MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL
|
|
- Glenna Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL Oleh: KELOMPOK IV 1. Edi Setiawan ( /2011) 2. Butet Sesmita ( /2011) 3. Irpan Johari ( /2011) 4. Reynold Montana Pardosi (110332/2011) 5. Yogi Novendri ( /2011) Dosen Mata Kuliah: Yoszi Mingsi Anaperta, S.T, M.T PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014
2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya tim penyusun dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral sebagai salah satu syarat memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Tambang pada Prodi S1 Teknik Pertambangan, Universitas Negeri Padang. Pada kesempatan ini tim penyusun juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan baik secara moril maupun material. Segenap tim penyusun dengan segala keterbatasannya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu tim penyusun menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, tim penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebaik-baiknya. Padang, Oktober 2014 Tim Penyusun i
3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii DAFTAR GAMBAR...iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 2 C. Batasan Masalah... 2 D. Rumusan Masalah... 3 E. Tujuan Penulisan... 3 F. Manfaat Penulisan... 3 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Sumberdaya, Cadangan, dan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral... 4 B. Dasar Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral SNI, USGS, dan JORC... 4 C. Kodifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral SNI D. Macam-macam Bahan Galian BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA ii
4 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kriteria dan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan (Amandemen 1 SNI )... 8 Gambar 2. Penggolongan Sumberdaya dan Cadangan Menurut McKelvey... 9 Gambar 3. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Menurut JORC... 9 Gambar 4. Diagramatik Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral (SNI Amandemen 1) Gambar 5. Kodifikasi Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan (SNI Amandemen 1) iii
5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan mineral di dalam perut bumi dapat diketahui dari sejumlah indikasi adanya mineral tersebut di permukaan bumi. Para ahli geologi dilatih untuk mengenali indikasi ini. Penyelidikan secara geologis pada dasarnya belum dapat menentukan secara teliti dan kuantitatif informasi mengenai mineral tersebut. Akan tetapi, pada tahap ini sudah dapat dikemukakan indikasi adanya mineral. Karena itulah keberadaan mineral pada tahap ini disebut sumberdaya. Bila penyelidikan dilakukan dengan lebih teliti, yaitu dengan menggunakan berbagai metode (geofisika, geokimia, pemboran, dan lain-lain), maka mineral tersebut sudah diketahui dengan lebih pasti, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan keberadaannya yang lebih pasti seperti itu, mineral tersebut sudah dapat dikatakan sebagai cadangan. Amandemen 1 SNI tentang Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan mendefinisikan sumberdaya mineral (mineral resource) sebagai endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Sedangkan cadangan (reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan adalah suatu proses pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu berdasarkan kriteria keyakinan geologi dan kelayakan tambang (SNI ). Semakin tinggi tingkat keyakinan geologinya, semakin 1
6 2 lengkap informasi, semakin tinggi kelas sumberdaya atau cadangan mineral tersebut. Penentuan layak atau tidaknya suatu cadangan diperlukan kajian kelayakan tambang atau feasibility study (FS). Kajian kelayakan tambang ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, penambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum atau perundangundangan. Apabila dinyatakan layak, baru kemudian dilakukan usaha eksploitasi. B. Identifikasi Masalah Ada hal yang penting dalam hubungan antara mineral dan sumberdaya manusia (SDM), terutama karena sumberdaya mineral tersebut akan habis setelah satu kali pakai (depleted). Karena itu, kesempatan untuk memanfaatkannya hanya ada satu kali, sekali salah kebijakannya, sumberdaya itu akan hilang untuk selama-lamanya. Sekiranya sumberdaya mineral itu digali dan tidak menimbulkan kesejahteraan atau peningkatan kualitas sumberdaya manusia, maka bukan saja mineralnya yang habis, tetapi juga manusianya itu sendiri tak berubah kesejahteraan atau kualitasnya. Memberikan pemahaman yang baik mengenai sumberdaya, cadangan, dan klasifikasinya penting dilakukan bagi seorang calon engineer tambang. Pemahaman menyeluruh mengenai sumberdaya, cadangan, dan klasifikasinya diharapkan akan memberi kontribusi terhadap pertambangan di Indonesia dan akhirnya turut berkontribusi terhadap kemajuan pembangunan Indonesia. C. Batasan Masalah Karena keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan tim penyusun, maka selanjutnya masalah yang akan dibahas terbatas mengenai klasifikasi sumberdaya dan cadangan bagi mineral.
7 3 D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diajukan dalam bentuk pertanyaan (questions) sebagai berikut: 1. Apa itu sumberdaya, cadangan, dan klasifikasi sumberdaya dan cadangan? 2. Bagaimana dasar klasifikasi sumberdaya dan cadangan menurut SNI, McKelvey, dan USGS? 3. Bagaimana kodifikasi sumberdaya dan cadangan mineral dalam amandemen 1 SNI ? 4. Apa saja macam-macam bahan galian? Bagaimana bahan galian dikelompokkan? E. Tujuan Penulisan Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah Manajemen Tambang dengan dosen pengampu Ibu Yoszi Mingsi Anaperta, S.T, M.T disamping dalam upaya pembelajaran dan pengenalan mengenai klasifikasi sumberdaya dan cadangan mineral secara lebih mendalam. F. Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis Bagi tim penyusun, seluruh rangkaian kegiatan penyusunan makalah diharapkan dapat memantapkan pemahaman mengenai klasifikasi sumberdaya dan cadangan mineral. 2. Manfaat Akademis Bagi civitas akademika Universitas Negeri Padang, khususnya di Teknik Pertambangan, makalah ini diharapkan dapat menjadi dokumen yang berguna untuk dijadikan referensi bacaan maupun acuan pembelajaran.
8 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Sumberdaya, Cadangan, dan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral Amandemen 1 SNI tentang Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan mendefinisikan sumberdaya mineral (mineral resource) sebagai endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Sedangkan cadangan (reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan adalah suatu proses pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu berdasarkan kriteria keyakinan geologi dan kelayakan tambang (SNI ). Semakin tinggi tingkat keyakinan geologinya, semakin lengkap informasi, semakin tinggi kelas sumberdaya atau cadangan mineral tersebut. Penentuan layak atau tidaknya suatu cadangan diperlukan kajian kelayakan tambang atau feasibility study (FS). Kajian kelayakan tambang ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, penambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum atau perundang-undangan. B. Dasar Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral SNI, USGS, dan JORC Dalam Amandemen 1 SNI dijelaskan bahwa klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan didasarkan pada dua kriteria, yaitu tingkat keyakinan geologi dan pengkajian layak tambang. 4
9 5 1. Tingkat Keyakinan Geologi Tingkat keyakinan geologi ditentukan oleh empat tahap eksplorasi, yaitu: a. Survei tinjau (reconnaissance) Survei tinjau adalah tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional berdasarkan hasil studi geologi regional, di antaranya pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas hanya dilakukan apabila datanya cukup tersedia atau ada kemiripan dengan endapan lain yang mempunyai kondisi geologi yang sama. b. Prospeksi (prospecting) Prospeksi adalah tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yang mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang digunakan adalah pemetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi data geologi, geokimia dan geofisika. c. Eksplorasi umum (general exploration) Eksplorasi umum adalah tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi, pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bisa dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda penyeledikan tak langsung. Tujuannya adalah untuk menentukan gambaran geologi
10 6 suatu endapan mineral berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Tingkat ketelitian sebaiknya dapat digunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi rinci diperlukan. d. Eksplorasi rinci (detailed exploration) Eksplorasi rinci adalah tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling) mungkin di perlukan. Kegiatan dari a ke d di atas menunjukkan makin rincinya penyelidikan, sehingga tingkat keyakinan geologinya makin tinggi dan tingkat kesalahannya makin rendah. 2. Pengkajian Layak Tambang a. Pengkajian layak tambang meliputi faktor-faktor ekonomi, penambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum/perundangundangan. Untuk endapan mineral bijih, metalurgi juga merupakan faktor pengkajian layak tambang. b. Pengkajian layak tambang akan menentukan apakah sumberdaya mineral akan berubah menjadi cadangan atau tidak. c. Berdasarkan pengkajian ini, bagian sumberdaya mineral yang layak tambang berubah statusnya menjadi cadangan sedangkan yang belum layak tambang tetap menjadi sumberdaya mineral. Berdasarkan kedua kriteria di atas, tingkat keyakinan geologi dan pengkajian layak tambang, kemudian dikelompokkan tingkat kelas sumberdaya dan cadangan mineral. Berikut ini adalah kriteria dan klasifikasi sumberdaya dan cadangan dalam Amandemen 1 SNI :
11 7 1. Sumberdaya Mineral, terdiri dari: a. Sumberdaya Mineral Hipotetik Sumberdaya mineral hipotetik (hypothetical mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap survai tinjau. b. Sumberdaya Mineral Tereka Sumberdaya mineral tereka (inferred mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap prospeksi. c. Sumberdaya Mineral Terunjuk Sumber daya mineral terunjuk (indicated mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi umum. d. Sumberdaya Mineral Terukur Sumber daya mineral terukur (measured mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi rinci. 2. Cadangan, dibagi menjadi dua, yaitu: a. Cadangan Terkira Cadangan terkira (probable reserve) adalah sumber daya mineral terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis. b. Cadangan Terbukti Cadangan terbukti (proved recerve) adalah sumberdaya mineral terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.
12 8 Gambar 1. Kriteria dan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan (Amandemen 1 SNI ) Dasar klasifikasi sumberdaya dan cadangan lain yang umum digunakan di berbagai negara, termasuk di Indonesia, antara lain: 1. Dasar Klasifikasi United States Geological Survey (USGS) Berdasarkan tingkat penyelidikan dari yang paling kasar ke yang lebih teliti, USGS menggolongkan sumberdaya ke dalam golongan discovered atau inferred atau tereka, indicated atau tertunjuk, dan measured atau terukur. Dari sudut perhitungan kelayakan, klasifikasi USGS mengenal tingkat marginal atau kurang ekonomis, para marginal atau tidak terlalu ekonomis, dan ekonomis atau menguntungkan. Bila suatu sumberdaya yang terunjuk telah diteliti dan ternyata layak untuk ditambang, maka pada tingkat ini kita bicara tentang cadangan probable atau terkira, sedangkan bila kita bicara pada tingkat sumberdaya terukur, dan studi kelayakannya menunjukkan ekonomis, maka kita sampai kepada tingkat cadangan cadangan terbukti atau proved. Bila dari studi kelayakan ternyata penambangan bisa menguntungkan, tingkat sumberdaya inferred atau tereka dapat digolongkan dapat digolongkan dalam cadangan tingkat mungkin (possible), dan apabila datanya masih umum, maka data kasar seperti ini hanya memungkinkan mineral ini tetap digolongkan sebagai sumberdaya. Walaupun kelayakannya memungkinkan untuk penambangan secara ekonomis, tetapi pada tingkatan data geologis seperti itu, mineral tersebut hanya dapat disebut sebagai sumberdaya yang ditemukan (discovered). Digramatik McKelvey
13 9 yang digunakan oleh USGS dalam mengklasifikasikan sumberdaya dan mineral ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. Gambar 2. Penggolongan Sumberdaya dan Cadangan Menurut McKelvey (1973) 2. Dasar Klasifikasi Joint Ore Resources Comittee (JORC) Australia Gambar 3. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Menurut JORC Sumberdaya mineral diklasifikasikan sesuai dengan tingkat keyakinan geologi ke dalam sumberdaya mineral tersirat (inferred mineral resources), sumberdaya mineral terindikasi (indicated mineral resources), dan sumberdaya mineral terukur (measured mineral resources). a. Sumberdaya Mineral Tersirat (Inferred Mineral Resources) Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan
14 10 yang rendah. Hal ini disimpulkan dan diasumsikan dari bukti-bukti geologi tetapi kontinuitas geologi dan atau kadar tidak terverifikasi. Hal ini didasarkan pada informasi yang dikumpulkan melalui teknik yang sesuai dari lokasi seperti singkapan, parit, lubang, kerja dan lubang bor yang mungkin terbatas atau ketidakpastian kualitas. b. Sumberdaya Mineral Terindikasi (Indicated Mineral Resources) Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik, kadar, dan kandungan mineral dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang wajar atau sedang. Hal ini didasarkan atas informasi eksplorasi, sampling, dan pengujian melalui teknik yang tepat dari lokasi seperti singkapan, parit, pit, dan lubang bor. Lokasi berjarak terlalu luas untuk mengetahui kondisi geologi atau kontinuitas kadar, tapi memiliki jarak yang cukup untuk bisa mengasumsikan kekontinuitasan. c. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resources) Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk fisik, karakteristik, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada eksplorasi rinci dan dapat diandalkan, sampling dan pengujian informasi yang dikumpulkan melalui teknik yang sesuai dari lokasi seperti singkapan, parit, lubang, kerja dan lubang bor. Lokasi berjarak cukup dekat untuk mengkonfirmasi kontinuitas geologi dan kadar. Cadangan bijih adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan terindikasi yang dapat ditambang dan memiliki nilai ekonomi. Meliputi diluting material dan kerugian yang mungkin terjadi ketika material tersebut yang ditambang. Cadangan bijih diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepercayaan menjadi cadangan bijih mungkin (probable ore reserves) dan cadangan bijih terbukti (proved ore reserves).
15 11 a. Cadangan Bijih Mungkin (Probable Ore Reserves) Adalah bagian ekonomis yang dapat ditambang dari sumberdaya mineral terindikasi (indicated ore reserves). Penilaian yang sesuai dan studi telah dilakukan mencakup pertimbangan dan faktor modifikasi (modifying factors) yaitu penambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan kebijakan pemerintahan. Cadangan bijih mungkin (probable ore reserves) ini memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah dari cadangan bijih terbukti (proved ore reserves), tetapi memiliki kualitas yang cukup untuk berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengembangan suatu endapan. b. Cadangan Bijih Terbukti (Proved Ore Reserves) Adalah bagian ekonomis yang dapat ditambang dari sumberdaya mineral terukur (measured ore reserves). Penilaian yang sesuai dan studi telah dilakukan mencakup pertimbangan dan faktor modifikasi yaitu pertambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan kebijakan pemerintahan. Cadangan bijih terbukti (proved ore reserves) memiliki tingkat kepercayaan kategori estimasi cadangan yang tertinggi. Gaya mineralisasi atau faktor lain bisa membuktikan bahwa cadangan bijih tidak ditemukan dalam beberapa endapan. C. Kodifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral SNI Angka-angka kodifikasi cadangan dan sumberdaya (lihat Gambar 4) terdiri dari 3 digit berdasarkan fungsi 3 sumbu, yaitu E, F, dan G, dimana: E = Sumbu Ekonomis (Economic Axis) untuk Economic Viability. F = Sumbu Kelayakan (Feasibility Axis) untuk Feasibility Assessment. G = Sumbu Geologi (Geological Axis) untuk Geological Study. Digit pertama tentang sumbu ekonomis (economic axis) terdiri dari 3 angka, dimana: Angka 1, menyatakan ekonomis (economic). Angka 2, menyatakan berpotensi ekonomis (potentially economic).
16 12 Angka 3, menyatakan berintrinsik ekonomis (dari ekonomis ke berpotensi ekonomis). Digit kedua tentang sumbu kelayakan (feasibility axis) terdiri dari 3 angka, dimana: Angka 1, menyatakan studi kelayakan (feasibility study) dan atau laporan penambangan (mining report). Angka 2, menyatakan studi pra kelayakan (prefeasibility study). Angka 3, menyatakan studi geologi (geological study). Digit ketiga tentang sumbu geologi (geological study) terdiri dari 4 angka, yaitu: Angka 1 menyatakan eksplorasi rinci (detailed exploration). Angka 2 menyatakan eksplorasi umum (general exploration). Angka 3 menyatakan prospeksi (prospecting). Angka 4 menyatakan survai tinjau (reconnaissance). Gambar 4. Diagramatik Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral (Amandemen 1 SNI )
17 13 Gambar 5. Kodifikasi Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan (Amandemen 1 SNI ) C. Macam-macam Bahan Galian Berdasarkan cara terjadi atau genesanya, bahan galian dapat dikelompokkan dalam dua golongan besar, yaitu: 1. Endapan bahan galian primer (prymary mineral deposite), terbagi atas: b. Endapan primer yang mengandung logam (primary metallic mineral deposite). Contoh: - Endapan bijih emas primer (berupa ain) di Pongkor - Endapan bijih timah primer di Bangka Belitung - Endapan bijih tembaga (pada batuan skarn) di Grasberg, Tembagapura, Papua c. Endapan primer yang tidak mengandung mineral logam (primary nonmetallic mineral deposite). Contoh: - Endapan batu andesit - Batu granit - Batu diorite - Bahan galian intan primer di Kalimantan 2. Endapan bahan galian sekunder (secondary mineral deposite) a. Endapan sekunder yang mengandung logam (secondary metallic mineral deposite), contoh:
18 14 - Endapan bijih emas sekunder di sungai-sungai di Kalimantan dan Sawahlunto - Endapan bijih timah sekunder berupa pasir timah di Bangka Belitung - Endapan bijih Nikel sekunder berupa Nikel laterit di Sulawesi Tenggara, Pulau Gag, dan Pulau Gebe. - Endapan bijih besi sekunder berupa pasir besi di sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa - Endapan bijih besi berupa laterit besi di Sulawesi Tenggara b. Endapan sekunder yang tidak mengandung logam (secondary nonmetallic mineral deposite), contoh: - Endapan kaolin di Bangka Belitung - Feldspar di Gunung Kidul - Endapan sirtu (pasir batu) - Endapan batugamping
19 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari keseluruhan isi makalah, dapat disimpulkan bahwa: 1. Sumberdaya mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. 2. Cadangan (reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. 3. Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan adalah suatu proses pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu berdasarkan kriteria keyakinan geologi dan kelayakan tambang. 4. Berdasarkan Amandemen 1 SNI , sumberdaya dibagi atas sumberdaya mineral hipotetik (hypothetical mineral resource), sumberdaya mineral tereka (inferred mineral resource), sumberdaya mineral terunjuk (indicated mineral resource), dan sumberdaya mineral terukur (measured mineral resource). Cadangan terbagi atas cadangan terkira (probable reserve) dan cadangan terbukti (proved reserve). 5. USGS menggolongkan sumberdaya ke dalam golongan discovered atau inferred atau tereka, indicated atau tertunjuk, dan measured atau terukur. Cadangan ke dalam golongan mungkin (possible), terkira (probable), atau terbukti (proved). Dari sudut perhitungan kelayakan, klasifikasi McKelvey mengenal tingkat marginal atau kurang ekonomis, para marginal atau tidak terlalu ekonomis, dan ekonomis atau menguntungkan. 6. JORC membagi sumberdaya ke dalam sumberdaya mineral tersirat (inferred mineral resources), sumberdaya mineral terindikasi (indicated 15
20 16 mineral resources), dan sumberdaya mineral terukur (measured mineral resources). Sedang cadangan terbagi atas cadangan bijih mungkin (probable ore reserves) dan cadangan bijih terbukti (proved ore reserves). 7. Angka-angka kodifikasi cadangan dan sumberdaya Amandemen 1 SNI terdiri dari 3 digit berdasarkan fungsi 3 sumbu, yaitu E, F, dan G, yang masing-masing digit memiliki makna tertentu. 8. Berdasarkan genesanya, bahan galian dapat dikelompokkan dalam endapan bahan galian primer (prymary mineral deposite) atau endapan bahan galian sekunder (secondary mineral deposite). B. Saran SNI sebagai standar nasional yang dimiliki Indonesia masih kerap tergantikan oleh standar dasar klasifikasi dari negara lain, misalnya JORC atau USGS. SNI dinilai sebagai standar non-internasional dan sudah tidak relevan dengan perkembangan teknologi penambangan saat ini. Untuk alasan itu, Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) mengajukan amandemen ulang terhadap SNI. Upaya ini perlu kita dukung demi menjadi satunya dasar klasifikasi di Indonesia dan demi majunya dunia pertambangan di Indonesia. Perlu juga diingat, mineral merupakan sumberdaya yang akan habis setelah satu kali pakai (depleted). Untuk itu diperlukan kebijaksanaan dalam pengelolaan dan pemanfaatannya. Penambangan yang dilakukan harus merupakan penambangan yang berkelanjutan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas sumberdaya manusia.
21 DAFTAR PUSTAKA Adjat Sudradjat Teknologi dan Manajemen Sumberdaya Mineral. Bandung: Penerbit ITB. Badan Standardisasi Nasional (BSN) Amandemen 1 SNI Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan. Badan Standardisasi Nasional (BSN) Amandemen 1 SNI Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara. Dean Andreas Simorangkir, dkk. Komparasi antara Klasifikasi SNI dan JORC. Bandung: ITB. Handout Matakuliah Perhitungan Cadangan. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan. Bandung: ITB. Yanto Indonesianto Manajemen Pertambangan. Yogyakarta: Penerbit UPN Veteran Yogyakarta. 17
Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan
STANDAR NASIONAL INDONESIA AMANDEMEN 1 - SNI 13-4726-1998 ICS 73.020 Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan BADAN STANDARDISASI NASIONAL-BSN Latar Belakang Endapan mineral (bahan tambang ) merupakan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Estimasi Sumber Daya Bijih Besi Eksplorasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mencari sumberdaya bahan galian atau endapan mineral berharga dengan meliputi
Lebih terperinciTugas 1. Metoda Perhitungan Cadangan (TA3113)
Tugas 1 Metoda Perhitungan Cadangan (TA3113) Komparasi antara Klasifikasi SNI dan JORC Kelompok 11 : Dean Andreas Simorangkir (12109003) Ahmad Nazaruddin (12109037) Rahma Fitrian (12109059) Yolanda Efelin
Lebih terperinciPedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan mineral
Standar Nasional Indonesia Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan mineral ICS 07.060 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian
Lebih terperinciPENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi
PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi Latar Belakang Besi. merupakan bahan logam penting yang banyak memberikan sumbangan pada perkembangan peradaban
Lebih terperinciKCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia )
KCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia ) Perkembangan dunia menuntut adanya transparansi, standarisasi dan accountability termasuk di dalam dunia eksplorasi dan pertambangan mineral dan batubara di Indonesia.
Lebih terperinciKlasifikasi sumber daya mineral dan cadangan
SNI 134726-1 9981 Amd 1 : 1999 Standar Nasional Indonesia Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan ICS 73.020 Badan Standardisari Naoional Latar Belakang Endapan mineral (bahan tambang) merupakan salah
Lebih terperinciKONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun
KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Kegiatan usaha pertambangan harus dilakukan secara optimal, diantaranya termasuk melakukan
Lebih terperinciPENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN
PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN ISTILAH DAN DEFINISI Beberapa istilah dan definisi yang digunakan diambil dari acuan-acuan, yang dimodifikasi sesuai kebutuhan, yaitu : Bahan galian, segala jenis bahan
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional
SNI 13-6606-2001 Standar Nasional Indonesia Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian ICS 73.020 Badan Standardisasi Nasional BSN Daftar isi Prakata.. Pendahuluan. 1. Ruang Lingkup 2. Acuan...
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI
BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI Hasil pengolahan data yang didapat akan dibahas dan dianalisis pada bab ini. Analisis dilakukan untuk mengetahui kondisi bawah permukaan secara geometri yang berdasarkan
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Inventarisasi Potensi Bahan Tambang di Wilayah Kecamatan Dukupuntang dan Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat Inventory of Mining Potential
Lebih terperinciOleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.
PERHITUNGAN CADANGAN TERBUKTI DAN PENJADWALAN PENAMBANGAN BATUGAMPING MENGGUNAKAN METODE BLOK MODEL PADA CV. ANNISA PERMAI KECAMATAN HALONG KABUPATEN BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Oleh: Uyu Saismana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Investasi di bidang pertambangan memerlukan jumlah dana yang sangat besar. Agar investasi yang akan dikeluarkan tersebut menguntungkan, maka komoditas endapan bahan
Lebih terperinciKLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA DAN MINERAL MENURUT SNI
KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA DAN MINERAL MENURUT SNI Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Klasifikasi sumberdaya mineral dan batubara merupakan standar pelaporan hasil eksplorasi
Lebih terperinciKlasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara
STANDAR NASIONAL INDONESIA AMANDEMEN 1 - SNI 13-5014-1998 ICS 73.020 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara BADAN STANDARDISASI NASIONAL-BSN LATAR BELAKANG Batu bara merupakan bahan galian yang strategis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk membebaskan atau mengambil endapan bahan galian yang mempunyai arti ekonomis dari batuan induknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas diketahui berapa besar cadangan mineral (mineral reserves) yang ditemukan. Cadangan ini
Lebih terperinciMETODE PERHITUNGAN CADANGAN TE-3231
DIKTAT MATA KULIAH METODE PERHITUNGAN CADANGAN TE-3231 (Edisi 1) Sinclair (2005) Disusun Oleh: Prof. Sudarto Notosiswoyo, Dr.Ir.M.Eng. Syafrizal Lilah, ST.MT. Mohamad Nur Heriawan, ST.MT. Agus Haris Widayat,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi alternative disamping minyak dan gas bumi. Dipilihnya batubara sebagai sumber energi karena batubara relatif lebih murah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Eksplorasiadalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran,bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya cadangan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Endapan Batubara Penyebaran endapan batubara ditinjau dari sudut geologi sangat erat hubungannya dengan penyebaran formasi sedimen yang berumur Tersier yang terdapat secara luas
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI
LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1452 K/10/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI I. PENDAHULUAN 1. Data dan informasi
Lebih terperinciKlasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia
STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 13-5012-1998 ICS 73.020 Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia BADAN STANDARDISASI NASIONAL-BSN LATAR BELAKANG Indonesia secara geologis terletak pada pertemuan
Lebih terperinciBAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA
BAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA Tahapan Eksplorasi Kegiatan eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk dimensi,
Lebih terperinciBIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI
BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA (12 02 0034) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi.
Lebih terperinciEKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU
EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo*, Rudy Gunradi* dan Juju Jaenudin** *Kelompok Penyelidikan Mineral, **Sub Bidang Laboratorium
Lebih terperinciPusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Bandung, Maret 2015
Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Bandung, Maret 2015 MINERAL LOGAM Terdapat 24 komoditi mineral yang memiliki nilai sumber daya dan cadangan yang sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi
I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Daerah Solok Selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai penghasil sumber daya mineral terutama pada sektor bijih besi,
Lebih terperinciKONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun
KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN Oleh : Tim Penyusun 1. PENDAHULUAN Pemanfaatan bahan galian sebagai sumber
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciINVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT
INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT Oleh: Armin Tampubolon P2K Sub Direktorat Mineral Logam SARI Pada tahun anggaran 2005, kegiatan inventarisasi mineral
Lebih terperinciPerencanaan dan Manajemen Eksplorasi
Pekerjaan eksplorasi dengan tujuan untuk mendapatkan data mengenai endapan (bentuk, penyebaran, letak, posisi, kadar/kualitas, jumlah endapan, serta kondisikondisi geologi) harus dilakukan sebelum rencana
Lebih terperinciBab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar, Indonesia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan segala potensi yang ada yang seyogyanya
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Penyusunan Basis Data Assay Basis data Assay dan data informasi geologi adalah data data dasar di dalam proses permodelan dan estimasi sumberdaya bijih. Prosedur awal setelah data
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciTPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 07 SUMBERDAYA MINERAL Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan p batuan (tanah). Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Harga komoditi untuk mineral-mineral saat ini telah mendekati rekor harga tertingginya, seperti Logam-logam industri (bijih besi, tembaga, alumunium, timbal, nikel
Lebih terperinciBab III Dasar Teori III.1 Batubara III.2 Pembentukan Gambut
Bab III Dasar Teori III.1 Batubara Batubara merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk dari akumulasi hancuran tumbuhan yang terendapkan pada lingkungan tertentu, akumulasi endapan tersebut dipengaruhi
Lebih terperinciPOTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Mardiah Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Penelitian tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian Emas termasuk bahan galian mineral logam mulia yang harganya sangat tinggi sehingga keberadaannya perlu diteliti secara detail. Oleh karena itu penelitian
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam bahan galian, yang kemudian bahan galian tersebut dimanfaatkan oleh industry pertambangan untuk memnuhi kebutuhan
Lebih terperinciSNI Standar Nasional Indonesia. Pengawasan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional
SNI 13-6675-2002 Standar Nasional Indonesia Pengawasan eksplorasi bahan galian ICS 73.020 Badan Standardisasi Nasional BSN Daftar Isi Daftar Isi... i Prakata... iii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Nikel laterit adalah produk residual pelapukan kimia pada batuan ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum gunung api pasifik (ring of fire) yang diakibatkan oleh zona subduksi aktif yang memanjang dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertambangan, khususnya batubara merupakan salah satu komoditas yang penting untuk memenuhi kebutuhan energi yang semakin meningkat. Batubara saat ini menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi di bidang pertambangan memerlukan jumlah dana yang sangat besar agar investasi yang akan dikeluarkan tersebut menguntungkan. Komoditas endapan mineral yang
Lebih terperinciYogyakarta, September 2011 Penulis,
RINGKASAN PT. Asia Mineral International memerlukan penaksiran cadangan untuk perencanaan penambangan pasir besi di daerah Desa Badak, Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung. Data eksplorasi
Lebih terperinciKODE PELAPORAN HASIL EKSPLORASI, SUMBERDAYA MINERAL DAN CADANGAN BIJIH INDONESIA KOMITE CADANGAN MINERAL INDONESIA. Kode-KCMI 2011
KODE PELAPORAN HASIL EKSPLORASI, SUMBERDAYA MINERAL DAN CADANGAN BIJIH INDONESIA KOMITE CADANGAN MINERAL INDONESIA Kode-KCMI 2011 Disusun oleh: Komite Bersama Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) dan Perhimpunan
Lebih terperinciPEDOMAN PELAPORAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA
PEDOMAN PELAPORAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA Oleh: Tim Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral-DIK-S T.A. 2003 ABSTRACT Directorate of Mineral Resources Inventory (DMRI) has routinely
Lebih terperinciSumber Daya Alam. Yang Tidak Dapat Diperbaharui dan Yang Dapat di Daur Ulang. Minggu 1
Sumber Daya Alam Yang Tidak Dapat Diperbaharui dan Yang Dapat di Daur Ulang Minggu 1 Materi Pembelajaran PENDAHULUAN SUMBERDAYA ALAM HABIS TERPAKAI SUMBERDAYA ALAM YANG DAPAT DI DAUR ULANG DEFINISI SUMBERDAYA
Lebih terperinciPOTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PERTAMBANGAN RAKYAT DI NAD
POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PERTAMBANGAN RAKYAT DI NAD Ditulis Oleh SAID AZIZ Selasa, 06 Januari 2009 Pusat Survei Geologi - Badan Geologi Dept. ESDM Bandung-Indonesia Dipresentasikan pada Temu Sinkronisasi
Lebih terperinciSARI ABSTRACT PENDAHULUAN
ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DENGAN METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTING (IDW) PADA PT. VALE INDONESIA, Tbk. KECAMATAN NUHA PROVINSI SULAWESI SELATAN Rima Mustika 1, Sri Widodo 2, Nurliah Jafar 1 1.
Lebih terperinciBSN. Evaluasi laporan penyelidikan umum dan eksplorasi bahan galian SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional
SNI 13-6676-2002 Standar Nasional Indonesia Evaluasi laporan penyelidikan umum dan eksplorasi bahan galian ICS 73.020 Badan Standardisasi Nasional BSN Evaluasi Laporan penyelidikan umum dan eksplorasi
Lebih terperinciBab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi
Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi II.1. Kriteria Geologi Kriteria geologi merupakan gejala yang mengendalikan terdapatnya endapan mineral dan pengetahuan ini bertujuan melokalisir daerah yang mempunyai
Lebih terperinciKATA PENGANTAR PENDAHULUAN RUANG LINGKUP KOMPETENSI DAN TANGGUNG JAWAB ISTILAH PELAPORAN PELAPORAN UMUM...
KODE - KCMI 2017 Daftar Isi KATA PENGANTAR... 12 PENDAHULUAN... 14 RUANG LINGKUP... 15 KOMPETENSI DAN TANGGUNG JAWAB... 19 ISTILAH PELAPORAN... 24 PELAPORAN UMUM... 26 PELAPORAN HASIL EKSPLORASI... 27
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tugas Akhir adalah mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana (S1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut
Lebih terperinciSeminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV 2016 ISBN Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
PEMETAAN BAWAH PERMUKAAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA DARI DATA BOR MENGGUNAKAN METODE AREA OF INFLUANCE DAERAH KONSENSI PT. SSDK, DESA BUKIT MULIAH, KINTAP, TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN Gangsar
Lebih terperinciPertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.
Pengertian Pertambangan Pertambangan adalah : 1. Kegiatan, teknologi, dan bisnis yang berkaitan dengan industri pertambangan mulai dari prospeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan, pemurnian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumbawa terletak di sebelah timur dari Pulau Lombok yang secara administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau Sumbawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Timah merupakan salah satu mineral ekonomis yang sangat penting dan potensial di dunia karena mempunyai manfaat yang sangat melimpah. Timah banyak digunakan di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sulawesi Tengah merupakan salah satu Provinsi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki banyak potensi Sumber Daya Alam, baik dari aspek pertambangan, perkebunan,
Lebih terperinci3. SNI Amandemen 1, , baru menyentuh klasifikasi berdasarkan tipe endapan batubara di Indonesia. Hanya saja karena terlalu banyaknya klas
PEDOMAN PELAPORAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA Disusun oleh Tim Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral (Sekarang Pusat Sumber daya Geologi) 2003 PENDAHULUAN 1. Sesuai dengan perturan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan Batubara Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan pembakuan mengenai Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan SNI No. 13-6011-1999.
Lebih terperinciJGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 50
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 50 PERHITUNGAN SUMBERDAYA BATUBARA TEREKA CV. KOPERASI PEGAWAI NEGERI BUMI LESTARI KECAMATAN SEBULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Tri Budi
Lebih terperincisumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral yang sangat besar. Sumber daya mineral terbentuk melalui pembentukan pegunungan, aktivitas magma pada gunung api danproses
Lebih terperinciKlasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara
Standar Nasional Indonesia Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara ICS 73.040 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Latar Belakang... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi...
Lebih terperinciPENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK
PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK Yeremias K. L. Killo 1, Rian Jonathan 2, Sarwo Edy Lewier 3, Yusias Andrie 4 2 Mahasiswa Teknik Pertambangan Upn Veteran Yogyakarta 1,3,4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memiliki bermacam-macam sumber energi dimana salah satunya berupa batubara. Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran yang besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai
Lebih terperinciSurvei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung
Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung Oleh : Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat Sumber Daya Geologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai
Lebih terperinciPEMODELAN KADAR NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI DENGAN PENDEKATAN METODA ESTIMASI ORDINARI KRIGING
PEMODELAN KADAR NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI DENGAN PENDEKATAN METODA ESTIMASI ORDINARI KRIGING Wawan A.K. Conoras Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Ternate Email: wawanmine01@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi cukup besar, baik dalam
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Endapan nikel laterit di Pulau Gee terbentuk akibat dari proses pelindian pada batuan ultrabasa. Air hujan yang mengandung CO 2 dari udara meresap ke bawah sampai ke
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PEMUTAKHIRAN DATA DAN NERACA SUMBER DAYA ENERGI TAHUN 2015
EXECUTIVE SUMMARY PEMUTAKHIRAN DATA DAN NERACA SUMBER DAYA ENERGI TAHUN 2015 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor energi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam
Lebih terperinciMetode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar
Metode Perhitungan Cadangan Konsep Dasar Konversi Unit 1 inch = 2,54 cm 1 karat = 200 mgram 1 m = 3,281 feet 1 mile = 1.609 km 1 ha = 10.000 m 2 1 acre = 0,404686 ha 1 cc = 0,061 cinch 1 kg = 2,2046 pound
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sumberdaya mineral di Indonesia khususnya di pulau Jawa banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai penyelidikan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Provinsi Sulawesi Barat terletak di bagian barat Pulau Sulawesi dengan luas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mamuju merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Barat yang merupakan Provinsi baru hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2004. Provinsi Sulawesi
Lebih terperinciTambang Terbuka (013)
Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA. pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi
BAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA A. Pengertian Kegiatan Usaha Pertambangan Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam tambang
Lebih terperinciDitulis oleh Aziz Rabu, 07 Oktober :16 - Terakhir Diperbaharui Minggu, 11 Oktober :06
POTENSI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI UNTUK MENINGKATKAN POTENSI EKONOMI DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Said Aziz Al-Idruss PhD. Pusat Survey Geologi Departemen Energi dan Sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi tambang mineral di Indonesia yang sangat besar dengan kualitas produk baik. Potensi ini penting diperhitungkan untuk waktu yang akan datang. Kegiatan penambangan
Lebih terperinciFORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM
FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM No. Record : Judul Laporan : DATA UMUM Instansi Pelapor : Penyelidik : Penulis Laporan : Tahun Laporan : Sumber Data : Digital Hardcopy Provinsi : Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami peningkatan dalam berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2012 sebesar
Lebih terperinciPENENTUAN CADANGAN BATUBARA DARI DATA BOR MENGGUNAKAN METODE AREA OF INFLUANCE
PENENTUAN CADANGAN BATUBARA DARI DATA BOR MENGGUNAKAN METODE AREA OF INFLUANCE Retna Dumilah*, Syamsuddin, S.Si., Sabrianto Aswad, S.Si, *Alamat korespondensi e-mail : nanangdumilah@yahoo.com Jurusan Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Clering, Kabupaten Jepara secara fisiografi termasuk ke dalam wilayah gunungapi kuarter (Bemmelen, 1949 dalam Widagdo 2015) yang dicirikan dengan kerucut Gunung
Lebih terperinciPENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Heru Sigit Purwanto Program Pascasarjana Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta
Lebih terperinci3. HASIL PENYELIDIKAN
Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Ulusuiti dan Tanjung Lima Kapas, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat Oleh : Yudi Aziz Muttaqin Kelompok Penyelidikan Bawah Permukaan Pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya mineral merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal inilah yang melatarbelakangi adanya pencarian lokasi sumber mineral baru. Setelah adanya
Lebih terperinciBerdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7
Oleh: Ignasius Laya Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7 JAKARTA. PT Newmont Nusa Tenggara, anak usaha Newmont Mining Corporation, salah satu dari lima
Lebih terperinci3. RUANG LINGKUP SUMBER DAYA ALAM
3. RUANG LINGKUP SUMBER DAYA ALAM I. Klasifikasi Sumber Daya Alam (SDA) Secara Umum Sumber Daya alam dapat diklasifikasikan dalam 2 kelompok ( b dasarkan Skala Waktu Pembentukan ) a. Kelompok Stock, yaitu:
Lebih terperinciEKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT
EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT I. PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang keterjadiannya disebabkan oleh proses proses geologi. Berdasarkan
Lebih terperinciINVERSE DISTANCE WEIGHTING
ESTIMASI SUMBERDAYA NIKEL LATERIT DENGAN MEMBANDINGKAN METODE NEAREST NEIGHBOUR POINT DAN INVERSE DISTANCE WEIGHTING Muhammad Irwan Zibuka 1, Sri Widodo 2*, Agus Ardianto Budiman 1, 1. Teknik Pertambangan
Lebih terperinciPENYUSUNAN NERACA BATUBARA DAN GAMBUT. Oleh : Eddy R. Sumaatmadja
PENYUSUNAN NERACA BATUBARA DAN GAMBUT Oleh : Eddy R. Sumaatmadja Kelompok Program Penelitian Energi Fosil ABSTRACT Coal is a strategic fossil fuel and has important role in national energy-mix. Information
Lebih terperinciBAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI
BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI 3.1. Kerangka Pikir Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Undangundang Nomor 24 tahun 1992 tentang Tata Ruang Wilayah dan Undang-undang No.
Lebih terperinciPedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan batubara
Standar Nasional Indonesia SNI 5015:2011 Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan batubara ICS 07.060 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Timah merupakan komoditas tambang tertua dan penting di Indonesia. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB 2 LINGKUP PEKERJAAN
BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN 2.1. Batas Pekerjaan Pekerjaan tim pemutakhiran data dan neraca mineral ini dilakukan berdasarkan hasil kegiatan penyelidikan komoditi-komoditi mineral logam dan bukan logam yang
Lebih terperinci