BAB I PENDAHULUAN Menurut Marshall McLuhan, global village adalah sebuah proses homogenisasi dunia sebagai akibat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Menurut Marshall McLuhan, global village adalah sebuah proses homogenisasi dunia sebagai akibat"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kerjasama internasional saat ini telah mengalami banyak transformasi. Dahulu, hanya pemerintah pusat yang aktif dalam hubungan internasional. Namun dalam perkembangannya, pemerintah lokal mampu melakukan hubungan antarnegara. Kondisi ini terjadi karena globalisasi, sehingga memunculkan aktor-aktor baru dalam pemerintahan. Pemerintah kota maupun provinsi dapat menjalin hubungan kerjasama dengan pihak-pihak atau lembaga yang ada di luar negeri. 1 Akibatnya tercipta suatu dunia tanpa batas (borderless) yang seolah telah membuat global village 2 bagi masyarakat dunia. Sister city merupakan salah satu kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah kota atau provinsi. Persamaan antara kedua kota atau provinsi merupakan dasar dari kerjasama ini, seperti keadaan geografis dan aktivitas kota. Hubungan kerjasama sister city semakin terfokus dan terjalin dengan baik ketika dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 2002 Tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun UU tersebut memberikan gerak dan kewenangan yang lebih kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan potensi dan sumber daya dalam hubungan kerjasama internasional.pada dasarnya pelaksanaan politik luar negeri merupakan kewenangan pemerintah pusat. Namun seiring dengan berlakunya undangundang otonomi daerah tersebut, kebijakan hubungan luar negeri dan diplomasi oleh pemerintah pusat antara lain juga diarahkan untuk memberdayakan dan mempromosikan potensi daerah, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3 Surabaya sebagai ibukota dari Jawa Timur dan kota terbesar kedua di Indonesia aktif menjalin kerjasama sister city. Infrastruktur Kota Surabaya sangat mendukung dalam kerjasama ini, Pelabuhan Tanjung Perak, Bandar Udara 1 Jan Aart Scholte, Globalization: A Critical Introduction (New York: Palgrave, 2000) Halaman Menurut Marshall McLuhan, global village adalah sebuah proses homogenisasi dunia sebagai akibat dari kesuksesan sistem komunikasi secara keseluruhan. 3 Supriyanto dan Sandi A.T.T., Pengembangan Potensi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Kejasama Sister Province (Yogyakarta: 2002) dalam Mimbar Hukum 41 Halaman

2 Internasional Juanda, Stasiun Kereta Api Gubeng dan Pasar Turi serta Terminal Purabaya (Bungurasih) merupakan aset kota yang sangat menunjang. Kemudian, Surabaya merupakan pintu gerbang perdagangan utama di wilayah Indonesia Timur.Salah satu partner dalam kerjasama sister city Kota Surabaya adalah Kota Kochi di Jepang. Ibukota dari Prefektur Kochi dan pusat aktivitas administrasi Pulau Shikoku ini memiliki beberapa industri antara lain bidang pertanian, kehutanan dan perikanan. Fokus utama dari Pemerintah Kota Kochi adalah promosi di bidang ekonomi, dan budaya. Menurut letak geografis, Surabaya terletak di Indonesia bagian timur dan Kochi berada di Pulau Shikoku, Jepang bagian tengah. Kedua kota ini memiliki pelabuhan yang strategis, sehingga menjadikan kota perdagangan yang aktif dalam dunia perdagangan internasional. Kegiatan kerjasama sister city yang berlangsung antara Surabaya-Kochi selama lima belas tahun berkembang sesuai dengan kegiatan yang telah disepakati bersama. Selama kerjasama berlangsung terdapat bidang kerjasama yang sangat aktif dan kerjasama yang kurang aktif. Surabaya dan Kochi menandatangani nota kesepahaman pada tanggal 17 April 1997, dengan menyepakati bidang-bidang kerjasama. Setiap lima tahun, kedua kota melaksanakan perpanjangan kerjasama dengan penandatangan perjanjian. Sejak ditandatanganinya MoU tahun 1997, tercatat sudah dua kali Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Kota Kochi melakukan penandatanganan perjanjian, pada tahun 1997 (Periode I ) dan tahun 2002 (Periode II ). Akan tetapi, setelah periode kedua tidak ada lagi penandatanganan kerjasama karena akan terus berjalan secara otomatis. Pada lima tahun pertama kerjasama hubungan antara Surabaya-Kochi sangatlah aktif. Antusiasme yang tinggi terlihat dari kedua kota ini, Surabaya dan Kochi berharap agar tercipta perkembangan ekonomi yang baik dengan adanya perdagangan dan kerjasama. Kunjungan bisnis juga dilakukan oleh pengusaha kedua kota untuk mempererat hubungan. Hubungan ekonomi Surabaya-Kochi juga semakin kuat sejak kedua pelabuhan yakni Tanjung Perak dan Kochi Port menandatangani sister port 4 pada tanggal 12 Mei Sister port ini berpengaruh positif terhadap hubugan kedua kota, aktivitas ekonomi seperti ekspor dan impor menjadi lebih mudah dan terintegrasi. Tanjung 4 Sister Port merupakan kerjasama pelabuhan yang berusaha mengembangkan persahabatan perdagangan diantara kedua negara. 2

3 Perak dan Kochi Port juga turut aktif dalam INAP (International Network of AffiliatedPorts). Kegiatan perekonomian di saat itu cukup aktif dan mengalami pertumbuhan pesat ketika diselenggarakan Symposium INAP kedua tahun 1999 di Surabaya. Deputi Mayor Kota Kochi, Takeshi Miyaji mengatakan tercatat lebih dari 20% barang-barang yang didatangkan ke Kochi melalui pelabuhan baru dari Tanjung Perak. Pelabuhan Tanjung Perak sendiri juga tercatat menduduki peringkat ketiga dalam urusan impor barang setelah Singapura dan Malaysia. 5 Pada periode kedua, tepatnya pada kurun waktu , ekspor dari Surabaya ke Kochi mengalami penurunan, dari 646 TEU (the twenty-foot equivalent unit) 6 menjadi 524 TEU, kemudian turun lagi menjadi 470 TEU. 7 Oleh karena itu pemerintah Surabaya melakukan bentuk kerjasama lain yaitu pengiriman pegawai pemerintah kota untuk pelatihan LGOTP (Local Government Official Training Programme) 8 dan pengiriman delegasi pendidikan. Langkah ini dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya agar kerjasama anatara kedua belah pihak tetap berjalan secara aktif dan harmonis. Selain itu, pengiriman delegasi ke Kota Kochi yang tentu saja menambah pengetahuan dan pengalaman juga sebagai sarana memperkenalkan budaya Kota Surabaya (Indonesia) serta mempelajari budaya Kota Kochi (Jepang).Pada periode ketiga, Surabaya dan Kochi berusaha untuk meningkatkan kembali hubungan kerjasama ekonomi, sehingga tercipta peningkatan dan pengembangan positif untuk kedua belah pihak. Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, menjadi jelas bahwa kerja sama internasional saat ini telah mengalami perkembangan, dari pemerintah pusat menjadi pemerintah kota yang aktif melakukan kerjasama internasional. Surabaya- Kochi, merupakan salah satu hubungan kerjasama sister city yang aktif dan berpotensi meningkatkan hubungan politik, ekonomi dan sosial budaya. Dengan demikian ada dual hal yang menjadi fokus dalam tulisan ini.pertama persamaan potensi hubungan kerjasama Surabaya dan Kochi. Kedua pencapaian atau hasil dari hubungan kerjasama yang dilakukan antara kedua kota selama tiga periode. 5 Pemerintah Kota Surabaya Bagian Kerjasama Luar Negeri 6 TEU (the twenty-foot equivalent unit) adalah satuan yang digunakan untuk mengukur sebuah container dalam ekspor dan impor.1 TEU = 6,1 meter kubik. (ISO Container) 7 Wawancara Ifron Hady Susanto, 21 Mei 2007 oleh Septy Farina Ayu dalam Hubungan Kerjasama Sister City Surabaya-Kochi 8 LGOTP merupakan pelatihan bagi pemerintah lokal yang diadakan Prefektur Kochi setiap tahun selama enam samp ai sembilan bulan. 3

4 Rumusan Masalah Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan mengenai mengapa Surabaya dan Kochi membentuk kerjasama sister city?apa yang telah dicapai dalam kerjasama tersebut selama tiga periode ( )? Landasan Konseptual Secara konseptual, sister city merupakan suatu konsep kerjasama atau program persahabatan diantara dua kota lintas negara yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menjalin kesepahaman, dan membangun persahabatan melalui pertukaran budaya, pendidikan dan SDM (sumber daya manusia), sebagai upaya menciptakan perdamaian. Sedangkan Dinas Informasi dan Komunikasi Pemerintah Kota Surabaya, menyatakan sister city adalah konsep kerjasama bilateral antarkota atas dasar kesamaan geografis dan aktivitas kota untuk saling belajar dan bekerjasama di berbagai bidang. 9 Bidang kerjasama yang akan terjalin akan disesuaikan dengan persamaan dan potensi yang dimiliki oleh kedua kota. Gambaran umum kerjasama sister city di Indonesia dijelaskan dalam tulisan Usmar Salam bahwa tingkat pelaksanaan sister city dan sister province lebih kurang 100 kerjasama internasional yang berbentuk sisterhood telah tercatat di Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. Enam puluh lima persen (65%) dari kerjasama yang dilakukan tidak melakukan action plan apapun, dua puluh persen (20%) berjalan seadanya dan lima belas persen (15%) darinya berjalan dengan baik serta memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi dan sosial daerah. 10 Surabaya-Kochi termasuk ke dalam 15% yang memiliki action plan jelas dan berdampak positif bagi kedua kota. Dalam penelitian ini, sister city yang dimaksud adalah konsep penggandengan dua kota lintas wilayah kedaulatan yaitu kota Surabaya (Indonesia) dan Kochi (Jepang) yang disepakati melalui Nota Kesepahaman yang telah ditandatangani 17 April 1997 atas dasar kesamaan visi untuk menjalin hubungan persahabatan dalam bertukar informasi dan pengalaman pada tataran lokal. Pada dasarnya konsep kerjasama antarkota ini, memiliki beberapa istilah, yaitu sister city, friendship cities, 9 Kerjasama Sister City Surabaya-Kochi < diakses pada tanggal 31 Mei Usmar Salam, Dinamika Kerjasama Internasional Provinsi di Indonesia dengan Luar Negeri (Makalah Lokakarya Penanganan Kerjasama Internasional, 2004) Halaman 7 4

5 twin cities, town twinning, brother cities, partner stadl dan jumelage. 11 Karena dalam kerjasama yang dijalin antara Surabaya-Kochi, menggunakan istilah sister city, sehingga untuk selanjutnya konsep sister city yang akan digunakan dalam penelitian ini. Local Economic Development Local economic development atau pengembangan ekonomi lokal merupakan sebuah konsep dimana, pembangungan dilakukan oleh pemerintah daerah baik itu kota ataupun provinsi yang bekerjasama dengan berbagai pihak. Tujuan dari local economic development (LED) adalah membangun kapasitas ekonomi dari daerah untuk meningkatkan ekonominya di masa depan dan kualitas hidup semua masyarakatnya. LED merupakan kerjasama kolektif dari beberapa aktor, seperti pemerintah, pengusaha, perusahaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. 12 Local economic development (LED) memberikan pemerintah lokal (daerah atau kota), sektor pribadi dan non-profit, serta komunitas lokal sebuah kesempatan untuk bekerjasama dalam mengembangkan ekonomi lokal. Fokus dari LED sendiri adalah memperbesar kompetisi positif, meningkatkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan memastikan pertumbuhan itu terus berlangsung ke depannya. LED meliputi beberapa hal antara lain rencana fisik, ekonomi dan pemasaran. Kemudian, LED juga menggabungkan beberapa pemerintah lokal dan sektor pribadi (pengusaha atau dunia bisnis) seperti perencanaan lingkungan, pengembangan bisnis, infrastruktur dan keuangan. Pelaksanaan dari local economic development dapar berjalan berbeda sesuai dengan skala geografisnya. Pemerintah lokal mengikuti strategi dari LED untuk mendapat keuntungan di wilayahnya, dan komunitas individu serta area dimana pemerintah lokal memiliki wewenang. LED memiliki beberapa pendekatan untuk memberikan kesuksesan dan keberhasilan dalam prosesnya. Jika suatu daerah dapat menerapkan LED dengan baik maka akan tercipta iklim bisnis yang positif, menjamin 11 Asuka Ogawa, Sister City As A Preservation Strategy (Colombia University, 2012) Halaman What is Local Economic Development? < MENT/EXTLED/0,,contentMDK: ~menuPK:399161~pagePK:148956~piPK:216618~theSite PK:341139,00.html > diakses pada tanggal 21 November

6 para pekerja, dan meningkatkan pendapatan daerah serta masyarakatnya. Beberapa pendekatan LED dalam sebuah komunitas lokal antara lain: Memastikan bahwa iklim dari investasi lokal berfungsi untuk keberlangsungan bisnis lokal 2. Mendukung perusahaan kecil dan menengah 3. Meningkatkan berdirinya usaha-usaha lokal 4. Menarik investasi baik nasional maupun internasional 5. Investasi ke dalam pembangunan 6. Investasi ke sektor pendidikan 7. Mendukung pertumbuhan bisnis 8. Menargetkan pembangunan kota yang terstruktur 9. Mendukung usaha baru dan usaha yang bersifat informal 10. Menargetkan dan mendorong kelompok-kelompok masyarakat agar lebih maju. Konsep local economic development dapat digunakan untuk menganalisa mengapa Surabaya dan Kochi melakukan kerjasama sister city. Kerjasama yang telah berlangsung selama tiga periode atau 15 tahun ini merupakan kesepakatan yang awalnya dibentuk oleh kedua kota karena memiliki kepentingan yang sama. Kemudian, kepentingan-kepentingan ini dijadikan sebuah kerjasama legal yang diikat dalam MoU. Potensi yang dimiliki oleh kedua kota merupakan hal penting yang harus diharmonisasikan dan dikembangkan secara bersama. Pemerintah Kota Surabaya dan Kochi menjalin hubungan kerjasama ini dengan melihat bahwa, kedua belah pihak memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkan di masa depan. Kerjasama sister city ini memberikan dampak positif bagi kedua kota, terutama bidang ekonomi, sumber daya manusia dan budaya. Aktor yang berperan dalam kerjasama ini tentu saja Pemerintah Kota Surabaya dan Kochi, yang kemudian mendapat dukungan dari semua elemen masyarakat. Dengan jumlah aktor kerjasama yang relatif tidak banyak, kerjasama ini relatif lebih langgeng dan mapan dibandingkan dengan kerjasama yang melibatkan banyak pihak. Platform kerjasama sister city dapat berjalan dengan baik dan lancar sehingga ke depannya akan muncul bentuk kegiatan-kegiatan lain yang mendukung jalannya kerjasama kedua kota. Selama tiga periode melakukan kerjasama, Surabaya- 13 ibid. 6

7 Kochi mengalami dinamika yang terjadi karena kebijakan politik dan aktivitas kedua kota. Dinamika ini menunjukkan bahwa kerjasama sister city hidup, karena apabila kegiatan suatu hubungan tidak mengalami dinamika yang naik dan turun, maka bisa dikatakan kerjasama itu tidaklah berkembang. Dalam penulisan skripsi ini, akan dijelaskan bagaimana Pemerintah Kota Surabaya dan Kochi memulai hubungan kerjasama sister city. Kedua kota juga melihat adannya potensi yang dapat dikembangkan bersama di masa depan. Setelah terjalin hubungan kerjasama, makaakan mendapatkan sebuah pencapaian atau hasil dari kerjasama yang telah berlangsung selama tiga periode. Argumen Utama Kerjasama sister city antara Surabaya-Kochi selama lima belas tahun telah mengalami dinamika, baik itu naik dan turun selama periodenya. Penulis memiliki argumen bahwa kerjasama ini dimulai dengan persamaan kepentingan dan potensi yang dimiliki kedua kota. Oleh karena itu hubungan kerjasama dapat berjalan hingga saat ini dan menyebabkan kemudahan dalam pengembangan kerjasama.selama tiga periode, kerjasama sister city Surabaya-Kochi telah mendapatkan sebuah pencapaian atau hasil dari kerjasama tersebut.kerjasama ekonomi mengalami peningkatan pada periode pertama dan penurunan pada periode kedua. Kemudian dilakukan peningkatan kerjasama oleh kedua pihak untuk bersama-sama memperbaiki hubungan kerjasama. Sehingga di periode ketiga kerjasama dapat meningkat kembali. Di bidang budaya dan pendidikan, kerjasama sangat aktif dan dikembangkan secara baik.kerjasama di bidang budaya dan pendidikan jauh mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kedua kota sepakat untuk terus berperan aktif dalam pengembangan sumber daya manusia melalui capacity building, pertukaran pelajar dan juga pementasan budaya. Karena melalui jalur inilah dapat tercipta hubungan baik antara kedua kota dan juga berdampak positif kepada hubungan diplomatik Indonesia- Jepang. 7

8 Metode Penelitian Berdasarkan identifikasi tingkat analisa yang dikembangkan R.F. Hopkins dan R.W. Mansbach 14 unit analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit analisa individu.sedangkan unit eksplanasinya adalah unit eksplanasi individu pula sehingga merupakan analisa korelasionis.unit analisa dalam penelitian ini adalah hubungan kerjasama sister city antara Surabaya-Kochi, sedang unit eksplanasinya merupakan alasan Surabaya-Kochi melakukan hubungan sister city dan dinamikanya. Sebagai metode penelitian, beberapa langkah yang diambil adalah dengan melakukan konseptualisasi kemudian melakukan generalisasi. Konseptualisasi merupakan proses penyederhanaan fenomena dengan mengklasifikasikan dan mengkategorisasikan. 15 Data-data yang diperoleh melalui media dikategorisasikan dalam konsep-konsep yang telah dibahas dalam landasan konseptual. Setelah kategorisasi dilakukan, analisa difokuskan pada relasi antara konsep-konsep, apakah itu kondisional, kausalitas, atau tidak berhubungan sama sekali. Sedangkan generalisasi merupakan pernyataan tentang hubungan antara dua konsep atau lebih. 16 Penulisan skripsi ini dilakukan dengan menggunakan pendekan kualitatif karena seluruh argumen yang dibangun didasarkan pada basis rasional. Penelitian ini berusaha memahami realita sosial dengan memahami hubungan relasional antara satu konsep dengan konsep lain. Untuk memperoleh data dalam pendekatan kualitatif, digunakan metode analisa dokumen, yaitu menelusuri, mengumpulkan, dan membahas data-data sekunder yang berasal dari berbagai litelatur seperti review atas buku, artikel, jurnal, website, surat kabar dan majalah. Sistematika Penulisan Tulisan ini akan disusun ke dalam empat bagian. Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah yang menjadi fokus dalam tulisan ini, kerangka pemikiran dan argumen utama. Bab kedua akan menjelaskan kerjasama sister city Surabaya-Kochi. Bab ketiga akan membahas persamaan potensi dan pengembangan kerjasama sister city Surabaya-Kochi. Sedangkan Bab keempat membahas pencapaian hubungan kerjasama sister city 14 Hopkins dan Mansbach dalam Mohtar Mas oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta: LP3ES, 1990) Halaman Mohtar Mas oed, Op. Cit. Halaman ibid 8

9 Surabaya-Kochi. Akhirnya, Bab kelima akan menjadi kesimpulan yang memaparkan temuan dari penelitian yang dilakukan. 9

DaftarPustaka. Ayu, Septy Farina, Hubungan Kerjasama Sister City Surabaya-Kochi (Surabaya: Unair, 2007)

DaftarPustaka. Ayu, Septy Farina, Hubungan Kerjasama Sister City Surabaya-Kochi (Surabaya: Unair, 2007) DaftarPustaka Ayu, Septy Farina, Hubungan Kerjasama Sister City Surabaya-Kochi (Surabaya: Unair, 2007) Bryce, James, Modern Democracies (New York: Macmillan, 1921) Volume 2 Duchacek, Ivon D., Perforated

Lebih terperinci

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan

18 Desember STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan 18 Desember 2013 STRATEGI PEMBANGUNAN METROPOLITAN Sebagai Pusat Kegiatan Global yang Berkelanjutan Deputi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup 18 Desember 2013 Peran Jakarta

Lebih terperinci

JAWA BARAT DAN KAMPUNG ASIA-AFRIKA

JAWA BARAT DAN KAMPUNG ASIA-AFRIKA JAWA BARAT DAN KAMPUNG ASIA-AFRIKA Oleh: Yanyan Mochamad Yani Pada tanggal 22 April 2008 ini tepat sudah 53 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) dirayakan di tanah air. Beberapa gagasan muncul ke permukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL ANALISIS TENTANG PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI PIHAK DALAM PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL Oleh: Teuku Fachryzal Farhan I Made Tjatrayasa Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peluang kerjasama dalam era globalisasi saat ini sangat diperlukan dalam konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain. Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain.

Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain. Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain. Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain Artikel hubungan internasional antara indonesia dengan negara lain.zip CONTOH PERJANJIAN INTERNASIONAL ANTAR NEGARA hubungan antara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan jasa pelayanan bongkar dan muat peti kemas yang terletak di wilayah Pelabuhan Tanjung

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1990 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN MAROKO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2011 TENTANG PENUGASAN KEPADA PT KERETA API INDONESIA (PERSERO) UNTUK MENYELENGGARAKAN PRASARANA DAN SARANA KERETA API BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA DAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari permasalahan-permasalahan yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia pada periode 24 28 mulai menunjukkan perkembangan yang pesat. Kondisi ini sangat memengaruhi perekonomian dunia. Tabel 1 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu

BAB I PENDAHULUAN. yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Israel merupakan sebuah negara zionisme yang ingin mendirikan negara yahudi di tanah yang mereka kuasai saat itu. Hal tersebut membuat Israel selalu ingin menguasai

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota-kota di Indonesia, seperti juga dengan yang terjadi di negara-negara berkembang lainnya, khususnya di Asia, akan semakin kompleks dengan semakin terbukanya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dan Thailand merupakan dua negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha mengembangkan sektor industri otomotif negerinya. Kenyataan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DAERAH. telah diatur dalam kebijakan pemerintah pusat hingga pemerintah daerah.

BAB II KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DAERAH. telah diatur dalam kebijakan pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. BAB II KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DAERAH Kerjasama luar negeri antar daerah atau yang lebih disebut Sister City telah diatur dalam kebijakan pemerintah pusat hingga pemerintah daerah. Maka landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat, penggunaan teknologi informasi tidak hanya dimanfaatkan dalam dunia usaha, namun juga telah merambah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Republik Perancis dan Republik Indonesia telah lama menjalin hubungan

BAB V PENUTUP. Republik Perancis dan Republik Indonesia telah lama menjalin hubungan 119 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Republik Perancis dan Republik Indonesia telah lama menjalin hubungan diplomasi. Kedua negara memiliki rekam jejak hubungan kerjasama yang baik sedari dulu. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas wilayahnya baik darat, air, maupun udara, dimana hukum yang berlaku adalah hukum nasional negara masing-masing.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang dua per tiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persinggahan rute perdagangan dunia.

Lebih terperinci

BORDER DEVELOPMENT CENTER (BDC) E N T I K O N G

BORDER DEVELOPMENT CENTER (BDC) E N T I K O N G BORDER DEVELOPMENT CENTER (BDC) E N T I K O N G LUAS WILAYAH : 5.000 Ha LOKASI : Kec. Entikong dan Sekayam (Kab. Sanggau) JARAK DARI IBU KOTA KAB : 147 Km JUMLAH PENDUDUK : 39.510 Jiwa (jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian 1 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Dalam era globalisasi sekarang ini, perekonomian internasional merupakan salah satu pilar utama dalam proses pembangunan dunia yang lebih maju. Organisasi-organisasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IV.1. PERMASALAHAN PEMBANGUNAN Pembangunan daerah agar dapat berhasil sesuai dengan tujuannya harus tanggap terhadap kondisi yang terjadi di masyarakat. Kondisi tersebut

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG

PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA AHMAD YANI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

CITY HOTEL DENGAN FASILITAS MICE di SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

CITY HOTEL DENGAN FASILITAS MICE di SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN CITY HOTEL DENGAN FASILITAS MICE 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan di bidang perekonomian sebuah kota sangat identik dengan perkembangan bisnis di dalamnya. Kota Semarang

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

REGISTER TRANSAKSI JUAL BELI TIKET DI WIEN TOUR JL. RAYA GAMBIRAN-DAYU PARK KM 1 SRAGEN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

REGISTER TRANSAKSI JUAL BELI TIKET DI WIEN TOUR JL. RAYA GAMBIRAN-DAYU PARK KM 1 SRAGEN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan 1 REGISTER TRANSAKSI JUAL BELI TIKET DI WIEN TOUR JL. RAYA GAMBIRAN-DAYU PARK KM 1 SRAGEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Disusun Oleh : SEPTIANA DAMASTUTI A 310 080

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan akan berusaha untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah untuk memaksimumkan keuntungan atau mencapai suatu tingkat kepuasan performansi tertentu. Sebuah perusahaan akan berusaha

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi 131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bergulirnya wacana otonomi daerah di Indonesia berdasarkan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi stimulan berbagai daerah untuk mengembangkan daerah

Lebih terperinci

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses BAB V KESIMPULAN Dinamika hubungan diplomatik Indonesia dengan Jepang telah mengalami berbagai perkembangan, mulai dari masa penjajahan, kerjasama ekonomi hingga bidang politik dan keamanan. Politik luar

Lebih terperinci

UU No. 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri

UU No. 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri HUBUNGAN DAN KERJASAMA LUAR NEGERI OLEH PEMERINTAH DAERAH DASAR HUKUM UU No. 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri Ps. 1 (1) : Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang menyangkut aspek regional

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA BARU DI KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KEPPRES 64/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA

KEPPRES 64/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 64/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA *46640 Bentuk: KEPUTUSAN PRESIDEN (KEPPRES) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

OTONOMI DAERAH UNTUK MENGUKUHKAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA-BANGSA SISTEM EKONOMI INDONESIA

OTONOMI DAERAH UNTUK MENGUKUHKAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA-BANGSA SISTEM EKONOMI INDONESIA OTONOMI DAERAH UNTUK MENGUKUHKAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA-BANGSA SISTEM EKONOMI INDONESIA Dua per tiga kue nasional dinikmati oleh Jawa dan lebih dari empat per lima di Kawasan Barat Indonesia, jika memakai

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Fenomena internasional yang menjadi tren perdagangan dewasa ini adalah perdagangan bebas yang meliputi ekspor-impor barang dari suatu negara ke negara lain.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2012 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA KERJA SAMA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASEAN telah menghasilkan banyak kesepakatan-kesepakatan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya. Pada awal berdirinya, kerjasama ASEAN lebih bersifat politik

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 98 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN BANDAR UDARA BARU DI KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kedudukan Propinsi DKI Jakarta adalah sangat strategis dan juga menguntungkan, karena DKI Jakarta disamping sebagai ibukota negara, juga sebagai pusat

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang lebih dari 2/3 wilayahnya berupa perairan. Dari zaman nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal dan menggunakan transportasi

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG 5.1 Analisis SWOT Analisis strengths, weakness, oppurtunities dan threats (SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA PARIWISATA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK PERANCIS

PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA PARIWISATA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK PERANCIS PERSETUJUAN TENTANG KERJA SAMA PARIWISATA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK PERANCIS - 1 - Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Perancis, untuk selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Era perekonomian global ditandai dengan adanya kecenderungan gerakan perekonomian suatu negara tidak terbatas, kemajuan teknologi informasi, lalu lintas dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan otonomi daerah yang berlandaskan UU No. 32 tahun 2004 yang merupakan revisi dari UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, memberikan kewenangan yang sangat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2007 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan BAB V KESIMPULAN Mencermati perkembangan global dengan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan arus perjalanan manusia yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

mereka. Seperti telah diketahui misalnya KPI telah melakukan kerjasama sebelumnya dengan pihak Jepang dan Vietnam dalam downstream business di Vietnam

mereka. Seperti telah diketahui misalnya KPI telah melakukan kerjasama sebelumnya dengan pihak Jepang dan Vietnam dalam downstream business di Vietnam BAB IV KESIMPULAN Harapan akan adanya kerjasama yang menguntungkan dari masing-masing pihak menjadi fondasi terjadinya negosiasi antara kedua belah pihak seperti pembahasan sebelumnya. Ketersediaan minyak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tersebut diatas dapat disimpulkan dengan mengacu pada hipotesa yang peneliti tentukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut: pertama, Kausalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Logistik Nasional memiliki peran strategis dalam menyelaraskan kemajuan antar sektor ekonomi dan antar wilayah demi terwujudnya sistem pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi BAB V KESIMPULAN Provinsi NTB merupakan daerah yang menjanjikan bagi investasi termasuk investasi asing karena kekayaan alam dan sumber daya daerahnya yang melimpah. Provinsi NTB dikenal umum sebagai provinsi

Lebih terperinci

I.1. Latar Belakang strategi Permasalahan Dari sisi pertanian

I.1. Latar Belakang strategi  Permasalahan Dari sisi pertanian 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai industri yang mengolah hasil pertanian, yang menggunakan dan memberi nilai tambah pada produk pertanian secara berkelanjutan maka agroindustri merupakan tumpuan

Lebih terperinci

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK EKUADOR MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK (AGREEMENT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE AUSTRIAN FEDERAL GOVERNMENT ON VISA EXEMPTION FOR HOLDERS

Lebih terperinci

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 16 Januari 2015; disetujui: 23 Januari 2015 Keberhasilan

Lebih terperinci

TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT DI PELABUHAN TANJUNG EMAS

TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT DI PELABUHAN TANJUNG EMAS LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT DI PELABUHAN TANJUNG EMAS Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh :

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Profil Umum Perusahaan PT.MYR adalah salah satu kelompok bisnis produk konsumen di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Perusahaan ini telah tercatat

Lebih terperinci

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan

7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT. Pendahuluan 73 7 STRATEGI PENGEMBANGAN PELABUHAN TANJUNG PRIOK SEBAGAI INTERNATIONAL HUB PORT Pendahuluan Selama ini jalur pengiriman kontainer dari Indonesia ke luar negeri diarahkan ke Pelabuhan Singapura atau Port

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan sistem transportasi mempunyai hubungan yang erat serta saling ketergantungan. Berbagai upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2002 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK RAKYAT CHINA TENTANG KERJA SAMA AKTIVITAS DALAM BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: SEBUAH KAJIAN ATAS DAMPAK PENERAPAN EKOLABEL Oleh: NANI TUARSIH 0810512064 Mahasiswa Program Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional memegang peranan penting dalam sejarah pembangunan di Negara berkembang, tak terkecuali di Indonesia. Perdagangan internasional merupakan

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR Oleh : M. KUDRI L2D 304 330 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 60 km. Kota ini berada ditepi Sungai Asahan, sebagai salah satu sungai terpanjang

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan

RESUME. Nusa Tenggara Timur kaya akan budaya dan tradisi, keindahan alam, potensi perikanan dan kelautan ABSTRAK Upaya Swisscontact yang dilakukan di dalam negeri, bekerjasama dengan pemerintah dan masyarakat lokal melalui pengembangan infrastruktur, pemberdayaan sumber daya manusia, dan mensosialisasikan

Lebih terperinci

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HILLSIDE HOTEL DI SEMARANG Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam (selanjutnya disebut "Para Pihak"),

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam (selanjutnya disebut Para Pihak), MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM MENGENAI KERJASAMA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan kini telah menjadi fenomena dunia. Hampir di seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok perdagangan bebas

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

LAPORAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN THE FIRST IORA BUSINESS SUMMIT 2017 JAKARTA, 6 MARET 2017

LAPORAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN THE FIRST IORA BUSINESS SUMMIT 2017 JAKARTA, 6 MARET 2017 LAPORAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN THE FIRST IORA BUSINESS SUMMIT 2017 JAKARTA, 6 MARET 2017 Yang terhormat Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo. Yang terhormat Presiden Republik

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan dalam bab ini mencakup beberapa subbab antara lain Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Batasan Penelitian serta Sistematika Penulisan.

Lebih terperinci