PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam bukan ras
|
|
- Hamdani Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam bukan ras (buras). Penyebaran ayam kampung sangat luas dan dapat dijumpai di kota maupun desa. Penampilan ayam kampung sangat beragam, begitu pula sifat genetiknya. Potensi ayam kampung patut dikembangkan untuk meningkatkan gizi masyarakat dan dapat dipakai untuk menaikkan pendapatan keluarga. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi adalah rendahnya mutu genetik ayam kampung. Cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu genetik ayam kampung adalah dengan inseminasi buatan (IB). Penggunaan sperma cair untuk IB pada ternak ayam masih menimbulkan banyak permasalahan, terutama menyangkut rendahnya motilitas dan daya tahan hidup spermatozoa setelah penampungan. Kondisi ini diduga berkaitan dengan ketidakmampuan plasma seminalis untuk mencegah kerusakan integritas membran plasma yang diakibatkan oleh proses peroksidasi (Aurich et al., 1997). Peroksidasi terjadi akibat adanya peningkatan senyawa oksigen reaktif sebagai hasil metabolisme spermatozoa. Upaya untuk menghambat peroksidasi lipid dapat dilakukan dengan cara menambahkan antioksidan dalam pakan (Dasrul et al., 2012). Aktivitas antioksidan pada sperma sangat penting dalam melindungi membran spermatozoa terhadap efek merusak dari radikal bebas dan zat racun dari metabolisme (Surai, 2003). 1
2 Penelitian Zarena dan Sankar (2009) menunjukkan bahwa salah satu feed additive ayam kampung yang mengandung antioksidan adalah kulit manggis. Wahyuningtyas et al. (2013) menyatakan bahwa penambahan tepung kulit manggis dalam pakan meningkatkan kualitas sperma itik Mojosari. Sunaiyah et al. (2013) menyatakan bahwa penambahan tepung kulit manggis sebanyak 1,0% dalam ransum meningkatkan fertilitas burung puyuh. Wati et al. (2013) menyatakan bahwa penambahan 1,0 sampai 1,5% tepung kulit manggis dalam ransum meningkatkan fertilitas itik Mojosari. Berdasarkan uraian di atas, untuk melengkapi kajian terhadap manfaat kulit manggis, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kulit manggis dalam pakan terhadap kualitas sperma ayam kampung. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kulit manggis dalam pakan terhadap kualitas sperma ayam kampung. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah informasi ilmiah mengenai penggunaan tepung kulit manggis sebagai aditif pakan yang mampu meningkatkan kualitas sperma ayam kampung. 2
3 TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Ayam Kampung digolongkan ke dalam bangsa Galliformes (unggas). Ayam asli Indonesia mempunyai keragaman sangat besar dan bervariasi dalam warna bulu, kulit, paruh, bentuk tubuh, penampilan produksi, pertumbuhan, dan reproduksinya. Ayam kampung merupakan ayam lokal yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia, memiliki beberapa rumpun dengan karakteristik morfologis yang berbeda dan khas berdasarkan daerah asal (Nataamijaya, 2000). Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau atau green jungle fowls (Gallus varius). Ayam kampung juga merupakan spesies unggas lokal yang populasinya tersebar di seluruh tanah air. Ayam kampung termasuk dalam salah satu kekayaan hayati bangsa Indonesia yang telah lama dibudidayakan sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan alam, terutama di pedesaan (Setioko dan Iskandar, 2005). Ayam kampung yang dipelihara secara tradisional mencapai umur dewasa kelamin sekitar 6 hingga 7 bulan, tapi bila dipelihara secara intensif dapat mempercepat umur dewasa kelamin pada ayam kampung (Resnawati dan Bintang, 2013). 3
4 Bobot dewasa ayam kampung jantan sekitar 1,5 hingga 1,8 kg dan betina sekitar 1,0 sampai 1,4 kg. Ayam kampung yang dipelihara secara ekstensif mencapai umur dewasa kelamin sekitar 6 sampai 7 bulan dengan bobot 1,4 hingga 1,6 kg. Rata-rata produksi telur per periode bertelur sekitar 10 butir dan dalam produksi dalam setahun mencapai 40 hingga 45 butir dengan bobot rata-rata sekitar 40 g per butir (Sartika dan Iskandar, 2007). Proses spermatogenesis pada ayam terjadi pada temperatur tubuh 41ºC. Daya hidup sperma ayam kampung dapat mencapai 102 menit di luar tubuh pada suhu kamar (Johari et al., 2009). Karakteristik sperma ayam kampung diantaranya volume 0,25 ml, ph 7,1, konsentrasi 3,19 milyar/ml, dan motilitas sperma 80% (Saleh dan Sugiyatno, 2006). Sperma unggas menghasilkan volume yang rendah tetapi memiliki konsentrasi spermatozoa yang tinggi. Perbedaan konsentrasi pada setiap ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: pakan, bangsa yang berbeda, kondisi kesehatan ternak dan berat badan ternak (Malik et al., 2013). Konsumsi Pakan Konsumsi pakan adalah variabel yang dipakai untuk mengambarkan banyaknya pakan yang dimakan ternak pada periode waktu tertentu. Ayam mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi (Wahju, 2004). Konsumsi pakan ayam kampung sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhannya agar 4
5 tercapai sistem pemeliharaan yang efisien. Pakan berkualitas harus mengandung nutrien yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan umur dan tujuan pemeliharaan (Resnawati dan Bintang, 2013). Kebutuhan pakan ayam kampung (buras) berdasarkan tingkat umurnya dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Kebutuhan pakan ayam buras berdasarkan tingkat umur Umur (minggu) Konsumsi pakan (g/ekor/hari) > Sumber: Pramudyati (2009) Konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: kualitas pakan, metode pemberian pakan, kondisi kesehatan ayam, temperatur lingkungan, tempat pakan, kondisi kesehatan ayam, dan sistem pemeliharaan (Sidadolog, 2001). Konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh tingkat palatabilitas pakan yang merupakan daya tarik suatu bahan pakan, yang dapat menimbulkan selera makan pada ternak. Palatabilitas pakan sangat berhubungan dengan kualitas pakan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang meliputi: rasa, warna, bau, bahan pakan, level protein dan energi, serta ukuran partikel pakan. Tambahan Pakan Tambahan pakan atau aditif pakan adalah bahan pakan yang tidak mengandung nutrien yang ditambahkan dalam pakan untuk memberikan 5
6 efek tertentu bagi ternak yang memakannya (Zuprizal, 2006). Dono (2012) menjelaskan bahwa saat ini ada beberapa aditif pakan yang dapat ditambahkan pada pakan unggas, seperti: antibiotik, antioksidan, probiotik, prebiotik, sinbiotik, enzim, fitobiotik, dan senyawa asam organik. Senyawa antioksidan yang merupakan salah satu aditif pakan, dapat berupa senyawa alami maupun senyawa sintetik. Senyawa antioksidan sintetis pada saat ini sudah mulai ditinggalkan karena memiliki sifat karsinogenik dan antioksidan yang berasal dari alam mulai memegang peranan penting. Senyawa bioaktif yang bersifat antioksidan alami banyak ditemukan di berbagai kulit buah (Lisdawati dan Kardono 2006). Hasil penelitian Wati et al. (2013) menunjukkan bahwa pakan yang ditambah tepung kulit manggis sebagai aditif pakan berpengaruh positif meningkatkan fertilitas telur itik Mojosari. Pada penelitian tersebut juga dilaporkan bahwa prosentase fertilitas itik Mojosari yang diberi pakan dengan penambahan tepung kulit manggis pada perlakuan 1,5% yaitu (86 ± 4,53)% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa penambahan tepung kulit manggis yaitu (78 ± 4,11)%. Hasil penelitian Said dan Maulana (2014) juga menunjukkan bahwa pemberian ekstrak buah merah (Pandanus conoideus Lam.) pada pakan meningkatkan kualitas spermatozoa dan spermatogenesis mencit (Mus mucullus). 6
7 Kulit Manggis Manggis (Garcinia mangostana L.) telah dibudidayakan selama berabad-abad di daerah tropis. Pohon ini banyak terdapat di Asia Tenggara, seperti: di Indonesia, serta di Semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Vietnam (Akao et al., 2008). Tanaman Manggis mempunyai taksonomi sebagai berikut (Rukmana, 1995): Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub-divisi : Angiospermae Kelas Ordo Family Genus : Dicotyledoneae : Guttiferanales : Guttifereae : Garcinia Spesies : Garcinia mangostana L. Senyawa bioaktif buah manggis banyak ditemukan pada bagian kulit buahnya di antaranya adalah: xanthone, mangostin, garsinon, flavonoid, tannin, gartanin, gamma mangostin, alfa mangostin garsinon E, dan epikatelin (Tukiran et al., 2015). Xanthone diketahui sebagai senyawa utama dalam kulit manggis sebesar 107,76 mg per 100 g, yang berfungsi sebagai antioksidan, antidiabetik, antikanker, anti inflamasi, anti mikrobia, dan anti jamur (Orozco dan Failla, 2013). Xanthone juga berfungsi sebagai senyawa fenolik yang dapat berpartisipasi dalam perlindungan terhadap tindakan oksigen reaktif berbahaya, terutama radikal bebas 7
8 (Zarena dan Sankar, 2009). Kulit manggis selain mengandung senyawa bioaktif juga mengandung beberapa nutrien lain. Adapun kandungan nutrien tepung kulit manggis dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Kandungan nutrien tepung kulit manggis (g/100g) Kandungan nutrien Kadar Energi (kcal) 76 Protein (g) 0,5 Lemak (g) 0 Karbohidrat (g) 18,4 Serat kasar (g) 0,3 Abu (mg) 0,2 Sumber: Salakpetch (2000) Penambahan tepung kulit manggis diharapkan dapat membantu melawan radikal bebas sehingga proses spermatogenesis dalam saluran reproduksi berjalan dengan normal (Sunaiyah et al., 2013). Antioksidan Antioksidan adalah substansi yang diperlukan untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal tersebut. Christijanti et al. (2010) menyatakan bahwa sistem antioksidan pada sperma berperan penting dalam melindungi membran spermatozoa terhadap efek merusak dari radikal bebas dan zat racun dari metabolisme. Permatasari et al. (2014) juga menyatakan bahwa xanthone adalah senyawa antioksidan yang memiliki gugus hidroksi (-OH) yang efektif mengikat radikal bebas di dalam tubuh. Berdasarkan hal tersebut, kerusakan pada membran sel spermatozoa akibat radikal bebas dapat dihambat, sehingga ikatan antara hormon yang berperan dalam proses 8
9 spermatogenesis dengan reseptor hormon tidak terganggu dan proses spermatogenesis lebih optimal. Sperma Sperma adalah cairan yang mengandung spermatozoa dan plasma sperma yang dihasilkan oleh kelenjar tambahan. Plasma sperma berfungsi sebagai buffer dan sumber makanan sel spermatozoa, sehingga fertilitas dapat terjaga. Plasma sperma disekresikan dari dinding kloaka yang merupakan pelindung dan penyedia nutrien bagi spermatozoa (Aghai et al., 2010). Spermatozoa pada unggas berbentuk oval berekor (filiformis). Kepala spermatozoa terdiri dari nukleus dan bagian atasnya tertutup oleh akrosom yang berbentuk kerucut sedikit melengkung. Ekor spermatozoa terdiri dari leher, bagian tengah, bagian utama dan ujung (Gilbert, 1980). Kualitas sperma ayam lokal tergolong baik dengan konsentrasi spermatozoa 1,80 miliar/ml, motilitas 3,39 dari skala 4, jumlah spermatozoa hidup 75,40%, dan ph 7,80 (Nataamijaya et al., 2005). Sperma membutuhkan nutrien-nutrien agar kualitas dan kuantitasnya tetap baik. Adapun beberapa nutrien yang dibutuhkan sperma antara lain seperti yang disajikan pada Tabel 3. 9
10 Nutrien Fruktosa Selenium Kalsium Magnesium Zinc Antioksidan Asam Folat Vitamin A, E, dan C Vitamin B 12, Vitamin B 9 Nikel Tabel 3. Nutrien yang dibutuhkan sperma Sumber : Cheah and Yang (2011) Fungsi/Peran Energi spermatozoa Meningkatkan motilitas sperma produksi sperma, pematangan, motilitas, dan kapasitas fertilisasi produksi sperma, pematangan, motilitas, dan kapasitas fertilisasi Pembentukan sperma, motilitas sperma dan metabolisme hormone melindungi sperma dari kerusakan oksidatif lebih lanjut selama produksi sperma Nutrisi penting dalam pembentukan DNA, RNA dan pembentukan sperma meningkatkan kualitas sperma dan produksisperma melalui perlindungan membran spermatozoa Terlibat dalam sintesis RNA dan DNA meningkatkan kesehatan sperma Meningkatkan produksi sperma Proses pembentukan sel sperma (spermatogenesis) terjadi di jaringan epitel tubulus seminiferus di bawah kontrol hormon gonadothropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubulus semineferus ini terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu: fase spermatogonial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis. Proses spermatogenesis tersebut membutuhkan waktu sekitar 13 sampai 14 hari (Yuwanta, 2004). Penampungan Sperma Metode penampungan sperma pada unggas yang efektif adalah dengan cara pengurutan pada bagian abdominal (Donoghue and Wishart, 10
11 2000). Ayam dipegang dengan tangan kanan pada kaki dan diurut pada bagian punggung dari arah depan ke belakang sampai sekitar kloaka dengan tangan kiri, dan sperma yang keluar ditampung dengan tabung penampung yang diarahkan ke kloaka. Pengurutan dilakukan selama 2 sampai 3 menit untuk setiap ekor ayam jantan (Asmarawati et al., 2013). Evaluasi sperma Hafez (1993) menyatakan bahwa pemeriksaan sperma secara makroskopik meliputi: volume sperma, warna sperma, bau sperma, konsistensi sperma (derajat kekentalan sperma), dan ph sperma. Pemeriksaan sperma secara mikroskopik meliputi: daya gerak (motilitas) spermatozoa, konsentrasi sperma, daya hidup (viabilitas) sperma, dan abnormalitas sperma. Volume sperma Volume sperma ayam umumnya sangat sedikit, namun memiliki konsentrasi sperma yang tinggi. Volume yang ditampung dengan metode pemijatan akan lebih banyak, jika dibandingkan dengan penampungan sperma saat perkawinan alami. Volume sperma pada saat kawin alami adalah 0,35 ml, sedangkan untuk metode pemijatan adalah 0,88 ml (Parker, 1972). 11
12 Warna dan bau sperma Sperma ayam berwarna putih seperti air susu. Sperma yang normal, pada umumnya memiliki bau amis khas disertai dengan bau dari hewan itu sendiri. Bau busuk bisa terjadi apabila sperma rusak dan mengandung nanah yang disebabkan karena infeksi organ atau saluran reproduksi hewan jantan (Garner dan Hafez, 2000). Konsistensi sperma Konsistensi atau derajat kekentalan sperma, berkaitan dengan warna sperma. Warna sperma (normal) dapat memprediksikan konsistensi spermatozoa, yaitu kental atau warna krem (1000 sampai 2000 juta spermatozoa/ml), encer atau keruh (500 sampai 900 juta spermatozoa/ml), cair atau agak keruh (100 sampai 400 juta spermatozoa/ml), dan jernih (kurang dari 100 juta spermatozoa/ml) (Ismaya, 2014). Kartasudjana (2001) menambahkan bahwa konsistensi atau kekentalan atau viskositas juga memiliki kaitan dengan konsentrasi sperma di dalamnya. Wahyuni (2002) menyatakan bahwa apabila saat digoyangkan dalam tabung sperma bergerak lambat, maka itu menunjukkan bahwa tingkat viskositas (kekentalan) sperma tinggi. Namun, apabila agak cepat berarti sedang dan apabila cepat menandakan sperma tersebut encer. 12
13 Derajat keasaman (ph) Pengukuran derajat keasaman (ph) sperma dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan kertas ph atau lebih teliti lagi diukur dengan ph meter (Kismiati, 1997). Derajat keasaman sperma ayam pada umumnya adalah 7,3 (Maslikowski et al., 2015). Sperma yang pekat biasanya mudah mengalami perubahan ph menjadi lebih asam. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya penimbunan asam laktat sebagai akibat aktivitas metabolisme sperma (Ismaya, 2014). Motilitas sperma Spermatozoa umumnya mempunyai kecenderungan untuk bergerak bersama-sama ke satu arah, sehingga membentuk suatu gelombang-gelombang yang tebal atau tipis dan bergerak cepat atau lambat. Gelombang bergerak cepat atau lambat tergantung dari konsentrasi sperma hidup di dalamnya. Kualitas sperma yang baik dapat dilihat dari tingkat keaktifan pergerakan sperma. Gerakan massa spermatozoa dapat dilihat dengan jelas di bawah mikroskop biasa dengan pembesaran kecil (10x10) dan cahaya yang dikurangi (Toelihere, 1993). Pemeriksaan motilitas merupakan cara pemeriksaan visual dengan bantuan mikroskop yang dinyatakan secara komparatif. Pemeriksaan motilitas massa dan individu dilakukan pada sperma segar yang baru dikoleksi dan belum diencerkan (Mathevon et al., 1998). Petters et al. (2008) menyatakan bahwa sperma ayam memiliki motilitas sekitar 82,5%. 13
14 Konsentrasi sperma Penilaian konsentrasi atau jumlah spermatozoa per milliliter sperma sangat penting karena faktor inilah yang menggambarkan sifat-sifat sperma dan dipakai sebagai salah satu kriteria penentuan kualitas sperma. Konsentrasi digabung dengan volume dan persentase sperma motil akan memberikan jumlah sperma motil per ejakulat, yaitu kuantitas yang menentukan berapa betina yang dapat diinseminasi dengan ejakulat tersebut. Metode penghitungan konsentrasi sperma bermacam-macam, seperti: penghitungan dengan haemocytometer, kolorimeter fotoelektrik, dan penghitungan secara elektronik. Metode yang dipakai tergantung pada situasi, kebutuhan, kebiasaan, dan tersedia tidaknya alat yang dipergunakan (Toelihere, 1993). Nataamijaya et al. (2005) menyatakan bahwa spermatozoa ayam memiliki konsentrasi sekitar 1,80 miliar sel/ml. Viabilitas sperma Pengamatan terhadap viabilitas atau daya hidup spermatozoa dilakukan dengan pewarnaan eosin 2%. Daya hidup spermatozoa diamati dari perubahan warna pada spermatozoa tersebut. Jika spermatozoa berwarna merah artinya spermatozoa tersebut menyerap eosin (mati) (Salimah, 2014). Perbedaan zat warna antara sel-sel sperma yang mati dan yang hidup digunakan untuk melindungi jumlah sperma hidup secara objektif pada waktu sperma segar dicampur dengan zat warna (eosin 2%). Sel-sel sperma yang hidup tidak atau sedikit sekali menghisap warna sedangkan yang mati akan mengambil warna karena permeabilitas 14
15 dinding meningkat sewaktu mati. Tujuan pewarnaan diferensial adalah untuk mengetahui persentase sel-sel sperma yang mati dan yang hidup (Hafez, 1993). Abnormalitas sperma Hafez (1993) menyatakan bahwa abnormalitas sperma dikelompokan menjadi 2, yaitu: abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer terjadi pada testis saat proses spermatogenesis tepatnya di tubuli semiferi. Abnormalitas primer ditandai oleh kepala yang terlampau kecil (microcephalic) atau terlalu besar (macrocephalic), kepala yang lebar, ekor atau badan berganda dan lainlain. Abnormalitas sekunder terjadi di epididymis sewaktu ejakulasi. Toelihere (1993) menyatakan bahwa setiap spermatozoa yang abnormal tidak dapat membuahi sel telur, tanpa memandang apakah abnormalitas tersebut terjadi di dalam tubuli seminiferi, dalam epididimis atau oleh perlakuan yang tidak wajar terhadap ejakulat. Selama abnormalitas spermatozoa belum mencapai 20% dari contoh sperma, maka sperma tersebut masih dapat dipakai untuk inseminasi. 15
HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di
7 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Lokal Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal yang terdapat di Indonesia beragam penampilannya,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Beku Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai prosedur teknis pengawasan mutu bibit ternak kemudian dimasukkan ke dalam straw dan dibekukan
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari
6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Semen Kambing Semen adalah cairan yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari suspensi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen
19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi terhadap kualitas semen dimaksudkan untuk menentukan kualitas semen yang selanjutnya dapat dijadikan indikator layak atau tidak semen tersebut diproses lebih
Lebih terperinciKualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (1): 39-44 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam Pedaging adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba
HASIL DAN PEMBAHASAN Volume Semen Domba Pengukuran volume semen domba dilakukan untuk mengetahui jumlah semen yang dihasilkan oleh satu ekor domba dalam satu kali ejakulat. Volume semen domba dipengaruhi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar
HASIL DAN PEMBAHASAN Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a)
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,
29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, ph dan secara mikroskopis meliputi gerakan massa, konsentrasi sperma,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Semen Domba Segera Setelah Koleksi Pemeriksaan karakteristik semen domba segera setelah koleksi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan secara makroskopis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Texel di Indonesia telah mengalami perkawinan silang dengan domba lokal seperti Domba Ekor Gemuk (DEG) maupun Domba Ekor Tipis (DET) dan kemudian menghasilkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Entok (Cairina moschata) Entok (Cairina moschata) merupakan unggas air yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Entok lokal memiliki warna bulu yang beragam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ada (Mulyono dan Sarwono, 2004). K isaran volume semen per ejakulat
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Domba Ekor Tipis Domba ekor tipis merupakan domba yang bersifat profilik yaitu mampu mengatur jumlah anak yang akan dilahirkan sesuai dengan ketersediaan pakan yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal kaya akan sumber daya genetik, tetapi keberadaannya belum digali secara optimal. Salah satu potensi sumber daya genetik peternakan adalah ayam lokal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkawinan Perkawinan yang baik yaitu dilakukan oleh betina yang sudah dewasa kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat melahirkan (Arif, 2015).
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi Ayam Sentul Ayam lokal merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di Indonesia. Ayam lokal merupakan hasil domestikasi ayam hutan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian rataan suhu dan kelembaban harian kandang berturut-turut 28,3 o C dan 91,3% yang masih dalam kisaran normal untuk hidup kelinci. Adapun suhu dan kelembaban
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis
31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Semen Segar Domba Lokal Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap evaluasi semen domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan
21 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeliharaan Semiorganik Pemeliharaan hewan ternak untuk produksi pangan organik merupakan bagian yang sangat penting dari unit usaha tani organik dan harus dikelola sesuai
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal
16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Ternak (KTT) Manunggal IV Dusun Wawar Lor, Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah pada bulan Maret Juni
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang. Persilangan antara kedua jenis kambing ini telah
Lebih terperinciBAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan
4 BAB II TIJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Semen merupakan suatu produk yang berupa cairan yang keluar melalui penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan oleh testis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini produktivitas ayam buras masih rendah, untuk meningkatkan produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas dan kuantitas pakan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani berkualitas yang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Semen Segar Hasil evaluasi semen segar merupakan pemeriksaan awal semen yang dijadikan dasar untuk menentukan kelayakan semen yang akan diproses lebih lanjut. Pemeriksaan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Teen.) Steenis) dalam pengencer tris kuning telur tehadap kualitas semen kambing Peranakan Etawah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae, sub family Anatinae, tribus Anatini dan genus Anas (Srigandono,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Semen Segar Kambing PE Semen ditampung dari satu ekor kambing jantan Peranakan Etawah (PE) menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan
PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras) atau ayam sayur.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan
I. PENDAHULUAN Infertilitas merupakan suatu masalah yang dapat mempengaruhi pria dan wanita di seluruh dunia. Kurang lebih 10% dari pasangan suami istri (pasutri) pernah mengalami masalah infertilitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi maka terciptalah ayam kampung
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik
PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik Bobot Badan Tikus Ekstrak rumput kebar yang diberikan pada tikus dapat meningkatkan bobot badan. Pertambahan bobot badan tikus normal yang diberi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Nugraha dkk., 2012). Itik
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Tegal Itik merupakan unggas air yang tahan penyakit, pertumbuhan cepat serta mampu mencerna serat kasar yang tinggi (Nugraha dkk., 2012). Itik diklasifikasikan dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak dipelihara petani-peternak di Sumatra Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi Pesisir mempunyai
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Infertilitas merupakan masalah yang memiliki angka kejadian yang cukup besar di Indonesia. Penyebab infertilitas pria dipengaruhi oleh banyak faktor,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Mojosari Itik Mojosari merupakan salah satu jenis itik lokal yang cukup populer di Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa Timur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani bagi tubuh. Hal ini
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan babi yang ada di Indonesia khususnya di daerah Bali masih merupakan peternakan rakyat dalam skala kecil atau skala rumah tangga, dimana mutu genetiknya masih kurang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai 242.013.800 jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya (Anonim,2013). Jumlah penduduk yang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang mudah dipelihara dan dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara tradisional. Salah satu bangsa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab
HASIL DAN PEMBAHASAN Inseminasi Buatan pada Ayam Arab Ayam Arab yang ada di Indonesia sekarang adalah ayam Arab hasil kawin silang dengan ayam lokal. Percepatan perkembangbiakan ayam Arab dapat dipacu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 Abnormalitas Spermatozoa Pemeriksaan abnormalitas spermatozoa dihitung dari jumlah persentase spermatozoa yang masih memiliki cytoplasmic droplet dan spermatozoa yang mengalami abnormalitas sekunder.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Lapang Bagian Produksi Ternak Ruminansia Kecil Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Unit Rehabilitasi Reproduksi, Bagian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)
TINJAUAN PUSTAKA Itik (Anas platyrhynchos) Menurut Achmanu (1997), itik termasuk ke dalam unggas air (waterfowl) yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : kelas Aves, ordo Anseriformes, family Anatidae,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Semen Segar Dari hasil penampungan semen yang berlangsung pada bulan Oktober 2003 sampai dengan Juli 2004 dan rusa dalam kondisi rangga keras memperlihatkan bahwa rataan
Lebih terperinciTatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA
Tatap mukake 6 PokokBahasan: KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA 1. Tujuan Intruksional Umum Mengerti Kuantitas dan Kualitas Sperma pada berbagai ternak Mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC
Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 72-76 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Nilawati
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inseminasi Buatan (IB) adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan campur tangan manusia, yaitu mempertemukan sperma dan sel telur agar dapat terjadi proses pembuahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Ayam lokal telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat
8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Burung Puyuh Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama kali diternakkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking
TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan
27 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Data nilai rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan tepung kulit manggis dicantumkan pada Tabel
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Pengaruh polisakarida krestin dari ekstrak jamur Coriolus versicolor terhadap kecepatan motilitas spermatozoa mencit Hasil pengamatan pengaruh polisakarida
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang dikenal di Indonesia sebagai ternak penghasil daging dan susu. Kambing adalah salah satu ternak yang telah didomestikasi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Burung Puyuh Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa burung liar yang mengalami proses domestikasi. Ciri khas yang membedakan burung
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam bidang sektor peternakan di Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014 mencapai 274,1 juta
Lebih terperinciDAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C
DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C Disajikan oleh : Hotmaria Veronika.G (E10012157) dibawah bimbingan : Ir. Teguh Sumarsono, M.Si 1) dan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt. M.Si 2)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus mengalami peningkatan sehingga permintaan akan ketersediaan makanan yang memiliki nilai
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah
1 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Hubungan Bobot Badan dengan Konsentrasi, Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah dilaksanakan pada bulan Juli -
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai oleh masyarakat. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau konsumen lebih banyak memilih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking dikategorikan sebagai tipe pedaging yang paling disukai baik di Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat dibudidayakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Selama penelitian pada masa adaptasi terjadi kematian delapan ekor puyuh. Faktor perbedaan cuaca dan jenis pakan serta stres transportasi mungkin menjadi penyebab kematian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) merupakan jenis unggas darat yang mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena produktivitasnya cukup tinggi.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang
26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi fisiologis ternak dapat diketahui melalui pengamatan nilai hematologi ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang mengandung butir-butir
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pedaging Ayam pedaging merupakan hasil persilangan yang dihasilkan dari jantan strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan strain bertulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Angka kejadian infertilitas masih menjadi masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Infertilitas adalah ketidakmampuan terjadinya konsepsi atau memiliki anak pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam lokal di Indonesia adalah kekayaan alam yang merupakan aset nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung disebut juga dengan istilah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan masyarakat akan daging domba setiap tahunnya terus meningkat.
Lebih terperinciPengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)
Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.) Budi Setyono, SPi dan Suswahyuningtyas Balai Benih Ikan Punten Batu email:
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Spermatogenesis Spermatogenesis adalah suatu proses pembentukan spermatozoa (sel gamet jantan) yang terjadi hanya di tubuli seminiferi yang terletak di testes (Susilawati,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
12 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan yaitu semen yang berasal dari lima ekor kambing PE umur 2-3 tahun. 3.1.2 Bahan dan Peralatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan spesies Gallusdomesticus. Ayam broiler merupakan ayam tipe pedaging yang lebih muda dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler dapat dipanen pada kisaran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan kambing Kacang (Devendra dan Burns, 1983). Menurut tipenya, rumpun
6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Kambing Peranakan Etawah Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah yang berasal dari India yang memiliki iklim tropis/subtropis dan beriklim kering dengan
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging Menurut Indro (2004), ayam ras pedaging merupakan hasil rekayasa genetik dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari Amerika
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa negara berkembang seperti Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar sehingga aktivitas maupun pola hidup menjadi sangat beraneka ragam. Salah satu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah konsumen rokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga terbesar di dunia setelah Cina dan India. Tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang disertai dengan perkembangan pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi menyebabkan terjadinya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung dikenal sebagai jenis unggas yang mempunyai sifat dwi fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong. Wahju (2004) yang menyatakan bahwa Ayam
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ayam Ras petelur Ayam ras petelur merupakan tipe ayam yang secara khusus menghasilkan telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak ke arah pencapaian swasembada protein hewani untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol merupakan zat psikotropika dengan penggunaan yang paling luas. Salah satu jenis minuman beralkohol yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat khususnya di daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di negara Republik Indonesia semakin meningkat yang menyebabkan kebutuhan akan sumber makanan yang memiliki gizi yang
Lebih terperinci