AGROFORESTRI PEKARANGAN DAN POTENSINYA DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA TEGALRETNO, KECAMATAN PETANAHAN, KABUPATEN KEBUMEN
|
|
- Ratna Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 AGROFORESTRI PEKARANGAN DAN POTENSINYA DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA TEGALRETNO, KECAMATAN PETANAHAN, KABUPATEN KEBUMEN Devy Priambodo Kuswantoro Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar Km. 4 Pamalayan, Po. BOX 5 Ciamis devylator@yahoo.com ABSTRACT The practice of cultivating plants in the homegarden is one of agroforestry patterns, because it combines elements of agricultural crops, horticulture, estate crop, timber, and even ornamental plants. This study aimed to determine patterns of utilization of the farmer s homegarden, to identify the type of plants in the homegarden, and to identify the potency of plants in the homegarden to support the economy of households. Thus, the strategy can be obtained by optimizing the use of their homegarden to provide economic benefits and improve the welfare of farmers. The respondent in the Tegalretno village, Petanahan sub-district, Kebumen regency planted timbers, estate crops and horticultural crops that can be a source of family income. Optimization of the homegarden with local commodities in accordance with the land characteristic and agroclimate that is by melinjo and coconut and timbers such as sengon and nyamplung expected to contribute to the economy of farmers. Implementation of forest tending and the support of marketing management will help to increase productivity and profits continuously. Key words: homegarden, agroforestry, household, farmer 1. Pendahuluan Pekarangan merupakan sebidang lahan yang berada disekitar rumah tinggal dengan status pemilikan pribadi dan memiliki batas-batas yang jelas (Arifin, 2010). Sebagai lahan yang berada di dekat rumah tinggal, pemanfaatannya oleh pemilik dapat menjadi lebih optimal dan berkelanjutan. Pekarangan dapat berfungsi sebagai tempat produksi bahan pangan keluarga karena selain sebagai lahan penanaman tanaman pangan, juga berfungsi sebagai lahan untuk kandang ternak dan kolam ikan. Pekarangan juga dapat ditanami tanaman tahunan dan kayu-kayuan yang berfungsi sebagai tabungan. Arifin (2010) bahkan mencatat bahwa pekarangan terutama yang berada di perdesaan juga mempunyai fungsi lain sebagai tempat terselenggaranya aktivitas sosial budaya. Praktik budidaya tanaman di pekarangan merupakan salah satu bentuk agroforestri karena memadukan unsur tanaman pertanian, hortikultura, perkebunan, kayu-kayuan, bahkan tanaman hias. Pada umumnya, budidaya di pekarangan menggunakan input yang relatif rendah namun dapat memberikan produktivitas lahan yang relatif tinggi. Hasil dari pekarangan seperti buah-buahan, sayuran, bumbu, obatobatan, produksi ternak dan ikan, serta hasil kayu dapat mendukung perekonomian keluarga skala subsisten yaitu untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Padahal, pola agroforestri di pekarangan apabila dikelola secara optimal dan komersial, dapat menjadi bisnis keluarga yang mampu mendatangkan keuntungan secara ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pemanfaatan pekarangan responden petani serta mengidentifikasi jenis-jenis tanaman penyusun pekarangan dan potensinya untuk mendukung perekonomian rumah tangga petani. Dengan demikian, dapat diperoleh strategi optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan untuk memberikan keuntungan secara ekonomis dan meningkatkan kesejahteraan petani. 2. Bahan dan metode Penelitian merupakan studi kasus di Desa Tegalretno, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen yang dilakukan pada Bulan Agustus s.d Oktober Data dikumpulkan dengan cara survai menggunakan teknik wawancara dan diskusi kelompok kepada responden petani yang dipilih secara terarah. Jumlah responden Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei
2 yang dipilih adalah 16 orang petani yang terdiri dari 13 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk mewakili populasinya, tetapi lebih cenderung mewakili informasinya seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Cahyono et al. (2011). Data yang diperoleh dilakukan analisis secara deskriptif. 3. Hasil dan pembahasan 3.1. Keadaan umum lokasi penelitian Desa Tegalretno mempunyai lahan yang relatif datar dengan ketinggian rata-rata 6,3 m dpl dan merupakan desa pesisir. Desa Tegalretno tidak mempunyai tanah sawah akan tetapi menggunakan lahan kering untuk penanaman padi gogo dengan produktivitas gabah kering giling mencapai 3,61 ton/ha di tahun Adapun luas lahan kering di Desa Tegalretno adalah 348,20 ha dengan pembagian 100 ha untuk tegalan, 124,10 ha untuk bangunan dan halaman, serta peruntukan lain-lain seluas 124,10 ha. Jumlah penduduk di Desa Tegalretno sampai dengan tahun 2009 (BPS Kabupaten Kebumen, 2010) sebanyak jiwa dengan pembagian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 958 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 928 jiwa. Penduduk di Desa Tegalretno didominasi oleh penduduk usia produktif. Jumlah rumah tangga sebanyak 468 KK dengan jumlah anggota keluarga rata-rata sebanyak 4 orang. Desa Tegalretno terbagi dalam 10 RT, 4 RW, dan 3 Kedukuhan. Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian. 3.2.Jati diri dan penguasaan lahan responden Responden petani yang dipilih adalah anggota Kelompok Tani Karya Sejati yang bergerak dalam bidang pertanian dan kehutanan. Responden petani didominasi usia produktif yaitu antara 15 tahun sampai dengan 54 tahun. Hal ini sesuai dengan data kependudukan di Desa Tegalretno, bahwa jumlah penduduk usia produktif pada tahun 2009 tercatat sebanyak jiwa atau sekitar 57,32%. Responden petani juga mempunyai jumlah anggota keluarga yang sesuai dengan saran pemerintah yaitu sampai dengan 4 orang dalam satu keluarga. Jumlah anggota keluarga yang kecil ini berimplikasi pada semakin besarnya pembagian kesejahteraan dari hasil usaha petani. Meskipun responden banyak yang berusia produktif, akan tetapi ditilik dari tingkat pendidikannya, mayoritas hanya berpendidikan dasar sampai dengan Sekolah Dasar saja. Implikasi dari rendahnya pendidikan terhadap usaha/kegiatan pertanian adalah pengelolaan lahan yang tradisional dan belum mengedepankan prinsip-prinsip bisnis (komersial) dan budidaya. Contohnya adalah pengelolaan hutan rakyat, dimana tanaman kayu-kayuan sangat jarang mendapatkan pemeliharaan yang cukup. Padahal hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeliharaan tanaman mampu meningkatkan produktivitas dari tanaman tersebut (Kuswantoro dan Suhaendah, 2005). Sebagian besar responden bekerja sebagai petani maupun buruh tani. Pertanian lahan kering menjadi tumpuan hidup responden. Disamping itu, petani juga memelihara ternak berupa sapi, kambing, maupun ayam. Penguasaan lahan responden terbagi menjadi lahan kering/ladang/kebun yang rata-rata seluas 0,36 ha (0,07 ha 0,7 ha), pekarangan dengan luas rata-rata 0,13 ha (0,028 ha 0,28 ha), dan lahan garapan di pantai dengan luas rata-rata 0,525 ha (0,07 ha 1,12 ha). Penguasaan lahan oleh responden termasuk dalam kategori lahan sempit. Perolehan lahan untuk ladang/kebun dan pekarangan didapatkan dari warisan orang tua dan pembelian pribadi. Sedangkan lahan garapan di pantai merupakan lahan sewa ke desa. Penggarapan lahan dilakukan dengan cara sendiri yaitu hanya mengandalkan tenaga kerja keluarga saja maupun dapat diburuhkan. Penggarapan lahan dengan cara diburuhkan dapat menggunakan dua cara yaitu menggunakan buruh tani sebagai tenaga kerja dengan upah Rp ,- s.d. Rp ,- sehari dengan memberikan tambahan makan dan minum maupun dengan cara bagi hasil produksi yang biasanya dilakukan untuk budidaya padi. Dengan berbagai cara pengggarapan lahan, petani berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan dan dengan adanya kearifan untuk berbagi, mereka saling memberikan penghidupan bagi sesamanya Pola pemanfaatan pekarangan Pemanfaatan lahan pekarangan, seperti halnya ladang/kebun petani, masih bersifat tradisional. Tipe pemanfaatan lahan seperti ini termasuk dalam bentuk kebun campuran. Bentuk kebun campuran merupakan bentuk pemanfaatan lahan yang secara tradisional sangat mudah dijumpai di seluruh Indonesia. Martini et al. 328 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
3 (2010) mencatat bahwa meskipun hasil dari kebun campuran biasanya rendah, namun tidak mengurangi minat masyarakat untuk mengusahakannya. Beberapa jenis tumbuhan bahkan ada yang tumbuh sendiri dan dibiarkan hidup oleh petani. Salah satu jenisnya adalah Nyamplung yang berpotensi sebagai sumber bahan bakar nabati dan tanaman obat. Nyamplung dibiarkan tumbuh oleh petani tanpa mereka perlu mengetahui manfaat dari tumbuhan tersebut selama tidak menggangu. Hal ini sesuai dengan kajian Martini et al. (2010) yang menyatakan bahwa banyak hasil produk dari kebun campuran yang belum diketahui benar potensi kegunaan dan pasarnya oleh petani. Pemanfaatan lahan pekarangan oleh petani menjadi bagian tidak terpisahkan dari kegiatan ekonomi yang dilakukannya. Selain tanaman, terdapat pula kandang ternak sapi, kambing, dan ayam. Bauran berbagai macam tanaman dan hewan dalam satu lokasi pekarangan telah membentuk satu interaksi dalam sistem agroforestri atau minimal pola tanam agroforestri. Dengan demikian, disadari ataupun tidak, agroforestri menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan untuk kesinambungan pendapatan petani. Hasil wawancara menunjukkan bahwa responden tidak secara spesifik menentukan jenis tanaman yang ditanam di pekarangan mereka. Mereka lebih melihat kepada pemanfaatan lahan kosong di sekitar rumah. Terlebih ada jenis-jenis tumbuhan yang dibiarkan hidup. Pola tanam yang digunakan bersifat tidak beraturan, dalam arti tidak ada pengukuran jarak tanam dan pengusahaan intensif. Tabel 1 memperlihatkan berbagai jenis tanaman yang terdapat di pekarangan responden petani. Hasil identifikasi jenis tanaman di lahan pekarangan responden memberikan gambaran bahwa pekarangan dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian responden. Terbukti bahwa responden menanami lahan pekarangannya dengan berbagai jenis tanaman yang laku dijual. Wulandari (2001) dalam Arifin et al. (2004) yang mengkaji desa-desa dekat kawasan konservasi di Lampung, juga menemukan kenyataan yang serupa. Keberadaan pekarangan mampu menopang penghidupan sehari-hari bagi penduduk berpenghasilan rendah dengan memanfaatkan tenaga kerja sendiri. Keberadaan ternak memberikan kontribusi dalam memberikan pupuk untuk pemeliharaan tanaman sehingga biaya pemeliharaan dapat ditekan. Dekatnya jarak antara tanaman dengan rumah tinggal juga memberikan keleluasaan waktu bagi petani untuk mengurus tanaman tersebut. Tabel 1. Jenis tanaman yang terdapat di pekarangan responden Responden Luas (ha) Jenis dan jumlah tanaman 1* 0,210 kelapa (10), nyamplung (10), laban (5), johar (5), ketapang (2),melinjo (10) 2* 0,140 kelapa (3), johar (2), nyamplung (5), melinjo (2), pisang (5) 3* 0,210 kelapa (5), johar (15), melinjo (15), albasia (3), pisang 4 0,063 kelapa (3), melinjo (1), johar (1) 5 0,105 pisang, melinjo (5), kelapa (5) 6* 0,028 tanaman hias, mangga (1), kelapa (3) 7* 0,280 nyamplung (6), salam (7), laban (5), melinjo (10), kelapa (20) 8* 0,154 melinjo (20), mahoni (5), kelapa (15), nyamplung (2), belimbing (1), petai (1), jambu air (1) 9* 0,154 melinjo (20), kelapa (15), 10* 0,070 Kelapa (2), nangka (2), mahoni (1) 11* 0,070 melinjo (10) 12* 0,098 kelapa (5), laban (1), mangga (1), melinjo (3), bambu (2), pisang 13 0,056 melinjo (3), kedondong (1), petai (1), kelapa (3) 14* 0,14 melinjo (4), kelapa 95), sengon (15), nyamplung (2), mahoni (2) 15* 0,098 tanaman hias, pisang, kelapa (1) 16 0,154 kelapa (15), sengon (15), nyamplung (2), pisang Sumber: pengolahan data primer (2011). Nomor responden dengan tanda bintang menunjukkan adanya kandang ternak di pekarangan responden Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei
4 Tabel 1 memberikan gambaran bahwa tidak semua responden mengoptimalkan lahan pekarangannya. Fungsi pekarangan yang lain sebagai penghias rumah, halaman tempat aktivitas sosial, dan tempat bermain anak menjadi batasan responden untuk menutupi seluruh pekarangan dengan tanaman. Arifin (1998) dalam Arifin (2010) dalam penelitiannya mengenai struktur vegetasi di pekarangan di Kabupaten Cianjur dan Kota Bogor menemukan bahwa jumlah vegetasi di tiap pekarangan minimum 2 jenis tanaman sampai dengan 85 jenis tanaman sebagai nilai maksimumnya. Ini menunjukkan bahwa pemilihan jenis, jumlah tanaman, dan peruntukan/manfaat tanaman mempengaruhi keputusan responden untuk menanam atau membiarkannya tumbuh Strategi pemanfaatan pekarangan Optimalisasi penggunaan lahan pekarangan sebagai lahan budidaya diperlukan untuk mendukung perekonomian petani. Kasus di Desa Tegalretno yang tidak mempunyai lahan sawah menyebabkan kebutuhan akan beras dipenuhi dari bercocok tanam di ladang/kebun. Hasil wawancara menyebutkan bahwa selama ini pengelolaan pekarangan yang masih secara tradisional, seperti penanaman tanaman yang tidak memperhitungkan jarak antar tanaman dan pemeliharaan yang tidak intensif sudah mampu memberikan tambahan pendapatan. Akan tetapi produktivitasnya tentu akan berbeda apabila ada perlakuan dalam pengusahaan pekarangan sebagai lahan budidaya. Karena itu dalam penataan pekarangan, perlu dipikirkan jenis-jenis tanaman yang dapat memberikan hasil harian, mingguan, bulanan, sampai tahunan sebagai tabungan. Tidak semua ragam penghasilan tersebut harus diwujudkan dalam satu pekarangan, akan tetapi paling tidak pekarangan dapat dioptimalkan penggunaannya untuk memberikan sumber pendapatan yang lebih baik bagi petani. Tanaman-tanaman tersebut, baik yang sengaja ditanam maupun dibiarkan tumbuh, dapat dipelihara dan dipilih yang paling memberikan keuntungan sehingga kontrinbusi pekarangan dalam perekonomian petani lebih terasa. Gambaran nilai ekonomi dari beberapa tanaman di pekarangan hasil wawancara dengan responden disajikan pada Tabel 2. Praktik agroforestri di pekarangan dengan menentukan komoditi unggulan yang sesuai dengan lahan dan agroklimatnya akan memiliki potensi skala ekonomis. Arifin (2010) mencontohkan dengan optimalisasi pekarangan di Cirebon dan Indramayu dengan komoditi mangga, di Depok dengan jambu bol dan belimbing, sementara di Lampung dengan pisang. Pekarangan Desa Tegalretno pun dapat dioptimalkan dengan menggunakan komoditi unggulan lokal seperti melinjo dan kelapa, maupun jenis kayu seperti sengon dan nyamplung. Dukungan sistem manajemen pemasaran hasil baik bahan mentah maupun produk olahan, misalnya dalam bentuk koperasi akan mendukung ekonomisasi produk-produk tersebut. Tabel 2. Nilai ekonomi beberapa tanaman di pekarangan responden No. Jenis Hasil Nilai ekonomi 1 kelapa buah, Berbuah sejak umur 5 tahun dengan jumlah panen 5-10 kayu, butir/bulan/pohon dengan harga per buah Rp ,- s/d Rp. nira 1.200,-. Nira dijadikan gula kelapa dengan harga jual Rp ,- s/d Rp ,- per kg. 2 melinjo buah, daun Produktif umur 5-20 tahun. Setiap panen menghasilkan kg per musim dengan harga jual biji Rp ,- s/d Rp ,- per kg dan kulit dihargai Rp ,-/kg. 3 sengon kayu Mulai panen umur 5 tahun dengan harga Rp ,- s/d Rp ,- per pohon tergantung kualitas. Banyak petani mulai menebangnya di umur muda dengan pendapatan minimal Rp ,- s/d Rp ,- per pohon. 4 nyamplung kayu, buah Sumber: pengolahan data primer (2011) Kayu dapat digunakan untuk bangunan. Harga kusen Nyamplung Rp ,- s/d Rp ,- per meter. Semua bagian nyamplung cocok untuk kayu bakar. Potensial untuk diambil buahnya karena bijinya dapat diolah menjadi biodiesel. Harga jual buah Nyamplung utuh adalah Rp. 600,-/kg. 330 Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei 2012
5 4. Kesimpulan dan saran 4.1. Kesimpulan Optimalisasi pekarangan penduduk dengan komoditi unggulan lokal yang sesuai dengan lahan dan agroklimatnya, khususnya di Desa Tegalretno dengan melinjo dan kelapa serta tanaman kayu-kayuan seperti sengon dan nyamplung, mampu memberikan kontribusi bagi perekonomian petani. Penerapan pemeliharaan dan dukungan manajemen perdagangan akan membantu untuk memberikan produktivitas dan keuntungan yang kontinyu. Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Hlm Pusat Litbang Hutan Tanaman. Yogyakarta. Martini, E., H.L. Tata, E. Mulyoutami, J. Tarigan, dan S. Rahayu Membangun Kebun Campuran: Belajar dari Kobun Pocal di Tapanuli dan Lampoeh di Tripa. World Agroforestry Centre ICRAF, SEA Regional Office. Bogor Saran Penataan pekarangan dalam pola agroforestri dapat menjadi desa model bagi percontohan di tempat lain yang ingin mengoptimalkan sumber daya lahan yang dipunyai dalam rangka mendukung ekonomi rumah tangga penduduk. Peran multi pihak sangat diharapkan dalam rangka membantu meningkatkan perekonomian masyarakat berbasis agroforestri komoditi unggulan lokal. Kegiatan penyuluhan dan pembinaan pembangunan kehutanan seperti program Kebun Bibit Rakyat dapat menjadi insentif bagi petani untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan miliknya. 5. Daftar pustaka Arifin, H.S Kearifan Lokal dalam Sistem Agroforestri Tradisional di Pekarangan Untuk Mendukung Konservasi Agrobiodiversity dan Ketahanan Pangan Keluarga. Prosiding Agroforestri Tradisional di Indonesia. Hlm Universitas Lampung. Bandar Lampung. Arifin, H.S., M. Sarma, dan N. Wijayanto (eds.) Kompilasi Abstrak Agroforestri di Indonesia. IPB INAFE. Bogor. BPS Kabupaten Kebumen Kecamatan Petanahan dalam Angka 2009/2010. BPS Kabupaten Kebumen. Kebumen. Cahyono, S.A., N.P. Nugroho, dan Purwanto Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Plot Pengembangan Agroforestry di Bagian Hulu Waduk Delingan. Tekno Hutan Tanaman 4(1): Puslitbang Peningkatan Produktivitas Hutan. Bogor. Kuswantoro, D.P. dan E. Suhaendah Serangan Hama Rayap pada Tanaman Suren. Prosiding Seminar Nasional Seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mei
II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
Lebih terperinciStudi Praktek Agroforestri di Desa Talawaan Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara
Studi Praktek Agroforestri di Desa Talawaan Kecamatan Talawaan Kabupaten Minahasa Utara W. Kogoya 1), R. Kainde 2), W. Nurmawan 2) dan A.G. Tulungen 2) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Kehutanan UNSRAT
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciOPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PENGEMBANGAN TANAMAN BIOFARMAKA UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KARANGANYAR
OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PENGEMBANGAN TANAMAN BIOFARMAKA UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KARANGANYAR (OPTIMIZING THE USE OF THE YARD THROUGH DEVELOPMENT OF MEDICINAL
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak
Lebih terperinciBAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.
Lebih terperinciAGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN
AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciHASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013
1 Juli 2014 HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013 RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA PERTANIAN DI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2013 DARI USAHA
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Agroforestri di Lokasi Penelitian Lahan agroforestri di Desa Bangunjaya pada umumnya didominasi dengan jenis tanaman buah, yaitu: Durian (Durio zibethinus),
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas
Lebih terperinci5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi
Lebih terperinciPERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI
PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MH. Togatorop dan Wayan Sudana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor ABSTRAK Suatu pengkajian
Lebih terperinciKOMPOSISI JENIS DAN POLA AGROFORESTRY di DESA SUKARASA, KECAMATAN TANJUNGSARI, BOGOR, JAWA BARAT ABSTRACT
KOMPOSISI JENIS DAN POLA AGROFORESTRY di DESA SUKARASA, KECAMATAN TANJUNGSARI, BOGOR, JAWA BARAT (The types and patterns of agroforestry composition at Sukarasa Village, Tanjungsari District, Bogor, West
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,
Lebih terperinciGambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang
79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang
38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan
Lebih terperinciPARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS (GEMAR) DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM GERAKAN MULTI AKTIVITAS AGRIBISNIS () DI DESA SANDINGTAMAN, KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS Eva Fauziyah Balai Penelitian Teknologi Agroforestry Jl. Raya Ciamis-Banjar
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50
5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah
Lebih terperinciVII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR
VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR 7.1 Komoditas Unggulan di Kecamatan Pamijahan Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) terhadap komoditas pertanian di Kabupaten Bogor yang menggambarkan
Lebih terperinciDampak Pendampingan Terhadap Penghidupan Petani Agroforestri di Sulawesi Selatan
BRIEF No. 75 Seri Agroforestry and Forestry in Sulawesi (AgFor Sulawesi) Dampak Pendampingan Terhadap Penghidupan Petani Agroforestri di Sulawesi Selatan World Agroforestry Centre/Tim AgFor Sulsel Temuan-temuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan
Lebih terperinciKONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS
Seminar Nasional BKS PTN Barat Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 Mulyana & Hamzah: Kontribusi Pendapatan Usaha Perikanan 933 KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI
Lebih terperinciPenganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk menopang perekonomian nasional. Pembangunan pertanian yang baik untuk Negara Indonesia adalah
Lebih terperinciBab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan
122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini
Lebih terperinciKAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR)
KAJIAN RAGAM SUMBER PENDAPATAN RUMAH TANGGA PEDESAAN (STUDI KASUS DESA PRIMA TANI KABUPATEN PROBOLINGGO, JAWA TIMUR) Kasmiyati, Amik Krismawati dan Dwi Setyorini Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa
Lebih terperinciDampak Pendampingan Terhadap Penghidupan Petani Agroforestri di Sulawesi Tenggara
BRIEF No. 76 Seri Agroforestry and Forestry in Sulawesi (AgFor Sulawesi) Dampak Pendampingan Terhadap Penghidupan Petani Agroforestri di Sulawesi Tenggara World Agroforestry Centre/Tim AgFor Sultra Temuan-temuan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah terbukti memiliki peranan penting bagi pembangunan perekonomian suatu bangsa. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya masyarakat sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Khusus di Propinsi Lampung, pembukaan
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA
Enviagro, Jurnal Pertanian dan Lingkungan ISSN 1978-1644 8 ANALISIS PENDAPATAN RUMAH TANGGA DARI TANAMAN KELAPA DI DESA REBO KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Analysis of Household Income from Coconut
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan
Lebih terperinciVIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Agroforestri Sistem agroforestri memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem pertanian monokultur. Adanya beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah
48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pringsewu. Keadaan Geografis Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah barat Bandar Lampung, ibukota Provinsi
Lebih terperinciJohanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK
PEMANFAATAN GULMA SEMAK BUNGA PUTIH (Chromolaena odorata) SEBAGAI BAHAN PEMBUAT PUPUK ORGANIK BOKHASI DALAM RANGKA MENGATASI PENYEMPITAN PADANG PEMGGEMBALAAN DAN MENCIPTAKAN PERTANIAN TERPADU BERBASIS
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. keadaan penduduk, keadaan sarana dan prasana, keadaan pertanian, dan
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran umum lokasi penelitian bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan lokasi penelitan berdasarkan pada keadaan topografi dan geografi, keadaan penduduk,
Lebih terperinciResponden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden. petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah.
V. HASIL PENGAMATAN 5.1 Karakteristik Responden Responden yang diwawancarai dalam penelitian ini terdiri dari responden petani, responden pedagang, dan industri pengolahan buah. Responden petani berjumlah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undangundang tersebut, hutan adalah suatu
Lebih terperinciI PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1
1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan secara singkat dan sederhana didefinisikan sebagai suatu ekosistem yang didominasi oleh pohon (Suharjito, 2000). Menurut
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo Masyarakat di Desa Kalimulyo sebagian besar menggantungkan hidupnya pada usaha pertanian. Hasil penelitian menunjukkan
Lebih terperinci7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi
7. Pencapaian Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Komoditi padi sebagai bahan konsumsi pangan pokok masyarakat, tentunya telah diletakkan sebagai prioritas dan fokus kegiatan program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi
Lebih terperinciPENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MANADO 2016 PENDAHULUAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Selain itu juga Indonesia merupakan negara agraris
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI
e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan
66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang
43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terlihat dari peranan sektor pertanian dalam penyediaan lapangan kerja, penyedia
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menopang kehidupan masyarakat Indonesia karena berperan dalam pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari peranan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa
Lebih terperinciPOTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*
POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN* Muhammad Fauzan, S.P., M.Sc Dosen Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) I. PENDAHULUAN Pertanian pekarangan (atau budidaya tanaman
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Letak geografis dan batas administrasi Desa Banjararum merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).
Lebih terperinciBAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan
Lebih terperinciKEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT
KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah
Lebih terperinciPerkembangan Ekonomi Makro
Boks 1.2. Pemetaan Sektor Pertanian di Jawa Barat* Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB (harga berlaku) tahun 2006 sebesar sekitar 11,5%, sementara pada tahun 2000 sebesar 14,7% atau dalam kurun waktu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Desa ini memiliki luas
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Fisik Desa Plumbon merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Desa ini memiliki luas daerah sebesar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,
Lebih terperinciB A B I PE N D A H U L U A N. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
1 B A B I PE N D A H U L U A N A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tercatat pada tahun 2005,
Lebih terperinciV. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI
54 V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI 5. by Kondisi Umum Wilayah Penelitian 5. Kondisi Geografis Wilayah Penelitian Wilayah Kecamatan Sadang memiliki luas 5.7212,8
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO)
ARTIKEL ILMIAH OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN PERKEBUNAN KAKAO BUKAAN BARU DENGAN TANAMAN SELA (PADI GOGO) (Muhsanati, Etti Swasti, Armansyah, Aprizal Zainal) *) *) Staf Pengajar Fak.Pertanian, Univ.Andalas
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciKEUNTUNGAN RELATIF PRODUK USAHATANI KELAPA TUA DI KECAMATAN AMARASI
30 PARTNER, TAHUN 15 NOMOR 1, HALAMAN 30-38 KEUNTUNGAN RELATIF PRODUK USAHATANI KELAPA TUA DI KECAMATAN AMARASI Johny A. Koylal dan Jemseng C. Abineno Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering Politeknik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung
Lebih terperinciINVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT
Jurnal AGRIFOR Volume XIV Nomor 2, Oktober 2015 ISSN : 1412 6885 INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT Karmini 1 1 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Jalan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain
III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG
Jurnal Galung Tropika, 4 (3) Desember 2015, hlmn. 137-143 ISSN Online 2407-6279 ISSN Cetak 2302-4178 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG Analysis
Lebih terperinciLOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada
IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA
e-j. Agrotekbis 4 (4) : 456-460, Agustus 2016 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA Income Analysis of Corn Farming Systemin Labuan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian
60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
No. 04/04/Th. XV, 2 April 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI BULAN MARET 2012 SEBESAR 97,86 PERSEN NTP Provinsi Sulawesi Tengah (NTP-Gabungan) bulan Maret 2012 sebesar 97,86 persen,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman
41 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi Jenis Tanaman Agroforestri Komposisi tanaman yang menjadi penyusun kebun campuran ini terdiri dari tanaman pertanian (padi, kakao, kopi, cengkeh), tanaman kayu,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1)
TINJAUAN PUSTAKA Definisi Hutan Hutan secara konsepsional yuridis dirumuskan di dalam Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Menurut Undang- Undang tersebut, hutan adalah
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang
70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkembang menjadi usaha yang bersifat komersial. Pada awalnya di Negara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura berasal dari kata latin hortus, yang berarti kebun atau pekarangan dan colere yang berarti membudidayakan, sehingga arti hortikultura dalam arti luas sebagai
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL
VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agroforestry 2.1.1. Definisi Agroforestry Agroforestry adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan teknologi, dimana tanaman keras berkayu (pohon-pohonan,
Lebih terperinci