LAPORAN PRAKTIKUM ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO Oleh Kelompok 5 ( Kelas B ). 1. Amul Heksa Bajafitri Anisa Silvia Amanu Budi S. U Annisa Eira Anggersih PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya, kami kelompok 5 kelas B dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Sosiologi Pertanian ini dengan tepat waktu dan tanpa suatu halangan apapun. Tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan Laporan Praktikum Sosiologi Pertanian ini. Terima kasih untuk asisten praktikum Sosiologi Pertanian serta semua petani yang ada di Dusun Krewe Desa Gunungrejo Singosari Malang. Tak ada gading yang tak retak, begitulah kata pepatah. Demikian pula dengan Laporan Praktikum Sosiologi Pertanian ini, penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan agar kedepannya bisa menjadi lebih baik lagi dan dapat memberikan manfaat bagi semua. Amin. Malang, Mei 2013 Penyusun 1

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI. 2 BAB I : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tujuan. 4 BAB II : PEMBAHASAN 2.1.Deskripsi tentang Keluarga Petani dan Pola Tanam Usahatani Mereka Setahun Terakhir Deskripsi Tentang Kebudayaan Petani (Pengetahuan Mereka Tentang Cara Perubahan yang Terjadi serta Faktor yang Mendorong Perubahan Tersebut) Deskripsi Tentang Lembaga Penguasaan Lahan dan Lembaga Penyediaan Saprodi Pertanian dan Tenaga Kerja untuk Usahatani Mereka Deskripsi Tentang Lembaga Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Peluarga dan Kelompok Tani Deskripsi Tentang Lembaga Organisasi HIPPA(pengelolaan irigasi), dan Lembaga Keuangan/Kredit dan Perubahan Sosial Dalam Usaha Pertanian Selama 10 Tahun Terakhir Rangkuman Deskripsi Petani, Usahatani, dan Lembaga yang Terkait Usahatani Petani.. 13 Bab III : PENUTUP 3.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA 16 LAMPIRAN

4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan usaha pertanian mempunyai kaitan erat dengan aspek sosiologis yang meliputi sistem kebudayaan, stratifikasi sosial, kelembagaan dan jariangan sosial baik pada tingkat petani, desa, maupun supra desa. Kebudayaan sangat mempengaruhi suatu usaha tani. Kebudayaan sendiri dari berbagai sisi, dipadang sebagai Pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut, dapat pula diartikan bahwa kebudayaan adalah milik masyarakat manusia, bukan daerah atau tempat yang mempunyai kebudayaan tetapi manusialah yang mempunyai kebudayaan. Sebagai pengetahuan yang diyakini kebenarannya, kebudayaan adalah pedoman menyeluruh yang mendalam dan mendasar bagi kehidupan masyarakat yang bersangkutan.sebagai pedoman bagi kehidupan, kebudayaan dibedakan dari kelakuan dan hasil kelakuan karena kelakuan itu terwujud dengan mengacu atau (Anonim a,2010). Kebudayaan sudah melekat erat dalam pola fikir petani. Tak heran bila terjadi suatu perubahan baru dalam kebudayaan petani, seringkali mereka sulit menerimanya. Interaksi yang terjadi didalam masyarakat akan menimbulkan suatu pandangan sosial yang berbeda untuk setiap individu didalam masyarakat tersebut yang akan membentuk lapisan-lapisan dan sistem status dalam masyarakat atau stratifikasi. Istilah stratifikasi diambil dari bahasa Inggris yaitu stratification berasal dari kata strata atau stratum yang berarti lapisan. Oleh sebab itu social stratification sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat atau pelapisan sosial. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakat dikatakan berada dalam suatu lapisan / stratum(kolopaking,l.dkk. 2003) Kadang kala kelembagaan sangat dibutuhkan para petani. Kelembagaan sendiri adalah sekumpulan jaringan dari relasi sosial yang melibatkan orangorang tertentu, memiliki tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta 3

5 memiliki struktur. Kelembagaan dapat berbentuk sebuah relasi sosial yang melembaga (non formal institution), atau dapat berupa lembaga dengan struktur dan badan hukum (formal institution). Setidaknya ada 8 kelembagaan yaitu: (1) kelembagaan penyediaan input usahatani, (2) kelembagaan penyediaan permodalan, (3) kelembagaan pemenuhan tenaga kerja, (4) kelembagaan penyediaan lahan dan air irigasi, (5) kelembagaan usahatani, (6) kelembagaan pengolahan hasil pertanian, (7) kelembagaan pemasaran hasil pertanian, dan (8) kelembagaan penyediaan informasi (teknologi, pasar, dll). Tiap kelembagaan dapat dijalankan dengan dua cara, yaitu secara individual (berstruktur lunak) atau secara kolektif (berstruktur keras)( Rahardjo. 1999). Kelembagaan pertanian dapat berfungsi untuk menyediakan sarana produksi seperti penyediaan benih, penyediaan pupuk, tenaga kerja, dan pengolahan sawah. Selain itu adanya kelembagaan juga dapat membantu petani menyelesaikan permasalahan yang tengah terjadi diantara mereka. Usaha pertanian erat kaitannya dengan pemasaran, baik yang dilakukan secara langsung maupun melalui perantara atau distributor. Dibutuhkan jaringan sosial yang baik agar dapat memasarkan hasil pertanian tersebut. oleh karena itu aspek-aspek sosiologi memang sangat berperan dalam mempengaruhi kemajuan usaha pertanian baik pada tingkat petani, desa, maupun supra desa. Dalam laporan Sosiologi Pertanian ini kami melakukan studi lapang di Dusun Krewe. Desa Gunungrejo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Kami mendatangi rumah salah satu petani setempat dan melakukan wawancara dengan beliau. Topik wawancara kami meliputi pekerjaan utama beliau sebagai petani, kepemilikan lahan pertanian, cara pengelolaan lahan, pengaplikasian pupuk dan pestisida pada lahan, serta organisasi kelembagaan di lokasi terkait 1.2 Tujuan Tujuan studi lapang sosiologi pertanian ini yaitu: Mengetahui latar belakang keluarga petani dan pola tanam pada lahan usahatani 4

6 Mengetahui kebudayaan petani ( pengetahuan mereka tentang cara perubahan yang terjadi faktor-faktor yang mendorong perubahan tersebut) Mengetahui tentang lembaga penguasaan lahan dan lembaga penyediaan saprodi pertanian dan tenaga kerja untuk usahatani Mengetahui lembaga pengolahan, pemasaran hasil pertanian dan keluarga dan kelompok tani/gabungan kelompok tani Mengetahui lembaga/organisasi HIPPA(pengelolaan irigasi), dan lembaga keuangan/kredit dan perubahan sosial dalam usaha pertanian 5

7 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Deskripsi Keluarga Petani Dan Pola Tanam pada Lahan Usahatani Selama Setahun (Amul Heksa B. : ) Deskripsi petani ini dilakukan dengan cara wawancara kepada petani yang bersangkutan, hal ini bertujuan untuk mengetaui latar belakang petani tersebut serta untuk mengetaui sejauh mana petani tersebut melakukan budidaya pertanian, tepatnya di desa di dusun krewe desa gunungrejo Nama : Saturi Umur : 56 tahun Tingkat pendidikan formal : SD Pekerjaan KK a. Utama : Petani b. Sampingan : Memelihara kerbau milik orang Sejak kapan menjadi petani : sejak tahun 2003 Jumlah anggota keluarga : 5 orang Tabel 1. Lahan Garapan Status Lahan Lahan Sawah (ha) Lahan Tegal (ha) Milik - 0,2 Sewa - - Bagi Hasil 0,5 - Jumlah 0,5 0,2 Berdasarkan wawancara studi lapangan Sosiologi Pertanian di Dusun Krewe RT 20 Desa Gunungrejo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, Pak Saturi adalah seorang petani yang telah sepuluh tahun berkecimpung di bidang tersebut. Di usianya yang ke-56 tahun, kini ia dan istrinya, Bu 6

8 Nuriyati, tinggal bersama putri semata wayang mereka yang telah berkeluarga dan memiliki seorang anak. Pak Saturi mengaku hanya menyelesaikan tingkat pendidikan formalnya sampai kelas 3 SD. Selain bekerja sebagai petani, Pak Saturi juga memelihara kerbau, ada 4 ekor kerbau orang lain yang ia pelihara. Menurut penuturan Pak Saturi, ia menggarap lahan sawah dan lahan tegal. Sawahnya merupakan lahan dengan status lahan bagi hasil maro. Sawah tersebut hanya digunakan untuk menanam padi. Sedangkan lahan tegal miliknya sendiri, ia tanami tebu. Dengan luas lahan sawah setengah hektar, selama satu tahun penuh Pak Saturi hanya menanaminya dengan padi. Ia tidak pernah menyelingi lahannya dengan tanaman lain seperti jagung. Selain menimbang permintaan pasar yang tinggi terhadap padi, Pak Saturi juga manpertimbangkan kesesuaian lahan sawahnya terhadap tanaman. Lahan sawah Pak Saturi di desa yang bersangkutan merupakan lahan basah yang paling cocok untuk padi. Menurut Hilman (2007), tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup dan padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara cm dengan ph antara 4-7. Menurut pendapat Pak Saturi, jika dibandingkan dengan menanam tanaman lain di sawah tersebut, hasil produksi tanaman padi akan lebih banyak. Jika lahan sawah Bapak Saturi ditanami padi, pada lahan tegalnya seluas 2000 m2, bapak saturi hanya menanaminya dengan tebu. Alasan bapak saturi hanya menanami tebu pada lahan tegalnya, karena lebih mudah dalam pengelolaan dan hasilnya lebih tinggi. Menurut Wijayanti (2008) tebu pada umumnya dapat tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki iklim tropis dan sub tropis, tebu adalah jenis tanaman yang dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, namun tebu sangat cocok apabila ditanam di tanah yang kecukupan dengan air. 7

9 2.2 Deskripsi Tentang Kebudayaan Petani( Pengetahuan Mereka Tentang Cara Perubahan Yang Terjadi Faktor-Faktor Yang Mendorong Perubahan Tersebut) (Anisa Silvia : ) Sesuai dengan penjelasan yang tertera diatas bahwa petani yang bernama bapak Saturi ini memiliki 2 lahan pertanian yakni lahan sawah dan lahan tegal. Jika pada lahan sawah, cara bercocok tanamnya yakni mulai dari pengolahan tanah yang masih menggunakan kerbau miliknya Pengolahan tanah sawah dengan cara tradisional, yaitu pengolahan tanah sawa dengan alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuaya dilakukan oleh nusia atau dibantu ooleh binatang misalnya, kerbau dan sapi (Simatupang, 1999). pada lahan tegal pengolahan tanahnya tidak diolah layaknya lahan sawah, namun hanya dengan cangkul untuk membuat guludan. Bapak saturi ini mendapatkan benih padi dari KUD (Koperasi Unit Desa). untuk bibit tebu pada penimbang, namun bapak saturi hanya 1 x membeli pada penimbang karena tebu dapat dibudidayakan dengan tunas. Cara membuat persemaian padi dengan varietas melati pada lahan sawah ini dengan menyebarkan benih, Pada proses penanaman padi, penancapan bibit padi ke dalam tanah yang terbaik adalah sedalam 2.5 cm dengan jarak tanam sekitar 20 cm sampai dengan 25 cm. Akan tetapi banyak petani yang menggunakan kedalaman 5 cm dengan tujuan mencegah robohnya tanaman padi setelah penanaman (Soerpardi dkk. 1994). Jumlah benih yang disebarkan adalah 20 kg, lalu setelah 25 hari orang wanita lah yang menanami setelah bibit sudah siap untuk ditanam. Untuk cara penananamannya, jarak tanam yang digunakan adalah 20cm, dengan jumlah bibit per lubangnya adalah 4 tan per lubangnya. Kondisi airnya pada lahan sawah ini adalah tergenang. Kondisi tanah untuk tanaman padi sawah harus berlumpur. Untuk itu selain penggenangan air diperlukan juga pengolahan tanah. Pengolahantanah yang ideal harus dilakukan dua kali, yaitu pembajakan dan penggaruan. Tujuan dari pembajakan adalah untuk membalikan tanah, sedangkan penggaruan untuk menghancurkan bongkahan tanah agar menjadi lebih halus dan siap ditanami (Soerpardi dkk. 1994). 8

10 Pada lahan tegal ini bapak saturi tidak menggunakan bibit lagi karena tebu yang dipanen hanya di pangkas sampai bawah dan menyisakan untuk penumbuhan tunas pada penanaman tebu selanjutnya. Dapat diperkirakan dalam sepuluh tahun bapak saturi hanya membeli bibit jagung pada penimbang hanya satu kali. Umumnya jenis pupuk yang digunakan petani padi sawah adalah pupuk organik (pupuk buatan), seperti Urea, ZA, SP-36, dan KCl. Beberapa tahun terakhir harga pupuk semakin mahal, karena dihapusnya subsidi pupuk tersebut oleh Pemerintah. Hal ini mengakibatkan petani kecil semakin sulit untuk mendapatkan pupuk tersebut. Untuk mengatasi masalah ini telah didapat pupuk alternatif (pengganti), yaitu Quano (sumber fosfat) dan abu sekam padi (sumber kalium) dengan harga lebih murah (Chairunas dkk. 1999). Jenis pupuk yang dipakai pada lahan tegal dan lahan sawah ini sama. namun, dosisnya yang berbeda.bapak saturi ini tidak menggunakan pupuk organik, Pupuk yang digunakan adalah pupuk kimia yakni Urea, Phonska, dan ZA. Pemberian pupuk ini dilakukan sebanyak dua kali, yakni pada umur 25 hari setelah tanaman, dan pemupukan kedua dilakukan 1 bulan setelah pemupukan yang pertama yakni sekitar hari setelah tanam. Pupuk yang diberikan bapak saturi untuk setengah hektar lahannya adalah sekitar 90 kg untuk pupuk Urea, 75 kg untuk pupuk ZA, dan 125 untk pupuk Phonska. Penyiangan yang dilakukan dengan cara manual, yakni dengan menggunakan tangan atau sabit. Untuk mengairi lahan sawah, bapak saturi mengairinya saat umur 50 hari setelah tanam, lau dikeringkan lagi hingga berumur 70 hari setelah tanam lalu kembali diairi lagi. Jenis hama dan penyakit pada tanaman padi selama ini hanya burung burung pipit yang paling banyak. Untuk hama hama seperti serangga mungkin ada namun populasinya rendah sehingga untuk pengendalian hama dan penyakit tersebut tidak dilakukan. Hanya untuk burung pipit mereka menggunakan jaring atau tali agar burung pipit tidak hinggap di tanaman padinya. Untuk penggunaan pestisida bapak saturi juga tidak menggunakannya, karena bapak saturi menganggap pengendalian secara mekanis sudah cukup, dan adanya populasi 9

11 hama di lahan pak saturi tidak begitu berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan. Pada lahan padi, diperkirakan bapak saturi akan memanennya saat padi berumur hari setelah tanam, ciri-ciri padi yang akan dipanen adalah berwarna kuning, bulirnya terisi.mereka memanennya dengan menggunakan sabit untuk memotong padinya, lalu digebyok dan dikeringkan. Setelah kering, padi akan diselep (digiling) sehingga menjadi beras. Panen yang dihasilkan bapak saturi ini bkan untuk dijual,tapi hanya untuk di konsumsi sendiri, adapun para pekerja pada lahan bapak saturi ini diberikan beras sebagai pengganti bayaran atau gaji, ada juga yang meminta uang. Karena lahan yang diolah bapak saturi ini bukan lahannya sendiri, maka bapak saturi memberikan 30 % kepada si pemilik tanah. Pengetahuan cara bercocok tanam bapak saturi ini diperoleh dari orang tuanya, sejak kecil bapak saturi ini ikut kesawah, sehingga ia dapat meliahat langsung bagaimana cara bercocok tanam. saat ia mulai beranjak besar, bapak saturi mulai diajari untuk bercocok tanam. Dan pengetahuan dari orang tuanya itulah yang menjadi patokan hingga sekarang. Bapak saturi ini juga tidak mengikuti kegiatan kegiatan penyuluhan pertanian lapang, begitu juga dengan pengetahuan dari sumber lain, yakni dari PT.Dupon, PT. Sygenta dll, bapak saturi juga tidak mengikutinya. Bapak saturi beranggapan bahwa ajaran dari orangtuanya mulai dari dulu sudah dianggap baik tanpa adanya perubahan. Adapun juga alasan cara budidayanya dari dulu tidak pernah berubah adalah karena bapak saturi takut keliru sehingga beliau takut untuk mencoba, beliau juga beranggapan kalau beliau keliru akan menggagalkan hasil produksi yang didapatkan nantinya. 2.3 Deskripsi Tentang Lembaga Penguasaan Lahan Dan Lembaga Penyediaan Saprodi Pertanian Dan Tenaga Kerja Untuk Usahatani Mereka (Amanu Budi S.U. : ) Terkait dengan lembaga penguasaan lahan, dalam hal ini tidak ada suatu lembaga dalam penguasaan lahan karena lahan tersebut milik pak Saturi sendiri. Namun lembaga yang melakukan fungsi penyediaan saran produksi 10

12 pertanian ialah hanya toko pertanian terdekat. Toko tersebut menyediakan sarana produksi pertanian seperti benih/bibit, pupuk, obat-obatan. Pak saturi pun membeli benih maupun pupuk dari toko pertanian tersebut. Bahan-bahan pertanian yang ia beli diantaranya adalah benih/bibit dengan varietas Melati, pupuk urea sebanyak 90 Kg, pupuk ZA 75 Kg, dan pupuk phonska 125 Kg. Semua itu ia beli secara kontan dengan harga pupuk urea per kwintal seharga Rp , pupuk ZA per kwintal seharga Rp Pengolahan lahan pertanian milik pak Saturi juga menggunakan tenaga kerja namun tidak semua aktivitas pertanian, ada beberapa kegiatan yang ia lakukan sendiri. Penggunaan tenaga kerja yaitu pada saat tanam padi. Tenaga kerja tersebut ialah perempuan yang terdiri dari 10 orang yang tiap orangnya digaji seharga Rp /hari. kemudian juga pada saat panen, pak saturi menggunakan tenaga kerja laki-laki yang digaji Rp /hari.Selain pada saat tanam dan panen, semua kegiatan pertanian di lahannya ia lakukan sendiri seperti pengolahan tanah, membuat persemaian, Bongkar walik (tebu)dll. Beberapa kegiatan tersebut ia tidak menggunakan tenaga kerja dengan alasan ia masih mampu untuk mengerjakannya sendiri. 2.4 Lembaga Pengolahan, Pemasaran Hasil Pertanian Dan Keluarga Dan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani (Annisa Eira Anggersih : ) Berdasarkan hasil wawancara pada Pak Saturi, ia tidak mengaitkan lembaga apapun dalam pengolahan hasil pertanian, melainkan hasil pertanian dari lahannya ia olah sendiri. Pemasaran hasil pertanian yang mengaitkan suatu lembaga juga tidak dilakukan oleh Pak Saturi dikarenakan hasil pertaniannya tidak ditujukan untuk dijual, melainkan untuk dikonsumsi sendiri. Kemudian menurut Pak Saturi di daerah tempat tinggalnya juga terdapat kelompok tani. Kelompok tani tersebut diketuai oleh Kamituwo bernama Samsu ud. Kamituwo adalah perangkat yang membantu Lurah Desa diwilayah bagian Desa atau Dukuh. Kamituwo mempunyai tugas menjalankan sebagian 11

13 kegiatan Lurah Desa dalam kepimimpinan Lurah Desa di wilayah kerjanya. Fungsi Kamituwo adalah: a. Melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemasyarakatan, serta ketentraman dan ketertiban wilayah kerjanya. b. Melaksanakan peraturan Desa diwilayh kerjanya c. Melaksanakan kebijakan Lurah Desa. Namun adanya kelompok tani tersebut tak membuat Pak Saturi turut serta sebagai anggota karena ia bersudut pandang bahwa kelompok tani tersebut fungsi utamanya yaitu untuk simpan pinjam, sedangkan ia merasa masih punya modal yang cukup dan tidak perlu meminjam uang(anonim b, 2013). 2.5 Deskripsi Tentang Lembaga/Organisasi HIPPA(Pengelolaan Irigasi), Dan Lembaga Keuangan/Kredit Dan Perubahan Sosial Dalam Usaha Pertanian Selama 10 Tahun Terakhir (Anisa Silvia : ) Lembaga sosial dapat diartikan sebagai seperangkat aturan atau tata cara untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai individu maupun sebagai makhluk social (Murdiyatmoko, 2008) Lembaga yang terdapat pada dusun Krewe desa Gunung Rejo yakni lembaga dari pengelolaan irigasi atau HIPPA. Tapi bapak Saturi tidak mengikuti kepengurusan HIPPA ini, bapak saturi hanya sebagai anggota dari organisasi HIPPA ini. Lembaga HIPPA ini membantu Pak Saturi memenuhi kebutuhan air di lahan pertanian. Sumber air yang diolah bersumber dari Sengkaling, orang sekitar menyebutnya dengan DAM. Dapat diketahui bahwa bapak Saturi ini ikut campur dalam lembaga ini, Jadi bapak saturi tidak mengetahui siapa nama ketua dari HIPPA ini. Lembaga keuangan pada Dusun Krewe, Desa Gunung Rejo ini juga terdapat lembaga keuangan atau perkreditan. Dapat kita lihat bahwa bapak Saturi ini termasuk keluarga yang mampu, jadi beliau mengaku tidak pernah meminjam modal dari tetangga, saudara ataupun dari lembaga keuangan dan perkreditan yang terdapat pada desa tersebut. Perubahan sosial dalam usaha pertanian selama 10 tahun terakhir yang dialami oleh bapak Saturi ini untuk cara bercocok tanam yang dilakukan 12

14 beliau tidak pernah berubah,. Perubahan sosial adalah perubahan yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya perubahan sistem nilai dan norma sosial, sistem stratifikasi sosial, struktur social, prosesproses social, pola sikap dan tindakan social warhga masyarakat serta lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu kurun waktu tertentu (Murdiyatmoko, 2008). Perubahan social yang terjadi pada cara bercocok tanam Pak Saturi tersebut dikarenakan bapak saturi takut apabila keliru, maka mengakibatkan penurunan produksi pada panen berikutnya. Lalu untuk perubahan sosial dalam lembaga yang terkait dengan usaha tani adalah perubahan dalam perkembangan sewa-menyewa lahan dan bagi hasil, yakni pemilik tanah menginginkan 40% dari hasil panen yang sebelumnya si pemilik tanah mendapatkan 30% dari hasil panen. Perubahan yang kedua adalah perubahan yang terjadi pada lembaga penyediaan sarana produksi pertanian yakni benih, terjadinya perubahan harga pada musim hujan yakni per kwintal, dan harga benih pada musim kemarau harganya lebih tinggi yakni per kwintal. Perubahan yang ketiga adalah cara pengadaan tenaga kerja untuk usaha tani, yakni bapak saturi akan mengganti para buruh tani apabila tidak lagi sesuai dengan pekerjaannya. Untuk lembaga pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, perkembangan kelompok tani/hippa, dan lembaga kredit/ keuangan untuk usaha tani ini tidak diketahui karena bapak saturi tidak mengikuti sistem kepengurusannya Rangkuman Diskripsi Petani, Usahatani Dan Lembaga Yang Terkait Usahatani Pak Saturi Pak Saturi adalah seorang petani berusia 56 tahun yang telah sepuluh tahun berkecimpung di bidang tersebut. Selain bekerja sebagai petani, Pak Saturi juga memelihara kerbau, ada 4 ekor kerbau orang lain yang ia pelihara. Sawahnya merupakan lahan dengan status lahan bagi hasil maro. Sawah tersebut hanya digunakan untuk menanam padi. Sedangkan lahan tegal miliknya sendiri, ia tanami tebu. 13

15 Beliau belajar bertani sejak beliau kecil, dan mendapatkan ilmu bertaninya dari kedua orangtuanya. Dan cara-cara bercocok tanam yang beliau dapatkan dari kedua orangtuanya tersebut tidak mengalami perubahan hingga saat ini. Kegiatan bercocok tanam ia mulai dengan pengolahan tanah yang masih menggunakan kerbau miliknya dan alat-alat olah tanah konvensional seperti cangkul. Pupuk yang digunakan Pak Saturi adalah pupuk kimia yakni Urea, Phonska, dan ZA. Penyiangan yang dilakukan oleh Pak Saturi dengan cara manual, yakni dengan menggunakan tangan atau sabit. Panen yang dihasilkan bapak saturi ini bukan untuk dijual,tapi hanya untuk di konsumsi sendiri. Di desa tempat tinggal Pak Saturi sebenarnya terdapat lembagalembaga/organisasi sebagai penunjang kegiatan usaha tani.. Kelembagaan dalam sistem pertanian dikenal ada delapan jenis kelembagaan, yaitu ; 1) kelembagaan penyedia input,2) kelembagaan penyedia modal,3) kelembagaan penyedia tenaga kerja,4) kelembagaan penyedia lahan dan air,5) kelembagaan usaha tani,6) kelembagaan pengolah hasil usaha tani,7) kelembagaan pemasaran,8) kelembagaan penyedia informas (Rahardjo. 1999). Terdapat kelompok tani di desa tersebut, biasanya warga menyebutnya KAMITUWO. Untuk pengolahan hasil pertanian, Pak saturi t tidak mengaitkan lembaga apapun dalam pengolahan hasil pertanian. Terdapat pula lembaga irigasi HIPPA yang menangani kebutuhan pengairan pertanian di desa Pak Saturi. Selain itu juga terdapat lembaga permodalan untuk membantu petani di sana yang mempunyai kendala dalam keuangan dalam kegiatan produksinya. 14

16 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Menurut narasumber yang kami wawancarai, Pak Saturi adalah seorang petani berusia 56 tahun yang telah sepuluh tahun berkecimpung di bidang tersebut. Selain bekerja sebagai petani, Pak Saturi juga memelihara kerbau, ada 4 ekor kerbau orang lain yang ia pelihara. Sawahnya merupakan lahan dengan status lahan bagi hasil maro. Sawah tersebut hanya digunakan untuk menanam padi. Sedangkan lahan tegal miliknya sendiri, ia tanami tebu. Banyak diantara petani di desa ini yang masih enggan untuk mengikuti gapoktan, padahal dengan mengikuti gapoktan mereka dapat menambah wawasan serta pertanian yang ia terapkan dapat berkembang seiring dengan kemajuan teknologi yang ada, petani di desa ini banyak yang masih takut untuk mencoba hal baru karena mereka takut jika nantinya produksinya menurun, karena sejak mereka kecil telah diajari oleh orang tua mereka. Hasil yang mereka peroleh juga masih dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa mempertimbangkan keuntungan,sebaiknya dalam kegiatan pertanian yang dilakukan oleh narasumber lebih diarahkan ke penjualan atau pasar agar dapat dihasilkan keuntungan yang lebih tinggi Saran 1. Narasumber sebaiknya mengikuti kegiatan Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) 2. Diharapkan hasil pertanian tidak untuk di konsumsi untuk memenuhi kebutuhan sendiri. 15

17 DAFTAR PUSTAKA Anonim a,2013.pengertian Kamituwo.[online] /01/tugas-pengurus-dan-perangkat-desa.html) Anonim b Pola-Pola Kebudayaan Masyarakat Pedesaan..[online]. Chairunas, Tamrin, M.Nasir Ali, dan T.M. Fakhrizal, Efisiensi Pemupukan NPK dan Pupuk Alternatif pada Padi Sawah Lahan rigasi di Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Laporan hasil pengkajian SUT, LPTP Banda Aceh. Hilman, C "Hubungan Karakteristik Petani dengan Sumber dan Kebutuhan Informasi untuk Pengembangan Agribisnis (Studi Kasus Petani Padi di Desa Padahurip Kecamatan Banjarwangi Kabupaten Garut)". Skripsi. Program Studi Managemen Agribisnis Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Kolopaking, Lala M, dkk Sosiologi Umum. Bogor : Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian IPB. Murdiyatmoko, Janu Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Jakarta : Grafindo. Rahardjo Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Soerpardi, N.Nujaya, A. Kasno, Supardi Arja Kusuma, Moersidi, S dan J. Sri Adiningsih Status Hara P dan K Serta Sifat-sifat Tanah Sebagai Penduga Kebutuhan Pupuk Padi Sawah di Pulau Lombok. Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk No. 12, hal Wijayanti, Wahyu Asih "Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur; Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon Terhadap Peningkatan Produktivitas Tebu". Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. 16

18 Dokumentasi kegiatan : LAMPIRAN Bapak Saturi beserta istri, Ibu Nuriyati Foto bersama Pak Saturi 17

ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO. Kelompok 5

ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO. Kelompok 5 ASPEK SOSIOLOGIS DALAM USAHA PERTANIAN RAKYAT DI DUSUN KREWE DESA GUNUNGREJO Kelompok 5 1. AMUL HEKSA BAJAFITRI 125040201111131 2. ANISA SILVIA 125020201111152 3. AMANU BUDI SETYO U 125040201111208 4.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH

TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH TEKNOLOGI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN IRIGASI DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH Oleh : Chairunas, Basri AB, Tamrin, M.. Nasir Ali dan T.M. Fakhrizal PENDAHULUAN Kelebihan pemakaian dan atau tidak tepatnya

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH Oleh : Chairunas, Adli Yusuf, Azman B, Burlis Han, Silman Hamidi, Assuan, Yufniati ZA,

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA Lampiran 1 Questioner ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA 1. Pertanyaan dalam Kuisioner ini tujuannya hanya semata-mata untuk penelitian

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida 5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rata-rata penerimaan kotor antar varietas padi terdapat perbedaan, kecuali antara

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi 45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR PRODUKSI UBI JALAR DI BOGOR No. Responden : Nama Responden : Alamat : Desa/Kelurahan : Kecamatan : Kabupaten : Bogor Provinsi : Jawa Barat Tanggal Wawancara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup penting keberadaannya di Indonesia. Sektor inilah yang mampu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, sehingga

Lebih terperinci

KUISIONER PRAKTIKUM LAPANG ILMU USAHATANI (Responden : Petani)

KUISIONER PRAKTIKUM LAPANG ILMU USAHATANI (Responden : Petani) I. GAMBARAN UMUM RESPONDEN KUISIONER PRAKTIKUM LAPANG ILMU USAHATANI (Responden : Petani) a. Tanaman di usahakan : ( ) Padi, ( ) Palawija, ( ) Hortikultura, ( ) Lainnya :. b. Luas lahan : Ha c. Luas Lahan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur

Lampiran 1. Pengukuran Variabel. Tabel 1. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur LAMPIRAN 89 90 Lampiran. Pengukuran Variabel Tabel. Pengukuran variabel profil anggota kelompok tani Sri Makmur Indikator Kriteria. Umur 5-40 tahun 4-55 tahun >55. Pendidikan formal > 8 tahun -7 tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi manusia yang meningkat mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia yang tidak terbatas namun kondisi sumberdaya alam terbatas. Berdasarkan hal tersebut, ketidakseimbangan

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA) Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT PENDAHULUAN

RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT PENDAHULUAN RAKITAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI DI LAHAN GAMBUT Oleh : Chairunas, Yardha,Adli Yusuf, Firdaus, Tamrin, M.Nasir Ali PENDAHULUAN Rendahnya produktivitas komoditas tanaman pangan dalam skala usahatani di lahan

Lebih terperinci

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SRI SUATU ALTERNATIVE PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH (PADI) YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Indratmo Soekarno Departemen Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, email: indratmo@lapi.itb.ac.id, Tlp

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Daerah Penelitian 1. Kondisi wilayah penelitian a. Letak dan batas wilayah Kabupaten Klaten adalah kabupaten yang berada di antara kota jogja dan kota solo. Kabupaten

Lebih terperinci

Budi Daya Padi di Sumatera Barat Masalah dan Penanggulangannya. ~Ringkasan Proyek Peningkatan Teknologi Budi Daya Padi di Sumatera Barat 1~

Budi Daya Padi di Sumatera Barat Masalah dan Penanggulangannya. ~Ringkasan Proyek Peningkatan Teknologi Budi Daya Padi di Sumatera Barat 1~ Budi Daya Padi di Sumatera Barat Masalah dan Penanggulangannya ~Ringkasan Proyek Peningkatan Teknologi Budi Daya Padi di Sumatera Barat 1~ Keinginan, permasalahan, dan penanggulangannya terkait budi daya

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI IRIGASI Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu petani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA MAHASISWA FIELDTRIP MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) ASPEK SOSIAL EKONOMI

LEMBAR KERJA MAHASISWA FIELDTRIP MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) ASPEK SOSIAL EKONOMI LEMBAR KERJA MAHASISWA FIELDTRIP MANAJEMEN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) ASPEK SOSIAL EKONOMI Kegiatan 1 1. Secara berkelompok mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi asset sumber daya yang terkait dengan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Lokasi Penelitian Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah Desa sebagai berikut Batas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa

4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Letak Geografis dan Topografis Desa 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Desa Penelitian Gambaran umum desa penelitian diperoleh dari monografi desa, meliputi letak geografis dan topografis desa, luas lahan dan tata guna tanah, keadaan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Eka Rastiyanto Amrullah¹ dan Sholih Nugroho Hadi² ¹Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Ciptayasa KM 01 Ciruas Serang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada 64 petani maka dapat diketahui 5 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. Identitas Petani Dalam penelitian ini yang menjadi petani diambil sebanyak 6 KK yang mengusahakan padi sawah sebagai sumber mata pencaharian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.

I PENDAHULUAN. pertanian yang dimaksud adalah pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk Indonesia yang tinggal di pedesaan, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Letak Geografis Desa Beji Lor Desa Beji Lor merupakan salah satu desa di Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak

Lebih terperinci

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan

1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Kelompok tani sehamparan 1 LAYANAN KONSULTASI PADI TADAH HUJAN Pilih kondisi lahan sawah Anda: O Irigasi O Tadah hujan O Rawa pasang surut Apakah rekomendasi pemupukan yang diperlukan akan digunakan untuk: O lahan sawah individu

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 17 BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Kuliah Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Karangtaji Rt 02 Rw 04 Kecamatan Karangpandan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan ABSTRAK PENDAHULUAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SELUMA Studi Kasus: Lahan Sawah Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Ahmad Damiri dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN VI KARAKTERISTIK PETANI RESPONDEN 6.3. Gambaran Umum Petani Responden Gambaran umum petani sampel diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan para petani yang menerapkan usahatani padi sehat dan usahatani

Lebih terperinci

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS)

PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN. Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS) PAPER TUTORIAL PENGANTAR EKONOMI PERTANIAN Kebijakan Produksi (Intesifikasi melalui BIMAS) Disusun Oleh Kelompok 1: Nurul Setyaningsih 115040200111086 Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nurhadi 115040201111172

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi... PENDAHULUAN P ada dasarnya pengelolaan tanaman dan sumber daya terpadu (PTT) bukanlah suatu paket teknologi, akan tetapi lebih merupakan metodologi atau

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto 1), Sri Wahyuni

Lebih terperinci

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN

1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN GOL. LUAS LAHAN (m 2 ) 1. JUMLAH RTUP MENURUT GOL. LUAS LAHAN ST.2003 ST.2013 PERUBAHAN RTUP RTUP (juta) (%) (juta) (juta) < 1000 9.38 4.34-5.04-53.75 1000-1999 3.60 3.55-0.05-1.45 2000-4999 6.82 6.73-0.08-1.23

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan iklim tropis yang sangat cocok untuk pertanian. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Indonesia yaitu sebagai petani. Sektor

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT Penerapan Padi Hibrida Pada Pelaksanaan SL - PTT Tahun 2009 Di Kecamatan Cijati Kabupaten Cianjur Jawa Barat Sekolah Lapang (SL) merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT Handoko Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Lahan sawah intensif produktif terus mengalami alih fungsi,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Identitas petani merupakan gambaran umum petani di wilayah peri-urban Kabupaten Sleman. Identitas petani yang dimaksud meliputi usia, tingkat pendidikan terakhir,

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan

GAMBARAN UMUM DAERAH. mempunyai luas wilayah sebesar Ha. Secara administratif Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH A. Keadaan Alam Kecamatan Pandak merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan Pandak mempunyai luas wilayah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi 4 tahap penggunaan Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super Tugama) 1. Persiapan Benih 2. Pengolahan tanah atau lahan tanaman 3. Pemupukan 4.

Lebih terperinci