2.1. Gambaran Geografis, Adminisrasi dan Kondisi Fisik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2.1. Gambaran Geografis, Adminisrasi dan Kondisi Fisik"

Transkripsi

1 II-1 TINJAUAN BAB II : Tabel jumlah penduduk dan KK saat ini dan proyeksinya untuk 5 th belum ada. Tabel pertumbuhan penduduk dan kepadatan saat ini dan poyeksi 5 th belum ada. Peta lokasi genangan belum ada. Peta area berisiko belum ada ( Air limbah, persampahan, drainase ). Gambaran umum Kabupaten Temanggung menguraikan kondisi geografis, administrasi, tata guna lahan dan demografi, Rencana Tata Ruang Wilayah dan profil sanitasi sampai dengan tahun Gambaran Geografis, Adminisrasi dan Kondisi Fisik Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Provinsi Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan 46,8 KM dan Timur ke Barat 43 Km. Kabupaten Temanggung secara astronomi terletak diantara Bujur Timur dan Selatan dengan luas wilayah 870,65 km2 ( Ha.) Batas wilayah Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut: a Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Semarang; b Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang; c Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang; dan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

2 II-2 d Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo. Wilayah Kabupaten Temanggung secara geoekonomis dilalui oleh 3 jalur pusat kegiatan ekonomi, yaitu Kota Semarang (77 Km), Kota Yogyakarta (64 Km), dan Kota Purwokerto (134 Km). Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian antara m di atas permukaan air laut. Dengan keadaan tanah sekitar 50 persen dataran tinggi dan 50 persen dataran rendah. Adapun jenis tanahnya sebagai berikut : a. Latosol Coklat seluas ,47 Ha ( 32,13 % ) membentang di tengah tengah wilayah Kabupaten Temanggung dari arah barat laut ke tenggara. b. Latosol Coklat Kemerahan seluas 7.879,93 Ha ( 9,53 % ) membentang sebagian besar di bagian timur tenggara c. Latosol Merah Kekuningan seluas ,08 Ha ( 35,33 % ) membentang di bagian timur dan barat d. Regosol seluas ,97 Ha ( 20,14 % ) membentang sebagian di sekitar kali Progo dan lereng-lereng terjal. e. Andosol seluas 2.149,55 Ha ( 2,60 % ) membentang di aluvial antar bukit. Wilayah Kabupaten Temanggung sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian antara m. Jenis tanah di Kabupaten Temanggung berupa Latosol coklat, Latosol coklat kemerahan, Latosol merah kekuningan, Regosol, dan Andosol. Penyebaran jenis tanah, luas, dan persentase keberadaannya disajikan pada tabel berikut. Tabel 2.1 Penyebaran Jenis Tanah dan Luas di Kabupaten Temanggung No Jenis tanah Menempati Luas (ha) Prosentase 1 Latosol coklat Membentang di tengah-tengah wilayah Kabupaten Temanggung dari arah barat laut ke tenggara ,47 32,13 2 Latosol coklat Membentang sebagian besar di bagian kemerahan timur tenggara 7.879,93 9,53 3 Latosol merah Membentang di bagian timur dan barat ,08 35,33 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

3 II-3 No Jenis tanah Menempati Luas (ha) Prosentase kekuningan 4 Regosol Membentang sebagian di sekitar Kali Progo dan lereng-lereng yang terjal ,97 20,14 5 Andosol Membentang di aluvial antar bukit 2.149,55 2,60 Jumlah Sumber: Peta Jenis Tanah RTRW Kabupaten Temanggung. Kemiringan tanah di Kabupaten Temanggung bervariasi, antara datar, hampir datar, landai, agak terjal, hampir terjal, terjal dan sangat terjal, sebagaimana terlihat pada kelas lereng di bawah ini ; Lereng 0-2 % seluas 968 Ha. ( 1,17 % ) Lereng 2-15 % seluas Ha. ( 39,31 % ) Lereng % seluas Ha. ( 37,88 % ) Lereng > 40 % seluas Ha. ( 21,64 % ) Kabupaten Temanggung memiliki dua musim yaitu ; musim kemarau antara bulan April sampai dengan September dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan Maret dengan curah hujan tahunan pada umumnya tinggi. Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung berada pada ketinggian m dpl, wilayah tersebut merupakan daerah lereng Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang terhampar dari sisi Selatan, Barat sampai dengan Utara. No. Tabel 2.2 Kelas Ketinggian dan Penyebarannya di Kabupaten Temanggung Kelas Ketinggian (dpl m) Luas (Ha) Prosentase (%) , , ,33 Persebaran Kecamatan Temanggung, Jumo, Tembarak, Candiroto, Pringsurat, dan Kandangan Parakan, Bansari, Kledung, Bulu, Kedu, Temanggung, Tlogomulyo, Kranggan, Gemawang, Jumo, Selopampang, Tembarak, Kaloran, Wonoboyo, Tretep, Pringsurat, Bejen, Candiroto, Kandangan Parakan, Bansari, Kledung, Bulu, Kedu, Temanggung, Tlogomulyo, Kranggan, Gemawang, Jumo, Selopampang, Tembarak, Kaloran, Wonoboyo, Tretep, Pringsurat, Bejen, Candiroto, Kandangan, Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

4 II ,87 5 > ,78 Jumlah ,00 Sumber: Peta Topografi RTRW Kabupaten Temanggung Ngadirejo Parakan, Bansari, Kledung, Bulu,Tretep, Wonoboyo, Ngadirejo, Tlogomulyo, Kaloran, Selopampang, Candiroto Parakan, Bulu, Tretep, Wonoboyo, Selopampang, Ngadirejo, Tlogomulyo Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kelas ketinggian tempat yang paling luas adalah elevasi antara meter ( Ha atau 43,78%) yang terletak pada bagian tengah dan bagian utara timur laut Kabupaten Temanggung. Wilayah yang mempunyai elevasi rendah m (8.468 Ha atau 10,24%) yang terletak di Kecamatan Temanggung, Tembarak, Pringsurat, Kandangan, Jumo dan Candiroto. Wilayah dengan elevasi di atas 750 meter, terdapat menyebar pada seluruh wilayah Kabupaten Temanggung. Kabupaten Temanggung memiliki topografi yang kompleks dan beranekaragam sesuai dengan tipikal wilayah yang dikelilingi oleh gunung dan pegunungan. Bentuk topografi wilayah berupa dataran, perbukitan, pegunungan, lembah, dan gunung dengan kemiringan antara 0% - 70% (datar sampai dengan sangat curam). Pola topografi wilayah mirip sebuah cekungan raksasa yang terbuka di bagian Tenggara, sedangkan di bagian Selatan dan Barat dibatasi oleh Gunung Sumbing (3.340 m dpl) dan Gunung Sindoro (3.115 m dpl) dan di bagian Utara dibatasi pegunungan kecil yang membujur dari Timur Laut ke arah Tenggara. Klasifikasi kemiringan lahan dibagi menjadi 4 kelas dan hubungan kelas kemiringan/ lereng dengan luas sebenarnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.3 Kelas Kemiringan Lereng di Kabupaten Temanggung No. Kelas Lereng (%) Luas (Ha) 1 Datar (0 2) 968 (1,175 % ) 2 Bergelombang (2 15) (39,31 % ) 3 Curam (15 40) (37,88 % ) Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

5 II-5 4 Jumlah Sangat Curam (> 40) (21, 64 % ) (100 %) Sumber: Peta Topografi RTRW Kabupaten Temanggung Wilayah Kabupaten Temanggung pada umumnya bergelombang - terjal dan sebagian kecil datar landai. Identifikasi bentuk lahan di wilayah Kabupaten Temanggung dapat dibedakan menjadi 9 daerah bentuk lahan yaitu: 1. Punggung Bukit sangat curam di atas vulkan Basa yang mempunyai kemiringan lereng 41-60% dengan relief berkisar m. 2. Bukit yang agak curam di atas vulkan basa dengan kemiringan lereng 16-25% relief m. 3. Lereng Lahan yang tertoreh agak curam mempunyai kemiringan lereng 16 25% dengan relief 2 50 m. 4. Gunung berapi strato muda basa/sedang dengan relief 41-60% dengan relief > 300m. 5. Aliran lava basa/sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan lereng % Relief m. 6. Aliran Lava basa/ sedang yang agak tertoreh pada daerah dataran tinggi dengan kemiringan lereng % Relief m. 7. Bukit rendah yang membulat di atas napal dan batu liat dengan relief % relief m. 8. Punggung bukit asimetrik yang tertoreh melebar di atas batu pasir dan batuan lumpur mempunyai kemiringan lereng >60% dengan relief >300m 9. Lereng lahar yang landai dengan bukit kecil basalt yang membulat dengan kemiringan lereng 9-15 % dan relief 2 10 m. Pola topografi wilayah mirip sebuah cekungan raksasa yang terbuka di bagian Tenggara, sedangkan di bagian Selatan dan Barat dibatasi oleh Gunung Sumbing (3.340 m dpl) dan Gunung Sindoro (3.115 m Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

6 dpl) dan di bagian Utara dibatasi pegunungan kecil yang membujur dari Timur Laut ke arah Tenggara. II-6 Daerah Kabupaten Temanggung pada umumnya berhawa dingin dimana udara pegunungan berkisar antara 20 C - 30 C. Daerah berhawa sejuk terutama di daerah Kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu ( lereng Gunung Sumbing ), Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo serta Kecamatan Candiroto. Gunung-gunung yang tertinggi adalah gunung Sumbing ( m ) dan gunung Sindoro ( m). Wilayah Kabupaten Temanggung termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo (Sub DAS Progo Hulu) dan DAS Bodri. Sesuai dengan keadaan wilayahnya, Kabupaten kaya akan mata air dan sungai, beberapa sungai yang relatif besar antara lain sungai Legung, sungai Trocoh, sungai Lutut, sungai Dawe, dan sungai Pupu yang semuanya bermuara di laut Jawa. Sedangkan sungai Galeh, sungai Guntur, sungai Deres, sungai Datar, sungai Bulu, sungai Gintung, Sungai Lungge, sungai Kuas, sungai Jambe, sungai Groboh, Sungai Tingal, dan sungai Murung setelah menyatu dengan sungai Progo kemudian mengalir ke arah Selatan dan bermuara di Samudra Hindia. Tabel 2.4 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Temanggung DAS Sub DAS Sub-sub DAS Luas (Ha) Panjang Sungai (km) Debit (m³/dtk) DAS Progo Sub DAS Sub-Sub DAS Tangsi Plumbon 3, Sub DAS Lunge 5, Total Sub DAS Tangsi 8, ,889 Sub DAS Elo Sub-sub DAS Elo 2, Sub-sub DAS Murung 7, Sub-sub DAS Tingal 9, Sub DAS Progo Hulu Total Sub DAS Elo 18, ,556 Sub-sub DAS Kuas 6, Sub-sub DAS Galeh 11, Sub-sub DAS Hulu 8, Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

7 II-7 DAS Sub DAS Sub-sub DAS Luas (Ha) Panjang Sungai (km) Debit (m³/dtk) Progo Sub-sub DAS Grabah 3, Total Sub DAS Hulu Progo 30, , ,100 TOTAL DAS PROGO 57, , ,545 DAS Bodri Sub DAS Logung Sub-sub DAS Logung 5, Sub DAS Lutut Sub-sub DAS Lutut 11, Sub-sub DAS Pupu 6, Total Sub DAS Lutut 23, , Sub DAS Putih Sub-sub DAS Putih 6, TOTAL DAS BODRI 29, , *) TOTAL KABUPATEN 86, , *) Keterangan: Debit DAS belum ada data Sumber: - RTRW Kabupaten Temanggung Tahun Dinas PSDA Prov. Jateng Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

8 II-8 Peta 2.1. Peta Orientasi Kabupaten Temanggung terhadap Kabupaten Sekitarnya dan Provinsi Jawa Tengah Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

9 II-9 Peta 2.2. Peta DAS Kabupaten Temanggung Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

10 II-10 Kondisi klimatologi Kabupaten Temanggung sebagaimana keadaan di Indonesia. Kabupaten Temanggung beriklim tropis dengan dua musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai dengan September dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan Maret. Rata-rata suhu udara di Temanggung berhawa dingin yaitu derajat Celcius. Daerah berhawa sejuk terutama di daerah kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Candiroto. Curah hujan rata-rata pertahun di Kabupaten Temanggung berkisar antara mm/tahun, namun curah hujan pada dataran rendah lebih kecil dibandingkan pada dataran tinggi. Kabupaten Temanggung beriklim tropis dengan dua musim dalam setahunnya yaitu musim kemarau yang terjadi antara bulan April sampai dengan September dan musim penghujan antara bulan Oktober sampai dengan Maret. Rata-rata suhu udara di Temanggung berhawa dingin yaitu derajat Celcius. Daerah berhawa sejuk terutama didaerah kecamatan Tretep, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tembarak, Kecamatan Ngadirejo, Kecamatan Candiroto. Berdasar data dari Temanggung dalam angka tahun 2012,curah hujan rata-rata pertahun di kabupaten Temanggung berkisar antara mm/tahun, namun curah hujan pada dataran rendah lebih kecil dibandingkan pada dataran tinggi.. Tabel 2.5 Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. Bulan Curah Hujan (mm) Curah Hujan Maksimum Jumlah Hari Hujan (mm) (hari) 1 Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Sumber: Data BMKG Proinsi Jawa Tengah Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

11 II-11 Berdasarkan tabel di atas, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret (513 mm), dan curah hujan terendah terjadi pada bulan September (0 mm). Sedangkan dilihat dari jumlah hari hujan paling banyak terjadi pada bulan Januari (18 hari), dan jumlah hari hujan paling sedikit pada bulan September (0 hari) karena pada bulan September 2013 tidak pernah terjadi hujan. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa curah hujan rata-rata selama 10 (sepuluh) bulan terakhir yaitu sejak Januari sampai dengan Desember 2013 sebesar 181,75 mm/bulan. Sedangkan total jumlah hari hujan antara Januari sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 124 hari atau rata-rata 10,33 hari/bulan. Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Temanggung diuraikan berdasarkan identifikasi sungai dan Satuan wilayah Sungai (SWS). Sungai yang melintas di Kabupaten Temanggung antara lain Kali Trocoh, Kali Progo, Kali Murung, dan Kali Klegung. Sungai-sungai pada wilayah ini tergabung dalam 2 SWS yaitu SWS Jratunseluna dan SWS Progo Opak Oyo. Kondisi Hidrologi terbentuk oleh masing-masing formasi batuan mempunyai karakteristik dan ciri fisik tersendiri terhadap kemampuan penyimpanan air tanah, tergantung pada sistem ruang antar butir, celah, rekahan, ataupun struktur sekunder lainnya. Umumnya sebaran batuan yang muda dan belum terkonsolidasi cukup baik mengandung dan mengalirkan air tanah salah satunya adanya tumpukan guguran lava jenis batuan vulkanologi gunung api. Berdasarkan ciri litologi, fasies dan lingkungan pengendapan dan batuan muda yang tersingkap di daerah Temanggung, maka dapat diidentifikasi ada cekungan air tanah potensial yaitu Cekungan Magelang-Temanggung. Cekungan Magelang- Temanggung mendapat imbuhan yang cukup penting dari bagian pegunungan di barat dan utara yaitu Gunung Sindoro dan Sumbing. Cekungan ini dilalui oleh sungai-sungi kecil yang bermuara dan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

12 II-12 membentuk sungai inti yang merupakan satuan DAS Bodri dan DAS lainnya. Jumlah mata air dan total kapasitasnya di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut. No Tabel 2.6. Sumber Air Baku di Kabupaten Temanggung Kecamatan Jumlah Mata Air Kapasitas Total (l/dtk) Jumlah Sungai Kapasitas Total (l/dtk) Tretep Bulu Kedu Ngadirejo Parakan Tembarak Bansari Candiroto Kandangan Kranggan Selopampang Tlogomulyo Wonoboyo Gemawang Temanggung Jumo Pringsurat Kledung Bejen Kaloran Sumber : Dinas PSDA Prov. Jawa Tengah Jumlah mata air paling banyak berada di wilayah Kecamatan Wonoboyo yaitu sebanyak 115 mata air sedangkan jumlah mata air paling kecil terdapat di kecamatan Kaloran. Namun demikian, kapasitas paling besar dihasilkan oleh mata air yang berada di kota Temanggung yaitu sebesar 372,05 l/dtk. Data survey tersebut berupa hasil kuisoner yang diisi oleh Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

13 II-13 setiap kelurahan. Untuk kedepannya direkomendasikan untuk dilakukan validasi data ulang mengenai debit mata air maupun debit air permukaan. Validasi dilakukan karena dimungkinkan terdapat penyimpangan debit. Kondisi hidrologi di wilayah Kabupaten Temanggung diuraikan berdasarkan identifikasi sungai dan Satuan wilayah Sungai (SWS). Sungai yang melintas di Kabupaten Temanggung antara lain Kali Trocoh, Kali Progo, Kali Murung, dan Kali Klegung. Sungai-sungai pada wilayah ini tergabung dalam 2 SWS yaitu SWS Jratunseluna dan SWS Progo Opak Oyo. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

14 II-14 Kondisi Hidrologi terbentuk oleh masing-masing formasi batuan mempunyai karakteristik dan ciri fisik tersendiri terhadap kemampuan penyimpanan air tanah, tergantung pada sistem ruang antar butir, celah, rekahan, ataupun struktur sekunder lainnya. Umumnya sebaran batuan yang muda dan belum terkonsolidasi cukup baik mengandung dan mengalirkan air tanah salah satunya adanya tumpukan guguran lava jenis batuan vulkanologi gunung api. Berdasarkan ciri litologi, fasies dan lingkungan pengendapan dan batuan muda yang tersingkap di daerah Temanggung, maka dapat diidentifikasi ada cekungan air tanah potensial yaitu Cekungan Magelang-Temanggung. Cekungan Magelang- Temanggung mendapat imbuhan yang cukup penting dari bagian pegunungan di barat dan utara yaitu Gunung Sindoro dan Sumbing. Cekungan ini dilalui oleh sungai-sungi kecil yang bermuara dan membentuk sungai inti yang merupakan satuan DAS Bodri dan DAS lainnya. Beberapa sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Temanggung meliputi dua macam sumber air yaitu sungai dan sumber air dangkal atau mataair. Jumlah masing-masing sumber air tersebut sebagai berikut: 1. Sungai, terdapat di Kabupaten Temanggung merupakan hulu sungai atau Daerah Aliran Sungai diantaranya yang cukup besar adalah DAS Bodri. 2. Mata air, di tinjau dari kondisi geologi, Kabupaten Temanggung cukup potensial akan mataair, terurama di bagian Barat (Sekitar lereng gunung Sindoro dan Sumbing serta Ungaran yaitu Kecamatan yang berbatasan langsung seperti Kecamatan Kledung, Tretep, Bejen, Wonoboyo, Selopampang, Banasari, Ngadirejo dan Pringsurat). Berdasarkan hasil data survey tahun 2008, wilayah kabupaten Temanggung memiliki sumber mata air yang cukup banyak. Masing masing mata air tersebut tersebar di seluruh kecamatan. Data jumlah mata air dan total kapasitasnya di tiap kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

15 II-15 Tabel 2.7 Sumber Air Baku di Kabupaten Temanggung No Kecamatan Jumlah Kapasitas Total Jumlah Kapasitas Total Mata Air (l/dtk) Sungai (l/dtk) 1 Tretep Bulu Kedu Ngadirejo Parakan Tembarak Bansari Candiroto Kandangan Kranggan Selopampang Tlogomulyo Wonoboyo Gemawang Temanggung Jumo Pringsurat Kledung Bejen Kaloran Sumber :RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun dan Materi Teknis RTRW Kabupaten Temanggung Tahun Berdasarkan tabel di atas, mata air yang ada di Kabupaten Temanggung berjumlah 720 buah dengan kapasitas 2.332,65 liter/detik. Dari jumlah mata air tersebut sampai dengan tahun 2012 ada 16 buah mata air yang telah di manfaatkan sebagai sumber air baku oleh PDAM, dengan kapasitas terpasang 351 liter/detik. Mata air yang telah dimanfaatkan oleh PDAM tersebut antara lain: 1).MA.Semadu (Parakan), 2). Sedandang, Sigandul, Tuksewu I dan II, Segaran (Kledung), 3).Tukmulyo, Sucen, Sebayan, dan Sekocan (Bulu), 4).Pikatan (Temanggung), 5).Sedandang (Selopampang), 6).Tukbening, Ngasinan (Pringsurat), 7).Jumprit, Tempurung, Sigetuk (Ngadirejo). Selain yang telah dimanfaatkan oleh PDAM, mata air lainnya yang banyak tersebar di pedesaan telah dimanfaatkan sebagai sumber air baku penyediaan air minum di pedesaan, melalui Program PAMSIMAS di 108 desa, PNPM Mandiri, dan Program PSAB lainnya. Khusus mata air Pikatan, selain dimanfaatkan oleh masyarakat juga digunakan sebagai sumber air di Pikatan Water Park (perusahaan daerah) Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

16 II-16 dan Perusahaan Air Minum PT.Tirta Mas Lestari (swasta). Pada saat ini sedang dalam proses pembahasan CSR berkaitan dengan adanya beberapa perusahaan besar di Kabupaten Temanggung, termasuk di antaranya PT. Tirta Mas Lestari yang memanfaatkan sebagian air dari mata air Pikatan sebagai bahan baku mereka. Sumber air baku selain mata air adalah sumber air baku sungai. Sumber air baku yang berasal dari sungai sebagian besar dipergunakan untuk kepentingan irigasi. Secara hidrologi sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Temanggung dikelompokan dalam Daerah Aliran Sungai (DAS), Sub DAS, dan Sub-sub DAS sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini. Tabel 2.8 Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. Nama DAS Nama Sub DAS Nama Sub Sub DAS Luas Ha 1. DAS Progo Sub DAS Tangsi Sub sub DAS Plumbon 3.010,51 Sub sub DAS Lungge 5.058,68 Total Sub DAS Tangsi 8.069,19 Sub DAS Elo Sub sub DAS Elo 2.421,19 Sub sub DAS Murung 7.267,37 Sub sub DAS Tingai 9.145,62 Total Sub DAS Elo ,18 Sub DAS Progo Hulu Sub sub DAS Kuas 6.960,70 Sub sub DAS Galeh ,35 Sub sub DAS Progo Hulu 8.948,73 Sub sub DAS Grabah 3.167,97 Total Sub DAS Progo Hulu ,75 Total DAS Progo ,12 2. DAS Bodri Sub DAS Logung Sub sub DAS Logung 5.509,06 Sub DAS Lutut Sub sub DAS Lutut ,10 Sub sub DAS Pupu 6.640,63 Total Sub DAS Lutut ,79 Sub DAS Putih Sub sub DAS Putih 6.041,43 Total DAS Bodri ,22 3. DAS Serayu 202,66 TOTAL Sumber: PSDA Provinsi Jawa Tengah Selanjutnya dari pengelompokan DAS, Sub DAS, dan Sub-sub DAS di atas dapat diperinci berdasarkan satuan sungai. Sungai Progo merupakan sungai yang terpanjang yang melewati wilayah Kabupaten Temanggung, yaitu mencapai panjang 57 km. Sedangkan sungai terpendek adalah Sungai Lombo yang terletak di Kecamatan Wonoboyo Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

17 II-17 dengan panjang 2,5 km. Perincian nama sungai dan panjang sungai dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.9 Nama Sungai/ Kali di Kabupaten Temanggung Tahun 2015 No. Sungai/ Kali Panjang (Km) No. Sungai/ Kali Panjang (Km) 1. Progo Watu Kopyah 4,5 2. Klegung Groboh Sempol Cantrik 5 4. Cingklong Mijilan 6,5 5. Krengseng Pudak Gemilang 12,5 73. Cangkring 5 7. Ganjuran Pecah 7 8. Celeng Bangkong 8 9. Soko Pakisan 6,5 10. Lungge Mlereng Gintung Nglengeng 4,5 12. Cuntel Tuksongo Luyung Logung Jambe Mengor 11,5 15. Pacar Glagah Tukmulyo Tingal Parangan Kasinan Gondang Setro Semen Krengseng 4,5 20. Bulu/ Kuas Nglengkong Tuksulon Awar-awar Wates Suwukan Larangan 5,5 90. Gobolri 4,5 24. Kedu Kalisari Nongko 8,5 92. Mandang Tuksanggen 5,5 93. Manden Tengah 6,5 94. Seleri Lingseng Wora wari Sipati 4,5 96. Murung 12, Kendil Elo Bawang Bodri Kembang Muncar Galeh Gaheng Gambir Kulon 4,5 35. Bedali Sisih Batur Kemalon 7,5 37. Brangkongan Sumur Galeh Mati Duren 3,5 39. Cingkru Banjaran Datar Dawe/ Pupus 14,5 41. Dandang Lutut Putih 6, Sunggingan Wunut Selyep Dongko 6, Lombo 2,5 45. Urang 8, Manggong Bandung 13, Ireng Jenes Gede 5 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

18 II-18 No. Sungai/ Kali Panjang (Km) No. Sungai/ Kali Panjang (Km) 48. Guntur Sapi Totog 7, Gemrising Kuning 4, Kepruk Deres Trocoh Wuluh Brejen 4,5 53. Bendo 4, Luwungu Barang Brangsong Ceret Jlegong Langit Ketek 6,5 57. Muntung Kajangan Tengah 5, Bengkat Sinan Teguru/ Logung Jubel 8, Turen Sumbeng Demoganti Tapak 7, Tukbawang Mendeng 8, Rau 3,5 64. Konal Paing Anggrung 4, Tangrum Silumbu 6, Glitung Kulon bono 8 Jumlah 1.183,95 Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun Aspek geologi merupakan aspek yang penting untuk dibahas karena mempunyai kaitan erat dengan potensi sumber daya tanah maupun sumber daya mineral. Struktur geologi tertentu berasosiasi dengan ketersediaan air tanah, minyak bumi dan sumber daya alam lainnya. Selain itu struktur geologi selalu dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan suatu wilayah misalnya pengembangan daerah yang berhubungan dengan kerekayasaan seperti, pembangunan bendungan, jalan, jembatan, permukiman dan lain-lain. Selain potensi sumberdaya alam juga terdapat ancaman bahaya geologi seperti struktur patahan/sesar, vulkanisme maupun longsor lahan harus selalu diperhitungkan. Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Temanggung secara umum tersusun oleh 5 jenis yaitu: 1. Batuan Sedimen Pleistosen (Pleistosen) 2. Batuan Vulkanik Pleistosen (Pleistosen) 3. Batuan Vulkanik Undiferentiasi (Kuarter) 4. Batuan Vulkanik Kuarter Muda (Kuarter) 5. Sedimen Miosen (Miosen) Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

19 II-19 Formasi adalah suatu susunan batuan yang mempunyai keseragaman ciri-ciri geologis yang nyata, baik terdiri dari satu macam jenis batuan, maupun perulangan dari dua jenis batuan atau lebih yang terletak di permukaan bumi atau di bawah permukaan. Formasi geologi menunjukkan kelompok-kelompok batuan yang berguna sebagai indikator terdapatnya suatu bahan tambang untuk mengetahui jumlah cadangan galian dan prospek pengembangannya memerlukan penanganan lebih lanjut dari dinas/instansi terkait. Pada tabel dibawah ini dapat diungkapkan bahwa sebagian besar (seluas Ha) wilayah Kabupaten Temanggung berjenis batuan vulkanik berumur Kuarter (Vulkanik undeferensi dan kuarter muda). Tabel 2.10 Persebaran Luas Formasi Geologi Per Wilayah Kecamatan No Formasi Geologi Jenis Batuan Luas (Ha) 1. Kaloran, Pringsurat Batuan Sedimen Pleistosen (Pleistosen) Kaloran, Pringsurat, Batuan Vulkanik Kranggan Pleistosen(Pleistosen) Selopampang, Bulu, Tembarak, Ngadirejo, Batuan Vulkanik Kledung, Tretep, Bansari, Undiferentiasi (Kuarter) Wonoboyo 4. 5 Temanggung, Kedu, Parakan, Ngadirejo, Kandangan, Bulu Bejen, Candiroto, Gemawang, Jumo, Kandangan Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun Batuan Vulkanik Kuarter Muda (Kuarter) Sedimen Miosen (Miosen) Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

20 II Pembagian Wilayah Secara administratif Kabupaten Temanggung terdiri dari 20 Kecamatan dan dibagi lagi menjadi 266 desa dan 23 Kelurahan, dusun/ lingkungan, RW dan RT. Jarak dari ibukota kabupaten kecamatan terjauh adalah Kecamatan Bejen dan terdekat Kecamatan Kranggan. Jumlah kecamatan dan desa/kelurahan di Kabupaten Temangggung serta luas wilayah administrasi dan wilayah terbangun dapat dijabarkan sebagai berikut : Tabel 2.11 Pembagian Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah per Kecamatan Jumlah Luas Wilayah N0 Kecamatan Desa/ Kelurahan (Ha) % thd Total Parakan ,00 2,55 2 Kledung ,00 3,70 3 Bansari ,00 2,59 4 Bulu ,00 4,94 5 Temanggung ,00 3,84 6 Tlogomulyo ,00 2,85 7 Tembarak ,00 3,08 8 Selopampang ,00 1,99 9 Kranggan ,00 6,62 10 Pringsurat ,00 6,58 11 Kaloran ,00 7,34 12 Kandangan ,00 9,00 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

21 II-21 Jumlah Luas Wilayah N0 Kecamatan Desa/ Kelurahan (Ha) % thd Total Kedu ,00 4,02 14 Ngadirejo ,00 6,12 15 Jumo ,00 3,37 16 Gemawang ,00 7,71 17 Candiroto ,00 6,88 18 Bejen ,00 7,91 19 Tretep ,00 3,86 20 Wonoboyo ,00 5,05 JUMLAH ,00 100,00 Sumber: Temanggung Dalam Angka Tahun 2015 dan Hasil Analisis Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

22 II-22 Peta 2.3. Peta Administrasi Kabupaten Temanggung Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

23 II-23 Tabel 2.12 Luas Wilayah dan Pembagian Administrasi Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. Kecamatan Luas Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Wilayah Desa Kelurahan Dusun Lingkungan RT RW 1 Parakan Kledung Bansari B u l u Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan K e d u Ngadirejo J u m o Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo Jumlah Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.1 Persentase (%) Luas Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun 2014 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

24 II-24 Kegiatan pembangunan di Kabupaten Temanggung, tidak terlepas dari kondisi penggunaan lahan untuk aktivitas kota, baik untuk fungsi kegiatan terbangun kota maupun non terbangun kota. Berdasarkan data penggunaan lahan tahun 2010, penggunaan lahan di Kabupaten Temanggung didominasi oleh lahan bukan sawah seluas ha dan lahan sawah seluas ha. Tabel 2.13 Luas Penggunaan Lahan (Ha) di Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. Kecamatan Lahan Bukan Lahan Jumla Sawah Sawah h 1 Parakan Kledung Bansari B u l u K e d u Tlogomulyo Tembarak Selopampang Temanggung Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Ngadirejo J u m o Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo Jumlah Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

25 II-25 Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.2 Prosentase Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Temanggung Tahun 2014 Jenis penggunaan lahan untuk lahan bukan sawah diuraikan berdasarkan jenis penggunaan lahan yang ada yaitu lahan terbangun (terdapat tersebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung). Tegal/ Huma terdapat hampir tersebar pada setiap wilayah kecamatan dengan luasan terbesar di Kecamatan Kaloran seluas ha dan luasan terkecil terletak di Kecamatan Jumo seluas 125 ha. Kolam/empang terdapat di delapan kecamatan yaitu Kecamatan Parakan, Bulu, Temanggung, Tlogomulyo, Kedu Tembarak, Selopampang dan Wonoboyo. Perkebunan negara/rakyat terdapat hampir di semua kecamatan kecuali ada 5 kecamatan yang tidak mempunyai perkebunan yaitu Kecamatan Kledung, Kecamatan Bulu, Kecamatan Tlogomulyo, Kecamatan Candiroto, Kecamatan Tretep. Sedangkan Penggunaan lahan perkebunan terluas terdapat di Kecamatan Kandangan dengan luas ha dan luasan terkecil di Kecamatan Temanggung seluas 9 ha. Hutan negara/rakyat terdapat hampir di semua kecamatan hanya satu wilayah kecamatan yang tidak mempunyai yaitu Kecamatan Kranggan. Sedangkan luasan lahan hutan negara/rakyat yang mempunyai luasan terbesar adalah di wilayah kecamatan Bejen dengan luas ha dan luasan terkecil Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

26 II-26 terletak di wilayah Kecamatan Temanggung hanya 14 ha. Penggunaan lahan lainnya menyebar di seluruh wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung hanya luasan yang terbesar terletak di wilayah Kecamatan Kandangan 442 ha dan luasan terkecil di wilayah Kecamatan Bansari seluas 1 ha. Tabel 2.14 Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah (Ha) Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. Kecamatan Lahan Untuk Bangunan Tegal/ Huma Kolam/ Empang Hutan Negara/ Rakyat Perkebunan Negara/ Swasta Lahan Lainnya Jumlah 1 Parakan Kledung Bansari B u l u K e d u Tlogomulyo Tembarak Selopampang Temanggung Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Ngadirejo J u m o Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo Jumlah Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

27 II-27 Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.3 Prosentase Luas Lahan Bukan Sawah Kabupaten Temanggung Tahun 2014 Jenis penggunaan lahan untuk tanah sawah dapat diuraikan berdasarkan jenis pengelolaannya menurut jaringan irigasinya, yaitu Sawah teknis, hanya terdapat di 12 wilayah kecamatan sedangkan yang 8 kecamatan tidak menggunakan jaringan irigasi teknis. Sawah teknis ini di wilayah Kecamatan Kedu mempunyai luasan terbesar yaitu ha dan luasan terkeci terdapat di wilayah Kecamatan Ngadirejo seluas 164 ha. Sawah setengah teknis, terdapat di hampir seluruh wilayah kecamatan kecuali ada di kecamatan Bejen. Sedangkan dengan luasan terbesar di wilayah Kecamatan Ngadirejo seluas 966 ha dan luasan terkecil 17 ha di wilayah Kecamatan Kledung. Sawah dengan pengairan sederhana PU, terdapat hampir merata di wilayah Kabupaten Temanggung hanya ada dua wilayah kecamatan yang tidak mempunyai yaitu di wilayah Kecamatan Tretep dan Selopampang. Untuk daerah yang mempunyai luasan terbesar terletak di wilayah Kecamatan Bulu mencapai 546 ha dan luasan terkecil di wilayah Kecamatan Candiroto seluas 24 ha. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

28 II-28 Penggunaan sawah dengan pengairan sederhana non PU, terdapat di 15 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Temanggung, kecuali tidak ada pada 5 wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Bansari, Bulu, Kaloran, Ngadirejo, dan Jumo. Dengan luasan terbesar di wilayah Kecamatan Kranggan 682 ha dan luasan terkecil di wilayah Kecamatan Tretep 10 ha. Lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.15 Luas Penggunaan Lahan Sawah (Ha) Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. Kecamatan Teknis ½ Teknis Sederhana PU Sederhana Non- PU Tadah Hujan Jumlah 1 Parakan Kledung Bansari B u l u K e d u Tlogomulyo Tembarak Selopampang Temanggung Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Ngadirejo J u m o Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo Jumlah Sumber: Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

29 II-29 Sumber: Hasil Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.4 Prosentase Luas Lahan Sawah Kabupaten Temanggung Tahun Demografi Data kependudukan merupakan data pokok yang dibutuhkan baik kalangan pemerintah maupun swasta sebagai lahan untuk perencanaan dan evaluasi hasil-hasil pembangunan. Hampir setiap aspek perencanaan pembangunan baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik memerlukan data penduduk karena penduduk merupakan subjek sekaligus objek dari pembangunan Struktur Penduduk Menurut Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kabupaten Temanggung pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, terdiri dari jiwa laki-laki (50,14%) dan jiwa perempuan (49,86%). Apabila dilihat penyebarannya, maka kecamatan yang paling tinggi persentase jumlah penduduknya adalah Kecamatan Temanggung yakni sebesar 10,76 persen dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Temanggung, kemudian berturut-turut Kecamatan Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

30 II-30 Kedu 7,55% dan Kecamatan Ngadirejo 7,06%. Sedangkan kecamatan yang terkecil jumlah penduduknya adalah Kecamatan Selopampang sebesar 0,02%. Bila dilihat dari perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuannya, maka diperoleh rasio jenis kelamin pada tahun 2013 sebesar 99,43 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk laki-laki terdapat 99 penduduk perempuan. Dengan perkataan lain bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan. Tabel 2.16 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio (%) Persentase (%) 1 Parakan ,81 6,91 2 Kledung ,30 3,38 3 Bansari ,88 3,02 4 Bulu ,52 6,25 5 Kedu ,26 7,55 6 Temanggung ,40 10,76 7 Tlogomulyo ,90 3,01 8 Tembarak ,66 3,92 9 Selopampang ,77 2,49 10 Kranggan ,05 6,11 11 Pringsurat ,13 6,56 12 Kaloran ,05 5,55 13 Kandangan ,63 6,50 14 Ngadirejo ,40 7,06 15 Jumo ,09 3,84 16 Gemawang ,04 4,30 17 Candiroto ,77 4,14 18 Bejen ,90 2,65 19 Tretep ,30 2,68 20 Wonoboyo ,02 3,32 Jumlah ,57 100,00 Prosentase 50,14 49,86 100,00 Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

31 II-31 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.5 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelamin Kabupaten Temanggung Tahun 2014 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.6 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Temanggung Dirinci Per Kecamatan Tahun 2014 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

32 II Struktur Penduduk Menurut Kelompok Umur Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel dan piramida berikut. Berdasarkan tabel dan piramida tersebut dapat diketahui bahwa jumlah usia produktif di Kabupaten Temanggung lebih besar daripada jumlah usia non produktif. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat ketergantungan penduduk usia tua terhadap penduduk usia produktif cenderung tinggi. Tabel 2.17 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Kelompok Umur Tahun 2014 No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

33 II-33 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.7 Grafik Piramida Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Kab. Temanggung Tahun Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan yang tercatat dalam data Kabupaten Temanggung dalam angka tahun 2013 adalah DIV/ Sarjana, Diploma, SLTA, SLTP, SD, dan tidak/ belum tamat SD. Berikut adalah rincian jumlah penduduk di Kabupaten Temanggung menurut tingkat pendidikan. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

34 II-34 No. Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2014 Kecamatan DIV/ Sarjana DI/DII/ DIII SLTA SLTP SD Tidak/Belum Tamat SD Jumlah 1 Parakan Kledung Bansari Bulu Kedu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Ngadirejo Jumo Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo Jumlah Persentase (%) 1,76 1,50 10,83 17,60 43,50 24,81 100,00 Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

35 II-35 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.8 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kabupaten Temanggung Tahun Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian yang tercatat dalam data Kabupaten Temanggung dalam angka tahun 2013 adalah pertanian, industri, bangunan, perdagangan, pengangkutan, jasa, dan mata pencaharian lainnya. Berikut adalah rincian jumlah penduduk di kawasan agrowisata menurut mata pencaharian. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

36 II-36 No. Tabel 2.19 Jumlah Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014 Kecamatan Perta nian Indus tri Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Bang unan Perda gangan Pengang kutan Jasa Lain-lain Jumlah 1 Parakan Kledung Bansari Bulu Kedu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Ngadirejo Jumo Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo Jumlah Prosentase (%) 49,07 9,81 4,91 14,72 2,50 10,06 8,93 100,00 TINJAUAN : JUMLAH PENDUDUK UNTUK 5 TAHUN ke DEPAN BELUM ADA Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

37 II-37 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.9 Persentase Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kabupaten Temanggung Tahun Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun ( ) cenderung mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan jumlah penduduk kecuali pada tahun Pada tahun 2013 tercatat sebesar 850 jiwa setiap satu kilo meter persegi. Di sisi lain persebaran penduduk masih belum merata, Kecamatan Temanggung merupakan kecamatan yang terpadat yaitu jiwa per km2. Kecamatan Bejen paling rendah kepadatan penduduknya yaitu 285 jiwa per km2. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

38 II-38 Tabel 2.20 Distribusi dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Temanggung Tahun 2014 No. Kecamatan Luas (Km 2 ) Jumlah Penduduk Sumber : Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Distribusi Penduduk (%) Kepadatan Penduduk 1 Parakan 22, , Kledung 32, , Bansari 22, , Bulu 43, , Kedu 34, , Temanggung 33, , Tlogomulyo 24, , Tembarak 26, , Selopampang 17, , Kranggan 57, , Pringsurat 57, , Kaloran 63, , Kandangan 78, , Ngadirejo 53, , Jumo 29, , Gemawang 67, , Candiroto 59, , Bejen 68, , Tretep 33, , Wonoboyo 43, , Jumlah 870, , Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

39 II-39 Sumber: Olahan Data Kabupaten Temanggung dalam Angka, 2015 Gambar 2.10 Kepadatan Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2014 TINJAUAN : PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN KEPADATAN PENDUDUK UNTUK 5 TAHUN ke DEPAN BELUM ADA Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

40 II-40 Peta 2.5. Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2015 Sumber : Temanggung dalam Angka 2014 dan Hasil Analisis Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

41 II-41 Adapun penduduk miskin kabupaten Temanggung per kecamatan dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 2.21 Jumlah KK Miskin Kabupaten Temanggung Tahun 2015 No Nama Kecamatan Jumlah KK KK Miskin Jumlah % 1 Parakan ,64 2 Kledung ,08 3 Bansari ,66 4 Bulu ,29 5 Temanggung ,32 6 Tlogomulyo ,02 7 Tembarak ,56 8 Selopampang ,22 9 Kranggan ,65 10 Pringsurat ,04 11 Kaloran ,72 12 Kandangan ,17 13 Kedu ,21 14 Ngadirejo ,88 15 Jumo ,00 16 Gemawang ,60 17 Candiroto ,69 18 Bejen ,69 19 Tretep ,96 20 Wonoboyo ,79 Jumlah ,99 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung Tahun 2016 Tabel 2.21 menunjukkan bahwa persentase penduduk (kepala keluarga) miskin di Kabupaten Temanggung pada tahun 2014 berada pada wilayah perdesaan khususnya wilayah-wilayah di daerah pegunungan di wilayah utara Kabupaten Temanggung, di antaranya Kecamatan Kaloran, Kecamatan Bejen, Kecamatan Tretep Wilayahwilayah kantong kemiskinan ini juga harus mendapat perhatian dalam penanganan sanitasi, karena penduduk miskin salah satu faktor penyebabnya juga adalah sanitasi yang buruk. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

42 II Tata Ruang Wilayah Rencana Struktur ruang wilayah kabupaten Temanggung merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarkhi satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi masyarakat di wilayah kabupaten. Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Temanggung, menggambarkan sistem pusat-pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Temanggung yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam Wilayah Kabupaten Temanggung yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah yang mengintegrasikan kesatuan wilayah kabupaten. Dalam pembentukan struktur ruang wilayah Kabupaten Temanggung, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kabupaten Temanggung yang mendukung pengembangan kegiatan prioritas Kabupaten Temanggung yaitu industri, pertanian, dan pariwisata; Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah Kabupaten Temanggung dalam mendukung pengembangan kegiatan ekonomi; Kecenderungan pertumbuhan dan pergerakan penduduk di Kabupaten Temanggung; Daya dukung dan daya tampung ruang wilayah Kabupaten Temanggung; Kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan arahan pengembangan Kabupaten Temanggung. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

43 II Rencana Struktur Ruang Terdiri dari rencana sistem pusat pelayanan dan rencana sistem jaringan prasarana wilayah. Rencana Sistem Pusat Pelayanan, terdiri atas rencana sistem perkotaan disertai dengan penetapan fungsi wilayah pengembangannya dan sistem perdesaan. Sistem pusat pelayanan dibentuk secara berhirarki di seluruh Wilayah Kabupaten Temanggung, sehingga terjadi pemerataan pelayanan dan mendorong pertumbuhan wilayah di perdesaan dan perkotaan secara seimbang dan berkelanjutan, serta mendukung terbentuknya struktur wilayah Kabupaten Temanggung yang direncanakan 20 tahun mendatang. Rencana sistem jaringan prasarana wilayah, meliputi: a. sistem jaringan transportasi; b. sistem jaringan energi; c. sistem jaringan telekomunikasi; d. sistem jaringan sumber daya air; e. sistem jaringan lingkungan; dan f. sistem jaringan evakuasi bencana. 2. Rencana Pola Ruang Rencana pola ruang terdiri atas: Kawasan Lindung dan Kawasan Budi daya seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini. Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

44 II-44 Tabel Rencana Pola Ruang Kabupaten Temanggung NO PEMANFAATAN RUANG LUAS (Ha) A Kawasan Lindung 1 Kawasan Hutan Lindung Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya B Jumlah A Kawasan Budidaya 1 Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Tetap Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Terbatas Kawasan Peruntukan Industri Kawasan Peruntukan Sawah Irigasi Kawasan Peruntukan Sawah Non irigasi Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering Jumlah B JUMLAH LUAS (A + B) Sumber: RTRW Kabupaten Temanggung Tahun Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

45 II-45 Gambar 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Temanggung Sumber : RTRW Kabupaten Temanggung Tahun Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

46 II-46 Peta 2.7 Peta Rencana Pusat Layanan Kabupaten Sumber : RTRW Kabupaten Temanggung Tahun Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

47 II-47 A. Kemajuan Pelaksanaan SSK Dalam rangka pembangunan sector sanitasi, kabupaten Temanggung telah menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten yang bertujuan sebagai dokumen perencanaan sector sanitasi yang penganggranya bersumber dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi dan APBN maupun dari masyarakat dan sector swasta. Upayaupaya yang telah dilakukan anatara lain dengan peningkatan sarana prasarana sanitasi melalui beberapa program seperti program AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan), PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat) dan USRI (Urban Sanitation and Rural Infrastructur). Program ini dilakukan dengan koordinasi lintas sektor atau SKPD dengan melibatkan antara lain Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, Badan Lingkungan Hidup, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Bapermasdes). Selain meningkatkan jumlah sarana sanitasi, juga dilakukan penyadaran perilaku masyarakat untuk mendukung terciptanya kesehatan lingkungan yang optimal, baik melalui penyuluhan maupun perlombaan di bidang kesehatan lingkungan, seperti lomba sekolah sehat maupun sekolah hijau. Adapun tingkat pencapaiann SSK Tahun dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut : Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

48 II-48 Tabel 2.23 Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Air Limbah Domestik SSK Tahun SSK 2016 Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini Meningkatnya Peran masyarakat dalam Pengelolaan air Limbah 1 Meningkatnya akses jamban di masyarakat sebesar 20% di tahun Meningkatnya cakupan layanan offsite skala kawasan/ SLBM sebesar 10 % pada Desa/ Kelurahan zona offsite, skala kawasan pada tahun Meningkatnya penggunaan jamban yang bertangkiseptic sebesar 75 % di Desa/ Kelurahan zona on site individual tahun 2017 masyarakat telah memiliki akses jamban meningkat menjadi 89% di kabupaten Temanggung Terbangunnya tangki septik/ IPAL komunal pada 18 lokasi baru 75 % masyarakat telah menggunakan tangki septic Pembangunan saluran limbah rumah tangga 1 Unit (600 M) 6 SLBM Meningkatnya Pengetahuan masyarakat tentang perda pengelolaan air Limbah dan pemanfaatan IPLT mengembangkan perangkat peraturan perundangan Sosialisasi mengenai IPLT dan pentingnya pengelolaan lumpur tinja di Kabupaten Temanggung tersedianya perangkat peraturan perundangan yang mendukung Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan tinja pada masyarakat Temanggung pada Tahun 2014 dan pengelolaannya adanya peraturan mengenai pengelolaan air limbah Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Temanggung Tahun 2016

49 II-49 Tabel 2.24 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung Cakupan Target cakupan layanan layanan (%) No Sistem eksisting Jangka Jangka Jangka (%) pendek menengah panjang A Sistem On- site 1 Komunal (MCK. MCK , SLBM) 2 STBM Individual (tangki septik) B Sistem Off-site 1 Skala Kawasan Skala Wilayah Dalam pencapaian tujuan ini dilaksanakan secara bertahap karena lokasi penanganan yang menyebar dan dilakukan skala prioritas wilayah pengembangan pelayanan air limbah yang tergambarkan pada peta di bawah ini :

50 II-50 Peta 2.8 Peta Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Sumber: Hasil Analisis

51 II-51 Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan seperti: Central Business Distric (CBD) (kawasan komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan. Berdasarkan kriteria tersebut di atas dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi Kabupaten dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Temanggung, Rencana pengembangan air limbah domestik diuraikan sebagai berikut: Zona 1, merupakan pengelolaan limbah domestik sistem off site medium, zona ini mencakup 60 kelurahan/ desa. Zona 2, merupakan pengelolaan limbah domestik menggunakan sistem on site individu (tangki septik SNI), zona ini mencakup 30 kelurahan/desa. Zona 3, merupakan pengelolaan limbah melalui sistem STBM serta penyediaan MCK ++ bagi keluarga yang tidak memiliki jamban pribadi, Zona ini mencakup 160 kelurahan/desa.

52 II-52 Tabel 2.28 Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Persampahan SSK Tahun SSK 2016 Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini meningkatkan ketersediaan sarana dan prasaran pengelolaan sampah meningkatkan cakupan pelayanan sampah secara bertahap Meningkatnya pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang aman terhadap lingkungan 1 Meningkatnya sarana penampungan sampah 50 % di 15 Kecamatan yang telah terlayani 2 Meningkatkan sarana pengangkutan sampah sebesar 50 Unit di 15 kecamatan yang telah terlayani 1. Meningkatnya cakupan layanan penuh (full coverage) sistem penanganan langsung menjadi 75 % tahun Meningkatnya cakupan layanan penuh (full coverage) sistem penanganan tidak langsung menjadi 72 % tahun Meningkatnya pelayanan sebesar 90% pada desa 20 Desa/ Kelurahan Zona continue selection 1. Pengurangan timbulan sampah di sumbernya sebesar 9 % pada 289 Desa/ Kelurahan zona cakupan pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis Masyarakat. 2. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah yang aman bagi lingkungan adanya sarana penampungan sampah sementara Adanya sarana pengangkutan sampah 5 unit 1. Adanya 56 daerah baru untuk pelayanan sistem penanganan langsung. 2. Adanya 15 Daerah baru untuk pelayanan system penanganan tidak langsung 3. Adanya 5 daerah baru untuk pelayanan persampahan 1. Menambah pelayanan persampahan pada 3 wilayah zona continue selection desa masyarakat menerapkan konsep 3 R pada 289 desa/ kelurahan zona cakupan pengembangan sistem 4 Unit Sepeda motor roda 3, 1 unit truk arm roll Pembangunan TPA Sanggrahan Zona 3

53 II-53 Dalam pencapaian tujuan tersebut, pelaksanaan tidak dilaksanakan sekaligus dan serempak pada semua wilayah namun secara bertahap. Oleh karena itu perlu dilakukan prioritas wilayah pengembangan pelayanan persampahan yang tergambarkan pada peta di bawah ini :

54 II-54 Peta 2.9. Peta Tahapan Pengembangan Persampahan Sumber: Hasil Analisis

55 II-55 Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/ klasifikasi wilayah (komersial/ CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kabupaten Temanggung terdapat 3 (tiga) zona yang dapat diuraikan sebagai berikut: Zona 1, (full coverage+street sweeping) merupakan peningkatan cakupan layanan hingga 100 % (RT - TPS TPA) + Penyapuan Jalan dalam jangka Pendek ke menengah dengan sistem layanan langsung dari sumber ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Terdapat 90 kelurahan/ desa dalam zona ini. Zona 2, (Caverage >70 %) merupakan area yang harus terlayani dengan sistem tidak langsung yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke TPA. Minimal 70 % cakupan layanan harus di atasi dalam jangka menengah (5 tahun) ke depan. Terdapat 60 kelurahan/ desa dalam zona ini. Zona 3, (Cakupan secukupnya) merupakan pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat + pemeliharaan dan pengelolaan sampah berbasis RT pengangkutan secukupnya (TPS- TPA), jangka menengah ke panjang, terdapat 120 kelurahan/ desa.

56 II-56 Tabel Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Temanggung Cakupan Target cakupan layanan (%) layanan No Sistem eksisting Jangka Jangka Jangka (%) pendek menengah panjang A Penanganan langsung (Direct) Kawasan komersial B Penanganan tidak langsung (indirect) 1 Kawasan komersial Caverage > 70% C Cakupan Secukupnya Sumber : Hasil Analisi, 2016.

57 II-57 Meningkatkan koordinasi antar lembaga dan program dalam penanganan drainase Tabel 2.30 Kemajuan Pelaksanaan SSK Sub Sektor Drainase SSK Tahun SSK 2016 Tujuan Sasaran Data Dasar Status saat ini 1 Meningkatnya dimensi saluran lama sebanyak 10 Km pada tahun 2017 Meningkatkan anggaran operasional drainase Memperlancar aliran air demi penyehatan lingkungan permukiman Masyarakat sadar akan fungsi saluran drainase Meningkatnya proporsi biaya operasional sebesar 10 % terhadap total pendanaan drainase dari yang telah ada sekarang 1. Di bangunnya saluran drainase di setiap permukiman padat baik oleh developer maupun masyarakat setempat pada tahun Menambah saluran pembuangan akhir drainase (tersier) di perumahan sepanjang 4 Km di daerah dengan zona jangka pendek pada tahun Berkurangnya rumah tangga yang membuang limbah/ sampah langsung ke saluran drainase sebesar 30 % pada tahun Meningkatnya peran dan kesadaran masyarakat terhadap pemeliharaan saluran drainase 1. Berkurangnya genangan air pada saat hujan 2. Lama genangan berkurang dari 1 jam dengan perbaikan saluran drainase Anggaran operasional drainase bertambah tiap tahunnya 1. Pada setiap rumah tangga telah memiliki saluran drainase 2. Terbangun saluran tersier drainase di perumahan 1. Saluran Drainase tidak ditemukan sampah bertumpukan 2. Adanya kegiatan masyarakat untuk pembersihan dan saluran drainase Pemeliharaan saluran drainase/ gorong gorong (jl Kabupaten Kabupaten)

58 II-58 Dalam mencapai tujuan tersebut, penanganannya tidak mungkin dilakukan sekaligus dan serempak pada semua wilayah. Oleh karena itu perlu dilakukan prioritas wilayah pengembangan pelayanan drainase yang tergambarkan pada peta di bawah ini :

59 II-59 Peta Peta Tahapan Pengembangan Drainase Sumber: Hasil Analisis

60 II-60 Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat kelurahan/ desa, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu kepadatan penduduk, tata guna lahan (perdagangan, jasa, maupun permukiman), daerah genangan air hujan, serta tingkat resiko kesehatan.perencanaan penanganan ke depan dapat diilustrasikan sebagai berikut: Zona 1, (Jangka Pendek) merupakan area dengan tingkat resiko yang relatif besar yang dapat diatasi dalam jangka pendek mencakup 20 kelurahan/ desa. Zona 2, (Jangka Panjang) merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat di atasi dalam jangka menengah dan panjang mencakup 80 kelurahan/ desa. No Tabel 2.28 Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Temanggung Cakupan layanan Sistem eksisting Jangka Jangka (%) pendek menengah Target cakupan layanan (%) Jangka panjang Langsung Tidak Langsung

61 II Profil Sanitasi Saat Ini Pembangunan sanitasi di Kabupaten Temanggung dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan sanitasi yang berkelanjutan agar mekanisme pengelolaan, pemanfaatan sumber daya yang ada diharapkan akan bermuara kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mampu menjamin tetap terjaganya kualitas lingkungan yang memenuhi standar kehidupan. Seiring dengan aktivitas pembangunan yang meningkat dengan bertambahnya penduduk akan memberikan dampak terhadap lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik maka akan dapat menimbulkan masalah di bidang sanitasi. Hal ini akan menyebabkan adanya pencemaran lingkungan, menurunnya kualitas lingkungan dan estetika serta timbulnya penyakit sehingga merugikan masyarakat di sekitarnya. Perilaku masyarakat membuang sampah dan limbah rumah tangga ke saluran drainase, sungai-sungai dan pada tempat-tempat yang bukan peruntukannya ikut memperburuk kondisi sanitasi di Kabupaten Temanggung. Dari semua persoalan sanitasi di Kabupaten Temanggung, penyebab utamanya adalah masih terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi yang berakibat kepada kurangnya kesadaran terhadap pentingnya sanitasi dalam kehidupan. Profil sanitasi Kabupaten Temanggung saat ini, dapat digambarkan atau dilihat dari kondisi air limbah domestik, persampahan dan drainase.

62 II Air Limbah Domestik a. Sistem dan Infrastruktur Kondisi sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Temanggung pada dasarnya berupa pelayanan sanitasi sistem setempat (individual) untuk limbah tinja berupa pengumpulan limbah tinja dari septik tank ke pengolahan akhir. Saat ini Kabupaten Temanggung belum memiliki Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT), namun dalam penyusunan pemuthakiran ini masuk dalam perencanaan program dan kegiatan. Secara umum pengelolaan limbah tinja di Kabupaten Temanggung dilaksanakan sendiri oleh masyarakat secara individual, sedangkan limbah cair langsung ke saluran drainase. Akan tetapi, kebiasaan ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip sanitasi yang baik sehingga kebiasaan ini harus ditinggalkan. Pemerintah Kabupaten Temanggung juga telah membangunkan MCK Plus di: - Desa Banyuurip (KSM Banyuurip) - Desa Manding (KSM Manding) - Desa Ngadirejo (KSM Ngadirejo) dan Pembangunan IPAL Komunal di Desa Ngadirejo (KSM Ngadirejo) untuk digunakan secara komunal. Untuk areal permukiman, golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas telah memiliki WC secara individu. Untuk masyarakat golongan menengah ke bawah kebanyakan belum memiliki WC secara individu. Adapun Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Air Limbah Kabupaten Temanggung didasarkan pada data yang ada dimana hampir di semua wilayah

63 II-63 Kabupaten Temanggung menggunakan sistem pembuangan air limbah setempat (onsite sanitation) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran atau sungai. Limbah manusia ditampung dalam tangki septik atau cubluk dimana penguraian terjadi secara alamiah dan cairannya dibuang ke bidang tanah atau sumur resapan. Sedangkan untuk limbah mandi dan cuci (grey water) penanganannya langsung dibuang ke saluran drainase, di Kabupaten Temanggung Ada satu lingkungan (Kelurahan Butuh Kecamatan Temanggung) telah menerapkan pengelolaan grey water dengan cara IPAL Komunal. Ditinjau dari peran serta pemerintah, sebagian besar pengelolaan air limbah terutama limbah domestik di Kabupaten Temanggung masih dilaksanakan secara individual oleh masyarakat. Sampai saat ini peran pemerintah daerah dalam hal pengelolaan sanitasi terbatas dalam hal pemberian bantuan jamban kepada sebagian warga masyarakat serta fasilitasi pembangunan MCK komunal berbasis masyarakat di beberapa titik wilayah. Prasarana pengelolaan limbah meliputi pengelolaan limbah rumah tangga; dan pengelolaan limbah industri, dijabarkan sebagai berikut : 1) Pengelolaan limbah rumah tangga meliputi: a) Penanganan limbah secara on site dengan pembangunan jamban keluarga, jamban komunal dan Mandi cuci kakus umum;

64 II-64 b) Penanganan limbah secara off site dengan sistem perpipaan dengan membangun instalasi pengolah air limbah (ipal) komunal; c) Penanganan limbah padat dengan incenerator dan limbah tinja dengan instalasi pengolah lumpur tinja (IPLT); dan d) Menyediakan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah. 2) Pengelolaan limbah industri berupa pengembangan instalasi pemrosesan limbah di setiap lokasi industri. Berikut kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik yang ada di Kabupaten Temanggung adalah sebagai berikut: a) SPAL Setempat (Sistem Onsite), terdiri dari : b) SPAL Terpusat (Sistem Offsite), berupa IPAL Komunal terdapat 30 unit dan berfungsi dengan baik Kondisi eksisting sistem dan infrastruktur air limbah di kabupaten Temanggung dapat digambarkan sebagai berikut:

65 II-65 Tabel.29 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung Tahun 2015 INPUT USER INTERFACE PENAMPUNG AN AWAL PENGALIR AN PENGOLAH AN AKHIR PEMBUANGAN/ DAUR ULANG KODE/ NAMA ALIRAN Black Water (Tinja, Jamban Komunal Dari jamban Perpipaan IPAL Sungai Air Limbah AL 1 Urine,Air Pembersih, Air Penggelontor, (Kelurahan Butuh) SLBM Komunal komunal - Perpipaan degister IPAL Sungai Air Limbah AL 2 Kertas Pembersih) Kelurahan Purworejo SLBM Komunal - Perpipaan IPAL Sungai Air Limbah AL 3 Kelurahan Manggong SLBM Komunal - Perpipaan IPAL Sungai Air Limbah AL 4 Kelurahan Kranggan SLBM Komunal Desa - Perpipaan IPAL Sungai Candiroto SLBM Komunal Desa - Perpipaan IPAL Sungai Gondang Winangun SLBM Komunal Kel. - Perpipaan IPAL Sungai Parakan Kauman SLBM Komunal - Perpipaan IPAL Sungai Kelurahan Jurang Septick tank komunal - Perpipaan septictank resapan Perumahan AZA Griya Jamban Jongkok/ Tangki perpipaan Sumur resapan Air Limbah AL 6 Duduk Septik Cubluk leher angsa - - Sumur resapan Jamban helikopter Sungai/ Kolam ikan Pembuangan langsung Tanah (Kebun, Sawah dll) Grey Water (Air SLBM Komunal (Kel Dari perpipaan IPAL Sungai Curah dari dapur, air untuk mandi, air Butuh) Pembuangan Kamar masyarakat Septic perpipaan Komunal Sumur resapan cucian pakaian) Mandi Tempat Cuci Septic perpipaan Sumur resapan Air Limbah AL 5 Makanan/ Piring Pembuangan langsung (Kebun, Sawah dll) Drainase/ tanah Sungai Air Limbah AL 7 Air Limbah AL 8 Sumber: Dinas PU Kabupaten Temanggung

66 II-66 Tabel.2.30 Sistem Pengelolaan Air Limbah yang ada di Kabupaten Temanggung KELOMPOK FUNGSI TEKNOLOGI YANG DIGUNAKAN JENIS DATA SEKUNDER (PERKIRAAN) NILAI DATA SUMBER DATA SLBM Komunal Kel. Butuh IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 120 kk BLH SLBM Komunal Kel. Purworejo IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU SLBM Komunal Kel. Manggong IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU SLBM Komunal Kel. Kranggan IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU SLBM Komunal Desa Candiroto IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU SLBM Komunal Desa Gondang Winangun IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU SLBM Komunal Kel. Parakan Kauman IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU SLBM Komunal Kel.Jurang IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 150 kk DPU Septick tank komunal Perumahan AZA Griya IPAL KOMUNAL Jumlah KK yang dilayani 216 kk DPU Lindi TPA Sanggrahan IPAL Timbulan sampah 130,03 m3/hari DPU Rumah Sakit IPAL Jumlah Rumah Sakit 4 Rumah Sakit BLH Industri Tahu IPAL/ Biogas Jumlah Industri 7 Industri BLH Industri Tapioka IPAL Jumlah Industri 2 Industri BLH User Interface Tempat Cuci Makanan/ Piring Jumlah Dinkes User Interface Jamban Jongkok dan Jamban Duduk Jumlah Dinkes User Interface Pembuangan Kamar Mandi Jumlah Dinkes User Interface JAMBAN helikopter dan Pembuangan langsung Jumlah Dinkes (Kebun, Sawah) Penampungan Awal Tangki Septik Jumlah bh Dinkes Penampungan Awal Jumbleng Jumlah bh Dinkes Pengaliran jumlah armada Jumlah kk terlayani 15 kk /bln DPU Kapasitas Pembuangan/ Daur Ulang Sungai NAMA SUNGAI DPU Pembuangan/ Daur Ulang Kompos jumlah DPU Sumber: Dinas PU Kabupaten Temanggung DPU

67 II-67 Sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Temanggung masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik itu secara individu dan di beberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke saluran atau sungai. Ada beberapa lingkungan (Kelurahan Butuh, Parakan, Kauman,Kecamatan Temanggung) telah menerapkan pengelolaan black water dengan cara IPAL Komunal. Untuk pembuangan air kotor atau limbah tinja manusia dari hasil studi EHRA diketahui bahwa sebagian besar masyarakat (72 %) sudah buang air besar di jamban pribadi, ke wc umum 14 %, dan masih ada 19,8 % warga masyarakat yang masih BABS (Buang Air Besar Sembarangan) diantaranya di empang, sungai, kebun dan selokan atau parit. Sumber: Hasil Study EHRA Kabupaten Temanggung. Gambar 2.11 Buang Air Besar di Kabupaten Temanggung Tahun 2016 Untuk kebiasan BABs didominasi oleh laki laki Dewasa 14,7 % dan perempuan Dewasa 12 %, lebih lengkapnya Data tempat Anggota Keluarga yang masih BABs dapat dilihat dari gambar di bawah ini.

68 II-68 Gambar Pelaku Buang Air Besar Sembarangan (BABs) Kab. Temanggung Tempat pembuangan limbah di masyarakat ada berbagai macam cara, penyaluran buangan akhir tinja antara lain dengan tangki septic 71 %, ke cubluk 12 %, dan ke sungai 11 %. Sebanyak 87 % tangki septic milik warga tidak/ belum pernah dikuras. Untuk penyaluran air limbah Rumah Tangga sebanyak 40 % disalurkan ke saluran terbuka dan 28 % ke saluran tertutup serta 24 % disalurkan ke sungai. Sedangkan untuk tempat penyaluran akhir tinja berdasarkan survey dapat dilihat pada grafik di bawah ini : Gambar Grafik Prosentase Tempat Buangan Akhir Tinja Kab. Temanggung

69 II-69 Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan pembuangan akhir tinja dari responden secara berurutan dibuang ke tangki septik ( 71%), Ke cubluk (12 %),ke sungai (11 %), pipa sewer (1%). Pada saat ini Kabupaten Temanggung belum memiliki Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT), namun Detail Engineering Design (DED) untuk IPLT dan lahannya yang menyatu dengan TPA Sanggrahan. Saat ini masyarakat Kabupaten Temanggung apabila membuang limbah tinja dari septic tank masih menggunakan jasa dari Kota Magelang. Pemerintah Kabupaten Temanggung telah membangun jamban umum (MCK Umum) untuk digunakan secara komunal. Jamban umum ini terdapat pada area pasar dan permukiman masyarakat berpenghasilan rendah (tukang becak dll). Untuk area permukiman, golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas telah memiliki jamban secara individu. Untuk masyarakat golongan menengah ke bawah ada yang belum memiliki jamban secara individu. Selain limbah rumah tangga atau limbah domestik yang telah disebutkan di atas, prasarana air limbah yang ada adalah penanganan untuk mengatasi limbah industri (limbah tahu di Kelurahan Temanggung). Prasarana pengolahan air limbah yang dibangun oleh Pemerintah merupakan suatu bentuk bantuan Pemerintah untuk mengatasi limbah yang dikeluarkan oleh industri kecil. Hasil dari pengolahan limbah ini menghasilkan gas yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat sekitar. Rencana pengembangan prasarana air limbah di Kabupaten Temanggung, meliputi: Peningkatan prasarana pengolahan limbah di kawasan industri;

70 II-70 Peningkatan prasarana pengolahan limbah domestik rumah tangga (grey water) secara skala kawasan dengan metode IPAL Komunal berbasis masyarakat di permukiman perkotaan dan kawasan padat penduduk; dan Pengelolaan limbah tinja dengan caraseptic tank individu atau pengumpulan limbah tinja secara septic tank komunal skala kawasan berikutnya dikelola di IPLT. Berikut ini data IPAL Komunal di Kabupaten Temanggung : 1. Kelurahan Brojolan Kecamatan Temanggung I IPAL KSM Tirta Guna IPAL Kelurahan Brojolan yang dikelola KSM Tirta Guna dibangun pada tahun 2008 dan mulai beroperasi pada tahun Lokasi IPAL yaitu di Jalan Rama 131 RT.06 / RW. I Brojolan Barat Temanggung I. Jumlah pelanggan IPAL sampai saat ini sebanyak 35 KK. IPAL Desa Brojolan juga dilengkapi dengan Biodigester. Pengembangan IPAL Brojolan yang direncanakan pengelola berupa pembangunan green house di atas biodigester. IPAL KSM Tirta Asri KSM Tirta Asri mengelola IPAL di Kelurahan Brojolan yang dibangun pada tahun Lokasi IPAL di Jalan Rama RT. 02 / RW. I Brojolan Barat, dengan koordinat 07 o 18'36.3" LS dan 110 o 10'43.2" BT. Jumlah pelanggan IPAL sebanyak 110 KK.

71 II-71 Gambar Pengolahan Limbah Kelurahan Brojolan Kecamatan Temanggung 2. Kelurahan Purworejo Kecamatan Temanggung IPAL KSM Manunggal KSM Manunggal mengelola IPAL di Kelurahan Pruworejo yang dibangun pada tahun Lokasi IPAL terletak di Lingkungan Brongkol RT.04/ RW.03 Kelurahan Purworejo Temanggung dengan koordinat 07 o 19'45,5" LS dan 110 o 10'29,7" BT. Jumlah pelanggan IPAL sebanyak 50 KK. Gambar Pengolahan Limbah KSM Manunggal Kelurahan Purworejo Kecamatan Temanggung IPAL KSM Sekeco KSM Sekeco mengelola IPAL di Kelurahan Purworejo yang dibangun pada tahun 2013 dengan sumber dana yang berasal dari Sinarmas, PU (BOP), dan Swadaya. Lokasi IPAL terletak di RT.03/RW.02 Kampung Kalibaru Kelurahan Purworejo Kecamatan Temanggungdengan koordinat 07 o 19'56,9" LS dan

72 II o 10'26,5" BT. Jumlah pelanggan IPAL sebanyak 63 KK. Pematusan menggunakan irigasi non teknis. Gambar Pengolahan Limbah KSM Sekeco Kelurahan Purworejo Kecamatan Temanggung 3. Kelurahan Jurang Kecamatan Temanggung Pengolahan limbah Kelurahan Jurang menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Jumlah pelayanan sistem sebanyak 80 KK. Kondisi fisik di sekitar yaitu tinggi muka air ±1 meter dengan tanah persawahan dan pematusan menggunakan sungai yang ada. 4. Kelurahan Banyuurip Kecamatan Temanggung Pengolahan limbah Kelurahan Banyuurip menggunakan IPAL yang dibangun pada tahun Operasional pengolahan limbah Kelurahan Banyuurip ini dikelola oleh KSM Sehat Sejahtera. IPAL Kelurahan Banyuurip terletak di RW.03 Kelurahan Banyuurip Kecamatan Temanggung dengan koordinat 07 o 18'44,8" LS dan 110 o 11'21,6" BT. Kondisi fisik di sekitar yaitu pematusan menggunakan sungai yang ada.

73 II-73 Gambar Pengolahan Limbah Kelurahan Banyuurip Kecamatan Temanggung 5. Kelurahan Manding Kecamatan Temanggung Pengolahan limbah Kelurahan Manding Kecamatan Temanggung menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Terletak di RT.03/RW.02 dan RT.2,3/RW.01 Kelurahan Manding Kecamatan Temanggungdengan koordinat 07 o 18'47,5" LS dan 110 o 09'57,6" BT. Operasional pengolahan limbah Kelurahan Manding Kecamatan Temanggung ini dikelola oleh KSM Nirmala. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 50 KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±2 meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan sungai. Permasalahan yang ada yaitu akses jalan yang kurang baik dan banyak truk yang melewati area IPAL dikhawatirkan dapat menyebabkan IPAL pecah. Gambar Pengolahan Limbah Kelurahan Manding Kecamatan Temanggung

74 II Kelurahan Sidorejo Kecamatan Temanggung Pengolahan limbah Kelurahan Sidorejo Kecamatan Temanggung menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Terletak di RT.01,03,04/RW.01 Kelurahan Sidorejo Kecamatan Temanggungdengan koordinat 07 o 17'48,9" LS dan 110 o 10'26.3" BT. Operasional pengolahan limbah Kelurahan Sidorejo ini dikelola oleh KSM Maju Sehat. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 60 KK dan 1 komplek pondok. Tinggi muka air tanah di sekitar ±2 meter dan pematusan dengan irigasi non teknis. Gambar Pengolahan Limbah Kelurahan Sidorejo Kecamatan Temanggung 7. Dusun Coyudan, Kelurahan Parakan Kauman, Kecamatan Parakan Pengolahan limbah Dusun Coyudan Kecamatan Parakan menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2009 dengan sumber pendanaan APBD Provinsi. Operasional pengolahan limbah Dusun Coyudan ini dikelola oleh KSM Berimandengan koordinat 07 o 16'51,0" LS dan 110 o 05'53,2" B.. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 90 KK.

75 II-75 Gambar Pengolahan Limbah DusunCoyudan Kecamatan Parakan 8. Kelurahan Parakan Kauman Kecamatan Parakan Pengolahan limbah Kelurahan Parakan Kauman Kecamatan Parakan menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2009 dengan sumber pendanaan APBD Provinsi. Operasional pengolahan limbah Kelurahan Parakan Kauman ini dikelola oleh KSM Al Barokahdengan koordinat 07 o 17'16,8" LS dan 110 o 05'45,6" BT. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 80 KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±2 meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan saluran drainase. Permasalahan yang ada yaitu belum dilakukan renovasi setelah adanya beberapa kerusakan. Gambar Pengolahan Limbah Parakan Kauman Kecamatan Parakan

76 II Desa Parakan Wetan Kecamatan Parakan Pengolahan limbah Desa Parakan Wetan Kecamatan Parakan menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Terletak di RT.01,02,03,04,05/RW.010 Desa Parakan Wetan Kecamatan Parakandengan koordinat 07 o 16'40,4" LS dan 110 o 05'13,0" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Parakan Wetan ini dikelola oleh KSM Sehat Bersama. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 200. Jumlah iuran per bulan adalah Rp. 3000,-/KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±50 meter dan pematusan dengan sungai. Permasalahan yang terjadi adalah IPAL yang pernah tersumbat karena kesalahan konstruksi. Gambar Pengolahan Limbah Parakan Wetan Kecamatan Parakan 10. Kelurahan Manggong Kecamatan Ngadirejo Operasional pengolahan limbah Kelurahan Manggong ini dikelola oleh KSM Lancar. Pengolahan limbah Kelurahan Manggong Kecamatan Ngadirejo menggunakan IPAL yang dibangun pada tahun IPAL KSM Lancar terletak di RT.05/RW.03 Dusun Gondang Manggong Kelurahan Manggong Kecamatan Ngandirejodengan koordinat 07 o 14'35,9" LS dan 110 o 04'00,6" BT. Besaran iuran bulanan yaitu Rp /KK. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 120 KK. Jenis tanah di sekitar IPAL yaitu tanah vulkanik dan pematusan menggunakan saluran drainase. Kebutuhan pengembangan adalah penyambungan saluran pada saluran rumah.

77 II-77 Gambar Pengolahan Limbah Kelurahan Manggong Kecamatan Ngadirejo 11. Desa Gondangwinangun Kecamatan Ngadirejo Pengolahan limbah Desa Gondang Winangun Kecamatan Ngadirejo menggunakan dua IPAL yang dibangun pada tahun Operasional pengolahan limbah Desa Gondang Winangun ini dikelola oleh KSM Karya Nyata. IPAL KSM Karya Nyata terletak di koordinat 07 o 14'15,5" LS dan 110 o 03'20,4" BT. dan 240 Dusun Kaligalang dan Dusun Carikan Desa Gondang Winangun Kecamatan Ngandirejo. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 60 KK di IPAL 1 dan 40 KK di IPAL 2. Jenis tanah di sekitar IPAL yaitu tanah vulkanik dan pematusan menggunakan saluran drainase. Gambar Pengolahan Limbah Desa Gondangwinangun Kecamatan Ngadirejo

78 II Desa Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo Pengolahan limbah Desa Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo menggunakan IPAL yang dibangun pada tahun Operasional pengolahan limbah Desa Candiroto ini dikelola oleh KSM Ngudi Utomo. IPAL KSM Ngudi Utomo terletak di koordinat 07 o 13'58,5" LS dan 110 o 03'42,5" BTDusun Ngempon Desa Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 100 KK yang mencakup 1 RW atau 3 RT. Tinggi muka air tanah diskitar IPAL yaitu ± 2 meter 3 meter. Jenis tanah di sekitar IPAL yaitu tanah vulkanik dan pematusan menggunakan saluran irigasi. Permasalahan yang ada belum pernah dilakukan maintanance. Gambar Pengolahan Limbah Desa Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo 13. Desa Ganduwetan Kecamatan Ngadirejo Pengolahan limbah Desa Ganduwetan Kecamatan Ngadirejo menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun 2014 dengan sumber dana yang berasal dari APBD. Terletak di RT.01/RW.01 Dusun Nggaden Desa Ganduwetan Kecamatan Ngadirejodengan koordinat 07 o 14'05,3" LS dan 110 o 04'05,7" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Ganduwetan ini dikelola oleh KSM Lancar Sari. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 200 KK. Jumlah iuran per bulan adalah Rp. 3000/KK. Jarak dari badan air di sekitar ±2 meter dan pematusan dengan saluran drainase.

79 II-79 Gambar Pengolahan Limbah Desa Ganduwetan Kecamatan Ngadirejo 14. Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggan Pengolahan limbah Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggan menggunakan IPAL yang dibangun pada tahun Operasional pengolahan limbah Kelurahan Kranggan ini dikelola oleh KSM Manfaat. IPAL KSM Manfaat terletak di RT.05/RW.04 Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggandengan koordinat 07 o 20'38,7" LS dan 110 o 12'39,1" BT. Besaran iuran bulanan yaitu Rp /KK. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 87 KK. Kondisi fisik di sekitar IPAL yaitu tinggi muka air tanah 20 meter dan pematusan menggunakan sungai. Permasalahan yang ada adalah perlu dilakukan penyedotan dan akses yang masih jalan setapak. Perlu dibuat jalan yang lebih baik. Gambar Pengolahan Limbah Kelurahan Kranggan Kecamatan Kranggan

80 II Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan Pengolahan limbah Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Terletak di RT.01/RW.01 Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan dengan koordinat 07 o 20'55,9" LS dan 110 o 14'52,9" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Ngropoh ini dikelola oleh KSM Jadi Bersih. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 126 KK yang mencakup 4 RT, 1 Masjid, 1 Musholla, dan 1 komplek sekolah. Tinggi muka air tanah di sekitar ±50 centimeter dan pematusan dengan sungai dan kebun. Jarak dari badan air adalah ±120 meter. Kebutuhan pengembangan adalah Gesrep atau bak penangkap lemak dari rumah tangga. Gambar Pengolahan Limbah Desa Ngropoh Kecamatan Kranggan 16. Desa Candiroto Kecamatan Candiroto Pengolahan limbah Desa Candiroto Kecamatan Candiroto menggunakan IPAL yang dibangun pada tahun Operasional pengolahan limbah Desa Candiroto ini dikelola oleh KSM Manunggal Karya. IPAL KSM Manunggal Karya terletak di Dusun Krajan Desa Candiroto Kecamatan Candirotodengan koordinat 07 o 10'27,2" LS dan 110 o 04'01,1" BT..

81 II-81 Gambar Pengolahan Limbah Desa Candiroto Kecamatan Candiroto Jumlah pelayanan sistem sebanyak 80 KK yang mencakup 1 RW atau 4 RT. Tinggi muka air tanah diskitar IPAL yaitu ± 7 meter 9 meter. Jenis tanah di sekitar IPAL yaitu tanah vulkanik dan pematusan menggunakan saluran drainase. Permasalahan yang ada adalah bau yang keluar, kemungkinan berasal dari bak kontrol dan belum pernah dilakukan pengecekan lumpur. Serta butuh dibuat SOP pemeliharaan IPAL. 17. Desa Bantir Kecamatan Candiroto Pengolahan limbah Desa Bantir Kecamatan Candiroto menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Terletak di RT.02/RW.02 Dusun Bantir Desa Batir Kecamatan Candirotodengan koordinat 07 o 13'27,3" LS dan 110 o 02'27,8" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Bantir ini dikelola oleh KSM Kenangan. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 51 KK dengan cakupan 2 RW atau 5 RT. Tinggi muka air tanah di sekitar ±5 meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan saluran drainase. Permasalahan yang ada yaitu kurangnya kesadaran masyarakat sekitar untuk mempunyai WC.

82 II-82 Gambar Pengolahan Limbah Desa Bantir Kecamatan Candiroto 18. Desa Morobongo Kecamatan Jumo Pengolahan limbah Desa Morobongo Kecamatan Jumo menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Terletak di RT.05/RW.03 Dusun Belimbing Desa Morobongo Kecamatan Jumo dengan koordinat 07 o 13'42,8" LS dan 110 o 04'05,6" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Morobongo ini dikelola oleh KSM Sejahtera. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 50 KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±2 meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan sungai. Permasalahan yang ada yaitu pengembangan IPAL yang masih swadaya. Gambar Pengolahan Limbah Desa Morobongo Kecamatan Jumo

83 II Desa Barang Kecamatan Jumo Pengolahan limbah Desa Barang Kecamatan Jumo menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Terletak di Desa Barang Kecamatan Jumodengan koordinat 07 o 13'46,1" LS dan 110 o 05'17,7" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Barang ini dikelola oleh KSM Saras Sejati. Pematusan menggunakan saluran drainase. Jarak dari badan air adalah ±1 meter. Gambar Pengolahan Limbah Desa Barang Kecamatan Jumo 20. Desa Rejosari Kecamatan Wonoboyo Pengolahan limbah Desa Rejosari Kecamatan Wonoboyo menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Terletak di RT.01/RW.04 Dusun Pomahan Desa Rejosari Kecamatan Wonoboyodengan koordinat 07 o 12'44,2" LS dan 110 o 00'35,8" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Rejosari ini dikelola oleh KSM Lestari. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 89 KK yang mencakup 1 dusun dan 1 komplek pondok. Tinggi muka air tanah di sekitar ±35 meter dengan tanah vulkanik dan pematusan dengan irigasi non teknis. Jarak dari badan air adalah ±25 meter. Permasalahan yang ada yaitu bau yang keluar dari IPAL dan adanya sampah plastik dan pembalut.

84 II-84 Gambar Pengolahan Limbah Desa Rejosari Kecamatan Wonoboyo 21. Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogomulyo Pengolahan limbah Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogo Mulyo menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Terletak di RT.01,02/RW.03 Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogo Mulyodengan koordinat 07 o 20'04,7" LS dan 110 o 09'26,8" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Tanjungsari ini dikelola oleh KSM Lancar Manunggal. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 100 KK yang mencakup 2 RT, 1 RW. Jumlah iuran per bulan adalah Rp. 7500/KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±50 meter dan pematusan dengan sungai. Permasalahan yang terjadi adalah area IPAL yang kotor. Gambar Pengolahan Limbah Desa Tanjungsari Kecamatan Tlogomulyo

85 II Desa Kemloko Kecamatan Tembarak Pengolahan limbah Desa Kemloko Kecamatan Tembarak menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Terletak di Dusun Prampelan 1 Desa Kemloko Kecamatan Tembarakdengan koordinat 07 o 21'58,3" LS dan 110 o 08'38,0" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Kemloko ini dikelola oleh KSM Anugerah Sejati. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 98 KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±20 meter dan pematusan dengan sungai. Jarak dari badan air adalah ±50 meter. Permasalahan yang terjadi adalah akses jalan yang sempit yang digunakan untuk penyedotan lumpur tinja. Gambar Pengolahan Limbah Desa Kemloko Kecamatan Tembarak 23. Desa Danurejo Kecamatan Kedu Pengolahan limbah Desa Danurejo Kecamatan Kedu menggunakan IPAL Komunal yang dibangun pada tahun Terletak di RT.01-02/RW.07 Desa Danurejo Kecamatan Kedudengan koordinat 07 o 16'59,9" LS dan 110 o 08'31,5" BT. Operasional pengolahan limbah Desa Danurejo ini dikelola oleh KSM Sido Lancar. Jumlah pelayanan sistem sebanyak 89 KK. Jumlah iuran per bulan adalah Rp. 2000/KK. Tinggi muka air tanah di sekitar ±1 meter dan pematusan dengan kebun.

86 II-86 Gambar Pengolahan Limbah Desa Danurejo Kecamatan Kedu Tujuan secara umum dalam penyusunan pemutakhiran data sanitasi sektor air limbah adalah sebagai berikut : Menyediakan sarana dan prasarana pengelolaan dan pengolahan air limbah yang berwawasan lingkungan bagi masyarakat sehingga mengurangi pencemaran lingkungan; Memastikan pengutamaan penerapan teknologi air limbah domestik yang ekonomis sehingga dapat mencakup pelayanan air limbah yang luas; Mewujudkan pembangunan sanitasi yang partisipatif sehingga menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap sanitasi; dan Menerapkan SPM untuk layanan air limbah domestik sehingga terwujud pelayanan bidang air limbah yang optimal.

87 II-87 Tabel 2.31 Akses Jamban Penduduk Kabupaten Temanggung PDDK JML JAMBAN NO. PUSKESMAS JML PDDK PROFIL JML KK JML RMH JSP JSSP SHARING OD Temanggung Dharmarini Tembarak Selopampang Kranggan Pare Tlogomulyo Bulu Kedu Parakan Pringsurat Kandangan Kaloran Jumo Gemawang Ngadirejo Kledung Bansari Traji Candiroto Wonoboyo Tretep Bejen Tepusen KABUPATEN Sumber : Hasil Analisis, 2016

88 II-88 Tabel 2.32 Desa ODF Kabupaten Temanggung NO PUSKESMAS N A M A D E S A 1 Bulu 2 Tembarak Drono Tembarak 3 Temanggung Guntur 4 Pringsurat Klepu Wonokerso Karangwuni Soborejo Gowak 5 Kaloran Kemiri Gandulan 6 Kandangan 7 Kedu 8 Parakan 9 Ngadirejo 10 Jumo Kertosari 11 Tretep Simpar Tlogo Bendungan Bonjor 12 Candiroto Candiroto Muntung 13 Kranggan Klepu Ngropoh 14 Tlogomulyo Langgeng Tlogomulyo 15 Selopampang Salamrejo 16 Bansari Mranggen Tengah 17 Kledung Batursari Canggal 18 Bejen Petung Banjarsari 19 Wonoboyo Cemoro 20 Gemawang Sumber : Hasil Analisis, 2016

89 II-89 Tabel 2.33 Data Ipal Komunal Kabupaten Temanggung NO NAMA KSM LOKASI PEMAKAI TAHUN KETERANGAN 1 Tirta guna brojolan tdmg1 8 pengrajin kk pemakai bio gas 2 Bersemi coyudan parakan 80KK 2009 APBD Prov 3 Manunggal Kel. Purworejo 90KK 2010 SLBM 4 Lancar Kel.Manggong 100KK 2010 SLBM 5 Manfaat Kel.Kranggan 60KK 2011 SLBM 6 Karya nyata Desa Gondang Winangun 2 Ipal 100KK 2011 SLBM 7 Manunggal karya Desa Candiroto 94KK 2011 SLBM 8 Sekrikil Parakan 80KK 2009 Sanimas 9 Kel. Jurang Kel. Jurang 80KK 2009 APBD Prov 10 Sehat sejahtera Banyuurip 90KK 2012 SLBM 11 Ngudi Utomo Desa Ngadirejo 60KK 2012 SLBM 12 Nirmala Manding 50KK 2012 SLBM 13 Sejahtera Morobongo 70kk 2013 SLBM 14 Kenangan Bantir 80kk 2013 SLBM 15 Lestari Rejosari 80kk 2013 SLBM 16 Sekeco Purworejo 100kk 2013 Sanimas 17 Tirta Asri Temanggung I 120kk 2013 Sanimas 18 Kel.Sidorejo 100kk 2014 Sanimas 19 Jadi Bersih Desa Ngropoh 100kk 2014 SLBM 20 Lancar Manunggal Desa Tanjungsari 85 kk 2014 SLBM 21 Anugerah Desa Kemloko Tembarak 97kk 2014 SLBM 22 Saras Sejati Desa Barang 90 kk 2014 SLBM 23 Sidolancar Desa Danurejo 97kk 2014 SLBM 24 Lancarsari Desa Ganduwetan 85kk 2014 SLBM 25 HARAPAN SEJAHTERA candiroto 100 KK 2015 SLBM 26 HARAPAN INDAH kalibanger 123 KK 2015 SLBM 27 TIRTA ASRI baledu 120 KK 2015 SLBM 28 USAHA LESTARI batur 117 KK 2015 SLBM 29 SEJAHTERA Campursalam 79 KK 2015 SLBM 30 GOTONG ROYONG catur anom 76 KK 2015 SLBM 31 MARGO ASIH watu kumpul 120 KK 2015 SLBM 32 Lestari Makmur Kel.Butuh 76 KK 2015 SLBM Sumber : Hasil Analisis, 2016.

90 II-90 Produk Input Tabel 2.34 Data DSS Air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung Pengumpulan & (semi) penampungan/ Pengangkutan/ User Interface Pengolahan Akhir Pengelolaan Pengaliran Terpusat Awal Daur Ulang dan/pembuang-an Akhir A B C D E Sumur resapan WC Helikopter Septic Tank/ Ipal Komunal Air Limbah Domestik (Black & Gray Water) Truk tinja Kloset Duduk & Jongkok Drainas lingkungan MCK Cubluk Sumber : Hasil Analisis, 2016

91 II-91 Produk Input Black Water : Grey Water : User Interface Tabel 2.35 Data DSS Air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung Pengumpulan & Penampungan/ Pengelolaan Awal Pengangkutan/ Pengaliran (semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang dan/pembuangan Akhir A B C D E WC Helikopter : KK BABS Jamban Layak : KK MCK : 40 Unit/ KK Sumber : Hasil Analisis, 2016 Ipal Komunal : 32 UNIT Septic Tank : Unit Cubluk : Unit Septic Tank : Sumur resapan Truk Tinja : - Pemerintah : 1 Drainase : Banyak digunakan untuk pembuangan air limbah Semua sungai menjadi tempat pembuangan Black & Grey Water Keterangan : Karena belum memiliki IPLT meskipun sudah memiliki truk tinja sejumlah satu unit, penyedotan lumpur tinja dilakukan oleh pihak swasta yang membuang ke IPLT kabupaten terdekat, yaitu Kab. Magelang.

92 Peta 2.10 Peta Akses Jamban dan Air Bersih Kabupaten Temanggung II-92

93 Peta 2.11 Peta Ipal Komunal KABUPATEN TEMANGGUNG II-93

94 Peta 2.12 Peta Area Jamban Kabupaten Temanggung II-94

95 Peta 2.13 Peta Desa ODF Kabupaten Temanggung II-95

96 II-96 sejumlah jiwa, dikalikan dengan asumsi penggunaan air per hari setiap orangnya, yaitu apabila rata-rata penggunaan air per orang per hari mencapai liter (untuk mandi, cuci, minum, dsb), sebanyak 80% air tersebut akan menjadi air limbah (dibuang ke lingkungan setelah pemakaian), maka volume air limbah rumah tangga di kabupaten mencapai liter per hari. Tinja atau blackwater adalah sisa metabolisme manusia yang berwujud padat dan dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus. Rata-rata volume tinja manusia Indonesia per orang per hari sebanyak 0,25 kg. Dengan jumlah penduduk jiwa, maka volume tinja mencapai ,25 kg/ per hari.

97 II-97 No. Nama Kecamatan Tabel 2.36 Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Di Kabupaten Temanggung Sanitasi tidak layak Sanitasi Layak BABS* (KK) Cubluk, jamban tidak aman (KK) Sistem Berbasis Individu Cubluk aman/ Jamban keluarga dgn tangki septik aman (KK) Sistem Onsite MCK/ Jamban Bersama (KK) Sistem Berbasis Komunal MCK Komunal (KK) Tangki Septik Komunal > 10 KK (KK) IPAL Komunal (KK) Sistem Offsite Skala Kawasan / terpusat Sambungan Rumah yg berfungsi (KK) 1 Parakan Kledung Bansari Bulu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan 2, Kedu 4, Ngadirejo 6, Jumo 1,

98 II-98 No. Nama Kecamatan Sanitasi tidak layak BABS* (KK) Cubluk, jamban tidak aman (KK) Sistem Berbasis Individu Cubluk aman/ Jamban keluarga dgn tangki septik aman (KK) Sistem Onsite MCK/ Jamban Bersama (KK) Sanitasi Layak Sistem Berbasis Komunal MCK Komunal (KK) Tangki Septik Komunal > 10 KK (KK) IPAL Komunal (KK) Sistem Offsite Skala Kawasan / terpusat Sambungan Rumah yg berfungsi (KK) 16 Gemawang 1, Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo 3,

99 II-99 Tabel 2.37 Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik Kabupaten Temanggung Tahun 2015 No. Jenis Satuan SPAL Setempat (Sistem Onsite) Berbasis 1 komunal - MCK unit Komunal unit IPAL Komunal Jumlah/ Kapasitas Berfungsi Kondisi Tdk berfungsi Keterangan 32 SLBM, 32 Sanimas, APBD Prov 2. Truk Tinja 1 unit 800 liter 1 APBD Kab IPLT : M3/ 3 kapasitas hari SPAL Terpusat (Sistem Offsite) 1 Berbasis komunal - Tangki septik komunal >10KK unit - IPAL unit Komunal 2 IPAL Kawasan/Ter pusat i. kapasitas M3/ hari ii. sistem Gravitasi Sumber : Hasil Analisis, 2016.

100 II-100 b. Kelembagaan dan Peraturan 1) Kelembagaan Aspek legal/ hukum yang selama ini menangani pengelolaan air limbah domestik adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung sesuai Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Temanggung yaitu pada di Bidang: Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, pada Seksi Perumahan dan Permukiman; Bidang Tata Kota, pada Seksi Pengelolaan Persampahan. Selain Dinas Pekerjaan Umum, pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Temanggung dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung. Peraturan perundangan yang terkait pengelolaan air limbah domestik, sampai saat belum dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Temanggung, dan juga belum ada peraturan yang mewajibkan warga maupun pihak swasta untuk mengelola buangan limbahnya pada unit IPLT Kabupaten Temanggung. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Limbah dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik bahwa air buangan limbah yang akan di buang ke badan air harus sudah memenuhi baku mutu air limbah agar tidak mencemari badan air. Berikut adalah struktur organisasi SKPD Pengawasan bidang Limbah:

101 II-101 Gambar Bagan SKPD DPU Kabupaten Temanggung yang menangani Air Limbah Domestik KEPALA DINAS Sekretariat Sub Bagian Perencanaan Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Kelompok Jabatan Fungsional Bidang Jalan dan Jembatan Bidang Sumber Daya Air, ESDM dan Jasa Konstruksi Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang Bidang Tata Kota Seksi Jalan Seksi Irigasi dan Energi dan Sumber Daya Mineral Seksi Bangunan Gedung Seksi Kebersihan Seksi Jembatan Seksi Sarana dan Prasarana Air Bersih Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang Seksi Pengelolaan Persampahan Seksi Operasi Pemel. Jalan dan Jembatan Seksi Jasa Konstruksi Seksi Perumahan dan Permukiman Seksi Pertamanan dan Penerangan Jalan Umum UPTD

102 II-102 2) Peraturan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun ; Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencanan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun ; Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 12 Tahun 2011 tentang Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan; Peraturan Daerah No.1 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Temanggung yaitu pada bidang: Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang, pada Seksi Perumahan dan Permukiman; Bidang Tata Kota, pada Seksi Pengelolaan Persampahan o Perda Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah; o Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3); o Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4);

103 II-103 o Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6); o Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah. Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga, Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali Di TPA Sampah; o Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP); o Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876 Tahun 2001 Tentang Pedoman Teknis ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan); o Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik; dan o Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

104 II Persampahan a. Sistem dan Infrastruktur Sampah merupakan timbulan buangan hasil suatu proses atau aktivitas yang berbentuk padat. Sampah dihasilkan oleh rumah tangga, pasar, rumah sakit, tempat rekreasi, jalan, pertanian dan industri serta berasal dari pembangunan. Secara fisik sampah dapat dibedakan menjadi sampah kering dan sampah basah. Sampah dapat dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Pembedaan sampah dapat pula dilakukan pada kandungan racun sehingga sampah dibedakan menjadi sampah beracun dan tidak beracun. Pembedaaan yang dikenal luas adalah pembedaan sampah organik dan anorganik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat sedangkan definisi Pengelolaan Sampah adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respons masyarakat. Pengelolaan persampahan di Kabupaten Temanggung dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu pengelolaan sampah terpusat dan pengelolaan sampah setempat. Pengelolaan sampah terpusat merupakan proses terkoordinasi dari rangkaian panjang pengumpulan sampah, pengangkutan dan selanjutnya pengelolaan akhir

105 II-105 di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Sedangkan pengelolaan sampah setempat dilakukan oleh warga ke permukaan tanah atau ke dalam lubang di setiap pekarangan/ halaman rumah. Selanjutnya sampah ditimbun untuk dijadikan pupuk atau dibiarkan. Penanganan sampah perkotaan di Kabupaten Temanggung telah menyediakan prasarana dan sarana persampahan, meliputi: Tempat Penampungan Sementara (TPS), mobil/ motor sampah (truck, arm roll, pick up, sepeda motor roda tiga), bak kontainer, gerobak dan transfer depo tetapi prasarana dan sarana ini masih terbatas sehingga daerah layanan hanya di beberapa kecamatan saja dan timbulan sampah belum semua dapat terangkut. Kegiatan pengurangan meliputi: 1) Pembatasan timbulan sampah; 2) Pendauran ulang sampah; dan/atau 3) Pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan meliputi: 1) Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah; 2) Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat pengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat pengolahan sampah terpadu; 3) Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu (TPST);

106 II-106 4) Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau 5) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Kabupaten Temanggung memiliki 9 TPS 3R yaitu di: 1) Kelurahan kebonsari, Kecamatan Temanggung; 2) Kelurahan Madureso, Kecamatan Temanggung; 3) Desa Nguwet Kecamatan Kranggan; 4) Desa Morobongo, Kecamatan Jumo; 5) Kelurahan Temanggung II, Kecamatan Temanggung, 6) Banyuurip Timur Kelurahan Banyuurip, Kecamatan Temanggung 7) Banyuurip Barat Kelurahan Banyuurip, Kecamatan Temanggung 8) Kelurahan Jampirejo, Kecamatan Temanggung, dan 9) Kelurahan Parakan Kauman, Kecamatan Parakan. Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) Kabupaten Temanggung ada 478 Unit tersebar yaitu di antaranya: 1. Kecamatan Temanggung, terletak di: - kelurahan Giyanti - kelurahan Purworejo - Desa Mudal - Kelurahan Madureso - Kelurahan Kebonsari - Desa Joho - Kelurahan Tlogorejo - Kelurahan Jurang

107 II Desa Gilingsari - Kelurahan Manding - Kelurahan Temanggung II - Kelurahan Jampiroso - Kelurahan Banyuurip - Kelurahan Kertosari - Kelurahan temanggung I - Kelurahan Kowangan - Kelurahan Walitelon Utara - Kelurahan Jampirejo - Desa Lungge - Kelurahan Walitelon Selatan 2. Kecamatan Tlogomulyo, terletak di: - Desa Sruweng - Desa Candisari 3. Kecamatan Tembarak, terletak di: - Desa wonokerso - Tembarak - SMP N Tembarak 4. Kecamatan Selopampang, terletak di: - MTS Maarif Kacepit 5. Kecamatan Kranggan terletak di: - Kelurahan Kranggan - Desa Nguwet 6. Kecamatan pringsurat, terletak di - SMA N Pringsurat - Desa Karangwuni 7. Kecamatan Bulu, terletak di: - Tegalurung I - Tegalurung II

108 II RSK Ngesti Waluyo Wanutengah - PLN Parakan - Kalisat Campursari - PKU Kalisat - Perum Danupayan -Villa Danupayan - Desa Mondoretno - Pasar Ngimbrang - Hotel Ardita Ngimbrang - SD Wolodono - Lap. Wolodono - Puskesmas Bulu - Kantor Kecamatan Bulu - Sejayan campursari - Sembawang campursari - Perum Karti Usadi Campursari - Dalangan Camursari - SPBU Danupayan 8. Kecamatan Kedu, terletak di: - Mojotengah Kanan - Mojotengah Kiri - Masjid Sawahan Mojotengan - Sawahan kanan - Pasar Kedu - Makukuhan kedu - Desa Kedu - Ngajingan Atas Candimulyo - Ngajingan Bawah Candimulyo - Pabrik ABP Candimulyo

109 II Kecamatan Parakan, terletak di: - Desa Campursalam - Desa Ringinanom - Kelurahan Parakan Wetan, Kalurahan Parakan Kauman - Mandisari - Tegalroso - Desa Dangkel Pengelolaan Persampahan TPA Sanggrahan yang sudah ada dan Rencana pembangunan TPA Wilayah Temanggung Utara di Kecamatan Jumo Kabupaten Temanggung Sistem pengolahan sampah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah melainkan juga masyarakat. Pengelolaan sampah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dibidang Tata Kota, pada 2 (dua) seksi, yaitu seksi kebersihan dan pengelolaan persampahan. Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Temanggung meliputi pengumpulan dari rumah tangga hingga pengolahan di TPA. Sarana TPA yang tersedia di Kabupaten temanggung saat ini ada 1 TPA yaitu TPA Sanggrahan yang terletak di Kecamatan Kranggan sudah menggunakan system controlled landfill dengan luas lahan keseluruhan seluas m² (5 Ha). Proses pengangkutan sampah baik sampah (mudah busuk, dan tidak mudah busuk) dari user interface diangkut menggunakan gerobak sampah/sepeda motor roda tiga yang mana akan dikumpulkan ke TPS/ TPS3R/

110 II-110 Tranfer Depo dan diangkut menggunakan armada truk sampah ke Tempat pemprosesan akhir. Didalam TPS3R dilakukan pemilahan yang sampah mudah busuk, dan tidak mudah busuk untuk dilakukan daur ulang. berikut dapat disajikan dalam Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Kabupaten Temanggung tahun 2016 di bawah ini:

111 II-111 Tabel 2.38 Diagaram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan Kabupaten Temanggung tahun 2016 INPUT sampah mudah busuk, dan tidak mudah busuk USER INTERFACE PENGUMPULAN SETEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT PEMBUANGAN AKHIR/ DAUR ULANG Pasar Temangggung tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Pasar Parakan tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Produksi kompos Pasar Entho Parakan tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Tanah Pasar Candiroto tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Pasar Ngadirejo tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Pasar Kranggan tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Produksi kompos Pasar Kranggan Pagi tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Pasar Medono tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Pasar Tembarak tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Pasar Agrobisnis Muntung tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Pasar Kedu tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Terminal Ngadirejo tong sampah/kantongplastik Container Dump truck TPA Produksi kompos Terminal Parakan tong sampah/kantongplastik TPS Dam truck TPA Terminal Temanggung tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Terminal Maron tong sampah/kantongplastik Container Dump truck TPA Produksi kompos Terminal Kerkop tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Terminal Candiroto tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Perkantoran Tong sampah TPS Dump truck TPA Alun-alun Temanggung Tong sampah TPS Arm roll TPA Pertokoan Jalan Protokol Tong sampah Container Dump truck TPA Produksi kompos Taman Bambu Runcing Tong sampah TPS Dump truck TPA Taman Kartini Tong sampah Container Dump truck TPA Taman Kuda Lumping Tong sampah di tepi jalan Container Dump truck TPA

112 II-112 INPUT USER INTERFACE PENGUMPULAN SETEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT PEMBUANGAN AKHIR/ DAUR ULANG Taman Progo Tong sampah Container Arm roll TPA Taman Pengayoman Tong sampah TPS Dump truck TPA RSUD Temanggung tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA RS Gunung Sawo tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA RS PKU Muhamadiyah tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA RS K Ngesti Waluyo tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Puskesmas Rawat Inap Pingit tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Puskesmas Rawat Inap Ngadirejo tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Desa Ngadirejo Tong sampah di tepi jalan Container Dump truck TPA Produksi kompos Desa Gondangwinangun Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Ganduwetan Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Kelurahan Manggong Tong sampah di tepi jalan TPS3R Dump truck TPA Produksi kompos Desa Petirejo tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Desa Purbasari (liyangan) tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA SMP 2 Ngadirejo tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Desa Ngaren tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Desa Morobongo tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Puskesmas Jumo tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Desa Muntung tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Desa Candiroto tong sampah/kantongplastik Container Arm roll TPA Desa Tegalroso tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Desa Traji tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Desa Mandisari tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA

113 II-113 INPUT USER INTERFACE PENGUMPULAN SETEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT PEMBUANGAN AKHIR/ DAUR ULANG Kelurahan Parakan Kauman tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Kelurahan Parakan Wetan tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Desa Dangkel tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Campursalam tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Ringinanom tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Depokharjo tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Puskemas Bansari tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Bulu Tong sampah di tepi jalan TPS Dam truck TPA Desa Wanutengah tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Mondoretno Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Danupayan Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Campursari Tong sampah di tepi jalan TPS Dam truck TPA Produksi kompos Desa Tegalurung tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Ngimbrang tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Danurejo tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Karangtejo tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Kedu Tong sampah di tepi jalan TPS Dam truck TPA Desa Mojotengah Tong sampah di tepi jalan TPS Dam truck TPA Desa Candimulyo Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Kandangan Tong sampah di tepi jalan TPS Dam truck TPA Produksi kompos Desa Kedungumpul Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Wadas tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Tlogomulyo Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Sriwungu Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Produksi kompos

114 II-114 INPUT USER INTERFACE PENGUMPULAN SETEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT PEMBUANGAN AKHIR/ DAUR ULANG Desa Tanjungsari Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Balerejo Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Candisari tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Tembarak tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Wonokerso tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Menggoro tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Ngaditirto tong sampah/kantongplastik TPS Dump Truck TPA Desa Kacepit Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Tegowanu Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Gandulan Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Pendowo Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Nguwet tong sampah/kantongplastik TPS3R-Container Tosaa roda 3 TPA Desa Sanggrahan Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Pare Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Kelurahan Kranggan Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Produksi kompos Desa Badran Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Kebumen Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Karangwuni Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Desa Pingit Tong sampah di tepi jalan TPS Dump truck TPA Kelurahan Butuh tong sampah/kantongplastik Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Jampirejo tong sampah/kantongplastik Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Jampiroso tong sampah/kantongplastik Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Banyuurip tong sampah/kantongplastik Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Kertosari tong sampah/kantongplastik Container Tossa roda 3 TPA

115 II-115 INPUT USER INTERFACE PENGUMPULAN SETEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA (TPS) PENGANGKUTAN (SEMI) PENGOLAHAN AKHIR TERPUSAT PEMBUANGAN AKHIR/ DAUR ULANG Kelurahan Kowangan tong sampah/kantongplastik Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Madureso tong sampah/kantongplastik TPS3R-Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Temanggung I tong sampah/kantongplastik Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Temanggung II tong sampah/kantongplastik Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Manding tong sampah/kantongplastik Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Kebonsari tong sampah/kantongplastik TPS3R-Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Jurang tong sampah/kantongplastik TPS Pick up TPA Kelurahan Tlogorejo tong sampah/kantongplastik TPS3R-Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Walitelon Utara tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Kelurahan Walitelon Selatan tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Kelurahan Sidorejo tong sampah/kantongplastik Container Tossa roda 3 TPA Kelurahan Purworejo tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Kelurahan Giyanti tong sampah/kantongplastik TPS Pick up TPA Kelurahan Mungseng tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Desa Joho tong sampah/kantongplastik TPS3R-Container Tossa roda 3 TPA Desa Gilingsari tong sampah/kantongplastik TPA TPA TPA Desa Nampirejo tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Desa Mudal tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA Desa Lungge tong sampah/kantongplastik TPS Dump truck TPA swasta Desa Caruban tong sampah/kantongplastik TPS Truck TPA Desa Putat tong sampah/kantongplastik TPS Truck TPA Desa Salamsari tong sampah/kantongplastik TPS Truck TPA Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 2016.

116 II-116 Berdasarkan laporan kuantitas pembuangan sampah ke TPA Sanggrahan tahun 2015 total rata-rata kapasitas pembuangan sampah ke TPA Sanggrahan adalah sebesar 200 m 3 /hari. 1. Pengumpulan a. Langsung Pengumpulan langsung dengan alat pengangkut (truk/ pick up) oleh petugas langsung ke TPA. Metode ini untuk daerah komersial, perdagangan, perkantoran, jalan protokol dan daerah dengan timbulan sampah tinggi. b. Tak langsung Pengumpulan sampah dari wadah di tiap sumber sampah ke TPS dan dari sumber sampah diambil oleh petugas dengan menggunakan gerobak/ sepeda motor roda tiga, untuk dikumpulkan di transfer depo/ TPS/ TPS3R kemudian diangkut dengan dump truk atau container untuk dibawa ke TPA. Metode ini diberlakukan untuk daerah permukiman/perkampungan, pasar dan pesapon. 2. Sistem Pemindahan a. Tidak Langsung Terdiri dari 2 tahapan, yaitu : - Pembuangan sampah dari alat pengumpul dan dari sumber ke lokasi pemindah (Transfer depo/ TPS/ TPS3R atau Kontainer); - Pemindahan sampah dari lokasi pemindah ke alat pengangkut ke TPA. b. Langsung Sampah dari sumber langsung ke alat pengangkut ke TPA. Metode ini diberlakukan untuk daerah jalan protokol dan kawasan perumahan. 3. Sistem Pengangkutan a. Sistem Stasiun Pemindahan (Transfer Depo)

117 II-117 Pada sistem ini, kendaraan pengangkut sampah dari pool akan langsung menuju transfer depo untuk mengangkut sampah yang telah terkumpul menuju ke TPA. Selanjutnya dari TPA kendaraan pengangkut sampah akan kembali lagi ke transfer depo untuk pengambilan rit berikutnya. Di Kabupaten Temanggung ada 4 Transfer Depo (TD) yaitu: - TD Banyuurip; - TD Seklontong (Temanggung II); - TD Jampirejo; - TD Parakan Kauman. b. Sistem kontainer Sistem ini adalah tempat pembuangan sementara bersifat tidak tetap dan dapat dipindahkan. Di Kabupaten Temanggung ada lokasi container yaitu: - Kontainer di Kota Temanggung (Stadion/Gor, Banyuurip, Jampirejo, Seklontong/Temanggung II, Pendopo Pengayoman, Madureso, sidorejo, kebonsari); - Kontainer di Kota Kranggan (Bedono, Taman Progo, Nguwet); - Kontainer di Kecamatan Pringsurat (Pasar Medono); - Kontainer di Kota Parakan (Pasar legi Parakan, Pasar Ento/stasiun parakan, Parakan Kauman); - Kontainer di Kota Ngadirejo (pasar kayu, TPS3R Morobongo); - Kontainer di kota Candiroto (Pasar Candiroto, Muntung). Penanganan sampah di Kabupaten Temanggung baik dalam pengangkutan atau dalam pengelolaan sampah di TPA Sanggrahan belum melibatkan pihak swasta. Pengangkutan sampah di wilayah pelayanan kebersihan Kabupaten Temanggung saat ini mulai mengalami kendala karena jumlah timbulan sampah yang semakin banyak dan juga keadaan kendaraan (truck) yang semakin menurun. Keadaan ini

118 II-118 semakin diperparah dengan wilayah pelayanan yang terlalu jauh dari TPA. Rute truck dalam pengambilan sampah setiap harinya sudah dijadwal dari Bidang Tata Kabupaten DPU Kabupaten Temanggung. Jumlah TPS yang diambil masing-masing truck berbeda, hal ini didasarkan pada volume sampah di masingmasing TPS. Ritasi truck ke TPA tidak sama, rata-rata: 2-4 kali/hari. 4. Sistem pengelolaan sampah di TPA Sanggrahan dengan : a. Controlled landfill seluas : m² (46,4 %) b. IPAL : 500 m² ( 1,5 %) c. Perkantoran (bengkel, garasi, pengkomposan) : m² (10,3 %) d. Sarana pendukung (jalan operasi, buffer zone) : m² ( 5,9 %) e. Lapak Pemulung : m² ( 2,9 %) f. Ruang untuk IPLT : m² ( 5,9 %) g. Cadangan ruang : m² (27,1 %) h. Cadangan lahan urug untuk control landfill : m³ 5. Pengomposan di areal TPA Untuk mengurangi jumlah sampah di TPA Sanggrahan maka untuk sampah organik dilakukan daur ulang yaitu dengan pengomposan. Bangunan pengomposan yang dibangun seluas 20 m x 10 m (200 m³). Pengomposan di TPA Sanggrahan menggunakan cara fermentasi anaerob dengan bantuan Efektif Mikroorganisme (EM,4), waktu fermentasi sampai matang dibutuhkan waktu 2 (dua) minggu (secara intensif). Dalam waktu satu bulan

119 II-119 pengomposan dapat dipanen dua kali. Setiap kali proses pengomposan (per hari) dibutuhkan sampah organik 2 m³ sampah organik, pupuk kompos yang dihasilkan dalam waktu 15 hari ±10 m³. Pengomposan di TPA Sanggrahan dilakukan oleh 4 (empat) orang petugas. Hasil yang sudah jadi matang diayak, dipak dan siap dipakai. Salah satu aspek yang turut menentukan kebersihan suatu kota adalah pengelolaan persampahan di kota tersebut. Pengelolaan persampahan yang tidak terprogram akan menyebabkan penanganan sampah yang tidak tuntas, sehingga ada sampah yang tidak terangkut yang menyebabkan kebersihan dan keindahan kota tidak tercapai. Pengelolaan sampah di Kabupten Temanggung saat ini sudah berjalan cukup bagus hanya perlu di maksimalkan lagi aspek operasionalnya. Hal ini perlu karena akan dapat mencapai target yang telah ditentukan dalam perencanaan yang telah ada. Didalam setiap Pemerintah Kabupaten/Kota, sampah dari rumah tangga dikumpulkan baik yang menggunakan gerobak sampah maupun yang langsung masuk truk sampah. Sampah yang dikumpulkan melalui gerobak dan truk truk kecil kemudian dibawa ke suatu tempat pengumpulan atau peralihan yang disebut Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) atau transfer depo. Di TPS dilakukan pemindahan, biasanya secara manual ke dalam truk yang lebih besar untuk dibawa ke Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA). Sedangkan di transfer depo sebenarnya pemindahannya dapat dilakukan langsung dari gerobak ke truk melalui ramp. Umumnya jumlah truk dan biaya tidak mencukupi kebutuhan untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh bagi semua wilayah disetiap Pemerintah Kabupaten/Kota. Meskipun TPA di Kabupaten Temanggung (TPA Sanggrahan) telah di desain sebagai 'Controll Landfills', namun hingga saat ini TPA Sanggrahan belum sepenuhnya dioperasikan dengan prinsip 'Controlled Landfill'. Di TPA ini juga terdapat kehadiran group pemulung yang

120 II-120 dikhawatirkan aktivitasnya bertentangan dengan operasi TPA yang aman dan efisien. Pengelolaan persampahan Kabupaten Temanggung di bawah Dinas Pekerjaan Umum yang merupakan unsur pelaksana teknis di bawah Bupati Temanggung yang berfungsi sebagai pelaksana pelayanan kebersihan (Operator) yang juga berfungsi melaksanakan pengaturan/pengendaliaan (Regulator). Didalam melaksanakan tugasnya Dinas Pekerjaan Umum di pimpin oleh Kepala Dinas sedangkan teknis operasionalnya dibawah Bidang Tata Kota. Secara umum sampah perkotaan memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Sampah Mudah Busuk (Organik), yaitu sampah yang mengandung senyawa organik atau tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen. Sampah organik memiliki sifat mudah membusuk misalnya daun-daunan, sayuran, buahbuahan serta sisa makanan. Sampah yang ada di Kabupaten Temanggung sebagian besar adalah sampah organik. 2. Sampah Tidak Mudah Busuk (Anorganik) Yang Punya Nilai Ekonomi, yaitu sampah yang mengandung senyawa bukan organik sehingga tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme. Sampah anorganik sifatnya sulit membusuk dan sukar terbiodegrasi seperti plastik, kaca, besi sebagian jenis kertas dan lain-lain. 3. Sampah Tidak Mudah Busuk Dan Tidak Mempunyai Nilai Ekonomi (Residu), sampah ini sifatnya sulit membusuk dan sukar terbiodegrasi seperti popok bayi sekali pakai, pembalut dan lain-lain 4. Sampah berbahaya, misalnya batery, bola lampu, dikumpulkan ditempat tertentu yang difasilitasi oleh Dinas Kebersihan Seperti daerah lain di Indonesia dan daerah tropis lainnya sampah di Kabupaten Temanggung akibat aktifitas penduduk termasuk dalam kategori sampah organik yang cenderung mudah membusuk. Komponen organik yang ada adalah 72,97 % di dalam sampah yang di bawa ke TPA Sanggrahan.

121 II-121 Tabel 2.39 Karakteristik Komposisi Jenis Sampah TPA Sanggrahan No Komposisi Jenis Sampah Prosentase (%) Periode Penguraian (Pelapukan) Bahan Organik Kertas Kaca, beling/gelas Plastik Logam Kayu Kain Karet Lain-lain Jumlah 72,97 7,07 1,25 3,57 1,37 3,65 2,40 1,24 6, minggu 3-6 minggu 1 juta tahun >100 tahun >100 tahun 1-13 tahun 6 bulan-1 tahun - - Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung, 2016 Tabel 2.40 Timbulan Sampah di Kabupaten Temanggung No Kecamatan Timbulan Sampah (m 3 /hari Parakan Bansari Kledung Bulu Temanggung Tlogomulyo Tembarak Selopampang Kranggan Pringsurat Kaloran Kandangan Kedu Ngadirejo Jumo Gemawang Candiroto Bejen Tretep Wonoboyo 155,14 46,74 54,05 90,73 273,56 85,20 78,59 38,60 201,36 137,00 97,15 106,00 214,27 214,56 95,65 73,22 93,00 44,74 42,08 54,86 Kapasitas Terangkut (m 3 /hari) 60,0 0,00 0,00 0,30 127,20 10,00 10,00 0,00 13,50 9,00 7,00 6,00 1,90 17,50 0,00 0,00 5,50 0,00 0,00 0,00 Prosentase Sampah Terangkut (%) 28,53 0,00 0,00 0,33 50,24 4,00 4,00 0,00 3,45 0,00 0,00 0,00 0,79 6,65 0,00 0,00 0,68 0,00 0,00 0,00 Jumlah 2.596,50 209,90 18,14 Sumber: DPU Kabupaten Temanggung, 2016

122 II-122 Sistem pelayanan persampahan meliputi pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pemrosesan akhir hingga ke TPA. Perincian kecamatan di Kabupaten Temanggung yang telah mendapat pelayanan persampahan dapat dilihat pada tabel berikut :

123 II-123 Tabel 2.41 Daerah Pelayanan Pengelolaan Sampah Kabupaten Temanggung Tahun 2016 No Kecamatan Jumlah Terlayani Jumlah Terlayani Jumlah Terlayani RW Terlayani RT Terlayani Penduduk Desa/ Dusun Kelurahan 1 Parakan Temanggung Kranggan Kedu Bulu Ngadirejo Candiroto Kandangan Tlogomulyo Sumber : Dinas PU Temanggung, 2016

124 II-124 Pengelolaan persampahan kota kota di Indonesia mempunyai pola yang hampir sama. Ditinjau dari segi teknik operasionalnya, pengelolaan persampahan meliputi kegiatan pewadahan sampai dengan pemrosesan akhir. Operasi bersifat integral dan terpadu karena setiap proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling pengaruh mempengaruhi secara berantai. Adapun urutan kegiatan sistem operasional pengelolaan persampahan secara umum adalah sebagai berikut: a. Kegiatan pewadahan sampah b. Kegiatan pengumpulan sampah c. Kegiatan pemindahan sampah d. Kegiatan pengangkutan sampah e. Kegiatan pengelolaan sampah Pewadahan Sistem pelayanan sampah yang terdiri dari proses pewadahan oleh warga, pengumpulan oleh petugas untuk dibawa ke TPS atau transfer depo. Pengangkutan dan pembuangan ke TPA belum dilaksanakan seperti apa yang di harapkan, sehingga sampah tidak dapat terangkut seluruhnya. Timbulan sampah yang terlalu lama tidak terangkut akan menimbulkan gangguan kebersihan, kesehatan, dan bau yang tidak sedap. Terjadinya penimbunan sampah yang terlalu lama karena belum adanya peta wilayah dan belum dilaksanakan jadwal terpadu pengumpulan dan pengangkutan sampah. Sistem pewadahan sampah di Kabupaten Temanggung sudah cukup baik, hanya saja jika dilihat dari bahan dan sifatnya belum seragam, ada yang bersifat permanen drum/tong, dan ada pula yang belum permanen yang terbuat dari bambu, tong plastik dan lain-lain. Berdasarkan standart SNI persyaratan bahan untuk pewadahan adalah, tidak mudah rusak dan kedap air, mudah untuk diperbaiki,

125 II-125 ekonomis, mudah di dapat, oleh masyarakat mudah dan cepat untuk dikosongkan. Jika di perhatikan jenisnya pewadahan diantaranya keranjang dari anyaman bambu, tong plastik dan ban bekas, maka tong plastik dan ban bekas adalah alternatif tong sampah yang paling baik. Wadah sampah dari keranjang sampah kurang baik karena tidak kedap air dan mudah rusak saat musim hujan. Tong dari ban bekas masih lebih bagus karena kedap air, tetapi berat sehingga menyulitkan petugas. Sedangkan wadah sampah dengan tong plastik ringan, kedap air, tahan lama. Untuk mengantisipasi kekurangan wadah sampah di daerah pelayanan, masyarakat baik secara individu maupun kelompok yang dikoordinir oleh pengurus RT/RW setempat menyediakan wadah sampah sendiri secara swadaya. Penempatan wadah sampah juga masih kurang tepat, dan masih menjadi kebiasaan warga dimana wadah sampah diletakkan di luar pagar dan tidak ada tutupnya. Demikian juga tong pewadahan yang ada di pinggir jalan kebanyakan tidak ada tutupnya, sehingga sampah berceceran disekitar bak/tong sampah. Untuk sistem pewadahan ada baiknya jika dilakukan pemilahan dari sampah organik dan non organik, agar dapat diposes sesuai dengan karakteristik sampah sehingga dapat memperpanjang umur TPA. Untuk operasional pengangkutan sebaiknya ada peta jalur pengangkutan sehingga mempermudah operator kendaraan untuk mengetahui jalur-jalur mana yang belum terangkut. Gambar Contoh Pewadahan Yang Ada di Permukiman

126 II-126 Pengumpulan Sampah Sistem pengumpulan sampah yaitu dengan cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahan/ penampungan sampah dari sumber timbulan sampah sampai tempat pengumpulan sementara/ stasiun pemindahan atau sekaligus diangkut ke tempat pemrosesan akhir. Pengumpulan sampah pada jalan utama, maupun dari kawasan permukiman, kawasan komersial, pertokoan dan fasilitas lain, secara garis besar menggunakan dua sistem yaitu sistem pengumpulan langsung dan pengumpulan tidak langsung. a. Pengumpulan idividual langsung Pengumpulan sampah pada permukiman yang mempunyai akses jalan yang dapat dilewati kendaraan/ mobil pengangkut sampah menggunakan sistem langsung dimana pengumpulan dari rumah ke rumah dengan mobil sampah yang di bawa langsung ke TPA. b. Pengumpulan individual tidak langsung Untuk pemukiman yang tidak bisa dijangkau dengan mobil, sehingga pengumpulan dari rumah ke rumah dilakukan dengan menggunakan gerobak sampah atau kendaraan roda tiga kemudian diangkut ke TPS atau transfer depo terdekat. Pengumpulan pada jalan-jalan utama dengan sistem tidak langsung dimana pengumpulan dilaksanakan oleh petugas penyapu jalan yang ditampung dalam tong-tong sampah, keranjang atau gerobak sampah kemudian di angkut truk sampah untuk di bawa ke TPA. Pengumpulan sampah dilingkungan pertokoan, fasilitas umum menggunakan sistem tidak langsung melalui TPS. Tanggung jawab pengumpulan sampah di permukiman dilaksanakan oleh petugas kelurahan, sedangkan untuk pengumpulan sampah untuk permukiman pamangku jalan utama (protokol) dilakukan oleh petugas dari bidang manajemen kebersihan dan pengelolaan persampahan, dari Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung.

127 II-127 Pengambilan sampah dilakukan setiap waktu sesuai dengan periodesasi tertentu. Sistem atau cara pengumpulan sampah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a. Peraturan-peraturan/ aspek legal pada daerah setempat b. Kebiasaan masyarakat (budaya) c. Karakteristik lingkungan fisik dan sosial ekonominya d. Keadaan khusus setempat e. Kepadatan dan penyebaran penduduk f. Rencana penggunaan lahannya g. Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan h. Lokasi pemrosesan akhir i. Biaya yang tersedia Sampah Permukiman Sistem pengumpulan yang telah dilakukan Seksi Pengelolaan Persampahan pada daerah pemukiman yaitu pengumpulan individual langsung dan pengumpulan individual tidak langsung, yang dimaksud sebagai pelayanan langsung yaitu pengangkutan langsung dari sumber sampah baik dari rumah, kantor, toko, di sepanjang jalan utama. Pengangkutan dijalan utama menggunakan dump truk berkapasitas 8 m 3 dengan sistem pengangkutan kanan-kiri. Kendaraan pengumpul (gerobak sampah) mengambil timbulan langsung dari pengguna jasa kemudian diangkut ke transfer depo, lalu di bawa ke TPA. Sampah permukiman dikumpulkan dalam 1 2 rit/hari dan dikumpulkan oleh petugas pengumpul yang di tunjuk oleh masyarakat setempat. Periodesasi biasanya ditentukan berdasarkan waktu pembusukkan sampah, yaitu kurang lebih berumur 2-3 hari, yang berarti pengumpulan sampah dilakukan maksimal setiap 3 hari sekali. Makin sering semakin baik, namun

128 II-128 a biasanya operasinya lebih mahal. Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan atau swadaya masyarakat (pemilik sampah, badan swasta atau RT/RW). Mengikut sertakan masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah persampahan kotanya. Masalah yang sering dihadapi pada sistem pengumpulan individual langsung maupun tidak langsung yaitu petugas pengumpul sering mendapati wadah sampah individual tidak tertutup terutama yang terbuat dari anyaman bambu mengakibatkan sampah didalamnya keluar dan berserakan disekitar wadah, sehingga menyulitkan dalam pengambilan sampah oleh petugas. Kendala lain ketika musim penghujan sampah menjadi bau yang menyengat dan basah dari pada musim kemarau. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pada daerah yang sulit terjangkau, bisa diatasi dengan penempatan wadah komunal pada daerah yang padat penduduknya, dengan sistem komunal tidak langsung. Sampah Jalan Sampah jalan yaitu sampah yang dihasilkan dari masyarakat yang melakukan perjalanan dan membuang sampah dijalan, selain juga sampah dedaunan dari tanaman penghijauan dan taman di pinggir jalan. Pengumpulan sampah di jalan dilakukan dengan penyapuan jalan. Penyapuan jalan dilakukan dengan cara manual maupun mekanis tergantung kemampuan pengelola. Kegiatan penyapuan jalan dilakukan oleh tenaga Seksi Kebersihan, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung. Penyapuan di jalan utama dilakukan dibawah koordinasi Seksi Kebersihan, penyapuan dilakukan pada pagi dan sore hari dilakukan disemua ruas jalan utama, sedang penyapuan siang

129 II-129 b dan malam dilakukan di beberapa jalan yang dianggap merupakan ruas jalan yang memiliki aktivitas tinggi dan potensial menghasilkan sampah seperti kawasan perdagangan, pusat perbelanjaan, dimana setiap petugas menyapu sepanjang 500 m. Permasalahan yang dihadapi adalah tidak tersedianya tempat khusus untuk pengumpulan dan pemindahan sampah penyapuan jalan. Petugas penyapu jalan setelah melakukan penyapuan, ada yang setelah terkumpul lalu di tinggal begitu saja untuk kemudian diangkut oleh dump truk dan di bawa ke TPA, tetapi ada yang di masukkan ke dalam tong-tong sampah atau gerobak dan di bawa ke TPS. Pengumpulan sampah hasil penyapuan apabila di masukkan ke dalam tong sampah sebenarnya tidak sesuai dengan peruntukannya, karena tong sampah di pinggir jalan disediakan untuk pejalan kaki dan kapasitas pewadahan yang kecil. Sampah Pasar Sampah pasar dikumpulkan oleh petugas kebersihan pasar, dibuang di TPS/kontainer pasar yang telah disediakan kemudian diangkut ke TPA oleh petugas pengangkut sampah, dengan menggunakan dump truck. Pengumpulan sampah pasar mengalami kesulitan karena seringkali sampah hanya dikumpulkan di pinggir jalan, tidak ditempatkan pada wadah yang telah disediakan sehingga menyulitkan petugas mengangkut sampah kedalam dump truck dan memperlama waktu pengambilan sampah oleh petugas. Oleh karena itu perlu ada kesadaran dari petugas pasar maupun dari pedagang untuk menempatkan sampah ke dalam tempat yang telah disediakan. Karena situasi pasar yang ramai maka sebaiknya penyapuan dan pengambilan sampah sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah aktifitas pasar yaitu pada pagi dan sore.

130 II-130 Pemindahan Sampah Proses pemindahan terdapat pada pengelolaan sampah dengan pengumpulan secara tidak langsung. Proses ini diperlukan karena kondisi daerah pelayanan tidak memungkinkan untuk diterapkan pengumpulan dengan kendaraan truk secara langsung. Disamping itu juga proses ini akan sangat membantu efisiensi proses pengumpulan. Pekerjaan utama pada proses ini yaitu memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam truk pengangkut. Mengingat tingkat kemampuan daya tempuh gerobak yang relatif pendek, maka lokasi pemindahan umumnya terletak tidak jauh dari sumber sampah, masalah yang perlu diperhatikan adalah pengaruhnya daerah sekitar dalam hal kebersihan dan kesehatan lingkungan. Lokasi pemindahan letaknya sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi truk pengangkut untuk memasuki dan keluar dari pemindahan. Pemindahan sampah ke dalam truk pengangkut dapat dilakukan secara manual, mekanis atau campuran, tergantung dari tipe kendaraan pengangkutnya. Lokasi pemindahan dapat bersifat terpusat (pola transfer depo) atau tersebar. Fungsi lokasi pemindahan terpusat : proses pemindahan, penyimpanan alat, perawatan ringan, proses pengendalian (desentralisasi). Mekanisme operasi pengangkutan sampah ke TPA yang berjalan saat ini di Kabupaten Temanggung adalah : a. Pengangkutan sampah pada pemukiman yang mempunyai akses jalan untuk dilalui kendaraan roda 4 pengangkutan sampah menggunakan sistem langsung dimana pengangkutan dilakukan oleh mobil sampah kelurahan. Sedangkan untuk permukiman yang tidak dapat dilalui kendaraan roda 4 menggunakan sistem tidak langsung. Yaitu dengan menggunakan gerobak/ sepeda motor roda tiga sampah sebagai alat pengumpul dan kemudian

131 II-131 diangkut ke TPS atau transfer depo. b. Pengangkutan sampah yang ada di jalan-jalan utama dengan sistem tidak langsung yang ditampung di tong sampah atau gerobak sampah diangkut oleh truck sampah ke TPA c. Pengangkutan sampah pada kawasan komersial, pertokoan dan fasilitas umum menggunakan sistem tidak langsung di angkut dari TPS dan transfer depo oleh truck sampah dari Seksi Pengelolaan Persampahan, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung ke TPA. d. Tanggung jawab pengangkutan sampah dilingkungan permukiman dilaksanakan oleh petugas kelurahan dengan menggunakan gerobak sampah /sepeda motor roda tiga, sedangkan untuk pengangkutan sampah dari pemukiman yang memangku jalan utama dilaksanakan oleh kelurahan. Gambar Transfer Depo Di Kabupaten Temanggung Pengangkutan Sampah Yang dimaksud dengan pengangkutan sampah dalam hal ini adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan ditempat penampungan sementara (transfer station) atau langsung dari tempat sumber sampah ketempat pemrosesan akhir (TPA). Keberhasilan

132 II-132 kegiatan penanganan sampah adalah tergantung pada baiknya kegiatan/ sistem pengangkutan sampah yang diterapkan. Sarana yang digunakan adalah kendaraan truck dengan berbagai tipe/ jenis, sehingga merupakan kegiatan yang membutuhkan dana/ investasi yang paling besar dibandingkan dengan kegiatan pengumpulan dan pemrosesan akhir. Terkait dengan kendaraan pengangkut idealnya masa pemakaian kendaraan sekitar 5 7 tahun agar operasional pengangkutan sampah semakin lancar. Berdasarkan fakta dilapangan menunjukkan bahwa usia pemakaian kendaraan pengangkut sampah di Kabupaten Temanggung rata-rata diatas lima tahun pemakaian sehingga menimbulkan gangguan pada saat beroperasi. Untuk mengatasi gangguan tersebut perlu adanya perawatan dan pemeliharaan kendaraan secara rutin. Untuk itu pengemudi bertanggung jawab atas kebersihan, dan segera melaporkan apabila ada gejala gangguan pada kendaraannya. Hal ini sangat berguna untuk kendaraan sehingga sampai saat ini kendaraan pengangkut sampah masih dalam kondisi yang baik. Ditinjau dari kebutuhan alat angkut, sarana dan prasarana yang memadai sangat berpengaruh terhadap teknis operasional pengelolaan sampah. Pemeliharaan yang baik terhadap sarana pengumpul ke kendaraan pengangkut yaitu TPS dan transfer depo mampu melayani 5 10 gerobak sampah 1 3 m 3 dan 1 unit truck. Berdasarkan volume sampah yang terangkut oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung adalah sebesar 140 m 3 /hari. Apabila diasumsikan densitas (kerapatan) sampah sebesar 200 kg/m 3, maka berat sampah adalah 140 m 3 /hari X 200 kg/m 3 = kg/hari atau 28 ton/hari dan daya angkut rata-rata untuk truk Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung adalah 8 m 3 /truk, maka berat sampah rata-rata yang diangkut kendaraan, Dinas Pekerjaan Umum

133 II-133 Kabupaten Temanggung adalah 8 m 3 X 200 kg/hari=1600 kg/truk/rit. Tabel Banyaknya Sarana Pengumpul, Pengangkutan Sampah No Peralatan persampahan Jumlah (unit) 1. Sarana Pengumpul - Gerobak sampah 90 2 Sarana pemindahan - Container - - TPS 25 - Transfer Depo 5 3 Sarana Pengangkutan - Dump truck (6 m 3 ) 12 (aktif 9) - Pickup (4 m 3 ) 4 - Motor roda tiga 10 - Arm roll 1 4 Sarana Pembuangan Akhir - TPA 1 - Boldozer 2 - Ekcavator 1 - Wheel loader 1 Sumber : Dinas PU Kabupaten Temanggung, 2016 Dari 9 unit dump truk tersebut bisa beroperasi 3 rit/hari, sehingga mampu mengangkut sebanyak 240 m 3 /hari. Namun karena jarak dari sumber sampah yang cukup jauh maka ritasi armada tidak efektif atau kurang maksimal. Jarak dari Kota Temanggung dengan Kota Kecamatan Ngadirejo 19 Km dan dengan TPA 25 km, jarak Candiroto dengan TPA 32 km. Dengan kondisi tersebut, dapat kita simpulkan sistem pengangkutan dan pemindahan kurang efektif. Oleh karena itu untuk mengefektifkan alat di sarankan :

134 II-134 a. Kontainer ditempatkan pada sumber sampah yang dalam satu hari dapat penuh (misalnya pasar). b. Pengadaan stasiun antara c. Pengadaan TPA baru yang berada di wilayah utara Pemrosesan Akhir Sampah Dan Pengolahan Tujuan pemrosesan akhir sampah adalah untuk memusnahkan sampah domestik atau yang diklasifikasikan sejenis ke suatu tempat pemrosesan akhir dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak atau seminimal mungkin menimbulkan gangguan terhadap lingkungan antara (intermediate treatment) maupun tanpa diolah terlebih dahulu. Kegiatan operasional di pemrosesan akhir pada dasarnya merupakan: a. Kegiatan yang merubah bentuk lahan b. Kegiatan yang dapat menimbulkan kerusakan dan kemerosotan sumber daya lahan, air dan udara. Sarana kegiatan yang menunjang kegiatan pengelolaan sampah di TPA Sanggrahan antara lain kegiatan pencatatan volume sampah yang masuk, pengaturan sampah di TPA, pemilihan sampah oleh pemulung, adanya rumah jaga, jalan masuk, jalan operasi, garasi peralatan berat, gudang dan sarana TPST (pengomposan). Kegiatan yang menunjang aktifitas di TPA Sanggrahan berjalan cukup baik, pencatatan dilakukan setiap hari, hal ini karena ada petugas harian pencatatan. Jembatan timbang salah satu prasarana di TPA Sanggrahan belum ada, sehingga jumlah timbulan sampah tidak diketahui dengan pasti. Kegiatan pencatatan volume sampah di TPA Sanggrahan dilakukan dengan cara menaksir volume sampah yang dibawa kendaraan pengangkut. Dengan cara ini tidak dapat memberikan data yang akurat untuk perencanaan pengelolaan sampah yang efektif dan efisiean. Dalam pengelolaannya TPA Sanggrahan menggunakan sistem Control

135 II-135 Landfill, sampah yang masuk ke dalam TPA langsung dibuang dan akan dilakukan penutupan dengan tanah tetapi tidak secara langsung, setelah sampah menumpuk dilakukan perataan dengan bulldozer yang sekaligus pemadatan. Operasi yang dijalankan di TPA Sanggrahan adalah sebagai berikut: a. Kendaraan pengangkut sampah masuk ke TPA b. Tenaga pengangkut mencari lokasi untuk bongkar muatan c. Sampah dibongkar dari kendaraan pengangkut sampah dilokasi yang telah ditentukan, selanjutnya sampah dibiarkan terbuka d. Pemulung mencari barang barang yang dianggap masih mempunyai nilai ekonomis e. Sampah yang telah dipilih oleh pemulung kemudian diratakan dengan buldozer Dari segi kebersihan lingkungan, partisipasi masyarakat Kabupaten Temanggung cukup baik, hal ini dapat dilihat dengan adanya penyediaan sarana pewadahan sampah dilingkungan rumah tangga masing masing, pengumpulan sampah di RT/RW dan gerakan kebersihan lingkungan lainnya. Namun potensi peran serta msyarakat ini belum secara optimal tergarap oleh instansi yang terkait apabila hal ini dapat direalisasikan tidak mustahil dapat merupakan suatu kekuatan yang sangat besar dalam pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Temanggung. Sedangkan dari segi pungutan retribusi, retribusi sampah yang ditarik dari masyarakat pada dasarnya adalah salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam mengelola persampahan Kabupaten Temanggung khususnya di tingkat kecamatan, namun hingga saat ini jumlah penerimaan retribusi sampah sebagai salah satu sumber pembiayaan sampah belum seperti yang diharapkan. Hal ini dikarenakan belum sepenuhnya pengenaan tarif sesuai dengan ketentuan perda serta belum efektifnya sistem penarikan retribusi. Untuk mendukung

136 II-136 peningkatan pelayanan dan penyediaan biaya operasional, pertisipasi masyarakat dalam membayar retribusi sampah merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dilihat dari aspek retribusi di Kabupaten Temanggung di untuk wilayah pemukiman biaya di patok sama dan berdasarkan data yang terdapat pada bagian keuangan diketahui bahwa besarnya retribusi sampah yang di setor ke kas daerah antara satu kelurahan dengan kelurahan yang lain jumlahnya berbeda tergantung dengan jumlah bangunan serta kesepakatan masing - masing kelurahan. Sedangkan sistem penarikan ada yang melalui RT/RW, ada yang ditarik bersamaan dengan pembayaran rekening listrik atau air minum serta ada beberapa warga yang tidak terpungut retribusinya dikarenakan langsung membayar listrik ke kantor PLN dan tidak seluruhnya retribusi sampah yang dikelola oleh RT/RW disetor ke kelurahan untuk selanjutnya disetor ke kas daerah. Dengan adanya beberapa cara penarikan tersebut mengakibatkan kurang optimalnya penerimaan retribusi sampah. Hal ini terjadi karena masyarakat tidak mengetahui secara pasti bagaimana aliran dana retribusi sampah. Masayarakat juga tidak memiliki informasi atau pengetahuan tentang besarnya biaya yang diperlukan untuk menyingkiran sampah dari lingkungannya. Masyarakat hanya menginginkan setelah membayar iuran retribusi kebersihan, sampah sudah menjadi tanggung jawab dinas/instansi kebersihan. Sehingga perlu adanya sistem yang baku dalam pemungutan retribusi sampah kepada msyarakat, untuk meningkatkan penerimaan retribusi sampah perlu dilakukannya program - program penyuluhan tentang hubungan sampah dengan kesehatan atau sosialisasi tentang peraturan - peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan limbah padat (sampah), baik dilakukan pemerintah kabupaten maupun tokoh masyarakat setempat. Disamping kelima aspek tersebut diatas kita juga dapat mengetahui

137 II-137 seberapa besar timbulan sampah yang ada di Kabupaten Temanggung yaitu dengan menganalisa timbulan sampah yang timbul dari masyarakat sdalam satuan volume maupun berat perkapita perhari. Berdasarkan data laju timbulan sampah, sampah yang terkumpul di Kabupaten Temanggung adalah sebanyak m 3 /hari dan yang terangkut ke TPA 130,03 m 3 /hari atau sekitar 8,14 % dari seluruh sampah yang terkumpul. Sampah yang tidak terangkut ke TPA cukup banyak dimana sampah tersebut diolah sendiri oleh masyarakat yang mempunyai lahan untuk pengolahan sampah dan adanya pemulung yang mengambil benda - benda yang masih bisa dimanfaatkan atau bernilai ekonomis. Berdasarkan data komposisi sampah yang ada di Kabupaten Temanggung, komposisi sampah meliputi kertas (0,45 %), kayu (0,50 %), kain (0,25 %), karet/kulit (0,125 %), plastik (3,95 %), metal/logam (0,10 %), gelas/kaca (0,20 %), organik (94,4 %), dan lain lain (0,025 %). Dari data menunjukkan 94,4 % merupakan sampah organik dengan data ini seharusnya bisa di daur ulang. Jika pemerintah dan masyarakat bisa menggunakan 94,4 % sampah tersebut untuk di daur ulang, maka volume sampah yang masuk ke TPA akan berkurang dan akan memperlama usia penggunaan TPA. Dari komposisi sampah di Temanggung, komposisi sampah adalah organik, jadi minimal bisa dilakukan untuk di daur ulang menjadi kompos, karena umumnya masyarakat telah mengenal cara pembuatan dan biayanya relatif murah dibandingkan daur ulang kompos yang lain.

138 II-138 Gambar Diagram Alir Manajemen Persampahan Permukima n Gerobak /Sepeda motor roda tiga TPS/TPST/ Container/U PS Truck Biasa / Armroll Truck Pasar Komersia l Dump Truck Tempat Pemrosesan Akhir Industri Gambar Sistem Pengelolaan dari TPA Sanggrahan Kab. Temanggung KEPALA DINAS PEKERJAAN UMUM KEPALA BIDANG TATA KOTA KEPALA SEKSI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN SWASTA/ PEMULUNG PENGAWAS TPA SANGGRAHAN OPERATOR ADMINISTRASI KOMPOSTING Sumber: DPU, 2016

139 II-139 Penanganan persampahan di Kabupaten Temanggung telah mengikuti sistem pengelolaan persampahan dimana sampah rumah tangga telah dilakukan pewadahan, kemudian juga telah terdapat tempat penampungan sampah sementara (TPS) yang berfungsi sebagai pengumpul sampah yang berasal dari pewadahan. Sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) tersebut kemudian diangkut lagi dan sampailah pada pembuangan akhir. Tabel 3.18: Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Temanggung Kelompok Perkiraan nilai Teknologi yang digunakan Jenis Data Sekunder Fungsi data Tempat sampah di depan Jumlah KK yang dilayani KK rumah, diambil gerobak/ sampah dg door to door sepeda motor roda tiga Jumlah KK yang KK sampah TPS/ TPST/ TD membuang sampah ke 2. Sampah di masukkan TPS plastik kresek di depan Jumlah TPS 437 TPS rumah, diambil gerobak/ Jumlah TPS3R 3 sepeda motor roda tiga DPU Jumlah KK dg TPST 300 KK sampah TPS/ TPST/ TD Jumlah Truck arm roll 3 truck arm roll 3. Warga membawa sampah dan kontainer dan 18 kontainer ke TPS/ TPST - TPA (DPU),4 armroll 4. Warga ke container sampah 12 kontainer TPA Sumber Sampah Kawasan Permukiman (pengumpulan setempat) Sumber sampah Kawasan Pertokoan, Perumahan, Perkantoran Pinggir Jalan Protokol Sumber sampah Kawasan Pasar, Terminal dan Fasum TPS TD 1. Tempat sampah di depan rumah, diambil dump truck/ pick up sampah - TPA 2. Sampah di masukkan plastik kresek di depan rumah, diambil dump truck/pick up sampah TPA 1. TPS 2. Transfer Depo 3. Kontainer sampah 4. Tong sampah Diangkut dengan Dump Truk ke TPA Container di TD menunggu sampah dari gerobag atau 1. Route dump truck/ pic up sampah 2. Jumlah KK, perkantoran, pertokoan, sekolahan yang dilayani 3. Jadwal pengambilan kawasan perkotaan jalan protokol 1. Jumlah pasar yang dilayani persampahan 2. Jumlah Tranfer Depo 3. Jumlah TPS (Perindag) KK 2. 3 kali pengambilan 3. Setiap hari 1. 8 Pasar 2. 4 TD Sumber Data DPU DPU Jumlah TPS 437 TPS DPU Jumlah TD 4 TD DPU

140 II-140 TPS3R TPA sepeda motor roda 3 Warga mengumpulkan sampah yang telah terpilah di TPS3R, kemudian dikompos yang organik, dan yang an organik di jual atau didaur ulang. (TPS-3R) Dengan sistem control landfill dan open dumping terkendali Daur ulang organik oleh petugas Daur ulang an organik oleh pemulung Intalasi Pengolah Air Lindi Jumlah KK yang ikut TPST 3R Jumlah TPS3R 250 KK DPU 3 TPST Luasan TPA 3,9 ha DPU Volume produksi 3 m3/hari kompos Volume an organik yang 18,13 m3/hari dikelola pemulung Sistem IPAL Pengumpul, anaerob, fakultatif Jumlah Pemulung di TPA Sumber: Dinas PU Kabupaten Temanggung 75 orang pemulung

141 II-141 Kecamatan Tabel 2.15 Timbulan Sampah per Kecamatan Kabupaten Temanggung Jumlah Penduduk Volume Timbulan Sampah Perdesaan Perkotaan Total Perdesaan Perkotaan Total Orang Orang Orang % M3/ Hari % M3/ Hari Bansari % % % Bejen % % % Bulu % % % Candiroto % % % Gemawang % % % Jumo % % % Kaloran % % % Kandangan % % % Kedu % % % Kledung % % % Kranggan % % % Ngadirejo % % % Parakan % % % Pringsurat % % % Selopampang % % % Temanggung % % % Tembarak % % % Tlogomulyo % % % % /Kab M3/ Hari

142 II-142 Sumber : data Tretep % % % Wonoboyo % % % Jumlah % % % diolah

143 II-143 Tabel 2.45 Diagaram Sistem Sanitasi Persampahan Kabupaten Temanggung tahun 2016 Sumber : Hasil Analisis, 2016.

144 II-144 Produk Input Timbulan Sampah : M3/Hari User Interface Tong/Tempat sampah : 6,4 % (EHRA) Halaman : 70,3 % Tabel 2.46 Data Diagram Sistem Sanitasi Sampah Domestik Kabupaten Temanggung Tahun 2016 Pengumpulan Setempat Penampungan Sementara Pengangkutan (semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang dan/pembuangan Akhir A B C D E Gerobak Dum Truk TPS : Sampah : 35 : 115 Unit Unit 11 Unit Lubang Tanah : 8,2 % Sungai : 3,3 % Sumber : Hasil Analisis, Motor Sampah : 22 Unit TPS-T : 2 Unit Kontainer : 75 Unit Transfer Stasiun : 2 Unit Amroll Truk : 9 Unit Pupuk Tanaman Sungai

145 II-145 Tabel 2.47 Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Kecamatan No. Kecamatan Timbulan % Sampah Sampah Kabupaten Terangkut 1 Parakan 138 3,1 0 2 Kledung 238 5,4 0 3 Bansari 248 5,6 0 4 Bulu 206 4,6 0 5 Temanggung 238 5,4 0 6 Tlogomulyo 257 5,8 0 7 Tembarak 260 5,9 0 8 Selopampang 215 4,8 0 9 Kranggan pringsurat ,25 11 Kaloran 33 0, Kandangan ,25 13 Kedu 255 5, Ngadirejo 37 0, Jumo ,38 16 Gemawang 154 3, Candiroto 235 5, Bejen 167 3, Tretep 188 4, Wonoboyo 195 4,4 0 Sumber : Hasil Analisi, 2016.

146 Peta 2.30 Peta Cakupan Layanan Sampah Kab.Temanggung II-146

147 II-147 Tabel 2.48 Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan di Kabupaten temanggung 2016 NO NO JENIS JUMLAH KAPASITAS (m³) RITASI MASIH BEROPERASI YA TIDAK Gerobag Sampah 10 0, Sepeda motor sampah roda tiga 17 1, TPS v 4 TPST 1 2 v 5 Transfer Depo (TD) Dump truck Pick up Truck arm roll Container Garasi armada sampah Garasi gerobak sampah Garasi sepeda motor sampah Bengkel Gudang TPA IPAL IPLT Garasi alat berat Bengkel TPA Tempat cuci alat berat/ arsam - 21 Bulldozer Excavator Whelloader Mesin pencacah sampah organik Mesin pencacah sampah anorganik Mesin pengayak kompos Komposter Container Urinoir 1 1 Sumber : data diolah Keterangan : IPL: Instalasi Pengolahan Lindi *daya tampung TPA : m3/tahun **Beri keterangan mengenai umur dan lembaga pengelola

148 II-148 b. Kelembagaan dan Peraturan 1) Kelembagaan Kegiatan pengelolaan persampahan, baik yang ditimbulkan oleh kegiatan industri maupun kegiatan rumah tangga untuk lembaga utama pengelolalnya adalah dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kebersihan dan Pertamanan (DPU-KP) bekerja sama dengan Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan dengan berkoordinasi dengan BLH, PU Provinsi Jawa Tengah dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup serta Kementerian PU RI. Aspek legal/ hukum yang selama ini menangai pengelolaan Persampahan adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung sesuai Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Temanggung yaitu pada di Bidang Tata Kota, pada Seksi Kebersihan dan Seksi Pengelolaan Persampahan.

149 II-149 Gambar 2.37 Bagan SKPD DPU Kabupaten Temanggung yang menangani Persampahan KEPALA DINAS Sekretariat Sub Bagian Perencanaan Sub Bagian Keuangan Sub Bagian Umum dan Kepegawai an Kelompok Jabatan Fungsional Bidang Jalan dan Jembatan Bidang Sumber Daya Air, ESDM dan Jasa Konstruksi Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang Bidang Tata Kota Seksi Jalan Seksi Irigasi dan Energi dan Sumber Seksi Bangunan Gedung Seksi Kebersihan Seksi Jembatan Seksi Sarana dan Prasarana Air Bersih Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian Tata Ruang Seksi Pengelolaan Persampahan Seksi Operasi Pemel. Jalan dan Jembatan Seksi Jasa Konstruksi Seksi Perumahan dan Permukiman Seksi Pertamanan dan Penerangan UPTD 2) Peraturan Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Temanggung memperhatikan peraturan perundang-undangan yang ada, yaitu: a) Perda Kabupaten Temanggung No 12 Tahun 2011 tentang Kebersihan, Keindahan, Ketertiban dan Kesehatan Lingkungan; b) Perda Kabupaten Temanggung No 29 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah; dan

150 II-150 c) Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencanan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun ; d) Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan. e) Perda Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah; f) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3); g) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4); h) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6); i) Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet I judul Petunjuk Teknis Pengomposan Sampah Organik Skala Lingkungan; j) Petunjuk Teknis Nomor KDT Pet. I judul Petunjuk Teknis Spesifikasi Kompos Rumah Tangga,

151 II-151 Tata cara Pengelolaan Sampah Dengan Sistem Daur Ulang Pada Lingkungan, Spesifikasi Area Penimbunan Sampah Dengan Sistem Lahan Urug Terkendali di TPA Sampah; k) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP); l) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 876 Tahun 2001 Tentang Pedoman Teknis ADKL (Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan); m) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; n) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; dan o) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Drainase Lingkungan a. Sistem dan Infrastruktur Kegiatan pengelolaan drainase, Jaringan drainase di Kabupaten Temanggung pada dasarnya telah memenuhi syarat sesuai dengan klasifikasinya baik primer, sekunder dan tersier. Namun ada beberapa lokasi yang tidak memenuhi syarat jaringan tersebut. Syarat tersebut berupa besaran ukuran, kedalaman dan jenis perkerasan. Selain itu, jaringan drainase utama yang berupa sungai tertutup oleh timbunan sampah dan berkembangnya permukiman

152 II-152 di tepi sungai yang terkesan kumuh. Dengan kondisi tersebut mengakibatkan jaringan dranase utama tidak dapat berfungsi secara baik dalam mengalirkan air, Kondisi drainase yang ada banyak yang tidak berfungsi dengan baik dalam mengalirkan air hujan dengan lancar ke badan air penerima (sungai), karena rusak dan mengalami pendangkalan akibat sedimentasi lumpur dan sampah. Selain itu, sistem drainase yang ada arah pembuangannya banyak tidak beraturan, ada yang membuang langsung ke sungai/laut dan ada pula yang membuang ke rawa-rawa atau ke lahan-lahan kosong disekitarnya. Hal ini merupakan salah satu penyebab sering terjadinya banjir yang menggenangi daerah permukiman, jalan dan sarana/prasarana umum lainnya di Kabupaten Temanggung.

153 II-153 Tabel 2.48 Diagram Sistem Sanitasi Drainase Kabupaten Temanggung SUNGAI SUNGAI SUNGAI Saluran Drainase Sekunder SPAH Drainase Sekunder Sumber : FGD DSS

154 II-154 No Lokasi Genangan samping SMA 3 Temanggung (Jl. Mujahidin) Perumahan Sukosari Kebonsari Perempatan Prapanca (Ruas Jl. Dr. Wahidin) Tabel 2.49 Wilayah Genangan di Wilayah Kabupaten Temanggung Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun) Penyebab*** 1 0,5 1 5 pembangunan permukiman yang tidak disertai pembangunan jaringan drainase yang benar 1 0,3 1 5 Sedimentasi tinggi, saluran drainase bersatu dengan jaringan irigasi 1 0,3 1 5 Sedimentasi dan sampah yang tinggi Jl. Sri Suwarno (Rolikuran) 1 0, Jl. S. Parman (depan Pasar 1 0,3 1 5 Temanggung) 6 Jl. Pahlawan (DPU) 1 0, Jalan Brigjend Katamso depan POLSEK Parakan 8 pada pertigaan Jl. Brigjend Katamso dan Jl. Diponegoro ruas jalan di sebelah barat pasar Jl. Usman Parakan ruas jalan Letnan Suwaji tepatnya di depan pangkalan ojek Pasar Legi di depan Klenteng pada ruas Jalan Letnan Suwaji. 1 0, , , ,3 1 5 Dimensi yang tidak mencukupi dengan debit air yang ada Sedimentasi dan sampah yang tinggi pembangunan permukiman yang tidak disertai pembangunan jaringan drainase yang benar karena penuhnya saluran irigasi Kali Ipik sehingga air hujan tidak dapat masuk karena tidak adanya saluran dan terjadi penumpukan air yang akan mengalir melalui Jl. Diponegoro yang juga tidak memiliki saluran drainase jalan karena daerah ini agak cekung dan tidak ada saluran khusus drainase jalan melainkan memanfaatkan bahu jalan sebagai lintasan air terjadi karena tidak adanya saluran drainase jalan, air mengalir pada badan jalan yang merupakan daerah cekungan dan lebih rendah dari jembatan karena aliran air dari Jl. Bambu runcing mengalir masuk ke Jl. Letnan Suwaji melalui permukaan jalan dan saluran yang ada tidak Infrastruktur* Jeni Keteranga s n**

155 II-155 No Lokasi Genangan depan kantor Kecamatan Parakan pertigaan Dangkel sampai depan swalayan Mahkota Jl. Ajibarang dusun Mulyosari desa wanutengah 14 jalan Letnan Suwaji tepatnya di dekat pertigaan kantor Penggadaian 15 Jl. Aip Mungkar dari depan stasiun kereta api sampai kantor Kawetdanan Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun) 1 0, , , , , Pasar Kranggan sampai 1 0,3 1 5 kenalan 17 Kelurahan Kranggan 1 0, Pintu masuk Kebumen (perbatasan dengan desa 1 0,3 1 5 Penyebab*** mampu menerima aliran air diakibatkan tidak adanya saluran khusus drainase jalan yang mampu menampung dan mengalirkan air dari badan jalan, dan terdapat cross drain di daerah rendah yang meluap ketika hujan deras tidak adanya saluran khusus drainase jalan yang mampu menampung dan mengalirkan air dari badan jalan diakibatkan tidak adanya saluran-saluran pembuang dari bahu jalan ke saluran kanankiri jalan dan terdapat cross drain saluran irigasi di daerah rendah yang meluap pada saat hujan deras karena daerah rendah dan cekung, aliran air pada badan jalan tidak bisa masuk ke saluran (tertutup) yang ada di sisi jalan diakibatkan antrian air yang mengalir melalui permukaan jalan dan saluran yang ada tidak mampu menerima aliran air. Beberapa saluran tidak menerima aliran air dari badan jalan dikarenakan tidak ada saluran dari bahu jalan ke saluran Dimensi saluran yang tidak bisa menampung debit air Dimensi saluran yang tidak bisa menampung debit air Tidak ada saluran irigasi Infrastruktur* Jeni Keteranga s n**

156 II-156 No. Lokasi Genangan karangwuni) 19 Kawasan Bakungan Tlogorejo Temanggung 20 Jl. Raya Petirejo Ngadirejo Wilayah Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun) 1 0, ,6 1 5 Penyebab*** Saluran drainase tidak mencukupi karena bersatu dengan saluran irigasi Air limpasan atau kiriman dari daerah/kawasan lain, menyebabkan peningkatan debit air. Saluran drainase tidak dapat menampung air, akibatnya air meluap dan terjadilah banjir atau genangan, Tidak adanya inlet jalan Infrastruktur* Jeni Keteranga s n** 21 Kawasan Pasar Ngadirejo 22 Jl. Ngaren Ngadirejo 1 0, , Kawasan Pemukiman Petirejo 1 0,5 1 5 Sedimentasi merupakan proses penumpukan material. Karena tidak adanya peran serta masyarakat dalam hal pemerlihraan saluran, penumpukan material terus berlangsung, sehingga endapan akan semakin banyak. Sedimentasi tersebut menyebabkan perubahan dimensi saluran serta mempengaruhi energy spesifik penampang saluran sehingga secara tidak langsung dapat mengakibatkan kurang optimumnya kinerja saluran Penyempitan dan pendangkalan saluran disebabkan karena ulah manusia sendiri. Manusia mendirikhan bangunan diatas saluran, sehingga menyebabkan saluran tersebut menyempit pada titik-titik tertentu Sampah merupakan salah satu penyebab tidak berfungsinya saluran drainase, Lebar saluran tidak sesuai dengan debit air

157 II-157 Wilayah Genangan No. Lokasi Genangan Luas Ketinggian Lama Frekuensi (Ha) (M) (jam/hari) (kali/tahun) 24 Kawasan Pemukiman Manggong 1 0, Kawasan Pemukiman Ngadirejo 1 0,5 1 5 Sumber : Hasil Analisis, Penyebab*** Sampah merupakan salah satu penyebab tidak berfungsinya saluran drainase, Lebar saluran tidak sesuai dengan debit air Sampah merupakan salah satu penyebab tidak berfungsinya saluran drainase, Lebar saluran tidak sesuai dengan debit air Infrastruktur* Jeni Keteranga s n** TINJAUAN : PETA LOKASI GENANGAN BELUM ADA

158 II-158 Adapun daerah genangan pada gambar di atas dapat dirinci sebagai berikut : 1. Daerah Genangan 1 a. Lokasi Daerah genangan yang dimaksud adalah ruas jalan di sebelah barat pasar Jl. Usman, pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 tepat pada kondisi saluran titik Cross 13. b. Kondisi Saluran Sebelah kiri jalan tidak ada saluran (lahan pasar), Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dengan buis beton Ø 0,30 m, masih baik. Kiri Jalan Kanan Jalan Buis beton Ø 0.30 m tanah pasar Jalan aspal Cross. 13 Gambar 2.38 Lokasi Genangan Parakan 1

159 II-159 c. Genangan Pada saat hujan dengan intensitas tinggi pada ruas jalan ini terjadi genangan sampai dengan 30 cm dan memerlukan waktu sekitar 1 jam untuk surut. Genangan ini terjadi karena daerah ini agak cekung dan tidak ada saluran khusus drainase jalan melainkan memanfaatkan bahu jalan sebagai lintasan air. 2. Daerah Genangan 2 a. Lokasi Daerah genangan yang dimaksud adalah di depan POLSEK Parakan yang terletak di Jalan Brigjend Katamso. pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 tepat pada kondisi saluran titik Cross 25. b. Kondisi Saluran Sebelah kiri jalan tidak ada saluran. Sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan kondisi masih baik. Kiri Jalan Kanan Jalan Jalan aspal Cross Gambar 2.39 Lokasi Genangan Parakan 2

160 II-160 c. Genangan Pada titik ini terjadi genangan setinggi 10 cm apabila hujan yang turun memilliki intensitas yang cukup tinggi. Waktu yang diperlukan untuk menyurutkan genangan ini sekitar 30menit setelah hujan reda. Genangan ini terjadi karena penuhnya saluran irigasi Kali Ipik sehingga air hujan tidak dapat masuk. 3. Daerah genangan 3 a. Lokasi Daerah genangan yang adalah pada pertigaan Jl. Brigjend Katamso dan Jl. Diponegoro. Lokasi pada peta Sub- Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross 35. b. Kondidi Saluran Sebelah kiri dan kanan jalan belum memiliki saluran. Kiri Jalan Kanan Jalan Jalan aspal 8.00 Cross Gambar 2.40 Lokasi Genangan Parakan 3

161 II-161 c. Genangan Genagn yang terjadi di daerah ini setinggi 5 10 cm diakibatkan karena tidak adanya saluran dan terjadi penumpukan air yang akan mengalir melalui Jl. Diponegoro yang juga tidak memiliki saluran drainase jalan. 4. Daerah Genangan 4 a. Lokasi Daerah genangan yang dimaksud adalah pada ruas jalan Letnan Suwaji tepatnya di depan pangkalan ojek Pasar Legi. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman- Wetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross 27 dan 28. b. Kodisi Saluran Cross 27, Sebelah kiri dan kanan jalan belum memiliki saluran sampai pada jembatan saluran irigasi (Cross 28). Bangunan jembatan masih baik dengan saluran Irigasi, sedangkan dasar saluran banyak sedimentasi. Kiri Jalan (cross 27) Kanan Jalan (cross 27) Jalan aspal 8.00 Cross

162 II-162 Bangunan Choker (gorong-gorong) 2.00 B A Kios Kios A B 5.51 Cross 28 Saluran tertutup Jalan aspal Saluran tertutup 8.00 Potongan A - A Jalan aspal 2.50 Potongan B - B Gambar 2.41 Lokasi Genangan Parakan 4

163 II-163 c. Genangan Genangan yang terjadi di lokasi ini setinggi cm terjadi karena tidak adanya saluran drainase jalan, air mengalir pada badan jalan yang merupakan daerah cekungan dan lebih rendah dari jembatan (Cross 28) 5. Daerah Genangan 5 a. Lokasi Daerah genangan yang dimaksud adalah di depan Klenteng pada ruas Jalan Letnan Suwaji. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross 32 dan 33. b. Kondisi Saluran Cross 32, bangunan gorong-gorong masih baik dengan saluran Irigasi, sedangkan dasar saluran banyak sedimentasi. Cross 33 saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan kondisi masih baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali saluran tertutup buis beton Ø 0,40 dan kondisi masih baik. Kiri Jalan (cross 32) Kanan Jalan (cross 32)

164 0.80 Saluran tertutup II-164 B 2.00 A A 5.51 B DENAH (Cross 32) Jalan aspal 8.00 Potongan A - A Jalan aspal 1.50 Potongan B - B Gambar 2.42 Lokasi Genangan Parakan 5

165 II-165 Kanan Jalan (cross 33) Kiri Jalan (cross 33) Buis beton Ø 0.40 m Jalan aspal Cross Gambar 2.43 Lokasi Genangan Parakan 5 c. Genangan Genangan setinggi 30 cm ini terjadi karena aliran air dari Jl. Bambu runcing mengalir masuk ke Jl. Letnan Suwaji melalui permukaan jalan dan saluran yang ada tidak mampu menerima aliran air. 6. Daerah Genangan 6 a. Lokasi Daerah genangan adalah di Jl. Aip Mungkar dari depan stasiun kereta api sampai kantor Kawetdanan. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross 47 dan 48.

166 II-166 b. Kondisi Saluran Cross 47 saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali, saluran tertutup berupa pipa Ø 0,40. saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali, saluran tertutup buis beton Ø 0,40 dengan kondisi keduanya masih baik. Cross 48 saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, kondisi masik baik. Sebelah kanan jalan tidak ada saluran. Kiri Jalan (cross 47) Kanan jalan (cross 47) Buis beton Ø 0.40 m Jalan aspal Cross

167 Pagar II-167 Kiri Jalan (Cross 48) Kanan Jalan (Cross 48) 4.00 Jalan aspal Cross Gambar 2.44 Lokasi Genangan Parakan 6 c. Genangan Genangan ini diakibatkan antrian air yang mengalir melalui permukaan jalan dan saluran yang ada tidak mampu menerima aliran air. Beberapa saluran tidak menerima aliran air dari badan jalan dikarenakan tidak ada saluran dari bahu jalan ke saluran. 7. Daerah Genangan 7 a. Lokasi Lokasi genangan berada di depan kantor Kecamatan Parakan. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman berada pada kondisi saluran titik Cross 28 dan 29.

168 II-168 b. Kondisi Saluran Cross 28 berupa bangunan gorong-gorong dengan saluran irigasi, kondisi masih baik, sedangkan dasar saluran banyak sedimentasi. Cross 29, saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kiri dan kanan terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, saluran tertutup pala, kondisi masih baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, saluran tertutup plat dan greil dan kondisinya masih baik. Kiri Jalan (cross 28) Kanan Jalan (cross 28) A A Cross POTONGAN A - A

169 II-169 (kiri Jalan (cross 29) Kanan Jalan (cross 29) Jalan aspal Cross 29 Gambar 2.45 Lokasi Genangan Parakan 7 c. Genangan Genangan ini diakibatkan tidak adanya saluran khusus drainase jalan yang mampu menampung dan mengalirkan air dari badan jalan, dan terdapat cross drain di daerah rendah yang meluap ketika hujan deras. 8. Daerah Genangan 8 a. Lokasi Lokasi genangan dari pertigaan Dangkel sampai depan swalayan Mahkota. Lokasi pada peta Sub-Darainase Dangkel-Ringinanom-Mandisari berada pada kondisi saluran titik Cross 1.

170 II-170 b. Kondisi Saluran Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, komidi masih baik. Sedangkan sebelah kiri jalan tidak ada saluran. Kiri Jalan (cross 1) Kanan Lalan (cross 1) Jalan aspal Cross 1 Gambar 2.46 Lokasi Genangan Parakan 8 c. Genangan Genangan ini diakibatkan tidak adanya saluran khusus drainase jalan yang mampu menampung dan mengalirkan air dari badan jalan. 9. Daerah Genangan 9 a. Lokasi genangan berada di Jl. Ajibarang dusun Mulyosari desa wanutengah. Lokasi pada peta Sub-Darainase Wanutengah berada pada kondisi saluran titik Cross 1 dan 2.

171 II-171 b. Kondisi Saluran Cross 1, saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, kondisi masik baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan antai dari pasangan batu kali, kondisi masik baik. Saluran sebelah Kanan dan kiri jalan tersebut saluran sekunder irigasi. Cross 2, Saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, kondisi masik baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dan lantai dari pasangan batu kali, kondisi masih baik. Kiri jalan (cross 1) Kanan Jalan (cross 2) B Greel ( Bak kontrol ) Jl. Aspal POTONGAN A - A 0.80 A A Greel ( Bak kontrol ) Jl. Aspal Brak DENAH POTONGAN B - B B

172 II-172 Kiri Jalan (cross 2) Kanan Jalan (cross 2) 1, Cross 2 Gambar 2.47 Lokasi Genangan Parakan 9 c. Genangan Genangan ini diakibatkan tidak adanya saluran-saluran pembuang dari bahu jalan ke saluran kanan-kiri jalan dan terdapat cross drain saluran irigasi di daerah rendah yang meluap pada saat hujan deras. 10. Daerah Genangan 10 a. Daerah genangan yang dimaksud adalah pada ruas jalan Letnan Suwaji tepatnya di dekat pertigaan kantor Penggadaian. Lokasi pada peta Sub-Darainase Parakan Kauman-Wetan 1 berada pada kondisi saluran titik Cross 24.

173 II-173 b. Kondisi Saluran Cross 24, Saluran sebelah kiri jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dengan saluran tertutup dengan buis beton Ø 0,40 m, dan kondisi masih baik. Saluran sebelah kanan jalan, talud sebelah kanan dan kiri terbuat dari pasangan batu kali dengan saluran tertutup dengan buis beton Ø 0,40 m, dan kondisi masih baik. Kiri Jalan (cross 24) Kanan Jalan (cross 24) Buis beton Ø 0.40 m Buis beton Ø 0.40 m Jalan aspal Cross. 24 Gambar 2.48 Lokasi Genangan Parakan 10 c. Genangan yang terjadi di lokasi ini terjadi karena daerah rendah dan cekung, aliran air pada badan jalan tidak bisa masuk ke saluran (tertutup) yang ada di sisi jalan.

174 II-174 Beberapa permasalah drainase di Kota Ngadirejo dapat disimpulkan : Peningkatan debit Air limpasan atau kiriman dari daerah/kawasan lain, menyebabkan peningkatan debit air. Saluran drainase tidak dapat menampung air, akibatnya air meluap dan terjadilah banjir atau genangan. Kondisi tersebut dapat terlihat di Desa Petirejo yang merupakan salah satu desa hasil delinasi Kota Ngedirejo. Gambar 2.49 Lokasi Genangan Ngadirejo Terjadinya sedimentasi Sedimentasi merupakan proses penumpukan material. Karena tidak adanya peran serta masyarakat dalam hal pemerlihraan saluran, penumpukan material terus berlangsung, sehingga endapan akan semakin banyak. Sedimentasi tersebut menyebabkan perubahan dimensi saluran serta mempengaruhi energy spesifik penampang saluran sehingga secara tidak langsung dapat mengakibatkan kurang optimumnya kinerja saluran.

175 II-175 Gambar 2.50 Lokasi Genangan Ngadirejo Peningkatan jumlah penduduk Meningkatnya jumlah penduduk khususnya di kawasan perkotaan Ngadirejo sangat cepat. Peningkatan jumlah penduduk selalu di ikuti dengan peningkatan limbah, baik itu limbah cair maupun sampah. Disamping itu juga diperlukan penambahan infrastruktur perkotaan, seperti bangunan rumah, jalan, saluran drainase, dan lain sebagainya. Padahal luas lahan tetap (tidak mengalami penambahan luas), akibatnya bangunan rumah tidak teratur dan ruang terbuka yang dijadikan sebagai peresapan berkurang. Infrastruktur yang tadinya sudah direncanakan linier (mengikuti jalan), menjadi tidak beraturan. Banyak sekali saluran yang masuk ke perumahan warga. Gambar 2.51 Lokasi Genangan Ngadirejo

176 II-176 Penyempitan dan pendangkalan saluran Penyempitan dan pendangkalan saluran disebabkan karena ulah manusia sendiri. Manusia mendirikhan bangunan diatas saluran, sehingga menyebabkan saluran tersebut menyempit pada titiktitik tertentu. Gambar 2.52 Lokasi Genangan Ngadirejo Limbah sampah Sampah merupakan salah satu penyebab tidak berfungsinya saluran drainase. Jumlah volume sampah meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Dari kondisi eksisting saluran di kawasan Kota Ngadirejo banyak ditemui sampah. Gambar 2.53 Lokasi Genangan Ngadirejo

177 II-177 Cara penanganan masalah drainase yang disebabkan oleh sampah adalah: Dibuat bak pengontrol atau saringan, agar sampah yang tidak sengaja masuk ke saluran drainase dapat dibuang dengan cepat Pemberian penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan (buang sampah sembarangan) Mengelola air limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas sarana drainase yang sesuai dengan besarnya daya tampung saluran Lebar saluran tidak sesuai dengan debit air Pesatnya pembangunan di Kota Ngadirejo, khususnya pembangunan perumahan menyebabkan tidak adanya lahan yang digunakan untuk pembangunan sarana infrastruktur pendukung permukiman, khususnya saluran drainase. Lebar saluran tidak sebanding dengan banyaknya debit yang harus ditampung. Gambar 2.54 Lokasi Genangan Ngadirejo

178 II-178 Tidak adanya inlet jalan Pada umumnya saluran drainase jalan terletak di samping kanankiri jalan. Air hujan yang turun di jalan akan masuk ke saluran drainase melalui inlet atau dikenal dengan street inlet. Tidak adanya inlet di sepanjang jalan, menyebaban air yang turun di jalan akan mengalir dan terjadi penumpukan di tempat yang lebih rendah atau cekungan. Gambar 2.55 Lokasi Genangan Ngadirejo b. Kelembagaan dan Peraturan 1) Kelembagaan Aspek legal/ hukum yang selama ini menangai pengelolaan drainase lingkungan adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung sesuai Perda No. 1 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Temanggung Nomor 15 Tahun 2008 tentang Organisasi dan tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Temanggung yaitu pada di Bidang Tata Kota, pada Seksi Pertamanan dan Penerangan Jalan Umum. Instansi yang berwenang dalam pengelolaan saluran drainase di Kabupaten Temanggung adalah Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Temanggung Bidang Cipta Karya dan instansi terkait.

dengan panjang 2,5 km.

dengan panjang 2,5 km. Sungai (DAS), Sub DAS, dan S ub-sub DAS sebagaimana tertera pada tabel 2.6. Tabel 2.6. Pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Temanggung Tahun 2012 No Nama DAS Nama Sub DAS Nama Sub-sub DAS Luas

Lebih terperinci

a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki wilayah seluas Ha. Secara Administratif Kabupaten

a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki wilayah seluas Ha. Secara Administratif Kabupaten 2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Temanggung merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki

Lebih terperinci

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM

LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM LETAK GEOGRAFIS DAN KEADAAN ALAM PETA WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG Temanggung Dalam Angka Tahun 2011 1 LETAK GEOGRAFI Kabupaten Temanggung terletak antara : 110 o 23' - 110 o 46'30" Bujur Timur 7 o 14'

Lebih terperinci

hari atau rata-rata 10,33 hari/bulan. hutan, perkebunan dan lahan lainnya. atas sebagaimana tergambar pada tabel 2.9.

hari atau rata-rata 10,33 hari/bulan. hutan, perkebunan dan lahan lainnya. atas sebagaimana tergambar pada tabel 2.9. Januari sampai dengan Desember 2013 adalah sebanyak 124 hari atau rata-rata 10,33 hari/bulan. g. Penggunaan Dilihat dari jenis penggunaan lahan kawasan budidaya terdiri dari penggunaan untuk sawah, permukiman/

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas Wilayah dan Pemanfaatan Lahan Kabupaten Temanggung secara geografis terletak antara garis 110 0 23-110 0 00 30 Bujur Timur dan antara garis 07 0 10-07

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung bujur timur dan LS. Kabupaten Temanggung

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung bujur timur dan LS. Kabupaten Temanggung IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung 1. Letak Geografis Secara geografis Kabupaten Temanggung terletak antara 110 23 110 46 30 bujur timur dan 7 14 7 32 35 LS. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG DAERAH Pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan daerah Tahun 2016, merupakan pelaksanaan tahun ketiga dari masa jabatan pasangan Drs. H. M. BAMBANG SUKARNO

Lebih terperinci

Penutup. Sekapur Sirih

Penutup. Sekapur Sirih Penutup Sensus Penduduk 2010 merupakan kegiatan besar bangsa Indonesia melibatkan petugas yang banyak. Hasil sensus sangat penting untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan. Melalui perencanaan yang matang

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DISKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Temanggung 1. Kondisi Geografis Provinsi Jawa Tengah mempunyai dua puluh sembilan kabupaten dan enam kotamadya, salah satu kabupaten tersebut

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

1) Struktur Ekonomi Daerah. terbesar dalam penyusunan PDRB.

1) Struktur Ekonomi Daerah. terbesar dalam penyusunan PDRB. dibandingkan dengan garis kemiskinan yang merupakan rupiah yang diperlukan agar penduduk dapat hidup layak secara minimum pangan dan non pangan esensial, nilainya lebih tinggi sehingga dapat asumsikan

Lebih terperinci

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung Tabel 2.17. Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam No Jenis Bencana Alam Kecamatan 1 Potensi Tanah Longsor Tretep, Wonoboyo, Bejen, Candiroto, Gemawang, Kandangan, Jumo, Bansari, Kledung, Kaloran, Kranggan,

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak Geografis dan Administrasi Pemerintahan Propinsi Kalimantan Selatan memiliki luas 37.530,52 km 2 atau hampir 7 % dari luas seluruh pulau Kalimantan. Wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Kabupaten Temanggung 1. Profil Kabupaten Temanggung Kabupaten Temanggung adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah, ibukotanya adalah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

Pencapaian sasaran dan indikator pada misi III ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.21 Pencapaian Misi III dan Indikator

Pencapaian sasaran dan indikator pada misi III ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 3.21 Pencapaian Misi III dan Indikator Mewujudkan peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan dan perkotaan yang layak dan berwawasan lingkungan. Pada misi III yaitu mewujudkan peningkatan infrastruktur permukiman perdesaan dan perkotaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM Letak, luas dan batas wilayah Kabupaten Temangung

BAB II GAMBARAN UMUM Letak, luas dan batas wilayah Kabupaten Temangung 1 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Gambaran umum Kabupaten Temangung 2.1.1 Letak, luas dan batas wilayah Kabupaten Temangung Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah dengan bentangan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas bagaimana letak, batas dan luas daerah penelitian, morfologi daerah penelitian, iklim daerah penelitian, dan keadaan penduduk daerah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

Penatatan ruang daerah bertujuan mewujudkan ruang kabupaten berbasis. pertanian yang didukung industri, perdagangan, pariwisata dan sosial

Penatatan ruang daerah bertujuan mewujudkan ruang kabupaten berbasis. pertanian yang didukung industri, perdagangan, pariwisata dan sosial 3.1. KABUPATEN TEMANGGUNG Penatatan ruang daerah bertujuan mewujudkan ruang kabupaten berbasis pertanian yang didukung industri, perdagangan, pariwisata dan sosial budaya masyarakat dalam kesatuan sistem

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN

KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN Piramida Penduduk Kabupaten Temanggung Tahun 2010 21 Tabel 3.1.1 Penduduk Kabupaten Temanggung Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Kelompok Umur (1) (2)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro BAB III DATA LOKASI 3.1 Data Makro 3.1.1 Data Kawasan wilayah Kabupaten Sleman yaitu : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang (Provinsi Jawa Tengah) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI W I L A Y A H

KONDISI W I L A Y A H KONDISI W I L A Y A H A. Letak Geografis Barito Utara adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah, berada di pedalaman Kalimantan dan terletak di daerah khatulistiwa yaitu pada posisi 4 o

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perbandingan Data Elevasi 1. DEM dan Kontur BIG Perbandingan antara data elevasi DEM dan Kontur BIG disajikan dalam perbandingan 100 titik tinjauan elevasi yang tersebar merata

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Profil Daerah 1. Letak Geografis Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Karanganyar ± 77.378,64 ha terletak antara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Brosot, secara administratif terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Brosot merupakan akses masuk

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 214 218 DINAS PERTANIAN PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG 1 HALAMAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah pada hakekatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah pada hakekatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN 3.1 Data Lokasi Gambar 30 Peta Lokasi Program Studi Arsitektur - Universitas Mercu Buana 62 1) Lokasi tapak berada di Kawasan Candi Prambanan tepatnya di Jalan Taman

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Sekilas Tentang Temanggung Secara administratif, Temanggung adalah salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah (Lihat gambar 4.1.). Kabupaten Temanggung terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

terendah pada tahun ) Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

terendah pada tahun ) Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan 2008-2112 Uraian 1 Bekerja 154.014 151.073 168.531 147.789 n.a 2 Mencari Kerja 6.113 7.013 8.699 12.145 n.a 3 Angkatan Kerja 162.135 160.095 177.230 161.945 n.a 4 Partisipasi Angkatan Kerja (%) 95,0 94,4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

I. KARAKTERISTIK WILAYAH I. KARAKTERISTIK WILAYAH Sumber : http//petalengkap.blogspot.com. Akses 31 Mei 2016 A B Gambar 1. A. Peta Jl Magelang, B. Peta Jl Solo Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Sumber : Dinas CIPTARU Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan A. Kondisi Geografis Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

Data. - Data Primer - Data Sekunder

Data. - Data Primer - Data Sekunder Analisa Prgramming Tinjauan Lkasi Kndisi Eksisting Kndisi Site Batas batas wilayah (Makr & Mikr) Ptensi Lkasi ALR BERPIKIR (Pengembangan Ptensi Perkebunan) (Perancangan Agrwisata Strawberry) LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Dalam rangka peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan sektor pertanian yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah berupaya melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI 3.1 Deskripsi Umum Lokasi Lokasi perancangan mengacu pada PP.26 Tahun 2008, berada di kawasan strategis nasional. Berda satu kawsan dengan kawasan wisata candi. Tepatnya

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi usaha kecil dan menengah, penanaman modal, kebudayaan, pemuda dan olahraga, kesatuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis

dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi Angka kematian ibu per kelahiran hidup turun drastis dengan 7 (tujuh), sedangkan target nomor 8 (delapan) menjadi kewenangan pemerintah pusat. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup turun drastis pada tahun 2011, hal ini karena kasus kematian ibu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah dengan bentangan Utara ke Selatan 34,375 Km dan Timur ke Barat 43,437 Km. kabupaten Temanggung secara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci