Sedangkan menurut Hartanto (2002: 406), karakter adalah:
|
|
- Yulia Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Karakteristik Menurut Abdullah (1992: 71), karakteristik merupakan sifat khas sesuai dengan tabiat atau coraknya, ciri khas dan watak. Hal tersebut sama dengan pendapat Thoifin (1992: 72), yang mengatakan bahwa karakteristik mempunyai sifat khas yang tidak dapat disembunyikan. Menurut John (2010: 1), karakteristik adalah ukiran atau pahatan watak/ jiwa sehingga berbentuk unik, khas, menarik dan berbeda atau dapat dibedakan dengan yang lain. Secara lebih umum, dalam Ensiklopedi Indonesia (1992: 1663), dijelaskan bahwa: Karakteristik berasal dari kata karakter yang berarti watak. Secara umum pengertian karakteristik adalah sifat khas yang tetap menampilkan diri dalam keadaan apapun. Bagaimanapun upaya untuk menutupi dan menyembunyikan watak itu, ia akan selalu ditemukan sekalipun kadang-kadang dalam bentuk lain. Sedangkan menurut Hartanto (2002: 406), karakter adalah: 1. Kualitas atau atribut yang menunjukkan sifat suatu objek atau organisme. 2. Dalam genetika, ekspresi gen atau sekelompok gen yang terlihat pada fenotipe. 3. Dalam psikiatri, istilah yang digunakan terutama dalam literatur psikoanalitik, dengan cara yang hampir sama dengan kepribadian, khususnya untuk ciri kepribadian yang dibentuk oleh pengalaman hidup dan proses perkembangan. 8
2 9 Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik adalah sifat khas yang unik, menarik dan berbeda yang tidak dapat disembunyikan sesuai dengan perwatakan tertentu. Untuk menemukan karakteristik pupuh Kinanti Kawali digunakan proses analisis. Analisis ialah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan (Poerwadarminto, 2001: 43). Menurut Brotowijoyo (1993: 65), analisis merupakan suatu proses ulasan mengenai suatu objek yang utuh sampai pada unsur-unsur terkecilnya. Tetapi berbeda dengan klasifikasi, analisis dimulai dari mengulas keseluruhan bagian, kemudian memecahkannya menjadi bagian-bagian terpisah yang berdiri sendiri. Sedangkan menurut pendapat Tambajong (1992: 11), analisis merupakan deskripsi ilmiah antara ilmu jiwa, ilmu hitung dan filsafat untuk menguraikan musik melalui rangkaian jalinan nada, irama, dan harmoni dengan membahas unsur gejala sadar dan tidak sadar dalam kesatuan komposisi. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis merupakan cara untuk mengurai suatu bentuk dengan proses memecahmecah objek penelitian kedalam bagian-bagian hingga komponenkomponen terkecil untuk memperoleh pemahaman secara keseluruhan. 2. Pupuh Pupuh adalah puisi Jawa yang berasal dari sastra yang terikat oleh jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata dalam tiap baris, suku kata terakhir
3 10 dari tiap akhir baris, tempat atau saat pernafasan (pedotan) serta watek atau karakter (Soepandi, 1995: 168). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mariko (2007: 69) yang mengatakan bahwa pupuh ialah macapat yang merupakan pola lirik tembang yang diimport dari Jawa pada permulaan abad ke-17 pada saat kerajaan Mataram menjadikan wilayah Sunda sebagai wilayah mancanegara. Sedangkan menurut Caturwati (2007: xx), pupuh adalah lagu Sunda atau Jawa dalam bentuk puisi yang terpola oleh guru lagu dan guru wilangan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pupuh ialah pola lirik yang terikat pada beberapa patokan (aturan) yang berupa guru wilangan, guru lagu, pedotan dan watek, yang di adopsi dari kesenian Jawa, yaitu macapat. Ada 17 macam pupuh yang terdapat di Sunda, masing-masing pupuh tersebut memiliki aturan dan karakter yang berbeda. Ketujuh belas pupuh tersebut yaitu: Kinanti, Sinom, Asmarandana, Dangdanggula, Gurisa, Pangkur, Durma, Mijil, Wirangrong, Balakbak, Magatru, Gambuh, Juru demung, Maskumambang, Pucung, Ladrang dan Lambang (Koncara, 2005: 8). Ketujuh belas pupuh tersebut terbagi ke dalam dua kategori, yaitu: Sekar Ageung (besar) dan Sekar Alit (kecil), pupuh yang termasuk ke dalam sekar ageung ada 4 pupuh, yaitu: Kinanti, Sinom, Asmarandana dan Dangdanggula, sedangkan yang termasuk ke dalam sekar alit ada 13, yaitu:
4 11 No. Gurisa, Pangkur, Durma, Mijil, Wirangrong, Balakbak, Magatru, Gambuh, Juru demung, Maskumambang, Pucung, Ladrang dan Lambang. Berikut ini akan digambarkan ketujuh belas pupuh beserta aturanaturannya berupa nama pupuh, jumlah baris/ padalisan (I, II, III, dst.), guru wilangan dan guru lagu (jika jumlah suku kata pada tiap barisnya 8 dan bunyi huruf vokal terakhirnya adalah U, maka ditulis 8U dst.), sifat/ watek serta penciptanya. Nama Pupuh Tabel 1. Macam-macam Pupuh (Koncara, 1999: 8) SEKAR PUPUH Baris/Padalisan I II III IV V VI VII VIII IX X Sifat/Watek Pencipta 1 Kinanti 8U 8I 8A 8I 8A 8I nineung Sultan Adi (penantian) E 2 Sinom 8A 8I 8A 8I 7I 8U 7A 8I 12A waas hegar Sn. Giri (kegembiraan) Kedaton 3 Asmarandana 8I 8A 8EO 8A 7A 8U 8A birahi (cinta kasih) Sunan Kalijaga 4 Dangdanggula 10I 10A 8EO 7U 9I 7A 6U 8A 12I 7A bungah (agung) Sn. Muriapada 5 Gurisa 8A 8A 8A 8A 8A 8A lucu 6 Pangkur 8A 12I 7A 7A 12U 8A 8I kasar Sn. Gesang 7 Durma 12i 7I 7A 7A 8I 5A 7I ambek (kemarahan) 8 Mijil 10i 6o 10E 10i 6i 6U sedih 9 Wirangrong 8i 8o 8U 8I 8A 8A wirang (malu) 10 Balakbak 12A 3E 12A 3E 12A 3E heureuy (lawak) Sn. G. Parapen Natapraja 11 Magatru 12U 8i 8U 8I 8O nalangsa Sultan (penyesalan) Mayagung 12 Gambuh 7U 10U 12I 8U 8o bingung Sn. Bonang 13 Juru Demung 8A 8U 6I 8A 8U handeudeul (kebingungan) 14 Maskumambang 12i 6A 8Ii 8A sasambat (kesedihan) 15 Pucung 12U 6A 8EO 12A papatah (nasehat) 16 Ladrang 10i 2x4A 8I 12A moyok (sindiran) siloka 17 Lambang 8A 8A 8A 8A (lambang)
5 12 3. Pupuh Kinanti Kawali Pupuh Kinanti Kawali ialah pupuh Kinanti yang berasal dari daerah Kawali yaitu nama sebuah kecamatan yang berada disebelah utara ibu kota Kabupaten Ciamis. Pupuh ini diciptakan oleh Ki Reksa sekitar tahun 1901 dan berkembang di daerah Kawali pada saat itu. Pupuh ini tidak memiliki bukti tertulis, perkembangannya hanya terbatas pada cara tradisional. Pengembangannya dilakukan dengan cara diajarkan di Sekolah Dasar di daerah Kawali tanpa serat kanayagan (notasi), hanya dinyanyikan oleh guru (Bapak Yaya dalam wawancara pada tanggal 09 September 2011). Menurut Danandjaya (1991: 3-4), folklor yang berarti sebagian kebudayaan suatu kolektif memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: a. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari satu generasi ke generasi berikutnya. b. Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi). c. Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan) d.. e.. f.. g. Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan. h.. i... Untuk mengakhiri bagian ini perlu kiranya ditambahkan bahwa suatu folklor tidak berhenti menjadi folklor apabila ia telah diterbitkan dalam bentuk cetakan atau rekaman.
6 13 Dari keterangan tersebut, pupuh ini dapat dikategorikan sebagai sebuah folklor yang pada saat ini keberadaannya hampir hilang. Hanya sebagian warga Kawali saja yang saat ini mengetahui keberadaan pupuh tersebut. Bapak Yaya Ganda Koncara merupakan salah seorang budayawan Sunda yang sekarang berdomisili di Kawali yang mengetahui keberadaan pupuh tersebut sekitar tahun 1994 yang bersumber dari salah seorang mantan penilik Kawali bernama bapak Tisna (alm). Kemudian beliau pula yang mendokumentasikan serta mengenalkan pupuh ini ke wilayah yang lebih luas. Beliau membuat dokumentasi pupuh ini yang kemudian disimpan dibeberapa tempat seperti di stasiun TVRI Bandung dan Sungkeman RRI Bandung yang bertujuan untuk mengenalkan sekaligus melestarikan keberadaan pupuh tersebut. 4. Karawitan Sunda Karawitan ialah suara instrumental/ vokal yang menyanyikan lagu atau ritme berdasarkan pola rasa tradisional (Soepandi, 1995: 104). Menurut Nano dan Engkos (1983: 1) dilihat dari segi pergelarannya, karawitan dapat dibagi dalam tiga kelompok besar. Ketiga kelompok itu terdiri atas Karawitan Sekar (vokal), Karawitan Gending (instrumental), dan Karawitan Sekar Gending. Berikut diuraikan secara ringkas mengenai ketiga kelompok karawitan tersebut. a. Karawitan Sekar (vokal) Karawitan Sekar (vokal) ialah seni suara yang substansi dasarnya menggunakan suara manusia. Adapun pembagian sekar menurut
7 14 bentuknya ialah sekar irama merdeka (irama bebas) dan sekar tandak (ajeg, tetap). 1) Sekar Irama Merdeka Sekar irama merdeka ialah sekar (vokal, nyanyian) yang dalam membawakan lagunya tidak terikat oleh irama (Nano S. dan Engkos W, 1983: 8). Artinya, dalam lagu tersebut, ketukan masih tetap ada, namun bersifat semu. Sementara itu, melodi lagu yang telah ada masih bisa dikembangkan oleh penyanyi terutama dalam ornamentasinya. Materi-materi sekar yang terdapat pada kelompok sekar irama merdeka antara lain tembang, beluk dan kakawen. a) Tembang (Mamaos) Tembang sangat erat kaitannya dengan kesusastraan. Satu hal yang paling menonjol adalah pupuh. Namun, banyak pula yang tidak menggunakan pupuh sebagai patokan untuk rumpakanya (liriknya), sehingga terdapat kategori untuk tembang Sunda, yaitu papantunan yang berakar dari pantun; jejemplangan yang hampir serupa dengan papantunan namun memiliki intro/ gelenyu dan memiliki iringan kecapi tersendiri; dan rarancagan, berbentuk pupuh yang pada mulanya hanya bentuk ini saja yang disebut tembang/ mamaos (Mariko, 2007: 85-86). Isi ungkapan yang diangkat dalam tembang Sunda antara lain tentang sanjungan terhadap leluhur, terutama pada saat
8 15 kejayaan dan keruntuhan kerajaan Pajajaran; keindahan alam Priangan; dan ungkapan percintaan. b) Beluk Beluk sangat erat dengan pergelaran nembang wawacan. Menurut Nano dan Engkos (1983: 15) wawacan ialah cerita yang didangdingkeun (disenisuarakan), biasanya dilakukan pada upacara selamatan 40 hari bagi bayi yang baru dilahirkan. Beluk ini sudah sangat langka dan dianggap sebagai kesenian buhun (kolot, tua, lama). Nada-nada yang digunakan biasanya tinggitinggi dan menggunakan teknik bersuara yang banyak menggunakan nasal hidung (sengau). Dewasa ini beluk dikenal sebagai teknik bernyanyi yang menggunakan nada-nada tinggi yang meliuk-liuk dan banyak menggunakan nasal hidung. c) Kakawen Kakawen lebih dikenal sebagai nyanyian ki dalang pada waktu pergelaran wayang. Isi kakawen antara lain banyak mengisahkan tentang pergantian babak cerita, karakter tokoh wayang, dan kekuatan tokoh wayang. 2) Sekar Tandak Sekar tandak ialah nyanyian yang terikat oleh ketentuanketentuan ketukan dan matra/ wiletan/ bar (Nano dan Engkos, 1983: 17). Adapun lagu-lagu dalam ragam sekar tandak antara lain
9 16 Sindenan, Kawih, Ketuk Tilu, Lagu-lagu Indriya (lagu anak-anak), dan Lagu-lagu Rakyat. b. Karawitan Gending (instrumental) Karawitan Gending (instrumental) ialah seni suara yang substansi dasarnya bersumber dari alat musik, baik itu yang bernada atau tidak bernada. Gending identik dengan gamelan, ditambah beberapa instrumen tunggal seperti rebab, suling dan kecapi. Menurut irama lagu yang dipergunakan, gending terdiri atas dua macam, yaitu gending irama merdeka dan gending tandak. c. Karawitan Sekar Gending (campuran) Karawitan Sekar Gending (campuran) ialah seni suara yang substansi dasarnya bersumber dari alat musik dan suara manusia. Sekar gending ini merupakan perpaduan antara gending (instrumental) dengan sekar (vokal) dimana biasanya vokal menjadi unsur utama dengan diiringi musik. Pengembangan Sekar Gending melahirkan istilah baru yang merupakan puncaknya, yaitu gending karesmen dan sekar gending wanda anyar. Menurut Mariko (2007: 9) dalam Karawitan Sunda, terdapat beberapa ciri khas yang sangat kuat, yaitu vokal sebagai unsur utama, improvisasi dan laras ganda. 1) Vokal Sebagai Unsur Utama Dapat dikatakan, vokal merupakan unsur utama dalam penyajian karawitan Sunda, sedangkan instrumen-instrumen lainnya hanya
10 17 sebagai pengiring. Dalam bukunya, Mariko mengutarakan pendapatnya tentang penyebab mengapa vokal dianggap sebagai unsur utama dalam penyajian karawitan Sunda, yaitu: Hal ini mungkin berkaitan dengan asal mulanya nyanyian di Sunda. Masyarakat Sunda memiliki budaya baca, yaitu melagukan (atau menyanyikan) suatu teks. Salah satu jenis kesenian yang kini lazim disebut tembang Sunda Cianjuran pun sebenarnya berasal dari budaya baca teks, maka pada mulanya dinyanyikan tanpa iringan, kemudian dalam proses perkembangannya, mulai diiringi instrumen. Karena itu, wajar saja apa yang bersifat dominan adalah vokal (Mariko, 2007: 10). Dalam karawitan Sunda, sejauh ini belum ada penelitian khusus mengenai teknik vokal. Teknik vokal yang baik sering diidentikkan dengan bener jeung merenah (melodi dan ornamentasinya benar). Teknik vokal disini lebih condong kepada dongkari (ornamentasi). Menurut salah satu tokoh cianjuran, ornamentasi adalah hiasan lagu yang khas yang terdapat dalam tembang Sunda Cianjuran (Wiradiredja, 1999: 29). Ornamentasi atau hiasan lagu yang oleh sebagian ahli cianjuran disebut reureueus atau mamanis (pemanis), merupakan suatu aspek yang sangat penting untuk dikuasai, karena kehadiran ornamentasi dalam tembang Sunda Cianjuran bagaikan sebuah atribut yang tidak dapat dipisahkan (Sarinah, 1999: 42). Nama-nama ornamentasi yang dipakai dalam tembang Sunda Cianjuran sebenarnya sampai saat ini belum ada istilah yang seragam/ baku. Hal ini sangat erat kaitannya dengan improvisasi yang merupakan salah satu ciri khas karawitan Sunda.
11 18 2) Improvisasi Dalam penyajian karawitan Sunda, sifat improvisasi sangat menonjol. Hal ini paling jelas terlihat dalam permainan vokal dan rebab. Vokal dan rebab terutama dalam penyajian gamelan salendro sifat improvisasinya sangat dominan, apabila pemain vokal atau rebab mau, laras juga boleh diubah secara spontan asal saja setelah goong (Mariko, 2007: 10). Pada penyajian gamelan salendro di Sunda, sinden/ vokalisnya pasti menyanyi secara tunggal, kalaupun ada beberapa sinden diatas panggung, sinden-sinden tersebut tidak akan bernyanyi secara bersama-sama. Hal tersebut merupakan bukti bahwa sifat improvisasi dalam permainan vokal sangat dominan. 3) Laras Ganda Pada umumnya laras ganda terjadi pada ansambel yang instrumennya berlaras salendro. Laras ganda terjadi pada suatu lagu yang iringannya berlaras salendro, tetapi melodinya (vokal atau instrumen melodis lainnya) berlaras madenda/ sorog atau berlaras pelog degung (Mariko, 2007: 12). 5. Tangganada/ Laras Tangganada adalah susunan nada-nada secara alphabetis yang disusun ke atas, dari nada terendah ke nada tertinggi, maupun ke bawah, dari nada tertinggi ke nada terendah (Mudjilah, 2004: 21). Menurut Tim Abdi Guru (2007: 63) tangganada terdiri atas nada-nada yang bertingkat-tingkat tingginya.
12 19 Menurut Koncara (1999: 8) laras ialah nada yang disusun beruntun, baik turun atau naik yang dimulai dari suatu nada hingga ulangannya dengan jumlah nada tertentu. Dalam istilah musik disebut tangganada. Hal ini sama dengan pendapat Suparli (2008: 108) yang mengatakan bahwa laras identik dengan istilah scale atau mode atau dalam bahasa Indonesia disebut tangganada. Di dalam laras terdapat relasi nada-nada yang mempunyai perbedaan tinggi rendah nada yang tersusun secara sistematis. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tangganada/ laras ialah nada yang disusun dengan jarak tertentu, baik turun atau pun naik dengan suatu nada sebagai nada dasar. Terdapat berbagai jenis tangganada yang sering digunakan di Indonesia. Dari sekian banyak tangganada tersebut, kesemuanya dapat digolongkan ke dalam dua golongan besar, yaitu tangganada diatonis dan tangganada pentatonis. Tangganada diatonis adalah sebuah sistem tangganada yang masing-masing nada dalam tangganada tersebut mempunyai jarak 1 tone (whole tone), dan 1 semitone (half tone), secara bervariasi (Mudjilah, 2004: 21). Jumlah nada yang terdapat dalam tangganada diatonis sebanyak tujuh nada dalam 1 oktafnya, sedangkan tangganada pentatonis adalah sebuah sistem tangganada yang masingmasing nadanya berjarak ½, 1, 1 ½, dan 2 secara bervariasi. Jumlah nada dalam 1 oktafnya sebanyak lima nada.
13 20 a. Tangganada Diatonis Terdapat dua jenis tangganada diatonis yang sering digunakan, yaitu tangganada mayor dan tangganada minor. 1) Tangganada Mayor Tangganada Mayor adalah tangganada yang memiliki susunan interval 1, 1, ½, 1, 1, 1, ½ dalam tiap oktafnya. Berikut ini contoh tangganada C Mayor: Gambar I. Tangganada C Mayor 2) Tangganada Minor (Minor Asli) Tangganada Minor adalah tangganada yang memiliki susunan interval 1, ½, 1, 1, ½, 1, 1 dalam tiap oktafnya. Berikut ini contoh tangganada a minor: Gambar II. Tangganada a minor b. Tangganada Pentatonis Beberapa daerah di Indonesia menggunakan tangganada pentatonis. Setiap daerah memiliki nama yang berbeda untuk setiap
14 21 tangganada pentatonis tersebut. Namun dalam hal ini akan dibahas lebih spesifik tentang tangganada yang terdapat di daerah Sunda saja. Ada banyak tangganada/ laras yang terdapat dalam karawitan Sunda, tetapi hanya tiga laras saja yang menjadi laras pokoknya, yaitu: laras salendro, laras pelog degung, dan laras madenda (sorog) (Mariko, 2007: 8). Dalam bukunya, Mariko (2007: 8) mengatakan bahwa dalam karawitan Sunda terdapat dua macam laras pelog, yaitu laras pelog pada gamelan pelog yang berasal dari Jawa yang terdiri atas 7 nada dalam 1 oktaf, dan laras pelog yang terdiri atas 5 nada dalam 1 oktafnya yang disebut juga sebagai pelog degung. Namun laras pelog dengan 7 nada tidak berkembang di Sunda, sehingga jika dikatakan laras pelog, kemungkinan besar yang dimaksud adalah pelog degung. Laras pelog degung telah berkembang di daerah Sunda jauh sebelum kedatangan gamelan pelog yang berasal dari Jawa ke Sunda. Hal ini terbukti dengan kenyataan bahwa banyak diantara lagu-lagu yang ada menggunakan laras pelog degung, hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa laras pelog dengan 7 nada dalam 1 oktafnya tidak berkembang di daerah Sunda. Gamelan salendro-pelog di Sunda awalnya berasal dari Jawa yang dibawa oleh para pejabat Mataram sekitar abad ke-17 yang pada akhirnya beradaptasi dengan lingkungan Sunda. Jika dibandingkan antara gamelan salendro Jawa dengan Sunda, tinggi nada gamelan
15 22 salendro Sunda lebih rendah. Jika tinggi nada 1 (da) pada gamelan salendro Sunda atau nada 6 (nem) di Jawa, sekitar a (dalam tangganada diatonis), sedangkan tinggi nada 6 (nem) di Jawa sekitar bes. Jika diquasikan dalam tangganada diatonis, biasanya laras slendro (Jawa) menggunakan tangganada Es Mayor (3b), sedangkan laras salendro (Sunda) dengan tangganada G Mayor (1#) seperti berikut ini: Gambar III. Laras Slendro (Jawa) Gambar IV. Laras Salendro (Sunda) Seperti halnya dengan gamelan salendro, tinggi nada pada gamelan pelog Sunda pun agak berbeda dengan gamelan Jawa. Nada 4 (ti) Sunda sedikit lebih rendah daripada nada 2 (gulu) Jawa, begitu juga nada 3- (ni) Sunda sedikit lebih rendah daripada nada 4 (pelog) Jawa. Hal ini mengubah rasa pelog pathet nem (Jawa) atau surupan pelog jawar (Sunda) menjadi mirip dengan laras pelog degung, sedangkan pelog pathet lima (Jawa) atau surupan pelog liwung (Sunda) menjadi mirip dengan laras madenda. Hal ini diperkirakan hasil dari akulturasi
16 23 (perpaduan) supaya nada yang dihasilkan lebih cocok (sesuai) dengan nada yang sudah ada di lingkungan masyarakat Sunda (Mariko: 2007: 80). Nada-nada pada laras pelog degung lebih mendekati nada-nada dalam tangganada diatonis. Menurut Suparli (2010: 158) simbol atau lambang nada yang digunakan untuk sistem penotasian laras-laras tersebut terdiri atas dua sistem, yaitu sistem notasi buhun yang memiliki dua versi, dan sistem notasi da-mi-na-ti-la. Sistem notasi buhun adalah sistem notasi yang digunakan sebelum adanya sistem notasi da-mi-na-ti-la, dan hanya dipergunakan untuk menunjukkan nada-nada yang melekat pada gamelan, sehingga sifatnya mutlak, sedangkan sistem notasi da-mi-nati-la yang diciptakan oleh R.M.A. Koesoemadinata sekitar tahun 1925 dapat digunakan baik untuk sistem penotasian gamelan maupun pada sistem penotasian sekar/ vokal. Keberadaannya tidak mutlak, artinya dapat digeser sesuai dengan ketentuan. 1) Laras Salendro Berikut ini sistem penotasian laras salendro pada gamelan salendro menggunakan sistem penotasian buhun 1 (jawa), buhun 2 (sunda), kepatihan dan da-mi-na-ti-la.
17 24 Buhun1 (Jawa) 1 Barang 2 Gulu 3 Dhadha 5 Lima 6 Nem 1 Barang Buhun2 (Sunda) Singgul 5 Galimer 4 Panelu 3 Loloran 2 Tugu/ Barang 1 Singgul 5 Kepatihan Ji Ro Lu Ma Nem Ji Daminatila La Ti Na Mi Da La Gambar V. Sistem Notasi Laras Salendro pada Gamelan Salendro (Dokumen Pribadi) 2) Laras Pelog Berikut ini sistem penotasian laras pelog pada gamelan pelog menggunakan sistem penotasian buhun 1 (jawa), buhun 2 (sunda), kepatihan dan da-mi-na-ti-la. Buhun1 (Jawa) 1 Bem 2 Gulu 3 Dhadha 4 Pelog 5 Lima 6 Nem 7 Barang Buhun2 (Sunda) Singgul 5 Galimer 4 Panelu 3 Bungur/ Liwung 3- Loloran 2 Barang/ Tugu 1 Sorog 5+ Kepatihan Ji Ro Lu Pat Ma Nem Pi Daminatila La Ti Na Ni Mi Da Leu Gambar VI. Sistem Notasi Laras Pelog pada Gamelan Pelog (Dokumen Pribadi) Dalam gamelan pelog, meskipun jumlah nadanya ada tujuh tetapi dalam sebuah lagu hanya menggunakan lima nada dari ketujuh nada tersebut, hal tersebut yang kemudian menjadikan laras pelog dinyatakan sebagai laras/ tangganada pentatonis. Lima nada yang dipakai dalam
18 25 suatu lagu terbagi ke dalam tiga kategori. Di Jawa, ketiga jenis kategori tersebut disebut pathet, sedangkan di Sunda biasanya disebut surupan. Berikut ini merupakan kategorisasi laras pada gamelan pelog: Jawa : (pelog) pathet nem Sunda : surupan pelog jawar Jawa : (pelog) pathet barang Sunda : surupan pelog sorog Jawa : (pelog) pathet lima Sunda : surupan pelog liwung Berikut ini digambarkan interval dari laras salendro, pelog degung, dan madenda dengan menggunakan penulisan not balok. Interval yang terbentuk antara tangganada pentatonis pada kenyataannya tidak pasti, hanya sebuah perumpamaan saja. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan ialah intervalnya, bukan tinggi rendah nada-nadanya. 1) Laras Salendro Laras salendro memiliki interval yang relatif sama rata antara setiap nadanya, yaitu 1 dan 1 ½ (meskipun pada kenyataannya, interval tersebut terkadang lebih lebar ataupun lebih sempit). Gambar VII. Interval Laras Salendro Jika diquasikan dalam tangganada diatonis, disini menggunakan tangganada G Mayor (1#), yang berarti nada-nadanya adalah 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 5 (sol) dan 6 (la). Tinggi nada 1 (da) laras salendro
19 26 pada gamelan salendro berkisar antara nada a atau g (dalam tangganada diatonis), sedangkan dalam tembang Sunda pada umumnya berkisar antara g atau f. 2) Laras Pelog Degung Berbeda dengan laras salendro, laras pelog degung memiliki interval yang tidak rata antara setiap nadanya, yaitu ½, 1 dan 2 (meskipun pada kenyataannya, interval tersebut terkadang lebih lebar ataupun lebih sempit). Gambar VIII. Interval Laras Pelog Degung Jika diquasikan dalam tangganada diatonis, disini menggunakan tangganada A Mayor (3#), yang berarti nada-nadanya adalah 1 (do), 3 (mi), 4 (fa), 5 (sol) dan 7 (si). Tinggi nada 1 (da) laras pelog degung pada gamelan degung berkisar antara nada a atau g (dalam tangganada diatonis), sedangkan dalam tembang Sunda pada umumnya berkisar antara g atau f. 3) Laras Madenda (Sorog) Begitu pula dengan laras madenda yang memiliki interval yang tidak rata antara setiap nadanya, yaitu ½, 1 dan 2 (meskipun pada kenyataannya, interval tersebut terkadang lebih lebar ataupun lebih sempit).
20 27 Gambar IX. Interval Laras Madenda (Sorog) Jika diquasikan dalam tangganada diatonis, disini menggunakan tangganada A Mayor (3#), yang berarti nada-nadanya adalah 1 (do), 3 (mi), 4 (fa), 6 (la) dan 7 (si). Tinggi nada 1 (da) laras madenda pada gamelan degung berkisar antara nada a atau g (dalam tangganada diatonis), sedangkan dalam tembang Sunda pada umumnya berkisar antara g atau f. 6. Rumpaka/ Lirik Lirik menurut Tambajong (1992: 334), secara etimologi berasal dari kata lyric yang berarti suatu bentuk syair yang digunakan dalam semua jenis lagu. Lirik merupakan bagian lagu yang berhubungan dengan bahasa atau sering disebut teks lagu (Tambajong, 1992: 358), sedangkan Tim Abdi Guru (2007: 71) mengatakan bahwa lirik atau syair merupakan simbol bahasa yang digunakan komponis dalam mengekspresikan perasaan untuk mempermudah pendengar dalam mencerna karya musiknya. Menurut Nano dan Engkos (1983: 54), rumpaka secara singkat berarti kata-kata yang digunakan dalam lagu, diidentikkan dengan syair atau lirik. Hal tersebut selaras dengan pendapat Soepandi (1995: 85) yang mengatakan bahwa rumpaka adalah syair atau kata-kata dalam penyajian nyanyian sebagai penjelasan dari tema lagu.
21 28 Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa lirik/ rumpaka adalah kata-kata atau syair dalam sebuah lagu yang merupakan simbol bahasa dari sang komponis untuk mengekspresikan perasaannya. Untuk mengetahui makna dari lirik dalam suatu karya musik, dapat menggunakan ilmu semiotika. Istilah semiotika berasal dari kata semion (Yunani), yang berarti tanda. Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Hoed via Nurgiyantoro, 2005: 40). Tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain yang dapat berupa pengalaman, pikiran, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi, yang menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini, walau harus diakui bahwa bahasa adalah sistem tanda yang paling lengkap dan sempurna. Tanda-tanda tersebut dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bendera, bentuk dan potongan rumah, pakaian, karya seni: sastra, lukis, musik, tari, dan lain-lain yang berada di sekitar kita (Nurgiyantoro, 2005: 40). Tanda menurut Saussure (via Sunardi: 2004), memiliki tiga wajah, yaitu tanda itu sendiri (sign), aspek material (signifier), dan aspek mental (signified). Dalam konteks semiotik, Barthes (via Kurniawan, 2001: 30) mengemukakan pendapat Saussure tentang tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna, yakni apa yang ditulis atau dibaca. Signified
22 29 adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep dari bahasa. Saussure (1980: 208) juga menegaskan bahwa tanda itu sendiri, selain memuat penanda dan petanda, juga merupakan pasangan dari tanda-tanda bahasa yang lain. Semiotika digunakan sebagai pencari makna akhir dari sebuah tanda. Dalam ilmu semiotika Saussure, terdapat tiga hubungan yang dapat dipilih sebagai pencari makna akhir yaitu hubungan simbolik, paradigmatik dan sintagmatik. Hubungan simbolik adalah hubungan tanda dengan dirinya sendiri (hubungan internal), Barthes memberi contoh bulan sabit sebagai simbol islam. Adapun hubungan paradigmatik adalah hubungan eksternal suatu tanda dengan tanda lain yang satu kelas dan atau sistem. Contohnya gambar supermarket memiliki hubungan paradigmatik dengan pasar dan atau mal. Tempat belanja merupakan kelas dari hubungan antara supermarket, pasar dan mal. Sedangkan hubungan sintagmatik adalah hubungan suatu tanda dengan tanda lain, baik yang mendahului maupun mengikutinya. Yang dimaksud dengan akhir dalam pencarian sebuah makna disini bukan berarti makna baru seolah-olah bisa ditemukan pada tahap akhir, melainkan tahap dimana kita bisa melihat dengan kurang-lebih pasti objek yang kita teliti sebagai kesatuan utuh sebuah sistem pemaknaan atau signification. Jika semiotik berfaedah sebagai metode purgatorio (metode membongkar setiap bentuk stereotipe/ memurnikan persepsi kita dari suara dominan, agar dapat mendengar suara baru), semiotik membutuhkan
23 30 pendekatan lain seperti sosiologi, agar kita mengetahui asal dan atau sejarah dari hal/ tanda yang kita bahas (Barthes via Kurniawani, 2001). Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode semiotika dengan menggunakan hubungan paradigmatik sebagai pencari makna akhir dianggap paling tepat dalam penelitian ini. 7. Dongkari/ Ornamentasi Dongkari adalah teknik menghasilkan suara yang diolah dengan cara tertentu guna memberikan mamanis (pemanis) pada lagu. Menurut salah satu tokoh cianjuran, ornamentasi adalah hiasan lagu yang khas yang terdapat dalam tembang Sunda Cianjuran (Wiradiredja, 1999: 29). Ornamentasi atau hiasan lagu yang oleh sebagian ahli cianjuran disebut reureueus atau mamanis (pemanis), merupakan suatu aspek yang sangat penting untuk dikuasai, karena kehadiran ornamentasi dalam tembang Sunda Cianjuran bagaikan sebuah atribut yang tidak dapat dipisahkan (Sarinah, 1999: 42). Nama-nama ornamentasi yang dipakai dalam tembang Sunda Cianjuran sebenarnya sampai saat ini belum ada istilah yang seragam/ baku. Namun, penulis mengambil nama-nama ornamentasi yang digunakan dalam penelitian ini yang diambil dari informan melalui wawancara dengan alumni STSI Bandung yang mengambil spesifikasi minat utama karya pembawaan vokal dalam tembang Sunda dan studi pusaka.
24 31 B. Penelitian yang Relevan Penelitian terhadap Karakteristik Pupuh Kinanti Kawali dianggap relevan dengan penelitian sebelumnya. 1. Analisis Karya Musik Abu Bakar Tokoh Musik Tarling di Cirebon Skripsi yang berjudul Analisis Karya Musik Abu Bakar Tokoh Musik Tarling di Cirebon yang ditulis oleh Daulat Rahadisunu pada tahun 2011, merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis nilai dalam lirik menggunakan pendekatan semiotika negativa. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melodi lagu karya Abu Bakar mencerminkan rasa kedaerahan, dengan nada-nada yang digunakan adalah do (a) mi (cis) fa (d) sol (e) si (gis) bila diquasikan dalam tangganada A, dengan bentuk lagu satu bagian. Sedangkan lirik lagu Tarling karya Abu Bakar, menceritakan kehidupan masyarakat dengan kebudayaan dan tradisinya serta termasuk kedalam bentuk lirik yang tidak teratur. 2. Analisis Struktur Melodi dan Makna Lirik Lagu Campursari Karya Manthous Sedangkan skripsi yang berjudul Analisis Struktur Melodi dan Makna Lirik Lagu Campursari Karya Manthous yang ditulis oleh Ninuk Anindya Janu Wardhani pada tahun 2011, merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Analisis Struktur Melodi dan Makna Lirik
25 32 Lagu Campursari Karya Manthous menggunakan sistem nada pentatonis pelog dan slendro dengan bentuk lagu terdiri dari dua dan tiga bagian. Liriknya tidak menggunakan kaidah seperti dalam tata cara pembuatan seni tembang Jawa, tetapi menggunakan dayasastra sesuai dengan bentuk puisi dalam sastra Jawa, sedangkan makna yang terdapat pada lagulagunya menceritakan tentang dinamika kehidupan masyarakat khususnya masyarakat menengah kebawah. Skripsi yang disusun oleh Daulat Rahadisunu dianggap relevan dengan penelitian Karakteristik Pupuh Kinanti Kawali karena menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan metode analisis lirik menggunakan semiotika serta ditemukannya tangganada serta bahasa yang digunakan memiliki karakter sendiri. Sedangkan skripsi karya Ninuk Anindya Janu Wardhani dianggap relevan karena dalam penelitian Karakteristik Pupuh Kinanti Kawali pun ditemukan karakter berupa lirik yang kemudian dianalisis dengan menggunakan kaidah seperti dalam tata cara pembuatan pupuh di Sunda serta terdapat analisis sistem nada. Namun dalam Pupuh Kinanti Kawali tidak ada analisis struktur melodi dan bentuk lagu secara mendetail sehingga hal tersebut yang membedakan kedua penelitian ini dengan penelitian Karakteristik Pupuh Kinanti Kawali. Dari penjelasan tersebut, peneliti menganggap bahwa penelitian tentang Analisis Karya Musik Abu Bakar Tokoh Musik Tarling di Cirebon dan Analisis Struktur Melodi dan Makna Lirik Lagu Campursari Karya Manthous dianggap relevan dengan penelitian Karakteristik Pupuh Kinanti Kawali.
GLOSARIUM. : salah satu watak pupuh Kinanti : salah satu cara menyuarakan sebuah nyanyian : istilah ornamentasi dalam tembang Sunda
91 GLOSARIUM A Akulturasi B Beluk Bener jeung merenah Buhun Buntut D Deudeupeun Didangdingkeun Dongkari E Embat G Galasar Gamelan Pelog Gamelan Pelog Degung Gamelan Salendro Gedag Gelenyu : perpaduan kategori
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PUPUH KINANTI KAWALI
KARAKTERISTIK PUPUH KINANTI KAWALI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Yussi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: yaitu terdiri dari 6 baris dalam satu bait, guru wilangan berjumlah 8 pada
85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai Karakteristi Pupuh Kinanti Kawali dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Lirik Hasil analisis lirik pupuh Kinanti Kawali menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pupuh merupakan puisi yang termasuk bagian dari sastra Sunda. Pupuh itu terikat oleh patokan (aturan) berupa guru wilangan, guru lagu, dan watek. Guru wilangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak khasanah seni budaya. Seni pupuh merupakan salah satu di antaranya. Pupuh merupakan hasil dari akulturasi
Lebih terperinciMATERI UAS SENI MUSIK SEMESTER 5.
MATERI UAS SENI MUSIK SEMESTER 5. Musik merupakan bagian dari dunia bunyi dan atau dunia suara. Seni Suara adalah bentuk penyampaian isi hati manusia melalui suara yang indah dan artistik. Suara dapat
Lebih terperinciKerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk
LAMPIRAN Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk 85 KERANGKA MATERI VIDEO PEMBELAJARAN MUSIK TRADISIONAL NUSANTARA Materi Pengertian Musik Tradisional Nusantara Lagu Tradisional Nusantara Penggolongan
Lebih terperinciSILABUS. Mata Kuliah TEMBANG (SM 103)
SILABUS Mata Kuliah TEMBANG (SM 103) Oya Yukarya, S.Kar., M.Sn. NIP. 196012011990011001 JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2011 DESKRIPSI MATA KULIAH TEMBANG Kode, Mata kuliah
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan. Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan
BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Lagu gedé dalam Karawitan Sunda Sebuah Tinjauan Karawitanologi, diketahui keunggulan musikal lagu gedé tidak dapat diragukan. Kompleksitas musik
Lebih terperinciSUARA DAN GAYA Instrumentasi 1
SUARA DAN GAYA 45 SUARA DAN GAYA VIDEO CD VCD I: track 13 dan 14 Gamelan Jawa Tengah track 15 Kentangan dan geniqng, Benuaq Kaltim track 16 Gondang Sabangunan, Batak Toba track 17 Gong Waning, flores track
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga tumbuh sikap apresiatif dan kreatif dalam jiwa peserta didik. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan rasa estetik sehingga tumbuh sikap apresiatif dan kreatif dalam jiwa peserta didik. Hal ini sesuai dengan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahan pembelajaran yang disajikan dalam sub pokok bahasan Wawasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis pada Bab IV, peneliti menyimpulkan bahwa bahan pembelajaran yang disajikan dalam sub pokok bahasan Wawasan Karawitan, Sejarah Karawitan
Lebih terperinciI. Uraian Materi Musik Tradisional
I. Uraian Materi Musik Tradisional 1. Musik Menelaah tentang musik sangat universal, menurut Soedarsono sepanjang sejarah banyak penyair, filsuf, penulis maupun musikus yang telah berupaya mendefinisikannya.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN. Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pupuh Balakbak Raehan merupakan salah satu pupuh yang terdapat dalam album rekaman Pupuh Raehan volume 1 sanggian Yus Wiradiredja. Pupuh Balakbak Raehan mulai diperkenalkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik. industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta
BAB V KESIMPULAN Campursari karya Manthous dapat hidup menjadi musik industri karena adanya kreativitas dari Manthous sebagai pencipta produk dan kreativitas dari penyelenggara produk atau produser. Kreativitas
Lebih terperinciAnalisis Pirigan Tembang Sunda Cianjuran Runtuyan Wanda Papantunan & Panambih (Lagu Goyong Petit, Dangdanggula Paniisan & Jeritna Hate)
Analisis Pirigan Tembang Sunda Cianjuran Runtuyan Wanda Papantunan & Panambih (Lagu Goyong Petit, Dangdanggula Paniisan & Jeritna Hate) Oleh Julia Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Tulisan ini merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya Sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat Sunda. Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjunjung tinggi sopan santun. Beberapa budaya
Lebih terperinciTUGAS PLPG PEMBUATAN MODUL PEMBELAJARAN
TUGAS PLPG PEMBUATAN MODUL PEMBELAJARAN Disusun oleh : JELLY EKO PURNOMO, S.Pd No Peserta 17046021710161 MODUL SENI BUDAYA 1 Materi Teknik membaca dan bernyanyi solmisasi partitur not angka secara unisono
Lebih terperinciPENERAPAN TEKNIK ORNAMENTASI SULING SUNDA LUBANG ENAM PADA LAGU TEMBANG SUNDA CIANJURAN oleh Engkur Kurdita. Abstrak
1 RITME Volume 1 No. 1 Agustus 2015 PENERAPAN TEKNIK ORNAMENTASI SULING SUNDA LUBANG ENAM PADA LAGU TEMBANG SUNDA CIANJURAN oleh Engkur Kurdita Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat diantaranya : suling, tarompet, toleat, taleot, elet, sarawelet, tarawelet, dan sondari (1989 : 17).
Lebih terperinciTIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT. 6.1. Variasi
TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT 77 TIGA KONSEP PENTING: VARIASI, PENGOLAHAN DAN KAIT-MENGAIT Pada bab ini, kita akan membahas tiga konsep teknis yang penting dalam musik Indonesia.
Lebih terperinciANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU
ANALISIS MUSIK CALEMPONG (LAGU MUARA TAKUI) DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR RIAU Sri Martini Guru SMP Negeri 2 Singingi srimartini173@gmail.com ABSTRAK Seni musik calempong Kampar merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Musik gamelan telah menjadi identitas budaya masyarakat Indonesia, karena telah hidup membudaya dan menjadi tradisi pada kehidupan masyarakat dalam kurun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal
Lebih terperinciBagian Satu. Konsep Dasar Tembang Sunda Cianjuran
Bagian Satu Konsep Dasar Tembang Sunda Cianjuran 2 G a y a P e t i k a n K a c a p i T e m b a n g Bab 1 S ekilas Tentang Tembang Sunda Cianjuran Tembang Sunda Cianjuran merupakan salah satu jenis kesenian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya tertentu. Sebuah pernyataan tentang kesenian Jawa, kesenian Bali, dan kesenian flores, semuanya
Lebih terperinciULANGAN KENAIKAN KELAS VII Semester 2
DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA ULANGAN KENAIKAN KELAS VII Semester 2 Mata Pelajaran : SENI BUDAYA Hari / Tanggal : Kelas/Semester : VII / 2 Waktu :. menit I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
Lebih terperinciLaras, Surupan, dan Patet dalam Praktik Menabuh Gamelan Salendro
Vol. 16 No. 1, April 2015: 52-64 Laras, Surupan, dan Patet dalam Praktik Menabuh Gamelan Salendro Asep Saepudin 1 Jurusan Karawitan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta ABSTRAK
Lebih terperinciG L O S A R I 121 GLOSARI
G L O S A R I 121 GLOSARI aerofon (aerophone) : jenis alat musik yang sumber getar utamanya adalah udara, contohnya: suling, serunai, klarinet. akord : paduan beberapa nada yang dibunyikan pada waktu bersamaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari banyak suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan banyak suku dan budaya yang berbeda menjadikan Indonesia sebagai bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya
Lebih terperinciPada era globalisasi yang serba maju ini masih berkembang berbagai. macam karya seni warisan nenek moyang kita, yang disebut dengan seni tradisi.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang serba maju ini masih berkembang berbagai macam karya seni warisan nenek moyang kita, yang disebut dengan seni tradisi. Secara sederhana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jiwa manusia, yang dinyatakan dalam bentuk deretan nada yang diciptakan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dharma gita atau seni suara adalah suatu pernyataan atau gambaran dari jiwa manusia, yang dinyatakan dalam bentuk deretan nada yang diciptakan atau dicetak maupun yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan suatu hal yang tidak akan lepas dari kehidupan manusia. Budaya yang dimiliki suatu kelompok masyarakat dapat berbeda satu sama lain. Nilai-nilai
Lebih terperinciMakalah. Teori Dasar Musik. Riko Repliansyah Anisa Purnama Sari. Riski Okta Mayasari. Dosen Pengampu: Pebrian Tarmizi,M.Pd Mata Kuliah : Seni Musik
Makalah Teori Dasar Musik Dosen Pengampu: Pebrian Tarmizi,M.Pd Mata Kuliah : Seni Musik Disusun oleh kelompok 3 Riko Repliansyah Anisa Purnama Sari Fitri Ramadayanti Riski Okta Mayasari (A1G016091) Kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menyanyi dapat dikatakan sebagai aktifitas bermusik yang paling mudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyanyi dapat dikatakan sebagai aktifitas bermusik yang paling mudah dilakukan oleh semua orang karena praktis dan tidak memerlukan media untuk melakukannya. Walaupun
Lebih terperinciSMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SEMUA BIDANG KEAHLIAN MODUL SENI BUDAYA ( Seni Musik ) Penulis : Ucu susiawan Ssn SMK NEGERI 1 JAPARA TAHUN 2017 Kompetensi Inti 1. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan
Lebih terperinci2015 KOMPOSISI KACAPI PADA LAGU KEMBANG TANJUNG PANINEUNGAN KARYA MANG KOKO
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karawitan Sunda merupakan istilah untuk seni musik yang lahir dan berkembang di tatar Sunda. Dilihat dari bentuk pertunjukannya, karawitan Sunda dapat dibagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar
1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pertama ini akan diuraikan secara berturut-turut : (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) ruang lingkup penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Puisi rakyat merupakan salah satu genre folklor lisan. Puisi rakyat memiliki arti sebagai kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terdiri atas beberapa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian merupakan cara-cara yang ditempuh dalam suatu tindakan penelitian. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam penelitian kesenian
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT BERFORMAT VIDEO INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH DASAR
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN TEMBANG MACAPAT BERFORMAT VIDEO INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH DI SEKOLAH DASAR Joko Daryanto Universitas Sebelas Maret Abstrak Tembang Macapat merupakan salah
Lebih terperinciGamelan, Orkestra a la Jawa
Gamelan, Orkestra a la Jawa Gamelan jelas bukan musik yang asing. Popularitasnya telah merambah berbagai benua dan telah memunculkan paduan musik baru jazz-gamelan, melahirkan institusi sebagai ruang belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang
Lebih terperinciDAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI.. i ii iii iv ix xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Identifikasi Masalah.. 1.3 Batasan Masalah.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Komposisi Musik Musik memiliki lima unsur yaitu: ritme, melodi, harmoni, ekspresi dan bentuk. Pembagian kelima unsur-unsur musik disini sesuai dengan pendapat Jamalus 1
Lebih terperinci2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG
A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN Pengertian Musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), merupakan ilmu atau seni menyusun nada atau suara untuk menghasilkan komposisi yang mempunyai kesatuan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utama Grafiti, 1994), 1. 2 James Dananjaja, 21.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah bangsa yang baik adalah bangsa yang terus melestarikan tradisi leluhurnya secara turun temurun. Tradisi-tradisi ini kemudian disebut dengan folklore.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa Barat. Kesenian rudat tersebut tersebar di berbagai daerah seperti Kabupaten Banten, Kabupaten Bandung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berasal dari lingkungan yang berlatar belakang seni musik, terkadang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyajian Berasal dari lingkungan yang berlatar belakang seni musik, terkadang penyaji terbersit ingin belajar dan menekuni seni tradisi, hal ini karena rasa penasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ kanak-kanak, Gending Rare berarti nyanyian untuk bayi/ kanak-kanak. Gending Rare diketahui sebagai
Lebih terperinciKomponen dalam Tembang Sunda Cianjuran
Sep u t a r B i o g r a f i S e n i m a n T e m b a n g S u n d a 7 Bab 2 Komponen dalam Tembang Sunda Cianjuran Karena tembang Sunda Cianjuran merupakan perpaduan antara vokal dengan pirigan, maka dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesenian yang tumbuh dan berkembang di masyarakat merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian yang tumbuh dan berkembang di masyarakat merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa. Salah satu di antaranya adalah seni beluk. Kesenian beluk merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sastra yang beraneka ragam. Baik sastra lisan maupun sastra tulis, sastra klasik maupun sastra modern. Sastra klasik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa mempunyai peranan penting untuk berkomunikasi, baik komunikasi verbal maupun non verbal. Bahasa manusia mengkomunikasikan pengalaman, pikiran, perasaan,
Lebih terperinci14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya
14 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Gambar dan Penjelasannya Alat musik tradisional asal Jawa Tengah (Jateng) mencakup gambarnya, fungsinya, penjelasannya, cara memainkannya dan keterangannya disajikan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil penelitian mengenai perubahan fungsi seni beluk pada masyarakat
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai perubahan fungsi seni beluk pada masyarakat yang dilakukan pada grup seni beluk Pusaka Jaya Sari Modern beralamat di Kampung Cikaramas
Lebih terperinci53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)
53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Lebih terperincipergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya
Lebih terperinciAspek Ritual Dalam Tembang Cianjuran
Aspek Ritual Dalam Tembang Cianjuran RITUAL merupakan suatu bentuk upacara atau perayaan yang berhubungan dengan beberapa kepercayaan atau agama dengan ditandai oleh sifat khusus (O'Dea, 1995). Dalam pelaksanaannya,
Lebih terperinciSILABUS MUSIK GAMELAN PELOG SALENDRO III (SM 404) DEWI SURYATI BUDIWATI
SILABUS MUSIK GAMELAN PELOG SALENDRO III (SM 404) DEWI SURYATI BUDIWATI JURUSAN SENDRATASIK PROGRAM STUDI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2006 1 UNIVERSITAS PENDIDIKAN
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 LAPORAN OBSERVASI KONDISI SEKOLAH
LAMPIRAN 1 LAPORAN OBSERVASI KONDISI SEKOLAH 47 Universitas Negeri Yogyakarta FORMAT OBSERVASI KONDISI SEKOLAH*) NPma. 2 untuk mahasiswa Nama Sekolah : SMP N 1 Berbah Nama Mhs : Zakarias Aria W.P. Alamat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa
Lebih terperinciUnsur Musik. Irama. Beat Birama Tempo
Unsur- Unsur Musik Unsur Musik Bunyi Irama Notasi Melodi Harmoni Tonalitas Tekstur Gaya musik Pitch Dinamika Timbre Beat Birama Tempo Musik adalah bagian dari bunyi, namun bunyi dalam musik berbeda dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diantaranya seni tari, batik, ornamen, cerita rakyat, musik dan lagu daerah, motif
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki berbagai kekayaan seni dan budaya. Semua daerah di Indonesia, dari ujung Aceh sampai Papua memiliki seni unik dan etnik. Diantaranya seni
Lebih terperinci55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang
55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan bangsa yang mempunyai kekayaan tradisi dan budaya. Kekhasan serta kekayaan bangsa dalam tradisi dan budaya yang dimiliki, bukti bahwa
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek
188 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Lagu kelonan Ayun Ambing, Nelengnengkung, dan Dengkleung Dengdek masuk ke dalam bentuk folklor lisan yaitu nyanyian rakyat. Tetapi, teks dari lagu ini sendiri
Lebih terperinciDASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD
DASAR-DASAR PENGETAHUAN BELAJAR KARAWITAN UNTUK ANAK SD Tata Tertib Pelajaran Karawitan Untuk anak SD 1. Ketika datang dari kelas ke ruang gamelan siswa dilarang ribut. 2. Sebelum masuk ruang gamelan siswa
Lebih terperinciG.J TEMBANG SUNDA CIANJURAN GAYA BOJONGHERANGAN:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tembang Sunda merupakan salah satu rumpun seni vokal yang berkembang di Jawa Barat. Ciri yang paling menonjol dari seni vokal yang terhimpun dalam tembang
Lebih terperinciA.PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1. SENI
1 BAB I A.PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH 1.1. SENI Seni merupakan bagian hidup dari manusia, karena menurut penyusun seni tercipta oleh manusia. Penyusun memahami bahwa seni itu tercipta oleh manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal
Lebih terperinciFalsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan. Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip
Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan Falsafah hidup masyarakat jawa dalam pertunjukan musik gamelan.zip letak georafisnya Gamelan salendro biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan
Lebih terperinciRUK-RUK RUKMANA S KACAPI INDUNG PIRIGAN STYLE (A DEVELOPMENT OF TEMBANG SUNDA CIANJURAN MUSIC)
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291957830 RUK-RUK RUKMANA S KACAPI INDUNG PIRIGAN STYLE (A DEVELOPMENT OF TEMBANG SUNDA CIANJURAN
Lebih terperinciBab 1 Mengenal Kendang
Bab 1 Mengenal Kendang 1. STANDAR KOMPETENSI Setelah mempelajari bab ini, pembaca memiliki pengetahuan tentang kendang Sunda meliputi bentuk kendang, nama-nama bagian kendang, panakol kendang, pelarasan
Lebih terperinciGending nyaeta rinengga suara anu diwangun ku sora-sora tatabeuhan. (Gending ialah aneka suara yang didukung oleh suara-suara tetabuhan)
KARAWITAN GENDING/GENDINGAN 1. Pengertian Pengertian gending secara sederhana adalah instrumentalia. Artinya lagu yang diungkapkan oleh nada-nada waditra (alat-alat). Rd. Machyar Anggakusumadinta mengemukakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. belum pernah dilakukan kegiatan transliterasi teks atas naskah Wawacan Rawi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian-penelitian naskah Sunda, baik yang telah dilakukan oleh orang Barat maupun oleh bangsa pribumi, sejauh pengetahuan penulis hingga kini belum pernah dilakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan bermanfaat untuk kemajuan bangsa. Di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk karakter suatu bangsa. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu negara adalah pendidikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat
Lebih terperinci2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia kaya akan ragam suku sehingga dari keberagaman tersebut lahirlah banyak kesenian tradisi yang bersifat unik dan khas. Poerwadarminta (2001,
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinci2015 GARAPAN PENYAJIAN UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN ADAT SUNDA GRUP SWARI LAKSMI KABUPATEN BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan salah satu unsur kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Adat istiadat adalah kebiasaan tradisional masyarakat yang dilakukan
Lebih terperinciBAB 2 SULING SEBAGAI ALAT MUSIK TRADISIONAL JAWA BARAT
BAB 2 SULING SEBAGAI ALAT MUSIK TRADISIONAL JAWA BARAT 2.1 Definisi Suling Suling merupakan salah satu jenis instrumen karawitan Sunda yang teknik permainannya dengan cara ditiup. Dengan demikian, suling
Lebih terperinci3. Menambah referensi atau repertoar lagu, khususnya untuk instrumen gitar tunggal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lagu Mansibin Siraben merupakan lagu daerah yang berasal dari suku Biak, Papua. Lagu ini berisi cerita rakyat mengenai suatu suasana yang menggambarkan kegembiraan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pelaku seni khususnya dibidang seni musik, baik sebagai seorang seorang pengajar, praktisi,
Lebih terperinciSILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH
SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok Keterangan Kelas 1 1. Mendengarkan Mampu mendengarkan dan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran yang sama, meskipun implementasi pembelajarannya berbeda. Hal ini dapat
Lebih terperinciMengenal tangga nada pentatonik/pentatonis (pentatonic scale)
http://budisapt.blogspot.com/2008/10/mengenal-tangga-nada.html Mengenal tangga nada pentatonik/pentatonis (pentatonic scale) Bila ada mendengarkan lagu yang berjudul "My Girl" dari the Temptations atau
Lebih terperinciPenerapan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui Penciptaan Lirik Lagu dengan Menggunakan Patokan Sekar Irama Tandak Pupuh Sunda
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/291774880 Penerapan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Melalui Penciptaan Lirik Lagu dengan Menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam. Kekayaan akan budaya ini tumbuh karena banyaknya suku atau etnis yang ada di bumi Nusantara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang besar. Terdiri dari 33 Provinsi, 17.508 Pulau dan 238 juta penduduk, Indonesia dikenal di mata dunia memiliki kekayaan serta keanekaragaman
Lebih terperinciWujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Instrumentasi dan Fungsi Instrumen
Wujud Garapan Anda Bhuwana Kiriman I Kadek Alit Suparta, Mahasiswa PS Seni Karawitan, ISI Denpasar. Wujud merupakan salah satu aspek yang paling mendasar, yang terkandung pada semua benda atau peristiwa
Lebih terperinci