PENGARUH PENYIMPANGAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS CENGKEH DI KABUPATEN MALANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENYIMPANGAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS CENGKEH DI KABUPATEN MALANG"

Transkripsi

1 Pengaruh Penyimpangan CurahHujan Terhadap Produktivitas Cengkeh di Kabupaten Malang... (Halil) PENGARUH PENYIMPANGAN CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS CENGKEH DI KABUPATEN MALANG (The Effect of Precipitation Deviation to Clove Productivity in Malang Regency) Amrih Halil Program Pasca Sarjana Ilmu Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia Kampus UI, Pondok Cina, Beji, Pd. Cina, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16424, Indonesia ABSTRAK Penyimpangan curah hujan merupakan bagian dari gejala atmosfer yang memberikan pengaruh terhadap berbagai sektor salah satunya sektor perkebunan. Kabupaten Malang merupakan kabupaten terbesar ketiga yang memiliki perkebunan rakyat cengkeh di Jawa Timur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penyimpangan curah hujan terhadap produktivitas cengkeh di Kabupaten Malang dengan studi kasus di empat kecamatan yakni Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, Ampelgading. Variabel yang digunakan yaitu curah hujan dan produktivitas cengkeh. Data yang dibutuhkan adalah curah hujan dan produktivitas cengkeh selama 26 tahun ( ). Analisis yang digunakan berupa analisis temporal dan statistik. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyimpangan curah hujan dengan wilayah terdampak paling luas terjadi pada tahun 1997 dan 2010 dimana sebaran wilayahnya berada di utara, timur, tenggara, pusat dan barat laut daerah penelitian. Selain itu penyimpangan curah hujan mempunyai pengaruh terhadap produktivitas cengkeh di daerah penelitian. Periode penyimpangan curah hujan mempunyai pengaruh lebih besar pada periode setelah bunga muncul jika dibandingkan dengan periode sebelum bunga muncul dan bunga sampai dengan panen pada produktivitas cengkeh di daerah penelitian. Kata Kunci : Penyimpangan curah hujan, produktivitas, cengkeh ABSTRACT Precipitation deviation is part of atmospheric indication that gives effect to various sectors, one of them is plantation sector. Malang Regency is third largest regency has folk plantation of clove in East Java. This study was conducted to determine the effect of precipitation deviation to clove productivity in Malang Regency study case in four sub-districts such as Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo, and Ampelgading sub-districts. The variables used are rainfall and clove productivity. The data used are rainfall and clove productivity over 26 years ( ). The analysis used temporal and statistic analysis. The results showed that precipitation deviation with the most extensive area occurred in 1997 and 2010, the distribution of the region is in the north, east, southeast, central and northwest study area. In addition, precipitation deviation have affect to clove productivity in study area. Deviation precipitation after the flower come period, have more affect then deviation precipitation before flower come and until cropping period to clove productivity in study area. Keywords: clove, deviation precipitation, productivity PENDAHULUAN Iklim sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia, salah satu contohnya adalah kegiatan di bidang perkebunan. Cengkeh salah satu satu komoditi perkebunan asli Indonesia yang bergantung pada unsur iklim yaitu curah hujan. Komoditi cengkeh memiliki nilai ekonomis pada bunganya, Ketika keadaan hujan menyimpang, produksi komoditi cengkeh akan terganggu (Hardiwijaya, 2014). Penyimpangan atau yang biasa dikenal dengan istilah variabilitas merupakan aspek yang di bahas dalam penelitian, menurut Sandy dalam Rohmah (2014), variabilitas diuraikan menjadi dua bagian yaitu jumlah dan waktu datangnya hujan. Ketika terjadi penyimpangan curah hujan, jumlah curah hujan bisa lebih ataupun kurang dari kondisi normal (kondisi rata-rata), begitupun pula dengan waktu datangnya, yang seharusnya sudah masuk musim kemarau, namun datangnya terlambat atau pun lebih cepat dari kondisi normal (kondisi rata-rata). 145

2 Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan Pemilihan lokasi penyimpangan curah hujan di Kabupaten Malang, difokuskan pada 4 kecamatan, yaitu Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo dan Ampelgading. Lokasi ini dipilih karena keempat kecamatan tersebut merupakan sentra cengkeh yang ada di Kabupaten Malang. Ketinggian wilayah sentra cengkeh didominasi oleh ketinggian meter diatas permukaan laut, dan tingkat kelerengan antara 0 47%, didominasi oleh kelas kemiringan %. Geologi didominasi oleh batuan sedimen miosen tengah yang terdapat di Kecamatan Sumbermanjing Wetan dan jenis tanah didominasi oleh tanah jenis Latosol di wilayah Utara. Ratarata curah hujan bulanan tahun yang paling tinggi yaitu pada bulan Desember dengan nilai 354 mm dan paling rendah yaitu pada bulan Agustus dengan nilai 57 mm. Masa kritis dari pembungaan cengkeh yang diakibatkan oleh curah hujan, dibagi menjadi tiga tahapan. Periode pertama yaitu sebelum bunga muncul. Sebelum menjadi bunga, bunga cengkeh didahului dari bakal bunga. Ketika terjadi hujan (sering hujan malam), suhu menurun cukup banyak, maka bakal bunga tersebut bisa mati kemudian berubah menjadi bakal daun. Periode kedua yaitu setelah bunga muncul. Apabila terjadi hujan ketika periode ini, bunga akan rentan rontok (terutama pada bunga-bunga muda). Periode terakhir yaitu bunga sampai dengan panen, bunga juga akan rentan rontok, yang selanjutnya akan mempengaruhi jumlah produktivitas cengkeh (Hardiwijaya, 2014). Curah hujan di Kabupaten Malang selama 26 tahun terakhir ( ) menunjukkan angka yang fluktuatif. Fluktuatifnya curah hujan di Kabupaten Malang membawa pengaruh dalam bidang perkebunan cengkeh (Suwarto, 2014). Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana penyimpangan curah hujan berdasarkan periode pembungaan cengkeh di Kabupaten Malang pada tahun dan pengaruh penyimpangan curah hujan berdasarkan periode pembungaan cengkeh di Kabupaten Malang pada periode tahun yang sama. METODE Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Malang dengan fokus wilayah penelitian pada kecamatan yang merupakan sentra cengkeh di Kabupaten Malang yaitu Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Dampit, Tirtoyudo dan Ampelgading. Keempat kecamatan tersebut berada di selatan Kabupaten Malang (lihat Gambar 1). Sumbermanjing Wetan merupakan kecamatan terbesar di Kabupaten Malang dari 33 Kecamatan di Kabupaten Malang dengan luas kawasan sekitar 239,49 km 2 atau sekitar 8,04 persen dari total luas Kabupaten Malang dan merupakan sentra cengkeh terbesar di Kabupaten Malang (Badan Pusat Statistik, 2012). Gambar 1. Wilayah Penelitian 146

3 Pengaruh Penyimpangan CurahHujan Terhadap Produktivitas Cengkeh di Kabupaten Malang... (Halil) Alur Pikir Pada alur pikir sesuai Gambar 2 menunjukkan proses penelitian untuk mengetahui pengaruh penyimpangan curah hujan terhadap produktivitas cengkeh di Kabupaten Malang. Data produktivitas cengkeh yang diperoleh dari jumlah produksi dibagi dengan luas perkebunan cengkeh dalam periode waktu 26 tahun ( ) nantinya akan disandingkan dengan hasil penghitungan penyimpangan curah hujan tiga periode kritis tanaman cengkeh terhadap curah hujan (sebelum bunga muncul, setelah bunga muncul, bunga sampai dengan panen) selama 26 tahun ( ). Tujuannya yaitu untuk melihat bagaimana pengaruh penyimpangan curah hujan dengan produktivitas komoditi cengkeh di Kabupaten Malang dan juga dapat diketahui berapa besar pengaruhnya yang dilakukan dengan cara perhitungan statistik. Data Gambar 2. Alur Pikir Selain data sekunder yang telah dijelaskan di Tabel 1. Dilakukan juga pengumpulan data primer berupa survei lapang dengan tujuan melakukan wawancara kepada responden seperti petani cengkeh, perantara (tengkulak) cengkeh, Penyuluh Pertanian Lapang (PPL). Hal yang ditanyakan yaitu terkait kapan cengkeh mulai berbunga dan panen. Selain itu dalam pengumpulan data primer dengan melakukan dokumentasi kondisi wilayah penelitian. Tabel 1. Pengumpulan Data Sekunder Kebutuhan Data Jenis Data Sumber Data Curah hujan dan lokasi stasun penakar curah hujan Data tabular curah hujan harian ( ) dan lokasi stasiun penakar curah hujan (dalam bentuk koordinat) Dinas Pengairan Kabupaten Malang 147

4 Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan Kebutuhan Data Jenis Data Sumber Data Produksi, Luas Lahan, Produktivitas Cengkeh - Jumlah produksi cengkeh per tahun ( ) - Luas lahan cengkeh ( ) - Produktivitas cengkeh ( ) Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabuaten Malang Peta Administrasi, Ketinggian, Kelerengan, Geologi, dan Jenis Tanah Format shapefile (*.SHP) Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Malang Pengolahan Data Penyimpangan Curah Hujan Menghitung nilai penyimpangan curah hujan (sebelum bunga muncul, setelah bunga muncul dan bunga sampai dengan panen) setiap stasiun penakar curah hujan, dengan rumus:... (1) dimana: P sbm = Nilai penyimpangan curah hujan periode sebelum bunga muncul D sbm = Nilai curah hujan dasaharian periode sebelum bunga muncul X sbm = Nilai rata-rata curah hujan periode sebelum bunga muncul... (2) dimana: P tbm = Nilai penyimpangan curah hujan periode setelah bunga muncul D tbm = Nilai curah hujan dasaharian periode setelah bunga muncul X tbm = Nilai rata-rata curah hujan periode setelah bunga muncul... (3) dimana: P sdp = Nilai penyimpangan curah hujan periode sampai dengan panen D sdp = Nilai curah hujan dasaharian periode sampai dengan panen X sdp = Nilai rata-rata curah hujan periode sampai dengan panen Produktivitas Cengkeh Data produktivitas cengkeh diperoleh dari hasil bagi antara data produksi dan luas lahan cengkeh di setiap kecamatan daerah penelitian. Data yang digunakan adalah data tahun Hasil data produktivitas cengkeh dinyatakan dalam satuan kg/ha. Hubungan Penyimpangan Curah Hujan dengan Produktivitas Dilakukan dengan cara membuat trendline (grafik kecenderungan) nilai penyimpangan curah hujan sebelum bunga muncul, setelah bunga muncul, dan bunga sampai dengan panen. Masingmasing nilai tersebut disandingkan dengan data produktivitas cengkeh di setiap kecamatan daerah penelitian. Data Spasial Melakukan pemetaan terkait data olahan curah hujan dengan teknik interpolasi peta untuk mengetahui jangkauan stasiun penakar curah hujan pada daerah penelitian, membuat peta administrasi, peta produktivitas cengkeh daerah penelitian, peta wilayah distribusi curah hujan rata-rata tiga periode (sebelum bunga muncul, setelah bunga muncul, bunga sampai dengan panen) dan peta penyimpangan curah hujan tiga periode (sebelum bunga muncul, setelah bunga muncul, bunga sampai dengan panen). 148

5 Pengaruh Penyimpangan CurahHujan Terhadap Produktivitas Cengkeh di Kabupaten Malang... (Halil) Analisis Data Digunakan analisis statistik yaitu melihat berdasarkan grafik kecenderungan. Apabila grafik naik, dapat diinterpretasikan bahwa semakin tinggi produktivitas cengkeh maka semakin tinggi nilai penyimpangan curah hujannya. Sebaliknya, jika grafik kecenderungan menurun, semakin tinggi produktivitas cengkeh, makin menurun nilai penyimpangan curah hujannya atau makin rendah produktivitas cengkeh, makin tinggi nilai penyimpangan curah hujannya. Pada grafik kecenderungan terdapat nilai R 2. Nilai R 2 menunjukkan seberapa besar hubungan kedua variabel tersebut. Sehingga di akhir di dapatkan penyimpangan curah hujan mana yang lebih pengaruh terhadap produktivitas tanaman cengkeh (sebelum bunga muncul, setelah bunga muncul atau bunga sampai dengan panen). HASIL DAN PEMBAHASAN Penyimpangan Curah Hujan Sebelum Bunga Muncul Menurut keterangan petani cengkeh, Periode munculnya bakal bunga cengkeh yaitu pada dasarian pertama bulan Maret tanggal 1-10 Maret. Dasarian munculnya bakal bunga tersebut, sebagai dasar penetapan dasarian sebelum bunga muncul yaitu 10 hari sebelum munculnya bakal bunga bertepatan pada dasarian ketiga bulan Februari tanggal Februari. Gambar 3. Peta Wilayah Sebaran Rata-Rata Curah Hujan Sebelum Bunga Muncul Gambar 3 menunjukkan bahwa sebaran wilayah rata-rata curah hujan ( ) sebelum bunga muncul dibagi menjadi 5 kelas, yaitu <100 mm, mm, mm, mm dan >125. Semakin ke timur daerah penelitian, semakin tinggi nilai rata-rata curah hujan sebelum bunga muncul. Tahun-tahun yang mengalami penyimpangan di setiap stasiun curah hujan pada periode sebelum bunga muncul dapat dilihat pada Tabel 2. Tahun penyimpangan yang ada di setiap stasiun curah hujan yaitu tahun Stasiun Curah Hujan Tabel 2. Penyimpangan curah hujan rata-rata sebelum bunga muncul Nilai Penyimpangan rata rata Simpangan Baku Sebelum Bunga Muncul Atas Bawah Dampit 0,00 0,64 0,64-0,64 Sitiarjo 0,00 0,57 0,57-0,57 Lebakharjo 0,00 0,57 0,57-0,57 Pujiharjo 0,00 0,56 0,56-0,56 Sumber : Pengolahan data Dinas Pengairan Kabupaten Malang, 2014 Tahun Nilai Penyimpangan 1991, 1993, 1995, 1996, 2000, 2006, , 2001, 2003, 2007, 2008, , 2003, 2004, 2009, 2011, , 1998, 2001, 2004, 2009, 2011, 2012,

6 Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan Penyimpangan Curah Hujan Setelah Bunga Muncul Menurut keterangan petani cengkeh, Periode munculnya bakal bunga cengkeh yaitu pada dasarian pertama bulan Maret tanggal 1-10 Maret. Dasarian munculnya bakal bunga tersebut, sebagai dasar penetapan dasarian setelah bunga muncul yaitu 10 hari setelah munculnya bakal bunga, bertepatan pada dasarian ketiga bulan Februari tanggal Maret. Gambar 4. Peta Wilayah Sebaran Rata-Rata Curah Hujan Setelah Bunga Muncul Gambar 4 menunjukkan bahwa sebaran wilayah rata-rata curah hujan ( ) setelah bunga muncul dibagi menjadi 5 kelas, yaitu < 90 mm, mm, mm, mm dan > 120. Semakin ke timur daerah penelitian, semakin tinggi nilai rata-rata curah hujan setelah bunga muncul. Tabel 3 Menunjukkan tahun-tahun yang mengalami penyimpangan di setiap stasiun curah hujan pada periode setelah bunga muncul. Tahun penyimpangan yang ada di setiap stasiun curah hujan yaitu tahun 1997 dan Tabel 3. Penyimpangan Curah Hujan Rata-Rata Setelah Bunga Muncul Stasiun Curah Hujan Nilai Penyimpangan rata rata Simpangan Baku Setelah Bunga Muncul Atas Penyimpangan Curah Hujan Sampai dengan Panen Bawah Tahun Nilai Penyimpangan Dampit 0,00 0,58 0,58-0, , 1992, 1997, 2002, 2004, 2008, 2009 Sitiarjo 0,00 0,71 0,71-0, , 1994, 1996, 1997, 1999, 2002,2003, 2005, 2009, 2012 Lebakharjo 0,00 0,39 0,39-0, , 1995, 1997, 2002, 2004, 2005, 2007, 2009 Pujiharjo 0,00 0,51 0,51-0, , 1995, 1997, 2002, 2004, 2005, 2012, 2015 Sumber : Pengolahan data Dinas Pengairan Kabupaten Malang, 2014 Menurut keterangan petani cengkeh, Periode pemanenan bunga cengkeh yaitu 4 bulan atau 120 hari setelah bunga muncul, pemanenan bunga cengkeh di Kabupaten Malang terjadi pada awal Agustus, hal tersebut sebagai penetapan periode bunga sampai dengan panen yaitu pada tanggal 21 Maret-31 Juli. Gambar 5 menunjukkan bahwa sebaran wilayah rata-rata curah hujan ( ) bunga sampai dengan panen dibagi menjadi 5 kelas, yaitu <450 mm, mm, mm, mm dan >600. Semakin ke barat daerah penelitian, semakin tinggi nilai rata-rata curah hujan bunga sampai dengan panen. Tabel 4 menunjukkan tahun-tahun yang mengalami penyimpangan di setiap stasiun curah hujan pada periode setelah bunga muncul. Tahun penyimpangan yang ada di setiap stasiun curah hujan yaitu tahun 1998 dan

7 Pengaruh Penyimpangan CurahHujan Terhadap Produktivitas Cengkeh di Kabupaten Malang... (Halil) Stasiun Curah Hujan Gambar 5. Peta Wilayah Sebaran Rata-Rata Curah Hujan Bunga Sampai Panen Tabel 4. Penyimpangan Curah Hujan Rata-rata Sampai dengan Panen Sampai Dengan Panen Nilai Penyimpangan rata rata Simpangan Baku Atas Bawah Tahun Nilai Penyimpangan Dampit 0,00 0,47 0,47-0, , 1998, 2003, 2004, 2005, 2010, 2012 Sitiarjo 0,00 0,49 0,49-0, , 1997, 1998, 2003, 2010, 2013 Lebakharjo 0,00 0,43 0,43-0, , 1998, 1999, 2000, 2004, 2010, 2013 Pujiharjo 0,00 0,42 0,42-0, , 1998, 1999, 2000, 2003, 2004, 2007, 2010, 2013 Sumber : Pengolahan data Dinas Pengairan Kabupaten Malang 2014 Penyimpangan Curah Hujan Tahun 1997 Sebaran wilayah berada di sebelah utara, timur, tenggara, pusat hingga barat laut daerah penelitian. Kecamatan Ampelgading seluruhnya masuk ke dalam wilayah menyimpang, sedangkan Kecamatan Dampit dan Tirtoyudo hampir seluruh masuk ke dalam wilayah menyimpang, hanya di bagian barat daya dua kecamatan tersebut yang tidak masuk kedalam wilayah menyimpang. Sementara Kecamatan Sumbermanjing Wetan sebagian kecil yang masuk ke dalam wilayah menyimpang yaitu bagian timur laut Kecamatan. Gambar 6. Peta Sebaran Wilayah Penyimpangan Curah Hujan Daerah Penelitian Tahun 1997 Penyimpangan Curah Hujan Tahun 2010 Sebaran wilayah berada di sebelah utara dan melintang ke bagian tenggara daerah penelitian. Kecamatan Tirtoyudo dan Dampit hampir seluruhnya masuk ke dalam wilayah menyimpang. Hanya pada bagian timur laut dan barat daya Kecamatan Tirtoyudo yang tidak masuk ke dalam 151

8 Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan wilayah menyimpang, sedangkan pada Kecamatan Dampit yang tidak masuk ke dalam wilayah menyimpang yaitu bagian barat daya. Pada Kecamatan Ampelgading dan Sumbermanjing Wetan hanya sebagian kecil yang masuk ke dalam wilayah menyimpang, yaitu pada Kecamatan Ampelgading yaitu bagian barat daya, sedangkan Kecamatan Sumbermanjing Wetan pada bagian timur laut. Gambar 7. Peta Sebaran Wilayah Penyimpangan Curah Hujan Daerah Penelitian Tahun 2010 Variasi Produktivitas Cengkeh Persebaran produktivitas dilihat berdasarkan satuan administrasi kecamatan yang dapat dilihat pada Gambar 8. Produktivitas cengkeh tertinggi berada di Kecamatan Sumbermanjing Wetan dengan nilai 332 kg/ha. Produktivitas cengkeh terendah berada di Kecamatan Ampelgading dengan nilai 288 kg/ha. Gambar 8. Peta Rata-Rata Produkivitas Cengkeh Tahun Sentra Cengkeh Kabupaten Malang Keterkaitan Penyimpangan Curah Hujan Sebelum Bunga Muncul Dengan Nilai Penyimpangan Produktivitas Cengkeh Terlihat pada grafik sesuai Gambar 9, nilai penyimpangan curah hujan sebelum bunga muncul dengan nilai penyimpangan produktivitas cengkeh, keduanya memiliki kecendurungan naik. Artinya ketika nilai penyimpangan curah hujan tinggi, maka nilai penyimpangan produktivitas juga tinggi. Sebaliknya, ketika nilai penyimpangan curah hujan rendah, maka nilai penyimpangan produktivitas juga rendah. Nilai kecenderungan naik pada nilai penyimpangan curah hujan dilihat dari nilai R 2 yaitu dan garis liniernya memiliki persamaan y = x Nilai kecenderungan naik pada nilai penyimpangan produktivitas cengkeh dilihat dari nilai R 2 yaitu dan garis liniernya memiliki persamaan y = x

9 Pengaruh Penyimpangan CurahHujan Terhadap Produktivitas Cengkeh di Kabupaten Malang... (Halil) Gambar 9. Grafik Keterkaitan Penyimpangan Curah Hujan Sebelum Bunga Muncul Dengan Nilai Penyimpangan Produktivitas Cengkeh Keterkaitan Penyimpangan Curah Hujan Setelah Bunga Muncul Dengan Nilai Penyimpangan Produktivitas Cengkeh Terlihat pada grafik sesuai Gambar 10, nilai penyimpangan curah hujan setelah bunga muncul dengan nilai penyimpangan produktivitas cengkeh. Nilai penyimpangan produktivitas memiliki kecenderungan naik, namun nilai penyimpangan curah hujan memiliki kecederungan turun. Artinya ketika nilai penyimpangan curah hujan tinggi, maka nilai penyimpangan produktivitas rendah. Nilai kecenderungan turun pada nilai penyimpangan curah hujan dilihat dari nilai R 2 yaitu dan garis liniernya memiliki persamaan y = x Nilai kecenderungan naik pada nilai penyimpangan produktivitas cengkeh dilihat dari nilai R 2 yaitu dan garis liniernya memiliki persamaan y = x Gambar 10. Grafik Keterkaitan Penyimpangan Curah Hujan Setelah Bunga Muncul Dengan Nilai Penyimpangan Produktivitas Cengkeh Keterkaitan Penyimpangan Curah Hujan Sampai Panen Dengan Nilai Penyimpangan Produktivitas Cengkeh Terlihat pada grafik sesuai Gambar 11, nilai penyimpangan curah hujan bunga sampai dengan panen dengan nilai penyimpangan produktivitas cengkeh, keduanya memiliki kecendurungan naik. Artinya ketika nilai penyimpangan curah hujan tinggi, maka nilai penyimpangan produktivitas juga tinggi. Sebaliknya, ketika nilai penyimpangan curah hujan rendah, maka nilai penyimpangan produktivitas juga rendah. Nilai kecenderungan naik pada nilai penyimpangan curah hujan dilihat dari nilai R 2 yaitu dan garis liniernya memiliki persamaan y = x Nilai kecenderungan naik pada nilai penyimpangan produktivitas cengkeh dilihat dari nilai R 2 yaitu dan garis liniernya memiliki persamaan y = x

10 Seminar Nasional Geomatika 2017: Inovasi Teknologi Penyediaan Informasi Geospasial untuk Pembangunan Berkelanjutan Gambar 11. Grafik Keterkaitan Penyimpangan Curah Hujan Bunga Sampai Dengan Panen Dengan Nilai Penyimpangan Produktivitas Cengkeh KESIMPULAN Secara temporal penyimpangan curah hujan di daerah penelitian berdasarkan periode sebelum bunga muncul, setelah bunga muncul dan bunga sampai dengan panen terjadi pada tahun 1996, 1997, 1998, 2002 dan Secara spasial wilayah penyimpangan curah hujan tidak terkonsentrasi di wilayah tertentu melainkan menyebar di daerah penelitian. Kejadian penyimpangan curah hujan dengan wilayah terdampak paling luas terjadi pada tahun 1997 dan tahun Sebaran wilayah terdampaknya pada tahun 1997 di sebelah utara, timur, tenggara, pusat hingga barat laut daerah penelitian, sedangkan tahun 2010 di sebelah utara dan melintang ke bagian tenggara daerah penelitian Periode setelah bunga muncul mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dua periode lainnya (Gambar. 10). Ketika nilai penyimpangan curah hujan tinggi, maka nilai penyimpangan produktivitas rendah. Nilai kecenderungan turun pada nilai penyimpangan curah hujan dilihat dari nilai R 2 yaitu dan garis liniernya memiliki persamaan y = x Nilai kecenderungan naik pada nilai penyimpangan produktivitas cengkeh dilihat dari nilai R 2 yaitu dan garis liniernya memiliki persamaan y = x UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada para staf pengajar sarjana dan pascasarjana Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia yang telah memberikan ilmu dan motivasinya selama ini. Para Instansi pemerintah Kabupaten Malang dan responden wilayah penelitian yang telah memberikan data keperluan penelitian. Kemudian ucapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua serta teman-teman yang selalu memberi dukungan dan motivasi. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (2012). Kabupaten Malang dalam angka Malang. Badan Pusat Statistik. Dinas Pengairan (2014). Data Curah Hujan Harian. Malang. Dinas Pengairan. Hadiwijaya, Toyib. (2014). Cengkeh: Data dan Petunjuk Ke Arah Swasembada. Jakarta : Gunung Agung. Rohmah, F. (2014). Pengaruh Penyimpangan Iklim Terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Kebumen. Depok : Skripsi Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. Suwarto. (2014). Top 15 Tanaman Perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya. 154

Pengaruh Penyimpangan Iklim terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Kebumen

Pengaruh Penyimpangan Iklim terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Kebumen Pengaruh Penyimpangan Iklim terhadap Ketahanan Pangan di Kabupaten Kebumen Fathu Rohmah 1, Sobirin 1, Tuty Handayani 1 1 Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH KECENDERUNGAN PERUBAHAN CURAH HUJAN TERHADAP LONGSOR Studi Kasus di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah

PENGARUH KECENDERUNGAN PERUBAHAN CURAH HUJAN TERHADAP LONGSOR Studi Kasus di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah Pengaruh Kecenderungan Perubahan Curah Hujan Terhadap Longsor... (Kanos & Sobirin) PENGARUH KECENDERUNGAN PERUBAHAN CURAH HUJAN TERHADAP LONGSOR Studi Kasus di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah (Trend

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret 2016 - Agustus 2016 73 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik,

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Jurnal Reka Buana Volume 1 No 2, Maret-Agustus 2015 9 ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG Galih Damar Pandulu PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

Variabilitas curah hujan di Kabupaten Kebumen

Variabilitas curah hujan di Kabupaten Kebumen e-issn 2597-9949 JGLITrop Vol.1, No.1, Agustus 2017 2017 Departemen Geografi FMIPA UI Journal homepage: http://jglitrop.ui.ac.id Variabilitas curah hujan di Kabupaten Kebumen Satria Indratmoko, Djoko Harmantyo,

Lebih terperinci

PENGARUH EL NIÑO 1997 TERHADAP VARIABILITAS MUSIM DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH EL NIÑO 1997 TERHADAP VARIABILITAS MUSIM DI PROVINSI JAWA TIMUR PENGARUH EL NIÑO 1997 TERHADAP VARIABILITAS MUSIM DI PROVINSI JAWA TIMUR (THE INFLUENCE OF EL NIÑO 1997 TO SEASONAL VARIABILITY IN EAST JAVA ) Akhmad Fatony 1) Dr. Suwandi 2) Sekolah Tinggi Meteorologi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh : Sri Harjanti W, 0606071834 PENDAHULUAN Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan wilayah tata air dan ekosistem yang di dalamnya

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai

V. GAMBARAN UMUM. Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o sampai V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA) Nandian Mareta 1 dan Puguh Dwi Raharjo 1 1 UPT. Balai Informasi dan Konservasi Kebumian Jalan Kebumen-Karangsambung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dijelaskan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap

Lebih terperinci

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN TERSEDIA SECARA ONLINE http://journal2.um.ac.id/index.php /jpg/ JURNAL PENDIDIKAN GEOGRAFI: Kajian, Teori, dan Praktek dalam Bidang Pendidikan dan Ilmu Geografi Tahun 22, No. 1, Januari 2017 Halaman: 1621

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH POLA CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL

KAJIAN PENGARUH POLA CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL i KAJIAN PENGARUH POLA CURAH HUJAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI DI KECAMATAN PAGERBARANG KABUPATEN TEGAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat gelar S1 Oleh ANNA ULIE NAFISHA 1101010037 PROGRAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas 29 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan salah satu kabupaten/kota yang berada di wilayah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Geografi dan Lingkungan Jakarta Timur terletak pada wilayah bagian Timur ibukota Republik Indonesia, dengan letak geografis berada pada 106 0 49 ' 35 '' Bujur Timur

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Pati merupakan salah satu bagian dari 35 Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Pati merupakan

Lebih terperinci

TOMI YOGO WASISSO E

TOMI YOGO WASISSO E ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT POTENSI GERAKAN TANAH MENGGUNAKANSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI Disusun Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *) Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *) Geographic Information System application to determine the potential area of aquaculture in

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Esti Sarjanti Pendidikan Geografi-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuh Waluh PO.BOX. 202 Purwokerto

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG TESIS PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG ERLINA PANCA HANDAYANINGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat. 11 yang akan datang, yang cenderung mengalami perubahan dilakukan dengan memanfaatkan keluaran model iklim. Hasil antara kondisi iklim saat ini dan yang akan datang dilakukan analisis dan kemudian dilakukan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX) Rahmanita Lestari, Nurul Hidayah, dan Ambar Asmoro Fakultas Geografi UMS E-mail: rahmanovic1993@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PEDAGANG KELAPA MUDA DI KELURAHAN TATURA UTARA DENGAN KELURAHAN TALISE KOTA PALU

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PEDAGANG KELAPA MUDA DI KELURAHAN TATURA UTARA DENGAN KELURAHAN TALISE KOTA PALU e-j. Agrotekbis 1 (5) : 471-476, Desember 2013 ISSN : 2338-3011 ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PEDAGANG KELAPA MUDA DI KELURAHAN TATURA UTARA DENGAN KELURAHAN TALISE KOTA PALU Comparative analyisis of

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

ANALISIS AGIHAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN CILACAP JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

ANALISIS AGIHAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN CILACAP JURNAL PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS AGIHAN IKLIM KLASIFIKASI OLDEMAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN CILACAP Analysis of Oldeman Climate Clasification Distribute Using Geographycal Information System in Cilacap

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI PERSAGUAN DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN KABUPATEN SIMALUNGUN

KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI PERSAGUAN DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN KABUPATEN SIMALUNGUN KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI PERSAGUAN DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN KABUPATEN SIMALUNGUN (The Study of Rice Potential Production on Parsaguan Irrigation Fields in Panei District Simalungun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan Negara agraris yang amat subur sehingga tidak dapat dipungkiri lagi sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Data dalam Badan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini. KATA PENGANTAR Penyajian Prakiraan Musim Hujan 2016/2017 di Provinsi Sumatera Selatan ditujukan untuk memberi informasi kepada masyarakat, disamping publikasi buletin agrometeorologi, analisis dan prakiraan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5

Daftar Isi. Daftar Isi Daftar Gambar Bab 1. Pendahuluan... 5 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Daftar Gambar... 4 Bab 1. Pendahuluan... 5 Bab 2. Metode Prediksi Iklim, Pola Tanam dan... 6 2.1 Pemodelan Prediksi Iklim... 6 2.2 Pengembangan Peta Prediksi Curah Hujan... 8

Lebih terperinci

Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan

Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan Pemetaan Spasial Varietas Jagung Berdasarkan Musim Tanam di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan Muhammad Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Ilmu geografi memiliki dua aspek penting dalam penerapannya yaitu aspek ruang dan aspek waktu. Data spasial merupakan hasil dari kedua aspek yang dimiliki oleh geografi.

Lebih terperinci

Figur Data Kota Surakarta

Figur Data Kota Surakarta KEADAAN GEOGRAFI Geographycal Situation Figur Data Kota Surakarta 2014 1 Kota Surakarta terletak antara 110 45 15 dan 110 45 35 Bujur Timur dan antara 7 36 dan 7 56 Lintang Selatan. Kota Surakarta merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT INVENTARISASI DAN EVALUASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DAN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Oleh : A. Sanusi Halim, Iwan A. Harahap dan Sukmawan SubDit Mineral Non Logam S A R I Daerah penyelidikan yang

Lebih terperinci

Hubungan Keterpaparan Kekeringan dengan Peternakan Sapi Perah di Lereng/Kaki Gunung Merbabu

Hubungan Keterpaparan Kekeringan dengan Peternakan Sapi Perah di Lereng/Kaki Gunung Merbabu Hubungan Keterpaparan dengan Peternakan Sapi Perah di Lereng/Kaki Gunung Merbabu Trifani Taurusiana Prihantini 1, Sobirin 2, dan Tuty Handayani 3 1 Departemen Geografi. Fakultas MIPA, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2016 i KATA PENGANTAR Penyajian prakiraan musim kemarau 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diterbitkan untuk memberikan informasi kepada masyarakat disamping publikasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Daftar Lampiran... i ii iii vi ix xi xiii xii BAB I. PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan bertujuan untuk perbaikan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan masyarakat dengan memperhatikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca) adalah komoditas buah yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Buah pisang mudah didapat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis dan Fisiografis Geografis dan bentuk wilayah mempengaruhi sistem pengelolaan dan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung. Dari fisiografi memberikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH MENGGUNAKAN QUANTUM GIS

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH MENGGUNAKAN QUANTUM GIS ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH MENGGUNAKAN QUANTUM GIS Cesario Barreto 1, Iriene Surya Rajagukguk 2, Sri Yulianto 3 Mahasiswa Magister Sistem Informasi, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang

BAB III METODE PENELITIAN. adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

KAJIAN KETERSEDIAAN AIR METEOROLOGIS UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI PROVINSI JAWA TENGAH DAN DIY. Suci Muliranti

KAJIAN KETERSEDIAAN AIR METEOROLOGIS UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI PROVINSI JAWA TENGAH DAN DIY. Suci Muliranti KAJIAN KETERSEDIAAN AIR METEOROLOGIS UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR DOMESTIK DI PROVINSI JAWA TENGAH DAN DIY Suci Muliranti suci_geografi@yahoo.com M. Pramono Hadi mphadi@ugm.ac.id Abstract The purpose

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 60 BAB III PROSEDUR PENELITIAN 3.1.Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif. Menurut Suryabrata (1983), metode deskriptif eksploratif yaitu sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) Studi Kasus : Desa Marihat Bandar, Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun Bill Clinton Siregar*), Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si**), Ir. M. Jufri, M.Si**)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan.

Kata kunci: luas lahan, produksi, biaya usaha tani, pendapatan. Judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jeruk Pada Desa Gunung Bau Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli Nama : Anak Agung Irfan Alitawan NIM : 1306105136 Abstrak Sektor Pertanian merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam pada sektor pertanian terutama subsektor tanaman pangan.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok KEADAAN UMUM Gambaran Umum Kota Depok Kota Depok pada mulanya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, mengingat perkembangannya yang relatif pesat berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 9-17 Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah Sari Marlina

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan banyak digunakan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selain itu lahan

Lebih terperinci

*Corresponding author : ABSTRACT

*Corresponding author :  ABSTRACT KAJIAN DISTRIBUSI CURAH HUJAN PADA BEBERAPA STASIUN PENAKAR CURAH HUJAN DI DAS PADANG Rodrik T 1*, Kemala Sari Lubis 2, Supriadi 2 1 Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan

Lebih terperinci

Gambar 2 Sebaran Sawah Irigasi dan Tadah Hujan Jawa dan Bali

Gambar 2 Sebaran Sawah Irigasi dan Tadah Hujan Jawa dan Bali 7 Lambang p menyatakan produktivitas (ton/ha), Δp persentase penurunan produktivitas (%). Penggunaan formula linest dengan menggunakan excel diatas akan menghasilkan nilai m yang dapat diinterpretasikan

Lebih terperinci

I. DESKRIPSI KEGIATAN

I. DESKRIPSI KEGIATAN I. DESKRIPSI KEGIATAN 1.1 JUDUL KKN PPM Manggis. 1.2 TEMA Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Buah Manggis Sebagai Komoditas Ekspor Unggulan 1.3 LOKASI Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika 28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksploratif. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:5) penelitian eksploratif adalah. Peneliti perlu mencari hubungan gejala-gejala

Lebih terperinci

NUR MARTIA

NUR MARTIA SIDANG TUGAS AKHIR Studi Sistem Informasi Geografis Kawasan Longsor Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat NUR MARTIA 3507100431 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Provinsi Sumatera Barat berada di antara

Lebih terperinci

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index

Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index Tingkat Kenyamanan Iklim Daerah Tujuan Wisata Di Pulau Jawa Bagian Tengah Dengan Menggunakan Tourism Climate Index Herwina Dewani, Sobirin, Djoko Harmantyo Departemen Geografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci