POTENSI WILAYAH SEBARAN KAYU MANGLID (Manglieta glauca Bl.) PADA HUTAN RAKYAT POLA AGROFORESTRI DI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN CIAMIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI WILAYAH SEBARAN KAYU MANGLID (Manglieta glauca Bl.) PADA HUTAN RAKYAT POLA AGROFORESTRI DI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN CIAMIS"

Transkripsi

1 POTENSI WILAYAH SEBARAN KAYU MANGLID (Manglieta glauca Bl.) PADA HUTAN RAKYAT POLA AGROFORESTRI DI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN CIAMIS Soleh Mulyana dan Dian Diniyati Balai Penelitian Teknologi Agroforestry ABSTRACT Manglid is one of the dominant timbers in agroforestry system of privately owned forest come from Tasikmalaya and Ciamis districts. The research was conducted to identify the potential growth area distribution of manglid timber, the marketing of product from manglid timber at farmer level and the corresponding development pattern.the activity was conducted on April 2012 in Tasikmalaya and Ciamis districts. A number of 40 respondents comprise of the members of the farmer group, 8 timber merchants and a number of 4 respondents comprises of forestry extension officer and staff from forestry and crop estate service of Ciamis and Tasikmalaya districts. Data were collected by interview using questionnaire and observation. The data were processed and analyzed using qualitative descriptive.the research showed that the potential area of the center for manglid timber were only 12 sub districts in Tasikmalaya district and only 7 sub districts in Ciamis district. The topographic condition of the corresponding sub districts have similarity with the growth requirement of manglid timbers, and also supported by homogeneous of the farmers characteristic. The selling system of manglid timber was using the living trees on site. Timber collector selling in the form of sawn timber at road side and in the form of stands in the field. There were two planting patterns based on manglid timber i.e. monoculture and agroforestry. Monoculture pattern was practised by respondents who have main job as non-farmer and live far away from their forest. Agroforestry pattern was practiced by respondents who have main job as a farmer. Keywords : manglid timber, privately owned forest, distribution area, type of selling, planting pattern I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis yang dikembangkan di hutan rakyat pola agroforestri adalah kayu manglid yang merupakan jenis khas Pulau Jawa. Kayu ini paling banyak ditemukan di wilayah Jawa Barat, sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur jarang sekali ditemukan (Heyne, 1987). Lebih lanjut dinyatakan oleh Rimpala (2001) bahwa di Jawa Barat, manglid dikembangkan melalui pola agroforestri dan dijadikan sebagai komoditas unggulan, untuk pengembangan hutan rakyat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Pada saat sekarang ini petani masih mengembangkan kayu manglid secara tradisional. Pada umumnya kayu manglid tumbuh secara alami termasuk di wilayah-wilayah yang dianggap keramat. Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis merupakan dua kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang terkenal sebagai daerah sentra kayu manglid, meskipun tidak semua wilayahnya dapat ditumbuhi manglid. Hanya wilayah-wilayah yang sesuai dengan syarat tumbuh saja yang banyak terdapat pohon manglid. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang wilayah sebaran potensial bagi pertumbuhan kayu manglid, bentuk produk kayu manglid yang dipasarkan di tingkat petani serta pola pengembangan kayu manglid di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Informasi dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan kebijakan bagi pengembangan kayu manglid di Jawa Barat. Prosiding Seminar Nasional Agroforestri

2 II. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Cisarua, Kecamatan Cineam, Kabupaten Tasikmalaya dan di Desa Payungagung, Kecamatan Panumbangan, Kabupaten Ciamis. Terpilihnya kedua lokasi tersebut karena masih banyak petani yang mengembangankan kayu manglid dan tergabung dalam kelompok. Pelaksanaan kegiatan penelitian dilakukan pada Bulan April B. Teknik Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperlukan terdiri dari: data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan langsung dari responden, dengan teknik wawancara menggunakan kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dan observasi. Responden penelitian ini adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani hutan rakyat, yaitu sebanyak 20 orang untuk satu lokasi penelitian sehingga total responden ada 40 orang. Pedagang kayu manglid yang dijadikan responden sebanyak 8 orang untuk seluruh lokasi penelitian, 2 orang penyuluh dari Desa Cineam Kabupaten Tasikmalaya dan Desa Payungagung Kecamatan Ciamis serta 2 orang staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis). Pemilihan responden dilakukan secara purposive, yaitu hanya responden yang mengetahui dan terlibat dalam usaha pengembangan manglid yang terpilih. Data sekunder dikumpulkan dari laporan-laporan yang relevan dengan tujuan penelitian. Data yang terkumpul selanjutnya diolah sesuai dengan tujuan penelitian dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Wilayah Sebaran Kayu Manglid Potensi wilayah sebaran kayu manglid di suatu daerah dapat diketahui dengan menelusuri jumlah bibit yang masuk atau dihasilkan oleh wilayah tersebut. Suatu daerah yang memiliki banyak bibit manglid, merupakan indikator tempat tumbuh manglid. Banyaknya permintaan bibit manglid di Provinsi Jawa Barat tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Pengadaan Bibit Manglid Tahun Provinsi Jawa Barat. No. Kabupaten Tahun (batang) Total (batang) 1 Tasikmalaya Garut Majalengka Bandung Sukabumi Sumedang Ciamis Bogor Jumlah Sumber: diolah dari data Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, 2013 Provinsi Jawa Barat meliputi 27 kabupaten dan kota (Anonim, 2013a), selanjutnya berdasarkan Tabel 1 menunjukkan hanya 8 kabupaten dan kota (29,63%) yang meminta bantuan bibit manglid dari Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat. Permintaan bibit manglid paling banyak berasal dari Kabupaten Tasikmalaya yaitu sebanyak bibit, sedangkan permintaan dari Kabupaten Ciamis menduduki peringkat ketujuh, yaitu sebanyak bibit. Persen tumbuh bibit manglid tersebut adalah 70-80% (personal komunikasi dengan staf Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat pada tanggal 8 April 2013). Berdasar jumlah permintaan dan persen tumbuhnya, maka tegakan manglid di Kabupaten Tasikmalaya diperkirakan sebanyak pohon dan di Kabupaten Ciamis sebanyak pohon. 680 Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013

3 Kabupaten Tasikmalaya terbagi menjadi 39 Kecamatan (Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tasikmalaya, 2010) sedangkan Kabupaten Ciamis terbagi menjadi 36 Kecamatan (BPS Kabupaten Ciamis, 2010) dan berdasarkan observasi diketahui bahwa tidak semua kecamatan di kedua kabupaten tersebut menjadi wilayah potensial pertumbuhan kayu manglid (Gambar 1). Gambar 1. Potensi Wilayah Sebaran Kayu Manglid di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis (sumber: diolah dari Anonim, 2013b.) Gambar 1. menunjukkan wilayah pengembangan kayu manglid di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 12 wilayah kecamatan (30,77%), yaitu Kecamatan Bantarkalong, Bojongasih, Culamega, Bojonggambir, Sodonghilir, Taraju, Salawu, Puspahiang, Leuwisari, Cigalontang, Ciawi, dan Cineam (pada gambar ditunjukkan dengan simbol-simbol rumah di bagian bawah) dan sebanyak 7 wilayah kecamatan (19,44%) di Kabupaten Ciamis, yaitu Kecamatan Panawangan, Lumbung, Panjalu, Panumbangan, Sukamantri, Sukadana, dan Rancah (pada gambar ditunjukkan dengan simbol-simbol rumah di bagian atas). Wilayah-wilayah yang menjadi sentra kayu manglid memiliki kesamaan, yaitu memiliki topografi berbukit atau pegunungan dengan kemiringan 20-60%, suhu antara 18 0 C 25 0 C, serta terletak pada ketinggian rata-rata di atas 350 m dpl, seperti disampaikan oleh Rohandi et al. (2010) bahwa kayu manglid di Priangan Timur tersebar pada jenis tanah Latosol, Andosol, Latosol dan Andosol, Alluvial dan Podsolik Merah Kuning dari ketinggian m dpl, dengan curah hujan mm/tahun dan kelerengan 0-45%. Wilayah potensial pertumbuhan kayu manglid juga didukung oleh kondisi karakteristik petani yang homogen, yaitu hutan rakyat pola agroforestri manglid ini dimiliki oleh responden yang berusia tua (61 70 tahun) yaitu sebanyak 70% di Desa Cisarua Kabupaten Tasikmalaya dan 40% di Desa Payungagung Kabupaten Ciamis. Budiman dan Purwanto et al. (2013) menyatakan bahwa tenaga kerja yang bekerja di sektor kehutanan hanyalah tenaga kerja tua, pada kondisi ini biasanya mulai mencari posisi aman yaitu petani akan tetap bekerja di sektor kehutanan hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja, sehingga sangat jarang untuk berinovasi. Kondisi tersebut sangat cocok dengan kondisi kayu manglid yang umur produksinya bisa mencapai 15 tahun, meskipun ratarata petani menebang manglid pada umur 7 10 tahun. Responden yang berusia di atas 40 tahun yang merupakan tenaga kerja berusia tua, mengaku pekerjaan utamanya sebagai petani dan buruh tani, sedangkan tenaga kerja muda (berusia di bawah 40 tahun) pekerjaan utamanya di luar sektor pertanian yaitu di bidang transportasi (ojek), wiraswasta (berdagang), dan menjadi karyawan swasta di perkotaan. Prosiding Seminar Nasional Agroforestri

4 B. Pemasaran Produk Kayu Manglid Produk kayu manglid yang dipasarkan dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana serta jenis pekerjaan responden. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 15% responden di Desa Cisarua Kabupaten Tasikmalaya memiliki pekerjaan sampingan sebagai pengepul kayu sedangkan 85%nya sebagai petani atau buruh tani. Di Desa Payungagung Kabupaten Ciamis sebanyak 20% responden pekerjaan sampingannya sebagai pengepul kayu dan 80% responden sebagai petani dan buruh tani. Responden di kedua lokasi penelitian yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai pengepul kayu menjual kayu manglid dalam bentuk log/kayu gergajian di pinggir jalan sesuai permintaan konsumen. Hal tersebut disebabkan informasi yang diterima oleh responden cukup terbuka, sehingga responden mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan penebangan serta pengurusan admintrasi tata usaha kayu (TUK). Responden yang pekerjaan sampingannya sebagai petani dan buruh tani, menjual kayu manglid dalam bentuk pohon berdiri di kebun/hutan rakyat. Hal tersebut disebabkan oleh kurangnya informasi yang diterima oleh responden, seperti pengurusan surat Tata Usaha Kayu Rakyat (TUKR). Responden beranggapan bahwa pengurusan TUKR memerlukan waktu yang lama dan merepotkan. Terdapat kecenderungan petani takut menghadapi aparat, kurangnya modal untuk biaya penebangan, serta khawatir dengan resiko dan keselamatan dalam penebangan (pembalakan). Responden menanam kayu manglid terutama untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan kayu pertukangan, sehingga daur tebang manglid minimal 15 tahun. Selain itu, terdapat kayu manglid yang diperjualbelikan dengan sistem penjualan tebang pilih, dengan syarat kayunya berdiameter minimal 25 cm atau berumur 7 10 tahun. Berdasarkan data laporan Dinas Kehutanan dan Perkebunanan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis, diketahui bahwa selama 3 tahun terakhir ( ), peredaran hasil produksi kayu bulat didominasi oleh jenis kayu albasia (molluccana (Miq.) Barneby J.W.Grimes). Pada tahun 2011, produksi kayu albasia sebesar 84,18% di Kabupaten Tasikmalaya dan 81,94% di Kabupaten Ciamis, sedangkan produksi kayu manglid pada tahun 2011 hanya sebesar 0,097% di Kabupaten Tasikmalaya dan 0,017% di Kabupaten Ciamis. Produksi manglid yang sedikit tersebut menunjukkan bahwa kayu manglid mulai ditinggalkan oleh petani, padahal kayu manglid memiliki keunggulan yaitu harga di pasaran cukup tinggi, kualitas kayunya bagus, tidak mudah terserang penyakit dan daurnya lebih cepat dari kayu mahoni, serta permintaan kayu manglid terus ada dan semakin meningkat. Hasil wawancara dengan beberapa pelaku pasar kayu manglid di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis, diketahui bahwa terdapat permintaan kayu manglid sebanyak 44 m 3 (68 m 3 log)/ bulan, sehingga dalam jangka waktu satu tahun menjadi 528 m 3 (816 m 3 log). Padahal data dari Dinas Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis tahun 2011 (personal wawancara dengan staf Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tasikmalaya serta staf Dinas Kehutanan Kabupaten Ciamis) menunjukkan bahwa total produksi kayu manglid adalah 262,646 m 3 (170 m 3 Sawn timber). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kayu manglid yang ada di petani hanya dapat memenuhi 32% permintaan konsumen, yang berarti terjadi ketidakseimbangan antara supply dan demand, karena permintaan akan kayu manglid tinggi sedangkan produksinya rendah. Situasi tersebut seharusnya dapat berdampak positif terhadap posisi tawar petani. Akan tetapi hal ini tidak menjadikan motivasi untuk meningkatkan budidaya manglid, karena petani lebih memilih jenis pohon cepat tumbuh daur pendek (fast growing), salah satunya adalah kayu albasia. Petani berpendapat bahwa kayu albasia memiliki keunggulan yaitu lebih ekonomis karena bisa dipanen dalam jangka waktu 3 5 tahun. C. Pola Pengembangan Kayu Manglid Jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden akan membentuk pola pengembangan kayu manglid di lokasi penelitian karena jenis pekerjaan ini akan mencerminkan interaksi petani dengan hutan rakyat. Bertani merupakan pekerjaan utama mayoritas responden (90% di Desa Cisarua Kabupaten Tasikmalaya dan 95% di Desa Payungagung Kabupaten Ciamis), sehingga hutan rakyatnya 682 Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013

5 merupakan sumber utama pendapatan yang harus dikelola secara intensif agar memberikan pendapatan harian. Hal tersebut seperti disampaikan oleh Awang at el. (2002), kendatipun hutan rakyat tidak dalam skala ekonomi, tetapi dengan segala komoditasnya telah secara sangat signifikan membantu memenuhi ragam kebutuhan pemiliknya, baik untuk tambahan pendapatan, bahan obatobatan, sumber pangan, sumber pakan ternak, sebagai tabungan untuk pendidikan anak dan untuk sumber bahan bangunan perumahan dan mebeler. Pengembangan kayu manglid oleh responden petani dilakukan dengan sistem agroforestri pola 2 dan 3 sebagaimana tertera pada Tabel 2. Pola tanam 2 dan pola tanam 3 terbentuk dari campuran berbagai jenis tanaman yaitu kayu, perkebunan, buah, dan tanaman semusim yang berfungsi untuk memenuhi beragam kebutuhan pemiliknya. Tabel 2. Jenis tanaman penyusun hutan rakyat sistem agroforestri manglid di lokasi penelitian Lokasi Jenis Tanaman Pola I Pola II Pola III Desa Cisarua Kayu Manglid Albasia, manglid Albasia, Manglid, suren, afrika Kematan Cineam Perkebunan Kapulaga Kapulaga Cengkeh, kopi Kapulaga, cengkeh, kopi, karet Kabupaten Buah Duku, Pisitan, Duku, Pisitan, kokosan, Manggis, Tasikmalaya kokosan, nangka, rambutan, durian Semusim - Pisang Kapulaga, pisang, ketela pohon, jagung Desa Payungagung Kayu Albasia, Manglid Manglid, Albasia, gmelina Albasia, puspa, Manglid, mahoni, afrika, gmelina Kecamatan Perkebunan Kapulaga Cengkeh, kopi Cengkeh, kopi, coklat Panumbangan Buah - Duku, Pisistan, Manggis, Duku, Pisitan, kokosan, Kabupaten kokosan, nangka, rambutan, durian, nangka, Ciamis campedak Semusim - Cabe, jagung Kapulaga, pisang, ketela pohon Sumber: diolah dari data hasil observasi, 2012 Tabel 2 memperlihatkan bahwa jenis tanaman penyusun pada pola 1 di kedua lokasi penelitian cenderung monokultur. Pemilik pola tanam 1 merupakan responden yang pekerjaan utamanya sebagai wiraswasta (10% di Desa Cisarua Kabupaten Tasikmalaya dan 5% di Desa Payungagung Kabupaten Ciamis). Responden berdomisili tidak dekat dengan hutan rakyat manglidnya, sehingga hutan rakyat yang dimiliki tidak akan dikelola secara intensif dan cenderung dijadikan sebagai tabungan, yang dipergunakan pada waktu tertentu. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya yaitu Ciawi, Cineam, Bantarkalong, Bojongasih, Culamega, Bojong Gambir, Sodohonghilir, Taraju, Salawu, Puspahiang, Leuwisari, Cigalontang dan Kabupaten Ciamis terdiri dari Panawangan, Lumbung, Panjalu, Panumbangan, Sukamantri, Sukadana, rancah, merupakan kecamatan-kecamatan yang menjadi sentra pertumbuhan kayu manglid. Wilayah tersebut memiliki kesamaan topografi yaitu daerahnya berbukit atau pegunungan dengan kemiringan 20-60%, suhunya antara 18 0 C 25 0 C, dan berada di ketinggian ± diatas 350 m dpl. Karakteristik pemiliknya pun memiliki kesamaan yaitu umurnya tergolong pada tenaga kerja tua dan pekerjaan utamanya sebagai petani. 2. Penjualan kayu manglid dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dilakukan oleh responden. Responden yang bekerja sampingan sebagai pengepul kayu akan menjual kayu manglid dalam bentuk log (kayu gergajian) di pinggir jalan dan responden yang bekerja sampingan sebagai petani dan buruh tani akan menjual kayu manglid dalam bentuk berupa pohon berdiri di kebun/hutan. 3. Pola pengembangan kayu manglid di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis, dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dilakukan oleh pemiliknya. Ada dua pola pengembangan yaitu sistem agroforestry Prosiding Seminar Nasional Agroforestri

6 dan monokultur. Pola pengembangan agroforestri dilakukan oleh responden yang tinggal berdekatan dengan lokasi Jelaskan yang menerapkan agroforestri adalah responden yang pekerjaannya sebagai petani dan tinggalnya berdekatan dengan lokasi pengembangan sehingga pengelolaan lahannya dapat dilakukan secara insentif, sedangkan pola monokultur dilakukan oleh responden yang berdomisi jauh dari lokasi pengembangan manglid serta pekerjaan utamanya sebagai wiraswasta sehingga pengelolaannya cenderung tidak intensif. B. Saran Keberadaan kayu manglid di masyarakat pada saat ini cenderung menurun dan digantikan dengan jenis fast growing yaitu albasia. Agar kayu manglid tidak menjadi spesies langka, maka diperlukan pengembangan wilayah pertumbuhannya di Jawa Barat, dengan cara melakukan penyuluhan tentang kayu manglid. Penyuluhan bertujuan agar masyarakat mengenal dengan baik dan benar tentang kayu manglid sehingga tumbuh kecintaan terhadap kayu manglid dan secara sukarela mau mengembangkannya. DAFTAR PUSTAKA Achmad, B dan Purwanto R.H Alokasi Curahan Tenaga Kerja dan Kaitannya dengan Tingkat Pendapatan Petani pada Usaha Hutan Rakyat di Kabupaten Ciamis. Bumi Lestari Jurnal Lingkungan Hidup. In Press. Anonim. 2013a. Daftar Kabupaten dan Kota Di Jawa Barat. Diakses pada tanggal 13 Mei Anonim. b, 2013b. kecamatan_dan_kelurahan_di_jawa_barat. Error! Hyperlink reference not valid. diakses pada tanggal 23 Pebruari Awang, S.A., Andayani W, Himmah B, Widayanti, TW dan Affianto A Hutan Rakyat. Sosial Ekonomi dan Pemasaran. Fakultas Ekonomi UGM. BPFE. Yogyakarta. Anggota IKAPI. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis Kecamatan Panumbangan dalam Angka Badan Pusat Statistik. Kabupaten Ciamis. Ciamis. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka. Tasikmalaya In Figures Katalog BPS: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tasikmalaya. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya. Tasikmalaya. Dinas Kehutanan Propinsi Jawa Barat, Laporan Pengadaan Bibit Kayu-kayuan Kegiatan Rehabilitas dan Koservasi Hulu Das DAS Prioritas Tahun Tidak diterbitkan. Heyne. K Tumbuhan Berguna Indonesia. Cetakan ke I. Jilid I, II, III dan IV. Badan Litbang Kehutanan Jakarta. Penerbit Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta. Rimpala Penyebaran Pohon Manglid (Manglietia glaucabl.) Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Salak. Laporan Ekspedisi Manglid. Bogor. Diakses pada tanggal 13 Mei Rohandi A., Swestiani D., Gunawan, Nadiharto Y., Budirahmawan dan Setiawan I Identifikasi Sebaran Populasi dan Potensi Laban Jenis Manglid untuk mendukung Pengembangan Sumber Benih dan Hutan Rakyat di Wilayah Priangan Timur. Laporan Hasil Penelitian Tahun Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Tidak diterbitkan. 684 Prosiding Seminar Nasional Agroforestri 2013

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS (GEMAR) DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS (GEMAR) DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS () DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS Eva Fauziyah Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN 2012-2014 TUJUAN untuk merumuskan model agroforestry yang dapat diterapkan dengan mempertimbangkan aspek budidaya, lingkungan dan sosial ekonomi SASARAN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 57 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Babakan secara administratif merupakan salah satu dari 25 desa yang terdapat di Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Purwakarta. Desa tersebut terbagi atas

Lebih terperinci

SERANGAN KUTU PUTIH PADA MANGLID (Manglieta glauca Bl) DENGAN POLA MONOKULTUR DAN CAMPURAN

SERANGAN KUTU PUTIH PADA MANGLID (Manglieta glauca Bl) DENGAN POLA MONOKULTUR DAN CAMPURAN SERANGAN KUTU PUTIH PADA MANGLID (Manglieta glauca Bl) DENGAN POLA MONOKULTUR DAN CAMPURAN Endah Suhaendah Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Po Box 5 Ciamis 46201; Telp.

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI DALAM PEMILIHAN JENIS TANAMAN PENYUSUN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN CIAMIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI DALAM PEMILIHAN JENIS TANAMAN PENYUSUN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN CIAMIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI DALAM PEMILIHAN JENIS TANAMAN PENYUSUN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN CIAMIS Tri Sulistyati Widyaningsih dan Budiman Achmad Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl.

Lebih terperinci

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT

PROSIDING Seminar Hasil Litbang Hasil Hutan 2006 : KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT KAJIAN POTENSI KAYU PERTUKANGAN DARI HUTAN RAKYAT PADA BEBERAPA KABUPATEN DI JAWA BARAT Oleh: Ridwan A. Pasaribu & Han Roliadi 1) ABSTRAK Departemen Kehutanan telah menetapkan salah satu kebijakan yaitu

Lebih terperinci

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT OLEH PETANI DI KABUPATEN CIAMIS Oleh: Dian Diniyati dan Eva Fauziyah ABSTRAK

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT OLEH PETANI DI KABUPATEN CIAMIS Oleh: Dian Diniyati dan Eva Fauziyah ABSTRAK PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT OLEH PETANI DI KABUPATEN CIAMIS Oleh: Dian Diniyati dan Eva Fauziyah ABSTRAK Kegiatan pengelolaan hutan rakyat telah dilakukan oleh petani sudah sangat lama, dengan teknik yang

Lebih terperinci

KELEMBAGAAN HUTAN RAKYAT AGROFORESTRI DI KABUPATEN BANJARNEGARA

KELEMBAGAAN HUTAN RAKYAT AGROFORESTRI DI KABUPATEN BANJARNEGARA KELEMBAGAAN HUTAN RAKYAT AGROFORESTRI DI KABUPATEN BANJARNEGARA Eva Fauziyah, Idin Saefudin Ruhimat, dan Budiman Achmad Balai Penelitian Teknologi Agroforestri E-mail: fauziyah_eva@yahoo.com ABSTRACT Generally,

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT 19 BAB V KARAKTERISTIK DAN PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur Umur merupakan salah satu faktor penting dalam bekerja karena umur mempengaruhi kekuatan

Lebih terperinci

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI LEMPUNG 20/05/2013 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI JOGYAKARTA SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI Produktifitas tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor kesesuaian

Lebih terperinci

POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN

POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN POTENSI MODAL PETANI DALAM MELAKUKAN PEREMAJAAN KARET DI KABUPATEN MUSI RAWAS SUMATERA SELATAN (FARMER CAPITAL POTENCIES FOR REPLANTING RUBBER PLANTATION IN MUSI RAWAS REGENCY SOUTH SUMATERA) Maya Riantini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon (Suharjito, 2000). Menurut

Lebih terperinci

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT

BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT BAB VI KELEMBAGAAN USAHA KAYU RAKYAT 6.1 Kelembagaan Pengurusan Hutan Rakyat Usaha kayu rakyat tidak menjadi mata pencaharian utama karena berbagai alasan antara lain usia panen yang lama, tidak dapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Desa Pecekelan Deskripsi Wilayah Desa Pecekelan secara administrasi pemerintahan termasuk wilayah Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo, Propinsi Jawa Tengah. Posisinya berada

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

MANAJEMEN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT PENDAHULUAN

MANAJEMEN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT PENDAHULUAN MANAJEMEN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA, PROVINSI JAWA BARAT Tri Sulistyati Widyaningsih, Dian Diniyati, dan Eva Fauziyah BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI AGROFORESTRY CIAMIS, JAWA BARAT PENDAHULUAN

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN YANG BERORIENTASI PASAR DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA

STUDI IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN YANG BERORIENTASI PASAR DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA STUDI IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN YANG BERORIENTASI PASAR DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TUGAS AKHIR TKP- 481 Oleh : Wiwid Wijayadi L2D 098 474 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

SISTEM PENGELOLAAN DAN POTENSI TEGAKAN HUTAN RAKYAT KECAMATAN NUSAHERANG KABUPATEN KUNINGAN

SISTEM PENGELOLAAN DAN POTENSI TEGAKAN HUTAN RAKYAT KECAMATAN NUSAHERANG KABUPATEN KUNINGAN SISTEM PENGELOLAAN DAN POTENSI TEGAKAN HUTAN RAKYAT KECAMATAN NUSAHERANG KABUPATEN KUNINGAN Agus Yadi Ismail, Oding Syafrudin, Yudi Yutika Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Lebih terperinci

POTENSI HUTAN RAKYAT DENGAN POLA AGROFORESTRY DI DAERAH CIAMIS DENGAN TANAMAN POKOK GANITRI (Elaeocarpus ganitrus)

POTENSI HUTAN RAKYAT DENGAN POLA AGROFORESTRY DI DAERAH CIAMIS DENGAN TANAMAN POKOK GANITRI (Elaeocarpus ganitrus) POTENSI HUTAN RAKYAT DENGAN POLA AGROFORESTRY DI DAERAH CIAMIS DENGAN TANAMAN POKOK GANITRI (Elaeocarpus ganitrus) Oleh : Levina A.G. Pieter dan Budi Rahmawan ABSTRAK Hutan rakyat merupakan lahan yang

Lebih terperinci

LEMBAGA YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI DESA MODEL ITTO KABUPATEN CIAMIS

LEMBAGA YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI DESA MODEL ITTO KABUPATEN CIAMIS LEMBAGA YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN HUTAN RAKYAT DI DESA MODEL ITTO KABUPATEN CIAMIS Oleh : Tri Sulistyati Widyaningsih Balai Penelitian Kehutanan Ciamis ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk memetakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan memegang peranan penting di Indonesia. Hal ini didukung oleh faktor letak geografis Indonesia yang mendukung untuk sektor pertanian,

Lebih terperinci

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT

BAB VI ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT 26 BAB VI ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI KAYU PETANI HUTAN RAKYAT 6.1 Analisis Perkembangan Produksi Kayu Petani Hutan Rakyat Produksi kayu petani hutan rakyat pada penelitian ini dihitung berdasarkan

Lebih terperinci

AGROFORESTRI PEKARANGAN DAN POTENSINYA DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA TEGALRETNO, KECAMATAN PETANAHAN, KABUPATEN KEBUMEN

AGROFORESTRI PEKARANGAN DAN POTENSINYA DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA TEGALRETNO, KECAMATAN PETANAHAN, KABUPATEN KEBUMEN AGROFORESTRI PEKARANGAN DAN POTENSINYA DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA TEGALRETNO, KECAMATAN PETANAHAN, KABUPATEN KEBUMEN Devy Priambodo Kuswantoro Balai Penelitian Teknologi Agroforestry

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Luas HPGW secara geografis terletak diantara 6 54'23'' LS sampai -6 55'35'' LS dan 106 48'27'' BT sampai 106 50'29'' BT. Secara administrasi pemerintahan HPGW

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan Ekonomi Makro Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu

Lebih terperinci

Hambatan, Peluang dan Saran Kebijakan

Hambatan, Peluang dan Saran Kebijakan Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan ISSN: 2085-787X Volume 7 No. 9 Tahun 2013 Menuju Komersialisasi Kayu Hutan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT AGROFORESTRY DI HULU DAS CITANDUY: KASUS DI DESA SUKAMAJU, CIAMIS ABSTRAK

ANALISIS SISTEM DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT AGROFORESTRY DI HULU DAS CITANDUY: KASUS DI DESA SUKAMAJU, CIAMIS ABSTRAK 33 ANALISIS SISTEM DALAM PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT AGROFORESTRY DI HULU DAS CITANDUY: KASUS DI DESA SUKAMAJU, CIAMIS Sanudin dan Devi Priambodo *) ) Peneliti pada Balai Penelitian Teknologi Agroforestry

Lebih terperinci

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan. Program : Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan Judul RPI : Agroforestry Koordinator : Ir. Budiman Achmad, M.For.Sc. Judul Kegiatan : Paket Analisis Sosial, Ekonomi, Finansial, dan Kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Hengki Siahaan* dan Agus Sumadi* * Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Palembang ABSTRAK Pengembangan kayu bawang

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Pulosari Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun, kondisi tutupan lahan Gunung Pulosari terdiri dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Pendahuluan Bambu adalah salah satu jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang potensial untuk mensubstitusi kayu bagi industri berbasis bahan baku kayu. Dengan adanya

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS AGROFORESTRY MANGLID DAN KACANG MERAH DI SUB DAS CITANDUY HULU

PRODUKTIVITAS AGROFORESTRY MANGLID DAN KACANG MERAH DI SUB DAS CITANDUY HULU PRODUKTIVITAS AGROFORESTRY MANGLID DAN KACANG MERAH DI SUB DAS CITANDUY HULU (Studi Kasus di Desa Sindang Barang, Kecamatan Panumbangan, Kabupate Ciamis) Sri Purwaningsih dan Dila Swestiani Balai Penelitian

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sub DAS Cikapundung 4.1.1 Letak dan luas Daerah Sungai Cikapundung terletak di sebelah utara Kota Bandung Provinsi Jawa Barat, dan merupakan bagian hulu Sungai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas Kelurahan Sumber Agung secara Administratif masuk dalam Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung. Letak Kelurahan Sumber

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1. Keadaan Geografis. Kabupaten Kerinci terletak di daerah bukit barisan, dengan ketinggian 5001500 mdpl. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENDAPATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU PADA USAHA HUTAN RAKYAT POLA AGROFORESTRI DI KABUPATEN TASIKMALAYA DIAN DINIYATI* & BUDIMAN ACHMAD

KONTRIBUSI PENDAPATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU PADA USAHA HUTAN RAKYAT POLA AGROFORESTRI DI KABUPATEN TASIKMALAYA DIAN DINIYATI* & BUDIMAN ACHMAD KONTRIBUSI PENDAPATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU PADA USAHA HUTAN RAKYAT POLA AGROFORESTRI DI KABUPATEN TASIKMALAYA DIAN DINIYATI* & BUDIMAN ACHMAD Balai Penelitian Teknologi Agrofrestry Jl. Raya Ciamis, Banjar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden. petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah.

Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden. petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah. V. HASIL PENGAMATAN 5.1 Karakteristik Responden Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah. Responden petani berjumlah

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI)

EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI) Ecogreen Vol. 1 No. 1, April 2015 Halaman 101 108 ISSN 2407-9049 EFISIENSI PEMASARAN KAYU JABON (Anthocephalus cadamba) (STUDI KASUS HASIL HUTAN RAKYAT DESA WAMBULU KECAMATAN KAPONTORI) Marketing eficient

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C. KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi

Lebih terperinci

Kontribusi Ekonomi dan Sistem Pemasaran... ( Tri Sulistyati Widyaningsih & Dian Diniyati)

Kontribusi Ekonomi dan Sistem Pemasaran... ( Tri Sulistyati Widyaningsih & Dian Diniyati) KONTRIBUSI EKONOMI DAN SISTEM PEMASARAN HASIL HUTAN RAKYAT POLA WANAFARMA DI MAJENANG, CILACAP (Economic Contribution and Marketing System of Wanafarma Pattern in Privately Owned Forest Products at Majenang,

Lebih terperinci

Karakteristik hutan rakyat berdasarkan orientasi pengelolaannya: Studi kasus di Desa Sukamaju, Ciamis dan Desa Kiarajangkung, Tasikmalaya, Jawa Barat

Karakteristik hutan rakyat berdasarkan orientasi pengelolaannya: Studi kasus di Desa Sukamaju, Ciamis dan Desa Kiarajangkung, Tasikmalaya, Jawa Barat PROS SEM NAS MASY BIODIV INDON Volume 1, Nomor 4, Juli 2015 ISSN: 2407-8050 Halaman: 696-701 DOI: 10.13057/psnmbi/m010402 Karakteristik hutan rakyat berdasarkan orientasi pengelolaannya: Studi kasus di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang harus dilindungi keberadaannya. Selain sebagai gudang penyimpan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang sangat bermanfaat bagi manusia. Hutan merupakan ekosistem yang menjadi penyangga kehidupan manusia yang harus dilindungi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Khusus di Propinsi Lampung, pembukaan

Lebih terperinci

KOMPOSISI JENIS DAN POLA AGROFORESTRY di DESA SUKARASA, KECAMATAN TANJUNGSARI, BOGOR, JAWA BARAT ABSTRACT

KOMPOSISI JENIS DAN POLA AGROFORESTRY di DESA SUKARASA, KECAMATAN TANJUNGSARI, BOGOR, JAWA BARAT ABSTRACT KOMPOSISI JENIS DAN POLA AGROFORESTRY di DESA SUKARASA, KECAMATAN TANJUNGSARI, BOGOR, JAWA BARAT (The types and patterns of agroforestry composition at Sukarasa Village, Tanjungsari District, Bogor, West

Lebih terperinci

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN A. Kondisi Kekinian dan Status Kawasan Gunung Aseupan Hasil analisis yang dilakukan terhadap citra Landsat 7 liputan tahun 2014, kondisi tutupan lahan Gunung Aseupan terdiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca) adalah komoditas buah yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Buah pisang mudah didapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah

Lebih terperinci

MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN

MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN MENAKSIR VOLUME POHON BERDIRI DENGAN PITA VOLUME BUDIMAN Oleh Budiman Achmad Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Ciamis HP : 081320628223 email : budah59@yahoo.com Disampaikan pada acara Gelar Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. OKTOBER 2010, NTP BALI TURUN SEBESAR 0,33 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Oktober

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian. Berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING 2.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 2.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Tugu Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok berada pada koordinat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 SISTEM PENGELOLAHAN HUTAN RAKYAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT (Studi Kasus : Kecamatan Salapian, Kutambaru, Bahorok di Kabupaten Langkat) SKRIPSI INDRA KUSUMA TARIGAN 041201001 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Agroforestri di Lokasi Penelitian Lahan agroforestri di Desa Bangunjaya pada umumnya didominasi dengan jenis tanaman buah, yaitu: Durian (Durio zibethinus),

Lebih terperinci

Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman

Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman Analisis sosial dan kebijakan pembangunan hutan tanaman Jenis Bambang lanang Analisis Sosial dan Kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman Jenis Kayu bawang Analisis Sosial dan Kebijakan Pembangunan Hutan Tanaman

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kecamatan Cikalong 4.1.1 Luas dan Letak Geografis Kecamatan Cikalong merupakan satu dari 39 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Secara geografis

Lebih terperinci

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG 101 GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG Wilayah Pegunungan Kendeng merupakan bagian dari Kabupaten Pati dengan kondisi umum yang tidak terpisahkan dari kondisi Kabupaten Pati. Kondisi wilayah Pegunungan

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

PEMBIBITAN SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PENGHIDUPAN PETANI AGROFORESTRY SULAWESI TENGGARA : POTENSI DAN TANTANGAN

PEMBIBITAN SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PENGHIDUPAN PETANI AGROFORESTRY SULAWESI TENGGARA : POTENSI DAN TANTANGAN PEMBIBITAN SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PENGHIDUPAN PETANI AGROFORESTRY SULAWESI TENGGARA : POTENSI DAN TANTANGAN Yeni Angreiny, Endri Martini, La Ode Ali Said, James M. Roshetko World Agroforestry Centre

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Sistem agroforestri memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem pertanian monokultur. Adanya beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS KACANG TANAH (Arachis hypogeae L) DIBAWAH TEGAKAN MANGLID DALAM SISTEM AGROFORESTRI

PRODUKTIVITAS KACANG TANAH (Arachis hypogeae L) DIBAWAH TEGAKAN MANGLID DALAM SISTEM AGROFORESTRI PRODUKTIVITAS KACANG TANAH (Arachis hypogeae L) DIBAWAH TEGAKAN MANGLID DALAM SISTEM AGROFORESTRI Aris Sudomo Balai Penelitian Teknologi Agroforestry E-mail : arisbpkc@yahoo.com ABSTRACT The objective

Lebih terperinci

KELOMPOK TANI HUTAN (KTH) RIMBA MAS Tetap Hijau Dimusim Kemarau Oleh : Endang Dwi Hastuti

KELOMPOK TANI HUTAN (KTH) RIMBA MAS Tetap Hijau Dimusim Kemarau Oleh : Endang Dwi Hastuti KELOMPOK TANI HUTAN (KTH) RIMBA MAS Tetap Hijau Dimusim Kemarau Oleh : Endang Dwi Hastuti Kelompok Tani Hutan (KTH) Rimba Mas berada di Desa Gerbo Kecamatan Purwodadi Kabupaten Pasuruan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan Pola agroforestry hutan rakyat penghasil kayu pertukangan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Melalui

Lebih terperinci

PENGARUH PENYIMPANGAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS CENGKEH DI KABUPATEN MALANG

PENGARUH PENYIMPANGAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS CENGKEH DI KABUPATEN MALANG Pengaruh Penyimpangan CurahHujan Terhadap Produktivitas Cengkeh di Kabupaten Malang... (Halil) PENGARUH PENYIMPANGAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS CENGKEH DI KABUPATEN MALANG (The Effect of Precipitation

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI HUTAN RAKYAT POLA WANAFARMA DI MAJENANG, JAWA TENGAH

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI HUTAN RAKYAT POLA WANAFARMA DI MAJENANG, JAWA TENGAH ANALISIS FINANSIAL USAHATANI HUTAN RAKYAT POLA WANAFARMA DI MAJENANG, JAWA TENGAH (The Financial Analysis of Private Forest Farming of Wanafarma Cropping Pattern in Majenang, Central Java) Tri Sulistyati

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Ciamis Berdasarkan data geografis, wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20' sampai dengan 108 40' Bujur Timur dan 7 40'20" Lintang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah

V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH. Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah V. KEADAAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH 5.1 Kecamatan Leuwiliang Kecamatan Leuwiliang memiliki empat unit usaha pengolahan limbah serbuk gergaji. Kecamatan Leuwiliang dan Leuwisadeng memiliki empat unit usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara turun temurun sebagai sumber kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. secara turun temurun sebagai sumber kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan latar belakang negara yang bersifat agraris, memiliki lahan yang terbilang luas serta didukung oleh iklim yang menguntungkan membuat sebagian besar

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga

daerah untuk membiayai berbagai pelayanan publik yang menjadi tanggunga 13 BAB II TINJAUAN UMUM Sebagai bagian integral dari pembangunan nasional kebijakan pembangunan daerah menyarankan adanya keselarasan terhadap laju pertumbuhan antar daerah, pemerataan antar daerah, dan

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL AGROFORESTRY DI DAERAH TANGKAPAN AIR KADIPATEN, TASIKMALAYA, JAWA BARAT

PENERAPAN MODEL AGROFORESTRY DI DAERAH TANGKAPAN AIR KADIPATEN, TASIKMALAYA, JAWA BARAT Respon Masyarakat terhadap Pola Agroforestri pada Hutan Rakyat Penghasil Kayu Pulp Syofia Rahmayanti PENERAPAN MODEL AGROFORESTRY DI DAERAH TANGKAPAN AIR KADIPATEN, TASIKMALAYA, JAWA BARAT Application

Lebih terperinci