PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN"

Transkripsi

1 PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN AZIZ BAHAUDIN. D Profil Lemak Darah dan Respon Fisiologis Tikus Putih yang diberi Pakan Gulai Daging Domba dengan Penambahan Jeroan. Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama Pembimbing Anggota : Tuti Suryati, S.Pt., M.Si. : Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS Meningkatnya populasi manusia dan standar kehidupan yang lebih baik menyebabkan permintaan akan pangan yang lebih baik dan bergizi meningkat. Daging domba merupakan salah satu sumber pangan yang potensial karena mampu menyediakan asam asam amino esensial dalam jumlah yang besar dan seimbang. Gulai merupakan olahan dari daging domba yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat. Konsumsi gulai sering menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya resiko terkena penyakit jantung. Kandungan lemak dan kolesterol serta lipida yang lain dianggap mampu mengakibatkan penyakit atherosclerosis yaitu berupa penyumbatan pembuluh darah yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sejauh mana konsumsi diet mengandung gulai domba dengan penambahan jeroan mempengaruhi kadar kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida darah, indeks atherogenik dan respon fisiologis tikus percobaan yang meliputi frekuensi pernapasan, detak jantung, serta suhu tubuh. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Nopember 2007 sampai dengan bulan Januari Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL). Perlakuan yang diujikan adalah pemberian pakan dengan ransum yang mengandung kasein dan pakan yang mengandung gulai daging domba dengan penambahan jeroan sebagai sumber protein. Masing masing perlakuan diulang dengan 7 ulangan tikus putih galur wistar. Peubah yang diamati meliputi respon fisiologis (suhu tubuh, detak jantung, frekuensi pernapasan) dan profil lemak darah (kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, indeks atherogenik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi gulai daging domba dengan penambahan jeroan secara in vivo tidak berpengaruh nyata terhadap kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida darah, dan indeks atherogenik serta terhadap respon fisiologis tikus percobaan yang meliputi frekuensi pernapasan, detak jantung, dan suhu tubuh. Kata kata kunci : gulai, kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida

3 ABSTRACT Blood Profile of Lipid and Physiological Responds of Albino Rat Fed a Lamb Meat Curry added with Offal Bahaudin, A., T. Suryati and D. A. Astuti Lamb meat provides a complete and balanced amount of amino acid. Lamb meat that consumed by people is in the form of curry. Lamb meat curry that consumed by people is often a sociated with the risk of coronary heat disease because of its high lipid composition. This study was conducted to study blood profile of lipid and physiological responds of laboratory rats. Randomized complete design with two treatment was used to analyzed data. First treatment was laboratory rats that fed without lamb meat curry and second treatment was laboratory rats that fed lamb meat curry added with offal. Each treatment has seven repeatation. The observed variables ware blood profile of lipid (total cholesterol, LDL-cholesterol, HDL-cholesterol, triglyceride, and atherogenic index) and physiological responds ( rectal temperature, heart rate and respiratory rate). The result of this study showed lamb meat curry added with offal consumtion was not affected blood profiles of lipid and physiological respond of laboratory rats. Keywords : lamb meat curry, cholesterol, HDL-cholesterol, LDL-cholesterol, triglyceride

4 PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN AZIZ BAHAUDIN D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN Oleh AZIZ BAHAUDIN D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 14 Mei 2008 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Tuti Suryati, S.Pt., M.Si. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, MS NIP NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Luki Abdullah, M.Sc. Agr. NIP

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan tanggal 17 April 1986 tepatnya pada hari Kamis di Purworejo Jawa Tengah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dan merupakan putra dari keluarga bahagia pasangan Bapak H. Ibnu Mukti dan Ibu Hj. Munasiyah. Pendidikan dasar diselesaikan oleh penulis pada tahun 1998 di MI Lubang Indangan, Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada Tahun 2001 di SMP N1 Butuh dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada 2004 di SMA N2 Purworejo. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Teknologi Hasil Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan diantaranya aktif di HIMPRO (Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak) periode ( ) dan lembaga dakwah kampus Fakultas Peternakan Famm Al Anam selama dua periode ( ).

7 KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Profil Lemak Darah dan Respon Fisiologis Tikus Putih yang diberi Pakan Gulai Daging Domba dengan Penambahan Jeroan. Skripsi ini ditulis sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan sejak bulan Nopember 2007 sampai Januari 2008 di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Klinik Prodia Bogor, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Daging domba merupakan salah satu sumber protein yang cukup baik diantara berbagai sumber lainnya. Daging domba banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk olahan berupa gulai maupun sate. Masyarakat yang mengkonsumsi daging domba terutama dalam bentuk olahan gulai selalu merasa khawatir akan timbulnya penyakit jantung yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah dan kadar kolesterol darah serta terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Penelitian dan penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan mempelajari sejauh mana pengaruh konsumsi gulai daging domba dengan penambahan jeroan terhadap peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida darah, indeks atheroghenik serta respon fisiologis yang meliputi frekuensi pernapasan, suhu tubuh dan detak jantung. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sebagai salah satu referensi, serta kepada semua pihak yang telah membantu tenaga, pikiran mulai dari penulisan proposal, penelitian serta penyusunan skripsi, penulis ucapkan terimakasih. Bogor, 14 Mei 2008 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Lemak... 3 Absorbsi Lemak... 3 Trigliserida... 4 Kolesterol... 4 Lipoprotein... 6 Transpor Lemak... 8 Indeks Atherogenik... 9 Kadar Kolesterol Otot Hewan Percobaan METODE Lokasi dan Waktu Materi Rancangan Percobaan Prosedur Pembuatan Gulai Pengujian Olahan Daging Penyusunan dan Pembuatan Ransum Percobaan Percobaan in Vivo dan Pengambilan Sampel Darah Analisis Profil Lemak Darah Tikus HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Pertumbuhan Tikus Respon Fisiologis Profil Lemak Darah Total Kolesterol Darah ii iii vi vii x xi xii

9 Kolesterol LDL Kolesterol HDL Kadar Trigliserida Indeks Atherogenik KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 33

10 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Kandungan Kolesterol dalam Daging Lin dan Offal Komposisi Kimia Daging Domba dan Sapi Data Fisiologis Tikus Kandungan Nutrisi Ransum Kontrol dengan Sumber Protein Kasein Kandungan Nutrisi Ransum Perlakuan Berat Badan dan Konsumsi Tikus Selama Percobaan Hasil Pengukuran Respon Fisiologis Profil Lemak Darah... 24

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Struktur Kimia Kolesterol Kurva Pertumbuhan Berat Badan Tikus Selama Percobaan... 20

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Analisis Proksimat Hasil Analisis Kadar Kolesterol Produk Olahan Daging Hasil Analisis Darah Komposis Mineral Mixture Standar Komposisi Vita Chick dalam 1kg Analisis Uji Kruskal-Wallis Konsumsi Ransum Tikus (g/hari) Analisis Uji Kruskal-Wallis Kadar Kolesterol Total Darah Tikus Analisis Uji Kruskal-Wallis Kolesterol LDL Darah Darah Tikus Analisis Uji Kruskal-Wallis Kolesterol HDL Darah Darah Tikus Analisis Uji Kruskal-Wallis Trigliserida Darah Tikus Analisis Uji Kruskal-Wallis Indeks Atherogenik Analisis Uji Kruskal-Wallis Pertambahan Berat Badan (g/hari) Sidik Ragam Laju Pernapasan Sidik Ragam Detak Jantung Sidik Ragam Suhu Tubuh (Rektal) Berat Akhir Tikus Percobaan... 38

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini penyakit jantung dan pembuluh darah sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1972, 1986 dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit jantung yang mencolok sebagai penyebab kematian. Sejak tahun 1993 penyakit jantung diduga sebagai penyebab kematian nomor satu (Kurniawan, 2002). Tingginya kadar kolesterol low density lipoprotein (LDL) berhubungan dengan tingginya insidensi penyakit jantung koroner (PJK). Penyebab penyebab terjadinya penyakit jantung diantaranya obesitas, tekanan darah tinggi, merokok, kandungan kolesterol yang tinggi, stress, dan kurang melakukan kegiatan fisik. Obesitas dan kandungan kolesterol yang tinggi dapat diakibatkan oleh makanan yang dikonsumsi secara berlebih atau melebihi jumlah yang duperlukan oleh tubuh. Makanan yang sering dicurigai sebagai pemicu terjadinya penyakit jantung adalah makanan yang mempunyai kandungan lipida yang tinggi diantaranya produk yang berasal dari daging. Daging domba merupakan salah satu daging yang seringkali dicurigai sebagai penyebab timbulnya penyakit jantung. Berdasarkan data Ditjenak tahun 2006, bahwa daging domba merupakan daging yang jumlah produksi dagingnya terus menurun tiap tahun dibandingkan dengan jenis daging lainya. Produksi daging domba tahun 2003 sebesar ton menjadi ton pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 menjadi ton dengan konsumsi 0,13 kg/tahun lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi sapi sebesar 1,15 kg/tahun. Daging domba dikonsumsi oleh masyarakat sebagian besar dalam bentuk olahan sate maupun gulai yang dicampur dengan jeroan. Konsumsi daging domba sering dikaitkan dengan penyakit jantung dan pembuluh darah. Pengaruh akan konsumsi daging domba dengan penyakit jantung belum ditemukan bukti secara ilmiah, baik dalam publikasi ilmiah nasional maupun internasional. Konsumsi daging domba yang semakin rendah akan menyebabkan kerugian subsektor usaha peternakan, khususnya untuk peternakan domba yang sebagian besar merupakan peternakan rakyat. Hal ini yang mendasari dilakukannya penelitian untuk mengetahui

14 hubungan akan konsumsi daging domba dalam bentuk olahan gulai daging domba terhadap timbulnya penyakit jantung dan pembuluh darah. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sejauh mana pengaruh konsumsi diet mengandung gulai domba dengan penambahan jeroan terhadap kadar kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida darah dan respon fisiologis tikus percobaan yang meliputi frekuensi pernapasan, detak jantung, serta suhu tubuh.

15 TINJAUAN PUSTAKA Lemak Lemak adalah sekelompok senyawa organik yang terdiri atas elemen elemen yang sama dengan karbohidrat yaitu karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O) tetapi jumlahnya berbeda. Lemak terdiri atas asam lemak dan gliserol (gliserin). Asam lemak dibagi menjadi dua golongan, yaitu asam lemak tak jenuh yang harus didatangkan dari luar tubuh, dan asam lemak jenuh yang merupakan senyawa lemak yang dapat disenyawakan sendiri dalam tubuh (Soehardi, 2004). Nicholls (1976) mendefinisikan lemak sebagai bahan-bahan yang dapat larut dalam eter, chloroform, tetapi tidak larut dalam air. Lemak dalam makanan dan jaringan tubuh hewan termasuk manusia terdapat dalam tiga bentuk yaitu trigliserida, fosfolipid dan sterol (Prawirokusumo, 1994). Deposisi lemak pada hewan terjadi diantara otot (intermuskuler), dibawah kulit (subkutan) dan diantara ikatan serabut otot yaitu lemak intramuskuler atau marbling, dan lemak internal yang terdiri atas lemak rongga perut (abdomen), ginjal dan pelvis (Soeparno, 1992). Lemak terbagi dalam 4 golongan, yaitu: jenuh (saturated), mono tak-jenuh (monounsaturated), poli tak-jenuh (polyunsaturated), dan lemak trans. Semuanya terdiri dari asam asam lemak yang terbentuk dari karbon dan hydrogen dalam berbagai kombinasi. Lemak jenuh rantai panjang yang terkandung dalam lemak hewani cenderung meningkatkan kadar kolesterol darah, dan asam lemak tak jenuh membantu mengurangi kolesterol plasma. Konsumsi asam lemak tak jenuh tinggi, membran sel akan lebih lentur. Kolesterol plasma dimanfaatkan oleh tubuh untuk menormalkan derajat kekakuan membran sel. Pemanfaatan kolesterol tersebut mengurangi kemungkinan terjadinya penumpukan kolesterol (Harvard School of Public Health, 2004). Absorbsi Lemak Absorbsi lemak dimulai dengan keluarnya garam-garam empedu untuk mengemulsikan butir-butir lemak menjadi butir-butir yang lebih kecil, yang kemudian dipecah lagi oleh enzim lipase pankreatik menjadi digliserida, monogliserida, asam asam lemak bebas ( free fatty acid/ffa) serta gliserol. Garamgaram empedu kemudian merangsang agregasi FFA, monogliserida dan kolesterol menjadi misel(micelle), yang masing - masing mengandung ratusan molekul, misel

16 larut dalam air dan dapat masuk ke dalam sel-sel absorptif intestinal. Misel di dalam sel-sel epitel terjadi resistesis menjadi trigliserida dan kemudian dilepaskan ke dalam limfatik lakteal. Lakteal merupakan pembuluh limpa yang menyerupai kapiler yang terdapat di dalam vili intestinal. Trigliserida masuk ke dalam lakteal sebagai butir butir yang amat kecil yang disebut kilomikron. Kilomikron mengandung sejumlah kecil fosfolipida, kolesterol, FFA dan protein. Kilomikron dihantarkan menuju limfa yang lebih besar sisterna chili terus menuju sirkulasi vena (Franson, 1992). Trigliserida Trigliserida (lemak netral) adalah suatu ester gliserol yang terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Trigliserida merupakan penyusun utama minyak nabati dan lemak hewani. Fungsi utama trigliserida adalah sebagai zat energi. Lemak disimpan didalam tubuh dalam bentuk trigliserida yang merupakan hasil sintesa dari asam asam lemak dan gliserol yang dibantu dengan hormon insulin; proses ini dikenal sebagai lipogenesis (deposisi lemak) yang terjadi akibat masukan energi melebihi keluaran energi (Prawirokusumo, 1994). Apabila sel membutuhkan energi atau masukan energi lebih rendah dibanding energi yang keluar, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah, proses ini disebut lipolisis (mobilisasi lemak). Trigliserida tidak hanya berasal dari lemak makanan (asam lemak jenuh dan tidak jenuh), tetapi juga berasal dari makanan yang mengandung karbohidrat (sederhana dan kompleks) (Soehardi, 2004). Trigliserida yang ada dalam epithel usus selama absorbsi lemak, akan diekskresikan ke dalam lympha dalam bentuk kilomikron dan dalam bentuk inilah lemak ditransfer ke jaringan jaringan di seluruh tubuh (Azain, 2004). Kolesterol Kolesterol adalah senyawa (zat) kimia yang tergolong dalam kelompok compound organic yang dikenal sebagai lipida yang tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam eter dan solvent organic lainnya. Mayers (1996) menerangkan bahwa kolesterol merupakan kelompok steroid, suatu zat yang termasuk golongan lipida dengan rumus molekul C 27 H 45 OH dan dapat dinyatakan sebagai 3 hidroksi 5,6 kolesten, hal ini karena kolesterol mempunyai satu gugus hidroksil pada atom C 3

17 dan ikatan rangkap pada C 5 dan C 6 serta percabangan pada C 10, C 13 dan C 17. Struktur kimia kolesterol dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur Kimia Kolesterol Sumber: Mayers, 1996 Kolesterol berfungsi sebagai bahan baku pembentuk hormon steroid yang menjadi bagian dari mekanisme pertahanan tubuh melawan infeksi, dibutuhkan untuk memproduksi hormon korteks adrenal, hormon seks pada pria dan wanita, hormon kelenjar anak ginjal, untuk memproduksi garam empedu serta prekursor vitamin D. Kolesterol dalam tubuh berikatan dengan sejenis protein membentuk lipoprotein. Lipoprotein ini terbagi menjadi low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL) (Soehardi, 2004). Kolesterol dalam tubuh berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari makanan yang disebut sebagai kolesterol eksogen dan dari sintesis oleh tubuh (kolesterol endogen). Kolesterol eksogen yang telah dicerna dalam usus akan bergabung dengan kolesterol endogen yang disintesis oleh tubuh (Piliang dan Djojosoebagio, 1990). Kolesterol yang disintesis oleh tubuh manusia 1 gram tiap harinya, dan dari makanan sebesar 0,3 gram. Kolesterol akan diserap oleh dinding usus halus, dan di dalam sel mukosa usus halus ester kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid disintesis kembali untuk di sekresikan dalam bentuk kilomikron (Linder, 1992). Jika jumlah kolesterol dari makanan kurang, maka sintesis di dalam hati dan usus meningkat, dan sebaliknya jika jumlah kolesterol di dalam makanan meningkat maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus menurun (Muchtadi et al., 1993). Kolesterol dikeluarkan dari tubuh melalui dua cara, yaitu diubah menjadi empedu sebagai garam garam kolesterol dan sterol netral yang dibuang melalui feses. Hampir 80 persen kolesterol diubah menjadi berbagai asam empedu (Campbell et al., 2003). Empedu merupakan produk akhir metabolisme kolesterol, yang disintesis di dalam sel-sel hati. Garam empedu yang diproduksi, disimpan di dalam

18 kantung empedu dan dilepaskan ke dalam usus pada saat makan. Senyawa ini berfungsi sebagai emulsifier untuk membantu mencernakan lemak makanan. Lemak dan protein di dalam saluran pencernaan akan merangsang sekresi hormon kolesistokinin yang menyebabkan kontraksi kantung empedu dan relaksasi sfingter Oddi, sehingga garam empedu akan disekresikan ke dalam duodenum (Almatsier, 2002). Biosintesis kolesterol terbagi dalam lima tahap (Mayes, 1996) yaitu (1) sintesis mevalonat, suatu senyawa enam karbon dari asetil-koa, terbentuk akibat reaksi kondensasi dan reduksi yang berlangsung di dalam mitokondria, (2) unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat melalui pelepasan CO 2 pada reaksi fosforilasi oleh ATP, (3) enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawa antara skualen, (4) skualen mengadakan siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk yaitu lanosterol yang berlangsung di dalam retikulum endoplasma, (5) kolesterol dibentuk di dalam membran retikulum endoplasma dari lanosterol setelah melewati beberapa tahap, termasuk pelepasan tiga gugus metil. Banyak faktor mempengaruhi keseimbangan kolesterol di dalam jaringan yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan dan penurunan kolesterol. Peningkatan kolesterol terjadi karena (1) ambilan lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh reseptor LDL, (2) ambilan lipoprotein yang mengandung kolesterol oleh jalur yang tidak diperantarai reseptor, (3) ambilan kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya kolesterol oleh membran sel, (4) sintesis kolesterol, dan (5) hidrolisis ester kolesterol oleh enzim kolesterol ester hidrolase. Penurunan kolesterol terjadi karena (1) keluarnya kolesterol dari membrane sel ke lipoprotein yang mengandung sedikit kolesterol khususnya HDL3 atau LDL nasen yang dirancang oleh enzim LCAT (lecithin cholesterol acyltranferase), (2) esterifikasi kolesterol oleh enzim ACAT (acyl CoA : cholesterol acyltranferase), dan (3) penggunaan kolesterol untuk sintesis senyawa senyawa steroid lainnya seperti hormon atau asam empedu (Mayes, 1996). Lipoprotein Liprotein merupakan suatu ikatan biokimia yang terdiri dari lipida dan protein. Lipida utama di dalam lipoprotein adalah kolesterol, triasilgliserol, dan fosfolipid. Lipoprotein dibedakan berdasarkan rasio antara lipida dan protein

19 sehingga menghasilkan berat jenis yang berbeda beda yang terdiri atas beberapa fraksi yaitu kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL) (Assmann et al., 2004). Kilomikron. Kilomikron adalah lipoprotein yang mengandung triasilgliserol, disintesis dalam mukosa usus halus dari lemak eksogen dan berukuran paling besar dengan diameter lebih dari 100 nm (Marineti, 1990). Kilomikron yang baru terbentuk atau kilomikron nasen akan disekresikan ke dalam kelenjar limfe intestinum dan kemudian dibawa kedalam sirkulasi melalui duktus torasikus. Kilomikron di dalam pembuluh perifer akan bereaksi dengan enzim lipoprotein lipase. Enzim tersebut akan menghidrolisis triasilgliserol dan melepaskan asam lemak bebas dan gliserol. (Newsholme dan Leech, 1983). Hampir semua asam lemak yang dilepas di kapiler jaringan adipose diambil oleh sel adiposit untuk resintesis menjadi triasilgliserol dan disimpan. Asam lemak yang dilepas di kapiler otot akan diambil dan digunakan sebagai energi. Partikel kilomikron yang tersisa (kilomikron remnant) mengandung lebih sedikit triagliserol dan banyak kolesterol dan ester kolesterol, akan diambil oleh hati melalui reseptor khusus apo E serta reseptor LDL. Lemak dari kilomikron remnant di dalam sel hati mengalami hidrolisis menjadi asam lemak bebas, monoasilgliserida, gliserol, dan kolesterol. Komponen tersebut akan diresintesis menjadi triasilgliserol dan turut membentuk VLDL atau HDL (Mayes, 1996). VLDL. VLDL adalah lipoprotein endogen yang disintesis di hati, berfungsi membawa hasil sintesa lipida dari hati ke jaringan tubuh lainnya (Bigazzi et al., 2006). VLDL lebih kecil dibandingkan dengan kilomikron, serta mempunyai diameter nm berat jenis kurang dari g/ml (Marinetti, 1990) Partikel VLDL yang tersisa setelah hidrolisis (remnant) mengandung sebagian kecil triasilgliserol, ester kolesterol, fosfolipid, apolipoprotein B-100 dan E. VLDL remnant (IDL) akan mengalami dua kemungkinan, yaitu diambil oleh hati melalui reseptor LDL atau diubah menjadi LDL. Lipoprotein LDL merupakan pembawa kolesterol terbanyak yaitu 60 persen dari total kolesterol plasma, dan sebagian besar LDL terbentuk dari VLDL remnant.

20 LDL. Fungsi LDL adalah membawa sterol ke dalam jaringan perifer, untuk kontruksi membran atau pembentukan hormon steroid. Lipoprotein LDL bersifat efek aterogenik karena mudah melekat pada pembuluh darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang lambat laun mengeras membentuk flak dan menyumbat pembuluh darah (Assmann et al., 2004). Peningkatan kadar kolesterol LDL di dalam darah akan mengakibatkan metabolisme kolesterol terganggu sehingga terjadi pembentukan lapisan lemak (fatty streak). Lapisan lemak ini awalnya tipis, belum menyumbat pembuluh darah. Selanjutnya terjadi proses proliferaktif sehingga terbentuk kerak berserat atau fibrous plak. Bila sel endotel pembuluh darah arteri di bawahnya terkoyak akibat berbagai faktor maka trombosit akan menempel pada dinding arteri yang rusak. Interaksi antara trombosit dengan sel endotel yang rusak akan merangsang pertumbuhan (proliferasi) jaringan ikat pada dinding arteri yang disebut plak aterosklerotik atau ateroma. Plak ateroskerotik ini akan tumbuh terus secara progresif selama bertahun-tahun dan akhirnya dapat menghambat aliran darah (Dalimartha, 2002). HDL. HDL adalah partikel yang padat dan kecil, mengandung protein paling tinggi yaitu 55% dan lipida 45%. Liop rotein HDL disintesa dalam hat i ditransportasikan kedalam aliran darah. Fungsi HDL adalah membawa kolesterol dalam membran sel ke hati untuk didegradasi kembali dan digunakan untuk sintesa asam empedu. dan Lipoprotein HDL disebut juga dengan kolesterol baik karena mempunyai efek antiaterogenik yaitu mengangkut kolesterol bebas dari pembuluh darah dan jaringan lain menuju hati selanjutnya mengeluarkannya lewat empedu (Assmann et al., 2004). Transpor Lemak Lemak dalam darah diangkut dalam tiga bentuk yaitu kilomikron, partikel lipoprotein yang sangat kecil, dan bentuk asam lemak yang terikat dalam albumin. Kilomikron menyebabkan darah tampak keruh, terdiri atas lemak 81% - 82 %, protein 2%, fosfolipid 7% dan kolesterol 9%. Kekeruhan akan hilang dan darah menjadi jernih kembali karena terjadinya proses hidrolisis lemak oleh enzim lipoprotein lipase. Lipoprotein lipase terdapat dalam sebagian besar jaringan, dan terdapat dalam jumlah banyak pada jaringan adipose dan otot jantung. Lemak yang diabsorpsi diangkut kehati dan di hati lemak diubah menjadi fosfolipid yang

21 kemudian diangkut ke organ-organ maupun jaringan-jaringan tubuh (Poedjiadi, 1994). Smaolin dan Grosvenor (1997) menerangkan bahwa lemak dalam darah diangkut dengan dua cara yaitu jalur eksogen dan jalur endogen. Jalur Eksogen. Trigliserida & kolesterol yang berasal dari makanan dalam usus dikemas dalam bentuk partikel besar lipoprotein, yang disebut kilomikron. Trigliserida dalam kilomikron dibawa ke dalam aliran darah dan mengalami penguraian oleh enzim lipoprotein lipase, sehingga terbentuk asam lemak bebas dan kilomikron remnant. Asam lemak bebas akan menembus jaringan lemak atau sel otot untuk diubah menjadi trigliserida kembali sebagai cadangan energi. Kilomikron remnant akan dimetabolisme dalam hati sehingga menghasilkan kolesterol bebas. Sebagian kolesterol yang mencapai organ hati diubah menjadi asam empedu, yang akan dikeluarkan ke dalam usus, berfungsi seperti detergen & membantu proses penyerapan lemak dari makanan. Sebagian lagi dari kolesterol dikeluarkan melalui saluran empedu tanpa dimetabolisme menjadi asam empedu kemudian organ hati akan mendistribusikan kolesterol ke jaringan tubuh lainnya melalui jalur endogen. Jalur Endogen. Pembentukan trigliserida dalam hati akan meningkat apabila makanan sehari-hari mengandung karbohidrat yang berlebihan. Hati mengubah karbohidrat menjadi asam lemak, kemudian membentuk trigliserida. Trigliserida dibawa melalui aliran darah dalam bentuk very low density lipoprotein (VLDL), yang kemudian akan dimetabolisme oleh enzim lipoprotein lipase menjadi IDL (intermediate density lipoprotein). Melalui serangkaian proses, IDL akan berubah menjadi LDL (low density lipoprotein) yang kaya akan kolesterol. Kira-kira ¾ dari kolesterol total dalam plasma normal manusia mengandung partikel LDL, yang mana LDL ini bertugas menghantarkan kolesterol ke dalam tubuh. Kolesterol yang tidak diperlukan akan dilepaskan ke dalam darah, yang akan berikatan dengan HDL (high density lipoprotein). Tugas HDL adalah membuang kelebihan kolesterol dari dalam tubuh. Indeks Atherogenik Indeks atherogenik merupakan indikator untuk mengetahui resiko atherosklerosis yang menjadi penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah. Nilai indeks atherogenik ini sangat tergantung dengan kadar HDL. Kadar HDL yang

22 semakin tinggi menyebabkan indeks atherogenik semakin rendah sehingga resiko terjadinya atherosklerosis juga semakin kecil. Nilai indeks atherogenik ideal untuk laki-laki adalah di bawah 4,5 dan untuk wanita di bawah 4,0 (Sihombing, 2003). Kadar Kolesterol Otot Kolesterol merupakan lemak jaringan yang terdapat dalam lemak intramuskuler (marbling), yang deposisinya dipengaruhi oleh spesies diantara ternak, umur dan lokasi otot (Soeparno, 1992). Kisaran kandungan kolesterol jaringan otot sedikit bervariasi diantara spesies. Semakin meningkat umur individu maka kadar kolesterol cenderung meningkat (Seman dan McKenzie-Parnell, 1989). Kandungan kolesterol daging domba ternyata hampir sama dengan daging sapi, babi, dan ayam dan lebih rendah jika dibandingkan dengan beberapa produk susu dan daging ayam olahan dan makanan asal laut. Daging sapi sebanyak 85 g mengandung kalori 245, lemak 16 g, lemak jenuh 6,8 g, protein 23 mg dan zat besi 2,9 g sedangkan daging domba mengandung kalori 235, lemak 16 g, lemak jenuh 7,3 g, protein 22 mg, dan zat besi 1,4 g. Lemak jenuh merupakan pemicu meningkatnya kadar kolesterol darah (USDA, 1989). Offal atau jeroan adalah bagian-bagian dalam tubuh hewan yang sudah dipotong kecuali otot dan tulang (Wikipedia, 2008). Kandungan kolesterol pada daging lin dan offal pada domba tidak jauh berbeda pada daging lin dan offal sapi. Tabel 1 menunjukkan kandungan kolesterol dalam daging lin dan offal dalam 100 g. Tabel 1. Kandungan Kolesterol dalam Daging Lin dan Offal Sumber Ginjal, Domba Sapi Hati, Domba Sapi Daging,Domba Sapi Sumber: Paul dan Squthgate, 1978 Kolesterol (mg/100g) Berdasarkan komposisi kimia daging, dapat dilihat bahwa daging domba memiliki komposisi kimia yang tidak berbeda dengan komposisi kimia daging lain terutama daging sapi. Komposisi kimia daging domba dan daging sapi dapat di lihat pada Tabel 2.

23 Tabel 2. Komposisi Kimia Daging Domba dan Sapi Komposis Sapi Domba Air (%) 66,0 66,3 Protein (%) 18,8 17,1 Lemak (%) 14,0 14,8 Ca (mg/g) 11,0 10,0 P (mg/g) 17,0 19,0 Besi (mg/g) 2,8 2,6 Vitamin B (mg/g) 0,08 0,15 Sumber: Dewi, 1996 Hewan Percobaan Tikus yang sering digunakan dalam penelitian adalah jenis Rattus norvegicus (tikus putih) yang berjenis kelamin jantan. Tikus dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat mendengar dan melihat tikus lain dan jika dipegang dengan cara yang benar tikus tikus ini tenang dan mudah ditangani di laboratorium. Terdapat beberapa galur tikus percobaan diantaranya galur Spague-Dawley ditandai dengan berwarna albino putih, berkepala kecil dan ekor lebih panjang dari tubuhnya. Galur Wistar ditandai dengan kepala lebih besar dan ekor lebih pendek, serta galur Long- Evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Kandang tikus harus berlokasi pada tempat yang bebas dari suara ribut dan terjaga dari asap industri atau polutan lainnya. Kandang harus cukup kuat tidak mudah rusak, terbuat dari bahan yang mudah dibongkar, mudah dibersihkan dan mudah dipasang lagi. Kandang harus tahan gigitan, hewan tidak mudah lepas, tetapi hewan harus tampak jelas dari luar. Alas kandang selalu kering dan tidak berbau untuk mencegah gangguan respirasi serta alat alat dalam kandang dibersihkan 1 2 kali minggu. Suhu kandang yang ideal berkisar C dan kelembaban 40 70%. Cahaya harus diusakan agar terdapat keadaan 12 jam terang dan 12 jam gelap (Malole dan Pramono, 1989). Tikus tergolong hewan yang makan pada malam hari (nocturnal) dan tidur pada siang hari. Kualitas makanan tikus merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan tikus mencapai potensi genetik untuk tumbuh, berbiak serta aktifitas hidup sehari-hari. Makanan tikus tidak berbeda seperti hewan

24 percobaan lainnya yang membutuhkan protein, lemak, energi serta mineral. Tikus mengkonsumsi makanan dalam sehari tiap ekor berkisar 12 g sampai 20 g dan konsumsi minum ml air (Muchtadi, 1989). Protein yang dibutuhkan sebesar 12 %, lemak 5%, karbohidrat 3,8 Kal/kg. Makanan tikus harus mengandung vitamin A (4000 IU/kg); vitamin D(1.000 IU/kg); alfa-tokoferol (30 mg/kg); asam linoleat (3 g/kg); tiamin (4 mg/kg); riboflavin (3 mg/kg); pantotenat (8 mg/kg); vitamin B12 (50 µg/kg); biotin (10 µg/kg ); piridoksin ( µg/kg); dan kolin (1.000 mg/kg). Mineral yang dibutuhkan meliputi mineral makro yang meliputi kalsium 0,5%; fosfor 0,4%; magnesium 400 mg/kg; kalium 0,36%; natrium 0,05% dan mineral mikro yang meliputi tembaga 5,0 mg/kg; yodium 0,15 mg/kg; besi 35 mg/kg; mangan 50 mg/kg; dan seng 12 mg/kg (NRC, 1978). Karakteristik lain dari tikus adalah (1) tidak mempunyai kantung empedu (gall blader), (2) tidak dapat memuntahkan kembali isi perutnya, (3) tidak pernah berhenti tumbuh, namun kecepatannya akan menurun setelah berumur 100 hari (Muchtadi et al., 1993). Susunan gigi tikus terdiri dari 1/1 gigi seri dan 3/3 gigi geraham, hanya gigi seri yang terus tumbuh, sifat lainnya struktur anatomi esofagus yang bermuara kedalam lambung dan umumnya berat badan tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan berat badan tikus liar (Malole dan Pramono, 1989). Data yang berkaitan dengan fisiologis tikus dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data Fisiologis Tikus Kriteria Berat lahir Berat jantan dewasa Suhu (rektal) Pernapasan Denyut Jantung Kolesterol Trigliserida Sumber: Malole dan Pramono, 1989 Nilai 5 6 g g 35,9 37,5 C /menit /menit mg/dl mg/dl

25 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan hewan penelitian dan pembuatan pakan, Laboratorium Klinik Prodia Bogor untuk analisis profil lemak darah, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor untuk analisis proksimat. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Nopember 2007 sampai dengan bulan Januari Materi Materi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua materi pokok yaitu, materi yang digunakan dalam pembuatan produk daging domba menjadi gulai dan materi yang digunakan dalam percobaan in vivo dan analisis darah. Produk Olahan Daging Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan daging olahan gulai adalah daging domba yang berasal dari ternak lokal yang berumur 1-2 tahun. Daging yang digunakan adalah daging bagian paha belakang sebanyak 3 kg, dan penambahan jeroan sebanyak 20 % dari total daging domba yang digunakan. Jeroan yang digunakan masing masing sebesar 4% terdiri atas hati, jantung, usus, ginjal dan paru-paru serta ditambah dengan bumbu gulai instan dan santan kelapa instan. Alat yang digunakan adalah alat pengolahan gulai yang meliputi timbangan digital, pisau, kompor, pengaduk kayu, blender dan panci. Percobaan in Vivo dan Analisis Darah Hewan yang digunakan dalam percobaan in vivo adalah tikus putih jantan albino Norway rats (Rattus novegicus) galur Wistar yang diperoleh dari SEAMEO Universitas Indonesia Salemba sebanyak14 ekor (dengan 7 ulangan perlakuan pakan mengandung gulai daging domba dengan penambahan jeroan dan 7 ulangan perlakuan pakan kontrol dengan sumber protein kasein) dengan bobot awal rata-rata 40 gr. Alat yang digunakan adalah kandang individu sebanyak 14 buah terbuat dari plastik dengan tutup berupa kawat kasa, tempat pakan dari plastik dan tempat minum dari botol gelas, serta alat untuk pengambilan sampel darah syringe 2,5 ml, vacuum venojact 10 ml yang mengandung antikoagulan lithilium heparin, bahan anestesi, top

26 les dan termos es. Termometer digital digunakan untuk mengukur suhu tubuh tikus, dan timbangan digital untuk mengukur berat badan tikus. Anal isis darah menggunakan alat automated alinical analyzer TRX 7010 Version Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) untuk analisis darah yang meliputi kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, trigliserida, dan indeks atherogenik dengan tiga ulangan. Perlakuan meliputi pemberian pakan mengandung kasein (kontrol) dan pakan mengandung gulai daging domba. Selanjutnya dalam pengukuran respon fisiologis yang meliputi suhu tubuh, frekuensi pernapasan dan detak jantung pada tikus digunakan rancangan RAL dengan penarikan anak contoh (sub-sampling), dan menggunakan tujuh ulangan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan ANOVA (Mattjik dan Sumertajaya, 2002). Keterangan : Yij Yij = µ + σi +εij = Nilai pengamatan pada perlakuan pakan ke-i, dan ulangan ke-j µ = Rataan umum σi εij =Pengaruh perlakuan pakan yang berbeda (kontrol dan gulai kambing) = pengaruh galat pada perlakuan pakan ke-i dan ulangan ke-j Prosedur Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama daging domba diolah menjadi gulai. Tahap kedua menganalisis komposisi kimia produk olahan dan menyusun ransum dengan menggunakan daging olahan sebagai sumber protein. Tahap ketiga melakukan pengujian secara in vivo dengan menggunakan hewan percobaan yang diberi ransum yang mengandung produk olahan tersebut, dan tahap terahir melakukan pengujian kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida serta pengukuran denyut jantung, frekuensi pernapasan dan suhu tubuh. Pembuatan Gulai Daging domba sebanyak 400 g dan jeroan sebanyak 100 g (hati, usus, paruparu, ginjal, jantung) dipotong potong berbentuk seperti dadu dan direbus dengan

27 600 ml air selama 20 menit. Santan encer dan bumbu gulai satu bungkus dimasukkan secara perlahan sambil diaduk aduk sekitar 10 menit lalu ditambahkan santan kental 100 ml, dan gulai terus diaduk sampai matang. Pengujian Olahan Daging Komposisi nutrisi produk olahan diuji menggunakan analisis proksimat (AOAC, 1984) dan analisis kolesterol. Analisis kolesterol menggunakan metode Lieberman Buchards. Kadar Air. Penentuan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode oven (AOAC, 1984). Sebanyak 5 g sampel produk olahan daging ditimbang dalam wadah botol logam yang berat keringnya telah diketahui sebelumnya. Wadah beserta isinya dipanaskan dalam oven dengan suhu 105 º C selama 12 jam. Sampel kemudian didinginkan hingga beratnya konstan. Kadar air dihitung dengan persamaan dibawah ini : Berat sampel segar Berat sampel kering Kadar air (%BB) = 100 % Berat awal sampel Kadar Protein. Kadar protein diukur menggunakan metode Kjeldahl (AOAC, 1984). Sampel produk olahan daging sebanyak 0,25 g (X) dimasukkan kedalam labu Kjeldahl 100 ml, kemudian ditambahkan 0,25 g katalis selenium dan 25 ml H 2 SO 4 pekat. Campuran dipanaskan di atas pembakar Bunsen, kemudian didestruksi hingga jernih dan berwarna hijau kekuningan. Labu destruksi didinginkan dan larutan dimasukkan ke dalam labu penyulingan serta diencerkan dengan 300 ml air yang bebas N, kemudian ditambah dengan batu didih dan NaOH 33%. Labu penyulingan dipasang dengan cepat pada pada alat penyulingan hingga 2/3 cairan dalam labu penyulingan menguap dan ditangkap oleh larutan H 2 SO 4 berindikator dalam labu Erlenmeyer. Kelebihan H 2 SO 4 dalam labu Erlenmeyer dititar dengan NaOH 0,3 N (Z ml) sampai terjadi perubahan warna menjadi biru kehijauan lalu dibandingkan dengan titar blanko ( Y ml). Kadar protein dihitungdengan persamaan dibawah ini : (Y Z) 0,014 titar NaOH 6,25 Kadar Protein Kasar = 100% X Kadar Lemak. Pengukuran kadar lemak menggunakan metode Soxhlet (AOAC, 1984). Labu yang akan digunakan dikeringkan dalam oven, kemudian didinginkan

28 dalam alat desikator dan timbang beratnya. Sebanyak 5 g sampel daging olahan dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet. Alat Kondenser diletakkan di bawahnya. Pelarut heksana dimasukkan ke dalam labu lemak secukupnya. Pelarut dalam lemak didestilasi dan ditampung kembali. Abu lemak yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105 ºC hingga beratnya konstan, dan didinginkan dalam alat desikator. Labu beserta lemaknya ditimbang. Kadar lemak dihitung dengan persamaan di bawah ini : Berat lemak (g) Kadar lemak (%BB ) = 100 % Berat sampel (g) Kadar Abu. Sampel produk olahan daging sebanyak 5 g ditempatkan dalam cawan porselin yang telah diketahui beratnya. Sampel tersebut dimasukkan dalam oven untuk dipijarkan pada suhu 600 ºC hingga beratnya konstan, kemudian timbang berat abu yang dihasilkan. Kadar abu dihitung dengan persamaan di bawah ini : Berat abu (g) Kadar abu (% BB) = 100% Berat sampel (g) Kadar Kolesterol Daging Gulai (Metode Lieberman Buchards). Analisis kadar kolesterol daging gulai menggunakan metode Lieberman Buchards (Herpandi, 2005). Sebanyak 0,1 g sampel dimasukkan tabung sentrifuse dan ditambahkan 8 ml alkohol : heksan (8:1) lalu aduk sampai homogen. Pengaduk dibilas dengan 2 ml larutan alkohol : heksan (2:1) kemudian di sentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatan dituangkan kedalam gelas piala untuk diuapkan di penangas air. Residu yang tersisa diuapkan dengan kloroform sedikit demi sedikit sambil dituangkan dalam tabung berskala sampai volume 5 ml, kemudian ditambahkan 2 ml acetic anhidrid, 0,2 ml H 2 S0 4 pekat, lalu di kocok dengan alat vorteks dan dibiarkan ditempat gelap selama 25 menit, kemudi an dibaca absorbansinya pada λ 550 nm. Perhitungan kadar kolesterol dilakukan dengan rumus: Kadar Kolesterol = Absorbansi contoh Absorbansi standar Bobot sampel x konsentrasi standar

29 Penyusunan dan Pembuatan Ransum Percobaan Penyusunan ransum dilakukan setelah komposisi nutrisi produk olahan daging diketahui melalui analisis proksimat. Panduan penyusunan ransum yang digunakan mengikuti AOAC (1984). Penyusunan ransum disesuaikan dengan kebutuhan tikus berdasarkan kebutuhan nutrisi hewan percobaan. Konsumsi dan kandungan nutrisi ransum kontrol tikus percobaan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan Nutrisi Ransum Kontrol dengan Sumber Protein Kasein Bahan makanan Bahan Kering Protein (%) Lemak Gross (%) (%) Energy (kal) Kasein 9 7,82 0,18 32,9 Minyak nabati 7,77-7,77 63,14 Campuran mineral 4, CMC Maizena 76,82 4,24 263,49 Vitamin Jumlah ,06 7,95 359,53 Kandungan nutrisi protein ransum perlakuan memiliki persentase yang tidak jauh berbeda dengan ransum kontrol. Penyusunan ransum perlakuan juga dilakukan berdasarkan kebutuhan nutrisi hewan percobaan. perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan Nutrisi Ransum Perlakuan Bahan makanan Bahan Kering (%) Protein (%) Kandungan nutrisi ransum Lemak (%) Gross Energy (kal) Gulai Daging Domba 22 8,33 7,01 96,41 Minyak nabati ,04 Campuran mineral 4, CMC Maizena 69,52 3,82 237,76 Vitamin Jumlah ,15 9,01 352,21 Keterangan: Nutrisi ransum berdasarkan hasil perhitungan

30 Percobaan in Vivo dan Pengambilan Sampel Darah Tikus dilakukan masa adaptasi selama 4 hari sebelum dilakukan percobaan untuk membiasakan tikus pada lingkungan laboratorium. Selama masa adaptasi tikus diberikan pakan kontrol (sumber protein kasein) dan konsumsi air minum ad libitum. Bobot badan tikus ditimbang tiap dua hari sekali, dan konsumsi ransum ditimbang setiap hari. Setelah masa adaptasi, pakan perlakuan diberikan selam 20 hari, dan air minum diberikan ad libitum. Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke-20 setelah masa perlakuan dengan cara mengambil darah langsung dari jantung tikus yang telah diberi anestesi. Darah diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung vacuum venojact yang sudah diberi antikoagulan lithium heparin. Plasma yang diperoleh digunakan untuk pengukuran kadar kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida. Konsumsi Pakan dan Penimbangan Berat Badan Tikus. Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari sekali yaitu pada sore hari pada saat penggantian pakan. Konsumsi dihitung berdasarkan penimbangan sisa pakan yaitu dengan mengurangkan pakan yang diberikan dengan sisa pakan yang ditimbang. Berat badan tikus ditimbang setiap dua hari sekali menggunkan timbangan digital dan toples. Tikus dimasukkan kedalam toples dan lihat berat yang tertera pada layar kemudian dicatat beratnya. Pengujian Respon Fisiologis Tikus. Suhu tubuh diukur dengan memasukkan termometer digital pada bagian rektal tikus selama satu menit. Angka yang terlihat selanjutnya pada termometer menunjukan suhu tubuh hewan percobaan. Jumlah pernafasan dan detak jantung diamati dengan menempelkan jari tangan masingmasing pada diafragma dan dada sebelah kiri. Pengukuran respon fisiologis dilakukan setiap dua hari sekali pada pagi hari. Analisis Profil Lemak Darah Tikus Analisis kadar kolesterol total, kolesterol HDL, dan trigliserida darah menggunakan alat automated clinical analyzer TRX Alat tersebut menganalisis sampel plasma darah secara otomatis, data analisis akan keluar dalam data print out. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan mencampurkan reagen dengan sampel plasma darah secara otomatis kemudian dibaca absorbansinya. Alat ini bekerja mulai dari

31 persiapan sampai akhir perhitungan secara otomatis menggunakan program komputer. Kadar kolesterol LDL tidak dilakukan analisis tetapi menggunakan perhitungan rumus Friedewald et al (1972). Kadar Kolesterol Low Density Lipoprotein (Friedewald et al., 1972). Kadar kolesterol LDL dihitung secara langsung menggunakan rumus: Kolesterol LDL (mg/dl)= kolesterol total kolesterol HDL - Indeks Atherogenik (Carron et al., 1999). dengan menggunakan rumus: IA = (Total kolesterol kolesterol HDL) / kolesterol HDL trigliserida Indeks atherogenik (IA) dihitung 5

32 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Pertumbuhan Tikus Selama percobaan berlangsung terjadi kenaikan berat badan yang berbeda untuk setiap perlakuan. Kenaikan berat badan terendah didapat pada perlakuan pakan kontrol sebesar 102% dan untuk perlakuan pakan gulai sebesar 163%. Berat akhir tikus kontrol dan perlakuan sebelum dilakukan analisis darah sebesar 85 g dan 142 g. Berat tikus tersebut masih didalam masa pertumbuhan. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menerangkan bahwa tikus jantan dewasa memiliki berat sebesar g. Hasil pengamatan terhadap berat badan dan konsumsi ransum tikus yang dilakukan selama masa percobaan disajikan dalam Tabel 6. Kurva pertumbuhan tikus selama percobaan dapat dilihat pada Gambar 2. Tabel 6. Berat Badan dan Konsumsi Tikus Selama Percobaan Kriteria Pakan Kontrol Pakan Perlakuan Pertambahan berat badan (g)/hari 2 ± 1,8 A 4 ± 1,6 B Kenaikan Berat Badan(%) Konsumsi Ransum BK(g/hari) 5,58 ± 2,37 A 8,51 ± 3,52 B Konsumsi Protein (g/hari) 0,35 0,62 Konsumsi Lemak (g/hari) 0,16 0,58 Konsumsi Energi Bruto (kal/hari) 20,09 29,79 Keterangan : Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P 0,05) Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Berat Badan Tikus Selama Percobaan

33 Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsumsi antar perlakuan berbeda nyata (P 0,05). Konsumsi ransum per hari grup pakan gulai daging domba penambahan jeroan sebesar 8,51 g/hari lebih tinggi dibandingkan dengan pakan kontrol sumber kasein 5,58 g/hari. Pakan perlakuan gulai daging domba yang ditambah jeroan lebih disukai dibandingkan pakan kontrol karena mempunyai tingkat palatabilitas yang lebih baik disebabkan oleh flavour lemak dan daging yang keluar pada saat daging mengalami proses pemasakan. Pertambahan berat badan tikus perlakuan dengan pakan gulai daging domba yang ditambah jeroan lebih tinggi dua kali lipat yaitu sebesar 4 g/hari dibandingkan dengan pakan kontrol sebesar 2 g/hari. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pertambahan berat badan antara pakan perlakuan gulai daging domba yang ditambah jeroan dan pakan kontrol berbeda nyata (P 0,05). Pertambahan berat badan sangat dipengaruhi oleh jumlah dan kandungan nutrisi pakan yang dikonsumsi yang sebagian besar akan digunakan untuk pertumbuhan otot tikus pada masa pertumbuhan. Kandungan lemak, protein dan energi bruto yang dikonsumsi tikus pada perlakuan pakan yang mengandung daging gulai domba yang ditambah jeroan sebesar 0,58 g/hari; 0,62 g/hari dan 29,79 kal/hari lebih banyak dibandingkan dengan tikus kontrol sebesar 0,35 g/hari; 0,16 g/hari dan 20,09 kal/hari. Jumlah nutrisi yang masuk lebih tinggi pada pakan perlakuan karena jumlah konsumsi pakan yang lebih banyak. Kandungan nutrisi yang lebih baik akan meningkatkan produksi yang lebih baik pula. Produksi yang baik ditandai dengan pertambahan berat badan tikus perlakuan pakan gulai daging domba yang lebih tinggi dibandingkan dengan tikus kontrol. Gambar 2 menunjukkan pertumbuhan tikus perlakuan yang lebih cepat dengan kecepatan pertumbuhan dua kali lebih cepat dibandingkan dengan tikus kontrol. Lawrie (1995) menjelaskan bahwa pakan yang masuk akan digunakan untuk kebutuhan hidup pokok dan selanjutnya untuk produksi daging (bobot tubuh) maupun aktivitas lainnya. Respon Fisiologis Respon fisiologis merupakan suatu fungsi dari hewan yang menjadi satu kesatuan untuk mempertahankan kondisi hewan dari pengaruh lingkungan luar yang masuk. Pengukuran respon fisiologis yang meliputi denyut jantung, frekuensi pernapasan dan suhu tubuh akibat mengkonsumsi pakan yang mengandung gulai

34 daging domba yang ditambah jeroan tidak berbeda nyata ( P 0,05 ) dibandingkan tikus kontrol berdasarkan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Pengukuran Respon Fisiologis Perlakuan Respon Kontrol Gulai Daging Domba Penambahan Jeroan Suhu Tubuh ( 0 C) 35,7 ± 0,88 35,8 ± 0,62 Denyut Jantung (jumlah/ menit) 211,5 ± 27,99 216,2 ± 20,53 Frekuensi Pernafasan (jumlah/ menit) 148,93 ± 20,6 141,93 ± 19,5 Suhu tubuh merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam dan bernilai konstan saat pengukuran dan merupakan energi yang dimetabolisme dari makanan yang masuk atau dari senyawa yang ada didalam tubuh. Hasil analisis ragam terhadap suhu badan (rektal) menunjukkan bahwa konsumsi pakan yang mengandung gulai daging domba yang ditambah jeroan tidak berbeda nyata dibandingkan dengan pakan kontrol. Tikus merupakan salah satu hewan mamalia berdarah panas (homeotermik) sehingga mempunyai sistem untuk mempertahankan suhu tubuhnya atau homeostasis. Sistem homeostasis berfungsi untuk mengendalikan diri (panas) sehingga tercapai keseimbangan. Siagian (2005) menjelaskan bahwa homeostasis dipertahankan oleh berbagai proses pengaturan yang melibatkan semua organ tubuh melalui pengaturan keseimbangan yang sangat halus namun bersifat dinamis. Hewan dalam mempertahankan dan menyeimbangkan regulasi suhu tubuh yaitu berprinsip pada pengaturan produksi dan pembuangan panas. Hewan menghasilkan sejumlah panas metabolisme tergantung dari bobot badan, jumlah makanan yang dikonsumsi dan kondisi lingkungan. Konsumsi makanan meningkatkan produksi panas karena kerja dinamik spesifik makanan. Sejumlah protein yang dapat menghasilkan 100 kal, akan meningkatkan laju metabolisme sebesar 30 kal. Hidrat arang dalam jumlah yang sama akan menyebabkan peningkatan sebesar 6 kal, dan lemak akan meningkatkan laju metabolisme sebesar 4 kal (Ganong, 1995). Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh tikus perlakuan lebih banyak sehingga kandungan protein, lemak dan karbohidrat lebih tinggi dibandingkan pakan kontrol. Panas hasil kerja dinamik spesifik dari pakan perlakuan

PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN

PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI

PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor sebagai tempat perlakuan

Lebih terperinci

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN SATE DAGING DOMBA

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN SATE DAGING DOMBA PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS (Rattus novergicus) YANG DIBERI PAKAN SATE DAGING DOMBA SKRIPSI DINI MAHARANI ARUM RIMADIANTI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum dan Pertumbuhan Tikus Wistar selama Percobaan Konsumsi ransum merupakan banyaknya zat makanan atau pakan yang dimasukkan (food intake) dan kemudian terjadi proses metabolisme

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pengaruh pemberian berbagai level tepung limbah jeruk manis (Citrus sinensis) terhadap kadar kolesterol dan trigliserida darah pada domba Padjadjaran jantan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan lemak yang dianjurkan adalah sebanyak 30% dari total kalori yang dibutuhkan. Nilai gizi suatu minyak atau lemak dapat ditentukan berdasarkan dua aspek yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Broiler merupakan ternak yang dapat menghasilkan daging dalam waktu singkat serta dapat mengkonversi ransum yang dikonsumsi untuk memproduksi satu kilogram bobot

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Yoghurt Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri. Yoghurt dapat dibuat dari susu apa saja, termasuk susu kacang kedelai. Tetapi produksi modern

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh kemudian dibungkus dengan kertas rokok berukuran panjang 70 120 mm dengan diameter

Lebih terperinci

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita 12 Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita hiperkolesterolemia yang menderita penyakit jantung koroner, tetapi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS)

PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) PROSES SINTESIS ASAM LEMAK (LIPOGENESIS) Lipogenesis adalah pembentukan asam lemak yang terjadi di dalam hati. Glukosa atau protein yang tidak segera digunakan tubuh sebagian besar tersimpan sebagai trigliserida.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Laboratorium Lapang Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor merupakan laboratorium lapang yang terdiri dari empat buah bangunan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

Lebih terperinci

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan

Pendahuluan kebutuhan energi basal bertahan hidup Lemak sumber energi tertinggi asam lemak esensial Makanan mengandung lemak Pencernaan Metabolisme lemak Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila Pendahuluan Manusia memiliki kebutuhan energi

Lebih terperinci

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen)

Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME LIPID Metabolisme lipid secara garis besar ASAM LEMAK KOLESTEROL Sumber asam lemak Lemak dalam makanan (eksogen) Sintesis de novo dari asetil KoA berasal dari KH / asam amino (endogen) METABOLISME

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid, ditandai oleh peningkatan dan/atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang dijumpai yaitu peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan pola makan atau mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa disebabkan karena gaya hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lemak plasma. Beberapa kelainan fraksi lemak yang utama adalah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan pupuk cair dan karakteristik pupuk cair ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 200 yang dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 15 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai Januari 2012. Preparasi bahan baku, perhitungan rendemen, dan analisis morfometrik dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PROFIL LEMAK, KOLESTEROL DARAH, DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS WISTAR YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG GULAI DAGING SAPI LEAN SKRIPSI JULIANSYAH SUDRAJAT

PROFIL LEMAK, KOLESTEROL DARAH, DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS WISTAR YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG GULAI DAGING SAPI LEAN SKRIPSI JULIANSYAH SUDRAJAT PROFIL LEMAK, KOLESTEROL DARAH, DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS WISTAR YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG GULAI DAGING SAPI LEAN SKRIPSI JULIANSYAH SUDRAJAT PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Bumbu Pasta Ayam Goreng 1. Kadar Air (AOAC, 1995) Air yang dikeluarkan dari sampel dengan cara distilasi azeotropik kontinyu dengan menggunakan pelarut non polar.

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang pengararuh pemberian ransum dengan suplementasi tepung ceker ayam terhadap kadar kolesterol dan Asam lemak pada kuning telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi

I. PENDAHULUAN. energi dan pembentukan jaringan adipose. Lemak merupakan sumber energi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Lemak memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai sumber energi dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, neraca analitik, pembakar Bunsen, rangkaian alat distilasi uap, kolom kromatografi, pipa kapiler, GC-MS, alat bedah,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pemulian Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, sedangkan analisis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi talas segar yang dibeli di Bogor (Pasar Gunung Batu, Jalan Perumahan Taman Yasmin, Pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lansia Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Manusia lanjut

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. umum lipid ada yang larut dalam air dan ada yang larut dalam pelarut non. dan paha seiiring dengan bertambahnya usia 4. 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian Lipid adalah sekelompok senyawa non heterogen yang meliputi asam lemak dan turunannya, lemak netral (trigliserida), fosfolipid serta sterol. Sifat umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanjut Usia (Lansia) Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Masa panen yang singkat menjadikan ayam broler banyak dibudidayakan masyarakat. Ayam broiler mampu menghasilkan daging 1.020-2.370 g dalam waktu 3-6 minggu (Setiawan

Lebih terperinci

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol

Metabolisme lipid. Metabolisme lipoprotein plasma Metabolisme kolesterol Metabolisme lipid Transport lipid dalam plasma dan penyimpanan lemak Biosintesis lipid Lemak sebagai sumber energi untuk proses hidup Metabolisme jaringan lemak dan pengaturan mobilisasi lemak dan jaringan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Fast food BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi fast food Fast food atau dalam bahasa Indonesia disebut makanan cepat saji merupakan makanan yang pertama sekali diciptakan di Amerika. 12 Menurut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Politeknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g) LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Prosedur Analisis mutu kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC, 1984) Cawan porselen kosong dan tutupnya dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada suhu 100 o C.Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok 1. Pengertian Rokok dan Merokok Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. Merokok adalah menghisap gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. (Kamus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lemak Lemak adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, lemaktidak larut dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Energi dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktiftasnya. Energi didapatkan dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Sebagai sumber energi, lemak memberikan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau. III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2014 bertempat di Labolaturium Teknologi Pascapanen (TPP) dan analisis Kimia dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4 LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis. 1. Kadar Air (AOAC, 1999) Sebanyak 3 gram sampel ditimbang dalam cawan alumunium yang telah diketahui bobot keringnya. tersebut selanjutnya dikeringkan dalam oven

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolesterol dan lemak dibutuhkan tubuh sebagai penyusun struktur membran sel dan bahan dasar pembuatan hormon steroid seperti progesteron, estrogen dan tetosteron. Kolesterol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

ABSORPSI MINERAL DAN KADAR LEMAK DARAH PADA TIKUS YANG DIBERI SERAT AMPAS TEH HASIL MODIFIKASI MELALUI FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger

ABSORPSI MINERAL DAN KADAR LEMAK DARAH PADA TIKUS YANG DIBERI SERAT AMPAS TEH HASIL MODIFIKASI MELALUI FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger ABSORPSI MINERAL DAN KADAR LEMAK DARAH PADA TIKUS YANG DIBERI SERAT AMPAS TEH HASIL MODIFIKASI MELALUI FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger SKRIPSI ESTY SETIA LESTARI PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat adanya penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang sebenarnya memerlukan sejumlah lemak bagi tubuhnya untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok. Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kulit Pisang Ambon dan Kulit Pisang Kepok Pisang adalah salah satu tanaman buah yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. (Warintek, 2011) Taksonomi tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa Salah satu profil biokimia darah yang berhubungan dengan proses metabolisme energi adalah glukosa. Kadar glukosa merupakan indikasi

Lebih terperinci

PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI

PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI PROFIL KOLESTEROL DAN TRIGLISERIDA DARAH SERTA RESPON FISIOLOGIS TIKUS YANG DIBERI RANSUM MENGANDUNG SATE DAGING SAPI SKRIPSI ROHMAH RETNO WULANDARI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2011. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan

Lebih terperinci

6) Analisis Serapan N pada Anak Ayam 7) Analisis Kadar Lemak pada Bubuk Teripang

6) Analisis Serapan N pada Anak Ayam 7) Analisis Kadar Lemak pada Bubuk Teripang Setelah itu labu destruksi didinginkan dan larutan dimasukkan ke dalam labu penyuling dan diencerkan dengan 300 ml air. Selanjutnya ditambah beberapa butir batu didih dan larutan dijadikan basa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di era modern ini terutama di daerah perkotaan di Indonesia umumnya mempunyai gaya hidup kurang baik, terutama pada pola makan. Masyarakat perkotaan umumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan cairan yang terdapat didalam tubuh manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah merupakan cairan yang terdapat didalam tubuh manusia yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Darah 2.1.1 Pengertian umum darah Darah merupakan cairan yang terdapat didalam tubuh manusia yang diproduksi disumsum tulang dan nodus limpa berfungsi mengirimkan zat-zat dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Nutrisi Dedak Gandum (Wheat Bran) setelah Fermentasi Berdasarkan hasil analisis proksimat yang disajikan pada Tabel 7, kandungan wheat bran yang difermentasi (WBF) mengalami

Lebih terperinci

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini, membuat masyarakat terbiasa dengan segala sesuatu yang serba instant, terutama dalam hal makanan. Hal ini terlukiskan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kadar protein tertinggi terdapat pada pakan perlakuan D (udang rebon 45%) yaitu dengan persentase sebesar 39,11%. Kemudian diikuti pakan perlakuan C (udang rebon 30%)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati) BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Menurut Blakely dan Bade (1985), domba diklasifiksikan sebagai berikut : Kingdom : Animal Phylum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Artiodactyla Famili : Bovidae Genus : Ovis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk - Kompor gas - Sendok - Cetakan plastik A.2Bahan

Lebih terperinci