BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Deskripsi Pasar Tradisional Kota Makassar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Deskripsi Pasar Tradisional Kota Makassar"

Transkripsi

1 150 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Deskripsi Pasar Tradisional Kota Makassar Jumlah pasar tradisional yang ada di Kota Makassar adalah 16 unit yaitu: Makassar Mall, Terong, Butung, Kampung Baru, Pannampu, (Kalimbu, Kerung-kerung), Maricaya, (Sawah,Mamajang), (Sambung Jawa, Cendrawasih), Pa'baeng-baeng, Parangtambung, Panakukkang, Daya, Mandai, Tamalanrea, Darurat. Dari 16 pasar tersebut, penulis mengambil 3 pasar tradisional yang menjadi pertimbangan dimana target dan realisasi pendapatan tidak tercapai/terpenuhi. Pasar-pasar tersebut adalah pasar tradisional Terong, pasar tradisional Niaga Daya, pasar tradisional Maricayya. Pasar-pasar tersebut mempunyai sejarah berdirinya masing-masing sebagai berikut. 1. Pasar Terong Bila merujuk pada cerita Haji Tula, salah seorang pedagang buah pertama di pasar Terong, maka hadirnya pasar ini pertama kali sudah muncul di tahun 1960 atau setidaknya akhir tahun 1950-an. Suatu masa yang bersamaan dengan gelombang migrasi kedua dari desa-desa di Sulawesi Selatan. Kemunculannya pertama kali bukan inisiatif pemerintah atau siapapun melainkan oleh para pedagang sendiri yang kemudian meramaikan

2 151 area kecil di ujung Selatan jalan Terong atau dekat dengan jalan Bawakaraeng yang dulu bernama jalan Maros (Maros weg). Demikian, berawal dari pagandeng (dengan sepeda) dan palembara (dengan pikulan) yang membawa aneka buah dan sayur mayur terjadilah transaksi atau jual beli di area jalan Terong dan lorong-lorong sekitarnya seperti kini menjadi jalan Mentimun, jalan Kubis, jalan Sawi dan sebagainya. Kurang lebih 7 tahun sejak munculnya pertama kali, bangunan pasar mulai terlihat di tahun 1967 hingga Menurut beberapa pedagang yang hidup saat itu, wujud pasar hanyalah bertiangkan bambu dan beratapkan nipa. Saat itu, kanal Panampu belum selebar dan sekotor sekarang ini. Kanal itu dulunya hanya sebuah got besar yang oleh penduduk setempat disebut solongang lompoa yang dipenuhi kangkung dan rumput liar di kedua sisinya. Area pasar sendiri masih sangat terbatas infrastrukturnya sehingga setiap musim hujan selalu terjadi banjir. Bila banjir tiba, maka bagian-bagian dalam bangunan pasar dapat hanyut seperti hanyutnya buah-buah dagangan seperti mangga, salak, kedondong dan lain-lain. Sekitar 1967, terjadi kebakaran hebat di area perkampungan Terong, atau kini dikenal kelurahan Tompobalang. Banyak warga kehilangan tempat tinggal dan dipindahkan ke area lain seperti di sekitar pasar Karuwisi atau sebelah Utara Kebun Binatang, Rappokalling, Rappojawae, Korban , Cambayya dan belakang Galangan Kapal (Capoa). Lokasi eks-kebakaran ini kemudian oleh pemerintah kota, saat itu walikota adalah HM. Daeng

3 152 Patompo, dibangunkan pasar permanen berupa front toko dan lods-lods yang tahap pekerjaannya dilakukan sejak tahun 1970 oleh PT Antara. Pada tahun 1971 pasar Terong diresmikan dan ditempati oleh pedagang. Bentuk bangunan masih sederhana. Berdasarkan ilustrasi Siswandi yang melakukan riset etnografis di pasar Terong menyebutkan bahwa bagian luar pasar berbentuk front toko yang menyerupai huruf U. Front toko ini mirip dengan bangunan rumah toko (ruko) tetapi tidak bertingkat dan ukurannya lebih kecil. Di sebelah Barat yang menjadi bagian tengah front toko adalah pintu gerbang yang menghubungkan pasar Terong dengan jalan Terong (Siswandi, 2009). Di sebelah Selatan juga terdapat pintu gerbang di antara jejeran front toko dan beberapa pedagang Tionghoa juga sudah di sana. Di atas pintu gerbang tersebut adalah tempat kantor pasar. Di bagian Timur bisa ditemukan sebuah Mushalla yang terletak di atas pintu gerbang tersebut. Sementara di bagian Utara tidak terdapat front toko. Di tengah front toko terdapat hamparan los induk, dan beberapa hamparan los kecil di tiap sisinya. Adapun kondisi jalan Terong di sekitar tahun 1980 masih berupa pengerasan atau aspal berkerikil. Di era tahun 1980 hingga 1990-an, penataan pedagang pasar mencapai titik ekstrimnya di mana pedagang pasar berada dalam kontrol anggota militer yang bertugas menjaga keamanan. Tahun-tahun tersebut pedagang pasar Terong bersentuhan sehari-harinya dengan aparat militer khususnya seorang anggota yang bernama Sampe atau pak Sampe. Bentuk

4 153 kontrolnya dapat dilihat melalui banyaknya pos militer yang ditempatkan di area pasar Terong, yakni 2 pos di dua sisi jalan Terong, dan 2 pos di dua sisi jalan Sawi (samping kanal). Tidak boleh pedagang berjualan di luar area front toko atau area pasar yang ada, demikian petunjuk penataan yang harus dilaksanakan. Saat itu, jumlah pedagang sudah marak. Harga satu kios atau satu tempat di dalam front toko tersebut bisa mencapai Rp ,- yang nilainya menurut salah satu informan di pasar Terong senilai dengan menjual sepetak sawah di kampung. Akibatnya persoalan klasik timbul di mana tidak semua pedagang dapat membeli tempat di dalam front toko. Pilihan yang tersedia adalah berjualan di luar front dan memilih kucing-kucingan dengan pak Sampe dan anggota militer lainnya. Bila ketahuan, maka resiko memperoleh tendangan ataupun gebukan dari tongkat kayu yang disinyalir beralirkan listrik itu akan mengenai tubuh pedagang yang membandel. Tentu ada pula pedagang yang memilih pindah ke pasar lain, seperti ke pasar Panampu. Tapi tak jarang, banyak yang akhirnya memilih kembali ke pasar Terong dan melakukan serangkaian perlawanan dalam menghadapi kerasnya militer melakukan pengamanan. Dari ragam cerita yang dituturkan oleh pedagang yang pernah mengalaminya seperti Daeng Nur (49) di mana ia harus berpura-pura gila untuk menemui pelanggannya dan membuat janji untuk bertemu di tempat tertentu untuk melakukan transaksi sesuai pesanan pelanggan. Lain lagi

5 154 cerita Daeng Jama (55) dimana ia menyuruh putri-putrinya untuk menjaga barang dagangan agar anggota militer itu tidak mengganggu. Malah seorang diantaranya akhirnya menikah dengan tentara itu. Lain lagi dengan pak Dolly (40an) yang karena saat itu adalah pedagang plus peminum Anggur tanpa ragu mengajak beberapa tentara untuk minum bersama dan saling kenal di kedai tempat dia mangkal agar jualannya tidak diganggu. Macam-macam saja cerita pedagang mengakali ketatnya pengawasan pak Sampe ini. Inilah bentuk perlawanan pedagang atas berbagai kontrol yang diterapkan. Namun, satu hal yang pasti, pak Sampe benar-benar menjadi momok bagi pedagang yang menjual di luar area pasar. Tidak hanya itu, pasar Terong yang dikenal sebagai tempat preman berkumpul dari berbagai kampung sekitarnya, khususnya dari Maccini Gusung dan Maccini Kidul (Baru), Kandea, Barabaraya, Pucca, Rappokalling dan lainnya juga dibuat jera oleh aksi para tentara pasar ini. Pak Sampe, tentara yang berasal dari tanah Mandar dan mengomandoi rekanrekannya di pasar Terong ini benar-benar ditakuti. Menjelang tahun 1994, ide untuk melakukan revitalisasi pasar tahap kedua bergulir. Berawal dari sebuah studi banding yang dilaksanakan oleh walikota Makassar saat itu, Malik B. Masri di Hawaii, USA, terbersitlah keinginan merombak pasar Terong menjadi sebuah pasar modern. Saat itu, terpilihlah PT. Prabu Makassar Sejati sebagai developer dimana Ferry Soelisthio sebagai komisaris yang memenangkan tender untuk revitalisasi

6 155 pasar tradisional. Mulailah persoalan baru muncul menghampiri pedagang pasar Terong. Dengan desain yang terlalu moderen lahirlah sebuah gedung berlantai 4, yakni lantai dasar, 1, 2, dan 3 di lahan seluas m2. Sebagaimana revitalisasi tahap pertama di masa walikota Daeng Patompo, revitalisasi tahap kedua ini juga menuai banyak masalah. Persoalan klasik juga mencuat, harga kios dan lods terlampau mahal bagi pedagang kecil yang mendominasi berdagang di pasar Terong. Banyak yang dengan terpaksa membeli kios yang berharga juta rupiah atau lods bagi pedagang kecil karena tiada pilihan lain, walau banyak pula yang memilih mengisi badan jalan di luar bangunan yang kini berdiri. Masalah lain timbul seiring kepindahan pedagang ke dalam gedung baru. Tidak sampai 6 bulan, para pedagang basah kecewa dengan sulitnya proses angkut barang naik turun setiap harinya. Belum lagi pembeli yang tidak ingin naik hingga ke lantai 2 apalagi lantai 3. Pembeli berkurang berarti pemasukan minim. Pemasukan minim berimplikasi pada cicilan tempat terhambat sementara biaya untuk mencukupi anggota keluarga di rumah juga dituntut setiap harinya. Akhirnya banyak pedagang memilih keluar dan meninggalkan tempat mereka yang sudah dibeli dan sedang berjalan cicilannya. Ramailah kembali badan-badan jalan, lorong, trotoar, dan berbagai sudut pasar yang memungkinkan untuk ditempati. Sementara di lain pihak, developer melalui perjanjian yang dibuat dengan pedagang pembeli

7 156 kios/lods menikmati keuntungan akibat macetnya cicilan yang membuat uang muka (DP) dan diskon 12 persen menjadi milik developer tanpa harus kehilangan kios dan lods yang sudah dibeli pedagang. Hingga kini, masalah ini masih menyisakan banyak kekecewaan di hati pedagang yang terlanjur membayar mahal namun kehilangan daya melanjutkan cicilan. Tidak membayar selama 3 bulan berturut-turut berarti kehilangan uang DP dan diskon 12 persen. Memasuki awal tahun 2000-an keadaan pasar semakin semrawut. Pengusaha atau developer dan pedagang berada dalam kerugian akibat model bangunan yang dipaksakan dalam kondisi yang berbeda kultur. Pedagang pasar Terong tumbuh dalam budaya hamparan yang melebar horisontal dan kini dihadapkan pada area dengan bangunan vertikal meninggi ke atas. Mereka lalu memilih kembali melebar. Karena maraknya pedagang di luar gedung ketimbang di dalam gedung maka secara naluria dan berdasarkan kebiasaan pemerintah masa itu persoalan ini akan diselesaikan melalui pembersihan pedagang di luar gedung yang kemudian dicap liar. Maka ditempuhlah beragam cara baik legal maupun di luar kerangka regulasi. Cara legal tentulah melalui jalur resmi pemerintah seperti pengerahan satuan polisi pamong praja atau satpol PP. Lalu cara sebaliknya adalah melalui mobilisasi preman untuk melakukan aksi teror dan penyebaran ketakutan atas pedagang di pasar. Bahkan, kedua model ini dapat bekerja secara bersamaan sebagaimana terjadi di tahun 2003, 2005,

8 157 dan Dimana preman dan satpol PP turut andil dalam serangkaian pembongkaran dan penggusuran kepada pedagang. Mengenai penggunaan preman dalam upaya penataan pasar Terong bukanlah sesuatu kebohongan. Bahkan menjadi keniscayaan bagi pengusaha dan pemerintah dalam hal ini perusahaan daerah yang mengelola pasar, PD Pasar Makassar Raya. Sekian tahun berada di pasar relasi itu sudah terlihat secara nyata. Peran salah seorang yang dikenal sebagai salah satu preman di pasar Terong misalnya yang bernama Daeng X yang telah menjadi kaki tangan baik pihak developer maupun pihak tertentu di PD Pasar Makassar Raya (Wawancara dengan Daeng X, 2009). Pasar berkembang, pedagang juga berkembang tapi persoalan tetap sama, yakni ketidakadilan terhadap banyak pedagang pasar yang tidak mampu mengakses kios dan lods di dalam gedung dan merugi akibat kios/lods yang dibeli tiada dikunjungi pembeli. Pasar kini dikelola oleh dua aktor, yakni pihak developer dan pihak Perusahaan daerah milik pemerintah kota Makassar. Bentuk perlawanan pedagang juga berubah dan tidak lagi sporadis dan sembunyi-sembunyi. Di tahun 2003 sudah ada organisasi yang lahir dari kalangan mereka yang mereka sebut Persaudaraan Pedagang Pasar Terong, disingkat SADAR. Organisasi ini sudah berhasil meningkatkan nilai tawar pedagang sehingga tidak lagi terlalu rentan oleh aksi penggusuran dan ancaman teror dari preman.

9 Pasar Maricaya Pasar Maricaya yang berdiri akhir tahun 1960-an telah menjadi aset Pemerintah Kota Makassar. Adanya keinginan Walikota Ilham Arif Sirajuddin menukargulingkan (ruislag) pasar tersebut menimbulkan kegelisahan dikalangan pedagang akan kehilangan mata pencariannya. Menurut sejarah bahwa di zaman Belanda tempo dulu, lokasi pasar Maricaya yang sekarang adalah sebuah taman bunga indah milik Belanda. Bunganya sangat menawan dan menjadi kunjungan warga di sore hari. Namun setelah kemerdekaan taman bunga itu tidak lagi terurus sehingga menjadi tempat kumuh. Pasar Maricaya yang pertama berlokasi di pertigaan Jalan Bulukunyi- Jalan Monginsidi. Walikota saat itu HM Daeng Patompo, melihat bahwa pasar itu tidak lagi mendukung kemajuan kota, maka pasar Maricaya dipindahkan ketempat yang sekarang ini Jalan Veteran. Tidak ada gesekan atau ketidakpuasan dari penjual sebab letaknya persis dilewati poros jalan Veteran dan bangunannya lebih representatif. Beda dengan rencana pemindahan sekarang, muncul pro kontra khususnya masyarakat sekitar lokasi baru Jl Sungai Saddang dan dari para penjual yang sudah puluhan tahun mencari rezeki di pasar itu. Dibanding pasar Pa'baengbaeng, pasar Maricaya lebih tertib dan bukan jalan poros utama. Rasyid salah seorang pedagang mengatakan, sekalipun melepas atau menjual pasar tersebut baru sekedar rencana. Tapi hal ini sudah menjadi

10 159 beban dan tekanan bagi pedagang. "Kami yang telah menjadikan pasar Maricaya sebagai sumber mata pencaharian terancam akan hilang," katanya. Dg Naba yang juga pedagang mengatakan, "Dari hasil jualan, disamping untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, juga membiayai pendidikan anak saya. Kalau sampai pasar ini jadi dilepas Pemerintah Kota (pemkot), maka biaya kebutuhan rumah tangga saya terancam hilang," katanya. Apalagi biaya pendidikan anaknya lumayan besar, bisa-bisa putus sekolah. Soalnya tempat yang rencananya disediakan Pemkot Makassar tidak strategis, tambahnya. Lain lagi dengan suara pembeli, "Kalau pasar ini dipindahkan di Jl Sungai Saddang Baru, jelas kami akan berpikir untuk berbelanja dipasar yang baru. Soalnya ke lokasi baru akan menambah biaya transportasi, karena letak lokasi pasar tersebut, jauh dari jalur angkot maka perlu naik becak lagi," kata Murni salah seorang pengunjung pasar Maricaya. Kalau rencana kepindahan pasar Maricaya ke Jl Sungai Saddang, bukannya kami tidak terima. Cuma kondisi daerah tersebut tidak layak dijadikan pasar. "Ini kita lihat dari mobil kampas yang silih berganti. Sementara di tempat yang disediakan pemkot lokasinya kecil, kata Rudi pengunjung pasar lainnya yang berdiam di Jl Sunggai Saddang. "Belum lagi masalah kebersihannya, jelas kanal yang terletak di lokasi tersebut terancam. Coba kita lihat pasar Pa'baeng-baeng dan pasar Terong yang kanalnya kotor akibat buangan sampah pasar," ujar Rudi.

11 160 Dengan adanya penolakan tukar guling dari Anggota DPRD Kota Makassar, menjadi harapan bagi para pedagang. Penilaian Pemkot Makassar yang menganggap bahwa pasar Maricaya tidak layak lagi di lokasi tersebut terkait keindahan kota, telah menimbulkan kegelisahan dikalangan pedagang dan pembeli di pasar itu. Harapan mereka agar pasar Maricaya tidak jadi dijual atau tidak jadi dipindahkan kini hanya bertumpu pada anggota DPRD Kota Makassar yang menjadi wakil untuk menyuarakan kepentingan mereka. Rasyid salah seorang pedagang mengatakan, "Mendengar anggota DPRD Kota Makassar menolak rencana ruislag, kami sedikit lega. Sudah seharusnyalah anggota dewan memperjuangkan dan mendengar aspirasi kami," tambahnya. Hanya harapan kepada anggota dewan agar membantu menyuarakan nasib kami, kami memilih mereka karena kami menganggap mereka akan memperhatikan kami rakyat kecil, tambah Rasyid. Hal sama juga dikatakan Dg Naba, "Sebenarnya pasar Maricaya hanya membutuhkan penataan agar tidak menganggu keindahan kota, tidak perlu di jual," katanya. Belum lagi pengalaman sebelumnya, ruislag akan menyingkirkan pedagang lama 3. Pasar Daya Pasar Daya mulai digunakan tahun Di akhir tahun 1990an dan sepanjang tahun 2000-an, di kota Makassar, berbagai proyek revitalisasi

12 161 beberapa pasar tradisional berlangsung. Beberapa contoh diantaranya adalah pasar Daya menjadi Pusat Niaga Daya. Sejarah Pasar Daya Sejarah pasar Daya Makassar mempunyai sejarah yang cukup berdinamika dikarenakan terjadi beberapa peristiwa yang penting dalam sejarah perjalanan pasar ini. Pada tahun 1992 penyerahan asset ke PD Pasar Raya Makassar dalam hal pengelolaan seluruh pasar di kota Makassar (khususnya pasar daya). Selain itu, pada tahun 1992 terjadi kebakaran di pasar lama Daya yang terletak di jalan poros Perintis Kemerdekaan dengan posisi persimpangan jalan Paccerakkang yang mengakibatkan puluhan lapak pedagang pasar lama hangus terbakar, kemudian para pedagang kembali membuat lapak-lapak kecil untuk dipakai berjualan tetapi dengan kondisi yang sangat memprihatinkan. Kemudian pada tahun 1996 pada masa kepemimpinan walikota Malik B. Masri mencari solusi untuk pasar ini yang kemudian mengeluarkan kebijakan untuk membangun ulang pasar Daya Makassar dengan membebaskan tanah warga Biringkanaya seluas 7,4 hektar dalam jangka waktu 2 tahun masa pembangunan. Dengan asumsi bahwa : 1. Pasca terjadinya kebakaran di pasar lama, pemerintah kota harus membangun pasar baru

13 Pemerintah melihat lapak yang digunakan pedagang sangat tidak layak 3. Untuk mengurangi kemacetan yang terjadi di Jl. Perintis Kemerdekaan Posisi letak pasar ini sangat mengganggu poros jalan Perintis Kemerdekaan sehingga kemacetan sulit dihindari. Hal ini membuat walikota Makasssar memberikan solusi membebaskan lahan disekitar jalan Kapasa Raya. Kemudian 4 tahun kemudian di tahun 1996 lahan dibebaskan, dipaketkan dengan terminal dan Pasar Daya dengan luas 16,2 hektar. Khusus untuk pasar Niaga Daya luas 7,2 Ha di bangun tahun 1996, 2 tahun berselang masa pembangunan di tahun 1998 diresmikanlah pasar niaga daya ini oleh Bapak Malik B. Masri sebagai walikota Makassar pada waktu itu. Pada tahun 1996 pemerintah mulai membangun pasar Daya Baru yang diberi nama Niaga Baru yang pihak ketigakan oleh PT Kalla Inti Karsa (KIK) dengan kontrak kerjasama selama 25 tahun. Dimana PT KIK hanya memberikan lahan dan diberikan kesempatan untuk membangun, sehingga toko, kios-kios dan front toko selama kontrak tersebut. Sedangkan Bank BNI, Niaga, BRI dan lainnya sebagai penyalur modal usaha pedangang. Saat ini sudah ada 7 orang yang menjadi kepala pasar Niaga Daya sejak tahun 1998 yaitu : 1. Pak Salmin

14 Pak Dominiskus 3. Pak Sapudalo 4. Pak Tjahyadi 5. Pak Jafar Gala 6. Pak M. Nur Ali Tundru 7. Pak Hamka Dimana dari 6 kepala pasar Niaga Daya di atas, mereka menduduki jabatan 2 tahun dan dilakukan pergantian setiap 2 tahun. Kalau ada kesalahan dia mendapatkan mutasi. Mereka juga akan digilir ke pasar-pasar tradisional yang lain, atau bisa menjadi kepala bagian, atau tergantung prestasi kepemimpinannya. Jabatan kepala pasar adalah jabatan politik yang menjadi orang kepercayaan dari bapak walikota Makassar. Bahkan ada yang terjadi sudah dua kali membuat kesalahan bahkan dipecat tadi masih diangkat lagi di tempat lain. Dalam sistematika politik perlu dan harus mendapat perhatian. PT KIK dengan melakukan perjanjian dengan Pemerintah Kota, segala perjanjian sudah selesai disepakati termasuk izin-izin yang diberikan, penjualan toko los dan front toko. Sampai saat ini perjanjian tersebut sudah berjalan 11 tahun, Kalla Inti Karsa dalam hal ini izin-izin yang diberikan langsung dia bangun, tidak ada lagi masalah yang dibicarakan (dibahas). Kalau ada rapat pertemuan kepala pasar dengan KIK biasa dibahas adalah adipura, kebersihan dan kesehatan.

15 164 Pasar Niaga Daya memiliki 10 blok yang terdiri dari : 1. Blok A sebanyak 130 kios 2. Blok B sebanyak 140 kios (108 aktif, 32 tidak aktif) 3. Blok C sebanyak 128 kios (73 aktif, 1 tidak aktif) 4. Blok D sebanyak 128 kios (105 aktif, 23 tidak aktif) 5. Blok E sebanyak 108 kios (71 aktif, 37tidak aktif) 6. Blok F sebanyak 96 kios (50 aktif, 46 tidak aktif) 7. Blok G sebanyak 80 kios (64 aktif, 16 tidak aktif) 8. Blok H sebanyak 80 kios (58 aktif, 22 tidak aktif) 9. Blok I sebanyak 72 kios (40 aktif, 32 tidak aktif) 10. Blok J sebanyak 60 kios (4 aktif, 56 tidak aktif) Selain itu, Pasar Niaga Daya memiliki ruko sebanyak 5 blok yang terdiri dari: 1. Blok 1 sebanyak 74 ruko (73 aktif, 1 tidak aktif) 2. Blok 2 sebanyak 26 ruko (14 aktif, 12 tidak aktif) 3. Blok 3 sebanyak 64 ruko (64 aktif ) 4. Blok 4 sebanyak 50 ruko (50 aktif ) 5. Blok 5 sebanyak 47 ruko (44 aktif, 3 tidak aktif)

16 165 B. Sejarah Singkat Kota Makassar 1. Letak Geografis Jauh sebelum masa kemerdekaan, Kota Makassar telah berkembang pesat. Pada abad ke 17 Kota Makassar tercatat sebagai salah satu dari sepuluh kota terbesar di Asia. Pesatnya perkembangan Kota Makassar berdasarkan catatan sejarah, dimungkinkan oleh paling tidak empat faktor. Pertama, adalah letak strategis Kota Makassar pada bentangan Selat Makassar yang memungkinkan kemudahan akses ke dalam maupun ke luar Makassar. Kedua, faktor keterbukaan Kota Makassar dalam menerima berbagai suku bangsa dalam interaksi perdagangan internasinal, sehingga mengherankan jika beberapa abad lalu di Kota Makassar telah bermukim beberapa suku bangsa Asia dan Eropa yang hingga saat ini sebagian masih menyisahkan anak keturunan mereka. Ketiga, adalah faktor dukungan kultur maritim yang berkembang di Kota Makassar dan daerah sekitarnya yang memungkikan kemudahan terbangunnya lalu lintas laut serta perdagangan pesisir. Keempat, dukungan oleh daerah sekitar Kota Makassar mampu mensuplai kebutuhan berbagai hasil bumi untuk kebutuhan pangan. Pesatnya perkembangan Kota Makassar ternyata masih meninggalkan kesan yang mendalam bagi warga kota ini, sehingga tidak mengherankan jika makassar berubah nama menjadi Ujung Pandang, pada suatu ketika kemudian mendapat desakan dari masyarakat agar nama ini dikembalikan

17 166 untuk dapat selalu mengingatkan kenangan atas kebesaran nama Makassar yang secara formal ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 tahun Tidak hanya sebagai sebatas kenangan sejarah, melainkan saat ini sebagian besar warga Kota Makassar berharap agar kota mereka tetap menjadi kota metropolis yang dapat memberi pelayanan prima bagi kota dan pendatang,dan dapat menjadi pusat kemajuan dan perkembangan paling tidak di Kawasan Timur Indonesia. Harapan yang ini sejalan dengan kedudukan Kota Makassar sebagai lbukota Sulawesi Selatan dan sebagai gerbang bagi Kawasan Timur Kebesaran Makassar dalam catatan sejarah dan harapan warga kota menjadikan Makassar sebagai kota pelayanan yang maju dan berkembang, kemudian dihadapkan dengan berbagai permasalahan, kendala serta keterbatasan sebagaimana layaknya kota-kota lain yang tengah tumbuh dan berkembang sesuai dinamikanya. Permasalahan tersebut dapat muncul dari pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dengan berbagai konsekuensinya. Tuntutan atas peningkatan kuantitas dan kualitas pelayanan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang, keterbatasan kapasitas lingkungan atas kebutuhan dan perkembangan kota, mengharuskan adanya uapaya sistematis dalam mengarahkan perkembangan kota makassar sesuai harapan masyarkat di satu sisi dihadapakan dengan berbagai permasalahannya di lain sisi, dengan dukungan potensi Kota Makassar sebagai sektor faktor yang dapat menggerakkan pembangunan daerah.

18 167 Dalam konteks ini perencanaan pembangunan daerah memiliki keduudkan strategis dalam rangka mengarahkan harapan-harapan masyarakat dalam bentuk arah pembangunan daerah dengan tekanan pada aspek kebutuhan yang mendasar dan paling mendesak sebagai skala prioritas, karena adanaya keterbatasan untuk memenuhi seluruh kebutuhan dari dinamika dan perkembangan daerah. Dengan demikian perencanaan pembangunan dimaksud merupakan wujud dari sistematisasi kebutuhan daerah dalam rentang waktu tertentu dikaitkan dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal terakhir ini kemudian diformulasi dalam bentuk kebijakan program dan rencana kerja daerah. Dalam bentuk sistematisasi yang dikemukakan di atas maka kepentingan daerah akan diletakkan secara proporsional sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian telah disempurnakan melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberi tekanan pada perlunya otonomi daerah. Semangat otonomi daerah secara proporsional pula diletakkan pada kepentingan nasional, karena itu sistem perencanaan pembangunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mencoba mengintegrasikan antara kepentingan daerah dan kepentingan nasional secara bersamaan. Model perencanaan yang demikian ini pada akhirnya akan menciptakan

19 168 integritas penyelesaian masalah nasional dalam skala lokal dan penyelesaian masalah lokal dalam kebijakan nasional. Secara geografis, Kota Makassar berada pada kordinat 119 derajat Bujur Timur dan 5,8 derajat Lintang Selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 0-25 meter dari permukaan laut, merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0-5 derajat ke arah barat. Luas wilayah seluruhnya 175,77 km 2 daratan termasuk 11 pulau di selat Makassar dan luas wilayah perairan sekitar 100 km 2. Kota Makassar terbagi 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan, berbatasan dengan Kabupaten Pangkep di sebelah utara, kabupaten Maros di sebelah timur, Kabupaten Gowa di sebelah selatan, dan Selat Makassar di sebelah barat. Dari gambaran selintas, memberi penjelasan bahwa secara geografis makassar sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi maupun politik. Dari sisi ekonomi, Kota Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang tentunya akan lebih efisien dibandingkan dengan daerah lain. Selama ini akan makro pemerintah seolah-olah menjadikan Kota Surabaya sebagai home base pengelolaan produk-produk draft Kawasan Timur Indonesia, membuat Kota Makassar kurang dikembangkan secara optimal. Dengan mengembangkan Kota Makassar sekaligus akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan percepatan bangunan di Kawasan Timur Indonesia. Dengan demikian, dari sisi pengembangan

20 169 Kota Makassar sekaligus menjadi jalur dan simpul perekat yang strategis hubungan antara Kawasan Timur dan Kawasan Barat Indonesia. Kota Makassar mempunyai dua jenis musim setiap tahunnya, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Pada kondisi normal, musim hujan terjadi pada bulan December - April dan musim kemarau terjadi pada bulan Mei Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 177 mm dengan hari hujan rata-rata 144 hari per tahun. Iklim Kota Makassar tergolong tropis basah dengan kelembaban udara berkisar antara 74 persen 84 persen, suhu udara antara C 31,8 0 C. Berdasarkan keadaan litologi, topografi, iklim dan vegetasi yang ada, Kota Makassar direkomendasikan sebagian besar untuk kawasan pengembangan budidaya karena tidak ada syarat yang memenuhi sebagai kawasan lindung. Berdasarkan pencatatan Stasiun meteorologi Maritim Paotere, secara rata-rata kelembaban udara sekitar 77 persen, temperatur udara sekitar 26,2º-29,3ºc, dan rata-rata kecepatan angin 5,2 knot. Jenis-Jenis tanah yang ada di wilayah Kota Makassar terdiri dari tanah inceptisol dan tanah ultisol. Jenis tanah inceptisol terdapat hampir di seluruh wilayah Kota Makassar, merupakan tanah yang tergolong sebagai tanah mudah dengan tingkat perkembangan lemah yang dicirikan oleh horizon penciri cambic. Tanah ini terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu alluvium (fluviatil dan marin), batu pasir, batu liat, dan batu gamping. Tanah ;eptisol memiliki horison cambic pada horison yang dicirikan dengan -adanya

21 170 kandungan zat yang belum terbentuk dengan baik akibat proses basah kering dan proses penghanyutan pada lapisan tanah. Jenis tanah ultisol merupakan tanah berwarna kemerahan yang banyak mengandung lapisan tanah liat dan bersifat asam. Warna tersebut terjadi akibat kandungan logam - terutama besi dan aluminium yang teroksidai (weathered soil). Tanah ultisol berkembang dari batuan sedimen masam (batupasir dan batu liat) dan dari batuan volkano tua. Parameter yang menentukan persebaran jenis tanah yang ada di wilayah Kota Makassar adalah jenis batuan, iklim, dan geomorfologi lokal,sehingga perkembangannya ditentukan oleh tingkat pelapukan batuan pada kawasan tersebut. Kualitas tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap intensitas penggunaan lahannya. Tanah-tanah yang sudah berkembang horizonnya akan semakin intensif digunakan, terutama untuk kegiatan budidaya. Sedangkan kawasan-kawasan yang mempunyai perkembangan lapisan tanahnya masih tipis bisa dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Penentuan kualitas tanah dan penyebarannya ini akan sangat berarti dalam pengembangan wilayah di Kota Makassar, karena wilayah Kota Makassar terdiri dari laut, dataran rendah dan dataran tinggi, sehingga perlu dibuatkan prioritas-prioritas penggunaan lahan yang sesuai dengan tingkat perkebangan dan intensitas pemanfaatannya. Dari fakta di lapangan terlihat bahwa pada wilayah perkotaan seperti Kota Makassar sudah jarang terdapat lahan kosong milik negara dan lahan

22 171 mentah lainnya. Maka akan lebih tepat jika lahan yang ada dikategorikan berdasarkan kriteria-kriteria yang mengarah pada trend dan visualisasi psikologis dari area-area yang ada dan membaginya dalam bentuk tipologi kawasan dibanding metode tradisional yang hanya mengandalkan pengkategorian pada visual lahan yang masih kosong, ada vegetasi atau terbangun. Sehingga bila dilihat berdasarkan keadaan litologi, topografi, jenis tanah, iklim dan vegetasi yang ada. Kota Makassar direkomendasikan gian besar untuk kawasan pengembangan budidaya. Mencermati pembagian lahan dalam wilayah Kota Makassar dibagi dengan peruntukan kawasan adalah: kawasan mantap 38 persen, kawasan peralihan 11 persen, awasan dinamis 51 persen. 2. Kependudukan Penduduk Kota Makassar tahun 2010 tercatat sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Sementara itu jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2009 tercatat sebanyak jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin Rasio jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar 97,55 persen, yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki.

23 172 Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah kecamatan Tamalate, yaitu sebanyak atau sekitar 12,76 persen dari total penduduk, disusul kecamatan Biringkanaya sebanyak jiwa (12,52 persen). Kecamatan Rappocini sebanyak jiwa (11,28 persen), dan yang terendah adalah kecamatan Ujung Pandang sebanyak jiwa (2,01 persen). Ditinjau dari kepadatan penduduk kecamatan Makassar adalah terpadat yaitu jiwa per km persegi, disusul kecamatan Mariso ( jiwa per km persegi), kecamatan Mamajang ( jiwa per km persegi). Sedang kecamatan Tamalanrea merupakan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah yaitu sekitar jiwa per km persegi, kemudian kecamatan Biringkanaya jiwa per km persegi), Manggala (4.850 jiwa per km persegi), kecamatan Ujung Tanah (7.860 jiwa per km persegi), kecamatan Panakkukang jiwa per km persegi. Wilayah-wilayah yang kepadatan penduduknya masih rendah tersebut masih memungkinkan untuk pengembangan daerah pemukiman terutama di 3 (tiga) kecamatan yaitu Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala.

24 173 Tabel 3. Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan di Kota Makassar Tahun KODE WIL KECAMATAN RW RT KELURAHAN MARISO MAMAJANG TAMALATE RAPPOCINI MAKASSAR UJUNG PANDANG WAJO BONTOALA UJUNG TANAH TALLO PANAKKUKANG MANGGALA BIRINGKANAYA TAMALANREA MAKASSAR Sumber: Bappeda Kota Makassar, 2010

25 174 Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kota Makassar Tahun LAJU KODE KECAMATAN PENDUDUK PERTUMBUHAN WIL PENDUDUK MARISO , MAMAJANG , TAMALATE , RAPPOCINI , MAKASSAR , UJUNG PANDANG , WAJO , BONTOALA UJUNG TANAH , TALLO , PANAKKUKANG , MANGGALA ,9 110 BIRINGKANAYA , TAMALANREA , MAKASSAR ,65 Sumber: Bappeda Kota Makassar, 2010 Berdasarkan tabel di atas adalah penduduk Kota Makassar dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini diakibatkan

26 175 oleh semakin ramainya aktivitas perekonomian di Kota ini dan menjadi sumber penghidupan bagi daerah-daerah di sekitarnya. Berkenaan dengan data tersebut adalah sangat penting pula diketengahkan masalah jumlah penduduk dilihat dari sisi kecamatan dan jenis kelamin serta sex rationya yang dapat dilihat pada tabel berikut:

27 176 Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin Dan Sex Ratio Kota Makassar, 2010 KODE WIL KECAMATAN Laki- Laki PENDUDUK Perempuan Jumlah RASIO JENIS KELAMIN 010 MARISO , MAMAJANG , TAMALATE , RAPPOCINI , MAKASSAR , UJUNG PANDANG , WAJO , BONTOALA , UJUNG TANAH , TALLO , PANAKKUKANG , MANGGALA , BIRINGKANAYA , TAMALANREA , MAKASSAR ,55 Sumber: Bappeda Kota Makassar, 2010

28 177 Tabel 6. Persentase Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Makassar Tahun KODE WIL KECAMATAN PERSENTASE PENDUDUK KEPADATAN PENDUDUK (Per Km 2 ) MARISO 4,36 4, , MAMAJANG 4,82 4, , TAMALATE 12,14 12, RAPPOCINI 11,40 11, MAKASSAR 6,61 6, UJUNG PANDANG 2,28 2, WAJO 2,79 2, BONTOALA 4,93 4, UJUNG TANAH 3,86 3, TALLO 10,79 10, PANAKKUKANG 10,73 10, MANGGALA 7,90 8, BIRINGKANAYA 10,27 12, TAMALANREA 7,11 7, MAKASSAR 100,00 100, Sumber: Bappeda Kota Makassar, Kondisi Ekonomi Dalam kerangka pembangunan jangka menengah Kota Makassar dibutuhkan analisis kondisi ekonomi dan pembiayaan pembangunan pada

29 178 berbagai sektor dalam kurung waktu lima tahun untuk menjadi dasar dalam merumuskan kebiiakan pembangunan di bidang ekonomi guna mencapai tujuan kesinambungan pembangunan jangka panjang. Analisis kondisi ekonomi dan pembiayaan pembangunan dimaksud adalah kondisi makro ekonomi dan kondisi eksternal ekonomi. a. Kondisi Makro Ekonomi Kondisi makro ekonomi Kota Makassar dapat diukur dari beberapa indikator. Indikator makro ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memperlihatkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Nilai PDRB Kota Makassar pada tahun 2010 telah mencapai angka 37,01 triliun rupiah, terjadi sekitar 103,72 % bila dibandingkan keadaan tahun 2006 yang masih 18,17 triliun rupiah. Terjadi kenaikan nilai PDRB sekitar 18,37 % dari tahun 2009 yaitu 31,26 triliun menjadi 37,01 triliun pada tahun Indikator makro ekonomi lainnya yaitu pendapatan perkapita, memperlihatkan perkembangan PDRB perkapita yang cukup menggembirakan,dimana pada tahun 2006 angka PDRB perkapita atas dasar harga berlaku mencapai Rp kemudian tahun 2007 menjdi RP Begitupun pada tahun 2008, 2009, 2010, terus mengalami kenaikan masing-masing Rp , Rp , dan tahun 2010 Rp Indikator ekonomi yang cukup menggembirakan ini juga ditandai dengan semakin tertekannya laju inflasi, di mana pada tahun 2004 mencapai rata-rata 10, 17 persen dan pada tahun 2008 berada pada kisaran angka 7,10 persen. Akan

30 179 tetapi laju Inflasi kota Makassar tahun kalender (Januari-Mei 2012) sebesar 1,77 persen lebih rendah dibanding inflasi periode Januari-Mei 2008 sebesar 4,32 persen, tetapi lebih tinggi dibanding periode Januari-Mei 2009 sebesar 0,04 persen; Januari-Mei 2010 sebesar 1,17 persen; dan Januari-Mei 2011 sebesar 0,85 persen. Sedangkan Laju inflasi "year on year" dari Mei 2012 terhadap Mei 2011 sebesar 3,81 persen lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2008 sebesar 7,24 persen, tahun 2009 sebesar 7,21 persen; tahun 2010 sebesar 4,40 persen; dan tahun 2011 sebesar 6,49 persen. Peranan struktur ekonomi Kota Makassar terhadap PDRB Kota Makassar, tampak bahwa sektor kegiatan ekonomi yang paling besar kontribusinya terhadap pertumbuhan PDRB Kota Makasssar pada tahun 2010 adalah didominasi oleh peranan sektor perdagangan, hotel dan restoran sekitar 29,08 persen, diikuti sektor industri pengolahan sekitar 19,69 persen, jasa-jasa sekitar 16,26 persen, sektor angkutan masing-masing sekitar 14,33 persen, sektor keuangan dan persewaan sekitar 10,25 persen dan selanjutanya adalah sektor bangunan sekitar 7,83 persen.selebihnva sektor listrik dan air bersih sekitar 1,81 persen, pertanian dan pegadaian masing-masing 0,74 persen dan 0,01 persen. Realisasi anggaran pendapatan daerah di Kota Makassar pada tahun 2010 sebesar Rp ,85 dan pada tahun 2009 sebesar Rp ,79, sehingga terdapat kenaikan sekitar 19,42 persen/ Sementara realisasi belanja daerah padatahun 2010 sebesar Rp.

31 ,67 dan pada tahun 2009 sebesar ,01 dan bisa dikatakan terdapat penurunan sektor 1,72 persen. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kota Makassar selama periode tahun cukup menggembirakan. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi kota Makassar mencapai 9,83 persen, sementara tahun 2009 sebesar 9,20 persen. b. Kondisi Ekstemal Ekonomi Kecenderungan global yang semakin menguat menuntut perlunya daya saingnya ekonomi daerah terutama daya saing komoditi ekspor unggulan, oleh karena ekspor sebagai salah satu sumber penerimaan daerah yang diharapkan dapat memberi kontribusi terhadap peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB). Karena itu peluang-peluang untuk membangun jaringan ekspor ke negara tujuan perlu ditingkatkan. Data menunjukkan bahwa selam lima tahun volume ekspor komoditi uggulan yang melalui pelabuhan Makassar mengalami perkembangan, yakni pada tahun 1999 sebesar ton meningkat menjadi ton pada tahun 2004 atau mengalami pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 10,6 persen. Perkembangan ini tetap berlanjut dan menunjukkan peningkatan di atas rata-rata 10 persen sampai dengan tahun Ekspor tersebut didominasi oleh hasil pertanian dan hasil industri olahan. Perkembangan volume ekspor tersebut sangat dimungkinkan karena daya dukung untuk perkembangan ekspor ke depan sangat kuat. Kota Makassar sebagai simpul

32 181 titian ekonomi di mana daerah hinterland-nya penghasil komoditi unggulan seperti udang, kakao, kopi, cengkeh, lada, dan hasil bumi lainnya berpotensi untuk dikembangkan. Integrasi ekonomi Kota Makassar tehadap ekonomi global juga ditandai dengan adanya kerjasama investasi di bidang pengembangan sektor perdagangan. Selain itu, permintaan ekspor juga ditandai dengan meningkatnya permintaan negara-negara maju dan stabilitas perekonomian dunia yang semakin membaik. Dari sisi internal, perekonomian kota Makassar adalah bagian integral perekonomian nasional dan regional terutama Kawasan Timur Indonesia dan Provinsi Sulawesi Selatan pada khususnya. Keterkaitan yang kuat ini memberi dampak positif. Dampak positif dilihat dengan adanya komitmen pemerintah pusat untuk melakukan perbaikan ekonomi pada setiap daerah. Dengan undang-undang otonomi daerah memberi ruang gerak padaa pemerintah daerah untuk melakukan optimalisasi potensi lokal, dan dalam kenyataannya belum sepenuhnya dapat tercapai. Di satu sisi adanya keterbatasan dalam hal pembiayaan pusat ke daerah dan kondisi makro perekonomian hanya bertumbuh pada tingkat nasional di bawah 10 persen, dan di lain sisi dana alokasi umum sebagai dana perimbangan yang diperuntukkan untuk pembangunan suatu daerah tidak menunjukkan kenaikan yang berarti. Dengan kondisi seperti ini memberi isyarat pentingnya mengoptimalkan potensi lokal di berbagai sektor sebagai sumber penerimaan

33 182 daerah yang diharapkan dapat membiayai pembangunan secara berkelanjutan. 4. Kondisi Sosial Budaya Penduduk Kota Makassar adalah masyarakat yang majemuk dilihat dari agama dan keyakinan yang mereka anut. Berdasarkan hasil sensus penduduk menunjukkan penduduk Kota Makassar beragama Islam sebesar 88,20 ersen, Protestan 6,63 persen, Katolik 3,20 persen, Budha 1,61 persen, Hindu 0,20 persen, dan lain-lain 0,16 persen. Selain keanekaragaman latar belakang agama, penduduk Kota Makassar juga mempunyai keanekaragaman latar belakang suku bangsa dan budaya. Penduduk Kota Makassar terdiri dari 4 suku bangsa, terbesar adalah suku Makassar 42,61 persen, suku Bugis 32,19 persen, suku Mandar 6,42 persen, suku toraja 5,91 persen, dan lain lain 12,65 persen. Perkembangan pembangunan dibidang spiritual dapat dilihat dari besarnya sarana peribadatan masing-masing agama. Tempat peribadatan umat Islam berupa mesjid dan mushalla pada tahun 2009 masing-masing berjumlah 923 buah dan 48 buah. Tempat peribadatan Kristen berupa gereja masing-masing 137 buah gereja protestan dan 8 buah gereja katholik. Tempat peribadatan untuk agama Budha dan Hindu masingmasing berjumlah 26 buah dan 3 buah. Dalam kemajemukan sosial budaya, masyarakat Kota Makassar diharapkan pada arus informasi yang sangat deras yang kemudian nilai-nilai

34 183 baru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai tersebut dalam batas-batas tertentu dapat menjadi ancaman kultural terhadap nilai-nilai budaya yang telah ada serta rangkaian terciptanya area konflik kultural. Kota Makassar sebagai pusat pembangunan dan pelayanan niaga dan jasa Sulawesi Selatan dan bahkan di Kawasan Timur Indonesia, membawa konsekuensi daerah ini sebagai tujuan mobilitas penduduk baik karena alasan pekerjaan maupun karena alasan pendidikan. Data hasil survey mengungkapkan bahwa alasan utama migran masuk ke Kota Makassar adalah alasan pendidikan 63,4 persen, alasan pekerjaan dan mencari pekerjaan 17, 2 persen. Sementara khusus jumlah migran yang pindah ke Makassar lima tahun terakhir sebesar 10,42 persen dari total jumlah penduduk Kota Makassar. Faktor-faktor yang disebutkan ini, ditambah dengan mudahnya para imigran untuk mendapatkan kartu penduduk diduga berpotensi sebagai penyebab besarnya angka pengangguran di samping pertumbuhan ekonomi sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja yang tidak sebanding dengan angka pertumbuhan pencari kerja. Selain itu, Kota Makassar juga masih dihadapkan pada isu strategis berupa perlunya kesetaraan gender dan pengembangan potensi pemuda yang dapat mendukung akselerasi pembangunan kota dalam berbagai dimensi kepentingan.

35 184 C. Deskripsi Perusahaan Daerah Pasar Raya Kota Makassar Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan secara geografis terletak di panatai barat pulau Sulawesi (Selat Makassar) dengan garis koordinat 119 o 24 17,38 BT dan o 8 6,19 LS dengan luas wilayah Ha atau 175,77 Km. Saat ini Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan, 143 Kelurahan dan berpenghuni sekitar jiwa penduduk dengan pertembuhan ekonomi 8.11% per tahun. Makassar juga merupakan pusat pertumbuhan wilayah dengan pengembangan ikawasan timur Indonesia yang ditunjang dengan fasilitas pelayanan antara lain bandara internasional Sultan Hasanddin, pelabuhan Makassar dan Terminal Cargo, Perguruan Tinggi, Balai Penelitian, sarana komunikasi dan informasi serta saranan penunjang lainnnya termasuk Pasar Tradisonal. Pemerintah kota Makassar mempunyai 16 unit pasar yang letaknya tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Saat ini penglolaan ke-16 unit pasar tersebut diserahkan kepada Perusahaan Daerah (PD) Pasar Makassar Raya Kota Makassar, salah satu perusahaan daerah yang dibentuk Pemerintah Kota berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 1999 Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah (Otoda) yang dititikberatkan pada daerah kabupaten dan kota, maka Pemerintah Kota Makassar berupaya mengembangkan mekanisme pembiayaan dengan menggali berbagai bentuk pembiayaan yang potensial untuk menunjang

36 185 pembangunan Kota sekaligus peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat termasuk penyedia infrastruktur pasar yang representative termasuk pasar tradisional. Kehadiran Perusahaan Daerah (PD) Pasar Makassar Raya selain dapat merumuskan formulasi arah kebijakan dan strategi untuk mendapatkan sumber pembiayaan untuk melengkapi sarana dan prasarana pasar PD. Pasar Makassar Raya diharapkan dapat membiayai dirinya sekaligus dapat memberi keuntungan dalam bentuk deviden ke kas Pemerintah Kota Makassar Dalam rangka optimalisasi pencapaian target dan keberhasilan pengembangan PD. Pasar Makassar Raya maka dirumuskan suatu BISNIS PLAN PD. Pasar Makassar Raya. Bisnis Plan tersebut adalah rencana taktis dan strategis yang memuat permasalahan dan rencana tindak perbaikan, rencana pencapaian target tahunan, serta arah kebijakan secara utuh dan menyeluruh. 1. Sejarah Berdirinya Perusahaan Pembangunan dan peremajaan pengelolaan pasar tradisional ditengah menjamurnya Pasar-pasar modern (MALL) membutuhkan investasi besar, sementra di sisi lain Pemerintah Kota menghadapi kendala dalam hal keterbatasan dana untuk melakukan investasi.

37 186 Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah Kota Makassar membentuk Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya sebagai pengganti Dinas Pengelolaan Pasar dengan dasar pembentukannya Perda No. 4 Tahun 1999 tentang pembentukan PD. Pasar Makassar Raya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah No, 17 Tahun 2002 dan ditindaklanjuti dengan SK. Walikota Nomor 8175 Tahun 1999 tanggal 11 Desember 1999, kemudian diperkuat dengan Peraturan Daerah No. 12 tahun 2004 tentang Pengurusan Pasar dalam Daerah Kota Makassar. 2. Pihak Yang Terlibat Dan Bertanggung Jawab Perusahaan Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya adalah salah satu perusahaan BUMD yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Makassar dan Walikota Makassar bertindak selaku Owner (pemilik) perusahaan. Sesuai dengan Peraturan Walikota Makassar No. 12 Tahun 2006 tanggal 27 Maret 2006 tentang PerubahanSusunan Organisasi dan Tata Kerja Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar.(Struktur Organisasi Terlampir). A. Badan Pengawas B. Direksi a. Direktur Utama b. Direktur Umum c. Direktur Operasional

38 187 C. Satuan Pengawas Internal D. Kelompok Jabatan Fungsional E. Unsur Staf a. Bagian Umum b. Bagian Keuangan c. Bagian Fisik & Prasarana d. Bagian Ketertiban & Keindahan F. Unsur Pelaksana a. Unit Pasar Makassar Mall b. Unit Pasar Terong c. Unit Pasar Butung d. Unit Pasar Kampung Baru e. Unit Pasar Pannampu f. Unit Pasar Kalimbu/Kerung-Kerung g. Unit Pasar Maricaya h. Unit Pasar Sambung Jawa i. Unit Pasar Pa baeng-baeng j. Unit Pasar Parang Tambung k. Unit Pasar Niaga Daya l. Unit Pasar Darurat

39 Rencana Pengembangan 1). Peningkatkan Kinerja Pendapatan Berkaitan dengan peningkatan kinerja pendapatan, maka Bisnis Plan PD. Pasar Makassar Raya sebagai berikut: 1. Melakukan perubahan PERDA Nomor : 8 Tahun 1996 tentang Retribusi Pasar dan Pusat Perbelanjaan 2. Melakukan usaha-usaha intentifiksi dan ekstentifikai terhadap objek jasa pengelolaan pasar melalui Tim Penagih/Monitor yang dibentuk 3. Memberikan bantuan kredit permodalan kepada pedagang melalui kerjasama dengan PD. Bank Perkreditan Rakyat Kota Makassar 4. Memanfaatkan secara optimal sarana./prasarana pasar yang ada 5. Menetapkan sanksi yang tegas sesuai ketentuan perundangundangan berlaku 6. Mengefektifkan pengawasan internal dan eksternal kepada aparat 7. Memperbaiki dan memperbaharui data potensi yang ada sehingga diperoleh data-data yang akurat dan objektif 2). Pengingkatkan Pelayanan Kebersihan Pendapatan dan penanganan masalah kebersihan pasar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan usaha-usaha Perusahaan Daerah (PD) Pasar Makassar Raya dalam peningkatan pelayanannya kepada masyarakat pengguna pasar.

40 189 Berkaitan dengan upaya peningkatan pelayanan kebersihan, maka Bisnis Plan PD. Pasar Makassar Raya ke depan adalah : 1. Meningkatkan kuatitas dan kualitas kerja parat kebersihan 2. Melakukan perbaikan saluran drainase 3. Menambah jumlah container dan tong sampah di lokasi pasar yang berpotensi besar menimbulkan tumpukan sampah 4. Mebuat landasan kontainer sampah 5. Meningkatkan kapasitas pengangkutan 4. Landasan Hukum dan Operasional 1. Peraturan Daerah nomor 4 Tahun 1999 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar 2. Peraturan Daerah Nomor 9 tahun 2000 tentang Ketentuan Pokok Badan Pengawas, Direksi dan Kepegawaian PD Pasar Makassar Raya Kota Makassar 3. Peraturan Daerah nomor 17 tahun 2002 tentang Perubahan Perda Nomor 4 tahun Peraturan Daerah nomor 12 tahun 2004 tentang Pengurusan Pasar dalam Wilayah Daerah Kota Makassar 5. Peraturan Walikota Makassar Nomor 1 tahun 2004 tentang Petunjuk Teknik Pelaksanaan Perda Nomor 12 tahun 2004

41 Peraturan Walikota Nomor 12 tahun 2006 tentang Perubahan Struktur dan Tata Kerja Perusaan Daerah Pasar Makassar Raya Kota Makassar 7. Keputusan Walikota Makassar Nomor 8175 tahun 1999 tentang Sususan Organisasi dan tata kerja PD. Pasar Makassar Raya kota Makassar 8. Keputusan Walikota Makassar Nomor 23/S.Kep/030/2001 tentang Pemisahan sebagian Barang Milik Pemerintah Kota Makassar kepada Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya 9. Keputusan Walikota Makassar Nomor 452/S.Kep/511.2/2011 tentang Penunjukan PD. Pasar Makassar sebagai penglola Pasar Milik Pemerintah Kota Makassar 10. Keputusan Walikota Makassar Nomor 741/Kep/030/2003 tentang Pemisahan sebagian Barang Milik Pemerintah Kota Makassar kepada Perusahaan Daerah Pasar Makassar Raya. 11. Keputusan Walikota Makassar nomor 290/Kep/910/2007 tentang Pengesahan KEputusan Direksi PD. Pasar Makassar Raya Nomor 974/85/I/S.Kep/PD. PSr/2007

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 42 IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Makassar terletak di pesisir barat Provinsi Sulawesi Selatan pada koordinat 119 18 30.18 sampai 119 32 31.03 BT dan 5 00 30.18 sampai 5 14

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan, 31 IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Kota Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan, kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI. Kota Makassar terletak antara bujur Timur dan

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI. Kota Makassar terletak antara bujur Timur dan BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI A. Gambaran Umum Kota Makassar 1. Letak Geografis dan Topografi Kota Makassar terletak antara 119 0 24 17 38 bujur Timur dan 5 0 8 6 19 Lintang Selatan yang berbatasan sebelah

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara administratif Kupang adalah sebuah kotamadya yang merupakan ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur, dan secara geografis terletak antara 10º39 58

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia sedang melakukan pembangunan wilayah yang bertujuan menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN

BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 4 BAB I MELIHAT SUNGAI DELI SECARA KESELURUHAN 1.1 Faktor Tapak dan Lingkungan Proyek Kasus proyek yang dibahas disini adalah kasus proyek C, yaitu pengembangan rancangan arsitektural model permukiman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KONDISI UMUM BANJARMASIN KONDISI UMUM BANJARMASIN Fisik Geografis Kota Banjarmasin merupakan salah satu kota dari 11 kota dan kabupaten yang berada dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin secara astronomis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi.

KEADAAN UMUM WILAYAH. ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi. IV. KEADAAN UMUM WILAYAH Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara makro Kabupaten Sleman terdiri dari daerah dataran rendah yang subur pada bagian selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk 33 IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG A. Letak Geografis Dan Iklim Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN TIMUR 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.050 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintahan Daerah telah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di Kota Medan saling berkaitan dengan pertambahan aktivitas yang ada di kota, yaitu khususnya dalam kegiatan sosial-ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung

BAB III DESKRIPSI WILAYAH. wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Gedung BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran umum Kabupaten Madiun a. Kondisi Geografis Kabupaten Madiun adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukota dari Kabupaten Madiun adalah Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

EKSPRESI KERUANGAN MELALUI KONSEP PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PADA KAWASAN BWK A KOTA MAKASSAR (Study Kasus; Kecamatan Wajo Kota Makassar)

EKSPRESI KERUANGAN MELALUI KONSEP PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PADA KAWASAN BWK A KOTA MAKASSAR (Study Kasus; Kecamatan Wajo Kota Makassar) PROS ID I NG 2 0 1 1 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK EKSPRESI KERUANGAN MELALUI KONSEP PENDEKATAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PADA KAWASAN BWK A KOTA MAKASSAR (Study Kasus; Kecamatan Wajo Kota Makassar)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain 56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas bagaimana letak, batas dan luas daerah penelitian, morfologi daerah penelitian, iklim daerah penelitian, dan keadaan penduduk daerah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perikanan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan dalam bidang perikanan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan paket-paket teknologi. Menurut Porter (1990)

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan

1. Perkembangan Umum dan Arah Perencanaan Ringkasan Eksekutif Analisis Keuangan Publik Provinsi Sulawesi Selatan 2012 Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik dan Pengelolaan Keuangan Daerah di Gerbang Indonesia Timur 1. Perkembangan Umum dan Arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci