in adverse variations of probability or in losses.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "in adverse variations of probability or in losses."

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Resiko Definisi Resiko Istilah resiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari, yang umumnya sudah dipahami secara intuitif. Tetapi pengertian secara ilmiah dari resiko sampai saat ini masih tetap beragam, yaitu antara lain : - Menurut Arthur Williams dan Richard, M.H resiko adalah suatu variasi dari hasilhasil yang dapat terjadi selama periode tertentu. (Djojosoedarso, 2003, p2) - Menurut A. Abas Salim resiko adalah ketidakpastian (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian. (Djojosoedarso, 2003, p2) - Menurut Soekarto resiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa. (Djojosoedarso, 2003, p2) - Menurut Herman Darmawi resiko adalah probabilitas sesuatu hasil/ outcome yang berbeda dengan yang diharapkan. (Djojosoedarso, 2003, p2) - Berdasarkan Workbook level 1 Global Association of Risk Professionals Badan Sertifikasi Manajemen Risiko (2005, A.4) resiko didefinisikan sebagai Change of bad outcome. Maksudnya adalah suatu kemungkinan akan terjadinya hasil yang tidak diinginkan serta tidak dikelola dengan semestinya. - Menurut Gallati (2003, h.7), resiko didefinisikan sebagai a condition in which there exist an exposure to adversity. - Menurut Bessis (2002, 11) resiko adalah sebagai Risk are uncertainty resulting in adverse variations of probability or in losses. 6

2 7 - Menurut Djohanputro (2008, p31-p32) pengertian dasar resiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Resiko juga dapat diartikan sebagai ketidakpastian yang telah diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Jadi resiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau kehancuran. Lebih luas resiko dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan Klasifikasi Resiko Menurut Djohanputro (2008, p33-p35) untuk memudahkan pengenalan resiko, perlu dilakukan klasifikasi sehingga mengenal karakter dari resiko. Resiko dapat dikategorikan ke dalam resiko murni dan resiko spekulatif. Cara lain mengklasifikasi resiko adalah mengategorikan ke dalam resiko sistematik dan resiko spesifik. a. Resiko Murni dan Spekulatif Resiko murni merupakan resiko yang dapat mengakibatkan kerugian pada perusahaan, tetapi tidak ada kemungkinan menguntungkan. Perusahaan menghadapi berbagai hal dalam resiko ini. Misalnya, kekayaan mesin yang menanggung resiko murni. Ada kemungkinan mesin mengalami kerusakan, mulai dari kerusakan kecil sampai besar. Tetapi, tidak mungkin keadaan sebaliknya bisa terjadi. Kekayaan berupa gedung juga ada kemungkinan mengalami kerugian berupa kerusakan atau kehancuran. Sementara itu yang disebut dengan resiko spekulatif adalah resiko yang dapat mengakibatkan dua kemungkinan, merugikan atau menguntungkan perusahaan. Misalnya perusahaan yang menyimpan valuta asing seperti US$, GB, atau JPY dapat mengalami keuntungan atau kerugian. Simpanan tersebut menguntungkan bila nilai tukar mata uang tersebut menguat. Nilai simpanan tersebut meningkat bila dihitung

3 8 dalam Rupiah. Sebaliknya, nilai simpanan tersebut menurun bila dihitung dalam Rupiah pada saat nilai tukar valuta asing tersebut melemah. Kebanyakkan transaksi perusahaan yang melibatkan aspek moneter secara langsung mengandung resiko spekulatif. b. Resiko Sistematik dan Spesifik Resiko sistematik (systematic risk) juga disebut resiko yang tidak dapat didiversifikasi (nondiversiviable risk). Ciri dari resiko sistematik adalah tidak dapat dihilangkan atau dikurangi dengan cara penggabungan berbagai resiko. Resiko spesifik (specific risk), atau resiko yang dapat didiversifikasi (diversiviable risk) dapat dihilangkan melalui proses pengganbungan (pooling). Konsep resiko sistematik dan spesifik sangat berguna dalam menangani resiko keuangan. Banyak resiko yang berkaitan dengan keuangan perusahaan dapat ditekan dengan menerapkan diversifikasi Upaya Penanggulangan Resiko Menurut Djojosoedaraso (2003, p4) upaya untuk menanggulangi resiko harus selalu dilakukan, sehingga kerugian dapat dihindari atau diminimumkan. Sesuai dengan sifat dan objek yang terkena resiko, ada beberapa cara yang dapat dilakukan (perusahaan) untuk meminimumkan resiko kerugian, antara lain : a. Melakukan pencegahan dan pengurangan terhadap kemungkinan terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian, misalnya membangun gedung dengan bahanbahan yang antiterbakar untuk mencagah bahaya kebakaran, memagari mesin-mesin untuk menghindari kecelakaan kerja, melakukan pemeliharaan dan penyimpanan yang baik terhadap bahan dan hasil produksi untuk menghindari resiko kecurian dan kerusakan, mengadakan pendekatan kemanusiaan untuk mencegah terjadinya pemogokan, sabotase, dan pengacauan.

4 9 b. Melakukan retensi, artinya mentolerir membiarkan terjadinya kerugian, dan untuk mencegah terganggunya operasi perusahaan akibat kerugian tersebut disediakan sejumlah dana untuk menanggulanginya (contoh : pos biaya lain-lain atau tak terduga dalam anggaran perusahaan). c. Melakukan pengendalian terhadap resiko, contohnya melakukan hedging (perdagangan berjangka) untuk menanggulangi resiko kelangkaan dan fluktuasi harga bahan baku/ pembantu yang diperlukan. d. Mengalihkan/ memindahkan resiko kepada pihak lain, yaitu dengan cara mengadakan kontrak pertanggungan (asuransi) dengan perusahaan asuransi terhadap resiko tertentu, dengan mambayar sejumlah premi asuransi yang telah ditetapkan, sehingga perusahaan asuransi akan mengganti kerugian bila betul-betul terjadi kerugian yang sesuai dengan perjanjian. Tugas dari seorang manajer resiko adalah berkaitan erat dengan upaya memilih dan menentukan cara-cara/ metode yang paling efisien dalam penaggulangan resiko yang dihadapi perusahaan. 2.2 Manajemen Resiko Definisi Manajemen Resiko - Menurut Djojosoedarso (2003, p4) secara sederhana pengertian manajemen resiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penanggulangan resiko, terutama resiko yang dihadapi oleh organisasi/ perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/ mengkoordinir, dan mengawasi (termasuk mengeveluasi) program penanggulangan resiko. - Menurut Djohanputro (2008, p43) manajemen resiko merupakan proses terstruktur dan sistematis dalam mengidentifikasi, mengukur, memetakan,

5 10 mengembangkan alternatif penanganan resiko, dan memonitor dan mengendalikan implementasi penanganan resiko. - Menurut Fahmi (2010, p2) manajemen resiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis. Jadi manajemen resiko adalah keseluruhan sistem pengelolaan dan pengendalian resiko yang ditujukan untuk memelihara tingkat profitabilitas dan tingkat kesehatan perusahaan Manfaat Manajemen Resiko Menurut Darmawi (2005, p11) manfaat manajemen resiko yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 kategori utama yaitu : a. Manajemen resiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan. b. Manajemen resiko menunjang secara langsung peningkatan laba. c. Manajemen resiko dapat memberikan laba secara tidak langsung. d. Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap resiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan itu. e. Manajemen resiko melindungi perusahaan dari resiko murni, dan karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung menolong meningkatkan public image. Anonim ( Menurut Fahmi (2010, p3), dengan diterapkannya manajemen resiko di suatu perusahaan ada beberapa manfaat yang akan diperoleh, yaitu :

6 11 a. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan, sehingga para manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai keputusan. b. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang. c. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari resiko dan menghindari dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian dari segi finansial. d. Memungkinkan perusahaan memperoleh resiko kerugian yang minimum. e. Dengan adanya konsep manajemen resiko (risk management concept) yang dirancang secara detail maka artinya perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara suistainable (berkelanjutan) Tahap-tahap dalam Melaksanakan Manajemen Resiko Menurut Fahmi (2010, p3), untuk mengimplementasikan manajemen resiko secara komprehensif ada beberapa tahap yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu : a. Identifikasi Resiko Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan berupa mengidentifikasi setiap bentuk resiko yang dialami perusahaan, termasuk bentukbentuk resiko yang mungkin akan dialami oleh perusahaan. Identifikasi ini dilakukan dengan cara melihat potensi-potensi resiko yang sudah terlihat dan yang akan terlihat. b. Mengidentifikasi bentuk-bentuk resiko Pada tahap ini diharapkan pihak manajemen perusahaan telah mampu menemukan bentuk dan format resiko yang dimaksud. Bentuk-bentuk resiko yang diidentifikasi di sini telah mampu dijelaskan secara detail, seperti ciri-ciri resiko dan faktor-faktor

7 12 timbulnya resiko tersebut. Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan juga sudah mulai mengumpulkan dan menerima berbagai data-data baik bersifat kualitatif dan kuantitatif. c. Menempatkan ukuran-ukuran resiko Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan sudah menempatkan ukuran atau skala yang dipakai, termasuk rancangan model metodologi penelitian yang akan digunakan. Data-data yang masuk juga sudah dapat diterima, baik yang berbentuk kualitatif dan kuantitatif serta pemilahan data dilakukan berdasarkan pendekatan metodologi yang digunakan. Dengan kepemilikan rancangan metodologi penelitian yang ada diharapkan pihak manajemen perusahaan telah memiliki fondasi kuat guna melakukan pengolahan data. Untuk dipahami bahwa penggunaan ukuran dengan berdasarkan format metodologi penelitian yang digunakan harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan penuh kecermatan karena jika salah atau tidak sesuai dengan kasus yang ditangani maka hasil yang akan diperoleh nantinya juga dianggap tidak akan akurat. d. Menempatkan alternatif-alternatif Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan telah melakukan pengolahan data. Hasil pengolahan kemudian dijabarkan dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif beserta akibat-akibat atau pengaruh-pengaruh yang akan timbul jika keputusankeputusan tersebut diambil. Berbagai bentuk penjabaran yang dikemukakan tersebut dipilah dan ditempatkan sebagai alternatif-alternatif keputusan. e. Menganalisis setiap alternatif Pada tahap ini dimana setiap alternatif yang ada selanjutnya dianalisis dan dikemukakan berbagai sudut pandang serta efek-efek yang mungkin timbul. Dampak yang mungkin timbul baik secara jangka pendek dan jangka panjang dipaparkan secara komprehensif dan sistematis, dengan tujuan mampu diperoleh suatu

8 13 gambaran secara jelas dan tegas. Kejelasan dan ketegasan dangat penting guna membantu pengambilan keputusan secara tepat. f. Memutuskan suatu alternatif Pada tahap ini setelah berbagai alternatif dipaparkan dan dijelaskan baik dalam bentuk lisan dan tulisan oleh para manajemen perusahaan maka diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki pemahaman secara khusus dan mendalam. Pemilihan satu alternatif dari berbagai alternatif yang ditawarkan artinya mengambil alternatif yang terbaik dari berbagai alternatif yang ditawarkan termasuk dengan menolak berbagai alternatif lainnya. Dengan pemilihan satu alternatif sebagai solusi dalam menyelesaikan berbagai permasalahan diharapkan pihak manajer perusahaan sudah memiliki fondasi kuat dalam menugaskan pihak manajemen perusahaan untuk bekerja berdasarkan konsep dan koridor yang ada. g. Melaksanakan alternatif yang dipilih Pada tahap ini setelah alternatif dipilih dan ditegaskan serta dibentuk tim untuk melaksanakan ini, maka artinya manajer perusahaan sudah mengeluarkan Surat Keputusan (SK) yang dilengkapi dengan rincian biaya. Rincian biaya yang dialokasikan tersebut telah disetuju oleh bagian keuangan serta otoritas pengambil penting lainnya. h. Mengontrol alternatif yang dipilih tersebut Pada tahap ini alternatif yang dipilih telah dilaksanakan oleh pihak tim manajemen beserta para manajer perusahaan. Tugas utama manajer perusahaan adalah melakukan kontrol yang maksimal guna menghindari timbulnya berbagai resiko yang tidak diinginkan. i. Mengevaluasi jalannya alternatif yang dipilih Pada tahap ini setelah alternatif dilaksanakan dan kontrol dilakukan maka selanjutnya pihak tim manajemen secara sistematis melaporkan kepada pihak

9 14 manajer perusahaan. Pelaporan tersebut berbentuk data-data yang bersifat fundamental dan teknikal serta dengan tidak mengesampingkan informasi yang bersifat lisan. Tujuan melakukan evaluasi dari alternatif yang dipilih tersebut adalah bertujuan agar pekerjaan tersebut dapat terus dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. 2.3 Resiko Operasional Definisi Resiko Operasional Resiko operasional oleh Basel II didefinisikan sebagai suatu resiko kerugian yang disebabkan karena tak berjalannya atau gagalnya proses internal, manusia dan sistem, serta oleh peristiwa eksternal. Walaupun resiko ini dapat diterapkan pada semua jenis organisasi bisnis, keterkaitan utamanya adalah pada bidang perbankan yang regulatornya bertanggung jawab untuk menciptakan pengamanan sebagai perlindungan terhadap kegagalan sistemik sistem perbankan dan ekonomi. Anonim ( Menurut Djohanputro (2008, p65) resiko operasional adalah potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan karena tidak berfungsinya suatu sistem, SDM, teknologi, atau faktor lain. Resiko operasional bisa terjadi pada 2 tingkatan : teknis dan organisasi. Pada tataran teknis, resiko operasional bisa terjadi apabila sistem informasi, kesalahan mencatat, informasi yang tidak memadai, dan pengukuran resiko tidak akurat dan tidak memadai. Pada tataran organisasi, resiko operasional bisa muncul karena sistem pemantauan dan pelaporan, sistem dan prosedur, serta kebijakan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Menurut Fahmi (2010, p54) resiko operasional merupakan resiko yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan, dimana resiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem kontrol manajemen (management control system) yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan.

10 15 Jadi resiko operasional adalah resiko kerugian yang terjadi sebagai akibat dari ketidakcukupan atau kegagalan proses internal, manusia, dan sistem sistem yang dapat menimbulkan kerugian keuangan dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan Klasifikasi Resiko Operasional Menurut Bank for International Settlement (2004, p140) kerugian operasional dikelompokkan ke dalam tujuh tipe kejadian kerugian (loss event types). Tujuh tipe kejadian kerugian tersebut dibagi dalam kelompok sebagai berikut : a. Penyelewengan internal (internal fraud). b. Penyelewengan eksternal (external fraud). c. Praktik kepegawaian dan keselamatan kerja (employment practices and workplace safety). d. Klien, produk, dan praktik bisnis (client, products, and business practices). e. Kerusakan terhadap aset fisik perusahaan (physical asset damages). f. Terganggunya bisnis dan kegagalan sistem (business disruption and system failure). g. Manajemen proses, pelaksanaan, dan penyerahan produk dan jasa (execution, delivery and process management). Menurut Fahmi (2010, p54) terdapat 7 (tujuh) jenis resiko operasional atau operational risk, antara lain : a. Resiko pada Komputer (Computer Risk). Ada beberapa resiko yang diperkirakan akan timbul dalam bidang komputer, yaitu : Terjadinya perubahan data-data komputer karena faktor terserang oleh virus. Kondisi ini sering terjadi karena jaringan komputer berhubungan dengan internet. Oleh karena itu, komputer harus selalu memiliki antivirus

11 16 yang terbaru. Maka sebaiknya perusahaan harus selalu memiliki tempat khusus yang aman untuk menyimpan dokumen panting. Komputer adalah teknologi yang selalu mengalami perubahan terutama pada setiap program yang ditawarkan, sehingga mengharuskan kualitas IT dari para personelnya juga dapat di update setiap waktunya dengan tujuan berbagai permasalahan yang akan timbul di kemudian hari dapat dihindari. Komputer adalah masuk dalam kategori IT yang memiliki nilai pasar yang tinggi, sehingga setiap pergantian perangkat komputer dan biaya tenaga ahlinya selalu saja membutuhkan biaya yang tinggi. Seperti biaya training, course, service komputer, dan pembelian program berbagai komputer. Dan bagi setiap perusahaan program yang harus dibeli adalah selalu harus yang bersifat original. b. Kerusakan Maintenance Pabrik Beberapa resiko yang harus ditanggung oleh suatu industri pada saat timbulnya kerusakan maintenance pabrik adalah : Terhentinya aktivitas produksi selama beberapa saat. Biaya service (service cost) dengan mendatangkan tenaga ahli, jika perusahaan tidak memilikinya. Biaya pergantian dalam bentuk pembelian baru beberapa peralatan pabrik. Dan persoalan yang lebih jauh jika barang yang dipesan tersebut tidak tersedia di pasaran dengan cepat, sehingga mengharuskan perusahaan untuk memesan terlebih dahulu dan ini akan memakan waktu yang lama. c. Kecelakaan Kerja Beberapa bentuk resiko dalam bidang kecelakaan kerja yang akan dialami oleh suatu perusahaan yaitu sebagai berikut :

12 17 Perusahaan harus memperbaiki sistem manajemen kerja yang telah diterapkan selama ini karena dianggap tidak efektif, sehingga untuk menyempurnakan konsep sistem manajemen kerja yang baik sebuah perusahaan kadangkala harus mengundang konsultan dalam bidang yang bersangkutan sehingga pengalokasian anggaran untuk membayar konsultan tersebut harus dipertimbangkan termasuk masa uji coba sistem tersebut. Bila kecelakaan kerja sering terjadi dan mendapat sorotan dari pihak jurnalistik (pers) maka ini bisa berakibat pada turunnya reputasi perusahaan di mata konsumen dan mitra bisnis. Jika perusahaan tidak menerapkan konsep keselamatan kerja dengan baik maka pada saat mengajukan pinjaman ke perbankan akan mengalami kendala. d. Kesalahan dalam Pembukuan Secara Manual (Manual Risk) Resiko dalam bidang pembukuan secara manual sebenarnya terjadi karena beberapa sebab seperti : Pembukuan secara manual ditulis atau dicatat umumnya di kertas, sehingga pada saat suatu kantor mengalami kebanjiran, kebakaran, kesalahan dalam peletakkan tidak bisa atau sulit untuk mencari penggantinya. Jika kesalahan dalam pencatatan secara pembukuan terjadi maka penyelesaian dan pencarian sumber masalahnya juga harus dilakukan secara manual. Proses penyusunan pembukuan akan berlangsung dengan waktu yang lama sehingga pekerjaan menjadi tidak efisien dan efektif. Efisien dilihat dari segi biaya dan efektif dilihat dari segi waktu.

13 18 Setiap pengiriman informasi harus dilakukan melalui kantor pos atau jasa pengiriman surat. Sementara dengan penggunaan teknologi sudah dapat dilakukan dengan cara atau via internet. e. Kesalahan Produksi Barang dan Tidak Ada Kesepakatan Bahwa Barang yang Dibeli Tidak Dapat Ditukar Kembali Ketika kesepakatan tersebut tidak dibuat, maka perusahaan harus menanggung beberapa resiko kerugian, yaitu sebagai berikut : Adanya barang yang sudah diproduksi dengan harapan dapat terjual namun tidak laku terjual dan tidak ada perjanjian barang tersebut tidak bisa ditukar sehingga perusahaan mengalami kerugian. Pada saat barang sudah diproduksi namun ternyata ada sisa, maka ini memaksa perusahaan untuk menjualnya dengan harga yang murah dengan asumsi daripada barang tersebut tidak terjual di pasaran atau mengalami kadaluarsa. Perusahaan tidak bisa melakukan penghematan biaya karena kontrak dagang dengan para mitra bisnis bersifat tunai dan tidak ada konsep service purna jual. f. Pegawai Outsourcing Pada saat suatu perusahaan menerima pegawai yang bersifat outsourcing maka ada beberapa resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan, yaitu : Pegawai tersebut bukan pegawai tetap, dalam artian pegawai tersebut tidak bekerja hingga pensiun. Sehingga ia akan bekerja sebatas masa kontrak kerja saja. Dengan begitu rasa tanggung jawab psikologis untuk menjaga perusahaan tidak begitu ia pikirkan karena pegawai tersebut lebih bertanggungjawab kepada perusahaan penyalur.

14 19 Rahasia perusahaan selama ia bekerja memungkinkan sekali untuk diketahui oleh publik luar ketika ia tidak lagi bekerja di perusahaan tersebut. Sementara rahasia perusahaan menyangkut dengan wibawa dan nama bali perusahaan. g. Globalisasi dalam Konsep dan Produk Era globalisasi telah memberi perubahan besar bagi konsep bisnis pada seluruh sektor bisnis, baik finansial dan non finansial, sehingga penciptaan konsep produk dibuat untuk bisa menampung keinginan globalisasi tersebut, jika tidak maka artinya produk tersebut tidak akan laku di pasaran secara baik. Karena faktor itu perusahaan dituntut untuk menerapkan manajemen yang berbasis konsep global yang secara tidak langsung mekanisme operasional perusahaan juga harus bersifat global. Menurut Djohanputro (2008, p65) resiko operasional bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : - Manusia (SDM) - Teknologi - Sistem dan prosedur - Kebijakan - Struktur organisasi Berikut adalah beberapa klasifikasi yang terdapat di dalam resiko operasional, antara lain : a. Resiko Produktivitas Resiko produktivitas berkaitan dengan penyimpangan hasil atau tingkat produktivitas yang diharapkan karena adanya penyimpangan dari variabel yang mempengaruhi

15 20 produktivitas kerja. Termasuk di dalamnya adalah teknologi, peralatan, material, dan SDM b. Resiko Teknologi Resiko teknologi berupa potensi penyimpangan hasil karena teknologi yang digunakan tidak lagi sesuai dengan kondisi. c. Resiko Inovasi Resiko inovasi adalah potensi penyimpangan hasil karena terjadinya pambaharuan, modernisasi, atau transformasi dalam beberapa aspek bisnis. d. Resiko Sistem Resiko ini merupakan bagian dari resiko proses, yaitu potensi penyimpangan hasil karena adanya cacat atau ketidaksesuaian sistem dalam operasi perusahaan. e. Resiko Proses Resiko proses adalah resiko mengenai potensi penyimpangan dari hasil yang diharapkan dari proses karena ada penyimpangan atau kesalahan dalam kombinasi sumber daya (SDM, keahlian, metode, peralatan, teknologi, dan material) dan karena perubahan lingkungan. Kesalahan prosedur merupakan salah satu bentuk perwujudan resiko proses Siklus Manajemen Resiko Operasional Menurut Djohanputro (2008, p43) siklus manajemen resiko operasional terdiri dari 5 tahap, yaitu : 1. Tahap satu : Identifikasi Resiko Pada tahap ini, analis berusaha mengidentifikasi apa saja resiko yang dihadapi oleh perusahaan.

16 21 2. Tahap dua : Pengukuran Resiko Pada dasarnya, pengukuran resiko mengacu pada 2 faktor : kuantitas resiko dan kualitas resiko. Kuantitas resiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur, yang rentan terhadap resiko. 3. Tahap tiga : Pemetaan Resiko Perusahaan tidak perlu menakuti semua resiko. Ada resiko yang perlu mendapat perhatian khusus, tetapi ada pula resiko yang dapat diabaikan. Itulah sebabnya perusahaan perlu membuat peta resiko. Tujuan pemetaan ini adalah untuk menetapkan prioritas resiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. 4. Tahap empat : Model Pengelolaan Resiko Ada beberapa model yang bisa diterapkan perusahaan dalam mengelola resiko. 5. Tahap lima : Monitor dan Pengendalian Mengapa monitor dan pengendalian penting? Pertama, manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan resiko berjalan sesuai dengan rencana. Ini berarti, monitor dan pengendalian prosedur itu sendiri. Kedua, manajemen juga perlu memastikan bahwa model pengelolaan resiko cukup efektif. Artinya, model yang diterapkan sesuai dengan tujuan pengelolaan resiko. Ketiga, karena resiko itu sendiri berkembang, monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil resiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta resiko yang otomatis pada perubahan prioritas resiko. 2.4 Forecasting Definisi forecasting Forecasting adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan masa lalu. Definisi lain forecasting yaitu; merupakan suatu cara

17 22 untuk mengukur atau menaksir kondisi bisnis di masa mendatang secara kuantitatif dan kualitatif (Astuti, 2005, p25). Menurut Siswanto (2007, p7) dalam blognya mengenai Business Forecasting, ada beberapa definisi mengenai forecasting : - forecasting adalah proses untuk mendeteksi pola yang akan datang apakah berupa siklus, asosiasi, atau analogi berdasar pada intuisi dan critical judgment. - forecasting adalah proses menghitung dan memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang, biasanya didasarkan pada ekstrapolasi masa lalu dengan berbagai tingkat ketidakpastian. - forecasting adalah proses untuk memprediksi beberapa kejadian atau kondisi yang akan datang atau mengindikasikan kemungkinan-kemungkinan yang paling mungkin terjadi, biasanya merupakan hasil dari sebuah proses mempelajari dan menganalisis data yang tersedia dan relevan Hubungan forecasting dengan rencana Forecasting adalah peramalan apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang (Astuti, 2005, p25). Untuk membuat rencana jangka panjang, suatu perusahaan harus mempertimbangkan kapasitas, fasilitas, elastisitas harga, forecast permintaan konsumen dan sebagainya Tujuan forecasting Dalam dunia usaha sangat penting diperkirakan hal-hal yang terjadi di masa depan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan, terutama dunia usaha itu merupakan bagian dari kehidupan sosial; dimana segala sesuatu yang terjadi serba tidak pasti, sukar diprediksi

18 23 dengan tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan sebuah forecast / rencana. Forecasting yang dibuat selalu diupayakan agar dapat: a. Meminimumkan pengaruh ketidakpastian terhadap perusahaan, b. Forecasting bertujuan mendapatkan forecast yang bisa meminimumkan kesalahan meramal (forecast error) yang biasanya diukur dengan mean squared error (MSE), mean absolute error (MAE), dan sebagainya (Astuti, 2005, p25). 2.5 Analytical Hierarchy Process (AHP) Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Menurut Jaelani (2009) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang kompleks tidak terstruktur ke dalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Menurut Kastowo (2008) metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang

19 24 beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. (Saaty, 1993) Menyusun Hierarki Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan skala prioritas (Comparative Judgement), prinsip menentukan bobot prioritas (Systhesis of Priority), dan prinsip konsistensi logis (Logical Consistency). Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponen - komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Dalam memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Lengkap Kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan. b. Operasional Operasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi. c. Tidak berlebihan Menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama.

20 25 d. Minimum Diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis. Decomposition Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan decomposition, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini maka proses analisis ini dinamai hirarki (Hierarchy). Pembuatan hirarki tersebut tidak memerlukan pedoman yang pasti berapa banyak hirarki tersebut dibuat, tergantung dari pengambil keputusan-lah yang menentukan dengan memperhatikan keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika keadaan tersebut diperinci lebih lanjut. Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada semua tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian maka dinamakan hirarki tidak lengkap. Comparative Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemenelemen. Hasil dari penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penilaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni: a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya) b. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)

21 26 Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum. Dalam penyusunan skala kepentingan, Saaty menggunakan patokan pada tabel berikut. Tabel 2.1 Penetapan Prioritas dengan Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya 5 Elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya 2, 4, 6, 8 Nilai nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan suatu aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan aktivitas i. Sumber : Pengalan dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktek Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua

22 27 elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting. Jika terdapat n elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran n x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1. Synthesis of Priority Dari setiap pairwise comparison matrix kemudian dicari eigenvectornya untuk mendapatkan local priority, karena pairwise comparison matrix terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa di antara local prority. Prosedur melakukan sintesa berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting. Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu Penggunaan Metode AHP Menurut Kastowo (2008) Secara umum, langkah-langkah dasar dari AHP dapat diringkas dalam penjelasan berikut ini: 1. Mendefinisikan masalah dan menetapkan tujuan. 2. Menyusun masalah dalam struktur hirarki. Setiap permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terstruktur.

23 28 3. Menyusun prioritas untuk tiap elemen masalah pada tingkat hirarki. Proses ini menghasilkan bobot elemen terhadap pencapaian tujuan, sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Menurut Heru (2006, p1) kaidah pembobotan menyatakan bahwa: 1. Nilai bobot KPI berkisar antara 0 1 atau antara 0% 100% jika kita menggunakan prosentase. 2. Jumlah total bobot semua KPI harus bernilai 1 (100%) 3. Tidak ada bobot yang bernilai negatif (-). 2.6 Generalized Pareto Distribution Definisi Generalized Pareto Distribution Menurut Muslich (2007, p145) pada umumnya observasi yang menarik untuk diketahui adalah observasi yang melampaui suatu tingkat threshold. Untuk mengetahui data kerugian operasional di atas suatu level threshold digunakan teori Picklands, Dalkema, de Hann. Teori Picklands, Dalkema, de Hann menyatakan bahwa fungsi distribusi atau yang disebut sebagai fungsi distribusi kondisi lebih dirumuskan sebagai distribusi Pareto yang digeneralisasikan (Generalized Pareto Distribution GPD). Generalized Pareto Distribution dapat digunakan seperti distribusi eksponensial, dimana terdapat distribusi probabilitas standar yang seringkali digunakan untuk model-model tersebut. Anonim ( 52.html#brn2ivz-54). Generalized Pareto Distribution adalah sebuah keluarga yang terdiri atas 3 parameter, yaitu location (μ), scale (ψ), dan shape (ξ). Anonim ( Jadi Generalized Pareto Distribution adalah metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat potensi kerugian pada suatu perusahaan karena kasus kerugian

24 29 operasional dengan menggunakan data yang berada di atas nilai threshold (batas kerugian yang dapat ditoleransi oleh perusahaan) Value at Risk (VaR) Menurut Zubair (2010, p3) Value at Risk dapat diartikan sebagai kerugian terburuk dari suatu portofolio aset pada suatu jangka waktu tertentu dengan suatu tingkat kepercayaan tertentu. VaR dapat menghitung besarnya kerugian terburuk yang dapat terjadi dengan mengetahui posisi aset, volatilitas dari aset, tingkat kepercayaan akan terjadinya resiko, dan time horizon atau jangka waktu penempatan aset. Menurut Nababan (2008, p12) Value at Risk sekarang ini menjadi alat standar dalam mengelola resiko pada bank dan institusi keuangan lainnya. Hal ini diartikan sebagai kerugian untuk suatu tingkat kepercayaan yang diberikan. Untuk suatu tingkat kepercayaan p = 99%, seseorang percaya bahwa 99% pada akhir resiko terpilih tidak akan terdapat lebih besar kerugian dari VaR. Menurut Satria (2009, p1) Value at Risk adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu/ periode tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep VaR berdiri di atas dasar observasi statistik atas data-data historis dan relatif dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang bersifat obyektif. Jadi Value at Risk adalah suatu metode pengukuran resiko yang memperkirakan kerugian maksimum yang mungkin terjadi atas suatu portofolio pada tingkat kepercayaan tertentu Expected Shortfall (ES) Expected Shortfall (ES) adalah alat ukur resiko, atau konsep yang digunakan dalam pembiayaan (dan lebih khusus lagi di bidang pengukuran resiko keuangan) untuk mengevaluasi resiko pasar atau resiko kredit portofolio. ES adalah suatu alternatif untuk nilai

25 30 pada resiko yang lebih sensitif dengan bentuk distribusi kerugian dalam tail. Expected Shortfall sering disebut conditional value at risk (CVaR), average value at risk (AVaR), dan expected tail loss (ETL). Anonim ( Menurut Muslich (2007, p131) Expected Shortfall dikenal juga dengan sebutan tail conditional expectation yang merupakan estimasi potensi besarnya kerugian yang melebihi VaR.

26 Kerangka Pemikiran PT. HOME SPIRIT Penetapan Alternatif Vektor Prioritas Analytical Hierarchy Process (AHP) Peramalan Resiko Operasional Forecasting Value at Risk (VaR) Generalized Pareto Distribution Expected Shortfall (ES) Perencanaan Solusi Penanganan Resiko Operasional PT. HOME SPIRIT

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Resiko 2.1.1 Definisi Resiko Resiko sudah sangat biasa dalam kehidupan kita sehari-hari, karena setiap hal mempunyai resiko yang beraneka ragam dan pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Risiko 2.1.1 Definisi Risiko Seluruh kegiatan yang dilakukan baik perorangan atau perusahaan mengandung risiko. Kegiatan bisnis sangat serta kaitannya dengan risiko. Risiko dalam

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria kriteria optimasi terhadap resiko operasional pada PT. HOME SPIRIT

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Kriteria kriteria optimasi terhadap resiko operasional pada PT. HOME SPIRIT BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria kriteria optimasi terhadap resiko operasional pada PT. HOME SPIRIT dikelompokkan menjadi 7 resiko operasional, yaitu : a. Resiko

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari peneliti yang didasarkan atas pengetahuan, teori dan dalil dalam upaya menjawab tujuan

Lebih terperinci

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah resiko. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain dijalan,

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah resiko. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain dijalan, Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dengar istilah resiko. Berbagai macam risiko, seperti risiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain dijalan, risiko terkena banjir dimusim hujan dan sebagainya, dapat

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Risiko Risiko (risk) menurut Robinson dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Langkah-langkah Penanggulangan Risiko:

PENDAHULUAN. Langkah-langkah Penanggulangan Risiko: PENDAHULUAN Langkah-langkah Penanggulangan Risiko: 1) Berusaha untuk mengidentifikasi unsur-unsur ketidakpastian dan tipe-tipe risiko yang dihadapi bisnisnya. 2) Berusaha untuk menghindari dan menanggulangi

Lebih terperinci

BAB 3 PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 PEMECAHAN MASALAH BAB 3 PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria kriteria optimasi ini dikembangkan untuk memilih alternatif alternatif faktor pengambilan keputusan, yaitu : a) Memperkecil resiko b) Mengalihkan

Lebih terperinci

RISIKO OPERASIONAL. Andri Helmi M, SE., MM. Manajemen Risiko

RISIKO OPERASIONAL. Andri Helmi M, SE., MM. Manajemen Risiko RISIKO OPERASIONAL Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Risiko DEFINISI RISIKO OPERASIONAL Risiko operasional merupakan risiko yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan. Risiko ini terjadi disebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN.

PENDAHULUAN. PENDAHULUAN Langkah-langkah Penanggulangan Risiko: 1) Berusaha untuk mengidentifikasi unsur-unsur ketidakpastian dan tipe-tipe risiko yang dihadapi bisnisnya. 2) Berusaha untuk menghindari dan menanggulangi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dunia perbankan sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas seperti menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan (giro,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

PENGERTIAN INVESTASI

PENGERTIAN INVESTASI MATERI 1 1 PENGERTIAN INVESTASI Prof. DR. DEDEN MULYANA, SE., M.Si. DEFINISI INVESTASI Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh

Lebih terperinci

RISIKO OPERASIONAL STASIUN PENGISIAN DAN PENGANGKUTAN BULK ELPIJI PADA PT SURYA ARTHA CHANYA

RISIKO OPERASIONAL STASIUN PENGISIAN DAN PENGANGKUTAN BULK ELPIJI PADA PT SURYA ARTHA CHANYA RISIKO OPERASIONAL STASIUN PENGISIAN DAN PENGANGKUTAN BULK ELPIJI PADA PT SURYA ARTHA CHANYA Teguh Sriwidadi; Meivi Kristiani Management Department, School of Business Management, BINUS University Jln.

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini terdiri dari definisi risiko, sumber dan kategori risiko, sikap individu terhadap risiko, pengukuran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MCDM (Multiple Criteria Decision Making) Multi-Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Risiko Dalam menjalankan kehidupan, risiko merupakan bagian yang tidak dapat dihindari. Menurut Kountur (2004), risiko didefinisikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Langkah awal dalam menganalisis suatu risiko adalah dengan melakukan identifikasi pada risiko dan sumber risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan,

Lebih terperinci

ASPEK RESIKO. aderismanto01.wordpress.com

ASPEK RESIKO. aderismanto01.wordpress.com ASPEK RESIKO Istilah resiko dalam manajemen mempunyai berbagai makna. Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu atau probabilitas sesuatu hasil/outcome yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini akan dijelaskan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian antara lain mengenai konsep risiko dan teori lainnya. Teori-teori

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dianalisis dan dibahas tentang pengukuran risiko operasional klaim asuransi kesehatan pada PT. XYZ menggunakan metode EVT. Pengukuran risiko operasional

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lembaga Keuangan Menurut Triandaru dan Budisantoso (2007), berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 792 Tahun 1990 tentang lembaga keuangan,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI Pengertian Risiko Sesuatu yang buruk (tidak diinginkan), baik yang sudah diperhitungkan maupun yang belum diperhitungkan, yang merupakan suatu akibat dari suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perjalanan perbankan yang diawali dari kemelut moneter sejak. pertengahan tahun 1997 lalu telah mengakibatkan terjadinya perubahan

I. PENDAHULUAN. Perjalanan perbankan yang diawali dari kemelut moneter sejak. pertengahan tahun 1997 lalu telah mengakibatkan terjadinya perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan perbankan yang diawali dari kemelut moneter sejak pertengahan tahun 1997 lalu telah mengakibatkan terjadinya perubahan fundamental pada peta perbankan nasional.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Risiko dan Manajemen Risiko Risiko merupakan suatu keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko dapat dikategorikan kedalam risiko

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: 04 Entrepreneurship and Inovation Management Analisis Resiko Bisnis Fakultas Ekonomi Dr. Tukhas Shilul Imaroh,MM Program Studi Paska Sarjana www.mercubuana.ac.id 1. Rencana Kuliah 2. Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

Pengertian Metode AHP

Pengertian Metode AHP Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 1) Miskin sekali: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun lebih rendah 75% dari total pengeluaran 9 bahan pokok 2) Miskin: Apabila tingkat pendapatan per kapita per tahun berkisar antara 75-125%

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dasar Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Terdapat tiga karakteristik risiko, yaitu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Risiko menunjukkan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Email : bilalzakwan12@yahoo.com ABSTRAK Sistem Pendukung Keputusan dirancang

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) 24 Dinamika Teknik Juli PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE TERBAIK DENGAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Antono Adhi Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol.

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO OPERASIONAL PADA PT. HOME SPIRIT SKRIPSI

ANALISIS RESIKO OPERASIONAL PADA PT. HOME SPIRIT SKRIPSI ANALISIS RESIKO OPERASIONAL PADA PT. HOME SPIRIT SKRIPSI Oleh : Jessica Kristianti Dharsana - 1100020514 Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Jurusan Manajemen Universitas Bina Nusantara Jakarta 2011 ANALISIS

Lebih terperinci

Bab II Analytic Hierarchy Process

Bab II Analytic Hierarchy Process Bab II Analytic Hierarchy Process 2.1. Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman,

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO

RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO Introduction Bank adalah sebuah institusi yang memiliki surat izin bank, menerima tabungan dan deposito, memberikan pinjaman, dan menerima serta

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah A Yani Ranius Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bina Darma Palembang ay_ranius@yahoo.com Abstrak Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Kecil Menengah di Kota Tasikmalaya Departemen Perindustrian pada tahun 1991 mendefinisikan usaha kecil dan kerajinan sebagai kelompok perusahaan yang dimiliki penduduk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Metode Analytical Hierarchy Process 2.2.1 Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

BAB XIII ASPEK RESIKO SYAFRIZAL HELMI

BAB XIII ASPEK RESIKO SYAFRIZAL HELMI BAB XIII ASPEK RESIKO SYAFRIZAL HELMI Resiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode tertentu atau probabilitas sesuatu hasil/outcome yang ebrbeda dengan yang diharapkan.

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN

III.METODE PENELITIAN III.METODE PENEITIAN 3.1. Kerangka Tahapan Pemikiran Perkembangan industri non perbankan terus menunjukkan tren positif terutama perasuransian dan perusahaan pembiayaan. Hal ini terjadi pula pada PT ABC

Lebih terperinci

DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO DASAR-DASAR MANAJEMEN RISIKO/ RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO Manajemen Risiko ANDRI HELMI M, SE., MM. Pengertian Risiko Menurut Emmaett J. Vaughan dan Curtis M. Elliott Kans kerugian the change of loss

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang). Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang). PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN RISIKO. 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing)

PENANGGULANGAN RISIKO. 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing) PENANGGULANGAN RISIKO. Penanganan Risiko (Risk control). Pembiayaan Risiko (Risk financing). Menghindarinya. Mengendalikan. Memisahkan. Melakukan kombinasi atau pooling 5. Memindahkan. Pemindahan risiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan.

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Risiko adalah bagian dari kehidupan. Menghindari semua resiko akan mengakibatkan tidak ada prestasi, tidak ada kemajuan dan tidak ada imbalan. The Institute

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metode penelitian berkaitan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ANALISIS RISIKO PELAKSANAAN PEKERJAAN MENGGUNAKAN KONTRAK UNIT PRICE (Studi Kasus: Peningkatan dan Pelebaran Aset Infrastruktur Jalan Alai-By Pass Kota Padang Sebagai Jalur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi terutama globalisasi ekonomi telah menimbulkan persaingan ekonomi yang ketat. Persaingan ini mengharuskan perusahaan untuk berpikir lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terkait Dari topik yang akan penulis ambil untuk penelitian ini, penulis mencari beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan untuk dijadikan referensi. Diharapkan

Lebih terperinci

Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Prinsip-Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process Siti Latifah Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Sumber kerumitan masalah pengambilan keputusan bukan hanya

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5626 KEUANGAN. OJK. Manajemen. Resiko. Terintegerasi. Konglomerasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 348) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono (008 : 3) mengemukakan secara umum penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Dewasa ini, Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perdagangan internasional merupakan salah satu ciri dari era globalisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perdagangan internasional merupakan salah satu ciri dari era globalisasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu ciri dari era globalisasi yang terjadi saat ini. Perdagangan internasional telah berkembang dan telah terjadi

Lebih terperinci

MEMAHAMI INVESTASI, RESIKO, & RETURN. Dr. Budi S. Purnomo, SE., MM., MSi.

MEMAHAMI INVESTASI, RESIKO, & RETURN. Dr. Budi S. Purnomo, SE., MM., MSi. MEMAHAMI INVESTASI, RESIKO, & RETURN Dr. Budi S. Purnomo, SE., MM., MSi. PENGERTIAN INVESTASI Semua pengorbanan sumberdaya (finansial/ non finansial) saat ini untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan

Lebih terperinci

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR../ /POJK/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DEWAN KOMISIONER NOMOR../.../POJK/2015

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan Konsumen, Pentingnya Kepuasan Konsumen Dalam Pemasaran,

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan Konsumen, Pentingnya Kepuasan Konsumen Dalam Pemasaran, 10 BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dibahas lebih mendalam mengenai Pengertian Kepuasan Konsumen, Pentingnya Kepuasan Konsumen Dalam Pemasaran, Hubungan Supply Chain Management, Kepuasan Konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

RESIKO DALAM ASURANSI

RESIKO DALAM ASURANSI RESIKO DALAM ASURANSI PENGERTIAN RISIKO Arthur Williams dan Richard, M.H Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode waktu tertentu. A.Abas Salim Risiko adalah ketidakpastian

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN RISIKO. 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing)

PENANGGULANGAN RISIKO. 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing) PENANGGULANGAN RISIKO 1. Penanganan Risiko (Risk control) 2. Pembiayaan Risiko (Risk financing) 1. Menghindarinya 2. Mengendalikan 3. Memisahkan 4. Melakukan kombinasi atau pooling 5. Memindahkan 1. Pemindahan

Lebih terperinci

TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN RISIKO

TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN RISIKO TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN RISIKO OLEH : MELIANA KURNIAWATI CAHYADI 1315251106 29 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA PROGRAM EKSTENSI 2015 Beberapa alternatif yang bisa dipilih untuk mengelola

Lebih terperinci

TELAAH PUSTAKA Pengertian Ritel Menurut Utami (2006), ritel berasal dari bahasa Prancis (ritellier) yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Usaha

TELAAH PUSTAKA Pengertian Ritel Menurut Utami (2006), ritel berasal dari bahasa Prancis (ritellier) yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Usaha Jurnal Skripsi Manajemen Jakarta, 24 September 2011 ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PEMILIHAN TEMPAT BELANJA DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT DI KOTA DEPOK).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Definisi dan Tujuan Peramalan Peramalan adalah proses perkiraan (pengukuran) besarnya atau jumlah sesuatu pada waktu yang akan datang berdasarkan data pada masa

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM.

ANDRI HELMI M, SE., MM. ANDRI HELMI M, SE., MM. SILABUS MANAJEMEN RISIKO 1. GENERAL OVERVIEW 2. DASAR-DASAR RISIKO DAN MANAJEMEN RISIKO 3. FUNGSI MANAJEMEN RISIKO 4. PENGIDENTIFIKASIAN RISIKO DAN KERUGIAN POTENSIAL 5. PRINSIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi atau volatilitas pasar yang semakin meningkat akan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi atau volatilitas pasar yang semakin meningkat akan mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Risiko muncul karena adanya ketidakpastian dan ketidakpastian bisa tercermin dari kondisi dengan fluktuasi yang tinggi, semakin tinggi fluktuasi semakin tinggi resiko

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian terdahulu yang telah mengaplikasi konsep Manajemen Risiko dengan metode Analytic Hierarchy Process

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi dan Konsep Risiko Menurut Frank Knight yang dikutip dalam Robison dan Barry (1987), risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Risiko adalah besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Pengukuran

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Untuk memperkenalkan AHP, lihat contoh masalah keputusan berikut: Sebuah kawasan menghadapi kemungkinan urbanisasi yang mempengaruhi lingkungan. Tindakan apa yang harus dilakukan

Lebih terperinci

ANLISIS MANAJEMEN RESIKO BISNIS PADA PERUSAHAAN PERHOTELAN DENGAN METODE DELPHI DI HOTEL XY MEDAN

ANLISIS MANAJEMEN RESIKO BISNIS PADA PERUSAHAAN PERHOTELAN DENGAN METODE DELPHI DI HOTEL XY MEDAN ANLISIS MANAJEMEN RESIKO BISNIS PADA PERUSAHAAN PERHOTELAN DENGAN METODE DELPHI DI HOTEL XY MEDAN Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UISU Jln. Karya Bakti No. 34 Pangkalan Mansyhur

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5861 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 53) PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan bisnis yang pesat dan semakin meningkatnya kompleksitas produk bankmenyebabkan risiko kegiatan usaha bank juga semakin kompleks. oleh karena itu, bank ABC dituntut

Lebih terperinci

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment

Daftar Isi. Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Manajemen Risiko Daftar Isi Latar Belakang Implementasi Manajemen Risiko Tujuan Manajemen Risiko Definisi Model Manajemen Risiko Control Self Assessment Latar Belakang Manajemen Risiko Tata Kelola Perusahaan

Lebih terperinci

Pengertian Manajemen Risiko

Pengertian Manajemen Risiko Manajemen Risiko Pengertian Resiko Kans kerugian Kemungkinan kerugian Penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan Probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan 2 Pengertian Resiko Resiko

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci