DAFTAR PUSTAKA. Abe, A Perencanaan Daerah Partisipatif. Pondok Edukasi, Solo.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR PUSTAKA. Abe, A Perencanaan Daerah Partisipatif. Pondok Edukasi, Solo."

Transkripsi

1 168 DAFTAR PUSTAKA Abe, A Perencanaan Daerah Partisipatif. Pondok Edukasi, Solo. Adrianto, L and Y. Matsuda Developing Economic Vulnerability Indices of Environmenal Disasters in Small Island Regions. Environmenal Impact Assessment Review 22 : pp. Adrianto, L Mewujudkan Tata Kelola Pulau-Pulau Kecil yang Berkelanjutan: Gelombang Ketiga Tata Kelola Kelautan dan Perikanan. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor. Agusniar, A Analisis Dampak Pemekaran Wilayah terhadap Perekonomian Wilayah dan Kesejahteraan Masyarakat. Tesis Pascasarjana IPB, Bogor. Anonymous Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan Penggabungan Daerah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Raja Ampat, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Mapi, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Waropen, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kerom, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Pegunungan Bintang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kabupaten Raja Ampat Provinsi Irian Jaya Barat. Kerjasama Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dengan Konsorsium Atlas Sumberdaya Pesisir Raja Ampat. Raja Ampat Kepulauan Raja Ampat Papua Barat. Wikipedia, Jakarta Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah.

2 169 Anwar, A Perspektif Otonomi Daerah dan Federasi dalam Pembangunan Indonesia di Masa Depan (Makalah Semiloka Nasional Pembangunan Wilayah Perspektif Otonomi Daerah dan Wacana Federasi). Kerjasama PPs IPB dan BPS. Jakarta. Arsyad, L Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Penerbit BPFE. Yogyakarta. Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia Perwakilan Manokwari, Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun Anggaran 2007, Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat Untuk Tahun Waisai. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Raja Ampat, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Raja Ampat Waisai. Badan Pusat Statistik Statistik Kesejahteraan Rakyat. Jakarta Indeks Pembangunan Manusia dan Analisis Situasi Pembangunan Manusia Provinsi Papua Tahun Jayapura Raja Ampat Dalam Angka Waisai. Bengen, D.G Menuju Pembangunan Pesisir dan Laut Berkelanjutan Berbasis Eko-Sosiosistem. Pusat Pembelajaran dan Pengembangan Pesisir dan Laut. Bogor. Dahuri, R Kebutuhan Riset Untuk Mendukung Implementasi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jurnal Pesisir dan Lautan. PK-SPL IPB, Bogor. Dohar, A. G. Dan Anggraeni, D Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam di Kepulauan Raja Ampat Laporan Akhir. Conservation International Indonesia bekerjasama dengan Universitas Negeri Papua. Juanda, B Manfaat dan Biaya Pemekaran Daerah Serta Implikasinya Terhadap APBN. Jurnal Ekonomi, Volume XXV, Edisi Oktober Juanda, B Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. IPB Press, Bogor. Juanda, B. dan Tuerah, N Kajian Dampak Pemekaran Daerah Terhadap APBN. Laporan Kajian Tim Asistensi Menteri Keuangan Bidang Desentralisasi Fiskal Tahun Anggaran Departemen Keuangan, Jakarta. Kartajaya, H dan Yuswohady Attracting Tourists Traders Investors: Starategi Memasarkan Daerah di Era Otonomi. Gramedia Pustaka Utama.

3 170 Lewaherilla, N.E Pariwisata Bahari; Pemanfaatan Potensi Wilayah Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lumbessy, K Analisis Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pengembangan Perekonomian Wilayah dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Buru. Tesis Pascasarjana IPB, Bogor. Mahi, R Prospek Desentralisasi Fiskal di Indonesia Ditinjau dari Segi Pemerataan Antar Daerah dan Peningkatan Efisiensi. Jurnal Analisis CSIS. Majalah Gatra Nomor 4, 7 Desember Pariwisata Lumbung Duit di Kepala Burung. Jakarta. Manan Menyongsong Fajar Otonomi Daerah. Penerbit Pusat Studi Hukum. FH UII, Yogyakarta. Media Indonesia, 07 Juni Inilah 'Surga' di Bawah Laut Papua. Jakarta. Rangkuti, F Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis; Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis Untuk Menghadapi Abad 21. PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Riyadi dan Bratakusumah, D.S Perencanaan Pembangunan Daerah Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Rompon, M.S Kajian Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Rangka Meningkatkan Keragaan Perekonomian Wilayah Kabupaten Tanah Toraja. Tesis Pascasarja IPB. Bogor. Saefulhakim, S Prinsip-prinsip Ekonomi Regional dan Perdesaan. Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan IPB. Bogor. Saefudin Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Kinerja perekonomian dan Kelembagaan di Provinsi Riau. Tesis Pascasarja IPB. Bogor. Sidik, M Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Sebagai Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal (Antara Teori dan Aplikasinya di Indonesia). Bahan Seminar Setahun Implementasi Kebijaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia, Yogyakarta Format Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah yang Mengacu Pada Pencapaian Tujuan Nasional. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Departemen Keuangan RI. Jakarta. Sudantoko, J Dilema Otonomi Daerah. Penerbit Andi, Yogyakarta.

4 171 Sukirno, S Beberapa Aspek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Jakarta. Susanto, H, dkk Otonomi Daerah: Teori dan Kenyataan Empiris. Pusat Penelitian Ekonomi, LIPI, Jakarta. Su ud, M.H Alokasi Sumberdaya dan Pola Usahatani dalam Hubungannya dengan Kondisi Sosial Ekonomi Petani. Kasus Antar Zona Pembangunan di Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Todaro, M.P Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid I dan II Terjemahan. Erlangga. Jakarta. Umar, H Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Devisi Buku Perguruan Tinggi. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Yakin, A Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Akademika Presindo, Jakarta. Yoeti, H.O Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

5 172 LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PEMEKARAN WILAYAH TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN DAN IMPLIKASINYA PADA PENGEMBANGAN WISATA BAHARI (Studi Kasus Di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat) Biodata Responden No Responden : Tanggal Wawancara : Nama : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Asal Kampung : Asal Distrik : Oleh : NELSON SAYORI ILMU PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN PEDESAAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

6 173 A. PENGANTAR Kajian mengenai dampak pemekaran wilayah terhadap perekonomian wilayah kepulauan dan implikasinya pada pengembangan wisata bahari (studi kasus di Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat), merupakan suatu kajian yang ingin mengetahui perkembangan ekonomi wilayah Raja Ampat sebelum dan setelah dimekarkan dari Kabupaten Sorong (kabupaten induk). Tujuan dari kuisioner ini adalah ingin mengetahui dampak pemekaran wilayah Kabupaten Raja Ampat dari Kabupaten Sorong berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2002 tanggal 11 Desember Dampak atau pengaruh yang dikaji meliputi pengaruhnya terhadap pendapatan masyarakat, pelayanan masyarakat, partisipasi masyarakat, fasilitas umum dan pemanfaatan sumberdaya alam. Maksud penelitian ini adalah digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah bagi Pemerintah Kabupaten Sorong dan Raja Ampat dalam menyempurnakan kebijakan-kebijakan pasca pemekaran wilayah untuk mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakatnya. B. KUISIONER Pedoman Umum Pengisian : Berilah tanga ( ) pada setiap jawaban yang Anda pilih paling sesuai! Isilah jawaban pada setiap tempat yang disediakan! 1. Setelah pemekaran bagaimana pengaruhnya terhadap pendapatan Anda? Menurun Meningkat Tidak ada perubahan 2. Setelah pemekaran apakah ada peningkatan aktivitas atau kegiatan ekonomi, misalnya terhadap lowongan pekerjaan? Mudah Susah Tidak ada pengaruh 3. Setelah pemekaran apakah ada kesempatan untuk berusaha? Mudah Makin Susah Tidak ada pengaruh 4. Setelah pemekaran bagaimana kondisi pengurusan administrasi, misalnya Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu keluarga, dan lain-lainnya? Lebih Mudah Makin Susah Tidak ada perubahan 5. Setelah pemekaran bagaimana untuk mendapatkan suatu perijinan, misalnya Izin Lokasi, Izin Usaha (SIUPP), Izin Membangun (IMB)? Lebih Mudah Makin Susah Tidak ada perubahan

7 Setelah pemekaran bagaimana usulan program pembangunan desa dapat direalisasikan? Lebih Mudah Lebih Susah Tidak ada perubahan 7. Setelah pemekaran sejauhmana masyarakat berkesempatan dapat mengkritisi kinerja pemerintah? Lebih Mudah Lebih Susah Tidak ada perubahan 8. Setelah pemekaran apakah masyarakat dapat merasakan manfaat program-program pemerintah di bidang pendidikan, misalnya bebas SPP bagi keluarga tidak mampu, mendapatkan Beasiswa? Lebih Mudah Lebih Susah Tidak ada perubahan 9. Setelah pemekaran apakah masyarakat dapat merasakan manfaat dari programprogram pemerintah di bidang kesehatan, misalnya pengobatan gratis bagi keluarga tidak mampu, harga obat menurun? Makin Mudah Makin Susah Tidak ada perubahan 10. Setelah pemekaran apakah masyarakat dapat merasakan manfaat program-program pemerintah dalam membertantas kemiskinan? Makin Mudah Makin Susah Tidak ada perubahan 11. Setelah pemekaran bagaimana dengan fasilitas jalan? Meningkat dari segi kualitas (mutu) Menurun dari segi kualitas Meningkat dari segi kuantitas (jumlah) Tidak ada perubahan 12. Setelah pemekaran bagaimana dengan fasilitas air bersih? Meningkat Menurun Tidak ada perubahan 13. Setelah pemekaran bagaimana dengan fasilitas listrik? Meningkat Menurun Tidak ada perubahan 14. Setelah pemekaran bagaimana dengan fasilitas transportasi? Meningkat Menurun Tidak ada perubahan 15. Setelah pemekaran bagaimana dengan fasilitas pasar? Meningkat Menurun Tidak ada perubahan 16. Setelah pemekaran bagaimana secara umum kondisi pembangunan di Kabupaten Raja Ampat? Lebih baik Lebih buruk Biasa saja 17. Setelah pemekaran bagaimana dengan kondisi lingkungan hidup? Lebih baik Lebih buruk Tidak ada perubahan 18. Apakah Saudara dilibatkan dalam pengelolaan dan pemanfaatan (SDA)? Ya Tidak

8 175 Lampiran 2. Luas Wilayah, Jumlah Kampung, Luas Wilayah, Penduduk, Kepadatan Penduduk Per Km 2, Jarak Ke Ibukota Kabupaten Diperinci Dalam Kabupaten Raja Ampat 2006 No Distrik Jumlah Kampung Luas Wilayah Km 2 % Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) Jumlah Rumah Tangga Jarak ke Ibukota Kabupaten (Km) 1. Misool Timur ,56 14, , Misool 8 623,46 10, , Kofiau 3 623,97 10, , Waigeo Selatan ,57 7, , Samate ,90 12, , Teluk Mayalibit 9 207,40 3, , Waigeo Barat ,90 32, , Waigeo Utara 9 166,80 2, , Kepulauan Ayau 5 256,75 4, , Waigeo Timur 4 122,19 2, , Selat Sagawin 12. Meos Mansar 13. Misol Selatan Jumlah , , Rata-rata Sumber : Anonimous (2006) dan BPS (2006): Raja Ampat Dalam Angka 2006.

9 176 Lampiran 3. Data Indikator Pemekaran Kabupaten Sorong menjadi Kabupaten Sorong dan Raja Ampat berdasarkan data No Faktor dan Indikator Kab. Sorong Kab.Raja Ampat 1 Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk 4,46 5,29 3 Total PDRB non migas perkapita , ,56 4 Total PDRB nonmigas Tahun , ,26 5 Total PDRB nonmigas Tahun , ,75 6 Total PDRB nonmigas Papua Barat 2006 : ,38 7 Jumlah bank & lembaga keuangan non bank Jumlah kelompok pertokoan Data tidak tersedia Jumlah Pasar Data tidak tersedia 2 10 Jumlah sekolah SD Jumlah penduduk usia SD Jumlah sekolah SLTP Jumlah penduduk usia SLTP Jumlah sekolah SLTA Jumlah penduduk usia SLTA Jumlah fasillitas kesehatan Jumlah tenaga Data tidak tersedia Jumlah Rumah Tangga Jumlah RT yg mempunyai kendaraan bermotor Data tidak tersedia Data tidak tersedia 20 Jumlah pelanggan listrik Data tidak tersedia 21 Jumlah panjang jalan km Data tidak tersedia 22 Jumlah kendaraan bermotor Data tidak tersedia 23 Jumlah pekerja yg berpendidikan minimal SLTA Data tidak tersedia Data tidak tersedia 24 Jumlah penduduk usia 18 tahun ke atas Jumlah pekerja yg berpendidikan minimal S1 Data tidak tersedia Data tidak tersedia 26 Jumlah penduduk usia 25 tahun ke atas Jumlah pegawai negeri sipil Jumlah Pendapatan Daerah Sendiri Jumlah sarana peribadatan Jumlah fasilitas lapangan olahraga Data tidak tersedia Jumlah balai Pertemuan Data tidak tersedia Jumlah penduduk yang ikut pemilu legislatif mempunyai hak pilih Data tidak tersedia Data tidak tersedia 33 Jumlah organisasi kemasyarakatan Data tidak tersedia Data tidak tersedia 34 Jumlah luas daerah keseluruhan Km Km2 35 Jumlah luas wilayah efekti yang dapat dimanfaatkan Data tidak tersedia 6.084,50 Km 2 36 Jumlah personil aparat pertahanan (TNI) Data tidak tersedia Data tidak tersedia 37 Karakteristik wilayah dilihat dari sudut pandang pertahanan Berbatasan dgn kabupaten lain, berupa daratan Berbatasan dgn negara lain, berupa kepulauan 38 Jumlah personil keamanan (Polri) Data tidak tersedia Data tidak tersedia 39 Jumlah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 64,5 59,8 40 Rata-rata jarakkecamatan ke ibukota kabupaten 59,67 Km 2 66,40 Km 41 Rata-rata waktu perjalanan dari Distrik ke ibukota kabupaten Data tidak tersedia Data tidak tersedia

10 177 Lampiran 4. Jumlah, laju dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Sorong dan Kabupaten Raja Ampat Tahun TAHUN No KABUPATEN Jumlah (Jiwa) Laju (%) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Jumlah (Jiwa) Laju (%) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Jumlah (Jiwa) Laju (%) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Jumlah (Jiwa) Laju (%) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) 1 Sorong , ,00 3, ,32 3, ,13 3,54 2 Raja Ampat *) TAHUN No KABUPATEN Jumlah (Jiwa) Laju (%) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Jumlah (Jiwa) Laju (%) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Jumlah (Jiwa) Laju (%) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Jumlah (Jiwa) Laju (%) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) 1 Sorong ,92 3, ,92 3, ,66 4, ,92 4,21 2 Raja Ampat *) , ,00 4,99 TAHUN No KABUPATEN Jumlah (Jiwa) Laju (%) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Jumlah (Jiwa) Laju (%) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Jumlah (Jiwa) Laju (%) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) 1 Sorong ,92 4, ,92 4, ,97 4,55 2 Raja Ampat *) ,00 5, ,92 5, ,42 5,68 Sumber : BPS Kabupaten Sorong dan BPS Kabupaten Raja Ampat (PDRB ) Keterangan : *) Sampai dengan Tahun 2002 Kabupaten Raja Ampat masih bergabung dengan Kabupaten Sorong Luas Wilayah Kabupaten Sorong sebelum pemekaran Kabupaten Raja Ampat dan Sorong Selatan = Km 2 Luas Wilayah Kabupaten Sorong setelah pemekaran Kabupaten Raja Ampat dan Sorong Selatan = Km 2 Luas Wilayah Kabupaten Raja Ampat = 6.084,50 Km 2

11 178 Lampiran 5. Hasil Penilaian Kelayakan Pemekaran Wilayah Kabupaten Raja Ampat Berdasarkan PP No. 78 Tahun 2007 Tentang Penilaian Syarat Teknis Pembentukan Daerah Otonom Baru Berdasarkan Data Tahun 2006 No Faktor dan Indikator Kab. Sorong Kab.Raja Ampat 1 Kependudukan 1.1. Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk 4,46 5,29 2 Kemampuan Ekonomi 2.1. PDRB non migas perkapita , , Pertumbuhan Ekonomi 1,32 7, Kontribusi PDRB non migas 0,20 0,05 3 Potensi Daerah 3.1. Rasio bank & lembaga non bank per penduduk 14,55 11, Rasio kelompok pertokoan per penduduk Data tidak tersedia 82, Rasio Pasar per penduduk Data tidak tersedia 0, Rasio sekolah SD per penduduk usia SD 0,01 0, Rasio sekolah SLTP per penduduk usia SLTP 2,77 4, Rasio sekolah SLTA per penduduk usia SLTA 1,71 9, Rasio fasillitas kesehatan per penduduk 10,36 23, Rasio tenaga medis per penduduk Data tidak tersedia 41, Persentase RT yg mempunyai kendaraan bermotor Data tidak tersedia Data tidak tersedia Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah RT 1,33 Data tidak tersedia Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor 0,54 Data tidak tersedia Persentase pekerja yg berpendidikan minimal SLTA Data tidak tersedia Data tidak tersedia terhadap penduduk usia 18 tahun ke atas Persentase pekerja yg berpendidikan minimal S-1 terhadap Data tidak tersedia Data tidak tersedia penduduk usia 25 tahun ke atas Rasio pegawai negeri sipil terhadap penduduk 424,61 189,62 4 Kemampuan Keuangan 4.1. Jumlah Pendapatan Daerah Sendiri (PDS) Rasio PDS terhadap jumlah penduduk , , Rasio PDS terhadap PDRB , ,38 5 Sosial Budaya 5.1. Rasio sarana peribadatan per penduduk 71,01 36, Rasio fasilitas lapangan olahraga per penduduk Data tidak tersedia 33, Jumlah balai Pertemuan Data tidak tersedia 14 6 Sosial Politik 6.1. Rasio penduduk yg ikut pemilu legislatif mempunyai hak pilih Data tidak tersedia Data tidak tersedia 6.2. Jumlah organisasi kemasyarakatan Data tidak tersedia Data tidak tersedia 7 Luas Daerah 7.1. Luas daerah keseluruhan Km Km Luas wilayah efekti yang dapat dimanfaatkan Data tidak tersedia 6.084,50 Km 2 8 Pertahanan 8.1. Rasio jumlah aparat pertahanan terhadap luas wilayah Data tidak tersedia Data tidak tersedia 8.2. Karakteristik wilayah dilihat dari sudut pandang pertahanan Berbatasan dgn kabupaten lain, berupa daratan Berbatasan dgn negara lain, berupa kepulauan 9 Keamanan 9.1. Rasio jumlah personil keamanan terhadap jumlah penduduk Data tidak tersedia Data tidak tersedia 10 Tingkat kesejahteraan masyarakat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 64,5 59,8 11 Rentang Kendali Rata-rata jarakkecamatan ke ibukota kabupaten 59,67 Km 2 66,40 Km Rata-rata waktu perjalanan dari Distrik ke ibukota kabupaten Data tidak tersedia Data tidak tersedia

12 179 Lampiran 6. PDRB Kabupaten Sorong atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 dan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun (Rp Juta) NO LAPANGAN USAHA Pertanian , , , , , , Tanaman Bahan Makanan , , , , , , Tanaman Perkebunan 1.245, , , , , , Peternakan dan hasilnya 1.185, , , , , , Kehutanan , , , , , , Perikanan , , , , , ,62 2 Pertambangan dan Penggalian , , , , , , Minyak dan Gas Bumi , , , , , , Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Penggalian 2.063, , , , , ,53 3 Industri Pengolahan , , , , , , Industri Besar/Sedang , , , , , , Industri Kecil Kerajinan RT 1.624, , , , , , Penggilangan Minyak 876, , , , , ,74 4 Listrik dan Air Bersih 1.098, , ,20 944, , , Listrik 1.018, , ,02 873,6 981, , Air Bersih 79,71 105, ,02 70,86 83,09 91,98 5 Bangunan , , , , , ,74 6 Perdagangan, Hotel &Restoran , , , , , , Perdagangan , , , , , , Hotel 109,92 197,11 272,17 0,00 0,00 0, Restoran 812, , ,02 892,76 945,84 982,56 7 Pengangkutan & Komunikasi , , , , , , Angkutan Jalan Raya 5.276, , , , , , Angkutan Laut 4.599, , , , , , Angkutan Sungai 815, , , , , , Angkutan Udara 3.925, , ,78 0,00 0,00 0, Jasa Penunjang Angkutan 1.045, , ,47 349,25 363,14 376, Komunikasi 873, , , , , ,62 8 Keuangan, Persewaan, & Jasa 4.633, , , , , , Bank 1.900, ,20 12,75 769,62 466,9 313, Keuangan Bukan Bank 760, , ,09 272,11 289,91 302, Sewa Bangunan 1.591, , ,49 601,68 634,95 675, Jasa Perusahaan 381,13 466,48 503,79 478,19 493,51 506,02 9 Jasa-Jasa , , , , , , Pemerintahan Umum , , , , , , Jasa Sosial Kemasyarakatan 320, , , , , , Jasa Hiburan dan Rekreasi 2.889,64 569,87 610,65 479,25 504,78 521, Jasa Perorangan dan RT 403,16 500,53 599,77 505,43 552,31 576,27 PDRB (Dengan Migas) , , , , , ,50 PDRB (Tanpa Migas) , , , , , ,63

13 180 Lanjutan Lampiran 6 NO LAPANGAN USAHA Pertanian , , , , , Tanaman Bahan Makanan , , , , , Tanaman Perkebunan 7.547, , , , , Peternakan dan hasilnya , , , , , Kehutanan , , , , , Perikanan , , , , ,83 2 Pertambangan dan Penggalian , , , , , Minyak dan Gas Bumi , , , , , Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Penggalian 2.510, , , , ,24 3 Industri Pengolahan , , , , , Industri Besar/Sedang , , , , , Industri Kecil Kerajinan RT 1.586, , , , , Penggilangan Minyak Bumi , , , , ,69 4 Listrik dan Air Bersih 1.191, , , , , Listrik 1.093, , , , , Air Bersih 97,67 103,51 110,17 116,76 127,9 5 Bangunan , , , , ,91 6 Perdagangan, Hotel &Restoran , , , , , Perdagangan , , , , , Hotel 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Restoran 1.038, , , , ,49 7 Pengangkutan & Komunikasi , , , , , Angkutan Jalan Raya 6.340, , , , , Angkutan Laut 2.205, , , , , Angkutan Sungai 1.927, , , , , Angkutan Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Jasa Penunjang Angkutan 398,29 416,15 434,49 453,96 475, Komunikasi 1.891, , , , ,63 8 Keuangan, Persewaan, & Jasa 1.980, , , , , Bank 425,71 547,23 899,29 624,86 968, Keuangan Bukan Bank 314,35 336,13 355, , Sewa Bangunan 718,02 747,24 785,37 817,29 862, Jasa Perusahaan 522,08 527,59 556,11 572,63 589,64 9 Jasa-Jasa , , , , , Pemerintahan Umum , , , , , Sosial Kemasyarakatan 3.520, , , , , Jasa Hiburan dan Rekreasi 550,53 565,62 590,27 606,44 628, Jasa Perorangan dan RT 604,54 631,77 664,79 694,74 727,31 PDRB (Dengan Migas) , , , , ,43 PDRB (Tanpa Migas) , , , , ,95

14 181 Lampiran 7. PDRB Kabupaten Raja Ampat atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun (Rp Juta) NO LAPANGAN USAHA Pertanian , , , , , Tanaman Bahan Makanan , , , , , Tanaman Perkebunan 4.363, , , , , Peternakan dan hasilnya 1.579, , , , , Kehutanan , , , , , Perikanan , , , , ,39 2 Pertambangan dan Penggalian 741,86 779, , , , Minyak dan Gas Bumi , , , Pertambangan Tanpa Migas Penggalian 741,86 779,90 834,66 970, ,01 3 Industri Pengolahan 797,14 854,57 906,89 970, , Industri Besar/Sedang Industri Kecil Kerajinan RT 797,14 854,57 906,89 970, , Penggilangan Minyak Bumi Listrik dan Air Bersih 116,97 122,46 126,72 131,81 139, Listrik 116,97 122,46 126,72 131,81 139, Air Bersih Bangunan 5.743, , , , ,68 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 5.940, , , , , Perdagangan 5.438, , , , , Hotel 150,79 155,89 162,21 169,54 178, Restoran 351,17 367,89 385,46 403,66 421,97 7 Pengangkutan dan Komunikasi 9.374, , , , , Angkutan Jalan Raya 278,86 286,76 297,41 306,37 314, Angkutan Laut 3.027, , , , , Angkutan Sungai 299,44 307,75 315,29 336,31 346, Angkutan Udara 4.647, ,34 842, Jasa Penunjang Angkutan 793,91 811,44 420,54 425,11 437, Komunikasi 327,65 346,66 464,89 515,81 562,55 8 Keuangan, Persewaan, & Jasa 442,54 465,28 491,04 519,78 535, Bank Keuangan Bukan Bank 60,51 64,12 67,26 71,08 75, Sewa Bangunan 351,91 363,44 376,67 389,29 400, Jasa Perusahaan 30,12 37,72 47,11 59,41 59,41 9 Jasa-Jasa 5.757, , , , , Pemerintahan Umum 5.246, , , , , Jasa Sosial Kemasyarakatan 376,85 380,77 388,57 401,16 413, Jasa Hiburan dan Rekreasi 85,97 88,98 92,43 96,99 100, Jasa Perorangan dan RT 48,74 50,53 52,71 55,34 57,61 PDRB (Dengan Migas) , , , , ,78 PDRB (Tanpa Migas) , , , , ,54

15 182 Lampiran 8. PDRB Provinsi Papua Barat atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun (Rp Juta) No LAPANGAN USAHA Pertanian , , , , , Tanaman Bahan Makanan , , , , , Tanaman Perkebunan , , , , , Peternakan dan hasilnya , , , , , Kehutanan , , , , , Perikanan , , , , ,38 2 Pertambangan & Penggalian , , , , , Minyak dan Gas Bumi , , , , , Pertambangan Tanpa Migas Penggalian , , , , ,39 3 Industri Pengolahan , , , , , Industri Besar/Sedang , , , , , Industri Kecil Kerajinan RT , , , , , Penggilangan Minyak Bumi , , , , ,69 4 Listrik dan Air Bersih , , , , , Listrik , , , , , Air Bersih 5.912, , , , ,86 5 Bangunan , , , , ,63 6 Perdagangan,Hotel & Restoran , , , , , Perdagangan , , , , , Hotel 7.037, , , , , Restoran , , , , ,76 7 Pengangkutan & Komunikasi , , , , , Angkutan Jalan Raya , , , , , Angkutan Laut , , , , , Angkutan Sungai 7.440, , , , , Angkutan Udara , , , , , Jasa Penunjang Angkutan , , , , , Komunikasi , , , , ,08 8 Keuangan, Persewaan & jasa , , , , , Bank , , , , , Keuangan Bukan Bank 9.477, , , , , Sewa Bangunan , , , , , Jasa Perusahaan 4.605, , , , ,45 9 Jasa-Jasa , , , , , Pemerintahan Umum , , , , , Jasa Sosial Kmasyarakatan , , , , , Jasa Hiburan & Rekreasi , , , , , Jasa Perorangan dan RT 8.034, , , , ,73 PDRB (Dengan Migas) , , , , ,82 PDRB (Tanpa Migas) , , , , ,15

16 183 Lampiran 9. Proporsi, Laju dan PDRB Per Kapita Kabupaten Sorong Menurut Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 dan 2000 (Dengan Migas) TAHUN No LAPANGAN USAHA PDRB Laju PDRB/kap PDRB Laju PDRB/kap Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) 1 Pertanian ,98 35, , ,41 24,13 62, ,81 2 Pertambangan dan Penggalian ,16 42, , ,20 60,40 237, ,62 3 Industri Pengolahan ,55 6, , ,06 4,43 72, ,32 4 Listrik dan Air Bersih 1.098,49 0, , ,62 0,11 34, ,37 5 Bangunan/Kontruksi ,66 2, , ,21 1,57 32, ,03 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,83 2, , ,79 1,84 66, ,32 7 Transportasi dan komunikasi ,15 2, , ,30 1,67 38, ,42 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4.633,54 0, , ,13 0,57 67, ,73 9 Jasa-jasa ,67 4, , ,50 5,28 157, ,22 Total , , , , ,61 TAHUN No LAPANGAN USAHA PDRB Laju PDRB/kap PDRB Laju PDRB/kap Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) 1 Pertanian ,12 30,04 12, , ,05 11,97-51, ,45 2 Pertambangan dan Penggalian ,20 46,92-29, , ,87 64,09 66, ,07 3 Industri Pengolahan ,15 8,65 76, , ,91 14,50 104, ,55 4 Listrik dan Air Bersih 1.585,20 0,19 7, ,55 944,46 0,06-40, ,62 5 Bangunan/Kontruksi ,82 2,21 27, , ,57 1,32-27, ,70 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,47 2,39 17, , ,93 1,75-10, ,03 7 Transportasi dan komunikasi ,65 1,79-2, , ,21 0,70-52, ,70 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4.527,12 0,36-41, , ,60 0,14-53, ,20 9 Jasa-jasa ,79 7,49 27, , ,74 5,47-10, ,65 Total , , , , , ,99

17 184 Lanjutan Lampiran 9 TAHUN No LAPANGAN USAHA PDRB Laju PDRB/kap PDRB Laju PDRB/kap Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) 1 Pertanian ,73 13,48 6, , ,24 13,81 7, ,12 2 Pertambangan dan Penggalian ,33 64,47-5, , ,41 61,75 0, ,74 3 Industri Pengolahan ,15 11,17-27, , ,69 13,50 27, ,29 4 Listrik dan Air Bersih 1.064,29 0,07 12, , ,29 0,07 7, ,90 5 Bangunan/Kontruksi ,27 1,45 4, , ,74 1,45 5, ,47 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,84 1,93 4, , ,27 1,89 3, ,15 7 Transportasi dan komunikasi ,58 0,80 7, , ,63 0,81 6, ,95 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.885,27 0,13-11, , ,37 0,12-4, ,25 9 Jasa-jasa ,40 6,47 11, , ,86 6,58 7, ,87 Total , , , , , ,10 TAHUN No LAPANGAN USAHA PDRB Laju PDRB/kap PDRB Laju PDRB/kap Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) 1 Pertanian ,29 13,19 3, , ,98 12,62 5, ,93 2 Pertambangan dan Penggalian ,19 59,97 5, , ,11 56,45 3, ,61 3 Industri Pengolahan ,39 16,37 31, , ,29 21,17 42, ,91 4 Listrik dan Air Bersih 1.191,53 0,07 4, , ,36 0,07 2, ,98 5 Bangunan/Kontruksi ,33 1,44 7, , ,38 1,91 46, ,35 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,58 1,83 5, , ,69 1,71 2, ,09 7 Transportasi dan komunikasi ,76 0,78 5, , ,82 0,76 6, ,10 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.980,15 0,12 10, , ,19 0,12 9, ,07 9 Jasa-jasa ,87 6,22 2, , ,65 5,19-8, ,35 Total , , , , , ,33

18 185 Lanjutan Lampiran 9 TAHUN No LAPANGAN USAHA PDRB Laju PDRB/kap PDRB Laju PDRB/kap Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) 1 Pertanian ,65 14,10-1, , ,34 14,62 3, ,61 2 Pertambangan dan Penggalian ,46 47,04-26, , ,08 47,07 0, ,43 3 Industri Pengolahan ,12 26,39 10, , ,42 25,71-2, ,97 4 Listrik dan Air Bersih 1.280,51 0,08 4, , ,11 0,08 2, ,09 5 Bangunan/Kontruksi ,83 2,28 5, , ,22 2,40 5, ,41 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,68 2,13 10, , ,17 2,18 2, ,38 7 Transportasi dan komunikasi ,31 0,94 9, , ,83 0,99 6, ,57 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.596,09 0,16 19, , ,77 0,15-7, ,53 9 Jasa-jasa ,35 6,86 16, , ,47 7,44 8, ,96 Total , , , , , ,39 TAHUN No LAPANGAN USAHA 2007 PDRB Laju PDRB/kap Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) 1 Pertanian ,02 14,57 2, ,95 2 Pertambangan dan Penggalian ,72 45,02-1, ,52 3 Industri Pengolahan ,10 26,49 6, ,57 4 Listrik dan Air Bersih 1.426,09 0,08 8, ,84 5 Bangunan/Kontruksi ,91 2,49 6, ,67 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,33 2,18 3, ,06 7 Transportasi dan komunikasi ,15 1,06 9, ,68 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.834,85 0,17 18, ,16 9 Jasa-jasa ,26 7,93 10, ,70 Total , , ,17

19 186 Lampiran 10. Proporsi, Laju dan PDRB Per Kapita Kabupaten Raja Ampat Menurut Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Dengan Migas). TAHUN No LAPANGAN USAHA PDRB Laju PDRB/kap PDRB Laju PDRB/kap Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) 1 Pertanian ,44 84, , ,47 82,21 3, ,79 2 Pertambangan dan Penggalian 741,86 0, ,81 779,90 0,40 5, ,57 3 Industri Pengolahan 797,14 0, ,68 854,57 0,44 7, ,99 4 Listrik dan Air Bersih 116,97 0, ,96 122,46 0,06 4, ,61 5 Bangunan/Kontruksi 5.743,02 3, , ,48 3,81 29, ,43 6 Perdagangan, hotel dan restoran 5.940,90 3, , ,61 3,99 31, ,82 7 Transportasi dan komunikasi 9.374,70 5, , ,75 4,95 3, ,53 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 442,54 0, ,19 465,28 0,24 5, ,78 9 Jasa-jasa 5.757,65 3, , ,99 3,91 32, ,99 Total , , , , ,89 TAHUN No LAPANGAN USAHA PDRB Laju PDRB/kap PDRB Laju PDRB/kap Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) 1 Pertanian ,70 30,71-1, , ,26 32,09 4, ,22 2 Pertambangan dan Penggalian ,72 62,01 40, , ,29 56,14-4, ,24 3 Industri Pengolahan 906,89 0,18 6, ,41 970,27 0,19 6, ,02 4 Listrik dan Air Bersih 126,72 0,02 3, ,35 131,81 0,03 4, ,66 5 Bangunan/Kontruksi 9.247,97 1,80 23, , ,79 2,31 28, ,80 6 Perdagangan, hotel dan restoran 8.531,21 1,66 9, , ,88 1,84 11, ,05 7 Transportasi dan komunikasi 5.528,59 1,08-42, , ,28 0,97-9, ,74 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 491,04 0,10 5, ,75 519,78 0,10 5, ,78 9 Jasa-jasa ,48 3,33 64, , ,99 3,33 36, ,90 Total , , , , , ,41

20 187 Lanjutan Lampiran 10 TAHUN No LAPANGAN USAHA 2007 PDRB Laju PDRB/kap Rp Juta % (%) (Rp Jiwa) 1 Pertanian ,17 32,21 3, ,57 2 Pertambangan dan Penggalian ,25 57,65 0, ,72 3 Industri Pengolahan 1.034,83 0,20 6, ,26 4 Listrik dan Air Bersih 139,44 0,03 5, ,49 5 Bangunan/Kontruksi ,68 2,68 19, ,53 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,85 1,97 9, ,31 7 Transportasi dan komunikasi 5.269,10 1,00 5, ,56 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 535,15 0,10 2, ,77 9 Jasa-jasa ,31 4,18 28, ,23 Total , , ,44

21 188 Lampiran 11. Perhitungan Indeks Diversitas Entropi (IDE) PDRB Kabupaten Sorong Tahun No LAPANGAN USAHA PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi 1 Pertanian ,98 35,52 0,35-1,04 0, ,41 24,13 0,24-1,42 0,34 2 Pertambangan dan Penggalian ,16 42,87 0,43-0,85 0, ,20 60,40 0,60-0,50 0,30 3 Industri Pengolahan ,55 6,15 0,06-2,79 0, ,06 4,43 0,04-3,12 0,14 4 Listrik dan Air Bersih 1.098,49 0,19 0,00-6,27 0, ,62 0,11 0,00-6,84 0,01 5 Bangunan/Kontruksi ,66 2,84 0,03-3,56 0, ,21 1,57 0,02-4,15 0,07 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,83 2,63 0,03-3,64 0, ,79 1,84 0,02-4,00 0,07 7 Transportasi dan komunikasi ,15 2,89 0,03-3,54 0, ,30 1,67 0,02-4,09 0,07 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4.633,54 0,81 0,01-4,82 0, ,13 0,57 0,01-5,17 0,03 9 Jasa-jasa ,67 4,92 0,05-3,01 0, ,50 5,28 0,05-2,94 0,16 Total , ,00-29,51 1, , ,00-32,23 1,18 No LAPANGAN USAHA PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi 1 Pertanian ,12 30,04 0,30-1,20 0, ,05 11,97 0,12-2,12 0,25 2 Pertambangan dan Penggalian ,20 46,92 0,47-0,76 0, ,87 64,09 0,64-0,44 0,29 3 Industri Pengolahan ,15 8,65 0,09-2,45 0, ,91 14,50 0,15-1,93 0,28 4 Listrik dan Air Bersih 1.585,20 0,19 0,00-6,66 0,01 944,46 0,06 0,00-7,38 0,00 5 Bangunan/Kontruksi ,82 2,21 0,02-3,81 0, ,57 1,32 0,01-4,33 0,06 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,47 2,39 0,02-3,73 0, ,93 1,75 0,02-4,05 0,07 7 Transportasi dan komunikasi ,65 1,79 0,02-4,02 0, ,21 0,70 0,01-4,96 0,03 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4.527,12 0,36 0,00-5,61 0, ,60 0,14 0,00-6,57 0,01 9 Jasa-jasa ,79 7,49 0,07-2,59 0, ,74 5,47 0,05-2,91 0,16 Total , ,00-30,83 1, , ,00-34,69 1,15

22 189 Lanjutan Lampiran 11 No LAPANGAN USAHA PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi 1 Pertanian ,73 13,48 0,13-2,00 0, ,24 13,81 0,14-1,98 0,27 2 Pertambangan dan Penggalian ,33 64,47 0,64-0,44 0, ,41 61,75 0,62-0,48 0,30 3 Industri Pengolahan ,15 11,17 0,11-2,19 0, ,69 13,50 0,14-2,00 0,27 4 Listrik dan Air Bersih 1.064,29 0,07 0,00-7,20 0, ,29 0,07 0,00-7,18 0,01 5 Bangunan/Kontruksi ,27 1,45 0,01-4,23 0, ,74 1,45 0,01-4,23 0,06 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,84 1,93 0,02-3,95 0, ,27 1,89 0,02-3,97 0,08 7 Transportasi dan komunikasi ,58 0,80 0,01-4,83 0, ,63 0,81 0,01-4,82 0,04 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.885,27 0,13 0,00-6,63 0, ,37 0,12 0,00-6,73 0,01 9 Jasa-jasa ,40 6,47 0,06-2,74 0, ,86 6,58 0,07-2,72 0,18 Total , ,00-34,20 1, , ,00-34,11 1,21 No LAPANGAN USAHA PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi 1 Pertanian ,29 13,19 0,13-2,03 0, ,98 12,62 0,13-2,07 0,26 2 Pertambangan dan Penggalian ,19 59,97 0,60-0,51 0, ,11 56,45 0,56-0,57 0,32 3 Industri Pengolahan ,39 16,37 0,16-1,81 0, ,29 21,17 0,21-1,55 0,33 4 Listrik dan Air Bersih 1.191,53 0,07 0,00-7,22 0, ,36 0,07 0,00-7,29 0,00 5 Bangunan/Kontruksi ,33 1,44 0,01-4,24 0, ,38 1,91 0,02-3,96 0,08 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,58 1,83 0,02-4,00 0, ,69 1,71 0,02-4,07 0,07 7 Transportasi dan komunikasi ,76 0,78 0,01-4,85 0, ,82 0,76 0,01-4,88 0,04 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.980,15 0,12 0,00-6,71 0, ,19 0,12 0,00-6,72 0,01 9 Jasa-jasa ,87 6,22 0,06-2,78 0, ,65 5,19 0,05-2,96 0,15 Total , ,00-34,15 1, , ,00-34,06 1,26

23 190 Lanjutan Lampiran 11 No LAPANGAN USAHA PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi 1 Pertanian ,65 14,10 0,14-1,96 0, ,34 14,62 0,15-1,93 0,28 2 Pertambangan dan Penggalian ,46 47,04 0,47-0,75 0, ,08 47,07 0,47-0,76 0,36 3 Industri Pengolahan ,12 26,39 0,26-1,33 0, ,42 25,71 0,26-1,36 0,35 4 Listrik dan Air Bersih 1.280,51 0,08 0,00-7,12 0, ,11 0,08 0,00-7,10 0,01 5 Bangunan/Kontruksi ,83 2,28 0,02-3,78 0, ,22 2,40 0,02-3,74 0,09 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,68 2,13 0,02-3,85 0, ,17 2,18 0,02-3,83 0,08 7 Transportasi dan komunikasi ,31 0,94 0,01-4,67 0, ,83 0,99 0,01-4,61 0,05 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.596,09 0,16 0,00-6,41 0, ,77 0,15 0,00-6,50 0,01 9 Jasa-jasa ,35 6,86 0,07-2,68 0, ,47 7,44 0,07-2,61 0,19 Total , ,00-32,55 1, , ,00-32,43 1,41 No LAPANGAN USAHA 2007 PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi 1 Pertanian ,02 14,57 0,15-1,93 0,28 2 Pertambangan dan Penggalian ,72 45,02 0,45-0,80 0,36 3 Industri Pengolahan ,10 26,49 0,26-1,33 0,35 4 Listrik dan Air Bersih 1.426,09 0,08 0,00-7,04 0,01 5 Bangunan/Kontruksi ,91 2,49 0,02-3,69 0,09 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,33 2,18 0,02-3,82 0,08 7 Transportasi dan komunikasi ,15 1,06 0,01-4,55 0,05 8 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan 2.834,85 0,17 0,00-6,36 0,01 9 Jasa-jasa ,26 7,93 0,08-2,53 0,20 Total , ,00-32,05 1,43 Keterangan : Xi = Persentase masing-masing lapangan usaha terhadap total PDRB Pi = Xi/Σxi IDE = - Σ Pi Ln Pi

24 191 Lampiran 12. Perhitungan Indeks Diversitas Entropi (IDE) PDRB Kabupaten Raja Ampat Tahun No LAPANGAN USAHA PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi 1 Pertanian ,44 84,31 0,84-0,17 0, ,47 82,21 0,82-0,20 0,16 2 Pertambangan dan Penggalian 741,86 0,40 0,00-5,51 0,02 779,90 0,39 0,00-5,53 0,02 3 Industri Pengolahan 797,14 0,43 0,00-5,44 0,02 854,57 0,44 0,00-5,43 0,02 4 Listrik dan Air Bersih 116,97 0,06 0,00-7,36 0,00 122,46 0,06 0,00-7,38 0,00 5 Bangunan/Kontruksi 5.743,02 3,12 0,03-3,47 0, ,48 3,81 0,04-3,27 0,12 6 Perdagangan, hotel dan restoran 5.940,90 3,23 0,03-3,43 0, ,61 3,98 0,04-3,22 0,13 7 Transportasi dan komunikasi 9.374,70 5,09 0,05-2,98 0, ,75 4,95 0,05-3,01 0,15 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 442,54 0,24 0,00-6,03 0,01 465,28 0,24 0,00-6,04 0,01 9 Jasa-jasa 5.757,65 3,13 0,03-3,47 0, ,99 3,90 0,04-3,24 0,13 Total , ,00-37,86 0, , ,00-37,31 0,75 No LAPANGAN USAHA PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi 1 Pertanian ,70 30,71 0,31-1,18 0, ,26 32,09 0,32-1,14 0,36 2 Pertambangan dan Penggalian ,72 62,01 0,62-0,48 0, ,29 59,14 0,59-0,53 0,31 3 Industri Pengolahan 906,89 0,18 0,00-6,34 0,01 970,27 0,19 0,00-6,27 0,01 4 Listrik dan Air Bersih 126,72 0,02 0,00-8,31 0,00 131,81 0,03 0,00-8,27 0,00 5 Bangunan/Kontruksi 9.247,97 1,80 0,02-4,02 0, ,79 2,31 0,02-3,77 0,09 6 Perdagangan, hotel dan restoran 8.531,21 1,66 0,02-4,10 0, ,88 1,84 0,02-3,99 0,07 7 Transportasi dan komunikasi 5.528,59 1,08 0,01-4,53 0, ,28 0,97 0,01-4,64 0,04 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 491,04 0,10 0,00-6,95 0,01 519,78 0,10 0,00-6,90 0,01 9 Jasa-jasa ,48 2,45 0,02-3,71 0, ,99 3,33 0,03-3,40 0,11 Total , ,00-39,62 0, , ,00-38,91 1,02

25 192 Lanjutan Lampiran 12 No LAPANGAN USAHA 2007 PDRB Xi Pi Ln Pi -Pi Ln Pi 1 Pertanian ,17 32,21 0,32-1,13 0,36 2 Pertambangan dan Penggalian ,25 57,65 0,58-0,55 0,32 3 Industri Pengolahan 1.034,83 0,20 0,00-6,24 0,01 4 Listrik dan Air Bersih 139,44 0,03 0,00-8,24 0,00 5 Bangunan/Kontruksi ,68 2,68 0,03-3,62 0,10 6 Perdagangan, hotel dan restoran ,85 1,97 0,02-3,93 0,08 7 Transportasi dan komunikasi 5.269,10 1,00 0,01-4,61 0,05 8 Keuangan, Persewaan &Jasa Perusahaan 535,15 0,10 0,00-6,90 0,01 9 Jasa-jasa ,31 4,18 0,04-3,18 0,13 Total , ,00-38,39 1,06 Keterangan : Xi = Persentase masing-masing lapangan usaha terhadap total PDRB Pi = Xi/Σxi IDE = - Σ Pi Ln Pi

26 193 Lampiran 13. Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Sorong Tahun JENIS PENERIMAAN/ PENGELUARAN TAHUN Rupiah (Juta) % Rupiah (Juta) % Rupiah (Juta) % Rupiah (Juta) % Rupiah (Juta) % A PENERIMAAN Sisa Lebih Anggaran Tahun Lalu , , , , ,04 2 Pendapatan Asli Daerah , , , , , Pajak Daerah , , , , , Retribusi Daerah , , , , , Bagi Laba BUMD , , , , Lain-lain PAD yang Sah , , , , ,46 3 Dana Perimbangan , , , , , Bagi Hasil Pajak , , , , , Bagi Hasil Bukan Pajak , , , , , Dana Alokasi Umum , , , , , Dana Alokasi Khusus , , , , , Dana Bagi Hasil Provinsi Dana Otonomi Khusus Lain-lain Pendapatan yg Sah , ,44 B PENGELUARAN RUTIN Belanja Pegawai , , , , ,63 2 Belanja Barang , , , , ,21 3 Biaya Pemeliharaan , , , , ,12 4 Belanja Perjalanan Dinas , , , , ,27 5 Belanja Lain-lain , , , , ,86 6 Anggaran Pinjaman & Bunga Ganjaran Subsidi & Sumbangan , , Pensiun & Bantuan Keuangan , ,33 9 Peng. Tak Trmasuk Bagian Lain , , , ,78 10 Pengeluaran Tak Tersangka , , , ,79

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 81 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proses Kebijakan dan Indikator Pemekaran Kabupaten Raja Ampat Dalam pelaksanan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang diberlakukan sejak Januari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini memilih lokasi di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Pertimbangan dipilihnya daerah ini sebagai studi kasus karena Kota Tangerang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Kelayakan Pembentukan Kabupaten Mamasa 5.1.1 Analisis Kelayakan Pembentukan Kab. Mamasa Berdasarkan Syarat Teknis PP. No. 78 Tahun 2007 Pembentukan daerah otonom

Lebih terperinci

Ruang, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, Pasca Sarjana IPB. Bogor. Aser, F Tujuaan Otonomi Daerah Dalam UU No.

Ruang, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan, Pasca Sarjana IPB. Bogor. Aser, F Tujuaan Otonomi Daerah Dalam UU No. 191 DAFTAR PUSTAKA Abe, A. 2002. Perencanaan Daerah partisipatif, Pondok Edukasi, Solo Agusniar, A. 2006. Analisis Dampak Pemekaran Wilayah terhadap Perekonomian Wilayah dan Kesejahteraan Masyarakat. Tesis

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU

PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU PERSYARATAN DAN PROSEDUR PEMBENTUKAN DAERAH OTONOMI BARU www. luwukpos.blogspot.co.id I. PENDAHULUAN Otonomi daerah secara resmi telah diberlakukan di seluruh wilayah Indonesia sejak tahun 2001. Pada hakekatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PENILAIAN SYARAT TEKNIS I. FAKTOR DAN INDIKATOR DALAM RANGKA PEMBENTUKAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen...

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAYBRAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261

Lebih terperinci

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka ekonomi makro dan pembiayaan pembangunan Kabupaten Sleman memuat tentang hasil-hasil analisis dan prediksi melalui metode analisis ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pengertian Pendapatan Asli Daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah pasal 1 angka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun Kabupaten Karimun Dalam Angka BPS. Karimun.

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun Kabupaten Karimun Dalam Angka BPS. Karimun. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2002. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2002. BPS. Karimun. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2004. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2003. BPS. Karimun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dimana Pemerintah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB IX KEUANGAN. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB IX KEUANGAN Pembangunan Keuangan Daerah diarahkan pada peningkatan kemampuan dan daya guna keseluruhan tatanan, kelembagaan dan kebijaksanaan keuangan dalam menunjang keseimbangan pembangunan. Peningkatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memasuki era baru tata pemerintahan sejak tahun 2001 yang ditandai dengan pelaksanaan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah ini didasarkan pada UU

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DITEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN BOVEN DIGOEL,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAMBERAMO RAYA DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMEKARAN TERHADAP PEMBANGUNAN PERTANIAN KOTA CIMAHI Oleh Rosda Malia SP M.Si *

DAMPAK PEMEKARAN TERHADAP PEMBANGUNAN PERTANIAN KOTA CIMAHI Oleh Rosda Malia SP M.Si * DAMPAK PEMEKARAN TERHADAP PEMBANGUNAN PERTANIAN KOTA CIMAHI Oleh Rosda Malia SP M.Si * RINGKASAN Semenjak menjadi kota otonom Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Cimahi mengalami kenaikan. Dari

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul Sumber: BPS Kabupaten Bantul. 5,93% 6,67% 18,53% 13,28% PDRB Tahun 2003 Kabupaten Bantul 8,16% 0,77% 25,15% 20,33% 1,18% 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik,

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI RAJA AMPAT PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI RAJA AMPAT PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI RAJA AMPAT PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN

PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN PEMERINTAH KABUPATEN WAROPEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAROPEN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN WAROPEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD 2.1. Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD Dalam penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD ini, perhatian atas perkembangan kondisi perekonomian Kabupaten Lombok

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI RAJA AMPAT,

- 1 - BUPATI RAJA AMPAT, - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI RAJA AMPAT,

Lebih terperinci

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) 10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha memberikan gambaran tentang nilai tambah yang dibentuk dalam suatu daerah sebagai akibat dari adanya

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Alkadri, Muchdie. Suhandojo. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Penerbit BPPT. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA. Alkadri, Muchdie. Suhandojo. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Penerbit BPPT. Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Alkadri, Muchdie. Suhandojo. Tiga Pilar Pembangunan Wilayah. Penerbit BPPT. Jakarta. Bappeda Bengkalis, 2005. Program Pembangunan Daerah Kabupaten Bengkalis tahun 2001-2005, Badan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah dinyatakan secara tegas bahwa pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting daripada

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah memiliki kaitan erat dengan demokratisasi pemerintahan di tingkat daerah. Agar demokrasi dapat terwujud, maka daerah harus memiliki kewenangan yang lebih

Lebih terperinci

DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016

DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT TAHUN 2016 PROPOSAL PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT AIR TIBA II DISTRIK KAIMANA KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI RAJA AMPAT Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI TELUK BINTUNI SEHATI MENUJU BINTUNI BARU PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI 2003 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TELUK BINTUNI NOMOR 12 TAHUN 2006 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTI BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK,

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu landasan yuridis bagi pengembangan Otonomi Daerah di Indonesia adalah lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pengganti

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL s PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENDARATAN KAPAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN BOVEN DIGOEL,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAIMANA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KAIMANA Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEEROM, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah Faktor keuangan merupakan faktor yang paling dominan dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan daerah yang menentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BUPATI BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA

BUPATI BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA BUPATI BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYERTAAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH PAPUA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...

Lebih terperinci

PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA UPTD METROLOGI KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017

PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA UPTD METROLOGI KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 PROPOSAL PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA UPTD METROLOGI KABUPATEN KAIMANA MELALUI DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) SUB BIDANG SARANA PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2017 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI UMKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Negara Republik Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika terjadi krisis ekonomi 1998, ekonomi di Indonesi sangat mengalami keterpurukan sektor-sektor pendorong ekonomi juga ikut terpuruk namun sektor industri adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN NAMA KABUPATEN YAPEN WAROPEN MENJADI KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan telah menjadi masalah internasional, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah proses merubah struktur ekonomi yang belum berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan perbaikan yang secara terus menerus menuju pada pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara umum tujuan

Lebih terperinci

BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN

BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN BAB VIII EKONOMI DAN KEUANGAN Tujuan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 adalah memberikan otonomi yang luas kepada setiap daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan menumbuhkembangkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN RAJA AMPAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 UMUM Anggaran

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PEMERINTAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTE CATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan. Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah untuk berkreasi dalam meningkatkan

Lebih terperinci