ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA EMITEN DENGAN HARGA SAHAM DIBAWAH SERATUS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA EMITEN DENGAN HARGA SAHAM DIBAWAH SERATUS"

Transkripsi

1 1 ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PADA EMITEN DENGAN HARGA SAHAM DIBAWAH SERATUS Annisa Nur Fitria Lailatul Amanah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACK The purpose of this research is to find out the issuers position who issues stock price less than Rp whether it shows the company tends to bankrupt or not. This research is qualitative research with descriptive study. The samples have been selected by using purposive sampling. The samples are 15 issuers which are listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) with stock price less than Rp The data collection technique uses documentation method by taking secondary data in the form of financial statement of these companies during five years period ( ) and these financial ratios are calculated then they are used to calculate Altman Z-Score. The result of the research shows that 6 companies or 40% is predicted to undergo bankruptcy, 6 companies or 40% is predicted to be in grey area position or prone bankrupt and 3 companies or 20% is predicted not to bankrupt. Bankruptcy prediction by using Z-Score method has a relation with financial ratio so when a company is predicted to go bankrupt, this problem is supported by company financial ratio is in not good condition. Keywords: Financial Ratio, Bankruptcy Prediction, Z-Score Method, Stock Price ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui posisi emiten yang mengeluarkan harga pasar saham dibawah Rp100,00 apakah menunjukkan perusahaan cenderung bangkrut atau tidak bangkrut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi yang bersifat deskriptif. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan cara purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 15 emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga saham dibawah Rp100,00. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi dengan mengambil data sekunder berupa laporan keuangan perusahan-perusahaan tersebut selama periode lima tahun ( ) dan dihitung rasio-rasio keuangannya yang kemudian digunakan untuk menghitung Altman Z- Score. Hasil penelitian menunujukkan bahwa 40% atau sebanyak 6 perusahaan diprediksi mengalami kebangkrutan, 40% atau sebanyak 6 perusahaan diprediksi berada pada posisi grey area atau rawan bangkrut dan 20% atau sebanyak 3 perusahaan diprediksi tidak bangkrut. Prediksi kebangkrutan dengan metode z-score mempunyai hubungan dengan rasio keuangan sehingga apabila perusahaan diprediksi bangkrut, hal ini didukung dengan rasio keuangan perusahaan dalam kondisi tidak baik. Kata Kunci: Rasio Keuangan, Prediksi Kebangkrutan, Metode Z-Score, Harga Saham PENDAHULUAN Perusahaan selalu berupaya dengan melakukan berbagai cara agar perusahaan tetap bertahan. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan menginterprestasikan atau melakukan analisa laporan keuangan. Menganalisa laporan

2 2 keuangan suatu perusahaan dapat membantu perusahaan untuk mengetahui perkembangan usaha yang telah dicapai pada waktu-waktu yang lalu dan waktu yang sekarang. Laporan keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Kondisi kesehatan pada suatu perusahaan tidak bisa dilihat dari segi fisiknya saja, tapi juga harus dilihat dari unsur keuangannya, karena unsur keuangan yang tidak sehat dapat mengakibatkan suatu perusahaan mengalami potensi kebangkrutan yang tinggi (Roykhan, 2011). Resiko potensi kebangkrutan dapat diatasi dan diminimalisir oleh perusahaan dengan mengawasi kondisi keuangan. Kondisi keuangan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis rasio terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan serta hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah ditetapkan (Ramadhani dan Lukviarman, 2009). Prediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan dapat dilakukan dengan analisis Z- Score. Model altman Z-score sebagai salah satu pengukuran kinerja kebangkrutan dan resiko obligasi tidak stagnan atau tetap, melainkan berkembang dari waktu kewaktu, seiring dari kondisi perusahaan dan kondisi dimana metode tersebut diterapkan (Ramadhani dan Lukviarman, 2009). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi emiten yang mengeluarkan harga pasar saham dibawah Rp100,00 apakah menunjukkan perusahaan cenderung bangkrut atau tidak bangkrut. TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Laporan Keuangan Berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:1) yang mendefinisikan laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perusahaan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan perusahaan. Analisa Rasio Keuangan Pengertian analisis rasio (Ratio Analysis) merupakan salah satu analisis yang sangat popular dan banyak digunakan karena sangat sederhana yang menggunakan operasi aritmetika, namun interprestasinya sangat kompleks. Analisis rasio sangat bermakna untuk investigasi lebih lanjut karena angka rasio yang diperoleh dari pos yang saling terkait dan berhubungan secara ekonomis (Sjahrial dan Purba, 2011:36). Tujuan Analisis Rasio Rasio dapat digunakan sebagai pengevaluasian kondisi keuangan dan kinerja perusahaan untuk memastikan kondisi kesehatan suatu perusahaan.analisis rasio digunakan secara khusus oleh investor dan kreditor dalam keputusan investasi atau penyaluran dana (Prihadi, 2010:113). Analisa ratio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar pembanding yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen-komponen ratio itu sendiri (Darminto dan Julianty, 2005:80).

3 3 Pengertian Kebangkrutan Menurut Sinarwati (2012) yang mengatakan bahwa kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyebabkan kebangkrutan suatu perusahaan. Sedangkan menurut Prihadi (2010:332), kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi di mana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Alternatif Perbaikan Kesulitan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (2007:262) terdapat beberapa alternatif perbaikan berdasarkan besar kecilnya permasalahan keuangan yang dihadapi oleh perusahaan, yaitu : a. Pemecahan secara informal 1) Dilakukan apabila masalah belum begitu parah. 2) Masalah perusahaan hanya bersifat sementara, prospek masa depan masih bagus cara: a) Perpanjangan (Extention): dilakukan dengan memperpanjang jatuh tempoh hutang-hutang. b) Komposisi (Composition): dilakukan dengan mengurangi besarnya tagihan, misal klaim hutang diturunkan menjadi 70%. Kalau hutang besarnya 1.000, maka nilai hutang yang baru adalah 0.7 X = 700. b. Pemecahan secara formal Dilakukan apabila masalah sudah parah, kreditur ingin mempunyai jaminan keamanan cara : 1) Apabila nilai perusahaan diteruskan > nilai perusahaan dilikuidasi Reorganisasi : dengan merubah struktur modal menjadi struktur modal yang layak. 2) Apabila nilai perusahaan diteruskan < nilai perusahaan dilikuidasi Likuidasi : dengan menjual aset-aset perusahaan. Penyebab Kebangkrutan Penyebab kebangkrutan pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor internal perusahaan maupun faktor ekstenal baik bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang bersifat umum (Munawir, 2002:298) : Faktor Internal dapat disebabkan oleh : a. Adanya manajemen yang tidak baik, tidak efisien (biaya yang besar dengan pendapatan yang tidak memadai sehingga perusahaan mengalami kerugian terusmenerus). b. Tidak seimbangnya antara jumlah modal perusahaan dengan jumlah utangpiutangnya. c. Sumberdaya secara keseluruhan yang tidak memadai ketrampilannya, integritas dan loyalitas dan bahkan moralitasnya rendah sehingga banyak terjadi kesalahan, penyimpangan dan kecurangan-kecurangan terhadap keuangan perusahaan serta penyalahgunaan wewenang akibatnya akan sangat merugikan perusahaan. Faktor eksternal yang bersifat umum yang dapat mengakibatkan kebangkrutan suatu perusahaan adalah faktor politik, ekonomi, sosial dan budaya serta tingkat campur tangan pemerintah dimana perusahaan tersebut berada. Di samping itu, pengguna tehnologi yang keliru akan mengakibatkan biaya implementasi dan biaya pemeliharaan yang besar, atau adanya perkembangan teknologi produksi, tehnologi informasi maupun transportasi yang tidak dapat diikuti oleh perusahaan akan mengakibatkan bangkrutnya perusahaan (Munawir, 2002:290).

4 4 Faktor eksternal yang bersifat khusus, artinya faktor-faktor luar yang berhubungan langsung dengan perusahaan antara lain faktor pelanggan, pemasok dan faktor pesaing. Perubahan selera atau kejenuhan konsumen yang tidak terdeteksi oleh perusahaan akan mengakibatkan menurunnya penjualan dan akhirnya merugikan perusahaan. Oleh karena penelitian pasar perlu selalu dilakukan sehingga selalu dapat mengikuti perubahan dan keinginan atau perilaku konsumen (Munawir, 2002:290). Prediksi Kebangkrutan Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk (Hanafi dan Halim, 2007:263). MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN Model Prediksi Kebangkrutan Model Altman merupakan salah satu metode dengan tingkat keakuratan yang dapat dipercaya dalam memprediksi kebangkrutan, seperti yang telah diungkap pada penelitianpenelitian sebelumnya diatas. Model Altman Z-score sebagai salah satu pengukuran kinerja kebangkrutan dan resiko obligasi tidak stagnan atau tetap, melainkan berkembang dari waktu ke waktu, seiring dari kondisi perusahaan dan kondisi dimana metode tersebut diterapkan (Ramadhani dan Lukviarman, 2009). Model Altman Altman (1968) adalah orang yang pertama yang menerapkan Multiple Discriminant Analysis. Analisa diskriminan ini merupakan suatu teknik statistik yang mengidentifikasikan beberapa macam rasio keuangan yang dianggap memiliki nilai paling penting dalam mempengaruhi suatu kejadian, lalu mengembangkannya dalam suatu model dengan maksud untuk memudahkan menarik kesimpulan dari suatu kejadian (Ramadhani dan Lukviarman, 2009). Dengan berdasarkan penelitian analisa diskriminan, Altman melakukan penelitian untuk mengembangkan model baru untuk memprediksikan kebangkrutan perusahaan. Model yang dinamakan z-score dalam bentuk aslinya adalah model linier dengan rasio keuangan yang diberi bobot untuk memaksimalkan kemampuan model tersebut dalam memprediksi. Model ini pada dasarnya hendak mencari nilai Z yaitu nilai yang menunjukkan kondisi perusahaan, apakah dalam keadaan sehat atau tidak dan menunjukkan kinerja perusahaan yang sekaligus merefleksikan prospek perusahaan dimasa mendatang (Ramadhani dan Lukviarman, 2009). Dalam menyusun model Z-Score, Altman mengambil sampel 33 perusahaan manufaktur yang bangkrut pada periode 1960 sampai 1965 dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut dengan lini industri dan ukuran yang sama. Dengan menggunakan data laporan keuangan dari 1 sampai 5 tahun sebelum kebangkrutan, Altman menyusun 22 rasio keuangan yang paling memungkinkan dan mengelompokkannya dalam 5 kategori: likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas dan kinerja. Lima macam rasio dari lima variabel yang terseleksi akan di kombinasikan bersama untuk memperoleh prediksi yang paling akurat tentang kebangkrutan (Ramadhani dan Lukviarman, 2009).

5 5 Macam-Macam Model Altman a. Model Altman Pertama Setelah melakukan penelitian terhadap variabel dan sampel yang dipilih, Altman menghasilkan model kebangkrutan yang pertama. Persamaan kebangkrutan yang ditujukan untuk memprediksi sebuah perusahaan publik manufaktur. Persamaan dari model Altman pertama yaitu (Ramadhani dan Lukviarman, 2009) : Z = 1,2XI + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 0,999X5 Keterangan: Z = Bankrupcy Index X1 = Working Capital / Total Asset X2 = Retained Earnings / Total Asset X3 = Earning Before Interest And Taxes/Total Asset X4 = Market Value Of Equity / Book Value Of Total Debt X5 = Sales / Total Asset Nilai Z adalah indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis. Menurut Altman yang dikutip dalam Ramadhani dan Lukviarman (2009), terdapat angka-angka cut off nilai z yang dapat menjelaskan apakah perusahaan akan mengalami kegagalan atau tidak pada masa mendatang dan ia membaginya ke dalam tiga kategori, yaitu: 1) Jika nilai Z < 1,8 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2) Jika nilai 1,8 < Z < 2,99 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). 3) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. b. Model Altman Revisi Model yang dikembangkan oleh Altman ini mengalami suatu revisi. Revisi yang dilakukan oleh Altman merupakan penyesuaian yang dilakukan agar model prediksi kebangkrutan ini tidak hanya untuk perusahaan manufaktur yang go public melainkan juga dapat diaplikasikan untuk perusahaan-perusahaan di sektor swasta (Ramadhani dan Lukviarman, 2009). Model yang lama mengalami perubahan pada salah satu variabel yang digunakan. Altman mengubah pembilang Market Value Of Equity pada X4 menjadi book value of equity karena perusahaan privat tidak memiliki harga pasar untuk ekuitasnya (Ramadhani dan Lukviarman, 2009). Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,108X3 +0,42X4 + 0,988X5 Keterangan: Z = Bankrupcy Index X1 = Working Capital / Total Asset X2 = Retained Earnings / Total Asset X3 = Earning Before Interest And Taxes / Total Asset X4 = Book Value Of Equity / Book Value Of Total Debt X5 = Sales / Total Asset Menurut Ramadhani dan Lukviarman (2009), klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-score model Altman (1983), yaitu: 1) Jika nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2) Jika nilai 1,23 < Z < 2,9 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupuan mengalami kebangkrutan). 3) Jika nilai Z > 2,9 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. c. Altman Modifikasi Seiring dengan berjalannnya waktu dan penyesuaian terhadap berbagai jenis perusahaan. Altman kemudian memodifikasi modelnya supaya dapat diterapkan pada

6 6 semua perusahaan, sepeti manufaktur, non manufaktur, dan perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang (emerging market). Dalam Z-score modifikasi ini Altman mengeliminasi variable X5 (sales/total asset), karena rasio ini sangat bervariatif pada industri dengan ukuran aset yang berbeda- beda. Berikut persamaan Z-Score yang di Modifikasi Altman dkk (1995)(Ramadhani dan Lukviarman, 2009): Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4 Keterangan: Z = Bankrupcy Index X1 = Working Capital/Total Asset X2 = Retained Earnings / Total Asset X3 = Earning Before Interest And Taxes / Total Asset X4 = Book Value Of Equity / Book Value Of Total Debt Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-score model Altman Modifikasi yaitu: 1) Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2) Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). 3) Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. SAHAM Definisi Saham Saham merupakan tanda penyertaan modal pada suatu perseroan terbatas. Dengan memiliki saham suatu perusahaan, maka manfaat yang diperoleh di antaranya berikut ini (Anoraga dan Pakarti, 2001:54) : a. Dividen, bagian dari keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemilik saham. b. Capital gain, adalah keuntungan yang diperoleh dari selisih jual dengan harga belinya. c. Manfaat non-finansial yaitu timbulnya kebanggaan dan kekuasaan memperoleh hak suara dalam menentukan jalannya perusahaan. Harga Saham Menurut Yong dalam Siregar (2008) menyatakan bahwa harga saham adalah nilai pasar dari setiap lembar saham yang ditawarkan oleh suatu bursa efek pada suatu waktu tertentu. Searah dengan perubahan waktu, maka nilai pasar saham saham tersebut juga akan dapat berubah (naik atau turun nilai pasarnya) atau tidak berubah sama sekali. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Kusumawati (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, diantaranya yaitu : a. Laba per lembar saham (Earning Per Share) Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. b. Tingkat bunga Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara : 1) Mempengaruhi persaingan dipasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan

7 7 obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apabila tingkat bunga mengalami penurunan. 2) Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. c. Jumlah kas dividen yang diberikan Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik. d. Jumlah laba yang didapat perusahaan Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan. e. Tingkat resiko dan pengembalian Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian Menurut Arikunto (2006: 130), populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Populasi pada penelitian ini yaitu emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga saham dibawah Rp100,00. Populasi tersebut akan diambil beberapa perusahaan yang akan dijadikan sampel dengan cara purposive sampling. Menurut Soewadji (2012:141) mengatakan bahwa purposive sampling adalah pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbanganpertimbangan tertentu dari peneliti. Tabel 1 Daftar sampel perusahaan yang memenuhi kriteria No Kode Nama Perusahaan Closing Price (Rp) 1 DEWA Darma Henwa Tbk MITI Mitra Investindo Tbk BTEL Bakrie Telecom Tbk APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk SAFE Steady Safe Tbk TRUB Truba Alam Manunggal Engineering Tbk ITTG Leo Investments Tbk SDPC Millennium Pharmacon International Tbk WAPO Wahana Pronatural Tbk WICO Wicaksana Overseas International Tbk HOME Hotel Mandarine Regency Tbk MAMI Mas Murni Indonesia Tbk ABBA Mahaka Media Tbk LMAS Limas Centric Indonesia Tbk BNBR Bakrie & Brothers Tbk. 50 Sumber data : Bursa Efek Indonesia

8 8 Kriteria perusahaan atau emiten yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu: a. Perusahaan atau emiten yang masih terdaftar di BEI dan tidak di delisted mulai periode (Dalam sampel 42 perusahaan, terdapat 3 perusahaan delisted). b. Perusahaan atau emiten yang mengeluarkan saham dengan harga dibawah Rp100,00. (Sampel yang terpilih terdapat 42 perusahaan atau emiten). c. Perusahaan atau emiten yang menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember yang telah di audit selama 5 tahun berturut-turut, mulai tahun 2008 hingga tahun 2012 (dari 42 perusahaan ternyata hanya 21 perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan per 31 Desember periode ). d. Laporan keuangan yang memiliki komponen-komponen yang dibutuhkan untuk penelitian, misalnya memisahkan secara jelas antara aset lancar dan aset tidak lancar serta hutang lancar dan hutang tidak lancar. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan mengambil data sekunder berupa laporan keuangan perusahan-perusahaan tersebut periode selama lima tahun ( ) dan dihitung rasio-rasiokeuangannya yang kemudian digunakan untuk menghitung Altman Z-Score. Perusahaan akan diklasifikasikan berdasarkan hasil perhitungan Altman Z-Score dan kondisi sebenarnya juga dianalisa melalui rasio-rasio keuangan. Hasil dari klasifikasi akan dibandingkan untuk hasil yang terjadi dalam prediksi kebangkrutan dibandingkan dengan keadaan yang sebenarnya dandianalisis secara deskriptif sehingga secara umum dapat menggambarkan kondisi perusahaan-perusahaan tersebut. Peneliti juga menggunakan data dokumentasi untuk penelitian. Teknik pengumpulan data dengan metode dokumentasi adalah cara mencari data atau informasi dari buku-buku, catatan-catatan, transkip, legger, agenda, dan yang lainnya (Soewadji, 2012:160). Satuan Kajian Satuan kajian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam suatu penelitian berdasarkan sifat atau suatu hal yang dapat didefinisikan, diamati atau diobservasi. Satuan kajian berguna untuk mendeskripsikan variable penelitian sehingga bersifat spesifik dan teratur. Peneliti memberikan definisi dari variabel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan suatu kesimpulan sebagai hasil akhir penelaahan studi kepustakaan. Adapun satuan kajian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Analis Rasio Keuangan Pengertian analisis rasio (Ratio Analysis) merupakan salah satu analisis yang sangat popular dan banyak digunakan karena sangat sederhana yang menggunakan operasi aritmetika, namun interprestasinya sangat kompleks. Analisis rasio sangat bermakna untuk investigasi lebih lanjut karena angka rasio yang diperoleh dari pos yang saling terkait dan berhubungan secara ekonomis (Sjahrial dan Purba, 2011:36). 2. Kebangkrutan Menurut Prihadi (2010:332), kebangkrutan (bankcruptcy) merupakan kondisi di mana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. 3. Metode Altman Z-Score Model Altman merupakan salah satu metode dengan tingkat keakuratan yang dapat dipercaya dalam memprediksi kebangkrutan, seperti yang telah diungkap pada penelitian-penelitian sebelumnya diatas. Model Altman Z-score sebagai salah satu pengukuran kinerja kebangkrutan dan resiko obligasi tidak stagnan atau tetap,

9 9 melainkan berkembang dari waktu ke waktu, seiring dari kondisi perusahaan dan kondisi dimana metode tersebut diterapkan (Ramadhani dan Lukviarman, 2009). 4. Emiten dengan harga saham dibawah Rp100,00 Emiten adalah pihak yang melakukan penawaran efek surat berharga untuk diperjualbelikan di bursa efek. Emiten sama dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan, mengolah dan menginterprestasikan data yang diperoleh sehingga dapat memberikan keterangan yang benar dan lengkap, yaitu dengan cara : 1. Melakukan perhitungan terhadap rasio keuangan pada masing-masing perusahaan. 2. Melakukan analisis dari hasil perhitungan rasio-rasio keuangan untuk mengetahui kinerja dan posisi keuangan tiap emiten. 3. Harga saham dan angka-angka dari rasio keuangan yang telah dikumpulkan kemudian diolah untuk dapat menghasilkan z-score, akan dijadikan sebagai variabel untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Rumus Z-Score yang digunakan adalah : Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4 Keterangan: Z = Bankrupcy Index X1 = Working Capital/Total Asset X2 = Retained Earnings / Total Asset X3 = Earning Before Interest And Taxes / Total Asset X4 = Book Value Of Equity / Book Value Of Total Debt 4. Melakukan klasifikasi perusahaan yang sehatdan bangkrut didasarkan pada nilai Z- scoremodel Altman Modifikasi yaitu: a. Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. b. Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). c. Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. 5. Membuat kesimpulan sebagai hasil akhir penelitian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perhitungan metode z-score untuk memprediksi kebangkrutan menggunakan altman Modifikasi. Rumus Altman modifikasi sebagai berikut : Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4 Keterangan: Z = Bankrupcy Index X1 = Working Capital/Total Asset X2 = Retained Earnings / Total Asset X3 = Earning Before Interest And Taxes / Total Asset X4 = Book Value Of Equity / Book Value Of Total Debt Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-score model Altman Modifikasi yaitu: 1. Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2. Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka termasuk grey area (tidak dapat ditentukan apakah perusahaan sehat ataupun mengalami kebangkrutan). 3. Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut.

10 10 Sumber : data diolah Tabel 2 Hasil Z-Score Modifikasi Periode Analisis Hasil Perhitungan Z-Score Modifikasi Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Altman Z-Score Modifikasi, maka diperoleh hasil perhitungan yang disajikan dalam Tabel 2. Berdasarkan data yang diperoleh dari Tabel 2, maka dapat diketahui dari hasil analisis terhadap 15 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Emiten yang sedang mengalami kesulitan keuangan dan diprediksi mengalami kebangkrutan dengan nilai Z-Score < 1,10 membuktikan bahwa sebanyak 40% perusahaan atau terdapat 6 perusahaan dari 15 perusahaan yang dijadikan sampel mengalami kebangkrutan atau kesulitan keuangan. 2. Perusahaan yang diprediksi berada dalam grey area atau daerah rawan bangkrut diketahui sebanyak 6 perusahaan dari 15 perusahaan dari sampel atau sebanyak 40%. 3. Sisanya sebanyak 20% atau sebanyak 3 perusahaan dari 15 perusahaan yang diprediksi tidak mengalami kebangkrutan atau kesulitan keuangan karena perusahaan berada dalam wilayah yang aman sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Pembahasan Perusahaan Z-Sore Keterangan DEWA 2.93 Tidak Bangkrut MITI 2.5 Rawan Bangkrut BTEL 0.13 Bangkrut APOL Bangkrut SAFE Bangkrut TRUB 2.3 Rawan Bangkrut ITTG 9.19 Tidak Bangkrut SDPC 2.6 Rawan Bangkrut WAPO Bangkrut WICO 1.72 Rawan Bangkrut HOME 1.66 Rawan Bangkrut MAMI Tidak Bangkrut ABBA 1.58 Rawan Bangkrut LMAS 0.24 Bangkrut BNBR Bangkrut Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan rasio keuangan dan metode analisis kebangkrutan Altman Z-Score Modifikasi terhadap 15 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode , penulis akan membahas mengenai hubungan keterkaitan antara rasio keuangan dengan Altman Z-Score modifikasi, yaitu sebagai berikut : 1. PT DEWA Tbk Perusahaan tidak mengalami kebangkrutan yang artinya perusahaan dalam posisi aman, hal ini dibuktikan berdasarkan hasil Z-Score yang diperoleh sebesar 2,93. Posisi keuangan dan kinerja perusahaan juga berada dalam kondisi yang baik, hal ini dibuktikan total asset

11 11 yang mengalami kenaikan pada tahun 2012, meski mengalami penurunan nilainya dari tahun Retained earning dan nilai EBIT pada tahun memiliki nilai negative, namun book value of equity dan book value of total debt yang dimiliki perusahaan mempunyai nilai tertinggi dibanding yang lainnya sehingga membuat perusahaan tidak cenderung mengalami kebangkrutan. Rasio keuangan perusahaan yang dimiliki perusahaan juga terlihat baik, hal ini terlihat dari rasio likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas. Rasio likuiditas menunjukkan bahwa perusahaan mampu mengelola asset lancar dengan baik sehingga perusahaan mampu untuk membayar utang jangka pendeknya, hal ini terlihat dari rasio lancar. Perusahaan juga mampu mengelola kas untuk menutup utang jangka pendek dan membayar utang jangka pendek tepat pada waktunya, hal ini terlihat dari rasio kas dan rasio cepat perusahaan. Profitabilitas perusahaan terlihat baik karena perusahaan dapat mengelola asset dengan baik untuk memperoleh laba serta perusahaan dapat mengelola ekuitas atau modal yang ditanamkan menjadi lebih baik sehingga pemilik dapat membandingkan ekuitas antara hasil di perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. Rasio solvabilitas menunjukkan total utang terhadap total modal dan utang terhadap ekuitas pada tahun sebanyak 0,48 kali menjadi 0,38 kali, semakin rendah hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit utang semakin rendah risiko keuangan. Hal ini membuktikan bahwa rasio keuangan perusahaan yang cukup baik dalam mengelola modal yang dimiliki sehingga membuat perusahaan tidak cenderung bangkrut dan berada di daerah aman. 2. PT MITI Tbk PT MITI Tbk berada dalam daerah rawan bangkrut, dengan nilai Z-Score sebesar 2,5. Hal ini didukung dengan rasio keuangan perusahaan yang menyatakan bahwa perusahaan masih belum mampu mengelola asset, yang dibuktikan pada tahun 2008 total asset sebesar Rp ,00 menurun menjadi sebesar Rp ,00. Working capital yang dimiliki perusahaan pada tahun 2008 juga bernilai negative yaitu sebesar Rp ,00. Perusahaan memperoleh retained earning tidak cukup baik karena perolehan tidak dalam jumlah besar, bahkan pada tahun 2012 memperoleh nilai negative sebesar Rp ,00. Rasio keuangan menunjukkan kinerja perusahaan tidak begitu baik dalam mengelola sumberdaya yang ada sehingga menyebabkan perusahaan kurang efisien dalam meningkatkan penjualan. Perusahaan meski kurang efisien, namun perusahaan selalu berupaya untuk dapat mengelola kas,dan asset lancar supaya dapat membayar utang jangka pendeknya tepat waktu, hal ini terlihat dari rasio lancar, rasio cepat dan rasio kas perusahaan. Perusahaan memiliki profitabilitas cukup baik dalam menghasilkan laba secara produktif tiap tahunnya. Rasio solvabilitas perusahaan menunjukan bahwa perusahaan mampu mengelola utang terhadap modal dengan baik sehingga perusahaan mampu melunasi kewajiban dan membayar bunga, hal ini terlihat dari total utang terhadap total modal pada tahun 2008 sebanyak 0,84 kali menjadi 0,36 kali pada tahun 2012 serta utang terhadap ekuitas pada tahun 2008 sebanyak 5,50 kali menjadi 0,56 kali pada tahun Hal ini membuktikan, meskipun perusahaan mampu menghasilkan laba dengan baik dan mampu mengatasi masalah likuidasi, namun perusahaan masih belum dapat mengatasi masalah kinerjanya yang tidak begitu baik dalam mengelola sumberdaya terutama asset yang dimiliki.

12 12 3. PT BTEL Tbk PT BTEL Tbk bila dilihat dari rasio keuangan, perusahaan sangat buruk dalam mengelola perusahaan terutama dalam menghasilkan laba, sehingga menyebabkan PT BTEL Tbk diprediksi berada dalam posisi bangkrut dengan nilai Z-Score sebesar 0,13. Total asset yang dimiliki perusahaan mengalami penurunan pada tahun 2012 menjadi Rp ,00, sedangkan working capital dari tahun bernilai negative. Retained earning yang diperoleh nilainya jauh lebih kecil dibandingkan dengan total asset, pada tahun 2010 dan 2012 perusahaan tidak memperoleh retained asset. EBIT yang dimiliki perusahaan pada tahun bernilai negative. Book value of equity selalu mengalami penurunan tiap tahunnya, sedangkan book value of total debt mengalami kenaikan tiap tahunnya. Rasio keuangan perusahaan terlihat sangat buruk, hal ini dibuktikan dengan rasio likuiditas bahwa perusahaan tidak mempunyai kemampuan untuk membayar utang jangka pendeknya meski perusahaan mampu mengelola asset dengan baik, hal ini terlihat dari rasio lancar sebanyak 2,16 kali pada tahun 2008 menjadi 0,26 kali pada tahun 2012.Rasio cepat dan rasio kas juga menurun selama 5 tahun. Perusahaan tidak mampu secara efektif untuk menghasilkan laba sehingga perusahaan pada tahun memperoleh rugi atau penurunan laba. Rasio solvabilitas perusahaan membuktikan bahwa perusahaan tidak mampu melunasi kewajiban dan membayar bunga pada bank sehingga perusahaan cenderung memiliki resiko kebangkrutan, hal ini terlihat dari rasio total utang terhadap total modal pada tahun sebanyak 0,40 kali pada tahun 2008 menjadi 0,94 kali pada tahun 2012 serta time interest earned 1,81 kali pada tahun 2008 menjadi -3,64 kali pada tahun Kondisi perusahaan yang terlihat tidak baik dari rasio keuangan, memungkin perusahaan berada dalam posisi bangkrut karena kinerja perusahaan yang buruk dalam mengatasi likuidasi dan perolehan laba. 4. PT APOL Tbk Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan metode Z-Score diketahui bahwa PT APOL Tbk diprediksi mengalami kebangkrutan. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai Z-Score yang menunjukkan angka kritis dibawah 1,10 yaitu sebesar -4,71 dikarenakan working capital, retained earning dan EBIT mempunyai nilai negative yang pada tahun , serta book value of equity yang bernilai negative pada tahun sehingga besar kemungkinan perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Rasio keuangan menunjukkan perusahaan terlihat tidak mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, hal ini telihat dari rasio likuiditas terutama rasio lancar perusahaan pada tahun 2008 sebanyak 1,27 kali menjadi 0,30 kali pada tahun 2012 dikarenakan besarnya jumlah utang lancar yang lebih besar dibanding asset lancar yang dimiliki perusahaan, seperti pada tahun 2012 aset lancar sebesar Rp ,00 sedangkan utang lancar sebesar Rp ,00. Kinerja perusahaan yang kurang efisien menyebabkan rasio solvabilitas perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu menutupi dan melunasi kewajibannya sehingga perusahaan cenderung mengarah pada kebangkrutan, hal ini terlihat dari total utang terhadap total modal pada tahun 2008 sebanyak 0,77 kali menjadi 1,96 kali pada tahun Sesuai kondisi rasio keuangan menunjukkan perusahaan tidak mampu mengelola asset dan tidak dapat meningkatkan kinerjanya menjadi lebih baik sehingga perusahaan tidak mampu memperoleh laba dan mengatasi likuidasinya dan membuat perusahaan cenderung bangkrut.

13 13 5. PT SAFE Tbk Berdasarkan hasil analis, PT SAFE Tbk diprediksi mengalami kebangkrutan karena nilai Z-Score yang dimiliki berada dibawah 1,10 yaitu sebesar -8,89. Nilai Z-Score yang dimiliki perusahaan terbilang sangat rendah sehingga perusahaan diprediksi mengalami kebangkrutan. Hal ini disebabkan karena working capital, retained, dan book value of equity selama periode 5 tahun bernilai negative, sedangkan EBIT hanya bernilai positif pada tahun Pengelolaan asset perusahaan terlihat tidak baik pada rasio keuangan, hal ini terlihat pada tahun 2012 perusahaan tidak memiliki persediaan dan perputaran modal kerja bersih bernilai negative dari tahun , sehingga rasio likuiditas perusahaan menunjukan bahwa perusahaan tidak mampu untuk memenuhi dan membayar utang jangka pendek sesuai dengan rasio lancar pada tahun 2008 sebanyak 1,27 kali menjadi 0,30 kali pada tahun 2012 karena jumlah utang lancar lebih besar dibanding asset lancar. Ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola asset secara efektif menyebabkan perusahaan tidak dapat menghasilkan laba bahkan perusahan juga mengalami kerugian, hal ini ditunjukkan dari rasio profitabilitas dalam memperoleh laba sebelum bunga dan pajak, laba sebelum pajak, laba bersih dan laba atas asset yang bernilai negative pada tahun 2009, 2011, dan Berdasarkan rasio solvabilitas, perusahaan tidak mampu melunasi kewajibannya, pengelolaan modal yang kurang efektif serta tidak mampu membayar bunga pada bank menyebabkan perusahaan cenderung bangkrut atau risiko kesulitan keuangan. Total utang terhadap total modal pada tahun mengalami kenaikan yaitu sebanyak 1,36 kali menjadi 3,01 kali, utang terhadap ekuitas yang memperoleh nilai negative pada tahun , sedang time interest earned pada tahun bernilai negative. Rasio keuangan yang tidak baik menunjukkan bahwa kinerja perusahaan tidak begitu baik, sehingga membuat perusahaan tidak mampu mengelola asetnya dengan baik untuk memperoleh laba dan mengatasi likuidasinya membuat perusahaan terancam bangkrut. 6. PT TRUB Tbk Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Z-Score modifikasi, PT TRUB Tbk diprediksi rawan bangkrut dengan nilai Z-Score sebesar 2,3. Total asset, working capital, retained earning, EBIT, book value of equity dan book value of total debtselalu mengalami penurunan tiap tahun. Perusahaan mampu mengelola asset cukup baik, namun asset lancar perusahaan tidak begitu baik dalam memenuhi utang jangka pendeknya tetapi asset lancar mampu menutupi utang lancarnya, hal ini sesuai dengan rasio likuiditas. Rasio lancar, rasio cepat dan rasio kas yang mengalami penurunan dari tahun , sedangkan asset lancar yang kurang baik telihat dari perputaran piutang usaha, persediaan, modal kerja bersih yang cenderung selalu mengalami penurunan selama 5 tahun. Rasio profitabilitas terlihat menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam mengelola dan memperoleh laba tidak begitu baik, karena perusahaan terlihat cenderung mengalami kerugian dibanding memperoleh keuntungan, hal ini terlihat perolehan laba selalu bernilai negative pada tahun , seperti laba bersih yang selalu memperoleh nilai negative pada tahun 2008 sebesar -6,10% menjadi -64,57% tahun 2012 sama halnya dengan laba atas ekuitas pada tahun 2008 sebesar -10,54% menjadi - 166,18% pada tahun Perusahaan bila dilihat melalui rasio solvabilitas terbukti bahwa perusahaan belum mampu melunasi semua kewajibannya sesuai waktu yang telah ditentukan, serta perusahaan tidak mampu membayar bunga pada bank. Hal ini dibuktikan dengan total utang terhadap total modal, utang terhadap ekuitas yang cenderung mengalami kenaikan dan time interest earned mengalami penurunan pada tahun membuat perusahaan

14 14 cenderung bangkrut. Kinerja perusahaan yang kurang efisien dalam mengelola sumberdaya membuat perusahaan rawan bangkrut karena perusahaan tidak dapat meningkatkan perolehan labanya pada tahun meski perusahaan masih dapat mengatasi kewajibannya terutama utang jangka pendek. 7. PT ITTG Tbk Berdasarkan hasil analisis kebangkrutan Altman Z-Score, PT ITTG Tbk diprediksi dalam wilayah aman, sehingga perusahaan diprediksi tidak mengalami kebangkrutan atau kesulitan keuangan. Hal ini dibuktikan bahwa nilai Z > 2,60 yaitu sebesar 9,19. Total asset yang selalu mengalami kenaikan meski working capital pada tahun bernilai negative, namun tidak menghalangi perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya. Perusahaan berada dalam posisi aman dikarenakan perusahaan mampu mengelola ekuitas dengan sangat baik pada tahun 2012 dengan nilai book value of ekuity sebesar Rp ,00 lebih besar nilainya dibandingkan dengan book value of total debt sebesar Rp ,00 pada tahun Perusahaan nampak tidak memperoleh laba pada tahun 2012 dan tidak memiliki persediaan pada tahun Rasio likuiditas menunjukan perusahaan pada tahun mampu mengelola asset lancar dengan sangat baik untuk menutupi utang lancarnya, hal ini terlihat dari rasio lancar pada tahun 2011 sebanyak 4,03 kali menjadi 51,64 kali pada tahun Perusahaan yang tidak dapat mengelola asset dengan baik pada tahun 2012 menyebabkan rasio profitabilitas pada tahun 2012 tidak memperoleh laba dan pendapatan. Meskipun perusahaan tidak memperoleh laba dan pendapatan, perusahaan mampu menutupi dan melunasi semua utangnya, baik utang lancar maupun tidak lancar karena pemegang saham mayoritas diketahui akan memberikan dukungan keuangan pada perusahaan dan menjamin akan dapat memenuhi semua kewajiban perusahaan, hal ini terlihat dari rasio solvabilitas. Rasio keuangan yang menunjukkan perolehan laba yang tidak terdapat pada tahun 2012 tidak membuat perusahaan bangkrut, perusahaan dapat bertahan dalam daerah aman dikarenakan adanya jaminan pembayaran dari pihak investor sehingga perusahaan mampu membayar kewajibannya meski pada tahun 2012 tidak memperoleh pendapatan. 8. PT SDPC Tbk Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Z-Score modifikasi, PT SDPC Tbk diprediksi rawan bangkrut dengan nilai Z-Score sebesar 2,60. Rasio keuangan yang dimiliki perusahaan cukup baik, working capital, retained earning, book value of equity dan book value of total debtmengalami kenaikan selama periode 5 tahun, sedangkan total asset dan EBIT mengalami kenaikan dan penurunan secara stabil. Perusahaan berada di daerah rawan bangkrut dibuktikan pada rasio keuangan menunjukkan bahwa dari rasio likuiditas perusahaan dikatakan mampu mengelola asset lancarnya untuk menutupi utang lancarnya, karena rasio lancar, rasio cepat dan rasio kas tetap stabil perubahannya, baik penurunan atau peningkatan pada tahun Perusahaan mengelola asset kurang efektif sehingga membuat rasio profitabilitas mengalami penurunan dan kenaikan cukup stabil, hal ini ditunjukkan oleh kurangnya kemampuan perusahaan dalam mengelola asset untuk memperoleh laba operasi, laba sebelum bunga dan pajak, laba sebelum pajak, laba bersih, laba atas asset dan laba atas ekuitas mengalami penurunan dari tahun Sesuai rasio solvabilitas perusahaan dikatakan masih dapat mengatasi pembayaran semua kewajibannya. Perusahaan tidak dapat mengelola ekuitas dan kewajiban secara seimbang sehingga membuat perusahaan cenderung mendekati resiko kebangkrutan, hal ini

15 15 terlihat dari total utang terhadap total modal mengalami kenaikan pada tahun 2009 sebanyak 0,66 kali menjadi 0,72 kali pada tahun 2012 dan utang terhadap ekuitas tahun ,00 kali menjadi 2,68 kali pada tahun PT WAPO Tbk Berdasarkan hasil analis, PT WAPO Tbk diprediksi mengalami kebangkrutan karena nilai Z-Score yang dimiliki berada dibawah 1,10 yaitu sebesar -0,66. Hal ini disebakan karena working capital, EBIT dan book value of equity benilai negative pada tahun 2011 dan retained earning bernilai negative yang cukup tinggi pada tahun 2011 dan Kebangkrutan yang dialami perusahaan dibuktikan dengan rasio likuiditas, perusahaan dianggap mampu menutupi dan membayar utang jangka pendeknya, hal ini terlihat dari rasio lancar > 1 kecuali tahun 2011 sebanyak 0,48 kali. Perusahaan terlihat mampu mengelola asset secara efektif, hal ini terlihat rasio aktivitas perusahaan cenderung mengalami kenaikan pada tahun sehingga perusahaan mampu menghasilkan laba meski perusahan pernah memperoleh kerugian. Pada tahun 2011 perusahaan cenderung memperoleh laba negative namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan perolehan laba. Perusahaan bila dilihat dari rasio solvabilitas menunjukkan ketidakmampuan perusahaan dalam mengatasi likuidasi, yang artinya perusahaan tidak mampu melunasi semua kewajibannya, tidak mampu mengelola ekuitasnya serta tidak mampu membayar bunga sehingga dapat menyebabkan perusahaan cenderung mendekati risiko kesulitan keuangan bahkan kebangkrutan. Total utang terhadap total modal yang stabil mengalami perubahan, baik penurunan maupun kenaikan, sedangkan utang terhadap ekuitas mengalami kenaikan nilai pada tahun 2012 sebanyak 10,64 kali dan TIE yang bernilai negative pada tahun 2011 sebanyak -125,85 kali. 10. PT WICO Tbk Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Z-Score modifikasi, PT WICO Tbk diprediksi berada didaerah rawan bangkrut dengan nilai Z-Score sebesar 1,72.Hal ini dapat disebabkan karena retained earning bernilai tetap selama periode 5 tahun tanpa mengalami perubahan.working capital, total asset dan book value of total debt selalu mengalami penurunan, sedangkan EBIT sempat mengalami penurunan nilai namun pada tahun 2012 nilai EBIT naik dengan jumlah cukup besar. Book value of equity mengalami selalu kenaikan pada tahun Rasio likuiditas perusahaan menunjukan bahwa perusahaan mampu mengelola asset lancar untuk menutupi dan membayar utang lancar. Rasio lancar pada tahun mengalami kenaikan sebanyak 0,78 kali menjadi 1,39 kali, rasio cepat pada tahun 2008 sebanyak 0,47 kali menjadi 0,71 kali pada tahun 2012, dan rasio kas pada tahun 2008 sebanyak 0,03 kali menjadi 0,10 kali pada tahun Kemampuan perusahaan dalam mengelola asset, sesuai rasio profitabilitas perusahaan mampu menghasilkan dan meningkatkan nilai laba pada tahun 2012 meski pada tahun-tahun sebelumnya perusahaan sempat mengalami kerugian karena memperoleh laba negatif. Rasio solvabilitas perusahaan menunjukkan perusahaan berupaya untuk dapat memenuhi semua kewajibannya tepat waktu dan dapat membayar beban bunga pada bank. Hal ini terlihat pada tahun perusahaan berusaha menekan agar solvabilitas mengalami penurunan dari total utang terhadap total modal sebanyak 0,71 kali menjadi 0,41 kali, utang terhadap ekuitas sebanyak 2,52 kali menjadi 0,72 kali, sedangkan TIE mengalami kenaikan sebanyak -32,02 kali menjadi 18,62 kali.

16 16 Perusahaan berada di daerah rawan bangkrut bila dilihat dari rasio keuangan menunjukkan perusahaan kurang meningkatkan kinerjanya dalam memperoleh laba tetapi perusahaan mampu mengatasi pembayaran kewajibannya. 11. PT HOME Tbk Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Z-Score modifikasi, PT HOME Tbk diprediksi berada didaerah rawan bangkrut dengan nilai Z-Score sebesar 1,66. Hal ini dapat disebabkan karena retained earning selalu bernilai negative selama periode 5 tahun. Perusahaan diprediksi rawan bangkrut sesuai rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya cukup baik terlihat pada rasio likuiditas dimana rasio lancar dan rasio cepat mengalami peningkatan terutama pada tahun , rasio lancar sebanyak 0,97 kali menjadi 1,22 kali dan rasio cepat 0,96 kali menjadi 1,19 kali, sedangkan rasio kas mengalami perubahan yang tidak menentu. Berdasarkan rasio profitabilitas, pengelolaan asset secara efektif dapat menghasilkan laba cukup baik kecuali pada tahun 2008 dan 2012 karena perusahaan mengalami kerugian,hanya laba kotor yang memperoleh laba positif pada tahun meskipun mengalami penurunan sebesar 42,99% menjadi 33,50%. Rasio solvabilitas perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengatasi dan melunasi utangnya terlihat pada tahun dari total utang terhadap total modal sebanyak 0,44 kali menjadi 0,24 kali dan utang terhadap ekuitas sebanyak 0,80 kali menjadi 0,32 kali, serta melakukan pembayaran bunga pada bank sudah dilakukan dengan baik pada tahun , karena pada tahun 2008 dan 2012 nilainya negatif. 12. PT MAMI Tbk Berdasarkan hasil analisis kebangkrutan Altman Z-Score, PT MAMI Tbk diprediksi dalam wilayah aman, sehingga perusahaan diprediksi tidak mengalami kebangkrutan atau kesulitan keuangan. Hal ini dibuktikan bahwa nilai Z > 2,60 yaitu sebesar 11,85. Nilai Z- Score yang dimiliki PT Mas Murni Indonesia Tbk merupakan nilai yang tertinggi diantara 15 perusahaan dengan saham dibawah Rp100,00 yang terdaftar di BEI. Hal ini terjadi karena book value of equity yang dimiliki perusahaan cukup besar dan selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya, sehingga memungkinkan perusahaan mampu mengelola keuangan dengan baik serta perusahaan juga lebih meningkatkan efektifitas kinerja perusahaan supaya dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Hal ini terlihat dari rasio aktifitas terutama pada perputaran modal kerja bersih yang mengalami kenaikan pada tahun sebanyak 5,59 kali menjadi 214,65 kali. Pengelolaan asset secara efektif terutama asset lancar, membuat rasio lancar yang dimiliki perusahaan baik karena rasio > 1 meski mengalami penurunan tahun sebanyak 1,85 kali menjadi 1,01 kali, rasio cepat pada tahun 2008 sebanyak 0,32 kali menjadi 0,33 kali pada tahun 2012, dan rasio kas pada tahun 2008 sebanyak 0,15 kali menjadi 0,20 kali pada tahun 2012, sehingga perusahaan masih dapat mengatasi likuiditas dengan baik yang artinya perusahaan mampu membayar utang jangka pendeknya sesuai rasio likuiditas. Perolehan laba yang dihasilkan perusahaan cukup baik hal ini terlihat dari rasio profitabilitas yang menunjukkan bahwa pengelolaan asset sudah secara efektif dilakukan meski rasio profitabilitas cenderung mengalami penurunan pada tahun kecuali laba atas asset sebesar 0,66% pada tahun 2008 menjadi 0,77% pada tahun Perusahaan mampu mengelola modal dengan baik sehingga modal yang dimiliki perusahan nilainya lebih besar dibanding total kewajiban karena pada tahun 2008 sebesar Rp ,00 meningkat menjadi Rp ,00 pada tahun 2012.

17 PT ABBA Tbk Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Z-Score modifikasi, PT ABBA Tbk diprediksi berada didaerah rawan bangkrut dengan nilai Z-Score sebesar 1,58. Hal ini dapat disebabkan karena working capital meliki nilai negative pada tahun dan retained earning yang selau bernilai negative selama periode 5 tahun. Pengelolaan aset yang tidak efektif menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar utang jangka pendek tepat waktu, sehingga menyebabkan rasio likuiditas selalu mengalami penurunan tiap tahunnya karena pada tahun mengalami penurunan pada rasio lancar sebanyak 2,18 kali menjadi 0,82 kali, rasio cepat 1,69 kali menjadi 0,52 kali, dan rasio kas 0,40 kali menjadi 0,05 kali. Ketidakmampuan perusahaan dalam mengelola asset cukup efektif terlihat dari rasio aktivitas yang stabil terhadap penurunan atau kenaikan rasio-rasio aktifitas lainnya, sehingga menyebabkan perusahaan selalu memperoleh laba yang terkadang mengalami kenaikan atau penurunan pada tahun tertentu, laba kotor yang mengalami kenaikan pada tahun 2008 sebesar 42,84% menjadi 51,19% pada tahun Perusahaan masih dapat menghasilkan laba namun perusahaan masih belum mampu melunasi kewajibannya, baik kewajiban lancar dan kewajiban tidak lancar, dan perusahaan tidak mampu mengelola ekuitasnya dengan baik sehingga tidak dapat membayar beban bunga pada bank sehingga perusahaan menjadi rawan bangkrut. Hal ini terlihat dari kenaikan pada tahun dari total utang terhadap total modal sebanyak 0,28 kali menjadi 0,69 kali dan utang terhadap ekuitas sebanyak 0,42 kali menjadi 2,25 kali. 14. PT LMAS Tbk Berdasarkan hasil analis, PT LMAS Tbk diprediksi mengalami kebangkrutan karena nilai Z-Score yang diperoleh berada pada angka kritis yaitu dibawah 1,10 sebesar 0,24. Hal ini dapat disebabkan karena working capital meliki nilai negative pada tahun 2010 dan retained earning yang selau bernilai negative selama periode 5 tahun. Perusahaan mengalami kebangkrutan sesuai dengan rasio keuangan, seperti rasio likuiditas menunujukkan perusahaan mampu mengelola asset lancar untuk menutupi utang lancar hal ini dibuktikan pada rasio lancar > 1 meski pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 0,97 kali. Pengelolaan asset dan kinerja perusahaan yang kurang efektif terlihat dari rasio aktifitas yang cenderung mengalami penurunan pada rasio-rasio aktiva lainnya membuat perusahaan memperoleh laba yang tidak maksimal bahkan dalam rasio profitabilitas masih terdapat perolehan laba yang bernilai negative yang artinya perusahaan mendapat rugi terutama laba bersih dan laba ekuitas yang memperoleh laba hanya pada tahun 2010 masing-masing sebesar 2,92% dan 17,98% Berdasarkan rasio solvabilitas, perusahaan tidak mampu melunasi dan membayar semua kewajibannya dan tidak mampu membayar beban bunga sehingga membuat bank sulit untuk memenuhi permohonan kredit, hal ini membuat perusahaan memiliki resiko kesulitan keuangan dan cenderung bangkrut. TIE mengalami penurunan pada tahun 2010 sebanyak 2,33 kali menjadi 1,05 kali, dan total utang terhadap total modal sebanyak 0,68 kali pada tahun 2008 menjadi 0,73 kali pada tahun PT BNBR Tbk Berdasarkan hasil analis, PT Bakrie & Brothers Tbk diprediksi mengalami kebangkrutan karena nilai Z-Score yang peroleh berada dibawah 1,10 yaitu sebesar -1,47. Hal ini disebakan karena working capital yang bernilai negative pada tahun , retained earning yang bernilai negative pada tahun , EBIT yang bernilai negative pada tahun 2008 dan 2010, sedangkanbook value of equity benilai positiftiap tahunnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Analisis laporan keuangan Laporan keuangan merupakan dasar menyediakan banyak informasi yang diperlukan para pemakai untuk membuat keputusan ekonomis sehubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angkaangka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan assetaset

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pengambilan semple pada tanggal 29 Maret sampai bulan Desember 2016 pada Bursa Efek Indonesia yang menyediakan data laporan

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN USAHA PADA KSP.MADANI NTB I Nengah Arsana, Baehaki Syakbani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram Email: arsana.inengah@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Liquidity Ratios IV.1.1 Current Ratio Rasio lancar (current ratio), dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menabung. Imbalan yang diperoleh dengan kepemilikan saham adalah

BAB I PENDAHULUAN. menabung. Imbalan yang diperoleh dengan kepemilikan saham adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pasar modal (capital market) adalah pasar atau tempat yang menfasilitasi perdagangan dan penerbitan dana-dana jangka panjang seperti saham, obligasi atau surat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. mengetahui tingkat keuntungan dan tingkat risiko perusahaan. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Hanafi dan Halim (1996 : 49) laporan keuangan perusahaan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Hasil Perhitungan Variabel Independen Model Altman (z-score) Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa rumus (formula)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar

I. PENDAHULUAN. Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Adanya pasar modal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis akan melakukan penelitian terhadap PT. Mobile-8 Telecom Tbk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penulis akan melakukan penelitian terhadap PT. Mobile-8 Telecom Tbk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Penulis akan melakukan penelitian terhadap PT. Mobile-8 Telecom Tbk sebuah perusahaan Telekomunikasi sebagai obyek penelitian dengan menggunakan rasio-rasio

Lebih terperinci

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT ADHI KARYA (PERSERO),TBK PERIODE 2007-2011 Nama : Putri Wulan Sari Kosnadi NPM :23209191 Jurusan : Akuntansi Pembimbing: Rini Dwiastutiningsih.,SE.,MMSI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Komponen Z-Score Uraian pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa model Altman (Z-Score) yang telah dikemukakan oleh Altman untuk negara-negara

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI Anggraini Aprilia B anggrainiaprilia@gmail.com Aniek Wahyuati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA)

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK. Nama NPM Jurusan Pembimbing : Tri Utami Saputri : 2A214851 : S1 - Akuntansi : Dr. Renny, SE., MM LATAR

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL ALTMAN REVISI

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL ALTMAN REVISI APRIL 2013, VOLUME 14 NOMOR 1 ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN MODEL ALTMAN REVISI Soelistijono Boedi Devi Tiara Sekolah Tinggi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah

BAB I PENDAHULUAN. atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah menghasilkan barang atau jasa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio dan Analisis Rasio Keuangan Rasio adalah satu angka yang dinyatakan dalam hubugannya dengan yang lain (Harvarindo 2010:12). Dimana angka

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta

BAB IV. ANALISA dan PEMBAHASAN. 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta BAB IV ANALISA dan PEMBAHASAN 4.1 Kinerja dan Posisi Keuangan PT. BAKRIE TELECOM Tbk beserta Anak Perusahaan Periode 2007-2011 berdasarkan Analisa Rasio Keuangan Perhitungan rasio-rasio keuangan PT. BAKRIE

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat di gunakan sabgai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian ini direncanakan selama enam bulan yang dimulai dari September 2013 sampai dengan Februari 2014 dimana penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress (Kesulitan Keuangan) Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT KEDAUNG INDAH CAN TBK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE KARINA MULIAWATI S 3EB21 23210838 LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini perkembangan ekonomi mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 financial distress merupakan proses yang mana perusahaan mengalami kesulitan keuangan, sehingga perusahaan tidak mampu dalam memenuhi kewajibannya. Perusahaan akan mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. maupun teknologi yang digunakan untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin derasnya arus globalisasi, yang di dalamnya dituntut adanya pertukaran informasi yang semakin cepat antar daerah dan negara, membuat peranan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh

METODE PENELITIAN. diolah, dianalisis, dan diproses berdasarkan teori yang relevan sehingga diperoleh 32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode ini mengkhususkan pada studi kasus. Data yang diperoleh

Lebih terperinci

ANALISIS PENILAIAN FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN (Z-SCORE) PADA PERUSAHAAN KOSMETIK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS PENILAIAN FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN (Z-SCORE) PADA PERUSAHAAN KOSMETIK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS PENILAIAN FINANCIAL DISTRESS MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN (Z-SCORE) PADA PERUSAHAAN KOSMETIK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA Hilda Nia Ferbianasari Universitas Negeri Surabaya nasyania@ymail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dalam Kartikawati, 2008). Financial distress juga didefinisikan sebagai 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Financial Distress Financial distress atau kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya globalisasi perekonomian yang merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dimana dihapuskan batasan antar Negara, menyebabkan persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN PADA PT INDOSAT TBK PERIODE 2008-2012 DENGAN METODE ALTMAN Z-SCORE NAMA : Heri Kurniawan NPM : 23210252 JURUSAN : Akuntansi PEMBIMBING : Erna Kustyarini, SE., MMSI PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kondisi Rasio-Rasio Keuangan Bank di Indonesia Dengan Menggunakan Metode Altman Z-score. Analisis kesulitan keuangan yang dapat menyebabkan kebangkrutan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian 1. Pengertian Property dan Real Estate Menurut buku Realestate Sebuah Konsep Ilmu dan Problem Pengembang di Indonesia ( Budi Santoso,2000) definisi real estate adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE Z-SCORE (Studi Kasus pada Perusahaan Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode )

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE Z-SCORE (Studi Kasus pada Perusahaan Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode ) ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN BERDASARKAN METODE Z-SCORE (Studi Kasus pada Perusahaan Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu Negara memerlukan dana investasi dalam jumlah yang banyak sehingga perlu ada usaha yang mengarah pada dana investasi yang bersumber dari

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN SEBAGAI PARAMETER KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT SMARTFREN TELECOM, TBK NAMA : RIZKY AMANDA PUTRI NPM :

ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN SEBAGAI PARAMETER KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT SMARTFREN TELECOM, TBK NAMA : RIZKY AMANDA PUTRI NPM : ANALISIS POTENSI KEBANGKRUTAN SEBAGAI PARAMETER KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT SMARTFREN TELECOM, TBK NAMA : RIZKY AMANDA PUTRI NPM : 26210162 PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam perkembangan ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal Pasar modal dapat digunakan sebagai tempat menjual saham bagi perusahaan yang memerlukan dana, begitu juga investor dapat membeli surat berharga di pasar modal.

Lebih terperinci

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER 1 ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER Maria Ulfah Febriani mariaulfah.f@yahoo.com Lailatul Amanah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Penyebab, dan Manfaat Informasi Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Dalam kenyataannya, tidak semua perusahaan mampu bertahan hidup dalam jangka panjang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Laporan Keuangan dan Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan disusun setiap akhir periode sebagai

Lebih terperinci

PREDIKSI KEBANGKRUTAN CV. BATUBARA MAS ABADI DI SAMARINDA LISA CINTHIA. Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

PREDIKSI KEBANGKRUTAN CV. BATUBARA MAS ABADI DI SAMARINDA LISA CINTHIA. Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda PREDIKSI KEBANGKRUTAN CV. BATUBARA MAS ABADI DI SAMARINDA LISA CINTHIA Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda cinthia_08@ymail.com ABSTRACT The company was founded with the hope of generating

Lebih terperinci

deskriptif, yaitu penelitian dengan menggunakan data-data yang diperoleh langsung pada laporan keuangan di ICMD Bursa Efek Jakarta, kemudian

deskriptif, yaitu penelitian dengan menggunakan data-data yang diperoleh langsung pada laporan keuangan di ICMD Bursa Efek Jakarta, kemudian BAB HI METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian dengan menggunakan data-data yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebangkrutan 2.1.1 Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya atau dapat diartikan

Lebih terperinci

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi

II. TIN JAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi 17 II. TIN JAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dapat dengan jelas memperlihatkan gambaran kondisi keuangan dari perusahaan. Laporan keuangan yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian yang semakin pesat, didukung dengan peluang usaha yang sangat besar membuat persaingan bisnis antar perusahaan menjadi semakin

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang ingin dicapai sehingga penulis dapat memperoleh hasil

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang ingin dicapai sehingga penulis dapat memperoleh hasil BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan identifikasi masalah yang telah ditentukan dan tujuan penelitian yang ingin dicapai sehingga penulis dapat memperoleh hasil penelitian mengenai analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Signaling Theory 2.1.1. Pengertian Signaling Theory Menurut Jama an (2008) Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa di perjual belikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai industri yang berkembang pesat dan memiliki kegiatan usaha yang semakin beragam, perbankan dihadapkan dengan risiko yang semakin kompleks terutama karena kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Saham dan Pasar Modal Saham adalah bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan. untuk digunakan pihak manajemen dalam membiayai kegiatan operasional. Imbal hasil investasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran sebagai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan tersebut yaitu terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebangkrutan yang dialami oleh perusahaan tidak hanya merugikan pihak internal perusahaan itu sendiri saja, namun banyak pihak yang akan juga dirugikan terutama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka terdapat beberapa simpulan yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Investasi di Pasar Modal Investasi merupakan kegiatan menanamkan modal pada satu atau lebih aktiva, baik langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen Keuangan merupakan salah satu bidang yang paling penting dalam sebuah perusahaan berskala besar ataupun kecil baik profit maupun non profit, akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 1. Evanny Indri Hapsari (2012) Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur di BEI pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber dana jangka pendek

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI) ADIN FEBRIANO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI) ADIN FEBRIANO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KINERJA KEUANGAN (PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI BEI) ADIN FEBRIANO Universitas Dian Nuswantoro Semarang ABSTRACT This research is conducting

Lebih terperinci

dengan pada saat ekonomi dalam keadaan normal. Hal ini diakibatkan oleh rupiah terhadap mata uang asing dan kenaikan suku bunga kredit.

dengan pada saat ekonomi dalam keadaan normal. Hal ini diakibatkan oleh rupiah terhadap mata uang asing dan kenaikan suku bunga kredit. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebangkrutan merupakan salah satu fenomena yang dapat dilihat dalam semua bidang usaha, baik dimasa krisis maupun dimasa normal. Dimasa krisis potensi terjadinya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan berisi tentang posisi perusahaan pada suatu waktu tertentu maupun operasinya selama beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Berdasarkan judul yang dipilih, penulis mengadakan penelitian pada Perusahaan Pertambangan yang ada di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Saham Suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada saat periode tertentu akan melaporkan semua kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat perusahaan membutuhkan tambahan modal yang besar untuk menunjang kinerja operasional

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

ANALISA LAPORAN KEUANGAN ERDIKHA ELIT

ANALISA LAPORAN KEUANGAN ERDIKHA ELIT ANALISA LAPORAN KEUANGAN www.mercubuana.ac.id LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Manajemen Keuangan a. Definisi Manajemen Keuangan Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan usaha suatu perusahaan

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era ekonomi modern seperti sekarang ini, perusahaan sangat membutuhkan tambahan modal untuk mendorong kinerja operasional perusahaan. Salah satu cara bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.2.1. Profitabilitas Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Keuangan

Evaluasi Kinerja Keuangan Evaluasi Kinerja Keuangan Untuk mengevaluasi kinerja keuangan suatu perusahaan hal yang pertama dilakukan adalah dengan menganalisis kinerja keuangan. Untuk menganalisis kinerja keuangan ada beberapa analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, persaingan antar perusahaan sangat ketat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

BAB-II TINJAUAN PUSTAKA

BAB-II TINJAUAN PUSTAKA BAB-II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Saham Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, saham merupakan surat berharga sebagai bukti pemilikan individu/institusi dalam suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN FARMASI DI BEI Lilis Tri Jayanti lilistrijayanti@gmail.com Budhi Satrio hasta.budhisatrio@gmail.com Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Fianancial Distress (Kesulitan Keuangan) Kesulitan keuangan (Financial Distress) merupakan kondisi sebuah perusahaan dimana hasil operasi perusahaan tidak cukup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan dan dipublikasikan. Data sekunder yaitu laporan keuangan publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan suatu bisnis setiap perusahaan perbankan memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana merupakan elemen utama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah

BAB I PENDAHULUAN. seperti beban bunga dan hutang lancar. Kebangkrutan telah digunakan sebagai istilah BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kebangkrutan merupakan keadaan dimana arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban yang menjadi tanggung jawab perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perolehan laba merupakan tujuan akhir yang dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah perolehan laba atau keuntungan yang maksimal, di samping hal-hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret sampai Desember 2016. Waktu penelitian yang diambil oleh peneliti selama periode 2010 hingga tahun

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MELALUI RASIO LIKUIDITAS, LAVERAGE, DAN PROFITABILITAS PT

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MELALUI RASIO LIKUIDITAS, LAVERAGE, DAN PROFITABILITAS PT ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MELALUI RASIO LIKUIDITAS, LAVERAGE, DAN PROFITABILITAS PT. HOLCIM INDONESIA TBK CILACAP Shinta Ayu Pramita, Siti Rosyafah, Mahsina Prodi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN KAJIAN TEORI Financial Distress

PENDAHULUAN KAJIAN TEORI Financial Distress PENDAHULUAN Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 membuat dampak yang begitu besar. Di mana Subprime Mortage yang terjadi di Amerika Serikat memberikan efek negatif bagi Indonesia. Pertumbuhan perekonomian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang dapat memberikan kontribusi pada harga saham yang dapat berpengaruh pada Bursa Efek Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Mayora Tbk maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil kinerja Likuiditas dilihat dari rasio

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kebangkrutan. 1. Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kebangkrutan. 1. Pengertian Kebangkrutan. Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai BAB II LANDASAN TEORI A. Kebangkrutan 1. Pengertian Kebangkrutan Kebangkrutan atau kepailitan adalah biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan suatu perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dananya, dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami BAB II LANDASAN TEORI II.1 Landasan Teori II.1.1 Kebangkrutan Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Undang-Undang Kepailitan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis multidimensi yang terjadi di Asia pada tahun 1997, dimana nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Krisis multidimensi yang terjadi di Asia pada tahun 1997, dimana nilai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis multidimensi yang terjadi di Asia pada tahun 1997, dimana nilai mata uang negara-negara dikawasan Asia turun sangat drastis terhadap dollar Amerika Serikat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas

II. LANDASAN TEORI. badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas II. LANDASAN TEORI 2.1 Saham Saham adalah surat berharga yang merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan perseroan terhadap suatu perusahaan.wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory) Teori sinyal (signalling theory) menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. menginventasikan dana diberbagai bentuk aset.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. menginventasikan dana diberbagai bentuk aset. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Ahmad Rodono & Herni (2010) Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan

Lebih terperinci