HERMENEUTIKA HUKUM DALAM METODE PENELITIAN HUKUM LEGAL HERMENEUTIC IN LEGAL RESEARCH METHOD. Oleh: Mahfud *)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HERMENEUTIKA HUKUM DALAM METODE PENELITIAN HUKUM LEGAL HERMENEUTIC IN LEGAL RESEARCH METHOD. Oleh: Mahfud *)"

Transkripsi

1 Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014), pp HERMENEUTIKA HUKUM DALAM METODE PENELITIAN HUKUM LEGAL HERMENEUTIC IN LEGAL RESEARCH METHOD Oleh: Mahfud *) ABSTRACT In philosophy perspective, hermeneutic is an philosophy branch exploring basic thing of understanding of something; that is aimed at are: texts (official documents), ancient literatures, norms, occasions, thoughts and divine as the objects of its interpretation. Thus, if the objects are legal texts, doctrines, principles, norms, the essence is legal hermeneutic. The relevance of the legal method is through legal hermeneutic based on research findings can be concluded: firstly, it can be understood as interpretation method or legal texts or the method of understanding on a normative document. Secondly, it is also having great impact or relevance with legal findings theories. Keywords: Legal Hermeneutic, Legal Research Method. PENDAHULUAN Jika kita sekarang kembali ke Teori Ilmu, maka akan tampak mencolok bahwa orang dalam hubungan ini sering menampilkan apa yang disebut lingkaran hermeneutikal. Dengan istilah yang dipinjam dari teori dalam Ilmu-ilmu Manusia (dan secara khusus teori tentang pemahaman atas ungkapan-ungkapan kultur, cultuuruitingen), orang memaksudkan bahwa hal memperoleh pemahaman atas kenyataan, sudah mengandaikan pengertian atas kenyataan ini. Hal tidak mengetahui, demikian sudah kita lihat, mengimplikasikan hal-mengetahui. Pengetahuan terbentuk karena pengetahuan yang sudah orang miliki, dan yang dalam hal ada keraguan tentang hal tertentu maka hal tersebut akan dilepaskan orang ke dunia untuk memperoleh pengujian (sudah pada pembacaan sebuah roman pengertian atas jangkauan roman tersebut sudah mengandaikannya bermainnya harapan-harapan tentang jalan perkembangan lebih jauh dari tindakan, dan harapan-harapan tersebut dilengkapi dengan berpegangan pada teks). 1 Pada abad ke-18 dan 19, dunia mengalami kemajuan pesat dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Kelahiran negara modern sebagai suatu organisasi teritorial yang berdaulat di sini dikaitkan *) Dr. Mahfud, S.H., M.H, adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 1 Vissert t Hooft, Filsafat Ilmu Hukum, Diterjemahkan Oleh B. Arief Sidharta, Labotarium Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2005, hlm 20. ISSN:

2 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014). Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Mahfud kepada latar belakang perubahan sosial tersebut di atas akan lebih khusus lagi dalam bidang perekonomian. Perpaduan teknologi, industrialisasi dan kapitalisme bergerak sangat cepat, karena kehadiran negara yang menyediakan struktur yang tersentralisasi dan didukung oleh hukum modern. Melalui jargon atau kredo yang ampuh pada abad ke-19 yaitu "liberalisasi hukum secara perlahanlahan berubah semakin leberal. Negara modern positivisme dan liberalisme meski dapat dibedakan namun memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan. 2 Terminologi kata hermeneutika sebenarnya sudah lama dikenal dalam perkembangan ilmu pengetahuan yaitu bermula dari dunia ilmu sastra, teologi, filsafat, politik, dan baru masuk dalam ranah ilmu hukum di sekitar abad ke-20, khususnya melalui kajian Filsafat Hukum. Sedangkan dalam perspektif filosofis, hermeneutika merupakan aliran filsafat yang mempelajari hakikat hal mengerti/memahami sesuatu: Sesuatu yang dimaksudkan di sini dapat berupa; teks (dokumen resmi negara), naskah-naskah kuno, lontar, norma, peristiwa, pemikiran dan wahyu atau kitab suci, yang kesemuanya ini merupakan objek penafsiran hermeneutika. Dengan demikian, jika objek penafsiran/kajian itu berupa teks hukum, doktrin hukum, asas hukum, atau norma hukum, maka esensinya ia adalah Hermeneutika Hukum. 3 Tetapi, bagaimanakah pemahaman hermeneutika terhadap sebuah metode penelitian hukum dilaksanakan, sehingga mempunyai pengaruh praktis pada kehidupan, dengan tujuan untuk menjadi aplikasi yang benar dan bukan sebuah aplikasi arbiter terhadap hukum. Oleh karenanya, aplikasi mesti mendasarkan kepada sebuah penelitian dan penafsiran yang benar terhadap hukum. Berdasarkan uraian diatas yang menjadi permasalah penting yang ingin di identifikasi sebagai berikut: Sejauhmanakah sebuah metode penelitian hukum dapat dilakukan melalui pendekatan aliran hermeneutika hukum ini? 2 Anthon F. Susanto, Mengugat Fondasi Filsafat Ilmu Hukum Indonesia, Butir-butir Pemikiran Dalam Hukum, Memperingati 70 Tahun Prof. Dr. B. Arief Sidharta, S.H, Rafika Aditama, Bandung, 2008, hlm Jazim Hamidi, Mengenal lebih Dekat Hermeneutika Hukum (Perspektif Filsafati dan Metode Interprestasi) Butirh-butir Pemikiran Dalam Hukum, Memperingati 70 Tahun Prof. Dr. B. Arief Sidharta, S.H, Rafika Aditama, Bandung, 2008, hlm

3 Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014). PEMBAHASAN 1) Teori Hukum dan Lingkungan Zaman Suatu teori hukum tidak terlepas dari lingkungan zaman dimana teori tersebut lahir karena dia harus menjawab permasalahan hukum yang dihadapi atau mempermasalahkan suatu pendapat/pikiran tentang hukum yang dominan pada saat itu. Hukum terikat pada waktu, tempat, dan kultur jika ingin memenuhi fungsinya. Hukum merupakan ungkapan dari suatu pola kultur tertentu, gambaran manusia dan masyarakat tertentu. Untuk menjelaskan hal tersebut di atas, maka perlu kiranya kita melihat kembali pada arti pada fungsi dalam pengertian yang luas yang mencakup fungsi dari hukum itu sendiri. Atas dasar itu, fungsi hukum dalam kehidupan masyarakat haruslah didekati secara yuridis-sosiologishistoris, sehingga dengan demikian hukum harus dipandang secara fungsional dalam interdependensinya dengan faktor-faktor lain dalam kehidupan masyarakat. Dalam interdependensi itu terdapat nilai-nilai dan kenyataan yang hidup dalam masyarakat. 4 Ketika suatu usaha dibuat untuk melakukan penelitian menyangkut hubungan dari bagian sistem hukum kepada keseluruhannya (sebagai contoh, masyarakat yang ada sistem hukumnya) analisis dapat berlangsung satu atau dua arah (bersifat bolak-balik). Itu dapat mengembangkan suatu analisis teoritis masyarakat tertentu yang terorganisir secara politis yang akhirnya menghubungkan hukum pada kebutuhan fungsional tertentu pada masyarakat tersebut. Jika tidak, kita dapat melihat secara detail tentang sistem hukum tertentu sebagai bagian dari sejarah hukum yang mencoba untuk melihat ke depan kemungkinan berkait dengan studi doktrin dan lembagalembaga hukum, pengertian yang mendalam menyangkut fungsi hukum di dalam masyarakat dan sifat alami yang dimiliki masyarakat itu sendiri. Metode analisis fungsional menyiratkan kebutuhan yang berkesinambungan antara studi tentang hubungan fenomena sosial tertentu dengan pandangan 4 Soerjono Soekanto, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan Hukum Di Indonesia, UI-Press, Jakarta, 1983, hlm

4 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014). Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Mahfud secara keseluruhan dari cara mana pola berskala besar dari pengaturan sosial terintegrasi ke dalam kesatuan yang kompleks dalam suatu masyarakat. 5 Kategorisasi teori-teori hukum sesuai dengan zamannya sehingga sulit untuk menyatakan bahwa suatu teori yang bersifat universal. Teori-teori yang lahir pada Abad ke-19 atau Abad ke-20 karena latar belakangnya berbeda memiliki pendekatan yang berbeda pula. Teori-teori yang lahir pada Abad ke-21 akan dipengaruhi oleh tantangan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi di berbagai bidang akan sangat mewarnai teori-teori hukumnya. 6 Oleh karena itu perlu kiranya kita memahami tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh hukum khususnya di lihat dari aspek filosofis berupa pencapaian tertinggi tentang hukum yaitu hakikat hukum, melalui landasan kasih sayang kemanusiaan, keadilan yang di pandu oleh arahan rahmat Tuhan. Untuk hal yang terakhir ini dapatlah disebutkan sebagai soal ke Tuhanan, dan dalam filsafat (filsafat hukum) dapat sekiranya dimasukan ke dalam kelompok Nilai iman keagamaan (het religieus waardevole). Masih sedikit sekali apabila kita berbicara konteks pembangunan hukum dikaitkan dengan persoalan filsafat secara khusus nilai iman dan keagamaan. Padahal berbicara pembangunan hukum pada hakikatnya, aspek ini sengatlah penting dan mendasar (fundamental). 7 Hermeneutik hukum ini adalah salah satunya yang mengalami perkembangan yang sangat pesat pemikirannya dalam abad 21 ini. Dalam Filsafat Hermeneutik, pada peristiwa memahami atau menginterpretasi sesuatu, subyek (interpretator) tidak dapat memulai upayanya dengan mendekati obyeknya pemahamannya sebagai tabula rasa, jadi tidak bertolak dan titik nol. Pra-pemahaman dan cakrawala pandang itu akan menentukan persepsi individual terhadap segala sesuatu yang tertangkap dan teregistrasi dalam wilayah pandang pengamatan individu yang bersangkutan. Dalam dinamika proses interpretasi, pra-pemahaman dan 5 HR. Otje Salman, Hukum Sebagai Mekanisme Intergratif, Tulisan Singkat Purnabakti Prof. Dr. Otje Salman S., S.H., Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung, Sabtu 17 Januari 2009, hlm 7. 6 Jan Gijssels dan Mark van Hoecke, Wat is rechtstheorie?, 1982 (Apakah Teori Hukum itu?), diterjemahkan oleh Arief Sidharta, Laboratorium Hukum-Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan Bandung, 2000, hlm Soejono Koesomo Sisworo, Beberapa Aspek Filsafat Hukum dalam Penegakan Hukum, Makalah yang disajikan dalam Diskusi Panel, FH UNDIP Semarang, Selasa, 20 Desember 1988, hlm

5 Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014). cakrawala pandang dapat mengalami pergeseran, dalam arti meluas, melebar dan meningkat derajat kedalamannya. 8 Oleh karena itu perlu adanya suatu metode yang terarah dan mendalam dalam melakukan suatu penelitian hukum. Dalam pengertian dan pembidangan kajian yang terurai seperti di atas, objek kajian hermeneutika hukum menjadi lebih jelas dan terukur. Jika disimpulkan maka objek kajian hermeneutika hukum itu berupa: teks hukum, ayat-ayat al-ahkam, doktrin hukum, asas hukum, prinsip-prinsip hukum, norma hukum (nasional dan internasional), maupun yurisprudensi putusan peradilan dan keputusan masyarakat hukum adat juga termasuk objek kajian Hermeneutika Hukum. Dengan demikian secara metodelogi penelitian hukum, hermeneutika hukum ini secara filosofis mempunyai tugas ontologis, yaitu menggambarkan hubungan yang tidak dapat dihindari antara teks dan pernbaca, masa lalu dan sekarang, yang memungkinkan untuk memahami kejadian yang pertama kali (genuin). Terdapat juga dimensi demistifikasi terhadap hermeneutika hukum. Hukum intinya adalah aktivitas pembentukan aturan (rule-governed). Kadang-kadang dikatakan bahwa aturan formal dan doktrin hukum menyajikan kepastian dan stabilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat sipil. Hermeneutika mencari cara untuk menggantikan pandangan hukum formalistis ini, walaupun tidak secara total. 2) Pengertian Hermeneutika Hukum Pengertian (begreep) tentang hermeneutika hukum, harus dilacak terlebih dahulu pada arti kata hermeneutika. Secara etimologis, kata hermeneutic atau hermeneutika merupakan padanan kata dari bahasa Inggris; hermeneutic (tanpa s ) dan hermeneutics (dengan Huruf s ). Kata yang pertama dimaksudkan sebagai sebuah bentuk adjective (kata sifat) yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai ketafsiran,yakni menunjuk kepada keadaan atau sifat yang 8 B. Arief Sidharta, Filsafat Ilmu Hukum, Hermeneutik : Landasan Kefilsafatan Keberadaan Ilmu Hukum dan Praksis Hukum, Diktat kuliah Oleh B. Arief Sidharta, Labotarium Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, 2005, hlm

6 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014). Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Mahfud terdapat dalam satu penafsiran. Sementara kata kedua (hermeneutics) adalah sebuah kata benda (noun). Kata ini mengandung tiga arti : 9 a) Ilmu penafsiran. b) Ilmu untuk mengetahui maksud yang terkandung dalam kata-kata dan ungkapan penulis. c) Penafsiran yang secara khusus menunjuk kepada penafsiran atas teks atau kitab suci. Kata Hermeneutics juga berasal dari turunan kata benda hermeneia (bahasa Yunani), yang secara harfiah dapat diartikan sebagai penafsiran atau interpretasi: Dalam kosa-kata kerja, ditemukan istilah hermeneuo dan/atau hermeneuein: Hermeneuo artinya mengungkapkan pikiran-pikiran seseorang dalam kata-kata ; dan hermeneuein bermakna mengartikan; menafsirkan atau menerjemahkan dan juga'bertindak sebagai penafsir. Ketiga pengertian yang terakhir ini sebenarnya mau mengungkapkan bahwa hermeneutika merupakan usaha untuk beralih dari sesuatu yang relatif gelap ke sesuatu yang lebih terang. 10 Pada mitologi Yunani kuno, kata hermeneutika merupakan derivasi dari kata Hermes, yaitu seorang dewa yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan pesan (message) dari Sang Dewa kepada manusia. Menurut versi mitos yang lain, Hermes adalah seorang utusan yang memiliki tugas menafsirkan kehendak dewata (orakel) dengan bantuan kata-kata manusia. Pengertian dari mitologi ini kerap kali dapat menjelaskan pengertian hermeneutika teks-teks kitab suci, yaitu menafsirkan kehendaktuhan sebagaimana terkandung di dalam ayat-ayat kitab suci. 11 Sedangkan dalam perspektif filosofis, hermeneutika merupakan aliran filsafat yang mempelajari hakikat hal mengerti/memahami sesuatu. Sesuatu yang dimaksudkan di sini dapat berupa; teks (dokumen resmi negara), naskah-naskah kuno, lontar, norma, peristiwa, pemikiran dan wahyu atau kitab suci, yang kesemuanya ini merupakan objek penafsiran hermeneutika. Dengan demikian, jika objek penafsiran/kajian itu berupa teks hukum, doktrin hukum, asas hukum, atau norma hukum, maka esensinya ia adalah Hermeneutika Hukum Fakhruddin Faiz, Hermeneutika Qur ani, Penerbit Qalam,Yogyakarta, 2002, hlm, F. Budi Hardiman, Melampaui Positivisme don Modernitas (Diskursus Filosofis Tentang Metode Ilmiah don Problem Modernitas), Kanisius, Yogyakarta, 2003, hlm, Ibid, hlm 38.

7 Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014). Secara empiris, Hermeneutika hukum menempatkan sejarawan hukum dan praktisi hukum (advokat) pada level yang sama. Persoalannya, bagaimana makna hukum dari sebuah peraturan/teks hukum bisa berbeda untuk keduanya. Dan ini merupakan tugas dari praktisi hukum yang mempunyai tugas praktis dalam kerangka memberikan hukuman, dan banyak pertimbangan politik hukum, sesuatu yang tidak dipertimbangkan oleh sejarawan hukum (dengan hukum yang sama di hadapannya). 3) Metode Penelitian Hukum Melalui Pendekatan Aliran Hermeneutika Hukum Pada dasarnya, inti kegiatan intelektual dalam pengembanan Ilmu Hukum yang dimaksud dengan Ilmu Hukum di sini adalah ilmu normatif yang termasuk ke dalam kelompok Ilmu-ilmu Praktikal yang keseluruhan kegiatan ilmiahnya (menghimpun, memaparkan, mensistematisasi, menganalisis, menginterpretasi dan menilai hukum positif) pada analisis terakhir terarah untuk menawarkan alternatif penyelesaian terargumentasi yang paling akseptabel terhadap masalah hukum konkret (aktual maupun potensial) berdasarkan dan dalam kerangka tatanan hukum yang berlaku. Ilmu Hukum ini disebut Dogmatika Hukum atau Ilmu Hukum Praktikal; ada juga yang menyebutnya Ilmu Hukum Positif atau Ilmu Hukum Dogmatik. Masalah hukum berintikan pertanyaan tentang apa hukumnya bagi situasi konkret terberi, artinya apa yang menjadi hak dan kewajiban orang dalam situasi kemasyarakatan konkret tertentu, dan berdasarkan itu apa yang seharusnya dilakukan orang, yang kepatuhannya tidak diserahkan sepenuhnya kepada kemauan bebas yang bersangkutan, melainkan dapat dipaksakan oleh otoritas publik (pemerintah dan aparatnya). Seperti semua ilmu, juga produk kegiatan pengembanan Ilmu Hukum adalah proposisiproposisi yang berfungsi sebagai hipotesis yang harus terbuka bagi pengkajian rasional. Proposisi ini, yang disebut proposisi-yuridik (proposisi-hukum), bermuatan (rancangan) putusan hukum bagi situasi kemasyarakatan konkret tertentu yang dapat dibayangkan mungkin terjadi dalam kenyataan. Putusan hukum tersebut menetapkan, berdasarkan kaidah hukum yang 215

8 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014). Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Mahfud tercantum dalam suatu aturan hukum, siapa berkewajiban apa terhadap siapa berkenaan dengan apa, atau, siapa berhak atas apa terhadap berkenaan dengan apa, dan berdasarkan itu siapa harus melakukan perbuatan apa. Kemudian proposisi-proposisi hukum yang dihasilkannya ditata atau disistematisasi ke dalam suatu bangunan bersistem sehingga keseluruhan aturan-aturan hukum yang berlaku dalam masyarakat, yang jumlahnya tidak dapat dihitung, dapat secara rasional dipahami sebagai sebuah sistem, yakni tata-hukum, yang sehubungan dengan fungsinya bersifat terbuka. Jadi, kegiatan pengembanan Ilmu Hukum itu berintikan kegiatan nendistilasi (mengekstraksi) kaidah hukum yang (secara implisit) tercantum dalam teks yuridik, yakni baik dalam aturan hukum tertulis (perundangundangan) maupun aturan hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan). Mendistilasi kaidah hukum dari teks yuridis adalah hakikat kegiatan menginterpretasi teks yuridis, yakni tindakan menetapkan makna dan wilayah penerapan dari teks yuridis tersebut. Karena itu, berdasarkan hakikat kegiatan pengembanan Ilmu Hukum, dapat disimpulkan bahwa Filsafat Hermeneutik memberikan landasan kefilsafatan (ontologlkal dan epistemologikal) pada keberadaan Ilmu Hukum, atau filsafat ilmu dari Ilmu Hukum. Bahkan dapat dikatakan bahwa Ilmu Hukum adalah sebuah eksemplar Hermeneutik in optima forma, yang diaplikasikan pada aspek hukum kehidupan bermasyarakat Sebab, dalam mengimplimentasikan Ilmu Hukum untuk menyelesaikan suatu penelitian hukum, misalnya di penelitian kepustakaan, memerlukan penelitian yang berupa kegiatan interpretasi itu tidak hanya dilakukan terhadap teks yuridis, melainkan juga terhadap kenyataan yang menimbulkan masalah hukum yang bersangkutan (misalnya menetapkan fakta-fakta yang relevan dan makna yuridikalnya). Pengembanan metode penelitian melalui Hermeneutik Ilmu Hukum berintikan kegiatan menginterpretasi teks yuridik untuk mendistilasi kaidah hukum yang terkandung dalam teks yuridis itu dan dengan itu menetapkan makna serta wilayah penerapannya. Antara ilmuwan hukum (interpretator) dan teks yuridik itu terdapat jarak waktu. Teks yuridik adalah produk pembentuk hukum untuk menetapkan perilaku apa yang seyogianya dilakukan atau tidak 216

9 Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014). dilakukan orang yang berada dalam situasi tertentu karena hal itu oleh pembentuk hukum dipandang merupakan tuntutan ketertiban berkeadilan. Jadi, terbentuknya teks yuridis itu terjadi dalam kerangka cakrawala pandang pembentuk hukum berkenaan dengan kenyataan kemasyarakatan yang dipandang memerlukan pengaturan hukum dengan mengacu cita hukum yang dianut atau hidup dalam masyarakat. Dalam upaya mendistilasi kaidah hukum dari dalam teks yuridis dengan menginterpretasi teks tersebut, interpretator dari peneliti/ilmuwan tidak dapat lain kecuali dalam kerangka pra-pemahamanan dan cakrawala pandangnya dengan bertolak dari titik berdirinya sendiri, jadi terikat pada waktu yang di dalamnya interpretasi itu dilakukan. Dengan demikian, pada tiap peristiwa interpretasi teks yuridik terjadi proses lingkaran hermeneutik yang di dalamnya berlangsung pertemuan antara dua cakrawala pandang, yakni cakrawala dari interpretandum (teks yuridik) dan cakrawala dart interpretator peneliti. Perpaduan cakrawala tersebut dapat menghasilkan pemahaman baru pada interpretator tentang kaidah hukum yang terkandung dalam teks yuridis itu. Subyektivitas dari hasil interpretasi itu akan dapat dikurangi hingga ke tingkat paling minimal, karena pertama-tama kegiatan interpretasi itu harus selalu mengacu cita hukum (keadilan, kepastian hukum, prediktabilitas, kehasilgunaan), nilai-nilai kemanusiaan yang fundamental dalam system hukum yang berlaku. Secara umum objek kajian metode penelitian ilmu hukum melalui hermeneutika hukum ini sungguh sangat luas, tergantung dari sudut mana melihatnya. Pertama, objek kajian hermeneutika hukum itu dapat berupa teks, lontar, atau ayat/, wahyu Tuhan yang tertuang dalam kitab-kitab suci. Kedua, objek kajian hermeneutika hukum dapat berupa teks hukum, naskah-naskah hukum klasik, dokumen resmi negara, ayat-ayat al-ahkam atau konstitusi sebuah negara. Hal ini karena dokumen sejarah atau tatanan norma dalam kehidupan bernegara itu tidak semuanya bisa dipahami oleh rakyatnya. Dalam hal ini, diperlukan suatu lembaga resmi untuk menafsirkannya. Lembaga resmi itu, bisa berupa sebuah lembaga negara, komisi negara, badan hukum, atau individu yang diberi wewenang 217

10 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014). Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Mahfud dan tugas untuk itu (peran interpretatif). Ketiga, objek kajian hermeneutika hukum dapat juga berupa peristiwa hukum atau pemikiran hukum. Sebab, peristiwa hukum maupun hasil pemikiran/doktrin hukum itu dalam pengertian hukum dapat dijadikan alat bukti atau pun sumber hukum, Sebagai contoh, doktrin tentang negara hukum rechts staat atau rule of law (hasil pemikiran/pendapat para ahli yang kompeten) itu merupakan sumber hukum materiil dalam pengertian hukum tata negara. Dalam pengertian dan pembidangan kajian yang terurai seperti di atas, objek penelitian kajian hermeneutika hukum menjadi lebih jelas dan terukur. Jika disimpulkan maka objek kajian hermeneutika hukum itu berupa: teks hukum, ayat-ayat al-ahkam, doktrin hukum, asas hukum, prinsip-prinsip hukum, norma hukum (nasional dan internasional), maupun yurisprudensi putusan peradilan dan keputusan masyarakat hukum adat juga termasuk objek kajian Hermeneutika Hukum. Relevansi dari kajian metode penelitian ilmu hukum melalui hermeneutika hukum itu dapat disimpulkan pada dua makna sekaligus: Pertama, hermeneutika hukum dapat dipahami sebagai metode interpretasi atas teks-teks hukum atau metode memahami terhadap suatu naskah normative. Di mana, interpretasi yang benar terhadap teks hukum itu harus selalu berhubungan dengan isi (kaidah hukumnya), baik yang tersurat maupun yang tersirat, atau antara bunyi hukum dan semangat hukum. Maka tidak berlebihan kalau para pakar metodologi penelitian ilmu sosial, hukum, dan filsafat beranggapan bahwa metode hermeneutika itu merupakan suatu alternatif yang tepat dan praktis untuk memahami naskah normatif. Kedua, hermeneutika hukum juga mempunyai pengaruh besar atau relevansi dengan teori penemuan hukum. Hal ini ditampilkan dalam kerangka pemahaman lingkaran spiral hermeneutika (cyrcel hermeneutics), yaitu berupa proses timbal-balik antara kaidah-kaidah dan fakta-fakta. Karena, dalil hermeneutika menjelaskan bahwa orang harus mengkualifikasi fakta-fakta dalam cahaya kaidahkaidah dan menginterpretasi kaidah-kaidah dalam cahaya fakta-fakta, termasuk dalam paradigma dari teori penemuan hukum modern dewasa ini. Di sinilah letak penting dan kebaruan dalam metode penelitian ilmu hukum dalam hermeneutika hukum ini, utamanya bagi para peneliti pada saat 218

11 Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Kanun Jurnal Ilmu Hukum Mahfud No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014). melakukan. penelitian hukum oleh eneliti tidak semata-mata hanya penerapan peraturan-peraturan hukum terhadap peristiwa konkret, tetapi sekaligus penciptaan hukum dan pembentukan hukumnya. KESIMPULAN Dalam perspektif filosofis, hermeneutika merupakan aliran filsafat yang mempelajari hakikat hal mengerti/memahami sesuatu : Sesuatu yang dimaksudkan di sini dapat berupa; teks (dokumen resmi negara), naskah-naskah kuno, lontar, norma, peristiwa, pemikiran dan wahyu atau kitab suci, yang kesemuanya ini merupakan objek penafsiran hermeneutika, sehingga disimpulkan bahwa Filsafat Hermeneutik memberikan landasan kefilsafatan (ontologlkal dan epistemologikal) pada keberadaan Ilmu Hukum, atau filsafat ilmu dari Ilmu Hukum. Disarankan kepada para peneliti atau ilmuwan hukum (interpretator) dan dalam menyimpulkan setiap teks yuridis dari penelitian terhadap produk pembentuk hukum haruslah mengkaji perilaku apa yang seyogianya dilakukan atau tidak dilakukan oleh peneliti yang berada dalam situasi tertentu karena hal itu oleh pembentuk hukum dipandang merupakan tuntutan ketertiban berkeadilan, dimana interpretasi yang benar terhadap teks hukum itu harus selalu berhubungan dengan isi (kaidah hukumnya), baik yang tersurat maupun yang tersirat, atau antara bunyi hukum dan semangat hukum. DAFTAR PUSTAKA Anthon F. Susanto, 2008, Mengugat Fondasi Filsafat Ilmu Hukum Indonesia, Butir-butir Pemikiran Dalam Hukum, Memperingati 70 Tahun Prof. Dr. B. Arief Sidharta, S.H, Rafika Aditama, Bandung. Bernard Arief Sidharta, 2005, Filsafat Ilmu Hukum, Hermeneutik : Landasan Kefilsafatan Keberadaan Ilmu Hukum dan Praksis Hukum, Diktat kuliah Oleh B. Arief Sidharta, Labotarium Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. 219

12 Kanun Jurnal Ilmu Hukum No. 63, Th. XVI (Agustus, 2014). Hermeneutika Hukum dalam Metode Penelitian Hukum Mahfud F. Budi Hardiman, 2003, Melampaui Positivisme don Modernitas (Diskursus Filosofis Tentang Metode Ilmiah don Problem Modernitas), Kanisius, Yogyakarta. Fakhruddin Faiz, 2002, Hermeneutika Qur ani, Penerbit Qalam,Yogyakarta. Gijssels Jan dan Mark van Hoecke, 2000, Wat is rechtstheorie?, 1982 (Apakah Teori Hukum itu?), diterjemahkan oleh Arief Sidharta, Laboratorium Hukum-Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan Bandung. Hooft Vissert t, 2005, Filsafat Ilmu Hukum, Diterjemahkan Oleh B. Arief Sidharta, Labotarium Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. HR. Otje Salman, 2009, Hukum Sebagai Mekanisme Intergratif, Tulisan Singkat Purnabakti Prof. Dr. Otje Salman S., S.H., Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung, Sabtu 17 Januari Jazim Hamidi, 2008, Mengenal lebih Dekat Hermeneutika Hukum (Perspektif Filsafati dan Metode Interprestasi), Butir-butir Pemikiran Dalam Hukum, Memperingati 70 Tahun Prof. Dr. B. Arief Sidharta, S.H, Rafika Aditama, Bandung. Soerjono Soekanto, 1983, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan Hukum Di Indonesia, UI-Press, Jakarta. 220

I. PENDAHULUAN. sehingga sistem hukum Belanda pun diterapkan di Indonesia berdasarkan asas konkordansi.

I. PENDAHULUAN. sehingga sistem hukum Belanda pun diterapkan di Indonesia berdasarkan asas konkordansi. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem hukum Indonesia berasal dari Belanda sebagai negara yang pernah menguasai Indonesia, sehingga sistem hukum Belanda pun diterapkan di Indonesia berdasarkan asas konkordansi.

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1)

MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) MATERI KULIAH PENGANTAR ILMU HUKUM MATCH DAY 25 ILMU HUKUM SEBAGAI ILMU KENYATAAN (BAGIAN 1) A. SOSIOLOGI HUKUM 1. Pemahaman Dasar Sosiologi Hukum Sosiologi hukum adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR 2.1 Pengertian penegakan hukum. Mengenai pengertian dari penegakan hukum menunjuk pada batasan pengertian dari para sarjana. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh terhadap semakin banyaknya kebutuhan masyarakat akan barang/ jasa tertentu yang diikuti

Lebih terperinci

Hukum Dalam Arti Sempit

Hukum Dalam Arti Sempit SKRIPSI HUKUM PIDANA Ilmu Hukum - Author: Swante Adi Krisna Ilmu Hukum Oleh: Swante Adi Krisna Tanggal dipublish: 3 Jan 2017 (one month ago) Tanggal didownload: 7 Feb 2017, Pukul 19:46 64 pembaca via komputer

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum Cara kerja keilmuan salah satunya ditandai dengan penggunaan metode (Inggris: method, Latin: methodus, Yunani: methodos-meta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 37 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat bermacam-macam definisi Hukum, menurut P.Moedikdo arti Hukum dapat ditunjukkan pada cara-cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) merupakan perusahaan asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi alumunium batangan, dengan mutu sesuai standar internasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau memiliki persamaan dengan penelitian doktrinal (doctrinal research).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju,

Lebih terperinci

KOMENTAR UMUM 9 Pelaksanaan Kovenan di Dalam Negeri 1

KOMENTAR UMUM 9 Pelaksanaan Kovenan di Dalam Negeri 1 1 KOMENTAR UMUM 9 Pelaksanaan Kovenan di Dalam Negeri 1 A. Kewajiban untuk melaksanakan Kovenan dalam tatanan hukum dalam negeri 1. Dalam Komentar Umum No.3 (1990) Komite menanggapi persoalan-persoalan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang

METODE PENELITIAN. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang 23 III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode hermeneutik. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang masing-masing berarti

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang masing-masing berarti

III. METODE PENELITIAN. berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang masing-masing berarti 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode hermeneutik. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang masing-masing berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut J.C.T. Simorangkir, S.H dan Woerjono Sastropranoto, S.H, Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hukum pidana, ditandai oleh perubahan peraturan perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh dinamika doktrin dan ajaran-ajaran

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis MATERI KULIAH ETIKA BISNIS Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, nilai, etika, norma,dan moral seringkali diabaikan oleh rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Untuk menjawab permasalahan tersebut diatas, diperlukan data dan informasi yang relevan terhadap judul dan perumusan masalah serta identifikasi masalah, untuk itu agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, perkembangan aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Dalam kehidupan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 21/PUU-XIV/2016 Frasa Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 21/PUU-XIV/2016 Frasa Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Korupsi RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 21/PUU-XIV/2016 Frasa Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Korupsi I. PEMOHON Drs. Setya Novanto. Kuasa Pemohon: Muhammad Ainul Syamsu, SH., MH., Syaefullah Hamid,

Lebih terperinci

SILABI MATAKULIAH. Alokasi Waktu (Menit) Mahasiswa mampu. Strategi Pembelajaran. Brainstorming Concept

SILABI MATAKULIAH. Alokasi Waktu (Menit) Mahasiswa mampu. Strategi Pembelajaran. Brainstorming Concept SILABI MATAKULIAH Kelompok Matakuliah : Jurusan Jurusan : Al-Ahwal Al-Syakhsiyyah Matakuliah : Hukum SKS/JS : 2 Kode Matakuliah :21209 Standar Kompetensi : Mahasiswa konsep/ dan asas dalam ilmu serta menyadari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Jenis penelitian Dilihat dari sifat permasalahannya, jenis penelitian ini tergolong dalam jenis

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Jenis penelitian Dilihat dari sifat permasalahannya, jenis penelitian ini tergolong dalam jenis BAB III METODE PENELITIAN berikut: Metode penelitian yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai 1. Jenis penelitian Dilihat dari sifat permasalahannya, jenis penelitian ini tergolong

Lebih terperinci

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia Penyelenggaraan otonomi daerah yang kurang dapat dipahami dalam hal pembagian kewenangan antara urusan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pidana denda merupakan salah satu jenis pidana yang telah lama diterima dan diterapkan dalam sistem hukum di berbagai negara dan bangsa di dunia. Akan tetapi, pengaturan

Lebih terperinci

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak

MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN. Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1. Abstrak MASALAH KEWARGANEGARAAN DAN TIDAK BERKEWARGANEGARAAN Oleh : Dr. Widodo Ekatjahjana, S.H, M.H. 1 Abstrak Masalah kewarganegaraan dan tak berkewarganegaraan merupakan masalah yang asasi, dan menyangkut perlindungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana 14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana Penegak hukum adalah petugas badan yang berwenang dan berhubungan dengan masalah peradilan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah besar yang dihadapi masyarakat pada saat ini adalah masalah di bidang hukum, khususnya masalah kejahatan. Hal ini merupakan fenomena kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Kemandirian dan kemerdekaan dalam

I. PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Kemandirian dan kemerdekaan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pendapat merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan manusia sehingga diperlukan adanya jaminan kemandirian dan kemerdekaan seseorang dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian dalam penulisan tesis ini adalah penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang mengkaji norma hukum positif yang berlaku, yang berupa peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strafbeerfeit dapat diartikan dengan perkataan delik, sebagaimana yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kepastian hukum bagi jalannya kehidupan organisasi pemerintahan di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kepastian hukum bagi jalannya kehidupan organisasi pemerintahan di Indonesia, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Konstitusi Republik Indonesia dinyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, 1 yang mempunyai tujuan untuk menciptakan tata tertib hukum dan kepastian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan dialog. Berdasarkan objek penelitian yang akan diteliti yaitu fenomena yang

BAB III METODE PENELITIAN. dan dialog. Berdasarkan objek penelitian yang akan diteliti yaitu fenomena yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian yang akan penulis lakukan berdasarkan pada apa yang ada di Film Kita Versus Korupsi sebagai bahan utama dari penelitian ini, mulai dari teks, adegan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang pembuatan segala macam jenis perjanjian, baik perjanjian khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman pada KUH Perdata,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM

HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM 1 HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM Dedy Triyanto Ari Rahmad I Gusti Ngurah Wairocana Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Abstrak Hubungan antara norma hukum dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar

BAB I PENDAHULUAN. menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat awal kemerdekaan, para pendiri bangsa telah sepakat menggariskan Indonesia sebagai negara hukum (rechtstaat) dan tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machtsstaat).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris. Menurut Abdulkadir Muhammad yang dimaksud sebagai penelitian hukum normatifempiris (applied

Lebih terperinci

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**) MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**) I Pembahasan tentang dan sekitar membangun kualitas produk legislasi perlu terlebih dahulu dipahami

Lebih terperinci

Jl. AriefRachman Hakim 51 Surabaya Website : KONRAK PERKULIAHAN

Jl. AriefRachman Hakim 51 Surabaya Website :  KONRAK PERKULIAHAN KONRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah Fakultas/Program Studi Dosen Pengampu Bobot SKS Semester : Teori : Magister Kenotariatan : Prof. Dr. Afdol, S.H., M.S. Dr. Woro Winandi, S.H., M.Hum. Rusdianto Sesung, S.H.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi masyarakat agraris selain sebagai faktor produksi yang sangat 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia sangat mendambakan dan menghargai suatu kepastian, terutama sebuah kepastian yang berkaitan dengan hak atas suatu benda yang menjadi miliknya, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Globalisasi menyebabkan ilmu pengetahuan kian berkembang pesat termasuk bidang ilmu hukum, khususnya dikalangan hukum pidana. Banyak perbuatan-perbuatan baru yang

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif berfokus pada norma hukum positif seperti peraturan perundangundangan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data atau bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian hukum dengan metode yang lazim digunakan dalam metode penelitian hukum dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanah merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia membutuhkan tanah untuk tempat hidupnya. Secara kosmologis, tanah adalah tempat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan menjunjung tinggi nilai-nilai

Lebih terperinci

: MARISI DWIPAKARTI MUNTHE NPM

: MARISI DWIPAKARTI MUNTHE NPM NASKAH PUBLIKASI TINJAUAN YURIDIS PERBANDINGAN HONORARIUM NOTARIS TERKAIT AKTA JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 36 UU NOMOR 30 TAHUN 2004 DAN LAMPIRAN PP NOMOR 86 TAHUN 2000 Diajukan oleh : MARISI DWIPAKARTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara hukum menganut sistem hukum Civil Law

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara hukum menganut sistem hukum Civil Law BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara hukum menganut sistem hukum Civil Law (Eropa Continental) yang diwarisi selama ratusan tahun akibat penjajahan Belanda. Salah satu karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tanah ditempatkan sebagai suatu bagian penting bagi kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus meningkat.

Lebih terperinci

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian)

Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme. (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian) Mengenal Ragam Studi Teks: Dari Content Analysis hingga Pos-modernisme (Bahan Kuliah Metodologi Penelitian) Seiring dengan perkembangan paradigma interpretivisme dan metodologi penelitian lapangan (f ield

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H.

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H. SALINAN PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA [1.1] Yang mengadili perkara konstitusi pada tingkat pertama dan terakhir,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu Negeri 5 Menara dengan cara menonton film tersebut. Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu Negeri 5 Menara dengan cara menonton film tersebut. Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami isi film yang dijadikan objek pada penelitian yaitu Negeri 5 Menara dengan cara menonton film tersebut. Dalam penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBINAAN KARIER KEPANGKATAN DAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN DI STAIN SURAKARTA TESIS

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBINAAN KARIER KEPANGKATAN DAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN DI STAIN SURAKARTA TESIS TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBINAAN KARIER KEPANGKATAN DAN JABATAN FUNGSIONAL DOSEN DI STAIN SURAKARTA TESIS Oleh : NUR KHOLIS MAJID NIM : R.100020048 Program Studi : Magister Ilmu Hukum Konsentrasi : HAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri bukanlah suatu hal yang baru dalam masyarakat Jepang. Tingkat bunuh diri di Jepang setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang

BAB I PENDAHULUAN. sayang keluarga, tukar pikiran dan tempat untuk memiliki harta kekayaan. 3 apa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjalani kehidupan sebagai suami-isteri hanya dapat dilakukan dalam sebuah ikatan perkawinan. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, arah

Lebih terperinci

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL Oleh : Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si (Kaprogdi Akuntansi - FE) Pendahuluan Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis serta imajinatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir ini perhatian pemerintah dan publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan berkembangnya organisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip prinsip hukum, maupun doktrin doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang sedang dihadapi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 alenia IV dijelaskan tujuan negara adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah

Lebih terperinci

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA Saya menyetujui, dengan segala hormat, bagian pengantar keputusan terkait prosedur dan fakta dan juga bagian penutup tentang dengan penerapan Pasal 50 (pas. 50) dari Konvensi terhadap kasus ini. Saya juga

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman

Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah komunikasi dalam konteks pedagogi adalah hal yang penting karena ketika proses pembelajaran berlangsung didalamnya terdapat interaksi antara guru dengan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi dan perubahan sosial, tidak hanya perubahan-perubahan yang berlangsung dengan intensif ditingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang merujuk pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data

BAB III METODE PENELITIAN. yang merujuk pada cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum dilakukan untuk mencari suatu pemecahan permasalahan atau isu yang ada di dalam masyarakat. Untuk menjawab suatu isu tersebut dibutuhkan metode yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Suatu penelitian agar dapat dipercaya kebenarannya, harus disusun dengan menggunakan metode yang tepat. Sebuah penelitian, untuk memperoleh data yang akurat dan valid diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang kejahatan seakan tidak ada habis-habisnya, setiap hari selalu saja terjadi dan setiap media massa di tanah air bahkan mempunyai ruang khusus untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara memecahkan suatu masalah, sedangkan penelitian adalah pemeriksaan secara hati-hati, tekun dan tuntas terhadap suatu gejala

Lebih terperinci

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG

KULTAS HUKUM UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SEMARANG SILABUS Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Hukum Kode Mata Kuliah : HKI 2002 SKS : 4 Dosen : 1. Prof. Dr. Sarsintorini P, S.H., M.Hum 2. Sri Setyowati, S.H., M.Hum 3. Erna Trimartini, S.H., M.Hum 4. Enny Patria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. tepatnya pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut paham nomokrasi bahkan semenjak negara Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Paham nomokrasi adalah sebuah paham yang menempatkan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H.

EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA. Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H. EFEKTIFITAS BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SEBAGAI MITRA DAN PENGAWAS KEPALA DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA Oleh : Hendi Budiaman, S.H., M.H. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 59 BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian hukum normatif berfokus pada hukum positif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kerja akademik yang menuntut penerapan prosedur ilmiah tertentu sehingga hasil riset dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar inilah penulis memandang penting

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode

III.METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode III.METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasari pada metode sistematika dan pemikiran-pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

PENELITIAN HK NORMATIF http://sasmini.staff.hukum.uns.ac.id Pengertian Ilmu Hukum dan Penelitian Hukum Isu Hukum dalam Penelitian Hukum Pendekatan Dlm Penelitian Hukum Sumber2 Penelitian Hukum Langkah2

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebutan Hindia Belanda (Tri Andrisman, 2009: 18). Sejarah masa lalu Indonesia

I. PENDAHULUAN. sebutan Hindia Belanda (Tri Andrisman, 2009: 18). Sejarah masa lalu Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan para pelaku ekonomi yang secara terus menerus dari waktu

Lebih terperinci

Macam-macam konstitusi

Macam-macam konstitusi Macam-macam konstitusi C.F Strong, K.C. Wheare juga membuat penggolongan terhadap konstitusi. Menurutnya konstitusi digolongkan ke dalam lima macam, yaitu sebagai berikut: 1. 1. 1. konstitusi tertulis

Lebih terperinci

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran

filsafat meliputi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Adapun filsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara menyeluruh hingga pada tataran ix Tinjauan Mata Kuliah F ilsafat hukum merupakan kajian terhadap hukum secara filsafat, yakni mengkaji hukum hingga sampai inti (hakikat) dari hukum. Ilmu hukum dalam arti luas terdiri atas dogmatik hukum,

Lebih terperinci

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran

Dosen: Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran Agama, Filsafat, Ilmu, Teori, dan Penelitian Kuliah 2 Metodologi Ilmu Pemerintahan Dosen: Prof. Dr. H. Utang Suwaryo, Drs., M.A. Pipin Hanapiah, Drs. Caroline Paskarina, S.IP., M.Si. Jurusan Ilmu Pemerintahan

Lebih terperinci

Pancasila. Pancasila sebagai sistem Etika (etika, aliran etika dan etika Pancasila) Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Modul ke:

Pancasila. Pancasila sebagai sistem Etika (etika, aliran etika dan etika Pancasila) Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Modul ke: Modul ke: Pancasila Pancasila sebagai sistem Etika (etika, aliran etika dan etika Pancasila) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Yuvinus Elyus, Amd. IP., SH., MH. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Pancasila

Lebih terperinci

MODEL PENELITIAN AGAMA

MODEL PENELITIAN AGAMA MODEL PENELITIAN AGAMA Diajukan Sebagai Tugas Makalah Dalam Mata Kuliah Metodologi Studi ISlam DOSEN PEMBIMBING Fitri Oviyanti, M.Ag DISUSUN OLEH Lismania Nina Lingga Sari FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015

Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 Volume 12 Nomor 1 Maret 2015 ISSN 0216-8537 9 77 0 21 6 8 5 3 7 21 12 1 Hal. 1-86 Tabanan Maret 2015 Kampus : Jl. Wagimin No.8 Kediri - Tabanan - Bali 82171 Telp./Fax. : (0361) 9311605 KEWENANGAN PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut asas Desentralisasi. Desentralisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Hukum mempunyai banyak aspek yang meliputi banyak hal sehingga pengertian hukum juga bermacam-macam. Tidak ada kesatuan pendapat para ahli tentang pengertian

Lebih terperinci

Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011

Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011 Disusun oleh : Tedi Sudrajat, S.H. M.H. Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2011 1 Keberadaan Sosiologi Hukum Dalam Konteks Ilmu Hukum Kecenderungan Ilmu hukum dititik beratkan pada sifat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberantasan tindak pidana korupsi saat ini telah berjalan dalam suatu koridor kebijakan yang komprehensif dan preventif. Upaya pencegahan tindak pidana korupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian, perkawinan, perceraian, pengesahan anak dan pengakuan anak.

BAB I PENDAHULUAN. kematian, perkawinan, perceraian, pengesahan anak dan pengakuan anak. BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil merupakan salah satu instansi pemerintah yang bertugas melayani masyarakat dalam hal pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah Proses pengumpulan dan penyajian sehubungan dengan penelitian ini maka digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. 1. Pendekatan Yuridis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan umum dan khusus, implikasi, dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi

Lebih terperinci

KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) Oleh : Ngakan Agung Ari Mahendra I Ketut Keneng

KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) Oleh : Ngakan Agung Ari Mahendra I Ketut Keneng ABSTRAK KEKUATAN MENGIKAT MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MOU) Oleh : Ngakan Agung Ari Mahendra I Ketut Keneng Fokus kajian dalam tulisan ini adalah menyangkut kekuatan mengikat Memorandum Of Understanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan manusia. Salah satu unsur yang menyebabkan adanya perubahan dan perkembangan hukum adalah adanya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci