POINTERS BISNIS DAN HAM: MENURUNKAN PRINSIP MENJADI PRAKTIK. Disusun oleh: Asep Mulyana, SIP, MA
|
|
- Shinta Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 POINTERS BISNIS DAN HAM: MENURUNKAN PRINSIP MENJADI PRAKTIK Disusun oleh: Asep Mulyana, SIP, MA Alumnus S2 Ilmu Politik, Konsentrasi HAM dan Demokrasi Universitas Gadjah Mada University of Oslo (Norway) Disampaikan pada Diskusi Kolaborasi Antara Bisnis dan Hak Asasi Manusia, diselenggarakan oleh Lembaga kajian Keilmuan (LK2) Fakultas Hukum, Universitas Indonesia (UI), Depok, 4 Nopember 2014
2 POINTERS Bisnis dan HAM: Menurunkan Prinsip Menjadi Praktik Oleh Asep Mulyana, SIP, MA Alumnus S2 HAM dan Demokrasi Universitas Gadjah Mada & University of Oslo 1. Bisnis dan HAM menjadi wacana dominan belakangan ini dalam diplomasi HAM internasional segera setelah Utusan Khusus Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Bisnis dan HAM, John Ruggie, merilis Guiding Principles on Business and Human Rights: Implementing the United Nations Protect, Respect and Remedy Framework pada 2011 dalam Sidang HAM PBB. Dokumen yang kemudian lebih dikenal sebagai Ruggie s Principles atau UNGP (UN Guiding Principles) telah mengubah paradigma lama dalam rejim HAM internasional Paradigma lama menempatkan negara pada posisi sentral sebagai pemangku kewajiban (duty-holder) dan individu ditempatkan sebagai pemegang hak (rightsholder). Dalam dua norma utama HAM Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (KIHSP) dan Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (KIHESB) negara bertanggung jawab untuk menghormati, melindungi, dan memenuhi HAM. Adapun aktor nonnegara, termasuk perusahaan, bukanlah pemangku kewajiban. Alhasil, perusahaan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban hukum (legal responsibillity) untuk menghormati HAM. Paradigma baru merebak sejak 1990-an ketika berserak fakta mengenai kehadiran perusahaan, khususnya perusahaan multinasional, dalam sejumlah pelanggaran HAM yang serius di negara tempat perusahaan multinasional itu beroperasi. Sejak itu muncul komunitas HAM internasional mewacanakan pentingnya aktor nonnegara, dalam hal ini perusahaan, ditarik sebagai pemangku kewajiban dalam rejim HAM. Menurut paradigma baru ini, perusahaan multinasional atau badan-badan hukum lain di luar negara dapat dimintai pertanggungjawabannya secara hukum (legal responsibillity) atas pelanggaran HAM yang mungkin mereka lakukan Jika ditarik ke belakang, kegelisahan komunitas internasional diawali oleh insiden di Nigeria yang melibatkan Royal Dutch Shell pada Shell dinilai terlibat dalam eksekusi terhadap sastrawan dan aktivis lingkungan Nigeria, Ken Saro-Wiwa dan delapan pengikutnya. 3 Saro-Wiwa melancarkan kritik keras atas operasi Shell yang dianggap telah mencemarkan lingkungan di Delta Sungai Niger. Saro-Wiwa memperjuangkan pembagian kekayaan minyak yang adil dan menuntut diakhirinya perusakan tanah milik orang Ogoni Sejak insiden itu, Lembaga-lembaga internasional yang bekerja untuk isu HAM, seperti Human Rights Watch dan Amnesty International, mulai meletakkan isu bisnis dan HAM dalam agenda kerja mereka. Mereka juga meningkatkan tekanan terhadap tanggung jawab perusahaan atas dampak negatif terhadap penikmatan hak-hak dasar warga yang tinggal di sekitar perusahaan. 5 1 Asep Mulyana. (2012). Mengintegrasikan HAM ke Dalam Kebijakan dan Praktik Perusahaan. Jurnal HAM, Vol VIII, Ifdhal Kasim, 2010, Tanggungjawab Perusahaan terhadap Pemenuhan Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (paper dalam Lokakarya Nasional Komnas HAM, tidak diterbitkan). 3 Florian Wettstein, 2009, Multinational Corporations and Global Justice: Human Rights of a Quasi-Governmental Institution, Stanford University Press, California 4 Lihat diunduh pada 17 Desember Florian Wettstein. op.cit.
3 5. Dampak operasi perusahaan terhadap tercerabutnya hak-hak asasi manusia makin meruyak di berbagai belahan dunia (Lihat Tabel 1). 6 Situasi inilah yang mendorong komunitas internasional untuk mengarahkan tanggung jawab HAM ke aktor nonnegara yang makin kuat posisi ekonomi-politiknya itu. TABEL 1 Operasi perusahaan multinasional yang berdampak negatif terhadap HAM, khususnya hak masyarakat adat di berbagai negara Perusahaan Negara Dampak Ecuador Oil Developments Ecuador Waorani dan masyarakat adat [Petroequador, Maxus Oil Co.] lainnya tergusur dari tanahnya, kanekaragaman hayati hilang, air terkena racun, dan kerusakan lingkungan secara massif karena tumpahan minyak. Total, Unocal [Union Oil Company of California] Royak Dutch Shell Tanzania Wheat Project Borneo Logging [Mitshubishi] Western Desert Mining [Rio Tinto Zinc]. Uranium Mining [Kerr-McGee] Agricultural Project [Swft- Armour, King Ranch] Burma Nigeria Tanzania Malaysia Australia New Mexico Brasil Terlibat dalam pelanggaran hak-hak buruh dan menggunakan budak. Perusakan lingkungan, penindasan, perampasan milik rakyat Ogoni, penangkapan dan penahanan dengan sewenang-wenang, dan menghukum mati aktivis lingkungan. Pemindahan secara paksa, pelecehan dan penahanan, serta pengurangan akses. Perusahakan hutan, dan penindasan atas suku punan dan masyarakat asli lainnya. Aborigin tergusur dari wilayah tradisionalnya, polusi dan perusakan sumber daya. Penambang-penambang Navajo menderita kanker dan penyakit lainnya, tetapi mendapat kompensasi dan bantuan sangat minimal. Pembersihan hutan dan timbulnya konflik-konflik sosial. 6 K Robert Hitchock Indegenous Peoples, Multinational Corporations and Human Rights. Indigenous Affairs, IWGIA, No.2. dalam Ifdhal Kasim Tanggungjawab Perusahaan terhadap Pemenuhan Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (paper dalam Lokakarya Nasional Komnas HAM, makalah tidak diterbitkan).
4 6. Kesadaran tentang pentingnya tanggung jawab perusahaan atas dampak HAM meningkat cepat pada akhir 1990-an hingga awal Inisiatif-inisiatif baru lahir, ditandai oleh lahirnya beberapa dokumen, antara lain: 7 a. Draft Norms on the Responsibilities of Transnational Corporations and Other Business Enterprises with Regard to Human Rights (Selanjutnya: Draft Norms). Dokumen ini disusun pada akhir 1990-an dan diterbitkan pada Norma ini mengikat perusahaan secara langsung di bawah hukum HAM internasional, meskipun negara tetap dipandang sebagai pemangku kewajiban utama. Namun norma tersebut ditentang kelompok bisnis, sehingga Komisi HAM PBB batal mengadopsi dokumen tersebut. Komisi HAM PBB lalu meminta Sekjen PBB untuk mengangkat Perwakilan Khusus PBB untuk Bisnis dan HAM, John Ruggie, untuk mengklarifikasi peran dan tanggung jawab negara, perusahaan, dan aktor lain dalam bisnis dan HAM.. b. The United Nations Global Compact (UNGC) yang diinisiasi oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB pada Forum Ekonomi Dunia UNGC mewajibkan perusahaan untuk mengadopsi isu HAM, standar perburuhan, dan perlindungan lingkungan, dan sikap antikorupsi dalam kebijakan perusahaannya. c. Prinsip Sukarela Bersama UK-USA tentang Keamanan dan HAM (2000). d. The OECD Guidelines for Multinational Enterprises. Dokumen ini berisi pedoman dan rekomendasi yang ditujukan untuk komunitas bisnis dalam rangka meningkatkan penghormatan HAM. e. The ILO Tripartite Declaration of Principles Concerning Multinational Enterprises and Social Policy. Dokumen ini menjadi pedoman perusahaan terkait hak-hak pekerja. f. The World Bank Policy on Indigenous Peoples and Draft Policy on Involuntary Resettlement. g. Amnesty International s Human Rights Guidelines for Companies h. Guiding Principles on Business and Human Rights: Implementing the United Nations Protect, Respect and Remedy Framework pada 2011 yang dikeluarkan oleh Perwakilan Khusus PBB untuk Bisnis dan HAM, John Ruggie (Prinsipprinsip Ruggie). 7. Dokumen yang lebih dikenal sebagai Prinsip-prinsip Ruggie berbasis pada 3 pilar 8, yaitu: a. Tanggung jawab negara untuk melindungi HAM dari pelanggaran oleh pihak ketiga, termasuk perusahaan, melalui kebijakan, pengaturan, dan keputusan yang layak. Negara tetap memegang peran utama dalam mencegah pelanggaran HAM. b. Tanggung jawab perusahaan untuk menghormati HAM dimana mensyaratkan adanya aksi yang sungguh-sungguh untuk menghindari pelanggaran HAM oleh pihak lain dan menyelesaikan dampak negatif dari bekerjanya perusahaan 7 Asep Mulyana Membangun Corporate Social Rsponsibility (CSR) yang Berperspektif HAM. Makalah yang disampaikan pada Roundtable Discussion ASEAN Economic Community and Corporate Social Responsibility/Corporate Citizenship, diselenggarakan oleh Trade Knowledge Network (TKN), International Institute for Sustainable Development (IISD), dan Habibie Center. Makalah tidak diterbitkan. 8 John Ruggie Guiding Principles on Business and Human Rights: Implementing the United Nations Protect, Respect and Remedy Framework (United Nations: New York). Document reference A/HRC/17/31.
5 tersebut. Perusahaan diharuskan memiliki pernyataan komitmen untuk menghormati HAM, melakukan penilaian atas dampak HAM, serta mengintegrasikan prinsip-prinsip penghormatan HAM dalam proses, fungsi, dan kebijakan internal. c. Akses yang luas bagi warga korban pelanggaran HAM untuk memperoleh skema pemulihan efektif, baik secara yudisial maupun nonyudisial. Mekanisme pengaduan yang efektif dalam perusahaan wajib disediakan sebagai mekanisme untuk menghormati HAM. Negara harus melakukan langkah dalam yusrisdiksi mereka untuk memastikan korban memiliki akses untuk pemulihan efektif melalui cara yudisial, administratif, legislatif, atau cara lainnya. 8. Bentuk penghormatan HAM oleh perusahaan ditandai oleh beberapa hal, antara lain: a. Perusahaan harus mengekspresikan komitmen mereka terhadap HAM melalui pernyataan kebijakan HAM; b. Perusahaan harus melakukan proses yang sungguh-sungguh untuk mengidentifikasi, mencegah, mengurangi, dan menghitung dampak dan penyelesaian masalah HAM yang timbul atas kegiatan mereka. Temuan-temuan atas proses itu harus diintegrasikan ke dalam proses dan fungsi internal, termasuk adanya alokasi anggaran untuk merespon dampak negatif secara efektif; c. Perusahaan harus membangun proses yang memungkinkan pemulihan atas dampak negatif yang timbul karena aktivitas mereka, termasuk membangun mekanisme pengaduan/keluhan yang efektif. 9. Kebijakan dan operasi perusahaan di Indonesia secara umum belum patuh pada norma dan prinsip bisnis dan HAM. Perusahaan-perusahaan besar yang bergerak di sektor pengelolaan SDA, baik di sektor kehutanan, perkebunan maupun pertambangan, melahirkan dampak buruk bagi penikmatan HAM. Sengketa hak atas tanah, kerusakan alam, pencemaran air dan udara, ketimpangan sosial, keterbelakangan ekonomi, yang berujung pada konflik dan kekerasan sosial, saat ini menjadi fenomena sosial yang marak di berbagai daerah di Indonesia. 10. Asumsi ini diperkuat oleh data pengaduan warga yang masuk ke Komnas HAM. Pada Januari November 2012, Komnas HAM menerima pengaduan terkait perusahaan sebanyak berkas dari berkas yang masuk. Perusahaan adalah aktor kedua setelah Polri (1.635 berkas) yang paling banyak diadukan oleh warga yang merasa hak-haknya dirampas. Dari pengaduan sebanyak ini, tiga isu terbanyak yang diadukan terkait sengketa lahan (399 berkas), ketenagakerjaan (276 berkas), dan lingkungan (72 berkas). Angka-angka ini merefleksikan bahwa perusahaan merupakan aktor nonnegara yang berpotensi besar menjadi aktor pelanggar HAM di masa depan (Lihat Tabel 2).
6 Tabel 2 Tipologi pelanggaran HAM oleh korporasi No Tipologi pelanggaran HAM Jumlah 1 Sengketa lahan Sengketa ketenagakerjaan Perusakan lingkungan 72 4 Kasus yang berkaitan dengan TKI 48 5 Penggusuran 15 6 Sengketa rumah dinas 3 7 Lain-lain 196 Sumber: Data Pengaduan Komnas HAM Total Dalam beberapa kasus pelanggaran HAM yang melibatkan perusahaan di Indonesia, sejumlah hak dasar warga terlanggar, termasuk tapi tidak terbatas pada: hak atas kesejahteraan (hak milik [tanah], ganti rugi ketika terjadi pencabutan hak milik, hak atas pekerjaan, hak pekerja [upah, diskriminasi dan kesamaan kesempatan dalam bekerja, keamanan tempat kerja, pekerja anak dan pekerja paksa, jam bekerja dan Upah Minimum, Kebebasan Berkumpul dan Berorganisasi, mogok, hak pekerja perempuan, hak anak untuk tidak dipekerjakan], hak bertempat tinggal dan berkehidupan layak, jaminan social, hak kelompok rentan perempuan, anak, penyandang disabilitas, lansia), hak atas kesehatan, hak atas lingkungan, hak masyarakat adar, hak atas rasa aman (perlindungan diri dan keluarga, ancaman ketakutan, bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan yang kejam, tidak manusiawi, merendahkan derajat dan martabat kemanusiaannya, bebas dari penghilangan paksa dan penghilangan nyawa, penangkapan sewenang-wenang, pengasingan). 12. Menimbang kondisi di atas, upaya mengikat perusahaan sebagai bagian dari aktor yang dapat dimintai pertanggungjawaban dalam penghormatan HAM menjadi suatu usaha yang penting. Implementasi prinsip-prinsip Ruggie dalam kebijakan dan operasi perusahaan menjadi langkah segera yang harus diambil. Meskipun di dalam rejim HAM internasional sendiri, Prinsip-prinsip Ruggie ini belum menjadi norma yang mengikat secara hukum, namun sebagai seruan moral, Prinsip-prinsip Ruggie ini dapat dikatakan berhasil. Terbukti saat ini sudah banyak perusahaan multinasional yang sudah mengantongi kebijakan HAM. Di Indonesia sendiri, jangankan aturan yang bersifat voluntary (sukarela), aturan yang bersifat mandatory (wajib) saja masih bisa diabaikan. Salah satu contohnya, kebijakan tentang tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility CSR) di Indonesia yang bersifat mandatory. Dengan adanya kewajiban CSR, perusahaan telah membangun program-program sosial untuk warga, namun warga seringkali
7 tidak dilibatkan dalam proses perumusan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi program-program sosial tersebut, sehingga program-program CSR seringkali tidak tepat sasaran dan tidak terkait langsung dengan kebutuhan riil warga. 13. Di lapangan, perusahaan multinasional memang telah memiliki kebijakan HAM. Namun kebijakan HAM yang menjadi komitmen mereka masih bergaung di atas kertas. HAM memang telah menjadi concern manajemen puncak perusahaan. Namun demikian, komitmen tersebut belum implementatif karena tidak didukung oleh kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan yang memadai. Mekanisme keluhan dan partisipasi warga dalam monitoring dan evaluasi kinerja HAM perusahaan yang harus dipenuhi sebagai bentuk komitmen mereka terhadap HAM sama sekali belum diaplikasikan. Alhasil, kebijakan HAM yang mereka canangkan tak lebih sebagai bentuk pencitraan untuk mendongkrak kinerja HAM perusahaan. 14. Memperhatikan pelanggaran HAM yang makin massif dilakukan oleh perusahaan, pertama-tama dibutuhkan sebuah kehendak politik untuk mengikat tanggung jawab perusahaan terhadap penghormatan HAM. Meski demikian, hal ini tidak meniadakan kehadiran negara sebagai pemangku kewajiban utama dalam hukum HAM. Penting bagi pemerintah pusat untuk membangun sebuah panduan utama bagi kebijakan dan operasi perusahaan yang sejalan-selaras dengan nilai, norma, dan prinsip HAM. 15. Di level perusahaan, dibutuhkan kehendak politik untuk menempatkan HAM sebagai prinsip utama dalam kebijakan, operasi, dan produknya. Selain itu, perusahaan juga hendaknya berpikir untuk meningkatkan kapasitas sumber daya dan kelembagaan internal, sehingga kebijakan HAM yang mereka canangkan dapat diimplementasikan dalam praktik. Upaya-upaya ini penting agar resiko dan dampak negatif terhadap HAM akibat bekerjanya perusahaan, baik hak-hak dasar pekerja internal perusahaan maupun warga yang tinggal di sekitar perusahaan, dapat dideteksi dan diantisipasi secara dini. Dengan demikian, perusahaan tidak hanya terhindar dari pelanggaran HAM, tetapi juga kontributif bagi penghormatan dan pemulihan HAM.
8 BIBLIOGRAFI Kasim, Ifdhal Tanggungjawab Perusahaan terhadap Pemenuhan Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. (paper dalam Lokakarya Nasional Komnas HAM, tidak diterbitkan). Mulyana, Asep Membangun Corporate Social Responsibility (CSR) yang Berperspektif HAM. Makalah yang disampaikan pada Roundtable Discussion ASEAN Economic Community and Corporate Social Responsibility/Corporate Citizenship, diselenggarakan oleh Trade Knowledge Network (TKN), International Institute for Sustainable Development (IISD), dan Habibie Center. Makalah tidak diterbitkan Mulyana, Asep Mengintegrasikan HAM ke Dalam Kebijakan dan Praktik Perusahaan. Jurnal HAM, Vol VIII, Ruggie, John Guiding Principles on Business and Human Rights: Implementing the United Nations Protect, Respect and Remedy Framework (United Nations: New York). Document reference A/HRC/17/31. Wettstein, Florian Multinational Corporations and Global Justice: Human Rights of a Quasi-Governmental Institution (California: Stanford University Press) Website diunduh pada 17 Desember Tentang Penulis Asep Mulyana mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Politik (SIP) pada Program Studi Ilmu Pemerintahan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogjakarta, pada Semasa mahasiswa, Asep Mulyana aktif di Majalah Mahasiswa Balairung UGM. Setelah lama bekerja di dunia media, sejak Asep Mulyana bekerja sebagai peneliti di Komnas HAM. Pada 2008, Asep Mulyana menjadi salah seorang penerima beasiswa EQUITAS untuk International Human Rights Training Programme (IHRTP) di Montreal, Kanada. Pada tahun yang sama (2008), Asep Mulyana meraih NORAD s Programme for Master Studies (NOMA) Scholarship untuk melanjutkan studi Pascasarjana (S2) Jurusan Ilmu Politik, Konsentrasi HAM dan Demokrasi, di UGM dan Universitetet i Oslo (Norway). Asep Mulyana bisa dihubungi melalui asepmulyana02@yahoo.com, atau melalui HP:
PAPER MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN
PAPER MENGINTEGRASIKAN HAM KE DALAM KEBIJAKAN DAN PRAKTIK PERUSAHAAN Disusun oleh: Oleh Asep Mulyana, SIP, MA Alumnus S2 Ilmu Politik, Konsentrasi HAM dan Demokrasi Universitas Gadjah Mada University of
Lebih terperinciKerangka Tiga Pilar Bisnis & HAM: Uji Tuntas HAM
Kerangka Tiga Pilar Bisnis & HAM: Uji Tuntas HAM Iman Prihandono, Ph.D Ketua Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum, Universitas Airlangga email: iprihandono@fh.unair.ac.id Bagaimanakah bisnis mempengaruhi
Lebih terperinciMakalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan
Makalah WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan Yogyakarta, 13-15 November 2007 Mengembangkan Tanggung Jawab Hak Asasi Manusia Perusahaan Transnasional
Lebih terperinciTANGGUNG JAWAB NEGARA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORASI
TANGGUNG JAWAB NEGARA DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORASI KURSUS HAM ELSAM - BOGOR, 16 JANUARI 2015 NUR KHOLIS Special Rapporteur on Human Rights and Business INDONESIAN NATIONAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS
Lebih terperinciInstrumen Pertanggungjawaban Perusahaan: Perbandingan antara OECD Guidelines, ISO26000 & UN Global Compact
Instrumen Pertanggungjawaban Perusahaan: Perbandingan antara OECD Guidelines, ISO26000 & UN Global Compact Materi ini adalah terjemahan dari buku Martje Theuws and Mariette van Huijstee, Corporate Responsibility
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciMarzuki Usman PENDIRI FIHRRST
HUMAN RIGHTS ON SUSTAINABLE BUSINESS Marzuki Usman PENDIRI FIHRRST J a k a r t a, 1 6 M a r e t 2017 fihrrst.org Improving Sustainable Business Actions: Exploring Alternative Way of Public Private Partnership
Lebih terperinciSIARAN PERS. Catatan Akhir Tahun 2012: Saatnya Merajut Toleransi dan Kohesi Sosial!
SIARAN PERS Catatan Akhir Tahun 2012: Saatnya Merajut Toleransi dan Kohesi Sosial! Komisi Nasional Hak Asasi Manusia 11 Desember 2012 1 Catatan Akhir Tahun 2012: Saatnya Merajut Toleransi dan Kohesi Sosial!
Lebih terperinciLAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN NOVEMBER 2016
LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN NOVEMBER 2016 Pendahuluan Fungsi pokok Komnas HAM yang dikenal rakyat Indonesia adalah menerima dan memeriksa kasus atau peristiwa
Lebih terperinciRISALAH KEBIJAKAN. Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia
RISALAH KEBIJAKAN Mendorong Regulasi Penggusuran Sesuai dengan Standar Hak Asasi Manusia LBH Jakarta November 2015 Tim Penyusun: Alldo Fellix Januardy, Yunita, & Riesqi Rahmadhiansyah RISALAH KEBIJAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciMENGHORMATI SESAMA DAN MASYARAKAT: PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA. 1 Oktober 2016.
MENGHORMATI SESAMA DAN MASYARAKAT: PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA 1 Oktober 2016.. DAFTAR ISI Pendahuluan 4 Cara kami menerapkan standar kami 5 Standar-standar kami 5 Karyawan 5 Nasabah 6 Komunitas
Lebih terperinciLAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2017
LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 17 Pendahuluan Komnas HAM mau tidak mau harus diakui menjadi lembaga pertahanan terakhir bagi warga sipil untuk memperjuangkan
Lebih terperinciLAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2016
LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JULI 2016 Pendahuluan Fungsi pokok Komnas HAM yang dikenal rakyat Indonesia adalah menerima dan memeriksa kasus atau peristiwa
Lebih terperinciLAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN SEPTEMBER 2016
LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN SEPTEMBER 2016 Pendahuluan Fungsi pokok Komnas HAM adalah menerima dan memeriksa kasus atau peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran
Lebih terperinciKebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet
Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi di Internet Oleh Asep Mulyana Revolusi teknologi informasi yang ditandai oleh kehadiran Internet telah mengubah pola dan gaya hidup manusia yang hidup di abad modern,
Lebih terperinciMAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta
PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Santika Makassar, 30 Mei 2 Juni 2011 MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta Ifdhal Kasim
Lebih terperinciLAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JUNI 2016
LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN JUNI 6 Pendahuluan Fungsi pokok Komnas HAM yang dikenal rakyat Indonesia adalah menerima dan memeriksa kasus atau peristiwa yang
Lebih terperinciHak atas Informasi dalam Bingkai HAM
Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM Oleh Asep Mulyana Hak atas informasi atau right to know merupakan hak fundamental yang menjadi perhatian utama para perumus DUHAM. Pada 1946, majelis umum Perserikatan
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara
BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian
Lebih terperinciProblem Pelaksanaan dan Penanganan
Problem Pelaksanaan dan Penanganan Pelanggaran Hak Atas Pangan Sri Palupi Institute t for Ecosoc Rights Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya: Prospek
Lebih terperinciMAKALAH HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta
PEMERKUATAN PEMAHAMAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK HAKIM SELURUH INDONESIA Hotel Grand Angkasa Medan, 2-5 Mei 2011 MAKALAH HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta
Lebih terperinciperkebunan kelapa sawit di Indonesia
Problem HAM perkebunan kelapa sawit di Indonesia Disampaikan oleh : Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M Dalam Workshop : Penyusunan Manual Investigasi Sawit Diselenggaran oleh : Sawit Watch 18 Desember 2004,
Lebih terperinciMAKALAH. Hak Sipil & Politik: Sebuah Sketsa. Oleh: Ifdhal Kasim (Ketua KOMNAS HAM RI)
PELATIHAN HAM DASAR DOSEN HUKUM HAM SE-INDONESIA Jogjakarta Plaza Hotel, 26-30 September 2011 MAKALAH Hak Sipil & Politik: Sebuah Sketsa Oleh: Ifdhal Kasim (Ketua KOMNAS HAM RI) Ifdhal Kasim Komisi Nasional
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
22 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penahanan Aung San Suu Kyi 1. Pengertian Penahanan Penahanan merupakan proses atau perbuatan untuk menahan serta menghambat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 2006),
Lebih terperinciPengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID
Pengantar Memahami Hak Ekosob M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID Manusia dan Perjuangan Pemajuan Hak Asasinya Semua manusia memperjuangkan hak hidup layak. Agama menginspirasi perjuangan manusia itu. Berbagai
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION ON THE ELIMINATION OF ALL FORMS OF RACIAL DISCRIMINATION 1965 (KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENGHAPUSAN
Lebih terperinciDisampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya: Prospek dan Tantangan, diselenggarakan oleh Pusat
Kovenan Hak Sipil & Politik Ifdhal Kasim Disampaikan dalam acara Workshop Memperkuat Justisiabilitas Hakhak Ekonomi, Sosial dan Budaya: Prospek dan Tantangan, diselenggarakan oleh Pusat Studi HAM UII,
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
- 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciUrgensi Pengembangan Indikator HAM
Urgensi Pengembangan Indikator HAM Oleh Pihri Buhaerah Pendahuluan Gerakan dan pegiat pembangunan sudah sejak lama mengembangkan indikator-indikator yang terarah dan terukur dalam mengevaluasi kemajuan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 1999 KONVENSI. TENAGA KERJA. HAK ASASI MANUSIA. ILO. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciUNOFFICIAL TRANSLATION
UNOFFICIAL TRANSLATION Prinsip-prinsip Siracusa mengenai Ketentuan Pembatasan dan Pengurangan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik Annex, UN Doc E / CN.4 /
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM
Lebih terperinciKewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional. Ifdhal Kasim
Kewajiban Negara Pihak terhadap Pelaksanaan Instrumen-instrumen HAM Internasional Ifdhal Kasim Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Instrumen yang Diratifikasi
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I
LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN 2015-2019 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Komitmen Negara Republik
Lebih terperinciLAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN FEBRUARI 2018
LAPORAN BULANAN SIDANG PARIPURNA BAGIAN DUKUNGAN PELAYANAN PENGADUAN BULAN FEBRUARI A. Laporan Data Penerimaan Pengaduan Pada sampai dengan 3 Januari, Komnas HAM melalui Subbagian Penerimaan dan Pemilahan
Lebih terperinciPoint penting dari diskusi Panel Dalam First Session IGWG Meeting on Binding Treaty for TNCs (6-10 July 2015):
Point penting dari diskusi Panel Dalam First Session IGWG Meeting on Binding Treaty for TNCs (6-10 July 2015): Panel 1 Intinya tidak ada pertentangan antara The GP dengan legally binding treaty process,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Forest People Program (FPP) menemukan bahwa di negara dunia ketiga,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Forest People Program (FPP) menemukan bahwa di negara dunia ketiga, banyak kebijakan dan program pembangunan yang mengarah pada diskriminasi terhadap masyarakat adat.
Lebih terperinciDiadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002
Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang
Lebih terperinciLAPORAN TEMATIK TENTANG BISNIS DAN HAM. Kabut Asap dan Urgensi Adopsi United Nations Guiding Principles (UNGP) dalam Hukum Indonesia
LAPORAN TEMATIK TENTANG BISNIS DAN HAM Kabut Asap dan Urgensi Adopsi United Nations Guiding Principles (UNGP) dalam Hukum Indonesia SETARA Institute, Jakarta 1 November 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF I. Tentang
Lebih terperinciHAK ATAS PERUMAHAN YANG LAYAK: MASYARAKAT ADAT/BANGSA PRIBUMI
Makalah ADVANCED TRAINING Hak-hak Masyarakat Adat (Indigenous Peoples' Rights) Bagi Dosen Pengajar HAM di Indonesia Yogyakarta, 21 24 Agustus 2007 HAK ATAS PERUMAHAN YANG LAYAK: MASYARAKAT ADAT/BANGSA
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciMAKALAH. Kelompok Rentan, HAM & Tanggungjawab Polisi. Oleh: M. Syafi ie, S.H. PUSHAM UII Yogyakarta
Training HAM Lanjutan Bagi Tenaga Pendidik Akpol Perlindungan Terhadap Kelompok Rentan (Vulnerable Groups) Hotel Horison Semarang, 15-17 Januari 2014 MAKALAH Kelompok Rentan, HAM & Tanggungjawab Polisi
Lebih terperinciARTI PENTING PEMAJUAN DAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP PANDUAN PBB UNTUK BISNIS DAN HAM DI INDONESIA
ARTI PENTING PEMAJUAN DAN PELAKSANAAN PRINSIP-PRINSIP PANDUAN PBB UNTUK BISNIS DAN HAM DI INDONESIA (United Nations Guiding Principles on Business and Human Rights) Disusun Oleh : Sugeng Bahagijo Beka
Lebih terperinciTujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:
Jakarta 14 Mei 2013 Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945: a. Pertama, dimensi internal dimana Negara Indonesia didirikan dengan tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciSIARAN PERS. Catatan Akhir Tahun 2011: Arus Balik Penikmatan HAM
SIARAN PERS Catatan Akhir Tahun 2011: Arus Balik Penikmatan HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Desember 2011 1 Catatan Akhir Tahun 2011: Arus Balik Penikmatan HAM Pengantar 1. Komisi Nasional Hak Asasi
Lebih terperinci15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional
Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15A Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15A/ 1 NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN
Lebih terperinciK189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011
K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 2 K-189: Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011 K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi
Lebih terperinci1 LATAR 3 TEMUAN 7 KETIDAKMAMPUAN
Daftar isi TERLANGGARNYA HAK PEREMPUAN ATAS RASA AMAN Hasil Pemantauan Hak Perempuan atas Rasa Aman di Transportasi Publik hal : 1 LATAR BELAKANG 3 TEMUAN PEMANTAUAN PEREMPUAN 7 KETIDAKMAMPUAN NEGARA MENJAMIN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA)
Lebih terperinciPOINTERS. Konglomerasi Media di Era Digital dan Kebebasan Informasi. Disusun oleh: Asep Mulyana, SIP, MA
POINTERS Konglomerasi Media di Era Digital dan Kebebasan Informasi Disusun oleh: Asep Mulyana, SIP, MA Bagian Pengkajian dan Penelitian Biro Pemajuan Hak Asasi manusia Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Lebih terperinciBahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional
Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Oleh Agung Putri Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Implementasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan dapat dikatakan sebagai salah satu aktor ekonomi dalam satu wilayah, baik itu wilayah desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Sebagai salah satu
Lebih terperinciSurat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua
Surat Pernyataan Pers: Wujudkan Kedaulatan Pangan Rakyat: Hentikan Proyek MIFEE di Papua Hari ini, 16 Oktober 2013, merupakan hari Pangan Sedunia. FAO memberikan tema "Sistem Pangan Berkelanjutan untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG
Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI
Lebih terperinci2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Ta
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.985, 2012 KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA. Mediasi Penyelenggaraan. Pedoman. Draft terbarmperaturan KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA NOMOR 59 A/KOMNAS HAM/X/2008
Lebih terperinciTENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara mengakui, menghormati dan melindungi
Lebih terperinciIfdhal Kasim. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Hak Sipil il & Politik: Sebuah Sketsa Ifdhal Kasim Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Disampaikan ik pada PELATIHAN HAK ASASI MANUSIA UNTUK JEJARING KOMISI YUDISIAL RI, diselenggarakan oleh Puham UII, bekerjasama
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD LABOUR (KONVENSI
Lebih terperinciRENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN
LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TANGGAL 11 MEI 2004 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2004 2009 I. Mukadimah 1. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 1 TAHUN 2000 (1/2000) TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan
Lebih terperinciEtika & Tanggung Jawab Sosial
Manajemen Bisnis Internasional Etika & Tanggung Jawab Sosial Adhiatma Nanda Wardhana Irfan Dwi Nurfianto Etika itu apa ya? Studi atas proses pembelajaran yang melibatkan pemahaman moralitas, sementara
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION AGAINST TORTURE AND OTHER CRUEL, INHUMAN OR DEGRADING TREATMENT OR PUNISHMENT (KONVENSI MENENTANG PENYIKSAAN DAN PERLAKUAN ATAU PENGHUKUMAN
Lebih terperinciDEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
No.1690, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Materi Muatan HAM dalam pembentukan Peraturan Perundang-ndangan. Pedoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap
Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap manusia dan bersifat Universal B. Jenis jenis HAM -Menurut
Lebih terperinciDari-Dimensi-Kesehatan-Hingga-Hubungan-Internasional- 1http://www.rmol.co/read/2015/09/10/216711/Dampak-Bencana-Kabut-Asap:-
LAPORAN TEMATIK TENTANG BISNIS DAN HAM Kabut Asap dan Urgensi Adopsi United Nations Guiding Principles (UNGP) dalam Hukum Indonesia SETARA Institute, Jakarta 1 November 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF I. Latar
Lebih terperinciMAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI
FOCUS GROUP DISCUSSION DAN WORKSHOP PEMBUATAN MODUL MATERI HAM UNTUK SPN DAN PUSDIK POLRI Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 17 18 Maret 2015 MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM
Lebih terperinciKode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan
Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan Perhatian: ini adalah terjemahan dari teks bahasa Inggris. Versi asli bahasa Inggrislah yang dianggap sebagai dokumen yang mengikat secara hukum. - April 2015
Lebih terperinciPENGANTAR KONVENSI HAK ANAK
Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp
Lebih terperinciKEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
No.1841, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KKP. Usaha Perikanan. Sertifikasi. Sistem. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM DAN SERTIFIKASI
Lebih terperinciPERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER
PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung
Lebih terperinciPidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016
Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci4. Metoda penerapan Konvensi No.111
Diskriminasi dan kesetaraan: 4. Metoda penerapan Konvensi No.111 Kesetaraan dan non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar Mengidentifikasi kebijakan dan tindakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. di berbagai belahan dunia. Di titik ini, norma-norma HAM menyebar luas ke seluruh
BAB V KESIMPULAN Pasca Perang Dunia II terdapat perubahan penting dalam sistem sosial dan politik di berbagai belahan dunia. Di titik ini, norma-norma HAM menyebar luas ke seluruh dunia dan mengalami proses
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014
ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat
Lebih terperinciMENGHARGAI SESAMA DAN MASYARAKAT PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA
DAN MASYARAKAT 24 08 2010 PENDEKATAN ANZ TERHADAP HAK ASASI MANUSIA DAFTAR ISI PENDAHULUAN 3 BAGAIMANA KAMI MENERAPKAN STANDAR KAMI 4 STANDAR HAK ASASI MANUSIA KAMI 4 SISTEM MANAJEMEN KAMI 6 3 PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengidentifikasi, merekam dan mengkomunikasikan kejadian ekonomik dari suatu entitas pada pengguna yang berkepentingan
Lebih terperinciPrinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler
2 Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler Pendahuluan Daimler mengakui tanggung jawab sosialnya dan ke-10 prinsip yang menjadi dasar dari gerakan Global Compact. Untuk mencapai tujuan bersama ini, Daimler
Lebih terperinciK111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN
K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN 1 K 111 - Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan
Lebih terperinciRoyal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas
Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyandang disabilitas memiliki kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia, sudah sepantasnya
Lebih terperinciMAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si
INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si
Lebih terperinciHAM DAN PERLINDUNGAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN. Oleh: Johan Avie, S.H.
HAM DAN PERLINDUNGAN HAK KEBEBASAN BERAGAMA DAN BERKEYAKINAN Oleh: Johan Avie, S.H. Disampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta
Lebih terperinciOleh Sugeng Bahagijo. International NGO Forum on Indonesian Development-INFID
MDGs dan Post MDGs: PELUANG UNTUK PEMBANGUNAN YANG LEBIH BERMARTABAT BERKELANJUTAN DAN ADIL PASKA 2015 Presentasi untuk forum Konsultasi Agenda Pembangunan Post 2015 oleh Diselenggarakan oleh Komite Nasional
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL
Menimbang PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, : a. bahwa untuk
Lebih terperinciKONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK)
KONVENSI HAK ANAK (HAK-HAK ANAK) Konvensi Hak Anak (KHA) Perjanjian yang mengikat secara yuridis dan politis antara berbagai negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan Hak Anak Istilah yang perlu
Lebih terperinciK168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)
K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi
Lebih terperinci23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia
23 Oktober 2017 Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Setelah mengikuti siklus ketiga Tinjauan Periodik Universal (Universal Periodic Review - UPR) Indonesia, saya menyambut
Lebih terperinciMengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya
Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya (Konvensi Migran 1990) KOMNAS PEREMPUAN KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Mengenal
Lebih terperinci-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH
-1- PENJELASAN ATAS QANUN ACEH NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI ACEH I. UMUM Salah satu kewenangan Pemerintah Aceh yang diamanatkan dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah
Lebih terperinciMakalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan. Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
Makalah WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan Yogyakarta, 13-15 November 2007 Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Oleh: Ifdhal Kasim, S.H. (KOMNAS
Lebih terperinci