BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan meliputi tinjauan perusahaan yang berisi gambaran umum tentang perusahaan, sistem persediaan yang digunakan perusahaan saat ini, data order selama tahun 2005 untuk produk storage tank dan modifikasinya yang memiliki komponen shell, data biaya (harga material, ordering cost, holding cost), data lead time, dan data supplier Tinjauan Perusahaan PT. Meco Inoxprima merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi storage tank beserta modifikasinya dengan bahan baku Stainless Steel dan mild steel. PT. Meco Inoxprima didirikan pada tahun 1978 dan pertama kali bernama CV. Meco. Sebelumnya CV. Meco merupakan perusahaan kecil yang bergerak dalam bidang perawatan mesin (maintenance machine) yang telah dimulai pada tahun Nama PT. Meco Inoxprima digunakan sejak tahun 1988, tidak lama setelah selesainya perluasan pembangunan bagian produksi. Saat ini dengan berbagai macam fasilitas yang ada, termasuk CAD/CAM dalam departemen engineering-nya, PT. Meco Inoxprima mampu untuk membuat berbagai macam peralatan yang ada dalam manufacturing plant suatu perusahaan. Ada sembilan area bisnis yang digeluti oleh PT Meco Inoxprima yaitu : 1. Pharmaceutical, Food dan Beverage Processing Equipment 2. Stack, Ducting Silo dan Storage tanks 3. Filter dan Dryer 4. Processing Equipment, Evaporator, Fermentor, Reactor, Mixer, Flaker, Conveyor 5. Chemical dan Petrochemical Processing Equipment 21

2 22 6. Liquefied Petroleum Gas Storage dan Transport Tanks 7. Piping Instalation dan Plant Erection 8. Special Purpose Transport Equipment 9. Sheet Metal Working PT. Meco Inoxprima berkantor pusat di Jl. Kalijaten 114 Sepanjang Sidoarjo sekaligus sebagai workshop 1 dan memiliki workshop 2 di Jl. Beringin Bendo 29 Trosobo Sidoarjo. Sementara kantor cabangnya ada di Jl. Danau Sunter Utara B 36A Sunter Podomoro, Jakarta dan di Jl. Jend. Sudirman 189 Blok 7, Semarang. Saat ini PT. Meco Inoxprima menjadi anggota di beberapa asosiasi industri yaitu: KADIN AKUBBI EKONID GAPENSI Jumlah pekerja di PT. Meco Inoxprima saat ini ada 300 karyawan, termasuk staff dan karyawan kontrak atau tidak tetap dengan perincian sebagai berikut : Management 30 orang Engineers 18 orang Designers 10 orang Drafters 18 orang Supervisors 30 orang Welders 30 orrang QA/QC 10 orang Total 146 orang Adapun struktur organisasi dari PT. Meco Inoxprima dapat dilihat pada gambar 4.1.

3 Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Meco Inoxprima 23

4 Produk dan Proses Produksi Pada mulanya produk yang dihasilkan PT. Meco Inoxprima ialah storage tank. Sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan dalam upaya untuk menghadapi persaingan kompetitor dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang makin berkembang maka PT. Meco Inoxprima mengembangkan variasi produknya yang meliputi storage tank, mixer tank, bag filter, pressure vessel dan cruisher. Komposisi jenis produk yang diorder selama tahun 2005 dapat dilihat pada gambar 4.2. Order Tahun Jumlah (unit) Series Storage Tank Bag Filter Tandem Tank Mixer Glass blas Vessel Ball front Cruisher Jenis produk Gambar 4.2 Jenis Order Tahun 2005 Material yang digunakan oleh PT. Meco Inoxprima memiliki spesifikasi sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.1 dan harus memiliki standard dan atau kode: - ASME Section I dan VIII Division 1 - ANSI - API TEMA-R, C, B - ASTM - DIN (AD-Merkblatt)

5 25 Tabel 4.1 Spesifikasi Material 304 (L) 317 (L) Stainless steel 316 (L/Ti) (L) A 517-B ST 40, 50, 60 A 516 Gr.70 A 105 H II A 106 (A, B) Carbon steel SS 400 A 53 SPV 490 Q A 283 (A, B, C) SPV 235 A 179 Other alloys API - 5L HASTELLOY Brass VCN Bronze Aluminum Alloy Secara umum proses produksi yang dilakukan di PT. Meco Inoxprima meliputi : Persiapan dan marking Persiapan adalah mempersiapkan material yang akan digunakan. Marking adalah pemberian ukuran pada material yang akan digunakan sesuai dengan ukuran pada flow sheet. Cutting Cutting adalah pemotongan material sesuai dengan dimensi gambar pada flow sheet. Press dan Flanging Plat yang melalui proses Press dan Flanging adalah bentuk yang mempunyai kedalaman tertentu dengan radius pada bagian atasnya. Machining Di bagian machining yang dikerjakan adalah proses bubut, frais, milling, drilling dan tekuk. Material yang dikerjakan biasanya langsung dari gudang.

6 26 Las Untuk bagian pengelasan sifatnya tidak khusus karena pada bagaian pengelasan ada bermacam-macam, yaitu bagaian assembly, pemotongan, dan pengelasan untuk material. Roll Pengerolan terdiri dari dua macam yaitu pengerolan awal dan pengerolan ulang. Pengerolan awal adalah pengerolan yang dilakukan sebelum proses pemotongan. Pengerolan ulang adalah pengerolan yang dilakukan untuk pembentukan tabung atau kerucut dengan ukuran diameter yang besar. Assembling Proses perakitan diperlukan ketelitian dan ketepatan dalam pemasangan baik dari ukuran, kesejajaran, posisi sudut dan letak. Finishing Finishing yaitu proses dimana produk atau tangki tersebut dipoles permukaannya baik dalam dan luar agar tampak halus dan bagus Proses Bisnis Sistem produksi yang dijalankan PT. Meco Inoxprima berdasarkan pemesanan customer (job order), bukan sebuah perusahaan dengan sistem produksi massal. Pemesanan dilakukan dengan cara memberikan ukuran utama yaitu dimensi, tekanan, kapasitas, pemolesan dan syarat uji produksi yang digunakan. Selanjutnya bagian engineering dari PT. Meco Inoxprima melaksanakan perencanaan dibantu bagian design and drawing, dan selanjutnya konsultasi dengan bagian produksi untuk membahas masalah fabrikasi dari produk. Setelah tahap perencanaan selesai dilakukan selanjutnya ditawarkan kepada pemesan apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan pemesan. Jika perencanaan disetujui oleh customer maka dilakukan tanda tangan kontrak antara customer dengan PT. Meco Inoxprima, dan proses fabrikasi dapat dikerjakan. Aliran proses bisnis di PT.

7 27 Meco Inoxprima dapat dilihat pada gambar 4.3, sedangkan flowchartnya pada gambar 4.4. Gambar 4.3 Aliran Proses Bisnis Sistem Pengendalian Persediaan PT. Meco Inoxprima PT. Meco Inoxprima selama ini menjalankan sistem persediaannya dengan cara konvensional. PT. Meco Inoxprima membeli material ketika order diperoleh dari customer tanpa mempertimbangkan kapan material tersebut digunakan oleh bagian produksi (diproses). Hal ini menyebabkan tingginya holding cost. Selain itu, PT. Meco Inoxprima menyeleksi supplier hanya dengan mempertimbangkan sertifikasi yang dimiliki dan harga termurah. Asalkan punya sertifikasi produk (material yang ditawarkan), siapa yang berani menawarkan harga lebih murah, itulah yang akan dipilih. Hal ini menyebabkan dalam satu periode PT. Meco Inoxprima melakukan transaksi dengan beberapa supplier yang berbeda sehingga dapat mempertinggi ordering cost Pemilihan Material yang Diamati Sebagai perusahaan make to order, banyak jenis material yang digunakan oleh PT. Meco Inoxprima untuk membuat produknya. Hal ini disesuaikan dengan spesifikasi yang diinginkan oleh customer. Namun demikian, dari sedemikian banyak jenis terdapat beberapa yang paling sering digunakan, antara lain Stainless Steel SS 304 dan SS 316, serta Carbon Steel SS 400 dimana satu produk menggunakan satu jenis material. Dari masing-masing material tersebut masih dibagi lagi dalam berbagai ketebalan dan ukuran. Pada penelitian ini hanya material SS 304 saja yang diamati, dengan mempertimbangkan ketebalan dan ukuran. Ketebalan yang diamati antara lain 1.5 mm, 2 mm, 3mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, 8 mm, dan 10 mm. Sedangkan ukuran

8 28 material yang tersedia antara lain 4 feet x 8 feet, 5 feet x 20 feet, dan coil. Khusus untuk coil, tidak tersedia untuk ketebalan lebih dari 6 mm dan pembelian harus lebih dari satu ton (dalam satuan kilogram). Mulai Pemilih Proyek Spesifikasi Proyek Merancang Konsep Desain Rancangan Konsep Desain Melakukan Estimasi Biaya Estimasi Biaya Apakah Estimasi Biaya Sesuai dengan Spesifikasi? No Mensubmit Proposal Proposal Proyek Melakukan Negosiasi Kontrak Apakah Kontrak Diterima? Yes Memproses Kontrak Tanda Tangan Kontrak Mereview Konsep Desain Mendetailkan Desain Detail Desain Engineering Merencanakan Produksi Perencanaan Produksi Melakukan Procurement Bahan Baku Material Utama Material Penunjang Supplier Melakukan Fabrikasi Melakukan Assembly Melakukan Delivery Delivery Order Melakukan After Sales Services Selesai Gambar 4.4 Flowchart Aliran Proses Bisnis

9 Pemilihan Supplier PT. Meco Inoxprima menjalin kerja sama dengan banyak supplier mengingat banyak pula jenis material yang harus dibeli. Dalam pemilihan suppliernya, PT. Meco Inoxprima memberikan syarat mutlak: memiliki sertifikasi dan harga murah. Untuk material SS 304 terdapat kurang lebih 9 supplier yang memberikan penawaran, namun dalam penelitian kali ini yang diamati hanya 5 supplier. Berdasarkan wawancara, kelima supplier tersebut yang paling sering mendapat order material dibandingkan keempat supplier yang lain karena lebih berani menawarkan harga material yang relatif rendah Data Order Tahun 2005 Order selama tahun 2005 yang diterima PT. Meco Inoxprima mencapai lebih dari 700 produk. Namun karena dibatasi oleh jenis produk dan material yang diamati, dalam penelitian ini hanya menyajikan data order untuk produk storage tank (dan modifikasinya) yang memiliki komponen shell dengan material stanless steel SS 304, yaitu sebanyak 231 order. Order selama bulan Januari 2005 dapat dilihat pada tabel 4.2, sedangkan order secara keseluruhannya dapat dilihat pada lampiran. Pada tabel tersebut terdapat tanggal order masuk dimana ini merupakan tanggal terjadinya kesepakatan antara customer dan PT. Meco Inoxprima dan nantinya akan dikonversi menjadi periode per minggu dalam satu tahun. Dari data yang diperoleh pula, yang terlihat hanya ukuran shell sesuai dengan design yang dibuat serta jenis material dan ketebalan yang dibutuhkan. Untuk ukuran yang digunakan harus dihitung terlebih dahulu berdasarkan ukuran shell, diameter untuk menghitung keliling shell yang kemudian dikonversi menjadi panjang material, sedangkan tinggi shell dikonversi menjadi lebar material. Nantinya, dipilih ukuran material (4 ft x 8 ft, 5 ft x 20 ft, atau coil) yang memberikan hasil optimal (membuang lebih sedikit sisa material dan memberikan harga yang terendah).

10 30 Tabel 4.2 Order Selama Januari 2005 No Order Tebal Diameter Tinggi No Order Customer Nama Barang Jumlah Masuk (mm) (mm) (mm) Produksi Deadline 16 04/01/ D001L Hayward Korea MBF-1202-BB BEN-M Unit 24/01/ /02/ /01/ A002L Hayward Shanghai VMBF-0801-AS10-100A-11SEN-M Unit 24/01/ /02/ /01/ A003L Hayward Taiwan MBF-0402-BB20-040A-11BEH-M Unit 31/01/ /03/ /01/ C Hayward Shanghai MBF-0402-AS10-03DA-11BSN-M Unit 12/02/ /03/ /01/ C015/01 PT. Mane Indonesia TANDEM TANK 3 & 4 TON Unit 10/02/ /03/ /01/ C015/01 PT. Mane Indonesia TANDEM TANK 3 & 4 TON Unit 12/02/ /04/ /01/ C015/02 PT. Mane Indonesia TANDEM TANK 2 & 3 TON Unit 01/03/ /04/ /01/ C015/02 PT. Mane Indonesia TANDEM TANK 2 & 3 TON Unit 03/03/ /04/ /01/ C015/03 PT. Mane Indonesia TANDEM TANK 2 & 2 TON Unit 28/03/ /04/ /01/ C015/03 PT. Mane Indonesia TANDEM TANK 2 & 2 TON Unit 30/03/ /04/ /01/ C015/04 PT. Mane Indonesia TANDEM TANK CAP 1 TON Unit 05/03/ /04/ /01/ C015/04 PT. Mane Indonesia TANDEM TANK 1 TON Unit 08/03/ /05/ /01/ C015/05 PT. Mane Indonesia STORAGE TANK 6 TON Unit 19/03/ /04/ /01/ C015/06 PT. Mane Indonesia STORAGE TANK 8 TON Unit 21/02/ /03/ /01/ C015/06 PT. Mane Indonesia STORAGE TANK B 8 TON Unit 25/02/ /03/ /01/ C005 PT. Gericke - Nestle VACUUM FILTER HOPPER Unit 12/02/ /03/ /01/ A008L Hayward Japan MDE-0402-BB06-100JT-11BEN-M Unit 12/02/ /03/ Data Lead Time Memesan suatu material pada supplier harus mempertimbangkan lead timenya. Lead time masing-masing supplier untuk material yang sama dalam penelitian ini adalah sama, dan dapat dilihat pada tabel 4.3.

11 31 Tabel 4.3 Lead Time Material (minggu) Lead Time Material No SUS 304 Lead Time T (mm) L (feet) P (feet) / m (kg) (minggu) kg kg kg kg kg kg kg kg kg kg kg kg Data Biaya Biaya inventory yang dikeluarkan meliputi harga pembelian (purchasing cost), ordering cost (biaya transaksi dengan supplier), dan holding cost (biaya menyimpan material dalam gudang sebelum digunakan).

12 Purchasing Cost Purchasing Cost dihitung dari harga pembelian per plate dikalikan dengan banyaknya plate yang dibutuhkan. Daftar harga yang ditawarkan kelima supplier untuk masing-masing material dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Daftar Harga Material No SUS 304 Supplier T (mm) L (feet) P (feet) / m (kg) A B C D E Rp 1,063, Rp 969, Rp 989, Rp 1,064, Rp 954, kg Rp 27, Rp 29, Rp 28, Rp 28, Rp 27, Rp 3,335, Rp 2,989, Rp 2,953, Rp 2,990, Rp 3,010, kg Rp 28, Rp 26, Rp 26, Rp 27, Rp 30, Rp 1,377, Rp 1,280, Rp 1,356, Rp 1,267, Rp 1,375, kg Rp 29, Rp 27, Rp 30, Rp 28, Rp 29, Rp 4,209, Rp 4,266, Rp 4,346, Rp 4,386, Rp 4,406, kg Rp 28, Rp 27, Rp 28, Rp 30, Rp 29, Rp 2,022, Rp 2,132, Rp 1,987, Rp 2,036, Rp 1,974, kg Rp 28, Rp 26, Rp 26, Rp 29, Rp 28, Rp 6,114, Rp 5,892, Rp 6,051, Rp 6,562, Rp 5,918, kg Rp 28, Rp 28, Rp 27, Rp 27, Rp 29, Rp 2,797, Rp 2,757, Rp 2,489, Rp 2,520, Rp 2,771, kg Rp 28, Rp 27, Rp 26, Rp 26, Rp 30, Rp 8,588, Rp 8,026, Rp 8,572, Rp 8,810, Rp 8,092, kg Rp 29, Rp 28, Rp 27, Rp 27, Rp 29, Rp 3,244, Rp 3,175, Rp 3,466, Rp 3,555, Rp 3,554, kg Rp 29, Rp 27, Rp 28, Rp 28, Rp 29, Rp 10,691, Rp 10,937, Rp 9,717, Rp 10,241, Rp 10,434, kg Rp 29, Rp 27, Rp 28, Rp 27, Rp 28, Rp 3,845, Rp 3,992, Rp 4,004, Rp 3,970, Rp 4,162, kg Rp 28, Rp 28, Rp 28, Rp 26, Rp 29, Rp 12,600, Rp 12,470, Rp 13,082, Rp 11,964, Rp 13,051, kg Rp 30, Rp 29, Rp 27, Rp 26, Rp 27, Rp 5,105, Rp 5,355, Rp 5,176, Rp 4,987, Rp 5,452, Rp 15,470, Rp 15,486, Rp 16,571, Rp 16,805, Rp 17,024, Rp 6,455, Rp 7,100, Rp 6,607, Rp 6,533, Rp 6,750, Rp 21,094, Rp 22,278, Rp 21,954, Rp 21,489, Rp 21,435, Ordering Cost Ordering Cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan ketika melakukan pemesanan kepada supplier. Ordering cost kelima supplier tersebut berbeda-beda. Ordering cost ini meliputi biaya transaksi dan transportasi (pengantaran material). Besarnya ordering cost supplier A, B, C, D, dan E secara berurutan adalah Rp ,00, Rp ,00, Rp ,00, Rp ,00, dan Rp , Holding Cost Holding cost merupakan biaya yang timbul karena melakukan penyimpanan material atau adanya stock. Jadi, material dibeli sebelum dibutuhkan. Biaya inventory ini terdiri atas biaya opportunity loss dari cost of capital, biaya kerusakan,

13 33 dan biaya gudang. Holding cost yang ditetapkan PT. Meco Inoxprima sebesar 24% per tahun dengan perincian sebagai berikut: - Opportunity Loss = 15 % - Biaya Kerusakan = 3 % - Biaya Gudang = 6 % Total = 24 % Dalam penelitian ini digunakan periode waktu dalam satuan minggu. Karena itu, holding costnya juga diberlakukan tiap minggu. Dengan asumsi bahwa 1 tahun = 52 minggu, maka besarnya holding cost per periode adalah 0.46%. Besarnya holding cost masing-masing material yang diamati dapat dilihat pada tabel Pengolahan Data Pengolahan dilakukan setelah semua data terkumpul. Pengolahan data yang dilakukan meliputi penentuan kebutuhan material, perhitungan biaya inventory sesuai kondisi existing selama tahun 2005, perhitungan biaya inventory berdasarkan formulasi Basnet dan Leung Penentuan Kebutuhan Material Data yang tersedia adalah data ketebalan dan ukuran shell, sedangkan yang dibutuhkan untuk pengolahan lebih lanjut (perhitungan biaya inventory) adalah ketebalan dan ukuran material yang dibutuhkan dalam setiap order. Dalam membuat produknya, karena keterbatasan ukuran material, PT. Meco Inoxprima melakukan pemotongan dan penyambungan plate sedemikian hingga menghasilkan sisa terbuang dan biaya yang minimum. Sebagai catatan, PT. Meco Inoxprima tidak mengijinkan adanya penyambungan dari material dengan lebar yang berbeda karena akan lebih sulit melakukannya dan menjadi kurang bagus (biasanya menyebabkan terlalu banyak sambungan).

14 34 Tabel 4.5 Daftar Holding Cost Material No SUS 304 Hoding Cost per Holding Cost per Harga T (mm) L (feet) P (feet) / m (kg) Tahun Periode Rp 954, Rp 228, Rp 4, kg Rp 27, Rp 6, Rp Rp 2,953, Rp 708, Rp 13, kg Rp 26, Rp 6, Rp Rp 1,267, Rp 304, Rp 5, kg Rp 27, Rp 6, Rp Rp 4,209, Rp 1,010, Rp 19, kg Rp 27, Rp 6, Rp Rp 1,974, Rp 473, Rp 9, kg Rp 26, Rp 6, Rp Rp 5,892, Rp 1,414, Rp 27, kg Rp 27, Rp 6, Rp Rp 2,489, Rp 597, Rp 11, kg Rp 26, Rp 6, Rp Rp 8,026, Rp 1,926, Rp 37, kg Rp 27, Rp 6, Rp Rp 3,175, Rp 762, Rp 14, kg Rp 27, Rp 6, Rp Rp 9,717, Rp 2,332, Rp 44, kg Rp 27, Rp 6, Rp Rp 3,845, Rp 922, Rp 17, kg Rp 26, Rp 6, Rp Rp 11,964, Rp 2,871, Rp 55, kg Rp 26, Rp 6, Rp Rp 4,987, Rp 1,196, Rp 23, Rp 15,470, Rp 3,712, Rp 71, Rp 6,455, Rp 1,549, Rp 29, Rp 21,094, Rp 5,062, Rp 97, Catatan: - Holding Cost Per Tahun sebesar 24% dari harga plate supplier terpilih - Holding Coat Per Periode (minggu) dengan asumsi 1 tahun = 52 minggu Langkah pertama dalam menentukan kebutuhan material ini adalah menentukan berapa banyak yang dibutuhkan suatu material dengan ukuran tertentu jika digunakan untuk membuat shell dengan ukuran yang telah ditentukan. Ini dilakukan dengan menghitung panjang dan lebar material yang dibutuhkan suatu order. Panjang dihitung dengan mencari keliling shell, sedangkan lebar berdasarkan tingginya. Karena diameter dan tinggi yang diketahui dalam satuan milimeter maka harus dikonversikan menjadi dalam satuan feet (1 ft = mm). Sebagai contoh, pada order 50101C005 PT. Gericke- Nestle memesan Vacuum Filter Hooper sebanyak 1 buah.

15 35 Diketahui diameternya 206 mm sedangkan tingginya 905 mm. Dengan demikian dapat dicari panjangnya: Panjang = Keliling / = π. Ø / = / = 2.12 ft Sedangkan lebarnya dapat dihitung: Lebar = Tinggi / = 905 / = 2.97 ft Setelah diketahui panjang dan lebar yang dibutuhkan untuk membuat satu produk, dengan mempertimbangkan pula jumlah unit yang dipesan, dihitung pula kebutuhan untuk tiap-tiap ukuran material. Ini dilakukan dengan mempertimbangkan apakah mungkin satu lembar dibagi 2 secara membujur (lebarnya) kemudian membagi panjang yang dibutuhkan dengan ukuran panjang dengan pembulatan ke atas, atau untuk coil dengan menghitung massanya sesuai dengan panjang yang dibutuhkan tersebut. Pada contoh di atas untuk material dengan lebar 4 ft tidak dapat dibagi 2 sehingga panjang yang dibutuhkan tetap 2.97 ft, sedangkan untuk lebar 5 ft dapat dibagi 2 sehingga panjang yang dibutuhkan menjadi ft. Sehingga dapat dicari bahwa untuk lebar 4 ft dibutuhkan 1 lembar sheet yang panjangnya 8 ft atau kg untuk coil sedangkan untuk lebar 5 ft dibutuhkan 1 lembar untuk panjang 20 ft atau kg untuk coil. Keterangan ukuran material (massa per sheet dan panjang) serta hasil perhitungan untuk semua order dapat dillihat pada lampiran. Setelah diketahui jumlah material yang dibutuhkan dalam satu order tersebut, dicari material mana yang paling menguntungkan berdasarkan harga. Karena PT. Meco Inoxprima selama ini mendasarkan pilihan suppliernya berdasarkan harga termurah, begitu pula dengan pemilihan material ini. Jadi, kebutuhan material yang diperoleh dikalikan dengan harga satuannya dan kemudian dipilih yang menghasilkan harga yang

16 36 termurah. Namun demikian, yang patut diingat adalah bahwa coil tidak tersedia untuk plate dengan ketebalan 8 dan 10 ft, dan tidak bisa dibeli dalam jumlah kurang dari 1 ton (1 ton = 1000 kg). Ini menjadi kesepakatan agar tidak merugikan supplier. Untuk contoh di atas misalnya, karena untuk coil massanya tidak sampai 1 ton maka diabaikan, sehingga yang dipertimbangkan hanya sheet ukuran 4 ft x 8 ft atau 5 ft x 20 ft. Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh bahwa untuk sheet ukuran 4 ft x 8 ft harus dikeluarkan biaya sebesar Rp ,00 sedangkan untuk sheet ukuran 5 ft x 20 ft biayanya Rp ,00. Dengan demikian dipilih sheet ukuran 4 ft x 8 ft. Hasil perhitungan dan pemilihan material untuk semua order dapat dilihat pada lampiran Perhitungan Biaya Inventory Berdasarkan Kondisi Existing Hasil perhitungan sebelumnya memberikan informasi kebutuhan material dari tiap order. Setelah tanggal order masuk dikonversikan menjadi periode masuk (dalam minggu ke-) maka dibuat tabel permintaan/kebutuhan material tiap periode atau tiap minggu sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4.6. Dari tabel 4.6 tersebut dihitung berapa biaya inventory yang harus dikeluarkan dengan mempertimbangkan harga termurah yang ditawarkan supplier. Dengan demikian dapat dirumuskan dengan: IC = P X + O Y + H t t L D ij ij j j i ( pi oi i ) j i j dimana: IC = Inventory Cost P ij = harga beli material i dari supplier j X ij = jumlah material i yang dipesan dari supplier j O j = ordering cost untuk supplier j Y j = 1 jika dilakukan order pada supplier j; 0 jika tidak H i = holding cost produk i D it = kebutuhan material produk i untuk diproduksi di periode t i it

17 37 SUS 304 P e r i o d e Tabel 4.6 Kebutuhan Material per Periode T (mm) L (feet) 4" 4" 5" 5" 4" 4" 5" 5" 4" 4" 5" 5" 4" 4" 5" 5" 4" 4" 5" 5" 4" 4" 5" 5" 4" 5" 4" 5" P (feet) / m (kg) 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 20" 8" 20"

18 38 SUS 304 P e r i o d e Tabel 4.6 Kebutuhan Material per Periode (lanjutan) T (mm) L (feet) 4" 4" 5" 5" 4" 4" 5" 5" 4" 4" 5" 5" 4" 4" 5" 5" 4" 4" 5" 5" 4" 4" 5" 5" 4" 5" 4" 5" P (feet) / m (kg) 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 1 kg 20" 1 kg 8" 20" 8" 20" Total

19 39 t pi = periode produksi material i t oi = periode order masuk material i L i = lead time material i Hasil perhitungan masing-masing periode dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rekap selama 1 tahun dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Inventory Cost Tahun 2005 Berdasarkan Kondisi Existing Periode Purchasing Cost Ordering Cost Holding Cost Inventory Cost -3 Rp 20,135, Rp 775, Rp 279, Rp 21,189, Rp 55,055, Rp 1,150, Rp 134, Rp 56,339, Rp 40,023, Rp 1,250, Rp 52, Rp 41,325, Rp 17,432, Rp 875, Rp 126, Rp 18,433, Rp 241,560, Rp 2,025, Rp 5,032, Rp 248,618, Rp 14,934, Rp 375, Rp 68, Rp 15,377, Rp 71,236, Rp 725, Rp 2,176, Rp 74,137, Rp 9,956, Rp 375, Rp 91, Rp 10,422, Rp 626,279, Rp 2,025, Rp 6,584, Rp 634,888, Rp 466,053, Rp 2,025, Rp 7,414, Rp 475,493, Rp 1,289,097, Rp 2,025, Rp 6,838, Rp 1,297,961, Rp 7,830, Rp 350, Rp 36, Rp 8,216, Rp 350,831, Rp 1,650, Rp 1,832, Rp 354,313, Rp 45,777, Rp 1,675, Rp 133, Rp 47,585, Rp 29,720, Rp 1,525, Rp 152, Rp 31,397, Rp 5,892, Rp 400, Rp 54, Rp 6,346, Rp 204,549, Rp 775, Rp 2,119, Rp 207,443, Rp 14,961, Rp 500, Rp 138, Rp 15,599, Rp 221,271, Rp 1,225, Rp 4,085, Rp 226,581, Rp 54,435, Rp 1,125, Rp 689, Rp 56,249, Rp 70,520, Rp 1,125, Rp 1,076, Rp 72,721, Rp 17,736, Rp 750, Rp 218, Rp 18,704, Rp 40,705, Rp 400, Rp 375, Rp 41,481, Rp 98,356, Rp 1,225, Rp 1,144, Rp 100,725, Rp 29,868, Rp 375, Rp 356, Rp 30,599, Rp 308,719, Rp 1,525, Rp 8,622, Rp 318,866, Rp 364,223, Rp 1,300, Rp 5,589, Rp 371,112, Rp 198,196, Rp 1,625, Rp 371, Rp 200,193, Rp 423,373, Rp 1,625, Rp 1,643, Rp 426,642, Rp 51,400, Rp 1,125, Rp 402, Rp 52,928, Rp 26,652, Rp 1,125, Rp 281, Rp 28,058, Rp 70,312, Rp 500, Rp 649, Rp 71,461, Rp 376,296, Rp 1,250, Rp 5,418, Rp 382,964, Rp 35,532, Rp 350, Rp 719, Rp 36,601, Rp 45,901, Rp 900, Rp 423, Rp 47,224, Rp 31,750, Rp 400, Rp 146, Rp 32,296, Rp 147,849, Rp 500, Rp 682, Rp 149,031, Rp 459,705, Rp 800, Rp 174, Rp 460,679, Total Rp 6,584,126, Rp 39,750, Rp 66,339, Rp 6,690,216,000.05

20 Perhitungan Biaya Inventory dengan Meng-NOL-kan Holding Cost Perhitungan biaya inventory dengan meng-nol-kan holding cost ini dapat dilakukan dengan memesan material tepat pada periode produksi dikurangi lead time material. Dengan demikian material datang tepat pada saat periode produksi dan tidak terjadi penyimpanan sehingga tidak timbul holding cost. Dengan demikian dapat dihitung berapa biaya inventory yang harus dikeluarkan dengan mempertimbangkan harga termurah yang ditawarkan supplier. Dengan demikian dapat dirumuskan dengan: IC = P X + O Y ij ij j i j dimana: IC = Inventory Cost P ij = harga beli material i dari supplier j X ij = jumlah material i yang dipesan dari supplier j O j = ordering cost untuk supplier j Y j = 1 jika dilakukan order pada supplier j; 0 jika tidak Hasil perhitungan biaya inventory selama 1 tahun dapat dilihat pada tabel Perhitungan Biaya Inventory Berdasarkan Formulasi Basnet dan Leung Sebagaimana dijelaskan pada bab 2, formulasi Basnet dan Leung dapat dituliskan sebagai berikut: Min P ij X ijt + O jy jt + H i X ijk Dik t j i j t i t k= 1 j k = 1 Namun, formulasi Basnet dan Leung tersebut tidak memperhitungkan adanya lead time dari produk/material (lead time diasumsikan sama dengan nol, atau dengan kata lain barang yang dipesan tiba tepat setelah dilakukan pemesanan). j t j t.

21 41 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, material yang dibeli dari supplier membutuhkan jeda waktu untuk diantarkan (memiliki lead time). Karena itu dilakukan sedikit perubahan pada formulasi tersebut yang memperhitungkan lead time sehingga persamaannya berubah menjadi: Min pi i pi i P + + ij X ij ( t pi Li ) O jy j ( t pi Li ) H i X ijk Dik tpi Li j i j t pi Li i t k= 1 j k= 1 t L t L Dimana: D it = kebutuhan material i untuk diproduksi di periode t P ij = harga beli material i dari supplier j H i = holding cost produk i O j = ordering cost untuk supplier j L i = lead time material i X ijt = jumlah produk i yang dipesan dari supplier j pada periode t Y jt = 1 jika dilakukan order pada supplier j pada periode t; 0 jika tidak R it = inventory produk i yang tersisa dari periode t sampai t+1 Sedangkan constraintnya menjadi: Tidak boleh terjadi shortage maupun backordering sehingga: t R it = Xij( k L) Di ( k L) 0, untuk semua i, t, dan L. k L= 1 j t k L= 1 Jika dilakukan order kepada satu supplier di periode tertentu, harus dikenai ordering cost, sehingga: T D i( k L) Y j( t L) X ij( t L) 0, untuk semua i, j, t, dan L. k L= t

22 42 Tabel 4.8 Inventory Cost dengan Meng-NOL-kan Holding Cost Periode Purchasing Cost Ordering Cost Inventory Cost -2 Rp 25,820, Rp 400, Rp 26,220, Rp 67,766, Rp 1,625, Rp 69,391, Rp 16,435, Rp 850, Rp 17,285, Rp 15,157, Rp 775, Rp 15,932, Rp 82,804, Rp 1,625, Rp 84,429, Rp 46,518, Rp 725, Rp 47,243, Rp 78,683, Rp 1,250, Rp 79,933, Rp 25,254, Rp 400, Rp 25,654, Rp 27,636, Rp 350, Rp 27,986, Rp 41,218, Rp 1,125, Rp 42,343, Rp 126,674, Rp 1,275, Rp 127,949, Rp 1,223,598, Rp 2,025, Rp 1,225,623, Rp 309,378, Rp 1,625, Rp 311,003, Rp 176,325, Rp 750, Rp 177,075, Rp 306,667, Rp 1,650, Rp 308,317, Rp 691,918, Rp 2,025, Rp 693,943, Rp 1,974, Rp 350, Rp 2,324, Rp 23,429, Rp 875, Rp 24,304, Rp 8,381, Rp 775, Rp 9,156, Rp 131,140, Rp 400, Rp 131,540, Rp 84,545, Rp 1,275, Rp 85,820, Rp 13,818, Rp 350, Rp 14,168, Rp 261,888, Rp 1,625, Rp 263,513, Rp 60,650, Rp 775, Rp 61,425, Rp 72,289, Rp 750, Rp 73,039, Rp 33,271, Rp 775, Rp 34,046, Rp 88,486, Rp 875, Rp 89,361, Rp 1,974, Rp 350, Rp 2,324, Rp 1,974, Rp 350, Rp 2,324, Rp 216,912, Rp 1,250, Rp 218,162, Rp 369,040, Rp 2,025, Rp 371,065, Rp 337,090, Rp 1,300, Rp 338,390, Rp 182,834, Rp 1,625, Rp 184,459, Rp 238,575, Rp 1,675, Rp 240,250, Rp 5,664, Rp 775, Rp 6,439, Rp 7,632, Rp 350, Rp 7,982, Rp 83,668, Rp 850, Rp 84,518, Rp 954, Rp 350, Rp 1,304, Rp 329,216, Rp 850, Rp 330,066, Rp 46,125, Rp 400, Rp 46,525, Rp 21,714, Rp 350, Rp 22,064, Rp 91,469, Rp 1,650, Rp 93,119, Rp 569,729, Rp 900, Rp 570,629, Rp 37,825, Rp 400, Rp 38,225, Total Rp 6,584,126, Rp 42,750, Rp 6,626,876,130.00

23 43 Y jt bernilai binary, yaitu bernilai 1 jika dilakukan order material i kepada supplier j di periode t sehingga: Y 0 atau 1, untuk semua j, t, dan L. j( t L) = X ijt harus non negatf, sehingga: X 0, untuk semua i, j, t, dan L. ij( t L) Dengan formulasi tersebut, biaya inventory dihitung kembali dengan bantuan software Ms. Excel (Solver). Perhitungan dilakukan tiap periode selama 1 tahun. Hasil perhitungan per periode dapat dilihat pada lampiran, sedangkan rekap biaya inventory per tahun dapat dilihat pada tabel 4.9. Dari tabel 4.7, 4.8, dan 4.9 dapat dicari selisih biaya yang harus dikeluarkan, sehingga diperoleh hasil sebagaimana pada tabel 4.10.

24 44 Tabel 4.9 Inventory Cost Tahun 2005 (Basnet dan Leung) Periode Purchasing Cost Ordering Cost Holding Cost Inventory Cost -3 Rp 20,454, Rp 375, Rp 93, Rp 20,922, Rp 55,512, Rp 400, Rp 43, Rp 55,956, Rp 40,101, Rp 750, Rp 52, Rp 40,903, Rp 17,587, Rp 500, Rp 126, Rp 18,213, Rp 242,872, Rp 2,050, Rp 54, Rp 244,977, Rp 14,934, Rp 375, Rp - Rp 15,309, Rp 71,340, Rp 725, Rp 364, Rp 72,429, Rp 9,956, Rp 375, Rp - Rp 10,331, Rp 626,774, Rp 2,025, Rp 43, Rp 628,842, Rp 466,053, Rp 1,650, Rp 535, Rp 468,239, Rp 1,289,188, Rp 1,675, Rp 360, Rp 1,291,223, Rp 7,830, Rp - Rp - Rp 7,830, Rp 351,053, Rp 900, Rp 36, Rp 351,989, Rp 45,777, Rp - Rp 11, Rp 45,788, Rp 29,967, Rp - Rp 152, Rp 30,119, Rp 5,892, Rp 400, Rp - Rp 6,292, Rp 204,549, Rp 775, Rp 392, Rp 205,717, Rp 14,961, Rp 500, Rp - Rp 15,461, Rp 221,550, Rp 500, Rp - Rp 222,050, Rp 54,528, Rp 750, Rp 36, Rp 55,314, Rp 70,546, Rp 725, Rp 27, Rp 71,298, Rp 17,895, Rp - Rp - Rp 17,895, Rp 40,705, Rp 400, Rp - Rp 41,105, Rp 98,356, Rp 875, Rp 126, Rp 99,357, Rp 29,868, Rp 375, Rp 80, Rp 30,323, Rp 308,719, Rp 1,925, Rp 636, Rp 311,280, Rp 364,249, Rp 1,300, Rp - Rp 365,549, Rp 198,614, Rp 500, Rp 198, Rp 199,313, Rp 423,373, Rp 1,250, Rp 582, Rp 425,206, Rp 51,510, Rp 400, Rp - Rp 51,910, Rp 26,943, Rp 725, Rp 61, Rp 27,729, Rp 70,312, Rp 500, Rp - Rp 70,812, Rp 376,420, Rp 1,250, Rp - Rp 377,670, Rp 35,532, Rp 350, Rp 63, Rp 35,945, Rp 46,255, Rp 400, Rp - Rp 46,655, Rp 31,750, Rp 400, Rp - Rp 32,150, Rp 147,849, Rp 500, Rp - Rp 148,349, Rp 459,705, Rp 800, Rp - Rp 460,505, Total Rp 6,589,486, Rp 27,400, Rp 4,082, Rp 6,620,969, Tabel 4.10 Selisih Biaya Inventory Selisih Inventory Cost HoldingCost=0 - Existing Basnet&Leung - Existing HoldingCost=0 - Basnet&Leung Biaya Persentase Biaya Persentase Biaya Persentase Purchasing Cost Rp % Rp 5,360, % Rp (5,360,500.00) -0.08% Ordering Cost Rp 3,000, % Rp (12,350,000.00) % Rp 15,350, % Holding Cost Rp (66,339,870.05) % Rp (62,257,491.95) % Rp (4,082,378.10) % Total Rp (63,339,870.05) -0.95% Rp (69,246,991.95) -1.04% Rp 5,907, %

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA BAB V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA Analisa data yang dilakukan antara lain mengenai inventory raw material di PT. Meco Inoxprima baik berdasarkan kondisi existingnya maupun berdasarkan formulasi Basnet

Lebih terperinci

OPTIMISASI INVENTORY BAHAN BAKU DENGAN MULTI-SUPPLIER

OPTIMISASI INVENTORY BAHAN BAKU DENGAN MULTI-SUPPLIER OPTIMISASI INVENTORY BAHAN BAKU DENGAN MULTI-SUPPLIER Ceria Farela Mada Tantrika, Prof. Ir. Suparno, MSIE, Ph.D Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan untuk optimasi inventory bahan baku di perusahaan. Untuk mendapatkan hasil yang baik, diperlukan langkah-langkah penelitian yang tepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan

Lebih terperinci

PEMBUATAN DATABASE UNTUK ESTIMASI HARGA TANGKI DENGAN PERANGKAT LUNAK VISUAL BASIC 6.0 (STUDI KASUS DI PT. SSJ)

PEMBUATAN DATABASE UNTUK ESTIMASI HARGA TANGKI DENGAN PERANGKAT LUNAK VISUAL BASIC 6.0 (STUDI KASUS DI PT. SSJ) PEMBUATAN DATABASE UNTUK ESTIMASI HARGA TANGKI DENGAN PERANGKAT LUNAK VISUAL BASIC 6.0 (STUDI KASUS DI PT. SSJ) Ergie Fadliana Hasan 1, Siti Aminah 2, Aris Eko Setiyawan 3 Jurusan Teknik Otomasi dan Mekatronika

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI (STUDI KASUS : PT. MECO INOXPRIMA) Oleh :

EVALUASI SISTEM PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI (STUDI KASUS : PT. MECO INOXPRIMA) Oleh : EVALUASI SISTEM PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI (STUDI KASUS : PT. MECO INOXPRIMA) Oleh : Akhmad Isnain Nahar (2504.100.044) Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Suparno, MSIE.

Lebih terperinci

kesamaan routing produk pada layout fasilitas. Layout module memperluas ide dari cell dalam cellular layout dan departemen dalam process layout

kesamaan routing produk pada layout fasilitas. Layout module memperluas ide dari cell dalam cellular layout dan departemen dalam process layout 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketatnya persaingan dunia industri saat ini, menuntut perusahaan untuk tanggap dalam memenuhi keinginan dan kepuasan konsumen agar dapat bersaing dengan kompetitor.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Pancakarsa Bangun Reksa (PBR) merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang jasa konsultan, desain dan konstruksi, mekanikal, sipil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan (job order). Perusahaan ini berada di Jl. Mayjend Sungkono No. 5 Blok

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan (job order). Perusahaan ini berada di Jl. Mayjend Sungkono No. 5 Blok BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Bukit Baja Anugrah merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur/industri yaitu memproduksi pipa dan plat sesuai dengan pesanan pelanggan (job order). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perancangan fasilitas memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam proses operasi perusahaan karena merupakan dasar dari keseluruhan proses produksi. Dalam

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN FABRIKASI

BAB III DESAIN DAN FABRIKASI BAB III DESAIN DAN FABRIKASI III. 1 DESAIN Objektifitas dari perancangan ini adalah: 1) modifikasi sistim feeding bahan bakar yang lebih optimal. Sebelumnya, setiap kali penambahan bahan bakar solid (batubara),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN I-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri manufaktur merupakan salah satu jenis industri yang sedang berkembang di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, indeks produksi industri manufaktur

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

SKRIPSI / TUGAS AKHIR PROSES MANUFAKTUR MESIN PRESS BAGLOG JAMUR SKRIPSI / TUGAS AKHIR TRI HARTANTO (26410947) JURUSAN TEKNIK MESIN LATAR BELAKANG Dalam industri agrobisnis terutama dalam bidang penanaman jamur. Keberadaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Oleh : Henny Wunas, I Nyoman Pujawan Wunas_henny@yahoo.com, pujawan@ie.its.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sabang Subur merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang pembuatan produk berbahan baku stainless steel. Perusahaan ini pertama kali

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Oktavianus: PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME... PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Ferry Oktavianus ),

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN

BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN BAB IV PROSES PEMBUATAN MESIN 4.1 Proses Produksi Produksi adalah suatu proses memperbanyak jumlah produk melalui tahapantahapan dari bahan baku untuk diubah dengan cara diproses melalui prosedur kerja

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN POTONG LAS LINGKAR SEMI OTOMATIS DENGAN KETEBALAN MATERIAL POTONG 3-8 MM

PERANCANGAN MESIN POTONG LAS LINGKAR SEMI OTOMATIS DENGAN KETEBALAN MATERIAL POTONG 3-8 MM PERANCANGAN MESIN POTONG LAS LINGKAR SEMI OTOMATIS DENGAN KETEBALAN MATERIAL POTONG - 8 MM Pujono ¹), Handika Prabu Menang ¹) ¹) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Cilacap Jl. Dr Soetomo,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis mengadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT BAB III METODE PEMBUATAN ALAT 3.1 Diagram Alir / Flowchart Dalam proses pembuatan suatu alat atau produk memerlukan peralatan dan pemesinan yang dapat dipergunakan dengan tepat dan ekonomis serta pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Pancakarsa Bangun Reksa adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa Konsultan, Desain dan Konstruksi, Mekanikal, Sipil dan Elektrikal

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PROSES PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan proses pembuatan adalah proses untuk mencapai suatu hasil. Proses pembuatan sand filter rotary machine dikerjakan dalam beberapa tahap, mulai

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO www.designfreebies.org PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN 130-150 kn Latar Belakang Kestabilan batuan Tolok ukur keselamatan kerja di pertambangan bawah tanah Perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Bejana Tekan Seperti yang diuraikan pada BAB II, bahwa bejana tekan yang dimaksud dalam penyusunan tugas akhir ini adalah suatu tabung tertutup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim

Sumber : Brownell & Young Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : Abdul Wahid Surhim Sumber : Brownell & Young. 1959. Process Equipment design. USA : Jon Wiley &Sons, Inc. Chapter 3, hal : 36-57 3 Abdul Wahid Surhim *Vessel merupakan perlengkapan paling dasar dari industri kimia dan petrokimia

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Dalam beberapa industri dapat ditemukan aplikasi sains yakni merubah suatu material dari satu bentuk ke bentuk yang lainnya baik secara kimia maupun secara

Lebih terperinci

Lampiran 1: Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing

Lampiran 1: Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing Lampiran 1: Uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan yang terdapat pada struktur organisasi di PT. Eracipta Binakarya adalah sebagai berikut: 1. Dewan Komisaris Dewan Komisaris

Lebih terperinci

BAB III PROSES PRODUKSI. III.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong. persentase terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya.

BAB III PROSES PRODUKSI. III.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong. persentase terbesar dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. BAB III PROSES PRODUKSI III.1. Bahan Baku, Bahan Tambahan dan Bahan Penolong III.1.1. Bahan Baku Bahan Baku adalah semua bahan utama yang digunakan dalam pembuatan suatu produk, dan ikut dalam proses produksi.

Lebih terperinci

Pertimbangan dalam Memilih Supplier bagi Usaha Sosial

Pertimbangan dalam Memilih Supplier bagi Usaha Sosial dalam Memilih Perhatikan Beberapa Hal agar Memperoleh Supplier yang Paling Sesuai Mengimplementasikan Ide Memilih Supplier HASIL KOLABORASI OLEH TIM: DITULIS & DIADAPTASI OLEH: Mega Puspita Pertiwi TERINSPIRASI

Lebih terperinci

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB X MANAJEMEN PERSEDIAAN 10.1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Perusahaan Manufaktur pada umumnya mempertahankan 3 jenis persediaan: a. Persediaan Bahan Baku, Faktor- faktor yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: 02Fakultas Ekonomi dan Bisnis Manajemen Pembelian Kebutuhan Perdana Pengisian Kembali Persediaan Dr. Sawarni Hasibuan, M.T. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium.

BAB III METODOLOGI Diagram Alir Tugas Akhir. Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium. Skala Laboratorium. BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir Diagram alir Tugas Akhir Rancang Bangun Tungku Pengecoran Alumunium Skala Laboratorium. Gambar 3.1. Diagram Alir Tugas Akhir 3.2. Alat dan Dalam rancang

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian bahan baku kayu di perusahaan manufaktur Sagitria Collection yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga terkena dampak akibat persaingan tersebut. Agar perusahaan dapat tetap

BAB I PENDAHULUAN. juga terkena dampak akibat persaingan tersebut. Agar perusahaan dapat tetap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, persaingan antara perusahaan sejenis semakin kompetitif. Dunia industri sebagai salah satu sektor yang memberikan sumbangsih kepada suatu Negara, juga terkena

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polipropilen Proses El Paso Fase Liquid Bulk Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. Kode T-01 A/B T-05

Prarancangan Pabrik Polipropilen Proses El Paso Fase Liquid Bulk Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES. Kode T-01 A/B T-05 51 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1 Tangki Penyimpanan Tabel 3.1 Spesifikasi Tangki T-01 A/B T-05 Menyimpan bahan Menyimpan propilen baku propilen selama purging selama 6 hari tiga hari Spherical

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING

ANALISIS PRODUK DAN PROSES MANUFAKTURING ANALISIS DAN PROSES MANUFAKTURING Suatu rancangan ataupun rencana tentang tata letak fasilitas pabrik tidaklah akan bisa dibuat efektif apabila data penunjang mengenai bermacam-macam faktor yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 3 DATA UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP

BAB 3 DATA UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP BAB 3 DATA UNTUK PENJADWALAN JOB SHOP Bab ini berisi data yang diperoleh dari perusahaan, seperti waktu kerja, pesanan, waktu proses tiap job pada tiap mesin, aliran proses dan rekaman jadwal produksi

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis

MANAJEMEN KEUANGAN. Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan. Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D., M.Ec.Dev., SE. Ekonomi dan Bisnis MANAJEMEN KEUANGAN Modul ke: 12 Kemampuan Dalam Mengelola Persediaan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Keuangan www.mercubuana.ac.id Dosen Pengampu : Mochammad Rosul, Ph.D.,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS Rona Tumiur Mauli Caroline Simorangkir, SE.,MM. Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian dari

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR. : Manajemen Operasional Agribisnis Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 12 Pokok Bahasan : Perencanaan Persediaan Dosen :

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI

MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MATA KULIAH PEMODELAN & SIMULASI MODEL INVENTORY Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 9 Riani L. L JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Inventory merupakan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju. Hal ini dikarenakan industri mempunyai kontribusi yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. maju. Hal ini dikarenakan industri mempunyai kontribusi yang sangat besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor industri saat ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara, baik itu negara berkembang maupun negara maju. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

ANALISIS SENSTIVITAS MODEL P(R,T) MULTI ITEM DENGAN ADANYA KENAIKAN HARGA

ANALISIS SENSTIVITAS MODEL P(R,T) MULTI ITEM DENGAN ADANYA KENAIKAN HARGA ANALISIS SENSTIVITAS MODEL P(R,T) MULTI ITEM DENGAN ADANYA KENAIKAN HARGA Handi Koswara, Dharma Lesmono Magister Teknik Industri, Program Pascasarjana, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inventory merupakan salah satu hal yang penting dalam berjalannya proses produksi. Pengendalian inventory merupakan salah satu cara dalam mengendalikan proses produksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV ANALISA HASIL PENGUJIAN 4.1 Hasil pengujian Berdasarkan penelitian dan inspeksi dilapangan yang telah dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur pengerjaan Nondestructive Test. Pengujian ini dilakukan

Lebih terperinci

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT

: Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr. Rr Sri Poernomo Sari, ST., MT. : 2.Irwansyah, ST., MT ANALISIS PEMBUATAN JIG PENGUBAH SUDUT KEMIRINGAN VALVE SILINDER HEAD SEPEDA MOTOR MATIC Nama NPM : 20410985 Jurusan Fakultas : Ardi Adetya Prabowo : Teknik Mesin : Teknologi Industri Pembimbing : 1.Dr.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI

Laporan Tugas Akhir BAB IV MODIFIKASI BAB IV MODIFIKASI 4.1. Rancangan Mesin Sebelumnya Untuk melakukan modifikasi, terlebih dahulu dibutuhkan data-data dari perancangan sebelumnya. Data-data yang didapatkan dari perancangan sebelumnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk dapat menghasilkan produk dengan optimal. Namun

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk dapat menghasilkan produk dengan optimal. Namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi pada zaman sekarang ini sangat pesat, khususnya pada bidang industri. Seiring dengan kemajuan tersebut perusahanperusahaan berusaha untuk

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Analisa Berdasarkan diagram pareto, diketahui bahwa cacat sealing lubang menempati urutan teratas dan menjadi permasalahan utama di mesin sealing setelah dilakukannya pengurangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat. Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat. Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR Analisa Modifikasi Konstruksi Dies Tangki Radiator Kuningan dari Dua Kali Proses dalam Dua Dies menjadi Satu Langkah (drawing-trimming) dalam Satu Dies Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN

BAB II PERTIMBANGAN DESAIN BAB II PERTIMBANGAN DESAIN 2.1 Pertimbangan Desain Hal hal penting dalam pertimbangan desain untuk merancang press tool sendok cocor bebek, hal hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemilihan metode

Lebih terperinci

Jurnal String Vol. 1 No. 1 Tahun 2016 ISSN:

Jurnal String Vol. 1 No. 1 Tahun 2016 ISSN: ANALISA PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN LINE CONVEYOR UNTUK MEMINIMALISASIKAN BIAYA PERSEDIAAN Juliana Program Studi Teknik Informatika,Universitas Indraprasta PGRI Email: Kallya_des@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Pancakarsa Bangun Reksa didirikan pada tahun 2009 di atas tanah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Pancakarsa Bangun Reksa didirikan pada tahun 2009 di atas tanah V-26 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Pancakarsa Bangun Reksa didirikan pada tahun 2009 di atas tanah seluas 25 m 200 m. PT. Pancakarsa Bangun Reksa adalah perusahaan swasta

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ. Hanna Lestari, M.Eng ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN METODE EOQ Hanna Lestari, M.Eng 1 Masalah produksi merupakan hal penting bagi perusahaan karena berkaitan dengan pencapaian laba perusahaan. Jika proses

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Sabang Subur merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang pembuatan produk berbahan baku stainless steel. Perusahaan ini pertama kali

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jadi, yang dimana persediaan ini tentu saja sangatlah perlu untuk selalu. kapasitas produksi yang ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. jadi, yang dimana persediaan ini tentu saja sangatlah perlu untuk selalu. kapasitas produksi yang ditetapkan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan konsumen pada suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Gambar 3.1 di bawah ini merupakan alur dari metodologi penelitian dan pemecahan masalah produksi webbing setengah jadi pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 287 juta penduduk ( Time, July

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 287 juta penduduk ( Time, July BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia, dengan jumlah penduduk sekitar 287 juta penduduk ( Time, July 19 th 2004, pp 43 ), merupakan pasar potensial yamg sangat besar bagi setiap pemasar,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisis Teknis dan Ekonomis Pemakaian Material Baja Karbon dengan Coating dan Material Duplex Tanpa Coating untuk Pembangunan

Lebih terperinci

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router

Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router Perancangan Dan Pembuatan Jig Untuk Proses Drilling pada CNC Router Yovie Rahmatullah 1, Bayu Wiro K 2, Fipka Bisono 3 1 Program Studi Teknik Desain dan Manufaktur, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT.

Permasalahan yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah keterlambatan pengerjan proyek pembuatan High Pressure Heater (HPH) di PT. PT. Barata Indonesia merupakan perusahaan manufaktur dengan salah satu proyek dengan tipe job order, yaitu pembuatan High Pressure Heater (HPH) dengan pengerjaan pada minggu ke 35 yang seharusnya sudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia industri, khususnya di Indonesia setiap tahunnya mengalami kemajuan. Ditambah dengan adanya kegiatan perdagangan bebas menjadikan kompetisi antar industri

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE JASA REPAIR GRINDING ROLL

TERM OF REFERENCE JASA REPAIR GRINDING ROLL Halaman : 1 dari 5 1. SCOPE PEKRJAAN : Jasa repair grinding roll di workshop sebanyak : 10 ea 2. DATA SPESIFIKASI : Gambar Dimensi Grinding Roll 3. PERSIAPAN PEKERJAAN : 3.1 Pelaksana pekerjaan memilih

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 ALUR PROSES ZINC CAN Zinc Ingot Zinc Furnace Proses Peleburan Zinc Proses Casting Proses Rolling Proses Drawing Proses Cutting Proses Coil Aging Zinc Slug Proses

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Bandar Bunder berada di Jl. Batubara No. 19 Tebing Tinggi. Perusahaan ini bergerak dibidang produksi alat-alat rumah tangga berupa sendok dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Asti Widayanti S.Si M.T MANAJEMEN PERSEDIAAN Asti Widayanti S.Si M.T Pengertian Persediaan Persediaan merupakan bagian dari modal kerja yang tertanam dalam bahan baku, barang setengah jadi, maupun berupa barang jadi tergantung

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LPG (Liquified Petroleum Gas) LPG merupakan gas hidrokarbon produksi dari kilang minyak dan kilang gas dengan komponen utama gas propane ( ) dan butane ( ) dan dikemas didalam

Lebih terperinci

ANALISA WAKTU DAN BIAYA PEMBUATAN MESIN ROLL PLATE SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL

ANALISA WAKTU DAN BIAYA PEMBUATAN MESIN ROLL PLATE SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL ANALISA WAKTU DAN BIAYA PEMBUATAN MESIN ROLL PLATE SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL RIO MAHARDHIKA 2108 030 014 Dosen Pembimbing : Ir. H. Mahirul Mursid, MSc ABSTRAK Gedung gedung bertingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pengumpulan informasi tentang waktu yang dibutuhkan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pengumpulan informasi tentang waktu yang dibutuhkan dalam suatu BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penjadwalan kerja merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan suatu perusahaan. Penjadwalan kerja akan berhasil bila didukung dengan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam melaksanakan aktivitas produksi suatu barang, setiap perusahaan, baik perusahaan jasa atau pun perusahaan perdagangan serta perusahaan manufaktur pasti mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

ELEMEN BAKAR NUKLIR (EBN) TYPE ClRENE

ELEMEN BAKAR NUKLIR (EBN) TYPE ClRENE ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 PENYIAP AN KOMPONEN END PLATE ELEMEN BAKAR NUKLIR (EBN) TYPE ClRENE Djoko Kisworo ABSTRAK PENYIAPAN KOMPONEN END PLATE EB TYPE CIRENE (END PLATE BAHAN

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE ( T O R ) KONTRAK PAYUNG HOT INSULATION SERVICES

TERM OF REFERENCE ( T O R ) KONTRAK PAYUNG HOT INSULATION SERVICES SISTEM MANAJEMEN ISO 900 08-09 Tgl Terbit : September 0 Halaman : dari. LATAR BELAKANG Dalam kegiatan pemeliharaan pembangkit, dimungkinkan terjadi kerusakan dimana dalam proses perbaikannya mengharuskan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR

PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENGELASAN UPPER DRUM KAPASITAS 3500 KG/JAM DENGAN TEKANAN 33 KG/CM² TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Semakin meningkatnya permintaan pelanggan akan suatu barang membuat perusahaan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk memperlancar pemenuhan permintaan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Strategi Penerapan Just In Time Manufacturing Sebagai yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa konsentrasi perhatian konsep JIT adalah pada aspek manusia, kualitas,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN START

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN START BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES KERJA PRAKTIK Secara sistematik langkah pembuatan tempat tidur terapi 2 section dapat diuraikan pada diagram alir, seperti gambar berikut : START MENDAPAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)

MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara

Daftar Pertanyaan Wawancara Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara Tanggal : 9 Agustus 2014, 17 Agustus 2014, 30 Agustus 2014, 6 Sepetember 2014, 13 September 2014, 20 September 2014, 27 September 2014, 3 Oktober 2014. Peneliti melakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Company Profile CV. PUTRA MANUNGGAL

DAFTAR ISI. Company Profile CV. PUTRA MANUNGGAL DAFTAR ISI I. Struktur Organisasi II. Data Administrasi Perusahaan III. Sejarah Perusahaan IV. Data Spesifikasi Batching Plant V. Referensi Project VI. Dokumentasi Batching Plant Staff Drawing Bag. Perakitan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT. Barata Indonesia (Persero) berdiri dengan nama PT. Barata Metal Works & Engineering berdiri pada tahun 1971 di Gresik, Surabaya. Perusahaan ini

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK MELAMIN PROSES BASF KAPASITAS 60.000 TON/TAHUN OLEH : DEVI OKTAVIA NIM : L2C 008 029 HANIFAH RAHIM NIM : L2C 008 053 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT)

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 9: MANAJEMEN PENGADAAN (PURCHASING MANAGEMENT) By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 44 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Umum Perusahaan PT. XYZ adalah salah satu perusahaan yang begerak di bidang manufaktur pembuatan sepeda motor di Indonesia dengan kepemilikan saham

Lebih terperinci

Perancangan Bejana (Vessel Design) 1. Faktor-faktor Mempengaruhi Desain Vessel

Perancangan Bejana (Vessel Design) 1. Faktor-faktor Mempengaruhi Desain Vessel Perancangan Bejana (Vessel Design) 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Desain Vessel Mesin yang Paling Banyak Digunakan Bejana (vessel) adalah bagian dasar dari berbagai peralatan proses Bejana mungkin menjadi

Lebih terperinci