BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Abidin (2007: 16) Lebih jelas Graham (2005: 114) mengemukakan bahwa :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Abidin (2007: 16) Lebih jelas Graham (2005: 114) mengemukakan bahwa :"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Eksistensi Industri 1. Pengertian Eksistensi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2002: 357) Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan. Abidin (2007: 16) mengemukakan bahwa : Eksistensi adalah proses yang dinamis, suatu menjadi atau mengada. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni existere yang artinya keluar dari, melampaui atau mengatasi. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Lebih jelas Graham (2005: 114) mengemukakan bahwa : Eksistensi merupakan istilah yang diturunkan dari kosakata Latin existere yang berarti lebih menonjol daripada (stand out), muncul, atau menjadi. Eksistensi dngan demikian berarti kemunculan, sebuah proses menjadi ada, atau menjadi, daripada berarti kondisi mengada (state of being). Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa eksistensi adalah proses atau gerak untuk menjadi ada kemudian melakukan suatu hal untuk tetap menjadi ada. Dalam bidang ekonomi khususnya industri, eksistensi dapat didefinisikan sebagai aktifitas industri yang dimaksudkan pada suatu keadaan di mana perkembangannya yang relatif tetap. Adapun yang dimaksud penulis dengan eksistensi disini adalah eksistensi industri rumah tangga (home industry) gula merah yang ada di Kecamatan Bojong Kabupaten Purwakarta. 13

2 14 Eksistensi industri itu sendiri memiliki beberapa indikator atau faktorfaktor yang mempengaruhinya yaitu faktor produksi meliputi bahan baku, tenaga kerja dan modal, faktor distribusi meliputi lokasi dan aksesibilitas, faktor permintaan dan penawaran, faktor pemasaran dan faktor kebijakan pemerintah. 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Eksistensi Industri a. Faktor produksi Mubyarto (1989: 68) mengemukakan bahwa Fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam produksi pertanian misalnya produksi padi maka produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Berdasarkan pengertian di atas, maka yang menjadi faktor-faktor produksi dalam industri gula merah ini yaitu bahan baku, modal dan tenaga kerja. b. Faktor aksesibilitas Selain faktor produksi, faktor aksesibilitas juga akan mempengaruhi suatu industri hal ini dapat dilihat dari lokasi industrinya apakah dapat dijangkau dengan mudah oleh konsumen atau pasar. Tamim (dalam Herliani, 2003: 27) menyatakan bahwa yang menjadi ukuran dalam aksesibilitas adalah: Aksesibilitas dapat dinyatakan dengan jarak, apabila suatu tempat berdekatan dengan tempt lainnya, dikatakan bahwa aksesibilitas antara kedua tempat tersebut tinggi. Sebaliknya apabila kedua tempat tersebut berjauhan, aksesibilitas antara keduanya rendah. Namun, meskipun jarak berjauhan apabila sistem transportasi anatara kedua tempat tersebut baik dan untuk itu waktu tempuh bisa lebih singkat, maka waktu tempuh tersebut menjadi ukuran yang lebih baik dan sering digunakan untuk aksesibilitas.

3 15 c. Faktor permintaan dan penawaran Rahardja (2008: 24) menyatakan bahwa Mekanisme pasar adalah proses penentuan tingkat harga berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran. Mekanisme pasar ini jelas mempengaruhi eksistensi suatu industri karena dengan adanya permintaan, kegiataan produksi akan terus berlangsung. Hal ini juga ditunjang oleh penawaran yang menarik minat konsumen. Lebih jelas Mubyarto (1989: 141) mengemukakan bahwa : Sesuatu barang mempunyai permintaan karena barang yang bersangkutan berguna, sedangkan barang tersebut mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas. d. Faktor pemasaran Pemasaran dalam industri berperan untuk menghasilkan laba yang lebih tinggi. Perolehan laba yang tinggi dapat membuat produsen melakukan produksi terus menerus sehingga eksistensi suatu industri dapat terjaga. Kotler (2002: 9) mengemukakan bahwa : Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. e. Kebijakan Pemerintah Mubyarto (1989: 243) mengemukakan bahwa Salah satu kekuatan yang berpengaruh pada bekerjanya gaya-gaya ekonomi adalah pemerintah. Tidak ada satu negara pun pada saat ini di mana pemerintah tidak memainkan peranan dalam perekonomian. Berdasarkan pada penjelasan tersebut maka peran pemerintah dalam industri gula merah yaitu kemudahan untuk memperoleh izin usaha. Kemudahan memperoleh izin usaha tersebut akan

4 16 berdampak pada kemudahan para pengusaha untuk mempatenkan usaha mereka dan memperlancar usaha promosi ke daerah lain. B. Konsep Industri 1. Pengertian Industri Istilah industri sering diidentikan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Menurut Abdurachmat (1998: 27) mengemukakan bahwa industri diambil dari Bahasa Latin Industria yang secara sederhana dapat diartikan sebagai buruh atau penggunaan tenaga kerja yang terus menerus. Dalam bahasa Inggris masih digunakan kata sifat Industrious yang artinya kerja keras atau rajin. Sedangkan menurut Sumaatmadja (1988: 179) industri mengandung dua pengertian yaitu dalam arti yang luas dan dalam arti yang sempit, dalam arti yang luas industri adalah segala kegiatan manusia memanfaatkan sumber daya alam sedangkan dalam arti yang sempit industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi. Menurut Undang-undang RI No.5 Tahun 1984 tentang perindustrian mengemukakan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan bahan jadi menjadi barang yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan. Sedangkan Menurut Maryani (1998: 27) adalah :

5 17 Bahwa industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang sangat penting karena sebagian besar kebutuhan manusia mulai dari makanan, minuman, pakaian, sampai alat-alat rumah tangga dihasilkan oleh industri. Selain menghasilkan berbagai keperluan hidup, juga merupakan sumber nafkah bagi sebagaian penduduk di dunia. Menurut Ridwan (2007: 45) mengemukakan bahwa industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sementara itu dari sudut pandang geografi Sumaatmadja (dalam studi geografi suatu pendekatan dan analisa keruangan 1988: 179) mengemukakan : Industri sebagai suatu sistem, merupakan perpaduan subsistem fisis dengan subsistem manusia. Subsistem fisis yang mengandung pertumbuhan dan perkembangan industri yaitu komponen-komponen lahan, bahan mentah atau bahan baku, sumber daya energi, iklim dengan segala macam proses alamiahnya. Sedangkan subsistem manusia yang mempengaruhi prtumbuhan dan perkembangan industri meliputi komponen-komponen tenaga kerja, kemampuan teknologi, tradisi, keadaan politik, keadaan pemerintah, transportasi dan komunikasi, konsumen dan pasar, dan lain sebagainya. Perpaduan semua komponen itulah yang mendukung mundur majunya suatu industri. Relasi, asosiasi dan interaksi komponen-komponen tadi dalam suatu ruang, merupakan bidang pengkajian geografi. Berdasarkan semua pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya industri merupakan bagian dari proses produksi yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi, sehingga menjadi barang yang memiliki kegunaan dan nilai tambah untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia. 2. Klasifikasi Industri Macam industri berbeda-beda untuk tiap daerah atau negara, tergantung pada sumber daya yang tersedia, tingkat teknologi, serta perkembangan daerah atau negara tersebut. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang dikutip

6 18 oleh Abdurachmat (1998: 30), di Indonesia macam dan kegiatan industri dikelompokan kedalam 4 golongan, yaitu: a. Kelompok I : Aneka Industri dan Kerajinan, terdiri atas: 1) Industri makanan dan minuman 2) Industri kerajianan logam: mas, perak, tembaga, dan lain-lain. 3) Industri kerajiann bukan logam: anyaman, kulit, dan lain-lain. b. Kelompok II : Industri Logam dan Elektronika, terdiri atas: 1) Industri logam besi/baja (termasuk industri kawat baja dll) dan industri nonfero (timah, kabel dll) 2) Industri mesin kendaraan, mesin-mesin, industri kapal, dan lain-lain. 3) Industri elektronika: radio, TV, dan alat-alat listrik lainnya. c. Kelompok III: Industri Kimia, termasuk kedalamnya: Industri pupuk, industri ban, industri gelas, industri garam, industri gas, dan lain-lain. d. Kelompok IV : Industri Sedang dan Tekstil, terdiri atas: 1) Industri serat sintesis (rayon) 2) Industri pemintalan dan penenunan. 3) Industri perajutan. 4) Industri pakaian jadi Berdasarkan kutipan tersebut industri gula merah yang ada di Kecamatan Bojong termasuk ke dalam jenis industri kelompok I, yaitu industri kerajinan bukan logam. Selain pengelompokan industri seperti di atas, industri dapat pula dikelompokan beradasarkan sifat bahan mentah dan sifat produksinya sesuai dengan Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Perindustrian No. 19/M/I/1986 seperti di bawah ini: a. Industri primer, adalah industri yang pada umumnya lebih berorientasi kepada bahan mentah dan ditempatkan di daerah sumber bahan mentah. b. Industri sekunder, adalah industri yang mengolah lebih lanjut hasil-hasil industri lain, bahan bakunya adalah barang jadi atau barang setengah jadi yang telah diproduksi oleh industri lain. Berdasarkan kutipan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa industri gula merah di Kecamatan Bojong termasuk ke dalam jenis industri primer, karena

7 19 bahan mentah yang didapatkan untuk proses produksinya didapatkan dari daerah asal produksi. 3. Industri Kecil Industri kecil menurut Saleh (1986: 4) adalah unit usaha industri yang memperkerjakan antara 5 sampai dengan 19 orang tenaga kerja. Sedangkan menurut Abdurrachmat dan Maryani (1998: 31) industri kecil adalah Industriindustri yang berukuran kecil, baik dilihat dari segi modalnya, kegiatannya, pengorganisasian produksinya, maupun jumlah tenaga dan teknologinya, adapun yang termasuk industri kecil ialah industri rumah tangga dan kerajinan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa industri kecil merupakan industri yang berukuran kecil baik dari segi modal, kegiatan, pengorganisasian, produksi, maupun tenaga kerja dan teknologi. Menurut Saleh (1986: 50) industri kecil di Indonesia dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu: a. Industri lokal Kelompok industri kecil yang menggantungkan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas serta relatif tersebar dari segi lokasinya, skala usaha kelompok ini umumnya sangat kecil dan mencerminkan suatu pola pengusahaan yang bersifat subsistem, dalam hal itu target pemasarannya yang sangat terbatas telah menyebabkan kelompok ini pada umumnya hanya menggunakan sarana transportasi yang sederhana, adapun karena pemasaran hasil produksinya ditangani sendiri, maka pada kelompok industri lokal ini jasa pedagang perantara boleh dikatakan kurang menonjol. b. Industri sentra Kelompok industri dari segi usahanya mempunyai skala yang sangat kecil, tetapi membentuk suatu pengelompokkan kawasan produksi yang terdiri dari kelompok unit usaha yang menghasilkan barang sejenis ditinjau dari segi target pemasarannya umumnya menjangkau pasar yang lebih luas daripada kategori pertama, sehingga peranan pedagang perantra atau pedagang pengumpul menjadi cukup menonjol.

8 20 c. Industri mandiri Kelompok industri yang masih mempunyai sifat industri kecil, namun telah berkemampuan mengadaptasi teknologi produksi yang cukup canggih. Kelompok ini relatif tidak tergantung pada peranan pedagang perantara, pada dasarnya kelompok industri mandiri ini tidak sepenuhnya dapet dikategorikan sebagai bagian dari industri kecil, mengingat kemampuannya yang tinggi dalam mengakomodasi beragam aspek modernitas, hanya atas dasar skala penyerapan tenaga kerja maka kelompok ini termasuk kedalam kategori industri kecil. Berdasarkan kutipan tersebut, industri yang dimaksud penulis dalam konteks ini yaitu industri gula merah termasuk ke dalam industri lokal karena industri gula merah yang terdapat di Kecamatan Bojong merupakan suatu industri yang pemasarannya masih terbatas di dalam kecamatan atau masih dalam lingkup satu kabupaten saja. Sedangkan menurut Raharjo (1986: 169) industri kecil dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Industri rumah tangga di pedesaan yang umumnya hanya merupakan pekerjaan sambilan. b. Industri yang sudah memakai pekerjaan upahan, tetapi umumnya belum memakai mesin dengan jumlah buruh kurang dari 50 orang. c. Industri pabrik yang sudah memakai mesi dan pekerjanya lebih dari 50 orang. Berdasarkan kutipan di atas maka industri gula merah yang ada di Kecamatan Bojong termasuk ke dalam industri rumah tangga di pedesaan, karena pengrajin gula merah tersebut memiliki pekerjaan pokok sehingga pekerjaan dalam membuat gula merah merupakan pekerjaan sambilan. Industri kecil mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan nasional, karena industri kecil memberikan berbagai manfaat yang cukup berarti bagi perekonomian, manfaat yang diperoleh dari keberadaan industri kecil diantaranya adalah manfaat sosial (Social Benefits) seperti dikemukakan oleh Saleh (1986: 5) yaitu:

9 21 a. Industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan relatif murah. b. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilitas tabungan domestik ini dimungkin oleh kenyataan bahwa industri cenderung memperoleh modal dari tabungan si pengusaha sendiri atau dari tabungan keluarga atau kerabatnya. c. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana yang biasanya tidak dihasilkan industri besar dan sedang. 4. Lokasi Industri Pada studi geografi, lokasi merupakan variabel yang dapat mengungkapkan tentang berbagai gejala yang kita pelajari. Pengertian lokasi menurut Sumaatmadja (1988: 118), sebagai berikut : Lokasi adalah suatu tempat atau daerah yang diabstrasikan sebagai suatu ruang, lokasi memberikan penjelasan lebih lanjut tentang tempat atau daerah yang bersangkutan. Pada studi geografi lokasi adalah berbagai hal gejala tentang gejala yang kita pelajari. Lebih lanjut Weber (Tarigan, 2005:141) menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomeran atau deaglomerasi. Penempatan lokasi mempunyai peranan yang sangat penting sebab akan mempengaruhi perkembangan dan kontinuitas proses dan kegiatan industri itu sendiri. Semakin strategis lokasi industri maka secara otomatis akan mempengaruhi semua kegiatan industri. yaitu : Djamari (1975: 53) membagi pemilihan lokasi menjadi empat golongan, a. Industri yang berorientasi kepada bahan mentah (Raw materials oriented manufactures) industri-industri yang menbutuhkan bahan mentah dalam jumlah besar, segar dan mengalami susut banyak dalam proses pengolahannya, termasuk di dalamnya industri-industri yang mengolah hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan.

10 22 b. Industri yang berorientasi kepada pasaran (Market oriented manufactures) industri-industri perakitan, pakaian, kerajinan dan lainnya. c. Industri yang berorientasi kepada tenaga kerja (Labour oriented manufactures): terutama industri-industri yang memerlukan Skilled labour dengan kemampuan khusus seperti industri permata, industri kacamata, pakaian, makanan, kerajinan dan lainnya. d. Industri yang berorientasi kepada sumber tenaga/energi (Power oriented manufactures) : terutama industri-industri yang banyak memerlukan energi (Bahan bakar) misalnya industri peleburan bijih, industri besi baja, pabrik alumunium dan lain sebagainya. 5. Teori Lokasi Emilia (2006: 16) mengemukakan bahwa Teori Lokasi adalah suatu ilmu yang mengkhususkan analisanya pada penggunaan konsep space dalam analisa sosial-ekonomi. Teori lokasi seringkali dikatakan sebagai pondasi dan bagian yang tidak terpisahkan dalam analisa ekonomi regional. Di antara teori-teori tersebut ialah: Teori Susut dan Ongkos Transport dan Teori Weber. a. Teori Susut dan Ongkos Transport Anonymous (2010) mengemukakan bahwa : Teori susut dan ongkos transport didasarkan pada hubungan antara faktor susut dalam proses pengangkutan dan ongkos transport yang harus dikeluarkan, yaitu dengan cara mengkaji kemungkinan penempatan industri di tempat yang paling menguntungkan secara ekonomi. Suatu lokasi dinyatakan menguntungkan apabila memiliki nilai susut dalam proses pengangkutan yang paling rendah dan biaya transport yang paling murah. Lebih jelas Abdurachmat dan Maryani (1998: 49) menggambarkan empat contoh (kasus) suatu pabrik yang mengolah bahan mentah (R) yang berasal dari suatu daerah sumber bahan mentah (SR), menjadi satu macam barang jadi (P), yang kemudian dijual disuatu daerah pasaran (MP) yang letaknya berbeda dengan daerah sumber bahan mentah. Pada contoh itu hanya dua variabel yang digambarkan, yaitu susut dan ongkos transport, faktor-faktor dianggap sama.

11 23 Tabel 2.1 Rasio Susut dan Ongkos Transport dalam Empat Kasus Kasus (hipotetik) A ton R diolah menjadi 1000 ton P B ton R diolah menjadi 600 ton P C ton R diolah menjadi 400 ton P D ton R diolah menjadi 500 ton P Rasio Susut Ongkos Transport Jika pabriknya ditempatkan di daerah bahan mentah 0% 1000 ton P harus diangkut ke MP dengan ongkos Rp. 100/ton. Jumlah ongkos transport Rp % 600 ton P harus diangkut ke MP dengan ongkos Rp. 100/ton. Jumlah ongkos transport Rp % 400 ton P harus diangkut ke MP dengan ongkos Rp. 100/ton. Jumlah ongkos transport Rp % 500 ton P harus diangkut ke MP dengan ongkos Rp. 75/ton. Jumlah ongkos transport Rp Jika pabriknya ditempatkan di daerah pasaran 1000 ton P harus diangkut dari SR ke MP dengan ongkos Rp. 50/ton. Jumlah ongkos transport Rp Ongkos transport sama dengan kasus A. Rp Ongkos transport sama dengan kasus A. Rp ton R harus diangkut dari SR ke MP dengan ongkos Rp. 40/ton. Ongkos transport Rp Sumber: Abdurachmat dan Maryani (1998: 49) b. Teori Webber Weber mengemukakan teorinya yang terkenal Theory of the Location of Industries (1990). Teori Weber dimulai dengan beberapa premise sebagai berikut: 1) Unit analisis tunggal, merupakan daerah yang terisolasi yang homogen, baik mengenai iklimnya, topografi dan penduduknya.

12 24 2) Beberapa sumber alam seperti air dan pasir, mudah diperoleh dimana saja, sedangkan sumber alam yang lain hanya terdapat di daerah-daerah tertentu saja, misalnya: batu bara dan bijih besi. 3) Ongkos transport adalah fungsi dari berat dan jarak, artinya makin bertambah sesuai dengan berat dan jaraknya. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa teori Weber merupakan teori pokok yang harus diperhatikan dan diperhitungkan dalam penempatan lokasi industri, karena dalam teori Weber tercantum hal-hal penting yang dapat dijadikan acuan perkembangan perindustrian. Daljoeni (1992: 129) mengemukakan bahwa isi pokok teori Weber adalah lokasi-lokasi industri yang dipilihkan di tempat-tempat yang biayanya paling minimal, inilah prinsip dari least cost location untuk itu perlu diasumsikan enam pra kondisi sebagai berikut : 1) Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduknya. 2) Sumber daya atau bahan mentah lebih mahal dibanding dengan pengangkutan bahan mentah, lokasi industri harus dekat dengan pasar (Market oriented) 3) Upah buruh 4) Biaya transportasi yang tergantung dari bobot bahan mentah yang diangkut atau dipindahkan, serta jarak antara terdapatnya sumber daya (bahan mentah) dan lokasi pabrik. Karena jarak antara bahan mentah dan pasar dari lokasi industri sama. Namun, jika biaya pengangkutan bahan mentah lebih mahal dibanding dengan biaya pengangkutan ke pasar, lokasi industri harus dekat. 5) Terdapatnya kompetisi antar industri 6) Manusia itu berpikir rasional Berdasarkan beberapa penjelasan mengenai teori lokasi maka industri gula merah yang ada di Kecamatan Bojong sebaiknya ditempatkan di daerah sumber bahan mentah. Hal ini dikarenakan nira aren yang menjadi bahan baku memiliki daya tahan yang rendah sebelum akhirnya berubah menjadi asam karena proses

13 25 fermentasi sehingga perlu penanganan yang cepat. Oleh karena itu dalam pengolahannya dilakukan di rumah masing-masing pengrajin. C. Faktor-faktor Geografi Dalam Kaitannya dengan Industri Menurut Smith (1963: ) yang dikutip oleh Abdurachmat (1998: 39) kegiatan industri dipengaruhi oleh faktor sumber daya alam dan faktor sumber daya manusia. 1. Faktor Sumber daya Alam (fisik) Faktor sumber daya alam merupakan potensi lingkungan alam yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia. Menurut Katili (1983: 15) sumber daya alam adalah: Suatu unsur tata lingkungan biofisik yang dengan nyata atau potensial dapat memenuhi kebutuhan manusia, atau dengan perkataan lain sumber daya adalah semua bahan yang ditemukan manusia dalam alam, yang dapat dipakai untuk kepentingan hidupnya. Berdasarkan kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa sumber daya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya maupun dengan benda-benda yang terdapat disekitarnya. Adapun yang termasuk dalam faktor sumber daya alam menurut Abdurachmat dan Maryani (1998: 39) adalah sebagai berikut: a. Bahan mentah atau bahan baku, berasal dari sektor primer seperti hasil-hasil pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan pertambangan b. Sumber energi, semakin modern perindustrian di suatu daerah maka semakin sangat bergantung kepada sumber energi yang ada. c. Penyediaan air, baik sebagai bahan pendingin mesin, bahan pencampur maupun untuk keperluan pencuci dan lain-lain.

14 26 d. Iklim dan bentuk lahan, berpengaruh terhadap kegairahan bekerja dan terhadap penempatan industri. 2. Faktor Sosial Faktor sosial merupakan gejala sosial yang terjadi di masyarakat. Sumaatmadja (1981: 241) mengemukakan bahwa: Gejala sosial yaitu gejala yang terjadi di masyarakat yang ditimbulkan oleh adanya kondisi, peristiwa, tingkah laku dan sikap manusia sebagai makhluk sosial. Berdasarkan pengertian gejala sosial menurut Sumaatmadja maka dapat disimpulkan bahwa faktor sosial sangat berpengaruh dalam kegiatan industri karena dalam pengolahannya faktor fisik (sumber daya alam) menbutuhkan manusia dengan segala pemikiran dan keterampilannya. Abdurachmat dan Maryani (1998: 41) memngemukakan bahwa yang termasuk faktor-faktor sosial dalam kegiatan industri adalah sebagai berikut : a. Penyediaan tenaga kerja, tenaga kerja mempunyai andil yang besar dalam proses kegiatan produksi karena tenaga kerja merupakan tulang punggung bagi kelancaran suatu produksi. b. Skill dan kemampuan teknologi, tenaga kerja yang diperlukan dalam industri tidak cukup hanya dengan jumlahnya yang banyak, akan tetepi juga juga harus didukung oleh keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya. c. Faktor kebijakan pemerintah, faktor kebijakan pemerintah yang mempengaruhi usaha perkembangan industri, misalnya ketentuan perpajakan dan tarif ekspor-impor, pembatasan jumlah dan macam industri, penentuan daerah industri, pengembangan kondisi dan iklim yang menguntungkan usaha. D. Gambaran Umum Industri Gula Merah Industri gula merah di Kecamatan Bojong merupakan jenis industri kecil yang termasuk ke dalam industri rumah tangga (home industry) dilihat dari segi modal yang dikeluarkan relatif kecil, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga,

15 27 dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Gula merah yang diproduksi di Kecamatan Bojong barbahan baku nira dari pohon aren. Gula merah yang ada di daerah ini biasa disebut gula aren. Gula aren diperoleh dari proses penyadapan nira aren yang kemudian dikurangi kadar airnya hingga menjadi padat. Gula yang diproduksi di Kecamatan Bojong berupa gula cetak. Gula cetak diperoleh dengan memasak nira aren hingga menjadi kental seperti gulali kemudian mencetaknya dalam cetakan dari bambu. Pohon aren memiliki beberapa potensi ekonomi yang tinggi. Rachman (2008: 4) mengemukakan bahwa : Pohon aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena hampir semua bagiannya dapat memberikan keuntungan finansial. Buahnya dapat dibuat kolang-kaling yang digemari olehmasyarakat Indonesia pada umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangandan bisa juga sebagai atap, sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari batangnya dapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu, batang usia muda dapat diambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai sebagai bahan furnitur. Namun dari semua produk aren, nira aren yang berasal dari lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksi gula aren adalah yang paling besar nilai ekonomisnya. Meskipun tanaman aren cukup berpotensi namun perlu diambil langkahlangkah dalam usaha pembudidayannya karena pada umunnya masyarakat hanya memanfaatkan tanaman yang tumbuh alami. Tanaman aren memiliki syarat tumbuh sebagai berikut : a. Iklim Menurut Bernhard (2007: 69) dalam pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu 20-25º C, karena pada kisaran suhu tersebut dapat

16 28 membantu tanaman aren untuk berbuah. Lebih jelas Polnaja (2000) mengemukakan bahwa : b. Tanah Kelembaban tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang cukup tinggi diantara mm/tahun berpengaruh dalam pembentukan mahkota pada tanaman aren. Susanto (1992) mengemukakan bahwa Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus sehingga dapat tumbuh pada tanahtanah liat, berlumur dan berpasir, tetapi aren tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya tinggi (ph tanah terlalu asam). Lebih jelas Bernhard (2007: 68) mengemukakan bahwa tanaman aren dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, tetapi sangat cocok pada kondisi lahan dengan jenis tanah yang mempunyai tekstur tanah liat berpasir. c. Topografi Iswanto (2009) mengemukakan bahwa Di Indonesia aren dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subuh di ketinggian mdpl. Menurut Akuba (dalam Bernhard, 2007: 68) tanaman aren dapat tumbuh di dekat pantai sampai pada ketinggian 1400 m diatas permukaan laut, pertumbuhan yang baik adalah pada sekitar m karena pada kisaran tersebut tidak kekurangan air tanah dan tidak tergenang oleh banjir permukaan.

17 29 E. Kajian Geografi Terhadap Industri Industri merupakan salah satu kegiatan manusia dalam mengubah bentuk benda yang diambil dari alam sehingga memiliki nilai tambah. Dalam kegiatannya industri tidak terlepas dari lokasi tempat kegiatan industri itu berlangsung. Adanya fenomena-fenomena yang berbeda dari tempat satu dengan tempat yang lainnya disebut juga sebagai variabel ruang, yang dianggap sebagai unsur geografi. Kegiatan industri sendiri termasuk dalam ruang lingkup geografi industri yang merupakan cabang dari geografi ekonomi. Geografi industri menurut Webster Third New International Dictionary (dalam Abdurachmat dan Maryani, 1998: 29) yaitu: Industrial Geography, a branch of geography, that deals with the location of industries, the geographic factors that influence their location and development, the raw materials used in them, and the distribution of their finished products. Menurut Djamari (1975: 17) berdasarkan kutipan tersebut dapat ditarik beberapa komponen yang penting dalam mempelajari geografi industri, yaitu : 1. Geografi industri ialah cabang dari Geografi, malah merupakan bagian dari Geografi Ekonomi 2. Menerangkan arti lokasi-lokasi industri 3. Menerangkan faktor-faktor geografi yang menpengaruhi lokasi dan perkembangan industri-industri 4. Menerangkan bahan-bahan mentah yang digunakan dalam industri-industri itu (bahan apa, dimana sumbernya, bagaimana sifat bahan-bahan itu baik volume ataupun kekuatannya, bagaimana pengangkutannya dan lain sebagainya) 5. Menerangkan bagaimana distribusi hasil produksi industri-industri itu Geografi memandang industri tidak hanya dari segi ekonominya saja, tetapi melihat dari berbagai faktor fisik seperti persediaan bahan mentah, sumber energi maupun faktor sosial dan manusianya.

18 30 Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sumaatmadja (1981: 34) bahwa : Geografi sebagi satu kesatuan studi (unified geography), melihat satu kesatuan komponen alamiah dengan komponen insanian pada ruang tertentu di permukaan bumi, dengan mengkaji faktor alam dan faktor manusia yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkuatan. Dengan demikian, Geografi selain membahas masalah fisik juga mengkaji tentang kehidupan sosial atau manusia dan permasalahannya. Diantara permasalahan manusia adalah bagaimana mereka dapat memenuhi kebutuhannya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui aktifitas industri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Abdurachmat dan Maryani (1998: 29) bahwa : Usaha dan aktivitas industri (Geografi Industri) adalah cabang dari Geografi khususnya Geografi Ekonomi yang mengkhususkan mempelajari usaha dan aktivitas industri terutama mempelajari mengidentifikasi dan menganalisis (lokasi dan penyebaran industri serta faktor-faktor yang mempengaruhinya). Dengan demikian, ditinjau dari kacamata Geografi, industri sebagai suatu sistem merupakan perpaduan dari subsistem fisis dengan subsistem manusia, yang mana keduanya sangat berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan dan penyebaran industri.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe),

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Geografi Industri Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mencitrakan (to describe), menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisa

Lebih terperinci

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar KLASIFIKASI INDUSTRI Industri adalah suatu usaha atau kegiatan yang melakukan proses atau aktivitas yang mengubah dari sesuatu atau bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi berupa barang

Lebih terperinci

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI TEORI LOKASI INDUSTRI adalah suatu teori yang dikembangkan untuk memperhitungkan pola lokasi kegiatan ekonomi termasuk di dalamnya kegiatan industri dengan cara konsisten dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor industri suatu negara dapat dijadikan salah satu indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah berlangsung di negara maju menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24),

BAB II KAJIAN TEORI. pembangunan (Bintarto, 1991: 30). pendekatannya. Bintarto dan Surastopo Hadisumarmo ( 1991: 12-24), BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kajian Geografi a. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejalagejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dalam seminar dan lokakarya yang diadakan tahun 1988 / 1989 di Semarang, para ahli geografi Indonesia sepakat untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel pada penelitian ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel pada penelitian ini. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

SMA. Tersedia bahan mentah Tersedia tenaga kerja Tersedia modal Manajemen yang baik Dapat mengubah masyarakat agraris menjadi Negara industri

SMA. Tersedia bahan mentah Tersedia tenaga kerja Tersedia modal Manajemen yang baik Dapat mengubah masyarakat agraris menjadi Negara industri JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) GEOGRAFI ANALISIS LOKASI INDUSTRI 1. Pengertian industri: Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien,

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien, I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Berdasarkan hasil seminar lokakarya (SEMLOK) tahun 1988 (Suharyono dan Moch. Amien, 1944:15), geografi adalah ilmu yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Industri Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK

PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK Oleh AGI SUGIHARTO ( 24 2014 048 ) JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNOLOGI SIPIL DAN PERENCANAAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pada Seminar dan Lokakarya Geografi tahun 1988 yang diprakarsai oleh Ikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pada Seminar dan Lokakarya Geografi tahun 1988 yang diprakarsai oleh Ikatan II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Pada Seminar dan Lokakarya Geografi tahun 1988 yang diprakarsai oleh Ikatan Geograf Indonesia (IGI) sepakat merumuskan

Lebih terperinci

Manajemen Industri Perikanan

Manajemen Industri Perikanan Manajemen Industri Perikanan A. Definisi dan pengertian industri Perikanan. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Keberadaan industri gula merah di Kecamatan Bojong yang masih bertahan hingga saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sumber mata pencaharian sebagian besar masyarakat Provinsi Lampung, sebagai dasar perekonomian dan sumber pemenuh kebutuhan hidup. Selain itu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Landasan teori merupakan suatu konsep mengenai cara yang akan digunakan

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Landasan teori merupakan suatu konsep mengenai cara yang akan digunakan 12 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Landasan teori merupakan suatu konsep mengenai cara yang akan digunakan dalam menyelesaikan masalah yang diteliti. Agar penelitian lebih terarah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Geografi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. pendapat para ahli yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian. Geografi II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Industri Sebagai dasar pada penelitian ini, maka perlu dikemukakan landasan teoritis dan pendapat para ahli yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Dalam rangka memecahkan masalah yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan beberapa pendapat ahli yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka ini berfungsi untuk memberikan arah bagi penelitian atau landasan yang dapat dijadikan bagian dari kerangka penelitian berupa

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

BAB 2 KAJIAN LITERATUR BAB 2 KAJIAN LITERATUR Bab ini berisikan tentang teori yang terkait dengan pembahasan studi yakni teori mengenai perencanaan pengembangan wilayah, teori keterkaitan antar industri, dan teori pemilihan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemilihan lokasi usaha oleh suatu organisasi (perusahaan) akan mempengaruhi risiko (risk) dan keuntungan (profit) perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kondisi ini

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aren (Arenga pinnata) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Aren (Arenga pinnata) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aren (Arenga pinnata) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dapat tumbuh di daerah-daerah perbukitan dengan curah hujan yang relatif tinggi. Awalnya aren merupakan

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan

PENDAHULUAN. Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan PENDAHULUAN Latar Belakang Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian tandan bunga jantan tanaman penghasil nira seperti aren, kelapa, tebu, bit, sagu, kurma, nipah, siwalan, mapel,

Lebih terperinci

1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku 2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja

1. Klasifikasi industri berdasarkan bahan baku 2. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja Industry *) Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut,

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997 KODE KETERANGAN 000 KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 011 PERTANIAN TANAMAN PANGAN, TANAMAN PERKEBUNAN, DAN HORTIKULTURA 012 PETERNAKAN 013 KOMBINASI PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan manusia

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kehidupan manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri merupakan suatu kegiatan mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi dan barang jadi, yang dapat meningkatkan nilai guna barang bagi kehidupan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Landasan teori merupakan konsepsional bagi penulis mengenai cara yang akan digunakan dalam memecahkan masalah yang akan diteliti. Untuk lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan adanya perubahan struktur ekonomi. Salah satu sektor di bidang

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan adanya perubahan struktur ekonomi. Salah satu sektor di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi merupakan suatu aspek dari pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi. Proses pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas bisnis di Indonesia sangat didukung dengan potensi alam Indonesia yang menyediakan berbagai sumber daya yang dapat diolah menjadi produk-produk bermutu tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Industri merupakan suatu kegiatan yang penting bagi kehidupan manusia, karena sebagian besar kebutuhan hidup manusia seperti makanan, pakaian, sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Industri Kecil Sampai saat ini industri kecil memiliki berbagai macam definisi. Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan industri kecil pun beranekaragam, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR 2.1. Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin, peralatan dan tenaga kerja dan suatu medium proses untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masyarakat desa di Indonesia pada umumnya bercorak pertanian sebagai basis

I. PENDAHULUAN. Masyarakat desa di Indonesia pada umumnya bercorak pertanian sebagai basis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat desa di Indonesia pada umumnya bercorak pertanian sebagai basis ekonomi utamanya. Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian utamanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat terutama masyarakat kecil dan masyarakat yang masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara dan dilalui oleh garis khatulistiwa, sehingga Negara Indonesia memiliki iklim tropis. Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI Globalisasi Ekonomi Adalah suatu kehidupan ekonomi secara global dan terbuka, tanpa mengenal batasan teritorial atau kewilayahan antara negara satu dengan yang

Lebih terperinci

2. Berikut negara-negara yang memiliki piramida penduduk stasioner adalah. A. Indonesia B. Swedia C. India D. Amerika Serikat E.

2. Berikut negara-negara yang memiliki piramida penduduk stasioner adalah. A. Indonesia B. Swedia C. India D. Amerika Serikat E. TRY OUT UJIAN NASIONAL 032 GEOGRAFI SMA/MA Petunjuk : 1. Berdoalah sebelum dan sesudah mengerjakan soal! 2. Sebelum mengerjakan soal, tulislah identitas anda pada Lembar Jawaban yang telah disediakan 3.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendapatan secara merata. Pembangunan dewasa ini tidak bisa lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan mengarahkan pendapatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kesejahteraan suatu bangsa. Pengelolaan sumber daya alam yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain-lain merupakan sumber daya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilangnya atau berkurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional, industri memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional, industri memegang peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan nasional, industri memegang peranan yang sangat penting. Oleh karenanya keberadaan industri perlu dikembangkan dengan meningkatkan peran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum masalah yang dihadapi masyarakat adalah mengenai kebutuhan yang tidak terbatas, sementara factor-faktor produksi yang tersedia terbatas dari segi kuantitas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN 7 IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : ANALISIS POTENSI EKONOMI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan : Membangun pemahaman

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang sebagian besar berasal dari Tabel Input-Output Kota Bontang Tahun 2010 klasifikasi 46 sektor yang diagregasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan 1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan memperhatikan tiap-tiap gejala

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi sehingga banyak masyarakat menyebutnya sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil dikumpulkan melalui sektor pertekstilan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan industri memiliki peranan penting dalam rangka mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan industri memiliki peranan penting dalam rangka mewujudkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan industri memiliki peranan penting dalam rangka mewujudkan usaha untuk lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum tujuan pembangunan industri

Lebih terperinci

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi negara. Pengaruh agroindustri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Kekayaan alam dari sektor pertanian ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Industri Manufaktur di Indonesia Kata manufaktur berasal dari bahasa Latin manus factus yang berarti dibuat dengan tangan. Kata manufacture muncul pertama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah.....

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri Mikro dan Kecil (IMK) merupakan salah satu komponen yang mempunyai sumbangan cukup besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Perkembangan dalam arti harfiah merupakan suatu istilah dinamis yang megacu pada perubahan yang berkonotasi positif. Perkembangan merupakan suatu tujuan untuk melakukan

Lebih terperinci

INDUSTRI.

INDUSTRI. INDUSTRI INDUSTRI Istilah industri mempunyai 2 arti: Himpunan perusahaan2 sejenis Suatu sektor ekonomi yg didalamnya terdapat kegiatan produktif yg mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau ½ jadi.

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL

LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL LAMPIRAN 77 78 LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL Tabel 1. Analisis ekonomi sampel 1 Jenis Produk Kuantitas Harga / potong Tahu 1. Mentah (4 kotak) 6600 potong Rp. 1000 2. Goreng Bahan (8 kotak) Baku Kuantitas 26400

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO SYAHMIDARNI AL ISLAMIYAH Email : syahmi1801@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KUALITAS PRODUK

ANALISIS KINERJA KUALITAS PRODUK 45 ANALISIS KINERJA KUALITAS PRODUK Perilaku konsumen dalam mengkonsumsi dangke dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat setempat. Konsumsi dangke sudah menjadi kebiasaan masyarakat dan bersifat turun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung Prosiding Ilmu Ekonomi ISSN: 2460-6553 Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung 1 Siti Laila Aprilia, 2 Ria Haryatiningsih, 3 Noviani 1,2,3 ProdiIlmu Ekonomi, Fakultas IlmuEkonomidanBisnis,

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS 121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PETA LOKASI PERTANIAN DAN INDUSTRI

PEMANFAATAN PETA LOKASI PERTANIAN DAN INDUSTRI PEMANFAATAN PETA LOKASI PERTANIAN DAN INDUSTRI A. Kepentingan Pertanian Penampakan wilayah permukaan bumi yang disajikan dalam bentuk peta juga dapat difungsikan untuk berbagai keperluan. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya masing-masing. Karakteristik antara satu wilayah dengan wilayah lainnya memiliki perbedaan

Lebih terperinci

DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN

DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 1, Maret 2016 ISSN : 1412 6885 DAYA SAING PRODUK-PRODUK INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH (KELOMPOK BARANG KAYU DAN HASIL HUTAN) DI KOTA TARAKAN Karmini 1 1 Dosen Jurusan Agribisnis,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG TEMPAT PENDAFTARAN DAN PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Industri Rumah Tangga Nata De Coco a. Industri Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di Indonesia yang sangat berperan dalam penyediaan lapangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Dasar pengolahan ikan adalah mempertahankan kesegaran dan mutu ikan selama dan sebaik mungkin. Hampir

Lebih terperinci

2016 DAMPAK LINGKUNGAN ALAM DAN SOSIAL KAWASAN INDUSTRI SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR

2016 DAMPAK LINGKUNGAN ALAM DAN SOSIAL KAWASAN INDUSTRI SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha sadar untuk mengelola dan memanfaat sumber daya yang tersedia guna meningkatkan kehidupan masyarakat. Dewasa ini pembangunan selalu

Lebih terperinci