berganti-ganti. Misalnya gaya hidup yang ditawarka oleh iklan, menjadi beraneka ragam dan cenderung mangambang bebesa, sehingga tidk lagi menjadi milik eksklusif kelas tertentu dalam masyarakat dan menjadi citra netral yang mudah ditiru, dijiplak, dipakai oleh setiap orang (Chaney: 2006; hal.11-12) Lebih lanjut, gaya hidup yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok tidak terlepas dari pola konsumsi. Untuk dapat mempertahankan suatu gaya hidup secara tidak langsung seorang invidu akan menngkonsumsi produk-produk yang berkaitan dengan gaya hidup tertentu yang dijalaninya. Dengan kata lain, menjalankan gaya hidup berarti juga telah mengkonsumsi produk-produk yang menunjang gaya hidup. Dalam konteks penggemar K-pop mereka memiliki serangkaian nilai dan praktik budaya eksklusif bersama, yang berada di luar masyarakat dominan. 20

21 Para penggemar k-pop memiliki gaya bicara yang khas dengan campuran-campuran bahasa Korea yang di dapat dari melihat berbagai tayangan korea. Selain itu, mereka juga mengadopsi fashion ala Korea. Tidak ketinggalan pula pemilihan produk baik kosmetik maupun gadget mengacu pada merek yang digunakan para ikon K-pop. Yang dilakukan oleh penggemar K-pop tersebut merupakan keinginan untuk menunjukkan gaya hidupnya. Gaya hidup menjadi ekspresi individual maupun ekspresi kelompok sosial. Gaya hidup bukan sebagai suatu kebiasaan individu semata. Kemudian Takwin membahas gaya hidup sebagai sebuah hal yang didopsi dari sekelompok orang. Gaya hidup bisa menjadi sesuatu yang populer dan banyak disukai oleh orang. Pengadopsian gaya hidup tertentu bisa bersifat masifikasi akibat permasalahan ketidakmampuan individu atau suatu kelompok dalam menemukan identitas atau jati dirinya (Takwin dalam Adlin; 2006) Gagasan gaya hidup digunakan oleh individu untuk mendefinisikan siapa dirinya ataupun stasus sosial yang dia miliki, namun gaya hidup sendiri juga digunakan oleh kelompok sebagai tanda untuk membedakan dengan kelompok lain. Tanda tersebut biasanya akan diperlihatkan dalam proses mereka melakukan aktivitas sehari-harinya baik dalam mengisi waktu luang ataupun konsumsi yang mereka lakukan. Hal tersebut juga terjadi pada penggemar K-pop dimana munculnya trend baru yang diakibatkan dari mengkonsumsi berbagai tayangan budaya pop korea, 21

22 akan sedikit banyak memberikan pengaruh gaya hidup para penikmat berbagai tayangan budaya pop tersebut. Lebih lanjut dikaitkan dengan kemuculan fenomena K-pop saat ini memunculkan trend baru di kalangan kaum muda dimana mereka mulai tertarik untuk mengkonsumsi tayangan K-pop sebagai hiburan bagi mereka yang pada akhirnya memberikan banyak pengaruh terhadap gaya hidup kaum muda saat ini. 6. Kaum Muda Definisi kaum muda tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan pasca perang dunia ke dua. Hal tersebut didasari akan perbedaan aktifitas antara sebelum dan setelah perang dunia ke dua. Pasca perang dunia ke dua, memunculkan jenis musik, gaya pakaian, bahasa baru dan berbeda yang kemudian berkembang dimana akhirnya disebut sebagai budaya kaum muda. Kaum muda sendiri dipahami sebagai sebuah wacana kultural akibat dari perbedaan ruang dan waktu yang dilalui oleh kaum muda tersebut (Barker: 2008; hal.210) Dengan begitu kaum muda dapat dilihat dan dijelaskan dari budaya-budaya yang dialami dan dihasilkan oleh kaum muda tersebut. Nur (2003) dalam (Noor, Khalida; 2013; hal. 24) menjelaskan bahwa budaya kaum muda tidak bisa dipisahkan dari karakteristiknya yaitu: bersenang-senang, memiliki hubungan yang lebih erat dengan teman sebaya daripada keluarga, dan kelompok kaum muda yang lebih tertarik akan gaya, seperti pemilihan pakaian yang berbeda, musik, bahasa pergaulan, dan penampilan diri. 22

23 Hal-hal tersebut membuat kaum muda direpresentasikan dan diidentikkan sebagai orang yang memiliki perubahan perilaku yang cepat, yang mengikuti perkembangan trend, serta dekat dengan berbagai aktifitas hiburan. Perbedaan yang terlihat antara kaum muda dengan golongan lain membuatnya menjadi golongan yang memiliki gaya hidup tersendiri yang berbeda dengan yang lainnya. Perbedaan tersebut membuat kaum muda kemudian memiliki sikap mencari kehidupan mereka sendiri dan pada masa ini pula kaum muda mulai mencari sahabat atau teman dari orang-orang yang seumurannya dengannya. Dari sini kaum muda mulai memisahkan diri dari lingkungan yang tidak sama dengannya dan hanya bergaul dengan kelompok yang sama dengannya (Jack; 1981; hal. 116) Perbedaan kaum muda dengan kelompok masyarakat yang lainnya tersebut dapat terlihat dari perilaku, gaya, atau ketertarikannya dalam hal pakaian, musik, hobi, serta berbagai hal lainnya yang akan menunjukkan sebagai kebudayaan tersendiri. Gagasan Nugroho dalam (Raharjo; 2001;hal.47) mengatakan bahwa kaum muda sering menjadi objek dari ekspansi pasar dunia berdasarkan alasan bahwa kaum muda masih berada dalam proses pencarian jati diri sehingga mudah dipengaruhi oleh hal-hal atraktif, kaum muda juga seringkali menjadi orang yang sering melakukan perubahan akibat kepekaannya akan lingkungan disekitarnya. Karena masih dalam proses pencarian identitas, masa kaum muda mudah terpengaruh oleh 23

24 berbagai tawaran gaya hidup yang muncul. Kaum muda sekarang adalah kaum muda yang sangat peduli gaya. Budaya kaum muda sendiri kontradiktif dimana di dalamnya terdapat budaya yang menjadi area ekspresi diri bagi kaum muda tetapi juga di dalamnya terdapat campur tangan kapitalis yang menjadikan kaum muda sebagai sasarannya. Kaum muda menjadi pangsa pasar yang besar dari hegemoni budaya pop karena dan ideologi budaya populer yang memiliki ideologi untuk menarik perhatian dan cenderung ditujukan untuk orang-orang yang menganggap budaya populer sesuai dengan selera kaum muda ataupun kelompok tertentu. Terlebih saat ini kaum muda lebih banyak memiliki pilihan untuk menghabiskan waktu luangnya serta banyaknya komoditas yang siap dibeli akibat dari globalisasi budaya yang semakin mempernudah segalanya. Keadaan ini membuat identitas kaum muda banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh industri hiburan global, dimana pop saat ini secara struktur menjadi bagian integral di dalamnya. E. Tinjauan Pustaka Fenomena K-pop membuat banyak kajian berkaitan dengan K-pop bermunculan. Penelitian yang di dasarkan pada tema K-pop, kemudian dikaitkan dengan imitasi (peniruan) atau perubahan identitas pada penggemar terlebih kaum muda akibat pengaruh K-pop, pernah dibahas dalam penelitian yang dilakukan Rizki Ramadhani Natia Rachma (2014) dengan judul Korean Pop Sebagai Arena Budaya Baru (Studi pada Group Cover Dance X-School) Penelitian Rizki 24

25 Ramadhani Natia Rachma, membahas proses pertarungan budaya yang dialami group cover dance X-school melalui teori circuit of culture serta membahas dampak yang dihasilkan X-school dari proses pertarungan budaya tersebut. X- school sebagai cover dance yang meng-cover girband K-pop After School dimana dalam kegiatan meng-cover, X-school mengalami pertarungan budaya. K-pop digunakan oleh X-school sebagai arena budaya baru dalam melakukan proses pertarungan budaya. Hasil penelitian Rizki dengan menggunakan analisis circuit of culture menghasilkan adanya proses pertarungan budaya yang dialami X-school melalui proses regulasi, produksi, representasi, konsumsi, dan identitas. Rizki menjelaskan, identitas group cover dance X-school tampak di akun sosial media official X-school atau akun sosial media pribadi masing-masing anggota X-school dan fashion yang digunakan. Konsumsi diperlihatkan X-school saat mengkonsumsi produk fashion. Representasi ditampilkan oleh X-school dengan kostum yang dipakai diatas panggung yang nantinya memproduksi sesuatu dalam memperlihatkan identitas. Dengan regulasi yang baik X-school berhasil menunjukkan identitasnya dengan menjadi group cover dance yang total seperti aslinya dimana hal tersebut menjadi bagian penting dalam penelitian Rizki. Berkaitan dengan dampak dari pertarungan budaya, Rizki menyimpulkan ada dua dampak yaitu X-school mampu merepresentasikan After School dengan ekspresi dan kostum yang mirip sebagai makna simbolik dan X-school mampu mengubah hobi menjadi profesi 25

26 Penelitian yang dilakukan oleh Zahra Ikhsanda (2014) dengan judul Dinamika Kreatif dan Imitasi Kaum Muda dalam Budaya K-pop membahas bagaimana K-pop memberikan pengaruh bagi terciptanya proses imitasi dan kreatifitas bagi pecinta K-pop di Yogyakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zahra Ikhsanda, kecintaan kaum muda di Yogyakarta terhadap K- pop memunculkan kreatifitas dari mulai cover dance, cover sing, fashion style, berbagai pernak-pernik fashion. Para pecinta K-pop, berawal dari meniru (imitasi) kemudian memodifikasi agar sesuai dengan selera masyarakat Indonesia pada umumnya. Penelitian Zahra Ikhsanda mengambil sudut pandang, menghubungkan imitasi dengan kreatifitas serta pola konsumsi yang dilakukan oleh penggemar. Penelitian tersebut juga menghasilkan temuan bentuk imitasi yang dilakukan oleh penggemar dalam bentuk cover dance dan style/ gaya. Dinamika imitasi digunakan untuk menghasilkan kreatifitas bagi para penggemar yang terinspirasi dari idolanya dengan membuat karya baru sebagai penyalurannya dari menyukai K-pop. Penelitian Zahra menyimpulkan bahwa kaum muda yang menyukai K-pop memperagakan budaya K-pop melalui proses kreatif, imitasi, dan konsumsi. Hasil riset yang dilakukan oleh Suray Agung Nugroho (2010), salah satu dosen Sastra dan Kebudayaan Korea FIB UGM dengan judul Apresiasi K-pop dikalangan Generasi Muda di Yogyakarta: Studi Kasus Pengunjung K-pop Festival UKDW 2010 Riset tersebut dilakukan terhadap pengunjung K-pop Fest UKDW tahun 2010 dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan FGD. Dalam risetnya Suray memfokuskan pembahasan pada tiga hal utama yaitu: mengenai 26

27 penyebab populernya K-pop, berbagai macam media penyebar K-pop, dan pengaruhnya terhadap anak muda penggemar K-pop di Yogyakarta. Riset yang dilakukan Suray Agung Nugroho menghasilkan temuan bahwa K-pop menjadi popular karena faktor MV dan lirik lagu yang menarik. Sedangkan berkaitan dengan media penyebar K-pop saat ini, melalui penelitian tersebut internet banyak digunakan oleh penggemar K-pop di Yogyakarta untuk medapatkan info terbaru. Lebih lanjut, juga ditemukan bahwa kegemaran akan K- pop membuat anak muda penggemar K-pop menjadi tertarik serta ingin mengetahui lebih banyak tentang negara Korea Selatan. Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan diatas, penelitian ini dilakukan dengan pembahasan utamanya menjelaskan proses imitasi nilai-nilai K- pop ke dalam gaya hidup kaum muda penggemar K-pop dan membahas faktorfaktor sebagai penyebab imitasi, dengan menambahkan pola konsumsi yang dilakukan oleh penggemar sebagai dampak dari perilaku imitasi penggemar K- pop. Pada penelitian ini juga menjabarkan bentuk pengimitasian yang dilakukan oleh penggemar. Walaupun dalam penelitian Zahra juga membahas bentuk imitasi, namun hasil analisis dalam penelitian ini memiliki perbedaan. Dengan penelitian ini diharapkan dapat melengkapi analisis yang telah dikemukakan sebelumnya. 27

28 F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu proses yang objektif, yang dilakukan secara sistematis untuk mengkaji suatu masalah berkenaan dengan hakikat hubungan antarvariabel dengan cara mengumpulkan dan menganalisis keterangan (informasi) dan dalam batas-batas ruang lingkup masalah yang dikaji. Dengan data-data yang diperoleh dapat digunakan sebagai alat analisis dari suatu permasalahan atau digunakan sebagai pernyataan argumentasi ilmiah. Taylor dan Bogdan (1984:5) dalam (Suyanto, Bagong, dan Sutinah(ed);2005) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengamati tingkah laku orang dengan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan ataupun tertulis. Berdasarkan fokus penelitian yaitu untuk melihat bagaimana proses imitasi K-pop yang dilakukan oleh kaum muda penggemar K-pop di Yogyakarta sehingga mempengaruhi perilaku dan gaya hidup kaum muda serta melihat faktorfaktor yang menyebabkan nilai-nilai K-pop di imitasi oleh kaum muda, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan menggunakan metode kualitatif diharapkan fenomena yang terjadi dalam subjek penelitian seperti perilaku, motivasi, dan tindakan yang dilakukan oleh subjek pelaku yang diteliti, dapat ditelaah dan dipahami dengan baik. Ada beberapa alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, peneliti ingin 28

29 memahami makna yang mendasari tingkah laku orang, peneliti ingin mendeskripsikan latar dan interaksi yang kompleks dan partisipan, dengan metode kualitatif juga dapat mengungkap dan memahami sesuatu dibalik pengalaman seseorang dengan fenomena tertentu. Dengan demikian, peneliti harus melibatkan diri dalam kehidupan subjek, namun peneliti tidak boleh ikut terpengaruh dalam pemikiran subjek dan perspektif subjek. Dalam penelitian ini, pendekatan yang dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif. Pendekatan deskriptif merupakan design penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang bentuknya bisa karakteristik, perubahan, hubungan atau kesamaan. Penggunaan pendekatan deskriptif dimaksudkan untuk menguraikan sifat atau karakteristik dari permasalahan yang diangkat sehingga dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan dapat memberikan penjelasan yang sesuai dan tepat. Azwar (1998) menjelaskan bahwa pendekatan deskriptif melakukan analisa hanya sampai pada taraf deskriptif yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan sesuai dengan tujuannya yakni menggambarkan objek dan mendeskripsikan fenomena yang terjadi Dengan menggunakan pendekatan deskriptif peneliti hanya perlu memaparkan gejala dan fenomena onjek penelitian seta mendeskripsikannya sesuai dengan apa yang terjadi dan ditemukan di 29

30 lapangan. Pemilihan menggunakan pendekatan deskriptif dimaksudkan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan proses perilaku kaum muda yang mengimitasi nilai-nilai K-pop ke dalam kehidupan sehari-harinya sebagai gaya hidup serta untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkannya. Dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai tersebut pemakaian pendekatan deskriptif dirasa mampu untuk menggambarkan penelitiaan. Cara kerja yang dilakukan peneliti pertamatama adalah mengumpulkan data-data yang diperoleh dari para informan yaitu kaum muda penggemar K-pop yang kemudian data-data yang diperolah dari informan tersebut kemudian di susun dan dianalisis sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan. 2. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data diantaranya; 1. Wawancara mendalam dan terbuka. Wawancara merupakan komunikasi langsung antara peneliti dan informan. Wawancara akan menangkap pemahaman atau ide serta menangkap perasaan, pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh informan tersebut (Gulo; 2002; hal.119) Dengan wawancara mendalam dan terbuka diharapkan memperoleh data yang terdiri dari kutipan langsung dari orang-orang yang diwawancarai tentang pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuannya. Wawancara dilakukan 30

31 terhadap informna yang telah dipilih oleh peneliti yang dianggap mewakili dari fenomena yang diteliti. Dalam wawancara yang dilakukan peneliti menggunakan interview guide agar data yang didapatkan lebih fokus dan tidak menyimpang dari tema penelitian. Selain itu diharapkan data yang terkumpul lebih akurat dan valid sesuai permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Setelah tersusun interview guide peneliti melakukan wawancara terhadap informan yang kemudian peneliti catat dan kemudian di rangkum sebagai transkip wawancara. 2. Observasi langsung. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang mencatat informasi yang mereka saksikan selama penelitian (Gulo; 2002; hal.116) Dengan metode ini, data yang diperoleh dapat berupa penjelasan yang rinci tentang kegiatan yang dilakukan, perilaku, dan tindakan-tindakan dari orang yang menjadi informan. Selain itu, dengan metode observasi langsung akan didapatkan kemungkinan data tentang interaksi interpersonal yang dilakukan dimana merupakan bagian dari pengalaman orang yang diamati. Dengan observasi dapat juga dilihat frekuensi suatu kejadian. Selain itu obeservasi langsung juga membantu peneliti untuk dapat memahami fenomena yang diteliti secara langsung. Dalam kegiatan observasi peneliti melakukan pengamatan terhadap kaum muda yang 31

32 menggemari K-pop dengan mendatangi beberapa gathering dan berbagai event-event yang berkaitan dengan K-pop 3. Studi Dokumenter dan Kepustakaan Studi documenter dalam penelitian ini, dilakukan dengan peneliti menambahkan pengumpulan data dengan data-data tambahan dari majalah, artikel, internet, jurnal yang berkaitan dengan K-pop untuk memberikan kelengkapan data yang diperlukan dalam penelitian. 3. Lokasi penelitian Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti dilakukan dilingkup kota Yogyakarta, dimana saat ini terdapat banyak kaum muda yang menggemari K-pop di Yogyakarta yang secara rutin melakukan kegiatan untuk mengekspresikan kegemaran mereka akan K-pop seperti mengadakan acara gathering ataupun membentuk kelompok cover dance K-pop. Selain itu banyaknya berbagai festival korea dan gathering fandom yang diselenggarakan di kota Yogyakarta dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul sesama penggemar K-pop juga tidak luput dari lokasi pengamatan peneliti. 4. Teknik Pemilihan Informan Pemilihan Informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposefully sampling, dimana informan dipilih secara sengaja oleh peneliti. Hal tersebut dimaksudkan agar data yang didapat berkualitas dan dapat diambil berdasarkan tujuan penelitian. Karena menggunakan penelitian kualitataif, maka pengambilan informan tidak ditekankan pada 32

33 jumlah banyaknya informan, namun ditekankan pada kualitas data yang diperoleh dari informan. Selain menggunakan teknik purposefully sampling, peneliti juga menggunakan teknik snow ball, yaitu peneliti meminta rekomendasi salah satu informan untuk memperkenalkan beberapa temannya untuk dijadikan informan. Subjek dalam penelitian ini adalah kaum muda di Yogyakarta yang menggemari budaya K-pop. Dari pengamatan peneliti, mulai sekitar tahun 2010-an di Yogyakarta banyak bermuculan penggemar K-pop yang membentuk fanbase-fanbase dari group yang di idolakan dimana anggota dari fanbase tersebut adalah kaum muda sebagai penggemar K-pop Deskripsi Informan Untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik kaum muda penggemar K-pop di Yogyakarta, maka peneliti mengambil informan beberapa kaum muda di Yogyakarta yang menyenangi K-pop baik yang merupakan anggota dari sebuah fanbase ataupun yang tidak. Dalam penelitian ini terdapat 8 (delapan) informan yang berperan sebagai data primer untuk penelitian ini. Berikut merupakan latar belakang dan karakteristik dari informan-informan yang telah memberikan data primer dalam penelitian ini. 1. NI NI merupakan seorang mahasiswi salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. NI yang berumur 23 tahun merupakan salah satu anggota kelompok cover dance di Yogyakarta. NI mengawali ketertarikannya 33

34 dengan K-pop sejak tahun Namun, jauh sebelum itu NI telah akrab dengan tayangan drama korea sejak masih SD. Ketika masih SD NI sering melihat tayangan drama korea di televisi, dan kebiasaan tersebut berlanjut ketika SMP maupun SMA. Semakin lama, ketertarikan NI akan budaya pop korea tidak hanya sekadar menonton drama saja. Dia mulai tertarik dengan ost dari drama yang dia tonton dan mulai mencari serta men-download nya lewat situssitus free download. Di awali dengan seringnya dia men-download ost tersebut, NI mulai mencari tahu tentang lagu-lagu korea diluar dari lagu ost drama yang dia tonton. Secara tidak sengaja NI menemukan lagu-lagu dari boyband dan girlband Korea. Kesan pertama dari mendengarkan lagu tersebut membuat NI semakin penasaran untuk melihat bagaimana rupa penampilan dari penyanyi tersebut sehingga dia mencari video musik dari lagu tersebut di YouTube. Setelah melihat beberapa video lagu-lagu korea, secara pribadi NI langsung menyukainya karena terlihat berbeda dari berbagai video musik lainnya. Dari situlah awal mula NI menjadi penggemar fanatik K-pop. Setelah mulai kuliah kegemaran NI akan budaya pop Korea Khusunya K-pop semakin bertambah. Dengan menggunakan media internet, NI mulai masuk ke forum-forum penggemar K-pop. Dari sinilah NI kemudian banyak mendapatkan teman-teman sesama penggemar K-pop. Dalam forum ini NI banyak bertukar informasi seputar berita tentang perkembangan K-pop dan perkembangan boygroup/ girlgroup dari Korea. 34

35 2. AT AT merupakan seorang mahasiwi salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. AT telah menyukai K-pop sejak masih duduk dibangku kelas 2 SMP. Saat itu, AT mengenal K-pop dimulai dari temannya yang telah dahulu mengenal K-pop. Temannya memperlihatkan video musik dari boygroup/ girlgroup korea kepada AT. Namun, waktu itu AT tidak langsung tertarik dengan boygroup/ girlgroup K-pop dan malah menganggap tersebut sebagai hal yang aneh dan tidak wajar. Semakin lama karena intensnya dia melihat boygroup/ girlgroup tersebut bersama dengan temannya, lama kelamaan AT menjadi tertarik. Ketertarikan AT tersebut akhirnya membuatnya mulai melihat-lihat dan mencari-cari sendiri boygroup/ girlgroup di internet. Banyaknya situssitus berita dan media YouTube yang memuat dan menampilkan berbagai boygroup dan girlgroup membuat AT mudah dalam mendapatkan informasi tentang boygroup/ girlgroup serta hal-hal yang berkaitan dengan K-pop. Semakin lama AT semakin ketagihan dengan K-pop dan mulai masuk ke forum-forum penggemar K-pop dengan mulai datang ke beberapa event-event K-pop dan berbagai gathering yang diselenggarakan oleh fandom-fandom K-pop di Yogyakarta Saat ini AT merupakan anggota aktif dari salah satu kelompok cover dance di Yogyakarta yang biasanya meng-cover dari beberapa boyband korea seperti Shinee, DBSK, B.A.P, Super Junior dan lain sebagainya. Awal mula AT mengikuti cover dance waktu itu karena kelompok cover 35

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu

BAB I PENDAHULUAN. Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat. global, yang biasa disebut Korean wave. Korean wave atau hallyu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pemerintah Korea Selatan dalam penyebaran budaya Korea menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat global, yang biasa disebut Korean

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fenomena pengidolaan Korean pop belakangan ini sedang banyak terjadi, Kpop atau juga dikenal dengan Hallyu atau Korean wave adalah istilah yang diberikan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini Korean Wave atau Demam Korea sangat digemari di Indonesia, popularitas budaya Korea di luar negeri dan menawarkan hiburan Korea yang terbaru yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 Tentang Kebudayaan ayat 1 bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu kebutuhan pokok setiap manusia, karena manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk dapat berlangsung hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki naluri untuk berinteraksi dan hidup dengan orang lain dalam kesehariannya. Hal tersebut menciptakan peradaban dan semenjak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah hallyu, pertama kali dimunculkan oleh para jurnalis di Beijing terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu tersebut. Hal

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 Villia Octariana Putri Binus University, Jakarta, Indonesia Abstrak TUJUAN PENELITIAN Alasan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover

Lebih terperinci

, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL

, 2015 FANATISME PENGGEMAR KOREAN IDOL GROUP PELAKU AGRESI VERBAL DI MEDIA SOSIAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan teknologi informasi di Indonesia berpengaruh sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah dengan masuknya budaya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta

BAB V PENUTUP. 1. Representai Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur Di Kota Surakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai Representasi Budaya Pop Korea dalam Masyarakat Subkultur (Studi Fenomenologi Pada Universe Cover Ease Entry (U-CEE)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren

BAB I PENDAHULUAN. rambut dan tata rias wajah yang mengusung gaya ketimuran khususnya tren BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana bisnis salon perawatan rambut dan tata rias wajah Korean Beauty. Salon ini merupakan salon perawatan rambut dan tata rias wajah yang mengusung

Lebih terperinci

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA

2015 PENGARUH BUDAYA K-POP TERHADAP NASIONALISME REMAJA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, negara-negara di dunia sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam berbagai hal. Perkembangan yang pesat ini kerap kali disebut globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik

BAB I PENDAHULUAN yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap hari khalayak mengakses televisi. Menurut data BPS tahun 2006 yang dikutip dalam Majalah Online Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menunjukkan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar peran minat terhadap perilaku pembelajaran budaya Korea.

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar peran minat terhadap perilaku pembelajaran budaya Korea. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini diawali oleh rasa penasaran peneliti ketika menghadiri sebuah konser boyband asal Korea Selatan yakni MBLAQ di MEIS, Ancol Jakarta pada tahun

Lebih terperinci

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi

Lebih terperinci

( Word to PDF Converter - Unregistered ) BAB I PENDAHULUAN

( Word to PDF Converter - Unregistered )  BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan sosial dan kultural di Indonesia saat ini adalah mengenai pemanfaatan waktu senggang, waktu santai, dan waktu luang. Ketika industrialisasi mulai mendominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan analisis dan pengolahan data, serta hasil temuan yang diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan di Komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011),

BAB I PENDAHULUAN. sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya Korea, terutama musik, telah menjadi sebuah fenomena yang sangat mendunia. Menurut Korean Culture and Information Service (2011), disebutkan bahwa debut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak menimbulkan isu-isu dan permasalahan dalam hubungan antar negara, berbagai macam seperti permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara harus memiliki Soft Power (kekuatan lunak). Kekuatan lunak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. negara harus memiliki Soft Power (kekuatan lunak). Kekuatan lunak memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi, meningkatkan perekonomian dan memperluas kekuasaan tidak perlu lagi dilakukan dengan genjatan senjata atau peperangan. Jalan lain untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stasiun televisi lokal maupun luar negeri. Setiap harinya stasiun televisi

BAB I PENDAHULUAN. stasiun televisi lokal maupun luar negeri. Setiap harinya stasiun televisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini televisi telah berkembang secara pesat dan menjadi media yang dibutuhkan oleh masyarakat. Berbagai acara televisi dapat disaksikan baik dari stasiun televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika.

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti inilah yang memunculkan ide dasar dunia kosmetika. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Benni Yohanes, S. Sen., M. Hum. dalam bukunya berjudul Seni Tata Rias dalam Dimensi Sosial, pada dasarnya tata rias adalah sebuah seni dalam menciptakan keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan definisi budaya Edward T.Hall (1959) dalam Aloliliweri

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan definisi budaya Edward T.Hall (1959) dalam Aloliliweri BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan definisi budaya Edward T.Hall (1959) dalam Aloliliweri (2003: 8) yang menyebutkan bahwa budaya adalah alat kehidupan bagi manusia. Budaya juga dikatakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Fenomena Budaya Populer Korea saat ini telah merambah ke segala penjuru baik di Asia hingga dunia. Perkembangan Budaya Populer di Asia telah menjadi lebih aktif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan suatu hal dalam adat istiadat yang menjadi kebiasaan turun temurun yang erat hubungannya dengan masyarakat di setiap negara. Dengan adanya keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2005 merupakan tahun saat penulis memasuki masa remaja awal, yakni 15 tahun dan duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada saat itu, masa remaja

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI Primadhina NPH, Wahyu Selfiana Harta, Leni Nurul Azizah, Fadhilla Dwi Utami Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena Hallyu (Korean Wave) mulai berkembang dan menjadi salah satu fenomena budaya pop yang hadir, tumbuh, dan berkembang di tengah-tengah masyarakat saat ini.hallyu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil dalam menyebar luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea telah menyebarkan budayanya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean

Bab I Pendahuluan. di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau Korean Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Pada zaman globalisasi saat ini, salah satu budaya yang masih berkembang di Indonesia ialah budaya korea. Budaya korea disebut juga Hallyu atau "Korean Wave" adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ide baru untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ide baru untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Zimmerer, Scarborough, & Wilson dalam Wijatno (2009: 42) kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan atau ide baru untuk menemukan cara-cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media sosial telah membuat remaja semakin memiliki banyak informasi terhadap merek-merek yang ditujukan untuk mereka. Kalau di masa lalu, sebagian besar adalah rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menunjukkan skala berkembang, tumbuh besar, mempercepat dan memperdalam dampak arus dan pola interaksi sosial antar benua (Held dan McGrew, 2002:12). Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. radio, televisi, dan film. Belum lagi munculnya media online (internet).

BAB I PENDAHULUAN. radio, televisi, dan film. Belum lagi munculnya media online (internet). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup ini dikendalikan media massa. Kalimat itu tidak dapat dipungkiri bila kita amati animo individu atau masyarakat terhadap berbagai program komunikasi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia entertainment selalu dijadikan fenomena oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia entertainment selalu dijadikan fenomena oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, dunia entertainment selalu dijadikan fenomena oleh para masyarakat. Hal ini dikarenakan dunia entertainment dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas

BAB IV KESIMPULAN. Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas BAB IV KESIMPULAN Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas dari keputusan presiden Park Chung Hee untuk mengubah perekonomian yang pada awalnya beorientasi kearah impor menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa/i sering kali menggunakan media sosial path untuk mengutarakan konsep diri mereka. Cara yang dilakukan beraneka ragam seperti, memposting foto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gisela Puspita Jamil, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gisela Puspita Jamil, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya Korea (Hallyu Wave) saat ini masih hangat diperbincangkan di media ataupun pada penggemarnya sendiri. Hallyu Wave ini pertama popular di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Perbandingan Pengguna Media Sosial di Indonesia No Media Sosial Pengguna

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Perbandingan Pengguna Media Sosial di Indonesia No Media Sosial Pengguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini banyak orang sibuk dengan ponselnya saat perjalanan di kereta, di ruang tunggu, bahkan ketika sedang makan. Mereka menganggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini tampaknya komik merupakan bacaan yang digemari oleh para anak-anak, remaja hingga orang dewasa. Kerap kali di toko-toko buku atau pun tempat persewaan buku

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh 180 BAB V PENUTUP Penelitian Pertarungan Tanda dalam Desain Kemasan Usaha Kecil dan Menengah ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Praktik dan Modal Usaha Kecil Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang bersifat audio-visual, audio berarti

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang bersifat audio-visual, audio berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi komunikasi massa media televisi sering dijuluki sebagai faktor penentu perubahan yang kehadirannya tidak bisa dibendung makin mendekati abad ke-21,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Budaya populer Jepang beragam, ia mempresentasikan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya populer adalah budaya yang bersifat produksi, artistik dan komersial, diciptakan sebagai konsumsi massa dan dapat diproduksi kembali serta dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada jaman sekarang ini, dapat dilihat bahwa perkembangan entertaiment di Negara Korea Selatan, berkembang dengan sangat pesat. Seperti munculnya dramadrama yang membanjiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimakan oleh orang Korea. Di Jepang, fenomena Korean wave juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimakan oleh orang Korea. Di Jepang, fenomena Korean wave juga menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya Korea sudah terkenal secara global di dunia mulai dari drama, boyband (grup musik pria), baju khas, hingga makanan-makanan yang biasa dimakan oleh orang Korea.

Lebih terperinci

STIE Putra Perdana Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia

STIE Putra Perdana Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia. STIE Putra Perdana. Indonesia FENOMENA PERILAKU IMITASI HARLEM SHAKE MELALUI NEW MEDIA (YOUTUBE) DI JAKARTA Anton Heriyanto dan Eko Harry Susanto Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara Jakarta ekohs@centrin.net.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG

PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG Elsa Puji Juwita, Peran Media Sosial terhadap Gaya Hidup Siswa PERAN MEDIA SOSIAL TERHADAP GAYA HIDUP SISWA SMA NEGERI 5 BANDUNG Elsa Puji Juwita 1, Dasim Budimansyah 2, Siti Nurbayani 3 1 SMA PGRI Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi BAB VI KESIMPULAN Kajian media dan gaya hidup tampak bahwa pengaruh media sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi masyarakat tidak lain merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini manusia sudah sangat bergantung pada media massa baik cetak maupun elektronik. Media massa hadir untuk mempermudah arus informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON Motivasi menonton menurut McQuail ada empat jenis, yaitu motivasi informasi, identitas pribadi, integrasi dan interaksi sosial, dan motivasi hiburan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang komunikasi semakin maju pada era globalisasi saat ini. Kemajuan teknologi komunikasi ditandai dengan semakin luasnya jaringan televisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang

BAB I PENDAHULUAN. (http://kbbi.web.id/jilbab). Pada zaman orde baru pemerintah melarang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia sehingga banyak ditemui perempuan muslim Indonesia menggunakan jilbab,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan penggemar boyband Korea

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan penggemar boyband Korea 65 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Aktivitas-aktivitas yang dilakukan penggemar boyband Korea menunjukkan perilaku fanatisme sebagai penggemar. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi mengikuti

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak mungkin bisa memisahkan hidupnya dengan manusia lain. Segala bentuk kebudayaan, tatanan hidup, dan sistem kemasyarakatan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama Bab 5 Ringkasan Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cakupan konsumen hampir seluruh dunia. Tidak hanya dalam sektor tersebut, dalam

BAB I PENDAHULUAN. cakupan konsumen hampir seluruh dunia. Tidak hanya dalam sektor tersebut, dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur dengan perkembangan pembangunan ekonomi yang cukup pesat. Korea Selatan juga telah dinobatkan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, informasi mengenai berbagai hal bisa kita dapatkan dengan mudah dan cepat. Berkomunikasi adalah cara yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan oleh semua makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri berfungsi untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di jaman sekarang ini budaya asing sangat besar pengaruhnya terhadap kebudayaan di Indonesia. Salah satunya adalah budaya Barat. Tetapi seiring berubahnya waktu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1 Latar belakang Banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia dan dijadikan trend bagi masyarakat Indonesia. Kebudayaan yang masuk pun datang dari barat dan timur dunia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirilis oleh majalah Marketeers (Marketeers, 27 Oktober 2011) yang. di Indonesia memberikan gambaran mengenai trend penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. dirilis oleh majalah Marketeers (Marketeers, 27 Oktober 2011) yang. di Indonesia memberikan gambaran mengenai trend penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggunaan internet di Indonesia berkembang terus dari tahun ke tahun seiring dengan perbaikan infrastruktur yang dibangun. Hasil riset memperlihatkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Media massa cetak dan elektronik merupakan salah satu unsur penting dalam proses komunikasi. Setiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan ragamnya, dari mulai drama, musik, olahraga, realita bahkan Fashion.

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan ragamnya, dari mulai drama, musik, olahraga, realita bahkan Fashion. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman modern seperti ini industri hiburan kreatif sudah semakin banyak jenis dan ragamnya, dari mulai drama, musik, olahraga, realita bahkan Fashion. Semua hal tersebut

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP

HUBUNGAN ANTARA PARASOCIAL RELATIONSHIP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis musik K-Pop kini semakin digandrungi di Indonesia. K-Pop atau Korean Pop adalah jenis musik populer yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop adalah salah satu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan pemuda di Denpasar yang berasal dari daerah lain atau kota lain yang biasa dikatakan dengan anak pendatang, sangat berbeda dengan daerah yang mereka tinggali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merdeka dari penjajahan pada 15 Agustus 1945. Kemudian dalam waktu empat dekade sejak merdeka, negara tersebut berubah menjadi salah satu negara yang

Lebih terperinci

ini menjadi tantangan bagi perusahaan karena persaingan semakin ketat dan Persaingan antar produsen ini juga terjadi di Indonesia.

ini menjadi tantangan bagi perusahaan karena persaingan semakin ketat dan Persaingan antar produsen ini juga terjadi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang terjadi saat ini, konsumen cenderung semakin aktif dalam memberi produk yang mereka gunakan. Perilaku konsumen yang konsumtif menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengindentifikasi diri (KBBI, 2008:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah I.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Media Televisi merupakan media massa yang sangat akrab dengan masyarakat umum. Oleh sebab itu pula, televisi menjadi media yang memiliki penetrasi yang paling

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 4 KESIMPULAN. Nonton bareng..., Rima Febriani, FIB UI, Universitas Indonesia dibayar. Di Eropa tempat duduk seperti ini biasanya dihuni petinggi klub, pejabat, atau konglomerat sementara suporter biasa duduk di tempat biasa. Ada pula semacam anggapan yang berlaku bahwa suporter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya kemajuan teknologi juga tak terhapuskan oleh berkembangnya jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya kemajuan teknologi juga tak terhapuskan oleh berkembangnya jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pertelevisian semakin akrab oleh khalayak, khalayak disini juga menjadi saksi atas perkembangan teknologi di dunia pertelevisian saat ini. Tentunya

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rosandi (2004) membagi masa remaja menjadi beberapa tahap yaitu: a. Remaja awal (early adolescent) pada usia 11-14 tahun. Remaja awal biasanya berada pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen penting bagi kehidupan masyarakat modern terutama fungsinya dalam bersosialisasi dan berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi dalam masyarakat, banyak individu menganggap bahwa tampil menarik di hadapan orang lain merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN & SARAN. penelitian ini. Pertama, bagaimana praktik pembajakan digital dalam budaya

BAB V KESIMPULAN & SARAN. penelitian ini. Pertama, bagaimana praktik pembajakan digital dalam budaya BAB V KESIMPULAN & SARAN Seperti dipaparkan di bagian awal, ada tiga rumusan masalah dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana praktik pembajakan digital dalam budaya mengopi video di warnet? Kedua, bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi pada saat individu beranjak dari masa anak-anak menuju perkembangan ke masa dewasa, sehingga remaja merupakan masa peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Film adalah salah satu bentuk media komunikasi dengan cakupan massa yang luas. Biasanya, film digunakan sebagai sarana hiburan yang cukup digemari masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan budaya yang didorong dengan kemajuan pesat pada perkembangan zaman, seringkali menghadirkan perubahan-perubahan baru yang membuat dunia takjub.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. (Blackberry Messenger), penelitian yang berguna untuk mengkaji data yang

BAB IV ANALISIS DATA. (Blackberry Messenger), penelitian yang berguna untuk mengkaji data yang BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dalam mengumpulkan penelitian ini menggunakan metode kualitatif, peneliti memperoleh data-data mengenai Gaya komunikasi pengguna BBM (Blackberry Messenger), penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Media massa (media cetak, media elektronik dan media bentuk baru)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Media massa (media cetak, media elektronik dan media bentuk baru) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Media massa (media cetak, media elektronik dan media bentuk baru) sangat berperan penting dalam terjadinya proses komunikasi massa dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau Hallyu atau Korean Wave. Hallyu diartikan sebagai gelombang budaya populer

BAB I PENDAHULUAN. atau Hallyu atau Korean Wave. Hallyu diartikan sebagai gelombang budaya populer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya populer merupakan suatu budaya yang banyak diminati oleh masyarakat dan bersifat dinamis yaitu selalu berubah-ubah mengikuti pergantian zaman. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung mempunyai potensi yang tinggi di bidang hiburan. Ada beragam tempat yang mempunyai daya tarik bagi masyarakat lokal maupun internasional, misalnya ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meneliti imitasi gaya berpakaian dalam majalah Gogirl!. Majalah Gogirl!

BAB I PENDAHULUAN. untuk meneliti imitasi gaya berpakaian dalam majalah Gogirl!. Majalah Gogirl! BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak ( surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang

Lebih terperinci