Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
|
|
- Yuliana Kusuma
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Analisis Kinerja Arrester Tegangan Tinggi 150 kv pada GIS Tandes Terhadap Gangguan Impuls Petir dan Hubung Menggunakan Power System omputer Aided Design Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Abstrak - Arrester telah banyak digunakan secara intensif untuk memberikan perlindungan terhadap dalam sistem tenaga terutama pada sistem bertegangan tinggi. Arrester adalah peralatan yang digunakan untuk mencegah terjadi nya kerusakan akibat ada nya tegangan tinggi transien yang berlebih. Arrester menyediakan jalur bagi arus akibat sambaran petir maupun tegangan transient ke tanah dengan tingkat impedansi yang rendah. Tegangan lebih transien yang mungkin terjadi antara lain disebabkan oleh impuls petir baik secara langsung maupun hantaran, tegangan transien dan impuls hubung. Kinerja dari arrester terutama pada tegangan tinggi sangat penting dalam perlindungan dan kontinuitas kerja sistem. Pada tugas akhir ini akan dibuat pemodelan dan simulasi kinerja arrester tegangan tinggi 150kV dengan mengambil contoh model pada GIS Tandes dan dimodelkan dengan menggunakan software PSAD sehingga dapat diketahui unjuk kerja arrester tersebut terhadap gangguan impuls petir dengan rata rata pemotongan arus sebesar 95% dan pada impuls hubung rata rata pemotongan arus oleh arrester sebesar 87.1%. Kata kunci : Saluran Udara Tegangan Tinggi ( SUTT ), Lightning Arrester, Front time, Tail time, Impuls petir, Impuls hubung, Power System omputer Aided Design (PSAD) 1. Pendahuluan Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di daerah tropis dengan tingkat curah hujan yang cukup tinggi sehingga memiliki intensitas sambaran petir yang cukup tinggi. Pada jaringan transmisi yang melalui daerah dengan potensi sambaran petir yang cukup tinggi, probabilitas terkena sambaran petir juga cukup besar. Saluran udara dianggap lebih efektif dalam penyaluran listrik melalui darat, terutama untuk tegangan tinggi. Karena itu saluran transmisi di Indonesia, terutama di pegunungan memiliki tingkat kemungkinan tersambar petir yang cukup tinggi. Sambaran petir dapat menyebabkan kegagalan induksi, backflashover dan tegangan induksi. Sambaran petir yang mengenai sistem tenaga listrik akan menimbulkan tegangan lebih baik sambaran secara langsung maupun tidak langsung. Tegangan lebih ini akan membahayakan peralatan apabila dibiarkan mengalir pada sistem dan tersalurkan ke beban. Oleh karena itu, pemasangan arrester bertujuan untuk meningkatkan upaya perlindungan terhadap tegangan lebih akibat sambaran petir. Arester petir memiliki kemampuan mengamankan peralatan listrik dari gangguan surja petir. Alat pengaman ini memiliki nilai tahanan yang tidak linier pada setiap tingkat tegangan dan arus. Data yang terdapat pada datasheet menunjukkan bahwa alat ini memiliki karakteristik dinamis yang penting untuk koordinasi proteksi khususnya proteksi surja petir.. Petir Petir atau halilintar merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan dimana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan yang beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya. Indonesia merupakan Negara tropis yang panas dan juga lembab. Kedua faktor ini merupakan faktor penting dalam pembentukan awan umulonimbus penghasil petir. Secara meteorology umum, didaerah tropis terbentuk siklon tropis yang jenis nya berbeda beda bergantung pada daerahnya. Siklus tropis adalah bagian penting dari sirkulasi atmosfer, yang memindahkan panas dari daerah katulistiwa kedaerah lintang yang lebih tinggi atau pun lebih rendah. Samudra Hindia dan perairan barat Australia adalah daerah pertumbuhan siklus tropis terbesar di dunia. Sehingga tingkat kemunculan petir di daerah ini juga cukup besar. 3. Gelombang Berjalan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih lagi pada tahun 1930-an. Persoalan gelombang berjalan sangant sukar, sehingga harus diadakan banyak penyederhanaan agar dapat digunakan untuk keperluan teknik.
2 Pada saat ini, gelombang berjalan telah diselidiki pada : 1. Kawat tunggal. Kawat majemuk 3. Kecepatan majemuk dari gelombang berjalan. Bebeapa sebab gelombang berjalan yang telah diketahui antara lain adalah sebagai berikut : 1. Sambaran kilat secara langsung pada kawat. Sambaran tidak langsung pada kawat 3. Operasi pemutusan (switching operation) 4. Busur tanah (arcing ground ) 5. Gangguan gangguan pada sistem oleh berbagai kesalahan Sebab sebab tersebut menimbulkan surja pada kawat, yaitu surja tegangan dan surja arus. Bila gelombang tegangan E pada Gambar 1 sampai pada titik a, maka arus yang bersamaan dengan tegangan itu akan mengisi kapasitor pada tergangan E. Muatan yang dibutuhkan untuk menaikkan tegangan pada satu satuan panjang adalah E.v Bila kecepatan merambat gelombang itu adalah v cm/ detik, maka jumlah muatan yang dibutuhkan untuk mengisi kawat sepanjang v cm tiap detik adalah E v. Muatan itu diberikan oleh arus uniform yang mengalir pada kawat. Untuk memberi muatan ev dalam satu detik dibutuhkan arus sebesar: I =.E.v... (1) Bila gelombang itu merambat sejauh x cm, maka energi elektrostatis yang ditimbulkan adalah sebesar : 1 W =.x.e...() Bila L adalah induktansi kawat untuk setiap cm, maka dalam waktu yang sama, energi elektrostatis pada kawat adalah : 1 W L = L.x.I... (3) Gelombang membutuhkan waktu t untuk merabat sepanjang x cm, maka kecepatan gelombang dapat dinyatakan dalam persamaan : x v =... (4) t E L L L Gambar 1 Kawat Transmisi Dengan Batere Energi yang diberikan oleh sumber energi ( batere ) adalah W e = E.I.t dan e L 1 1 v = E.I =.v.e + L.v.I atau E I (5) + L I E W = W + W Maka 1 1 E.I.t =.x.e + L.x.I dari persamaan ( 1 ) sebagai berikut : E 1 I = dan = v I v E I =. E. v dapat dinyatakan I Subtitusi = v pada persmaan ( 5 ) diperoleh E 1 v = atau v = 1 L + Lv v 1 Jadi v = ± cm/ detik... (6) L Kedua harga v diatas berlaku yaitu v positif untuk gelombang maju dan v negatif untuk gelombang mundur. Bentuk umum dari suatu gelombang berjalan dapat digambarkan pada Gambar. a Gambar Bentuk Umum Gelombang Berjalan
3 Dari bentuk umum gelombang berjalan, dapat diketahui beberapa spesifikasi gelombang berjalan yaitu : 1. Puncak (crest) gelombang, yaitu amplitudo maksimum gelombang dari gelombang. Muka gelombang t 1 (mikro detik ) yaitu waktu dari permulaan sampai puncak. Biasanya diambil 10% E sampai 90 % E. 3. Ekor gelombang, yaitu bagian dibelakang puncak. Panjang gelombang t adalah waktu dari permulaan sampai titik 50 % E pada ekor gelombang. 4. Polaritas, yaitu polaritas dari gelombang. Gelombang kilat tipikal merupakan bentuk paling mirip dengan bentuk gelombang surja kilat ( lightning surge ). Bentuk gelombang ini tergantung pada harga a dan b. Sebaliknya, bila spesifikasi gelombang diberikan a, b dan E dapat dicari dan bila E, a dan b diketahui, maka spesifikasi gelombang yaitu puncak, muka dan panjang gelombang dapat dicari pula. Persamaan diatas menyatakan hubungan antara t /t 1 untuk berbagai haraga tertentu dari b/a. Karena persamaan ini transcendental, maka untuk mencari harga t /t 1 harus dilakukan dengan cara mengisi harga harga tertentu. Grafik pada Gambar 3 menunjukkan hubungan antara : 1. at 1 sebagai fungsi dari b/a. E 1 /E sebagai fungsi dari b/a 3. t /t 1 sebagai fungsi dari b/a. Untuk harga harga t 1 dan t yang diketahui. dicari harga b/a, at 1 dan harga E 1 /E dari lengkung t /t 1 untuk kemudian dicari harga a dari at 1 dan b dari b/a. 4. Arrester Arrester adalah alat pelindung yang berfungsi melindungi peralatan tenaga listrik dengan cara mebatasi surja (surge) tegangan lebih yang datang dan mengalirkannya ke tanah. Sampai saat ini alat perlindungan terhadap petir yang paling sempurna bagi peralatan adalah arrester, sering disebut sebagai lightning arrester / surge diverter [1]. Pada intinya arrester memiliki dua unsur utama, yaitu sela bunga api (spark gap) dan tahanan non-linier / tahanan katub (valve resistor) yang dihubungkan secara seri. Batas bawah dan batas atas dari percikan ditentukan oleh tegangan sistem maksimum dan tingkat isolasi peralatan yang dilundungi. Namun dapat juga diterapkan cara khusus dengan menggunakan pengatur tegangan (voltage control), sehingga dapat disimpulkan bahwa pada arrester terdapat tiga komponen utama, yaitu sela api, tahanan non-linier, dan pengatur tegangan. Arrester sering pula disebut sebagai penangkap petir, yaitu alat pelindung bagi peralatan sistem tenaga listrik terhadap surja petir, selain itu juga berlaku sebagai jalan pintas (by-pass) bagi kilat atau petir sehingga tidak timbul tegangan lebih pada peralatan. Fungsi by-pass arrester tersebut dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak menggangu aliran arus daya system 50 Hz. Jadi pada kondisi normal arrester berperan sebagai isolator, namun pada saat timbul surja arrester berlaku sebagai konduktor, jadi melewatkan aliran arus yang tinggi. Perubahan fungsi arrester ini harus berlangsung secepat mungkin agar pemutus daya tidak sempat beroperasi sehingga kelangsungan system tetap tejaga. Untuk mendukung tujuan tersebut pun digunakan tahanan non-linier yang memiliki sifat mengecilnya nilai tahanan jika tegangan dan arus yang melaluinya besar sekali. Proses ini berlangsung sangat cepat sekali yaitu selama tegangan mencapai puncaknya. Karena itu drop tegangan yang terjadi dapat di minimalisir. Pada tahanan katub, bila tegangan lebih telah berlalu dan tegangan kembali ke nominal normal, maka nilai tahanan akan naik kembali sehingga arus susulan dibatasi sebesar 50 A. Arus susulan ini akan dipadamkan oleh sela api saat tegangan system mencapai nol pertama kali, sehingga alat ini berfungsi sebagai penutup arus. Pada arrester modern, pemadaman arus susulan dibantu dengan medan magnet. Gambar 3. Spesifikasi Gelombang Kilat Tipikal Dalam memilih arester yang sesuai untuk keperluan tertentu, beberapa faktor harus diperhatikan, antara lain : a. Kebutuhan perlindungan, berhubungan dengan kekuatan isolasi dari alat yang harus dilindungi dan karakteristik impuls arester.
4 b. Tegangan sistem, adalah tegangan maksimum yang mungkin timbul pada jepitan arester. c. Arus hubung singkat, faktor ini hanya diperlukan untuk arester jenis ekspulsi. d. Jenis arester, apakah arester jenis gardu, jenis saluran atau jenis distribusi. e. Faktor kondisi luar, apakah normal atau tidak ( 000 meter atau lebih di atas permukaan laut ), temperature dan kelembaban yang tinggi serta pengotoran. f. Faktor ekonomi, adalah perbandingan antara ongkos pemeliharaan dan kerusakan bila tidak ada arester atau bila dipasang arester yang lebih rendah mutunya. 5. PSAD Dalam simulasi ini menggunakan software PSAD (Power Systems omputer Aided Design), dikenal pula sebagai EMTD (Electromagnetic Transients including Direct urrent) yang merupakan bagian integral daripada PSAD sebagai mesin simulasi untuk interface grafis. EMTD menampilkan dan menyelesaikan persamaan differensial baik untuk system elektromagnetik dan elektromekanik dalam domain waktu. Hasil didapat dari kalkulasi berdasarkan standar waktu yang tetap, dan struktur program nya mewakili system control, baik dengan atau pun tanpa adanya system elektromaknetik maupun elektromekanik. Dapat dilihat pada Gambar 4 berikut tampilan awal dari pada PSAD. Simulasi dilakukan dengan memodelkan perangkat sistem dan arrester seperti yang terlihat pada Gambar 5 di bawah ini dengan menggunakan software PSAD. Gambar 5 Model Rangkaian Arester pada PSAD. 6. Hasil Simulasi Hasil simulasi untuk model ABB EXLIM dengan model petir 1./50 µs pada amplitudo 10 ka dapat dilihat pada Gambar 6, 7, 8. Dari simulasi tersebut, didapatkan arus petir maksimum yang terjadi yaitu sebesar Ampere, sedangkan arus yang mengalir ke arester pada saat itu adalah sebesar 7.50 Ampere. Arus maksimum yang mengalir ke beban selama terjadi petir tersebut adalah Ampere. Dari simulasi petir 1./50 µs dan amplitudo 10 ka ini dapat diketahui bahwa untuk model arester yang digunakan pada simulasi ini dapat memotong sekitar 89.5 % arus petir pada saat arus petir tersebut mencapai nilai maksimumnya, dan hanya sekitar 10 % dari arus petir yang diterima oleh peralatan. Tegangan sisa maksimum yang timbul pada beban saat dikenai petir ini adalah sebesar Volt. Gambar 4 Tampilan awal Master Libraries PSAD Gambar 6 Grafik Arus Arester pada Simulasi dengan Petir 1./50 µs dan Amplitudo 10 ka
5 Gambar 7 Grafik Arus Beban pada Simulasi dengan Petir 1./50 µs dan Amplitudo 10 ka Gambar 10 Grafik Arus Arrester dan Arus Beban Maksimum pada Amplitudo Petir 10kA dengan Variasi Front Time Gambar 8 Grafik Tegangan pada Simulasi dengan Petir 1./50 µs dan Amplitudo 10 ka Simulasi pada model arester dengan memvariasi front time petir, sedangkan tail time tetap pada 0 µs dan amplitudo dibiarkan untuk pada 10 ka untuk amplitudo arus petir., didapatkan bahwa semakin besar front time yang diberikan, akan memberikan pengaruh pada besarnya waktu, arus maksimum yang mengalir pada arrester, arus maksimum yang diterima oleh beban, tegangan pada bus yang mengalami gangguan, dan juga tegangan transiennya. Seperti yang terlihat pada Gambar 9 berikut, semakin besar front time petir yang terjadi akan menyebabkan semakin kecilnya tegangan pada bus dan tegangan transien yang terjadi. Selain itu, semakin besar front time juga menyebabkan semakin lama nya tegangan mencapai maksimum. Dari Gambar 10 diatas dapat dilihat bahwa perubahan front time menyebabkan menurunnya nilai dari arus maksimum dan arus maksimum yang diterima beban, serta semakin lamanya arus mencapai maksimum. Simulasi juga dilakukan pada model arester dengan memvariasi waktu ekor (tail time) petir, sedangkan front time dibiarkan pada 5 µs dan amplitudo arus petir pada 10 ka, dapat diketahui bahwa semakin besar tail time petir yang terjadi, berpengaruh pada semakin besarnya arus yang mengalir pada arrester, arus yang masuk ke beban, tegangan pada bus yang terganggu, dan juga tegangan transiennya. Selain itu juga menyebabkan semakin singkat nya waktu mencapai puncak baik tegangan maupun arus yang terjadi. Seperti yang terlihat pada Gambar 11 berikut, semakin besar tail time petir yang terjadi akan menyebabkan semakin besarnya tegangan pada bus dan tegangan transien yang terjadi. Selain itu, semakin besar tail time juga menyebabkan semakin cepat nya tegangan mencapai maksimum. Gambar 9 Grafik Tegangan Bus dan Tegangan TFR Maksimum pada Amplitudo Petir 10kA dengan Variasi Front Time Gambar 11 Grafik Tegangan Bus dan Tegangan TFR Maksimum pada Amplitudo Petir 10kA dengan Variasi Tail Time
6 Gambar 1 Grafik Arus Arrester dan Arus Beban Maksimum pada Amplitudo Petir 10kA dengan Variasi Tail TIme. Dari Gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa perubahan tail time menyebabkan meningkatnya nilai dari arus maksimum dan arus maksimum yang diterima beban, serta semakin singkatnya arus mencapai maksimum. Untuk simulasi kondisi gangguan berupa Impuls hubung, parameter yang digunakan adalah menggunakan pendekatan dengan nilai t1 = 00 µs dan t = 500 µs. Dengan menggunakan kedua nilai tersebut dapat di cari nilai a dan b untuk parameter gangguan berdasarkan cara yang tertera pada Bab.3.4 dan.3.5. Didapatkan batasan yang digunakan untuk simulasi gangguan impuls hubung berupa: t1 = 00 µs t = 500 µs a = 31.5 b = 500 Hasil simulasi untuk model ABB EXLIM dengan model impuls hubung 00/500 µs pada amplitudo 10 ka dapat dilihat pada Gambar 13, 14, 15. Gambar 13 Arus Arrester dan Arus Maksimum pada Gangguan Impuls Hubung dengan Amplitudo 10kA Gambar 14 Arus Beban pada Gangguan Impuls Hubung dengan Amplitudo 10kA Gambar 15 Tegangan Bus dan Tegangan TFR pada Gangguan Impuls Hubung dengan Amplitudo 10kA 7. Kesimpulan Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Rating lightning arrester pada sistem 150 kv adalah 13 kv bila ditanahkan langsung dan 165 kv bila tidak ditanahkan langsung.. Hasil simulasi pada gangguan impuls petir dengan short time (1./50 µs) menunjukkan hasil antara lain sebagai berikut : a. Rata-rata besar pemotongan arus oleh model arrester ABB EXLIM adalah 95%. b. Besar arus yang dilewatkan ke beban berkisar antara 1 sampai 5 ka. c. Besar tegangan TFR yang terjadi pada saat petir mencapai arus maksimal berkisar antara 400 kv sampai 650 kv. 3. Hasil simulasi pada gangguan impuls petir untuk variasi front time, hasil simulasi model arester ABB EXLIM menunjukkan semakin pendek front time akan mengakibatkan nilai arus dan tegangan yang semakin besar. 4. Hasil simulasi pada gangguan impuls petir, semakin pendek front time petir, maka tegangan sisa akan memiliki waktu mencapai puncak yang semakin singkat dan waktu pemulihan yang semakin lama.
7 5. Hasil simulasi pada gangguan impuls petir untuk variasi tail time, hasil simulasi model arester ABB EXLIM menunjukkan semakin besar atau panjang tail time akan mengakibatkan nilai arus dan tegangan yang semakin besar. 6. Hasil simulasi pada gangguan impuls petir, semakin panjang tail time petir, maka tegangan sisa akan memilikiwaktu mencapai puncak yang semakin singkat dan waktu pemulihan yang semakin lama. 7. Hasil simulasi pada gangguan impuls hubung dengan 00/500 µs menunjukkan hasil antara lain sebagai berikut: a. Rata-rata besar pemotongan arus oleh model arrester ABB EXLIM adalah 87.1%. b. Besar arus yang dilewatkan ke beban berkisar antara 0 sampai 1.5 ka. c. Besar tegangan TFR yang terjadi pada saat petir mencapai arus maksimal berkisar antara 400 kv sampai 550 kv. [14] Zoro H. Reynaldo. 004, Proteksi terhadap Tegangan Lebih Petir pada Sistem Tenaga Listrik, atatan Kuliah, Departemen Teknik ELektro ITB, Bandung. 9. Riwayat Penulis Penulis dilahirkan di Balikpapan, Kalimantan Timur pada 4 Agustus 1984, merupakan bungsu dari tiga bersaudara. Riwayat pendidikan penulis adalah TK Santa Meriam Balikpapan, SDK Santa Theresia Balikpapan, SLTPK Santo Mikail Balikpapan, SMUK St. Louis I Surabaya. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan S1-nya di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dan jurusan yang diambil adalah Jurusan Teknik Elektro dengan bidang studi Teknik Sistem Tenaga. Penulis dapat dihubungi melalui qjonqjon@yahoo.com. 8. Daftar Pustaka [1] Arismunandar, A. 1975, Teknik Tegangan Tinggi, Pradnya Paramita, Jakarta. [] Arismunandar, Kuwara. 1993, Teknik Tenaga Listrik, Jilid, Pradnya Paramita, Jakarta. [3] Abduh, S. 001, Teknik Tegangan Tinggi, Salemba Teknik, Jakarta. [4] PSAD version 4. for Windows XP3 Pro SP, XP64 Pro, Vista 3, Vista 64 Users Manual. [5] Hill, Keith, Surge Arrester and Testing, Double Engineering ompany [6] Hutauruk, T.S. 1989, Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja, Erlangga, Jakarta. [7] IEEE WG , Modeling of Metal Oxide Surge Arresters, IEEE Transcations on Power Delivery, pp , January 199. [8] L. Tobing, Bonggas. 003, Peralatan Tegangan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [9] Mahmudsyah, Syariffuddin. 005, Diktat Kuliah Teknik Tegangan Tinggi : Petir dan Permasalahannya, ITS, Surabaya. [10] Mahmudsyah, Syariffuddin. Handout Kuliah Teknik Tegangan Tinggi, ITS, Surabaya [11] Tobing, B.L. 003, Peralatan Tegangan Tinggi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [1 URL ( Techpapers/13- Schufft-Wolfgang-Impulse_Tes.pdf]) [13]
Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc
STUDI PENGAMAN SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI 150KV YANG DILINDUNGI ARESTER SURJA Oleh: Dedy Setiawan 2209 105 022 Dosen Pembimbing: Dosen Pembimbing: 1. IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)
STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 15 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM) Septian Ahadiatma, I Gusti Ngurah Satriyadi H,ST,MT, Dr.Eng. I Made Yulistya N,ST,M.Sc
Lebih terperinciStudi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja
Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 5kV yang Dilindungi oleh Arester Surja Dedy Setiawan, I.G.N. Satriyadi Hernanda, Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Abstrak
Lebih terperinciVol.3 No1. Januari
Studi Penempatan Arrester di PT. PLN (Persero) Area Bintaro Badaruddin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 Telepon: 021-5857722
Lebih terperinciEVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD
EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD Sapari, Aris Budiman, Agus Supardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciStudi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP
Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 2 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP Augusta Wibi Ardikta 22594 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI
Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013 1 STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI Bangkit Wahyudian Kartiko, I
Lebih terperinciBAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat
BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir atau halilintar merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan dimana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan yang beberapa saat
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN)
BAB II TEORI DASAR GELOMBANG BERJALAN DAN PEMBUMIAN (PENTANAHAN) 2.1 Gelombang Berjalan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih dalam
Lebih terperinciOPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.
OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan
Lebih terperinciTUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR
TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR Yang dibimbing oleh Slamet Hani, ST., MT. Disusun oleh: Nama : Daniel Septian
Lebih terperinciPEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG
PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG Taruna Miftah Isnain 1, Ir.Bambang Winardi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciSela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad
23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga
Lebih terperinciStudi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching
Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching Media Riski Fauziah, I Gusti Ngurah Satriyadi, I Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciBAB III LIGHTNING ARRESTER
BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pengertian Istilah Dalam Lightning Arrester Sebelum lebih lanjut menguraikan tentang penangkal petir lebih dahulu penyusun menjelaskan istilah atau definisi yang akan sering
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP
STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP Oleh : Augusta Wibi Ardikta 2205.100.094 Dosen Pembimbing : 1. I
Lebih terperinciPEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG
PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Wahyu Arief Nugroho 1, Hermawan 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciI Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc
I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc SUTT merupakan instalasi yang sering terjadi sambaran petir karena kontruksinya yang tinggi dan berada pada lokasi yang
Lebih terperinciAbstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.
PEMELIHARAAN DAN ANALISA PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP SEMARANG BC SEMARANG Guntur Pradnya Pratama 1, Ir. Tejo Sukmadi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Dengan letak geografis Indonesia yang dikelilingi oleh lautan, maka Indonesia berpeluang untuk memiliki kerapatan petir
Lebih terperinciANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA
SEMINAR NASIONAL TEKNIK KETENAGALISTRIKAN 25 ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 2 kv di YOGYAKARTA Mursid Sabdullah,
Lebih terperinciSISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv
Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban
Lebih terperinciARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK
86 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK Tegangan lebih adalah
Lebih terperinciSTUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV
STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV Fariz Dwi Pratomo, IG Ngurah Satriyadi Hernanda, I Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro-FTI,
Lebih terperinciANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract
ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract Pemanfaatan energi listrik secara optimum oleh masyarakat dapat terpenuhi dengan
Lebih terperinciOPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH
OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH Yuni Rahmawati, ST* Abstrak: Untuk menganalisis besar tegangan maksimum yang terjadi pada jaringan
Lebih terperinciDAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH
DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Jln. Babarsari No 1, Sleman, Yogyakarta diah.w73@gmail.com Intisari Arester
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH
ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH OLEH : SYAIFUDDIN NAJIB D 400 060 049 JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Lebih terperinciAnalisa Sambaran Petir Terhadap Kinerja Arrester pada Transformator Daya 150 kv Menggunakan Program ATP
Analisa Sambaran Petir Terhadap Kinerja Arrester pada Transformator Daya 5 kv Menggunakan Program ATP Cecillia Stevanny*, Fri Murdiya ** *Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro Universitas
Lebih terperinciBAB III LIGHTNING ARRESTER
BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindungan terhadap gangguan tegangan
Lebih terperinciModel Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG
Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG 3.4. Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG 3.4. Herman Halomoan Sinaga *, T. Haryono **, Tumiran** * Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit listrik pada umumnya dihubungkan oleh saluran transmisi udara dari pembangkit menuju ke pusat konsumsi tenaga listrik seperti gardu induk (GI). Saluran transmisi
Lebih terperinciProteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri
Proteksi Terhadap Petir Distribusi Daya Dian Retno Sawitri Pendahuluan Sambaran petir pada sistem distribusi dapat menyebabkan kerusakan besar pada kabel overhead dan menyuntikkan lonjakan arus besar yang
Lebih terperinciBAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik
Lebih terperinciSTUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)
STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *) Abstrak Electric energy has been transmiting from power station to end
Lebih terperinciANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV
TUGAS AKHIR RE 1599 ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV IKA PRAMITA OCTAVIANI NRP 2204 100 028 Dosen
Lebih terperinciDasman 1), Rudy Harman 2)
PENGARUH TAHANAN KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 KV TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIENT AKIBAT SURJA PETIR DENGAN MENGGUNAKAN ELEKTROMAGNETIC TRANSIENTS PROGRAM (EMTP) (GI KILIRIANJAO GI MUARO BUNGO )
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya
Lebih terperinciSIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV
SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV Priska Bayu Anugrah Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus Keputih-Sukolilo,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Abstrak Evaluasi surja arrester dengan simulasi pemodelan sambaran langsung pada kawat fasa SUTT 150 kv Double Circuit yang menimbulkan efek kegagalan perlindungan(shielding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk melindungi saluran dari adanya tegangan lebih akibat surja hubung dan surja petir. Untuk tegangan
Lebih terperinciPROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv
JETri, Volume 2, Nomor 2, Februari 2003, Halaman 1-8, ISSN 1412-0372 PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv Chairul G. Irianto & Syamsir Abduh Dosen-Dosen Jurusan
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI
STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI Bangkit Wahyudian Kartiko (290136) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST.,M.Sc. Ir.
Lebih terperinciKOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009
KOORDINASI ISOLASI By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009 KOORDINASI ISOLASI (INSULATION COORDINATION) Koordinasi Isolasi : Korelasi antara daya isolasi alat-alat dan rangkaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik menunjukkan trend yang semakin
Lebih terperinciBAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH
BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih
Lebih terperinciPENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI
PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI Ringga Nurhaidi 1), Danial 2), Managam Rajagukguk 3) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciKINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv
KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv Abdul Syakur 1, Agung Warsito 2, Liliyana Nilawati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR
BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR II.1 Umum Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran transmisi dalam
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH RESISTANSI PENTANAHAN MENARA TERHADAP BACK FLASHOVER PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV
AALISIS PEGARUH RESISTASI PETAAHA MEARA TERHADAP BACK FLASHOVER PADA SALURA TRASMISI 5 KV Putra Rezkyan ash-225163 Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh pember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo,
Lebih terperinciEVALUASI PERLINDUNGAN GARDU INDUK 150 KV PANDEAN LAMPER DI TRAFO III 60 MVA TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR
EVALUASI PERLINDUNGAN GARDU INDUK 150 KV PANDEAN LAMPER DI TRAFO III 60 MVA TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR Ihwan Ernanto Wibowo 1), Luqman Assaffat 2), M. Toni Prasetyo 3) 1,2,3) Program Studi Teknik Elektro
Lebih terperinciPERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN SiC PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA
PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN Si PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA M.Yoza Acika 1, T.Haryono 2, Suharyanto 2 Abstract Arrester installation in electrical system need
Lebih terperinciBAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR
BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR 3.1 Konsep Dasar Sistem Tenaga Listrik Suatu system tenaga listrik secara sederhana terdiri atas : - Sistem pembangkit -
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa yang menyebabkan Indonesia memiliki intensitas terjadinya petir lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara
Lebih terperinciAnalisa Pengaruh Sambaran Petir pada Jaringan Distribusi 13,8 kv di BOB PT. BSP - Pertamina Hulu Bandar Pedada Menggunakan Software ATP-EMTP
Analisa Pengaruh Sambaran Petir pada Jaringan Distribusi 13,8 kv di BOB PT. BSP - Pertamina Hulu Bandar Pedada Menggunakan Software ATP-EMTP Rahmad Wahyudi Syaifulloh*, Eddy Hamdani** *Alumni Teknik Elektro
Lebih terperinciPENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER
PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER Muhammad Yudi Nugroho *), Mochammad Facta, and Abdul Syakur Jurusan Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinciSIMULASI INDUKSI SAMBARAN PETIR DAN KINERJA ARESTER PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
SIMULASI INDUKSI SAMBARAN PETIR DAN KINERJA ARESTER PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv MENGGUNAKAN EMTP (Studi Kasus Penyulang Gardu Induk Mojosongo Boyolali) Liliyana Nilawati Sumardi, Ir.Agung Warsito,
Lebih terperinciMAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK
MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK Pemeliharaan Arrester GI dan GIS 150 kv PT. PLN (PERSERO) UPT Semarang PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JATENG & DIY, UPT Semarang Jimy harto S. 1, Abdul Syakur 2 Jurusan Teknik
Lebih terperinciSISTEM PROTEKSI RELAY
SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK
Lebih terperinciDAMPAK PEMBERIAN IMPULS TEGANGAN BERULANG TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH
DAMPAK PEMBERIAN IMPULS TEGANGAN BERULANG TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Jln. Babarsari 1, Sleman, Yogyakarta diah.w73@gmail.com
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover
Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover oleh : Putra Rezkyan Nash 2205100063 Dosen Pembimbing : 1. I G N Satriyadi H,ST,MT. 2. Dr.Eng.I Made Yulistya N,ST,M.Sc.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia memiliki iklim tropis, kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki hari guruh rata-rata
Lebih terperinciBAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR
BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR 2.1 Pendahuluan Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif menuju ke muatan positif. Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi dan Laboratorium Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciPerbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time
Vol. 2, No. 2, Desember 2016 1 Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time R.D. Puriyanto 1, T. Haryono 2, Avrin Nur Widiastuti 3 Universitas Ahmad Dahlan 1, Universitas
Lebih terperinciSTUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :
STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM : 050422035 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION
Lebih terperinciStudi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP)
Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP) Zainal Abidin *) *) Program Studi Teknik Elektro,
Lebih terperinciKata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.
PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA CONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Priya Surya Harijanto¹, Moch. Dhofir², Soemarwanto ³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinciL/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK
L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH
Lebih terperinciSIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA
Jurnal Penelitian Teknik Elektro dan Teknologi Informasi SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA Chandra Fadlilah 1, T. Haryono
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KLASIFIKASI DAN BESARNYA TEGANGAN ABNORMAL Meskipun tidak ada standart tertentu dari tegangan abnormal yang disebabkan oleh gangguan surya yang harus ditanggulangi dalam proteksi
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH
ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Tujuan dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciTegangan Residu Keping Arester sebagai Fungsi dari Cacah Keping Arester
JNTETI, Vol. 3, No. 3, Agustus 2014 231 Tegangan Residu Keping Arester sebagai Fungsi dari Cacah Keping Arester Devia Eka Yunida 1 Abstract Lightning is a natural phenomenon that usually appears during
Lebih terperinciSimulasi Tegangan Lebih Akibat Sambaran Petir terhadap Penentuan Jarak Maksimum untuk Perlindungan Peralatan pada Gardu Induk
ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Simulasi Tegangan Lebih Akibat Sambaran Petir terhadap Penentuan Jarak Maksimum untuk Perlindungan Peralatan pada Gardu Induk Ayu Sintianingrum 1, Yul
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Petir 1. Proses Pembentukan Petir Petir merupakan suatu peristiwa peluahan muatan listrik di atmosfir. Pada suatu keadaan tertentu dalam lapisan atmosfir bumi terdapat gerakan angin
Lebih terperinciSTUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN
TUGAS AKHIR - RE 1599 STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN RIO WIBISONO NRP 2201 109 023 Dosen Pembimbing Ir.Soedibyo, MMT. I Gusti Ngurah Satriyadi H, S.T,
Lebih terperinciANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR
ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR Wangto Ratta Halim, Syahrawardi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas
Lebih terperinciPEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN
PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN Oleh : Nina Dahliana Nur 2211106015 Dosen Pembimbing : 1. I Gusti Ngurah Satriyadi
Lebih terperinciSTUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV
STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV Fariz Dwi Pratomo NRP 2209105044 Dosen Pembimbing IG Ngurah Satriyadi Hernanda, ST, MT Dr.
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Listrik saat ini merupakan sebuah kebutuhan pokok yang tak tergantikan. Dari pusat kota sampai pelosok negeri, rumah tangga sampai industri, semuanya membutuhkan
Lebih terperinciKEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciAnalisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling
e-jurnal Teknik Elektro dan Komputer (201) 1 Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling M. S. Paraisu, F. Lisi, L. S. Patras, S. Silimang Jurusan Teknik Elektro-FT.
Lebih terperinciKOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI
KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: RESI RATNASARI
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Dalam merencanakan suatu sistem pengaman (Proteksi) yang ada
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tegangan Lebih Dalam merencanakan suatu sistem pengaman (Proteksi) yang ada hubungannya dengan tenaga atau arus listrik, maka perlu diperhatikan keadaan peralatan itu pada waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia tenaga listrik, salah satu bidang usahanya yaitu sistem distribusi tenaga listrik.
Lebih terperinciStudi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM : 00530031
Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM : 00530031 Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik
Lebih terperinciPEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER (LA) PADA GARDU INDUK KRAPYAK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI APP SEMARANG. Abstrak
PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER (LA) PADA GARDU INDUK KRAPYAK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI APP SEMARANG Airlangga Avryansyah Akbar. 1, Ir.Agung Warsito, DHET. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan
Lebih terperinciOPTIMASI PENEMPATAN ARRESTER TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA TRANSFORMATOR DAYA DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA
OPTIMASI PENEMPATAN ARRESTER TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA TRANSFORMATOR DAYA DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA I Nugroho *), Susatyo Handoko, and Karnoto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir merupakan sebuah fenomena alam yang sulit dicegah. Fenomena ini sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan.
Lebih terperinciRancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)
Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board) PUBLIKASI JURNAL SKRIPSI Disusun oleh: DESINTA AYU WORO HENDRASWARI NIM. 0910633040-63 KEMENTERIAN
Lebih terperinciDAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH
Dampak Pemberian Impuls Arus Terhadap Tingkat Perlindungan Arrester Tegangan Rendah DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Widyastuti, Sugiarto
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Gardu Induk Gardu Induk merupakan suatu instalasi yang terdiri dari sekumpulan peralatan listrik yang disusun menurut pola tertentu dengan pertimbangan teknis, ekonomis
Lebih terperinciPROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero)
PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero) Oleh : Hery Setijasa Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl Prof Sudarto,SH Tembalang Semarang 50275 Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan sangat besar
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan sangat besar sehingga mengganggu sistem jaringan listrik. Fenomena ini tidak dapat dihindari karena dapat
Lebih terperinciBAB 8 ALAT PENGAMAN JARINGAN DISTRIBUSI
BAB 8 ALAT PENGAMAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Alat pengaman atau pelindung adalah suatu alat yang berfungsi melindungi atau mengamankan suatu sistem penyaluran tenaga listrik dengan cara membatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tegangan rendah yang biasanya tersambung ke rumah-rumah. Di lain sisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan yang sangat besar sehingga mudah untuk berpotensi mengganggu sistem jaringan listrik. Fenomena ini tidak dapat
Lebih terperinci