PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN SiC PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN SiC PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA"

Transkripsi

1 PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN Si PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA M.Yoza Acika 1, T.Haryono 2, Suharyanto 2 Abstract Arrester installation in electrical system need to consider the placement that provides the best protection for the protected equipment. This paper considers the placement of arrester in relation with the influence of arrester phase and grounding cable placement in the protected equipment, by performing a wide variety of placement testing, as well as variations in cable length and then by comparing the effect given to the protected equipment. Results showed that voltage received by the protected equipment was the sum of arrester residual voltage and the voltage at arrester phase and grounding cable. Voltage rise received by the protected equipment originated from arrester cable is the product of steepness level surge current and inductance which is in arrester phase and grounding cable that connect the arrester. Having compared the effect of voltage rise, Si arrester was worse than ZnO arrester due to the structure of the Si arrester which had a spark gap. In certain circumstances, an increase in voltage due to the wave reflection causing a voltage rise by an average of 14.39% in equipment protected by ZnO arrester, and an average of 20.13% for equipment protected by Si arrester. Intisari Pemasangan arester di sistem tenaga listrik perlu memperhatikan penempatan yang memberikan perlindungan terbaik terhadap peralatan yang Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan pertimbangan penempatan arester dalam hal panjang kabel fase dan kabel pentanahan arester pada peralatan yang dilindungi, yaitu dengan melakukan berbagai variasi pengujian penempatan, maupun variasi panjang kabel dan melihat pengaruh yang diberikan pada peralatan yang Hasil penelitian menunjukkan, bahwa tegangan yang dirasakan oleh peralatan yang dilindungi oleh arester adalah jumlah tegangan residu arester ditambah dengan tegangan yang ada pada kabel fase dan pentanahan arester. Kenaikan tegangan yang dirasakan peralatan yang bersumber dari kabel penghubung arester merupakan hasil kali tingkat kecuraman arus surja dan induktans yang ada pada kabel penghubung fase dan pentanahan arester. Setelah 1 Mahasiswa, Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika 2 Bulaksumur Yogyakarta INDONESIA (telp: ; fax: ; yozaac@live.com) 2 Dosen pembimbing, Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Universitas Gadjah Mada, Jl. Grafika 2 Bulaksumur Yogyakarta INDONESIA (telp: ; fax: ; thrharyono@gmail) dibandingkan arester Si memberikan efek yang lebih buruk daripada arester ZnO dalam hal peningkatan tegangan, karena struktur arester Si yang memiliki spark gap. Pada kondisi tertentu terjadi kenaikan tegangan akibat pemantulan gelombang yang menyebabkan kenaikan tegangan sebesar rata-rata 14,39 % pada peralatan yang dilindungi arester ZnO, dan ratarata 20,13% untuk peralatan yang dilindungi arester Si. Kata Kunci petir, arester, spark gap, pemantulan gelombang, tegangan kabel I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki iklim tropis, kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki hari guruh rata-rata per tahun yang sangat tinggi [1], menyebabkan besarnya kemungkinan petir untuk menyambar berbagai peralatan kelistrikan. Pencegahan kerusakan peralatan listrik akibat gangguan petir dapat dicapai melalui penggunaan lightning arrester. Dalam hal perlindungan suatu peralatan listrik, pada penerapannya berbagai variasi penempatan arester dapat dilakukan. Arester dapat ditempatkan pada peralatan yang dilindungi dengan menyambungkan kabel arester pada terminal peralatan yang telah terhubung ke jaringan listrik, atau sebaliknya kabel peralatan listrik dapat disambungkan ke terminal arester yang telah terhubung dengan jaringan listrik. Berbagai variasi penempatan ini yang juga memiliki variasi panjang kabel saat dipasangkan, sehingga dapat mempengaruhi tingkat perlindungan yang dirasakan oleh peralatan yang Besarnya nilai arus per waktu ini dapat menimbulkan tegangan di kabel dikarenakan adanya nilai induktans pada kabel. Maka dalam hal ini, selain tegangan yang ada pada arester, besarnya tegangan yang dirasakan peralatan yang dilindungi juga akan dipengaruhi oleh konfigurasi pemasangan kabel yang dilakukan. Dengan mengetahui besarnya tegangan yang dirasakan peralatan pada berbagai konfigurasi pemasangan, maka dapat ditentukan konfigurasi pemasangan arester yang paling tepat. 88

2 Artikel Reguler B. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penempatan kabel arester dan panjang kabel arester terhadap tegangan yang dirasakan oleh peralatan yang Melalui penelitian yang dilakukan diharapkan dapat diketahui, hal-hal sebagai berikut: 1. Rumusan dari tegangan yang dirasakan peralatan saat arester melakukan pelepasan tegangan. 2. Hubungan panjang kabel arester terhadap besarnya tegangan yang dirasakan peralatan yang 3. Perbandingan tingkat kenaikan tegangan pada kabel yang diberikan oleh arester yang memiliki gap maupun gapless 4. Sebagai referensi penentuan penempatan pemasangan arrester. Batasan Masalah Penelitian dilakukan dengan asumsi petir bergerak dari jaringan menuju ke bumi dengan kabel arester yang dipasang pada terminal peralatan yang Dalam pengujian ini tidak dilakukan variasi waktu muka gelombang impuls/petir, melainkan hanya digunakan gelombang impuls standar sebagai input, tidak dilakukan variasi luas penampang kabel maupun variasi pentanahan. awal arester dan peralatan ialah tidak saat bertegangan A melainkan tanpa tegangan hingga kemudian diberikan input gelombang impuls. Penelitian memfokuskan untuk melihat pengaruh penempatan kabel arester maupun peralatan serta pengaruh panjang kabel terhadap tegangan yang dirasakan oleh peralatan yang dilindungi pada JTM /20 kv. II. DASAR TEORI A. Perbedaan gelombang arester MOV dan Si Dinyatakan pada [2] bahwa arester Si menggunakan blok silikon karbid yang disusun seri dengan spark gap. Perbaikan di konsep arester terjadi dengan penemuan zinc oxide (ZnO) yang memiliki karakteristik hubungan tegangan-arus yang lebih mendukung daripada silikon karbid dan ini memungkinkan pembuangan komponen spark gap, yang menyebabkan karakteristik ZnO ini dikenal sebagai gapless arrester. Adapun karakteristik arus dan tegangan pelepasan arester Si dan ZnO dapat dilihat pada Gbr.1 berikut. B. Panjang Kabel Arrester Dinyatakan pada [3] bahwa panjang kabel pada arester harus di jaga seminimal mungkin, karena sebagaimana terlihat pada Gbr.2, protective level dari arester (V TOTAL ) adalah jumlah dari tegangan pelepasan arester dan drop tegangan di sepanjang kabel yang terhubung ke arester. Semakin pendek kabel maka semakin kecil V TOTAL semakin baik margin proteksinya. Tegangan pada kabel penghubung arester (dengan L = induktans kabel, di = kenaikan arus surja petir) dapat dt dihitung dengan persamaan. V L = L di dt (1) Gbr.2. Tegangan yang dirasakan peralatan yang dilindungi arester. Line Termination pada Impedans Dinyatakan di sumber [4] pada kasus umum karakteristik impedans kabel Z c yang berakhir pada impedans Z, dinyatakan dengan i = 2 i Z+Z f, v = 2 v Z+Z f atau v = τ v f, dengan τ adalah koefisien refraksi atau faktor transmisi atau sederhananya koefisien τ. Maka, untuk gelombang tegangannya, τ 2Z. Nilai τ bervariasi antara nol hingga dua Z+Z tergantung pada nilai relatif dari Z dan Z, dengan Z = L atau dapat dinyatakan langsung dengan v = 2Z v Z+Z f (2) D. Tingkat kenaikan surja Pada buku [3] juga dinyatakan bahwa tingkat kenaikan arus surja petir mempengaruhi margin proteksi ketika panjang kabel arester dipertimbangkan.. Kurva pada Gbr.3 berikut menunjukkan kemungkinan kenaikan arus surja petir yang terjadi yang diukur saat pengujian. Gbr.3. Kemungkinan waktu mencapai puncak (time to crest) pada petir III. METODE PENELITIAN. Gbr.1. Karakteristik arus dan tegangan pelepasan arester Si (kiri) dan ZnO (kanan) A. Alat yang digunakan Untuk pengujian ini digunakan dua jenis arester yaitu : 89

3 1. Arester Si (jenis spark gap) dengan spesifikasi sebagai berikut : LV Arester, Rating Voltage 18 kv, seperti yang terlihat pada Gbr Arester ZnO gapless dengan spesifikasi sebagai berikut : Rating Voltage (Ur) = 15 kv, Rating MOV (Uc) = 12,7 kv, Discharge urrent = 10 ka, Seperti yang terlihat pada Gbr.5 3. Kawat NYAF 6 mm 2. Diagram alir pengujian Diagram alir pengujian penempatan kabel untuk arester ZnO dan Si dapat dilihat pada Gbr.8 dan diagram alir pengujian variasi kabel penghubung arester dapat dilihat pada Gbr. 9 berikut. Gbr.4. Arester jenis Si Gbr.5. Arester jenis ZnO B. Rangkaian pengujian Pada pengujian arester ZnO dan Si dilakukan dua jenis pengujian yaitu pengujian penempatan kabel fase dan pentanahan arester maupun peralatan, dan pengujian variasi kabel penghubung arester. Adapun rangkaian pengujian variasi kabel penghubung arester dapat dilihat pada Gbr.6 dan rangkaian pengujian untuk berbagai kondisi A sampai H arester ZnO dan Si dapat dilihat pada Gbr.7 berikut. Gbr.8. Diagram alir pengujian penempatan kabel arester ZnO dan Si Gbr.6. Rangkaian Pengujian Variasi Panjang Kabel Arester Gbr.9. Diagram alir pengujian variasi kabel penghubung arester ZnO dan Si IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian pada Arester ZnO Melalui pengujian yang dilakukan pada arester ZnO yang bersifat gapless, akan dilihat pengaruh penempatan kabel dan pengaruh panjang kabel arester terhadap perlindungan yang dirasakan peralatan. Gbr.7. Rangkaian Pengujian Penempatan Arester 1) penempatan yang menimbulkan pemantulan gelombang pelepasan: Pada beberapa kondisi penempatan rentan terjadi pemantulan gelombang pelepasan yang berkontribusi terhadap meningkatnya tegangan yang dirasakan peralatan yang 90

4 Artikel Reguler TABEL I PENEMPATAN YANG MENIMBULKAN PEMANTULAN GELOMBANG PELEPASAN Variabel B dan F dan G B F G Penempatan Terukur Terlihat pada Tabel I di atas terjadi kenaikan tegangan pada perbandingan kondisi B dan, maupun perbandingan kondisi F dan G. Peningkatan tegangan yang signifikan ini terjadi karena pemantulan gelombang pelepasan, setelah penempatan kabel di terminal arester yang menimbulkan transisi impedans surja. Saat surja pelepasan dilepaskan oleh arester, surja tersebut berjalan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Antara arester dan kabel terdapat perbedaan impedans surja dimana jika impedans surja arester dimisalkan Z 1 dan impedans surja kabel peralatan dimisalkan Z 2, maka Z 1 dan Z 2 memiliki hubungan Z 1 < Z 2 sehingga saat terjadi pantulan pada kabel peralatan yang terhubung dengan arester besar tegangan yang dirasakan peralatan akan bertambah sesuai dengan (2) dimana tegangan pada titik transisi dari dua impedans surja yang berbeda, yaitu terminal pentanahan arester akan bernilai lebih besar, maka persamaannya V t = 2Z 2 V Z 1 +Z i, dimana Z 1 < Z 2 dan V i 2 adalah tegangan pelepasan arester sehingga V t >V i. Tegangan V t inilah yang dirasakan oleh peralatan yang 2) penempatan yang dapat mengurangi besarnya tegangan yang dirasakan peralatan yang dilindungi: Terlihat pada Tabel II di bawah terjadi penurunan tegangan pada kondisi A dan B, sedangkan pada kondisi dan D maupun kondisi dan G terjadi kenaikan tegangan. Hal ini terjadi karena adanya penambahan maupun pengurangan panjang kabel yang dilewati arus surja, kondisi ini dapat dijelaskan melalui Gbr.10(a) untuk kondisi A dan B terjadi pengurangan sebesar 1 m, sedangkan pada gambar Gbr.10(b) kondisi dan D terjadi penambahan sebesar 1 m. Adapun Pada penempatan arester kondisi dan G ini terlihat selisih tegangan yang dirasakan peralatan yang dilindungi dalam jumlah yang lebih besar karena tegangan yang timbul di kabel arester pada kondisi G memiliki panjang total 2,5 meter dan perbandingan kabel yang dilewati arus surja pada kondisi dan G ini dapat dilihat lebih jelas pada Gbr.11. TABEL II PENEMPATAN YANG DAPAT MENGURANGI BESARNYA TEGANGAN YANG DIRASAKAN PERALATAN YANG DILINDUNGI Variabel A dan B dan D dan G Penempatan A B D G Terukur Selisih Kabel (m) Perubahan tegangan yang dirasakan peralatan yang dilindungi ini disebabkan adanya perubahan panjang kabel arester yang dirasakan peralatan yang Hal ini sesuai dengan pernyataan pada (1) tegangan pada kabel dapat timbul saat induktans kabel dilewati arus pelepasan arester dengan kecuraman tertentu. Gbr.10. Penambahan dan pengurangan kabel arester Gbr.11. Perbandingan tegangan pada penempatan kondisi dan G arester 3) penempatan arester yang tidak mempengaruhi tegangan yang dirasakan peralatan yang dilindungi: Terlihat pada Tabel III berikut selisih tegangan antara dua kondisi yang berbeda tidak menunjukkan perubahan nilai tegangan yang berarti. Tetapnya nilai tegangan yang dirasakan peralatan ini memperkuat asumsi tegangan yang dirasakan peralatan ialah tegangan arester ditambah tegangan pada kabel arester. Adapun tegangan pada kabel fase maupun pentanahan arester panjangnya yaitu dari titik terminal arester ke titik paralel dengan peralatan yang Hal ini sesuai seperti dinyatakan [3] yaitu protective level dari arester (V TOTAL ) adalah jumlah dari tegangan pelepasan arester dan drop tegangan sepanjang kabel yang terhubung ke arester. TABEL III KONDISI PENEMPATAN TANPA MEMPENGARUHI TEGANGAN TERUKUR Variabel E dan F G dan H Penempatan E F G H Terukur Adapun hubungan tegangan pada kondisi penempatan peralatan ini dapat diilustrasikan seperti pada Gbr.12 untuk perbandingan kondisi E dan F, dan pada Gbr.13 untuk kondisi G dan H. Gbr 12. Hubungan Tegangan Terukur E dan F arester 91

5 Tegangan Tegangan TABEL IV PENEMPATAN YANG MENIMBULKAN PEMANTULAN GELOMBANG PELEPASAN Gbr 13. Hubungan Tegangan Terukura G dan H arester 4. Pengaruh panjang kabel arester ZnO: Pada pengujian ini akan dilihat secara grafis pengaruh panjang kabel arester terhadap tegangan yang dirasakan peralatan untuk penempatan arester yang dipasang setelah peralatan. Terlihat pada Gbr.14 dan Gbr.15 terjadi peningkatan tegangan sekitar rata-rata 0,28 kv/m yang dirasakan arester seiring peningkatan panjang kabel fase, dan 0,56 kv/m pada kabel pentanahan arester. Hal ini sesuai (1) dengan adanya peningkatan L kabel maka terjadi peningkatan tegangan yang dirasakan peralatan. Peningkatan tegangan ini tentu dapat mengurangi margin proteksi peralatan. Dan jika terus-menerus terjadi maka dapat mempercepat penuaan isolasi peralatan yang 35,00 34,80 34,60 34,40 34,20 34,00 33,80 Gbr.14. Kurva pengaruh panjang kabel fase arester ZnO 35,00 34,80 34,60 34,40 34,20 34,00 33,80 33,60 33,40 34,27 34,27 34,55 0, Panjang kabel fase (m) 33,99 34,27 1,5 2 3 Panjang kabel pentanahan (m) 34,83 34,83 Gbr.15. Kurva pengaruh panjang kabel pentanahan arester ZnO B. Pengujian pada Arester Si Melalui pengujian yang dilakukan pada arester Si yang memiliki gap berbeda dengan arester ZnO yang bersifat gapless, akan dilihat pengaruh penempatan kabel dan pengujian panjang kabel arester Si terhadap perlindungan yang dirasakan peralatan. 1) penempatan yang menimbulkan pemantulan gelombang pelepasan: Pada beberapa kondisi penempatan rentan terjadi pemantulan gelombang pelepasan yang berkontribusi terhadap meningkatnya tegangan yang dirasakan peralatan yang F dan Variabel B dan G Penempatan B F G Tegangan Percik Percik Pelepasan Puncak Pelepasan Terlihat di Tabel IV pada perbandingan kondisi B dan maupun perbandingan F dan G terjadi kenaikan tegangan. Kenaikan tegangan percikan dan pelepasan yang besar ini disebabkan oleh pemantulan gelombang karena adanya perbedaan impedans surja yang muncul saat kabel pentanahan peralatan dipasang di terminal pentanahan arester. akibat pemantulan gelombang ini dapat mengurangi margin proteksi peralatan, sehingga pemasangan kabel pentanahan peralatan langsung pada terminal pentanahan arester harus dihindari. Pada kasus ini, pemantulan gelombang dari tegangan pelepasan lebih berbahaya dibandingkan pemantulan gelombang dari tegangan percikannya karena pada tegangan pelepasannya tegangan berlangsung lebih lama sehingga lebih berbahaya bagi peralatan yang 2) penempatan yang dapat mengurangi besarnya tegangan yang dirasakan peralatan yang dilindungi: Terlihat pada Tabel V berikut pada perbandingan kondisi A dan B, dan D, maupun dan G ini nilai puncak tegangan pelepasannya adalah sama, sedangkan nilai tegangan percikannya mengalami perubahan. Hal ini terjadi karena pada tegangan percikannya memiliki tingkat kenaikan arus pelepasan surja yang jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan tegangan pelepasannya. Jika dibandingkan dengan gelombang arester ZnO, gelombang arester Si ini memiliki tegangan percikan, pada arester Si ini tegangan percikan timbul dikarenakan konstruksinya menggunakan spark gap. TABEL V PENEMPATAN YANG DAPAT MENGURANGI BESARNYA TEGANGAN YANG DIRASAKAN PERALATAN YANG DILINDUNGI Variabel Penempatan Tegangan Percik Percik Pelepasan Puncak Pelepasan A dan B dan D dan G A B D G Selisih Kabel (m) Adapun terjadinya penurunan tegangan pada perbandingan kondisi A dan B, sedangkan pada kondisi dan D maupun kondisi dan G terjadi kenaikan tegangan karena adanya penambahan 92

6 Tegangan Tegangan Artikel Reguler maupun pengurangan panjang kabel yang dilewati arus surja, kondisi ini dapat dijelaskan melalui Gbr.10(a) untuk kondisi A dan B terjadi pengurangan sebesar 1 m, sedangkan pada gambar Gbr.10(b) kondisi dan D terjadi penambahan sebesar 1 m. Adapun pada penempatan arester kondisi dan G ini terlihat selisih tegangan yang dirasakan peralatan yang dilindungi dalam jumlah yang lebih besar karena tegangan yang timbul di kabel arester pada kondisi G memiliki panjang total 1 m + 1,5 m = 2,5 meter dan perbandingan kabel yang dilewati arus surja pada kondisi dan G ini dapat dilihat lebih jelas pada Gbr.11 di atas. Perubahan tegangan yang dirasakan peralatan yang dilindungi ini disebabkan adanya perubahan panjang kabel arester yang dirasakan peralatan yang Hal ini sesuai dengan pernyataan pada (1) tegangan pada kabel dapat timbul saat induktans kabel dilewati arus pelepasan arester dengan kecuraman tertentu. Jika dibandingkan dengan arester ZnO maka pada arester Si peralatan memiliki kemungkinan pengurangan margin proteksi yang lebih besar mengingat adanya spark gap pada arester Si ini yang menyebabkan arus percikan dengan tingkat kenaikan arus tinggi, sehingga tegangan di kabel menjadi lebih besar maka dari itu penggunaan arester ZnO lebih dianjurkan. 3) penempatan arester yang tidak mempengaruhi tegangan yang dirasakan peralatan yang dilindungi: Terlihat pada Tabel VI di bawah selisih tegangan antara dua kondisi yang berbeda tidak menunjukkan perubahan nilai tegangan percikan yang berarti begitu pula dengan tegangan puncak pelepasannya yang bernilai tetap. Tetapnya nilai tegangan yang dirasakan peralatan ini memperkuat asumsi tegangan yang dirasakan peralatan ialah tegangan arester ditambah tegangan pada kabel arester. Adapun tegangan pada kabel fase maupun pentanahan arester panjangnya yaitu dari titik terminal arester ke titik paralel dengan peralatan yang pada arester Si ini terlihat sama seperti pada arester ZnO dimana perubahan tegangan yang dirasakan peralatan juga berasal dari kabel arester. Hal ini sesuai seperti dinyatakan [3] yaitu protective level dari arester (V TOTAL ) adalah jumlah dari tegangan pelepasan arester dan drop tegangan sepanjang kabel yang terhubung ke arester.. TABEL VI KONDISI PENEMPATAN TANPA MEMPENGARUHI TEGANGAN TERUKUR Variabel E dan F G dan H E F G H Penempatan Tegangan Percik Percik Pelepasan Puncak Pelepasan 0 0 Adapun hubungan tegangan pada kondisi penempatan peralatan ini dapat diilustrasikan seperti pada Gbr.12 di atas untuk perbandingan kondisi E dan F, dan pada Gbr.13 di atas untuk kondisi G dan H 4) Pengaruh panjang kabel arester Si: Terlihat pada Gbr.16 terjadi peningkatan tegangan percikan sekitar rata-rata 1,41 kv/m yang dirasakan arester seiring peningkatan panjang kabel fase, sedangkan tegangan pelepasannya cenderung tetap hanya mengalami perubahan 0.28 kv/m dan pada Gbr.17 seiring peningkatan panjang kabel pentanahan arester terjadi peningkatan tegangan percikan sekitar rata-rata 2,53 kv/m, sedangkan pada tegangan pelepasannya hanya mengalami kenaikan sekitar 0.56 kv/m. Tegangan pelepasannya mengalami sedikit kenaikan karena kecuraman gelombangnya yang tidak begitu tajam. Peningkatan tegangan ini sesuai (1) dengan adanya peningkatan L kabel maka terjadi peningkatan tegangan yang dirasakan peralatan. Gbr.16. Kurva pengaruh panjang kabel fase arester Si Gbr.17. Kurva pengaruh panjang kabel pentanahan arester Si. Perbandingan tingkat perlindungan peralatan pada arester ZnO dan Si Berdasarkan data pengujian pengaruh panjang kabel fase dan pentanahan dari arester dapat dihitung kenaikan tegangan puncak rata-rata untuk setiap pertambahan panjang kabel sepanjang 1 m. Nilai persentasenya dapat dilihat pada tabel berikut. Jenis Arester ZnO Si 70,00 65,00 60,00 55,00 50,00 45,00 40,00 TABEL VII PERSENTASE KENAIKAN TEGANGAN Kenaikan panjang kabel 52,81 52,81 53,94 44,39 44,39 44,95 44,95 0, Panjang penghantar fase (m) Tegangan Pelepasan 60,00 50,00 55,06 55,62 Rata-rata kenaikan tegangan /m 55,62 Tegangan Percikan 59,56 44,39 44,39 44,95 40,00 1,5 2 3 Panjang penghantar pentanahan (m) Tegangan Pelepasan Tegangan Percikan Persentase kenaikan tegangan fase 0,28 0,81% pentanahan 0,56 1,65% fase 1,41 3,17% pentanahan 2,53 5,70% 93

7 Dari Tabel VII terlihat bahwa arester Si memiliki persentase kenaikan tegangan di kabel lebih tinggi dibandingkan dengan arester ZnO. Hal ini disebabkan pada arester Si digunakan spark gap. Sehingga terjadi percikan arus yang memiliki tingkat kecuraman/kenaikan arus yang tinggi. Sehingga sesuai dengan (1) dengan V L = L di. Sehingga tingkat dt kenaikan tegangan pada kabelnya jauh lebih besar dibandingkan arester ZnO yang bersifat gapless. Asumsi ini diperkuat pada pernyataan di buletin [5], dinyatakan bahwa pada arus pelepasan dengan waktu muka 1 µs, akan dirasakan tegangan lebih 10% pada arester MOV dan 30% pada arester Si. Pada pengujian ini arester MOV adalah arester ZnO. V. KESIMPULAN Berdasarkan analisis hasil penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tegangan yang dirasakan peralatan yang dilindungi oleh arester adalah jumlah tegangan residu arester ditambah dengan tegangan yang ada pada kabel fase dan pentanahan arester, dengan tegangan pada kabel dinyatakan melalui persamaan V L = L di. dt 2. Semakin panjang kabel fase maupun kabel pentanahan arester, maka akan semakin besar tegangan yang dirasakan peralatan yang 3. Kenaikan tegangan kabel yang muncul pada arester Si jauh lebih besar daripada tegangan di kabel arester ZnO. Diketahui melalui penelitian ini persentase kenaikan tegangan fase arester ZnO bernilai 0,81 % dan pentanahannya 1,65 %, sedangkan pada arester Si kenaikan tegangan fase pada kabelnya sebesar 3,17 % dan tegangan pentanahannya 5,70 %. Hal ini terjadi karena kenaikan arus pada arester Si jauh lebih cepat akibat struktur arester yang memiliki spark gap yang menghasilkan arus percikan. 4. Kabel pentanahan yang dipasang langsung ke terminal grounding peralatan yang dilindungi maupun arester dapat menimbulkan tegangan tambahan akibat adanya gelombang pantul karena adanya perbedaan impedans surja. Kenaikan tegangan akibat pemantulan gelombang pada arester ZnO mencapai rata-rata 14,39 %, sedangkan pada arester Si mencapai rata-rata 20,13 %. 5. Pemasangan arester terbaik ialah dengan menggunakan kabel sependek mungkin, sambungan fase peralatan yang baik dipasang pada terminal arester, sedangkan sambungan pentanahan tidak langsung dilakukan pada terminal peralatan yang dilindungi, melainkan diparalel dengan kabel. Hal ini karena lengkung atau terlilitnya kabel dapat meningkatkan nilai induktans kabel yang secara langsung meningkatkan tegangan kabel arester. 3. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan memvariasi tingkat arus pelepasan arester yang mempengaruhi tegangan kabel, dan memvariasi luas penampang kabel. REFERENSI [1] Petir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geosifika (BMKG). isika/petir.bmkg [2] Medlin, Glen. 2009, Surge Protection Of Distribution Equipment, e-lek Engineering, energize. [3] Yakel, Jerry dan Plummer, harles. 1993, Surge Protection Alternatives For Underground System, ooper Power Systems, U.S.A [4] Gönen, Turan. 1988, Electric Power Transmission System Engineering, John Wiley & Sons, Inc., anada. [5] Arrester Lead Length. Hubbell Power Systems, Inc. entralia, Missouri. VI. SARAN 1. Pada aplikasi pemasangan arester di lapangan, arester baik jika dipasang di dekat peralatan yang dilindungi dengan panjang kabel seminimal mungkin 2. Pemasangan arester di lapangan juga perlu memperhatikan kabel yang terlilit atau melengkung. 94

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia memiliki iklim tropis, kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki hari guruh rata-rata

Lebih terperinci

Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time

Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time Vol. 2, No. 2, Desember 2016 1 Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time R.D. Puriyanto 1, T. Haryono 2, Avrin Nur Widiastuti 3 Universitas Ahmad Dahlan 1, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG

Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG 3.4. Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG 3.4. Herman Halomoan Sinaga *, T. Haryono **, Tumiran** * Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv

PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv JETri, Volume 2, Nomor 2, Februari 2003, Halaman 1-8, ISSN 1412-0372 PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv Chairul G. Irianto & Syamsir Abduh Dosen-Dosen Jurusan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa yang menyebabkan Indonesia memiliki intensitas terjadinya petir lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk melindungi saluran dari adanya tegangan lebih akibat surja hubung dan surja petir. Untuk tegangan

Lebih terperinci

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc STUDI PENGAMAN SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI 150KV YANG DILINDUNGI ARESTER SURJA Oleh: Dedy Setiawan 2209 105 022 Dosen Pembimbing: Dosen Pembimbing: 1. IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya

Lebih terperinci

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH Yuni Rahmawati, ST* Abstrak: Untuk menganalisis besar tegangan maksimum yang terjadi pada jaringan

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Jln. Babarsari No 1, Sleman, Yogyakarta diah.w73@gmail.com Intisari Arester

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013 1 STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI Bangkit Wahyudian Kartiko, I

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR Yang dibimbing oleh Slamet Hani, ST., MT. Disusun oleh: Nama : Daniel Septian

Lebih terperinci

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA Jurnal Penelitian Teknik Elektro dan Teknologi Informasi SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA Chandra Fadlilah 1, T. Haryono

Lebih terperinci

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad 23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit listrik pada umumnya dihubungkan oleh saluran transmisi udara dari pembangkit menuju ke pusat konsumsi tenaga listrik seperti gardu induk (GI). Saluran transmisi

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Dampak Pemberian Impuls Arus Terhadap Tingkat Perlindungan Arrester Tegangan Rendah DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Widyastuti, Sugiarto

Lebih terperinci

Pengaruh Front Time terhadap Tegangan Residu Arester ZnO 18 kv

Pengaruh Front Time terhadap Tegangan Residu Arester ZnO 18 kv 292 JNTETI, Vol. 2, No. 4, November 2013 Pengaruh Front Time terhadap Arester ZnO 18 kv Riky Dwi Puriyanto 1, Avrin Nur Widiastuti 2 Abstract Electrical system in Indonesia has two main parts that cannot

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM) STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 15 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM) Septian Ahadiatma, I Gusti Ngurah Satriyadi H,ST,MT, Dr.Eng. I Made Yulistya N,ST,M.Sc

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan sangat besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan sangat besar sehingga mengganggu sistem jaringan listrik. Fenomena ini tidak dapat dihindari karena dapat

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS TEGANGAN BERULANG TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS TEGANGAN BERULANG TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH DAMPAK PEMBERIAN IMPULS TEGANGAN BERULANG TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Jln. Babarsari 1, Sleman, Yogyakarta diah.w73@gmail.com

Lebih terperinci

STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN TUGAS AKHIR - RE 1599 STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN RIO WIBISONO NRP 2201 109 023 Dosen Pembimbing Ir.Soedibyo, MMT. I Gusti Ngurah Satriyadi H, S.T,

Lebih terperinci

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri Proteksi Terhadap Petir Distribusi Daya Dian Retno Sawitri Pendahuluan Sambaran petir pada sistem distribusi dapat menyebabkan kerusakan besar pada kabel overhead dan menyuntikkan lonjakan arus besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir atau halilintar merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan dimana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan yang beberapa saat

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR DAN DATA

BAB III TEORI DASAR DAN DATA BAB III TEORI DASAR DAN DATA 3.1. MENENTUKAN JARAK ARRESTER Analisis data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena dengan analisis data yang diperoleh mampu memberikan arti dan makna untuk memecahkan

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S. OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan

Lebih terperinci

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III LIGHTNING ARRESTER BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pengertian Istilah Dalam Lightning Arrester Sebelum lebih lanjut menguraikan tentang penangkal petir lebih dahulu penyusun menjelaskan istilah atau definisi yang akan sering

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG Taruna Miftah Isnain 1, Ir.Bambang Winardi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI Bangkit Wahyudian Kartiko (290136) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST.,M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Wahyu Arief Nugroho 1, Hermawan 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, yaitu :

BAB III METODE PENELITIAN. Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, yaitu : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini, yaitu : 1. Piranti Pelindung Surja OBO V20-C Piranti pelindung surja yang digunakan pada penelitian

Lebih terperinci

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK 86 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK Tegangan lebih adalah

Lebih terperinci

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 5kV yang Dilindungi oleh Arester Surja Dedy Setiawan, I.G.N. Satriyadi Hernanda, Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS Abstrak

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TEGANGAN-ARUS ARESTER BOCOR SiC PADA SUHU DAN KELEMBABAN BERBEDA

KARAKTERISTIK TEGANGAN-ARUS ARESTER BOCOR SiC PADA SUHU DAN KELEMBABAN BERBEDA KARAKTERISTIK TEGANGAN-ARUS ARESTER BOCOR SiC PADA SUHU DAN KELEMBABAN BERBEDA Gesang Ndaru Prayogo 1,T. Haryono 2,Suharyanto 3 Abstract As a tropical country, Indonesia is subject to frequent lightning

Lebih terperinci

Vol.3 No1. Januari

Vol.3 No1. Januari Studi Penempatan Arrester di PT. PLN (Persero) Area Bintaro Badaruddin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 Telepon: 021-5857722

Lebih terperinci

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ. PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA CONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Priya Surya Harijanto¹, Moch. Dhofir², Soemarwanto ³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT

BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT 23 BAB III SISTEM PROTEKSI DAN ANALISA HUBUNG SINGKAT 3.1. Sistem Proteksi SUTT Relai jarak digunakan sebagai pengaman utama (main protection) pada SUTT/SUTET dan sebagai backup untuk seksi didepan. Relai

Lebih terperinci

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *) STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *) Abstrak Electric energy has been transmiting from power station to end

Lebih terperinci

KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv

KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv Abdul Syakur 1, Agung Warsito 2, Liliyana Nilawati Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Dengan letak geografis Indonesia yang dikelilingi oleh lautan, maka Indonesia berpeluang untuk memiliki kerapatan petir

Lebih terperinci

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling e-jurnal Teknik Elektro dan Komputer (201) 1 Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling M. S. Paraisu, F. Lisi, L. S. Patras, S. Silimang Jurusan Teknik Elektro-FT.

Lebih terperinci

OPTIMASI PENEMPATAN ARRESTER TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA TRANSFORMATOR DAYA DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA

OPTIMASI PENEMPATAN ARRESTER TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA TRANSFORMATOR DAYA DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA OPTIMASI PENEMPATAN ARRESTER TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA TRANSFORMATOR DAYA DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA I Nugroho *), Susatyo Handoko, and Karnoto Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009 KOORDINASI ISOLASI By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009 KOORDINASI ISOLASI (INSULATION COORDINATION) Koordinasi Isolasi : Korelasi antara daya isolasi alat-alat dan rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan

Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan Teknologi Elektro, Vol.15, No.1, Januari - Juni 016 7 Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan I W. A. Teja Baskara 1, I G. Dyana Arjana, I W. Rinas 3 Abstract Ground wire

Lebih terperinci

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III LIGHTNING ARRESTER BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindungan terhadap gangguan tegangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengamankan manusia dan peralatan siatem tenaga listrik. Sistem pentanahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengamankan manusia dan peralatan siatem tenaga listrik. Sistem pentanahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pentanahan ( grounding) adalah sistem proteksi yang sangat penting dalam instalasi listrik, karena berfungsi membuang arus berlebih kedalam tanah, sehingga dapat mengamankan

Lebih terperinci

Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP)

Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP) Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP) Zainal Abidin *) *) Program Studi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh: RESI RATNASARI

Lebih terperinci

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD Sapari, Aris Budiman, Agus Supardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH (ARRESTER)

Assalamu alaikum Wr. Wb. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH (ARRESTER) Assalamu alaikum Wr. Wb. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH (ARRESTER) PENDAHULUAN Sambaran petir merupakan suntikan muatan listrik yang mengakibatkan timbulnya kenaikan tegangan. Oleh karena itu, perlu dibuat pelindung

Lebih terperinci

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol. PEMELIHARAAN DAN ANALISA PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP SEMARANG BC SEMARANG Guntur Pradnya Pratama 1, Ir. Tejo Sukmadi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR

DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR DASAR SISTEM PROTEKSI PETIR 1 2 3 4 5 6 7 8 Karakteristik Arus Petir 90 % i I 50 % 10 % O 1 T 1 T 2 t Karakteristik Petir Poralritas Negatif Arus puncak (I) Maksimum Rata-rata 280 ka 41 ka I T 1 T 2 200

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM : TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI (STUDI KASUS TRANSMISI 150 KV TITI KUNING-BRASTAGI) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

Lebih terperinci

ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA

ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA Mikrotiga, Vol 1, No. 3 November 2014 ISSN : 2355-0457 1 ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA Rahayu 1*, Ansyori 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER (LA) PADA GARDU INDUK KRAPYAK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI APP SEMARANG. Abstrak

PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER (LA) PADA GARDU INDUK KRAPYAK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI APP SEMARANG. Abstrak PEMELIHARAAN LIGHTNING ARRESTER (LA) PADA GARDU INDUK KRAPYAK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JAWA BALI APP SEMARANG Airlangga Avryansyah Akbar. 1, Ir.Agung Warsito, DHET. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Petir adalah fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat

1BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Petir adalah fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat 1 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir adalah fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat dicegah, tidak dapat diprediksi dan bersifat destruktif atau merusak. Dampak sambaran petir dapat

Lebih terperinci

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur

Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur Evaluasi dan Perancangan Sistem Proteksi Petir Internal dan Eksternal Divisi Fabrikasi Baja pada Perusahaan Manufaktur Maulidatun Ni mah *, Annas Singgih Setiyoko 2, Rona Riantini 3 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia tenaga listrik, salah satu bidang usahanya yaitu sistem distribusi tenaga listrik.

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric

Analisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Analisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric Rahmad Dwi Prima 1, Yul Martin 2, Endah Komalasari 3 Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

SIMULASI INDUKSI SAMBARAN PETIR DAN KINERJA ARESTER PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

SIMULASI INDUKSI SAMBARAN PETIR DAN KINERJA ARESTER PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH SIMULASI INDUKSI SAMBARAN PETIR DAN KINERJA ARESTER PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv MENGGUNAKAN EMTP (Studi Kasus Penyulang Gardu Induk Mojosongo Boyolali) Liliyana Nilawati Sumardi, Ir.Agung Warsito,

Lebih terperinci

Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Analisis Kinerja Arrester Tegangan Tinggi 150 kv pada GIS Tandes Terhadap Gangguan Impuls Petir dan Hubung Menggunakan Power System omputer Aided Design Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

Jurnal ICT Penelitian dan Penerapan Teknologi AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

Jurnal ICT Penelitian dan Penerapan Teknologi AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA AKADEMI TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA ANALISA IMPLEMENTASI SISTEM PENGAMANAN PERANGKAT CATU DAYA TELEKOMUNIKASI MENGGUNAKAN ARRESTER DI PT. TELKOM INDONESIA, TBK DIVISI REGIONAL II AREA NETWORK TANGERANG

Lebih terperinci

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008 GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT Electrical engineering Dept Oktober 2008 GROUNDING SYSTEM Petir adalah suatu fenomena alam, yang pembentukannya berasal dari terpisahnya muatan di dalam awan cumulonimbus

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Listrik saat ini merupakan sebuah kebutuhan pokok yang tak tergantikan. Dari pusat kota sampai pelosok negeri, rumah tangga sampai industri, semuanya membutuhkan

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Isolasi Peralatan di Gardu Induk Teling 70 kv

Analisa Koordinasi Isolasi Peralatan di Gardu Induk Teling 70 kv Jurnal Teknik Elektro dan Komputer Vol. 7 No. 2 (2018) ISSN : 2301-8402 151 Analisa Koordinasi Isolasi Peralatan di Gardu Induk Teling 70 kv Brando Alexsander R, Lily S Patras, Fielman Lisi Teknik Elektro

Lebih terperinci

SIMULASI PENENTUAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN MENARA TRANSMISI 150 KV TERHADAP BACKFLASHOVER AKIBAT SAMBARAN PETIR LANGSUNG

SIMULASI PENENTUAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN MENARA TRANSMISI 150 KV TERHADAP BACKFLASHOVER AKIBAT SAMBARAN PETIR LANGSUNG SIMULASI PENENTUAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN MENARA TRANSMISI 10 KV TERHADAP BACKFLASHOVER AKIBAT SAMBARAN PETIR LANGSUNG Rindu Putra Ambarita *), Yuningtyastuti, and Abdul Syakur Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching Media Riski Fauziah, I Gusti Ngurah Satriyadi, I Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

Penentuan Daerah Perlindungan Batang Petir

Penentuan Daerah Perlindungan Batang Petir 56 JNTETI, Vol. 4, No. 1, Februari 2015 enentuan Daerah erlindungan Batang etir Bayu urnomo 1, T. Haryono 2 Abstract External lightning protection system consisting of a finial, down-conductor and grounding

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER

PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER Muhammad Yudi Nugroho *), Mochammad Facta, and Abdul Syakur Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

Tegangan Residu Keping Arester sebagai Fungsi dari Cacah Keping Arester

Tegangan Residu Keping Arester sebagai Fungsi dari Cacah Keping Arester JNTETI, Vol. 3, No. 3, Agustus 2014 231 Tegangan Residu Keping Arester sebagai Fungsi dari Cacah Keping Arester Devia Eka Yunida 1 Abstract Lightning is a natural phenomenon that usually appears during

Lebih terperinci

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 99 1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan dari pengaruh amplitudo surja tegangan terhadap piranti pelindung surja diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

Perbandingan Penyetelan Rel dan Pemutus Tenaga Eksisting Terhadap Penyetelan Hasil Perhitungan Metode MVA Base, I Base dan IEC 60909 Pada Fasilitas Pemrosesan Gas Ratri Adhilestari 1 dan Ridwan Gunawan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK Pemeliharaan Arrester GI dan GIS 150 kv PT. PLN (PERSERO) UPT Semarang PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JATENG & DIY, UPT Semarang Jimy harto S. 1, Abdul Syakur 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Daud Salemba, Hubungan Antara Grounding dan Bonding Terhadap Proteksi Petir

Daud Salemba, Hubungan Antara Grounding dan Bonding Terhadap Proteksi Petir MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 1, Juni 2010 HUBUNGAN ANTARA PENTANAHAN (GROUNDING) DAN SEMUA PENGHANTAR PENGHUBUNG TITIK-TITIK PENTANAHAN (BONDING) TERHADAP EFEKTIFITAS ALAT PELINDUNG SAMBARAN PETIR Daud

Lebih terperinci

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Perancangan Grounding untuk Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi Di Teknik Elektro (Wahyudi Budi P dkk) PERANCANGAN GROUNDING UNTUK LABORATORIUM TEKNIK TEGANGAN TINGGI DI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV TUGAS AKHIR RE 1599 ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV IKA PRAMITA OCTAVIANI NRP 2204 100 028 Dosen

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN TUGAS AKHIR - RE 1599 STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN ARIMBI DINAR DEWITA NRP 2202 109 044 Dosen Pembimbing Ir.Soedibyo, MMT. I Gusti Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tegangan rendah yang biasanya tersambung ke rumah-rumah. Di lain sisi

BAB I PENDAHULUAN. tegangan rendah yang biasanya tersambung ke rumah-rumah. Di lain sisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir adalah suatu fenomena alam yang memiliki kekuatan yang sangat besar sehingga mudah untuk berpotensi mengganggu sistem jaringan listrik. Fenomena ini tidak dapat

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP Oleh : Augusta Wibi Ardikta 2205.100.094 Dosen Pembimbing : 1. I

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN KAWAT TANAH TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR PADA SISTEM DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN KAWAT TANAH TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR PADA SISTEM DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV JURNAL LOGIC. VOL. 13. NO. 2. JULI 2013 121 ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN KAWAT TANAH TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR PADA SISTEM DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV I Nengah Sunaya Jurusan Teknik

Lebih terperinci

STUDI PENGURANGAN ARUS HARMONIK TRIPLEN DENGAN MENGGUNAKAN TAPIS SERI DAN TRANSFORMATOR ZERO PASSING

STUDI PENGURANGAN ARUS HARMONIK TRIPLEN DENGAN MENGGUNAKAN TAPIS SERI DAN TRANSFORMATOR ZERO PASSING STUDI PENGURANGAN ARUS HARMONIK TRIPLEN DENGAN MENGGUNAKAN TAPIS SERI DAN TRANSFORMATOR ZERO PASSING M. Budiyanto 1, Hamzah Berahim 2, M. Isnaeni 3 1,2,3 ) Dosen Jurusan Teknik Elektro FT-UGM. Jl. Grafika

Lebih terperinci

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Jalan MT Haryono 167 Telp& Fax. 0341 554166 Malang 65145 KODE PJ-01 PENGESAHAN PUBLIKASI HASIL PENELITIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH OLEH : SYAIFUDDIN NAJIB D 400 060 049 JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

EVALUASI PERLINDUNGAN GARDU INDUK 150 KV PANDEAN LAMPER DI TRAFO III 60 MVA TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR

EVALUASI PERLINDUNGAN GARDU INDUK 150 KV PANDEAN LAMPER DI TRAFO III 60 MVA TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR EVALUASI PERLINDUNGAN GARDU INDUK 150 KV PANDEAN LAMPER DI TRAFO III 60 MVA TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR Ihwan Ernanto Wibowo 1), Luqman Assaffat 2), M. Toni Prasetyo 3) 1,2,3) Program Studi Teknik Elektro

Lebih terperinci

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI Ringga Nurhaidi 1), Danial 2), Managam Rajagukguk 3) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH Eykel Boy Suranta Ginting, Hendra Zulkarnaen Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan

Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan JURNAL DIMENSI TEKNIK ELEKTRO Vol. 1, No. 1, (2013) 37-42 37 Analisa Perancangan Gardu Induk Sistem Outdoor 150 kv di Tallasa, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan Samuel Marco Gunawan, Julius Santosa Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract Pemanfaatan energi listrik secara optimum oleh masyarakat dapat terpenuhi dengan

Lebih terperinci

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV Fariz Dwi Pratomo NRP 2209105044 Dosen Pembimbing IG Ngurah Satriyadi Hernanda, ST, MT Dr.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik

Lebih terperinci

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 41 BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA 3.1 Pengamanan Terhadap Transformator Tenaga Sistem pengaman tenaga listrik merupakan sistem pengaman pada peralatan - peralatan yang terpasang pada sistem tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KLASIFIKASI DAN BESARNYA TEGANGAN ABNORMAL Meskipun tidak ada standart tertentu dari tegangan abnormal yang disebabkan oleh gangguan surya yang harus ditanggulangi dalam proteksi

Lebih terperinci

Simulasi Tegangan Lebih Akibat Sambaran Petir terhadap Penentuan Jarak Maksimum untuk Perlindungan Peralatan pada Gardu Induk

Simulasi Tegangan Lebih Akibat Sambaran Petir terhadap Penentuan Jarak Maksimum untuk Perlindungan Peralatan pada Gardu Induk ELECTRICIAN Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Simulasi Tegangan Lebih Akibat Sambaran Petir terhadap Penentuan Jarak Maksimum untuk Perlindungan Peralatan pada Gardu Induk Ayu Sintianingrum 1, Yul

Lebih terperinci

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008

Protection on Electrical Power System. Hasbullah Bandung, Juni 2008 Protection on Electrical Power System Hasbullah Bandung, Juni 2008 Latar Belakang Saluran tenaga listrik merupakan bagian sistem tenaga listrik yang sering mengalami gangguan Gangguan yang terjadi dapat

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan

Lebih terperinci

Analisis Persebaran Medan Listrik Pada Lightning Arrester 20 kv Menggunakan Finite Element Method

Analisis Persebaran Medan Listrik Pada Lightning Arrester 20 kv Menggunakan Finite Element Method B190 Analisis Persebaran Medan Listrik Pada Lightning Arrester 20 kv Menggunakan Finite Element Method A A Gd Dharma Putera, I Made Yulistya Negara, dan Daniar Fahmi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci