Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012
|
|
- Utami Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS DATA EKSPLORASI BIJIH NIKEL LATERIT UNTUK ESTIMASI CADANGAN DAN PERANCANGAN PIT PADA PT. TIMAH EKSPLOMIN DI DESA BALIARA KECAMATAN KABAENA BARAT KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Woro Sundari Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto, Penfui, - Kupang (NTT) worosundari@gmail.com ABSTRACT This research was conducted at KP PT. Timah Eksplomin that administrative lies at Baliara Village Kabaena District Bombana Regency Tenggara Sulawesi Province. Mining methods are applied to PT. Timah Eksplomin is selective mining, a mining method in which the separation between the overburden and ore directly in the pit / quarry. The purpose of this research was to determine levels of reserves based on the distribution of high grade and medium grade nickel laterite, determine the method of calculation of reserves and the quantity of nickel laterite reserves in the study area and know the input-output for the design of the pit or pit design. Mineable reserve calculation results based on% Ni with high grade values are 1.81 to 3.06, medium grade and low grade from 1.65 to to Calculation of reserves each borehole using the area of influence to the total volume is 390,000 tons and ore reserve calculations using Surpac is tonnes. While the total volume of overburden (OB) million BCM. Striping ratio (SR) is 1:3. In the designing aspect of pit parameters on the input-output Surpac is the coordinates x, y, z, topographic data and the spread of nickel (Ni). Keywords : High grade. Medium grade dan Striping ratio ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di wilayah KP PT. Timah Eksplomin yang secara administratif terletak di Desa Baliara Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode penambangan yang diterapkan PT. Timah Eksplomin adalah selective mining, yaitu suatu metode penambangan dimana dilakukan pemisahan antara overburden dan ore secara langsung di pit/tambang. Adapun tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah mengetahui besar cadangan berdasarkan distribusi kadar high grade dan medium grade dari nikel laterit, menentukan metode perhitungan cadangan dan kuantitas cadangan nikel laterit di daerah studi dan mengetahui input-output untuk desain pit atau perancangan pit. Hasil perhitungan cadangan tertambang berdasarkan % Ni dengan nilai high grade adalah 1,81-3,06, medium grade 1,65-1,78 dan low grade 0,52-1,31. Perhitungan cadangan tiap lubang bor menggunakan metode daerah pengaruh untuk total volume ore adalah ton dan perhitungan cadangan menggunakan surpac adalah ton. Sedangkan total volume overburden (OB) BCM. Striping ratio (SR) adalah 1:3. Dalam aspek perancangan pit parameterparameter input-output pada surpac adalah koordinat x, y, z, data-data topografi dan bentuk badan bijih. Kata kunci : High grade. Medium grade dan Striping ratio PENDAHULUAN Nikel laterit merupakan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis tinggi karena pada masa sekarang dan masa akan datang kebutuhan nikel semakin meningkat (disamping dari kebutuhan lainnya yang persediaannya semakin terbatas, sehingga mendorong minat pengusaha untuk membuka pertambangan nikel). Nikel memiliki banyak kegunaan antara lain dalam pembuatan baja yang tahan karat, bisa juga dipakai sebagai alat - alat laboratorium (Fisika dan Kimia), serta banyak lagi fungsi lainnya, sehingga menarik sekali untuk dikelola. Nikel diperoleh dari endapan yang terbentuk akibat proses oksidasi dan pelapukan batuan ultramafik yang mengandung nikel %. Jenis-jenis mineral tersebut antara lain olivine, piroksin, dan amphibole. Umumnya ditemukan pada daerah tropis, dikarenakan curah hujan yang mendukung terjadinya pelapukan, selain topografi, drainase, tenaga tektonik dan struktur geologi. Endapan merupakan bijih yang dihasilkan dari proses oksidasi dan pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. PT. Timah Eksplomin merupakan salah satu perusahaan tambang nikel laterit yang B-252
2 berlokasi di Desa Baliara Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara, telah melakukan kegiatan eksplorasi sejak tahun 2006 dan sekarang sudah mencapai tahapan produksi. Metode penambangan yang diterapkan PT. Timah Eksplomin adalah selective mining, yaitu suatu metode penambangan dimana dilakukan pemisahan antara overburden dan ore secara langsung di pit/tambang. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis data eksplorasi tiap lubang bor untuk menentukan besar cadangan berdasarkan distribusi high grade dan medium grade dari nikel laterit, perhitungan cadangan dan menentukan parameter input untuk design pit atau perancangan pit berdasarkan data bor. Maksud dan manfaat penelitian ini adalah : 1. Mengetahui besar cadangan berdasarkan distribusi high grade dan medium grade dari nikel laterit. 2. Menentukan metode perhitungan cadangan dan kuantitas cadangan nikel laterit di daerah studi. 3. Mengetahui input-output untuk desain pit atau perancangan pit. METODE Genesa Pembentukan Endapan Nikel Laterit, Proses pembentukan nikel laterit diawali dari proses oksidasi dan pelapukan batuan ultrabasa, dalam hal ini adalah batuan harzburgit. Batuan ini banyak mengandung olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi, mineral-mineral tersebut tidak stabil dan mudah mengalami proses pelapukan. Proses pelapukan dimulai pada batuan ultramafik (peridotit, dunit, serpentinit), dimana batuan ini banyak mengandung mineral olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi silikat, yang pada umumnya mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat mudah dipengaruhi oleh pelapukan lateritik. Proses laterisasi adalah proses pencucian pada mineral yang mudah larut dan silika dari profil laterit pada lingkungan yang bersifat asam, hangat dan lembab serta membentuk konsentrasi endapan hasil pengkayaan proses laterisasi pada unsur Fe, Cr, Al, Ni dan Co. Nikel laterit dapat dibagi menjadi beberapa zona. Profil nikel laterit dideskripsikan dan diterangan oleh daya larut mineral dan kondisi aliran air tanah. Lapisan Tanah Penutup (Overburden) Lapisan Limonit Berkadar Menengah (Medium grade limonit) Lapisan Bijih (Saprolit) Lapisan Batuan Dasar (Bedrock) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini adalah: Batuan asal, adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya endapan nikel laterit, batuan asalnya adalah batuan ultrabasa. Dalam hal ini pada batuan ultrabasa terdapat elemen Ni yang paling banyak di antara batuan lainnya dan mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil (seperti olivin dan piroksin), mempunyai komponenkomponen yang mudah larut dan memberikan lingkungan pengendapan yang baik untuk nikel. Iklim, adanya siklus musim kemarau dan musim penghujan dimana terjadi kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan sekaligus akumulasi unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya pelapukan mekanis, dimana akan terjadi rekahan-rekahan dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia pada batuan. Dengan kondisi curah hujan tinggi pada wilayah Kabaena selama enam bulan (Desember - Mei) akan mempercepat proses pelapukan kimia dimana nikel laterit mudah terbentuk. Reagen-reagen kimia dan vegetasi, maksud dari reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung CO 2 memegang peranan penting di dalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus menyebabkan dekomposisi batuan dan dapat mengubah ph larutan. Dalam hal ini, vegetasi akan mengakibatkan: Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar pohon-pohonan, akumulasi air hujan akan lebih banyak, humus akan lebih tebal keadaan ini B-253
3 merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang baik akan terdapat endapan nikel yang lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Topografi, keadaan topografi setempat akan sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagenreagen lain. Untuk daerah yang landai, maka air akan bergerak perlahan-lahan sehingga akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan umumnya terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam, secara teoritis, jumlah air yang meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat menyebabkan pelapukan kurang intensif. Struktur yang sangat dominan adalah struktur kekar (joint) dibandingkan terhadap struktur patahannya. Seperti diketahui, batuan beku mempunyai porositas (kemampuan batuan untuk meloloskan air) dan permeabilitas (kemampuan batuan untuk menahan air) yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif. Perancangan (design) adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaannya. Perancangan tambang biasanya dimaksudkan sebagai bagian dari proses perencanaan tambang yang berkaitan dengan masalah-masalah geometrik. Pada umumnya ada dua tingkat rancangan yaitu: Rancangan konsep (conceptual design) Suatu rancangan awal atau titik tolak rancangan yang dibuat atas dasar analisis dan perhitungan secara garis besar dan baru dipandang dari beberapa segi yang terpenting, kemudian akan dikembangkan agar sesuai dengan keadaan nyata di lapangan. Rancangan rekayasa atau rekacipta (engineering design) Suatu rancangan lanjutan dari rancangan konsep yang disusun dengan rinci dan lengkap berdasarkan data dan informasi hasil penelitian laboratorium serta literature dilengkapi dengan hasil-hasil pemeriksaan keadaan lapangan. Rancangan konsep pada umumnya digunakan untuk perhitungan teknis dan penentuan urutan kegiatan sampai tahap study kelayakan, sedangkan rancangan rekayasa (rekacipta) dipakai sebagai dasar acuan atau pegangan dari pelaksanaan kegiatan sebenarnya di lapangan yang meliputi rancangan batas akhir tambang, tahapan penambangan, penjadwal produksi dan material buangan (waste). Rancangan rekayasa tersebut biasanya juga diperjelas menjadi rancangan bulanan, mingguan dan harian. Dalam pembuatan design pit, dimana terlebih dahulu dibuat dasar pit dan menentukan ram atau jalan berdasarkan dua titik sesuai dengan keadaan topografi dan bentuk badan bijih. Setelah dasar pitnya selesai dilanjutkan dengan menentukan lebar berm 3 meter, tinggi bench 6 meter dan kemiringan Pertimbangan Ekonomis: 1. Perhitungan Kadar Batas (Cut Off Grade), Cut off grade merupakan kadar endapan bahan galian terendah yang masih memberikan keuntungan apabila ditambang. Cut off grade inilah yang akan menentukan batas-batas atau besarnya cadangan, serta menentukan perlu tidaknya dilakukan mixing/blending. 2. Kadar Batas Pulang Pokok (Break Even Cut-off Grade = BECOG) Dalam teori ekonomi, analisis pulang pokok terdiri dari penentuan nilai parameter yang diinginkan (misalnya: berapa jumlah produk yang harus dijual) sedemikian rupa sehingga pendapatan tepat sama dengan ongkos atau biaya yang dikeluarkan (keuntungan = nol). Dalam pertambangan, yang ingin kita ketahui adalah berapa kadar bijih yang menghasilkan angka yang sama antara pendapatan yang diperoleh dari penjualan bijih tadi dengan biaya yang dikeluarkan untuk menambang serta memprosesnya. Kadar ini dikenal dengan nama kadar batas pulang pokok atau break even cut-off grade. 3. Kadar Batas Proses B-254
4 Bila tingkat produksi dari pabrik pemrosesan bijih telah ditentukan, misalnya untuk pabrik flotasi bijih sulfida, maka perhitungan cut-off grade harus memasukkan biaya-biaya umum administrasi. Kadar batas ini kadang-kadang disebut kadar batas pengolahan (process cut-off), yakni kadar terendah yang dapat menutupi biaya pengolahan langsung. Dalam operasi penambangan, jika mempunyai pabrik pengolahan mill) dan tambang mengalami kekurangan bijih yang akut, maka process cut-off ini biasanya merupakan kadar terendah yang masih dapat dipertimbangkan untuk dikirimkan ke pabrik. 4. Nisbah Pengupasan Pulang Pokok (Break Even Stripping Ratio) Nisbah pengupasan didefinisikan sebagai nisbah dari jumlah material penutup (waste) terhadap jumlah material bijih (ore). Pada tambang bijih, nisbah ini biasanya dinyatakan dalam ton bahan galian/ton ore. Untuk geometri penambangan yang ditetapkan, nisbah pengupasan merupakan fungsi dari kadar batas. Untuk menentukan pemilihan system penambangan yang akan diterapkan, tambang terbuka (surface mine) atau tambang dalam/bawah tanah (underground mine), maka perlu dipelajari nisbah pengupasan pulang pokok/impas (break even stripping ratio=besr), yaitu perbandingan biaya penambangan bawah tanah dengan biaya penambangan terbuka dalam bentuk rumus: Permodelan dan Estimasi Sumberdaya, Permodelan merupakan tahap awal untuk melakukan estimasi kadar yang berlanjut ke estimasi sumberdaya. Hasil dari estimasi sumberdaya tersebut akan dapat dijadikan sebagai cadangan jika memenuhi beberapa ketentuan. Metode perhitungan yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat diuji ulang atau diverifikasi. Setelah perhitungan sumberdaya selesai, yang harus dilakukan adalah memeriksa atau mengecek taksiran kualitas blok yang dibuat setelah proses permodelan. Basis Data Komputer, pembuatan suatu model sumberdaya/cadangan yang representif dan cukup detail tentunya membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi dan waktu pengerjaan yang lama. Dengan adanya teknologi komputer pada saat ini maka sangat membantu untuk mempermudah pekerjaan tersebut dalam pengolahan, klasifikasi, dan interprestasi data. Data pada umumnya bisa dipereoleh dari populasi cebakan bijih dengan cara pengeboran, surface, sampling, dan tunnel/stope sampling dengan berbagai metode percontohan batuan. Penelitian ini menghasilkan garis besar klasifikaasi sumberdaya bijih sebagai berikut : 1. Sumberdaya tereka (inferred reseurces), yaitu pada area-area yang telah dilakukan pemboran/sampling dengan spasi yang lebih besar dari 50 m atau pada badan bijih yang sulit dilakukan interprestasi antar section. Sumberdaya mineral yang dimana tonase, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan rendah. Pada tahap ini dilakukan asumsi dari fakta-fakta geologi yang ada, dan tidak ada verifikasi dari informasi geologi dan/atau kemenerusan kadar. Informasi-informasi yang didapat dari lokasi outcrop, paritan, test-pit, lubang bor dimana informasi yang didapat terbatas dan kualitasnya tidak pasti dan masih diragukan. 2. Sumberdaya terindikasi (indicated resources), yaitu apabila pemboran/sampling dilakukan dengan jarak spasi m dan pada badan bijih yang cukup tebal/strukturnya cukup jelas. Sumberdaya mineral dimana tonase, densiti, bentuk, karakteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan range dari reasonable sampai confidence. Estimasi didasarkan pada informasi ekplorasi, sampling, dan hasil pengujian yang terkumpul melaui teknik-teknik tertentu yang terujih dari lokasi pengambilan sample misalnya singkapan, trench (paritan), sumur uji (test pit) atau lubang bor. Lokasi yang diteliti terlalu luas dibandingkan informasi-informasi yang dikumpulkan sehingga tidak cukup untuk melakukan asumsi kemenerusannya. 3. Sumberdaya terukur (measured resources), yaitu apabila pemboran dilakukan pada jarak spasi 12,5-25 m. Sumberdaya mineral dimana tonase, kerapatan, bentuk, karasteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasikan dengan tingkat keyakinan yang tinggi. Estimasi didasarkan pada informasi detail yang didapat dari kegiatan eksplorasi, sampling, dan data-data yang yang dikumpulkan dari lokasi-lokasi singkapan, trench (paritan), sumur uji (test pit), lubang bukaan dan B-255
5 lubang bor dan telah teruji dengan menggunakan teknik tertentu. Antar luas lokasi penelitian dengan data-data yang dikumpulkan mempunyai relasi yang kuat sehingga cukup untuk mengkomfirmasi kemenerusan geologi dan/atau kadar. Aplikasi Perangkat Lunak Surpac, ssurpac merupakan salah satu perangkat lunak terpadu yang dirancang khusus untuk industri pertambangan dan biasa digunakan untuk keperluan pengolahan, database, analisis data eksplorasi, geologi, geokimia, mekanika batuan, pemetaan, pemodelan badan bijih, perancangan tambang bawah tanah dan tambang terbuka serta perencanaan penjadwalan produksi. Surpac mempunyai komitmen untuk memberikan solusi dalam setiap tahapan proses dalam siklus Mine Planning baik untuk tambang terbuka (open pit mining), tambang bawah tanah (undergraund mining), maupun industri mineral (quari). Perangkat lunak tersebut memiliki fasilitas agar data hasil olahannya dapat diaplikasikan oleh perangkat lunak tambang lainnya. Perangkat ini memiliki standar internasional dalam interprestasi keadaan geologi dan mineralisasi sehingga resources dapat dianalisis, ditentukan, divisualisasikan serta dihitung dan selanjutnya menggunakan kumpulan parameter penambangan didapat reserve. Selain itu perangkat ini menggunakan komponen standar yang sesuai untuk membuat solusikomprehensif dalam aktifitas eksplorasi dan penambangan. Metode Perhitungan Cadangan, cadangan merupakan bagian dari sumber daya yang berdasarkan kelayakan ekonomi dan ditinjau dari berbagai aspek, bahan galian tersebut dapat ditambang. Aspek yang menentukan kelayakan suatu bahan tambang adalah ekonomi, teknologi, (penambangan dan pengolahan) pemasaran, lingkungan, social, peratutan perundang-undangan dan kebijaksanaan pemerintah. Metode perhitungan cadangan pada PT. Timah Eksplomin adalah menggunakan metode daerah pengaruh. Dimana daerah pengaruh merupakan daerah kisaran sebaran dari lubang bor, jika spasinya 50 meter maka pengaruh terhadap titik bor yang lain adalah 25 meter. Menghitung cadangan dengan cara mempergunakan metoda daerah pengaruh Metoda included dan extended area = daerah pengaruh titik satu dapat diukur (S 1 ) (V%) = S 1 x t 1 x k 1 t 1 = ketebalan endapan bijih pada titik 1 S 1 = daerah pengaruh 6 50 Bila spesifikasi gravity dari bijih = misalnya Ni 1 tonnage bijih = S 1 x t 1 x k 1 x 1,5 (tonnage %) Metoda included area - cadangan dihitung di dalam batas-batas yang ada (pola penyampelan bujur sangkar = sisi x sisi Teknik Pengumpulan Data, metode yang dilakukan tidak langsung yaitu secara pengolahan data sekunder. Data dari lapangan diolah dan dianalisis menghasilkan kesimpulan berupa output berbentuk model dan tabulasi berdasarkan informasi data tersebut. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Studi Literatur dilakukan sebelum dan selama penelitian. b. Pengamatan Lapangan yaitu : data-data bor, data curah hujan, data kondisi topografi dan geografi daerah penelitian, Lokasi kuasa pertambangan serta kondisi geologi daerah penelitian Pengolahan dan Analisis Data, dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik pengolahan data secara kualitatif dan kuantitatif.. Pengolahan data secara kuantitatif : Pengolahan data yang dilakukan data aktual dari lapangan dan diinterpretasikan dengan angka. Pengolahan data secara kualitatif :dilakukan pada model endapan B-256
6 nikel laterit dan data-data sekunder lainnya seperti peta topografi dan peta sebaran titik lubang bor (collar, geologi dan survey). Analisis data yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian adalah analisis matematis utamanya terhadap analisis data eksplorasi tiap lubang bor untuk menentukan besar cadangan berdasarkan distribusi atas high grade dan medium grade dari nikel laterit, perhitungan cadangan dan menentukan parameter input untuk design pit atau perancangan pit berdasarkan data bor. Dimana data diolah dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel (Microsoft Excel) yaitu data mentah dari lapangan diolah dan diinput kedalam program surpac yaitu berupa data collar, survey dan geologi Gambar 1. Diagram alir penelitian PEMBAHASAN Dalam perhitungan cadangan tertambang dilihat dari analisis data bor dan sesuai dengan standar dengan harga pasaran yaitu high grade >=1,8, medium grade >=1,6<=1,79 dan low grade <1,59. Perhitungan cadangan tertambang ada 2 tahap antara lain: 1,3%-1,59 untuk disimpan (menanti permintaan pasar) 1,6% ke atas dijual dipasaran Gambar 2. Grafik % Ni berdasarkan nilai high grade, medium grade, dan low grade Gambar 3. Grafik % Ni berdasarkan nilai high grade, medium grade, dan low grade Berdasarkan grafik %Ni tiap lubang bor maka dapat diketahui kadar Ni secara high grade (1,81-3,06), medium grade (1,65-1,78) dan low grade (0,52-1,31). Perhitungan cadangan tertambang berdasarkan grafik dan nilai HG, MG dan LG tiap Hole ID dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Berdasarkan grafik hubungan antara %Ni, %Fe dan % Si diatas kadar Ni antara ,06, kadar Fe antara ,71 dan kadar Si berkisar antara ,69. Endapan Fe yang bersenyawa dengan oksida akan terakumulasi dekat dengan permukaan tanah, keadaan endapan tidak stabil, sedangkan nikel (Ni) akan tetap tertinggal didalam larutan dan bergerak turun selama suplai air yang masuk kedalam tanah terus berlangsung. Fe akan tertinggal di zona limonit sebagai konsentrasi residu. B-257
7 Tabel 1. Perhitungan cadangan tertambang %Ni berdasarkan nilai HG, MG dan LG Tabel 2. Perhitungan cadangan tertambang %Ni,%Fe dan %Si Perhitungan lamanya penambangan Medium grade >=1.6 dan <= Total cadangan: ton - Estimasi total cadangan IUP: ton - Target produksi: /bulan cadanganiup ton Lamanya penambangan = = 12,25 bulan target produksi ton/bulan High grade >=1,8 - Total cadangan: ton - Estimasi total cadangan IUP: ton - Target produksi: /bulan cadanganiup ton Lamanya penambangan = target produksi ton/bulan 26,75 = 2,21 tahun 12 = 26,75 bulan 12,25 = 1,02 tahun 12 Hasil estimasi mineral nikel pada peneliitian ini diklasifikasikan ke dalam sumberdaya terukur dan juga dapat dikatakan sebagai sumberdaya ekonomis dengan memasukkan unsur nilai Cut Off Grade yang tersusun dalam beberapa skenario. Secara umum jika suatu sumberdaya sudah terlibat unsur nilai Cut Off Grade bisa dikatakan sebagai klasifikasi cadangan. Secara lebih spesifik, klasifikasi sumberdaya yang digunakan pada penaksiran bijih nikel pada Blok Alfa bisa didasarkan pada klasifikasi yang sesuai yaitu : Sumberdaya tereka (inferred reseurces), yaitu pada area-area yang telah dilakukan pemboran/sampling dengan spasi yang lebih besar dari 50 m atau pada badan bijih yang sulit dilakukan interprestasi antar section. Sumberdaya terindikasi (indicated resources), yaitu apabila pemboran/sampling dilakukan dengan jarak spasi m dan pada badan bijih yang cukup tebal/strukturnya cukup jelas. Sumberdaya terukur (measured resources), yaitu apabila pemboran dilakukan pada jarak spasi 12,5-25 m. Sumberdaya mineral dimana tonase, kerapatan, bentuk, karasteristik fisik, kadar dan kandungan mineral dapat diestimasikan dengan tingkat keyakinan yang tinggi. B-258
8 Analisis Cadangan Berdasarkan Data Bor, perhitungan cadangan di PT.Timah Eksplomin menggunakan metode daerah pengaruh yaitu metode included area (cadangan dihitung di dalam batasbatas yang ada, pola penyampelan bujur sangkar = sisi x sisi). 50 m Gambar 4. Metode Included Area Perhitungan cadangan nikel laterit di daerah penelitian dilakukan berdasarkan pada data yang diperoleh dari pemboran eksplorasi. Data-data pemboran tersebut akan dianalisis sesuai dengan kadar nikel baik secara high grade, medium grade dan low grade sehingga dapat mengetahui volume total ore dan overburden (OB). Dari hasil perhitungan cadangan tiap lubang bor untuk total volume ore adalah ton dan total volume OB (overburden) BCM maka striping ratio (SR) adalah 1:3. Perhitungan Cadangan Menggunakan Program Surpac, perhitungan volume Ore - Pada Volume 1 : Surface area: : Volume : Pada Volume 2 ; Surface area: ; Volume : Pada Volume 3 ; Surface area: 7688 ; Volume : Pada Volume 4 ; Surface area: 4410 ; Volume : 9787 Jadi, total volume Ore tiap Hole ID adalah: x 1 = ton. Parameter Input untuk Design Pit atau Perancangan Pit, parameter Input untuk Perhitungan Cadangan (Volume). Basis data assay dan data informasi geologi adalah data-data dasar didalam proses permodelan dan estimasi sumberdaya bijih. Vertifikasi data merupakan hal yang penting dilakukan.kesalahan minor pada satu nilai individual dapat memberikan effect terhadap penghalusan korelasi, analisis statistik parameter ataupun geoststistik. Vertifikasi data dilakukan sebelum dan sesudah model dibuat, namun sebelum dilakukan perhitungan sumberdaya. Parameter Input untuk Pembuatan Badan Bijih (Ore Body) dan Design Pit, Pembuatan Badan Bijih (Ore Body). Parameter-parameter input untuk permodelan adalah koordinat x, y, z, penyebaran nikel (Ni) dan data-data topografi untuk melakukan pembuatan suatu badan bijih. Permodelan dan estimasi sumberdaya blok Alfa dilakukan dalam dua tahap utama yaitu pertama permodelan badan bijih nikel kemudian dilanjutkan ke tahap estimasi sumberdaya dengan menggunakan metode inverse distance power. Dalam proses permodelan badan bijih, dilakukan korelasi-korelasi dari setiap section/penampang bor yang dimiliki zona yang sama. Korelasi-korelasi tersebut secara 3 dimensi kemudian dihubungkan dengan ireframe/kerangka bijih. Korelasi dan wireframe tersebut disesuaikan dengan kondisi topografi sehingga model yang dihasilkan menjadi smooth atau tidak saling overlap. Kemudian terdapat beberapa daerah yang langsung ke horizon saprolit. Kemungkinan pada daerah ini terjadi proses geologi seperti erosi atau proses alam lainnya. Gambar 5. Badan bijih Gambar 6. Salah Satu Contoh Design Pit B-259
9 Pembuatan Design pit, dalam pembuatan design pit, dimana terlebih dahulu dibuat dasar pit dan menentukan ram atau jalan berdasarkan dua titik sesuai dengan keadaan topografi dan bentuk badan bijih. Setelah dasar pitnya selesai dilanjutkan dengan menentukan lebar berm 3 meter, tinggi bench 6 meter dan kemiringan Gambar 7. Design pit dengan sudut pandang 45 0 Gambar 8. Contour, badan bijih dan design pit KESIMPULAN Berdasarkan analisis statistik (varians) yang meliputi kadar ekplorasi, ketebalan dan total kedalaman lapisan nikel maka cadangan tertambang dengan harga pasaran : high grade Ni berkisar 1,81-3,06 dan medium grade Ni berkisar antara 1,65-1,78. Berdasarkan bentuk ore endapan nikel hasil korelasi badan bijih menggunakan surpac, perhitungan cadangan dilakukan dengan dua cara yaitu metode daerah pengaruh dan hasil perhitungan cadangan endapan nikel Menggunakan deaerah pengaruh adalah : Kadar Ni >=1.6<= 1.79 dengan Cut Off Grade rata-rata 1,70, volume total Ore: ton, Kadar Ni >=1.8 dengan Cut Off Grade rata-rata 2,00, volume total Ore: ton,volume total OB BCM dan SR 1:3 Hasil perhitungan cadangan endapan nikel menggunakan surpac menentukan total volume ore adalah ton. Perbedaan total volume ore antara kedua cara perhitungan diatas, dimana daarah pengaruh cadangannya dihitungan dalam batas-batas yang ada, masih memperkirakan area. surpac menginterpretasi grade tiap hole dan lebih mendekati keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan hasil pengukuran elevasi menggunakan GPS (Global Positioning System) dan TS (Total Station) maka diperoleh parameter-parameter input-output yaitu koordinat x, y, z. Untuk merancang pit dalam penelitian menggunakan parameter input dan bentuk ore dari surpac. DAFTAR PUSTAKA Darijanto, T, Endapan Nikel, Cobalt Dan Chorm Laterite Gebe Indonesia, Jurusan Tambang Institut Teknologi Bandung Institut For Mineralogie And Langerstattenlehre, RWTH Achen, Bandung Mann Francis, et all, Estimation Of Mineral Resources And Mineral Reserves, Best Practice Guidelnies, CIM Council B-260
BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Penyusunan Basis Data Assay Basis data Assay dan data informasi geologi adalah data data dasar di dalam proses permodelan dan estimasi sumberdaya bijih. Prosedur awal setelah data
Lebih terperinciEKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT
EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT I. PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang keterjadiannya disebabkan oleh proses proses geologi. Berdasarkan
Lebih terperinciSTUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON DAN INVERSE DISTANCE PADA PERHITUNGAN CADANGAN Ni PT. CIPTA MANDIRI PUTRA PERKASA KABUPATEN MOROWALI
STUDI PERBANDINGAN ANTARA METODE POLIGON DAN INVERSE DISTANCE PADA PERHITUNGAN CADANGAN Ni PT. CIPTA MANDIRI PUTRA PERKASA KABUPATEN MOROWALI Sri Widodo 1, Anshariah 2, Fajar Astaman Masulili 2 1. P ro
Lebih terperinciSARI ABSTRACT PENDAHULUAN
ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DENGAN METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTING (IDW) PADA PT. VALE INDONESIA, Tbk. KECAMATAN NUHA PROVINSI SULAWESI SELATAN Rima Mustika 1, Sri Widodo 2, Nurliah Jafar 1 1.
Lebih terperinciBAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT
BAB V PEMBENTUKAN NIKEL LATERIT 5.1. Genesa Lateritisasi Proses lateritisasi mineral nikel disebabkan karena adanya proses pelapukan. Pengertian pelapukan menurut Geological Society Engineering Group Working
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi di bidang pertambangan memerlukan jumlah dana yang sangat besar agar investasi yang akan dikeluarkan tersebut menguntungkan. Komoditas endapan mineral yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Endapan nikel laterit di Pulau Gee terbentuk akibat dari proses pelindian pada batuan ultrabasa. Air hujan yang mengandung CO 2 dari udara meresap ke bawah sampai ke
Lebih terperinciENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM
ENDAPAN MAGMATIK Kromit, Nikel sulfida, dan PGM Adi Prabowo Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta MENDALA METALOGENIK (Metallogenic Province) suatu area yang dicirikan oleh
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar, Indonesia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan segala potensi yang ada yang seyogyanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pertambangan memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu dimulai dari tahapan eksplorasi, kajian kelayakan, pengembangan dan perencanaan tambang, penambangan,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI Pembentukan Zona Pada Endapan Nikel Laterit
BAB II DASAR TEORI 2.1. Genesa Endapan Nikel Laterit 2.1.1. Pembentukan Zona Pada Endapan Nikel Laterit Nikel laterit merupakan material dari regolit (lapisan yang merupakan hasil dari pelapukan batuan
Lebih terperinciBAB IV PENYUSUNAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENYUSUNAN DAN PENGOLAHAN DATA Dalam studi penelitian Permodelan dan Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit di Pulau Gee, Halmahera Timur Propinsi Maluku Utara ini data awal yang digunakan berasal dari
Lebih terperinciPEMODELAN KADAR NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI DENGAN PENDEKATAN METODA ESTIMASI ORDINARI KRIGING
PEMODELAN KADAR NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI DENGAN PENDEKATAN METODA ESTIMASI ORDINARI KRIGING Wawan A.K. Conoras Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Ternate Email: wawanmine01@gmail.com
Lebih terperinciPENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT
PENGARUH KESTABILAN LERENG TERHADAP CADANGAN ENDAPAN BAUKSIT Oleh Eddy Winarno; Wawong Dwi Ratminah Program Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Optimalisasi Keberhasilanan Penambangan Terbuka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi cukup besar, baik dalam
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. Tabel V.1 Batasan Kadar Zona Endapan Nikel Laterit. % berat Ni % berat Fe % berat Mg. Max Min Max Min Max Min
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1. Penentuan Zona Endapan Nikel Laterit Penentuan zona endapan nikel laterit dilakukan setelah preparasi data selesai dimana zona dikonstruksi berdasarkan parameter yang
Lebih terperinciTambang Terbuka (013)
Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Milagro Indonesia Mining adalah salah satu perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar. Lokasi penelitian secara administratif
Lebih terperinciBab IV Pengolahan dan Analisis Data
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri atas dua data, yaitu data primer yang meliputi data mentah sebagai data utama dalam pengolahan data, sedangkan data
Lebih terperinciIDENTIFIKASI SEBAAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH NIKEL DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR
IDENTIFIKASI SEBAAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME BIJIH NIKEL DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR Eltrit Bima Fitrian*, Dr.Muh.Altin Massinai.MT.Surv, Dra.Maria,M.Si Program Studi Geofisika Jurusan Fisika
Lebih terperinciDAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB vi vii ix xi xiii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang.... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian...
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR 3.1 Genesa Endapan serta Hubungannya dengan Pelapukan
BAB III TEORI DASAR 3.1 Genesa Endapan serta Hubungannya dengan Pelapukan Banyak dari mineral bijih, terutama mineral sulfida dan sulfosalt terbentuk pada lingkungan yang tereduksi serta pada temperatur
Lebih terperinciBAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO
11 BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO 3.1. Letak Daerah Penelitian Sorowako merupakan daerah yang dikelilingi oleh tiga buah danau, yaitu Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona. Sorowako terletak
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN KOMPOSIT ZONA, ANALISIS STATISTIK DAN PENYAJIAN DATA HASIL OLAHAN Konstruksi Zona Endapan dan Optimasi Zona
BAB IV PENGOLAHAN KOMPOSIT ZONA, ANALISIS STATISTIK DAN PENYAJIAN DATA HASIL OLAHAN 4.1. Konstruksi Zona Endapan dan Optimasi Zona Penentuan zana endapan dilakukan setelah data dianalisis secara statistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam bahan galian, yang kemudian bahan galian tersebut dimanfaatkan oleh industry pertambangan untuk memnuhi kebutuhan
Lebih terperinciPERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN
PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN RISWAN 1, UYU SAISMANA 2 1,2 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan Batubara Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan pembakuan mengenai Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan SNI No. 13-6011-1999.
Lebih terperinciKONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun
KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Pemanfaatan bahan galian sebagai sumber
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Hal LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO...
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK...... KATA PENGANTAR... i ii iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR FOTO... ix x xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhitungan cadangan merupakan sebuah langkah kuantifikasi terhadap suatu sumberdaya alam. Perhitungan dilakukan dengan berbagai prosedur/metode yang didasarkan pada
Lebih terperinciKONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun
KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pentingnya Permodelan dan Estimasi Sumberdaya Permodelan merupakan tahap awal untuk melakukan estimasi kadar yang berlanjut ke estimasi sumberdaya. Hasil dari estimasi sumberdaya
Lebih terperinciBAB III BASIS DAN EVALUASI DATA
BAB III BASIS DAN EVALUASI DATA 3.1. Basis Data Basis data yang digunakan adalah data yang diperoleh langsung dari hasil pemboran eksplorasi untuk kemudian dilakukan verifikasi data dan pengolahan data
Lebih terperinciPERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)
PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur) Dadang Aryanda*, Muhammad Ramli*, H. Djamaluddin* *)
Lebih terperinciAsri P.H. dan Waterman Sulistyana B. Magister Teknik PertambanganUPN Veteran Yogyakarta
APLIKASI PERMODELAN 3D SECARA GEOSTATISTIK PADA CEBAKAN NIKEL LATERIT (Application of geostatistical 3D modeling of laterite nickel deposit) Asri P.H. dan Waterman Sulistyana B. Magister Teknik PertambanganUPN
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Pemodelan dan Estimasi Sumber Daya Nikel, Menggunakan Software Vulcan 9.1 di PT Vale Indonesia Tbk, Desa Soroako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi
Lebih terperinciBAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN
BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Kondisi dan Penyebaran Singkapan. Geomorfologi daerah penelitian berupa perbukitan dan dataran. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap sebaran singkapan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan, Perancangan dan Geometri Penambangan.
RANCANGAN TAHAPAN (PUSHBACK) PENAMBANGAN ENDAPAN BIJIH NIKEL PADA PT. HENGJAYA MINERALINDO (HM) KECAMATAN BUNGKU PESISIR KABUPATEN MOROWALI PROVINSI SULAWESI TENGAH Sahrul 1, Musnajam 1, Asnun 2 Teknik
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perancangan (Design) Pit Ef Pada Penambangan Batubara di PT Milagro Indonesia Mining Desa Sungai Merdeka, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Lebih terperinciAplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta R. Andy Erwin Wijaya 1, Dianto Isnawan 2 1 Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk membebaskan atau mengambil endapan bahan galian yang mempunyai arti ekonomis dari batuan induknya
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi alternative disamping minyak dan gas bumi. Dipilihnya batubara sebagai sumber energi karena batubara relatif lebih murah
Lebih terperinciOleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.
PERHITUNGAN CADANGAN TERBUKTI DAN PENJADWALAN PENAMBANGAN BATUGAMPING MENGGUNAKAN METODE BLOK MODEL PADA CV. ANNISA PERMAI KECAMATAN HALONG KABUPATEN BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh: Uyu Saismana
Lebih terperinciBab V Pembahasan. Hasil perhitungan cadangan dengan menggunakan masing-masing metode dapat di lihat pada tabel 5.1 (lampiran B)
Bab V Pembahasan 5.1 Perhitungan Cadangan Perhitungan cadangan nikel laterit ini dibatasi dengan Cut of Grade (Cog) untuk nikel limonit kadar Ni 1,2 % dan kadar Fe 25 %, densitas 1,6 kg/m 3 dan saprolit
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Estimasi Sumber Daya Bijih Besi Eksplorasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mencari sumberdaya bahan galian atau endapan mineral berharga dengan meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas diketahui berapa besar cadangan mineral (mineral reserves) yang ditemukan. Cadangan ini
Lebih terperinciArtikel Pendidikan 23
Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram
Lebih terperinciMOHAMAD ISHLAHUL AZIZ
APLIKASI VISUAL BASIC DALAM PENENTUAN KADAR KOMPOSIT ENDAPAN NIKEL LATERIT; STUDI KASUS ENDAPAN NIKEL LATERIT PULAU GEE DAN PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA Data yang digunakan merupakan data dari PT. XYZ, berupa peta topografi dan data pemboran 86 titik. Dari data tersebut dilakukan pengolahan sebagai berikut : 4.1 Analisis Statistik
Lebih terperinciBAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA
BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB
Lebih terperinciPENENTUAN BESAR BOULDER UNTUK MENCAPAI NILAI CUT-OFF GRADE PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI TANJUNG BULI, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA
PENENTUAN BESAR BOULDER UNTUK MENCAPAI NILAI CUT-OFF GRADE PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI TANJUNG BULI, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah PT. International Nickel Indonesia (PT. INCO) merupakan sebuah perusahaan tambang nikel terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi sekitar 165
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perancangan Desain Pit Tambang Bijih Besi di PT. Juya Aceh Mining di Desa Ie Mierah dan Alue Dawah, Kecamatan Bahbarot, Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Investasi di bidang pertambangan memerlukan jumlah dana yang sangat besar. Agar investasi yang akan dikeluarkan tersebut menguntungkan, maka komoditas endapan bahan
Lebih terperinciKCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia )
KCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia ) Perkembangan dunia menuntut adanya transparansi, standarisasi dan accountability termasuk di dalam dunia eksplorasi dan pertambangan mineral dan batubara di Indonesia.
Lebih terperinciMetode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar
Metode Perhitungan Cadangan Konsep Dasar Konversi Unit 1 inch = 2,54 cm 1 karat = 200 mgram 1 m = 3,281 feet 1 mile = 1.609 km 1 ha = 10.000 m 2 1 acre = 0,404686 ha 1 cc = 0,061 cinch 1 kg = 2,2046 pound
Lebih terperinciSURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR
SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR Roswita, Lantu a, Syamsuddin b Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciMuhammad Amril Asy ari (1)
Jurnal INTEKNA, Tahun XII, No. 1, Mei 2012 : 17-22 GEOLOGI DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DENGAN METODE IDW (INVERSE DISTANCE WEIGHT) DAN KRIGING PADA DAERAH BAHODOPI KABUPATEN MOROWALI PROVINSI
Lebih terperinciIntegrasi SIG dan citra ASTER BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik tersingkap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten
Lebih terperinciTANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd
TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nikel merupakan salah satu unsur logam berwarna putih keperakan yang sangat bermanfaat dalam suatu kegiatan industri, biasanya nikel digunakan sebagai bahan paduan
Lebih terperinciPEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE DATAMINE STUDIO 3 PADA PT. VALE INDONESIA LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN
PEMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE DATAMINE STUDIO 3 PADA PT. VALE INDONESIA LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN Diansyah Afriandi 1, Djamaluddin 2, Hasbi Bakri 1 1.Jurusan
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perancangan dan Pentahapan Triwulan Penambangan Batubara berdasarkan Rencana Produksi Tahun 2016 Pit A PT. Firman Ketaun di Desa Tanjung Dalam, Kecamatan Ulok
Lebih terperinciPemodelan Tiga Dimensi (3D) Potensi Laterit Nikel Studi Kasus: Pulau Pakal, Halmahera Timur, Maluku Utara
Jurnal Itenas Rekayasa LPPM Itenas No.1 Vol. XVIII ISSN: 1410-3125 Januari 2014 Pemodelan Tiga Dimensi (3D) Potensi Laterit Nikel Studi Kasus: Pulau Pakal, Halmahera Timur, Fiandri I. Rinawan 1, Hary Nugroho
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu.
Lebih terperinciINVERSE DISTANCE WEIGHTING
ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DENGAN MEMBANDINGKAN METODE NEAREST NEIGHBOUR POINT DAN INVERSE DISTANCE WEIGHTING Muhammad Irwan Zibuka 1, Sri Widodo 2*, Agus Ardianto Budiman 1, 1. Teknik Pertambangan
Lebih terperinciDAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN
DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Permasalahan... 2 1.3 Tujuan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii
DAFTAR ISI RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian...
Lebih terperinciPEMETAAN POTENSI NIKEL LATERIT BERDASARKAN ANALISIS SPASIAL STUDI KASUS: KEC. ASERA KAB.KONAWE UTARA, SULAWESI TENGGARA
PEMETAAN POTENSI NIKEL LATERIT BERDASARKAN ANALISIS SPASIAL STUDI KASUS: KEC. ASERA KAB.KONAWE UTARA, SULAWESI TENGGARA Muhammad Apriajum a) Yuyun Sulistiawati Aznah b) Reinaldy Oksa Putra Raivel Jurusan
Lebih terperinciPERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA DENGAN METODE CIRCULAR USGS 1983 DI PT. PACIFIC PRIMA COAL SITE LAMIN KAB. BERAU PROVINSI KALIMATAN TIMUR
PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA DENGAN METODE CIRCULAR USGS 1983 DI PT. PACIFIC PRIMA COAL SITE LAMIN KAB. BERAU PROVINSI KALIMATAN TIMUR Anshariah 1, Sri Widodo 2, Ahyar A. Sahadu 1 1. Jurusan Teknik Pertambangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat
Lebih terperinciEKSPLORASI SUMBER DAYA MINERAL ENDAPAN NIKEL LATERIT
EKSPLORASI SUMBER DAYA MINERAL ENDAPAN NIKEL LATERIT I. Pendahuluan Nikel merupakan unsur logam dengan simbol Ni dan nomor atom 28. Karakteristik nikel yang tahan karat menjadikan komoditas logam ini sangat
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI
BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI Hasil pengolahan data yang didapat akan dibahas dan dianalisis pada bab ini. Analisis dilakukan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan secara geometri yang berdasarkan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Penentuan dan Pemilihan Pit Potensial Penentuan dan pemilihan pit potensial merupakan langkah awal dalam melakukan evaluasi cadangan batubara. Penentuan pit potensial ini diperlukan
Lebih terperinciPENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN
PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN ISTILAH DAN DEFINISI Beberapa istilah dan definisi yang digunakan diambil dari acuan-acuan, yang dimodifikasi sesuai kebutuhan, yaitu : Bahan galian, segala jenis bahan
Lebih terperinciPENENTUAN BESAR BOULDER YANG EKONOMIS PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI MORONOPO, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA
PENENTUAN BESAR BOULDER YANG EKONOMIS PADA OPERASI PENAMBANGAN NIKEL LATERIT DI MORONOPO, HALMAHERA TIMUR, MALUKU UTARA TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciMAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL
MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL Oleh: KELOMPOK IV 1. Edi Setiawan (1102405/2011) 2. Butet Sesmita (1102414/2011) 3. Irpan Johari (1102419/2011) 4. Reynold Montana
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Endapan Batubara Penyebaran endapan batubara ditinjau dari sudut geologi sangat erat hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur Tersier yang terdapat secara luas
Lebih terperinciProdi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penjadwalan Tambang (Mine Scheduling) untuk Mencapai Target Produksi Batubara 25.000 Ton/Bulan di PT Milagro Indonesia Mining Desa Bukit Merdeka Kecamatan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember 2016 Penulis. (Farah Diba) vii
RINGKASAN Penaksiran sisa cadangan didapatkan melalui pehitungan dan analisis terhadap data eksplorasi yang telah didapatkan yaitu berupa data pemboran, strike, dip, ketebalan batubara. Penaksiran sisa
Lebih terperinciPERMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT BLOK GB PULAU GEE, HALMAHERA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK STUDIO 3 DATAMINE
PERMODELAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT BLOK GB PULAU GEE, HALMAHERA TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK STUDIO 3 DATAMINE Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Akademis Dalam Meraih
Lebih terperinciOleh. Narendra Saputra 2) Dr.Ir.Eddy Winarno, S.Si., MT, Ir. R. Hariyanto, MT 1) Mahasiswa Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta 2)
ESTIMASI CADANGAN BATUBARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE CROSS SECTION PADA DAERAH RENCANA PENAMBANGAN PIT F, BLOK III, SITE AIR KOTOK DI PT. RATU SAMBAN MINING, KABUPATEN BENGKULU TENGAH, BENGKULU Oleh 1)
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Statistik Univarian Analisis statistik yang dilakukan yaitu analisis statistik univarian untuk ketebalan batubara. Analisis statistik ini dilakukan untuk melihat variasi ketebalan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan terbuka di Kalimantan Timur Indonesia yang resmi berdiri pada tanggal 5 April
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertambangan, khususnya batubara merupakan salah satu komoditas yang penting untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat. Batubara saat ini menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya mineral merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal inilah yang melatarbelakangi adanya pencarian lokasi sumber mineral baru. Setelah adanya
Lebih terperinciAPLIKASI STATISTIK KOMPONEN UTAMA LOGAM BERAT PADA KOLAM PENGENDAPAN TAMBANG NIKEL LATERIT KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA
PROSIDING TPT XXIII PERHAPI 2014 1 APLIKASI STATISTIK KOMPONEN UTAMA LOGAM BERAT PADA KOLAM PENGENDAPAN TAMBANG NIKEL LATERIT KONAWE UTARA SULAWESI TENGGARA Adi Tonggiroh*) Muhardi Mustafa**) Asri Jaya
Lebih terperinciBAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA
BAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA Tahapan Eksplorasi Kegiatan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dimensi,
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perancangan Tambang (Pit Design) dan Pentahapan Tambang Batubara Pit Blok 3 dengan Stripping Ratio 7 : 1 di PT Inti Bara Perdana, Desa Lubuk Sini, Kecamatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eksplorasiadalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran,bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya cadangan
Lebih terperinciPENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi
PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi Latar Belakang Besi. merupakan bahan logam penting yang banyak memberikan sumbangan pada perkembangan peradaban
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Tambang (Mine Plan) Ada berbagai macam perencanaan antara lain : a. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka waktunya lebih dari 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki tingkat keasaman tinggi dan sering ditandai dengan ph yang rendah.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penambangan batubara umumnya memberikan dampak terhadap lingkungan, salah satunya ialah keterbentukan air asam tambang (AAT) yaitu air yang memiliki tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaannya
Lebih terperinciEKSPLORASI ENDAPAN BAUKSIT
EKSPLORASI ENDAPAN BAUKSIT PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang keterjadiannya disebabkan oleh proses proses geologi. Berdasarkan keterjadian dan
Lebih terperinciMineScape Mine Planning and Design Software
MineScape Mine Planning and Design Software MineScape dikembangkan untuk memenuhi berbagai tuntutan dalam industri pertambangan dan digunakan oleh lebih dari 100 perusahaan pertambangan di Indonesia. Minescape
Lebih terperinci