Asriana Issa Sofia Haris Herdiansyah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Asriana Issa Sofia Haris Herdiansyah"

Transkripsi

1 PENELITIAN PENGARUH ATTITUDE TOWARD BEHAVIOR, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP INTENSI PERILAKU ANTI-KORUPSI PADA MAHASISWA PESERTA MATAKULIAH ANTI-KORUPSI UNIVERSITAS PARAMADINA Asriana Issa Sofia Haris Herdiansyah Abstract The aim of this research is to know how efective the Anti-corruption course in stimulating intention of anti-corruption behavior of its students, with measure the influence of attitude toward behavior, subjective norm, and perceived behavior control dimensions. The sample of this research conducted to 138 students after they taking the Anti-corruption course on 2008/2009 academic year at Paramadina University. The theory used in this research is theory of planned behavior by Azjein. The result of this research indicates that attitude toward behavior have significant influence on students through their deep understanding about corrupton and its extremely negative impacts. Subjective norm is also have significant influence because the student belief that social norms and law are supprting their anti-corruption attitude. However perceived behavior control have an extremely low influence because the existing external corrupt environment is weakening student self-confidence to practice anticorruption behavior consistently. Keyword: Attitude toward behavior, Subjective norm, Perceived behavioral control, Intention, Anti-corruptions behavior, students Pendahuluan Secara umum, dalam upaya pemberantasan korupsi pada hakekatnya korupsi terdapat 3 unsur yaitu : pencegahan (antikorupsi/preventif), penindakan (penanggulangan/kontrakorupsi/represif) dan peran-serta masyarakat (KPK RI) Di Indonesia, gerakan memerangi korupsi (anti-corruption movement) dilakukan oleh berbagai phak. Pemerintah berada didepan melalui pembentukan hukum dan undangundang anti-korupsi, serta pembentukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) terus lahir membawa idealisme anti-korupsinya dengan berperan sebagai watchdog terhadap setiap langkah penanganan korupsi di Indonesia. Terjadinya upaya perbaikan sistem di sejumlah lembaga pemerintah maupun kantor dan perusahaan swasta mencerminkan menguatnya komitmen anti-korupsi di berbagai lingkungan. Demikian pula lembaga pendidikan (meski belum seluruhnya) sedang terus menggalang pelaksanaan pendidikan anti-korupsi baik secara formal maupun informal.

2 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 1, April 2011 Anti-korupsi dikonsepkan sebagai kebijakan untuk mencegah dan menghilangkan peluang bagi berkembangnya korupsi melalui peningkatan kesadaran individu untuk tidak melakukan korupsi. Peluang bagi berkembangnya korupsi dapat dihilangkan dengan melakukan perbaikan sistem (sistem hukum, sistem kelembagaan) dan perbaikan manusianya (moral, kesejahteraan). Perbaikan sistem akan lebih efektif bila dilandasi oleh perbaikan moral manusianya yang kuat, yang merujuk pada aspek-aspek perbaikan moral (dengan mengoptimalkan peran agama dalam anti-korupsi), pengalihan loyalitas dari keluarga/komunitas kepada bangsa, peningkatan kesadaran hukum, pengentasan kemiskinan, pemilihan pemimpin yang bersih. Caranya adalah dengan sosialisasi dan pendidikan anti-korupsi. (KPK RI) Upaya preventif melalu pendidikan Anti-korupsi telah menjadi wacana kuat pada lembaga-lembaga pendidikan, dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi di Indonesia. Penanaman nilai-nilai anti-korupsi diwujudkan baik melalui pengajaran formal maupun melalui berbagai aktifitas informal. Pada tingkat pendidikan tinggi, sejumlah kampus telah melakukan langkah anti-korupsi melalui penyisipan materi anti-korupsi sebagai bagian dari pengajaran matakuliah tertentu seperti Etika, Kewarganegaraan, Hukum, Politik, dan sebagainya. Hingga tahun 2009, satu-satunya universitas di Indonesia yang berani menyelenggarakan matakuliah Anti-korupsi sebagai sebuah matakuliah khusus yang diwajibkan bagi seluruh mahasiswanya adalah Universitas Paramadina. Tujuan utama dari penyelenggaraan matakuliah ini adalah menumbuhkan perhatian (concern) dan kesadaran (awareness) mahasiswa terhadap permasalahan korupsi serta menanamkan kepada diri mereka nilai-nilai anti-korupsi sebagai prinsip dalam kehidupan bermasyarakat di masa sekarang maupun mendatang. Intensi Perilaku Pada dasarnya setiap perilaku seseorang dilakukan secara sadar, yang berasal dari potensi perilaku (perilaku yang belum terwujud secara nyata), atau diistilahkan dengan intensi (Wade dan Tavris, 2007). Potensi perilaku tersebut adalah sikap, yang terdiri dari tiga faktor yaitu kognisi, afeksi dan psikomotor, dimana ketiganya bersinergi membentuk suatu perilaku tertentu (Azwar, 2006). Sebagai potensi perilaku yang belum terwujud, maka intensi dapat digunakan sebagai prediktor yang dapat memberikan gambaran kemungkinan munculnya perilaku tertentu, atau memberikan gambaran seberapa kuat keinginan individu untuk menampilkan dan seberapa banyak usaha yang direncanakan atau dilakukan individu untuk mewujudkan suatu perilaku tertentu (Azjen, 1988). Faktor penentu dari perilaku yang dimunculkan (overt behavior) dari individu adalah seberapa besar intensi individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tersebut (Fishbein dan Ajzen, 1975). 2

3 Asriana Issa Sofia & Haris Herdiansyah Penelitian Pengaruh Attitude Toward Behavior, Subjective Form dan Perceived Behavior Control terhadap Perilaku Anti Korupsi pada Mahasiswa Universitas Paramadina Berdasarkan teori tersebut dapat dinyatakan bahwa dengan mengetahui intensi perilaku anti-korupsi pada diri individu, maka dapat diprediksi munculnya perilaku anti-korupsi yang ditentukan oleh seberapa besar intensi individu tersebut untuk memunculkan perilaku anti-korupsi. Theory of Planned Behavior Azjen (2006) merumuskan Theory of Planned Behavior yang mengemukakan tiga faktor utama (determinan) dari intensi yang mempengaruhi munculnya suatu perilaku. Tiga faktor tersebut adalah : 1. Attitude toward behavior (ATB) ATB merupakan unsur kepribadian individu berupa penilaian individu bahwa perilaku yang akan dilakukannya tersebut bernilai positif atau negatif (Azjen, 1988). ATB umumnya dilatar belakangi oleh adanya suatu keyakinan terhadap tingkah laku tersebut dan evaluasi terhadap hasil yang muncul dari perilaku yang disebut dengan behavioral beliefs. Evaluasi positif ataupun negatif terhadap suatu perilaku tertentu tercermin dalam kata-kata seperti : benar-salah, setuju-tidak setuju, baik-buruk, dan lain sebagainya. (Ajzein, 1988). Contoh, jika seorang individu yakin bahwa perilaku antikorupsi akan memberikan dampak positif bagi dirinya maupun bagi lingkungan, maka sikap individu tersebut akan positif terhadap perilaku antikorupsi, dan akan mengakibatkan meningkatnya intensi untuk berperilaku anti-korupsi. Demikian pula sebaliknya, jika individu yakin perilaku antikorupsi akan memberikan dampak negatif, maka sikapnya akan negatif terhadap perilaku antikorupsi, dan akan mengakibatkan rendahnya intensi perilaku anti-korupsinya. 2. Subjective norm (SN) SN merupakan persepsi individu terhadap tekanan sosial yang mendorong atau menghambatnya untuk melakukan suatu perilaku tertentu. SN lebih menitik beratkan kepada kontrol dan tekanan sosial diluar diri individu yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perilaku atau justru mencegahnya melakukan sesuatu (Azjen, 1988). SN tercipta karena adanya suatu keyakinan individu terhadap normanorma yang berlaku, khususnya nilai-nilai sosial yang bersifat normative dan dipercaya oleh indivitu tersebut (normative beliefs). Contoh, jika seseorang meyakini bahwa perilaku antikorupsi merupakan perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat (misalnya agama), dan disetujui oleh orangorang yang penting / berpengaruh terhadapnya setuju dengan perilaku antikorupsi tersebut maka perilaku antikorupsi akan cenderung dilakukannya. 3

4 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 1, April Perceived behavior control (PBC) PBC merupakan keyakinan individu terkait dengan kesanggupan atau kemampuan dan ketidakmampuan seorang individu untuk memunculkan perilaku tertentu. Semakin besar keyakinan individu untuk melakukan suatu perilaku, dan didukung dengan adanya kesempatan, maka kecenderungan perilaku tersebut dimunculkan akan semakin besar (Azjen, 1988). Francis, Eccles dan Johnston (dalam Putri, 2008) menyatakan bahwa PBC dipengaruhi oleh control beliefs dan influence to behavior. Control beliefs adalah keyakinan dalam diri individu apakah perilaku tersebut mudah untuk dilakukan atau sulit untuk dilakukan. Influence to behavior adalah sesuatu yang mempengaruhi individu apakah perilaku tersebut dapat dilakukan atau tidak. Contoh. Seorang individu sebelum memunculkan perilaku antikorupsi, ia akan berpikir apakah perilaku antikorupsi tersebut mudah atau sulit, dapat atau tidak, untuk dilakukan. Jika mudah dan dapat dilakukan, maka dia akan sangat mungkin melakukannya. Sebaliknya jika perilaku tersebut sulit dilakukan atau tidak dapat dilakukan maka kecenderungan untuk dimunculkan sangat rendah. Perceived behavior control merupakan acuan kesulitan dan kemudahan untuk memunculkan suatu perilaku. Hal ini berkaitan dengan tersedianya sumber dan kesempatan untuk mewujudkan perilaku tersebut. Individu yang memiliki kesempatan yang lebih besar atau kemudahan untuk memunculkan perilaku anti-korupsi maka hal tersebut akan meningkatkan intensi untuk melakukan perilaku antikorupsi. Secara lebih rinci, dinamika tiga determinan intensi yang menjurus pada munculnya intensi yang terangkum dalam Theory of Planned Behavior dapat dicermati dalam gambar dibawah ini Gambar 1. Theory of Planned Behavior 4

5 Asriana Issa Sofia & Haris Herdiansyah Penelitian Pengaruh Attitude Toward Behavior, Subjective Form dan Perceived Behavior Control terhadap Perilaku Anti Korupsi pada Mahasiswa Universitas Paramadina Dinamika yang terjadi adalah kepercayaan perilaku (behavioral beliefs) akan menghasilkan sikap menyukai dan tidak menyukai perilaku tersebut (attitude toward behavior), kepercayaan normatif (normative beliefs) akan menghasilkan persepsi terhadap dukungan sosial atau norma subjektifnya (subjective norm), sedangkan kepercayaan kontrol (control beliefs) akan meningkatkan persepsi terhadap kontrol perilaku yang dirasakannya (perceived behavior control). Kombinasi dari ketiga hal tersebut akan membawa kepada intensi berperilaku, yang hasil akhirnya dapat memunculkan perilaku konkrit (Azjein, 2006) Menurut Kernsmith (2005), Theory of Planned Behavior efektif untuk memprediksi intesi perilaku dalam berbagai situasi khususnya perilaku yang terkait dengan hal-hal yang bersinggungan dengan norma dan nilai baik positif ataupun negatif atau menjurus kepada kekerasan dan kejahatan seperti perilaku pelecehan seksual, penggunaan obat-obatan, kekerasan dalam hubungan, ataupun perilaku korupsi karena korupsi dipandang sebagai kejahatan tingkat tinggi (extraordinary crime). Prinsip utama dari teori ini adalah semakin disukai sikap dan perilaku tersebut dan diperkuat dengan norma subjektif yang mendukung, serta kontrol yang semakin besar, maka intensi munculnya perilaku akan semakin kuat. Demikian pula sebaliknya, semakin tidak disukai, sikap dan perilaku tersebut bertentangan dengan norma subjektif, serta kontrol yang rendah, maka intensi munculnya perilaku akan semakin rendah. Dinamika yang terjadi antara ketiga komponen diatas (attitude toward behavior, subjective norm, perceived behavior control), didukung oleh faktor lain seperti pendidikan anti-korupsi, dimungkinkan dapat memberikan kontribusi yang dapat mempengaruhi mahasiswa untuk memunculkan intensi perilaku anti-korupsi. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengaruh ketiga faktor attitude toward behavior, subjective norm, dan perceived behavior control terhadap perilaku antikorupsi pada mahasiswa peserta matakuliah anti-korupsi Universitas Paramadina. Hasil penelitian ini menjadi ukuran tingkat keberhasilan matakuliah Anti-korupsi dalam mencapai sasaran yang sudah ditetapkan.selanjutnya dapat digunakan sebagai baseline dalam menyempurnakan silabus dan kerangka ajar matakuliah Anti-korupsi, serta menstimulasi para dosen untuk meningkatkan perannya dalam menanamkan pengaruh positif bagi intensi perilaku anti-korupsi mahasiswa. Lebih jauh hasil penelitian ini bisa menjadi perhatian bagi penyelenggara matakuliah di Indonesia dan bahkan mungkin, didunia. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi perilaku anti korupsi Berdasarkan Theory of Planned Behavior, terdapat tiga komponen yang diasumsikan mempengaruhi intensi perilaku anti korupsi yaitu; 5

6 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 1, April Sikap terhadap korupsi dan anti-korupsi (ATB) 2. Norma subjektif terhadap korupsi dan anti-korupsi (SN) 3. Kontrol perilaku anti-korupsi (PBC) Sikap merupakan kepercayaan individu mengenai konsekuensi positif atau negatif dari perilaku anti-korupsi. Norma subjektif merupakan faktor eksternal, yaitu norma sosial dan harapan masyarakat terhadap perilaku anti-korupsi, yang akan menjadi pertimbangan dan memotiiivasi individu untuk berperilaku anti-korupsi. Kontrol perilaku mencakup dua hal : (a) seberapa besar kontrol individu terhadap perilaku anti-korupsinya, dan (b) seberapa besar keyakinan individu untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku anti-korupsi, menimbang dukungan dari faktor-faktor tersebut (Francis, et al (2004). Maka salah satu ciri individu yang berintensi melakukan perilaku anti-korupsi adalah tingginya kontrol terhadap perilaku anti-korupsi serta kepercayaan yang besar untuk melakukan perilaku anti-korupsi. Francis, et al (2004) menambahkan bahwa kontrol perilaku yang dirasakan seseorang ditentukan oleh kekuatan faktor eksternal (situasional) serta faktor internal untuk menghambat atau mendorong terwujudnya perilaku tersebut. Faktor eksternal yang kuat dapat mendorong atau menurunkan terwujudnya perilaku. Faktor eksternal berupa dukungan dari lingkungan dalam melakukan perilaku anti-korupsi, adanya kesamaan sudut pandang mengenai korupsi dan anti-korupsi serta adanya hukum yang tegas dapat mendorong terwujudnya perilaku antikorupsi dengan lebih mudah. Faktor internal berupa motivasi yang kuat untuk melakukan perilaku anti-korupsi dapat menjadi faktor penguat munculnya perilaku anti-korupsi. Dalam penelitian ini, hasil pengukuran pengaruh ketiga komponen dari Theory of Planned Behavior tersebut dipercayai akan mempengaruhi perilaku anti-korupsi pada mahasiswa peserta matakuliah Anti-korupsi. Untuk selanjutnya maka akan dapat diprediksi kecenderungan perilaku yang akan dimunculkan. Dan jika perilaku konkrit anti-korupsi dapat dimunculkan secara konstan dan konsisten, maka dapat mengendap kepada pembentukan moral anti-korupsi pada mahasiswa. Responden penelitian Responden penelitian adalah mahasiswa peserta matakuliah Antikorupsi Universitas Paramadina berjumlah 138 orang. Teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling, karena pemilihan responden penelitian didasarkan atas kriteria tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan kriteria yang memenuhi tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Azwar 2005), yaitu mahasiswa semua program studi yang mengambil matakuliah Anti-korupsi pada Semester Pendek TA 2008/2009. Penelitian dilakukan pada bulan April 2010, satu tahun setelah mahasiswa menyelesaikan seluruh materi perkuliahan, karena memang yang ingin diukur adalah kedalaman hasil dari matakuliah dalam rentang waktu 6

7 Asriana Issa Sofia & Haris Herdiansyah Penelitian Pengaruh Attitude Toward Behavior, Subjective Form dan Perceived Behavior Control terhadap Perilaku Anti Korupsi pada Mahasiswa Universitas Paramadina cukup lama setelah diberikan.. Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner terbuka terdiri dari 30 item yang diadopsi dari yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan acuan metodologi penyusunan kuesioner teori Planned Behavior yang dikemukakan oleh Ajzein (2006). Responden diminta untuk menilai suatu konsep atau pernyataan dalam suatu skala bipolar atau skala yang berlawanan seperti baik-buruk, mudah-sukar, setuju-tidak setuju dan lain sebagainya dengan rentang nilai 1 7. Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil analisis regresi membuktikan bahwa dari tiga dimensi Theory of Planned Behavior, dimensi Attitude toward behavior (ATB) dan Subjective norm (SN) terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi perilaku anti korupsi. Namun demikian yang menarik adalah bahwa dimensi ketiga yaitu Perceived behavioral control (PBC) ternyata hanya berpengaruh sangat rendah terhadap intensi perilaku anti-korupsi. Walaupun hanya dimensi ATB dan SN yang terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi perilaku anti korupsi, tetapi hal tersebut tetap sejalan dengan konsep Theory of Planned Behavior karena perilaku anti-korupsi tetap dapat diprediksi kemunculannya, karena tingginya besaran kontribusi efektif dari kedua dimensi tersebut yaitu attitude toward behavior sebesar 40.2% dan subjective norm sebesar 52.1%. Pemaknaan terhadap penemuan adanya dinamika kedua dimensi ATB dan SN tersebut adalah sebagai berikut : a. Individu percaya bahwa perilaku anti-korupsi memiliki konsekuensi positif sehingga memunculkan perasaan positif (behavioral beliefs), dan kemudian memunculkan sikap yang positif terhadap perilaku antikorupsi (attitude toward behavior). Kernsmith (2005) menyatakan bahwa sikap yang positif terhadap suatu perilaku tertentu, akan memunculkan keputusan berperilaku yang sesuai dengan sikapnya tersebut. Dengan adanya sikap positif dari individu terhadap perilaku anti-korupsi, maka kecenderungannya untuk melakukan perilaku anti-korupsi akan semakin tinggi. behavioral beliefs berupa perasaan attitude toward behavior berupa sikap Daftar positif pustaka Kecenderungan tinggi berperilaku antikorupsi Gambar 2 Pengaruh ATB terhadap intensi perilaku anti-korupsi b. Individu meyakini bahwa perilaku anti-korupsi merupakan perilaku yang sejalan dengan nilai-nilai dan norma lingkungan (normative beliefs), dan juga meyakini bahwa setiap orang setuju dengan perilaku anti- 7

8 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 1, April 2011 korupsi tersebut sehingga memunculkan persepsi dan motivasi eksternal untuk melakukan perilaku tersebut (subjective norm). Subjective norm (SN) lebih menitikberatkan pada kontrol dan tekanan sosial, dengan kata lain faktor eksternal dan lingkungan luar diri individu mampu menyebabkan seseorang melakukan sesuatu (Ajzein 1988). Semakin suatu perilaku tersebut sejalan dengan norma sosial dan semakin banyak orang setuju dengan perilaku tersebut, maka tekanan sosial untuk memunculkan perilaku tersebut akan semakin besar. Dengan adanya persepsi dan motivasi individu bahwa sikapnya didukung oleh lingkungan dan norma sosial, maka kecenderungan untuk memunculkan perilaku anti-korupsi akan semakin tinggi. Normative beliefs berupa persepsi bahwa perilaku antikorupsi sejalan dengan norma masyarakat Subjective norm berupa persepsi dan motivasi eksternal untuk melakukan perilaku antikorupsi Intensi perilaku anti-korupsi 8 Gambar 3. Pengaruh SN terhadap intensi perilaku anti-korupsi Dinamika attitude toward behavior dan subjective norm sebagaimana dijelaskan diatas secara bersamaan mempengaruhi intensi perilaku anti-korupsi. Sikap positif terhadap perilaku anti-korupsi (attitude toward behavior) yang muncul pada individu/responden dipengaruhi oleh normative beliefs berupa proses pembelajaran matakuliah anti-korupsi. Karena pada hakekatnya, matakuliah tersebut disusun bukan hanya menyasar pada ranah kognitif semata yaitu pemahaman teoritis mengenai korupsi, tetapi juga mengarah pada pembentukan sikap positif mahasiswa/peserta didik terhadap perilaku anti-korupsi (attitude toward behavior). Hal ini diperkuat dengan metode belajar yang bervariasi yaitu pembelajaran di dalam kelas, studium generale, investigative report, dan Visiting Study ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (TIPIKOR) yang tujuannya adalah menanamkan sikap positif terhadap perilaku antikorupsi. Subjective norm terbentuk karena adanya pengaruh dari proses pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam perilaku anti-korupsi. Proses pembelajaran melalui metode pembelajaran yang bervariasi tersebut ditujukan untuk mencetak pribadi yang antikorupsi, dimana hal tersebut dapat diasumsikan sebagai norma yang harus dipatuhi dan dilakukan oleh peserta didik (normative beliefs). Dengan demikian, persepsi maupun perilaku yang mencerminkan anti-korupsi, dianggap sejalan dengan norma tersebut yang dapat mendorong munculnya persepsi dan motivasi eksternal (subjective norm) untuk memunculkan

9 Asriana Issa Sofia & Haris Herdiansyah Penelitian Pengaruh Attitude Toward Behavior, Subjective Form dan Perceived Behavior Control terhadap Perilaku Anti Korupsi pada Mahasiswa Universitas Paramadina kecenderungan perilaku anti-korupsi pada responden penelitian sebagai peserta didik matakuliah Anti-korupsi. Dimensi PBC menunjuk pada keyakinan individu terkait dengan kesanggupan atau kemampuan dan ketidakmampuan seorang individu untuk memunculkan perilaku tertentu. Semakin besar keyakinan individu untuk mampu melakukan suatu perilaku, dan didukung dengan adanya kesempatan, maka kecenderungan perilaku tersebut dimunculkan akan semakin besar (Ajzein, 1988). Menurut Francis, Eccles dan Johnston (dalam Putri, 2008) PBC dipengaruhi oleh control beliefs dan influence to behavior. Control beliefs adalah keyakinan dalam diri individu apakah perilaku tersebut mudah untuk dilakukan atau sulit untuk dilakukan. Sedangkan influence to behavior adalah sesuatu yang mempengaruhi individu apakah perilaku tersebut dapat dilakukan atau tidak. Seorang mahasiswa matakuliah Anti-korupsi sebelum memunculkan perilaku antikorupsi, ia akan berpikir apakah perilaku antikorupsi tersebut mudah atau sulit untuk dilakukan. Selain itu, ia juga berpikir apakah perilaku antikorupsi tersebut dapat dilakukan atau tidak. Jika perilaku antikorupsi tersebut mudah dan dapat dilakukan, maka kemungkinan dimunculkan perilaku tersebut sangatlah tinggi. Sebaliknya jika perilaku tersebut sulit atau tidak dapat dilakukan maka kecenderungan untuk dimunculkan sangat rendah. Hasil penelitian yang menemukan bahwa PBC berpengaruh sangat rendah terhadap intensi perilaku anti-korupsi, menunjukkan bahwa perilaku antikorupsi sulit untuk dilakukan dalam kehidupan nyata walaupun secara kognitif mereka sadar bahwa perilaku antikorupsi bernilai positif dan diharapkan secara norma sosial. Kecenderungan memunculkan perilaku antikorupsi -walaupun sudah memiliki pemahaman yang benar tentang matakuliah antikorupsi- ternyata rendah. Wade dan Tavris (2008) mengemukakan bahwa control beliefs dan influence to behavior berada pada ranah kognitif dan afektif dalam domain sikap yang hanya berfungsi sebagai prediktor dalam memunculkan perilaku tertentu. Karena masih berada pada domain sikap, maka kemunculannya dalam bentuk perilaku tidak dapat diprediksi seratus persen, karena masih ada kemungkinan untuk tidak terwujud dalam bentuk perilaku, atau justru berkebalikan dengan perilaku yang dimunculkan. Berdasarkan pernyataan tersebut, walaupun responden penelitian (mahasiswa peserta matakuliah Anti-korupsi) sudah memiliki pemahaman kognitif yang baik tentang perilaku antikorupsi, dan memiliki sikap positif terhadap perilaku antikorupsi, tetapi ternyata hal tersebut belum tentu menghasilkan perilaku antikorupsi. Mengapa? Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh demikian parahnya realitas yang mereka saksikan saat ini dimana tindak korupsi, baik grand corruption maupun petty corruption sangat intens terjadi dan menyebar di hampir seluruh sektor. Kondisi ini memunculkan keraguan pada diri mereka, apakah saat benar-benar berada didalam 9

10 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 1, April 2011 kehidupan sosial nyata sekarang ataupun kelak, mereka bisa menghindari atau bertahan untuk tidak ikut melakukan tindak korupsi walau sekecil apapun. Persoalannya bukan pada keengganan untuk bertindak anti-korupsi ataupun toleransi yang tinggi terhadap korupsi, namun lebih kepada kekhawatiran akan kerasnya pertempuran dengan relitas korupsi di luar. Apalagi kalau tindak korupsi yang ada di semua lini kehidupan itu sampai dianggap lazim dan melahirkan toleransi yang tinggi terhadap perilaku korupsi sehingga walaupun secara kognitif mahasiswa tersebut paham tentang korupsi dan secara afektif membenci koruptor, tetapi hal-hal yang disebutkan tadi berimplikasi pada keengganan mereka untuk melakukan perilaku antikorupsi. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari ketiga dimensi Theory of Planned Behavior, dimensi Attitude toward behavior (ATB) dan Subjective norm (SN) terbukti memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan dimensi Perceived behavioral control (PBC) hanya memiliki pengaruh rendah justru tidak memiliki pengaruh terhadap intensi perilaku anti-korupsi dari responden. Dinamika dari dimensi ATB dan SN terhadap intensi perilaku antikorupsi adalah keyakinan responden bahwa perilaku anti-korupsi memiliki konsekuensi positif telah memunculkan perasaan positif (behavioral beliefs), yang pada gilirannya kemudian memunculkan sikap yang positif terhadap perilaku anti-korupsi (Attitude toward Behavior). Disisi lain, dukungan lingkungan sosial terhadap perilaku anti-korupsi berhasil memunculkan persepsi dan motivasi positif (subjective norms), yang pada gilirannya juga memunculkan sikap yang positif terhadap perilaku anti-korupsi. Masingmasing faktor tersebut sama-sama melahirkan intensi positif yang tinggi pada diri responden, dan ini dapat memprediksi kecenderungan mereka untuk melakukan perilaku anti-korupsi semakin tinggi. Saran Pada dasarnya matakuliah Anti-korupsi telah memfasilitasi keberadaan ketiga dimensi yang mempengaruhi intensi perilaku antikorupsi, yaitu Attitude toward behavour (ATB), Subjective norms (SN) maupun Perceived behaviour control (PBC). Seluruh aspek matakuliah (materi kuliah) baik pengetahuan kognitif (teori/pengetahuan) maupun aktifitas-aktifitas pembelajarannya (aktifitas-aktifitas penunjangnya pada hakekatnya) bertujuan : 1. Memberikan pemahaman mengenai korupsi dan dampak buruknya dari hasil penelitian hal ini cukup berhasil dalam membentuk persepsi dan sikap positif mahasiswa terhadap anti-korupsi (tingginya behavioral belief yang menyebabkan tingginya ATB) 10

11 Asriana Issa Sofia & Haris Herdiansyah Penelitian Pengaruh Attitude Toward Behavior, Subjective Form dan Perceived Behavior Control terhadap Perilaku Anti Korupsi pada Mahasiswa Universitas Paramadina 2. Memberikan gambaran mengenai norma-norma sosial yang anti terhadap korupsi dari hasil penelitian hal ini cukup berhasil dalam mendorong semangat mahasiswa untuk bersikap anti-korupsi (tingginya normative norm yang menyebabkan tingginya SN) 3. Memberikan contoh-contoh kasus korupsi nyata yang sedang ataupun cenderung terjadi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar mahasiswa mampu mencermati perilaku korupsi yang merajalela namun dari hasil penelitian hal ini nampaknya justru berdampak tidak terduga yaitu mengakibatkan kurang percaya diri mahasiswa akan kemampuannya berperilaku anti-korupsi dalam kehidupan nyata diluar ruang kelas (rendahnya belief control yang berpengaruh terhadap rendahnya Perceived behavioral control ) Dengan demikian ditemukan bahwa matakuliah Anti-korupsi ternyata menghasilkan tingkat pengaruh yang berbeda terhadap ketiga dimensi dalam Theory Planned Behaviour yang digunakan untuk mengukur intensi perilaku korupsi dari mahasiswa setelah (satu tahun) mengikuti matakuliah Anti-korupsi. Meskipin tingginya nilai dimensi ATB dan SN saja cukup mampu menghasilkan intensi perilaku anti-korupsi yang positif pada diri mahasiswa, namun idealnya adalah ketiga dimensi mendapatkan nilai sama tinggi, agar intensi perilaku anti-korupsi semakin kuat dan terjamin keberlangsungannya. Oleh karena itu saran difokuskan kepada penyempurnaan matakuliah Anti-korupsi Universitas Paramadina agar mampu menghasilkan pengaruh yang sama tinggi terhadap ketiga dimensi dalam pembentukan intensi positif perilakuantikorupsi mahasiswa peserta, khususnya dengan meningkatkan pengaruh terhadap dimensi PBC yang masih rendah. Dimensi PBC yang tinggi nantinya bila bersinergi dengan kedua dimensi yang lain (ATB dan SN) akan menghasilkan peningkatan intensi perilaku anti-korupsi yang sangat positif, karena dimensi yang berada didalam diri mahasiswa akan benar-benar diwujudkan dalam perilaku dan komitmen anti-korupsi yang tinggi. Secara detail saran diatas diuraikan sebagai berikut : 1) Bagi penyempurnaan silabus matakuliah Anti-korupsi : untuk merancang materi dan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan juga strategi atau tips yang bisa memberikan kepercayaan diri kepada mahasiswa untuk tetap berperilaku anti-korupsi di dalam lingkungan sosial dmana budaya korupsi masih kental, masih rawannya celah korupsi dalam sistem, inkonsistensi sistem hukum, dan masih keroposnya mental dan perilaku korupsi individu-individu dari strata sosial atas hingga bawah. 2) Bagi pengajar matakuliah Anti-korupsi : untuk lebih mengembangkan metode penyampaian materi dan mendorong soft skill mahasiswa khususnya memotivasi mereka untuk tidak menyerah pada realitas 11

12 Jurnal Universitas Paramadina Vol. 8 No. 1, April 2011 tingginya tingkat korupsi diluar. Perlu ditekankan bahwa pengajar, selain berperan sebagai fasilitator, juga harus berperan sebagai motivator bagi mahasiswa. 3) Bagi mahasiswa peserta matakuliah Anti-korupsi : untuk lebih meyakini (memahami) bahwa dengan mengikuti matakuliah ini mereka sudah memiliki modal sosial yang besar untuk menjadi agent of change bagi masyarakat, dan itu harus dimulai dari diri mereka sendiri yaitu sikap positif, komitmen yang kuat, dan konsisten dalam mewujudkan perilaku anti-korupsi. Dengan melaksanakan saran-saran diatas, diharapkan matakuliah Anti-korupsi akan lebih sempurna kontribusinya dalam membentuk pribadi anti-korupsi mahasiswa Universitas Paramadina maupun di universitasuniversitas lain di Indonesia. Daftar Pustaka Ajzein, I., (2006) The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Process. University of Massachusetts at Amberst Academic Press Inc Ajzein, I., (1988) Attitudes, Personality, and Behavior. Chicago: Dorsey Ajzein, I. (2006). Theory of Planned Behavior. California : Allyn and Bacon Anastasia, A. & Urbina, S., (1997). Psychological Testing. 7 th ed. USA: Prentice- Hall Inc Azwar, S., (2000). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. (2005). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Creswell, J. W., (2005). Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating Qualitative and Quantitative Research. 2 nd ed. New Jersey: Pearson Education Inc. Field, A., (2005). Discovering Statistic Using SPSS. 2 nd ed. London: Sage Fishbein, M & Ajzein, I., (1975). Belief, Attitude, Intention and Behavior: an Introduction to Theory and Research. Sydney: Addison-Wesley Publishing Company 12

13 Asriana Issa Sofia & Haris Herdiansyah Penelitian Pengaruh Attitude Toward Behavior, Subjective Form dan Perceived Behavior Control terhadap Perilaku Anti Korupsi pada Mahasiswa Universitas Paramadina Francis, et. al. (2004). Constructing questionnaires based on the theory of planned behavior: manual for researchers. United Kingdom Funk, et. al. (1999). The attitudes Toward violence scale: A measure for adolescents. Journal of interpersonal violence, vol. 14 no. 11 KPK RI, Mengenali dan Memberantas Korupsi, Jakarta, tidak tercantum tahun terbit Kernsmith, P. (2005). Treating perpetrators of domestic violence: gender differences in the applicability of the theory of planned behavior. Sex roles: A Journal of Research Vol. VI, no.4. Putri, N. A., (2008). Pengaruh tiga determinan intensi terhadap intensi untuk melakukan bullying pada siswa SMP ( pendekatan teori Planned Behavior). Skripsi. Universitas Paramadina: Tidak diterbitkan Soewandar, A. W., (2009). Pengaruh Attitude Toward Behavior, Subjective Norm dan Perceived Behavioral Control Terhadap Intensi Perilaku Homoseksual Siswa SMA Homogen. Skripsi. Universitas Paramadina: Tidak Diterbitkan Wade, C & Tavris, C., (2008). Psikologi, Edisi kesembilan, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga Winarsunu, T., (2007). Statistik: dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Wulandari, I. (2007). Hubungan antara pengetahuan gender dan pengetahuan kekerasan terhadap perempuan dengan intensi kekerasan terhadap perempuan pada remaja laki-laki. Skripsi: Universitas Gadjah Mada (tidak diterbitkan) 13

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi Terhadap Intensi Datang Latihan Pada Anggota Perkusi Komunitas United State Of Bandung Percussion 1 Tivanny Salliha P 2

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA

GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN OBSESSIVE CORBUZIER S DIET (OCD) PADA MAHASISWA Studi Deskriptif Mengenai Intensi untuk Melakukan Diet OCD Pada Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilihat dari Attitude Toward

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI MENGENAI INTENSI BERPERILAKU ASERTIF DALAM KEGIATAN PERKULIAHAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN NURUL HAMIDAH Dr. Rismiyati E. Koesma 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014 oleh : Yoga Adi Prabowo (190110080095) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Golput atau golongan putih merupakan suatu

Lebih terperinci

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK

Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Studi Deskriptif mengenai Intensi Mahasiswa Politeknik Negeri Bali yang Tinggal di Wilayah Sarbagita dalam Penggunaan Bus Trans Sarbagita ke Tempat Kuliah Rizka Fitriana Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Theory of Planned Behavior Fishbein dan Ajzen Theory of planned behaviour merupakan pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (Fishbein dan Ajzen, 1980; Fishbein

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Perilaku Rencanaan (Theory Of Planned Behavior) Melanjutkan sekolah dan menyelesaikan pendidikan merupakan sebuah tujuan yang semestinya dicapai oleh setiap siswa. Untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kontribusi determinan-determinan dari planned behavior terhadap intention dalam melakukan pengiriman barang tepat waktu pada salesman PT X Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kontribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. INTENSI Intensi menurut Fishbein dan Ajzen (1975), merupakan komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Pada penelitian ini terdapat empat variabel yaitu,, Subjective Norm, Perceived Control,

Lebih terperinci

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Kepatuhan Pajak Menurut Norman. D.Nowak dalam Zain (2004) kepatuhan Wajib Pajak diartikan sebagai suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan,

Lebih terperinci

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung

Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Intensi Perilaku Merokok Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) Di RS X Bandung 1) Febby Zoya Larisa, 2) Suhana 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas memiliki faktor penting dalam era global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang berlimpah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan permasalahan dalam penelitian Teori Perilaku Terencana (Theory Of Planned Behaviour) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta) (Cooper dan Schindler,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran intention dan determinandeterminannya dalam melakukan usaha untuk dapat naik kelas pada siswa kelas XI di SMAN X Bandung ditinjau dari teori planned

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Pengaruh Sikap terhadap Kegiatan Mengikuti Knowledge Sharing, Subjective Norms dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Mengikuti Knowledge Sharing pada Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu penyebab yang menimbulkan munculnya berbagai penyakit dan besarnya angka kematian. Hal ini wajar, mengingat setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang A. Teori Planned Behavior BAB II TINJAUAN PUSTAKA Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein

Lebih terperinci

KUESIONER PLANNED BEHAVIOR

KUESIONER PLANNED BEHAVIOR Lampiran 1 RAHASIA KUESIONER PLANNED BEHAVIOR IDENTITAS Nama (inisial) : Usia : Jenis kelamin : L / P (lingkari salah satu) Pendidikan : Lamanya menjalani hemodialisis : PETUNJUK PENGISIAN Berikut ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior) Teori Perilaku Terencana atau Theory of Planned Behavior (selanjutnya disingkat TPB, dikemukakan olehajzen (1991). Teori

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai variabel penelitian, responden penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis data. 3.1. Variabel Penelitian Varibel

Lebih terperinci

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Perilaku Prolingkungan pada Mahasiswa Universitas Islam Bandung

Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Perilaku Prolingkungan pada Mahasiswa Universitas Islam Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Perilaku Prolingkungan pada Mahasiswa Universitas Islam Bandung 1 Arifianisa, 2 Endah Nawangsih 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

THEORY OF REASONED ACTION

THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Theory of Planned Behavior Theory Reasoned Action (TRA) pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980 (Jogiyanto, 2007). Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung untuk dapat dinyatakan lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi mahasiswa adalah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action) Icek Ajzen dan Martin Fishbein bergabung untuk mengeksplorasi cara untuk memprediksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975) 9 TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku yang telah Direncanakan (Theory of Planned Behavior) Para teoritikus sikap memiliki pandangan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek sudah dapat dijadikan prediktor

Lebih terperinci

ABSTRAK Vivi Noviyanti. Tesis. Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK Vivi Noviyanti. Tesis. Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Vivi Noviyanti. Tesis. Rancangan Program Coaching dan Konseling untuk Meningkatkan Intensi Menggunakan Sistem Komputer Dengan Konsisten Saat Bekerja Pada Staf Pengatur Air Crew di PT A. Landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai macam perubahan yang terjadi di setiap aspek kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial

Lebih terperinci

Studi Mengenai Intensi Membuang Sampah di Sungai Cikapundung pada Ibu-Ibu RW 15 Kelurahan Tamansari Bandung. ¹Raisha Ghassani, ²Umar Yusuf

Studi Mengenai Intensi Membuang Sampah di Sungai Cikapundung pada Ibu-Ibu RW 15 Kelurahan Tamansari Bandung. ¹Raisha Ghassani, ²Umar Yusuf Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengenai Intensi Membuang Sampah di Sungai Cikapundung pada Ibu-Ibu RW 15 Kelurahan Tamansari Bandung ¹Raisha Ghassani, ²Umar Yusuf 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada Anggota Klub Mobil X di Kota Bandung

Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada Anggota Klub Mobil X di Kota Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 246-6448 Kontribusi Determinan Intensi terhadap Intensi Berhenti Mengkonsumsi Minuman Beralkohol pada Anggota Klub Mobil X di Kota Bandung 1 Sevtian Nugraha, 2 Milda Yanuvianti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Theory of Planned Behaviour Theory of Planned Behavior (TPB) tampaknya sangat cocok untuk menjelaskan niat, dalam hal ini adalah tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

4.1.1 jenis kelamin Data demografis berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

4.1.1 jenis kelamin Data demografis berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut : BAB 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ini dilakukan dengan jumlah responden sebanyak 100 orang pemilih pemula dalam pemilu presiden 2014. Berikut akan dijelaskan perihal profil

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kontribusi ketiga determinan Intention dan besarnya kontribusi setiap determinan Intention untuk melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : intensi berwirausaha. Fak. Psikologi - Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Kata kunci : intensi berwirausaha. Fak. Psikologi - Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensi berwirausaha pada pedagang kaki lima di wilayah Bandung Utara. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif

Lebih terperinci

Studi Mengengenai Intensi dan Determinan Intensi Perilaku Berkendara Pada Anak dan Remaja di Kecamatan Coblong Bandung

Studi Mengengenai Intensi dan Determinan Intensi Perilaku Berkendara Pada Anak dan Remaja di Kecamatan Coblong Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Mengengenai Intensi dan Determinan Intensi Perilaku Berkendara Pada Anak dan Remaja di Kecamatan Coblong Bandung 1 R.A Retno Puji Wulandari, 2 Farida Coralia 1,2

Lebih terperinci

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen 55 PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik contoh dan karakteristik keluarga contoh, hasil penelitian menunjukkan bahwa profil contoh mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pada contoh yang hanya mengikuti

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh determinan-determinan intention terhadap intention untuk minum obat secara teratur pada penderita TBC di Balai Besar Kesehatan X Bandung. Pemilihan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... vii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... vi DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...

Lebih terperinci

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas analisis hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada Bab 4, disertai dengan hubungannya dengan teori penunjang, data-data empiris, hipotesis penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat dewasa ini telah membuat kehidupan banyak masyarakat menjadi lebih mudah. Dalam beberapa tahun belakangan ini, internet merupakan

Lebih terperinci

hidup mandiri sehingga kesehatan seharusnya menjadi

hidup mandiri sehingga kesehatan seharusnya menjadi GAMBARAN MENGENAI INTENSI MENERAPKAN POLA MAKAN SEHAT PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI KOS DI BANDUNG Dewisa Priliani Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRAK Pola makan sehat penting dimiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensi 2.1.1 Definisi Intensi Intensi didefinisikan sebagai dimensi probabilitas subjek individu dalam kaitan antara diri dan perilaku. Intensi merupakan perkiraan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. korelasional dengan melibatkan variabel penelitian sebagai berikut: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Untuk menjawab tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan, maka penelitian ini akan menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millenium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENGARUH NILAI-NILAI AGAMA DAN BUDAYA KERJA DALAM PENCEGAHAN TINDAKAN KORUPTIF PADA KEMENTERIAN AGAMA

EXECUTIVE SUMMARY PENGARUH NILAI-NILAI AGAMA DAN BUDAYA KERJA DALAM PENCEGAHAN TINDAKAN KORUPTIF PADA KEMENTERIAN AGAMA EXECUTIVE SUMMARY PENGARUH NILAI-NILAI AGAMA DAN BUDAYA KERJA DALAM PENCEGAHAN TINDAKAN KORUPTIF PADA KEMENTERIAN AGAMA Korupsi di Indonesia masih mengkhawatirkan. Berbagai survei, salah satunya Corruption

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena

BAB II LANDASAN TEORI. memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap. Teori ini dinamakan reason action karena BAB II LANDASAN TEORI A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha Fishbein dan Ajzein (Sarwono, 2002) mengembangkan suatu teori dan metode untuk memperkirakan perilaku dari pengukuran sikap.

Lebih terperinci

Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia

Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia Anteseden Niat Berwirausaha: Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia Maludin Panjaitan Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Methodist Indonesia Jalan Hang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia masih sangat kurang. Kurangnya profesi wirausaha pada masyarakat Indonesia ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada masa dewasa ini berkembang sangat pesat. Ilmu pengetahuan turut memegang peranan yang penting di dalam pembangunan. Pengetahuan banyak diperoleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty)

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) 8 BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ketidakjujuran Akademik (Academic Dishonesty) Salah satu bentuk kecurangan yang terjadi dibidang pendidikan dinamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku terhadap pelanggaran, ketidakjujuran, dan penyimpangan akademik atau biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibukota negara Indonesia. Provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi, yaitu: Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah perilaku membakar dedaunan (tembakau) yang dilinting atau diletakkan pada pipa kecil lalu menghisapnya melalui mulut dan dilakukan secara berulang-ulang

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi determinandeterminan terhadap intention ibu untuk melakukan terapi di rumah. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan sampel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, masyarakat Indonesia diharapkan mengalami perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan, teknologi, politik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intensi Merokok 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Merokok 1. Intensi Merokok Intensi diartikan sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku didasari oleh sikap terhadap perilaku, norma subjektif, dan persepsi terhadap

Lebih terperinci

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tujuan penelitian, mengetahui kontribusi ketiga determinan intention serta determinan yang memberikan kontribusi paling besar terhadap intention untuk membaca textbook pada mahasiswa angkatan 2013

Lebih terperinci

PERAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL (PBC) TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN JASA KLINIK KECANTIKAN SKRIPSI

PERAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL (PBC) TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN JASA KLINIK KECANTIKAN SKRIPSI PERAN SIKAP, NORMA SUBJEKTIF, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL (PBC) TERHADAP INTENSI MENGGUNAKAN JASA KLINIK KECANTIKAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi oleh : RIZQA

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui kontribusi determinan-determinan terhadap intention untuk menggunakan TransJakarta ke tempat kerja. Partisipan penelitian ini sebanyak 103 pekerja di DKI Jakarta

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha. Abstrak

Universitas Kristen Maranatha. Abstrak Abstrak Penelitian ini berjudul Studi Kasus Mengenai Intention dan Determinannya Untuk Melakukan Diet Rendah Karbohidrat Disertai Olah Raga Pada Wanita Di Pusat Kebugaran X Bandung. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Nani Dewi S, Widiastuti: Analisis Intensi Mahasiswa Dalam Memilih Universitas Darma Persama (UNSADA) & Ardi Winata Jakarta

Nani Dewi S, Widiastuti: Analisis Intensi Mahasiswa Dalam Memilih Universitas Darma Persama (UNSADA) & Ardi Winata Jakarta ANALISIS INTENSI MAHASISWA DALAM MEMILIH UNIVERSITAS DARMA PERSADA (UNSADA) JAKARTA Nani Dewi Sunengsih Widiastuti Ardi Winata ABSTRACT The purpose of this study was to determine the intentions of the

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY TERHADAP PENINGKATAN INTENSI BERHENTI MELUKAI DIRI (NON-SUICIDAL SELF INJURY)

EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY TERHADAP PENINGKATAN INTENSI BERHENTI MELUKAI DIRI (NON-SUICIDAL SELF INJURY) EFEKTIVITAS COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY TERHADAP PENINGKATAN INTENSI BERHENTI MELUKAI DIRI (NON-SUICIDAL SELF INJURY) Studi Kasus mengenai Efektivitas Cognitive Behavior Therapy terhadap Peningkatan Intensi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat intention dalam pengelolaan diet pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis di Rumah Sakit Ginjal X Medan dan juga kontribusi dari determinan-determinan

Lebih terperinci

Kata kunci: Remaja Akhir, Sexting, Intensi

Kata kunci: Remaja Akhir, Sexting, Intensi STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN INTENSI MELAKUKAN SEXTING PADA REMAJA AKHIR DI KOTA BANDUNG Karya Ilmiah Pramudya Wisnu Patria (190110070051) Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Abstrak. Masa

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kontribusi determinandeterminan intention terhadap intention untuk melakukan premarital check up pada pasangan dewasa awal yang sedang memersiapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan). Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MELAWAN ARAH ARUS JALAN RAYA DI JATINANGOR PADA PENGENDARA OJEK SEPEDA MOTOR DI JATINANGOR BRIAN PRAYOGO ABSTRAK Perilaku melawan arah arus jalan raya merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan intention dalam melakukan diet pada penderita hiperkolesterolemia di Laboratorium Klinik X Bandung dan juga kontribusi dari determinan-determinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA) berdampak negatif terhadap produk-produk dalam negeri. Produk-produk dalam negeri akan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yakni data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan dalam memeluk agama. Agama berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam Encyclopedia of Philosophy,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa tahap perkembangan. Keseluruhan tahap perkembangan itu merupakan proses yang berkesinambungan

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA Terendienta Pinem 1, Siswati 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPAT SAMPAH OLEH PENGUNJUNG CAR FREE DAY DAGO KOTA BANDUNG

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPAT SAMPAH OLEH PENGUNJUNG CAR FREE DAY DAGO KOTA BANDUNG STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPAT SAMPAH OLEH PENGUNJUNG CAR FREE DAY DAGO KOTA BANDUNG DEDE SUPRIADI Julian Amriwijaya, S.Psi, M.Psi 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha. tindakan dan merupakan unsur yang penting dalam sejumlah tindakan, yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Definisi Intensi Menurut Ancok (1992 ), intensi merupakan niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Intensi merupakan sebuah istilah yang terkait

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek pada suatu wilayah yang memenuhi kriteria tertentu sesuai dengan ruang lingkup masalah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia kerja semakin menuntut manusia untuk lebih mampu bersaing dari kompetitornya, sehingga tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan yang layak sesuai yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih

BAB I PENDAHULUAN. dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara ke-4 dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih menjadi tantangan

Lebih terperinci

Mahaputra Adipradana Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Mahaputra Adipradana, Raymond Godwin S.Psi., M.

Mahaputra Adipradana Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Mahaputra Adipradana, Raymond Godwin S.Psi., M. PERANAN ATTITUDE TOWARD THE BEHAVIOR, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIOR CONTROL DALAM MEMPREDIKSI INTENSI PEMILIH PEMULA UNTUK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA PADA PEMILU PRESIDEN 2014 Mahaputra Adipradana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor bagi kemajuan negara, beberapa waktu yang lalu pemerintah indonesia menaikkan anggaran pendidikan, hal ini dinilai

Lebih terperinci

ANALISIS NIAT BELI ASURANSI JIWA PADA MAHASISWA: APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

ANALISIS NIAT BELI ASURANSI JIWA PADA MAHASISWA: APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2014, p : 58-66 Vol. 7, No. 1 ISSN : 1907-6037 ANALISIS NIAT BELI ASURANSI JIWA PADA MAHASISWA: APLIKASI THEORY OF PLANNED BEHAVIOR Novie Astri Pratiwi 1, Hartoyo 1*) 1

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS II. KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS Theory of Planned Behavior/TPB digunakan sebagai model dan kerangka teori karena sudah banyak diterapkan dan teruji dalam menangkap hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi dari ilmu pengetahuan yaitu keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang telah dibakukan secara sistematis, atau keseluruhan pemikiran, gagasan, ide,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang mencangkup program pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pembajakan produk digital, sikap, kemampuan, kewajiban moral, niat, attitude, perceived behavioral control, moral obligation

ABSTRAK. Kata kunci: pembajakan produk digital, sikap, kemampuan, kewajiban moral, niat, attitude, perceived behavioral control, moral obligation ABSTRAK Penelitian ini berjudul Pengaruh Attitude, Perceived Behavioral Control, dan Moral Obligation pada Intentions Pembajakan Produk Digital (Studi Kasus; Software, DVD, CD, MP3, dan VCD). Tujuan penelitian

Lebih terperinci

Tesis. Diajukan kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan untuk memenuhi sebagian dari syaratsyarat guna memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Tesis. Diajukan kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan untuk memenuhi sebagian dari syaratsyarat guna memperoleh Gelar Magister Pendidikan PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN KONTROL KEPERILAKUAN TERHADAP INTENSI SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PERILAKU MENGIMPLEMENTASIKAN PERUBAHAN KTSP GURU SD GUGUS NUSA KECAMATAN KALORAN Tesis Diajukan kepada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: intensi, determinan intensi, Ibu hamil, oral hygiene

ABSTRAK. Kata kunci: intensi, determinan intensi, Ibu hamil, oral hygiene ABSTRAK Salah satu penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada Ibu hamil di Indonesia adalah faktor perilaku mengabaikan oral hygiene saat kehamilan. Intensi dianggap dapat melihat faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada masa bayi ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunitas Berkaitan dengan kehidupan sosial, ada banyak definisi yang menjelaskan tentang arti komunitas. Tetapi setidaknya definisi komunitas dapat didekati melalui

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Alat Ukur Planned Behavior

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Alat Ukur Planned Behavior Lampiran. Alat Ukur Planned Behavior KATA PENGANTAR Sebagai mahasiswa tingkat akhir, salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat lulus sebagai Sarjana Psikologi adalah dengan menyusun skripsi. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia berkembang pesat. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN UNTUK MELAKUKAN PEMBELIAN SECARA ONLINE

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN UNTUK MELAKUKAN PEMBELIAN SECARA ONLINE ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NIAT KONSUMEN UNTUK MELAKUKAN PEMBELIAN SECARA ONLINE Oleh : Togi Dedy Wirawan Marpaung 212007706 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH ATTITUDE, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP CONTINUED USE INTENTION PADA KONSUMEN PAKAIAN ONLINE DI SURABAYA

PENGARUH ATTITUDE, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP CONTINUED USE INTENTION PADA KONSUMEN PAKAIAN ONLINE DI SURABAYA PENGARUH ATTITUDE, SUBJECTIVE NORM, DAN PERCEIVED BEHAVIORAL CONTROL TERHADAP CONTINUED USE INTENTION PADA KONSUMEN PAKAIAN ONLINE DI SURABAYA OLEH : SHEILA SEMIARDI 3103010127 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MENJAGA RANAH PRIBADI PADA SISWA KELAS V (LIMA) SDN BABAKAN CIPARAY TIMUR BANDUNG FATIMA RAHMAH

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MENJAGA RANAH PRIBADI PADA SISWA KELAS V (LIMA) SDN BABAKAN CIPARAY TIMUR BANDUNG FATIMA RAHMAH STUDI DESKRIPTIF MENGENAI INTENSI PERILAKU MENJAGA RANAH PRIBADI PADA SISWA KELAS V (LIMA) SDN BABAKAN CIPARAY TIMUR BANDUNG FATIMA RAHMAH Dr. Rismiyati E Koesma 1 ABSTRAK Kekerasan seksual pada anak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. & Perry, 2005). Menurut Havighurst (dalam Monks, Konoers & Haditono,

BAB I PENDAHULUAN. & Perry, 2005). Menurut Havighurst (dalam Monks, Konoers & Haditono, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan dewasa awal (Potter & Perry, 2005). Menurut Havighurst (dalam Monks, Konoers & Haditono, 2001), tugas perkembangan

Lebih terperinci